WAHYU - UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Transcript of WAHYU - UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
PEMBERDAYAAN SISKAMLING DALAM MENINGKATKAN KEAMANAN
KETERTIBAN DI KELURAHAN PARIT CULUM I
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
SKRIPSI
WAHYU SIP.152093
PEMBIMBING :
H. HERMANTO HARUN,LC. M.HI.,PH.D
DR. DEDEK KUSNADI, M.SI.,MM
KONSENTRASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PROGRAM ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI 1441 H / 2019
i
EMBERDAYAAN SISKAMLING DALAM MENINGKATKAN
KEAMANAN KETERTIBAN KELURAHAN PARIT CULUM I
KECAMATAN MUARA SABAK BARAT KABUPATEN TANJUNG
JABUNG TIMUR
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI)
Dalam Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Syariah
Oleh : WAHYU
NIM (SIP.152093)
PEMBIMBING : H. Hermanto Harun,Lc. M.HI.,Ph.D
Dr. Dedek Kusnadi, M.SI.,MM
KONSENTRASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PROGRAM ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI 1441 H / 2019 M
ii
iii
iv
i
MOTTO
والتقو،ولاتعاونواعلي الثم والعدوان وتعا و نواعليالبر
Artinya : “...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”. (Q.S. Al Maidah (5) 2)1
1 Kementrian Agama RI, Almumtaz Al-Qur’an dan Terjemahan Perkata Kode Tajwid Aplikatif , Surah Al-Maidah Ayat 2 (Pekan Baru: AL-Mumtaz), hlm. 106
ii
ABSTRAK
Wahyu; SIP152093; Pemberdayaan Siskamling Dalam Meningkatkan Keamanan Ketertiban Kelurahan Parit Culum I Kecamatan Muara Sabak Barat Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Sebagai masyarakat yang baik tentu menjaga keamanan lingkungan yang merupakan tanggung jawab bersama. Dalam hal ini partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan diwujudkan dalam bentuk pemberdayaan siskamling. Namun di Kelurahan Parit Culum I kegiatan Siskamling tidak berjalan dengan baik, sehingga menimbulkan lingkungan yang tidak aman, terutama pada waktu malam hari. Hal ini dibuktikan dengan semakin sering intensitas kejadian berupa penyusupan orang-orang asing serta untuk mencegah para pria iseng datang ke rumah gadis atau janda yang tidak diundang memasuki kampung. Dari kenyataan yang ada pada masyarakat tersebut, kegiatan Siskamling membawa sebuah harapan baru untuk dapat meningkatkan kesejahteraan lingkungan atau dapat menciptakan suatu lingkungan yang lebih mandiri dalam segi apapun di sekitar Kelurahan Parit Culum I. Fokus dalam penelitian ini adalah apa penyebab rendahnya pemberdayaan Siskamling, kendala masyarakat dalam melakukan pemberdayaan Siskamling dan bagaimana upaya masyarakat dalam memperdayakan Siskamling di Kelurahan Parit Culum I. Skripsi ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan kesimpulan. Dan hasil penelitian lapangan bahwa penyebab rendahnya pemberdayaan siskamling yaitu kurangnya minat masyarakat dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sistem keamanan dan motivasi dari aparatur Kelurahan yang kurang pula menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi dari masyarakat serta kurang nya dorongan motivasi dari aparatur Kelurahan yang kurang pula menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi dari masyarakat. Adapun upaya masyarakat dalam memperdayakan siskamling dapat dilaksanakan apabila masyarakat, aparat penegak hukum dan pemerintah saling bekerja sama dan bergotong royong dalam menjaga keamanan di lingkungan, yang lebih penting menjaga NKRI maka akan terciptala lingkungan yang harmoni aman, damai dan tentram. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan Siskamling di Kelurahan Parit Culum I masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan tidak berjalannya kegiatan Siskamling di Kelurahan Parit Culum I. Kata Kunci : Pemberdayaan, Siskamling, Masyarakat
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya kepada penulis berupa
kesehatan rohani dan jasmani kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Siskamling Dalam
Meningkatkan Keamanan Ketertiban Kelurahan Parit Culum I Kecamatan
Muara Sabak Barat Kabupaten Tanjung Jabung Timur” serta sholawat dan
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi akhirul kalam yakni Nabi besar
Nabi Muhammad SAW.
Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, tidak sedikit hambatan
dan kendala yang penulis hadapi dalam upaya menyelesaikan skripsi ini.
Namun, berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, akhirnya hambatan
dan kendala tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan semangat hingga
saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Serta kepada pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis yaitu Bapak H. Hermanto
Harun, Lc., M.HI., Ph.D dan Dr. Dedek Kusnadi, M.SI.,MM. Adapun maksud
dan tujuan penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana di UIN STS Jambi.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan demi
kesempurnaan penulisan skripsi ini, terima kasih saya ucapkan kepada:
iv
1. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.d, selaku rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saipuddin Jambi.
2. Yth. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Yth Bapak H. Hermanto Harun, Lc., M.HI., Ph.D selaku Wakil Dekan I, Ibu
Dr. Rahmi Hidayati, S.Ag.,M.HI selaku Wakil Dekan II, dan Ibu Dr. Yuliatin.,
S.Ag., M.HI selaku Wakil Dekan III Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Yth. Ibu Mustiah, S.Ag., M.Sy selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan dan Ibu
Tri Endah Karya Lestiani, S.IP,.M.IP selaku Sekertaris Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
5. Yth. Bapak H. Hermanto Harun, Lc., M.HI., Ph.D selaku pembimbing I dan
Bapak Dr. Dedek Kusnadi, M.SI.,MM selaku pembimbing II. Terima kasih
atas Ilmu, waktu, kritik dan sarannya dalam penulisan Skripsi ini.
6. Yth. Ibu Mustiah, S.Ag., M.Sy selaku ketua sidang, Bapak Drs.H.Amhar
Rasyid,L.sc,MA selaku penguji I, Ibu Tri Endah Karya Lestiani, S.IP,.M.IP
selaku penguji II.
7. Yth. Bapak dan Ibu seluruh dosen Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
8. Para karyawan dan karyawati Fakultas Syariah UIN STS Jambi yang telah
bersusah payah memberikan pelayanan dan berbagai urusan bagi penulis
dalam penyelesaian dan penyusunan skripsi.
v
9. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa/I angkatan 2015 jurusan Ilmu
Pemerintah UIN STS Jambi.
10. Semua para informan yang telah mendukung dan membantu dalam
penyelesaian skripsi ini dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini.
Semoga bantuan dan dorongan yang telah di berikan kepada penulis baik
secara langsung maupun tidak langsung. Semoga mendapat balasan yang tak
terhingga oleh Allah SWT. Untuk kesempurnaan skripsi ini, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Amin ya robbal alamin.
Jambi, 31 Oktober 2019 Penulis
WAHYU NIM: SIP152093
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur selalu terlimpahkan atas keagungan Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Dan tak lupa shalawat beriringkan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Ku persembahkan karya kecil ini untuk:
Kedua Orang Tuaku
Kedua orang tua ku tercinta Bapak Ahyarudin dan Ibu Yusnita yang tiada hentinya memberi semangat dan selalu mendukung, serta doa yang tiada hentinya selalu tercurah kepada Sang Maha Pengasih dan penyayang. Meski letih tak pernah menyurutkan semangat untuk terus berusaha. Dan pengorbanan yang tak pernah mengenal lelah untuk kebahagiaanku. Mereka yang menjadi pemacu semangat ku dalam menyelesaikan skripsi ini. Tiada kata seindah doa yang selalu mengiringi langkah anak mu ini. Tak mampu ku membalas semua jasamu hanya seuntai doa yang ku panjatkan semoga Allah SWT membalas semua jasa-jasamu, selalu diberikan kesehatan dan nikmat yang tiada tara. Teruntuk Abang Joko Afrianto terimakasih atas doa dan dukungan yang tak mungkin terlupakan begitu saja. Adik ku tersayang Tasya Amelia Putri yang selalu membuat ku tersenyum mengobati rasa lelah letih dalam menyelesaikan studi ini.
Kepada Istriku Muji Rahayu yang selalu berada disamping ku dan tak pernah bosan untuk memberi motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan ini. Yang telah mengukir artinya kebersamaan dalam suka maupun duka. Yang selalu membuat ku tersenyum saat kesulitan dan rintangan yang tengah ku hadapi. Selalu memberi semangat serta doa yang selalu tercurah untuk segera menyelesaikan studi ini.
Keluarga Besar ku
Teuntuk keluarga besar ku yang selalu memberi dukungan dan semangat serta doa untuk keberhasilan ku. Kepada saudara-saudaraku tercinta yang tak pernah berhenti memberi bantuan baik berupa moril maupun materil serta dukungan kepada ku untuk selalu melanjutkan pendidikan.
Teman-teman seperjuangan khususnya Jurusan Ilmu Pemerintah angkatan 2015 yang telah melukiskan cerita baik suka maupun duka.
Almamater yang saya banggakan UIN STS Jambi.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. ..................................................................................... i
LEMBARAN PERNYATAAN. .................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN. .............................................................. iv
MOTTO ......................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
KATA PERSEMBAHAN .............................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7 C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian................................................ 8 D. Kerangka Teori............................................................................ 8 E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 21
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan waktu Penelitian ..................................................... 24 B. Batasan Masalah.......................................................................... 24 C. Pendekatan Penelitian ................................................................. 24 D. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 25 E. Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 26 F. Tekhnik Analisis Data ................................................................. 29 G. Sistematika Penulisan.................................................................. 30 H. Jadwal Penelitian ......................................................................... 32
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis Kelurahan Parit Culum 1 .................................. 33 B. Aspek Demografis Kelurahan Parit Culum I .............................. 34 C. Aspek Perekonomian Kelurahan Parit Culum 1 ......................... 40 D. Struktur Ogranisasi Pemerintahan Kelurahan Parit Culum 1 ..... 42
viii
BAB IV: PEMBAHASAN A. Penyebab Rendahnya Pemberdayaan Siskamling Di Kelurahan Parit
Culum 1 ....................................................................................... 44 B. Kendala–Kendala Yang Di Hadapi Masyarakat Dalam
Memperdayakan Siskamling Di Kelurahan Parit Culum I ......... 51 C. Upaya masyarakat dalam memperdayakan siskamling di Kelurahan
Parit Culum I ............................................................................... 54
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 60 B. Saran ............................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN DOKUMENTASI
CURRICULUM VITAE
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NO 23 TAHUN 2007
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2: Jumlah Usia Penduduk Kelurahan Parit Culum I. .......................... 35
Tabel 3.3: Jumlah Penganut Agama................................................................. 36
Tabel 3.4: Jumlah Tempat Ibadah .................................................................... 37
Tabel 3.5: Sarana Kesehatan di Kelurahan Parit Culum I ............................... 38
Tabel 3.6: Tingkat Pendidikan Masyarakat di Parit Culum I.......................... 39
Tabel 3.7: Prasarana Pendidikan di Kelurahan Parit Culum I ......................... 40
Tabel 3.8: Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian Masyarakat Parit
Culum 1 ............................................................................................................ 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka menjaga keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia) adalah merupakan tugas TNI (Tentara Nasional Indonesia),
sedangkan untuk menjaga keamanan dan ketertiban bangsa dan negara secara
umum dilakukan oleh Polri (Kepolisian Republik Indonesia).Penjagaan
keamanan tinggat Desa adalah tanggung jawab dari masyarakat, namun ada
pembinaan dari Babinkamtipmas.Dan dilingkungan masyarakat kecil dalam
tingkatan RT / RW. Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) merupakan
salah satu usaha dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban dalam
masyarakat setempat.
pada saat ini warga mengenalnya dengan Siskamling.2 Sehingga
warga kota maupun desa di Indonesia dilibatkan dalam pengelolaan Sistem
Keamanan Lingkungan atau yang lebih dikenal dengan singkatannya
“Siskamling”, dimana setiap warga di lingkungan RT masing-masing secara
bergiliran mendapat tugas untuk menjaga keamanan lingkungan pada malam
hari. Biasanya dilakukan mulai jam 22.00 WIB sampai jam 04.00 WIB.
Kemudian peran warga terutama yang ada di Kota sudah digantikan oleh
Hansip atau Satpam yang merupakan warga Sipil yang dibayar untuk
menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan. Namun, berbeda dengan
2 Pengertian Dan Tujuan Fungsi Manfaat Ronda” (On-Line) Tersedia di: http;//www.dadangjsn.com/2015/06/pengertian-tujuan-fungsi-manfaat-ronda.html?=1, (di akses tgl 29 Agustus 2018 jam 20.00 WIB).
2
masyarakat di Desa mereka masih menjalankan siskamling untuk menjaga
keamanan setempat. meskipun kegiatan ini presentasenya menurun
dibandingkan tahun-tahun yang lalu. Penjagaan keamanan tingkat Desa
adalah tanggung jawab dari masyarakat, namun ada pembinaan dari
Babinkamtipmas dan dilingkungan masyarakat kecil dalam tingkatan RT /
RW. Menurut Mayjen TNI Hartind Asrin mengatakan ada empat hal, pertama
menyangkut keamanan insani. Kedua, keamanan publik atau disebut dengan
Kamtibnas. Ketiga, keamanan internal dari ancaman separatis,
pemberontakan dan aksi teroris dan keempat, keamanan eksternal berupa
menjaga kedaulatan wilayah NKRI.
Pada UUD 1945 perubahan Kedua Bab XII Pasal 30 : (1) Tiap-tiap
Warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara. Untuk pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan
melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai
kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung. Sehubungan
dengan hal tersebut berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, dalam Pertimbangan ditegaskan
“bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya
penyelenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik
Indonesia selaku alat negara yang dibantu oleh masyarakat dengan
3
menjunjung tinggi hak asasi manusia.3 Salah satunya di Provinsi Jambi yang
merupakan bagian dari Indonesia yang masih menjaga ketertiban dan
keamanan di masyarakat sebagai kebutuhan bersama. Siskamling merupakan
salah satu usaha dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban dalam
masyarakat setempat. Dalam kehidupan bermasyarakat tidak bisa kita
pungkiri bahwa Siskamling merupakan unsur terpenting untuk menjaga
keamanan dilingkungan. Untuk menunjang kinerja Siskamling maka
dibutuhkan pos yang menjadi tempat singgah atau tempat berkumpulnya
petugas jaga lingkungan saat beroperasi. Pos tersebut kemudian kita kenal
dengan pos ronda, yang terdapat disetiap lingkungan RT atau RW.
Fungsi Siskamling dalam peraturan kepala Kepolisisan Republik
Indonesia nomor 23 Tahun 2007 tentang keamanan lingkungan dengan
Rahmat Tuhan Yang Maha Esa kepala Kepolisian Republik Indonesia yaitu:
1. Sarana warga msayarakat dalam memenuhi kebutuhan rasa aman
dilingkungan nya.
2. Menanggulangi ancaman dan gangguan terhadap gangguan terhadap
lingkungan dengan upaya:
a. Pre-emtif, merupakan upaya-upaya penanggulangan terhadap
fenomena dan situasi yang dapat di kategorikan sebagai faktor
korelatif kriminogen, dengan cara mencermati setiap segala awal dan
menemukan simpul penyebabnya yang bersifat laten potensial pada
sumbernya
3 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang Sistem Keamanan Lingkuingan Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.(Juni 2016) Jurnal hlm. 2.
4
b. Prefentif, merupakan segala usaha-usaha mencegah atau mengatasi
secara terbatas timbulnya ancaman atau gangguan keamanan dan
ketertiban khususnya di lingkungan masing-masing melalui kegiatan-
kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli atau
perondaan serta kegiatan lain yang di sesuaikan dengan kebutuhan
hingga terciptanya suatu lingkungan yang aman, tertib dan teratur.
Dalam lingkungan, masyarakat sudah dibentuk Siskamling, yang
melibatkan unsur penduduk, untuk melakukan pengawasan, terhadap kegiatan
keamanan dilingkungannya. Menjaga keamanan lingkungan merupakan
tanggung jawab bersama sebagai warga masyarakat yang baik. Salah satu
bagian terpenting dalam pemeliharan keamanan lingkungan adalah peran
serta masyarakat. Dimana Siskamling dilaksanakan sebagai upaya untuk
meningkatkan moral dan disiplin warga.
Selain itu, sebagai makhluk sosial manusia tidak lepas dari
interaksinya dengan manusia lain, maka tercipta suatu masyarakat dan suatu
peradaban serta kebudayaan manusia yang didalamnya terdapat nilai-nilai
yang mendasari dan menuntun tindakan-tindakan dalam hidup bermasyarakat.
Seperti halnya masyarakat di Tanjung Jabung Timur khususnya di Muara
Sabak Barat yang merupakan bagian dari Provinsi Jambi masih menjunjung
tinggi nilai-nilai sosial sebagai perwujudan antara masyarakat satu dengan
yang lainnya. Sehingga Siskamling dapat tetap hidup di Negeri tercinta ini
Maka dari itu peneliti tertarik melakukan penelitian tentang pemberdayaan
Siskamling dalam meningkatkan keamanan ketertiban di masyarakat.
5
Seiring era Globalisasi sekarang ini, telah fakumnya kegiatan
Siskamling Tahun-tahun terakhir ini maka sangat berdampak pada sistem
keamanan di lingkungan Muara Sabak Barat tepatnya di Kelurahan Parit
Culum I, sehingga menjadi tidak aman terutama pada waktu malam hari.4 Hal
ini dibuktikan dengan semakin sering intensitas kejadian berupa penyusupan
orang-orang asing, serta untuk mencegah para pria iseng datang ke rumah
gadis atau janda yang tidak diundang memasuki kampung. Perubahan
kesadaran diri masyarakat terhadap siskamling mulai pudar atau menghilang.
Yang disebabkan masyarakatnya sudah mempunyai banyak kesibukan dan
mulai menurunnya nilai-nilai kebersamaan serta menguatnya rasa
individualisme diantara mereka. Sehingga, kebiasaan ronda pada saat ini
nyaris tidak terdengar lagi pada hal Siskamling banyak manfaatnya seperti
menjaga keaman serta menjaga silaturahmi antara masyarakat satu dengan
yang lain. Sehingga saat ini pos ronda beralih menjadi tempat tongkrongan
pemuda – pemudi. Hal ini bisa disebabkan karena sistem keamanan di
kampung kurang berfungsi dengan baik, oleh sebab itu, dengan adanya
penelitian ini diharapkan pemerintah dan masyarakat Parit Culum I untuk
ikut berpastisipasi dalam menghidupkan kembali kegiatan siskamling dengan
pembaharuan sistem-sistem yang ada sehingga diharapkan pada masa yang
akan datang tidak ada kejadian-kejadian yang tidak kita inginkan.
Bertepatan dengan pergatian Rt maka ada beberapa kegiatan yang
diajukan oleh ketua Rt baru seperti perbaika insfrastruktur dan siskamling.
4 Handoko, T. Hani, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia (Edisi 2),
(Yogyakarta: BPFE, 2001)
6
Namun tidak semua yag diajukan oleh Rt disetujui oleh pemerintah
Kelurahan Parit Culum I. Salah satunya yitu kegiatan siskamling. Sehingga
dalam pemberdayaan siskamling ini tidak berjalan. Hal ini disebabkan oleh
kuragnya perhatian pemerintah Parit Culum I serta kurangnya partisipasi
masyarakat. Dimana masyarakat sudah mulai malas untuk berkumpul dan
melaksanakan kegiatan siskamling. Kemudian kesadaran masyarakat akan
pentingnya keamanan masih rendah, masyarakat menganggap bahwa
keamanan adalah tugas polisi saja.
Sehingga kegiatan siskamling saat ini semakin luntur, dengan adanya
arus modernisasi yag semakin lama semakin meningkat. Maka semakin luntur
pula budaya-budaya atau kegiatan tradisional masyarakat seperti kegiatan
siskamling ini. Menurut pengakuan ketua RT 10 Parit Culum I, tingkat
partisipasi masyarakat di Parit Culum I ini memang sangat rendah, hanya
sekitar 40% yang ikut dalam kegiatan Siskamling di tambah lagi dengan
kurangnya pos ronda di Kelurahan Parit Culum I hanya 20%.5 Dimana hal
ini disebabkan kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat setempat.
Sehingga dalam hal ini masyarakat harus melakukan pemberdayaan
Siskamling agar masyarakat sadar penting peran Siskamling tersebut. Dalam
hal ini Jika kegiatan Siskamling terus berkelanjutan, tidak hanya di Kelurahan
Parit Culum I saja melainkan di semua Kelurahan atau Desa di seluruh daerah
Tanjung Jabung Timur tidak menutup kemungkinan akan secara mandiri
saling bergotong royong membangun Desa atau Kelurahan masing-masing
5 Wawancara dengan Ahyarudin Ketua RT 10 Kelurahan Parit Culum I, Tanggal 18
Agustus 2018
7
demi mendapatkan kesejahteraan lingkungan. Berdasarkan uraian diatas,
maka partisipasi masyarakat sangat menentukan maju dan tidaknya suatu
Desa atau Kelurahan sebagai peran serta masyarakat sangat dibutuhkan
terutama Kelurahan Parit Culum I. Menurut hasil wawancara dengan
Ahyarudin ketua RT 10 Parit Culum I, dengan adanya kegiatan kelembagaan
masyarakat ini bisa menjadi tolak ukur masyarakat sejauh mana masyarakat
dalam keikutsertaan untuk segala hal yang menyangkut kegiatan-kegiatan
yang dijalankan di wilayah pedesaan.6
Dengan demikian penulis akan lebih lanjut meneliti tentang
pemberdayaan siskamling. Untuk mempermudah penelitian ini maka penulis
hanya fokus pada faktor rendahnya pemberdayaan siskamling, kendala dan
upaya yang dilakukan masyarakat dalam pemberdayaan siskamling di Parit
Culum I. Adapun judul yang aka diangkat oleh peneliti yaitu Pemberdayaan
Siskamling Dalam Meningkatkan Keamanan Ketertiban Masyarakat Di
Kelurahan Parit Culum I Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa penyebab rendahnya pemberdayaan Siskamling di Kelurahan
Parit Culum I ?
6 Wawancara dengan Ahyarudin. Ketua Rt. 10 Parit Culum I, tanggal 18-8-2018
8
2. Apa kendala masyarakat dalam melakukan pemberdayaan Siskamling
di Kelurahan Parit Culum I ?
3. Bagaimana upaya masyarakat dalam memperdayakan Siskamling di
Kelurahan Parit Culum I ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Setelah mengetahui pokok- pokok permasalahan maka tujuan yang
hendak peneliti capai dari kajian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penyebab rendahnya pemberdayaan Siskamling di
Kelurahan Parit Culum I.
2. Untuk mengetahui kendala masyarakat dalam pemberdayakan
Siskamling di Kelurahan Parit Culum I.
3. Untuk mengetahui upaya masyarakat dalam pemberdayakan
Siskamling di Kelurahan Parit Culum I.
D. Kerangka Teori
Landasan berfikir dalam menganalisa, menelaah dan mengkaji serta
menjabarkan permasalahan yang diteliti maka diperlukan suatu rujukan dan
konsep para ahli atau pakar dalam bidang sesuai dengan masalah yang diteliti.
Bertolak dari permasalahan yang akan diteliti tentang “Pemberdayaan
Siskamling Dalam Meningkatkan Keamanan, Ketertiban Masyarakat
Kelurahan Parit Culum I.” Maka teori yang dikembangkan dalam kerangka
berfikir ini adalah tentang Pemberdayaan Siskamling diantaranya sebagai
berikut:
9
1. Pemberdayaan
Menurut Parsons “Pemberdayaan adalah sebuah proses yang mana
orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan
atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga
yang mempengaruhi kehidupannya”.7 Pemberdayaan menekankan bahwa
orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup
untuk mempengaruhi kehwidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya.
kemudian Payne menjelaskan bahwa Pemberdayaan pada hakekatnya
bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan
kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan
dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala
pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.8
Menurut Mardikanto, terdapat enam tujuan pemberdayaan, yaitu:
a. Perbaikan kelembagaan (better institution). Dengan perbaikan
kegiatan/tindakan yang dilakukan, diharapkan akan memperbaiki
kelembagaan, termasuk pengembangan jejaring kemitraan usaha.
b. Perbaikan usaha (better business). Perbaikan pendidikan (semangat
belajar), perbaikan aksesibisnislitas, kegiatan dan perbaikan kelembagaan,
diharapkan akan memperbaiki bisnis yang dilakukan.
7 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung, Refika
Aditama, 2006), hlm. 210-224.w 8 Adi Fahrudin, Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat,
(Bandung: Humaniora, 2012)
10
c. Perbaikan pendapatan (better income). Dengan terjadinya perbaikan bisnis
yang dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan yang
diperolehnya, termasuk pendapatan keluarga dan masyarakatnya.
d. Perbaikan lingkungan (better environment). Perbaikan pendapatan
diharapkan dapat memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial), karena
kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh kemiskinan atau
pendapatan yang terbatas.
e. Perbaikan kehidupan (better living). Tingkat pendapatan dan keadaan
lingkungan yang membaik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan
kehidupan setiap keluarga dan masyarakat.
f. Perbaikan masyarakat (better community). Kehidupan yang lebih baik,
yang didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik,
diharapkan akan terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.
Jadi, Pemberdayaan merupakan suatu kegiatan meningkatkan
kekuasaan kepada masyarakat yang kurang beruntung secara
berkesinambungan, dinamis, serta berupaya untuk membangun daya itu untuk
mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran masyarakat agar ikut
serta terlibat dalam mengelola semua potensi yang ada secara evolutif. Seperti
halnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Parit Culum I dalam
menjaga keamanan bersama dan terus menjalankan kegiatan Siskamling yang
mulai ditinggalkan oleh masyarakat setempat.
11
2. Siskamling
Menurut Tontowi Amsia “Siskamling merupakan salah satu upaya
dalam menciptakan suasana atau kondisi suatu lingkungan yang aman”.9
Sedangkan, menurut Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia No. 23
Tahun 2007 pasal 1 ayat 6 “Siskamling adalah suatu kesatuan yang meliputi
komponen-komponen yang saling bergantung dan berhubungan serta saling
mempengaruhi, yang menghasilkan daya kemampuan untuk digunakan
sebagai salah satu upaya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan akan kondisi
keamanan dan ketertiban di lingkungan”.
Jadi, Siskamling adalah kegiatan yang dilakukan oleh beberapa warga
masyarakat untuk menjaga keamanan lingkungan. Biasanya para warga
bermusyawarah terlebih dahulu sebelum melakukan Siskamling, untuk
membagi tugas pada hari apa dan di bagian mana saja seseorang dapat
bertugas. Siskamling dilakukan oleh laki-laki. Kegiatan ini dilakukan secara
bergiliran, setiap orang hanya mendapat tugas 1 hari dalam seminggu. Alat-
alat yang biasanya digunakan oleh para peronda adalah kentongan dan senter.
Siskamling dapat mempererat persaudaraan antar tetangga atau warga,
sehingga tercipta lingkungan yang harmonis.
2.1. Tujuan Sistem Keamanan Lingkungan
Tujuan diselenggarakannya siskamling menurut Peraturan Kepala
Kepolisian Republik Indonesia No. 23 Tahun 2007 pasal 2 yaitu sebagai
berikut :
9Tontowi Amsia,, Kewarganegaraan dalam Ketahanan Nasional, (Lampung:KDT,
2013), hlm. 70
12
1. Menciptakan situasi dan kondisi yang aman, tertib, dan tentram di
lingkungan masing-masing.
2. Terwujudnya kesadaran warga masyarakat di lingkungannya dalam
penanggulangan setiap kemungkinan timbulnya
2.2. Fungsi Sistem Keamanan Lingkungan
Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia No. 23
Tahun 2007, adapun fungsi dari siskamling adalah sebagai berikut:
1. Saranan warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan rasa aman di
lingkungannya.
2. Menanggulangi ancaman dan gangguan terhadap lingkungannya dengan
upaya :
a. Pre-emptif, merupakan upaya-upaya dalam penanggulangan terhadap
fenomena dan situasi yang dapat dikategorikan sebagai faktor korelatif
kriminogen dengan cara mencermati setiap gejala awal dan
menemukan simpul penyebabnya yang bersifat laten potensial pada
sumbernya.
b. Preventif, merupakan segala usaha guna mencegah/mengatasi secara
terbatas timbulnya ancaman/gangguan keamanan dan ketertiban
khususnya di lingkungan masing-masing melalui kegiatan-kegiatan
pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli atau perondaan, serta
kegiatan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan sehingga tercipta
suatu lingkungan yang aman tertib dan teratur gangguan kamtibmas.
13
2.3. Manfaat Sistem Keamanan Lingkungan
Menurut Tontowi Amsia adapun manfaat dari sistem keamanan
lingkungan atau siskamling adalah sebagai berikut:10
1. Secara khusus, terciptanya KAMTIBMAS dimana masyarakat berada.
Terciptanya suatu masyarakat yang dinamis dan kreatif, adanya
pembinaan HANKAM. Secara terpadu dan terarah pada setiap lingkungan.
Semakin memantapkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi secara
aktif dalam pertahanan dan keamanan yang stabil yang didukung oleh
ketahanan nasional.
2. Secara umum, secara langsung mendorong tetap kukuhnya ketahanan
nasional adanya keyakinan akan kekuatan sendiri, terciptanya kemanan
masyarakat yang stabil, mendorong terciptanya disiplin nasional.
Terbinanya kekuatan sosial politik yang diarahkan agar berperan sebagai
stabilisator yang mantap dan dinamis.
2.4. Komponen Pelaksanaan Siskamling
Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia No. 23
Tahun 2007 terdapat komponen dalam Siskamling ini, yakni:
a. Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM), komponen ini berperan
memfasilitasi kepentingan warga masyarakat untuk merealisasikan
penyelenggaraan Siskamling serta ikut membina pelaksanaannya.
b. Ketua Siskamling, hal ini ketua Siskamling dijabat oleh Ketua RT/RW
atau tokoh masyarakat yang dipilih berdasarkan kesepakatan dalam
10
Tontowi Amsia, Kewarganegaraan dalam Ketahanan Nasional, (Lampung:KDT, 2013), hlm. 71.
14
musyawarah warga masyarakat setempat. Ketua Siskamling ini bertugas
sebagai pimpinan penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugasnya kepada warga.
c. Pelaksana Siskamling adalah seluruh warga dan khusus yang terlibat
secara fisik untuk melakukan kegiatan adalah seluruh kepala rumah tangga
dan warga laki-laki dewasa berusia paling sedikit 17 (tujuh belas) tahun
dalam lingkungan RT/RW setempat. Pelaksana siskamling ini dilakukan
oleh sekelompok warga yang ditunjuk dan disepakati oleh musyawarah
warga yang dipimpin oleh Ketua Siskamling. Adapun tugas dari pelaksana
Siskamling ini adalah sebagai berikut:
1. Penjagaan
2. Patroli atau perondaan
3. Memberikan peringatan-peringatan untuk mencegah antara lain untuk
mencegah terjadinya kejahatan, kecelakaan, kebakaran, banjir dan
bencana alam
4. Memberikan keterangan atau informasi tentang hal-hal yang berkaitan
dengan pentingnya Siskamling.
Siskamling atau yang lebih kita kenal dengan kata “ronda” itu selalu
membuahkan hasil diantaranya kondisi dan keamanan lingkungan benar-benar
terjaga hingga matahari terbit. Terutama di kawasan pedesaan seperti di
Kelurahan Parit Culum I, kebiasaan untuk menjaga lingkungan secara gotong
royong sangat kental dilakukan masyarakat. Namun lambat laun kebiasaan itu
semakin pudar dikala masyarakatnya sudah mempunyai banyak kesibukan dan
15
mulai menurunnya nilai-nilai kebersamaan serta menguatnya rasa
individualisme diantara mereka. Untuk itu penulis ingin membahas lebih
lanjut pemberdayaan Siskamling di Parit Culum I dalam meningkatkan
keamanan serta dapat menciptakan kondisi sosial yang lebih baik lagi.
3. Partisipasi masyarakat
Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal kata socius
yang berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu
syirk, artinya bergaul ini karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan
disebabkan manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur
kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.
Menurut Linton ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat
adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja
sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir
tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Kemudian menurut J.L. Gilin dan J.P. Gilin “masyarakat merupakan
kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap,
dan persatuan yang sama.” Menurut Soekanto, ciri-ciri dari masyarakat
yaitu:11
1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama
2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama
3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan
4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama
11 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2012), hlm. 32.
16
Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri masyarakat yang dikemukakan
para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa masyarakat merupakan
sekumpulan manusia (individu) yang bertempat tinggal di wilayah tertentu
dimana saling berinteraksi dalam kehidupan sosialnya, berkumpul dan saling
ketergatungan antara individu satu dan individu lainnya. Sehingga dalam
Pemberdayaan Siskamling di Parit Culum I tidak terlepas dari adanya
partisipasi masyarakat dalam melakukan pemberdayaan Siskamling.
Sumardi mengatakan bahwa “Partisipasi berarti peran serta seseorang
atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk
pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran,
tenaga, waktu, keahlian,modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan
menikmati hasil-hasil pembangunan.”12
Dilihat dari segi bahasa maka partisipasi berarti mengambil bagian
turut serta dalam suatu kegiatan. Disamping kata bahasa Inggris
“partisipation” juga terdapat kata “coorporation” yang berarti kerja sama.
Artiyang telah dijelaskan diatas pada intinya sama, yaitu menunjuk pada
adanya suatu kegiatan yang dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau
lebih. Perbedaanya terletak dari mana kita melihat kegiatan bersama tersebut,
disebut kooperasi kalau sudah terbentuk kegiatan bersama itu, sedangkan
partisipasi apabila kegiatan bersama itu dilihat dari para pesertanya.13`
12 Sumaryadi, I Nyoman. Sosiologi Pemerintahan dari Perspektif Pelayanan 2010, hlm
46 13Penggalakan/Penggairahan Partisipasi Masyarakat Dalam Rangka Peningkatan
Pembinaan KAMTIBMAS, Cetakan Kedua Juli 1977 Rencana Kulit Oleh Gazali Zain Diset Dengan Linocomp Oleh Ghalia Indonesia di Cetak Oleh Ghalia Indonesia. Hal 26-27.
17
Menurut Verhangen dalam Totok Mardikanto partisipasi merupakan
bentuk keikutsertaan atau keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan
tertentu”. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud disini bukanlah
bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh
karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan
seseorang didalam suatu kelompok social untuk mengambil bagian dalam
kegiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan atau profesinya sendiri.14
Definisi lain dikemukakan bahwa partisipasi adalah kesediaan untuk
membantu berhasilnya setiap program dengan kemampuan setiap orang tanpa
berarti mengorbankan diri sendiri. Sedangkan Soetrisno, mendefinisikan
partisipasi kedalam dua pengertian, yaitu:
a. Partisipasi merupakan dukungan rakyat terhadap rencana atau projek
pembangunan yang dirancang dan tujuannya ditentukan perencana
(pemerintah).
b. Partisipasi merupakan kerja sama yang erat antara perencana dan
masyarakat dalam perencanaan, melaksanakan, melestarikan dan
pengembangan hasil pembangunan yang telah di capai.
Soetrisno, berpendapat bahwa ukuran yang digunakan untuk mengukur
tinggi rendahnya partisipasi masyarakat adalah:
a. Kemauan masyarakat untuk menanggung biaya pembangunan.
14Totok Mardikanto 2003, penyuluhan pembangunan pertanian, Surakarta: UNS PRESS.
Hal,167.
18
b. Adanya hak masyarakat untuk menentukan arah serta tujuan projek yang
akan dilaksanakandi wilayahnya.
c. Adanya kemauan masyarakat untuk secara mandiri melestarikan serta
mengembangkan program pembangunannya.15
Berdasarkan pendapat dan uraian diatas dapat dikatakan bahwa
participation menunjukkan bahwa terhadap kepemerintahan yang baik
membutuhkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah,
pembangunan dan kemasyarakatan. Partisipasi tersebut dilakukan oleh
kelompok-kelompok masyarakat yang diantaranya organisasi kemasyarakatan.
Menurut Frederickson dalam Sri Maulidiah bahwa, ada partisipasi
menarik yang menunjukan bahwa partisipasi warga Negara dan pengawasan
ketetanggaan menghasilkan merosotnya kekuasaan ketentuan-ketentuan
managerial atas Pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan para warga negara.
Partisipasi warga negara dan pengawasan ketetanggaan nampak menyebabkan
suatu pola kompromi dan penyesuaian yang karenanya ketentuan-ketentuan
manajerial tentang kebutuhan-kebutuhan klien disesuaikan dengan ketentuan-
ketentuan warga Negara tentang kebutuhan-kebutuhan mereka.16 Partisipasi
masyarakat menurut Isbandi, adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses
pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan
dan pengambilan keputusan alternative solusi untuk menangani masalah, dan
15 COMMUNUTY DEVELOPMENT BERBASIS EKOSISTEM (Sebuah Alternative
Pengembanan Masyarakat) Disdit Media cetakan 1, juli 2009 . hlm. 23-25
16 Rahyunir rauf, Yusri Munaf, Lembaga kemasyarakatan di Indonesia, (Yogyakarta: Nusa Media cetakan 1, 2015), hlm . 37
19
keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi
selanjutnya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat dinyatkan bahwa partisipasi
masyarakat sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi atau pemerintahan, baik
secara indiidu maupun secara kelembagaan, karena partisipasi masyarakat
dapat membantu mengurangi tugas-tugas pemerintah dan juga sangat efektif
dalam hal pengawasan terhadap pemerintah. Seperti halnya dalam
Pemberdayaan Siskamling di Kelurahan Parit Culum I. Dimana partisipasi
masyarakat sangat berpengaruh terhadap Pemberdayaan Siskamling terutama
pada masyarakat di Kelurahan Parit Culum I.
4. Masyarakat
Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal
dari kata Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari
kata bahasa Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi).
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah
ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai
prasarana melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi.
Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama,
hidup bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan
pergaulan dan keadaan ini akan tercipta apabila manusia melakukan
hubungan, Mac lver dan Page memaparkan bahwa masyarakat adalah suatu
sistem dari kebiasaan, tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai
20
kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-
kebiasaan manusia.
Menurut Emile Durkheim bahwa masyarakat merupakan suatu
kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari individu-individu yang
merupakan anggota-anggotanya. Masyarakat sebagai sekumpulan manusia
didalamnya ada beberapa unsur yang mencakup. Adapun unsur-unsur tersebut
adalah:
1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama
2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama
3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan
4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.
Kemudian Emile Durkheim menjelaskan bahwa keseluruhan ilmu
pengetahuan tentang masyarakat harus didasari pada prinsip-prinsip
fundamental yaitu realitas sosial dan kenyataan sosial. Kenyataan sosial
diartikan sebagai gejala kekuatan sosial didalam bermasyarakat. Masyarakat
sebagai wadah yang paling sempurna bagi kehidupan bersama antar manusia.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
masyarakat memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam
bahasa Inggris disebut society. Bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Mereka
mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas, mempunyai kebiasaan,
tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan. sebagai
suatu jenis hidup bersama dimana manusia memandang sesamanya manusia
21
sebagai tujuan bersama. Seperti halnya dalam pemberdayaan siskamling di
Kelurahan Parit Culum I tentu tidak terlepas dari masyarakat setempat.
Masyarakat yang mendiami suatu wilayah secara bersama-sama dan memiliki
tanggung jawab bersama dalam menciptakan lingkungan yang aman dan
damai.
E. Tinjauan Pustaka
Diantara langkah penting peneliti dalam memulai aktifitas
penelitiaanya adalah melakukan tinjauan pustaka atau penelusuran penelitian
terlebih dahulu yang memiliki kaitan langsung atau tidak dengan
permasalahan penelitian yang diangkat. Bahkan tinjauan pustaka juga sangat
di perlukan sebelum peneliti menemukan permasalahan harus di pahami
bahwa tinjauan pustaka harus di masukan pada jenis penelitian di lapangan
(field research) dan jenis penelitian pustaka (library research).
Adapun kajian sejenis yang pernah dilakukan antara lain:
Pertama, jurnal yang ditulis oleh Ita Ulumiyah, Jurusan Administrasi
Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang yang
berjudul: Peran Pemerintah Desa Dalam Memberdayakan Masyarakat Desa
(Studi Pada Desa Sumberpasir Kecamatan Pakis Kabupaten Malang).
Disimpulkan bahwa pemerintah desa Sumberpasir telah mampu
memberdayakan masyarakat melalui beberapa program-program
pemberdayaan yaitu: pertama pengaktifan kelembagaan, kedua peningkatan
peran serta masyarakat dengan kegiatan pelaksanaan kerja bakti, perlombaan
desa, musrenbang desa serta pembangunan Fisik, ketiga peningkatan ekonomi
22
produktif dengan kegiatan pemberian pelatihan pande besi dan pelatihan
bordir. akan tetapi dalam melaksanakaan upaya Pemberdayaan masyarakat,
pemerintah desa Sumberpasir mengalami kendala-kendala diantaranya
partisipasi masyarakat yang kurang, budaya malas serta kurangnya fasilitas
yang tersedia dalam mendukung kegiatan pemberdayaan.
Kedua, Skripsi yang di tulis oleh Rudi Setiawan Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung yang berjudul: Partisipasi Masyarakat Islam
Pada Pelaksanaan Siskamling Di Desa Hajimena Kecamatan Natar Lampung
Selatan, Dalam kesimpulannya ia menyampaikan proses partisipasi
masyarakat dalam membantu mengembangkan program kegiatan Siskamling
di lingkungan Dusun Sumber sari Desa Hajimena dan tujuan penelitian ini
adalah” untuk mengetahui bagaimana upaya masyarakat dalam membantu dan
mengembangkan program kegiatan Siskamling yang ada di Dusun Sumber
Sari Desa Hajimena.
Ketiga, Skripsi yang ditulis oleh Atika Dwi Lestari Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Bandar Lampung yang berjudul :
Peran Kepala Kampung Dalam Pelaksanaan Siskamling Di Kampung Kota
Gajah Timur Kecamatan Kota Gajah Kabupaten Kampng Tengah, dalam
kesimpulannya ia menyampaikan Tujuan penelitian ini adalah untuk
menjelaskan peranan kepala kampung dalam pelaksanaan siskamling di
Kampung Kotagajah Timur Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung
Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peranan kepala
kampung dalam pelaksanaan siskamling di kampung Kotagajah Timur.
23
Adapun hasil penyebaran angket peranan kepala Kampung Kota Gajah Timur
termasuk kategori baik dengan 18 responden (48,64%) yang berarti bahwa
kepala kampung telah melaksanakan tugasnya dengan baik dan dalam
pelaksanaan Siskamling di Kampung Kota Gajah Timur termasuk kategori
cukup baik dengan besar persentase 64,86% atau 24 responden.
Meskipun penelitian dahulu telah banyak membahas tentang
pemberdayaan dan Siskamling, jika di bandingkan dengan penelitian yang
penulis lakukan terdapat perbedaan, yaitu penelitian terdahulu tidak terfokus
pada pemberdayaan siskamling, penelitian lebih menfokuskan penelitian pada
peran kepala Desa dan lebih kepada pemberdayaan masyarakat. Serta studi
tempat penelitian juga berbeda. Sedangkan penelitian yang akan penulis teliti
yaitu lebih memfokuskan terhadap pemberdayaan siskamling oleh masyarakat
dalam meningkatkan keamanan masyarakat di Kelurahan Parit Culum I
Kecamatan Muara Sabak Barat Kabupaten Tajung Jabung Timur.
24
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu penelitian dapat di muat dalam sebuah penelitian
atau skripsi jenis penelitian lapangan, apabila judul penelitian atau judul
skripsi tidak secara jelas menggambarkan mengenai dimana tempat dan kapan
waktu penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini, penelitian dilaksanakan di
Kelurahan Parit Culum I Kecamatan Muara Sabak Barat Kabupaten Tanjung
Jabung Timur. Adapun waktu penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret-
Agustus 2019.
B. Batasan Masalah
Penelitian yang akan penulis teliti yaitu hanya memfokuskan terhadap
pemberdayaan siskamling oleh masyarakat dalam meningkatkan keamanan
masyarakat di Kelurahan Parit Culum I Kecamatan Muara Sabak Barat Kabupaten
Tajung Jabung Timur. Penelitian ini hanya akan membahas mengenai faktor
penyebab rendahnya pemberadyaan siskamling, kendala yang dihadapi masyarakat
dalam menjalankan siskamling dan upaya yang dilakukan masyarakat dalam
pemberdayaan siskamling di Kelurahan Parit Culum I.
C. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya maka
dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis
kualitatif. Menurut Nawawi yang dimaksud metode Deskriptif memusatkan
perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat
25
penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian
menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki diiringi dengan
interpretasi yang akurat. Selain itu menurut Soerjono Soekanto, penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bermaksud memberikan data yang seteliti
mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya.17 Pendapat
tersebut di perkuat lagi oleh Masri Singarimbuan dan Sofyan Efendi, yang
menyatakan bahwa penelitian deskriptif mempunyai dua tujuan yaitu: a.
Untuk mengetahui perkembangan secara fisik tertentu atau frekuensi
terjadinya suatu aspek fenomena sosial tertentu, dan b. Untuk
mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu seperti interaksi
sosial, sistem kekerabatan dan sebagainya.
Untuk itu, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif ini karena lebih
tepat untuk menjelaskan realitas tentang upaya Pemberdayaan Siskamling
dalam meningkatkan keamanan ketertiban masyarakat di Kelurahan Parit
Culum I.
D. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian, yang
diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi objek penelitian,
atau keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh di lapangan.18 Menurut
Lofland dan Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata, dan tindakan, serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
17 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 10 18 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syariah Press, 2014), hlm. 34
26
Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Daerah Hukum Kepolisian Negara Republik
Indonesia (lihat lampiran). Kata-kata dan tindakan yang dimaksud adalah
kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai yang dicatat
melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes,
pengambilan foto atau film.19 Data primer tersebut merupakan data utama dari
hasil pengamatan, wawancara dengan informan kunci dan dokumentasi berupa
video dan foto yang dilakukan langsung oleh peneliti berkaitan pemberdayaan
Siskamling dalam meningkatkan keamanan ketertiban masyarakat Kelurahan
Parit Culum I.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh
secara tidak langsung atau melalui sumber perantara.20 Dalam penelitian ini
penulis mengambil dokumen-dokumen serta buku-buku yang berkaitan
dengan penelitian. Selain itu dapat pula data yang berkaitan dengan sejarah,
letak geografis, demografis, dan kehidupan sosial budaya (keagamaan,
pendidikan, adat istiadat dan ekonomi), masyarakat Kelurahan Parit Culum I
yang didapatkan dari kantor Kelurahan maupun wawancara dengan
masyarakat Parit Culum I.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa
teknik dengan tujuan agar data yang diperoleh lebih valid dan dapat
dipertanggung jawabkan. Diantara teknik tersebut yaitu sebagai berikut:
19 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) hlm. 157.
20 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syariah Press, 2014), hlm. 34-35.
27
a. Observasi/ Pengamatan
Menurut Guba dan Lincoln ada beberapa alasan dalam penelitian
kualitatif dimana observasi/pengamatan dimanfaatkan sebagai berikut: 21
1. Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung.
2. Teknik observasi/pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri, kemudian mencatat prilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi
pada keadaan sebenarnya.
3. Observasi atau pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa
dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun
pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.
4. Observasi atau pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami
situasi-situasi yang rumit.
5. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak
dimungkinkan, pengamat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui realita yang ada.
Observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data utama dalam
menilai upaya pemberdayaan Siskamling pada masyarakat di Parit Culum I.
Dalam hal ini, pengamatan yang digunakan oleh peneliti yaitu pengamatan
tidak berperan serta (non partisipan) yaitu kedudukan peneliti hanya sebagai
21
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitataif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 175.
28
pengamat dan selama proses observasi akan dibuat catatan-catatan untuk
keperluan analisis dan pengecekan data kembali.
b. Wawancara
Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data mentah dari
informan. Data mentah ini adalah data utama dalam penelitian ini yang
diperoleh oleh peneliti secara langsung dari informan yang bermanfaat untuk
menjawab persoalan penelitian tentang Pemberdayaan Siskamling. Informan
dalam penelitian ini adalah orang-orang yang mengetahui dengan pasti
persoalan yang terjadi. Oleh karena itu, secara khusus wawancara ini
ditujukan kepada:
1. Informan yang berkedudukan sebagai Ketua RT di Parit Culum I.
2. Masyarakat yang melaksanakan kegiatan Siskamling di Parit Culum I.
Kemudian dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang tepat
dan lebih terperinci, maka pertanyaan dalam wawancara dibuat secara
terstruktur, yaitu pertanyaan telah disusun terlebih dahulu oleh peneliti
sebelum proses wawancara dilaksanakan. Tetapi ketika proses wawancara
berlangsung apabila diperlukan, maka akan dibuat pertanyaan tambahan.
Dalam hal ini proses wawancara dilakukan secara terbuka atau disebut juga
wawancara terbuka (open interview) yaitu subjeknya tauh bahwa mereka
sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara
29
itu.22 Peneliti menggunakan metode ini dimaksudkan untuk mendapatkan
informasi mendalam tentang Pemberdayaan Siskamling di Parit Culum 1.
c. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia
dalam catatan dokumen. Fungsinya sebagai pendukung dan pelengkap bagi
data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam.
Metode dokumentasi yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode
dokumentasi tertulis maupun tidak tertulis. Metode dokmentasi tertulis yang
digunakan sebagai acuan adalah buku, data monografi. Sedangkan
dokumentasi tidak tertulis yang digunakan sebagai acuan adalah foto-foto dan
video/CD.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokmentasi,
dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, serta dapat membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.23
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba menggunakan analisis data dilapangan
model interaktif Miles dan Huberman. Model analisis ini lebih
22 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitataif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 189.
23 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alvabeta, 2012), hlm. 92.
30
menitikberatkan peneliti untuk tetap bergerak di antara tiga komponen itu
yaitu reduksi data, sajian data, verifikasi data yaitu sebagai berikut:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, serta memfokuskan pada hal-hal yang
penting dan membuang data yang tidak perlu. Data yang telah diperoleh dari
lapangan sangat banyak, sehingga catatan-catatan lapangan, rekaman video,
ataupun foto-foto yang telah didapatkan kemudian di reduksi sehingga
memunculkan hasil data yang bisa disajikan. Kegiatan ini akan berlangsung
sejak awal sampai akhir penelitian.
b. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data merupakan alur kedua dalam kegiatan analisis data.
Data dan informasi yang sudah diperoleh dilapangan melalui tahap reduksi
kemudian disusun hingga strukturnya mdah dipahami dan memngkinkan
adanya penarikan kesimpulan yang berhubungan dnegan latar belakang
masalah penelitian.
c. Conclusion Drawing /verification
Langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan
atau verifikasi. Pada tahap penarikan kesimpulan ini, peneliti menjawab
rumusan masalah penelitian yang telah dirumuskan sejak awal.
31
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini penulis menuangkan kedalam enam
bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Pembahasan diawali dengan Bab 1, Pendahuluan. Bab ini pada
hakikatnya menjadi pijakan bagi penulisan skripsi, baik yang mencakup
background, pemikiran tema yang dibahas, dengan sub bab Latar Belakang
Masalah. Pengungkapan latar belakang masalah lebih dimaksudkan untuk
melihat permasalahan yang dianggap menarik untuk di bahas dalam penulisan
ini. Tujuan dan kegunaan Penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka.
Bab II Metode Penelitian yang memuat tempat dan waktu penelitian,
pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, instrumen pengumpulan data,
populasi dan sampel dan tekhnik analisis data.
Bab III Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Yang memuat aspek
geografis, demografis, ekonomi, sosial masyarakat Parit Culum I.
Bab IV Pembahasan Dan Hasil Penelitian. Pada bab ini akan
menguraikan hasil penelitian tentang Pemberdayaan Siskamling dalam
meningkatkan keamanan ketertiban pada masyarakat di Kelurahan Parit
Culum I.
Bab V Penutup. Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari berbagai
pembahasan.
32
H. Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Tahun 2019-2020
Maret
April
Juli
Agustus
September
Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan Judul x
2 Pembuatan
Proposal
x x
3 Perbaikan
Proposal Dan
Seminar Proposal
x
x
4 Surat Izin Riset x
5 Pengumpulan
Data
x x x x
6 Pengolahan Dan
Analisis Data
x x x
7 Pembuatan
Laporan
x x x
8 Bimbingan Dan
Perbaikan
x x x
9 Agenda Dan Ujian
Skripsi
x x x
10 Perbaikan Dan
Penjilidan
x x
33
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis Kelurahan Parit Culum 1
Kelurahan Parit Culum I termasuk salah satu kelurahan yang ada di
kecamatan Muara Sabak Barat Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi
Jambi yang masih mempertahankan adat perkawinan masyarakat melayu.
Kelurahan Parit Culum 1 mempunyai luas wilayah yaitu 9.475 Ha/ 71,3 Km2.
Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Parit Culum 1 yaitu sebagai berikut:
a. Sebelah Utara :Kelurahan Nibung Putih
b. Sebelah Selatan :Kelurahan Parit Culum II
c. Sebelah Barat :Kelurahan Talang Babat
d. Sebelah Timur :Kelurahan Teluk Dawan
Sedangkan jarak kelurahan Parit Culum I dengan pusat pemerintahan:
a. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan :8Km
b. Jarak dari kota/Ibukota Kabupaten :5Km
c. Jarak dari Ibukota Provinsi :107Km
Kelurahan Parit Culum I bukan merupakan daerah pesisir dan keadaan
tanah berwarna kecoklatan. Keadaan iklim kelurahan Parit Culum I termasuk
kategori beriklim sedang, dikatakan demikian karena pada siang harinya tidak
terlalu panas dan pada malam harinya tidak terlalu dingin. Sementara itu tidak
jauh berbeda dengan daerah tropis lainnya diprovinsi Jambi, maka keadaan
34
musim di kelurahan Parit Culum I hampir sama yaitu musim panas dan musim
hujan.
B. Aspek Demografis
1. Penduduk
Jumlah penduduk Kelurahan Parit Culum I berdasarkan data pada
tahun 2016 berjumlah 4. 402 jiwa yang terdiri dari jumlah kepala keluarga
sebanyak 1.173 KK. Dimana jumlah laki-laki sebanyak 2.222 jiwa dan
perempuan sebanyak 2.180 jiwa. Mengenai kondisi selengkapnya penduduk
kelurahan Parit Culum I dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1: Jumlah Penduduk Kelurahan Parit Culum I24
No Jenis Kelamin Keterangan
1 Jumlah Laki-laki 2.222 Jiwa
2 Jumlah Perempuan 2.180 Jiwa Jiwa
Jumlah Penduduk 4.402 Jiwa
Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk kelurahan Parit Culum 1
menunjukkan bahwa penduduk laki-laki relatif lebih banyak dibandingkan dengan
penduduk perempuan.
24 Dokumentasi, Monografi Kelurahan Parit Culum 1 Tahun 2018
35
Tabel 3.2: Jumlah Usia Penduduk Kelurahan Parit Culum I25
No Usia Keterangan
1 Jumlah Usia 0-19 Tahun 1.303 Jiwa
2 Jumlah Usia 20-60 Tahun 2.7111 Jiwa
3 Jumlah Usia 61 Tahun Keatas 388 Jiwa
Jumlah Usia 4.402 Jiwa
Berdasarkan struktur usia, penduduk Kelurahan Parit Culum I
tergolong penduduk usia menengah. Ini terlihat penduduk usia produktif
berjumlah 20-60 tahun merupakan yang terbanyak jumlahnya yaitu 2.711
jiwa dan 1.303. Kemudian yang berusia Non-produktif yaitu usia 0-19 tahun
berjumlah 1.303 jiwa dan usia 61 tahun keatas sebanyak 388 jiwa. Dengan
demikian jumlah penduduk yang berusia produktif lebih besar dari pada
jumlah penduduk non-produktif.
Penduduk usia non produktif adalah penduduk yang berusia 0-19
tahun dan 61 tahun keatas, kelompok usia ini tidak ada kewajiban melakukan
kegiatan siskamling, sedangkan kelompok usia yang produktif adalah
kelompok usia 20-60 tahun. Kelompok usia ini mempunyai kewajiban untuk
melakukan kegiatan siskamling.
Sebagaimana halnya masyarakat dipedesaan pada umumnya yang
senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan serta hubungan baik
antara sesama masyarakat, maka masyarakat kelurahan Parit Culum I juga
25 Dokumentasi, Monografi Kelurahan Parit Culum 1 Tahun 2018
36
senantiasa menerapkan hal tersebut dalam kehidupan seharai-hari. Seperti
gotong royong, musyawarah dan juga tolong menolong yang senantiasa
menjadi kebiasaan masyarakat setempat.
2. Kondisi Sosial Budaya
1. Agama
Tabel 3.3: Jumlah Penganut Agama26
No Agama Keterangan
1. Islam 4.387 Jiwa
2. Protestan 15 Jiwa
Jumlah Penganut Agama 4.402 Jiwa
Berdasarkan tabel di atas penduduk kelurahan Parit Culum I sebagian
besar beragama Islam, hal ini bias dilihat dari jumlah penganut agama Islam
yang jumlahnya hampir seluruh penduduk menganut agama Islam yaitu dari
jumlah penduduk sebanyak 4. 402 jiwa, yang memeluk Islam 4. 387 jiwa dan
memeluk agama protestan sebanyak 15 jiwa. Aktivitas dan kehidupan
masyarakat di Kelurahan Parit Culum I juga dapat dipengaruhi oleh agama
yang dianut oleh masyarakat setempat. Kesadaran melaksanakan ibadah
sangat berkembang dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dengan kegiatan
sholat berjamaah di setiap tempat ibadah seperti masjid dan mushola atau
langgar yang terbilang cukup ramai didatangi oleh masyarakat setempat.
Selain itu juga banyak masyarakat juga mengikuti pengajian-pengajian
ataupun yasinan seperti yasinan ibu-ibu, bapak-bapak, pemuda-pemudi
26 Dokumentasi, Monografi Kelurahan Parit Culum 1 Tahun 2018
37
maupun yasinan keluarga yang ada dikelurahan Parit Culum I yang dilakukan
rutin setiap minggunya.
Tabel 3.4: Jumlah Tempat Ibadah27
No Tempat Ibadah Keterangan
1 Masjid 3
2 Mushola/Langgar 6
Jumlah 9
Untuk tempat ibadah yang jika dikaitkan dengan jumlah penduduk yang
menganut agama Islam dikelurahan Parit Culum I maka jumlah tempat ibadah
seperti masjid ada 3 buah dan mushola/langgar ada 6 buah dan tempat ibadah
agama lain tidak ada dikelurahan Parit Culum I.
2. Budaya
Pada bidang kebudayaan, masyarakat dikelurahan Parit Culum I sebagian
besar masih menjunjung tinggi budaya dan istiadat yang diwarisi oleh leluhur, hal
ini dapat dilihat dengan masih berlakunya tatanan budaya dan adat istiadat pada
setiap prosesi baik itu pernikahan, kelahiran, kematian dan sebagainya yang
berbeda-beda disetiap suku yang ada dikelurahan Parit Culum I dengan suku
melayu yang lebih banyak dibandingkan dengan suku lainnya. Dan lembaga yang
berperan dalam melestarikan dan menjaga adat istiadat dan kebudayaan yaitu
lembaga adat Kelurahan Parit Culum I. Walaupun demikian lembaga adat yang
ada dikelurahan Parit Culum I juga melihat suatu prosesi dari segi syariat-syariat
Islam maupun hukum-hukum dalam setiap prosesi adat yang berlangsung. Hal ini
27 Dokumentasi, Monografi Kelurahan Parit Culum 1 Tahun 2018
38
dapat terlihat dari seloko adat dikelurahan Parit Culum I yaitu adat bersendikan
syarak, syarak bersendikan kitabullah, dan juga syara mengato adat memakai.
3. Kesehatan
Tabel 3.5: Sarana Kesehatan di Kelurahan Parit Culum I28
No Sarana Kesehatan Keterangan
1 Rumah Sakit Umum 1
2 Puskesmas 1
3 Posyandu 3
4 Pustu 1
5 Praktek Dokter 1
6 Praktek Bidan 10
7 Apotik 1
Jumlah 18 Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di kelurahan Parit Culum I jika dilihat dari
jumlah penduduk sebanyak 4.402 jiwa jelas sangat membutuhkan sarana
kesehatan yang memadai untuk melayani kesehatan masyarakat. Adapun sarana
kesehatan yang terdapat dikelurahan Parit Culum I antara lain 1 buah rumah sakit
umum daerah, 1 buah puskesmas pembantu, 3 buah posyandu, 1 buah pustu, 1
buah praktek dokter, dan 10 buah tempat praktek bidan dan 1 buah apotik.29 Jika
dilihat dari sarana kesehatan yang ada di kelurahan Parit Culum I saat ini sangat
menunjang masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
28 Dokumentasi, Monografi Kelurahan Parit Culum 1 Tahun 2018
29 Dokumentasi, Monografi Kelurahan Parit Culum 1 Tahun 2018
39
4. Pendidikan
Jika dilihat dari segi pendidikan masyarakat kelurahan Parit Culum I cukup
maju pendidikannya, dengan kata lain pendidikan dikelurahan Parit Culum I tidak
ketinggalan dibandingkan dengan daerah lainnya di Provinsi Jambi. Adapun data
tentang tingkat pendidikan masyarakat di Parit Culum I yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.6: Tingkat Pendidikan Masyarakat di Parit Culum I30
No Tingkat Pendidikan Keterangan
1 Sekolah Dasar/ Sederajat 1.118 Orang
2 SMP/ Sederajat 673 Orang
3 SMA/ SMU/ SMK 354 Orang
4 Akademi/ Diploma 1-3 81 Orang
5 Sarjana / S1 112 Orang
6 Pasca Sarjana / S2 5 Orang
Jumlah 2.343 Orang
Selain itu juga dari segi prasarana yang ada dikelurahan parit culum 1
cukup menunjang seperti perpustakaan desa 1 buah, gedung sekolah PAUD
sebanyak 4 buah, gedung sekolah TK sebanyak 1 buah, gedung SD sebanyak 3
buah, gedung SMP/MTS sebanyak 2 buah, SMA sebanyak 1 buah dan PONDOK
PESANTREN sebanyak 1 buah.
30 Dokumentasi, Monografi Kelurahan Parit Culum 1 Tahun 2018
40
Tabel 3.7: Prasarana Pendidikan di Kelurahan Parit Culum I31
No Prasarana Keterangan
1 Perpustakaan 1
2 PAUD 4
3 TK 1
4 SD 3
5 SMP/MTS 2
6 SMA 1
7 Pondok Pesantren 1
Jumlah 13 Rasarana
C. Aspek Perekonomian Kelurahan Parit Culum I
Berdasarkan data yang diperoleh dari kelurahan, ditemukan sebanyak 117
KK yang masih berada dibawah garis kemiskinan. Sebagian besar masyarakat
kelurahan Parit Culum I bermata pencaharian sebagai petani dan tukang. Mata
pencaharian masyarakat kelurahan Parit Culum I merupakan pekerjaan yang
sangat dibutuhkan untuk melanjutkan kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian
banyak pekerjaan atau mata pencarian yang dilakukan masyarakat di Kelurahan
Parit Culum I untuk melanjutkan kehidupannya. Adapun jenis mata pencarian
masyarakat Parit Culum I yaitu sebagai berikut:
31 Dokumentasi, Monografi Kelurahan Parit Culum 1 Tahun 2018
41
Tabel 3.8: Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian Masyarakat Parit
Culum I32
No Mata Pencarian Keterangan
1 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 571 Orang
2 TNI/Polri 2 Orang
3 Wiraswasta/ Pedagang 75 Orang
4 Petani 815 Orang
5 Tukang 888 Orang
6 Buruh Tani 442 Orang
7 Pensiunan 213 Orang
8 Peternak 273 Orang
Jumlah Penduduk 3279 Orang
32 Dokumentasi, Monografi Kelurahan Parit Culum 1 Tahun 2018
1
D. Struktur Ogranisasi Pemerintahan Kelurahan Parit Culum 1
LURAH
JABATAN FUNGSIONAL UMUM
SEKSI PEMERINTAHAN SEKSI KETENTRAMAN SEKSI PEMBERDAYAAN SEKSI PELAYANAN, KESEHATAN
KETERTIBAN MASYARAKAT
Rw.01 Rw.02 Rw.03 Rw.04
AMZI
NIP.19660828 198812 1001
USMAN,Skm
NIP.19660202 198803 1004
DIANA SULISTIAWATI
NIP.19730522 200501 2003
DARUIS KENEDI
NIP.19670426 201001 1001
GAZALBAR ARIANSYAH
NIP.19760929 200701 1005
SRI MASKANAH
NIP.19830404 200501 2003
RUDI HARTONO SULAIMAN NASRI SUSILO
2
Rt.01 Rt.02 Rt.03 Rt.04 Rt.05 Rt.06
Rt.07 Rt.08 Rt.09 Rt.10 Rt.11 Rt.12
Rt.13 Rt.14 Rt.15 Rt.16
ABDUL
RAHMAN AHMAD
DANURI
SUDARMIN IZHAR
SAFAWI
HIDAYATUR
RAHMAN
JUNAIDI
HERIYANSYAH SISWANTO HAMDANI ISLANTO
IRWANDI AHYARUDIN HARUN ZULKARNAIN ARDIANTO
TOPANTO
1
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Penyebab Rendahnya Pemberdayaan Siskamling Di Kelurahan Parit
Culum I
Di dalam Pemerintahan Desa, Kepala Desa dan LPMD bekerjasama
dan saling membantu dalam menyusun rencana pembangunan yang berbasis
pada perbaikan mutu hidup masyarakat desa. Upaya dalam mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan maka penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu
upaya untuk pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju,
sejahtera dan mandiri. Salah satunya yaitu kegiatan siskamling yang saat ini
kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
Dalam menumbuhkan sikap semangat dalam melaksanakan kegiatan
Siskamling di butuhkan pemerintah yang kuat dari masyarakat dan pemerintah
daerah atau Desa. Bahwa keberadaan program kelembagaan masyarakat yang
dalam hal ini adalah siskamling sangat dirasakan oleh masyarakat, hal ini
dikarenakan program Siskamling telah banyak membantu, selain
mengamankan lingkungan sekitar, dalam pelaksanaanya tidak hanya
mengamankan lingkungan saja, melainkan setiap warga bertugas sering
terjadinya kejadian-kejadian seperti lansia yang merupakan seorang janda
sering mengeluh kesakitan, peran inilah yang sangat membantu masyarakat,
karna dengan adanya ronda malam lansia-lansia tidak merasakan
kehkawatiran akan terjadinya kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Selain
2
itu, kegiatan Siskamling juga sangat berperan dalam mengawasi para remaja.
Mengingat marak terjadinya kenakalan remaja seperti nge-lem, ngomik,
mencuri, dan berkumpul bersama teman-temannya hingga larut malam yang
menyebabkan rawannya kriminal.
Masyarakat Kelurahan Parit Culum I umumnya adalah bermata
pencaharian sebagai pegawai, tukang bangunan, pedagang, buruh tani. hampir
60% masyarakat memiliki ternak sapi yang di pelihara oleh para ibu rumah
tangga. Masyarakat Parit Culum I sebetulnya menyambut baik tentang adanya
program kelembagaan kemasyarakatan yang di canangkan oleh ketua
lingkungan yang lalu di setujui oleh Lurah. Namun yang menjadi
permasalahan banyak dari masyarakat tidak mengerti bahwa sukses dan
berkembangnya suatu program kegiatan itu berdasarkan dari partisipasi dari
masyarakat itu sendiri. Banyak dari mereka beralasan sudah terlalu capek
dengan berbagai pekerjaan disiang harinya, maka ketika malam hari lebih baik
di pergunakan untuk beristirahat.33
Sebagai penggerak sebuah Desa atau Kelurahan, masyarakat tingkat
RT/ RW mempunyai beberapa program lembaga kemasyarakatan seperti
program Siskamling. Seperti yang telah dinyatakan oleh masyarakat Parit
Culum I, bahwa di Kelurahan Parit Culum I terdapat kegiatan siskamling. Hal
ini dibuktikan dengan adanya pos kamling sebagai sarana untuk kegiatan
33 Wawancara dengan Ahyarudin ketua RT 10 Parit Culum I, tanggal 19-04-2019
3
siskamling.34 Hanya saja pos kamling ini tidak didirikan di setiap RT
Kelurahan Parit Culum I. Karena tidak di anggarkan oleh pemerintah
Kelurahan Parit Culum I.
Tabel 4.1. Sarana Keamanan Lingkungan
No Sarana Keamanan Lingkungan Jumlah
1. Pos Kamling 5
2. Pos Polisi 1
Pada tabel 4.1 menunjukan bahwa terdapat sarana keamanan
lingkungan yang berupa pos kamling yang berjumlah 5. Pos kamling yang
terdapat di masing- masing RT di Kelurahan Parit Culum I, yaitu di RT 03
berada di Retak Rengas, RT 12 berada di jalan Tulong Gading, RT 14 berada
di Keramas, RT 15 berada di Pematang Pasir. Sedangkan untuk Pos Polisi
hanya terdapat I Pos yang berada di RT 09 di Lorong Cendika di Kelurahan
Parit Culum I, adanya sarana keamanan lingkungan ini guna menciptakan
keamanan dan ketertiban di Kelurahan Parit Culum I. Berdasarkan penjelasan
diatas dapat dilihat bahwa minimnya sarana untuk melakukan kegiatan
siskamling. Karena pos kamling merupakan sarana paling utama dalam
kegiatan siskamling. Sehingga hal ini membuat kegiatan Siskamling sering
tidak berjalan.
34 Wawancara dengan Ahyarudin ketua RT 10 Kelurahan Parit Culum I, tanggal 19-04-
2019
4
Selain dari jumlah pos kamling yang ada tersebut, Bapak Nardi
beranggapan :35
“Masyarakat yang tidak datang dalam kegiatan siskamling umumnya adalah orang-orang yang tidak termotivasi , tidak ada dorongan dalam jiwa, atau diri sendiri untuk melakukan kegiatan, selain itu pula banyak dari masyarakat lansia, maupun pendatang baru. Untuk lansia biasanya masih tergantikan perannya dengan anggota keluarga lain seperti misalnya anak laki-lakinya. Yang menjadi permasalahan yaitu masyarakat pendatang baru, mereka yang bukan masyarakat asli kebanyakan mereka kepeduliannya terhadap lingkungan sangat rendah.Hal ini yang lalu berimbas terhadap pelaksanaan kegiatan Siskamling”.
Kemudian terdapat beberapa penyebab yang timbul dalam
pemberdayaan Siskamling di Kelurahan Parit Culum I yaitu sebagai berikut:
a. Sikap
Sikap dan perilaku masyarakat merupakan bagian penting dalam
proses perkembangan partisipasi masyarakat. Menurut pengakuan ketua
lingkungan setempat, sikap masyarakat seringkali yang menyebabkan
tingkat partisipasi berkurang, hal itu dikarnakan sikap atau perilaku tidak
peduli terhadap kegiatan yang menyebabkan terpengaruhnya kelompok
masyarakat yang lain. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh bapak
Ahyarudin, beliau mengungkapan bahwa, “sikap atau perilaku
masyarakat yang berbeda-beda sulit untuk menjadikan untuk jadi satu
suara ada yang ikut dan ada yang tidak ikut dalam proses kegiatan. Maka
warga masyarakat yang tidak ikut dalam proses kegiatan lah yang justru
mernbawa pengaruh buruk terhadap warga kelompok yang lain.”36
35
Wawancara dengan Nardi masyarakat Rt 10 Parit Culum I tanggal 05 September 2019 36 Wawancara dengan Ahyarudin Ketua Rt 10 Parit Culum I tanggal 10 September 2019
5
Sikap pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku
masyarakat, sebagai gejala atau kepribadian yang memancar keluar.
Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan
sangat dibutuhkan dalam pergaulan, maka diperolehnya informasi
mengenai sikap seseorang adalah penting sekali. Sikap dapat memberikan
arah kepada tingkah atau perbuatan seseorang tersebut untuk menyenangi
dan menyukai sesuatu atau sebaliknya. Maka dengan demikian prilaku dan
sikap dari individu masyarakat sangat berpengaruh dengan kelompok
masyarakat lainnya. Seperti halnya dalam kegiatan siskamling ini terdapat
aturan seperti jika ada anggota yang tidak hadir maka akan dikenakan
denda berupa uang. Sehingga masyarakat lebih baik membayar denda
dibandingkan harus berjaga dimalam hari. Sehingga sikap ini sangat
berpengaruh terhadap masyarakat yang lain. Pengaruh dan sikap dari
masyarakat yang tidak menyambut baik dalam program kegiatan
Siskamling didalam lingkungan Kelurahan Parit Culum I akan
berpengaruh terhadap keberlangsungan proses terlaksananya kegitan
siskamling.
b. Motivasi
Selain sikap dari masyarakat yang berpengaruh dalam proses
keberlangsungan sebuah program, motivasi dari aparatur Kelurahan yang
kurang pula menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi dari masyarakat.
Sosialisasi dari Kelurahan tentu akan mendorong terbentuknya pola pikir
masyarakat akan pentingnya berpatisipasi dalam proses menjaga
6
keamanan lingkungan, serta selalu menjaga silahturahmi dan toleransi
antar masyarakat agar selalu rukun dan damai.37
Dalam sebuah proses perkembangan suatu program kegiatan tentu
harus ada selalu pendampingan, agar program yang berjalan akan selalu
terkontrol dalam proses pelaksanaannya.
Kurangnya motivasi dan dorongan dari aparat Kelurahan juga
menjadi kurangnya partisipasi masyarakat. Aparat Kelurahan seharusnya
selalu mengontrol untuk memberikan soialisasi dan dorongan terhadap
kegiatan apa yang sedang dikerjakan dan mengevaluasi kegiatan yang
telah di kerjakan. Seperti halnya dalam menjalankan kegiatan Siskamling
yang dibutuhkan oleh masyarakat Kelurahan Parit Culum I.
Pemahaman dari aparat Kelurahan tentu akan menjadi motivasi
tersendiri bagi warga masyarakat. Karena sebuah program kelembagaan
masyarakat seperti Siskamling tidak akan berjalan dengan baik jika tidak
di sertai dukungan oleh petingginya. Namun di sisi lain jika masyarakat
sadar, motivasi terbesar yaitu motivasi yang ada dalam diri sendiri. Bahwa
pentingnya keamanan untuk diri sendiri maupun dalam kehidupan sosial.
c. Pola Pikir Masyarakat
Pola pikir masyarakat yang acuh, tidak peduli terhadap program
pembangunan atau program kegiatan lainnya merupakan hambatan yang
paling menonjol dikalangan masyarakat. Mereka menganggap
pembangunan adalah tanggung jawab dari pemerintah. Hal ini yang
37 Wawancara dengan Nurdin masyarakat Kelurahan Parit Culum I, tanggal 20 Juli 2019
7
menghambat keberlangsungan program kegiatan Siskamling di Kelurahan
Parit Culum I. Pola pikir masyarakat yang masih primitive sangat
menghambat masyarakat dalam pemberdayaan Siskamling di Parit Culum
I. Sehingga seiring dengan berjalannya waktu, kesadaran masyarakat
semakin menurun. Seperti halnya kurang minatnya masyarakat dalam
menjalankan siskamling dan menganggap bahwa siskamling tidak ada
manfaatnya bahkan masyarakat rugi karena waktu istrahatnya pada malam
hari berkurang dengan adanya poskamling. Bahkan poskamling sudah
beralih fungsi menjadi tempat tongkrongan pemuda dan anak –anak di
tambah lagi dengan adanya gadget anak- anak berkumpul main game
online yang bisa merusak moral,rasa sosial dan interaksi pada masyarakat
dan menurunnya IQ pada anak-anak, kesehatanpun juga berkurang, dan
bisa memicu kriminalitas.
d. Waktu
Masyarakat akan meluangkan waktunya untuk proyek pekerjaan
yang lebih berguna untuk keperluan pribadinya ketimbang harus
melakukan kegiatan Siskamling.38 Karena masyarakat di Kelurahan Parit
Culum I penduduknya sekitar 60% adalah berprofesi sebagai pedagang,
wiraswasta, maka di pagi hari mereka harus bekerja apalagi sebagai buruh
kasar pada waktu malamnya memang digunakan untuk beristrahat karena
bekerja pada siang harinya, begitu juga pedagang yang berjualan di
warung dan ada yang berjualan cilok lebih dikenal dengan bakso bakar
38 wawancara dengan Zulkarnain warga masyarakat Parit Culum I, tanggal 21-08-2019
8
mereka menyiapkan dagangannya pada malam hari. Maka menyebabkan
masyarakat enggan untuk ikut dalam kegiatan Siskamling, sehingga
kegiatan siskamling tidak berjalan dengan semestinya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurangnya minat masyarakat
dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sistem keamanan dan
interaksi sosial merupakan penyebab rendahnya pemberdayaan sistem
keamanan lingkungan di Kelurahan Parit Culum I.
2. Kendala–Kendala Yang Di Hadapi Masyarakat Dalam
Memperdayakan Siskamling Di Kelurahan Parit Culum I
Siskamling merupakan suatu kegiatan di masyarakat dalam mencegah
kriminal dan tindak-tindakan yang merusak keamanan dan ketertiban di
masyarakat dengan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk
berpartisipasi dalam meningkatkan keamanan dan ketertiban di lingkungan
masing – masing. Selain itu merupakan ajang silahturahmi anatara masyarakat
dengan masyarakat yang lainnya.
Namun semakin hari kegiatan siskamling mulai di lupakan karena ada
beberapa kendala dalam melaksanakan siskamling adalah:
a. Banyak kegiatan masyarakat pada siang hari sehingga tidak dapat
mengikuti siskamling di malam hari.
b. Masyarakat sudah mulai malas untuk berkumpul melaksanakan
siskamling.
9
c. Kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan masih rendah.
Masyarakat menganggap bahwa keamanan adalah tugas polisi saja.
d. Pergeseran nilai budaya masyarakat yang mengesampingkan nilai
gotong royong dan memilih untuk cari yang praktis.
e. Tidak adanya dukungan atau dorongan dari pemerintah yang
mendorong masyarakat dalam melaksanakan siskamling. Beda
tahun yang lalu pemerintah gencanya menggalakkan program
siskamling.
f. Tidak adanya anggaran dalam melaksanakan program siskamling.
Namun pada saat ini masyarakat enggan untuk melaksanakan
siskamling tersebut. Disini penulis mengklarifikasikan masyarakat yang
setuju maupun tidak setuju untuk diadakan siskamling untuk mendapatkan
informasi yang baik sehingga bisa untuk dijalankan kembali siskamling
tersebut. Ada beberapa pendapat masyarakat dalam menjalankan siskamling
yaitu masyarakat yang setuju maupun yang tidak setuju antara lain:
10
No Nama masyarakat Jabatan Setuju Tidak setuju
Alasan
1. Usman SKM. Lurah Karena program lebih membawa efek positif dan memper erat silahturahmi
2. Ahyarudin Ketua RT 10 Untuk membantu keamanan di masyarakat
3. Zulkarnain Ketua RT 8 karena masyarakat sudah
lelah atau capek untuk melakukan kegiatan ronda
di malam hari 4. Joni Rabuan Pengurus
masjid
Setuju biar masyarakat mengenal satu sama
lainnya biar tidak terjadi rasa induvidualisme
5. Mukmin Imam
mushola
Untuk meningkatkan keamanan sekaligus
bangun masyarakat untuk sholat subuh berjamaah
biar subuh tidak sepi 6. Nardi Masyarakat Agar pemuda pemudi
tertip terutama janda yang selalu di datangi laki-laki yang bukan muhrimnya
7. Suden Masyarakat Terlalu repot kalau diadakan siskamling
masih banyak pekerjaan yang dikerjakan
8. Yusnita Masyarakat
Biar masyakat bekerja sama dalam menjaga
keamanan di lingkungan sekitar
9. Alamsa Masyarakat Karena banyak mengeluarkan uang dan
tenaga terutama saat berjaga
11
10. Zainal arifin
Masyarakat Bukan saja untuk meningkatkan keamanan tetapi untuk meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap lingkungan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa masyarakat lebih banyak setuju dari
pada tidak setuju untuk pemberdayaan siskamling atau di kenal dengan pos
ronda di Kelurahan Parit Culum I. Maka masyarakat Kelurahan Parit Culum I
setuju dalam memperdayakan kembali siskamling untuk meningkatkat
keamanan dan ketertiban di Kelurahan Parit Culum I. Sehingga pemberdayaan
siskamling dapat terwujud seperti yag diinginka oleh masyarakat Parit Culum
I. Serta tercapai tujuan dari siskamling agar menjadi daerah yang tertib, aman,
damai, dan tentram.
3. Upaya masyarakat dalam memperdayakan siskamling di Kelurahan
Parit Culum I.
Para sosiolog mengatakan bahwa dalam mengatur tindakan- tindakan
anggota-anggotanya agar mencapai tata tertib di dalam kelompok tersebut
merupakan tempat kekuatan-kekuatan sosial berhubungan, berkembang,
mengalami disorganisasi, memegang peranan dan selanjutnya. Berdasarkan
pendapat tersebut, terlihat bahwa kelompok sosial tersebut terdiri dari
kelompok kecil dan besar, cenderung bersifat dinamis melengkapi peralatan-
peralatan untuk menjalankan fungsi, sistem mengendalikan anggota dan lain-
lain. “kelompok-kelompok sosial terdiri dari kelompok yang terorganisasi
12
dengan baik sekali seperti negara, sampai pada kelompok-kelompok yang
hampir tak terorganisasi misalnya kerumunan. Dasar yang akan diambil
sebagai salah satu alternatif untuk mengadakan klasifikasi tipe-tipe kelompok
sosial adalah akuran jumlah atau deraja interaksi, atau kepentingan kelompok,
atau organisasi atau kombinasi dari ukuran-ukuran di atas. Berdasarkan
pendapat tersebut dapat diketahui bahwa tipe-tipe sosial dapat di
klarifikasikan dari beberapa sudut atau dasar dengan kriteria berikut:
1. Besar kecilnya jumlah anggota
2. Derajat interaksi sosial
3. Kepentingan dan wilayah
4. Berlangsungnya suatu kepentingan
5. Derajat organisasi
6. Kesadaran akan jenis yang sama, hubungan sosial dan tujuan.
Pada dasarnya masyarakat hidup dalam suatu wilayah atau desa yang
membentuk kelompok-kelompok sosial. Sehingga dapat menimbulkan
beberapa pandangan terhadap kegiatan terstruktur dari Kelurahan Parit Culum
I. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pelaksanaan siskmaling terdapat
banyak orang yang kurang setuju. Namun ada pula yang setuju dengan
diadakannya kegiatan siskamling ini. Menurut Masyarakat Kelurahan Parit
Culum I disebutkan bahwa dalam menjalankan siskamling harus didukung
penuh oleh pemerintahan serta anggota masyarakat Parit Culum I sebagai
pelaksana siskamling kita tau bahwa siskamling ini sangat penting sekali
terutama keamanan selain itu dengan adanya siskamling bisa menyambung
13
silahturahmi dengan masyarakat setempat apalagi orang yang baru pindah
sehingga mengenal satu sama lainnya. Dimana dalam dalam islam pun telah
diatur tentang keamanan dan jangan lah memutuskan silaturahmi sesama
umat.
Menurut Hasan Bustomi salah satu tokoh agama di Kelurahan Parit
Culum I mengatakan bahwa dalam menjaga kemanan juga telah dijelaskan
dalam islam. Dimana keamanan merupakan salah satu karunia allah SWT
terbesar bagi umat manusia.39 Sebab rasa aman merupakan kebutuhan primer
seorang hamba. Tidak mungkin suatu umat atau sebuah bangsa hidup dengan
baik tanpa stabilitas keamanan didalamnya. Keamanan lingkungan akan
membuahkan ketenangan jiwa, ketentraman batin, kebahagiaan serta
kedamaian hati. Bahkan nabi Ibrahim berdoa tatkala beliau meninggalkan
keluarganya.
Lihatlah bagaimana permintaaan akan keamanan di dahulukan akan
rizki, sebab seorang insan bisa hidup dengan rizki yang serba kekurangan jika
ia merasa aman. Namun sebaliknya ia tidak bisa hidup dengan baik, apabila
senantiasa merasa takut, walaupun ia memiliki kekayaan sebesar dunia
sekalipun.40 Berhubung pentingnya rasa aman demi perealisasian keimanan
dalam kehidupan seorang mukmin, Nabi kita Muhammad SAW dalam
sebagian doanya agar dikaruniai keamanan di samping keimanan.
39 Wawancara dengan Hasan Bustomi, tokoh agama Kelurahan Parit Culum I tanggal 28
juli 2019 40 Jurnal, Ust Abdullah Zaen, Lc. MA.Kutbah Jum’at, Nikmat Keamanan dan Jalan
Untuk Menggapainya. 28 0ct 2014.Hal 2. Di akses tanggal 25 september 2019
14
Sebagaimana doa yang beliau panjatkan saat melihat rembulan di awal setiap
bulan.
Maka kewajiban untuk menjaga stabilitas keamanan negara adalah
tanggung jawab semua insan, sesuai dengan kapasitasnya. Kecil maupun
besar, tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan, muslim maupun non
muslim, umat maupun ulama serta rakyat maupun aparat. Amanah untuk
menjaga keamanan negara ini harus ditanamkan para orang tua dalam jiwa
anak-anak mereka sejak dini, juga oleh para guru dalam diri murid-murid
mereka disekolah.
Maka jika ada oknum-oknum yang berusaha mengacaukan situasi yang
telah kondusif, dengan melakukan berbagai tindak teror berupa pengeboman
serta peledakan, wajib bagi setiap warga negara untuk mencegah tindak
kriminal tersebut, sesuai dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing.
Aparat keamanan menggunakan wewenang kekuasaan yang mereka
miliki untuk melakukan tindakan preventif juga agresif jika di perlukan,. Para
ulama, ustad, da’i dan mubaligh memberikan pengarahan keagamaan kepada
umat akan bahaya tindak teror tersebut dipandang dari sisi syariat. Masyarakat
awam bekerja sama dengan pemerintah untuk melaporkan setiap hal yang
mencurigakan. Para orang tua mengawasi anak-anak mereka, dengan siapakah
mereka bergaul dan berteman, pendek kata, semua bahu membahu berusaha
memadamkan kobaran api huru-hara itu.41
41 Jurnal, Ust Abdullah Zaen, Lc. MA.Kutbah Jum’at, Nikmat Keamanan dan Jalan
Untuk Menggapainya. 28 0ct 2014.Hal 4. Di akses tanggal 25 septr 2019
15
Di Indonesia, kita telah mengenal adanya program pengamanan oleh
masyarakat yang sebenarnya sangat efektif jika dilaksanakan dengan baik.
Program tersebut adalah sistem keamanan lingkungan atau yang biasa
disingkat dengan siskamling. Program tersebut diciptakan untuk mendukung
upaya pemerintah dalam menjamin keamanan setiap warganya dari segala
bentuk tindak kejahatan yang mungkin mengancam. Dalam Undang-undang
1945 disebutkan bahwa masyarakat harus menanamkan rasa gotong royong
antara satu sama lainnya. Sebagaimana kita semua ketahui bahwa UUD 1945
merupakan dasar negara sebagai konstitusi hukum yang wajib di taati semua
warga negara indonesia terutama menjaga keamanan NKRI.
Yang mana kita ketahui dipemerintahan desa terdapat suatu program
keamanan yaitu siskamling. Dimana masyarakat sudah sedikit sekali yang
menjalankan siskamling tersebut. Sehingga harus terdapat upaya dalam
meningkatkan sistem keamanan ketertiban masyarakat yang memberikan
perlindungan dan pengamanan bagi masyarakat. Dalam menciptakan
keamanan lingkungan masyarakat disetiap waktu terdapat beberapa upaya
yang harus dilakukan oleh masyarakat ataupun pemerintah Kelurahan Parit
Culum I yaitu:
a. Tokoh agama, tokoh masyarakat dapat memberikan informasi
kondisi kamtibmas yang terjadi di wilayahnya kepada aparat
penegak hukum.
b. Mengaktifkan kembali siskamling guna mencegah kemungkinan
terjadinya gangguan kamtibmas.
16
c. Mengaktifkan kembali gerakan sadar hukum dimasyarakat
d. Ditingkatkan kerja sama dan komunikasi antara masyarakat dengan
aparat baik TNI, kepolisian dan pemerintah Kelurahan Parit Culum
I. Guna antisipasi gangguan kamtibmas sekaligus untuk mencari
solusi.
e. Tidak mudah terpancing isu-isu yang tidak dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya, tetapi berupaya meredam isu-isu tersebut
agar tidak meluas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa upaya masyarakat
dalam memperdayakan siskamling dapat dilaksanakan apabila
masyarakat, aparat penegak hukum dan pemerintah saling bekerja
sama dan bergotong royong dalam menjaga keamanan di
lingkungan, yang lebih penting menjaga NKRI maka akan
terciptala lingkungan yang harmoni aman, damai dan tentram.
17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian tentang “Pemberdayaan Siskamling
Dalam Meningkatkan Keamanan Ketertiban Masyarakat Di Kelurahan Parit
Culum 1 Kabupaten Tanjung Jabung Timur”, maka peneliti mencoba untuk
menarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Dalam pemberdayaan siskmaling terdapat beberapa penyebab terhambatnya
kegiatan siskamling. Adapun penyebab rendahnya pemberdayaan
siskamling tersebut yaitu rendahnya partisipasi masyarakat, sikap
masyarakat primitif dan kurang peduli terhadap keamanan lingkungan.
2. Adapun kendala – kendala dalam pemberdayaan siskamling Pada
masyarakat Parit Culum I yaitu masyarakat menganggap bahwa keamanan
adalah tugas polisi saja, sehingga masyarakat acuh tak acuh terhadap
lingkungan. Kemudian pergeseran nilai budaya masyarakat yang
mengesampingkan nilai gotong royong dan memilih untuk bekerja untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Tidak adanya dukungan atau dorongan dari
pemerintah yang mendorong masyarakat dalam melaksanakan siskamling.
adapat terus menjalankan kegiatan siskamling demi terwujudnya
lingkungan yang aman dan tertib.
18
3. Upaya masyarakat dalam memperdayakan siskamling antara lain Tokoh
agama, tokoh masyarakat dapat memberikan informasi kondisi kamtibmas
yang terjadi di wilayahnya kepada aparat penegak hukum dan pemerintah
Kelurahan Parit Culum I. Untuk mengaktifkan kembali siskamling dan
mencegah kemungkinan terjadinya gangguan keamanan lingkungan.
Mengaktifkan kembali gerakan sadar hukum dimasyarakat Ditingkatkan
kerja sama dan komunikasi antara masyarakat dengan aparat baik TNI,
kepolisian dan pemerintah Kelurahan Parit Culum I. Guna antisipasi
gangguan kamtibmas sekaligus untuk mencari solusi.
B. Saran
Sehubungan dengan penelitian yang telah dilaksanakan, maka ada
beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan diantaranya ialah sebagai
berikut:
1. Pihak pemerintah Kelurahan Parit Culum I hendaknya memberikan
sosialisasi akan pentingnya menjaga keamanan serta untuk meningkatkan
solidaritas sosial. Kemudian untuk warga yang tidak ikut serta dalam
kegiatan siskamling akan diberi sanksi hukum yang tegas, sehingga
masyarakat terpacu untuk menjalankan kegiatan siskamling.
2. Untuk masyarakat Kelurahan Parit Culum I hendaknya lebih peduli dalam
menjalankan sistem keamanan siskamling. Selain meningkatkan
keamanan, maka akan menghilangkan keadaan individualisme dalam
kehidupan bermasyarakat. Dimana saat ini masyarakat kurang peduli
terhadap tetangganya sendiri.
19
DAFTAR PUSTAKA
Adi Fahrudin, Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat, Bandung: Humaniora, 2012.
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung, Refika Aditama, 2006
Handoko T. Hani, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia (Edisi 2), Yogyakarta: BPFE, 2001.
I Nyoman Sumaryadi, Sosiologi Pemerintahan dari Perspektif Pelayanan 2010.
Jurnal Penggalakan/Penggairahan Partisipasi Masyarakat Dalam Rangka Peningkatan Pembinaan KAMTIBMAS, Cetakan Kedua Juli 1977 Rencana Kulit Oleh Gazali Zain Diset Dengan Linocomp Oleh Ghalia Indonesia di Cetak Oleh Ghalia Indonesia.
Jurnal, Ust Abdullah Zaen, Lc. MA.Kutbah Jum’at, Nikmat Keamanan dan Jalan Untuk Menggapainya. 28 0ct 2014.Hal 2. Di akses tanggal 25 septr 2019
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.
Tontowi Amsia,, Kewarganegaraan dalam Ketahanan Nasional, Lampung:KDT, 2013.
Rahyunir Rauf, dkk, Lembaga kemasyarakatan di Indonesia, Yogyakarta: Nusa Media cetakan 1, 2015.
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Syariah Press, 2014.
Siswanto, Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara, 2007
Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986.
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung:Alfabeta, 2005.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alvabeta, 2012.
Totok Mardikanto, penyuluhan pembangunan pertanian, Surakarta: UNS PRESS,
2003. Totok mardikanto, dkk. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan
Publik, Bandung:Alfabeta, 2017.
20
Zakiyudin, Ais, Teori dan Manajemen Praktek, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.
21
DAFTAR RIWAYAT
(CURRICULUM VITAE)
Nama : Wahyu
Tempat Tanggal Lahir : Parit Culum, 12 Februari 1997
Email : [email protected]
No Telepon : 085874050391
Alamat :Jl. Sulthan Thaha, Rt 10,Rw 03, Kel. Parit Culum I
Kec. Muara Sabak Barat, kab. Tanjung jabung Timur.
Pendidikan Formal
a. SD/MI, tahun lulus : SDN07/X Parit Culum I, 2009
b. SMP/MTS, tahun lulus : SMPN 17 Tanjab Timur, 2012
c. SMA/MA, tahun lulus : SMAN 8 Tanjab Timur, 2015
Pengalaman Organisasi
a. PMI Tanjung Jabung Timur
b Pencak Silat
Jambi, 31 Oktober 2019
WAHYU SIP.152093
foto
22
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Gambar 1. Wawancara dengan Bapak Ahyarudin selaku Ketua RT 10
Gambar 2. Pos kamling yang berada di RT 15 Kelurahan Parit Culum I yang hinga kini masih menjalankan kegiatan siskamling.
23
Gambar 3. Kondisi pos kamling yang ada di RT 14 Parit Culum I yang sudah tidak berjalan dengan semestinya.
Gambar 4. Pos kamling dalam proses renovasi di RT 12 Kelurahan Parit Culum I
24
+
Gambar 5. Wawancara dengan Bapak Zulkarnain Ketua RT 06 yang bekerja sebagai tukang bangunan
Gambar 6. Warga masyarakat Kelurahan Parit Culum I yang sedang bekerja disiang hari sebagai tukang bangunan.
25
Gambar 7. Kegiatan salah satu masyarakat Parit Culum I yang bekerja sebagai montir.
Gambar 8. Aktivitas mastarakat Parit Culum I yang bekerja sebagai buruh.
1
2
3
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2007
TENTANG
DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat
(3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Daerah
Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4168);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG DAERAH HUKUM
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.
BAB I ...
- 2 -
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut
Polri, adalah Kepolisian Nasional yang merupakan satu kesatuan
dalam melaksanakan peran memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri.
2. Daerah Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang
selanjutnya disebut daerah hukum kepolisian adalah wilayah
yurisdiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi
wilayah darat, wilayah perairan dan wilayah udara dengan batas-
batas tertentu dalam rangka melaksanakan fungsi dan peran
kepolisian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang selanjutnya
disebut Kapolri adalah Pimpinan Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan penanggung jawab penyelenggaraan fungsi
kepolisian.
BAB II
PEMBAGIAN DAN PERUBAHAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN
Pasal 2
(1) Daerah hukum kepolisian dibagi berdasarkan kepentingan
penyelenggaraan fungsi dan peran kepolisian.
(2) Pembagian ...
- 3 -
(2) Pembagian daerah hukum kepolisian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan berdasarkan pembagian wilayah
administrasi pemerintahan daerah dan perangkat sistem peradilan
pidana terpadu.
Pasal 3
(1) Pembagian dan perubahan daerah hukum kepolisian ditetapkan
dengan mempertimbangkan kepentingan, kemampuan, fungsi dan
peran kepolisian, luas wilayah, serta keadaan penduduk.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara penetapan
pembagian daerah hukum kepolisian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Kapolri.
Pasal 4
(1) Daerah hukum kepolisian meliputi:
a. daerah hukum kepolisian markas besar untuk wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
b. daerah hukum kepolisian daerah untuk wilayah provinsi;
c. daerah hukum kepolisian resort untuk wilayah kabupaten/kota;
d. daerah hukum kepolisian sektor untuk wilayah kecamatan;
(2) Berdasarkan pertimbangan kepentingan, kemampuan, fungsi dan
peran kepolisian, luas wilayah serta keadaan penduduk, Kapolri
dapat menentukan daerah hukum kepolisian di luar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c dan huruf d.
(3) Selain ...
- 4 -
(3) Selain dari daerah hukum kepolisian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), daerah hukum kepolisian meliputi pula
kawasan diplomatik, yaitu Kedutaan Besar Indonesia serta kapal
laut dan pesawat udara berbendera Indonesia di luar negeri.
Pasal 5
Tidak termasuk ke dalam daerah hukum kepolisian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 adalah kawasan diplomatik, kedutaan besar
asing, kantor perwakilan badan internasional, kapal laut dan pesawat
udara berbendera asing, serta tempat lain sesuai peraturan perundang-
undangan.
Pasal 6
Pembagian daerah hukum kepolisian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) tidak membatasi setiap pejabat Polri dalam
melaksanakan tugas, fungsi, peran dan kewenangannya sesuai
peraturan perundang-undangan.
BAB III
PENANGGUNG JAWAB DAERAH HUKUM KEPOLISIAN
Pasal 7
Penanggung jawab daerah hukum kepolisian adalah:
a. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
b. Kepala ...
- 5 -
b. Kepala Kepolisian Daerah untuk wilayah provinsi;
c. Kepala Kepolisian Resort untuk wilayah kabupaten/kota;
d. Kepala Kepolisian Sektor untuk wilayah kecamatan.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 8
Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, daerah hukum
Kepolisian Wilayah, Kepolisian Wilayah Kota Besar, Kepolisian Kota
Besar, Kepolisian Resort Metro, Kepolisian Resort Kota, Kepolisian
Sektor Metro, Kepolisian Sektor Kota masih tetap berlaku sampai
diadakan perubahan.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
Daerah hukum kepolisian Markas Besar Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Kepolisian Daerah, Kepolisian Resort, Kepolisian Sektor di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ada pada
saat ini ditetapkan sebagai daerah hukum kepolisian menurut Peraturan
Pemerintah ini.
Pasal 10
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar ...
- 6 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 Maret 2007
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 23 Maret 2007
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
HAMID AWALUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2007 NOMOR 49
PENJELASAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2007
TENTANG
DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
I. Umum
Bahwa dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 6 ayat (2) menyatakan,
dalam rangka pelaksanaan peran dan fungsi kepolisian wilayah
negara Republik Indonesia dibagi dalam daerah hukum menurut
kepentingan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia, dan menurut Pasal 6 ayat (3) dinyatakan ketentuan
mengenai daerah hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam rangka melaksanakan ketentuan dimaksud, dan
optimalisasi pencapaian sasaran fungsi dan peran Kepolisian
Negara Republik Indonesia, serta kepentingan pelaksanan tugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka disusun Peraturan
Pemerintah tentang Pembagian Daerah Hukum Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Pembagian daerah hukum kepolisian tersebut diusahakan
harmonis, sesuai dan serasi dengan pembagian wilayah
administrasi Pemerintahan Daerah dan perangkat sistem peradilan
pidana terpadu, namun demikian untuk daerah tertentu
berdasarkan pertimbangan kepentingan pelaksanaan fungsi dan
peran kepolisian, kemampuan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, luas wilayah serta keadaan penduduk, daerah hukum
kepolisian berbeda dari wilayah administrasi Pemerintahan Daerah.
Sejalan ...
- 2 -
Sejalan dengan pelaksanaan Otonomi Daerah serta
meningkatnya perkembangan pembangunan, yang mendorong
pembentukan provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, desa dan/atau
kelurahan baru, maka untuk kepentingan keamanan dan ketertiban
masyarakat (Kamtibmas) diperlukan pembentukan kesatuan
kepolisian baru, sehingga harus dilakukan perubahan daerah
hukum kepolisian di wilayah yang bersangkutan.
Wewenang untuk melakukan perubahan daerah hukum
berada pada Kapolri, dan tata cara pelaksanaan perubahannya
ditetapkan dengan Keputusan Kapolri.
Mengingat sistem perundang-undangan nasional
memperhatikan serta mengakui bahkan meratifikasi hukum
internasional tertentu, maka berdasarkan asas teritorialiteit
terdapat pengecualian terhadap wilayah hukum kepolisian yaitu di
wilayah Indonesia ada yang tidak termasuk ke dalam daerah
hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan di Luar Negeri
terdapat wilayah yang masuk ke dalam wilayah hukum Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Pembagian daerah hukum kepolisian bertujuan untuk
mengoptimalkan pencapaian sasaran fungsi, dan peran
Polri, serta kepentingan pelaksanaan tugas dan
kepastian hukum.
Ayat (2) ...
- 3 -
Ayat (2)
Pembagian daerah hukum kepolisian diusahakan serasi
dengan wilayah administrasi pemerintahan di daerah,
dan perangkat sistem peradilan pidana terpadu.
Pasal 3
Ayat (1)
Dalam melakukan perubahan daerah hukum
kepolisian, Kapolri berkoordinasi dengan instansi
terkait antara lain menteri yang membidangi
pendayagunaan aparatur negara, menteri yang
membidangi keuangan, badan yang membidangi
perencanaan dan pembangunan nasional, dan
pemerintah daerah setempat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan memberikan
kewenangan kepada Kapolri untuk menambah atau
mengurangi lingkup daerah hukum kepolisian yang
berbeda dengan wilayah administrasi pemerintahan di
daerah guna memudahkan pelaksanaan fungsi
kepolisian.
Sebagai ...
- 4 -
Sebagai contoh, daerah hukum Kepolisian Daerah
Metro Jaya mencakup juga sebagian wilayah Provinsi
Jawa Barat dan Provinsi Banten. Sebaliknya daerah
hukum Kepolisian Resort Kota Bandung Barat hanya
mencakup sebagian dari wilayah administrasi
pemerintahan Kota Bandung.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Yang dimaksud dengan “ketentuan yang berlaku” misalnya
dalam menjalankan tugas harus dengan Surat Perintah Tugas
dan melapor kepada penanggung jawab daerah hukum
kepolisian setempat.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4714