VOLUME 14, NOMOR 2, OKTOBER 2012 ISSN 1410-9883...
-
Upload
trannguyet -
Category
Documents
-
view
219 -
download
6
Transcript of VOLUME 14, NOMOR 2, OKTOBER 2012 ISSN 1410-9883...
CAKRAWALA
FORUM KOMUNIKASI ILMIAH DAN EKSPRESI KREATIF ILMU PENDIDIKAN
VOLUME 14, NOMOR 2, OKTOBER 2012 ISSN 1410-9883
PENDIDIKAN
Membumikan Model Lesson Study Berbasis Sekolahdalam Upaya Mengembangkan Kompetensi Guru
To Minimize Errors in Speech Production
Teaching Listening Using Web Based Materials
Pentingnya Budaya Disiplin dalam Perkuliahan
Peningkatan Modal Sosial sebagai Solusi Cerdas Pengentasan Kemiskinan
Model Isu Kontroversial dalam Pembelajaran PKnsebagai Solusi Meningkatkan Ketrampilan Berfikir Kritis Siswa
Effect of Emotional Quotient, Spiritual Quotient, and Qualityof Work Life of Performance
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsawuntuk Meningkatkan Kreatifitas dan Hasil Belajar
Memahamkan Operasi Pecahan melalui Penerapan Grup Investigasi
Analisis Kinerja Karyawan Ditinjau dari Etos Kerjadan Motivasi Berprestasi pada Karyawan
Linguistic Aspect in HCG Ultra Users’ Comments
An Analysis on the Content Validity Of National English Teston Reading 2011 for Senior High School
Penerapan Metode The Power of Twountuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Kolaborasi
Pembelajaran Kooperatif Tipe STADuntuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Mahasiswa
Pembelajaran Matematika dengan Media Pohon Matematikapada Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat
CA
KR
AW
ALA
PE
ND
ID
IK
AN
, VO
LU
ME
14
, NO
MO
R 2
, OK
TO
BE
R 2
01
2
CAKRAWALA PENDIDIKANForum Komunikasi Ilmiah dan Ekspresi Kreatif Ilmu Pendidikan
Terbit dua kali setahun pada bulan April dan OktoberTerbit pertama kali April 1999
Ketua PenyuntingKadeni
Wakil Ketua PenyuntingSyaiful Rifa’i
Penyunting PelaksanaR. Hendro Prasetianto
Udin ErawantoRiki Suliana
Prawoto
Penyunting AhliMiranu Triantoro
MasruriKaryatiNurhadi
Pelaksana Tata UsahaYunusNandirSunardi
Alamat Penerbit/Redaksi: STKIP PGRI Blitar, Jalan Kalimantan No. 111 Blitar,Telepon(0342)801493. Langganan 2 nomor setahun Rp 50.000,00 ditambah ongkos kirim Rp5.000,00. Uang langganan dapat dikirim dengan wesel ke alamat Tata Usaha.
CAKRAWALA PENDIDIKAN diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Keguruan dan IlmuPendidikan PGRI Blitar. Ketua: Dra. Hj. Karyati, M.Si, Pembantu Ketua: M. KhafidIrsyadi, ST, S.Pd
Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam mediacetak lain. Syarat-syarat, format, dan aturan tata tulis artikel dapat diperiksa pada Pe-tunjuk bagi Penulis di sampul belakang-dalam jurnal ini. Naskah yang masuk ditelaaholeh Penyunting dan Mitra Bestari untuk dinilai kelayakannya. Penyunting melakukanpenyuntingan atau perubahan pada tulisan yang dimuat tanpa mengubah maksud isinya.
ISSN 1410-9883
Petunjuk Penulisan Cakrawala Pendidikan
1. Naskah belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain, diketik spasi rangkap pada kertaskuarto, panjang 10–20 halaman, dan diserahkan paling lambat 3 bulan sebelum penerbitan,dalam bentuk ketikan di atas kertas sebanyak 2 eksemplar dan pada disket komputer IBMPC atau kompatibel. Berkas naskah pada disket komputer diketik dengan menggunakanpengolah kata Microsoft Word.
2. Artikel yang dimuat dalam jurnal ini meliputi tulisan tentang hasil penelitian, gagasan konseptual,kajian dan aplikasi teori, tinjauan kepustakaan, dan tinjauan buku baru.
3. Semua karangan ditulis dalam bentuk esai, disertai judul subbab (heading) masing-masingbagian, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul subbab. Peringkat judul sub-bab dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda, letaknya rata tepi kiri halaman, dan tidakmenggunakan nomor angka, sebagai berikut.
PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA TEBAL, RATA TEPI KIRI)Peringkat 2 (Huruf Besar-kecil Tebal, Rata Tepi Kiri)Peringkat 3 (Huruf Besar-kecil Tebal, Miring, Rata Tepi Kiri)
4. Artikel konseptual meliputi (a) judul, (b) nama penulis, (c) abstrak (50–75 kata), (d) katakunci, (e) identitas penulis (tanpa gelar akademik), (f) pendahuluan yang berisi latar belakangdan tujuan atau ruang lingkup tulisan, (g) isi/pembahasan (terbagi atas sub-subjudul), (h) penutup,dan (i) daftar rujukan. Artikel hasil penelitian disajikan dengan sistematika: (a) judul, (b) nama(-nama) peneliti, (c) abstrak, (d) kata kunci, (e) identitas peneliti (tanpa gelar akademik) (f)pendahuluan berisi pembahasan kepustakaan dan tujuan penelitian, (g) metode, (h) hasil, (i)pembahasan, (j) kesimpulan dan saran, dan (k) daftar rujukan.
5. Daftar rujukan disajikan mengikuti tatacara seperti contoh berikut dan diurutkan secara alfabetisdan kronologis.
Anderson, D.W., Vault, V.D., dan Dickson, C.E. 1993. Problems and Prospects for the DecadesAhead: Competency Based Teacher Education. Berkeley: McCutchan Publishing Co.
Huda, N. 1991. Penulisan Laporan Penelitian untuk Jurnal. Makalah disajikan dalam LokakaryaPenelitian Tingkat Dasar bagi Dosen PTN dan PTS di Malang Angkatan XIV, PusatPenelitian IKIP MALANG, Malang, 12 Juli.
Prawoto. 1988. Pengaruh Penginformasian Tujuan Pembelajaran dalam Modul terhadapHasil Belajar Siswa SD PAMONG Kelas Jauh. Tesis tidak diterbitkan. Malang: FPSIKIP MALANG..
Russel, T. 1993. An Alternative Conception: Representing Representation. Dalam P.J. Black &A. Lucas (Eds.). Children’s Informal Ideas in Science (hlm. 62-84). London: Routledge.
Sihombing, U. 2003. Pendataan Pendidikan Berbasis Masyarakat. http://www.puskur.or.id.Diakses 21 April 2006
Zainuddin, M.H. 1999. Meningkatkan Mutu Profesi Keguruan Indonesia. Cakrawala Pendidikan,1(1):45–52.
6. Naskah diketik dengan memperhatikan aturan tentang penggunaan tanda baca dan ejaan yangdimuat dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Depdikbud,1987).
CAKRAWALA PENDIDIKANForum Komunikasi Ilmiah dan Ekspresi Kreatif Ilmu Pendidikan
Volume 14, Nomor 2, Oktober 2012
Daftar Isi
ISSN 1410-9883
Desain sampul: H. PrawotoSetting dan Cetak: IDC Malang, Telp./Faks. (0341)552885
Membumikan Model Lesson Study Berbasis Sekolah dalam UpayaMengembangkan Kompetensi Guru ............................................................................................. 111Ekbal Santoso
To Minimize Errors in Speech Production .................................................................................... 120Feri Huda
Teaching Listening Using Web Based Materials .......................................................................... 128M Ali Mulhuda
Pentingnya Budaya Disiplin dalam Perkuliahan ............................................................................ 136Masruri
Peningkatan Modal Sosial sebagai Solusi Cerdas Pengentasan Kemiskinan ............................... 139Miranu Triantoro
Model Isu Kontroversial dalam Pembelajaran PKn sebagai SolusiMeningkatkan Ketrampilan Berfikir Kritis Siswa ......................................................................... 146Udin Erawanto
Effect of Emotional Quotient, Spiritual Quotient, and Quality of Work Lifeof Performance ............................................................................................................................. 155Kadeni
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untukMeningkatkan Kreatifitas dan Hasil Belajar ................................................................................. 169Karyati
Memahamkan Operasi Pecahan melalui Penerapan Grup Investigasi ......................................... 177Mohamad Khafid Irsyadi
Analisis Kinerja Karyawan Ditinjau dari Etos Kerja dan Motivasi Berprestasipada Karyawan ............................................................................................................................ 188Ninik Srijani
Linguistic Aspect in HCG Ultra Users’ Comments ...................................................................... 196Rainerius Hendro Prasetianto
An Analysis on the Content Validity Of National English Test on Reading 2011for Senior High School. ................................................................................................................. 205Saiful Rifa’i
Penerapan Metode The Power of Two untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Kolaborasi .. 219Sudjianto
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Mahasiswa ... 230Suryanti
Pembelajaran Matematika dengan Media Pohon Matematika pada Materi Operasi HitungBilangan Bulat ............................................................................................................................... 237Wahid Ibnu Zaman
MEMBUMIKAN MODEL LESSON STUDY BERBASISSEKOLAH DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN
KOMPETENSI GURU
Ekbal SantosoSTKIP PGRI BLITAR
ekbal. santoso@gmail. com
Abstrak: Kegitatan lesson study merupakan kegiatan melalui aktivitas kolaboratif dan berke-lanjutan dalam rangka meningkatan profesionalitasnya. Indikator peningkatan kemampuan be-rupa konten matapelajaran dan pedagogik serta kemampuan mengelola pembelajaran, yaitukegiatan merancang pembelajaran, melaksanakan dan mengevaluasi. Membumikan model pe-
ngembangan professional guru dengan Lesson study berjalan efektifj ika timbul kesadaran daripribadi guru yaitu gerakan akar rumput dengan antusias guru bukan kebijaan dari atas (top-down formasi). Banyak kendala yang perlu dicari penyelesaiannya, terutama dari guru yangberupa persepsi dan motivasi untuk berprestasi dalam mengajar. Dukungan Pimpinan (kepalasekolah) pustakawan, pimpinan, supervisor dan Dinas Pendidikan atau Kementerian Agamadan juga pakar pendidikan dari Perguruan Tinggi memberikan dukungan dan menfasilitasi kegi-atan Lesson study.
Abstract: Lesson study is an activity through collaborative and ongoing activity in order toincrease their professionalism. Indicators of capacity building in the form of content and peda-
gogical matapelajaran and the ability to manage learning, ie learning activity design, implemen-tation, and evaluation. Crounding teacher professional development model with Lesson study iseffective if there is awareness of the teachers' personal grassroots movement with enthusias-
tic teachers instead kebijaan from above (top-down formation). Many obstacles that need tofind the solution, especially in the form of teachers'perceptions and motivation to excel in
teaching. Support leaders (principals) librarians, managers, supervisors and the Department ofEducation or the Ministry of Religion and education experts from universities to support and
facilitate the activities of Lesson study
Key word: lesson study earthing, professional teachers
PENDAHULUAN
Guru adalah pendidik profesional dengantugas utama mendidik, mengajar, membimbing,mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevalua-
si peserta didik pada pendidikan anak usia dinij alur pendidikan formal, pendidikan dasar, danpendidikan menengah. Amanat UU No 14 tahun2005 tentang Guru dan Dosen, guru dituntut un-tuk meningkatkan kompetensinya secara terus
menerus melalui berbagai upaya. Upaya-upaya
tersebut, adalah melakukan progam Musyawa-
rah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Penataran
Kerja Guru (PKG), program kemitraan antara
sekolah dengan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan, antara lain melalui pelatihan, se-
minarl lokakarya diskusi permasalahan pembel-
ajar an, anal i s i s hasi I bel aj ar siswa, penyusunan
dan pengembangan insffumen evaluasi pembela-
111
:
112 CAKRAWALA PENDIDIKAN, VOLUME 14, NOMOR 2, OKTOBER 2012
jaran. Sadar akan hasil-hasil pendidikan yangbelum memadai, maka banyak upaya telah dila-kukan oleh pemerintah Indonesia untuk melaku-kan perbaikan.proyek peningkatan kualifikasiguru dan dosen, dan masih banyak program laindilalarkan untuk perbaikan hasil-hasil pendidikantersebut. Upaya-upaya tersebut telah dilakukansecara intensif, tetapi pengemasan sering tidaksejalan dengan hakikat belajar dan pembelajar-an.
Hasil terak{rir dari penilaian professional grrumapel di sekolah "menyedihkan", hasil sementa-raUjiKompetensi Guru (UKG) masihdi bawahstandar yang diharapkan, yaitu nilai rata-ratana-sional hasil perhitungan per I Juli20l2 adalah47,84. (www.Tempo.co) Sesuai hasil uji kom-petensi grru (tlKG) ini menunjukkan pengetahu-
an materi subjek maupun pengetahuan yang ter-kait dengan pengetahuan konten pedagogi ren-dah. Menurut Tobin dan Gamet (Rosnita, 20 1 1)pengetahuan konten akademik yang kuat perludimiliki guru. Gwu yang lemah dalam penguina-an pengetahuan konten akademiknya terjadi da-lam menyatukan stuktur pengetahuan yang stabi I
sesuai bidangnya (lederman Gess-Newsome danLatzdalanRostin4 2011). Di sisi lain, seorangguru dituntut mampu menyampaikan konten ma-teri subjek tersebutkepada siswa sehingga da-pat diterima dan dipahami. Seorang guru yangkuat dalam pengetahuan konten materi subj eknyanamun lemah dalam pengetahuan kontenpedagogiknya akan mengakibatkan kesulitan bagisiswa unhrk dapat memahami materi subjek yangdisampaikan guru. Sementara apabila guru lemahdalam pengetahuan konten materi subjek tetapikuat dalam pengetahuan konten pedagogiknyamaka mungkin terjadi ketidak sesuaian antaramateri yang disampaikan guru dengantuntutanakademik dari struktur keilmuannya.
Sebenarnya praktik-praktik pembelaj aranhanya dapat diubah melalui pengujian terhadapcara-cara guru belajar dan mengajar serta meng-analisis dampaknya terhadap pero I ehan belaj arsiswa. Agar hal ini terjadi, sekolah perlu mencip-takan suatu proses yang miunpu memfasilitasi pmaguru untuk melakukan kajian terhadap materipembelajaran dan strategi-strategi mengajar se-
cara sistematis, sehingga dapat memfasilitasi sis-wa untuk meningkatkan perolehan belajar.
Guru yang berpengalaman menggunakanstrategi pembelajaran yang efektif cenderungmenghasilkan prestasi siswayang lebih tinggi(Rowan, Correnti & Miller, 2002) Olehkarenaitu grru yang kurang berpengalaman dalam meng-gunakan stategi pembelaj aran yang efektif mem-punyai kecenderungan prestasi bel{ar siswaren-dah. Guru seyogyanya mulai meninggalkan cara-cara rutinitas dalam pembelajaran, tetapi lebihmenciptakan program-program pengembanganyang profesional. Upaya tersebut merupakan im-plikasi dari reformasi pendidikan dengan tujuanagar mampu mencapai peningkatan perolehanbelajar siswa secara memadai. Program-programpengembangan profesi guru tersebut membutuh-kan kegiatan yang dapat memberi peluang kepa-da mereka untuk learning how to learn dan tolearn about teaching. Kegiatan tersebut adalahlesson study.
Program tersebut dianggap penting, karenasecara teore tis, I e s s o n s tu dy meny ediakan suatucara bagi guru untuk dapat memperbaiki pem-belajaran secara sistematis @odhorsky & Moore,2006). Lesson study menyediakan suatuprosesuntuk berkolaborasi dan meranc ang lesson(pem-belaj aran) dan mengevaluasi kesuksesan strate-gi-strategi mengajar yang telah diterapkan seba-
gai upaya meningkatkan proses dan perolehanbelajar siswa.
Di Indonesi4 konsep lesson study berkem-bang melalui program lndonesia Mathematicsand Science Teacher Education Project(IMSTEP) yang diimplementasikan sejak sejakOktober tahun 1998 di tiga IKIP, yaitu (l) IKIPBandung (sekarang bemama Universitas Pendi-dikan Indonesia, UPI), (2) IKIP Yogyakarta(sekarang bemama Universitas Negeri Yoryakar-ta, UNY), dan (3) IKIP Malang (sekarang men-jadi Universitas Negeri Malang) yang telah be-kerja sama dengan JICA (Japan IntemationalCooperation Agency). Perkembangan selanjut-ny a, I e s s o n s t u dy tidak hanya di laksanakan pada
mata pelajaran MIPA, tetapi juga mata pelajaran
lainnya dan dilaksanakan bukan hanya PTN te-
tapi sudah melibatkan PTS juga.
Tujuan artikel ini adalalr memperjelas bebe-
rapa prinsip proses lesson study,implementasilesson study di sekolah dan tantangan yang di-hadapi dalam memasyarakatkanlesson study disekolah- sekolah.
LESSON STUDY
L e s s on s tudymerupakan terj emahan daribahasa Jepang jugyou (instruction :pengaj aran,
atau lesson = pembelajaran) dan kenkyuu (re-
search:penelitian atau study = kajian). Lesson
study, yang dalam bahasa Jepangnyajugyoukenkyuu, adalah sebuah pendekatan untuk me-
lakukan perbaikan-perbaikan pembelaj aran diJepang. Perbaikan-perbaikan pembelaj aran ter-
sebut dilal$kan melalui proses-proses kolaborasi
antar para guru. Beberapa pakar menyebut istilahLesson study dengan istilah "studi pembelajar-an". Namun, istilah tersebut hingga saat ini masih
belum lazim digunakan. Olbh karenayang lebihdikenal adalah istilah Lesson study dari bahasa
Irgg,s.Lesson study adalah proses pengembang-
an profesi para guru Jepang terlibat dalam secara
sistematis memeriksa praktek mereka. Pada da-
sarnya Lesson study adalah salah satu bentukupaya peningkatan kualitas pembelaj aran danpengembangan keprofesionalan guru.
Di Indonesia Lesson studr didefinisikan se-
bagai model pembinaan (pelatihan) profesi guru
melalui pengkajian pembelajaran secarakolaboratif dan berkelanj utan berlandaskan prin-sip-prinsip kolegialitas dan mutual learning vn-tuk membangun komunitas bel{ar. Menurut Saito
(2006), kegiatan ini secara khas dilaksanakandalam tigatahap, yaitu plan (merencanakan), do(melaksanakan), dan see (mengamati dan mere-
fl eksikan hasil pengamatan.
Lesson study adalah suatu proseskolaboratif (Styler dan Heibert dalam Susilo,201 0). Dalam kegiatan ini sekelompok guru me-
lakukan beberapa kegiatan, yakni ( 1 ) mengiden-ti f ikasi suatu masal ah pembel aj ar an, (2) meran-cang suatu skenario pembelajaran, yang meliputikegiatanmencari bukudan artikel mengenai to-pik yang akan dibelaj arkan, (3 ) membelajarkansiswa sesuai skena.rio, dengan cara salah satu guru
melaksanakan pembelajaran sementara yang lain
mengamati, mengevaluasi, dan merevisi skenario
pembelaj aran, (4) membelaj arkan lagi skenariopembelajaran yang telah direvisi, dan (5) menge-
valuasi lagi pembelajaran dan membagikan hasil-
nya kepada guru lain (mendesiminasikan).
Tujuan l,esson Study adalah: (1) mempero-
leh pemahaman yang lebih baik tentang bagai-
Santoso, Membumikan Model Lesson Study 113
mana siswa belaj ar dan guru mengaj ar; (2) mem-
peroleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi
para guru lainnya dalarn melaksanakan pembela-,jaran; (3) meningkatkan pembelajaran secara sis-
ternatis melalui inkuiri kolaboratif (a) membangun
sebuah pengetahuan pedagogis, di mana seorang
guru dapat menimba pengetahuan dan guru lain-
nya. Jadi dalam lesson study, kitamelihat secara
lebih obyektif apa yang terjadi di dalam pembel- '
ajaran, dan bahwa lesson studymembantu kitamemahami ide-ide penting dalam pembelajaran
tanpa terlalu khawatir tentang isu-isu lain di ke-las.
Lesson Study banyak sekali peristiwa yang
memberikan hasil yang bermanfaat baik bagi guru
maupun bagi murid dan sekolah. MenurutCatherine Lewis (2004) dalam artikelnyayangberjudul "Does Lesson Study have afuture inthe state?" mengemukakan bahwa manfaat Les- .
son Study yaitu ( 1 ) memikirkan secara lebih telitilagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan;
dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan se-
cara mendalam tentang tujuan-tujuan pembela-jaran untukkepentingan masadepan siswa, mi- .
salnya tentang arti penting sebuah persahabatan,
pengembangan perspektif dan cara berfikir sis-
wa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pe-
ngetahuan, (3 ) mengkaj i tentang hal-hal terbaikyang dapat digunakan dalam pembelajaran me-
lalui belajar dari para guru lain (peserta atau
partisipan I esson Study),(4) belajar tentang isiatau materi pelajaran dari guru lain sehingga da-
pat menambah pengetahuan tentang apayangharus diberikan kepada siswa, (5) mengembang-
kan keahlian dalam mengajar, baik ada saat me- .
rencanakan pembelajaran maupun selama ber-
langsungnya kegiatan pembelaj aran, (6) memba-
ngun kemampuan melalui pembelaj aran kolegial,
dalam arti para guru bisa saling belajar tentang
apa-apayadrg dirasakan masih kurang, baik ten- '
tang pengetahuan maupun keterampilannya da-
lam membelajarkan sisw4 dan (7) mengembang-
kan "The Eyes to See Students" (kodomo wo
miru me) dalamarti dengan dihadirkannyapara
pengamat (obeserver), pengamatan tentang pe-
rilaku belajar siswa bisa semakin detail dan je-
las.. Sementara itu, menurut Lesson Study
Project (LSP) beberapamanfaat lain yang bisa
diambil dari LessonStudy, diantaranya: (1). Guru
114 CAKRAWALA PENDIDIKAN, VOLUME 14, NOMOR 2, OKTOBER 2012
dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya,(2). Guru dapat memperoleh umpan balik darianggota/komunitas lainnya, dan (3). Guru dapatmempublikasikan dan mendiseminasikan hasilakhir dari Lesson Study. Dalam konteks pendi-dikan di Indonesia, manfaat yang ketiga ini dapatdijadikan sebagai salah satu Karya Tulis IlmiahGuru, baik untuk kepentingan kenaikan pangkatmaupun sertifikasi guru. Implementasi LessonStudy di sekolah dilaksanakan tahapan-tahapanseperti pada Bagan 1.
Sedangkan Santyasa (2009) lebih jauhmengutip pendapat Saito, et al. sebagaimana yangdikemukakannya sebagai Bagan 2. Secara lebihsederhana, Lesson Study dapat dilakukan mela-lui serangkaian kegiatan: Planing-Doing-Seeing(Plan-Do-See) (Saito, et al. 2005). Ketiga kegi-atan tersebut diistilahkan sebagai kaji pembela-jaran berorientasi praktik.
Perencanaan (Plan) - Penggalian perma-
salahan akademis - Perencanaan
Pembelajaran - Persiapan alat
Pelaksanaan (Do) - Pelaksanaan
Pembelajaran - Pengamatan oleh
teman sejawat
Refleksi (See) - Refleksi dengan
teman sejawat - Komentar dan
diskusi
Bagan 2Siklus Lesson Study
Tahap perencanaan (plan) bertujuan untukmenghasilkan rancangan pembelajaran yangdiyakini mampu mem-belajarkan siswa secaraefektif serta membangkitkan partisipasi siswadalam pembelajaran. Perencanaan ini dilakukansecara kolaboratif oleh beberapa Guru yang ter-masuk dalam kelompok Lesson study. Jumlahanggota kelompok bervariasi, 4-6 orang. Dalamkolaborasi ini, biasanya ditetapkan sebelumnyasiapa guru pengajar (guru model), kemudian gurupengajar menyusun RPP. Para guru juga dapatmengikutksertakan pustakawan kemudian berte-mu dan berbagi ide untuk menyempurnakan pem-belajaran yang telah disusun oleh guru pengajarsehingga menghasilkan cara pengorganisasianbahan ajar, proses pembelajaran, maupunpenyiapan alat bantu pembelajaran yang dianggappaling baik. Semua komponen rancangan pem-belajaran ini kemudian disimulasikan sebelum di-laksanakan dalam kelas. Pada tahap ini juga di-tetapkan prosedur pengamatan dan instrumenyang diperlukan dalam pengamatan.
Tahap pelaksanaan (do) dimaksudkan un-tuk menerapkan rancangan pembelajaran yangtelah direncanakan. Salah satu anggota kelom-pok berperan sebagai guru model dan anggotakelompok lainnya mengamati. Fokus pengamat-an diarahkan pada kegiatan belajar siswa denganberpedoman pada prosedur dan instrumen yangtelah disepakati pada tahap perencanaan, bukanpada penampilan guru yang sedang bertugasmengajar. Selama pembelajaran berlangsung,para pengamat tidak diperkenankan menggang-gu proses pembelajaran walaupun mereka bolehmerekamnya dengan kamera video atau kamera
Bagan 1Inti Lesson Study
Lesson Study Research Group([email protected]).
Tahapan 1: Membentuk kelompok lesson studydi sekolah, yang terdiri dari guru ma-tapelajaran. Kelempok ini berdiskusimenemukan permasalahan pembela-jaran, selanjutnya menyusun rencanapembelajaran.
Tahapan 2: Pelaksanaan. Kegiatan yang dilaku-kan adalah melaksanakan pembela-jaran di kelas dan mengamatinya.
Tahapan3 : Kembali ke kelompok lesson studyuntuk melakukan refleksi dan meng-analisis pembelajaran yang telah di-laksanakan serta merencanakan pem-belajaran ulang.
Group Meetings
Group Meetings
Study Lesson (1)
Study Lesson (2)
Group Meetings
(Research & Preparations)
(Implementation)
(Reflection & Improvement)
(Implementation)
(Optional)
(Reflection & Filing of Research)
Group Meetings
Group Meetings
Study Lesson (1)
Study Lesson (2)
Group Meetings
(Research & Preparations)
(Implementation)
(Reflection & Improvement)
(Implementation)
(Optional)
(Reflection & Filing of Research)
Group Meetings
Study Lesson (1)
Study Lesson (2)
Group Meetings
Group Meetings
Study Lesson (1)
Study Lesson (2)
Group Meetings
(Research & Preparations)
(Implementation)
(Reflection & Improvement)
(Implementation)
(Optional)
(Reflection & Filing of Research)
Santoso, Membumikan Model Lesson Study 115
digital. Tujuan utama kehadiran pengamat adalahbelajar dari pembelajaran yang sedang berlang-sung.
Tahap pengamatan dan refleksi (see) dimak-sudkan untuk menemukan kelebihan dankekurangan pelaksanaan pembelajaran. Guruyang bertugas sebagai pengajar mengawali dis-kusi dengan menyampaikan kesan danpemikirannya mengenai pelaksanaan pembelajar-an. Kesempatan berikutnya diberikan kepadaguru yang bertugas sebagai pengamat. Selanjut-nya, pengamat dari luar juga mengemukakan apalessson learned yang dapat diperoleh dari pem-belajaran yang baru berlangsung. Kritik dan sa-ran disampaikan secara bijak tanpa merendahkandan menyakiti hati guru pengajar. Semua dilaku-kan demi perbaikan praktik pembelajaran kedepan. Berdasarkan semua masukan dapatdirancang kembali pembelajaran berikutnya yanglebih baik. Melalui proses studi pembelajaran,peserta diberikan kesempatan untuk merefleksi-kan proses pengajaran serta pembelajaran sis-wa. Sistem ini memberikan kontribusi untuk pe-ngembangan ide-ide baru untuk mengajar danpembelajaran serta gambaran dari praktek peng-ajaran yang baik di dalam kelas.
PENGEMBANGAN PROFESIONALGURU MELALUI MODEL LESSONSTUDY
Konsep pengembangan profesional tidak-lah dengan jelas dibatasi. Suatu profesidigambarkan sebagai dasar pengetahuan sistema-tis dan pengetahuan ilmiah. Pengembangan kete-rampilan profesional telah dirancang luas melaluiprogram-program pendidikan lebih tinggi denganberbagai bentuk pengembangan.
Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005 ten-tang Standar Nasional Pendidikan yang dinyata-kan dalam ayat pasal 28 ayat (3) bahwa kompe-tensi guru sebagai agen pembelajaran pada jen-jang pendidikan dasar, menengah serta pendidik-an anak usia dini meliputi; kompetensi pedagogi,kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dankompetensi profesional. Menurut Shulman(Rosnita, 2011) tiga dimensi pengetahuan pro-fessional yang penting bagi guru yaitu; pengeta-huan konten materi subjek (konten akademik),pengetahuan konten pedagogi dan pengetahuan
kurikuler.Pengetahuan konten akademik dan penge-
tahuan konten pedagogik keduanya harus dimi-liki guru. Pengetahuan konten pedagogi tidaksekedar pengetahuan tentang pedagogi sepertiyang dipelajari dalam ilmu psikologi, namun pe-ngetahuan ini menyangkut bagaimana guru mam-pu melakukan organisasi konten materi subjeksehingga menjadi mudah diajarkan dan dapat di-terima oleh siswa. Dalam mengorganisasi penge-tahuan terdapat perbedaan antara ilmuwan danseorang guru.
Seorang guru yang berpengalaman akanmengorganisasi pengetahuan dari sudut pandangpengajaran dan digunakan sebagai dasar untukmembantu siswa dalam memahami konsepnya.Sementara seorang ilmuwan mengorganisasipengetahuannya dari susut pandang penelitian dandigunakan sebagai dasar untuk mengembangkanpengetahuan baru dalam bidangnya. (Cocchrandalam Rosnita, 2011) Oleh karena itu memahamimateri pelajaran penting bagi pengajaran yangefektif. Pemahaman materi belajar yang harusdikuasai guru berkembang sesuai dengan perkem-bangan ilmu pengetahuan.
Podhorsky & Moore (2006) menyatakan,bahwa reformasi pendidikan hendaknya dimaknaisebagai upaya penciptaan program-program yangberfokus pada perbaikan praktik mengajar danbelajar, bukan semata-mata berfokus pada pe-rancangan kelas dengan teacher proof curricu-lum. Dengan demikian, praktik-praktik pembel-ajaran benar-benar ditujukan untuk mengatasikegagalan siswa belajar.
Disamping itu guru yang berpengalamanmenggunakan strategi pembelajaran yang efektifcenderung menghasilkan prestasi siswa yang le-bih tinggi. Oleh karena itu guru yang kurangberpengalaman dalam menggunakan strategi pem-belajaran yang efektif mempunyai kecenderung-an prestasi belajar siswa rendah.
Pengembangan professional guru berbasissekolah akan tercapai dengan efektif dan efisien,jika dalam proses pengembangan guru haruslahdimotori guru. Mengingat Guru yang berada da-lam lingkungan sekolah atau komunitas guru yangprofessional akan membuat guru memiliki moti-vasi kuat, pengarahan, dan akuntabilitas untukbelajar terus menerus dan pengembangan dirinya.Pengembangan diri tersebut untuk melaksanakan
116 CAKRAWALA PENDIDIKAN, VOLUME 14, NOMOR 2, OKTOBER 2012
perubahan dalam pembelajaran yang terfokuspada belajar siswa.
Bagan 3Struktur system aktivitas
Sesuai dengan teori “Kerangka Aktivitas”seperti yang dikembangkan oleh Engestr¨om(1987) dalam (Schlager dan Fusco, 2003), da-lam pengembangan guru, dimana guru sebagaipelaku (subyek) terlibat dalam tindakan sepertiguru berdiskusi dengan sesama, mengkonstruksi,melakukan pencarian konsep untuk mencapaitujuan kegiatan (obyek), untuk memperoleh be-berapa hasil (outcome). Kegiatan yang dimediasioleh alat dan artefak lainnya (tool) yang berupaalat teknis dan konseptual yang tersedia untukmata pelajaran. Komunitas (lingkungan guru) akanmemberikan pengaruh pada kegiatan pembela-jaran melalui perantaraan aturan-aturan yang di-tetapkan seperti nilai-nilai, norma perilaku, ke-cenderungan dalam penyelidikan, kepercayaan,dan komitmen serta alat-alat yang telahdilembagakan di sekolah. Kunci untuk memahamihubungan antar komponen dalam pengembang-an profesional, adalah tingkat keselarasan dalamalat, aturan, dan pembagian tenaga kerja. Pro-gram pengembangan profesional biasanya meli-batkan grup yang dipilih dari guru yang terlibatdengan mempertimbangkan tujuan pembelajaranyang spesifik untuk dicapai. Norma-norma ke-terlibatan dan alat-alat yang akan digunakandirancang untuk mendukung proses pembelajar-an dengan waktu yang telah ditentukan. Sesuaidengan tujuan dari pengembangan profesionaladalah peningkatan akuntabilitas dan tanggungjawab guru dalam melaksanakan proses pembel-ajaran yang menantang bagi semua siswa sehing-ga memungkinkan siswa dapat memenuhi standaryang lebih tertinggi dari standar kurikulum yang
telah ditetapkan.Sesuai dengan gambaran penjelasan sebe-
lumnya nampak ide pengembangan guru denganmenggunakan model lesson study lebih efektif,karena guru berkolaborasi dengan rekan-rekannya untuk merencanakan, mengamati pem-belajaran dan kegitan ini mencerminkan kursus.Meskipun beberapa dari kegiatan bantuan da-lam mengembangkan kompetensi guru yang si-fatnya top down dapat dilihat sebagai pedagogisterstruktur, seperti lokakarya, kursus elektif, per-temuan bulanan pengembangan guru. Pengem-bangan guru melalui model lesson study lebih si-fat informal dan berkelanjutan seperti, guru mem-bimbing guru, kunjungan kelas pada waktu ber-langsung proses pembelajaran oleh guru dan ke-giatan yang lain dalam berbagai kesempatan.
Mengembangkan lesson study di sekolahdapat lebih efektif, jika disamping mengembang-kan melalui lesson study, pengembangan profes-sional guru juga diikuti dengan pengembanganmelalui strategi struktur sociotechnical. Seko-lah sebagai lembaga atau organisasi yang mem-butuhkan kepemimpinan. Kepemimpinan ini men-jadi sangat penting ketika sekolah (di kelas, ke-lompok maupun intitusi sekolah) sedang mencobauntuk membuat perubahan dalam praktek pem-belajaran. Kepemimpin dibutuhkan untuk men-dukung perubahan dan model praktik yang efek-tif. Sebagaimana Lambert (Rosnita, 2011)nyatakan, “Tanpa kepemimpinan berbasis luaskemampuan sekolah untuk tumbuh dan menjadilebih baik bagi anak-anak akan terbatas.”
MEMBUMIKAN MODEL LESSONSTUDY BERBASIS SEKOLAH
Pengembangan guru melalui model lessonstudy dapat dikatakan sederhana, namun, bisamenjadi proses yang kompleks (Lewis, 2002),karena guru disamping menambah pengetahuantentang konten matapelajaran dan pedagogig jugamempersiapkan guru untuk bekerja dalamkomunitas profesional berfokus pada memastikankualitas pengajaran Penggunaan proses lessonstudy dengan program-program pengembanganyang profesional merupakan wahana untuk me-ngembalikan guru kepada budaya mengajar yangproporsional. Dengan karakteristik dari lesson
Santoso, Membumikan Model Lesson Study 117
study adalah guru lah yang memimpin pengem-bangan professional untuk dirinya. Efektif modellesson study di Jepang sering mulai sebagaigerakan akar rumput dengan antusias guru bu-kan sebagai top-down formasi. (Lewis, 2002).Oleh karena itu pembudayaan kegiatan lessonstudy harus dimotori oleh guru sendiri. Melaluilesson study, guru harus merasa kegiatan lessonstudy merupakan kebutuhan sehingga guru seca-ra aktif terlibat dalam proses perubahan pembel-ajaran dan pembangunan kurikulum. Disampingitu seorang guru harus mempunyai sikap (1) se-mangat introspeksi terhadap apa yang sudah di-lakukan selama ini terhadap proses pembelajar-an, (2) Keberanian membuka diri untuk dapatmenerima saran dari orang lain untuk peningkat-an kualitas diri, (3) keberanian untuk mengakuikesalahan diri sendiri, (4) keberanian untuk maumengakui dan memakai ide orang lain yang baikdan (5) keberanian memberikan masukan yangjujur dan penuh penghormatan. Tetapi juga harussemua guru memiliki persepsi yang sama dalamvisi, konsep belajar dan strateginya, serta filosofipembelajaran, sehingga prinsip kesejawatan dankolegialitas mudah terbentuk.
Kemungkinan proses membumikan lessonstudy mengalami kendala karena ada beberapakesalahan persepsi, yaitu antara lain (1) LessonStudy adalah ide dari negara lain (Jepang) yangtidak mungkin diterpkan di Indonesia karena kulturguru dan siswa Indonesia yang sangat berbedadengan kultur guru dan siswa Jepang. (2) Guru-guru di Indonesia tidak mungkin dapat melaksa-nakan Lesson Study karena selama ini beban tu-gas guru sudah sangat banyak”. (3) Guru-guruIndonesia tidak mungkin mau kelasnya diamatibanyak guru lain, apalagi dari sekolah lain. Pastitidak ada guru yang mau dinilai guru lain. (4)Anak-anak tidak akan dapat belajar kalaudikerumuni banyak orang. (Djamilah, 2010) Per-sepsi semacam ini yang perlu sekali untukdiluruskan, dengan memberikan argumentasi ke-pada guru seperti berikut ini(1) Persepsi yang pertama, Tidaklah benar,
sebab meskipun idenya dari Jepang, namunhal-hal yang universal, ditinjau dari hakekatbelajar –mengajar, tetap dapat dilaksanakandi Indonesia, dengan penyesuaian pada segiteknis pelaksanaannya.
(2) Memang benar bahwa rata-rata bebanmengajar guru sudah cukup banyak apalagiuntuk guru yang memegang mata pelajaranUN yang kebanyakan juga masih harusmelayani permintaan les privat. Oleh karenaitu para guru dapat menyisihkan waktu untukmenggunakan kesempatan untukmelaksanakan Lesson Study di sekolah.
(3) Sedangkan untuk persepsi yang ketiga perlupandangan yang lebih rasional. Memangharus diakui, inilah kendala terberat dalammelaksanakan Lesson Study, yaitu persepsipara guru bahwa ia akan “dinilai” bukan“diberi masukan” oleh guru lain, merekabanyak yang mempunyai pandangan caramengajar seperti ini saja sudah cukup.Dengan lesson study mereka harusmelakukan perubahan pada dirinya,perubahan yang diinginkan membawakonsekuensi terhadap perubahanpemikirannya, waktu yang dibutuhkan dansebagainya. Tanpa ada kesadaran dari guruuntuk melakukan perubahan guru programpengembangan profesinal guru tidak dapatberjalan mulus.
(4) Memang mungkin saja, bahwa pada awalnyasiswa akan canggung menerima kehadiranbanyak orang, dan ini memang dapatmenggannggu konsentrasi belajar siswa.Namun dengan cara siswa “dikondisikan”atau diberi penjelasan sebelumnya tentangakan hadirnya banyak guru dan apa tujuankehadiran mereka, diharapkan dapatmengurangi kecanggungan siswa.Kekawatiran akan mengganggu siswa initidak sepenuhnya terjadi. Hanya pada menit-menit awal siswa tampak tegang, tetapikemudian ketegangan itu mencair dan anakdapat belajar dengan roman muka yang“normal”, bahkan sambil bercanda. Olehkarena itu fokus pengamatan pada belajarsiswa yang dinilai atau dievaluasi atau padasaat refleksi oleh rekan guru.Tak kalah pentingnya permasalahan yang
sering muncul kurang adanya motivasi dari kepalasekolah ataupun pengawas. Kebanyakanpengawas dari Dinas Pendidikan atauKementerian Agama belum berfungsi sebagai su-pervisor pembelajaran di kelas. Ketika datang di
118 CAKRAWALA PENDIDIKAN, VOLUME 14, NOMOR 2, OKTOBER 2012
sekolah, pengawas memeriksa kelengkapan ad-ministrasi guru berupa dokumen rencana pelak-sanaan pembelajaran). dari pada masuk kelasmelakukan observasi dan supervisi terhadap pem-belajaran oleh seorang guru. Oleh karena itu pe-ran Kepala Sekolah maupun Pengawas dapatmemfasilitasi dan memberi dukungan serta me-motivasi kepada guru untuk dapat melaksanakanlesson study di sekolahnya.
Proses membumikan model lesson studydapat berjalan efektif apabila kekuatan utamayang dipunyai para guru dapat menjadi sumberenergi, inspirasi, dan semangat untuk pantangmenyerah dalam menghadapi masalah dan tan-tangan yang ada antara lain adalah fakta bahwapara guru tidaklah sendirian; ada teman guru,kepala sekolah, kelompok MGMP, Dinas Pen-didikan atau Kementerian Agama dan juga pa-kar pendidikan dari Perguruan Tinggi terdekatyang ada, yang bisa menjadi tempat berbagi dantempat mencari solusi dari masalah yang dihadapipara guru.
PENUTUP
Lesson study merupakan alternatif pembi-naan profesi guru melalui aktivitas-aktivitaskolaboratif dan berkelanjutan. Prinsip kolaborasiakan memfasilitasi para guru untuk membangunkomunitas belajar yang efektif dan efesien, se-dangkan prinsip berkelanjutan akan memberipeluang bagi guru untuk menjadi masyarakat bel-ajar sepanjang hayat. Dua hal ini sangat pentingbagi guru dalam menjalankan perannya sebagaisosok panutan dan yang dipercaya oleh siswa disekolah. Lesson study secara berkelanjutan akanmembantu guru mempercepat peningkatanprofesionalismenya. Indikator-indikator pening-katan profesionalisme guru, adalah pengembangankonten matapelajaran dan pedagogik yang beru-pa rancangan dan pelaksanaan pembelajaran(RPP) yang selalu menuntut dilakukannya inovasipembelajaran dan penilaian. Siklus lesson studyyang berupa plan-do-see yang memungkinkanguru untuk dapat mengembangkan pemikirankritis dan kreatif tentang belajar dan pembelajar-an, proses sharing pengalaman berbasis penga-matan pembelajaran memberi peluang bagi guruuntuk mengembangkan keterbukaan dan pening-
katan kompetensi sosialnya, dan proses-prosesrefleksi secara berkelanjutan adalah suatu ajangbagi guru untuk meningkatkan kesadaran akanketerbatasan dirinya.
Membumikan model pengembangan profes-sional guru dengan Lesson study berjalan efektifjika timbul kesadaran dari pribadi guru yaitugerakan akar rumput dengan antusias guru bu-kan kebijaan dari atas (top-down formasi). Ba-nyak kendala yang perlu dicari penyelesaiannya,terutama dari guru yang berupa persepsi danmotivasi untuk berprestasi dalam mengajar.Dukungan Pimpinan (kepala sekolah)pustakawan, pimpinan, supervisor dan DinasPendidikan atau Kementerian Agama dan jugapakar pendidikan dari Perguruan Tinggi membe-rikan dukungan dan menfasilitasi kegiatan Les-son study.
DAFTAR RUJUKAN
UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan DosenDjamilah Bondan Widjajanti, 2010. Pengembang-
an Kompetensi Guru Melalui Lesson Study .Universitas Negeri Yogyakarta http://www.foxitsoftware.com diakses September2012
Lewis, Catherine C. 2002. Lesson Study: A hand-book for teacher-led improvement of instruc-tion. Philadelphia, PA: Research for BetterSchools.
Mark S. Schlager and Judith Fusco, 2003. TeacherProfessional Development, Technology, andCommunities of Practice: Are We Putting theCart Before the Horse?, EBSCO Pubising
Fernandez, C., Yoshida, M., Chokshi, S., & Can-non, J. 2001. An Overview of Lesson Study,ppt. online [email protected], www.tc.edu/lessonstudy.
Podhorsky, C. & Moore, V. 2006. Issues in cur-riculum: Improving instructional practicethrough lesson study. Tersedia pada http://www.lessonstudy.net.
Rosnita, 2011. Standar Pendidikan Untuk CalonGuru Sains:Pedagogi Materi Subjek SebagaiSarana Pengembangan Pengetahuan KontenPedagogi Calon Guru PGSD, FKIP, Univer-sitas Tanjungpura, Pontianak. jurnal.untan.ac.id/index.php/jckrw/article akses 25 Sep-tember 2012
Saito, E, Imansyah, H dan Ibrohim, 2006.Penerapan Studi Pembelajaran di Indonesia.
Santoso, Membumikan Model Lesson Study 119
Studi Kasus dan IMSTEP Kumpulan makalahpelatihan Lesson Study bagi guru berprestasidan pengurus MGMP MIPA SMP seluruhIndonesia di P4TK Kesenian Jogyakarta ta-hun 2006
Santyasa, W.I. 2009. Implementsi Lesson StudyDalam Pembelajaran. Makalah dalam semi-nar Implementasi Lesson Study Dalam Pem-belajaran bagi Guru-Guru TK,SD dan SNIP
di Kecamatan Nusa Penida, Denpasar Uni-versitas Pendidikan Ganesha.
Susilo, Herawati, dkk. 2010. Lesson StudyBerbasis Sekolah. Malang: Bayumedia Pub-lishing.
WWW.Tempo.co Hasil Uji Kompetensi GuruMasih di Bawah Harapan, diakses Septem-ber 2012