Vitruvius

download Vitruvius

of 11

description

Penjelasan Vitruvius

Transcript of Vitruvius

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGRasa aman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Tentu kebutuhan akan rasa aman adalah hal yang fundamental dan merupakan hak dasar yang harus dipenuhi bagi seluruh golongan masyarakat baik umur, agama, atau pekerjaan. Saat ini hampir 70% penduduk didunia tinggal di wilayah perkotaan, dan tindakan kriminal adalah masalah yang cukup kompleks yang harus dihadapai masyarakat perkotaan.Setiap manusia pasti mendambakan kehidupan yang damai dan aman dilingkungan tempat mereka tinggal, khususnya diperkotaan. Lingkungan yang bebas dari kejahatan dan tindak kriminal tentu dapat membuat masyarakat memiliki kualitas hidup yang baik karena masyarakat akan merasa aman dan nyaman dalam melakukan berbagai macam aktifitas untuk menunjang kehidupannya. Kejahatan dan tindak kriminal adalah masalah yang mempengaruhi aktifitas sosial dan ekonomi masyarakat dibanyak negara. Tidak hanya para penegak hukum saja yang berperan dalam menjaga kemanan, namun dari segala elemen masyarakat berperan penting dalam menjaga keamanan, salah satunya adalah elemen masyarakat dalam perancangan arsitektur.Dunia arsitektur merupakan dunia dalam menciptakan karya - karya rancangan seni dalam membangun yang dirancang berdasarkan pedoman-pedoman dalam suatu perancangan. Pedoman - pedoman yang dikemukakan para tokoh - tokoh Arsitektur sangatlah berperan penting dalam sebuah desain arsitektural baik dalam skala makro pada sebuah perancangan kota atau dalam skala mikro pada perancangan bangunan-bangunan, interior dan perabot-perabot pada suatu bangunan dalam mencapai segala aspek yang dibutuhkan oleh penggunanya, salah satunya keamanan pada sebuah perancangan bangunan. Salah satu tokoh arsitektur yang membahas mengenai pedoman - pedoman perancangan arsitektur dengan teori Firmitas, Utilitas dan Venustas adalah Marcus Vitruvius Pollio. Vitruvius merupakan arsitek dan insinyur Romawi yang hidup pada abad I dan berperan besar karena menulis buku arsitektur tertua yang sempat ditemukan oleh pakar Barat. Banyak para arsitek dunia menggunakan hasil karyanya sebagai pedoman dalam mendesain karya arsitektur.Dari teori - teori yang dikemukakan Vitruvius, terdapat teori - teori dalam merancang sebuah desain yang aman bagi para penggunanya dalam menghadapi kejahatan-kejahatan atau tindak kriminal terhadap lingkungan sekitar. Sesungguhnya kejahatan adalah suatu hal yang normal di dalam masyarakat. Artinya, masyarakat tidak akan mungkin dapat terlepas dari tindak kejahatan karena kejahatan itu sendiri terus berkembang sesuai dengan kedinamisan masyarakat (Wolfgang, Savizt dan Johson, 1970). Hal ini dapat dipahami bahwa kecenderungan manusia untuk terus mencari sesuatu yang baru untuk mencegah masalah yang terjadi sebelumnya, atau untuk mencegah suatu masalah sebelum itu terjadi. ( sumber : http://jogjakartanews.com/baca/2014/10/16/2369/analisa-dan-pencegahan-kriminalitas-dalam-masyarakat-perkotaan-, tgl. 18 Oktober 2014 )Oleh sebab itu, sebuah perancangan sebuah karya Arsitektur disamping memunculkan keidahan sebuah rancangan, para Arsitek harus memikirkan bagaimanan bentuk maupun sifat sebuah desain dalam mencegah ataupun menanggulangi tindak kejahatan terhadap lingkungan sekitar yang didasari oleh teori - teori Arsitektur yang berlaku.

1.2 RUMUSAN MASALAH1. Siapa Vitruvius?2. Teori - teori apa saja yang dikemukakan Vitruvius?3. Bagaimana cara mencegah kejahatan berdasarkan teori Vitruvius dan aspek-aspek 5 W ( what, why, who, where, when ) ?

1.3 TUJUAN1.3.1 Tujuan PenulisanUntuk merumuskan sebuah landasan dalam rancangan arsitektur terhadap tindak kejahatan berdasarkan teori Vitruvius. 1.3.2 Tujuan PerencanaanTujuan dari perencanaan Restoran bernuansa Asia Timur ini adalah:1. Menjelaskan siapa Vitruvius 2. Menjelaskan Apa saja teori-teori yang dikemukakan Vitruvius terhadap rancangan arsitektur3. Menjelaskan bagaimana sebuah rancangan arsitektur dapat mencegah tindak kejahatan dengan aspek 5W ( what, why, who, whrer,when )

1.4 METODE PENULISANDalam penyusunannya, penulis memperoleh referensi dari buku serta media internet yang mengulas mengenai Vitruvius dan teori dalam mencegah kejahatan dengan arsitektur.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 VITRUVIUS

Sekitar satu abad sebelum masehi, seorang ilmuwan besar bernama Marcus Vitruvius Pollio dilahirkan. Vitruvius adalah seorang penulis romawi, arsitek, dan juga seorang ahli mesin selama ia melakukan wajib militer untuk Romawi. Sedikit tentang kehidupan Vitruvius, nama panggilannya adalah Marcus. Sejarah kehidupannya dapat ditemukan pada karyanya yang masih bertahan, yaitu buku berjudul De Architectura. Lahir di masyarakat Romawi, Vitruvius kemudian menjadi seorang arsitek dan ahli mesin. Ia kemudian mengabdikan dirinya untuk militer dibawah kekuasaan Julus Caesar di kota Hispania dan Gaul. Sebagai seorang ahli mesin di bidang militer ,spesialisasinya adalah membuat mesin perang untuk angkatan bersenjata Romawi. Pada tahun-tahun terakhir masa pemerintahan kaisar Augustus, melalui saudara perempuannya Octavia Minor, mendorong Vitruvius untuk pensiun dari pekerjaannya. Octavia juga menjamin kebebasan finansialnya. Setelah Augustus wafat, Vitruvius memutuskan untuk pensiun. Kemudian, ia menuliskan karya-karyanya dibawah perlindungan Octavia. Tanggal kematiannya tidak diketahui, hal ini menunjukkan bahwa dia hanya menikmati sedikit popularitas selama hidupnya.( sumber: https://kuacici.wordpress.com/2011/10/12/vitruvius/; diakses 19 oktober 2014 )Buku De architectura adalah karyanya yang paling fenomenal. Saat ini lebih dikenal dengan nama The Ten Book on Architecture, adalah karya bangsa Yunani yang dipersembahkan untuk kaisar Augustus. Buku ini adalah satu-satunya buku utama dalam arsitektur yang bisa bertahan dari zaman Yunani. Dikarenakan banyak karya-karya yang musnah karena peperangan dan lain hal. Selain dikenal melalui tulisannya, ia juga adalah seorang arsitek. Satu-satunya bangunan yang diketahui dirancang oleh Vitruvius, adalah Basilika di Fanum Fortunae, cikal bakal dari kota Fano. Basilika adalah bangunan yang dipakai untuk pengadilan, bangunan administrasi, pernah pula beralih fungsi menjadi gereja pada masa Kristen awal. Basilika sudah lama hancur, namun pemerintah Yunani melakukan usaha untuk merekonstruksinya kembali.Karya tulis Vitruvius terbagi dalam sepuluh buku sehingga diberi tajuk Sepuluh Buku Arsitektur (The Ten Books on Architecture):- Buku I: menguraikan tentang pendidikan bagi arsitek. Didalamnya dimuat hal-hal yang berhubungan dengan dasar-dasar estetika serta berbagai prinsip tentang teknik bangunan, mekanika, arsitektur domestik bahkan sampai perencanaan perkotaan- Buku II : memaparkan evolusi arsitektur utamanya yang berkaitan bengan masalah material- Buku III : tentang bangunan peribadatan- Buku IV : menguraikan berbagai tipe bangunan peribadatan khususnya yang berhubungan dengan tata atur (orders) dan teori proporsi- Buku V : memuat tentang bangunan-bangunan fasilitas umum seperti teater- Buku VI : mengulas tentang keberadaan rumah pribadi- Buku VII : berisikan penggunaan material bangunan- Buku VIII: berisi tentang sistem perolehan atau pasok air-Buku IX: mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan astronomi- Buku X: menjelaskan tentang konstruksi, mekanika dan permesinan.

Kesepuluh buku diatas mempunyai berbagai ragam pengantar yang pada intinya terdiri dari sosok Vitruvius, fungsi dari suatu perlakuan secara runtut atas suatu hala atau yang lazim disebut treatis dan berbagai problematika arsitektur secara umum. ( sumber: http://alexnova-alex.blogspot.com/2011/06/teori-arsitektur-vitruvius.html; diakses 19 oktober 2014 )Sorotan tajam tentang teori Vitruvius oleh para arsitek generasi akhir tampaknya lebih tertuju pada pengertian arsitektur yang terurai menjadi tiga komponen pokok:

1. FirmitasDurability will be assured when foundations are carried down to the solid ground and materials wisely and liberally selected; (Vitruvius : Ten Books on Architecture. Book I. Chapter III.)Firmitas yang dimaksud Vitruvius mencakup penyaluran beban yang baik dari bangunan ke tanah dan juga pemilihan material yang tepat. Vitruvius menjelaskan setiap material yang ia pakai dalam bangunannya, seperti batu bata, pasir, kapur, pozzolana, batu dan kayu. Setiap material dijelaskan mulai dari karakteristik dari tiap jenis-jenisnya hingga cara mendapatkanya/membuatnya. Kemudian, ia menjelaskan metode membangunnya (konstruksi).

2. Utilitasconvenience, when the arrangement of the apartments is faultless and presents no hindrance to use, and when each class of building is assigned to its suitable and appropriate exposure;.. (Vitruvius : Ten Books on Architecture. Book I. Chapter III.)Sedangkan, pada utilitas yang ditekankan adalah pengaturan ruang yang baik, didasarkan pada fungsi, hubungan antar ruang, dan teknologi bangunan (pencahayaan, penghawaan, dan lain sebagainya). Pengaturan seperti ini juga berlaku untuk penataan kota. Misalnya : dimana kita harus menempatkan kuil, benteng, dan lain-lainya di ruang kota.

3. Venustasand beauty, when the appearance of the work is pleasing and in good taste, and when its members are in due proportion according to correct principles of symmetry. (Vitruvius : Ten Books on Architecture. Book I. Chapter III ).Proporsi dan simetri merupakan faktor yang dianggap Vitruvius mempengaruhi keindahan. Hal ini ia dasarkan pada tubuh manusia yang setiap anggota tubuhnya memiliki proporsi yang baik terhadap keseluruhan tubuh dan hubungan yang simetrikal dari beberapa anggota tubuh yang berbeda ke pusat tubuh. Hal ini, kemudian, diilustrasikan oleh Leonardo daVinci pada Vitruvian Man. ( sumberhttp://geometryarchitecture.wordpress.com/2010/03/31/firmitas-utilitas-dan-venustas/; diakses 19 oktober 2014 )Untuk membuat sebuah karya seni bangunan yang sempurna, bangsa Yunani kuno menemukan tiga aturan arsitektural yaitu Doric, Ionic, dan Corinthian. Aturan tersebut memberikan kesempurnaan dalam proporsi bangunan. Puncaknya adalah memahami proporsi dari karya seni terhebat, yaitu tubuh manusia. Hal ini yang membawa Vitruvius membuat Vitruvian Man, yang digambar dengan cemerlang oleh Leonardo da Vinci. Digambarkan,tubuh manusia di dalam lingkaran dan persegi (bentuk pokok pola geometri dari aturan alam semesta ), melambangkan sebuah proporsi yang sempurna.Vitruvius kadang salah diartikan sebagai arsitek pertama, tetapi lebih tepatnya mendefinisikan ia sebagai arsitek Romawi pertama, yang berhasil membuat catatan atau buku yang bisa bertahan, sehingga dapat diturunkan kepada generasi berikutnya. Dapat dicatat pula bahwa Vitruvius mempunyai pengetahuan yang lebih luas dari arsitek modern, dikarenakan arsitek Romawi banyak mempelajari berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan. Pada era modern mereka dapat disebut sebagai ahli mesin, arsitek, arsitek lansekap, dan artist yang digabungkan. Secara etimologi, kata arsitek diambil dari bahasa Yunani yang berarti ahli atau pembuat. Buku pertama dari The Ten Books misalnya, berhubungan dengan banyak subjek yang sekarang dikenal dalam cakupan arsitektur lansekap. Padahal pada saat itu belum dikenal ilmu arsitektur lansekap.

2.2 THE VITRUVIAN MAN

Gambar 2.1 Vitruvian Man( Sumber : http://aaronjohngregory.deviantart.com/art/Vitruvian-Man-205308040; diakses 19 oktober 2014 )

The Vitruvian Man yang terkenal di dunia gambar yang dibuat oleh Leonardo da Vinci di sekitar tahun 1487 . Hal ini disertai dengan catatan berdasarkan pekerjaan Vitruvius. Yang menggambar, yang berada di pena dan tinta di atas kertas, menggambarkan seorang laki-laki telanjang dalam dua angka dilapiskan keatasnya dengan posisi tangan dan kaki terpisah dan secara bersamaan ditulis dalam lingkaran dan persegi. Teks dan gambar yang kadang-kadang disebut dari proporsi atau Canon, sering kurang, proporsi Man. Akan disimpan di Gallerie dellAccademia di Venesia, Italia, dan, seperti kebanyakan karya di atas kertas, hanya kadang-kadang ditampilkan.Gambar yang didasarkan pada correlations proporsi manusia yang ideal dengan geometri yang dijelaskan oleh Arsitek Romawi kuno Vitruvius dalam Buku III dari risalah-Nya Architectura De. Vitruvius menggambarkan manusia sebagai tokoh utama sumber proporsi antara Klasik pesanan arsitektur. Seniman telah berusaha untuk menggambarkan konsep, dengan kurang sukses. Menggambar secara tradisional yang bernama dalam kehormatan dari arsitek.( sumber: https://kuacici.wordpress.com/2011/10/12/vitruvius/; diakses 19 oktober 2014 )

2.3 MENCEGAH KEJAHATAN DENGAN ARSITEKTURDengan situasi kriminalitas yang terjadi selama ini di kehidupan bermasyarakat, tentunya ada penanggulangan yang terjadi dari segala aspek dalam mencegah angka kriminalitas yang semakin tinggi. Hal tersebut dapat dilakukan salah satunya pencegahan kriminalitas dalam aspek mendesain sebuah rancangan arsitektur. Pada dasarnya terdapat alternatif perancangan kota untuk dapat mencegah tindak kriminal yang biasa dikenal dengan istilah CPTED (Crime Prevention Through Enviromental Design) yang diusung oleh kriminolog C. Ray Jeffery pada tahun 1971. Tidak lama kemudian, prinsip-prinsip Jeffery diadopsi oleh seorang arsitek bernama Oscar Newman pada tahun 1972 dengan bukunya Defensible Space Crime Prevention Through Urban Design yang lebih mengarah pada desain lingkungan untuk mencegah kriminalitas. Walau tidak berbicara pada domain arsitektur dan perencanaan secara utuh pada tulisan ini, namun barangkali kita sama-sama perlu untuk mengetahui apa saja prinsip CPTED agar dapat dipertimbangkan sebagai bentuk perencanaan dan pembangunan lingkungan kedepan.Secara umum prinsip-prinsip CPTED terbagi menjadi empat, yaitu: Pertama, pengawasan alamiah (natural surveillance). Sebuah konsep desain yang ditujukan agar setiap orang yang tidak dikenal dapat diamati dengan mudah dari banyak sudut pandang. Konsep ini umumnya dapat diaplikasikan pada kawasan parkir dan pintu masuk rumah atau kawasan. Posisi pintu dan jendela yang terhubung langsung secar visual dengan jalan dan kawasan parkir kendaraan, pedestrian yang terbuka, garasi kendaraan yang mudah dilihat serta pencahayaan yang cukup terang dimalam hari. Kedua, penegasan kawasan (territorial reinforcement). Sebuah desain secara fisik dapat menciptakan lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap penggunanya. Pengguna kemudian dilatih untuk mengembangkan kepekaan terhadap zona-zona yang berada di kawasannya. Aplikasi dari konsep ini dapat berupa garis properti atau pagar yang membatasi antara kawasan privat dan kawasan publik. Secara detail aplikasi ini dapat berbentuk tanaman, desain paving block, dan gapura atau pintu masuk. Ketiga, kendali akses secara alamiah (Natural Access Control). Konsep ini ditujukan untuk mereduksi kemungkinan kejahatan dengan cara menghambat akses kepada obyek kejahatan tersebut dan menciptakan persepsi kepada calon pelanggar/penjahat akan resiko yang harus dihadapi apabila ia melaksanakan kejahatan tersebut. Konsep ini dapat tercipta melalui desain jalan raya, pedestrian, pintu masuk utama dan pintu samping bangunan yang secara jelas dapat mengindikasikan perbedaan kawasan publik dan privat serta jalur-jalur yang dapat/boleh dilewati oleh umum, dan mampu mengurangi rasa bebas pengguna ketika memasuki kawasan privat. Secara detail konsep ini dapat diaplikasikan melalui elemen-elemen struktural kawasan seperti signage, pagar, dan tumbuhan. Keempat, manajemen dan perawatan (Management and Maintenance). Memastikan perawatan yang tepat dari lansekap, pencahayaan dan fitur lainnya tentu sangat penting untuk memastikan bahwa unsur-unsur CPTED berjalan sesuai fungsinya. Dengan kata lain, kegagalan atau keberhasilan untuk menjaga properti perkotaan menjadi faktor penting dari berhasil atau tidaknya efektifitas CPTED. Misalnya pagar yang rusak, pagar yang ditumbuhi tanaman liar, grafiti tua dan tidak bermakna, sampah yang berserokan, jendela yang pecah, pintu yang tidak terkunci, dan bahkan CCTV yang rusak adalah beberapa item penting yang berhubungan dengan efektifitas CPTED. Semakin terawat prasarana keamanan perkotaan (elements of CPTED), maka semakin efektif CPTED dapat berjalan. Selain hal diatas, manajemen kota yang baik juga sangat penting bagi keberhasilan penerapan CPTED karena tanpa adanya manajemen dan aturan yang jelas tidak mungkin penerapan CPTED dapat efektif.( sumber: http://jogjakartanews.com/baca/2014/10/16/2369/analisa-dan-pencegahan-kriminalitas-dalam-masyarakat-perkotaan-; diakses 19 oktober 2014 )Rancangan - rancangan tersebut dapat berpedoman dengan teori - teori arsitektur yang ada, contohnya sebuah rancangan berdasarkan teori Vitruvius yaitu Sepuluh Buku Arsitektur (The Ten Books on Architecture). Jika dipadukan dengan teori Vitruvius mengenai Fermitas, Utilitas dan Venustas dalam sebuah rancangan arsitektur untuk mencegah kejahatan diperoleh pemahaman teori sebagai berikut:1. Firmitas, merupakan pemilihan bahan / material yang tepat. Pemilihan bahan / material pada bangunan pastinya akan disesuaikan terhadap fungsinya. Contohnya pada pembangunan dinding pada suatu bangunan. Jika hubungan antar ruangan bersifat semi privat / publik, maka bahan yang dapat digunakan dapat terbuat dari bahan ringan seperti halnya kayu dengan banyak lubang - lubang ( partisi ) untuk memungkinkan bagi para civitas melihat kedalam ruangan. Lain halnya dengan sebuah ruangan yang bersifat privat, bahan yang digunakan akan bersifat solid dan kuat untuk mencegah terjadinya akses masuk kedalam ruangan secara paksa dengan mudah. Contohnnya saja dinding ruangan yang terbuat dari pasangan batu bata yang di plester semen, pasangan batu alam, dan rangka struktur beton bertulang dan pasangan batu yang tebal pada benteng kerajaan untuk ketahan terhadap serangan musuh. Jika ruangan dengan pembatas dinding berupa kayu dan terhubung langsung dengan area luar maka tindak aksi kriminalitas kemungkinan besar akan terjadi dibandingkan ruangan dengan pembatas solid. Sehingga sebaiknya ruangan bersifat semi prifat/publik dengan banyak bukaan / penggunaan material dinding berada pada area aman pada bangunan, misalkan pada area belakang bangunan.

2.Utilitas, merupakan pembahasan mengenai pengaturan ruang, hubungan antar ruang dan teknologi bangunan yang baik. Pada tatanan tata ruang perkotaan, semakin baik penataan kota disuatu tempat, semakin sedikit pula tingkat kriminalitas yang terjadi. Jika sebuah kota semakin padat dengan pembangunan gedung - gedung tinggi yang menambah kerumitan kota serta fasilitas - fasilitas penunjang kota yang buruk, maka tidak dipungkiri tindak kriminalitas akan semakin tinggi, contohnya kota Jakarta yang dijuluki kota paling buruk di Indonesia berdasarkan sumber dari liputan National Geographic Indonesia. Begitu juga dengan pengaturan teknologi terhadap utilitas di perkotaan. Karena banyaknya bangunan - bangunan tinggi yang menghambat sirkulasi udara alami yang baik dan minimnya ruang terbuka hijau, serta tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi, maka sifat negatif yang dihasilkan oleh kekacauan tersebut akan mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku manusia yang berujung pada tindak kriminal. Melalui buku arsitek Oscar Newman, yaitu defincable space mengenai model hubungan perancangan dan pengurangan kejahatan, maka sebuah rancangan diharapkan menciptakan model lingkungan pemukiman dalam memerangi kejahatan dengan menggunakan ekspresi fisik dari kehidupan sosial yaitu penghuni pemukiman itu sendiri. Prinsip defincable space dapat didefinisikan sebagai berikut:1. kemampuan ruang untuk menciptakan zona yang jelas teritorialnya2. kemampuan ruang untuk member peluang melaksanakan pengawasan / kontrol sosial (surveillance)3. kemampuan ruang untuk mempengaruhi persepsi keamanan. Kemampuan ini diperoleh dari kejelasan pola sirkulasi, bentuk bangunan, lingkungan, dan penyelesaian interior/ amenities.4. memadukan dengan bagian kota lain yang aman, dengan fasilitas kota maupun jalan umum.

3. Venustas, sebagai proporsi dan simetri dari keindahan suatu rancangan. Identitas sebuah kota yang baik tentu saja terlihat dari proporsi dan tatanan kota yang baik serta bentuk - bentuk bangunan yang indah dan enak dipandang mata. Begitu pula bagi bangunan - bangunan personal yang dirancang seindah mungkin sebagai sebuah identitas tersendiri yang diberikan bagi pemiliknya, baik dalam segi status dan sosialnya. Namun dalam situasi sekarang ini, masih banyak ketimpangan dalam pembangunan yang selama ini terjadi, fenomena ini dapat kita lihat dari berkembangnya pemukiman kumuh di kota kecil maupun kota - kota besar sekalipun. Kemiskinan di ibu kota dengan pemukiman kumuhnya seakan menjadi duri dalam daging, dimana keberadaannya hanya merupakan pemandangan yang tak sedap untuk dipandang mata, karena merusak kemegahan dan keindahan dari gemerlapnya ibu kota. Selain itu, keberadaan pemukiman kumuh seringkali dianggap sebagai sarang dari aktivitas kriminal. Karena dengan pemukiman yang padat dan banyaknya pendatang disana telah membuat daerah tersebut menjadi tak beraturan. Ditambah dengan tingginya jumlah pengangguran di pemukiman kumuh sehingga memudahkan terjadinya aktivitas kejahatan di sana.Menurut Edwin Eames dan David Goode, mengatakan bahwa lingkungan kumuh yaitu daerah pemukiman yang sangat padat penduduknya dan rumah-rumah didalamnya dibangun dengan tehnik konstruksi yang buruk dan menggunakan bahan-bahan yang bermutu rendah. Pola pemukiman tidak berstruktur dan tidak dilengkapi dengan sarana-sarana umum seperti fasilitas air bersih, pembuangan sampah, saluran pembuangan air dan kotoran serta jalan-jalan yang bersih, dan sering kali kondisi ini dihubungkan dengan ongkos sewa yang relatif mahal dan bahaya penggusuran. ( sumber : Edwin Eames and David goode, Urban Proverty in Cross Cultural Contact (New York:The Full Press, 1973, Hal 69 )Oleh sebab itu, sebagai seorang arsitek dalam merancang kota, hal yang sangat berperan dalam mengurangi aktivitas kriminal adalah dengan menciptakan suasana kota yang nyaman dan indah karena hal tersebut akan mempengaruhi pola pikir dalam merasakan sebuah kepuasan bermasyarakat. Begitu pula bagi perancangan dalam skala kecil atau rumah tinggal dan bangunan-bangunan lain. Dengan desain arsitektur yang baik serta menampilkan sebuah keindahan, akan mempengaruhi pola pikir yang baik pula terhadap para penghuni didalamnya sehingga kenyamanan akan dapat terwujudkan.

10