RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

21
RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA(Part 1) 3 Februari 2013 pukul 3:51 ....Kita telah lama menjaga dengan hati-hati upaya mendiskreditkan para rohaniawan non- Yahudi (*muslim) dalam rangka menghancurkan misi mereka, yang pada saat ini dapat secara serius menghalangi misi kita. Pengaruh mereka atas masyarakat mereka berkurang dari hari ke hari. Kebebasan hati nurani yang bebas dari faham agama telah dikumandangkan dimana-mana. Tinggal masalah waktu maka agama-agama itu akan bertumbangan…” (*Protokol zionis ke 17). Salah satu kejahatan Wahabi dan seluruh varian harokah yg berafiliasi serta menganut akidah yg sama dengannya diluar pentahrifan kitab kitab ulama klasik adalah memanipulasi sejarah ulama aswaja, khususnya ulama aswaja nusantara yg sangat dihormati oleh kalangan umat Islam berbasic tradisional. Seperti yg ditulis baru baru ini di sebuah situs resmi harokah yg mengklaim bahwa KH. Wahab hasbullah salah seorang tokoh pendiri NU yg juga berperan dalam pendirian NKRI sebagai seorang yg mendukung sebuah konferensi yang memperjuangkan tegaknya kembali khilafah, dalam hal ini tentu saja khilafah versi pemahaman mereka, bukan versi pemahaman aswaja. (*silahkan di cek tulisan mengenai hal tersebut di http://hizbut- tahrir.or.id/2012/05/15/sejarah-umat-islam-indonesia-sejarah perjuangan- syariah-dan-khilafah/). Sebelum itu telah kami temukan juga sebuah tulisan disebuah blog mengenai KH hasyim asy’ari yg di katakan panjang lebar sebagai ulama yg anti terhadap bedug dan perayaan maulid (*silahkan baca di http://axingx.blogspot.com/2012/07/kh-hasyim-asyary-tolak-beduk- maulid.html). Selain itu mereka juga memanipulasi fakta sejarah polemik yg terjadi antara Syeikh Ahmad khatib al minangkabawi dan ulama ulama thariqat di ranah Minang di zamannya sebagai alibi untuk mengatakan beliau sebagai seorang ulama yg anti thariqat sufi dan pendukung gerakan pembaharuan islam ala wahabiyah Muhammad abduh.

Transcript of RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

Page 1: RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA(Part 1)3 Februari 2013 pukul 3:51

  “....Kita telah lama menjaga dengan hati-hati upaya mendiskreditkan para rohaniawan non-Yahudi (*muslim) dalam rangka menghancurkan misi mereka, yang pada saat ini dapat secara serius menghalangi misi kita. Pengaruh mereka atas masyarakat mereka berkurang dari hari ke hari. Kebebasan hati nurani yang bebas dari faham agama telah dikumandangkan dimana-mana. Tinggal masalah waktu maka agama-agama itu akan bertumbangan…” (*Protokol zionis ke 17).  Salah satu kejahatan Wahabi dan seluruh varian harokah yg berafiliasi serta menganut akidah yg sama dengannya diluar pentahrifan kitab kitab ulama klasik adalah memanipulasi sejarah ulama aswaja, khususnya ulama aswaja nusantara yg sangat dihormati oleh kalangan umat Islam berbasic tradisional. Seperti yg ditulis baru baru ini di sebuah situs resmi harokah yg mengklaim bahwa KH. Wahab hasbullah salah seorang tokoh pendiri NU yg juga berperan dalam pendirian NKRI sebagai seorang yg mendukung sebuah konferensi yang memperjuangkan tegaknya kembali khilafah, dalam hal ini tentu saja khilafah versi pemahaman mereka, bukan versi pemahaman aswaja. (*silahkan di cek tulisan mengenai hal tersebut di http://hizbut-tahrir.or.id/2012/05/15/sejarah-umat-islam-indonesia-sejarah perjuangan-syariah-dan-khilafah/). Sebelum itu telah kami temukan juga sebuah tulisan disebuah blog mengenai KH hasyim asy’ari yg di katakan panjang lebar sebagai ulama yg anti terhadap bedug dan perayaan maulid (*silahkan baca di http://axingx.blogspot.com/2012/07/kh-hasyim-asyary-tolak-beduk-maulid.html). Selain itu mereka juga memanipulasi fakta sejarah polemik yg terjadi antara Syeikh Ahmad khatib al minangkabawi dan ulama ulama thariqat di ranah Minang di zamannya sebagai alibi untuk mengatakan beliau sebagai seorang ulama yg anti thariqat sufi dan pendukung gerakan pembaharuan islam ala wahabiyah Muhammad abduh. Hal ini tentunya membuat kami sebagai generasi muda aswaja pemerhati sejarah bertanya tanya: Manufer apalagi yang dilakukan oleh kaum wahabi di Indonesia sekarang ini? Apakah setelah gagal atau paling tidak kurang berhasil memalingkan kaum muslimin dunia dan Indonesia pada khususnya dari akidah asy’ariyah-maturidiyah dan dari madzhab Imam yg empat dengan segala vonis sesat, bid’ah dan kafirnya lalu mereka sekarang melakukan ini? 

Page 2: RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

Atau memang mereka sudah tidak percaya diri lagi mengusung nama ulama ulama wahabiyahnya yg selama ini selalu mereka jadikan sumber hujjah sehingga mereka berusaha membajak ulama ulama aswaja sebagai sumber hujjah baru mereka...??? Entahlah..., namun menurut pengamatan kami ketidak pedulian generasi muda Islam akan sejarah keislaman negerinya sendirilah yg membuat mereka menjadi sasaran empuk bagi kejahatan wahabi yg satu ini. Siapapun yg cenderung silau dengan apapun yg berbau timur tengah alias Arab sentris, lebih mengenal ulama ulama kholaf/mutakhir timur tengah wabil khusus yg mengusung sesuatu yg mereka sebut sebagai gerakan pembaharuan islam yg berpusat di Arab saudi sana, maka dialah mangsa yg tak perlu lagi diburu oleh para wahabi yg melakukan distorsi sejarah ini. Atau mereka yg bersemangat meneriakkan gerakan penegakan kembali khilafah, pemberlakuan syariah Islam yg salah kaprah dan basah kuyup dalam gegap gempita gerakan Pan islamisme radikal-fundamental yg berakar dari buah fikiran Muhammad abduh, Rasyid ridha, Hassan albana, Taqiyudin an-Nabhani, Sayyid Quthb dan sejenisnya maka pastilah juga yg menjadi mangsa empuk korban distorsi sejarah ini. Kami tidak bicara omong kosong, coba lihat berapa banyak anak muda Islam yg aslinya berasal dari keluarga berbasic nahdiyin dan mungkin juga Pertiyin yg putar haluan menentang akidah dan amalan amalan orang tuanya sendiri setelah mengenal Islam dari sumber yg salah. Sumber sumber yg menampilkan wujud Islam yg tampak kemasan luarnya lebih nyunnah, yg semangatnya berapi api, gagah  dan mengobral syurga instant serta murah berbungkus kaleng berlabel jihad dunia maya yg merupakan produk import dari Saudi arabia, Mesir, Yaman, Qatar, Kuwait, Iran, Palestina, syuriah dan Jordania. Produk produk import wahabisasi global yg berbumbu manis jargon kembali kepada Al Qur’an dan hadits sesuai pemahaman para salafus sholeh dengan dalil dalil yg shahih, shorih dan rojih. Aaahaah...., siapakah yg tak akan mabuk kepayang lupa daratan yg dipijak, lupa air bumi mana yg diminum dan lupa udara mana yg setiap detiknya dihirup jika terkena slogan agama sedahsyat itu? Sedangkan yg dari kalangan Muhammadiyin lebih parah lagi karena sejarah Muhammadiyah memang telah mengalami distorsi sedemikian rupa secara sistematis semenjak berpuluh puluh tahun lalu. Mereka lebih mengenal tauhid trinitas ala wahabi yg tak berdasar dan bak martabak dibelah tiga itu ketimbang sifat 20. Mereka malu mengakui kenyataan bahwa ibunya ikut pengajian aswaja, hobi maulidan, ratiban, dan tahlilan, atau si mbahnya ada yg berbaiat kepada thariqat thariqat sufi serta hobi tirakatan dan ngobong menyan. Mereka lebih mengenal pemikiran dan fatwa fatwa Syeikh Abdul aziz bin baaz dan sang muhadits nomer wahid Syeikh Albani ketimbang pemikiran Syeikh Muhammad sa'ad al khalidi mungka tuo atau KH. Hasyim asy’ari misalnya. Dan kalaupun mereka mengenalnya maka sosok yg dikenal adalah sosok ulama aswaja yg telah didistorsikan oleh tangan tangan kreatif seperti di 2 buah link yg kami cantumkan diatas. 

Page 3: RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

Lalu yg terjadi kemudian adalah klaim klaim sok tahu kalau mereka dalam aktifitas gerakan dakwahnya juga terpengaruh oleh pemikiran Yai Hasyim misalnya. Namun disaat bersamaan mereka memuja muja Syeikh Muhammad bin Abdul wahab sampai ke langit yg ketujuh...., oooooh muwahiddun..., entah kemana logika dan akal sehatmu kau campakkan? Masihkah dia ada bersemayam di dalam kepalamu saat ini seperti bersemayamnya Allah di atas arsy-Nya yg kau yakini sebagai akidah yg haq? Atau dia sudah kabur entah kemana. Atau mungkin kesadaran historismu yg teramat sangat miskin itulah yg membuatmu begitu? Karena tidaklah mungkin seorang yg akalnya berfungsi dengan baik mengaku terpengaruh oleh 2 tokoh yg bahkan dalam masalah ushuludin saja bagai bumi dan langit bedanya, dimana yg satu menyelisihi yg lainnya. Namun mereka ini sebenarnya adalah korban..., ya korban dari sebuah konspirasi manipulasi sejarah yg secara sistematis dilancarkan dari dalam tubuh Islam sendiri oleh Illuminati-Freemasonry serta agen agennya. Karenanya, sebuah usaha pangkajian sejarah aswaja nusantara secara mendalam sangatlah diperlukan. Ketahuilah saudara saudara kami yg hobi klaim dan memanipulasi sejarah sana sini, tindakan kalian akan mendapat perlawanan yg sengit dari kami, sejarah tak bisa kalian putar balikkan seenak kepentingan kalian... KEHEBATAN ULAMA-ULAMA ASWAJA NUSANTARA DI MASA LALU 

Ulama ulama kita dahulu memang hebat hebat adanya. Mereka telah menjadi tokoh tokoh dunia dan mengharumkan serta melambungkan nama nusantara ke pentas dunia islam internasional. Nama-nama ulama seperti Syekh Yusuf Al- Makassary(Makassar) dan Syekh Abdul Rauf Al-Sinkili (Singkel, Aceh), merupakan ulama yang malang melintang menuntut ilmu di Haramain pada abad ke-17. Syekh Abdul Shomad Al-Palimbani (Palembang), Syekh Nafis Al-Banjari (Banjar, Kalsel), Syekh Arsyad Al-Banjari (Banjar, Kalsel) merupakan ulama tasawuf thariqat Samaniyah yang berpengaruh pada abad ke-18. Kita juga mengenal nama-nama seperti Syekh Nurudin Al-Raniri (Aceh), Syekh Abdul Rahman Al Masry Al Batawi (Jakarta), Syekh Khatib Sambas (Kalimantan), dan lain-lainnya.

Page 4: RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

 Pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20, ulama kita malah makin hebat-hebat di Mekkah. Karena mereka tidak sekadar menuntut ilmu, tapi justru menembus pusat ilmu di Mekkah, yaitu sebagai pengajar dan imam di Masjidil Haram. Tercatat ada 2 nama ulama Indonesia yg menjadi Imam di mesjidil haram Mekkah, yaitu Syeikh Nawawi al bantani dan Syeikh Ahmad khatib al Minangkabawi. Tersebut jualah syeikh Muhammad saad al khalidi mungka tuo yg telah melanglang buana menuntut ilmu sampai ke Mekkah, Madinah dan Yaman disaat bahkan penduduk Indonesia mungkin belumlah mengenal memakai celana apalagi yg berbahan dan bermodel pantalon. Atau mungkin sebagian dari kita juga akan asing mendengar nama KH. Kholil bangkalan, KH. Sholeh darat al Semarangi, Buya maulana Syekh Sulaiman ar-Rasuli Canduang, Buya H. Sirajuddin Abbas, Syekh Tuanku Shaliah Keramat dan Syeikh mahfudz al termasyi. Serta masih puluhan bahkan ratusan nama ulama ulama Indonesia yg hebat di masanya yg tidak mungkin kami sebutkan satu persatu disini.. Seluruh ulama pilih tanding nusantara yg kami sebutkan diatas adalah ulama berakidah asy’ariyah-maturidiyah dan bermadzhab syafi’iyah, madzhab yg lazim dianut oleh penduduk muslim nusantara semenjak dulu kala. Tak satupun diantara mereka yg berakidah Mujasimah-musyabihah, dan berfaham ekstrim nyeleneh anti madzhab imam yg empat alias wahabiyah. Lebih jauh lagi seluruh mereka adalah para sufi, ulama ulama thariqat yg bertassawuf. Sebuah kenyataan historis yg mencengangkan mengingat ulama ulama thariqat saat ini dikecam secara membabi buta dengan sebutan “kaum sufi yg tolol dan terbelakang” oleh orang-orang ahistoris tak tahu diri yg mengklaim diri mereka sebagai penegak tauhid. Mereka buta akan fakta bahwa setelah era keemasan Walisongo di tanah Jawa dan ulama ulama besar di tanah sumatera serta melayu pada umumnya para ulama sufi yg tolol dan terbelakang itulah yg menjadi imam imam panutan tempat bertanya dan menuntut ilmu serta merenangi samudera  keilmuan islam yg nyaris tak terlihat bibir pantainya. Dari tangan tangan mulia para ulama serta wali waliyullah inilah kemudian lahir ulama ulama seperti KH. Hasyim asy’ari, KH. Wahab hasbullah, KH. Ahmad dahlan dan lainnya yg kelak sangat berperan dalam membebaskan bangsa Indonesia pada umumnya dan umat islam nusantara pada khususnya dari belenggu penjajahan Belanda. GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM MESIR DAN EFEKNYA PADA ULAMA-ULAMA INDONESIA SERTA POLEMIK ANTARA GOLONGAN TRADISIONAL SERTA MODERN YANG DIMANIPULASI OLEH WAHABI DIMASA KINI.  Mereka para ulama yg kami sebutkan panjang pendek perihalnya diatas terkemuka di dalam dunia keilmuan Islam tak hanya di nusantara melainkan juga di dunia selama abad ke 18 dan paruh kedua abad ke 19 serta awal abad ke 20.

Page 5: RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

 Hingga akhirnya hembusan gerakan pembaharuan islam bertiup dari Mesir, setelah beberapa waktu sebelumnya berhembus pula dari Najd. Namun anehnya sumber hembusan terdahsyat justru datang dari Perancis. Ya, tersebutlah 3 tokoh disini: Jamaludin al afghani, Muhammad  abduh dan Rasyid ridha. Uniknya majalah Al manaryang merupakan corong propaganda ide ide pembaharuannya diterbitkan pertama kali saat mereka berada di Paris Perancis. Bukankah sebuah keanehan pembaharuan islam namun dihembuskan dari negeri kafir penjajah yg terang terang dikenal sebagai salah satu markas gerakan Freemasonry dunia...?? Sepintas lalu ide pembaharuan yg digagas mereka itu sangatlah luar biasa. Ide ide tentang modernisasi pendidikan islam, sosial dan politik tentunya tak dapat dipungkiri memang diperlukan oleh kaum muslimin di seluruh belahan dunia yg terjajah oleh bangsa bangsa barat saat itu. Tiba tiba saja Al manar menjadi konsumsi bacaan populer para pelajar Islam di Mekkah saat itu, tak terkecuali ulama ulama asal nusantara seperti KH. Ahmad dahlan dan KH. Hasyim asy'ari yg sedang belajar disana. Tak sedikit dari para pelajar itu lalu beramai ramai ke Mesir untuk bertemu dan kursus kilat gerakan tajdid (*pembaharuan) kepada Muhammad abduh dan muridnya Rasyid ridha. Namun gerakan modernisasi Islam alias gerakan tajdid ini menyimpan racun yg justru sangat mematikan bagi umat Islam itu sendiri yaitu pelepasan diri dari kaidah bermadzhab kepada madzhab yg empat serta pemberangusan thariqat thariqat sufi bahkan yg mu’tabarah sekalipun. Mereka juga menolak madzhab akidah asy’ariyah-maturidiyah yg telah berabad abad dikenal sebagai akidah ahlussunnah wal jam’ah. Bayangkan..., bukankah itu ibarat seekor kambing yg tak bisa mengaum namun ingin diakui sebagai singa bukan??? Selain itu mereka juga mengecam keras tradisi keislaman seperti maulid, perayaan isra mi’raj dan berziarah ke makam orang orang sholeh. Dan mereka sangat menekankan bahwa pintu ijtihad masih terbuka lebar dan siapapun bisa dan berhak melakukannya. Walhasil lahirlah mujtahid mujtahid gadungan yg kurang ilmu, kering hikmah, miskin khazanah, dan bahkan tanpa sanad  keilmuan yg jelas, sehingga fatwa fatwa yg dihasilkanpun bukan alang kepalang nyeleneh bin ngawurnya. Semua orang asal bisa bahasa arab agak sejurus dua jurus, sepukul dua pukul maka dia bisa dan boleh berijtihad sekehendak hatinya tanpa harus memperhatikan ijma ulama terdahulu. Kalau perlu silahkan saja menyalahkan pendapat mereka, shahihkan, dhoifkan, maudhu-kan, bahkan kafirkan muhadits sekelas Imam Bukhari dan imam Muslim jika hadits mereka tak sesuai dengan akidah wahabiyah yg merujuk kepada Syeikh ibnu taimiyah. Ini sama saja dengan membebaskan segerombolan anak paud mengurus keperluan hidupnya sendiri tanpa ada bekal yg cukup dan tanpa ada yg mengawasi.

Page 6: RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

 Agama Islam itu bisa kau fahami dengan seenak nafsu dan akalmu... Do what you want, do what you wilts. Dari luar gerakan pembaharuan ini sangat mempesona dengan ide ide modernisasi Islam yg bertujuan mengangkat Islam dari keterbelakangan, namun isinya tak lebih dari gerakan wahabisme jilid dua. Bahkan yg menarik adalah Muhammad abduh sendiri mengakui bahwa dia sangat terpengaruh pemikiran mu’tazilah alias Islam liberal, suatu faham Islam yg ditolak mentah mentah dengan reaksi yg sangat overacting oleh pengagum pengagumnya saat ini. Kemu’tazilahan Abduh bukanlah sebuah rahasia lagi di dunia kajian sejarah faham wahabi dikalangan para ulama aswaja dan pemerhati masalah konspirasi saat ini. Bahkan seorang bernama David livingstone di dalam bukunya Illuminati and terrorism dengan tegas dan berani mengatakan Abduh, Ridha, dan Jamaludin al afghani sebagai agen-agen freemasonry yg ditanam di dalam tubuh islam. PELURUSAN DISTORSI SEJARAH, FITNAH SERTA KLAIM WAHABI TERHADAP SYEIKH AHMAD KHATIB AL MINANGKABAWI, SERTA POLEMIKNYA DENGAN THARIQAT NAQSABANDIYAH DI MINANG KABAU.  

Gelombang gerakan pembaharuan ini ditanggapi dengan reaksi yg beragam oleh para pelajar dan ulama Indonesia saat itu baik yg belajar di Mekkah maupun tokoh tokoh pergerakan Islam yg berada di tanah air.Golongan pertama adalah mereka yg cenderung menerimanya bulat bulat sebagai sesuatu yg mutlak dan sebagai sebuah keniscayaan, termasuk ide Abduh dan Ridha untuk meninggalkan taqlid kepada madzhab imam yg empat dan pemberangusan thariqat thariqat sufi. Sedangkan golongan kedua adalah mereka yg  menerima dan menyerap gagasan pembaharuan Islam Abduh dalam bidang modernisasi pendidikan, sosial dan kesadaran politik, namun dengan tegas menolak mentah-mentah gagasan untuk keluar dari kaidah taqlid bermadzhab kepada Imam madzhab yg empat serta mengikuti dan mengamalkan tassawuf melalui thariqat thariqat sufi. 

Page 7: RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

KH. Hasyim asy'ari dan KH. Ahmad dahlan termasuk kepada golongan yg kedua ini, sedangkan ulama seperti Syeikh Ahmad syurkati (*pendiri Al Irsyad) dan pimpinan organisasi pergerakan Islam seperti HOS. Tjokroaminoto termasuk kepada golongan yg kedua. Tentunya terjadi perdebatan, ketegangan dan tarik menarik diantara kedua golongan ini, namun diantara mereka tetap saling menghargai dan menghormati. Cita cita untuk mencapai Indonesia yg merdeka dari penjajahan bangsa kafir Belanda yg menjadi impian seluruh rakyat Indonesia saat itu membuat mereka mau tak mau harus duduk dan berjuang bersama. Disinilah kaum wahabi hari ini melakukan distorsi-distorsi sejarah yg cukup signifikan.Mereka mengatakan bahwa Syeikh Ahmad khatib al Minangkabawi yg merupakan guru dari nyaris seluruh ulama Indonesia yg belajar di Mekkah saat itu sebagai seorang ulama yg anti tassawuf, anti thariqat dan anti kaum sufi, sejalan dengan Abduh dan Ridha. Ini tentunya cukup menggelikan, memang Syeikh Ahmad khatib pernah terlibat polemik permasalahan thariqat dan hukum adat yg berlaku di alam Minang kabau dengan ulama ulama dan kaum niniak mamak-cadiak pandai di ranah minang. Memang beliau juga terlibat berbantah bantahan cukup panjang dengan ulama ulama thariqat Naqsabandiyah dan mengecam thariqat itu melalui kitabnya Izhar Zaghlil Kazibin fi Tasyabbuhihim bis Shadiqin (*artinya: "Menyatakan kebohongan orang orang yg menyerupai orang orang yg benar", terbitan 1906). Di kitab  yg membuat heboh urang awak di masanya tersebut beliau menyerupakan orang yg bersuluk dengan memakai rabithah (*Membayangkan wajah mursyid saat melafalkan dzikir pada prosesi suluk) sama dengan orang menyembah berhala. Lebih lanjut beliau juga memfatwakan haramnya harta pusako serta hukum berwaris dari mamak (*paman) kepada kemenakan sebagaimana yg lazim berlaku dalam adat Minang. Kecaman ini telah dikupas habis oleh seorang ulama besar, pendekar Naqsyabandiyah, Syeikh Muhammad Sa’ad al-Khalidi Mungka Tuo (w. 1922) lewat kitab balasannya Irghamu Unufil Muta’annitin fi Inkarihim Rabitathalwashilin (*artinya: "Meremukkan hidung penantang, yaitu mereka yang mengingkari Rabithah orang-orang yang telah sampai kepada Allah). Polemik ini kemudian ramai dibicarakan oleh ulama ulama muda wabil khusus yg berasal dari Minang kabau yg tentunya mendukung Syeikh Ahmad khatib. Sikap mereka ini disinyalir akibat terpengaruh oleh bacaan mereka yaitu majalah Al manar yg diasuh oleh Muhammad abduh dan Rasyid ridha. Perbantahan seputar masalah thariqat ini kemudian terus berlanjut, masing masing kedua ulama besar ini kemudian mengeluarkan satu kitab lagi untuk berargumentasi. Namun para ulama Minang dan seluruh Sumatera sepakat bahwa argumen dan dalil dalil dari Syeikh Muhammad sa'ad mungka yg didukung dengan ilmu alat yg lengkaplah yg jauh lebih kuat dan unggul ketimbang apa yg disampaikan oleh Mufthi Mekkah Syeikh Ahmad khatib. Maulana Syekh Muda Wali al-Khalidi Naqsyabandi, ulama besar di Aceh, pernah menulis dalam kitabnya "Intan Permata" mengenai keputusan perdebatan Syekh Ahmad Khatib dengan Syekh

Page 8: RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

Sa’ad Mungka bahwa dalil dalil yg dikemukakan syeikh ahmad khatib itu ibarat seekor harimau yg telah terpenggal lehernya oleh kitab tulisan Syeikh Muhammad saad mungka tuo. Kelak di kemudian hari Syeikh Ahmad khatib dan Syeikh Muhammad sa'ad mungka tuo bertemu disebuah jamuan makan di Mekkah. Syeikh Ahmad khatib tercengang dan takjub dengan kerendahan hati, kezuhudan serta kefasihan dan kealiman Syeikh Muhammad sa'ad mungka tuo saat berbicara dengannya. Mereka berbincang bincang akrab, bahkan Syeikh Ahmad khatib yg adalah seorang mufthi saat itu mempersilahkan Syeikh Sa'ad duduk disebelahnya sbg tanda penghormatan. Nyata betul kalau perdebatan mereka jauh sekali dari perilaku takfir dan tabdi' seperti yg lazim ditulis para akademisi sejarah Islam berhaluan wahabi saat ini. Jelas sekali kalau polemik mereka hanyalah sebatas keilmuan saja, selayaknya 2 raksasa intelekual Islam yg saling menguji sampai batas mana kefahaman mereka terhadap Al-qur'an dan hadits, tak lebih. Hal itu, karena walau bagaimanapun mereka adalah sama sama ulama berakidah asy'ariyah-maturidiyah, sama sama bermadzhab Syafi'iyah dan bahkan lebih dari itu: sama sama mursyid thoriqoh. Ya..., Syeikh ahmad khatib al minangkabawi walau bagaimanapun keras argumennya tentang thariqat, namun beliau tetaplah seorang sufi belaka. Beliau memang mempunyai pandangan pandangan khusus ttg thariqat, namun bukan seluruh thariqat yg dikritisinya atau bahkan dibantainya seperti yg dilakukan Abduh dan ridha, melainkan hanyalah thariqat Naqsabandiyah khalidiyah saja, dan itupun argumennya mentah dibasuh oleh Syeikh Muhammad sa'ad mungka tuo. Terlebih dari itu bagaimanapun luasnya keilmuan beliau namun hingga akhir hayatnya tak sekalipun beliau berlepas diri dari madzhab Imam yg empat, dalam hal ini madzhab Syafi'iyah. Begitupula murid murid beliau baik yg berasal dari Minang maupun dari tanah Jawa, walaupun akrab dengan Al manar tapi mereka tetaplah berpegang teguh kepada tradisi bermadzhab dan mengikuti thariqat thariqat sufi. PELURUSAN DISTORSI SEJARAH YANG DILAKUKAN OLEH WAHABI TERHADAP POLEMIK PEMBAHARUAN DI MINANGKABAU 

Page 9: RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

Tersebut jualah seorang tokoh ulama besar Indonesia asal Sumatera barat/Minang kabau yg disebut sebut oleh kaum wahabi saat ini sebagai tokoh pembaharu pendukung dan pengadopsi gerakan tajdid Muhammad abduh dan Rasyid ridha serta mendukung gerakan pemurnian tauhid ala Wahabiyah. Beliau adalah Syeikh DR. Abdul Karim Amarullah (*ayah Buya Hamka) di ranah Minang. Keduanya memang merupakan tokoh modernisasi Islam di Indonesia, dan memang pernah mengenal dan mengakrabi ide ide Abduh yg termaktub di dalam majalah Al manar. DR. Abdul Karim amarullah atau yg lebih dikenal dengan Inyiak Rasul ini merupakan pendiri sekolah dan perkumpulan Sumatera Thawalib di Parabek Padang panjang serta orang yg pertama kali memperkenalkan perkumpulan Muhammadiyah di ranah Minang. Bersama DR. Abdullah Ahmad Padang (*pendiri Adabiyah School) dan lainnya dia menerbitkan surat kabar untuk menyambung ide-ide pembaharuan itu di Padang, dengan nama “Majalah al-Munir” (senada dengan al-Manar di Mesir). Memang seperti halnya guru mereka Syeikh Ahmad khatib merekapun melakukan kritisi terhadap praktek thariqat wabil khusus thariqat naqsabandiyah khalidiyah yg lazim dianut kaum ulama tua di Minang kabau. Hal ini menimbulkan polemik yg merupakan kepanjangan dari polemik thariqat antara Syeikh Ahmad khatib dan Syeikh Muhammad sa'ad mungka. Masing masing fihak mengemukakan pendapatnya. Fihak Sumatera Thawalib melalui majalah Al munir nya mengkritisi kejumudan kaum tua yg terlalu sibuk dengan urusan suluk dan beramal bathiniyah namun melupakan keadaan  sosial masyarakat yg terpuruk dibawah kaki penjajah Belanda saat itu.Sebagai aksi nyatanya mereka mendirikan sekolah sekolah dinniyah dan madrasah modern yg pendidikannya mengkombinasikan pendidikan ala Islam dan barat sebagai anti tesis dari pendidikan Islam ala surau yg lazim berlaku di ranah Minang dan tanah melayu pada umumnya. 

Page 10: RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

Dan ulama ulama tua Minangpun tak tinggal diam, puluhan kitab ditulis mereka untuk membantah tuduhan jumud dan kolot dari kaum muda tsb. Diantaranya Maulana Syeikh Sulaiman ar-Rasuli (w. 1970) yang mengarang berbagai risalah tentang Naqsyabandiyah, salah satunya yang terkemuka ialah Risalah Aqwalul Washithah fi Zikri wa Rabithah; kemudian Syeikh Abbas Qadhi Ladang Laweh, Syeikh Arifin Batu Hampar, kemudian Syeikh Abdul Wahid “Beliau Tabek Gadang” Payakumbuh. Dan saat polemik tersebut semakin meruncing sampai ke ranah khilafiyah dan furuiyah fiqih maka para ulama kaum tua di Minang merespon gerakan pembaharuan kaum muda tsb dengan mendirikan PERTI atau Persatuan Tarbiyah Islamiyah pada tahun 1930, maka lengkaplah sudah babak polemik agama Islam antara kaum muda/modernis dan kaum tua/tradisionalis di ranah minang. Namun seiring dengan waktu setelah masa pergolakan dan perang dingin antara kaum pembaharu muda dengan Sumatera Thawalib dan Muhammadiyahnya serta kaum tua dengan PERTI-nya tsb, mereka lalu hidup berdampingan dalam persaudaraan hingga hari ini. Sungguh ikatan persaudaraan mereka sebagai muslim dan ikatan emosional adat dan kekerabatan di alam Minang kabau tak memberi sedikitpun tempat bagi perilaku takfir dan tabdi' ala Wahabiyah. Terlebih lagi semoderat apapun pemikiran DR. Abdul karim amarullah akibat pengaruh gerakan tajdid ala Abduh dan Ridha di Mesir dia tetaplah jua seorang ulama yg sangat kental corak dan latar belakang thariqatnya. Bahkan seperti halnya gurunya diapun adalah seorang sufi belaka jua. Sang Inyiak Rasul ini adalah anak dari seorang ulama besar dan legendaris Minang kabau bernama Syeikh Amrullah Tuanku Kisa’i al-Khalidi Naqsyabandi ad-Danawi. Ayahnya tersebut yg lebih dikenal di kalangan masyarakat Minang saat itu dengan sebutan Tuanku Kisai ini adalah seorang ulama pewaris kaum paderi dan seorang mursyid thariqat Naqsabandiyah khalidiyah dan beberapa thariqat lainnya. Dari ayahandanya inilah Inyiak Rasul mendapatkan ijazah thariqat Alawiyah dan Haddadiyah. Begitupula dengan DR. Abdullah ahmad Padang dan Syeikh Muhammad Jalil jambek serta ulama ulama Minang pengusung modernisme lainnya juga adalah orang orang yg berlatar belakang thariqat belaka adanya.Dan perlu juga kami tuturkan disini bahwa tak sedikit pula murid dari Syeikh Ahmad khatib al minangkabawi yg justru malah menjadi ulama ulama thariqat Naqsabandiyah dan cenderung berdiri di sisi kaum tua. Jadi di Minang kabau tak ada itu gerakan tajdid membabi buta ala Abduh dan Ridha di Mesir yg secara serampangan memberangus thariqat thariqat sufi dengan menggunakan kekuasaan Abduh sebagai seorang mufthi. Tak ada pula itu obral tabdi' apalagi takfir dan tindakan penghalalan darah sesama muslim sebagaimana layaknya corak kelam dan menjijikkan yg mewarnai sejarah gerakan wahabi dimanapun dia berada. 

Page 11: RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

Perdebatan boleh bergemuruh laksana guruh di dalam topan badai, argumen dan dalil boleh diumbar selebar dan sepanjang jalan berkelok ampek puluah ampek nan mahsyur itu, namun hanya sebatas kajian keilmuan saja, tiadalah lebih. Modernisasi tak pelak memang perlu dilakukan sebagai keniscayaan tuntutan zaman, namun bukan berarti menjadi alibi dan legitimasi untuk mendobrak tatanan kaidah agama yg telah ijma' selama nyaris 1000 tahun lebih seperti tradisi dan kaidah bermadzhab. Inilah yg sangat disadari oleh kaum muda pembaharu di Minang kabau, mereka mengganti yg usang dengan yg baru sesuai tuntutan zaman tanpa harus membuang seluruhnya. Mana yg baik dan bisa dipakai maka tetaplah dipertahankan karena merenovasi sebuah rumah bukanlah dengan cara meruntuhkan pondasi rumah tersebut dengan dinamit, sungguh hanya orang kurang akal dan telah pesong otaknya saja yg melakukan hal itu. Tapi walaupun demikian adanya, tiadalah dapat dipungkiri kalau angin gelombang pembaharuan ini berperan tidaklah sedikit dalam memudarkan tradisi belajar agama di surau yg lazim berlaku di ranah minang. Lengang sudah surau surau tempat anak nagari mempelajari ilmu agama, mengkaji kitab kitab kuning ulama ulama terdahulu, mengenal adat nan basandi syara' dan basandi kitabullah, serta menyelami dan meniti jenjang syariat, hakikat dan ma'rifat menuju sosok insan kamil. Zaman kini telah berganti, gamis dan sarung, saluak, kopiah serta imamah telah berganti dengan kemeja, celana pentalon serta setelan jas ala Eropa. Ilmu alat seperti nahwu, shorof, balaghoh, ma'ani, bayan, mantiq dan ushul telah tergantikan dengan pelajaran agama bermetode barat yg serba modern dan menggunakan huruf latin. Tradisi "lalok di surau" (*menginap di mesjid/mushola) selepas mengaji dan sholat Isya telah lenyap sudah menjadi cerita masa lalu bagi generasi muda nan lugu dan tak tahu asa barasa carito cadiak pandai urang awak.Dan akibatnya semakin sedikit yg bisa membaca kitab kitab tulisan hasil buah fikiran dan manisnya lautan madu ilmu ulama ulama angku nan tuo. Kitab itu kini semakin habis dimakan usia, seiring habis dan terangkatnya kejayaan dan keemasan serta harum mewanginya ranah minang sebagai salah satu gudangnya ulama, sastrawan serta kaum cerdik pandai di nusantara. Inikah yg dinamakan pembaharuan yg gegap gempita bergaung suaranya dari Mesir hingga ke pojok pojok kampung yg orang orangnya bahkan tak tahu ada negeri lain di dunia ini selain nagari nan diapik gunung  singgalang dan danau maninjau....?? Tajdid...., oooooh.... Tajdid... DR. Abdul karim amarullah dan seluruh ulama pembaharu di ranah Minang hingga akhir hayatnya tetaplah berpegang teguh kepada madzhab akidah asy'ariyah-maturidiyah, madzhab fiqih Syafi'iyah dan berthariqat dengan thariqat thariqat yg mu'tabarah. Tak sejengkalpun mereka melepaskan diri dari taqlid kepada madzhab Imam Syafi'i sebagaimana yg diserukan Abduh dan Ridha. Beliau tetaplah mengikuti jejak ayahandanya Tuanku Kisai, gurunya

Page 12: RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

Syeikh Ahmad khatib al minangkabawi dan ulama ulama terdahulu dalam hal kaidah tradisi bermadzhab kepada salah satu madzhab yg empat, dalam hal ini madzhab Syafi'iyah. Tiadalah beliau mengenal apalagi menganut tauhid yg dibagi tiga laksana membelah martabak yg dibeli di pinggir jalan itu, tak ada itu Uluhiyah, Rubbubiyah dan Asma wa shifat dalam kamus dalil Inyiak Rasul. Maka dengan itu klaim murahan kaum Wahabi bahwa para pembaharu di Minang adalah kaum wahabiyah adalah kebohongan belaka. Sebuah usaha pendistorsian sejarah yg sangat licik dan menjijikkan serta dengan mudah dapat ditelanjangi di siang hari bolong di tengah ramainya orang di balai. Coba fikir..., seorang wahabi macam apa yg berbaiat kepada 2 thariqat sekaligus seperti beliau? Wahabi macam apa pula yg tetap berpegang teguh dan taqlid kepada Imam Syafi'i...? Bahkan putera beliau yaitu Buya Hamka yg tak luput jua dari distorsi sejarah dan klaim para wahabi bahwa beliau berfaham tauhid ala Najd itupun sejatinya juga adalah seorang Asy'ariyah-Syafi'iyah. Walaupun dalam beberapa masalah beliau cukup moderat toh menjelang akhir hayatnya Buya Hamka akhirnya berbaiat kepada KH. A Shohibulwafa Tajul Arifin atau lebih dikenal dengan Abah Anom dari pesantren Suryalaya dibawah thariqat Qodiriyah Naqsabandiyah. Terlebih lagi beliau juga menulis sebuah buku tentang tassawuf berjudul "Tassawuf modern", patahlah sudah klaim kaum wahabi terhadap beliau laksana kayu lapuk yg telah usang dimakan rayap. Dan jika klaim serta distorsi yg mereka lakukan terhadap kaum pembaharu di era modern masih kurang maka mereka kemudian melakukan hal yg sama liciknya kepada figur ulama ranah Minang yg jauh lebih tua lagi. Tuanku Imam bonjol, Tuanku nan renceh dan kaum Paderi di Minang diklaim juga oleh mereka sebagai ulama yg berfaham Wahabiyah. Hal ini tentunya jauh lebih menggelikan bagi kami karena klaim ini teramat sangatlah lebih mentah dari klaim mereka terhadap kaum muda pembaharu di era modern. Hal tersebut karena Tuanku Imam bonjol, Tuanku nan renceh dan seluruh ulama paderi yg mahsyur dengan sebutan "Harimau nan salapan" itu adalah murid dan salik dari Tuanku nan tuo di koto tuo, seorang ulama tua dan mursyid thariqat Syattariyah. Dengan demikian terlepas dari keradikalan mereka dalam menegakkan syari'at Islam di ranah minang dan menghadapi kaum adat pada masanya, Tuanku Imam bonjol dan kaum paderi lainnya tak lain tak bukan adalah kaum sufi jualah kiranya. Mau tak mau lagi lagi kami harus bertanya: Wahabi macam apa pulakah yg berthariqat Syattariah? Wahabi manakah yg dikepalanya melingkar lilitan imamah seperti kaum paderi? 

Page 13: RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

Kami rasa tak satupun wahabi yg bisa menjawabnya. Sungguh cahaya kebenaran itu memang lebih terang dari sinar mentari bagi orang orang yg mengetahuinya, bagi yg tak pernah berhenti manggalinya dan bagi yg diberi petunjuk oleh Allah SWT. ***Bersambuung:PELURUSAN DISTORSI SEJARAH YANG DILAKUKAN WAHABI TERHADAP KH. AHMAD DAHLAN DAN MUHAMMADIYYAH-NYA DI TANAH JAWA.  ==Milisi Oposisi Naga, 02-03-2013==Syaikh Ahmad Khatib Al-MinangkabawiContoh ulama nenek moyang kita lainnya yang menolak paham kelompok Wahabi yang berlandaskan pemahaman Syaikh Ibnu Taimiyah adalah Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi

Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi adalah ulama besar Indonesia yang pernah menjadi imam, khatib dan guru besar di Masjidil Haram, sekaligus Mufti Mazhab Syafi’i pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dia memiliki peranan penting di Makkah al Mukarramah dan di sana menjadi guru para ulama Indonesia.

Nama lengkapnya adalah Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi, lahir di Koto Gadang, IV Koto, Agam, Sumatera Barat, pada hari Senin 6 Dzulhijjah 1276 H (1860 Masehi) dan wafat di Makkah hari Senin 8 Jumadil Awal 1334 H (1916 M)

Awal berada di Makkah, ia berguru dengan beberapa ulama terkemuka di sana seperti Sayyid Bakri Syatha, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, dan Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makkiy.

Banyak sekali murid Syeikh Khatib yang diajarkan fiqih Syafi’i. Kelak di kemudian hari mereka menjadi ulama-ulama besar di Indonesia, seperti

Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) ayahanda dari Buya Hamka;

Syeikh Muhammad Jamil Jambek, Bukittinggi;

Syeikh Sulaiman Ar-Rasuli, Candung, Bukittinggi,

Syeikh Muhammad Jamil Jaho Padang Panjang,

Syeikh Abbas Qadhi Ladang Lawas Bukittinggi,

Syeikh Abbas Abdullah Padang Japang Suliki,

Syeikh Khatib Ali Padang,

Syeikh Ibrahim Musa Parabek,

Syeikh Mustafa Husein, Purba Baru, Mandailing, dan

Page 14: RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

Syeikh Hasan Maksum, Medan.

Tak ketinggalan pula K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Ahmad Dahlan, dua ulama yang masing-masing mendirikan organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, merupakan murid dari Syeikh Ahmad Khatib.

Syeikh Ahmad Khatib adalah tiang tengah dari mazhab Syafi’i dalam dunia Islam pada permulaan abad ke XIV. Ia juga dikenal sebagai ulama yang sangat peduli terhadap pencerdasan umat. Imam Masjidil Haram ini adalah ilmuan yang menguasai ilmu fiqih, sejarah, aljabar, ilmu falak, ilmu hitung, dan ilmu ukur (geometri).

Syeikh Ahmad Khatib al-Minankabawi menyanggah beberapa pendapat Barat tentang kedudukan bumi, bulan dan matahari, serta peredaran planet-planet lainnya yang beliau anggap bertentangan dengan pemikiran sains ulama-ulama Islam yang arif dalam bidang itu.

SANGGAHAN THARIQAT

Sungguhpun Syeikh Ahmad Khathib Minangkabau sangat terkenal menyanggah thariqat, namun dalam penelitian saya didapati bahawa yang beliau sanggah ialah beberapa perkara yang terdapat dalam Thariqat Naqsyabandiyah al-Khalidiyah. Belum ditemui sanggahannya terhadap thariqat yang lain seumpama Thariqat Syathariyah, Thariqat Qadiriyah dan lainnya.

Mengenai Thariqat Naqsyabandiyah al-Khalidiyah, catatan sejarah yang diperoleh ternyata Syeikh Ahmad Khathib Minangkabau yang mendahului pertikaian.

Mengenainya dimulai sepucuk surat yang menanyakan kepadanya, Syeikh Ahmad Khathib Minangkabau pun menulis:

`Maka adalah pada tahun 1324 daripada hijrah Nabi kita alaihis shalatu was salam datang kepada yang faqir Ahmad Khathib bin Abdul Lathif, Imam Syafie di Mekah, satu masalah dari negeri Jawi menyatakan beberapa ehwal yang terpakai pada Thariqat Naqsyabandiyah pada masa kita ini. Adakah baginya asal pada syariat Nabi kita ? Atau tiada ? Kerana telah bersalah-salahan orang kita Jawi padanya. Maka hamba lihat, menjawab soal ini ialah terlampau masyaqqah atas hamba, kerana pekerjaan itu telah menjadi pakaian pada negeri hamba hingga menyangka mereka itu akan bahawasanya segala itu thariqat Nabi kita. Dan orang yang mungkir akan dia ialah memungkiri akan agama Islam. Padahal sangka itu adalah tersalah, tiada muthabaqah dengan waqi’…”

Syeikh Ahmad Khathib Minangkabau menuangkan sanggahan terhadap thariqat. Beliau menulis dalam kitab yang berjudul Izhharu Zaghlil Kazibin fi Tasyabbuhihim bish Shadiqin yang selesai ditulis pada malam Ahad, 4 Rabiulakhir 1324 H/1906 M.

Kitab tersebut telah mengundang kemarahan seluruh penganut Thariqat Naqsyabandiyah al-Khalidiyah dan penganut-penganut tasawuf daripada pelbagai thariqat yang lainnya. Akibatnya,

Page 15: RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

Syeikh Muhammad Sa’ad Mungka menanggapi karangan tersebut dengan mengarang sebuah kitab berjudul Irghamu Unufi Muta’annitin fi Inkarihim Rabithatil Washilin yang beliau selesaikan pada akhir bulan Muharam tahun 1325 H/1907 M.

Kemunculan kitab Syeikh Ahmad Khathib Minangkabau berjudul Izhharu Zaghlil Kazibin itu hanya beberapa bulan saja mendahului kitab Mir-atul  a-’ajib karya Syeikh Ahmad al-Fathani menjawab pertanyaan Sultan Kelantan, iaitu sama-sama dikarang dalam tahun 1324 H/1906 M.

Syeikh Muhammad Sa’ad bin Tanta’ Mungka itu tidak membantah karya gurunya Syeikh Ahmad al-Fathani, tetapi secara serius karya Syeikh Ahmad Khathib Minangkabau dipandang sangat perlu ditanggapi dan beliau membantah dengan hujah-hujah berdasarkan al-Quran, hadis dan pandangan para ulama shufiyah.

Dengan terbitnya kitab Irghamu Unufi Muti’annitin oleh Syeikh Muhammad Sa’ad Mungka itu, Syeikh Ahmad Khathib Minangkabau menyerang lagi dengan kitabnya yang berjudul Al-Ayatul Baiyinat lil Munshifin fi Izalati Khurafati Ba’dhil Muta’ashshibin.

Kitab ini disanggah pula oleh Syeikh Muhammad Sa’ad Mungka dengan karyanya berjudul Tanbihul `Awam `ala Taqrirati Ba’dhil Anam. Sesudah karya ini tidak terdapat sanggahan Syeikh Ahmad Khathib Minangkabau.

Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau adalah seorang yang berpendirian keras dan radikal, sungguhpun beliau menguasai banyak bidang ilmu, namun beliau masih tetap berpegang (taklid) pada Mazhab Syafie dalam fikih dan penganut Ahli Sunnah wal Jamaah mengikut Mazhab Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi dalam akidah/i’tiqad.

Sebagai contoh, dalam pertikaian dua orang muridnya yang berbeda pendapat.

Yang seorang berpihak kepada `Kaum Tua’, beliau ialah Syeikh Hasan Ma’sum (1301 H/1884 M-1355 H/1974 M) yang berasal dari Deli, Sumatera Utara.

Dan seorang lagi berpihak kepada `Kaum Muda’, beliau ialah Haji Abdul Karim Amrullah (ayah kepada Prof. Dr. Hamka).

Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau berpihak kepada Syeikh Hasan Ma’sum (Kaum Tua). Bahkan dalam satu kenyataannya Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau menolak sumber asal pegangan Haji Abdul Karim Amrullah (Kaum Muda) yang menurut beliau telah terpengaruh dengan pemikiran Ibnu Taimiyah (661 H/1263 M – 728 H/1328 M), yang ditolak oleh golongan yang berpegang dengan mazhab.

Syaikh Ahmad Khatib dengan tegas menulis Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim dan Wahhabiyah yang diikuti oleh anak murid beliau [Syaikh Abdul Karim Amrullah] adalah sesat.

Menurut Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, golongan tersebut sesat kerana keluar daripada fahaman Ahl as-Sunnah wa al-Jamaah dan menyalahi pegangan mazhab yang empat. Antara tulisannya ialah ‘al-Khiththah al-Mardhiyah fi Raddi fi Syubhati man qala Bid’ah at-Talaffuzh bian-Niyah’, ‘Nur al-Syam’at fi Ahkam al-Jum’ah’ dan lain-lain.

Page 16: RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

Di antara nasihatnya: “Maka betapakah akan batal dengan fikiran orang muqallid yang semata-mata dengan faham yang salah dengan taqlid kepada Ibnu al-Qaiyim yang tiada terpakai qaulnya pada Mazhab Syafie. ……………Maka wajiblah atas orang yang hendak selamat pada agamanya bahawa dia berpegang dengan segala hukum yang telah tetap pada mazhab kita. Dan janganlah ia membenarkan akan yang menyalahi demikian itu daripada fatwa yang palsu.”

Memang tidak seluruh pemahaman Syaikh Ibnu Taimiyah adalah keliru. Sebagian dari pemahaman beliau turut mempengaruhi dalam pendirian kalangan Muhammadiyah.

Salah satu yang mengolah dan menfilter pemahaman Syaikh Ibnu Taimiyah adalah ulama dari kaum “muda” yakni Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah atau yang kita kenal dengan Buya Hamka.

Hamka adalah seorang otodidiak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti. Hamka juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Soerjopranoto, Haji Fachrudin, AR Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.

Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui organisasi Muhammadiyah. Ia mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Ia menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950.

Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya meletak jawatan pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.

Menulis buku mengenai tasawuf bagi Buya Hamka (1908-1981), semata-mata dilakukan untuk mengobati jiwa masyarakat modern yang semakin jauh dari nilai dan ajaran agama.

“Buya Hamka menulis buku yang bertajuk `Tasawuf Modern` untuk mengobati jiwa masyarakat modern yang mengalami goncangan jiwa dan gangguan ruhani,” kata Kepala Kantor Masjid Agung Al Azhar, Amliwazir Saidi

Page 17: RISALAH SEJARAH ULAMA ASWAJA NUSANTARA DAN DISTORSI YG DILAKUKAN KAUM WAHABI TERHADAPNYA.docx

Amliwazir menjelaskan, tasawuf yang dimaksud oleh Hamka adalah membicarakan hakekat kebenaran Tuhan dengan cara bahwa manusia harus mengenal hakekat dirinya sendiri.

Amliwazir menuturkan, Hamka mendefinisikan sufi sebagai meninggalkan budi pekerti yang tercela dan memasuki budi pekerti yang terpuji, berakhlak tinggi.

Maka, lanjut Amliwazir, yang dimaksud dengan “Tasawuf Modern” oleh Hamka adalah mengembalikan akar tasawuf ke asalnya yang semula yaitu ajaran Al Qur`an dan As Sunnah.

Ketua PBNU Dr Said Agil Shiroj dalam kesempatan terpisah, Kamis mengatakan, Hamka merupakan sosok yang menjadi pionir dalam penyebaran ilmu tasawuf secara nasional di Tanah Air.

“Melalui buku `Tasawuf Modern`, Buya Hamka adalah yang pertama mengangkat tema tasawuf di tingkat nasional,” kata Said.

Menurut Said, melalui karya tersebut tasawuf tidak lagi dikenal sebagai sekumpulan orang yang kumuh tetapi merupakan suatu pola pikir yang bisa diaplikasikan dalam zaman modern.

Selain itu, ujar dia, banyaknya kutipan dari pemikiran Imam Al Ghazali dalam “Tasawuf Modern” juga mengindikasikan bahwa tasawuf Buya Hamka mengacu kepada Tasawuf Sunni.

“Tasawufnya Buya Hamka adalah Tasawuf Sunni, bukan Tasawuf Falsafi apalagi Tasawuf Kejawen,” kata Said.( http://salikiin.blogspot.com/2012/03/syaikh-ahmad-khatib-al-minangkabawi.html)