Volume 11 Nomor 2, Mei 2010 - msp.fpik.ipb.ac.id fileVolume 11 Nomor 2, Mei 2010 ... Perairan Ancol...

11
ISSN 1441 - 318X Volume 11 Nomor 2, Mei 2010 I JTek. Ung 1 Volume11 No2 I Hal.139 . 322 Jakarta . Mei 2010 ISSN1441-318X I PU $AT TE KN OlOG l lI NGKUNGAN OEPUTI BIOANG TEKNOl OGI PENGEMBANGAN SUMBEROAYAALAM BADAN PE NGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

Transcript of Volume 11 Nomor 2, Mei 2010 - msp.fpik.ipb.ac.id fileVolume 11 Nomor 2, Mei 2010 ... Perairan Ancol...

ISSN 1441 - 318X

Volume 11 Nomor 2, Mei 2010

I JTek. Ung 1 Volume11 No2 I Hal.139 . 322 Jakarta . Mei 2010 ISSN1441-318X I

PU$AT TEKNOlOGl lINGKUNGAN OEPUTI BIOANG TEKNOlOGI PENGEMBANGAN SUMBEROAYAALAM BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

J. Tek. Ung I VoI. 11 I No.2 I Hal. 313 - 322 Jakarta, Mei 2010 IISSN 1441-318X I

KONTAMINASI MERKURI (Hg) OALAM ORGAN TUBUH IKAN PETEK (Leiognathus equulus)

01 PERAIRAN ANCOl, TELUK JAKARTA

Etty Riani Dosen Perikanan dan IImu Kelaulan

Institut Pertanian Bogor

Abstract

MercUfY (Hg) which is contained in aquatic ecosystem can enter and be accumulated to organism's body, like CXI petek fish (Leiognathus equulus). Tho research aimed to see mercury concentration in aquatic eoosystom, to see mefCUf'j concentration in organ of petek fish by MS (Atomic Absorption Spectrophotometer) and Its histopathology response in organs of petek fish. The reS6MCh was done at AncoI, Jakarta Bay CXI

October.[)ecember 2004. There are 16 samples of water and fish from 3 stations. The analysis result of water quatity is compared by standard quality of sea water for sea organism life (Keprnen LH No. 51, 20(4), mercUfY concentration in fish organ is compared by maximum mercury concentration in fish body by classification of Palar (2004). AncoI water quality is still on normal condition. Mercury concentration in water and petek fish organs had low concentration. Gin and lever conlaminated by mercury Is OIIly in station 1 fish, but il is still 011 normal concentration. Histopathology 01 pelek fish gill is not abnormal, while the lever is neaosis. Water and pelek fish is not a good indicator to detect merct6)' in aquaYc ecosystem.

Keywords : mercury, petek fish, water, fever, gill, histopathology, accumulation, indicator

1. PENDAHULUAN

Perairan Ancol merupakan bagian dari Teluk Jakarta, yang dimanfaatkan unluk berbagai kegiatan seperti untuk perikanan, perhubungan laut, pariwisata, dsb. Perairan ini berada di bagian tengah Teluk Jakarta, di sebelah baratnya lerdapat kawasan induslri Ancol Barat, di sebelah timurnya terdapal Pelabuhan Tanjung Priok, dan ke dalamnya bermuara Sungai Ciliwung. Di wilayah daralanAncoi juga lerdapat kegiatan permukiman, industri, pariwisata dan PlTU Tanjung Priok.

Kegiatan yang terdapat di daratan berupa industry dan PlTU in i akan menyumbangkan bahan pencemar terutama

logam berat. Hal ini lerbukti dari hasil') dan Penelitian2l bahwa Perairan Teluk Jakarta telah mengalami pencemaran logam berat terutama Hg, Pb dan Cd. legam berat yang terdapat di perairan in! akan masuk ke dalam tubuh organisme akuatik melalui rantai makanan, insang serta difusi permukaan kulil, dan seJanjutnya akan lerjadi bioakumulasi. Legam berat yang sudah terdapal di da lam lubuh ini pada umumnya akan terikat pada gugus sulfidril dengan ikatan yang irreversible, sehingga legam lerfiksasi dan lidak dapat dlsekresikan3 ) dan pad a konsentrasi tertentu (bervariasi menurut jenis logam,

Konlaminasi Merkuri (Hg) ... , J. Tek. Ling. 11 (2): 313-322 313

spesies hewan, daya permeabilitas dan mekanisme deteksikasinya) semua legam berat pada konsentrasi yang berlebihan dapat berpengaruh negatif').

Ikan petek (Leiognathus equulus) merupakan salah satu jenis ikan yang paling banyak lertangkap di PerairanAnco1. Ikan ini termasukjenis ikan demersal, yang berukuran kecil dan pergerakannya bergerombol, mendiami daerah pantai termasuk di muara­muara sungaL Makanan utamanya berupa fitoplankton dari kelas Bacillariophyoeae dan makanan sekundernya adalah krustasea berupa udang dan kepiling5). Organisme yang hidup di dasar peralran seperti ikan petek merupakan organisme yang dapat mengakumulasi legam berat secara efektif. Melalui proses rantai makanan tubuh ikan petek ini akan terkentaminasi oleh senyawa legam berat secara gradual, sehingga dengan berjalannya waktu, konsentrasi legam betat daJam tubuhnya akan semakin meningkat, dan pada konsenlrasi tertenlu diduga menyebabkan kerusakan pad a jaringan lubuh ikan dan mengakibatkan keracunan. Mengingat Legam berat Hg merupakan logam yang toksisitasnya sangat tinggi, dan menurut2) paling banyak terkontaminasi pada kerang hijau , serta informasi kentaminasi Hg pada ikan pepetek di PerairanAncol belum ada padahal ikan ini cukup banyak dikonsumsi oleh masyarakat nelayan di wilayah lersebut, maka sludi kandungan legam berat pada ikan petek perlu dilakukan. Penelili,,!n ini bertujuan untuk mengetahui kandungan merkuri (Hg) di perairan, mengetahui kandungan merkuri (Hg) pada organ tubuh ikan petek dan respon histopatolegisnya pada organ-organ lubuh ikan petek

2. TUJUAN

Kegiatan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui lingkat ken taminasi merkuri (Hg) dalam tubuh ikan Petek di Perairan Ancol Teluk Jakarta.

3. METODOLOGI

Wakt u dan Tempal Penelitian Penelitian dilakukan di Perairan Ancol,

Teluk Jakarta pada bulan Oktober 2004, yang merupakan bagian dari kegiatan pemanlauan yang dilakukan SPLHD-DKI Jakarta, dan penulis terlibal sebagai bagian dari tim untuk bidang ekotokslkelogi. Analisis laboratorium untuk contoh air didapat dari laboratorium UPT -Lingkungan, SPLHD Jakarta. Analisis laboratorium kandungan legam berat dalam organ tubuh ikan dilakukan di laboratorium Fakultas Kedekteran Hewan (FKH) -Instilut Pertanian Bogor (IPS). Sedangkan pembualan prepara! histologi dilakukan di laboratorium Salai Penelitian Veteriner (Salitvet) Sogor.

Metode Peneli tian Stasiun pengambi lan contoh ai r

ditentukan di sekilar Perairan Ancol dengan jumlah 16 stasiun pengamatan. Penentuan stasiun pengamatan dilakukan dengan memperlimbangkan gradasi kedalaman dan jarak stasiun dari panlaL Pertimbangan ini dimaksudkan agar penentuan stasiun pengamatan selaras dengan kond isi lingkungan yang ada. Stasiun terse but terletak pad a jarak antara 0 ,24-4,2 km dari panlai dan kedalaman antara 3 - 9 m. Pengambilan contoh ikan terletak di liga titik pengamatan yaitu di bagian barat (stasiun 1), bagian tengah (stasiun g) dan timur (stasiun 13) perairan Ancel dengan kedalaman masing-masing stasiun sebesar ± 3 meter (Gambar 1). Penenluan stasiun tersebut mempertimbangkan:

Adanya aktivilas daratan, yaitu stasiun 1 dekat kawasan induslri Ancol Ba rat, stasiun 9 dekat kawasan wisata Taman Impian Jaya Ancol, dan di stasiun 13 dekat aktivitas perahu nelayan yang melakukan penangkapan ikan.

Pergerakan ikan petek yang cepal dan bergerombol.

314 Riani E, 2010

Pengambilan contoh ikan dilakukan dengan menggunakan trawlnet (jaring bondel). Ikan yang lertangkap dipisahkan berdasarkan jenisnya, khusus ikan pelek (Leiognathus equulus) diambil untuk dianalisis kandungan Jogam berat di laboralorium.

Merkuri yang diamali adalah kadar merkuri pada insang, hati, ginjal dan daging, dengan atomic absorption spectrophotometer (AAS) pada panjang gelombang 253.7 nm dan balas deleksi 0,00001 ppm. Khusus pada pengambilan daging dilakukan di bagian depan, tengah dan belakang tubuh ikan&). Selain hal itu pada penelitian ini juga dilakukan anal isis histopatologi terhadap insang dan hali ikan petek.

". .. " .. .. .. + " .

Gambar 1. Oenah lokasi stasiun pengamatan

Pengambilan conloh air dilakukan pada 16 stasiun pengamatan dan parameter kualitas air yang diamati dapa! dilihat pada Tabel1.

Tabel1 . Parameter, alat dan metode yang digunakan

·I~ c_ 'I~ ~ I·~

-, I", I~ I·~

~J:;;: 1'-., I ••• ~

Data yang diperoleh pada penelitian Illi selanjutnya dianalisis. Kual itas air dinilai kelayakannya unluk kepentingan organisme laut dengan membandingkannya dengan baku mutu air laut untuk biota laut (Kepulusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 lahun 2004) dan dibandingkan pustaka. Kandungan merkuri pada organ insang, hati dan daging, dibandingkan dengan kadar maksimum merkuri dalam tubuh ikan menurut5) dan baku mutu negara lain. Sedangkan pada anal isis histopalologi dilakukan seesra deskriptif

4. HASJL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Perairan Ancol, Teluk Jakarta Pengukuran logam berat merkuri (Hg)

di Perairan Ancol, Teluk Jakarta memiliki nilai yang sangat rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa air merupakan parameter yang kurang baik untuk menilai pencemaran merkuri. Beberapa parameter lingkungan dalam air yang diukur pada penelitian ini yailu suhu, salinilas, pH dan kandungan oksigen terlarut, nilainya berada dalam kisaran yang diperbolehkan menurut baku mutu air laut untuk kehidupan biota laut dalam Kep. MENlH No. 51 tahun 2004 (TabeI2).

Tabel2. Nilai parameter yang diamati di Perairan Ancol, Teluk Jakarta dan baku mutu air laut untuk kehidupan biota laut (Kep.MENlH No.51 tahun 2004)

Baku mutu air laut untuk biota

Paramelef rata-rata laut (KepMen LH No.51 Tahun 2()O"

Suhu ("e) 30.39 Alami Salinitas (ppl) 30.56 Alami ,H 8,Q1 7·8,5 Kandungan oksigen

7.69 >5 tertarut (~) m \ "'" 0,001 Kadar H m

-ttd = tidak terdeteksi dalam analisis laooratorium (nilai lebih kedl dari 0,00001 ppm)

Kontaminasi Merkuri (Hg) ... , J. Tek. Ling. 11 (2): 313-322 315

Suhu merupakan salah satu parameter penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena banyak berperan dalam metabolisme, perkembangbiakan serta proses-proses fisiolegis organisme. Suhu Perairan Ancol 29 - 32"C dengan rata­rata di permukaan air 31 ,06"C, kolom air 30,38°C dan dasar perairan memiliki rata­rata 29,69OC menurut KepMen LH No. 51 tahun 2004 masuk pada kategori suhu yang cukup baik unluk mendukung kehidupan yang ada di dalamnya (Gambar 2). Namun demikian suhu yang tinggi akan memberikan efek negalif, disebabkan energi akan lebih banyak digunakan untuk mempertahankan hidup daripada untuk pertumbuhan atau berkembangbiak8). Suhu yang tinggi juga dapat meningkalkan daya raeun loksikan seperti legam berat.

I

I J 1 j l ~ 7 a 9 10 11 Il U H Ij 16 Sr.1. .,..,wo e ....... _

Gambar 2. Suhu pada lapisan permukaan, kolom dan dasar perairan (Sumber data: BPLHD Jakarta)

Nilai salinitas Perairan Ancol berkisar antara 30-31,2 ppt (Gambar 3), dengan nilai rata-rata 30,56 ppt, nilai ini cukup rendah, karena penelitian dilakukan pada musim peralihan Timur-Barat yang merupakan awal musim hujan. Nilai ini masih mendukung kehidupan biota laut yang ada di dalamnya. Namun demikian penurunan salinitas akan menyebabkan peningkalan toksisilas legam berat seperti merkuri dan peningkatan bioakumulasi legam berat pada biota air yang hidup pada perairan yang terkontaminasi.

i "" . .... """'-',,"~ -

Gambar 3. Salinitas Perairan Ancol, Teluk Jakarta

Nilai pH Perairan Aneol relatif sama, berkisar antara 7,8 - 8,1 (Gambar 4) dengan rata-rata sebesar 8,01. Variasi nilai pH keeil yang berarti pH perairan berada pada keadaan stabi!. Nilai tersebul sesuai dengan kisaran baku mutu Kep. MENLH No. 51 tahun 2004 unluk kehidupan biola laul yaitu 7 - 8,5, yang berarti ikan petek masih dapat melakukan hidupnya secara normal di Perairan Ancol, Teluk Jakarta.

• i

"

• • • • • • •

I , , • , • , I • " " ,. ,. " ,. ,. -. Gambar 4. pH di Perairan Ancol, Teluk Ja­

karta

Kandungan oksigen tenarut di Perairan Aneal 4,75-9,86 ppm dengan rata-rata 7,69 ppm. Kandungan oksigen teriarut di setiap stasiun pengamatan pada umumnya berada pada batas yang cukup baik untuk biota laut yaitu diatas 5 ppm. Hanya stasiun 14 yang memilikj nilai oksigen tenarul kurang dari 5 ppmyaitu4,75ppm(Gambar5). Hal inididuga karena slasiun 14 berdekalan dengan PLTU Tanjung Priok yang membuang limbah panas ke perairan, sehingga te~adi peningkatan suhu dan menyebabkan penurunan kelarutan oksigen di perairan.

316 Riani E, 2010

'" r-----------------.o.cc-----­a." ~m ,--

• -It " , " " ,,. ,, ,.,,,,, ,, .. -

Gambar 5. Kandungan oksigen terlaru\ di Peraitan Ancol, Teluk Jakarta

Logam Berat Merkuri (Hg) di Perairan

Kandungan merkuri pada semua titik stasiun penetitian, tidak terdeteksi. Hal ini berarti peraitan tersebut mengandung merkuri, tetapi nilainya lebih kedl dari 0,00001 ppm (batas deleksi alai). Berdasarkan nilai tersebut maka dapal dikalakan bahwa kandungan merkuri di peraitan masih sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan Kep. MENLH No. 51 lahun 2004 yailu sebesar 0,001 ppm. Secara umum dapal dikatakan bahwa lerdapalnya metkuri dalam perairan lidak hanya katena adanya buangan limbah ke peraitan, tetapi merkuri ada secara alami yang berasal dari kegiatan-kegiatan gunung api, rembesan­rembesan air tanah yang melewati daerah deposit merkuri dan lain-Iainnya. Namun demikian. masuknya merkuri ke dalam suatu tatanan lingkungan tertentu seeara alamiah. tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi lingkungan karena masih dapat ditolerir oleh alam itu sendiri. Merkuri menjadi bahan pencemar sejak manusia mengenal industri7).

Hasi! beberapa parameter lingkungan yang telah dibahas, menunjukkan perairan masih layak untuk kehidupan biota laut khususnya ikan petek (Leiognathus equulus). Parameter tersebut adalah $uhu. salinitas. pH dan kandungan oksigen terlarut. Terjadinya penurunan pH. kandungan oksigen terlarut, salinitas akan menaikkan daya toksik merl<uri. Bila dikaitkan dengan keberadaan logam bera! merl<uri di perairan. maka dari kondisi yang

telah disimpulkan. merkuri yang terkandung dalam Perairan Ancol memiliki kadar yang rendah. Rendahnya merl<uri di air diduga karena: (1) kandungan oksigen !erlarut dan salinitas berada pada kondisi yang normal, lidak mengalami penurunan; (2) merkuri di perairan mengalami pengendapan di sedimen. Selain itu merkuri juga akan mengendap pada pH di atas 6. sehingga dengan adanya kenaikan pH pada badan perairan maka akan diikuti semakin kecilnya kelarutan dari senyawa-senyawa 10gam7), oleh karena itu maka kandungan merkuri di Perairan Ancol lebih kecil bila dibandingkan dengan kandungan merkuri dalam sedimen. Oleh karena itu maka kondisi ini memperlihatkan bahwa air laut bukan media yang baik untuk mendeteksi pencemaran merkuri pada suatu ekosistem perairan.

Kandungan Merkuri pad a Organ Tubuh Ikan Patek (Lelognathus equufus)

Pad a penelitian ini dipi l ihnya ikan petek (Gambar 6). menginga! ikan tersebu! merupakan ikan yang lertangkap paling banyak dan merupakan ikan demersal yang diduga dapat mengakumulasi logam berat khususnya merkuri seesra efektif. Organ lubuh ikan pelek (Leiognathus equulus)yang diambil untuk analisis kandu ngan merkuri adalah bag ian insang. hali dan daging.

Persenyawaan merkuri yang terdapal di dalam endapan dasar perairan, dirubah oleh adanya aktifitas kehidupan bakleri menjadi Hg2' dan HgO. Kemudian ion Hg2' akan berubah menjadi dimetil merkuri (CH3)zHg) dan ion melil merkuri (CH3Hg' ). Ion dime!il merkuri akan sangat mudah menguap ke udara. karena adanya faktor fisika yaitu cahaya maka akan terurai kembali menjadi metana (CH~). etana (C 2H6) dan logam Hg". Sedangkan ion metil merkuri sangat mudah larut dalam air dan mudah dimakan oteh biota perairan seiring dengan sislem rantai makanan di air7). Merkuri tersebul akan dimakan oleh o rga nisme tingkal

Kontaminasi Merkuri (Hg) ...• J. Tek. Ling. 11 (2): 313-322 317

trofik terendah misalnya fitoplanklon dan zooplankton, kemudian dimakan oleh ikan petek, karena ikan tersebut merupakan ikan yang bersifat omnivoraV) dan akan mengalami biomagnifikasi pada rantai makanan, organisme yang berada pada rantai makanan paling linggi memiliki kadar merkuri yang lebih linggi daripada organisme dibawahnya3). Hal ini sejalan dengan pendapat'O) serta ll ) yang mengatakan bahwa di dalam tubuh ikan akan terjadi akumulasi merkuri, karena proses penyerapannya lebih cepat dari pada pembuangannya.

Pada penelitian ini tedihat bahwa kandungan merkuri pada insang dan hatl ikan petek cukup linggi (Gam bar 7). Tingginya kandungan merkuri dalam organ tubuh ikan, menunjukkan bahwa merkuri mudah terabsorpsi dan terakumulasi pada tubuh ikan . Adapun penyebab l ingginya kandungan merku ri dalam organ tubuh Ikan adalah karena adanya akumul asi merkuri dalam tubuh ikan yang berasal dad badan air (Iingkungan) dan berasal dari biomagnifikasi'O) .

Kandungan merkuri yang terdapat pada organ tubuh ikan pelek di stasiun 2 dan 3 befada di bawah batas de!eksi alat yailu 0,00001 ppm. Hanya pada slasiun 1 yang memilikl nilai cukup linggi pada organ lubuh insang dan hati, yakni masing-masing bernilai 0 ,04971 dan 0,00458 ppm (Gambar 7). Bila dibandingkan dengan nilai kadar maksimum merkuri yang diperbolehkan dalam tubuh ikan, menurutl") yaitu 0,23 - 0,8

petek equulus)

ppm, nilai yang terukur lersebut masih di bawah kadar yang dilentukan. Kandungan merkuri pada ikan petek ini jauh di bawah kandungan merkuri pada kerang hijau yang mencapai 350 ppm:). diduga dapat mengakumulasi logam berat khususnya merkuri secara efeklif. Organ tubuh ikan petek (Leiognathus equulus) yang diambil untuk analisis kandungan merkuri adalah

'.' I , ! Gambar 7. Kandungan merkuri pada organ

tubuh ikan

bagian insang, hali dan daging . Persenyawaan merkuri yang lerdapal di

dalam endapan dasar perairan, dirubah oleh adanya aklifitas kehidupan bakleri menjadi Hg2. dan Hgo. Kemudian ion Hg2. akan berubah menjadi dimetiJ merkuri (CH' )2Hg) dan ion meli! merkuri (CH3Hg'). Ion dimelil merkuri akan sangal mudah menguap ke udara, karena adanya faktor fisika yaitu cahaya maka akan terurai kembali menjadi metana (CH.), etana (C 2Hs) dan logam Hg". Sedangkan ion melil merkuri sangat mudah larut dalam air dan mudah dimakan oleh biola perairan seiring dengan sislem rantai makanan di airl"). Merkuri tersebut akan dimakan oleh organisme lingkat trofik terendah misalnya fitoplanklon dan zooplankton, kemudian dimakan oleh ikan petek, karena ikan tersebul merupakan ikan yang bersifat omnivoraV) dan akan mengalami biomagnifikasi pada rantai makanan, organisme yang berada pada ranlai makanan paling linggi memiliki kadar merkuri yang"lebih linggi daripada organisme dibawahnya3), Hal ini sejalan dengan pendapat'O) serta ll) yang mengatakan bahwa di dalam tubuh ikan akan lerjadi akumulasi

318 Riani. E, 2010

merkuri, karena proses penyerapannya lebih cepa! dari pada pembuangannya.

Pad a peneli tian ini terlihat bahwa kandungan merkuri pada insang dan hali ikan petek cukup linggi (Gambar 7). TIngginya kandungan merkur! dalam organ tubuh ikan , menunjukkan bahwa merkuri mudah lerabsorpsi dan lerakumulasi pada tubuh ikan. Adapun penyebab !ingginya kandungan merkuri dalam organ tubuh ikan adalah karena adanya akumulasi merkuri dalam tubuh ikan yang berasal dari badan air (Iingkungan) dan berasal dari biomagnifikasPO) .

Kandungan merkuri yang terdapat pada organ tubuh ikan pelek di stasiun 2 dan 3 berada di bawah batas deteksi alai yaitu 0,00001 ppm. Hanya pada stasiun 1 yang memiliki nilai cukup linggi pada organ tubuh insang dan hati, yakni masing-masing bernilai 0,04971 dan 0,00458 ppm (Gambar 7). BHa dibandingkan dengan nifai kadar maksimum merkuri yang diperbolehkan dalam lubuh ikan , menurut71 yaitu 0,23 - 0,8 ppm, nilai yang terukur lersebut masih di bawah kadar yang ditentukan. Kandungan merkuri pada ikan pelek ini jauh di bawah kandungan merkuri pada kerang hijau yang mencapai 350 ppm2).

Keberadaan merkuri hanya lerdeleksi di stasiun 1, hal ini diduga karena stasiun 1 berdekatan dengan kawasan industri Ancol Barat, dan diperkirakan pada stasiun terse but banyak menerima kontaminasi bahan pence mar, seperti logam berat merkuri. Sehingga kondis! tersebut, mengindikasikan bahwa Perairan Ancol telah terkontaminasi merkuri.

Ikan petek merupakan ikan demersal di perairan dangkal. Ikan tersebul akan mengakumulasi logam berat merkuri dari air melalui insang serta difusi permukaan kulit, dan dari sedimen yang diduga terikul dalam makanan yan'g dimakannya. Selain hal tersebut, merkuri juga dapat masuk ke dalam tubuh ikan melalui proses makan memakan (biomagnifikasi)IOI. Dalam hal ini semakin tinggi lingkallrofiknya pada ranlai

makanan maka akan semakin linggi pula kemungkinan akumulasi logam bera! pada jaringan. Sehingga dalam lubuh makhluk hidup akan terjadi bioakumulasi dan biokonsentrasi logam berat yang mencapai ratusan bahkan ribuan kali konsentrasi di dalam air2l. Berdasarkan hasil pengamatan, nilai lertinggi yang terkandung dalam organ lubuh ikan pelek adalah organ insang. Hal tersebul diduga karena akumulasi merkuri paling aktifdiduga melalui insang. Selain itu, bila dilihat dari fungsi hati, hati merupakan organ yang mampu menetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh ikan, atau memiliki kemampuan untuk detoksikasi yaitu proses hilangnya sifat beracun suatu zat beracun melalui jalam biokimia alau proses lain'2), sehingga merkuri yang terakumulasi di hati berkadar relatif rendah.

Bila dikaitkan pada rantai makanan, relatif rendahnya nilai merkuri pada organ tubuh ikan petek baik pada insang, hati maupun daging, diduga karena ikan petek berada pada tingkat trofik yang rendah, yaitu sebagai ikan demersal yang merupakan bagian dari ikan-ikan keci l seperti halnya ikan pemakan fitoplankton dan krustasea. Sehingga proses bioakumulasi yang teljadi pada tubuh ikan petek diperlukan waktu yang lebih lama daripada ikan yang berada pada tingkat trofik yang tinggi, yaitu ikan-ikan besar pemakan ikan-ikan keeil . Dengan demik.ian maka dapat disimpulkan bahwa baik air maupun ikan petek bukan merupakan pendeteksi logam beral merkuri yang baik.

4. Histopatologis

Pengaruh toksisitas subletal merkuri lerhadap organisme air ikan petek dapal menyebabkan perubahan patologik dan histologik pada jaringan yang penting alau jaringan yang peka terhadap erosi logam tersebut31. Jaringan organ tubuh ikan petek (Leiognathus equu!us) yang dileliti unluk respon histopatologis adalah insang, dan hali, karena keduanya merupakan organ yang berperan dalam eksresi dan

Kontaminasi Merkuri (Hg) ... , J. Tek. Ling. 11 (2): 313-322 319

deloksifikasi bahan toksik seperti logam beral merkuri serta merupakan organ vital ikan yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan.

Respon histopatologis merupakan hasil dari pengaruh biokimia dan fisiologi pada OI'fI3nisme secara keseluruhan. Dari hasil pemeriksaan, kondisi organ insang ikan pelek. lidak tampakadanya kelainan (normal). Hal ii'll memperlihatkan bahwa konsentrasi merkuri yang terdapat pada insang belum sampai mengakibatkan rusaknya insang ikan pepetek. Bert>eda dengan insang, pada hati ikan pepelek terdeteksi adanya peradangan berupa oekrosis yang diakibatkan oIeh bahan racun seperti logam berat merkuri. Peradangan merupakan respon aktif dari sel dan pembuluh darah pada jaringan hewan hidup yang merupakan reaksi penting dalam

Gambar 8. Histologi insang ikan petek (Leiognathus equulus),

sistem pertahanan hewan. Organ insang merupakan sarah

satu komponen sislem pernapasan yang mampu dilewati air maupun mineral sehingga merupakan tempat pengambilan

. ' , • •

Gambar 9. Histologi organ hati ikan petek (Leiognathus equulus),

atau pembuangan mineraP3). Selanjutnya dikalakan bahwa insang juga merupakan tempa! ekskresi sisa metabolisme setta merupakan organ yang mengatur osmoregulasi. Oleh karena itu insang juga sangat peka terhadap pengaruh toksisitas logam'·). Menuru!'$) insang bukan saja menyerapoksigendengancepal,namunjuga akan menyaring alkan air, sehingga logam­logam yang tetlaru! dalam air termasuk merkuri, dapat masuk ke dalam tubuh melalui insang, lerutama dalam bentuk melil merkuri yang sangal mudah larut dalam air. dan karena logam yang sudah terikat pada enzim bersifat irreversible3), maka ikan tidak dapat mengeluarkannya, o1eh karenanya maka konsentrasi merkuri dalam jaringan akan meningkat terus sejalan dengan umur ikan. Selanjutnya dikalakan enzim yang di dalamnya sudah mengikat logam beral, maka enzim lersebut akan bersifal immobile. Enzim yang sangal berperan dalam insang ikan ialah enzim katbonik anhidtase dan ttanspor ATP-ase. Karbonik

320 Rial'll. E, 2010

anhidrase adalah enzim yang mengandung Zn dan berfungsi menghidrolisis CO~

menjadi asam karbona!. Apabila ikalan Zn diganti dengan logam lain, fungsi enzim karbonik anhidrase tersebut akan menurun. Tldak berfungsinya enzim dalam insang, akan mengakibatkan terganggunya fungs; insang sebagai alat respiras;'·l.

Berdasarkan analisis histopatologis, terliha! bahwa organ insang tidak mengalami kelainan (Gambar 8). Hal lersebut diduga karena paparan merkuri tersebut belum menunjukkan respon yang berarti, yang terlihal dari konsentrasinya yang masih berada di bawah baku mutu. Hal ini diperkuat oIeh kandungan merkuri di perairan Ancol, Teluk Jakarta yang relatif rendah, sehingga tidak memberikan respon yang berarti pada ikan petek yang hidup di Peralran Ancol, Teluk Jakarta.

Pada organ hati tenihal ikan petek mengalami perubahan histologi. Hal ini dilunjukkan oleh terdapatnya nekrosis (Gambar 9). Nekrosis merupakan kematian jaringan yang terjadi secara cepat pada baglan terbalas pada saat masih hidup. Menurut'l, hati berfungsi sebagai tempat produksl enzim pencemaan, penyimpanan glikogen, metabolisme, pembentukan empedu, dan sintese dan banyak protein plasma. Merkun membenkan dampak kronik pada ikan laut yang menyebabkan adanya peningkatan aktivitas enzim di dalam hall'·l. Padahal menurutll hati merupakan organ yang selalu mengalami gangguan oleh pengaruh logam toksik.

1 Organ hati ikan dalam kondisi normal (Noga 2000), P=Parenchyma; M=Melanomactophage; dan 2 Organ hatj ikan petek yang mengalami nekrosis (B)

Bila dilihat dan gambaran makroskopis pada jaringan organ hati ikan petek, jaringan yang mengalami nekrosis lampak pucat, balas lampak jelas dengan organ yang normal dan organ menjadi mudah haneur'Ul. Nekrosis merupakan bagian dari peradangan sebagai reaksi penting ikan dalam suatu sistem pertahanan. Menurut" 1),

peradangan pada dasamya merupakan suatu mekanisme perlindungan, namun reaksinya kadang-kadang bisa merupakan awal dan suatu penyakit gawat di suatu tempat tertentu. Fungsi peradangan adalah unluk membantu meminimalkan efek dari zat iritan alau patogen pada jaringan yang terluka. Peradangan dapat disebabkan oleh virus, bakten, parasit, trauma, panas, radiasi, dan zat beraeunl&l. Namun berdasarkan eiri­eiri yang ada pada Atlas histopatologi ikan memperlihatkan bahwa peradangan pada hali ikan petek tersebut, diduga karena adanya zat-zal beracun yang masuk ke PerairanAncol, seperti lim bah domestik dan industri termasuk logam berat merkuri atau dengan kata lain sebagai akibat terjadinya pencemaran lingkungan, sehingga ikan mengalami tekanan fisio logis.

5. KESIMPULAN

A. Kesimpulan 1. Kandungan merkuri (Hg) di Perairan

Ancol, masih dibawah baku mutu yang ditetapkan oIeh Keputusan Menten lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air laut untuk biota laul.

2. Kandungan merkuri (Hg) pada organ ikan petek (Leiognalhus equulus), hanya terdeteksi pada insang dan hali ikan yang diambil di stasiun I , yang merupakan indikasi bahwa stasiun 1 terkontaminasi merkuri.

3. Hati iken petek mengalami nekrosis. sebagai akiba! pencemaran air oIeh markuri.

4. Ajrdan ikan petek bukan indikalOf yang baik untuk mendeleksi keberadaan merkuri pada suatu perairan.

B. Saran 1. Penu dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai kandungan logam berat merkuri (Hg) pada sedimen di Perairan Ancol.

2. Penu dilakukan penelitian kandungan

Kontaminasi Merku,; (Hg) .... J . Tek. ling. 11 (2): 313-322 321

logam beral jenis lain seperti Pb, Cd, Cr dan As pada organ ikan petek (Leiognathus equulus) di Perairan Ancol, Teluk Jakarta.

3. Perlu adanya pemantauan khusus terhadap kawasan induslri Ancol Barat dalam penggunaan logam berat khususnya merkuri (Hg).

DAFTAR PUSTAKA 1. Diniah. 1995. Korelasi antara kandungan

logam bernt Hg, Cd dan Pb pada beberapa ikan konsumsi dengan tingkat pencemaran di perairan Teluk Jakarta [tesis], Bogar: Program pascasarjana. IPS. 155 him.

2. Riani, E. 2004b. Pemanfaatan Kerang Hijau sebagai Biofilter Perairan Teluk Jakarta. Kerjasama LPPM IPS dan PemProv DKI Jakarta

3. Klaassen, CD; J. Doul and MO Amdur 1986. Toxicology. The basic scienc:e of poisons. Third edition, MacrnDIan Publishing Company. New York. 974 him.

4, Riani E. 2oo4a. Dampak bahan pencemar terhadap kecacatan dan kepunahan organisma laut. http}I':!:tl!i!.. w.yfor,jd (23 September 2008).

5. Devvi LP. 2005. Kebiasaan makanan ikan patek (Leiognathus equulus Forssk. 1775) pada musim penghujan di Perairan Pantai Mayangan Jawa 'Barat [skripsll Bogar. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan IImu KeIautan. Ins~tut Pertanian Bogar. 56 him.

6. Cizdziel JV, Hinners T.A. and Heithmar EM. 2002. DeterminafionofTotalMercury in Fish Tissues Using Combustion Atomic Absorption Spectrometry with Gold Amalgamation. Water; Air and Soil Pollution 135: 355-370

7. Palar H. 2004. Pencemaran dan toksik%gi logam berat. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 152 him.

8. Heath AG. 1987. Water Pollution and Fish Physiology. Boston USA : CRC Press inc. 245 him.

9. Sugiarta INB" Lestari P., Yogantoro D., Aryanto R. 1989. 8eberapa aspek reproduksi dan makanan alami ikan pepetek (Leiognathus spp.). 80g0f: jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan. InstiM Pertanian Bogor.48 him.

10. Connell OW, GregoryJM. 1995. Kimia dan Ekotoksiko/ogi Pencemaran. Yanti Koestoer, penerjemah; Sahati, pendamping. Jakarta: Penerbil Universitas Indonesia (Ui-Press). Terjemahan dari: Chemistry and Ecotoxicology of Pollution. 520 him.

11. Mercola, J. 2003. Toxicology: How Mercury Harm Humans. Http:{(men::ola. com/2003/aprfplmercurv toxici ty. him (gJ September 2008)

12. Koeman JH. 1987. Pengantar Umum Toksikologi. Yudono : Penerjemah; Soemarwoto:edilor. Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Aigamenelinieiding in de Toxicologie. 125 him.

13. Hoar WS.,1983. General and Comparative Physiology. Third Edition. New Jersey. Prentice Hall. Inc

14. Darmono. 2001. Lingkungan Hidupdan Pencemaran : hubungannya dengan toksikologi senyawa logam. Jakarta : Penerbil Universitas Indonesia (UI­Press). 145 him.

15. Clark RB. 1986. Marine Pollution. New York: Oxford University Press. 394 him.

16. Hardi EH 2003. Kondisi perairan leluk bontang : pendekatan imunologi dan hislologi ikan [tesis], Bogor: Program pascasarjana. Institul Pertanian Bogar. 150 him.

17. Pasaribu FH, Nabib, R .. 1989. Patologi dan Penyakit lkan. Departemen pendidikan dan kebudayaan. Pusat antar universilas bioteknologi. Institut Pertanian Bogar. 120 hIm.

18. Junqueira, LC.and Carneiro, J. 1980. Histofogi Dasar (Basic Histology). Edisi 3. Alih Bahasa Adji Darma. Jakarta. Penerbil Buku Kedokteran EGC

322 Riani. E, 2010