Warna Dan Distorsi

3
Interaksi antara polimer dengan monomer akan menghasilkan massa melalui 5 fase yaitu 1) fase sandy, 2) fase stringy, 3) fase dough, 4) fase rubbery, dan 5) fase stiff. Selama fase sandy, butir- butir polimer tidak berubah sehingga jika campuran disentuh akan terasa kasar. Selanjutnya adukan akan berada di fase stringy. Di tahap ini, rantai-rantai polimer yang lebih kecil akan larut ke dalam cairan monomer sehingga menambah viskositas adukan secara bertahap. Sementara rantai polimer yang lebih besar akan menyerap cairan monomer dan semakin menambah viskositas adukan. Campuran akan terlihat seperti benang dan lengket jika disentuh atau ditarik pada fase ini (McCabe & Walls, 2008; Anusavice, 2013). Setelah fase stringy, fase selanjutnya adalah fase dough. Pada fase ini, jumlah rantai polimer yang memasuki larutan semakin bertambah. Secara klinis, massa tidak lagi lengket dan menjadi suatu adonan yang bersifat plastis dan mudah dibentuk. Fase ini adalah fase ideal untuk melakukan moulding (Anusavice, 2013). Setelah itu, adukan mencapai fase rubbery. Adukan pada fase ini bersifat elastis sehingga akan cenderung kembali ke bentuk aslinya bila ditekan atau direnggangkan. Cairan monomer mulai menghilang karena menguap atau diserap ke dalam butiran polimer. Setelah itu, adukan mencapai fase terakhir atau fase stiff. Adukan menjadi keras pada fase ini karena penguapan cairan monomer. (Anusavice, 2013) Pada percobaan dilakukan perlakuan berbeda saat adukan dimasukkan ke dalam mould. Tiga adukan dimasukkan ke dalam mould masing-masing pada fase stringy, dough, dan rubbery. Setelah proses

description

Warna dan Distorsi pada Denture Pembuatan Denture Ilmu Material Kedokteran Gigi Kuliah

Transcript of Warna Dan Distorsi

Interaksi antara polimer dengan monomer akan menghasilkan massa melalui 5 fase yaitu 1) fase sandy, 2) fase stringy, 3) fase dough, 4) fase rubbery, dan 5) fase stiff. Selama fase sandy, butir-butir polimer tidak berubah sehingga jika campuran disentuh akan terasa kasar. Selanjutnya adukan akan berada di fase stringy. Di tahap ini, rantai-rantai polimer yang lebih kecil akan larut ke dalam cairan monomer sehingga menambah viskositas adukan secara bertahap. Sementara rantai polimer yang lebih besar akan menyerap cairan monomer dan semakin menambah viskositas adukan. Campuran akan terlihat seperti benang dan lengket jika disentuh atau ditarik pada fase ini .Setelah fase stringy, fase selanjutnya adalah fase dough. Pada fase ini, jumlah rantai polimer yang memasuki larutan semakin bertambah. Secara klinis, massa tidak lagi lengket dan menjadi suatu adonan yang bersifat plastis dan mudah dibentuk. Fase ini adalah fase ideal untuk melakukan moulding (Anusavice, 2013).Setelah itu, adukan mencapai fase rubbery. Adukan pada fase ini bersifat elastis sehingga akan cenderung kembali ke bentuk aslinya bila ditekan atau direnggangkan. Cairan monomer mulai menghilang karena menguap atau diserap ke dalam butiran polimer. Setelah itu, adukan mencapai fase terakhir atau fase stiff. Adukan menjadi keras pada fase ini karena penguapan cairan monomer. Pada percobaan dilakukan perlakuan berbeda saat adukan dimasukkan ke dalam mould. Tiga adukan dimasukkan ke dalam mould masing-masing pada fase stringy, dough, dan rubbery. Setelah proses curing selesai dan dilakukan deflasking, tampak warna akrilik pada tiap perlakuan berbeda-beda. Akrilik yang sebelumnya dicetak pada fase stringy tampak lebih terang daripada yang dicetak pada fase dough sedangkan yang dicetak pada fase dough juga tampak lebih terang dibandingkan yang dicetak pada fase rubbery. Hal ini diakibatkan perbedaan kandungan polimer-monomer pada masing-masing fase saat dilakukan moulding sehingga akrilik yang dicetak pada fase dengan monomer lebih sedikit, baik karena penguapan maupun absorbsi, akan tampak lebih gelap setelah semua proses selesai.Bahan akrilik dapat mengalami distorsi atau perubahan dimensi. Penyebabnya beragam namun umumnya tidak berdampak signifikan secara klinis. Perubahan dimensi terjadi akibat pelepasan tekanan. Tekanan dapat timbul akibat pengerutan polimerisasi dan pengerutan termal .

Pengerutan polimerisasi terjadi ketika monomer berikatan membentuk rantai polimer. Selama proses dapat terjadi gesekan antara dinding mold dan resin lunak sehingga pengerutan normal terhalangi dan berujung pada merenggangnya rantai polimer serta tekanan pada resin. Sementara pengerutan termal terjadi ketika resin terpolimerisasi didinginkan di bawah temperatur transisi kaca. Basis protesa resin memiliki kecepatan kontraksi yang berbeda dengan media penanam seperti dental stone yang menyebabkan timbulnya tekanan dalam resin . Tekanan yang timbul dapat terlepas oleh penyerapan air. Hal ini terjadi karena molekul air dapat mengganggu ikatan rantai polimer yang mengubah karakteristik fisik polimer sehingga rantai polimer lebih mudah bergerak. Ini memungkinkan relaksasi tekanan selama polimerisasi. Pelepasan tekanan yang ditimbulkan akhirnya menimbulkan distorsi .