wangama jaadix

download wangama jaadix

of 29

Transcript of wangama jaadix

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. atas segala anugerah dan rahmat-Nya yang selalu mengalir, sehingga kami (kelompok praktikan) dapat menyelesaikan laporan praktikum lapangan ekologi tentang vegetasi hutan di Wanagama. Laporan praktikum lapangan ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh praktikan Prodi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga, sehingga dapat mengikuti responsi Praktikum Ekologi. Tersusunnya laporan praktikum lapangan ekologi ini tidak lepas dari partisipasi asisten pendamping dan kerjasama teman-teman kelompok satu. Oleh karenanya, pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelenggaraan praktikum ekologi. Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Akhir kata, kami berharap semoga laporan praktikum lapangan ekologi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi kami semua khusunya kelompok satu, Amiin.

2

Halaman PengesahanLaporan ini dibuat guna untuk memenuhi tugas praktikum lapangan ekologi ynag berjudul Studi Vegetasi Ekosistem Hutan Wanagama Perkotaan Disusun oleh : Faradlina mufti Intarti Siti Masitoh Mustavid Amna Siti Tarwiyah Rahma Sucipto Simanulang Asep abidillah noor 0764002 076400 076400 076400 076400 076400 076400 076400

Telah disetujui dan disahkan di Yogyakarta pada tanggal 18 Mei 2009, Mengetahui :

Asisten Royyan arief

3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktikum lapangan di Wanagama yang sudah dilakukan menggunakan sistem vegetasi. Vegetasi merupakan suatu satuan dasar dunia tumbuh-tumbuhan. Komunitas tumbuhan atau asosiasi tumbuhan mungkin mempunyai jumlah tumbuhan yang relatif sedikit atau banyak. Secara individu asosiasi tumbuhannya disebut formasi tumbuhan atau tipe vegetasi. Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui pengaruh dampak lingkungan. Selain itu juga merupakan pengamatan terhadap berbagai aspek vegetasi yang dilakukan harus secara mendetail dan terdiri atas vegetasi yang masih alami. Aspekaspek vegetasi yang perlu diketahi antara lain : ada atau tidaknya jenis tumbuhan tertentu, luas basal area, luas daerah penutup (cover), frekuensi, kerapatan, dominasi, dan nilai penting lain yang dapat diambil. Pengambilan sampel kuadran merupakan unit pengambilan sampel berbentuk segi empat atau berbentuk rectangular yang diletakkan secara acak di dalam zona sensus. Zona sensus itu dapat dianggap sebagai papan pengecekan (chaker-board) dan kuadrat yang dicari dapat ditentukan dengan membuat penomoran secara acak. Tujuan dilakukannya pengambilan sampel dalam penelitian adalah untuk memperoleh data yang representatif dalam kaitannya dengan populasi yang menjadi sasaran observasi. Oleh karenanya, teknik pengambilan sampel kuadran dipilih sebagai salah satu teknik yang cocok untuk pengamatan ini. Hutan Wanagama merupakan hutan tropis yang terletak di Kabupaten Gunungkidul. Dari segi fisik, hutan tersebut sangat heterogen karena disana terdapat beranekaragam populasi baik dari hewan maupun tumbuhan. Sifat alamiah masih tampak pada hutan tersebut dengan keadaan alam yang berbeda-beda, sehingga sangat bagus sebagai tempat obsevasi.

B.

Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. Bagaimana menganlisis vegatasi ekosistem hutan wanagama? Bagaimana penerapan teknik ploting? Jenis-jenis tumbuhan apa saja yang terdapat di hutan wanagama? Bagaimana teknik dalam menganalisis struktur vegetasi

4

C.

Tujuan 1. 2. 3. 4. Dapat menganlisis vegatasi ekosistem hutan wanagama. Dapat menerapkan tekhnik ploting. Dapat mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan di huatan wanagama. Dapat menganalisis struktur vegetasi.

5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori. Ekologi adalah kajian ilmiah mengenai interaksi antara organisme, sebagai suatu bidang kajian ilmiah, ekologi menggabungkan pendekatan hipotesis-deduktif yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menguji penjelasan hipotesis dan fenomena-fenomena ekologis. Banyak ahli ekologi merancang model matematis yang memungkinkan mereka membuat simulasi eksperimen dalam sekala besar yang tidak mungkin dilakukan di lapang. Dengan pendekatan ini , variable penting dan hubungan hipotesisnya dijelaskan melalui persamaan matematis. (Cambell, 1925) Ekologi dibagi menjadi autekologi dan synokologi. Autekologi membahas pengkajian individu organisme atau spesies. Sejarah-sejarah hidup dan perilaku sebagai cara-cara penyesuaiyan diri terhadap lingkungannya mendapatkan penekanan. Synokologi membahas pengkajian golongan atau kumpulan organisme-organisme yang berasosiasi bersama sebagai satu satuan. (Odum, 1993) Ekologi dibagi menjadi autekologi dan synokologi. Autekologi membahas pengkajian individu organisme atau spesies. Sejarah-sejarah hidup dan perilaku sebagai cara-cara penyesuaiyan diri terhadap lingkungannya mendapatkan penekanan. Synokologi membahas pengkajian golongan atau kumpulan organisme-organisme yang berasosiasi bersama sebagai satu satuan. (Odum, 1993) Ekologi berkisar dari adaptasi sampai ke dinamika ekosistem. Ekologi dapat dikaji menjadi empat tahap kajian yang semakin menyeluruh sifatnya , mulai dari interaksi individu organisme dengan lingkuan abiotik hingga ke dinamika ekosistem. 1. Individu, berhubungan dengan cara-cara berprilaku, fisiologis, dan morfologis yang digunakan organisme individual yang digunakan untuk menghadapi tantangan yang ditimbulkan dari lingkung abiotik. 2. Populasi yaitu suatu kelompok individu dari spesies yang sama yang hidup dalam daera geografis tertentu. 3. Komunitas terdiri dari suatu organisme yang menepati suatu daerah tertentu, komunitas adalah kumpulan dari populasi dari spesies yang berlainan, analisis ini meliputi cara berinteraksi diantara organisme seperti predasi, kompetisi, dan penyakit yang mempengaruhi struktur dan organisasi komunitas. 4. Ekologi yang meliputi semua factor-faktor abiotik selain komunitas spesies yang ada dalam suatu daera tertentu .Pada tingkatan ekosistem berhubungan dengan6

aliran energi dan pendauran zat-zat kimia pada berbagai komponen biotic dan abiotik. Ekologi dalam arti proses alam sudah dikenal semenjak lama, umpamanya tumbuhan memerlukan sinar matahari, tanah dan air Tumbuhan menjadi makanan hewan, selanjutnya hewan menjadi makanan hewan lain dan seterusnya. Begitu juga dengan proses kelahiran, kehidupa, pergantian generasi dan kematian. (Resosoedarmo, 1984) Lingkungan merupakan gabungan dari bernagai komponen fisik maupun hayati yang sanga mempengaruhi organisme lainya yang ada didalamnya, seperti radiasi matahari, suhu, cura hujan, kelembaban, topografi, parasit, predator dan competitor. (Kendeigh, 1980) Ekologi hutan merupakan cabang dari ekologi yang khusus mempelajari hutan. Hutan dipandang karna hubungannya dengan berbagai jenis organismenya baik hubungan manusia, hewan, tumbuhan dan alam sekitarnya, yang sangat erat. Ekosistem hutan dapat dipelajari dari segi autekologi dan sinekologinya. (Soerianegara dan Indrawan, 1982). Dari segi autekologi dapat dikaji suatu ekosistem dapat dipelajari pengaruh faktor lingkuangan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis pohon yang kajiannya meliputi fisiologi tumbuhan, tumbuhnya biantang liar atau margasatwa. Bahkan dapat dipelajari pola suatu jenis binatang liar, tentang adaptasinya. Dari segi sinekologinya dapat dipelajari berbagai kelompok tumbuhan sebagai komunitas yang berpengaruh terhadap komposisi dan struktur vegetasi dan produksi hutan. (Indriyanto, 2006) Hutan merupakan kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohinan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan (UU RI No.41 Tahun 1999). Menurut (Arief, 1994) Hutan merupakan masyarakat, tumbuhan dan binatangyang hidu pada lapisn dan permukaan tanah yang terletak dalam suatu kawasan dan membentuk suatu ekosistem yang berada dalam keseimbangan yang dinamis.dalam suatu hutan tidak terlepas dari suatu proses alam diantaranya yaitu: (Arief, 1994) 1. Siklus air yang disebut dengan proses hidrologis, dimana hutan merupakan gudang air dan tempat penyerapan air.

7

2. Proses pengendalian iklim terhadap ekosistem hutan, keanekaragaman vegetasi mempengaruhi pengendalian iklim fluktuasi atau perubahan umsur-unsur iklim yang ada di sekitarnya. 3. Proses kesuburan tanah, karena tempat pembentukan humus yang utama dan penyimpanan mineral yang dibutuhkan oleh tanaman yang berpengaruh terhadap komposisi dan struktur vegetasi hutan tersebut. 4. Keanekaragaman hayati, hutan merupakan gudang sumber genetic dari berbagai jenis tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) keanekaragaman hayati sangat tergantung dari keadaan hutanya sendiri. 5. Kekayaan sumber daya alam ,yang dapat dimanfaatkan oeh manusia sebagai pemenuhan kebutuhan hidupnya. 6. Objek wisata alam, selain untuk tempat rekreasi, observasi juga tempat belajar sebagai saran pengenal keanekaragaman hutan. Ekologi berkisar dari adaptasi sampai ke dinamika ekosistem. Ekologi dapat dikaji menjadi empat tahap kajian yang semakin menyeluruh sifatnya , mulai dari interaksi individu organisme dengan lingkuan abiotik hingga ke dinamika ekosistem. 1. Individu, berhubungan dengan cara-cara berprilaku, fisiologis, dan morfologis yang digunakan organisme individual yang digunakan untuk menghadapi tantangan yang ditimbulkan dari lingkung abiotik. 2. Populasi yaitu suatu kelompok individu dari spesies yang sama yang hidup dalam daera geografis tertentu. 3. komunitas terdiri dari suatu organisme yang menepati suatu daerah tertentu, komunitas adalah kumpulan dari populasi dari spesies yang berlainan, analisis ini meliputi cara berinteraksi diantara organisme seperti predasi, kompetisi, dan penyakit yang mempengaruhi struktur dan organisasi komunitas. 4. Ekologi yang meliputi semua factor-faktor abiotik selain komunitas spesies yang ada dalam suatu daera tertentu .Pada tingkatan ekosistem berhubungan dengan aliran energi dan pendauran zat-zat kimia pada berbagai komponen biotic dan abiotik. Dalam pengetahuan taksonomi tubuhan, dibutuhkan sifat generatif yang berdasarkan pada sifat-sifat bunga dan buah. (Indriyanto, 2006). Ilmu yang ikaji dalam ekosistem hutan misalnya silvikultur, konservasi sumber daya hutan, manajemen hutan, manajemen satwa liar, dan perlindungan hutan. (Odum, 1993).8

Keseimbangan dalam ekosistem menurut (Irwan, 1992), ekosistemang memiliki keterauran mengendalikan ekosistem untuk yang bertujuan untuk memelihara diri sendiri, mengatur, dan keseimbangan dirinya sendiri. Homeostasis adalah kemampuan menahan perubahan dalam system secara keseluruhan.

(Resosoedarmo, 1986). Homeostasis adalah kesetabilan yang dinamis, karena perubahan-perubahan yang terjadi pada ekosistem akan tetap mengarah kepada tercapainya keseimbangan baru. (odum, 1993). Dari pengurayan ini bahwa ekosistem yang kuat adalah ekosistem yang mempunyai daya tahan yang besar untuk menghadapi berbagai gangguan yang menimpanya, tetapi tidak terlepas pada usia ekosistem tersebut, biasanya ekostem mudah daya tahannya lebih kecil dibandingkan ekosistem dewasa. (Indriyanto, 2006). Dalam pertahanan ekosistem sering dikenal dengan daya lenting , kemampuan untuk pulih setelah memperoleh gangguan sehingga ganguan itu masih dapat ditolelir, bahwa ekosistem mampu untuk pulih kembali dan menuju pada kondisi keseimbangan. Tetapi makin cepat pulih suatu kondisi ekosistem maka semakin pendek masa pulih, makin banyak gangguan yang dapat ditanggulangi sehingga makin tinggi daya lentingnya. (Soemarwoto, 1983). Setiap ekosistem akan memberikan tanggapan (erspon) terhadap sesuatu gangguan. Tanggapan ini akan sesuai dengan daya lenting. (Irwn, 1992). Apabila ganguan yang melebihi dari daya lenting akan mengakibatkan terciptanya dinamika yang mengarah pada terbentuknya suatu ekosistem yang menyimpang atau berbeda denagan ekosistem sebelumnya. Bahkan pertahanan daya lenting ekosistem hutan masih dapat diterobos oleh kegiatan manusia. (Resosoedarmo, 1986). Energi dalam ekosistem didevinisikan sebagai kemampuan mengerjakan pekerjaan. Perilaku energi dipertelakan oleh hokum-hukum berikut: Hukum pertama termodinamika,menyatakan bahwa energy dapat diubah dari satu tipe kedalam tipe yang lain, tetapi tidak pernah dapat diciptakan dan dimusnakan. Hukum kedua termodinamika, tidak ada peristiwa atau proses yang melibatkan perubahan energi akan berlangsung secara sepontan kecuali dengan adanya penurunan energi akan berlangsung dari bentuk yang dimanfaatkan kebentuk yang disebarkan contohnya: panas didalam benda panas akan secara sepontan cenderung tersebar didalam

lingkungan yang lebih penting. (Odum, 1993)

9

Formasi ekosistem hutan merupakan tipe atau bentuk susunan ekosistem terbentuk akibatpengaruh faktor lingkungan yang domonan terhadap pembentukan atau perkembangan komunitas dalam ekosistem hutan. Menurut (Arif,1994), ada formasi klimatis dan formasi edafis. Formasi klimatis adalah pembentukan hutan yang sangat dipengaruhi oleh unsu-unsur iklim,misalnya temperature, kelembaban udara, intensitas cahaya, dan angin. Sedangkan formasi edafis adalah pembentukan hutan yang sebagian dipengaruhi oleh tanah serta kelembaban tanah. Ekosistem hutan tropis merupakan ekosistem hutan campuran yang berada pada daera beriklim muson yaitu antara daerah musim kering dan basah yang jelas, (Arifin,1994). Ekosistem hutan ini terdapat pada daera- daerah yang memiliki tipe iklim C dan D , dengan rata-rata cura hujan antara 1.000 sampai 2.000 mm per tahun dengan rata-rata suhu bulanan sebesar 21oc-32oc (Santoso, 1996). Vegetasi yang berada dalam ekosistem hutan musim didominan oleh spesies pohon yang menggugurkan daun dimusim kering, sehingga tipe ekosistem hutannya disebut hutan gugur daun atau deciduous forest (Vickery, 1984) . Ekosistem hutan ini umumnya mempunyai satu lapisan tajuk atau satu stratum dengan lapisan tajuk yang tidak tumpang-tindih, sehingga sinar mathari dapat masuk sampai kelantai hutan, pertumbuhan semak dan herbal memungkinkan orang susah masuk kedalam hutan tersebut (Indriyanto, 2006). Pada musim kering tumbuhan akan menggugurkan daunya tetapi lamanya daun gugur tergantung persediaan air dalam tanah, hal ini dapat berbeda-beda diantara tempat yang satu dengan tempat yang lain walapun dalam satu hutan yang sama. Contohnya pada daerah pinggiran sungai yang yang slalu cukup air, daun berguguran secara bergantian dan tidak semua jenis tumbuhan menggugurkan daunya, setelah musim hujan banyak tumbuhan dapat memproduksi daun, bunga, buah dan biji baru. Bunga yang dihasilkan oleh pepohonan dihutan biasanya memiliki bentuk yang besar dan warnanya terang, sehingga dapat dilihat oleh binatang atau serangga penyerbuk (Vickery, 1984) Menurut (Santoso, 1996), hutan musim dibagi menjadi dua zona yaitu: Zona hutan musim bawa, spesies pada zona ini antara lain, Tectona grandis, Acacia leucophloea, Actinophora fragrans, Albizzia chinensis, Azadirachta indica, dan Caesalpinia digyna.

10

1. Zona hutan musim tengah dan atas, spesies pada zona ini antara lain terdapat pohon Casuarina junghuhniana sebagai spesies pohon dominan dan khas untuk ekosisten hutan tengah dan atas. Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau sturtur vegetasi, dalam suatu hutan struktur atau bentuk yang dipelajari adalah komunitas tumbuhan yang menepati suatu habitat (Indriyanto, 2006). Struktur sutau komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap organisme, sehingga mempengaruhi kelimpahan relative suatu spesies (Soegianto, 1994). Sifat kualitatif dan kuantitatif dimiliki oleh struktur komunitas tumbuhan (Gopal dan Bhardwaj, 1997). Menurut (Gopal dan Bhardwaj, 1997). Paramenter kualitatif masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Fisiognomi yaitu, suatu penampakan luar dari suatu komunitas tumbuhan yang dapat dideskripsikan secara langsung dan dapat dilihat. 2. Fenologi yaitu, perwujutan spesies pada setiap fase dalam siklus hidupnya, yang berubah sesuai dengan tingkatan umurnya. 3. Periodisitas tumbuhan. 4. Stratifikasi yaitu, distribusi tumbuhan dalm ruang fertikal. 5. Kelimpahan yaitu, paramenter kualitatif yang mencerminkan distribusi relatife spesies organisme dalam komunitas. Kelimpahan dapat dikelompokkan dalam bentuk, sangat jarang, Kadang-kadang atau jarang, sering atau tidak banyak, banyak atau melimpah-limpah dan sangat banyak atau melimpah. 6. Penyebaran yaitu, paramenter kualitatif yang menggambarkan keberadaan spesies organisme pada ruang secara horizontal. 7. Daya hidup atau vitalitas yaitu, tingkatan keberhasilan untuk hidup, tumbuh normal, serta kemampuan untuk bereproduksi. 8. Bentuk pertumbuhan yaitu, Pengolongan pertumbuhan menurut bentuk pertumbuhanya, habitat atau karakteristik lain. Diantaranya adalah: yaitu, kajian musiman dari berbagai proses dalam kehidupan

phanerophytes, golongan tumbuhan berkayu dan tinggi lebih dari 30 cm. Caemaephytes, tetumbuhan dan semak berkayu yang tingginya kurang dari 30 cm. Hemicripthophytes, golongan rumputan dan herbal. Cripthophytes, organ

11

yang pertumbuhanya dibawa permukaan tanah atau air. Dan Therophytes, umbuhan yang tidak mempunyai organ pertumbuhan khusus. Paramenter kuantitatif menurut (Kusmna, 1997) dalam analisis komunitas tumbuhan yaitu: 1. Densitas yaitu, jumblah individu per unit luas atau per unit volume . 2. Frekuensi yaitu, jumlah petak contoh diketemukanya sutu spesies tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. 3. Luas penuup yaitu, proporsi luas daerah yang ditutupi oleh spesies tumbuhan dengan luas otal habitat. 4. Indeks nilai penting yaitu, parameter kuantitatif yang dapat digunakan untuk menyatakan tingkat dominasi. 5. Perbandingan nilai penting yaitu, parameter yang identik dengan indeks nilai penting. 6. Indeks dominan yaitu, parameter yang merupakan pusat dari dominasi (penguasaan spesies) dalam suatu komunitas. 7. Indeks keanekaragaman yaitu, keanekaragaman spesies yaitu sebagai cirri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya. 8. Indeks kesamaan yaitu, untuk mengetahui beberapa tegakan, antara beberapa unit smpling, atau beberapa komunitas yang dipelajari dan dibandingkan komposisi dan sruktur komunitasnya. 9. Homogenitas suatu komunitas yaitu, homogenitas atau tidaknya dapat dihitung dengan menggunakan frekuensi. Metode pengambilan data untuk analisis komunitas tumbuhan menutut

(Soegianto, 1994; Gopal dan Bhardwaj, 1997; Kusmana, 1997) 1. Metode petak yang umum digunakan bias berupa segi empat, persegi atau bulat. a. Petak tunggal yaitu, hanya dibuat satu petak contoh b. Petak ganda yaitu, digunakan dengan banyak petak biasanya untuk digunakan perhitunga vegetasi. 2. Metode jalur , metode ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasimenurut kondisi tanah, topografi, dan elevasi. 3. Metode garis berpetak, merupakan modifikasi dari metode petak ganda atau metode jalur, yaitu dengan melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur.

12

4. Metode kombinasi, kombinasi antara metode jalur dengan garis petak. 5. Metode kuadran yaitu, metode yang dipergunakan untuk pengambilan contoh vegetasi tumbuhan jika hanaya kajian. Kondisikomunitas hutan memiliki dinamika atau perubahan, baik akibat aktifitas dalam maupun luar seperti aktifitas manusia. Aktifitas manusia di alam yang berhubungan dengan pemanfaatan hutan merupakan salah satu faktor perubahan vegetasi fase pohon yang menjadi objek

kondisi komunitas tumbuhan yang ada di alam. Aktifitas ini dapat merusak atau memperbaiki kondisi. Untuk mengetahui kondisi komunitas dihutan dilakukan survei vegetasi denagan salah stu metode pengambilan data. Kondisi komunitas hutan dapat dideskripsikan berdasarka parameter dan menginterpretasikan perubahan yang terjadi. Vegetasi terbagi menjadi dua yaitu, vegetasi purba dan vegetasi sekarang. Vegtasi puba adalah sisa-sisa serbuk sari dalam endapan organic yang ada dalam dasar rawa dan danau-danau. Sedangkan vegetasi sekarang adalah specimen-sesimen yang ditemukan sekarang. (Tjitrosoepomo, 1987). Hutan dilereng gunung biasanya pohonpohon menjadi pendek dan tidak begitu massif, dan epifit-epifit seperi anggrek menjadi lebih umum. KETENTUAN-KETENTUAN DALAM SINTESIS 1. Kerapatan (Density) Banyaknya tumbuhan dari jenis tumbuhan dapat ditaksiratau dihitung. Apabila banyaknya individu tumbuhan dinyatakan per satuan luas, maka nilai itu disebut kerapatan (density). Nilai kerapatan ini dapat menggambarkan bahwa jenis dengan nilai kerapatan tinggi memiliki pola penyesuaian yang besar. Kerapatan ditaksir dengan menghitung jumlah individu setiap jenis dalam kuadrat yang luasnya ditentukan, kemudian penghitungannya diulang di tempat yang tersebar secara acak. Pda beberapa jenis tumbuhan, misalnya rumput-rumputan, untuk menyatakan suatu individu rumput-rumputan akan sulit. Oleh karena itu, satu pokok berupa rumpun yang menyembul dari permukaan sering disebut satu individu. % Kerapatan = Jumlah seluruh tumbuhan X 100% Jumlah seluruh unit

13

% Kerpatan relatif = 2. Frekuensi

Jumlah individu sutu jenis X100% Jumlah individu seluruh jenis

Frekuensi dipakai sebagai parameter vegetasi yang dapat menunjukkan distribusi atau sebaran jenis tumbuhan dalam ekosistem atau memperlihatkan pola distribusi tumbuhan. Nnilai yang diperoleh dapat pula untuk menggambarkan kapasitas reproduksi dan kemampuan adaptasi serta menunjukkan jumlah sampling unit yang mengandung jenis tumbuhan tertentu. % Frekuensi = Jumlah sampling unit yang mempunyai suatu jenis Jumlah seluruh sampling unit Jumlah frekuensi suatu jenis X 100% Jumlah nilai frekuensi seluruh jenis

% Frekuensi relatif =

Menurut Raunkiaer (dalam Misra, 1973) frekuensi tumbuhan dibagi menjadi lima kelas, yaitu : Kelas A = 0-20% Kelas B = 21-40% Kelas C = 41-60% Kelas D = 61-80% Kelas E = 81-100% Hukum frekuensi Raunkiaer : Spesies dengan frekuensi rendah lebih banyak individunya dari pada frekuensi tinggi. Selanjutnya di dalam komunitas suatu vegetasi mempunyai bentuk sebaran yang ditemukan berdasarkan Hukum Raunkiaer, yaitu : > A>B>C=D