Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

20
H U K U M - 1 - Vol.V, No. 21/I/P3DI/November/2013 Info Singkat © 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351 PEMBERHENTIAN HAKIM KONSTITUSI TIDAK DENGAN HORMAT Lidya Suryani Widayati *) Abstrak Majelis Kehormatan Hakim (MKH) telah menjatuhkan sanksi pemberhentian tidak dengan hormat terhadap Akil Mochtar dari jabatan sebagai Hakim Konstitusi karena dinilai melanggar kode etik dan pedoman perilaku hakim konstitusi. Mahkamah Konstitusi (MK) telah mengeluarkan Peraturan MK No. 09/PMK/2006 tentang Deklarasi Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi yang pada asasnya terkait dengan masalah moralitas dan etika bagi profesi hakim konstitusi. MK sebagai lembaga yudikatif yang menjaga konstitusi perlu mengambil langkah-langkah untuk menegakkan kembali kredibilitas dan integritas yang berujung pada pulihnya kepercayaan masyarakat kepada MK. Proses penyaringan dan pemilihan hakim MK ke depan harus yang memiliki integritas, berbudi luhur, dan memegang teguh etika profesi. A. Pendahuluan Majelis Kehormatan Hakim (MKH) dalam sidang putusan MKH di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, tanggal 1 November 2013 menjatuhkan sanksi pemberhentian tidak dengan hormat terhadap Akil Mochtar dari jabatan sebagai Hakim Konstitusi. Mantan Ketua MK tersebut dinilai melanggar kode etik dan pedoman perilaku hakim konstitusi, sehubungan dengan dugaan suap pengurusan sengketa pilkada, yang kasusnya kini sedang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dalam menjatuhkan putusan, MKH telah memeriksa saksi-saksi, antara lain Kabag Protokol MK Teguh Wahyudi, Kasubag Protokol Ardiansyah Salim, dan Sekretaris Ketua Yuana Sisilia. Sementara Akil menolak diperiksa atau menggunakan kesempatan untuk membela diri dengan alasan telah mengundurkan diri. Menurut Ketua MKH, Harjono, hasil putusan itu sesuai dengan lima anggota MKH yang telah mendalami kasus yang menimpa tersangka kasus dugaan suap sengketa pemilihan kepala daerah (pilkada) tersebut. Putusan MKH tersebut tidak berhubungan dengan proses pidana yang dijalankan Akil di KPK. MKH tidak memerlukan putusan hukum tetap dari KPK untuk memberikan sanksi terhadap Akil. Demikian pula KPK melalui juru bicaranya Johan Budi menegaskan, keputusan MKH memecat Akil Mochtar tidak dengan hormat *) Peneliti bidang Hukum Pidana pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: [email protected]

description

Pemberhentian Hakim Konstitusi Tidak Dengan Hormat (Lidya Suryani Widayati)Sikap Indonesia terhadap Isu Penyadapan Amerika Serikat dan Australia (Lisbet)Green Metropolis: Gagasan Jakarta 2050 (Anih Sri Suryani)Kinerja Makro Ekonomi Indonesia yang Menurun (Ari Mulianta Ginting)Persoalan DPT dan Reformasi Administrasi Kependudukan (Riris Katarina)

Transcript of Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

Page 1: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

H U K U M

- 1 -

Vol. V, No. 21/I/P3DI/November/2013

Info Singkat© 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RIwww.dpr.go.idISSN 2088-2351

PEMBERHENTIAN HAKIM KONSTITUSI TIDAK DENGAN HORMAT

Lidya Suryani Widayati*)

Abstrak

Majelis Kehormatan Hakim (MKH) telah menjatuhkan sanksi pemberhentian tidak dengan hormat terhadap Akil Mochtar dari jabatan sebagai Hakim Konstitusi karena dinilai melanggar kode etik dan pedoman perilaku hakim konstitusi. Mahkamah Konstitusi (MK) telah mengeluarkan Peraturan MK No. 09/PMK/2006 tentang Deklarasi Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi yang pada asasnya terkait dengan masalah moralitas dan etika bagi profesi hakim konstitusi. MK sebagai lembaga yudikatif yang menjaga konstitusi perlu mengambil langkah-langkah untuk menegakkan kembali kredibilitas dan integritas yang berujung pada pulihnya kepercayaan masyarakat kepada MK. Proses penyaringan dan pemilihan hakim MK ke depan harus yang memiliki integritas, berbudi luhur, dan memegang teguh etika profesi.

A. PendahuluanMajelis Kehormatan Hakim (MKH)

dalam sidang putusan MKH di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, tanggal 1 November 2013 menjatuhkan sanksi pemberhentian tidak dengan hormat terhadap Akil Mochtar dari jabatan sebagai Hakim Konstitusi. Mantan Ketua MK tersebut dinilai melanggar kode etik dan pedoman perilaku hakim konstitusi, sehubungan dengan dugaan suap pengurusan sengketa pilkada, yang kasusnya kini sedang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Dalam menjatuhkan putusan, MKH telah memeriksa saksi-saksi, antara lain Kabag Protokol MK Teguh Wahyudi, Kasubag Protokol

Ardiansyah Salim, dan Sekretaris Ketua Yuana Sisilia. Sementara Akil menolak diperiksa atau menggunakan kesempatan untuk membela diri dengan alasan telah mengundurkan diri.

Menurut Ketua MKH, Harjono, hasil putusan itu sesuai dengan lima anggota MKH yang telah mendalami kasus yang menimpa tersangka kasus dugaan suap sengketa pemilihan kepala daerah (pilkada) tersebut. Putusan MKH tersebut tidak berhubungan dengan proses pidana yang dijalankan Akil di KPK. MKH tidak memerlukan putusan hukum tetap dari KPK untuk memberikan sanksi terhadap Akil. Demikian pula KPK melalui juru bicaranya Johan Budi menegaskan, keputusan MKH memecat Akil Mochtar tidak dengan hormat

*) Peneliti bidang Hukum Pidana pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: [email protected]

Page 2: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

- 2 -

tidak akan memengaruhi proses hukum yang sedang berjalan.

Sesuai UU No. 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK), Akil dapat dijatuhi sanksi lebih dahulu melalui MKH tanpa menunggu hasil keputusan dari KPK. Selain itu, MK tidak menerima surat pengunduran diri dari Akil, karena jika mengundurkan diri maka berdasarkan UU MK, Akil akan diberhentikan dengan hormat. Selain itu, MKH sudah dibentuk sebelum Akil mengundurkan diri.

B. Kode Etik dan Pedoman Tingkah Laku bagi Hakim Konstitusi

Terkait dengan kode etik terhadap profesi (hakim konstitusi), MK telah mengeluarkan Peraturan MK No. 09/PMK/2006 tentang Deklarasi Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi. Dalam Pembukaan Deklarasi tersebut dinyatakan, penyusunan Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi merujuk kepada “The Bangalore Principles of Judicial Conduct 2002” yang telah diterima baik oleh negara-negara yang menganut sistem “Civil Law” maupun “Common Law,” disesuaikan dengan sistem hukum dan peradilan Indonesia dan etika kehidupan berbangsa sebagaimana termuat dalam Ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa yang masih tetap berlaku.

“The Bangalore Principles” yang menetapkan prinsip independensi (independence), ketakberpihakan (impartiality), integritas (integrity), kepantasan dan kesopanan (propriety), kesetaraan (equality), kecakapan dan kesaksamaan (competence and diligence), serta nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia, yaitu prinsip kearifan dan kebijaksanaan (wisdom) sebagai kode etik hakim konstitusi beserta penerapannya, digunakan sebagai rujukan dan tolok ukur dalam menilai perilaku hakim konstitusi, guna mengedepankan kejujuran, amanah, keteladanan, kekesatriaan, sportivitas, kedisiplinan, kerja keras, kemandirian, rasa malu, tanggung jawab, kehormatan, serta martabat diri sebagai hakim konstitusi.

Beberapa prinsip tersebut selanjutnya dijabarkan dalam beberapa ketentuan mengenai penerapannya. Penerapan prinsip independensi

yaitu antara lain: Hakim konstitusi harus menjalankan fungsi judisialnya secara independen atas dasar penilaian terhadap fakta-fakta, menolak pengaruh dari luar berupa bujukan, iming-iming, tekanan, ancaman atau campur tangan, baik langsung maupun tidak langsung, dari siapapun atau dengan alasan apapun, sesuai dengan penguasaannya yang saksama atas hukum.

Penerapan prinsip ketakberpihakan yaitu antara lain: hakim konstitusi harus melaksanakan tugas Mahkamah tanpa prasangka (prejudice), melenceng (bias), dan tidak condong pada salah satu pihak. Dengan prinsip ketakberpihakan, hakim konstitusi harus menampilkan perilaku, baik di dalam maupun di luar pengadilan, untuk tetap menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, profesi hukum, dan para pihak yang berperkara terhadap ketakberpihakan hakim konstitusi dan Mahkamah.

Prinsip integritas antara lain melalui penerapan bahwa: hakim konstitusi menjamin agar perilakunya tidak tercela dari sudut pandang pengamatan yang layak; hakim konstitusi dilarang meminta atau menerima dan harus menjamin bahwa anggota keluarganya tidak meminta atau menerima hadiah, hibah, pinjaman, atau manfaat atau janji untuk menerima hadiah, hibah, pinjaman, atau manfaat dari pihak yang berperkara atau pihak lain yang memiliki kepentingan langsung atau tidak langsung terhadap perkara.

Selanjutnya prinsip kepantasan dan kesopanan tercermin melalui penerapan antara lain bahwa: hakim konstitusi harus menghindari perilaku dan citra yang tidak pantas; hakim konstitusi tidak akan mengizinkan tempat tinggalnya untuk digunakan oleh anggota suatu profesi hukum lain sebagai tempat untuk menerima klien atau menerima anggota-anggota lainnya dari profesi hukum tersebut; hakim konstitusi harus menginformasikan secara terbuka tentang keadaan kekayaan pribadi dan keluarganya.

Prinsip kesetaraan merupakan prinsip yang menjamin perlakuan yang sama (equal treatment) terhadap semua orang berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain. Prinsip kesetaraan ini secara hakiki melekat dalam sikap setiap hakim konstitusi untuk senantiasa memperlakukan semua pihak secara

Page 3: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

- 3 -

sama sesuai dengan kedudukannya masing-masing dalam proses peradilan.

Prinsip kecakapan dan kesaksamaan melalui penerapan bahwa hakim konstitusi harus senantiasa meningkatkan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan pribadi lainnya melalui berbagai sarana dan media yang tersedia yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas yang baik. Selanjutnya prinsip kearifan dan kebijaksanan dilakukan melalui penerapan bahwa hakim konstitusi harus bersikap penuh wibawa dan bermartabat (dignity).

Dalam Peraturan MK tentang Deklarasi Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi tersebut pada asasnya telah mengatur sedemikian rinci mengenai bagaimana kode etik dan pedoman tingkah laku bagi hakim konstitusi. Bahkan Peraturan MK tersebut juga mengatur bagaimana pedoman hakim konstitusi terhadap keluarga agar berupaya menjaga keluarga dari perbuatan tercela menurut norma hukum dan kesusilaan.

Peraturan MK tentang Deklarasi Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi pada dasarnya terkait dengan ketentuan Pasal 23 Ayat (2) UU MK. UU ini menentukan mengenai pemberhentian tidak dengan hormat terhadap hakim konstitusi. Hakim konstitusi diberhentikan tidak dengan hormat antara lain apabila: melakukan perbuatan tercela dan/atau melanggar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim Konstitusi.

C. Pemberhentian Hakim Konstitusi Tidak dengan Hormat Atas Dasar Pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Tingkah Laku bagi Hakim Konstitusi

Pada dasarnya kode etik dan pedoman tingkah laku bagi hakim konstitusi terkait dengan masalah etika dan moralitas bagi profesi hakim konstitusi. Banyak profesi yang tergolong mulia, namun hanya hakim yang kerap disebut sebagai “wakil Tuhan di dunia.” Bahkan putusan hakim diawali dengan frasa: “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Dari kepala putusan atas sebuah perkara saja dapat dilihat bahwa apa yang diputuskan oleh hakim bagai mandat yang diterima dari Sang Khalik.

Hakim bukan hanya menentukan mana atau siapa yang benar, dan mana atau siapa

yang salah. Dengan ketukan palu hakim juga, para pihak yang bersengketa akan memperoleh keadilan, meskipun dalam banyak kasus, keadilan yang diputus hakim tidak serta merta diterima oleh pihak yang kalah. Di tangan seorang hakim nasib seseorang ditentukan, apakah bebas dari hukuman atau harus menderita karena masuk penjara. Lebih dari itu, untuk perkara-perkara tertentu, terpidana akan menemui ajal di hadapan regu tembak apabila hakim menjatuhkan vonis mati.

Profesi hakim merupakan profesi yang mulia, karena nilai-nilai yang ada dalam etika hakim juga mendasarkan sejumlah peran hakiki seorang hakim, sebagai penegak hukum, penentu kebenaran, dan pemutus keadilan. Seorang hakim yang tidak mampu menegakan hukum, memutarbalikkan kebenaran dan mempermainkan keadilan, tidak lagi dapat disebut sebagai hakim. Oleh karena itu, keputusan MKH untuk memberhentikan tidak dengan hormat terhadap Akil Mochtar yang dinilai sudah melanggar etika sebagai seorang hakim, terlebih lagi sebagai hakim yang menjaga konstitusi, adalah putusan yang sesuai tidak hanya berdasarkan peraturan perundang-undangan melainkan juga sesuai dengan moralitas masyarakat secara keseluruhan.

Meskipun disebutkan bahwa putusan MKH tersebut tidak berhubungan dengan proses pidana yang dijalankan Akil di KPK, namun pelanggaran kode etik dan pedoman tingkah laku bagi hakim konstitusi yang dilakukan Akil dapat diduga juga sekaligus merupakan pelanggaran yang terkait dengan tindak pidana.

Menurut MKH, Akil terbukti melanggar UU MK, khususnya Pasal 23 ayat (2) terkait perbuatan tercela serta Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. Akil terbukti melanggar prinsip integritas, independensi, kepantasan, dan kesopanan di dalam kode etik. Beberapa pertimbangan majelis yang membuat Akil dinyatakan melanggar kode etik adalah, yang bersangkutan kerap berpergian ke luar negeri bersama keluarga, ajudan, dan sopir tanpa melapor ke Sekjen MK. Kepemilikan mobil mewah yang tidak terdaftar di Polda Metro Jaya juga memberi kesan kepemilikan yang tidak sah. Selain itu, ditemukan narkoba jenis ganja serta dua pil mengandung sabu (tes DNA membuktikan Akil positif menggunakannya).

Page 4: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

- 4 -

Pelanggaran kode etik lainnya adalah bahwa Akil dinilai memiliki jumlah rekening tak wajar. Akil juga memerintahkan sekretarisnya, Yuana Sisilia, dan sopirnya, Daryono, untuk mentransfer sejumlah dana ke rekening pribadinya.

Menurut juru bicara KPK, Johan Budi, terdapat transfer dari pihak-pihak yang diduga berperkara di MK yang dilakukan melalui perusahaan yang dikendalikan keluarga Akil. Dikatakan Johan, meskipun nama Akil tidak ada dalam akta perusahaan tetapi jika ditemukan kaitan transaksi aliran dana ke perusahaan itu terkait penanganan sengketa pilkada, Akil tetap dapat dijerat dengan UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Tanpa mendahului vonis hakim yang akan menentukan mengenai bersalah atau tidaknya Akil atas tindak pidana yang disangkakan kepadanya, dalam konteks inilah menjadi penting pendapat yang menyatakan mengenai batasan moral dan hukum pidana. Bernard E. Harcourt, dalam “Symposium The Moral Limit of The Criminal Law,” menyatakan bahwa batasan moral dalam hukum pidana dan teori hukuman harus dipandu oleh prinsip yang lebih tinggi, baik itu keadilan, kejujuran, efisiensi, atau sesuatu yang lain. Keduanya berasal dari teori moral, sosial, ekonomi, atau politik yang jangkauannya luas dan bersifat mengontrol. Karena berasal dari kerangka teori yang sama, keduanya saling berhubungan. Keduanya bahkan mungkin identik, paralel.

D. PenutupPemberhentian tidak dengan hormat

terhadap hakim konstitusi yang dinilai melanggar kode etik dan pedoman tingkah laku bagi hakim konstitusi akan berimbas kepada persepsi masyarakat terhadap MK. Moralitas dan etika hakim menjadi persoalan krusial ketika banyak orang menilai bahwa badan-badan peradilan sudah bergeser dari tugas utamanya sebagai tempat orang untuk mendapatkan keadilan.

MK sebagai lembaga yudikatif yang menjaga konstitusi perlu langkah-langkah untuk menegakkan kembali kredibilitas dan integritas yang berujung pada pulihnya kepercayaan masyarakat kepada MK. Proses penyaringan dan pemilihan hakim MK ke depan harus

yang memiliki integritas, berbudi luhur, dan memegang teguh etika profesi. Sebagaimana ketentuan Perppu No. 1 Tahun 2013 adalah dengan membentuk dan memperkuat Majelis Kehormatan MK merupakan solusi yang harus dilakukan. Selanjutnya langkah untuk mengembalikan kewenangan pengawasan oleh Komisi Yudisial (KY) perlu dikaji kembali termasuk bagaimana dalam implementasinya agar tidak mengalami kesulitan, tidak hanya terkait dengan “conflict of interest” tetapi juga karena kewenangan KY yang lain yaitu untuk mengawasi hakim Mahkamah Agung.

Rujukan:1. UU No. 8 Tahun 2011 tentang Perubahan

Atas UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

2. Peraturan MK No. 09/PMK/2006 tentang Deklarasi Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi.

3. “Berat Tantangan Hamdan. MK Pecat Akil Mochtar Karena Lakukan Sejumlah Perbuatan Tercela,” Kompas, 2 November 2013.

4. “Skandal Suap Ketua MK. Akil Mochtar Dipecat Dengan Tidak Hormat,” Suara Pembaruan, 1 November 2013.

5. “Pudarnya Etika Hakim,” Suara Pembaruan, 2 November 2013.

6. “Aliran Dana Disamarkan. KPK Usut Kaitan Dana dan Wewenang Akil di MK,” Kompas, 2 November 2013.

7. “Akil Dipecat,” Republika, 2 November 2013.

8. “Akil Mochtar Ditangkap KPK. Akil Mochtar Mengundurkan Diri,” http://www.tribunnews.com/nasional/2013/10/06, diakses 7 November 2013

9. “Pengunduran Diri Akil Diserahkan ke Majelis Kehormatan MK,” http://www.metrotvnews .com/metronews/read/2013/10/06/1/186370, diakses 7 November 2013.

10. “Akil Bakal Diberhentikan Secara Tidak Hormat?” http://nasional.inilah.com/read/detail/2042631, diakses 7 November 2013.

11. “Majelis Kehormatan Hakim Tetap Ambil Keputusan Tanpa Periksa Akil,” http://www.beritasatu.com/nasional/146651, diakses 7 November 2013.

Page 5: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

H U B U N G A N I N T E R N A S I O N A L

- 5 -

Vol. V, No. 21/I/P3DI/November/2013

Info Singkat© 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RIwww.dpr.go.idISSN 2088-2351

SIKAP INDONESIA TERHADAP ISU PENYADAPAN

AMERIKA SERIKAT DAN AUSTRALIA

Lisbet*)

Abstrak

National Security Agency (NSA)/Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) dituduh telah menyadap jutaan data komunikasi pemerintah di banyak negara, termasuk Indonesia. Penyadapan terhadap Indonesia dilakukan oleh NSA AS bekerja sama dengan Direktorat Sandi Pertahanan (DSD) Australia. Dengan adanya isu penyadapan ini, hubungan bilateral Indonesia dengan AS maupun Australia menjadi terganggu. Pemerintah Indonesia telah memanggil Duta Besar dari AS dan Australia untuk meminta penjelasan mengenai masalah ini.

A. Pendahuluan

NSA AS dituduh telah menyadap jutaan data komunikasi pemerintah di banyak negara. Alasan penyadapan ini adalah karena AS ingin mendapatkan informasi lebih dulu di bidang politik, diplomasi, dan ekonomi untuk mengantisipasi kebijakan yang akan dibuat oleh pemerintah negara-negara sahabatnya tersebut. Hal ini terungkap setelah terbongkarnya dokumen rahasia yang diberikan oleh bekas kontraktor NSA Edward Snowden pada majalah “Der Spiegel.” Pada laporan tersebut diketahui bahwa AS memiliki 90 fasilitas penyadapan yang lokasinya tersebar di seluruh dunia. Fasilitas ini termasuk 74 fasilitas berawak, 14 fasilitas dioperasikan dari jarak jauh dan dua fasilitas dioperasikan dari pusat dukungan teknis.

Di Asia Timur, upaya penyadapan AS difokuskan pada China, dengan fasilitas yang terletak di Kedutaan Besar AS di Beijing dan konsulat AS di Shanghai, Chengdu dan kantor diplomatik AS di Taipei. Sementara untuk wilayah Asia Tenggara, diduga terpasang di Kedutaan Besar di Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, Phnom Penh, dan Yangon. Selain itu, alat penyadap juga terpasang di negara-negara sekutu AS seperti Australia, Selandia Baru, Inggris, Jepang, dan Singapura.

B. Respons Negara-Negara

Sahabat

AS melakukan penyadapan komunikasi para kepala pemerintahan negara-negara

*) Peneliti bidang Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: [email protected]

Page 6: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

- 6 -

sahabatnya seperti Jerman, Perancis, Brasil, dan Meksiko. Hal ini memunculkan kemarahan pada pihak negara-negara sahabat AS tersebut. Pada awalnya, Jerman tidak memberikan kritik terbuka karena tidak ingin hubungan kedua negara terganggu. Namun, setelah mengetahui laporan tentang penyadapan telepon Kanselir Jerman Angela Merkel, pemerintah Jerman pun akhirnya melakukan kritik tajam dan protes diplomatik yang cukup keras dengan cara memanggil Duta Besar AS John B. Emerson di Berlin untuk memberikan keterangan.

Sama halnya dengan Pemerintah Jerman, pemerintah Perancis pun memanggil Duta Besar AS Charles Rivkin di Paris terkait aksi penyadapan yang dilakukan oleh AS. Reaksi keras ini muncul dari Presiden Perancis Francois Hollande yang menuntut agar aksi penyadapan dihentikan. Berdasarkan laporan Snowden, NSA diketahui telah menyadap lebih 70 juta hubungan telepon di Perancis yang direkam antara 10 Desember 2012–8 Januari 2013.

Aksi penyadapan ini juga semakin memperkeruh hubungan bilateral Brasil dan AS. Penyadapan komunikasi yang dilakukan AS terhadap Presiden Brasil Dilma Rousseff telah membuat Presiden Rousseff marah besar sehingga membatalkan rencana kunjungannya ke AS.

Tidak cukup sampai di situ, Pemerintah Jerman dan Brasil pun membawa isu penyadapan ini ke tingkat pemimpin dunia. Pemerintah Jerman dan Brasil membawa isu penyadapan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mendukung pembatasan spionase. Bahkan kedua negara mengusulkan pembuatan draf resolusi Majelis Umum PBB untuk pengawasan khusus yang menjamin transparansi dan akuntabilitas pengintaian komunikasi negara. Resolusi ini diperlukan agar terdapat garis batas yang jelas antara isu keamanan yang sah dan hak privasi individu.

Lain halnya dengan Pemerintah Meksiko. Isu penyadapan telepon Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto yang dilakukan AS memang membuat hubungan kedua negara menjadi sensitif, akan tetapi Pemerintah Meksiko tetap berusaha untuk tidak bereaksi keras dan tidak melontarkan kritik tajam sehingga dapat meredakan situasi.

C. Penyadapan di Indonesia

Indonesia pun tak luput dari penyadapan yang dilakukan oleh AS. Penyadapan terhadap Indonesia dilakukan NSA AS bekerja sama dengan Direktorat Sandi Pertahanan (DSD) Australia. Sebagai contoh, NSA AS meminta bantuan DSD Australia untuk mematai-matai Indonesia pada waktu Konferensi Perubahan Iklim PBB yang diadakan di Bali, tanggal 3–14 Desember 2007. Penyadapan kala itu dilakukan AS dan Australia guna memantau struktur jaringan komunikasi keamanan Indonesia.

Selain melakukan penyadapan pada waktu Konferensi Perubahan Iklim, DSD Australia juga melakukan penyadapan terhadap komunikasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan para pemimpin Indonesia lainnya. Alasan Australia membantu AS melakukan penyadapan adalah untuk memajukan kepentingan nasionalnya sendiri serta sebagai kontribusi terhadap aliansi dengan AS. Penyadapan yang dilakukan Australia ternyata telah berlangsung dalam berbagai bentuk selama 20 tahun sampai 30 tahun.

Adapun pola kerja sama yang digunakan oleh AS pada waktu melakukan penyadapan adalah Kedutaan Besar AS mengirimkan sinyal dari program khusus intelijennya yang bernama Stateroom ke kantor konsulat dan misi diplomatik sejumlah mitra intelijennya yakni Australia, Inggris, dan Kanada. Pemerintah AS menyimpan perangkat penyadapan untuk mengumpulkan komunikasi elektronik di Kantor Kedutaan Besar AS, Inggris, Australia, dan Kanada yang ada di Jakarta. Dari sana, AS baru melakukan penyadapan kepada negara-negara yang hendak disadap termasuk Indonesia.

D. Respons Indonesia

Dengan adanya isu penyadapan ini, dapat dipastikan bahwa hubungan bilateral Indonesia dengan AS maupun Australia menjadi terganggu. Penyadapan yang dilakukan AS melalui kedutaan besarnya di Jakarta dianggap sebagai tindakan yang melanggar kedaulatan wilayah. Oleh karena itu pemerintah Indonesia

Page 7: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

- 7 -

mengajukan protes keras atas penyadapan ini. Pemerintah Indonesia akan mengkaji ulang kerja sama dengan Australia menyusul dugaan aksi penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia. Sikap Australia tidak menunjukan sikap bersahabat dengan Indonesia. Aksi penyadapan itu lanjutnya juga telah mencederai kepercayaan Indonesia pada Australia. Pemerintah Indonesia akan meninjau kerja sama pertukaran informasi, pemberantasan penyelundupan manusia dan terorisme. Pemerintah sangat tidak menerima aksi penyadapan yang dilakukan negara sahabat di kedutaan mereka di Jakarta karena sebagai negara yang berdaulat, Indonesia punya kerangka kerja resmi untuk hal itu.

Tindakan penyadapan merupakan sebuah jalan pintas dalam mencari informasi yang bertentangan dengan Konvensi Wina mengenai kode tata berperilaku yang menjadi hukum internasional tentang fungsi kedutaan. Bentuk protes keras yang dilakukan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negerinya adalah memanggil Duta Besar dari AS dan Australia untuk meminta penjelasan. Akan tetapi, bentuk protes ini masih dianggap kurang konkret oleh sebagian kalangan termasuk anggota DPR-RI. Wakil Ketua Komisi I DPR-RI Tb. Hasanuddin bahkan menyarankan agar pemerintah Indonesia membawa isu penyadapan ini ke Mahkamah Internasional. Lebih jauh lagi, Pemerintah bahkan dianjurkan untuk membatalkan sementara kerja sama dengan AS di bidang ekonomi dan pertahanan.

Sementara itu, kemarahan rakyat Indonesia terhadap sikap Australia dilakukan sekelompok hacker alias peretas yang menggunakan identitas Anonymous Indonesia mengambil alih ratusan laman internet Australia dengan alamat online yang berakhiran dengan .au. Para hacker mengklaim telah meretas 178 laman internet Australia sebagai respons protes atas laporan keterlibatan Australia memata-matai Indonesia. Mereka mengubah halaman depan ratusan laman internet itu dengan menulis sebuah pesan untuk Pemerintah Australia.

E. Langkah ke Depan

Keberhasilan penyadapan terhadap pemerintah Indonesia oleh pihak asing membuktikan masih lemahnya intelijen Indonesia dalam mengurus keamanan nasional. Pemerintah Indonesia harus meningkatkan kewaspadaan dalam melindungi informasi rahasia negara dengan cara membuat alat khusus agar sandi maupun kode yang digunakan tidak dapat dilacak maupun disadap. Pemerintah Indonesia mendukung dan menjalin kerja sama dengan Pemerintah Jerman dan Brasil untuk mengajukan draf resolusi Majelis Umum PBB terkait pembatasan spionase. Pemerintah pun telah mengkaji ulang kerja sama dan kepercayaan terhadap pemerintah AS dan Australia sampai terdapat penyelesaian dari isu ini. Indonesia akan menjalin kerja sama dengan negara-negara lain yang mengalami hal serupa (korban penyadapan) untuk melakukan aksi, termasuk kemungkinan menjadi co-sponsor resolusi PBB dalam pemberantasan aksi penyadapan terhadap pejabat pemerintah suatu negara oleh pemerintah negara lain.

Langkah lain yang dilakukan Pemerintah Indonesia adalah memberlakukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Penyadapan karena sampai saat ini belum ada UU yang mengatur hal tersebut. Selama ini aturan mengenai penyadapan itu tersebar dalam sejumlah undang-undang, misalnya, UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Pasal 40), dan UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Pasal 12). Juga UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Pasal 31), UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Pasal 1 Angka 19, Pasal 75 Huruf i, Pasal 77, dan Pasal 78), dan UU No. 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara (Pasal 31, 32, dan Pasal 47).

Page 8: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

- 8 -

F. Penutup

Penyadapan merupakan pelanggaran serius atas etika hubungan internasional dan norma hukum internasional. Kasus penyadapan ini telah menyebabkan menurunnya kepercayaan Indonesia terhadap AS dan Australia. Kondisi tersebut dinilai dapat merusak hubungan bilateral antara Indonesia dan kedua negara. Indikasi kuat tindakan penyadapan oleh AS dan Australia terhadap Indonesia menunjukkan dua negara tersebut mengabaikan peran Indonesia di kawasan Asia Pasifik. Kawasan strategis Asia Pasifik yang sedang membangun stabilitas ekonomi dan pertahanannya ini dibangun dengan ketidakpercayaan dan kecurigaan satu sama lain.

Pemerintah Indonesia harus bersikap tegas menghadapi masalah penyadapan ini. Sebagai salah satu negara mitra strategis Indonesia, tindakan AS dan Australia melakukan penyadapan dinilai tidak mencerminkan sikap persahabatan. Penyadapan dianggap bertentangan dengan hukum internasional karena tindakan tersebut tidak sesuai dengan norma hubungan diplomatik. Untuk itu, pemerintah AS dan Australia perlu segera melakukan upaya pengembalian kepercayaan yang diberikan oleh Indonesia. Upaya pengembalian kepercayaan ini harus ditindaklanjuti secara serius oleh Pemerintah AS dan Australia.

Rujukan:1. “Australia Tidak Ingin Merusak

Hubungan,” Kompas, 9 November 2013, hlm. 9.

2. “AS Sadap Telepon Merkel, Jerman Protes,” http://www.dw.de/.../a-17180273, diakses 6 November 2013.

3. “SBY Didesak Terbitkan Perpu Penyadapan,” http://nasional.sindonews.com/read/2013/11/02/14/801252, diakses 6 November 2013.

4. “Ketua DPR: AS Tak Patut Menyadap Negara Sahabat,” http://nasional.sindonews.com/read/2013/10/30/14/800195, diakses 6 November 2013.

5. “Jerman dan Brasil Serukan Resolusi PBB,” Suara Pembaruan, 8 November 2013, hlm. A8.

6. “Australia-AS Mata-matai Konferensi Bali,” Media Indonesia, 4 November 2013, hlm. 12.

7. “Amerika Akui NSA Langgar Batas,” Republika, 2 November 2013, hlm. 8.

8. “Australia Sadap Komunikasi Presiden SBY,” Suara Pembaruan, 1 November 2013, hlm. A9.

9. “Australia Diduga Agen Spionase AS untuk Asia,” Suara Pembaruan, 31 Oktober 2013, hlm. A8.

Page 9: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

KESEJAHTERAAN SOSIAL

- 9 -

Vol. V, No. 21/I/P3DI/November/2013

Info Singkat© 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RIwww.dpr.go.idISSN 2088-2351

GREEN METROPOLIS: GAGASAN

JAKARTA 2050Anih Sri Suryani*)

Abstrak

Permasalahan yang timbul di perkotaan umumnya berakar pada ketidakmampuan masyarakat untuk mengimbangi kemajuan perkembangan zaman dan ketidakmampuan daya dukung lingkungan dalam mengimbangi pesatnya perkembangan masyarakat. Peningkatan jumlah penduduk di kota metropolitan seperti Jakarta menimbulkan berbagai permasalahan antara lain dalam bidang lingkungan, kesehatan, sosial, dan ekonomi. Green Metropolis sebagai sebuah visi dan gagasan yang kini mengglobal sangat layak untuk dipertimbangkan bagi pengembangan Jakarta dalam rentang puluhan tahun ke depan. Kawasan metropolitan yang ramah lingkungan tidak sekadar menghijaukan kota, tetapi lebih dari itu, memiliki visi yang luas dan komprehensif untuk mengatasi berbagai permasalahan sekaligus antisipasi bagi permasalahan perkotaan di tahun 2050.

A. PendahuluanSejak lima tahun yang lalu, tanggal 8

November selalu diperingati sebagai Hari Tata Ruang Nasional. Peringatan ini dilakukan bersamaan dengan World Town Planning Day (WTPD) yang dirayakan oleh 35 negara. Pada tahun ini tema Peringatan Hari Tata Ruang adalah “Harmoni Ruang dan Air untuk Hidup Lebih Baik.” Tata ruang sendiri erat kaitannya dengan perencanaan, di mana tata ruang sebuah kawasan atau kota yang baik akan tercipta jika dilakukan perencanaan wilayah yang baik pula jauh-jauh hari sebelumnya yang mengacu pada tiga pilar utama tata ruang yakni: ekologi, sosial, dan ekonomi.

WTPD merupakan hari khusus untuk mengenal dan mempromosikan peran perencanaan dalam menciptakan lingkungan yang baik bagi masyarakat. Organisasi internasional untuk WTPD didirikan pada tahun 1949 oleh Profesor Carlos Maria della Paolera dari University of Buenos Aires dengan tujuan untuk meningkatkan kepedulian masyakat maupun para profesional dalam perencanaan kota, baik dalam skala lokal maupun global. Konferensi WTPD dunia tahun ini menitikberatkan pada permasalahan yang berhubungan dengan air antara lain: Banjir, kekeringan, perubahan iklim, kekurangan cadangan air, dan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih.

*) Peneliti bidang Kesehatan Lingkungan pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: [email protected]

Page 10: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

- 10 -

Sementara itu perencanaan dan perancangan tata ruang kota juga menjadi perhatian pemerintah khususnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Untuk itu, salah satu rangkaian dalam memperingati Hari Tata Ruang Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemprov DKI Jakarta bersama organisasi terkait menyelenggarakan curah gagasan mengenai perencanaan dan perancangan kota “Green Metropolis Jakarta 2050.” Curah gagasan tersebut merupakan sebuah sayembara bagi semua kalangan terutama para profesional, khususnya ahli dan pemerhati masalah perkotaan sebagai bentuk kepedulian terhadap masa depan Jakarta sebagai kota metropolitan. Output dari kegiatan tersebut diharapkan dapat menghasilkan masukan untuk mewujudkan ruang dan permukiman perkotaan kawasan Metropolitan Jakarta yang lebih ramah lingkungan, sensitif terhadap isu sosial, ekonomi dan pembangunan berkelanjutan.

B. Permasalahan Kota Besar di Indonesia

Pada permulaan abad pertama milenium ketiga, ditemui kecenderungan menarik dari perkembangan kota-kota. Baik negara berkembang maupun negara maju menunjukkan gejala perkembangan yang mirip, salah satunya adalah gejala peningkatan proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan. Di samping itu pula, secara fisik areal perkotaan meluas yang mengakibatkan koalisi kekotaan secara fisikal akan semakin menggejala. Koalisi kekotaan antara berbagai kota-kota individual ini dengan sendirinya akan mengakibatkan integrasi di bidang sosial, ekonomi, kultural, dan spasial.

Perkotaan di Indonesia tak lagi terbatas sebagai pusat pemukiman masyarakat. Kini kota juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan, sentral hirarki, dan pusat pertumbuhan ekonomi. Peranan perkotaan terhadap pertumbuhan nasional menunjukkan peningkatan yang signifikan. Data National Urban Development Strategy di tahun 2001 menunjukkan bahwa pada awal Pelita I, peranan kota terhadap pertumbuhan ekonomi nasional tercatat 50 persen, namun pada Pelita V, peranan kota terhadap pertumbuhan telah mencapai 70 persen.

Makin meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan di kota-kota yang terjadi terus-

menerus, serta makin meluasnya areal kota menimbulkan berbagai dampak baik positif maupun negatif dalam berbagai dimensi kehidupan. Jika dikerucutkan permasalahan perkotaan di Indonesia dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yakni masalah fisik dan nonfisik.

Masalah fisik menyangkut lingkungan biotik dan abiotik, di mana terjadi gangguan terhadap daya dukung lingkungan antara lain peningkatan polusi udara, penurunan kualitas air tanah dan air sungai, makin besarnya ancaman banjir, sanitasi yang buruk, penurunan vegetasi dan populasi satwa, berkurangnya lahan terbuka hijau, penurunan luasan ruang gerak publik, serta meningkatnya permasalahan transportasi dan kemacetan.

Menurut Japan Automobile Research Institute (JARI) tahun 2003, kualitas udara yang buruk misalnya, telah mengakibatkan tiga juta orang meninggal di Asia. JARI juga menemukan bahwa pencemaran udara di Jakarta telah mencapai taraf amat serius dan mengkhawatirkan dibandingkan dengan standar Badan Kesehatan Dunia (WHO), karena tidak hanya disebabkan debu tapi juga oleh timbal (Pb). Bank Dunia bahkan menempatkan ibukota Indonesia ini sebagai salah satu kota dengan kadar polutan tertinggi setelah Beijing, New Delhi, dan Mexico City. Data pencemaran Jakarta ternyata lebih “seram” sebab pencemaran oleh timbal paling berat terjadi di Jakarta dibandingkan dengan Tokyo, Beijing, Seoul, Taipei, Bangkok, Kuala Lumpur, dan Manila.

Dampak yang diakibatkan pencemaran timbal bisa menyebabkan kematian, kemandulan, dan keterbelakangan mental pada anak-anak. Pencemaran udara di Jakarta ini 80 persen berasal dari sektor transportasi, sisanya pencemaran dari sektor industri dan lain-lain.

Belum lagi masalah krisis air bersih yang terjadi di beberapa kota besar di Indonesia. Persoalan air bukanlah sekadar persoalan kualitas saja melainkan juga persoalan kuantitas dan kontinuitas. Keperluan air di daerah perkotaan khususnya, semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi. Air khususnya di daerah perkotaan sekarang sudah merupakan komoditi yang “langka” dan relatif mahal. Dari segi kualitas, air juga telah mengalami penurunan. Seperti kualitas air di Kota Surabaya

Page 11: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

- 11 -

yang semakin menurun (baik air tanah maupun air permukaan) yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: Erosi tanah selama konstruksi bangunan, limbah industri, luapan air kotor dan septic tank, banjir, serta kontaminasi air hujan di permukaan tanah dan jalanan. Sedangkan di Jakarta, berdasarkan data Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta tahun 2008, kondisi air di Jakarta Utara yang masih baik hanya tujuh persen saja, tujuh persen tercemar sedang, dan 27 persen tercemar ringan.

Gambaran lain permasalahan perkotaan adalah masalah nonfisik yang menyangkut aspek sosial, budaya dan ekonomi. Perbedaan tingkat kemampuan, pendidikan dan akses terhadap sumber-sumber ekonomi memicu timbulnya disparitas penghasilan. Penduduk berpenghasilan rendah tak mampu mendapatkan perumahan layak sehingga makin banyak permukiman kumuh dan para gepeng (gelandangan pengemis) termasuk anak-anak jalanan yang dapat menjadi masalah sosial yang serius. Selain itu tidak dapat disangkal bahwa pengangguran yang makin meningkat akan berdampak luas terhadap kenaikan angka kejahatan atau kriminalitas.

C. Konsep Green MetropolisBeranjak dari beberapa permasalahan yang

dialami di beberapa kota besar yang disebutkan di atas, para ahli perkotaan dan perencanaan mengembangkan berbagai konsep perencanaan dan penataan kota untuk mewujudkan kondisi kota yang lebih baik untuk dapat dihuni oleh masyarakat. Salah satunya adalah konsep Green Metropolis yang dituangkan oleh David Owen tahun 2009 pada bukunya yang berjudul “Green Metropolis, Why Living Smaller, Living Closer, and Driving Less Are the Keys to Sustainability.” Konsep ini merupakan sebuah gagasan untuk merencanakan dan mengelola sebuah wilayah metropolitan secara berkelanjutan.

Wilayah metropolitan adalah sebuah pusat populasi besar yang terdiri atas satu metropolis dan daerah sekitarnya, atau beberapa kota sentral yang saling bertetangga dan daerah sekitarnya. Satu kota besar atau lebih dapat berperan sebagai pusatnya. Sebuah wilayah metropolitan biasanya menggabungkan sebuah aglomerasi (daerah pemukiman lanjutan) dengan zona lingkaran urban, tapi dekat dengan pusat perkantoran atau perdagangan. Zona-zona ini juga dikenal sebagai lingkaran komuter, dan dapat meluas melewati

lingkaran urban tergantung definisi yang digunakan. Biasanya berupa daerah yang bukan bagian dari kota tapi terhubung dengan kota. Contohnya, Pasadena, California dimasukkan dalam wilayah Metro Los Angeles, California. Bukan kota yang sama, tapi tetap terhubung.

Konsep Green Metropolis merupakan sebuah visi dan gagasan yang berkembang di beberapa kota metropolitan di dunia yang menekankan pentingnya mewujudkan sebuah kawasan metropolitan yang ramah lingkungan, tidak sekadar hijau tetapi juga memiliki visi yang lebih luas dan komprehensif yang memanfaatkan secara efektif sumber daya air dan energi, mengurangi limbah, menetapkan sistem tranportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, serta mensinergikan lingkungan alami dengan buatan. Konsep tersebut diaplikasikan dalam sistem pengelolaan kota secara teknis dalam berbagai sektor, antara lain: transportasi, energi, pengelolaan sampah dan limbah, pengelolaan air, managemen bencana, produksi karbon, dan sebagainya.

Salah satu gagasan implementasi konsep Green Metropolis dikembangkan di Kota Metropolitan New York. Dalam gagasan Owen, hidup di Kota Metropolitan New York yang sedemikian padat sambil tetap menjaga kelestarian lingkungan tidaklah sesulit yang selama ini dibayangkan. Kunci utamanya adalah secara permanen mengurangi penggunaan energi, konsumsi air, produksi karbon dan menghindari hal-hal yang berdampak buruk terhadap lingkungan lainnya. Masyarakat di kota-kota metropolitan menggunakan listrik sekitar setengahnya dari konsumsi listrik di daerah lain. Bahkan menurut laporan Owen rata-rata penduduk New York menghasilkan gas rumah kaca lebih sedikit setiap tahunnya daripada penduduk kota-kota Amerika lainnya (dan kurang dari 30 persen dari rata-rata nasional) dengan demikian, jejak karbon yang ditinggalkannya pun lebih kecil.

Hal yang menjadi perhatian penting di New York adalah air bersih dan kualitas udara, namun hal tersebut berusaha diatasi dalam perencaan kota puluhan tahun ke depan. Di samping itu adanya pergeseran paradigma dan kebiasaan sebagian masyarakat untuk menerapkan eco-living dan dalam masa transisi menuju masyarakat yang ramah lingkungan turut mendukung upaya mewujudkan Green Metropolis New York.

Page 12: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

- 12 -

D. Prospek Green Metropolis Jakarta

Green Metropolis sebagai sebuah visi dan gagasan yang kini mengglobal sangat layak untuk dipertimbangkan bagi pengembangan Jakarta ke depan yang dapat diaplikasikan secara komprehensif untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sekaligus antisipasi bagi permasalahan perkotaan di 2050, mengingat beragamnya fungsi Jakarta sebagai ibukota negara. Jakarta memerlukan ruang tata kota dengan terobosan terbaru. Ide-ide segar sangat diperlukan untuk mengatasi banyak permasalahan mulai dari kemacetan, ruang terbuka hijau hingga kesulitan air bersih.

Beberapa usulan dalam Green Metropolis Jakarta 2050 antara lain:- Menumbuhkan kesadaran semua

pihak tentang pentingnya sustainable development, bukan sekadar sesuatu yang bersifat pelengkap, melainkan sebagai arah pembangunan yang merupakan keharusan;

- Mengintegrasikan Jakarta dalam sistem hulu-hilir, yang melingkupi wilayah Jabodetabekpunjur dalam setiap aspek tata kelola antara lain: transportasi, penanganan banjir, penghematan energi, perumahan permukiman, dan pengelolaan sampah dan limbah;

- Penanganan urbanisasi secara bersinergi dengan penguatan kota-kota besar untuk menjadi sentra pertumbuhan urban baru;

- Reformasi pembangunan dan tata guna lahan, konservasi air dan area hijau sebagai green belt, dan perencanaan sistem transportasi dan infrastruktur berkelanjutan.

Berdasarkan isu aktual yang tengah dihadapi, penataan ruang untuk Metropolis Jakarta sangat diperlukan terutama dalam rangka keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang, perwujudan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan serta pengembangan perekonomian yang produktif, efektif dan efisien. Misi menuju Green Metropolis diharapkan menjadi mainstream dalam setiap proses perencanaan pembangunan dalam upaya peningkatan kualitas kawasan perkotaan bagi pemerintah, swasta, masyarakat dan asosiasi kelembagaan nonpemerintah. Mainstream Green Metropolis akan menjadi pendekatan komprehensif sebagai pembentuk esensial

struktur dan pola ruang berskala entitas kawasan untuk sebuah metropolis yang layak huni, aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

Rancangan konsep Green Metropolis juga bisa menjadi langkah awal meninjau Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur). Di samping itu, dalam UU No. 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, kewenangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meliputi penetapan dan pelaksanaan kebijakan, antara lain dalam bidang tata ruang, sumber daya alam dan lingkungan hidup, pengendalian penduduk dan permukiman, dan transportasi. Konsep Green Metropolis Jakarta dapat diimplementasikan jika ada kerja sama secara terpadu antara Pemerintah DKI Jakarta dengan Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten, yang mencakup keterpaduan dalam proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian penataan ruang dengan tetap memperhatikan kepentingan strategis nasional.

Rujukan:1. “Curah Gagasan Green Metropolis Jakarta

2050,” http://www.pu.go.id/main/ view_pdf/ 7982, diakses 8 November 2013.

2. “Hari ini adalah Hari Tata Ruang Nasional,” http://www.rumah.com/berita-properti/2013/11/5852, diakses 8 November 2013.

3. “Krisis Air di Kota; Masalah dan Upaya Pemecahannya (Perbandingan dengan Upaya Pemecahannya di Jepang)” http://www.geotek.lipi.go.id/?p=652, diakses 11 November 2013.

4. “Polusi dan Macet Jakarta Rugikan Warga Rp 8 Trilyun,” http://jakartabagus.com/news.php?id=9679, diakses 11 November 2013.

5. Nas, Peter J. M. (2007). Kota-kota Indonesia. Bunga Rampai. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

6. Owen, David (2009). Green Metropolis Why Living Smaller, Living Closer, and Driving Less Are the Keys to Sustainability. New York: Penguin Group.

7. Yunus, Hadi Sabari (2010). Megapolitan, Konsep, Problematika dan Prospek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 13: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

- 13 -

Vol. V, No. 21/I/P3DI/November/2013

Info Singkat© 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RIwww.dpr.go.idISSN 2088-2351

E KO N O M I DA N K E B I J A K A N P U B L I K

KINERJA MAKRO EKONOMI INDONESIA

YANG MENURUNAri Mulianta Ginting*)

Abstrak

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), indikator kinerja makro ekonomi Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2013. Hal tersebut terlihat dari beberapa indikator makro ekonomi, di antaranya laju pertumbuhan ekonomi yang menurun, tingkat inflasi yang masih tinggi, dan nilai tukar rupiah yang melemah. Penurunan indikator makro ekonomi ini menunjukkan, pemerintah belum efektif bekerja dan melaksanakan fungsinya. DPR-RI harus melaksanakan fungsi pengawasan dan anggaran secara ketat untuk memantau dan mengawasi kinerja pemerintah.

A. PendahuluanBerdasarkan Macroeconomic Dashboard

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada, perekonomian nasional saat ini berada pada critical point. Faktor melemahnya nilai tukar rupiah, inflasi yang terus naik dan bahkan mencapai puncak tertinggi sejak Global Financial Crisis, disertai peningkatan defisit transaksi berjalan dan semakin tergerusnya cadangan devisa akibat capital outlfow serta besarnya utang luar negeri swasta jangka pendek yang jatuh tempo membuat instabilitas perekonomian Indonesia meningkat. Memburuknya indikator-indikator makro ekonomi sudah berlangsung lebih dari satu tahun terakhir ini. Selain itu, tekanan yang dihadapi oleh ekonomi nasional disebabkan juga oleh semakin memburuknya ekonomi emerging economies serta kondisi global yang masih penuh ketidakpastian. Hal ini perlu diwaspadai karena bisa berlanjut

ke tahapan yang lebih buruk dan menyebabkan Indonesia masuk ke dalam lubang krisis.

B. Pertumbuhan Ekonomi yang Menurun

Dimulai dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang diukur dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013 pemerintah menetapkan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,3 persen. Namun, di tengah kondisi perekonomian global yang belum stabil, dan kinerja perekonomian Indonesia yang terganggu akibat meningkatnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) disertai dengan meningkatnya harga tarif dasar listrik, kenaikan upah buruh, dan diikuti dengan kenaikan harga barang-barang lainnya menyebabkan hal tersebut menjadi sulit untuk dicapai. Untuk lebih jelasnya

*) Peneliti bidang Ekonomi Kebijakan Publik pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: [email protected]

Page 14: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

- 14 -

mengenai pertumbuhan ekonomi overview selama 2013 dapat dilihat pada Grafik 1 berikut.

Grafik 1 menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2013 terutama didukung oleh pertumbuhan yang relatif tinggi pada sektor transpor dan komunikasi yaitu sekitar 11,46 persen. Sementara itu sektor pertambangan pada triwulan II 2013 justru mengalami pertumbuhan yang negatif 1,19 persen, dan di sektor lain rata-rata mengalami pertumbuhan yang positif walaupun pertumbuhannya tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 sangat didukung oleh pertumbuhan tiga sektor utama yaitu, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, serta sektor transpor dan komunikasi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia year on year berdasarkan data yang diperoleh dari BPS per triwulan III 2013 pada Tabel 1 diperoleh laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,83 persen lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 sebesar 6,2 persen. Ini menandakan bahwa terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi tahun 2013 dibandingkan tahun sebelumnya, baik tahun 2012, 2011 maupun 2010. Berdasarkan Tabel 1 juga konsumsi rumah tangga masih menjadi jenis pengeluaran utama

yang mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, lalu diikuti oleh jenis pengeluaran investasi (pembentukan modal tetap bruto) dan ekspor barang dan jasa.

C. TingkatInflasiyangMeningkatIndikator makro ekonomi selanjutnya yang

ingin dicermati adalah inflasi. BPS mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan harga barang-barang dan jasa secara umum, di mana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara. Peningkatan harga BBM pada pertengahan tahun 2013 mengakibatkan tingkat inflasi meningkat drastis hingga sekarang sulit untuk kembali ke posisi inflasi pada tahun yang lalu. Berdasarkan data BPS Grafik 2 triwulan III 2013 Inflasi yang

terjadi year on year 7,66 persen lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi year on year tahun 2012 hanya sebesar 3,66 persen. Kenaikan inflasi yang begitu tinggi pada tahun 2013 disebabkan adanya kenaikan harga yang ditunjukkan kenaikan indeks kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,55 persen; perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,26 persen; kesehatan 0,33 persen; pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,31 persen; transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,53 persen, sedangkan penurunan harga hanya ditunjukkan oleh

Grafik1.Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

MenurutLapanganUsahaTahun2010–2013

Sumber: BPS, 2013.

Tabel 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Pengeluaran (%)

Jenis Pengeluaran 2010 2011 2012 2013Konsumsi Rumah Tangga 4,6 4,7 5,28 5,29Konsumsi Pemerintah 0,3 3,2 1,25 4,05Pembentukan Modal Tetap Bruto 8,5 8,8 9,81 4,81Ekspor Barang dan jasa 14,9 13,6 2,01 4,56Dikurangi Impor barang dan jasa 17,3 13,3 6,65 1,38Pertumbuhan PDB 6,1 6,5 6,23 5,83

Sumber: BPS, 2013.

Page 15: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

- 15 -

penurunan indeks kelompok bahan makanan sebesar 0,66 persen dan sandang 0,56 persen.

Tingkat inflasi tahun 2013 yang cukup tinggi per triwulan III 2013 sebesar 7,66 persen diperparah dengan disparitas inflasi antardaerah yang cukup besar. Jika melihat Grafik 3, inflasi yang terjadi terutama di Kawasan Timur Indonesia mengalami tingkat yang jauh di atas rata-rata nasional. Sebagai contoh inflasi yang terjadi di kawasan timur Indonesia seperti Sorong di Provinsi Papua Barat dan Tarakan yang berada di Kalimantan Utara mengalami tingkat inflasi di atas rata-rata nasional. Sementara daerah-daerah yang berada di Indonesia Bagian Barat mengalami inflasi yang berada pada rata-rata bahkan ada beberapa daerah yang mengalami inflasi dibawah rata-rata nasional.

D. Nilai Tukar yang MelemahSelama tahun 2013 rupiah mengalami fase

perlemahan indeks yang cukup dalam. Penurunan

nilai tukar ini dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar pada awal triwulan III 2013 disebabkan oleh pernyataan Ben Bernake sebagai Gubernur Bank Central Amerika Serikat (The Fed) yang mengatakan bahwa tingkat inflasi dan pengangguran di Amerika Serikat saat ini masih membutuhkan stimulus moneter. Di satu sisi, menguatnya dolar disebabkan karena indikator ekonomi Amerika Serikat yang membaik sehingga meningkatkan kemungkinan the Fed akan melakukan Quantitatif Easing Tapering. Faktor internal yang menjadi faktor pendorong melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar adalah inflasi yang terjadi masih sangat tinggi dan neraca perdangangan yang mengalami defisit melebar serta publikasi cadangan devisa yang terus menurun. Kombinasi faktor tersebut membuat rupiah berada pada posisi yang rendah dan melemah pada tahun 2013 jika dibandingkan pada tahun sebelumnya. Grafik 4 menunjukkan penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang cukup signifikan dari tahun 2013 jika dibandingkan tahun 2012.

Terkait indikator-indikator makro ekonomi yang cendrung menurun, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef ) Eni Sri Hartati menilai, pemerintah bekerja tidak efektif dan efesien. Selain itu paket kebijakan yang berubah-ubah dan tidak ada realisasi dari pemerintah semakin mempertegas kerja pemerintah yang tidak efektif. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mendorng perbaikan indikator makro ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang positif hanya retorika semata. Selain itu, dalam pemerintahan dari tingkat bawah hingga presiden, banyak posisi elit yang memiliki double job sehingga tidak fokus lagi pada urusan pemerintah. Seperti ditingkat kementerian banyak yang dari partai dan mencalonkan diri dalam Pemilu 2014.

Grafik2.TingkatInflasiBulankeBulan,TahunKalender,danYear on Year

Tahun2011–2013

Sumber: BPS, 2013.

Grafik3.DisparitasInflasiIndonesiadi66Kota

Sumber: BPS, 2013.

Page 16: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

- 16 -

Menurut Iman Sugema, masalah-masalah ekonomi yang mendera Indonesia sudah cukup parah. Pemerintah sebenarnya mengetahui jalan keluarnya akan tetapi sampai sekarang belum juga direalisasikan. Menurut Direktur Institute for Global Justice (IGJ) Salamudin Daeng, sejauh ini pemerintah sudah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional tapi gagal. Sebagai contoh paket kebijakan penyelamatan ekonomi yaitu perbaikan defisit transaksi berjalan dan nilai tukar terhadap dolar, menjaga pertumbuhan ekonomi, pemberian insentif untuk menjaga daya beli dan mempercepat investasi. Namun fakta yang terjadi paket kebijakan tersebut belum efektif yang terlihat dari neraca perdangan masih berada negatif dan nilai tukar rupiah yang masih lemah terhadap dolar. Bahkan menurut Pengamat Ekonomi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, Eugenia Mardanugraha, persoalan ekonomi saat ini bukan sekadar meningkatkan investasi dari luar negeri, melainkan bagaimana masyarakat menurunkan konsumsi dalam negeri untuk kemudian dapat dan disalurkan ke sektor riil domestik. Untuk merealisasikan hal tersebut perlu didukung dengan kebijakan yang berpihak kepada investor dan produk dalam negeri. Apapun yang akan dikeluarkan pemerintah sekarang tidak akan bisa menyelamatkan ekonomi nasional. Saat ini pemerintah dinilai sudah tidak lagi bekerja mengurusi negara. Mereka lebih fokus pada kursi jabatan untuk pemilu 2014 tahun depan.

Menurut M. Riza Damanik, Direktur Eksekutif IGJ, pembangunan eknomi saat ini tidak berkualitas, sehingga tidak mampu menyejahterakan masyarakat. Tingginya harga barang-barang pokok, minimnya pekerjaan sehingga pengangguran meningkat bahkan hingga posisi neraca perdagangan yang terus mengalami defisit menandakan bahwa pemerintah saat ini sudah tidak mau lagi bekerja.

E. PenutupPenurunan Indikator makro ekonomi yang

terjadi saat ini dapat diartikan sebagai penurunan kinerja makro pemerintah Indonesia. Penurunan tersebut terlihat dari tiga hal yaitu pertumbuhan ekonomi yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, tingkat inflasi yang meningkat cukup tajam pada tahun 2013 yang disebabkan kenaikan harga BBM, dan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar. Hal ini harus menjadi perhatian DPR-RI.

Penurunan indikator makro ekonomi mengandung arti bahwa pemerintah belum bekerja

secara maksimal dan optimal untuk menggerakkan negara ini ke arah yang lebih baik demi tercapainya tujuan berbangsa dan bernegara. Untuk itu diperlukan kerja keras dari pemerintah untuk dapat bekerja lebih baik, terlebih pada masa akhir pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. DPR-RI melalui fungsi-fungsi yang dimilikinya perlu mendesak pemerintah agar fokus pada tugas utamanya untuk mengelola pemerintah dan mengutamakan kemakmuran rakyat.

Rujukan:1. “Ekonomi 2013 di Bawah Target,” Kompas, 7

November 2013.2. Makroekonomic Dashboard FEB UGM,

“Perkembangan Ekonomi Terkini 2013, Indonesia Economic Review and Outlook,” http://macroeconomicdashboard.com/index.php/id/ekonomi-makro/136-perkembangan-ekonomi-terkini-2013-iii, diakses 1 November 2013.

3. “Ekonomi Melambat,” Republika, 7 November 2013.

4. BPS (2013). Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 42 November. Jakarta: BPS.

5. Artha, I Kadek Dian Sutrina (2013). Strategi Kebijakan Moneter Tahun 2014. Jakarta: LPEM UI

6. “Indikator Ekonomi Melorot. Kinerja Pemerintah Tak Efektif,” Neraca, 7 November 2013.

7. “Paket Kebijakan Dianggap Gagal,” http://www.shnews.co/detile-27100-paket-kebijakan-dianggap-gagal.html, diakses 1 November 2013.

8. “Empat Paket Kebijakan Pemerintah Tidak Efektif,” http://www.suarapembaruan.com, diakses 1 November 2013.

Grafik4.Perkembangan

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar

Sumber: Bank Indonesia, 2013.

Page 17: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

- 17 -

Vol. V, No. 21/I/P3DI/November/2013

Info Singkat© 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RIwww.dpr.go.idISSN 2088-2351

P E M E R I N TA H A N D A L A M N E G E R I

PERSOALAN DPT DAN REFORMASI ADMINISTRASI

KEPENDUDUKANRiris Katarina*)

Abstrak

Permasalahan yang muncul dalam penetapan Daftar Pemilih Tetap untuk Pemilu 2014 -yang dapat mempengaruhi masa depan demokrasi Indonesia- telah menjadi bukti kuat perlunya segera melakukan reformasi dalam administrasi kependudukan di Indonesia. Dalam perkembangan reformasi di negara-negara lainnya, reformasi administrasi kependudukan merupakan salah satu reformasi yang menjadi fokus pemerintahan sebuah negara. Tulisan ini merekomendasikan agar reformasi administrasi kependudukan yang dilakukan melalui modernisasi lewat e-KTP diperkuat dengan melakukan beberapa tindakan lainnya seperti melihat perubahan sosial dan politik yang terjadi dalam masyarakat agar diperoleh hasil maksimal dari reformasi ini, dengan melakukan social engineering melalui persuasi massa, konsultasi bersama dan kerja sama, sosialisasi, edukasi, dan perubahan perencanaan, serta lebih mengedepankan insentif daripada sanksi.

A. Pendahuluan

Mundurnya penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dijadwalkan dari tanggal 23 Oktober 2013 menjadi tanggal 4 November 2013 dan sesungguhnya dituntut oleh beberapa partai politik (parpol) untuk diundur lagi, dinilai KPU merupakan sebuah masalah besar. KPU menyadari bahwa mundurnya penetapan DPT akan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap kinerja KPU. Namun, kualitas pemilu akan sangat ditentukan oleh proses yang jujur dan akuntabel, dan salah satu

proses pemilu yang diangggap sangat penting adalah soal akurasi DPT.

Permasalahan yang masih muncul hingga sampai tenggat waktu pengumuman DPT oleh KPU antara lain keakuratan data pemilih yang masih diragukan dan kekhawatiran terhadap ketidakjujuran pendataan sebagai pintu masuk manipulasi penghitungan suara.

Keakuratan data yang masih diragukan muncul dari kenyataan bahwa KPU menemukan data pemilih sejumlah 186 juta nama, padahal dalam DP4 terdapat 190 juta pemilih, sehingga ditemukan 20,3 juta pemilih dengan data masih bermasalah.

*) Peneliti bidang Administrasi Negara pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: [email protected]

Page 18: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

- 18 -

Untuk mengatasi hal ini, KPU telah membuat peraturan KPU yang meminta KPU daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota untuk melengkapi Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan nomor kartu keluarga bagi setiap pemilih yang terdaftar dalam DPT. Masalahnya, program e-KTP yang diluncurkan oleh Kementerian Dalam Negeri sejak tahun 2011 baru merekam 136 juta DP4 dengan akurasi 100 persen. Artinya, ada 54 juta DP4 yang belum valid. Data ini kemudian dikoreksi oleh Dirjen Administrasi Kependudukan (Adminduk) Kementerian Dalam Negeri dengan mengatakan bahwa data DP4 telah mengalami perbaikan sekitar 160 juta dengan akurasi 100 persen.

Sementara itu, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) pada tanggal 4 Oktober 2013 mengumumkan bahwa 36 juta Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan (DPSHP) memiliki NIK bermasalah, antara lain NIK kosong, tidak sinkron, serta tidak sesuai dengan umur, tanggal lahir, dan jenis kelamin,

Pada tanggal 23 Oktober 2013, KPU menyampaikan 186 juta DPT, namun 20,3 juta pemilih masih belum memenuhi lima syarat pemilih sesuai UU Pemillu, yaitu NIK, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, serta alamat warga negara yang memiliki hak pilih. Namun, pada 23 Oktober 2013, KPU memperlihatkan data terbaru yaitu masih ada sekitar 10,4 juta pemilih yang diketahui tidak memiliki NIK dalam DP4. Pada 4 November 2013, KPU akhirnya menetapkan DPT Pemillu 2014 sebanyak 186.612.255 jiwa di dalam negeri dan 2.010.280 jiwa di luar negeri.

B. Gagalnya Program e-KTP

Salah satu upaya reformasi bidang administrasi kependudukan yang dilakukan oleh Pemerintah yaitu dengan melakukan program e-KTP yang didasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 2011 tentang Standar KTP Berbasis NIK Nasional. Program ini merupakan reformasi melalui upaya melakukan modernisasi sistem administrasi kependudukan. Program ini direncanakan dilaksanakan pada bulan Februari 2011 hingga Desember 2012, sebagai pelaksanaan dari UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Uang negara telah dikucurkan sebanyak Rp5,8 triliun pada tahun 2011 dan ditambah pada tahun 2012 sejumlah Rp1,045 triliun melalui APBN-Perubahan 2012. Sasaran program ini adalah 172 juta warga yang memiliki KTP.

Namun, dalam kenyataannya, menurut Komisi II DPR-RI, jumlah penduduk yang sudah melakukan perekaman sebanyak 170 juta, masih jauh di bawah jumlah DPT Pemilu 2014 yang yaitu 186 juta jiwa. Berbeda dengan temuan Komisi II, Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi mengatakan bahwa Kementerian Dalam Negeri telah menerbitkan NIK untuk 252 juta warga. Namun, diakui bahwa ada warga yang belum memperbarui KTP sehingga tidak memiliki KTP dengan NIK Standar. Menurutnya, sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2006, rakyat yang harus aktif mendaftarkan, sedangkan pemerintah hanya bertugas menyerahkan DAK2 (Data Agregat Kependudukan Kecamatan), DP4 (Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilu), dan membantu KPU memutakhirkan data pemilih jika diminta.

Dari berbagai pantauan yang dilakukan Kompas di daerah-daerah, masih ditemukan pelaksanaan program e-KTP yang bermasalah. Di Kota Malang, masih ditemukan sekitar 800 pemilih yang tidak memiliki NIK, sebanyak 80 persen alamat pemilih di DP4 tidak jelas. Di Lamongan, Jawa Timur, sebanyak 181.574 warga belum melakukan perekaman data. Demikian pula di Sumatera Barat, masih ada 292.677 data DPT yang tidak valid NIK-nya, yang artinya ada sekitar delapan persen dari total DPT.

Tabel Data Pemilih di Dalam dan Luar Negeri

KategoriDalam Negeri (versi KPU per 31 Okt. 2013)

Luar Negeri (versi Kemenlu

per 22 Okt. 2013)DP4 190.463.184 jiwa 2.146.618 jiwaDPS 187.977.268 jiwa 1.994.618 jiwaDPSHP 182.752.515 jiwa*DPT 186.842.553 jiwa 2.003.782 jiwa

* minus Papua dan Papua BaratSumber: KPU dalam Media Indonesia, 4 November

2013.

Page 19: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

- 19 -

Kondisi di atas memperlihatkan bahwa program e-KTP gagal mencapai sasaran yang diharapkan. Program e-KTP tidak dapat menjangkau 172 juta warga yang memiliki KTP, apalagi yang pada saat program dilakukan telah bertambah penduduk yang memiliki KTP pemula.

C. Reformasi Administrasi Kependudukan: Dari Modernisasi Menuju Kelembagaan?

Upaya reformasi dengan melakukan modernisasi dalam bidang administrasi kependudukan hingga saat ini terbukti belum memperlihatkan hasil yang diharapkan. Dalam perkembangannya, Kementerian Dalam Negeri dan DPR-RI melihat adanya masalah dalam bidang kelembagaan administrasi kependudukan. Hal ini tampak dari diusulkannya reformasi kelembagaan dalam draf RUU tentang Administrasi Kependudukan pada bulan Juli 2013. Dalam draf tersebut diusulkan sebuah lembaga yang dinamakan Badan Administrasi Kependudukan yang merupakan perangkat Kementerian Dalam Negeri di provinsi dan kabupaten/kota. Akibat dari hadirnya badan ini, tentu saja instansi pelaksana yang ada di daerah merupakan instansi vertikal.

Munculnya usulan ini tentu didasarkan oleh banyak pertimbangan. Dalam pandangan penulis, pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah bahwa kondisi administrasi kependudukan selama ini selalu bermasalah. Tidak pernah ada data yang sinkron mengenai jumlah penduduk dari waktu ke waktu. Setiap instansi yang diberikan kewenangan untuk menghimpun data kependudukan selalu mempunyai data yang berbeda. Ambil contoh, data kependudukan yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tidak pernah sama dengan data kependudukan yang dikeluarkan Dinas Kependudukan, baik di provinsi mapun di kabupaten/kota. Alasan dasar pengumpulan data dan kepentingan yang berbeda selalu mengemuka. Misalnya, BPS mendata jumlah penduduk berdasarkan penduduk yang

bermukim di sebuah wilayah selama enam bulan, sedangkan Dinas Kependudukan mendasarkan pendataan penduduk pada warga yang telah memiliki KTP. Dengan alasan, ada banyak warga yang tidak memiliki KTP wilayah sebuah daerah namun tidak di wilayahnya. Menurut mereka, tidak seharusnya warga tersebut menjadi beban pemerintah daerah setempat.

Dengan adanya kondisi di atas, memperlihatkan bahwa perlu ada perbaikan terhadap upaya reformasi kependudukan selain daripada modernisasi. Caiden telah membuktikan bahwa reformasi administrasi, selain dilakukan dengan cara modernisasi, juga dapat dilakukan dengan melakukan perubahan dari aspek kelembagaan dan proses kerja.

Dalam kaitannya dengan administrasi kependudukan, kita tahu bahwa yang mengenal langsung penduduk sebuah wilayah sudah tentu aparat pemerintah daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu, dari aspek sosiologis, peran pemerintah daerah tidak boleh dihilangkan. Dengan demikian instansi pelaksana daerah harus tetap ada. Oleh karena itu, terhadap usulan untuk membentuk Badan Administrasi Kependudukan yang merupakan perangkat instansi pusat –yang mengakibatkan instansi pelaksana menjadi instansi vertikal– merupakan ide yang tidak tepat, karena dampak yang akan ditimbulkannya, baik secara hukum maupun secara politis.

Caiden mengatakan bahwa suksesnya upaya reformasi administrasi bergantung pada beberapa faktor, antara lain stabilitas politik dan sosial. Perubahan status akan mengakibatkan perubahan status kepemilikan pegawai, peralatan, keuangan, dan kewenangan. Perubahan ini tentunya harus dilakukan secara hati-hati karena melibatkan pegawai daerah dan aset yang selama ini dimiliki oleh daerah. Jangan sampai kepala daerah menjadi merasa terganggu yang dapat menimbulkan penolakan yang akan mengancam kerja pengadministrasian kependudukan.

Oleh karena itu, penulis mengusulkan agar pemerintah pusat tetap diberikan kewenangan untuk membentuk kebijakan mengenai administrasi kependudukan. Kebijakan tersebut tentunya harus jelas,

Page 20: Vol. V, No. 21 I P3DI November 2013.pdf

- 20 -

detail, dan mengakomodasi kebutuhan daerah. Misalnya, apakah data penduduk yang diminta adalah setiap penduduk yang tinggal di daerahnya tanpa melihat lamanya tinggal atau kepemilikan KTP. Pemerintah pusat juga memiliki kewajiban untuk memastikan seluruh kebijakan diimplementasikan dengan baik. Apabila terdapat kebutuhan khusus daerah, pemerintah pusat dapat turun tangan memenuhi kebutuhan khusus tersebut. Sehingga, perubahan yang digagas di sini adalah dengan melakukan social engineering yaitu melakukan persuasi masa, konsultasi bersama dan kerja sama, juga sosialisasi, edukasi, dan perubahan perencanaan, serta lebih mengedepankan insentif daripada sanksi.

D. Penutup

Reformasi administrasi kependudukan sangat dibutuhkan untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan yang muncul saat ini, terlebih terkait dengan penetapan DPT yang akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga negara dan secara umum kualitas demokrasi Indonesia di masa depan.

Reformasi yang dilakukan dalam bentuk modernisasi sistem melalui e-KTP sesungguhnya merupakan upaya yang dapat memperbaiki administrasi kependudukan di Indonesia. Namun, ternyata kendala masih ditemukan terkait dengan implementasi di daerah. Masalah kemampuan daerah tentu akan mempengaruhi kecepatan reformasi itu sendiri. Oleh karena itu, ada banyak hal yang harus diperhaatikan dalam melakukan reformasi dengan cara modernisasi.

Namun demikian, reformasi dengan cara lain, yaitu melalui aspek kelembagaan, berupa pembentukan badan baru atau struktur organisasi yang baru, sebagaimana diusulkan Kementerian Dalam Negeri dan DPR-RI juga kurang tepat. Sebab, secara sosial-politik akan mendapat tantangan dari pemerintah daerah, mengingat Indonesia adalah negara kesatuan dengan membatasi urusan tertentu dipegang oleh Pemerintah Pusat, dan tidak termasuk urusan kependudukan. Oleh karena itu, seharusnya kebijakan mengenai kependudukan tetap ada di Pemerintah Pusat, dan pelaksananya tetap di daerah. Hanya saja, terhadap masalah yang mengakibatkan belum berhasilnya reformasi dalam administrasi kependudukan, perlu dilakukan perbaikan melalui social engineering.

Rujukan: 1. “Awasi Validasi 10,4 juta Data Bermasalah,”

Kompas, 6 November 2013.2. Gerald E. Caiden (1969). Administrative

Reform. Chicago, Illinois: Aldine Publishing Company.

3. “Kekacauan DPT, KPU Ditinggal Kemendagri dan Bawaslu?,” Media Indonesia, 4 November 2013.

4. “Mencegah Manipulasi DPT,” Media Indonesia, 4 November 2013.

5. “Mendagri Diminta Bertanggung Jawab: Tak Maksimalnya e-KTP Sebabkan Kekacauan DPT,” Kompas, 9 November 2013.

6. “Parpol Minta DPT Ditunda,” Republika, 4 November 2013.