WASTU LAPORAN AKHIR

11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Susu merupakan bahan makanan yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia. Susu juga merupakan salah satu bahan makanan yang lezat, mudah dicerna dan bernilai gizi yang cukup tinggi. Susu bisa membahayakan atau dapat menimbulkan ganguan terhadap kesehatan manusia, apabila terjadi kerusakan pada susu tersebut. Menurunnya mutu atau kerusakan air susu tersebut bisa saja disebabkan oleh tercemarnya susu oleh mikroorganisme atau benda asing lain seperti penambahan komponen lain yang berlebihan (peroksida, gula, pati). Warna susu bergantung pada beberapa faktor seperti jenis ternak dan pakannya. Warna susu normal biasanya berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putihnya merupakan hasil dispersi cahaya dari butiran-butiran lemak, protein, dan mineral yang ada di dalam susu. Lemak dan beta karoten yang larut menciptakan warna kuning, sedangkan apabila kandungan lemak dalam susu diambil, warna biru akan muncul. Saat masih berada di dalam kelenjar susu, susu dinyatakan steril. Namun, apabila sudah terkena udara, susu sudah tidak bisa dijamin kesterilannya. Adapun syarat susu yang baik meliputi banyak faktor, seperti warna, rasa, bau, berat jenis, kekentalan, titik beku, titik didih, dan tingkat keasaman. Untuk itulah diperlukan adanya suatu standar mutu susu segar.

Transcript of WASTU LAPORAN AKHIR

Page 1: WASTU LAPORAN AKHIR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Susu merupakan bahan makanan yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh

manusia. Susu juga merupakan salah satu bahan makanan yang lezat, mudah dicerna dan bernilai gizi

yang cukup tinggi. Susu bisa membahayakan atau dapat menimbulkan ganguan terhadap kesehatan

manusia, apabila terjadi kerusakan pada susu tersebut. Menurunnya mutu atau kerusakan air susu

tersebut bisa saja disebabkan oleh tercemarnya susu oleh mikroorganisme atau benda asing lain seperti

penambahan komponen lain yang berlebihan (peroksida, gula, pati).

Warna susu bergantung pada beberapa faktor seperti jenis ternak dan pakannya. Warna susu

normal biasanya berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putihnya merupakan

hasil dispersi cahaya dari butiran-butiran lemak, protein, dan mineral yang ada di dalam susu. Lemak

dan beta karoten yang larut menciptakan warna kuning, sedangkan apabila kandungan lemak dalam

susu diambil, warna biru akan muncul.

Saat masih berada di dalam kelenjar susu, susu dinyatakan steril. Namun, apabila sudah

terkena udara, susu sudah tidak bisa dijamin kesterilannya. Adapun syarat susu yang baik meliputi

banyak faktor, seperti warna, rasa, bau, berat jenis, kekentalan, titik beku, titik didih, dan

tingkat keasaman. Untuk itulah diperlukan adanya suatu standar mutu susu segar.

B. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah menguji mutu susu segar menurut standar.

Page 2: WASTU LAPORAN AKHIR

BAB II

METODOLOGI

A. Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reduktase, pipet, gelas piala, cawan

petri, pipet, Sedangkan bahan yang digunakan adalah susu segar, methylene blue, medium SSA,

Kimia● Uji Angka Reduktase● Uji Alkohol

Organoleptik

Uji hedonik

Mikrobiologi Uji Salmonella

Susu Segar

Page 3: WASTU LAPORAN AKHIR

BAB III

PEMBAHASAN

Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia betina.

Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Susu

binatang (biasanya sapi) juga diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yogurt, es

krim,keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lainnya untuk konsumsi manusia.

Menurut Warsito (1989), pengawasan susu perlu dilakukan untuk menjaga agar kualitas susu

tetap dalam keadaan baik. Pengawasan tersebut meliputi dua hal, yaitu :

1. Pengawasan kualitas susu dengan maksud membebaskan konsumen dari kerugian-kerugian

yang disebabkan susu yang mengandung organisme yang dapat menimbulkan penyakit maupun

karena dipalsukan.

2. Pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi atau menyertai

kerusakan susu.

Mengingat pentingnya produk-produk yang berasal dari susu, maka perkembangan produk susu

dan olahanya di Indonesia perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Hal tersebut perlu dilakukan supaya

di masa yang akan datang industri susu di negara ini tidak terus bergantung pada pihak luar. Sebab

selama ini menurut dirjen dinas peternakan di Indonesia, 80 % kebutuhan susu dalam negeri masih

bergantung pada pihak luar.

Penilaian organoleptik adalah cara penilaian karakter mutu suatu bahan makananan dan minuman menggunakan panca indera. Indera yang digunakan untuk menilai bergantung pada karakter yang mau dinilai. Biasanya yang digunakan adalah indera pencicip di rongga mulut dan pencium di rongga hidung. Selain itu juga diperlukan indera penglihat untuk menilai warna atau rupa dan indera pendengar untuk menilai suara seperti pada sifat kerenyahan yang juga dapat melibatkan organ pendengar di telinga. Kadang-kadang juga diperlukan indera peraba untuk menilai sifat kehalusan atau kekerasan suatu bahan. Dalam pengenalan suatu sifat dengan panca indera, mutlak memerlukan stimuli (rangsangan) yang timbul dari bahan yang diuji sehingga dapat diterima oleh reseptor (syaraf penerima rangsangan) yang ada pada masing-masing indera. Selanjutnya stimuli yang diterima reseptor akan diteruskan ke sistem syaraf pusat untuk diolah sehingga akan timbul 'kesan' terhadap bahan tersebut (Soekarto. 1993).

Menurut Widodo (2003), susu merupakan produk pangan kaya gizi dengan kandungan laktosa, protein, lemak, vitamin dan mineral. Sebagai produk pangan yang lengkap maka susus sangat mudah untuk mengalami kerusakan diakibatkan karena cemaran mikroba. Sumber mikrobia ini berasal dari tempat penampungan yang kurang bersih, kebersihan dan kesehatan ternak yang kurang bagus, lingkungan kandang yang kotor, suhu penyimpanan yang kurang dingin, pengangkutan dan hygine personal yang kurang baik. Kontaminasi mikrobia ini dapat berakibat pada pembusukan, ketengikan susu dan berakhir pada kerusakan susu.

Uji hedonik atau uji kesukaan menggunakan skala sangat suka, suka, netral, tidak suka, dan sangat tidak suka dari tanggapan panelis. Jumlah panelis dalam uji yang telah dilakukan terhadap sampel uji sebanyak 25 orang. Uji ini dapat dilakukan untuk mengetahui selera konsumen mengenai produk tertentu. Dalam hal ini panelis yang digunakan adalah praktikan yang dapat dianggap sebagai panelis tidak terlatih karena sebelumnya tidak dilakukan uji kemampuan panelis terhadap sifat-sifat sensorik tertentu. Hasil uji kesukaan ini tidak dilakukan perhitungan Duncan’s karena sampel yang diuji tidak mengalami perlakuan apapun dan hanya diamati berdasarkan satu jenis sampel uji.

Page 4: WASTU LAPORAN AKHIR

Berdasarkan uji kesukaan yang telah dilakukan, atribut mutu warna memperoleh nilai kesukaan 2 dari rata-rata penilaian panelis. Hal ini menujukkan bahwa warna dari sampel susu segar telah dapat dengan baik diterima oleh konsumen sehingga panelis sebagian besar suka terhadap warna susu segar yang digunakan. Pada atribut aroma, diketahui bahwa nilai rataan uji kesukaan sebesar 3,24 yang dapat diartikan bahwa sebagian panelis cenderung agak suka terhadap aroma sampel iju. Sedangkan untuk atribut mutu rasa, sebagian besar panelis cenderung netral terhadap rasa susu segar uji dengan nilai rataan 3,56. Namun harus dicamkan bahwa penilaian ini ilakukan panelis dengan menilai sifat atau mutu komoditi berdasarkan kesan subjektif. Dengan mengamati hasil organoleptik yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa susu yang diuji telah mengalami degradasi mutu yang mempengaruhi sifat sensori susu segar. Data Hasil Pengujian Organoleptik :

Panelis Atribut Mutu

Warna Aroma Rasa Ket :1 2 3 4 1 sangat suka2 2 4 3 2 Suka3 2 2 3 3 agak suka4 2 2 2 4 Netral5 1 3 6 5 agak tidak suka6 1 3 4 6 tidak suka7 2 4 4 7 sangat tidak suka8 2 4 3

9 2 2 3

10 4 4 5

11 2 4 3

12 2 3 4

13 2 2 4

14 2 3 4

15 2 4 4

16 3 5 6

17 2 4 4

18 1 3 2

19 3 3 3

20 2 4 5

21 2 3 1

22 2 2 2

23 1 2 2

24 2 4 4

25 2 4 4

rata-rata 2 3,24 3,56

Jumlah 50 81 89

Kualitas susu salah satunya dilihat dari kualitas mikrobiologisnya. Susu merupakan media

pertumbuhan yang tepat untuk organisme perusak yang umum. Perubahan yang tidak dikehendaki

dalam susu dipengaruhi oleh pertumbuhan mikroba dan metabolismenya. Susu rusak diakibatkan oleh

mikrorganisme yang dapat merombak senyawa di dalam susu. Misalnya bakteri asam laktat yang

merombak laktosa dalam susu menjadi asam laktat sehingga susu menjadi basi.

Page 5: WASTU LAPORAN AKHIR

Salah satu pengujian mikrobiologi susu adalah dengan uji biru metilen (methylene blue test).

Uji ini dapat memberikan perkiraan jumlah bakteri dalam susu dengan mengamati waktu yang

dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan aktivitas yang dapat menyebabkan perubahan zat warna biru

metilen. Semakin tinggi jumlah bakteri dalam susu, semakin cepat terjadinya perubahan warna

(Anonim, 2009).

Aktivitas enzim reduktase dapat diketahui dengan cara menambah zat warna metilen biru dalam

susu. Apabila terdapat aldehid hasil aktivitas enzim reduktase, maka metiilen blue akan tereduksi.

Enzim ini akan tidak aktif pada suhu 130°C (Anonim, 2009).

Organisme yang tumbuh dalam susu akan menghasilkan oksigen yang ada. Karena oksigen

habis, terjadi reaksi oksidasi-reduksi untuk kelangsungan hidup mikroba. Sitrat yang merupakan

metabolit mikroba berfungsi sebagai donor hidrogen, methylene blue sebagai aseptor hidrogen, dan

enzim reduktase yang diproduksi mikroba merupakan katalis. Reaksi oksidasi yang terjadi harus dapat

menyediakan energi untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, dengan enzim reduktase mikroba

menurunkan potensial oksidasi-reduksi, dengan mereduksi methyelene blue. Karena tereduksi maka

methyelene blue berubah warnanya dari biru menjadi putih metilen/methylene white (Anonim, 2009).

Pada pengujian yang dilakukan, susu segar berubah warna dalam waktu 6 jam dalam suhu 370C.

Enzim reduktase akan inaktif pada suhu 1300C, hal ini mengakibatkan enzim reduktase masih aktif

pada suhu 370C. Oleh sebab itu enzim reduktase masih bisa mereduksi methylene blue. Dalam waktu 6

jam tersebut, diperkirakan jumlah mikroba yang ada di dalam susu sebanyak 4.000.000 hingga

20.000.000 dan sudah dalam kategori mutu susu yang baik sesuai dengan tabel hubungan antara waktu

reduksi berikut:

Mutu Susu Waktu Reduksi Jumlah Bakteri

Sangat baik >8 jam Kurang dari 500.000

Baik 6-8 jam 1.000.000-4.000.000

Cukup 2-6 jam 4.000.000-20.000.000

Rendah Kurang dari 2 jam Lebih dari 20.000.000

(sumber: Purwoko, 2009)

Jika dibandingkan dengan SNI susu segar, waktu 6 jam tersebut juga sudah memenuhi standar

SNI yaitu antara 2 hingga 5 jam. Dapat disimpulkan bahwa susu segar tersebut sudah memenuhi

standar SNI dengan pengujian angka reduktase.

Page 6: WASTU LAPORAN AKHIR

dapus: Purwoko. 2009. Penuntun Praktikum Analisis Bahan dan Produk Agroindustri. Departemen

teknologi industry pertanian, bogor.

http://dunia-mikro.blogspot.com/2010/08/mekanisme-perubahan-warna-biru-metilen.html

Salmonella adalah satu jenis bakteri pencemar makanan yang cukup ditakuti oleh masyarakat

luas. Salmonella adalag bakteri Gram negatif berbentuk batang (0.7–1.5x2-5 μm), dan tidak

membentuk spora. Sebagian besar strain motil dan memfermentasi glukosa dengan membentuk gas dan

asam tetapi tidak laktose, menggunakan sitrat sebagai sumber karbon, menghasilkan hidrogen sulfida,

decarboxylate lysinedan ornithine, tidak menghasilkan indol, dan negatif untuk urease. Merupakan

bakteri mesophylic, dengan suhu pertumbuhan optimum antara 35°-37°C, tetap dapat tumbuh pada

range 5°-46°C. Dapat dimatikan pada suhu dan waktu pasteurisasi, sensitif pada pH rendah (≤4,5) dan

tidak berbiak pada Aw 0,94, khususnya jika dikombinasikan dengan pH 5,5 atau kurang. Sel-selnya

dapat bertahan pada pembekuan dan bentuk kering dalam waktu yang lama. Salmonella mampu

berbiak pada berbagai makanan tanpa mempengaruhi tampilan kualitasnya (Purwanti, 2004).

Salmonella dapat memfermentasi glukosa dengan membentuk asam atau gas dan dapat

mereduksi nitrat menjadi nitrit. Mempunyai sifat katalase positif dan oksidase negatif serta mudah

tumbuh pada kebanyakan media. Bakteri ini bukan indikator sanitasi, melainkan bakteri indikator

keamanan pangan. Artinya, karena semua serotipe Salmonella yang diketahui di dunia ini bersifat

patogen maka adanya bakteri ini dalam air atau makanan dianggap membahayakan kesehatan. Oleh

karena itu berbagai standar air minum maupun makanan siap santap mensyaratkan tidak ada

Salmonella dalam 100 ml air minum atau 25 gram sampel makanan (Dewanti dan Hariyadi, 2005).

Infeksi Salmonella – salmonellosis- itu sendiri bersifat zoonosis, yaitu dapat ditularkan dari

hewan ke manusia ataupun sebaliknya. Penyakit yang ditimbulkan karena infeksi Salmonella akut

dapat menimbulkan gejala mual, muntah, kram perut, diare, demam dan sakit kepala. Gejala-gejala

tersebut dapat timbul setelah 6-48 jam setelah bakteri Salmonella masuk ke dalam tubuh.

Makanan yang dapat tercemar oleh bakteri ini antara lain daging mentah, telur, susu dan produk

turunan susu, ikan, udang, coklat dan bahkan selai kacang. Beragam jenis Salmonella juga dapat

diisolasi dari cangkang telur, namun secara umum S. enteritidis yang paling sering ditemui. S.

enteritidis juga dapat ditemukan di dalam putih telur dan kuning telur. Diduga hal tersebut

kemungkinan besar terjadi karena adanya transmisi vertikal dari induk ayam yang terinfeksi S.

enteritidis ke dalam telur pada saat proses pencangkangan telur.

Page 7: WASTU LAPORAN AKHIR

Untuk mengetahui aman atau tidaknya susu segar ini maka dilakukan uji penentuan adanya

Salmonella yang dilakukan pada media Salmonella Shigella Agar (SSA). Media SSA mengandung

laktosa yang dapat digunakan untuk membedakan kemampuan bakteri untuk memfermentasikan

laktosa. Media SSA juga dilengkapi besi (Fe) sehingga hanya bakteri yang dapat memecah asam amino

yang mengandung sulfur akan bereaksi dengan air membentuk H2S dengan adanya logam besi (Fe)

maka H2S akan bereaksi dengan Fe membentuk garam FeS yang berwarna hitam.

Setelah diinkubasi selama 2 hari pada suhu 370C hasil inkubasi menunjukkan tidak ada ciri-ciri

bakteri tumbuh sehingga hasil negatif karena sampel yang ditanam di medium tidak menunjukkan

koloni yang jernih atau tembus cahaya tidak bewarna. dan memenuhi standar SNI yang diterapkan.

Pengujian selanjutnya adalah uji alkohol, hal yang dilakukan adalah dengan menuangkan 2 ml metil alkohol 68%, kemudian susu segar dituangkan juga kedalam tabung reaksi, kemudian dicampurkan dengan cara membalikkan tabung beberapa kali dan dilihat apakah terjadi penggumpalan atau tidak. Jika terlihat adanya pembentukan lapisan gumpalan susu sedikit atau banyak pada sisi tabung menun-jukkan hasil yang positif sedangkan jika tidak terdapat lapisan gumpalan susu pada sisi tabung maka hasilnya negative. Uji alkohol ini dilakukan untuk melihat kestabilan sifat koloid protein susu terutama kasein.Kestabilan sifat koloid susu tergantung pada selubung air yang meliputi butiran-butiran protein terutama kasein yang merupakan 80% dari protein susu. Penambahan alkohol yang tinggi ke dalam susu menyebabkan susu pecah, karena alkohol memliki daya hidrasi dan berkoagulasidengan kasein, sehingga susu pecah. Pengasaman dapat memisahkan kasein dengan whey protein. Se-lain itu, sentrifugas padasusu dapat pula digunakan untuk memisahkan kasein. Setelah kasein dikeluarkan, maka proteinlain yang tersisa dalam susu disebut whey protein yang merupakan protein butiran Bethalactoglobulin,Alpha-lactalbumin, Immunoglobulin (Ig), dan Bovine Serum Albumin (BSA)adalah contoh dari whey protein. Alpha-lactalbumin merupakan protein penting dalam sintesislaktosa dan keberadaannya juga merupakan pokok dalam sintesis susu. Dalam Whey proteinterkandung pula beberapa enzim, hormon, antibodi, faktor pertumbuhan dan pembawa zat gizi.Sebahagian besar Whey protein kurang tercerna dalam usus ketika Whey protein tidak tercernasecara lengkap dalam usus, maka beberapa protein utuh dapat menstimulasi reaksi kekebalan

sistemik. Peristiwa ini dikenal dengan alergi protein susu. Dari uji alkohol yang kita lakukan

ternyata tidak terjadi penggumpalan pada susu yang kita uji sehingga hasil yang didapat adalah

negative untuk uji alkohol. Sesuai dengan SNI susu segar mengenai uji alkohol dengan ini susu segar

yang kita uji sesuai dengan SNI yang berlaku pada uji alkohol yaitu negative.

metodologi

Dapus :Widodo. 2003. Bioteknologi Industri Susu. Lacticia Press : Yogyakarta.Soekarto, T.S. Pengantar Teknologi pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.

Institut Pertanian Bogor.