Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di...

31
Sedikit silsilah Nabi Adam As Nama Adam Usia 930 tahun Periode sejarah 5872 – 4942 SM Tempat turunnya di bumi India, ada yang berpendapat di Jazirah Arab Jumlah keturunannya (anak) 40 (laki-laki dan perempuan) Tempat wafat India, ada yang berpendapat di Mekah di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 25 kali Adam (berarti tanah, manusia, atau cokelat muda) atau Nabi Adam as sebagai manusia pertama, bersama dengan istrinya, Hawa. Merekalah orang tua semua manusia di dunia. Di dalam Al-Quran, nama Adam as, disebutkan 25 kali dalam 25 ayat. Penciptaan Adam Setelah Allah SWT. menciptakan bumi, langit, dan malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat Allah mengabari para malaikat akan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap ketentuan-Nya dan melakukan kerusakan di muka bumi. Berkatalah para malaikat kepada Allah: “Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” (Q.S. Al-Baqarah [2]:30) Allah kemudian berfirman untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:30) Lalu diciptakanlah Adam oleh Allah dari segumpal tanah. Setelah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya sehingga ia dapat bergerak dan menjadi manusia yang sempurna. Awalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya karena mengingkari ketentuan Allah. Adam diturunkan dibumi bukan karena mengingkari ketentuan, melainkan dari sejak akan diciptakan, Allah sudah menunjuk Adam sebagai khalifah di muka bumi. jadi meskipun tidak melanggar ketentuan (Allah) adam akan tetap diturunkan kebumi sebagai khalifah pertama. Adam merupakan nabi dan juga manusia pertama yang bergelar khalifah Allah yang dimuliakan dan ditinggikan derajatnya. Ia diutus untuk memperingatkan anak cucunya agar menyembah Allah. Di antara sekian banyak anak cucunya, ada yang taat dan ada pula yang membangkang. Kesombongan iblis (setan) Saat semua makhluk penghuni surga bersujud menyaksikan keagungan Allah itu, hanya iblis (setan) yang membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah karena merasa dirinya lebih mulia, lebih utama, dan lebih agung dari Adam. Hal itu disebabkan karena setan merasa diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam hanyalah dari tanah dan lumpur. Kebanggaan akan asal-usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk bersujud menghormati Adam seperti para makhluk surga yang lain. Disebabkan oleh kesombongannya itulah, maka Allah menghukum setan dengan mengusirnya dari surga dan mengeluarkannya dari barisan para malaikat disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak. Disamping itu, ia telah dijamin sebagai penghuni neraka yang abadi. Setan dengan sombong menerima hukuman itu dan ia hanya memohon kepada-Nya untuk diberi kehidupan yang kekal hingga kiamat. Allah memperkenankan permohonannya itu. Tanpa mengucapkan terima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu, setan justru mengancam akan menyesatkan Adam sehingga ia terusir dari surga. Ia juga bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kemudian berfirman bahwa setan tidak akan sanggup menyesatkan

Transcript of Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di...

Page 1: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

Sedikit silsilah Nabi Adam As

Nama AdamUsia 930 tahunPeriode sejarah 5872 – 4942 SMTempat turunnya di bumi India, ada yang berpendapat di Jazirah ArabJumlah keturunannya (anak) 40 (laki-laki dan perempuan)Tempat wafat India, ada yang berpendapat di Mekahdi Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 25 kali

Adam (berarti tanah, manusia, atau cokelat muda) atau Nabi Adam as sebagai manusia pertama, bersama dengan istrinya, Hawa.Merekalah orang tua semua manusia di dunia.Di dalam Al-Quran, nama Adam as, disebutkan 25 kali dalam 25 ayat.

Penciptaan Adam

Setelah Allah SWT. menciptakan bumi, langit, dan malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat Allah mengabari para malaikat akan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap ketentuan-Nya dan melakukan kerusakan di muka bumi. Berkatalah para malaikat kepada Allah:

“Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Allah kemudian berfirman untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya:

“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Lalu diciptakanlah Adam oleh Allah dari segumpal tanah. Setelah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya sehingga ia dapat bergerak dan menjadi manusia yang sempurna. Awalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya karena mengingkari ketentuan Allah.

Adam diturunkan dibumi bukan karena mengingkari ketentuan, melainkan dari sejak akan diciptakan, Allah sudah menunjuk Adam sebagai khalifah di muka bumi. jadi meskipun tidak melanggar ketentuan (Allah) adam akan tetap diturunkan kebumi sebagai khalifah pertama.Adam merupakan nabi dan juga manusia pertama yang bergelar khalifah Allah yang dimuliakan dan ditinggikan derajatnya. Ia diutus untuk memperingatkan anak cucunya agar menyembah Allah. Di antara sekian banyak anak cucunya, ada yang taat dan ada pula yang membangkang.Kesombongan iblis (setan)

Saat semua makhluk penghuni surga bersujud menyaksikan keagungan Allah itu, hanya iblis (setan) yang membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah karena merasa dirinya lebih mulia, lebih utama, dan lebih agung dari Adam. Hal itu disebabkan karena setan merasa diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam hanyalah dari tanah dan lumpur. Kebanggaan akan asal-usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk bersujud menghormati Adam seperti para makhluk surga yang lain.

Disebabkan oleh kesombongannya itulah, maka Allah menghukum setan dengan mengusirnya dari surga dan mengeluarkannya dari barisan para malaikat disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak. Disamping itu, ia telah dijamin sebagai penghuni neraka yang abadi.

Setan dengan sombong menerima hukuman itu dan ia hanya memohon kepada-Nya untuk diberi kehidupan yang kekal hingga kiamat. Allah memperkenankan permohonannya itu. Tanpa mengucapkan terima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu, setan justru mengancam akan menyesatkan Adam sehingga ia terusir dari surga. Ia juga bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kemudian berfirman bahwa setan tidak akan sanggup menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.Pengetahuan Adam

Allah hendak menghilangkan pandangan miring dari para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi, maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang ada di alam semesta yang kemudian diperagakan di hadapan para malaikat. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka bahwa hanya Dialah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.Adam menghuni surga

Adam diberi tempat oleh Allah di surga dan baginya diciptakan Hawa untuk mendampingi, menjadi teman hidup, menghilangkan rasa kesepian, dan melengkapi fitrahnya untuk menghasilkan keturunan. Menurut cerita para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam sebelah kiri sewaktu beliau masih tidur sehingga saat beliau terjaga, Hawa sudah berada di sampingnya. Allah berfirman kepada Adam:

“Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:35)

Page 2: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

Tipu daya setan

Sesuai dengan ancaman yang diucapkan saat diusir oleh Allah dari surga akibat pembangkangannya, setan mulai merancang skenario untuk menyesatkan Adam dan Hawa yang hidup bahagia di surga yang tenteram dan damai.

Bujuk rayunya dimulai saat ia menyatakan kepada mereka bahwa ia adalah kawan mereka yang ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan kebahagiaan mereka. Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh iblis untuk membuat Adam dan Hawa terbujuk. Ia membisikkan kepada mereka bahwa larangan Allah kepada mereka untuk memakan buah dari pohon terlarang adalah karena mereka akan hidup kekal sebagai malaikat apabila memakannya. Bujukan itu terus menerus diberikan kepada Adam dan Hawa sehingga akhirnya mereka terbujuk dan memakan buah dari pohon terlarang tersebut. Jadilah mereka melanggar ketentuan Allah sehingga Dia menurunkan mereka ke bumi. Allah berfirman:

“Turunlah kamu! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:36)

Mendengar firman Allah tersebut, sadarlah Adam dan Hawa bahwa mereka telah terbujuk oleh rayuan setan sehingga mendapat dosa besar karenanya. Setelah taubat mereka diterima, Allah berfirman:

“Turunlah kamu dari syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”Lokasi Adam dan Hawa turun ke bumi

Turunlah mereka berdua ke bumi dan mempelajari cara hidup baru yang berbeda jauh dengan keadaan hidup di surga. Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan beragam suka dan duka sambil terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam bentuknya.Di dalam kitab ad-Durrul Mantsur, disebutkan “Maka kami katakan, ‘Turunlah kalian … “, dari Ibnu Abbas, yakni: Adam, Hawa, Iblis, dan ular. Kemudian mereka turun ke bumi di sebuah daerah yang diberi nama “Dujjana”, yang terletak antara Mekah dan Thaif. Ada juga yang berpendapat Adam turun di Shafa, sementara Hawa di Marwah. Telah disebutkan dari Ibnu Abbas juga bahwa Adam turun di tanah India.

Diriwayatkan Ibnu Sa’ad dan Ibnu Asakir dari Ibnu Abbas, dia mengatakan, Adam diturunkan di India, sementara Hawa di Jeddah. Kemudian Adam pergi mencari Hawa sehingga dia mendatangi Jam’an (yaitu Muzdalifah atau al-Masy’ar). Kemudian disusul (izdalafat) oleh Hawa. Oleh karena itu, tempat tersebut disebut Muzdalifah.

Diriwayatkan pula oleh Thabrani dan Nua’im di dalam kitab al-Hilyah, serta Ibnu Asakir dari Abu Hurairah, dia bercerita, Rasulullah saw bersabda: “Adam turun di India.”Sementara Ibnu Asakir menyebutkan ketika Adam turun ke bumi, dia turun di India.Di dalam riwayat Thabrani dari Abdullah bin Umar disebutkan :

“Ketika Allah menurunkan Adam, Dia menurunkannya di tanah India. Kemudian dia mendatangi Mekah, untuk kemudian pergi menuju Syam (Syria) dan meninggal disana.” (HR. Thabrani)

Dari riwayat-riwayat secara global disebutkan bahwa Adam turun ke bumi, dia turun di India (Semenanjung Syrindib, Ceylan) di atas gunung yang bernama Baudza. Di dalam kitab Rihlahnya, Ibnu Batuthah mengatakan: “Sejak sampai di semenanjung ini, tujuanku tidak lain, kecuali mengunjungi al-Qadam al-Karimah. Adam datang ketika mereka tengah berada di semenanjung Ceylan”.Syaikh Abu Abdullah bin Khafif mengatakan: “Dialah orang yang pertama kali membuka jalan untuk mengunjungi al-Qadam.”

Lokasi Makam Adam

Sementara makam Adam as sendiri ada yang mengatakan terletak di gunung Abu Qubais. Ada juga yang mengatakan di gunung Baudza, tanah dimana dia pertama kali turun ke bumi. Dan ada juga yang berpendapat, setelah terjadi angin topan, Nuh as mengulangi pemakamannya di Baitul Maqdis.Dan kami menarjih apa yang diriwayatkan Thabrani, Ibnu al-Atsir, dan al-Ya’qubi, bahwa Adam setelah Allah SWT memberikan ampunan kepadanya, dibawa oleh Malaikat Jibril ke Jabal Arafat. Disana Jibril mengajarinya manasik haji. Dia meninggal dan dimakamkan di tepi Jabal Abu Qubais.Kisah Adam dalam Al-Quran

Seperti telah disampaikan di atas bahwa nama Adam as dalam Al-Quran disebutkan 25 kali dalam 25 ayat, yaitu :

Surat Al-Baqarah [2] : ayat 31, 33, 34, 35, dan 37Surat Al-Imran [3] : ayat 33 dan 39Surat Al-Maidah [5] : ayat 27Surat Al-A’raaf [7] : ayat 11, 19, 26, 27, 31, 35, dan 127Surat Al-Israa’ [28] : ayat 50Surat Maryam [19] : ayat 58Surat Thaaha [20] : ayat 115, 116, 117, 120, dan 121Surat Yaasin [36] : ayat 60

Berikut ini dibeberapa beberapa ayat penting yang terkait dengan uraian tersebut di atas.Pada Surat Al-Baqarah [2] : ayat 30-38, Firman Allah SWT :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 30)

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” Mereka menjawab:

Page 3: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah [2]: 31,32)

Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?” Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah [2]: 33,34)

Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini. yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Al-Baqarah [2]: 35-38)

Kemudian pada Surat Thaahaa [20] : ayat 115-123, Firman Allah SWT :

Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang. Maka Kami berkata: “Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya”. (QS. Thaahaa [20]: 115-119)

Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman: “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (QS. Thaahaa [20]: 120-123)

Sponsored Links

Asal-Usul Para Wali: NASAB PARA PELOPOR DA’I YANG MASUKKAN ISLAM KE PULAU JAWA

10 Januari, 2007 Kurtubi Tinggalkan komentar Go to comments

Abu Salam Jumad gelar SUSUHUNAN ATAS ANGIN, bin Makhdum Kubra bin Jumad al-Kubra bin Abdallah bin Tajaddin bin Sinanaddin bin Hasanaddin bin Hasan bin Samaim Bin Nadmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

Na’im gelar SUSUHUNAN WALI ALLAH, bin Abdul-Malik Asafrani bin Husain Asfarani bin Muhammad Asfarani bin Abibakar Asfarani bin Ahmad bin Ibrahim Asfarani bin Tuskara, imam Yamen, bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Jasmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zaid al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

SUSUHUNAN TEMBAJAT bin Muhammad Mawla al-Islam bin Ishaq gelar WALI LANANG DARI BALAMBANGAN, bin Abu Ahmad Ishaq dari Malaka bin Hamid bin Jamad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahnul al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdullah al-Baghdad bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Wahid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

SUSUHUNAN GIRI bin Islam gelar WALI LANANG DARI BELAMBANGAN, bin Abu Ahmad Ishaq dari Malaka bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abudrahman bin Abdullah al-Baghdad bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmadin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Zali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

Hasanaddin gelar PANGERAN SABAKINKING bin Ibrahim gelar SUSUHUNAN GUNUNG JATI bin Ya’qub gelar Sutomo Rojo bin Abu Ahmad Ishaq dari Malaka bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdallah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

KIAHI AGENG LURUNG TENGAH bin Syihabuddin bin Nuradin Ali bin Ahmad al-Kubra al-Madani bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdullah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

SUSUHUNAN DRAJAT bin SUSUHUNAN AMPEL bin Abu Ali Ibrahim Asmoro al-Jaddawi bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdallah al-Baghadadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin Al-Imam Ali k.w.

Page 4: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

SUSUHUNAN BONANG bin SUSUHUNAN AMPEL bin Abu Ali Ibrahim Asmoro al-Jaddawi bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdullah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

SUSUHUNAN KALINYAMAT bin Haji Usman bin Ali gelar RAJA PENDETA GERSIK, bin Abu Ali Ibrahim Asmoro al-Jaddawi bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Abdurrahman bin Abdullah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zainal-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alimbin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

Ibrahim gelar SUSUHUNAN PUGER bin askhian bin Malik bin Ja’far al-Sadiq bin Hamdan al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdallah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

SUSUHUNAN PAKALA NANGKA dari Banten bin Makhdum Jati, Pangeran Banten, bin Abrar bin Ahmad Jumad al-Kubra bin Abid al-Kubra bin Wahid al-Kubra bin Muzakir Zain al-Kubra bin Ali Zain al-Kubra bin Muhammad Zain al-Kabir bin Muhammad al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdallah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain al-husain bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.

SUSUHUNAN KUDUS bin SUSUHUNAN NGUDUNG bin Husain bin al-Wahdi bin Hasan bin Askar bin Muhammad bin Husain bin Askib bin Muhammad Wahid bin Hasan bin Asir bin Al bin Ahmad bin Mosrir bin Jazar bin Musa bin Hajr bin Ja’far al-Sadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husein bin al-Imam Ali k.w.SUSUHUNAN GESENG bin Husain bin Al-Wahdi,etc. lihat diatas.SUSUHUNAN PAKUAN bin al-Ghaibi bin al-Wahdi,etc. lihat diatas.

SUSUHUNAN KALIJOGO bin TUMENGGUNG WILO TIRTO, Gubernur Jepara, bin ARIO TEJO KUSUMO, Gubernur Tuban, bin Ario Nembi bin Lembu Suro, Gubernur Surabaya, bin Tejo Laku, Gubernur Majapahit, bin Abdurrahman gelar ARIO TEJO Gubernur Tuban, bin Khurames bin Abdallah bin Abbas bin Abdallah bin Ahmad bin Jamal bin Hasanuddin bin Arifin bin Ma’ruf bin Abdallah bin Mubarak bin Kharmis bin Abdallah bin Muzakir bin Wakhis bin Abdallah Azhar bin ABBAS r.a. bin Abdulmuttalib.

August 26, 2005

.:: Sembilan Wali ( WALI SONGO ) ::. Filed under: bintang - ¢HÁÑЮÁ @ 10:42 AM

“Walisongo” berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid. Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal. Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan. Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang lain. Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha .

Maulana Malik Ibrahim (Wafat 1419)

Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi.Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw. Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya. Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik. Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya. Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati

Page 5: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.

Sunan Ampel

Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang).Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya. Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M.Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura. Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah “Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina.” Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.

Sunan Bonang

Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban. Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha. Ia kemudian menetap di Bonang -desa kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-daerah yang sangat sulit. Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban. Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang.Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat ‘cinta’('isyq). Sangat mirip dengan kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman, pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian yang disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan murid utamanya, Sunan Kalijaga. Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang tamsil. Salah satunya adalah “Suluk Wijil” yang tampak dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa’id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya banyak menggunakan tamsil cermin, bangau atau burung laut. Sebuah pendekatan yang juga digunakan oleh Ibnu Arabi, Fariduddin Attar, Rumi serta Hamzah Fansuri. Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang “Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang. Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam. Kisah perseteruan Pandawa-Kurawa ditafsirkan Sunan Bonang sebagai peperangan antara nafi (peniadaan) dan ‘isbah (peneguhan).

Sunan Kalijaga

Dialah “wali” yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam. Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya,Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam (’kungkum’) di sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjuk statusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan. Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga. Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede - Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak

Page 6: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

Sunan Gunung Jati

Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra’ Mi’raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii). Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina. Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati.Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya “wali songo” yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan. Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah. Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten. Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.

Sunan Kudus

Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang. Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya. Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus. Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.

Sunan Muria

Ia putra Dewi Saroh –adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus.Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya. Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti

Berita Terkini

Silsilah walisongo azmatkhan al-husaini

27-06-2010 00:27

Silsilah walisongo azmatkhan al-husaini ditemukan oleh "ahli nasab hadrami sayyid ali bin ja'far assegaf" pada seorang keturunan bangsawan palembang. Selanjutnya dibandingkan dengan data lain yg tersebar di melayu/nusantara.

Kemudian para ulama peneliti nasab & sejarah alawiyyin hadrami dlm penulisan sejarah para keturunan bani alawi seperti: (1) Al-jawahir al-saniyyah oleh sayyid Ali bin abu bakar sakran (2) Umdat al-talib oleh Al-dawudi, dan (3) Syam al-zahirah oleh sayyid abdul rahman al-masyhur, serta (4)Penelitian sayyid Zain bin abdullah alkaf yg dikutip dlm buku khidmatul 'asyirah karangan habib ahmad bin abdullah bin muhsin assegaf; MEMBENARKAN & MEM-VALID-KAN nasab jalur azmatkhan.

Beberapa habaib blm tahu nasab jalur azmatkhan karena: (1) Sayyid Abdul malik azmatkhan keluar yaman sekitar thn 1200-an, sementara pencatatan dlm sebuah fam dimulai abad ke-16. Ini lah salah satu alasan jalur walisongo tidak menggunakan nama fam. (2) jalur azmatkhan dari india_ke china terutama yunan_ke asia tenggara_ke malaysia & patani- vìetnam-kamboja_ lalu ke indonesia (sumatera & jawa) sampai ke kawasan nusantara sekitar abad 14-15. Sedangkan jalur para habaib sampai di nusantasa sekitar tahun 1700-an, bahkan rabitah alawiyah didirikan baru tahun 1928. JADI MARI KITA BERSILATURRAHMI, SALING MENGENAL DEMI UKHUWAH ISLAMIYAH

Page 7: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

BUKTI BAHWA WALI SONGO ADALAH KETURUNAN NABI MUHAMMAD SAW

Posted August 28, 2010 by IFA / جميلة زهرة in Nasab Ahlulbait, Tarbiyah Islam, Dakwah Islam, Riset Islami َرفِيْعَة

Bermula silsilah wali songo ditemukan oleh sayid Ali bin Ja’far Assegaf pada seorang keturunan bangsawan Palembang. Dalam silsilah tersebut tercatat tuan Fakih Jalaluddin yang dimakamkan di Talang Sura pada tanggal 20 Jumadil Awal 1161 hijriyah, tinggal di istana kerajaan Sultan Muhammad Mansur mengajar ilmu ushuluddin dan alquran.

Dalam silsilah tersebut tercatat nasab seorang Alawiyin bernama sayid Jamaluddin Husein bin Ahmad bin Abdullah bin Abdul Malik bin Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath, yang mempunyai tujuh anak laki.

Di samping itu tercatat pula nasab keturunan raja-raja Palembang yang bergelar pangeran dan raden, nasab Muhammad Ainul Yaqin yang bergelar Sunan Giri.Sebagaimana telah diketahui bahwa keturunan Alawiyin yang berada di Indonesia berasal dari Hadramaut.

Imam Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath dijuluki Ammu al-Faqih, dikaruniai 4 orang anak lelaki, masing-masing bernama Abdul Malik, Abdullah, Abdurahman dan Ahmad. Dari Abdul Malik inilah, yang keturunannya dikenal dengan al-Azhamat Khan, menurunkan leluhur wali songo di Indonesia.

Abdul Malik bin Alwi lahir di kota Qasam pada tahun 574 hijriyah. Ia meninggalkan Hadramaut pergi ke India bersama para sayid Alawiyin. Di India ia bermukim di Nashrabad. Ia mempunyai beberapa orang anak lelaki, diantaranya sayid Amir Khan Abdullah. Sayid Amir Khan mempunyai anak bernama Amir al-Mu’azhom Syah Maulana Ahmad. Beliau dikarunia anak bernama Jamaluddin Husein yang datang ke pulau Jawa dari Kamboja., Jamaluddin Husein hijrah ke Jawa bersama ketiga saudaranya yaitu syarif Qamaruddin, syarif Majduddin dan syarif Tsana’uddin pada akhir abad ke 7 hijriyah.

Di Kemboja Jamaluddin Husein menikahi anak seorang raja di negeri itu dan mempunyai anak yang diantaranya bernama Ali Nurul Alam dan Ibrahim al-Ghazi (Ibrahim Asmoro). Menurut sayid Ahmad bin Abdullah Aseggaf dalam kitabnya Chidmah al-Asyirah, Ali Nurul Alam dikarunia anak bernama Abdullah. Dari Abdullah inilah dikarunia anak bernama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sedangkan Ibrahim al-Ghazi bersama ayahnya meninggalkan negerinya ke tanah Aceh. Di Aceh beliau menggantikan ayahnya dalam kegiatan menyebarkan agama Islam di kalangan penduduk. Sedangkan ayahnya Jamaluddin Husein meneruskan perjalanan ke tanah Jawa.

Mereka mendarat di pesisir pantai Semarang, kemudian melalui jalan darat tiba di Pajajaran. Saat itu adalah akhir masa raja-raja Pajajaran yang kekuasaannya berpindah ke tangan Majapahit. Dari Pajaran Jamaluddin Husein melanjutkan perjalanannya ke Jawa Timur dan tiba di Surabaya. Ketika itu Surabaya masih merupakan sebuah desa kecil, tidak banyak penduduknya, dikelilingi oleh hutan dan sungai. Pada masa itu desa tersebut dikenal dengan nama Ampel. Di desa itulah sayid Jamaluddin Husein menetap. Setelah satu setengah tahun di Ampel, bersama para pengikutnya beliau melakukan perjalanan ke Sulawesi dan setibanya di tanah Bugis, beliau wafat di kota Wajo.

Ibrahim al-Ghazi yang berada di Aceh sering melakukan perjalanan ke negeri Kamboja dan menikah di sana. Beliau dikarunia dua orang anak yaitu Maulana Ishaq dan Maulana Rahmatullah (Sunan Ampel). Maulana Ishaq kemudian menyebarkan agama Islam di tanah Malaka, Penang dan Riau. Sayid Maulana Ishaq kemudian pindah ke Banyuwangi. Beliau dinikahkan oleh salah seorang puteri raja Blambangan. Dari perkawinannya Maulana Ishaq mempunyai seorang anak bernama sayid Ainul Yakin (Sunan Giri/Raden Paku). Di antara keturunan beliau adalah KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah.

Sunan Ampel dikarunia anak bernama Maulana Hasyim (Sunan Drajat), Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Maulana Ja’far Shadiq (sunan Kudus) dan Ahmad Hisan (Sunan Lamongan) Adapun wali songo yang lain seperti Maulana Malik Ibrahim, Sunan Kali Jaga dan Sunan Muria, menurut beberapa pendapat bukanlah keturunan Muhammad Shahib Mirbath. Menurut beberapa pendapat dikatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim keturunan dari Zainal Abidin bin Husein. Pendapat lain mengatakan beliau dari kota Kasyan, Persia. Begitu pula dengan silsilah Sunan Kali Jaga terdapat perbedaan di kalangan para pakar sejarah wali songo. Sebagian mengatakan, bahwa ia seorang dari suku Jawa asli. Sebagain pakar lain mengatakan bahwa ia bernama Zainal Abidin putra Sunan Ampel.

Sama halnya dengan Sunan Muria, ada yang mengatakan ia anak dari Sunan Kali Jaga dan penfapat lain mengatakan bahwa ia berasal dari keturunan Abbas bin Abdul Muthalib.

http://www.facebook.com/habibullahbaalawi?ref=mf#!/ Habibullah Ba-Alawi Al-Husaini - MAJELIS DAKWAH WALI SONGO

Tuesday, July 6, 2010

Walisongo Tanah Jawa dan Silsilah Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 15 dan 16. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Arti WalisongoMasjid Agung Demak, diyakini sebagai salah satu tempat berkumpulnya para wali yang paling awal.

Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.

Page 8: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo ini adalah sebuah dewan yang didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) pada tahun 1474. Saat itu dewan Walisongo beranggotakan Raden Hasan (Pangeran Bintara); Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang, putra pertama dari Sunan Ampel); Qasim (Sunan Drajad, putra kedua dari Sunan Ampel); Usman Haji (Pangeran Ngudung, ayah dari Sunan Kudus); Raden Ainul Yaqin (Sunan Giri, putra dari Maulana Ishaq); Syekh Suta Maharaja; Raden Hamzah (Pangeran Tumapel) dan Raden Mahmud.

Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.

Nama-nama Walisongo

Meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai siapa saja yang termasuk sebagai Walisongo, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:

* Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim* Sunan Ampel atau Raden Rahmat* Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim* Sunan Drajat atau Raden Qasim* Sunan Kudus atau Jaffar Shadiq* Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin* Sunan Kalijaga atau Raden Said* Sunan Muria atau Raden Umar Said* Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

Para Walisongo tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga karena pernikahan atau dalam hubungan guru-murid.

Maulana Malik Ibrahim

Makam Maulana Malik Ibrahim, desa Gapura, Gresik, Jawa Timur

Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-11 dari Husain bin Ali. Ia disebut juga Sunan Gresik, Syekh Maghribi, atau terkadang Makhdum Ibrahim As-Samarqandy. Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy.[1] Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.

Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.

Sunan Ampel

Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-12 dari Husain bin Ali, menurut riwayat adalah putra Maulana Malik Ibrahim dan seorang putri Champa. Ia disebutkan masih berkerabat dengan salah seorang istri atau selir dari Brawijaya raja Majapahit. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang dan Sunan Kudus adalah anak-anaknya, sedangkan Sunan Drajat adalah cucunya. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.

Sunan Bonang

Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-13 dari Husain bin Ali. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang atau Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525.

Sunan Drajat

Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-13 dari Husain bin Ali. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat wafat pada 1522.

Sunan Kudus

Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah adik dari Sunan Bonang. Sunan Kudus adalah keturunan ke-14 dari Husain bin Ali. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Diantara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.

Page 9: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

Sunan Giri

Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-12 dari Husain bin Ali, merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.

Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq.

Sunan Muria

Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga yang menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung.

Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah putra Nurul Alam putra Syekh Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.

Tokoh pendahulu Walisongo

Syekh Jumadil Qubro

Syekh Jumadil Qubro adalah tokoh yang sering disebutkan dalam berbagai babad dan cerita rakyat sebagai salah seorang pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Ia umumnya dianggap bukan keturunan Jawa, melainkan berasal dari Asia Tengah. Terdapat beberapa versi babad yang meyakini bahwa ia adalah keturunan ke-10 dari Husain bin Ali, yaitu cucu Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Martin van Bruinessen (1994) menyatakan bahwa ia adalah tokoh yang sama dengan Jamaluddin Akbar (lihat keterangan Syekh Maulana Akbar di bawah).

Sebagian babad berpendapat bahwa Syekh Jumadil Qubro memiliki dua anak, yaitu Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) dan Maulana Ishaq, yang bersama-sama dengannya datang ke pulau Jawa. Syekh Jumadil Qubro kemudian tetap di Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, dan adiknya Maulana Ishaq mengislamkan Samudera Pasai. Dengan demikian, beberapa Walisongo yaitu Sunan Ampel (Raden Rahmat) dan Sunan Giri (Raden Paku) adalah cucunya; sedangkan Sunan Bonang, Sunan Drajad dan Sunan Kudus adalah cicitnya. Hal tersebut menyebabkan adanya pendapat yang mengatakan bahwa para Walisongo merupakan keturunan etnis Uzbek yang dominan di Asia Tengah, selain kemungkinan lainnya yaitu etnis Persia, Gujarat, ataupun Hadramaut.

Makamnya terdapat di beberapa tempat yaitu di Semarang, Trowulan, atau di desa Turgo (dekat Pelawangan), Yogyakarta. Belum diketahui yang mana yang betul-betul merupakan kuburnya.[2]

Syekh Maulana Akbar

Syekh Maulana Akbar adalah adalah seorang tokoh di abad 14-15 yang dianggap merupakan pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Nama lainnya ialah Syekh Jamaluddin Akbar dari Gujarat, dan ia kemungkinan besar adalah juga tokoh yang dipanggil dengan nama Syekh Jumadil Kubro, sebagaimana tersebut di atas. Hal ini adalah menurut penelitian Martin van Bruinessen (1994), yang menyatakan bahwa nama Jumadil Kubro (atau Jumadil Qubro) sesungguhnya adalah hasil perubahan hyper-correct atas nama Jamaluddin Akbar oleh masyarakat Jawa.[3]

Silsilah Syekh Maulana Akbar (Jamaluddin Akbar) dari Nabi Muhammad SAW umumnya dinyatakan sebagai berikut: Sayyidina Husain, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali’ Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Jalal Syah, dan Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar).

Menurut cerita rakyat, sebagian besar Walisongo memiliki hubungan atau berasal dari keturunan Syekh Maulana Akbar ini. Tiga putranya yang disebutkan meneruskan dakwah di Asia Tenggara; adalah Ibrahim Akbar (atau Ibrahim as-Samarkandi) ayah Sunan Ampel yang berdakwah di Champa dan Gresik, Ali Nuralam Akbar kakek Sunan Gunung Jati yang berdakwah di Pasai, dan Zainal Alam Barakat.

Penulis asal Bandung Muhammad Al Baqir dalam Tarjamah Risalatul Muawanah (Thariqah Menuju Kebahagiaan) memasukkan beragam catatan kaki dari riwayat-riwayat lama tentang kedatangan para mubaligh Arab ke Asia Tenggara. Ia berkesimpulan bahwa cerita rakyat tentang Syekh Maulana Akbar yang sempat mengunjungi Nusantara dan wafat di Wajo, Makasar (dinamakan masyarakat setempat Makam Kramat Mekkah), belum dapat dikonfirmasikan dengan sumber sejarah lain. Selain itu juga terdapat riwayat turun-temurun tarekat Sufi di Jawa Barat, yang menyebutkan bahwa Syekh Maulana Akbar wafat dan dimakamkan di Cirebon, meskipun juga belum dapat diperkuat sumber sejarah lainnya.

Syekh Quro

Syekh Quro adalah pendiri pesantren pertama di Jawa Barat, yaitu pesantren Quro di Tanjungpura, Karawang pada tahun 1428.[4]

Nama aslinya Syekh Quro ialah Hasanuddin. Beberapa babad menyebutkan bahwa ia adalah muballigh (penyebar agama} asal Mekkah, yang berdakwah di daerah Karawang. Ia diperkirakan datang dari Champa atau kini Vietnam

Page 10: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

selatan. Sebagian cerita menyatakan bahwa ia turut dalam pelayaran armada Cheng Ho, saat armada tersebut tiba di daerah Tanjung Pura, Karawang.

Syekh Quro sebagai guru dari Nyai Subang Larang, anak Ki Gedeng Tapa penguasa Cirebon. Nyai Subang Larang yang cantik dan halus budinya, kemudian dinikahi oleh Raden Manahrasa dari wangsa Siliwangi, yang setelah menjadi raja Kerajaan Pajajaran bergelar Sri Baduga Maharaja. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Pangeran Kian Santang yang selanjutnya menjadi penyebar agama Islam di Jawa Barat.

Makam Syekh Quro terdapat di desa Pulo Kalapa, Lemahabang, Karawang.

Syekh Datuk Kahfi

Syekh Datuk Kahfi adalah muballigh asal Baghdad memilih markas di pelabuhan Muara Jati, yaitu kota Cirebon sekarang. Ia bernama asli Idhafi Mahdi.

Majelis pengajiannya menjadi terkenal karena didatangi oleh Nyai Rara Santang dan Kian Santang (Pangeran Cakrabuwana), yang merupakan putra-putri Nyai Subang Larang dari pernikahannya dengan raja Pajajaran dari wangsa Siliwangi. Di tempat pengajian inilah tampaknya Nyai Rara Santang bertemu atau dipertemukan dengan Syarif Abdullah, cucu Syekh Maulana Akbar Gujarat. Setelah mereka menikah, lahirlah Raden Syarif Hidayatullah kemudian hari dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.

Makam Syekh Datuk Kahfi ada di Gunung Jati, satu komplek dengan makam Sunan Gunung Jati.

Syekh Khaliqul Idrus

Syekh Khaliqul Idrus adalah seorang muballigh Parsi yang berdakwah di Jepara. Menurut suatu penelitian, ia diperkirakan adalah Syekh Abdul Khaliq, dengan laqob Al-Idrus, anak dari Syekh Muhammad Al-Alsiy yang wafat di Isfahan, Parsi.

Syekh Khaliqul Idrus di Jepara menikahi salah seorang cucu Syekh Maulana Akbar yang kemudian melahirkan Raden Muhammad Yunus. Raden Muhammad Yunus kemudian menikahi salah seorang putri Majapahit hingga mendapat gelar Wong Agung Jepara. Pernikahan Raden Muhammad Yunus dengan putri Majapahit di Jepara ini kemudian melahirkan Raden Abdul Qadir yang menjadi menantu Raden Patah, bergelar Adipati Bin Yunus atau Pati Unus. Setelah gugur di Malaka 1521, Pati Unus dipanggil dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor. [5]

Teori keturunan Hadramaut

Walaupun masih ada pendapat yang menyebut Walisongo adalah keturunan Samarkand (Asia Tengah), Champa atau tempat lainnya, namun tampaknya tempat-tampat tersebut lebih merupakan jalur penyebaran para mubaligh daripada merupakan asal-muasal mereka yang sebagian besar adalah kaum Sayyid atau Syarif. Beberapa argumentasi yang diberikan oleh Muhammad Al Baqir, dalam bukunya Thariqah Menuju Kebahagiaan, mendukung bahwa Walisongo adalah keturunan Hadramaut:

”Pada abad ke-15, di Jawa sudah terdapat penduduk bangsa Arab atau keturunannya, yaitu sesudah masa kerajaan Majapahit yang kuat itu. Orang-orang Arab bercampul-gaul dengan penduduk, dan sebagian mereka mempuyai jabatan-jabatan tinggi. Mereka terikat dengan pergaulan dan kekeluargaan tingkat atasan. Rupanya pembesar-pembesar Hindu di kepulauan Hindia telah terpengaruh oleh sifat-sifat keahlian Arab, oleh karena sebagian besar mereka berketurunan pendiri Islam (Nabi Muhammad SAW). Orang-orang Arab Hadramawt (Hadramaut) membawa kepada orang-orang Hindu pikiran baru yang diteruskan oleh peranakan-peranakan Arab, mengikuti jejak nenek moyangnya.”Pernyataan van den Berg spesifik menyebut abad ke-15, yang merupakan abad spesifik kedatangan atau kelahiran sebagian besar Walisongo di pulau Jawa. Abad ke-15 ini jauh lebih awal dari abad ke-18 yang merupakan saat kedatangan gelombang berikutnya, yaitu kaum Hadramaut yang bermarga Assegaf, Al Habsyi, Al Hadad, Alaydrus, Alatas, Al Jufri, Syihab, Syahab dan banyak marga Hadramaut lainnya.

* Hingga saat ini umat Islam di Hadramaut sebagian besar bermadzhab Syafi’i, sama seperti mayoritas di Srilangka, pesisir India Barat (Gujarat dan Malabar), Malaysia dan Indonesia. Bandingkan dengan umat Islam di Uzbekistan dan seluruh Asia Tengah, Pakistan dan India pedalaman (non-pesisir) yang sebagian besar bermadzhab Hanafi.* Kesamaan dalam pengamalan madzhab Syafi’i bercorak tasawuf dan mengutamakan Ahlul Bait; seperti mengadakan Maulid, membaca Diba & Barzanji, beragam Shalawat Nabi, doa Nur Nubuwwah dan banyak amalan lainnya hanya terdapat di Hadramaut, Mesir, Gujarat, Malabar, Srilangka, Sulu & Mindanao, Malaysia dan Indonesia. Kitab fiqh Syafi’i Fathul Muin yang populer di Indonesia dikarang oleh Zainuddin Al Malabary dari Malabar, isinya memasukkan pendapat-pendapat baik kaum Fuqaha maupun kaum Sufi. Hal tersebut mengindikasikan kesamaan sumber yaitu Hadramaut, karena Hadramaut adalah sumber pertama dalam sejarah Islam yang menggabungkan fiqh Syafi’i dengan pengamalan tasawuf dan pengutamaan Ahlul Bait.* Di abad ke-15, raja-raja Jawa yang berkerabat dengan Walisongo seperti Raden Patah dan Pati Unus sama-sama menggunakan gelar Alam Akbar. Gelar tersebut juga merupakan gelar yang sering dikenakan oleh keluarga besar Jamaluddin Akbar di Gujarat pada abad ke-14, yaitu cucu keluarga besar Azhamat Khan (atau Abdullah Khan) bin Abdul Malik bin Alwi, seorang anak dari Muhammad Shahib Mirbath ulama besar Hadramaut abad ke-13. Keluarga besar ini terkenal sebagai mubaligh musafir yang berdakwah jauh hingga pelosok Asia Tenggara, dan mempunyai putra-putra dan cucu-cucu yang banyak menggunakan nama Akbar, seperti Zainal Akbar, Ibrahim Akbar, Ali Akbar, Nuralam Akbar dan banyak lainnya.

Teori keturunan Cina

Sejarawan Slamet Muljana mengundang kontroversi dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa (1968), dengan menyatakan bahwa Walisongo adalah keturunan Tionghoa Indonesia.[7] Pendapat tersebut mengundang reaksi keras masyarakat yang berpendapat bahwa Walisongo adalah keturunan Arab-Indonesia. Pemerintah Orde Baru sempat melarang terbitnya buku tersebut.[rujukan?]

Referensi-referensi yang menyatakan dugaan bahwa Walisongo berasal dari atau keturunan Tionghoa sampai saat ini masih merupakan hal yang kontroversial. Referensi yang dimaksud hanya dapat diuji melalui sumber akademik yang berasal dari Slamet Muljana, yang merujuk kepada tulisan Mangaraja Onggang Parlindungan, yang kemudian merujuk

Page 11: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

kepada seseorang yang bernama Resident Poortman. Namun, Resident Poortman hingga sekarang belum bisa diketahui identitasnya serta kredibilitasnya sebagai sejarawan, misalnya bila dibandingkan dengan Snouck Hurgronje dan L.W.C. van den Berg. Sejarawan Belanda masa kini yang banyak mengkaji sejarah Islam di Indonesia yaitu Martin van Bruinessen, bahkan tak pernah sekalipun menyebut nama Poortman dalam buku-bukunya yang diakui sangat detail dan banyak dijadikan referensi.

Salah satu ulasan atas tulisan H.J. de Graaf, Th.G.Th. Pigeaud, M.C. Ricklefs berjudul Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th Centuries adalah yang ditulis oleh Russell Jones. Di sana, ia meragukan pula tentang keberadaan seorang Poortman. Bila orang itu ada dan bukan bernama lain, seharusnya dapat dengan mudah dibuktikan mengingat ceritanya yang cukup lengkap dalam tulisan Parlindungan [8].

Sumber tertulis tentang Walisongo

1. Terdapat beberapa sumber tertulis masyarakat Jawa tentang Walisongo, antara lain Serat Walisanga karya Ranggawarsita pada abad ke-19, Kitab Walisongo karya Sunan Dalem (Sunan Giri II) yang merupakan anak dari Sunan Giri, dan juga diceritakan cukup banyak dalam Babad Tanah Jawi.2. Mantan Mufti Johor Sayyid `Alwî b. Tâhir b. `Abdallâh al-Haddâd (meninggal tahun 1962) juga meninggalkan tulisan yang berjudul Sejarah perkembangan Islam di Timur Jauh (Jakarta: Al-Maktab ad-Daimi, 1957). Ia menukil keterangan diantaranya dari Haji `Ali bin Khairuddin, dalam karyanya Ketrangan kedatangan bungsu (sic!) Arab ke tanah Jawi sangking Hadramaut.3. Dalam penulisan sejarah para keturunan Bani Alawi seperti al-Jawahir al-Saniyyah oleh Sayyid Ali bin Abu Bakar Sakran, ‘Umdat al-Talib oleh al-Dawudi, dan Syams al-Zahirah oleh Sayyid Abdul Rahman Al-Masyhur; juga terdapat pembahasan mengenai leluhur Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Bonang dan Sunan Gresik.Ditulis oleh Pensilkoe at 10:47 PM Labels: Khasanah Islam

Topic: Sanggahan bahwa Walisongo yang bermarga AZMATKHAN AL-HUSAINI adalah keturunan langsung Tionghoa

Displaying all 9 posts.

Nurfadhil AzmatKhan

Tanpa mengurangi rasa hormat.. tulisan ini hanya hendak meluruskan anggapan bahwasanya Walisongo adalah keturunan "langsung" etnis Tionghoa. Sebagai salah satu keturunan langsung Walisongo ( Sunan Gunung Jati Azmatkhan Al-Husaini) yang memegang data silsilah garis laki & garis perempuan secara turun temurun, mewakili keluarga besar, kami hendak meluruskan masalah ini. Seraya mengakui terdapatnya hubungan kekerabatan dari garis perempuan antara zuriat Walisongo dengan etnis Tionghoa. Keluarga Azmatkhan adalah keluarga yang menggunakan pernikahan sebagai media dakwah. Abdullah Azmatkhan leluhur para Walisongo dr India mrupakan salah satu pendakwah Islam ke China yang semasa dengan Marcopolo yang disinyalir menjalin kekerabatan dgn etnis Tionghioa... begitu pula dgn pernikahan Sunan Gunung Jati dgn putri Ong Tien Nio, lantas kekerabatan walisongo dengan ulama cina yang bergelar Syaikh Bantong alias Tan Go Hwat dll... dengan tulisan ini kami harap para etnis Tionghoa tidak lagi menganggap walisongo sebagai keturunan "langsung" dari China, secara patrienal garis ayah, namun memang berkerabat secara tautan garis ibu / perempuan. Seraya menghormati data sejarah & silsilah yang kluarga besar kami pegang secara turun temurun bahkan sudah diteliti, disahkan & diyakini oleh Ahli Ilmu Nasab internasional dari Yaman, Turki, Malaysia, Thailand, Mesir, Jordan, Lebanon, India, dll. Semoga tulisan ini dapat dipahami dengan baik untuk menumbuhkan sikap toleransi & tenggang rasa serta kekeluargaan.

Referensi-referensi yang menyatakan dugaan bahwa Walisongo berasal dari atau keturunan Tionghoa sampai saat ini masih merupakan hal yang kontroversial. Referensi yang dimaksud hanya dapat diuji melalui sumber akademik yang berasal dari Slamet Muljana, (Muljana, Slamet (2 Agustus 2010). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. LkiS. hlm. xxvi + 302 hlm.. ISBN 9799798451163.

Buku tsb merujuk kepada tulisan Mangaraja Onggang Parlindungan, yang kemudian merujuk kepada seseorang yang bernama Resident Poortman. Namun, Resident Poortman hingga sekarang belum bisa diketahui identitasnya serta kredibilitasnya sebagai sejarawan, misalnya bila dibandingkan dengan Snouck Hurgronje dan L.W.C. van den Berg. Sejarawan Belanda masa kini yang banyak mengkaji sejarah Islam di Indonesia yaitu Martin van Bruinessen, bahkan tak pernah sekalipun menyebut nama Poortman dalam buku-bukunya yang diakui sangat detail dan banyak dijadikan referensi.

Salah satu ulasan atas tulisan H.J. de Graaf, Th.G.Th. Pigeaud, M.C. Ricklefs berjudul Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th Centuries adalah yang ditulis oleh Russell Jones. Di sana, ia meragukan pula tentang keberadaan seorang Poortman. Bila orang itu ada dan bukan bernama lain, seharusnya dapat dengan mudah dibuktikan mengingat ceritanya yang cukup lengkap dalam tulisan Parlindungan* *Russell Jones, review on Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th Centuries written by H. J. de Graaf; Th. G. Th. Pigeaud; M. C. Ricklefs, Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London, Vol. 50, No. 2. (1987), hlm. 423-424.

Prof. Dr. Tujimah, Guru Besar dalam Bahasa Arab dan Sejarah Islam di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, juga tidak sependapat atas kesimpulan yang mengatakan bahwa para wali adalah keturunan Cina. Beberapa alasan yang dikemukakan adalah…:1. Sumber-sumber dari kesimpulan itu dari Babad Tanah Jawi, Serta Kanda, Kronik Cinta Semarang dan Talang yang belum banyak dipakai sarjana.2. Prof. Slamet Mulyana mendapat sumber dari tangan ketiga (dua orang) yaitu lewat Residen Poortman dan Ir. Parlindungan.3. Sumber-sumber babad itu penuh dengan dongeng dan legenda.4. Sumber-sumber Portugis yang ada digunakan5. Lebih memberatkan dan menerima 100% sumber Cina, atau membesar-besarkan pengaruh Cina.6. Mungkin ada nama-nama pribumi asli yang dibaca atau ditulis menurut Lidah Cina. Pengaruh setiap bahasa dan

Page 12: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

lidah sesuatu bangsa lain memungkinkan terjadi penyesuaian ejaan, seperti khabar menjadi kabar (bahasa Arab), lebih-lebih pendatang baru bangsa Cina yang disebut tokelja, sabar menjadi sabal, dan sebagainya. Akhirnya terjadilah seperti yang dikira, terdapat nama-nama yang berubah dari nama asalnya, seperti di dalam naskah Poortman, Kertabumi menjadi King ta Bu Mi, Su Hi Ta menjadi Su King Ta, Trenggana menjadi Tung Ka Lo, Mukmin (putra Trenggana) menjadi Muk Ming, Sunan Bonang menjadi Be Nang, Ki Ageng Gribig menjadi Na Pao Cing, Aceh menjadi Ta Cih, Bintoro menjadi Bing To Lo, Bangil menjadi Jiaotung, Majakerta menjadi Jangki, Palembang menjadi Ku Kang, Sultan tayyib menjadi Too Yat, dan sebagainya. Ternyata banyak nama-nama Indonesia yang diberi nama dengan bahasa Tionghoa.7. Salah satu kelemahan, antara lain ialah Sunan Gunung Jati diidentifikasikan dengan Toh A Bo, dalam bukunya Prof. Slamet Mulyana hal. 219. tetapi pada halaman 220 dikatakan bahwa Tung Ka Lo (trenggana mempunyai dua orang putra, yaitu muk Ming (Pangeran Mukin atau Pangeran Prawoto) dan putra kedua pangeran A Bo dinyatakan dalam Babat Tanah Jawi bahwa dia menjadi Bupati Madiun. Jika Panglima Perang Demak pada tahun 1526, yang berhasil membawa kemenangan sama dengan Panglima Perang yang dikirim ke Majapahit pada tahun 1527, maka Panglima Perang yang memimpin armada Demak ke Cirebon dan ke Sunda Kelapa adalah Toh A Bo Putra Tung Ka Lo sendiri. Dengan demikian, maka Toh A Bo identik dengan Fatahillah. Demikianlah tulis Prof. Dr. Slamet Mulyana. Tetapi pada halaman 224 Prof. Slamet Mulyana menulis lagi bahwa Fatahillah sebagai Sultan Banten / Cirebon dan Ipar sultan Trenggana, dan pula menjadi Sultan Cirebon / Banten. Inilah kejanggalannya, bahwa Fatahillah disamakan dengan Toh A Bo, yang menjadi putra Sultan Trenggana dan sekali itu juga menjadi ipar Sultan Trenggana. Juga menjadi Bupati Madiun dan juga menjadi Sultan Cirebon / Banten. Apakah bisa? Aneh bukan, satu oknum menjadi putra dan sekaligus menjadi ipar Sultan Trenggana, juga menjadi Bupati Madiun dan juga menjadi Sultan Cirebon / Banten.

Walaupun masih ada pendapat yang menyebut Walisongo adalah keturunan Samarkand (Asia Tengah), Champa atau tempat lainnya, namun tempat-tampat tersebut lebih merupakan jalur penyebaran para mubaligh daripada merupakan asal-muasal kturunan langsung mereka yang adalah kaum Sayyid atau Syarif. Beberapa argumentasi yang diberikan oleh Muhammad Al Baqir, dalam bukunya Thariqah Menuju Kebahagiaan, mendukung bahwa Walisongo adalah keturunan Hadramaut:

* L.W.C van den Berg, Islamolog dan ahli hukum Belanda yang mengadakan riset pada 1884-1886, dalam bukunya Le Hadhramout et les colonies arabes dans l’archipel Indien (1886)[6] mengatakan:

”Adapun hasil nyata dalam penyiaran agama Islam (ke Indonesia) adalah dari orang-orang Sayyid Syarif. Dengan perantaraan mereka agama Islam tersiar di antara raja-raja Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini, walaupun ada juga suku-suku lain Hadramaut (yang bukan golongan Sayyid Syarif), tetapi mereka ini tidak meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal ini disebabkan mereka (kaum Sayyid Syarif) adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi Muhammad SAW).”

* van den Berg juga menulis dalam buku yang sama (hal 192-204):

”Pada abad ke-15, di Jawa sudah terdapat penduduk bangsa Arab atau keturunannya, yaitu sesudah masa kerajaan Majapahit yang kuat itu. Orang-orang Arab bercampul-gaul dengan penduduk, dan sebagian mereka mempuyai jabatan-jabatan tinggi. Mereka terikat dengan pergaulan dan kekeluargaan tingkat atasan. Rupanya pembesar-pembesar Hindu di kepulauan Hindia telah terpengaruh oleh sifat-sifat keahlian Arab, oleh karena sebagian besar mereka berketurunan pendiri Islam (Nabi Muhammad SAW). Orang-orang Arab Hadramawt (Hadramaut) membawa kepada orang-orang Hindu pikiran baru yang diteruskan oleh peranakan-peranakan Arab, mengikuti jejak nenek moyangnya.”

Pernyataan van den Berg spesifik menyebut abad ke-15, yang merupakan abad spesifik kedatangan atau kelahiran sebagian besar Walisongo di pulau Jawa. Abad ke-15 ini jauh lebih awal dari abad ke-18 yang merupakan saat kedatangan gelombang berikutnya, yaitu kaum Hadramaut yang bermarga Assegaf, Al Habsyi, Al Hadad, Alaydrus, Alatas, Al Jufri, Syihab, Syahab dan banyak marga Hadramaut lainnya.

* Hingga saat ini umat Islam di Hadramaut sebagian besar bermadzhab Syafi’i, sama seperti mayoritas di Srilangka, pesisir India Barat (Gujarat dan Malabar), Malaysia dan Indonesia. Bandingkan dengan umat Islam di Uzbekistan dan seluruh Asia Tengah, Pakistan dan India pedalaman (non-pesisir) yang sebagian besar bermadzhab Hanafi.

* Kesamaan dalam pengamalan madzhab Syafi’i bercorak tasawuf dan mengutamakan Ahlul Bait; seperti mengadakan Maulid, membaca Diba & Barzanji, beragam Shalawat Nabi, doa Nur Nubuwwah dan banyak amalan lainnya hanya terdapat di Hadramaut, Mesir, Gujarat, Malabar, Srilangka, Sulu & Mindanao, Malaysia dan Indonesia. Kitab fiqh Syafi’i Fathul Muin yang populer di Indonesia dikarang oleh Zainuddin Al Malabary dari Malabar, isinya memasukkan pendapat-pendapat baik kaum Fuqaha maupun kaum Sufi. Hal tersebut mengindikasikan kesamaan sumber yaitu Hadramaut, karena Hadramaut adalah sumber pertama dalam sejarah Islam yang menggabungkan fiqh Syafi’i dengan pengamalan tasawuf dan pengutamaan Ahlul Bait.

* Di abad ke-15, raja-raja Jawa yang berkerabat dengan Walisongo seperti Raden Patah dan Pati Unus sama-sama menggunakan gelar Alam Akbar. Gelar tersebut juga merupakan gelar yang sering dikenakan oleh keluarga besar Jamaluddin Akbar di Gujarat pada abad ke-14, yaitu cucu keluarga besar Azhamat Khan (atau Abdullah Khan) bin Abdul Malik bin Alwi, seorang anak dari Muhammad Shahib Mirbath ulama besar Hadramaut abad ke-13. Keluarga besar ini terkenal sebagai mubaligh musafir yang berdakwah jauh hingga pelosok Asia Tenggara, dan mempunyai putra-putra dan cucu-cucu yang banyak menggunakan nama Akbar, seperti Zainal Akbar, Ibrahim Akbar, Ali Akbar, Nuralam Akbar dan banyak lainnya.

Para Ulama Ahli Nasab Bani Alawi merupakan ulama yang terpercaya & hanya mengesahkan data yang valid dalam penulisan kitab nasab & sejarah mereka. Mereka mempunyai tanggung jawab yang berat di hadapan Allah dalam menjaga nasab para keturuna…n Nabi Muhammad. Mereka sudah meneliti & mengesahkan nasab walisongo bersambung ke Rasul.

Dalam penulisan sejarah para keturunan Bani Alawi seperti al-Jawahir al-Saniyyah oleh Sayyid Ali bin Abu Bakar Sakran, ‘Umdat al-Talib oleh al-Dawudi, dan Syams al-Zahirah oleh Sayyid Abdul Rahman Al-Masyhur; juga terdapat pembahasan mengenai leluhur Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Bonang dan Sunan Gresik.

Bahkan ada 27 Kitab kuning Nasab yang membahas tentang jalur keluarga Walisongo yakni keluarga

Page 13: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

AZMATKHAN / AZHAMAT KHAN.

Tentang keterangan akan keluarga ini & asal usul nama ini :http://azmatkhanalhusaini.com/index.php?option=com_content&task=vi

http://hukummerayakanmaulid.wordpress.com/2008/12/20/asal-usul-nama-azmatkhan-3/

Tentang sumber sejarah awal data silsilah Walisongo diteliti, disahkan & dijaga oleh Ulama Ahli Nasab Bani Alawi :http://benmashoor.wordpress.com/2008/07/26/wali-songo-benarkan-mereka-keturunan-…nabi-saw/

Selain itu juga terjaga oleh keluarga besar keturunan Walisongo secara turun temurun… Tentang data sejarah & silsilah Walisongo.. yang tertulis dari sumber informasi sejarah lokal dan beredar kepada umum yang setidaknya tidak terlalu jauh dari masa Walisongo telah ada, yakni Naskah Pustaka Nagarakretabhumi dari kumpulan Pustaka Wangsakerta, naskah ini ditulis antara tahun 1677-98 dan menjadi sumber penulisan Carita Purwaka Caruban Nagari tahun 1720 karangan Pangeran Arya Cirebon yang juga menyertakan silsilah Sunan Gunung Jati anggota WALISONGO keturunan langsung Hadhramaut Yaman.. sampai ke Nabi Muhammad. Hal ini juga sesuai dengan komparasi data sejarah yang dipegang para Keluarga Azmatkhan di daerah Malaysia & Pattani Thailand.

Namun karena memang keluarga Azmatkhan sebelum ke Indo, singgah & membangun kekerabatan (dgn pernikahan) & membangun basis kekuatan dakwah di Arab, India, China, Turki. Parsi, Samarkand, Champa, Melayu (Malaysia-Thailand), Aceh (Samudra Pasai) lantas ke jawa… secara tautan garis perempuan, keluarga Azmatkhan memang memiliki tautan leluhur garis perempuan dari daerah2 tersebut

Aqil

secara genetis dari jalur Ibu keturunan bangsa oygur daerah sinkiang, seperti sayyid Ibrahim asmaroqondi atau samarkand wilayah uzbekistan di asia tengah, penyebutan samarkand untuk menyebut bangsa 2 yng ada di daerah asia tengah sama seperti orang arab kalau menyebut Indonsia, malaysia , singapura dan Thailand selatan (pattani) dg Al-Jawi, jadi bukan tionghoa hokkian, sebut saja, nama2 awalan Ma, Bong, adalah nama2 yang disebut untuk bangsa sinkian, beda dg hokkian

Walisongo(Dikumpulkan dan disarikan dari beberapa sumber)Mungkin seperti kebanyakan orang di Indonesia, dulunya saya menduga Walisongo adalah suatu majelis yang terdiri dari sembilan ulama yang sering berkumpul untuk bermusyawarah tentang suatu perkara. Misalnya, bersama-sama membangun Masjid Agung Demak. Ternyata setelah men-cek angka-angka tahun masa hidupnya ternyata malah melebihi dari dugaan semula, mungkin berasal dari lebih dua generasi yang berbeda. Jadi walaupun masih ada ikatan keluarga maupun ikatan guru-murid, ada kemungkinan beberapa diantaranya tidak pernah bertemu secara fisik.Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata 'sana' berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo ini adalah sebuah dewan yang didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel)) pada tahun 1474. Saat itu dewan Walisongo beranggotakan Raden Hasan (Pangeran Bintara); Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang, putra pertama dari Sunan Ampel); Qasim (Sunan Drajad, putra kedua dari Sunan Ampel); Usman Haji (Pangeran Ngudung, ayah dari Sunan Kudus); Raden Ainul Yaqin (Sunan Giri, putra dari Maulana Ishaq); Syekh Suta Maharaja; Raden Hamzah (Pangeran Tumapel) dan Raden Mahmud.Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.

Anggota Walisongo tertua adalah Sunan Gresik disebut juga Maulana Malik Ibrahim.Makam keramat Sunan Gresik terletak di Desa Gapura, sedikit di pinggir Kota Gresik, Jawa Timur. Desa ini berbatasan dengan Laut Jawa, sehingga merupakan point of entry yang strategis bagi Sunan Gresik yang datang pada tahun 1391 dari arah Barat. Banyak dugaan tentang asal-muasal kedatangan Sunan Gresik yang bernama asli Maulana Malik Ibrahim ini. Berbagai sumber menyebut kemungkinan ia datang dari Champa, Gujarat, Shamarkand, Hadramaut, bahkan Persia.Dalam salah satu catatan disebut bahwa ia datang bersama abangnya yang bernama Maulana Ishaq. Di kemudian hari, putra Ishaq belajar agama dari Sunan Gresik, dan kemudian meneruskan syi'ar dengan nama Sunan Giri. Dalam catatan lain disebut bahwa keduanya adalah putra Syekh Jumadil Qubro. Maulana Malik Ibrahim ditugasi menyebarkan Islam di Tanah Jawa, sedangkan Maulana Ishaq meng-Islam-kan Samudra Pasai. Putera dari Maulana Ishaq dikemudian hari belajar ke Gresik dan kemudian bergelar Sunan Giri.

Generasi kedua adalah Sunan Ampel dan Sunan Giri.Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat adalah putra Maulana Malik Ibrahim, Muballigh yang bertugas dakwah di Champa, dengan ibu putri Champa. Jadi, terdapat kemungkinan Sunan Ampel memiliki darah Uzbekistan dari ayahnya dan Champa dari ibunya. Sunan Ampel adalah tokoh utama penyebaran Islam di tanah Jawa, khususnya untuk Surabaya dan daerah-daerah sekitarnya.

Sunan Giri yang bernama kecil Raden Paku atau Ainul Yaqin bergaul akrab dengan, Raden Makdum Ibrahim (putra Sunan Ampel) yang kemudian bergelar Sunan Bonang. Mereka berdua bahkan dikirim bersama-sama ke Tanah Suci untuk mendalami Islam. Sekembalinya ke Jawa, mereka berdua melakukan syi'ar di tempat yang berlainan.Dalam melakukan dakwah, Sunan Giri mulai menggunakan simbol-simbol Jawa, antara lain dengan menciptakan lagu-lagu permainan anak-anak seperti "Lir-Ilir", "Jethungan", dan "Cublak-cublak Suweng" yang masih populer di pedesaan Jawa hingga kini. Dalam kesenian yang lebih tinggi, Sunan Giri juga dikenal sebagai pencipta tembang "Asmaradhana" dan "Pucung".

Generasi ketiga meliputi putera dan menantu Sunan Ampel. Sunan Ampel ini berputera dua orang yang juga menjadi Wali, yaitu Sunan Drajat dan Sunan Bonang. Sunan Ampel juga bermenantukan Sunan Kalijaga dan Sunan NgudungNama Sunan Bonang diperoleh dari Desa Bonang di dekat Jepara, tempatnya berdakwah. Sunan Bonang adalah seorang Wali yang dikenal memiliki ilmu kebatinan tinggi. Ia mengembangkan ilmu zikir dari Rasulullah s.a.w. yang dikombinasi dengan pernapasan yang disebut Rahasia Alif-Lam-Mim. Di masa sekarang, ilmu ini dikembangkan menjadi tenaga-dalam silat tauhid. Karya Sunan Bonang lagu "Tombo Ati" sekarang bahkan populer kembali melalui garapan Cak Nun dan Opik.Sunan Drajat, adik Sunan Bonang, bertugas melakukan dakwah di daerah Lamongan, bernama kecil Syarifuddin atau Raden Qasim. Ia dikenal sangat cerdas dan hanya mau melakukan dakwah setelah terlebih dulu memajukan kesejahteraan masyarakat. Program pengentasan kemiskinan yang dilakukannya didasari pada tujuh prinsip yang dilambangkan pada jumlah anak tangga ke makamnya.

Page 14: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

Ia juga menggunakan simbol-simbol Jawa dalam tembang "Pangkur" untuk berdakwah.

Sunan Kalijaga-lah yang dianggap paling lekat namanya dengan kebudayaan Jawa. Nama kecilnya adalah Raden Said. Ia memelopori dihentikannya penggunaan simbol-simbol Arab dalam penyebaran Islam di Tanah Jawa. Ia selalu memakai kain panjang dari batik dan baju surjan dari lurik, serta blangkon yang khas Jawa. Ajaran-ajarannya yang sarat dengan simbol budaya Jawa membuat Sunan Kalijaga sering "dituduh" sebagai pengajar sinkretisme. Doa yang dibalut dalam tembang "Dandanggula" berjudul "Rineksa ing Wengi" sangat Islami, tetapi juga sangat n-Jawa-ni. Ia sealiran dengan kakak iparnya, Sunan Bonang, dalam hal ajaran sufi berbasis salafi. Karya budayanya yang lain adalah cerita wayang "Petruk Jadi Ratu", tradisi Grebeg Maulud, dan Layang Kalimasada. Sunan Kalijaga yang berusia lebih dari 100 tahun mengalami masa akhir Majapahit dan awal Kerajaan Mataram. Ia membangun Masjid Demak dan membantu Sunan Gunung Jati membangun Masjid Cirebon.

Generasi keempat adalah putera dari Sunan Kalijaga yaitu Sunan Muria dan putera dari Sunan Ngudung yaitu Sunan Kudus.Sunan Kudus yang bernama kecil Raden Jaffar Siddiq hingga sekarang meninggalkan jejak kuliner yang dianut warga Kudus dan Pati, yaitu berbagai makanan khas yang dibuat dari daging kerbau. Soalnya, pada waktu itu Sunan Kudus melarang penyembelihan sapi, satwa yang diberhalakan oleh warga Hindu. Pada perayaan Idul Adha pun yang disembelih sebagai hewan kurban bukanlah sapi, melainkan kerbau. Kemungkinan dari sinilah asal usul sate dan soto Kudus yang berdaging kerbau.Sunan Muria yang bernama kecil Raden Umar Said mengikuti jejak ayahnya menjadi Wali yang sangat akrab dengan masyarakat. Ia bahkan dipuja sebagai Wali-nya kaum papa. Ia hidup di tengah rakyat jelata, dan mengajari mereka cara bercocok tanam yang lebih produktif. Ia juga merupakan jurudamai yang andal pada masanya. Ketika terjadi konflik internal di Kerajaan Demak, ialah jurudamainya. Seperti ayahnya, ia juga menciptakan tembang-tembang Jawa "Sinom" dan "Kinanti" untuk berdakwah.

Satu-satunya Wali yang tidak memiliki hubungan darah dengan Wali yang lain adalah Sunan Gunung Jati. Nama kecilnya adalah Syarif Hidayatullah, putra Jamaluddin Akbar, seorang saudagar dari Gujarat yang dikenal sebagai seorang Sufi Agung di Nusantara dengan nama Syekh Maulana Akbar. Ia menikah dengan Nyai Rara Santang, putri Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran. Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya Walisongo yang berdarah Sunda.Sunan Gunung Jati adalah perintis berdirinya Kerajaan Islam Banten yang kemudian dipimpin oleh putranya sebagai Sultan Banten yang pertama. Sunan Gunung Jati sendiri kemudian hijrah ke Cirebon untuk melanjutkan syi'ar Islam, dan mendirikan Kasultanan Cirebon sebagai Sultan Cirebon yang pertama.

Demikianlah secara ringkas yang sempat dikompilasi dari berbagai macam sumber seperti koran, buku, browsing internet bahkan sekedar obrolan. Masih banyak para ulama bahkan sudah berda'wah sebelum jamannya para Walisongo.

Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw ?

Bermula silsilah wali songo ditemukan oleh sayid Ali bin Ja’far Assegaf pada seorang keturunan bangsawan Palembang. Dalam silsilah tersebut tercatat tuan Fakih Jalaluddin yang dimakamkan di Talang Sura pada tanggal 20 Jumadil Awal 1161 hijriyah, tinggal di istana kerajaan Sultan Muhammad Mansur mengajar ilmu ushuluddin dan alquran. Dalam silsilah tersebut tercatat nasab seorang Alawiyin bernama sayid Jamaluddin Husein bin Ahmad bin Abdullah bin Abdul Malik bin Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath, yang mempunyai tujuh anak laki. Di samping itu tercatat pula nasab keturunan raja-raja Palembang yang bergelar pangeran dan raden, nasab Muhammad Ainul Yaqin yang bergelar Sunan Giri.

Mendengar adanya silsilah wali songo tersebut, Dr. Gobbe dari Voor Inlandsche Zaken mendesak akan mengambilnya, tetapi sayid Ali bin Ja’far Assegaf mengelak dan mengatakan bahwa silsilah tersebut tidak ada. Sebelum wafat, beliau berpesan agar apapun yang berkenaan dengan silsilah dan hasil sensus Alawiyin yang telah dilaksanakannya agar dijaga dengan baik.

Sebagaimana telah diketahui bahwa keturunan Alawiyin yang berada di Indonesia berasal dari Hadramaut. Imam Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath dijuluki Ammu al-Faqih, dikaruniai 4 orang anak lelaki, masing-masing bernama Abdul Malik, Abdullah, Abdurahman dan Ahmad. Dari Abdul Malik inilah, yang keturunannya dikenal dengan al-Azhamat Khan, menurunkan leluhur wali songo di Indonesia.

Abdul Malik bin Alwi lahir di kota Qasam pada tahun 574 hijriyah. Ia meninggalkan Hadramaut pergi ke India bersama para sayid Alawiyin. Di India ia bermukim di Nashrabad. Ia mempunyai beberapa orang anak lelaki, diantaranya sayid Amir Khan Abdullah. Sayid Amir Khan mempunyai anak bernama Amir al-Mu’azhom Syah Maulana Ahmad. Beliau dikarunia anak bernama Jamaluddin Husein yang datang ke pulau Jawa dari Kamboja., Jamaluddin Husein hijrah ke Jawa bersama ketiga saudaranya yaitu syarif Qamaruddin, syarif Majduddin dan syarif Tsana’uddin pada akhir abad ke 7 hijriyah.

Di Kamboja Jamaluddin Husein menikahi anak seorang raja di negeri itu dan mempunyai anak yang diantaranya bernama Ali Nurul Alam dan Ibrahim al-Ghazi (Ibrahim Asmoro). Menurut sayid Ahmad bin Abdullah Aseggaf dalam kitabnya Chidmah al-Asyirah, Ali Nurul Alam dikarunia anak bernama Abdullah. Dari Abdullah inilah dikarunia anak bernama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sedangkan Ibrahim al-Ghazi bersama ayahnya meninggalkan negerinya ke tanah Aceh. Di Aceh beliau menggantikan ayahnya dalam kegiatan menyebarkan agama Islam di kalangan penduduk. Sedangkan ayahnya Jamaluddin Husein meneruskan perjalanan ke tanah Jawa. Mereka mendarat di pesisir pantai Semarang, kemudian melalui jalan darat tiba di Pajajaran. Saat itu adalah akhir masa raja-raja Pajajaran yang kekuasaannya berpindah ke tangan Majapahit. Dari Pajaran Jamaluddin Husein melanjutkan perjalanannya ke Jawa Timur dan tiba di Surabaya. Ketika itu Surabaya masih merupakan sebuah desa kecil, tidak banyak penduduknya, dikelilingi oleh hutan dan sungai. Pada masa itu desa tersebut dikenal dengan nama Ampel. Di desa itulah sayid Jamaluddin Husein menetap. Setelah satu setengah tahun di Ampel, bersama para pengikutnya beliau melakukan perjalanan ke Sulawesi dan setibanya di tanah Bugis, beliau wafat di kota Wajo.

Ibrahim al-Ghazi yang berada di Aceh sering melakukan perjalanan ke negeri Kamboja dan menikah di sana. Beliau dikarunia dua orang anak yaitu Maulana Ishaq dan Maulana Rahmatullah (Sunan Ampel). Maulana Ishaq kemudian menyebarkan agama Islam di tanah Malaka, Penang dan Riau. Sayid Maulana Ishaq kemudian pindah ke Banyuwangi. Beliau dinikahkan oleh salah seorang puteri raja Blambangan. Dari perkawinannya Maulana Ishaq mempunyai seorang anak bernama sayid Ainul Yakin (Sunan Giri/Raden Paku). Di antara keturunan beliau adalah KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah.

Sunan Ampel dikarunia anak bernama Maulana Hasyim (Sunan Drajat), Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Maulana Ja’far Shadiq (sunan Kudus) dan Ahmad Hisan (Sunan Lamongan)

Adapun wali songo yang lain seperti Maulana Malik Ibrahim, Sunan Kali Jaga dan Sunan Muria, menurut beberapa pendapat bukanlah keturunan Muhammad Shahib Mirbath. Menurut beberapa pendapat dikatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim keturunan

Page 15: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

dari Zainal Abidin bin Husein. Pendapat lain mengatakan beliau dari kota Kasyan, Persia. Begitu pula dengan silsilah Sunan Kali Jaga terdapat perbedaan di kalangan para pakar sejarah wali songo. Sebagian mengatakan, bahwa ia seorang dari suku Jawa asli. Sebagain pakar lain mengatakan bahwa ia bernama Zainal Abidin putra Sunan Ampel. Sama halnya dengan Sunan Muria, ada yang mengatakan ia anak dari Sunan Kali Jaga dan penfapat lain mengatakan bahwa ia berasal dari keturunan Abbas bin Abdul Muthalib.

Kedudukan Ilmu Nasab

Berfirman Allah swt dalam alquran :‘Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, supaya kamu mengenal satu sama lain. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa’.[1]

Diriwayatkan oleh Ibu Asakir dari Abdullah bin Abbas, Rasulullah saw bersabda :‘Aku adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qusay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Firh (Quraisy) bin Malik (bin al-Nadhir) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ah bin Adnan’.[2]

Diriwayatkan oleh al-Hakim dari Saad :‘Ketika aku bertanya kepada Rasulullah saw : Siapakah aku ini ya Rasulullah saw ? Beliau saw menjawab : ‘Engkau adalah Saad bin Malik bin Wuhaib bin Abdi Manaf bin Zuhrah. Siapa saja yang mengatakan selain dari pada itu, maka baginya laknat Allah’.[3]

Diriwayatkan oleh Khalifah bin Khayyat dari Amr bin Murrah al-Juhni :‘Pada suatu hari aku berada di sisi Rasulullah saw kemudian beliau saw bersabda : ‘Siapa yang berasal dari keturunan Maad hendaklah berdiri’. Maka aku berdiri tetapi Rasulullah saw menyuruhku duduk hingga tiga kali. Lalu aku bertanya : Dari keturunan siapa kami ya Rasulullah ? Beliau saw menjawab : ‘Engkau dari keturunan Qudha’ah bin Malik bin Humair bin Saba’.[4]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda :‘Pelajarilah silsilah nasab kalian agar kalian mengenali tali darah kalian, sebab menyambung tali darah dapat menambah kasih sayang dalam keluarga, menambah harta dan dapat menambah usia’.

Berkata Umar bin Khattab : ‘Pelajarilah silsilah nasab kalian, janganlah seperti kaum Nabat hitam jika salah satu di antara mereka ditanya dari mana asalnya, maka ia berkata dari desa ini’.

Imam al-Halimi berkata :‘Hadits-hadits tersebut menjelaskan tentang arti pertalian nasab seseorang sampai kepada leluhurnya, dan apa yang dikatakan nabi Muhammad saw tentang nasab tersebut bukanlah suatu kesombongan atau kecongkakan, sebaliknya hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kedudukan dan martabat mereka’.Di lain riwayat dikatakan bahwa itu bukan suatu kesombongan akan tetapi hal itu merupakan isyarat kepada ni’mat Allah

swt, yaitu sebagai tahadduts bi al-ni’mah. Sedangkan Imam Ibnu Hazm berpendapat bahwa mempelajari ilmu nasab adalah fardhu kifayah.

Pengarang kitab al-Iqdu al-Farid, Abdul al-Rabbih berkata :‘Siapa yang tidak mengenal silsilah nasabnya berarti ia tidak mengenal manusia, maka siapa yang tidak mengenal manusia tidak pantas baginya kembali kepada manusia’.

Dalam Mukaddimah al-Ansab, al-Sam’ani berkata :‘Dan ilmu silsilah nasab merupakan ni’mat yang besar dari Allah swt, yang karena hal itu Allah swt memberikan kemuliaan kepada hambanya. Karena dengan ilmu silsilah mempermudah untuk menyatukan nasab-nasab yang terpisah-pisah dalam bentuk kabilah-kabilah dan kelompok-kelompok, sehingga dengan ilmu silsilah nasab menjadi sebab yang memudahkan penyatuan tersebut’.

[1] Surat al-Hujurat ayat 13.[2] Seggaf Ali Alkaf, Satu Kajian Mengenai Nasab Bani Alawi, hal. 41.[3] Ibid, hal. 42.

Kegunaan ilmu nasab

Di antara kegunaan mempelajari ilmu nasab adalah : Pertama, mengetahui nasab nabi Muhammad saw yang merupakan suatu keharusan untuk sahnya iman. Ibnu Hazm berkata : diantara tujuan mempelajari ilmu nasab agar seseorang mengetahui bahwasanya nabi Muhammad saw diutus oleh Allah swt kepada jin dan manusia dengan agama yang benar, Dia Muhammad bin Abdullah al-Hasyimi al-Quraisy lahir di Makkah dan hijrah ke Madinah. Siapa yang mempunyai keraguan apakah Muhammad saw itu dari suku Quraisy, Yamani, Tamimi atau Ajami, maka ia kafir yang tidak mengenal ajaran agamanya.

Kedua, sesungguhnya pemimpin itu berasal dari suku Quraisy. Berkata Ibnu Hazm : Dan tujuan mempelajari ilmu nasab adalah untuk mengetahui bahwa seseorang yang akan menjadi pemimpin harus anak cucu Fihr bin Malik bin Nadhir bin Kinanah.

Ketiga, untuk saling mengenal di antara manusia, hingga kepada keluarga yang bukan satu keturunan dengannya. Hal ini penting untuk menentukan masalah hukum waris, wali pernikahan, kafaah suami terhadap istri dalam pernikahan dan masalah wakaf.

Dari Abu Dzar al-Ghifari, Rasulullah saw bersabda :

‘Tidaklah seorang yang mengaku bernasab kepada lelaki yang bukan ayahnya, sedangkan ia mengetahuinya maka ia adalah seorang kafir. Dan siapa yang mengaku bernasab kepada suatu kaum yang bukan kaumnya, maka bersiaplah untuk mengambil tempat duduknya di neraka’.

Berkata al-Hafidz al-Sakhawi dalam kitab al-Ajwibah al-Mardhiyah, diriwayatkan oleh Abu Mus’ab dari Malik bin Anas, : Siapa yang menyambung nasabnya kepada keluarga Nabi saw (dengan cara yang bathil) maka orang tersebut harus diberi hukuman dengan pukulan yang membuat dia bertobat karenanya.’

Page 16: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

Dari Said bin Abi Waqqas, Rasulullah saw bersabda :

‘Siapa yang mengaku bernasab kepada yang bukan ayahnya di dalam Islam, sedangkan ia mengetahui bahwa itu bukan ayahnya, maka surga haram baginya’.

Dalam kitab Nihayah al-Arab, syekh al-Qalqasyandi berkata :

‘Bukan rahasia lagi bahwa mempelajari ilmu nasab, ada hal yang difardhukan bagi setiap orang, ada yang tidak, dan ada pula yang dianjurkan. Misalnya mengenali nasab nabi kita, mengenali nasab-nasab orang lain dan agar tidak salah dalam memberlakukan hukum waris, wakaf maupun diyat. Seseorang yang tidak mempelajari ilmu nasab, sudah pasti ia akan salah bertindak terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah di atas’.

Dengan demikian jelaslah bahwa ilmu nasab adalah suatu ilmu yang agung yang berkaitan dengan hukum-hukum syara’. Siapa saja yang mengatakan bahwa mempelajari ilmu nasab itu tidak memberi manfaat dan tidak mengetahuinya pun tidak membawa mudarat, maka sesungguhnya mereka telah menghukum diri mereka sendiri melalui syetan yang selalu memperdayanya dengan menghiasi amalan mereka.

Ditulis dalam Nasab/Silsilah

Istilah di kalangan ulama ahli nasab

Dalam kitab Risalah al-Mustholahat al-Khossoh bi al-Nassabin fi Bayan Isthilahat al-Nasabah li Ba’di Ulama al-Nasab dan kitab lainnya seperti Jami’ al-Duror al-Bahiyah karangan syaikh Dr. Kamal al-Huut ketua perkumpulan Sadah al-Asyraf Libanon[1], dijelaskan beberapa istilah yang digunakan oleh para ulama nasab, yaitu :a. Shahih al-Nasab.

Nasab yang telah ditetapkan kebenarannya di sisi ulama nasab berdasarkan bukti-bukti dan naskah-naskah asli yang terkumpul pada ulama ahli nasab yang amanah, wara’ dan jujur.

b. Makbul al-Nasab.Nasab yang telah ditetapkan kebenarannya pada sebagian ulama nasab tetapi sebagian lain menentangnya. Maka syarat diterimanya nasab tersebut harus melalui kesaksian dua orang yang adil.

c. Masyhur al-Nasab.Nasab yang dikenal melalui gelar atau kedudukannya, akan tetapi nasabnya tidak dikenal. Di sisi ulama, nasabnya dikenal sedangkan pada kebanyakan orang nasabnya tidak dikenal karena adanya perselisihan satu sama lain.

d. Mardud al-Nasab.Nasab yang disandarkan kepada satu qabilah/family, pada kenyataannya orang itu tidak menyambung nasabnya kepada qabilah/family tersebut, dan qabilah/family tersebut menolaknya. Maka statusnya termasuk golongan nasab yang ditolak di sisi ulama nasab.

e. Fulan Daraja.Wafat tanpa meninggalkan anak.f. Aqbuhu min Fulan/al-aqbu min Fulan.Anak cucunya berasal dari fulan.g. Fulan a’qab min fulan.

Anak cucunya tidak berasal dari fulan tetapi dari anak yang lain.h. Fulan aulad/walad.

Fulan mempunyai keturunan.i. Fulan Inqorodh.

Fulan tidak mempunyai anak cucu/terputus.j. Fulan ‘Ariq al-Nasab.

Fulan ibu dan neneknya (dari ibu) berasal dari keluarga ahlu bait Rasulullah saw.k. Huwa lighoiri Rosydah.

Fulan dilahirkan dari nikah yang rusak. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan al-Baihaqi dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda : ‘Siapa yang bersambung nasabnya kepada anak yang nikahnya rusak, maka dia tidak berhak mewarisi dan diwarisi’.

l. Huwa min al-Ad’iyah.Fulan adalah anak angkat seorang lelaki. Nasabnya kembali kepada bapak aslinya.

m. Ummuhu Ummu al-Walad.Ibu dari fulan adalah seorang jariyah (budak wanita).

n. La Baqiyah Lahu.Keturunan fulan habis/musnah.

o. Usqith.Fulan tidak ditemukan nasabnya sebagai ahlu bait dikarenakan nasabnya tidak menyambung.

[1] Syaikh Dr. Kamal al-Huut, Jami’ al-Duror al-Bahiyah li Ansab al-Qurosyiyin fi al-Bilad al-Syamiyah, hal. 19.

Sifat-sifat seorang ahli nasab.

a. Bertaqwa kepada Allah swt, takut terhadap segala bentuk godaan yang akan menimbulkan sifat khianat para ahli nasab dengan menetapkan, membuat atau mengeluarkan nasab seseorang yang bukan keturunan Rasulullah saw, baik dengan cara sogokan dalam bentuk materi (uang), hubungan kekeluargaan dan persahabatan, pemaksaan dari lain pihak dengan berbagai macam cara, sehingga ahli nasab tersebut tergelincir ke dalam kegiatan pemalsuan nasab.

b. Berlaku jujur agar tidak berbuat kebohongan dalam menetapkan, membuat atau mengeluarkan nasab seseorang yang bukan keturunan Rasulullah saw dan mampu menolak segala bentuk kecurangan seputar nasab.

c. Menjauhkan diri dari sifat-sifat yang dilarang oleh syariat, berbuat yang hina dan dapat merendahkan martabatnya serta menghindari perbuatan yang dapat merusak kewibawaan sebagai seorang ahli nasab dengan sengaja melanggar syariat.

d. Istiqamah (konsisten) dalam menghadapi setiap masalah, jika ia telah menetapkan nasab seseorang keturunan Rasulullah saw berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan dan tidak melanggar aturan agama, mengkaji pendapat lingkungan, apalgi pendapat tersebut tidak mempunyai dasar dan fakta, serta tidak dapat dipertanggungjawabkan.

d. Seorang yang berkecimpung di bidang nasab haruslah orang yang benar-benar mengetahui ilmu nasab dan mempunyai ingatan yang kuat dan baik, mempunyai analisa yang luas dan mendalam seputar nasab, selalu menguasai dan menyandarkan

Page 17: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

pengetahuannya kepada syariat dan hukum Islam terutama hukum-hukum yang berkenaan dengan ahlu bait Rasusulullah saw.

e. Bersikap penuh dengan kehati-hatian, cermat dan teliti dalam berpikir, tidak tergesa-gesa dan mudah membuat keputusan tanpa pertimbangan yang matang.

f. Mempunyai jiwa yang besar dan tegar, agar tidak mudah cemas dalam menghadapi persoalan nasab, supaya tidak membawanya kearah kebatilan dan menjauhkan diri dari kebenaran.

g. Mempunyai tulisan yang bagus, karena seorang ahli nasab tidak pernah jauh dari urusan tulis menulis seputar silsilah keluarga Rasulullah saw.

Cara menetapkan nasab

a. Yang bersangkutan adalah anak kandung, anak hasil hubungan perkawinan seorang laki-laki dan perempuan yang sah menurut agama Islam. Rasulullah saw bersabda, ‘Dinamakan anak kandung karena hasil dari hubungan sah laki-laki dan perempuan berdasarkan syariat, sedangkan untuk anak hasil zina/pelacuran maka nasabnya adalah batu’.

b. Kesaksian yang didapat berdasarkan syariat yaitu kesaksian dari dua orang laki-laki, beragama Islam, sehat rohani, mampu berpikir, dikenal keadilannya. Khusus untuk syarat dua orang saksi yang adil, ia menyaksikan bahwa benar anak itu adalah anak kandung orang tuanya, atau menyaksikan bahwa anak itu adalah hasil dari perkawinan yang sah, atau menyaksikan bahwa anak itu sudah dikenal dan tidak diragukan lagi oleh masyarakat bahwa ia adalah anak kandung orang tuanya.

c. Adanya ketetapan atau keputusan dalam majlis hukum yang menyatakan bahwa anak tersebut benar anak kandung dari orang tuanya.

d. Sudah terkenal dan tersiar luas, sebagaimana Imam Abu Hanifah berkata, ‘Dengan terkenal dan tersiar luas maka nasab, kematian dan pernikahan dapat ditetapkan’. Ibnu Qudamah al-Hanbali berkata, ‘ Telah sepakat ulama atas sahnya kesaksian mengenai nasab dan kelahiran seseorang, karena nasab atau kelahirannya dikenal atau tersiar luas di kalangan masyarakat’. Berkata Ibnu Mundzir, ‘Saya tidak mengetahui ada ulama yang menolak hal itu’.

e. Datangnya seorang pemohon nasab dengan membawa nama ayah dan kakeknya dengan berbagai keterangan dari sisi sejarah dengan kesaksian yang terkenal dari para ulama atau hakim yang tsiqat mengenai kebenaran nasabnya.

Ibnu Qudamah. Al-Mughni, jilid 12 hal. 21.

Perhatian Khalifah terhadap silsilah keturunan Nabi saw

Yang pertama menuliskan silsilah keturunan di dalam buku khusus mengenai nasab ialah khalifah Umar bin Khattab yang mencatat dengan urutan pertama mulai dari keturunan bani Hasyim satu persatu baik laki-laki maupun perempuan. Kemudian barulah berikutnya khalifah Umar bin Khattab menggolongkan bangsa Arab, kemudian bangsa-bangsa lainnya yang masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan Rasulullah saw.

Dalam kitab Ahkam al-Sulthaniyah karangan Mawardi dan kitab Futuh al-Buldan karangan Baladzuri, yang diriwayatkan oleh al-Sya’bi bahwa :

‘Umar bin Khattab berkata, ‘bahwa sesungguhnya sudah seharusnya bersikap kasih sayang kepada orang-orang yang memang berhak menerimanya’. Maka berkata orang-orang yang hadir, ‘Betul, engkau telah berbuat itu pada tempatnya, hai amirul mu’minin’. Lalu Umar bin Khattab bertanya : kepada siapakah aku harus memulai ? Mereka menjawab : mulailah dengan dirimu sendiri. Berkata Umar bin Khattab : Tidak, tetapi aku akan menempatkan diriku di tempat yang Allah telah tetapkan baginya, dan aku akan mulai pertama kali dengan keluarganya Rasulullah saw. Maka ia melaksanakan hal itu’.

Selanjutnya al-Sya’bi meriwayatkan :

‘Maka Umar bin Khattab memanggil Aqil bin Abi Thalib, Mahramah bin Naufal dan Zubair bin Muth’im, yang ketiganya terkenal sebagai ahli nasab bangsa Quraisy. Berkata Umar kepada mereka : Tuliskanlah olehmu menurut tingkatannya masing-masing. Lalu mereka mulai menulisnya pertama kali dari keturunan bani Hasyim, kemudian Abubakar dan kaumnya, kemudian Umar bin Khattab dan kaumnya sebagaimana susunan khilafat. Tatkala Umar melihat itu, maka berkata : Demi Tuhan, sebenarnya saya lebih menyukai penulisan keturunan yang semacam ini, tetapi lebih baik lagi jika engkau mulai dari keluarga Nabi Muhammad saw saja, dan yang paling dekat, dan yang paling terdekat, hingga engkau letakkan Umar di tempat yang Allah swt telah tentukan baginya’.

Dalam riwayat lain Umar bin Khattab berkata :

‘Demi Allah, kita tidak sampai kepada kesempurnaan di dunia ini, dan kita tidak mengharap balasan pahala atas perbuatan kita, melainkan sebab Muhammad saw, karena beliau yang menjadikan kemuliaan pada diri kita, dan kaumnya adalah yang paling mulia di antara bangsa Arab, kemudian yang paling dekat dan paling terdekat. Demi Tuhan, meskipun yang bukan Arab jika datang dengan membawa amal, sedang kita datang tanpa membawa amal, niscaya mereka (yang bukan Arab) lebih utama bagi Muhammad saw daripada kita di hari kiamat, karena siapa saja yang mengurangkan amal atas dirinya, tidaklah keturunannya akan bisa mengejar kepadanya‘.

Khalifah selanjutnya berbuat sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Khattab hingga kepada pemerintahan Abbasiyah yang mengkhususkan urusan nasab dengan mendirikan kantor dalam hal pencatatan nasab yang dipimpin oleh seorang kepala (Naqib). Bani Abbas, bani Thalibiyin yaitu keturunan dari Abi Thalib masing-masing dipimpin oleh seorang Naqib. Begitu pula untuk keturunan para syarif, yaitu keturunan dari Hasan dan Husein di setiap kota dipimpin pula oleh seorang Naqib yang salah satu kewajibannya adalah menjaga dengan sebenar-benarnya keturunan nabi Muhammad saw.

« Sikap generasi Bani Alawi terhadap thariqah salaf   mereka Naqib Dan   Munsib »

Page 18: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

Perhatian Ulama terhadap silsilah keturunan Nabi saw

Dalam berbagai kitab umat Islam yang berkaitan dengan ilmu fiqih dan ilmu hadits, diantaranya ditulis hukum-hukum yang berkenaan dengan ahlu bait atau keluarga nabi saw, baik yang berkaitan dengan masalah zakat, pernikahan, wasiat dan lain sebagainya. Begitu pula dalam buku sejarah Islam, banyak ditulis mengenai prikehidupan ahlu bait, bahkan ulama-ulama yang menulis buku tersebut berpesan dan memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menjaga kehormatan keluarga Nabi saw dengan mencatat keturunan ahlu bait, sebagaimana hal itu telah terjadi di zaman Rasulullah saw dan para sahabatnya dengan menerima keterangan-keterangan tentang keturunan bangsa Arab dari para ahli nasab saat itu. Dalam kitab Irtiqau al-Ghuruf Fi Mahabbah al-Qurba Dzawi al-Syaraf, Imam Hafidz Syamsuddin al-Sakhawi berkata :

‘Bahwa ilmu nasab adalah suatu pengetahuan khusus dalam ilmu-ilmu atsar (hadits-hadits dan lainnya). Kemudian ia berkata : Dan yang lebih khusus lagi, ilmu itu mengandung pengetahuan tentang keturunan nabi Muhammad saw dan siapa saja yang tersangkut atau terikat nasabnya kepada beliau saw. Dengan pengetahuan itu dapatlah dibedakan antara keturunan Abdi Manaf dan keturunan Hasyim, keturunan Abdi Syam dan keturunan Naufal, Quraisy dan Kinanah, Aus dan Kharzraj, antara Arab dan yang bukan Arab (Ajam), antara yang berasal dari budak dan yang bukan budak‘.

Selanjutnya Imam Hafidz Syamsuddin al-Sakhawi berkata :

‘Dan daripada manfaatnya dalam urusan agama (syara’) ialah untuk mengetahui para khalifah dan urusan kafa’ah, jangan sampai kejadian perkawinan antara siapa-siapa yang diharamkan kawin yang satu dengan yang lainnya disebabkan adanya hubungan keturunan dan keluarga yang dekat, dan lebih jauh untuk mengurus siapa saja yang wajib diberi nafqah, dan berhak menerima warisan, …‘

Imam al-Mawardi al-Syafii dalam kitabnya al-Ahkam al-Sulthoniyah berkata :

‘Bahwa wajib atas seorang yang dipilih dan diangkat untuk mengurus keturunan dari golongan-golongan yang mempunyai turunan, yaitu menjaga keturunan mereka jangan sampai orang lain masuk di dalamnya, atau ada yang keluar dari keturunan itu, serta membedakan famili-famili dan keturunannya supaya jangan sampai timbul kekeliruan antara anak-anak dari satu bapak dan satu ibu‘.

Jamaluddin Muhammad bin Abubakar al-Asykhor dalam kitabnya yang berisi fatwa-fatwa pada fasal pembagian harta pusaka (faraidh), mengatakan :

‘Dan manakala diterangkan tentang nasab seseorang oleh seorang imam yang terpandang dan seorang alim yang tinggi pengetahuannya dalam ilmu nasab atau terdapat dalam karangan yang pengarangnya sangat perhatian terhadap karangan tersebut, untuk menjaga keturunannya, serta terkenal ia mempunyai pengetahuan yang cukup dalam ilmu nasab, berpegang kuat kepada agamanya dan selalu menjauhkan dirinya dari dari perbuatan yang melanggar agama dan menjaga dirinya dari bicara yang sia-sia, tidak ada satupun masyarakat yang ragu kepada dia, maka keterangannya itu dapat dijadikan alasan bagi hakim untuk hal itu’.

Syekh al-Qassar berkata :

‘Patutlah bagi setiap keluarga Nabi Muhammad saw, bahkan bagi sekalian kaum muslimin agar berkasih sayang dan menjaga keturunan yang mulia itu dengan mencatat keluarga dan keturunannya dengan teliti, agar tidak seorangpun bisa mengaku dirinya termasuk keturunan Rasulullah saw melainkan dengan alasan yang kuat, yaitu menurut apa–apa yang telah dilakukan oleh umat Islam yang lebih dulu, karena hal itu merupakan kehormatan dan kebesaran baginya’.

Syekh Ibnu Hajar al-Haitsami berkata, ‘Dan wajib bagi setiap orang bersikap kasih sayang kepada keturunan Nabi saw yang mulia ini dengan mencatatnya secara benar, agar tidak ada seorangpun yang mengaku bahwa dirinya termasuk keturunan nabi Muhammad saw dengan tanpa alasan’.

Berkata syekh Muhammad bin Ahmad Nabis dalam kitab salinan (syarah) Hamaziyah, yang dikutip dari Qadhi al-Asjhar Bardalah, sebagai berikut :

‘Bahwa sebenarnya tatkala umat Islam diperintah dengan hukum-hukum yang berkenaan dengan keluarga nabi Muhammad saw tentang urusan zakat dan sholawat kepadanya, dan haknya seperlima dari satu perlima (khumus) dan lain sebagainya, maka ditentukanlah untuk membedakan pelaksanaan hukum-hukum ini untuk keluarga nabi Muhammad saw dari yang lainnya. Untuk membedakannya agar dilakukan pemeriksaan yang luas dan penyelidikan yang mendalam, maka untuk keperluan itu diadakanlah Naqib (kepala dari bangsa sayid untuk melakukan urusan yang berkenaan dengan keluarga nabi Muhammad saw) baik di waktu dulu maupun diwaktu sekarang di semua kerajaan Islam.

« Dialog Musa al-Kadzim dengan Harun   al-Rasyid Kitab silsilah mengenai keturunan Rasulullah  

Kitab silsilah mengenai keturunan Rasulullah saw

Ahli sejarah terdahulu seperti al-Kalabi dan yang datang kemudian banyak menulis karangan-karangan yang terkenal mengenai keturunan Rasulullah saw. Kemudian yang datang belakangan memperbaiki dan menyempurnakan kembali seperti syarif Abinizam Muayiddin Ubaidillah al-Asytari al-Huseini yang menduduki jabatan Naqib di negeri Wasit, di dalam kitabnya yang berjudul al-Thobat al-Musan, Syarif Muhammad bin Ahmad al-Amidi di dalam kitabnya al-Musajjar al-Kasyaf Li Ushul al-Saadah al-Asyraf, sayid Amiduddin bin Ali al-Huseini, syarif Abu al-Harits Muhammad bin Muhammad al-Wasiti al-Huseini, sayid Ja’far bin Muhammad dengan kitabnya al-Sirath al-Ablaj, begitu pula dengan kitab al-Anwar al-Mudhi’ah Wa Nafhah al-Anbariah Fi Ansab Khair al-Barriyah dan Bahr al-Ansab karangan sayid Hasun al-Buraqi al-Najafi, kitab Durar al-Ma’ali Fi Dzurriyah Abi al-Ma’ali dan kitab al-Gusun Fi Musajjarah al-Yasin karangan Husein bin Ahmad, kitab Sabaik al-Zhahab Fi Syabki al-Nasab karangan Tajuddin Ibnu Majjah, dan kitab Umdah al-Thalib al-Sughra karangan sayid Ahmad bin Anbah al-Huseini, kitab Tuhfah al-Tholib, al-Mujdi, dan Tuhfah al-Azhar Fi Ansab Aali Nabiy al-Mukhtar karangan sayid Dhamin bin Sadqam. Begitu juga dengan kitab Umdah al-Thalib al-Kubra karangan sayid Ahmad bin Anbah al-Huseini telah dicetak. Kitab Raudah al-Albab Fi Ma’rifah al-Ansab karangan syarif Abi Alamah al-Muayyad al-Yamani merupakan kitab yang sangat penting berisi uraian tentang asal usul keturunan sayid dan bangsa Arab di Yaman dan Hadramaut.

Page 19: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

Lebih dari seratus ahli sejarah, ahli fiqih dan ulama di Yaman Hadramaut yang telah menulis keturunan ahli bait, khususnya keturunan Ahmad bin Isa al-Muhajir. Diantaranya Imam Abu Hafs bin Sumrah al-Yamani dengan kitanya yang berjudul Tabaqat Fuqaha al-Yaman, Imam Husein bin Abdurrahman al-Ahdal dengan kitabnya Tuhfah al-Zaman Fi Tarikh al-Yaman, Abbas bin Ali al-Rasuli dengan kitabnya al-Athaya al-Saniyah, syekh Abdurrahman bin Muhammad al-Chatib al-Anshari dengan kitabnya al-Jauhar al-Syaffaf.

Di kalangan Alawiyin terdapat kitab al-Jawahir al-Saniyyah Fi Nasab al-Ithrah al-Huseiniyyah karangan sayid Ali bin Abubakar al-Seqqaf, sayid Ahmad bin Husein bin Abdurrahman al-Alawi, sayid Abdullah bin Syech bin Abdullah Alaydrus, kitab-kitab karangan mereka disempurnakan lagi melalui kitab yang dikarang oleh sayid Abdullah bin Ahmad bin Husein Alaydrus, sayid Abdurrahman bin Muhammad Alaydrus, sayid Abdullah bin al-Faqih Abdurrahman bin Abdullah al-Habsyi, sayid Abdullah bin Ahmad al-Faqih, sayid Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih dalam kitabnya al-Ithaf Bi Nasab al-Sadah al-Asyraf, sayid Ali bin Syech bin Syahabuddin, sayid Abdullah bin Husein Bin Thahir, sayid Ali bin Abdullah bin Husein Bin Syahab, sayid Umar bin Abdurrahman bin Syahab dan yang paling akhir adalah kitab Syamsu al-Zhahirah karangan sayid Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur yang terdiri dari tujuh jilid. Kebanyakan dari kitab tersebut masih dalam bentuk tulisan tangan dan hanya beberapa saja yang sudah dicetak seperti kitab Syamsu al-Zhahirah.

« Perhatian Ulama terhadap silsilah keturunan Nabi   saw Ahlu Bait Rasulullah saw menurut bahasa dan   istilah »

Pesan Keluarga Rasul saw tentang nasab

Rasulullah saw bersabda :

“Wahai Bani Hasyim ! Janganlah sampai orang-orang lain menghadap padaku pada hari kiamat nanti dengan berbagai amal shaleh (baik), sedangkan kalian menghadapku hanya dengan membanggakan nasab (keturunan).”

Ali Bin Abi Thalib berkata :

“Barangsiapa yang bermalas-malasan (menangguhkan) amalnya, tidaklah tertolong atau dipercepat naik derajat karena mengandalkan nasab (keturunan).”

Diriwayatkan oleh Sufyan al-Tsauri, beliau berkata bahwa Daud al-Thoi pernah mendatangi Ja’far al-Shaddiq untuk minta pendapat dan nasehat, padahal beliau adalah seorang imam sufi ahli zuhud pada masanya.

Daud al-Thoi : Wahai anak Rasulullah saw, wahai cucu nabi saw, Engkau adalah orang termulia, nasehatmu wajib menjadi pegangan kami, sampaikanlah/ berikanlah nasehatmu kepada kami.

Ja’far al-Shaddiq :

Sungguh aku takut, datukku akan memegang tanganku di hari kiamat nanti, dan berkata : mengapa engkau tidak mengikuti jejakku dengan sebaik-baiknya.

Demikian jawaban al-Shaddiq kepada Daud al-Thoi, padahal beliau tidak pernah meninggalkan jejak datuknya, Rasulullah saw.

Maka menangislah Daud al-Thoi dan berkata : “Ya Allah, Ya Tuhanku, jika demikian sifat orang dari keturunan Nabi saw, berakhlaq dan berbudi seperti datuknya dan Fathimah al-zahra, dalam kebingungan, khawatir belum sempurna dalam mengikuti jejak Nabi saw, bagaimana halnya dengan aku, Daud ini, yang bukan dari keturunan Nabi saw.

« Ahlu Bait dan   Zakat Syaikh Abdul Wahab al-Sya’rani dan manhaj Bani   Alawi »

Sisilia: Dua Abad Keemasan di Bawah Islam [Bagian 1] Jan 28, '07 11:12 PMfor everyone

Sisilia: Dua Abad Keemasan di Bawah Islam [Bagian 1] Oleh : Alwi Alatas

 

      Sisilia merupakan pulau terbesar di Laut Tengah. Posisinya berdekatan dengan Semenanjung Italia dan hanya dibatasi oleh sebuah

selat sempit yaitu Stretto di Messina. Pulau ini dulunya dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu Val di Mazara di sebelah Barat, Val di Noto

di sebelah Tenggara, dan Val Demone di bagian Timur Laut. Beberapa kotanya yang penting adalah Syracuse, Castrogiovanni, dan

Palermo. Kota-kota di pulau ini serta di wilayah Eropa lainnya pada masa itu umumnya berbenteng, untuk berjaga-jaga dari

kemungkinan serangan musuh.

Page 20: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

      Sejarah pulau ini telah dimulai beberapa abad sebelum masehi. Pada awalnya pulau ini dihuni oleh orang-orang yang

menyeberang dari Selatan Italia. Mereka disebut sebagai orang-orang Siculi atau Sicani. Dari sinilah berkembang nama Sisilia

(Sicily). Penguasaan pulau ini berpindah-pindah dalam beberapa abad mulai dari Yunani, Cartage, Romawi, Vandals, dan Byzantium,

sebelum kemudian dikuasai oleh kaum Muslimin.

      Serbuan bangsa Gothic dan Hunic pada abad ke-5 dan setelahnya telah meruntuhkan Imperium Romawi Barat dan melemahkan

Romawi Timur atau Byzantium. Sementara itu, sebuah kekuatan baru, yaitu Islam, muncul dan menyebar dengan cepat dari Jazirah

Arabia sejak abad ke-7. Pada saat penyebaran kaum Muslimin mencapai Afrika Utara, Semenanjung Italia dikuasai oleh bangsa

Lombard, sementara Sisilia tetap berada di bawah kekuasaan Byzantium.

      Pada bagian akhir paruh pertama abad ke-7, pasukan Muslim dengan kecepatan yang tinggi berhasil mengambil alih Iraq, Syria,

dan Mesir dari tangan Byzantium. Secara bertahap tapi pasti, Islam terus menyebar ke seluruh wilayah Afrika Utara. Antara tahun

642-643, penduduk Sisilia ikut merasakan kuatnya gelombang penaklukkan Islam yang dipimpin oleh Amr bin Ash, karena

banyaknya orang-orang Kristen yang mengungsi ke pulau ini dari Tripoli.

      Pada tahun 652, Mu’awiyyah bin Abu Sufyan yang pada saat itu merupakan Gubernur Syria mengutus Mu’awiyyah bin Khudaij

untuk menyerang Sisilia. Sejak itu, lebih dari sepuluh kali serangan dilakukan oleh kaum Muslimin terhadap pulau ini tanpa ada hasil

yang signifikan. Sayangnya, banyak serangan awal ke pulau ini lebih ditujukan untuk mendapatkan pampasan perang ketimbang

upaya untuk menguasai serta membangun peradaban di atasnya. Bagaimanapun juga, kaum Muslimin dan pihak Byzantium pada

masa itu memang sedang dalam keadaan aktif berperang.

      Pada tahun 750, Dinasti Umayyah berganti dengan Dinasti Abbasiyyah. Terhadap wilayah Tunisia dan sekitarnya, pihak

Abbasiyyah menunjuk Dinasti Aghlabiyyah sebagai gubernur di sana. Pada tahun 827, Sisilia mengalami konflik internal. Euphemius,

seorang komandan Angkatan Laut dan bangsawan Sisilia bersitegang dengan Kaisar Byzantium. Ia pergi ke Tunisia – ketika itu

bernama Ifriqiyya – dan mengundang kaum Muslimin untuk masuk dan merebut pulau tersebut dari tangan Byzantium. Upaya

penaklukkan segera dijalankan. Asad bin Furat, seorang fuqaha masyhur madzhab Maliki, dipercaya untuk memimpin sekitar 10.000

mujahidin bagi penaklukkan pulau ini. Pasukan mendarat di kota Mazara dan penaklukkan pun dimulai.

      Penaklukkan wilayah yang tidak terlalu besar ini rupanya tidak berjalan mudah. Dibutuhkan waktu 75 tahun sebelum Sisilia

takluk sepenuhnya ke tangan Islam. Hal ini antara lain terjadi karena gigihnya pertahanan penduduk Kristen setempat di balik

benteng-benteng kota mereka. Kondisinya jauh berbeda dengan Andalusia yang berhasil ditaklukkan dalam waktu yang begitu

singkat.

      Kaum Muslimin kemudian menjadikan Palermo sebagai ibu kota mereka. Pemerintahan yang relatif independen dijalankan dan

peradaban Islam mulai dibangun di pulau ini, sementara proses penaklukkan masih terus berjalan. Bukan hanya Sisilia, sebagian

Semenanjung Italia, terutama bagian Selatan dan Utaranya, juga sempat jatuh ke tangan kaum Muslimin. Bahkan di wilayah Bari dan

sekitarnya, antara tahun 841 dan 871, Mufarraj bin Salam sempat menegakkan sebuah pemerintahan Islam yang independen.

Beberapa Paus di Roma pada masa-masa ini, antara lain John VIII, mau tak mau harus membayar jizyah kepada kaum Muslimin.

      Tahun 909 terjadi revolusi Syi’ah Isma’iliyyah di Afrika Utara dan Dinasti Fathimiyyah pun berdiri. Pada tahun yang sama Sisilia

juga berhasil direbut oleh Fathimiyyah. Namun beberapa tahun kemudian, Dinasti Kalbite dipercaya sebagai gubernur yang otonom di

pulau ini. Kendati politik pemerintahan di Sisilia dikendalikan oleh kaum Syi’ah, namun tradisi intelektual dan keagamaan tetap

didominasi oleh kaum Sunni. Banyak ulama dan ilmuwan dalam berbagai bidang, seperti Fiqh, Tafsir Al-Qur’an, Hadits, Bahasa

Arab, Sastra, dan lainnya, datang menetap atau lahir di pulau ini.

      Sumbangan kaum Muslimin di bidang pertanian dan pertambangan juga sangat signifikan. Mereka membangun sistem irigasi

yang sangat bagus. Orang-orang Kristen di pulau tersebut serta orang-orang Eropa secara umum mempelajari dari mereka cara

membudidayakan beberapa jenis tanaman seperti tebu, mulberi, papyrus, kapas, jeruk dan anggur. Keberadaan kaum Muslimin di

Sisilia telah mendorong terjadinya sebuah perubahan revolusioner dalam bidang agraria serta ekonomi industri di pulau tersebut.

Mereka menjadikan Sisilia sebagai sebuah pasar internasional dan orang-orang Kristen dari Italia diperlakukan sama dengan para

pedagang dan konsumen dari wilayah-wilayah Muslim lainnya. Di bidang industri, mereka memproduksi emas, belerang, raksa,

antimoni, dan tawas.

      Sayangnya mulai tahun 1040-an, terjadi kekacauan politik di pulau ini dan kekuasaan kaum Muslimin terpecah-pecah di antara

beberapa bangsawan setempat. Pada tahun 1060, Ibn Thumna yang berambisi menguasai seluruh Sisilia mengalami kekalahan. Persis

sebagaimana yang pernah dilakukan Euphemius, ia mengundang penguasa baru di Italia, yaitu Roger dan Rober Guiscard yang

berasal dari Norman, untuk masuk dan merebut Sisilia. Maka kekuasaan kaum Muslimin secara politik pun berakhir di pulau tersebut.

Tapi apakah kebudayaan mereka serta merta lenyap dengan masuknya penguasa Kristen? Kita akan membahas ini pada pembahasan

berikutnya insya Allah.

Tags: artikelPrev: Sisilia: ‘Sultan-Sultan yang Dibaptis’ [Bagian 2-Selesai]Next: Silsilah Nabi saw. dan Sahabat ra.Penaklukkan Islam ke Barat

Alwi Alatas

Kemunculan Islam di Hijaz merupakan sebuah peristiwa yang seharusnya disyukuri oleh umat manusia dimanapun di dunia, baik Muslim maupun non-Muslim. Mengapa demikian? Karena Islam muncul sebagai

Page 21: Wali Songo : Benarkan mereka keturunan Nabi saw · Web viewAwalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya

penyelamat peradaban (civilizational savior) dari keadaannya yang paling kritis dalam perjalanan sejarah kemanusiaan. Sebagaimana diakui oleh Joseph McCabe dalam bukunya The Splendour of the Moorish Spain, ”Adalah layak untuk dihargai bahwa orang-orang Arab [Muslim, pen.] memasuki arena pada periode paling penuh keputusasaan yang pernah dirasakan dunia sejak fajar peradabannya, yaitu pada paruh pertama abad ke tujuh. Sekiranya ada seorang pemikir filsafat di mana pun di bumi ini pada awal abad tersebut, ia tentu akan mengumumkan bahwa kisah perjalanan panjang upaya manusia untuk menciptakan peradaban telah berakhir dengan kegagalan.”

Kondisi yang buruk di berbagai wilayah serta sikap memerangi bangsa-bangsa besar seperti Romawi dan Persia telah memotivasi kaum Muslimin untuk membuka dan membebaskan berbagai wilayah dari cengkeraman imperium Barat dan Timur. Laju pembebasan (futuhat) berlangsung sangat cepat. Tulisan ini akan memberikan deskripsi ringkas tentang proses penaklukkan Islam ke arah Barat.

Setelah wafatnya Rasulullah saw. (632) dan Abu Bakr al-Shiddiq ra. (634), kekhalifahan Islam dipimpin oleh Umar ibn al-Khattab ra. (634-644). Pada periode ini proses penaklukkan berlangsung sangat cepat ke Timur dan ke Barat. Satu persatu wilayah Arab Utara jatuh ke tangan kaum Muslimin: Syria (636) dan kemudian Palestina (638). Wilayah Iraq juga takluk pada masa yang hampir bersamaan. Semua wilayah ini sebelumnya berada di bawah imperium Romawi (Byzantium) dan Persia. Sebagai tempat menetap baru pasukan Islam, untuk lebih menyesuaikan dengan karakter geografis mereka sebelumnya, maka dibangunlah dua buah kota baru (misr), yaitu Basrah dan Kuffah (636). Kota-kota militer ini biasanya dirancang dengan posisi masjid di tengah-tengah, kemudian pusat komando pasukan, lalu di sekelilingnya dibangun rumah-rumah anggota pasukan berdasarkan asal suku mereka (karena perekrutan tentara pada masa itu berdasarkan suku/ kabilah). Maka tidak mengherankan kalau nama-nama jalan dan lokasi (quarter) di kota-kota tersebut juga mengambil nama-nama suku/ kabilah yang menempatinya.

Pasukan Islam kini mulai bergerak ke arah Mesir di bawah pimpinan ’Amr ibn al-’Ash dan berhasil menaklukkan negeri itu pada tahun 641, kecuali Aleksandria yang baru takluk satu tahun setelahnya. Pada tahun yang sama dibangun kota militer (misr) baru bernama al-Fustat yang nantinya berkembang menjadi Kairo. Penduduk Mesir dengan cepat beradaptasi dengan pemimpin mereka yang baru dan banyak yang kemudian memeluk agama Islam. Pada tahun 642, penaklukkan dilanjutkan dan kota Barqa di Cyrenaica (Libya) berhasil dikuasai.

Pembagian dan nama-nama wilayah Arfrika Utara ketika itu ketika itu tidak sama dengan sekarang. Libya masih terbagi dua: Tripolitania dan Cyrenaica. Tunisia lebih dikenal sebagai Carthage. Orang-Orang Arab kemudian menyebut seluruh wilayah ini sebagai Ifriqiya. Sementara itu Aljazair Barat dan Maroko Timur dikenal sebagai Maghrib al-Awsath (Barat Tengah/ Middle West) dan Maroko Barat disebut sebagai Maghrib al-Aqsha (Barat Jauh/ Far West). Bagian Utara dari wilayah-wilayah ini dikuasai oleh Byzantium yang beragama Kisten Orthodoks, sementara bagian pedalamannya dihuni oleh suku-suku Berber yang masih menganut paganisme (ada juga yang menganut agama Kristen dan Yahudi). Proses penaklukkan ke wilayah-wilayah ini berjalan lambat karena pada akhir masa kekhalifahan Uthman ibn Affan (644-656) dan ’Ali ibn Abi Thalib (656-661) terjadi perang sipil yang berkepanjangan. Kekhalifahan Islam kemudian berganti menjadi Kerajaan di bawah Dinasti Bani Umayyah (661-750).

Pada masa-masa selanjutnya, ada beberapa pimpinan pasukan Muslim yang akan terlalu panjang jika disebutkan satu persatu di tempat ini. Salah satu tokoh yang cukup menonjol adalah ’Uqbah ibn Nafi’. Ia dan pasukannya melanjutkan proses penaklukkan ke Barat dan sebagai sebuah strategi. Ia membangun kota baru bernama Qayrawan antara tahun 670 dan 675 sebagai ibu kota Ifriqiya. ’Uqba dan pasukannya kemudian melakukan serangan kilat ke arah Barat, memaksa kaum Berber berlindung ke pedalaman, hingga tiba di tepi Samudera Atlantik. Di tepian Atlantik ia berseru, ”Allahu Akbar! Sekiranya saya tak terhalang oleh laut ini, saya akan terus maju ke kerajaan-kerajaan Barat yang belum dikenal, menyatakan kebesaran Nama-Mu serta menundukkan bangsa-bangsa yang menyembah tuhan-tuhan selain-Mu itu.” Sayangnya penaklukkan ini tidak bersifat permanen. Dalam perjalanan pulang ke Qayrawan, ia dan pasukannya diserang oleh orang-orang Berber dan karenanya gugur sebagai syuhada.

Setelah beberapa kali terjadi pergantian kepemimpinan, pada tahun 704, Musa ibn Nusayr ditetapkan sebagai Gubernur Ifriqiya yang baru. Di bawah kepemimpinannya, Seluruh wilayah Afrika Utara berhasil ditaklukkan. Menjelang tahun 710, kota Tangiers (Tanjah) di ujung Utara Maroko berhasil dikuasai oleh kaum Muslimin. Thariq ibn Ziyad, jenderal kepercayaan Musa ibn Nusayr, diamanahkan memimpin kota ini, sementara Musa sendiri kembali ke Qayrawan.

Pada saat yang sama di Utara, Andalusia (Spanyol) yang ketika itu dikendalikan oleh bangsa Visigoth sedang mengalami kekacauan politik. Kondisi itu mengundang kaum Muslimin untuk masuk ke wilayah tersebut. Tepat setahun setalah percobaan pertama pada bulan Ramadhan tahun 710, proses penaklukkan yang sesungguhnya dimulai. Thariq ibn Ziyad dan sekitar 1200 pasukan Islam menyeberang ke Andalusia. Pasukan Visigoth berkekuatan 70.000-100.000 pasukan dipukul hancur oleh kaum Muslimin dan raja mereka, Roderick, terbunuh dalam pertempuran tersebut. Proses penaklukkan selanjutnya berlangsung sangat cepat, karena masyarakat Andalusia dan orang-orang Yahudi di sana yang tidak merasa puas dengan pemerintahan Visigoth cenderung bersikap apatis, bahkan memberikan bantuan, dalam proses penaklukkan yang dilakukan oleh kaum Muslimin. Pada tahun 712, Musa dan pasukannya menyeberang ke Andalusia dan ikut menyempurnakan proses penaklukkan. Andalusia pun jatuh ke tangan kaum Muslimin yang beberapa abad kemudian mengukir sebuah peradaban yang sangat indah di sana.

 

Diambil dari: Sang Penakluk Andalusia oleh Alwi Alatas (Penerbit Zikrul Hakim, 2007)

Tags: artikelPrev: Silsilah Nabi saw. dan Sahabat ra.Next: Kasus Jilbab (Bagian 3 - Habis)reply share