WAWANCARA PSIKIATRIK

5
WAWANCARA PSIKIATRIK Pemeriksaan psikiatrik lengkap berbeda dari pemeriksaan medik umum, dalam hal perhatian khusu yang diarahkan pada maifestasi fungsi mental, emosional, dan perilaku. Pemeriksaan dilakukan untuk menyusun laporan tentang keadaan psikologik dan psikopatologik pasien (status psikiatrikus). Kerangka umum pemeriksaan lengkap terdiri atas: 1. Pemeriksaan tidak langsung (indirect examination) a. Anamnesis-keluhan tentang gangguan sekarang dan laporan pasien mengenai perkembangan keluhannnya itu, serta riwayat situasi hidup pasien. b. Keterangan mengenai pasien yang diperoleh dari pihak keluarga atau orang-orang lain yang mengenalnya. 2. Pemeriksaan langsung (direct examination) a. Pemeriksaan fisik- terutama status internus dan neurologik b. Pemeriksaan khusus psikik i. Penampilan umum ii. Bidang emosi, afek (emotion/affect) iii. Bidang pikiran/ ideasi (thought/ideation) iv. Bidang motorik/ perilaku (motor action/ behaviour) 3. Pemeriksaan tambahan, yang dilakukan apabila ada alasan khusus untuk melaksanakan pemerikdaan itu seperti uji psikologik, elektroensefalografi, foto sinar tembus, CT Scan, pemeriksaan zat kimia tubuh (misalnya hormon), dan lain-lain. Inti prosedur pemeriksaan psikiatrik adalah pemeriksaan khusus psikik, (yaitu penampilan umum, bidang emosi-afek,

description

wawancara

Transcript of WAWANCARA PSIKIATRIK

Page 1: WAWANCARA PSIKIATRIK

WAWANCARA PSIKIATRIK

Pemeriksaan psikiatrik lengkap berbeda dari pemeriksaan medik umum, dalam hal perhatian khusu yang diarahkan pada maifestasi fungsi mental, emosional, dan perilaku. Pemeriksaan dilakukan untuk menyusun laporan tentang keadaan psikologik dan psikopatologik pasien (status psikiatrikus).

Kerangka umum pemeriksaan lengkap terdiri atas:

1. Pemeriksaan tidak langsung (indirect examination)

a. Anamnesis-keluhan tentang gangguan sekarang dan laporan pasien mengenai perkembangan keluhannnya itu, serta riwayat situasi hidup pasien.

b. Keterangan mengenai pasien yang diperoleh dari pihak keluarga atau orang-orang lain yang mengenalnya.

2. Pemeriksaan langsung (direct examination)

a. Pemeriksaan fisik- terutama status internus dan neurologik

b. Pemeriksaan khusus psikik

i. Penampilan umum

ii. Bidang emosi, afek (emotion/affect)

iii. Bidang pikiran/ ideasi (thought/ideation)

iv. Bidang motorik/ perilaku (motor action/ behaviour)

3. Pemeriksaan tambahan, yang dilakukan apabila ada alasan khusus untuk melaksanakan pemerikdaan itu seperti uji psikologik, elektroensefalografi, foto sinar tembus, CT Scan, pemeriksaan zat kimia tubuh (misalnya hormon), dan lain-lain.

Inti prosedur pemeriksaan psikiatrik adalah pemeriksaan khusus psikik, (yaitu penampilan umum, bidang emosi-afek, pikiran-ideasi, motorik-perilaku), selanjutnya evaluasi data yang diperoleh harus dibuat dalam konteks keseluruhan data yang dihasilkan dari pemeriksaan lengkap.

Data khusus psikiatrik yang dihailkan dari suatu pemeriksaan psikiatrik ialah data perihal fungsi kejiwaan, yang diperoleh melalui observasi penampilan dan perilaku pasien, pengamatan interaksi antara dokter dan pasien, pengamatan interaksi antara pasien dan lingkungannya, dan pemahaman humanistik sang dokter mengenai pasiennya. “Alat pemeriksaan” psikiatrik adalah kepribadian dokter sendiri. Pemeriksaan ini diarahkan, dan data diungkapkan dalam pembicaraan antara dokter dan pasien, yang disebut wawancara psikiatrik.

Page 2: WAWANCARA PSIKIATRIK

Wawancara merupakan wadah utama pemeriksaan psikiatrik. Secara teknis sukar dipisahkan antara anmnesis dan pemeriksan khusus psikik, dan antara bidang-bidang khusus pemeriksaan psikik. Sambil membicarakan keluhan-keluhannya, pasien akan berbicara dengan nada emosional tertentu, mengutarakan pikiran-pikiran tertentu, dan memperlihatkan perilaku motorik tertentu pula. Dari satu pernyataan, juga dari isi pernyataan itu serta cara menyatakannya dapat diperoleh respons pasien atau data pada beberapa bidang sekaligus.

Perilaku pasien di hadapan dokter sebagian besar merupakan respons terhadap apa yang dikatakan oleh dokter dan bagaimana dokter mengatakan itu, sikap dokter, dan bagaimana pendapat pasien mengenai perilaku serta kepribadian dokter. Agar wawancara dapat menghasilkan data yang daapt diandalakn hendaknya senantiasa diusahakan untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antara dokter dengan pasien. Kepentingan memeliharan hubungan ini mendahului kepentingan memeroleh data, karena bagaimanapun data mengenai kejiwaan yang diperoleh tanpa hubungan yang optimal, dapa mengelirukan kesan-kesan klinis tentang pasien. Jika kita ingin bertanya tentang gejala pasien, senantiasa harus dipertimbangkan bilamana dan bagaimana kita akan menanyakan itu kepada pasien. Jika konteksnya kurang tepat, misalnya jika pasien dipermalukan atau tersinggung oleh pertanyaan itu (nyata atau tidak nyata), ia mungkin akan menolak atau menyangkal, atau akan membuat-buat jawabannya.

Wawancara selalu mengandung tanggung jawab baik diagnostik maupun terapeutik. Berhadapan denga pasien, dokter memengaruhi pasiennya dengan sikap dan perkataannya, dari saat ke saat membuat pasien lebih tenang atau lebih tegang, membuatnya lebih percaya atau lebih curiga. Selalu ada pengaruh terapeutik atau kontraterapeutik dalam proses wawancara, tidak netral.

Wawancara merupakan teknik yang diterapkan oleh dokter terhadap pasien untuk tujuan diagnostik dan/atau terapeutik, tidak hanya menghasilkan pengaruh dokter terhadap pasien melainkan juga sebaliknya. Disadari atau tidak, seorang dokter akan terpengaruh pula oleh sikap dan perkataan pasien; hal ini akan tercermin dalam sikap, perkataan, dan perasaan dokter. Dipicu oleh sikap dan perilaku pasien terhadapnya (belum lagi dipacu oleh kehidupan fantasinya sendiri), dokter dapat menjadi tegang, tenang, kuatir, santai, tertutup, terbuka, bosan, kesal, sedih, malu, terangsang, dll; hal ini turut menentukan apa yang dikatakan seorang dokter terhadap pasiennya (atau tidak dikatakannya), dan bagaimana dokter mengatakannya. Dokter perlu belajar untuk memantau perasaan-perasaan reaktif tersebut, agar ucapan-ucapannya kepada pasien sedapat-dapatnya beralasan profesional dan sesedikit mungkin tercampur dengan unsur-unsur yang berasal dari respons emosional subjektifnya sendiri.

Pada umumnya wawancara akan efektif jika berlangsung dengan “alamiah” (natural), dengan nada yang mirip “percakapan biasa”, tidak kaku atau seperti serangkaian pertanyaan gaya kuesioner yang “ditembakkan” kepada pasien. Wawancara akan lebih efektif bila tidak memberi kesan bahwa dokter “memburu” gejala, rajin berusaha menemukan dan mengumpulkan sifat-sifat psikopatologik saja pada pasiennya, bahkan kadang-kadang dengan mencoba “memprovokasi” gejala-gejala itu.

Page 3: WAWANCARA PSIKIATRIK

Riwayat Psikiatrik

Riwayat psikiatrik adalah catatan tentang riwayat penyakit, riwayat gangguan jiwa, dan riwayat hidup pasien yang diperlukan untuk memahami siapa pasien sebenarnya, darimana pasien berasal dan kira-kira akan ke arah mana pasien selanjutnya pada masa mendatang. Riwayat ini didapatkan selama wawncara psikiatrik, diceritakan oleh pasien dari sudut pandang pasien sendiri. Kadangkala diperlukan keterangan tambahan dari sumber lain seperti orang tua atau pasangan hidup pasien.

Hal-hal yang ditelusuri dalam pengumpulan keterangna tentang riwayat penyakit adalah data konkrit tentang kronologi gejala atau gangguan yang dialami pasien, riwayat tentang gangguan psikiatrik dan riwayat medis, ciri-ciri kepribadian termasuk kekuatan dan kelemahan pasien, hubungan pasien dengan orang-orang yang dekat dirinya di masa sekarang dan masa lampau, serta riwayat perkembangan pasien.

Teknik yang paling penting dalam melakukan wawancara psikiatrik adalah dengan membiarkan pasien bicara dengan perkataannya sendiri, sesuai dengna urutan yang dirasakannya penting. Terapis perlu cukup sensitif untuk mendetaksi hal-hal bermakna yang ingin disampaikan pasien. Terapis harus terampiluntuk bertanya dan menelusuri lebih lanjut tentang hal-hal bermakna yang diungkapkan pasien baik yang tersurat maupun yang tersirat dalam mencaritakan riwayat psikiatrik dan status mentalnya.

Prosedur Pemeriksaan

Pemeriksaan psikiatrik dilakukan untuk memeroleh gambaran menyeluruh mengenai pasien sebagai pribadi, jiwa dan raga yang tak terpisahkan, bukan semata-mata untuk menentukan “keadaan jiwanya” atau “apa penyakit jiwanya”. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pemeriksa agar dapat memberikan penatalaksanaan psikiatrik adalah:

1) Memiliki pengertian yang jelas mengenai data-data mana yang diperlakukan untuk memahami kasus yang dihadapi

2) Sanggup melaksanakan pemeriksaan secara berkesinambungan dan berarah tujuan.

3) Menghadapi pasien dengan keikhlasan dan minat untuk menolong

4) Kesediaan untuk mencurahkan waktu dan tenaga yang diperlukan untuk meletakkan hubungan yang baik demi penanggulangan persoalan yang dihadapi pasien (demi keberhasilan terapi)

Pemeriksa membuka percakapan wawancara dnegna perkenalan yang dilanjutkan dengan pengambilan anamnesis yang terdiri dadri keluhan utama, hal mengenai penyakit saat ini , riwayat lampau dan riwayat keluarga. Garis besar riwayat psikiatrik yang perlu didapatkan dalam pemeriksaan adalah: