Wahana AMPL NTT Edisi 3 Juli Tahun 2010

download Wahana AMPL NTT Edisi 3 Juli Tahun 2010

of 12

Transcript of Wahana AMPL NTT Edisi 3 Juli Tahun 2010

  • 7/30/2019 Wahana AMPL NTT Edisi 3 Juli Tahun 2010

    1/12

    Juli 2010

    Volume III : Lestarikan lingkungan sehat

    Daftar isi

    Jangan SampaiKota Kupang kebanjiran

    1

    Kapankah AMPLDianggapPenting ?

    4

    Mencari SistemPengelolaan SPAMAmanuban yangmempuni

    6

    Replikasi PokjaAMPL Timor Ten-gah Utara

    8

    Konverda Anak

    NTT Hasilkan 8Duta Anak KeKongres Anak In-donsia IX 2010

    9

    Sistem DEWATS 10

    Media Informasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Provinsi Nusa Tenggara Timur

    AMPL NTT Newsletter

    Jangan Sampai Kota Kupang Kebanjiran

    Perkembangan Kota Kupang yang diikuti peningkatan jumlah penduduk, peningkatan bangunan, peningkatan sarana prasarana dan aktivitas kota

    lainnya, menyebabkan semakin sempitnya ruang penyerapan air ketanah. Beberapa tahun belakangan ini, terjadinya genangan, banjir di

    musim hujan di beberapa bagian Kota Kupang. Membutuhkan perenca-naan prasarana draianse kota. Perencanaan bukan hanya untuk menga-tasi permasalahan sekarang, tetapi untuk antisipasi dampak negativedi

    masa yang akan datang

    Ingin Tau kah Anda, bagaimana kondisi sistem prasarana drainase di KotaKupang. Prasarana drainase merupakan prasarana untuk mengalirkan kelebihanlimpasan air permukaan/ hujan maupun aktivitas manusia serta pencegahan banjirdan genangan. Tahun ini di Provinsi NTT khususnya di Kota Kupang musim hujanlebih panjang dari rata-rata bulan hujan. Tahun ini dari November-Mei daripadamusim hujan ditahun sebelumnya yang biasanya bulan November-Maret. Kondisiini ikut menentukan volume air hujan yang dihasilkan yang mengalir dalam salu-ran drainase. Saluran primer yang dipakai di Kota Kupang ini adalah Kali Dendengyang bermuara di pantai LLBK (Teddys Bar), Kali Liliba yang bermuara di PantaiOesapa, Kali Merdeka yang bermuara di Pantai Oeba. Saluran sekunder adalahsaluran pada pinggiran jalan utama kota. Saluran-saluran ini sebagai tempat pem-buangan limbah domestic, industri dan aktivitas perkotaan lainnya. Kecenderun-gan yang terjadi jika volume hujan yang besar, mengakibatkan tidak tertam-

    pungnya saluran sekunder tidak teralir dengan baik untuk menuju saluran drainaseprimer. Kondisi ini mengakibatkan bagian ruas jalan Kota Kupang mengalamigenangan, banjir sehingga dapat menghampat aktivitas kota.

    Pertimbangan sistem saluran drainase ini adalah berdasarkan morfologi,kemiringan lereng, geologi permukaan, tata guna lahan dan porositas batuan. Ber-

    Bersambung ke hal 3

    Kami Sangat Bu-uh Air.

    (Suara dari DesaHalimodok Belu)

    11

    Sistem draenaseyang baik, KotaTerhindar dariBanjir

    12

  • 7/30/2019 Wahana AMPL NTT Edisi 3 Juli Tahun 2010

    2/12

    Halaman 2Volume III : Lestarikan lingkungan sehat

    Pengantar

    Salam AMPL,

    Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga News

    Letter AMPL NTT edisi III ini dapat diterbitkan oleh Sekretariat Kelompok Kerja Air Mi-

    num dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL)Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) menjadi kebutuhan dasar

    yang sangat penting bagi semua orang dan berpengaruh terhadap aspek pembangunan

    lainnya.

    Dalam upaya meningkatkan Koordinasi pembangunan sektor AMPL tersebut, salah satu

    upaya yang dilakukan adalah dengan penyebaran informasi Pembangunan AMPL melalui

    Newsletter ini.

    New Letter AMPL-NTT ini diharapkan menjadi salah satu bentuk komitmen kita bersama

    untuk pencapaian target MDGs (Millenium Development Goals). Selain itu, newsletter ini juga dapat dijadikan sebagai forum pembelajaran bersama oleh berbagai pihak yang terli-

    bat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembangunan AMPL di NTT

    khususnya.

    Melalui media ini kami selaku Pimpinan Daerah mengucapkan Terima Kasih kepada semua

    pihak yang telah mendukung pembangunan di bidang AMPL ini, semoga media ini dapat

    bermanfaat bagi Pembangunan AMPL khususnya dan Pembangunan Daerah Provinsi Nusa

    Tenggara Timur umumnya.

    Kiranya Tuhan Selalu Menyertai Kita Semua

    Agustus 2010

    Gubernur Nusa Tenggara Timur

    Frans Lebu Raya

  • 7/30/2019 Wahana AMPL NTT Edisi 3 Juli Tahun 2010

    3/12

    dasarkan rencana Tata ruang Kota kupang terbarusatuan kemampuan lahan (SKL) untuk drainase terbagiSKL untuk Drainase Tinggi adalah daratan rendah(daratan pantai dan sungai) memiliki sudut kemiringan5%-10% meliputi sebagian besar perbukitan dan per-bukitan selatan. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) untukDrainase Menengah adalah perbukitan dengan kemirin-

    gan sudut lereng 5-30% atau >30%, terdapat di se-bagian besar wilayah Kota Kupang. SKL untuk DrainaseRendah adalah dataran rendah berawa terdapat dibagian tengah Kecamatan Oebobo dan Kelapa Lima.Maka dari itu dalam perkembangan Kota Kupang, yangdiikuti peningkatan jumlah penduduk, peningkatan ban-gunan, peningkatan sarana prasarana dan aktivitas kotalainnya, membutuhkan perencanaan prasarana draiansekota. Perencanaan bukan hanya untuk mengatasi perma-salahan sekarang, tetapi untuk antisipasi dampak nega-tive di masa yang akan datang. Arahan pengembangansistem jaringan drainase yang berhirarki dalam Rencana

    Tata Ruang Kota Kupang, diantaranya:Mengatur kembali sistem jaringan drainase kota yangberhirarki dan terpadu sesuai fungsinya, baik secarakualitas maupun kuantitasNormalisasi dan rehabilitasi saluran-saluran pembuanganyang ada dan sungai-sungai yang dimanfaatkan sebagaisaluran pembuangan air hujan agar tidak terjadi luapanakibat air hujan tidak dapat dialirkan dengan cepatNormalisasi catchment area seperti laut dan sungai yang

    mengalami sedimentasi agar kapasitas daya tampungnya dapat dioptimalkanPengembangan kanal-kanal terbuka sebagai sistem jaringan drainase primer (utama) yang

    dibangun dengan konstruksi beton yang alirannya disesuaikan dengan kondisi topografiPengembangan sistem jaringan drainase sekunder (drainase pengumpul) pada setiap sisi jalan

    dengan menggunakan lapis perkerasan (lining) yang alirannya berdasarkan topografi, sehingga tidakterjadi genangan di badan jalan pada musim hujan

    Pembuatan sistem saluran drainase tersier yang pengembangannya saling terintegrasi dan ter-padu dengan sistem jaringan drainase kota, terutama di wilayah permukiman yang belum ada jarin-gan drainase dan di wilayah permukiman baru.

    Diharapkan dalam proses pelaksanaan ini Pemerintah Daerah perlu meningkatkan peran sertamasyarakat melalui kemitraan. Perencanaan pembangunan dapat berbasis masyarakat sebagai wujudpartisipasi dalam pembangunan saluran sekitar lingkungan masyarakat, pemeliharaan parasaranalingkungan yang telah disiapkan oleh pemerintah. Masyarakat sebagai salah satu stakeholder pem-bangunan ini harus didukung bersama dalam menghasilkan perencanaan pembangunan yang terinte-grasi (Gabriel, Adu).

    AMPL NTT Newsletter Halaman 3

    Sekretariat Pokja AMPL Provinsi NTT

    Kantor Bappeda Provinsi (Bidang PP. III)

    Jl. Polisi Militer 2 Kupang

    Telp/fax. (0380) 833462 832975

    TIM REDAKSI:

    Mamun Patty, SH MSiTalo ThomasRamsis Y. TellaDavid MakuagoJacobus B. BotoorRobi lay

    SEHATI SESUARA MEMBANGUN NTT BARU

  • 7/30/2019 Wahana AMPL NTT Edisi 3 Juli Tahun 2010

    4/12

    Halaman 4Volume III : Lestarikan lingkungan sehat

    U ntuk menciptakan generasi penerus yang genius sebagian besar hanya dila- hirkan olehorang- orang yang hidup dikota, lalu bagaimana dengan saudara saudara kita di daerah pe-losok perdesaan?

    Salah satu hak dasar adalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang kita tahu olehsebagain pemerintah daerah masih dianggap sebagai sesuatu yang tidak penting. Hal itu dapat dilihatdari Rencana pembangunan jangka menengah daerah yang hanya memuat sepersekian persen untukprogram Air Minum dan penyehatan lingkungan. Hasil study Water and Sanitation (WSP) tahun 2008,buruknya kondisi sanitasi berpotensi mengakibatkan kerugian ekonomi sekitar Rp.57 triliun ataumencapai 120.000/kapita / tahun, studi ini baru hanya berfokus pada sub sector sanitasi. Hal ini da-pat menjadi bahan refleksi bagi pengambil kebijakan didaerah. Salah satu kesepakatan bangsa-bangsa, Millenium Develobment Gols (MDGs) yakni Tahun 2015, 50% penduduk dunia yang belummendapat akses Air minum dan penyehatan lingkungan harus terlayani. Indonesia adalah salah satuNegara yang menantangani kesepakatan tersebut. Hal tersebut ditandai dengan dimasukannya pro-gram air minum dan penyehatan lingkungan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Na-sional 2010-2014 dan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Bab IV butir 20 yaknipemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi.

    Semua ini dapat disimpulkan bahwa pembangunan sector air minum dan sanitasi merupakan satukesatuan yang perlu mendapat penanganan yang lebih baik!!! Lalu Bagaimana dengan pemerintahdaerah, apakah mereka juga dapat berkomitmen yang sama? Bahwa Air minum dan penyehatanlingkungan sudah saatnya menjadi prioritas! Timbul Pertanyaan Besar? Khusus untuk Nusa TenggaraTimur yang marak dikenal dengan program anggaran menuju rakyat (anggur merah) sangat tepatkarena Program air minum dan penyehatan lingkungan langsung menyentuh kebutuhan dasar darimasyarakat. Pertanyaannya, Kapankah pembangunan AMPL di anggap Penting ? Bisakah pemban-gunan AMPL menjadi sebuah isu prioritas bagi pemerintah daerah kita ? (wassalam. Obbie B.Botoor)

    Kapankah AMPLdianggap Penting

  • 7/30/2019 Wahana AMPL NTT Edisi 3 Juli Tahun 2010

    5/12

    AMPL NTT Newsletter Halaman 5

    Gemuruh tepuk tanganterdengar begitu sambutanpembukaan pelatihan fasilita-tor pembangungan Air Minumdan Penyehatan Lingkungantanggal 21- 25 Juni 2010 diaula hotel JW Marriot Sura-baya dibuka oleh Bapak Nu-groho Tri Utomo perwakilanDirektur Permukiman dan pe-rumahan rakyat. Akhir darisambutannya Beliau berpesanagar pelatihan ini memberikanmanfaat kepada kita ,khusunya peserta. Segerasetelah pelatihan ini pesertadapat menyusun rencanakerja di daerah masing-masing dan menjadi fasilitatoryang handal dan berkomitmenmenjalin kerja sama denganpemerintah daerah, pemerin-tah pusat, pokja AMPL, parapemangku kepentingan lain-

    nya, untuk memajukan daerahkhususnya melalui sectorAMPL sebagai upaya bersamadan berkontribusi terhadapupaya penanggulangan kemi-skinan.

    Peserta pelatihan iniberasal dari kalangan Birok-rat, LSM dan PerguruanTinggi, utusan dari beberapaprovinsi, kami semua banyaksekali diberikan materi oleh

    bapak dan ibu dari Bappenas,waspola facility dan dari Di-rektorat Perumahan dan Per-mukiman, yang menyangkutcara bagaimana seorang fasili-tator itu bekerja antara lainmemahami konteks pemban-gunan AMPL termasuk konsepdasar fasilitasi, mencermatii s u d a n p e r m a s a l a h a nAMPL,cara komunikasi dan ad-vokasi AMPL,kemudian bagai-mana merancang komunikasidan advokasi, sampai padamendesain fasilitasi, dan yangterakir kami melakukan prak-tek memfasilitasi sebuah acaratentang AMPL.

    Kami para peserta merasabersyukur telah mendapatkanpengetahuan yang sangat ber-manfaat bagi pengembangankapasitas pengetahuan kamitentang fasilitator.Dari sini kamimerasa terbebani dengan se-buah tugas yang amat beratyakni dapatkah kita mengimple-mentasikan pengetahuan yangsudah kami dapat dari pelatihaniniuntuk itu kami seluruh pe-serta membangun suatu ke-sepakatan bahwa setelah selesaipelatihan ini diharapkan agarkomunikasi bisa terjalin denganbaik dan terbentuknya jejaringsebagai media bertukar pen-galaman, memperkaya pengeta-huan dan memperkuat dukun-gan antar wilayah dan jugaketika seluruh peserta kembalikedaerah masing- masing.Akhirkata kami fasilitator Pemban-gunan AMPL selalu siap bila adakabupaten/ kota yang inginmengadakan pelatihan fasilitatorkami siap membantu untukmendesain dan sebagai pema-teri dalam acara tersebut, untukProvinsi NTT hubungi Sekre-

    tariat Pokja AMPL ProvinsiN T T, d / a . K a n t o r B a p p e d aProvinsi NTT(Bidang PP.III)Jl.Polisi Militer No.2 Kupang.Telp/fax.(0380) 833462 832975 atau via email;

    [email protected].(Obbie B.Botoor)

  • 7/30/2019 Wahana AMPL NTT Edisi 3 Juli Tahun 2010

    6/12

    Halaman 6Volume III : Lestarikan lingkungan sehat

    Kunjungan Belajar di Togo-togo:

    Mencari sistem pengelolaan SPAMAmanuban Timur yang mumpuni

    Mungkinkah Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) Ibu Kota Kecamatan(IKK) untuk melayani 8 desa di Kecamatan Amanuban Timur akan mengalir dengan lancar tanpa tersendat?

    Memang perlu disadari, keberlanjutan suatu SPAM, tidak terkecuali SPAM IKK Amanuban Timur sangat tergantung dari sistem pengelolaan yang maudibangun dan kesadaran masyarakat untuk menjaga keberlanjutan opera-

    sionalnya. Jika kedua hal ini diabaikan, maka mungkin saja pipa bolehmakin dekat tapi air makin jauh.

    SPAM IKK Amanuban Timur memang telah dibangun sejak 2 tahun lalu oleh Pemerintah Daerah(Pemda) Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) melalui Dinas Kimpraswil Kabupaten TTS. Proyek initelah dikerjakan sejak 2 tahun lalu. Sumber airnya dari mata air Sonbilo di desa Billa untuk melayanikebutuhan air minum di 8 desa, yaitu Bila, Oeekam, Mnelaanen, Fatukopa, Taebone, Besnam, Telukdan Oelet.

    Sejak awal rencana dibangunnya SPAM IKK ini, Dinas Pemukiman dan Tata Ruang (Kimtaru) TTS

    telah berjalan bersama-sama dengan Plan Indonesia Program Unit (PU) SoE. Hal ini mengingat Plansebagai mitra pemerintah Kabupaten TTS, senantiasa berkomitment untuk ikut serta dalam pemenu-han

    Jejaring

  • 7/30/2019 Wahana AMPL NTT Edisi 3 Juli Tahun 2010

    7/12

    AMPL NTT Newsletter Halaman 7

    pemenuhan hak-hak anak, terma-suk hak untuk mendapatkan airbersih yang memadai. Di sampingitu, proyek ini berada di wilayahdesa-desa dampingan Plan Indone-sia PU SoE. Di sini Plan IndonesiaPU SoE yang berperan dalam mem-

    persiapkan sosial masyarakatdalam pengelolaan dan pemeli-haraan SPAM IKK Amanuban Timurtersebut.

    Hingga kini pengerjaan fisikproyek ini sudah hampir rampung.Sehingga untuk menjaminkelancaran pengelolaannya nanti,maka perlu dicari suatu sistempengelolaan (manajemen) yangmumpuni.

    Untuk itu, pada beberapa waktu lalu Plan Indonesia PU SoE memfasilitasi digelarnya sebuah

    Lokakarya untuk mencari model pengelolaan SPAM IKK Amanuban Timur. Lokakarya itu dihadiriperwakilan masyarakat dari 8 desa yang terdiri dari Kepala Desa dan tokoh adat, Tokoh Masyarakat,Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) TTS dan Pemda TTS.

    Lokakarya itu akhirnya berhasil ditimba kesepakatan bahwa pengelolaan SPAM IKK AmanubanTimur harus didasarkan atas asas Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat di 8 desa penerima manfaatdengan pembinanya adalah Instansi Teknis Pemerintah Kabupaten (Pemkab) TTS.

    Untuk memperkuat gambaran dan sebagai bahan referensi mengenai sistem pengelolaan yangtelah disepakati, maka Plan Indonesia PU SoE memfasilitasi sejumlah pemangku kepentingan yangmerupakan wakil peserta lokakarya melakukan Kunjungan Belajar di Badan Pengelola Air Minum(BPAM) Togo-Togo, Kabupaten Jeneponto, Propinsi Sulawesi Selatan.

    Para tokoh yang ikut serta dalam studi banding ini antara lain, Kundrat Marianan dan Buce Liudari unsur DPRD TTS, Jack Benu dan Eli Nitiano dari unsur Dinas Kimtaru TTS, Daniel Taneo perwaki-

    lan dari unsur tokoh masyarakat, Oky Laisnima mewakili forum Daerah Aliran Sungai (DAS) TTS, DidiHaryadi dari Perusahaan Daerah Air Minum(PDAM) Soe. Juga 2 orang perwakilan dari Plan IndonesiaPU Soe, Pramodhana Purnalaksita (PUM) dan Robert Nufninu (WASH Fasilitator).

    BPAM Togo-togo dipilih sebagai tempat belajar, karena BPAM Togo-togo merupakan salah satumodel SPAM yang pengelolaannya secara mandiri oleh masyarakat dengan jangkauan pelayananmeliputi enam Desa.

    Dari kunjungan belajar itu banyak data yang berhasil digali. Sari dari data itu antara lain, BPAMTogo-togo pada awal berdirinya mendapat pendampingan dari Plan Indonesia Jeneponto. Namun sis-temnya murni dibangun oleh masyarakat. Motor utamanya adalah seorang tokoh agama yang secaragigih dan tak kenal lelah menyadarkan masyarakat untuk membangun sistem pengelolaannya.

    Walaupun pernah mengalami masa pasang-surut, namun BPAM Togo-togo terus berbenah danmengevaluasi diri hingga akhirnya menjadi BPAM yang murni dikelola masyarakat secara mandiri.

    Hingga kini BPAM Togo-togo telah membuka 1.318 sambungan rumah (SR) yang tersebar di 6 desa.Semoga saja ada pelajaran dari Togo-togo yang dapat diaplikasi dalam pengelolaan SPAM IKKAmanuban Timur. (Robert Nufninu, WASH Fasilitator PU SoE)

    AMPL - NTT

  • 7/30/2019 Wahana AMPL NTT Edisi 3 Juli Tahun 2010

    8/12

    Halaman 8Volume III : Lestarikan lingkungan sehat

    Menyadari pentingnya pembangunan AMPL berbasis masyarakat , makaPlan Indonesia Program Unit Kefa bersama Bappeda Kabupaten TTU

    bekerjasama menyelenggarakan Lokakarya pembentukan Pokja AMPL TTU yang bertempat di Ruang Rapat Bappeda Kabupaten TTU 1

    Maret 2010

    Lokakarya dihadiri oleh perwakilan dari Pokja AMPL Pusat (Pak Husein dan Pak Oswar), Pokja AMPLProvinsi. Sedangkan peserta kabupaten terdiri dari perwakilan dari PDAM, Dinas Kesehatan,Bapedalda, Pemuka Agama, Yabiku (Yayasan Bife Kuan), pihak penyelenggara (Bappeda KabupatenTTU dan PUM /Program Unit Manager Plan Indonesia).Unit Manager Plan Indonesia Ferdinandus Sudirman, mengemukakan masalah utama pembangunanAMPL di Kabupaten TTU antara lain : 1) Adanya degradasi regulasi terhadap pemusatan pemukimanyang mengharuskan berada di sepanjang pinggir jalan untuk mempercepat pelayanan sehingga men-yebabkan hilangnya komunitas masyarakat yang dekat dengan air; 2) Adanya perbedaan paradigmapersoalan air yang semula bersifat sosial bergeser pada sifat ekonomis karena investasi, kesulitandaerah untuk menyediakan sarana prasarana investasi daerah, dan ; 3) Kebijakan penganggaran yangbelum berpihak pada pembangunan AMPL. Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara , menyadaribahwa akses masyarakat terhadap air bersih masih sangat rendah yang setiap tahun berimplikasipada timbulnya penyakit seperti diare dan ISPA termasuk rendahnya penggunaan jamban berakibatpraktek BAB di sembarang tempat. Permasalahan beruntun yang terjadi adalah konflik pengelolaanair minum yang bersumber dari mata air Mutis dimana digunakan oleh 2 (dua) kabupaten yang meli-batkan penduduk/suku setempat, berkurangnya debit air akibat penebangan hutan dan adanyapenambangan mangan.Berdasarkan permasalahan dan potensi yang ada , maka sudah saatnya pembangunan AMPL di Kabu-paten TTU di fasilitasi dan dikoordinasi dalam rangka percepatan pembangunan AMPL untuk mencapaitarget MDGs. Wadah yang diharapkan adalah Pokja AMPL (Kelompok Kerja Air Minum dan PenyehatanLingkungan). Namun pada Lokakarya pembentukan Pokja AMPL ini, masih terdapat kendala kendalateknis berkaitan dengan perampungan draft SK Pokja AMPL.Kegiatan berlangsung lancar, dan ditutupoleh Kepala Bappeda Kabupaten TTU pada jam. 16.00 Wita. Sebagai rencana tindak lanjut disepakati

    bahwa Draft SK Pokja AMPL akan digodok lagi , kemudian anggota terpilih akan dilantik oleh Bupatipada kesempatan terpisah. (Selfina Naibobe, ST )

    REPLIKASI POKJA AMPL TIMOR TENGAH UTARA

  • 7/30/2019 Wahana AMPL NTT Edisi 3 Juli Tahun 2010

    9/12

  • 7/30/2019 Wahana AMPL NTT Edisi 3 Juli Tahun 2010

    10/12

    Halaman 10Volume III : Lestarikan lingkungan sehat

    Untuk Sistem Sanitasi Sederhana,Diaplikasikan Di Panti Asuhan MARIAE GRIGNIAN LOUIS DE MONFORT Di Kupang, NTT

    (Decentralized Wastewater Treatment Systems)

    Panti Asuhan, yang didirikan pada tanggal 30 November 1996, yang dihuni 50 anak anak, dari umur10 bulan sampai 16 tahun. Selain itu 6 suster dan 8 staff tinggal disana yang peduli dan men-

    jalankan Panti Asuhan setiap harinya. Panti Asuhan hanya mengandalkan sumur gali dengan kedala-man sampai 20 meter yang mereka gunakan setiap harinya dengan cara di timba. Jadi konsek-wensinya, air yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga panti sangat terbatas. Walaupunmereka mengalami kelangkaan air, namun untuk urusan sanitasi, mereka masih menggunakan airbersih untuk membersihkan diri setelah BAB.Akhir September tahun 2008 BALIFOKUS menerima sedikit dana dari Kedutaan Besar Jerman untukmeningkatkan sistem sanitasi di Panti Asuhan Mariae Grignian Louis De Monfort yang berlokasi diSikumana, Kota Kupang, NTT. Dalam kaitan dengan beberapa tantangan teknis, proyek harus selesaidikerjakan pada akhir Maret tahun 2009.Panti Asuhan juga menyediakan 3 kali makan untuk anak anak dan remaja. Mereka menggunakankayu bakar untuk memasak. Setiap minggunya mereka harus membeli kayu bakar dengan kisaranRp. 100.000 150.000,-, jadi setiap bulannya mereka bisa menghabiskan sekitar Rp. 400.000 600.000,- hanya untuk kayu bakar saja. Panti Asuhan selain menjalankan Sekolah Dasar dan jugamenyediakan keterampilan untuk anak anak muda. Panti Asuhan memelihara ternak ayam, babi,dan kambing untuk mendukung perekonomian panti dan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi anak anak.Menanggapi terbatasnya suplai air dan kebutuhan teknologi di Panti Asuhan, BALIFOKUS membantumemasangkan modul DEWATS (Decentralised Wastewater Treatment System) berbahan bakufiberglass yang terdiri dari 1 unit biodigester,1 unit bak sedimentasi dan 6 septiktank bersusun yang di pabrikasi oleh perusahaan fiberglass lokalatas dasar desain dari kami. Total biaya untuk komponen system sanitasi sederhana ini sekitar Rp.91.000.000,-Kotoran hewan ternak dan kotoran manusia dari toilet disalurkan ke biodigester untuk memproduksicukup gas dan bisa digunakan untuk memasak. Air keluaran dari pengolahan limbah sistem DEWATSaman untuk lingkungan dan bisa digunakan untuk mengairi kebun dan tanaman jagung.Dampak positif proyek untuk lingkungan sekitar adalah :a. Memperbaiki kondisi sanitasi di lingkungan Panti Asuhan.b. Menambah pengetahuan suster, staff, dan anak anak tentang isu isu sanitasi dan teknologi

    sederhana DEWATS, dan bagaimana mengoperasikan dan merawatnya.c. Mengurangi biaya untuk kayu bakar. Setelah 1 bulan pertama menggunakan gas dari biodigester,

    biaya suster untuk kayu bakar berkurang Rp. 100.000,-. Pembiayaan di harapkan menjadi lebihbanyak berkurang di bulan bulan kedepannya setelah sistem mulai dan berjalan 3 bulan.

    d. Peningkatan kapasitas orang lokal terutama untuk tukang tukang lokal.Panti Asuhan ini bisa cukup menjadi contoh untuk Panti Asuhan yang lain di Kupang dan wilayah lain-nya terutama daerah daerah yang kekurangan air. *** (yuyun/chris/mar2009)

    Lahan yang berbatu, tantanganteknis pada saat mengimplemen-tasikan sistem

    Kondisi terakhir setelah proyekselesai

    Produksi biogas yang dihasil-kan digunakan untuk mema-sak

  • 7/30/2019 Wahana AMPL NTT Edisi 3 Juli Tahun 2010

    11/12

    AMPL NTT Newsletter Halaman 11

    Pertemuan diatas bermaksudmengidentifikasi permasalahanseretnya pembangunan Sarana

    Air Bersih (SAB) di Halimodokdan Bauho, berikut mencarisolusi untuk finalisasi pemban-gunan SAB dan Sanitasi di duadesa intervensi dukungan Uni-cef tersebut.Pernyataan Bapak Hendrik,demikian beliau biasa disapa,merupakan representan darikerinduan masyarakatnyaakan air bersih yang direnca-nakan mengalir masuk ker u m a h - r u m a h w a r g a( perpipaan system sambunganrumah/SR ). Pemerintah Kabu-paten Belu dengan dukunganUnicef berupaya menjawabkerinduan mereka denganmengusung Program Air Minumdan Penyehatan LingkunganBerbasis Masyarakat (AMPL-

    BM) yang diimplementasikansejak tahun 2008.Dari hasil identifikasi masalah,kendala utama yang ditemukanadalah minimnya partisipasimasyarakat Yang disebabkanoleh minimnya leadership daristakeholder Desa dan kendalatenaga teknis yang kurang pro-fesional dan bertanggung

    jawa b dal am mena ng an i

    pekerjaan SAB. Suksesi kepaladesa pada dua Desa pada duadesa intervensi sangat mem-pengaruhi partisipasi masyara-kat. Selama masa transisi dan

    Kami sangat butuhkan air minum. Kami sangat berkomitmen un-tuk menyelesaikan pekerjaan perpipaan di desa kami karena air

    Kata-kata ini terlontar dari mulut Kepala Desa Halimodok, Bapak Hendrikus

    Tes ketika memberikan kata sambutan pada saat rapat bersama Bapak Kepala Bappeda Kabupaten Belu, drg. Falentinus Pareira dengan masyarakat Desa Halimodok dan Bauho di Kantor Desa Halimodok, Jumat (26 Mei 2010).

    proses suksesi, konsentrasimasyarakat terarah padapemilihan kepala desa. Peruba-han iklim yang sangat ekstrimdi Belu juga menyebabkanpekerjaan perpipaan di DesaBauho dan Halimodok terham-

    bat ( musim hujan yang tidak menentu pada awal tahun ini ).Tenaga teknis yang menanganipekerjaan SAB menjadi ken-dala tersendiri karena kurangprofesional dan tidak punyakomitmen untuk segera men-yelesaikan pekerjaannya.Bertolak dari masalah yang di-hadapi, masyarakat lewatKepala Desanya sepakat untukmerampungkan pekerjaan per-pipaan ini. Komitmen masyara-kat ini muncul di sampingkarena tuntutan kebutuhanmereka, juga desakan dariKepala Bappeda Kab. Belu, drg.Falens Pareira, untuk secepat-nya menyelesaikan pemban-gunan SAB Jika pipa -pipayang ada di Kantor Desa ini

    belum terpasang sebelumtanggal 17 Agustus tahun ini,maka saya selaku Kepala Bap-peda akan angkat pipa danmengalihkan program ke desalain yang lebih membu-tuhkannya, kata drg. Falens. Di bawah koordinasi Camat Ta-sifeto Timur masyarakatmenyusun jadwal kerja danmembagi kelompok kerja agar

    pekerjaan yang dilaksanakanlebih efisien dan efektif. KepalaDesa mengeluarkan KeputusanDesa untuk finalisasi Pemban-gunan SAB baik di Desa Hali-

    modok maupun Desa Bauho.Menurut Kepala Desa Bauho,Bapak Edmund Atean, esensiadalah memotivasi masyarakatagar terlibat aktif dalam upayafinalisasi pembangunan SABdan sanitasi. Bagi masyarakat

    yang tidak bekerja sesuai jad-wal dan kelompok kerja yangtelah disepakati, harus mem-bayar denda per hari Rp.25.000. Uang yang ada dipakaiuntuk biaya makan minumpara tukang/ teknisi yangbekerja. Keputusan Desa ini

    juga berlaku di Desa Halimo-dok. Saya sebagai KepalaDesa sudah membayar dendakarena sehari tidak bekerja.Saya membawa ayam 1 ekorsebagai denda, dan ayam itudipakai untuk lauk waktumasyarakat dan teknisi melan-

    jutkan pekerjaan perpipaan diDusun Lianain, Desa Halimo-dok, kata Bapak Hendrik Tes. Pertemuan dengan KepalaBappeda dan monitoring oleh

    Pak Reza Hendrawan ( POTechnical Unicef ) pada tanggal30 Juni-1 Juli 2010 yang laluberdampak sangat signifikan.Kini, instalasi pipa di DusunLianain, Desa Halimodok sudahmemasuki perkampungan. Se-dangkan instalasi pipa di DesaBauho baru dilakukan darisumber mata air menuju reser-voir Bauho. Masyarakat tetap

    berkomitmen bahwa sebelumtanggal 17 Agustus, pekerjaanSAB di Desa Bauho dan Hali-modok sudah rampung. ( yosruang )

  • 7/30/2019 Wahana AMPL NTT Edisi 3 Juli Tahun 2010

    12/12

    Halaman 12Volume IiI : Lestarikan lingkungan sehat

    Sistem Drainase yang Baik,Kota Larantuka Terhindar dari Banjir

    B anjir pada musim penghujan, yang pernah menelan korban puluhan jiwa luka, meninggal dan rusaknya permukiman dan sarana dan prasarana kota. Pemerintah Daerah harus

    memperhatikan sistem drainase kota sebagai satu kesatuan penataan struktur ruang kota, selain memenuhi kebutuhan jaringan utilitas kota, juga sistem drainase yang dapat mengu-

    rangi resiko bencana yang mungkin terjadi.

    Beberapa bagian dari Kota Larantuka sering terjadi banjir jika musim penghujan turun. Lokasi banjirini seperti melanda Kelurahan Weri, Larantuka, Postoh dan Lokea. Badan jalan dan permukiman pen-duduk menjadi jalur banjir menuju ke pantai. Bencana banjir bandang pun pernah terjadi di Kota Lan-tuka. Bencana ini terjadi pada 2 peristiwa di bulan Februari 1979 dan terulang kembali di bulan Meitahun 2004 lalu. Bencana banjir bandang ini menelan puluhan korban jiwa dan rusaknya permukimandan sarana dan prasarana kota. Kondisi ini pemerintah kota sangat perlu memperhatikan sistemdrainase kota sebagai satu kesatuan penataan struktur ruang kota, selain memenuhi kebutuhan jarin-

    gan utilitas kota, juga sistem drainase yang dapat mengurangi resiko bencana yang mungkin terjadi.Banjir yang terjadi dipengaruhi topografi Kota Larantuka berada pada 0-45%, dimana Kota beradadibawah lereng gununu Ile Mandiri. Dipengaruhi juga oleh vegetas tutupan lahan/ erosi parit di lahanbagian hulu DAS, kondisi sistem drainase eksisting yang kurang memadai antara saluran tersier, salu-ran pengumpul (sekunder) dan saluran utama (primer), yang belum memperhatikan resiko bencanabanjir. Saluran utama (primer) yang belum terencana dengan baik sebagai saluran utama yang dapatmenampung kapasitas air.Perencanaan sistem prasarana drainase Kota Larantuka tidak hanya untuk wilayah hilir saja, tetapimemperhatikan daerah Hulu DAS, dengan memperhatikan resiko bencana. Perwujudan sistem perin-gatan dini (Early Warning Sistem) terhadap resiko bencana banjir, terutama banjir bandang yang ser-ing melanda kota Larantuka.Pemerintah Daerah perlu memperhatikan sistem prasarana drainase kota, dimana sistem prasarana

    ini ikut mendukung dalam antisipasi bencana banjir bandang yang sering melanda Kota Larantuka.Adanya perencanaan wilayah yang berbasis bencana merupakan upaya mengurangi resiko bencanayang dapat terjadi, sehingga dapat mengurangi korban jiwa, kerusakan infrastruktur kota sehinggaaktivitas Kota Larantuka dapat tetap berjalan lebih baik (GDH).