Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315 - Harry Dwi...

10

Transcript of Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315 - Harry Dwi...

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

v

131

PEMBELAJARAN PERKALIAN PECAHAN MENGGUNAKAN PLASTIK MIKA DI KELAS V

Oleh : Helni Indrayati1, Ratu Ilma Indra Putri

2, Somakim

3 ………………………………………

139

PENGEMBANGAN SOAL OPEN-ENDED PADA POKOK BAHASAN LUAS PERMUKAAN

DAN VOLUME BALOK

Oleh : Henry Kurniawan1, Ratu Ilma Indra Putri

2, Yusuf Hartono

2 ……………………………..

145

PENGGUNAAN LENGHT MODELSDAN METODE BALANCING PADA PEMBELAJARAN

PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL

Oleh: Hermaini1 Ratu Ilma

2, Darmawijoyo

3 ......................................................................................

152

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO UNTUK

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS MAHASISWA

Oleh: Ika Wahyu Anita .........................................................................................................................

161

PENGARUH VISUAL BASIC APPLICATION FOR EXCEL TERHADAP KEMAMPUAN

KREATIF MAHASISWA TENTANG DEFINISI DAN TEOREMA MATEMATIKA

Oleh: Martin Bernard............................................................................................................................

167

ANALISA TERHADAP KECEMASAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

Oleh: Masta Hutajulu.............................................................................................................................

176

PENERAPAN PENDEKATAN INDUKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA

Oleh: Maya Siti Rohmah .......................................................................................................................

183

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN

PERSONALIZED SYSTEM OF INSTRUCTION

Oleh: Ratni Purwasih ............................................................................................................................

187

PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER UNTUK MENGEMBANGKAN

KEMAMPUAN PEMAHAMAN OPERASI PERKALIANSISWA SEKOLAH DASAR

Oleh: Siti Chotimah................................................................................................................................

197

OPTIMALISASI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY

REPETITION (AIR)

Oleh: Sukasno, Drajat Friansah, & Intiana Hijrah Yumanif .......................................................

202

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR GEOMETRI RUANG MELALUIPROBLEM BASED

LERNING (PBL) BERBANTUAN GEOGEBRA 5.0 UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

VISUAL-SPATIAL THINKING MAHASISWA

Oleh: Sumarni 1)

, Anggar Titis Prayitno2)

...........................................................................................

210

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA

MATERI VOLUME KUBUS UNTUK SISWA SMP

Oleh: Tarsudin1, Zulkardi

2, Darmawijoyo

2 ........................................................................................

221

OPTIMALISASI PENGGUNAAN VIDEO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Oleh: Usman Aripin ...............................................................................................................................

225

PENERAPAN METODE CONNECTING ORGANIZING REFLECTING EXTENDING

TERHADAP DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMP

Oleh: Wahyu Setiawan ..........................................................................................................................

232

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

REFLEKTIF MATEMATIS SISWA SMA DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DISERTAI

STRATEGI WHAT IF

Oleh : Harry Dwi Putra .........................................................................................................................

Typewritten text
NOT

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 131

Pengembangan Instrumen untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Reflektif Matematis Siswa SMA dengan Pendekatan

Harry Dwi Putra

Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi

[email protected]

ABSTRAK

1. Pendahuluan

1.1. Latar belakang

Kemampuan berpikir matematis menjadi fokus dalam pembelajaran matematika di sekolah.

Guru mestinya memfasilitasi siswa agar dapat melatih kemampuan berpikir matematis

tingkat tinggi siswa, salah satunya adalah kemampuan berpikir reflektif matematis. Garrison,

et al (2004) menyatakan bahwa apabila kemampuan berpikir reflektif dikembangkan pada

siswa, mereka akan cenderung untuk mencari kebenaran, berpikir terbuka, toleran terhadap

ide-ide baru, dapat menganalisis masalah dengan baik, berpikir secara sistematis, penuh rasa

ingin tahu, dewasa dalam berpikir, dan berpikir secara mandiri.

Namun, hasil penelitian Nindiasari (2011) pada siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) di

Kabupaten Tangerang menunjukkan bahwa hampir 60% siswa belum memberikan hasil

memuaskan dalam mengerjakan soal-soal yang memuat indikator proses berpikir reflektif

matematis. Ini menunjukkan bahwa tes kemampuan berpikir reflektif matematis jarang

Scientific Disertai Strategi What If Not

Kemampuan berpikir reflektif matematis merupakan salah satu kompetensi berpikir

tingkat tinggi yang juga sangat penting dikembangkan pada siswa, karena mereka

akan cenderung untuk mencari kebenaran, berpikir terbuka dan toleran terhadap

ide-ide baru, dapat menganalisis masalah dengan baik, berpikir secara sistematis,

penuh rasa ingin tahu, dewasa dalam berpikir, serta dapat berpikir kritis secara

mandiri. Pendekatan scientific merupakan pendekatan yang memfasilitasi siswa agar

memperoleh pengetahuan dan keterampilan berdasarkan metode ilmiah, yaitu

mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring (menyimpulkan,

menyajikan, serta mengkomunikasikan). Melalui strategi what if not terjadi proses

berpikir siswa dalam menganalisis masalah, mempertentangkan kondisi pada masalah,

dan memeriksa kebenaran penyelesaian. Oleh karena itu, diperlukan instrumen untuk

meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis melalui pendekatan scientific

disertai strategi what if not. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang

akan menghasilkan produk berupa instrumen. Metode penelitian terdiri dari tahap-

tahap, yaitu: pendahuluan (studi pustaka, observasi, dan wawancara), pengembangan

produk (instrumen), validitas dari tim ahli, dan uji coba terbatas pada siswa kelas XI

di SMA Negeri Cimahi dengan kriteria sekolah tinggi, sedang, dan rendah.

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa instrumen yang dikembangkan

meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan tes kemampuan

berpikir reflektif matematis. Silabus mengenai materi aturan pencacahan. RPP disusun

sesuai dengan pendekatan scientific disertai strategi what if not. Tes disusun sesuai

dengan indikator kemampuan berpikir reflektif matematis. Setelah dilakukan uji coba

terbatas, diperoleh instrumen yang valid.

Kata Kunci: Instrumen, Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis, Pendekatan

Scientific, Strategi What If Not.

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

132 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

dilatihkan guru pada siswa. Menurut Herman (2012) bahwa tugas matematika yang

diberikan kepada siswa harus dapat membuat siswa melakukan aktivitas mengamati dan

mengeksplorasi fenomena-fenomena matematika sehingga menuntut siswa berpikir secara

optimal sesuai kemampuannya.

Dalam kurikulum 2013 yang diterapkan saat ini menekankan guru menggunakan pendekatan

scientific dalam pembelajaran. Dalam pendekatan scientific terdapat aktivitas mengamati,

menanya, mencoba, menalar, dan menyimpulkan (Kemdikbud, 2013). Berdasarkan

wawancara dengan tiga guru di SMAN Cimahi, siswa kesulitan dalam mengajukan

pertanyaan terhadap permasalahan yang dihadapi. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan

strategi what if not dengan cara mengubah informasi atau data, menambah informasi pada

data, mengubah nilai data yang ada dengan pertanyaan yang sama, dan mengubah

pertanyaan dengan data yang sama.

Melalui strategi ini siswa dapat membuat pertanyaan berdasarkan permasalahan yang mereka

hadapi dan melakukan refleksi untuk memeriksa kebenaran dari jawaban atas pertanyaan

tersebut. Mengingat begitu pentingnya kemampuan berpikir reflektif untuk dilatihkan pada

siswa, perlu disusun instrumen untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis

siswa SMA melalui pendekatan scientific disertai strategi what if not.

1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan instrumen

kemampuan berpikir reflektif matematis pada siswa SMA dengan pendekatan scientific

disertai strategi what if not?

1.4. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru dan pihak yang terkait untuk

menggunakan instrumen ini dalam mengukur kemampuan berpikir reflektif matematis siswa

sekolah menengah pada materi aturan pencacahan. Selain itu, siswa menjadi berkembang

kemampuan berpikir matematis tingkat tingginya dalam menyelesaikan tes kemampuan

berpikir reflektif matematis.

2. Metode Penelitian

2.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menghasilkan instrumen untuk

meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa. Instrumen yang disusun

divalidasi oleh tim ahli. Instrumen yang telah valid diujicobakan di tiga sekolah menengah

dengan peringkat tinggi, sedang, dan rendah, yaitu SMAN 2, 3, dan 4 Cimahi.

2.2. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah dua orang tim ahli yang akan memvalidasi instrumen, tiga

guru yang mengajar matematika di masing-masing sekolah menengah untuk diwawancara,

dan sepuluh siswa kelas XII yang telah mempelajari materi aturan pencacahan untuk uji coba

instrumen.

1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan tersusunnya instrumen kemampuan berpikir reflektif

matematis siswa SMA dengan pendekatan scientific disertai strategi what if not.

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 133

2.3. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu studi pendahuluan, pengembangan

instrumen, serta uji ahli dan terbatas. Studi pendahuluan bertujuan untuk menelaah teori

tentang kemampuan berpikir reflektif matematis, pendekatan scientific, dan strategi what if

not. Pada tahap pengembangan tersusun instrumen yang sesuai dengan kajian teori yang

dirujuk.

2.4. Instrumen Penelitian Instrumen yang dihasilkan dari penelitian ini terdiri dari silabus mengenai materi aturan

pencacahan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan scientific disertai

strategi what if not, dan tes kemampuan berpikir reflektif matematis. Untuk memperoleh

seperangkat instrumen yang valid digunakan pedoman wawancara, catatan lapangan, dan

lembar penilaian. Pedoman wawancara untuk mewawancarai guru dalam memperoleh

masukan terhadap instrumen. Catatan lapangan untuk mencatat masukan dari guru dan siswa

terhadap instrumen yang digunakan. Lembar penilaian untuk memperoleh nilai dari dua

orang tim ahli sebagai validator terhadap layak atau tidaknya instrumen yang dipakai. Tes

digunakan untuk melihat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran dari

kelima butir soal.

100% k

NNk

2 22 2

xy

N XY X Yr

N X X N Y Y

Keterangan:

X : Nilai rata-rata soal-soal tes pertama perorangan

ΣX : Jumlah nilai-nilai X

ΣX² : Jumlah kuadrat nilai-nilai X

Y : Nilai rata-rata soal-soal tes kedua perorangan

2.5. Teknik Analisis Data

2.5.1. Data Pedoman Wawancara dan Catatan Lapangan. Dianalisis dengan memisahkan data yang penting dan tidak penting serta menyusun data

untuk diinterpretasikan sebagai pedoman melakukan perbaikan instrumen

2.5.2. Lembar penilaian. Dianalisis dengan mengklasifikasi pilihan kedua validator pada masing-masing butir

penilaian untuk melihat layak atau tidaknya instrumen. Rumus yang digunakan untuk

menentukan kelayakan instrumen (Purwanto, 2010), yaitu:

Keterangan:

N : Persentase aspek

k : Jumlah nilai dari aspek

Nk : Jumlah nilai yang harus dicapai

Kriteria kelayakan ditetapkan, sebagai berikut:

Sangat layak : 83,5% - 100%

Layak : 64% - 83%

Cukup layak : 44,5% - 63%

Tidak layak : 25% - 44%

2.5.3. Tes Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis.

Tes yang telah diujicobakan pada siswa dihitung validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran dengan rumus (Ruseffendi, 2005). Untuk menentukan validitas butir soal

digunakan rumus, sebagai berikut:

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

134 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

r

Sedang : 0,40 0,70xyr

Rendah : 0,20 0,40xyr

2 2

21

j i

p

j

DB DBbr x

b DB

dengan

222 i ii

X XDB

N N

dan

222

j

Y YDB

N N

Keterangan:

: Koefisien reliabilitas tes

b :

Variansi skor seluruh soal menurut skor siswa perorangan

: Variansi skor soal tertentu (soal ke-i)

∑ : Jumlah variansi skor seluruh soal menurut skor soal tertentu

r

Sedang : 0,40 0,70pr

Rendah : 0,20 0,40pr

   

A Bp

A

JB JBD

JS SMI

Keterangan:

Dp : Indeks daya pembeda

: Jumlah skor kelas atas

: Jumlah skor kelas bawah

Untuk menentukan reliabilitas tes digunakan rumus, sebagai berikut:

Banyak soal

:

Tinggi : 0,70 rxy 0,90

Sangat rendah : 0,00 rxy 0,20

ΣY : Jumlah nilai-nilaiY

ΣY² : Jumlah kuadrat nilai-nilai Y

XY : Perkalian nilai-nilai X dan Y perorangan

ΣXY : Jumlah perkalian nilai X dan Y

N : Banyaknya pasangan nilai

Kriteria validitas butir soal ditetapkan, sebagai berikut:

Sangat tinggi : 0,90   xy 1,00

Tinggi : 0,70 rp 0,90

Kriteria reliabilitas tes ditetapkan, sebagai berikut:

Sangat tinggi : 0,90   p 1,00

Untuk menentukan daya pembeda butir soal digunakan rumus, sebagai berikut:

Sangat rendah : 0,00 rp 0,20

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 135

Sedang : 0,20 0,40pD

Keterangan:

IK : Indeks kesukaran

: Banyaknya jawaban benar kelompok atas

: Banyaknya jawaban benar kelompok bawah

JSA : Jumlah skor kelas atas atau bawah(25% dari jumlah seluruh peserta tes)

SMI :

Sukar : 0,00 0,30kI

Sedang : 0,30 0,70kI

Mudah : 0,70 1,00kI

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

3.1. Hasil Penelitian

Berikut ini disampaikan hasil penelitian yang telah dilakukan.

3.1.1. Studi Pustaka.

Pada kegiatan ini, dilakukan kajian teori mengenai penyusunan silabus dan RPP berdasarkan

Kurikulum 2013 pada materi aturan pencacahan menggunakan pendekatan scientific disertai

strategi what if not. Menentukan indikator kemampuan berpikir reflektif matematis yang

diadaptasi dari indikator berpikir kritis (Sumarmo, 2010). Indikator dari kemampuan berpikir

reflektif matematis yang telah ditetapkan, yaitu membedakan data relevan dan tidak relevan

mengenai aturan perkalian; menganalisis dan mengklarifikasi jawaban mengenai aturan

perkalian; menggeneralisasi dan menganalisis generalisasi mengenai permutasi dan

kombinasi; menginterpretasikan suatu kasus berdasarkan konsep peluang; memeriksa

kebenaran suatu argumen mengenai peluang; serta menarik analogi dari dua kasus peluang

yang serupa.

3.1.2. Observasi ke Lapangan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru di SMAN 2, 3, dan 4 Cimahi,

diperoleh bahwa soal tes kemampuan berpikir reflektif matematis masih jarang dilatihkan

Baik : 0,40 Dp 0,70

JSA : Jumlah skor kelas atas atau bawah(25% dari jumlah seluruh peserta tes)

SMI : Skor maksimal ideal

Kriteria daya pembeda butir soal ditetapkan, sebagai berikut:

Sangat baik : 0,70  Dp 1,00

Tidak baik : Dp 0,00

Untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal digunakan rumus, sebagai berikut:

Kurang baik : 0,00 Dp 0,40

Skor maksimal ideal

Kriteria tingkat kesukaran butir soal ditetapkan, sebagai berikut:

Terlalu sukar : Ik 0,00

Terlalu mudah : Ik 1,00

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

136 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

kepada siswa. Guru biasanya menggunakan soal-soal pada buku pegangan siswa sebagai

latihan. Soal yang terdapat pada buku tersebut hanya bersifat soal pemecahan masalah biasa,

belum melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir reflektif mereka.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru di tiga sekolah tersebut telah menerapkan

pendekatan scientific meliputi aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan

menyimpulkan. Pada aktivitas menanya, siswa sedikit yang aktif mengemukakan

pendapatnya. Mereka bingung dalam menyusun pertanyaan. Untuk mengatasi ini, pada

aktivitas menanya dapat menggunakan strategi what if not dengan merubah data, menambah

data, mengubah data tetapi pertanyaan sama, atau mengubah pertanyaan dengan data yang

sama.

3.1.3. Penyusunan Instrumen.

Berdasarkan studi pustaka dan hasil wawancara selanjutnya dapat disusun silabus, RPP, dan

kisi-kisi tes kemampuan berpikir reflektif. Silabus berkenaan dengan materi aturan

pencacahan, terdiri dari aturan perkalian, faktorial, permutasi, kombinasi, binomial newton,

dan peluang. RPP disesuaikan dengan langkah-langkah pendekatan scientific disertai dengan

strategi what if not. Penyusunan kisi-kisi dan tes berdasarkan indikator kemampuan berpikir

reflektif matematis yang terdiri dari 5 butir soal.

Kriteria Kelayakan Soal (%)

1 2 3 4 5

1. Validator 1 62,50 60,42 56,25 62,40 58,33

2. Validator 2 58,33 56,25 64,58 62,50 56,25

Rerata 60,42 58,33 62,50 61,46 57,29

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa rerata persentase kelayakan soal berada di antara

3.1.5. Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis.

Pada Tabel 2 di bawah ini disajikan rekapitulasi hasil uji coba terbatas tes kemampuan

berpikir reflektif matematis yang diberikan kepada 10 siswa kelas XII yang telah memahami

materi aturan pencacahan. Tes terdiri dari 5 soal dengan skor maksmimum ideal adalah 14.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis

Soal Validitas Kriteria Reliabilitas Kriteria DP Kriteria IK Kriteria

1. 0.53 Sedang

0.54 Sedang

0.22 Cukup 0.44 Sedang

2. 0.45 Sedang 0.33 Cukup 0.50 Sedang

3. 1.07 Sangat Tinggi 0.67 Baik 0.67 Sedang

4. 0.64 Sedang 0.67 Baik 0.67 Sedang

5. 0.97 Sangat Tinggi 0.33 Cukup 0.61 Sedang

Skor maksimum ideal dari kelima soal kemampuan berpikir reflektif matematis adalah 14.

Apabila siswa menjawab dengan benar pada soal pertama bernilai 2, soal kedua bernilai 2,

soal ketiga bernilai 2, soal keempat bernilai 4, dan soal kelima bernilai 4. Pada soal pertama,

sebanyak 40% siswa memperoleh skor 2 dan sebanyak 60% siswa memperoleh skor 1. Pada

Tabel 1. Hasil Uji Kelayakan Instrumen Tes Berpikir Reflektif Matematis

No. Ahli

3.1.4. Validasi Tim Ahli. Berikut ini disajikan hasil validasi dari dua dosen pembimbing mengenai soal tes

kemampuan berpikir reflektif matematis yang telah disusun.Kriteria penilaian butir soal

terdiri dari isi, penyajian, dan kebahasaan.

44,50%83,00% berarti bahwa tes kemampuan berpikir reflektif cukup layak (valid)

untuk diujicobakan pada siswa.

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 137

soal kedua, sebanyak 50% siswa memperoleh skor 2, sebanyak 40% siswa memperoleh skor

1, dan sebanyak 10% siswa memperoleh skor 0 karena tidak memberikan jawaban.

Pada soal ketiga, sebanyak 50% siswa memperoleh skor 2, sebanyak 40% siswa memperoleh

skor 1, dan sebanyak 10% siswa memperoleh skor 0 karena jawaban yang diberikan salah.

Pada soal keempat, sebanyak 30% siswa memperoleh skor 3, sebanyak 30% siswa

memperoleh skor 2, sebanyak 30% siswa memperoleh skor 1, dan sebanyak 10% siswa

memperoleh skor 0 karena jawaban yang diberikan salah. Pada soal kelima, sebanyak 10%

siswa memperoleh skor 3, sebanyak 80% siswa memperoleh skor 2, sebanyak 10% siswa

memperoleh skor 0 karena jawaban yang diberikan salah.

Pada Tabel 2 di atas, terlihat bahwa soal nomor 3 dan 5 memiliki validitas sangat tinggi,

sedangkan soal nomor 1, 2, dan 4 memiliki validitas sedang. Kelima soal tersebut memiliki

reliabilitas sedang. Daya pembeda pada dua soal (nomor 3 dan 4) sudah baik, sedangkan tiga

soal (nomor 1, 2, dan 5) memiliki daya pembeda cukup baik. Tingkat kesukaran soal adalah

sedang. Dapat disimpulkan bahwa tes kemampuan berpikir reflektif matematis sudah valid

dan dapat digunakan pada siswa kelas XI di SMA Negeri 2, 3, dan 4 Cimahi untuk

mengetahui peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis mereka sebelum dan

setelah pembelajaran. Pada Tabel 3 berikut ini disajikan data pretest, posttest, dan

peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa.

XI MIPA 2 SMA 2 31 4,83 11.15 0,69 Sedang

XI MIPA 1 SMA 3 35 4,73 10,68 0,64 Sedang

XI MIPA 4 SMA 4 37 4,76 10,51 0,62 Sedang

Pada Tabel 3 di atas terlihat bahwa peningkatan kemampuan berpikir reflektif siswa berada

pada 0,30 0,70 yang berarti peningkatan kemampuan berpikir reflektif siswa berada pada

kriteria sedang. Siswa belum terbiasa menjawab soal yang berkaitan dengan memeriksa data

relevan atau tidak terhadap informasi dari soal, memeriksa kebenaran pernyataan berkaitan

dengan soal, serta menganalisis generalisasi dan analogi dari suatu permasalahan yang

diberikan.

3.2. Pembahasan

Instrumen yang telah disusun diberikan kepada tim ahli untuk memberikan masukan

terhadap perbaikan instrumen. Menurut tim ahli, silabus mengenai aturan pencacahan sudah

sesuai dengan panduan kurikulum 2013. Dalam RPP sudah memuat langkah-langkah

pendekatan scientific dengan strategi what if not pada aktivitas menanya. Pada aktivitas

pembelajaran dalam RPP mesti siswa yang dominan, jangan terlalu sering menuliskan

aktivitas guru. Soal kemampuan berpikir reflektif yang terdiri dari 5 soal sudah memenuhi

indikator yang ditetapkan.

Kalimat pada soal ada yang mesti diperbaiki agar tidak membuat siswa bingung dalam

memahami informasi dari soal. Misalnya: kalimat pada soal “Dari kota Padalarang ke kota

Cimahi dilalui 4 jenis angkot”. Bagi siswa yang tidak pernah ke Padalarang dan Cimahi akan

membuat mereka menjadi bingung. Untuk itu nama kota disimbolkan saja dengan Kota P

dan Kota C, sehingga soal diperbaiki menjadi “Dari kota P ke kota C dilalui oleh 4 jenis

angkot”.

Penilaian dari reviewer menunjukkan bahwa instrumen tes kemampuan berpikir reflektif

matematis cukup layak digunakan. Dalam membuat soal berpikir reflektif matematis

memang tidak mudah. Indikator dalam kemampuan berpikir ini mengharuskan untuk

membuat soal mengenai memeriksa data relevan atau tidak, memeriksa kebenaran, serta

Tabel 3. Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis Kelas Jumlah Pretest Posttest N-gain Kriteria

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

138 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

menganalisis generalisasi dan analogi dari suatu permasalahan. Soal dengan indikator ini

dapat melatih siswa mengembangkan kemampuan berpikir reflektif.

Peningkatan kemampuan berpikir reflektif siswa berada pada kriteria sedang. Siswa yang

berada pada sekolah dengan peringkat tinggi memiliki peningkatan kemampuan yang lebih

besar daripada siswa dengan peringkat sekolah sedang. Begitu pula, siswa dengan peringkat

sekolah sedang juga memiliki peningkatan kemampuan yang lebih besar daripada siswa

dengan peringkat sekolah rendah. Ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki pemahaman

konsep yang baik memiliki kemampuan berpikir reflektif matematis yang juga baik.

Instrumen yang telah disusun dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dengan cukup

baik.

4. Simpulan dan Saran

4.1. Simpulan

Instrumen yang dikembangkan meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

dan Tes. Silabus mengenai materi aturan pencacahan. RPP disusun sesuai dengan

pendekatan scientific disertai strategi what if not. Tes disusun sesuai dengan indikator

kemampuan berpikir reflektif matematis. Setelah dilakukan uji coba terbatas, diperoleh

instrumen yang valid.

4.2. Saran

Dalam menyusun instrumen berupa tes mesti memenuhi indikator yang telah ditentukan.

Soal-soal pada tes mesti dapat mengembangkan kemampuan yang diinginkan, sehingga

ketika diujicobakan tes tersebut memiliki validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks

kesukaran yang baik, yaitu diantara sedang dan tinggi. Selain itu, perlu dikembangkan

instrumen berpikir reflektif untuk materi lain dan tingkat sekolah yang lain agar kemampuan

berpikir reflektif siswa dapat terus ditingkatkan.

Referensi

Garrison, D. R., Anderson, T., dan Archer, W. (2004). Critical Thinking, Cognitive

Presence, Computer Conferencing in Distance Learning. [Online]. Tersedia di:

http://communityofinquiry.com/files/CogPres_Final.pdf. Diakses 23 Maret 2015.

Herman, T. (2012). Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP. [Online]. Tersedia di:

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/1962101119101

1-TATANG-HERMAN/Artikel. Diakses 2 November 2014.

Kemdikbud. (2013). Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran. Jakarta:

Pusbangprodik.

Nindiasari, H. (2011). Pengembangan Bahan Ajar dan Instrumen untuk Meningkatkan

Berpikir Reflektif Matematis Berbasis Pendekatan Metakognitif pada Siswa

Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam: Prosiding Seminar Nasional Matematika dan

Pendidikan Matematika UNY. Yogyakarta, UNY Press: 251-263.

Purwanto (2010). Evaluasi Hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta

Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sumarmo, U. (2010). Pengembangan Berpikir dan Disposisi Krititis, Kreatif pada Peserta

Didik dalam Pembelajaran Matematika. (Makalah). Sekolah Pascasarjana, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.