Virus

11
Dream Page 1 of 11 Flyboy By : Max Shooter Freedomstainc Apakah cita-citaku? Sejak kecil pengennya seh mau jadi dokter. Udah uangnya banyak, buat amal lagi, terus kelihatan keren lagi ,dan banyak yang ngefans. Iya kan? Karena itu aku lebih memilih IPA dan berbodoh diri dalam ilmu social( padahal memang bodoh ) agar guru tidak menempatkan aku dikelas IPS yang bisa dikatakan teruk. Bodyku juga biasa – biasa aja kog. Gak terlalu kurus dan gak terlalu gemuk. Tinggi badan pun gaklah terlalu tinggi - tinggi amat. 170sentimeter kurang 2 atau 3 senti lagi. About face, aku rasa aku cukup tampan, mirip dengan Rohit, walau cuma rambutnya . Tapi kalau voting dari orang – orang yang gak kenal dekat sama aku, ratingku paling berkisar antara 40 – 60, kategori sedang - sedang. Cowok – cowok di sekolahku keren – keren bo. Suwer. Udah jago basket, pintar ngeband, tajir dan plus… plus…Memang pantas sekolah kami jadi sekolah favorit. Walau aku tak sekaya teman – teman, ayahku cuma PNS biasa, aku gak kalah dalam persaingan seleb sekolahan. Karena saat ini aku punya talenta, setidaknya kharisma ada. Masuk anggota Paskibra kota, jadi komandan lagi. Ketua OSIS SMA-ku, SMA terfavorit se - kota kami. Plus ketua OPSIKERS ( Organisasi Pelajar Siantar Kreatif Berseni). Kembali soal cita – citaku. Dokter menurutku harus penuh belas kasihan, kasih sayang dan cinta. Dan sepertinya aku udah memenuhi criteria itu, khususnya yang terakhir. Bahkan aku sudah berani menyebut diriku dokter, walau dalam hati. Dokter spesialis cinta. Pernah sekali waktu aku memeriksa kinerja mentriku, mentri kesehatan. Maksudnya seksi bidang kesehatan sekolah. Saat sedang mengecek persediaan obat P3K, dua orang cewek masuk. Pasang muka pucat. Dari warna papan namanya aku tahu kalau mereka ini masih kelas satu. Created by Yagi

description

cerpen

Transcript of Virus

Flyboy

Dream Page 1 of 9

Flyboy

By : Max Shooter Freedomstainc

Apakah cita-citaku?

Sejak kecil pengennya seh mau jadi dokter. Udah uangnya banyak, buat amal lagi, terus kelihatan keren lagi ,dan banyak yang ngefans. Iya kan? Karena itu aku lebih memilih IPA dan berbodoh diri dalam ilmu social( padahal memang bodoh ) agar guru tidak menempatkan aku dikelas IPS yang bisa dikatakan teruk.

Bodyku juga biasa biasa aja kog. Gak terlalu kurus dan gak terlalu gemuk. Tinggi badan pun gaklah terlalu tinggi - tinggi amat. 170sentimeter kurang 2 atau 3 senti lagi. About face, aku rasa aku cukup tampan, mirip dengan Rohit, walau cuma rambutnya . Tapi kalau voting dari orang orang yang gak kenal dekat sama aku, ratingku paling berkisar antara 40 60, kategori sedang - sedang. Cowok cowok di sekolahku keren keren bo. Suwer. Udah jago basket, pintar ngeband, tajir dan plus plusMemang pantas sekolah kami jadi sekolah favorit.

Walau aku tak sekaya teman teman, ayahku cuma PNS biasa, aku gak kalah dalam persaingan seleb sekolahan. Karena saat ini aku punya talenta, setidaknya kharisma ada. Masuk anggota Paskibra kota, jadi komandan lagi. Ketua OSIS SMA-ku, SMA terfavorit se - kota kami. Plus ketua OPSIKERS ( Organisasi Pelajar Siantar Kreatif Berseni).

Kembali soal cita citaku. Dokter menurutku harus penuh belas kasihan, kasih sayang dan cinta. Dan sepertinya aku udah memenuhi criteria itu, khususnya yang terakhir. Bahkan aku sudah berani menyebut diriku dokter, walau dalam hati. Dokter spesialis cinta.

Pernah sekali waktu aku memeriksa kinerja mentriku, mentri kesehatan. Maksudnya seksi bidang kesehatan sekolah. Saat sedang mengecek persediaan obat P3K, dua orang cewek masuk. Pasang muka pucat. Dari warna papan namanya aku tahu kalau mereka ini masih kelas satu.

Ada apa..., dik? Siapa yang sakit? tanyaku sembari senyum. Membuka daftar pengunjung.

Saya... kak! dua duanya menjawab, hampir serempak. Kemudian mereka saling berpandangan sambil terseyum.sekedar info kedua cewek ini cantik lho. Tau dong anak ABG, masa puber gede gedean, genit minta ampun, over acting kelewat batas. Wangi parfumnya aja nyampe ke kelas satu delapan ( kelas paling ujung). Baju sempit, rok sangaat pendek. Anting anting gede gede dan rambutnya entah model apaan.

Kemudian kucatat nama mereka di dalam daftar pengunjung. Satu Dewi, satu lagi Eva. Masih satu kelas. Gilanya saat nanya alamat rumah ( yang memang ini harus tertulis jelas dalam daftar ), mereka malah promosin nomor hp. Aku hanya tersenyum.

Dik Eva sakit apa? tanyaku lagi

Demam kak sahutnya agak dilemah lemahkan.

Dew.sambil menulis aku bertanya pada yang satu lagi. Tapi kalimatku lagi lagi dipotong keduanya bersamaan.

Demam cinta kak sahut si Eva

sakit hati kak ! jawab si Dewi

Ingin marah aku tapi takut merusak pamor si Dewa senyum yang kusandang sejak dinobatkan sebagi ketos, ketua OSIS. Sst..tapi nyatakan kalau aku ini cakep benarkan? Buktinya mereka yang segitu cantik pun pengen godain aku.

Seriuslah dik ucapku sambil pura pura marah.

Serius kok kak. Soalnya kakak cuek sih, masak surat cinta kami, waktu MOS itu gak dibalas - balas! Kan disitu ada sih ditulis-`balas plizz`. Lagian tau gak buat nulis itu satu keranjang kertas terbuang bergantian mereka menjelaskan.

Disaat itulah, Wiwi mentriku, mentri kesehatan yang merangkap sebagai ketua MPR, eps.. maksudku ketua PMR, datang. Kalau yang satu ini seratus persen cantik, bagiku. Buat kamu belum tentu , relative kan?. Tapi kalau ditanya sama teman teman, mereka bilang aku cowok paling beruntung sedunia bisa dapatin hatinya. Semua pada iri liat aku jalan sama dia. Cantik, baek, sopan, pinter, bodynya bagus amat. Mantaplah. Lebay sangat ya? Tapi itu memang fakta kok, kalau kamu gak percaya liat aja sendiri, aku yakin kamu nantinya serasa mimpi.

Eh dik, kalo ngomong sama senior itu yang sopan ya! katanya dengan sedikit membentak. Biasa, terbawa masa masa ketika ospek, belajar galak. Padahal mau marah beneran pun kalau yag begini ini ga bakalan nakutin orang.

Sorry .. kak. Kami pamit dulu! buru - buru mereka cabut. Diluar kudengar mereka berkikik. Aku hanya tersenyum dan tentu saja Wiwi memandangku rada - rada jengkel, merepet. Entah apa yan dia omongin aku gak mau tahu, hanya wajahnya saja yang kupandangi. Habis cakep banget sih. Ga pernah bosan tau. Dan kalau sudah begitu, Wiwi pasti memalingkan wajahnya. Menurutku , dia ga tahan liatin tatapan mataku, aku aja gak tau seganteng apa sih aku. Kemudian direbutnya buku yang terletak dihadapanku, dan merobek halaman terakhir.

Eit aku mau cegah, tapi terlambat sudah. Wiwi malah membentakku. Nyalahin. Dan aku, ketua osis yang disegani kawan maupun lawan, hanya berani diam seperti suami DKI( dibawah ketiak istri). Wiwi pun beranjak duduk dan mencatat ulang nama nama pengunjung yang baru dikoyaknya tadi tanpa menyertakan yang barusan kutulis .

Lanjut lagi soal cita citaku. Nampaknya cita citaku sudah berubah. Sekarang pengennya jadi playboy. Ya.. playboy. Lelaki yang punya banyak cewe. Tak jauh beda denga Kaisar Han zhu atau siapapun itu, yang punya banyak wanita. Kalau permaisuri yang asli sih its only Wiwi. Yang kucintai sejak pandangan pertama. Cewe baek yang merupakan salah satu idol di sekolah kami. Yang sering dijadikan guru sebagai icon siswa teladan. Bersyukur aku mau sama dia eh terbalik. Aku yang pantas bersyukur.

Dah kubilang aku punya cewe cadangan. Semuanya ada tiga. Dua udah katakan cinta samaku. Diva dan Rani. Diva anak kelas tiga SMA Methodist 2. Kenalannya di Opsikers. Dekat sama aku sejak cewe ini ngegantiin Ocha sebagai sekretaris. Rani pula anak kelas dua IPA. Terus terang bukan aku yang mulai. Cewe cewe ini yang kecengin kita - kita. Aku sih nanggapinnya enjoy aja. Enggak nolak. Cowok mana sih yang tega nolak cewe cakep, tajir n gaul, lagi. Sayang dong..

Yang terakhir adalah si cute Aulia. Kupanggil Lily. Anaknya memang kyut abis. Juga juniorku, masih baru masuk SMA. Diantara semuanya, dia ini mugkin yang paling tajir. Bapaknya direktur Bank Mandiri kota kami. Konon hidup keluarganya nomaden. Benar. Ayahnya sering pindah tugas. Dari Jakarta Palembang - Aceh, trus kota kami. Mungkin karena keseringan tukar suasana atau apa, dia jadi agak pemalu, pendiam.. Setidaknya begitu pendapatku saat melihat dia terdiam diujung barisan kemarin, waktu orientasi siswa baru. Menurut keterangan beberapa sumber yang bisa dipercaya, Lily naksir aku karena merasa kuselamatkan pas MOS kemarin, hari kedua

Saat itu ia telat. Dan si Maya and friends personil BESBEN (Badan Eksekutif Siswa Bela Negara) bermaksud jalanin tugas rutin. Pas waktu itu aku lewat. Kutanyain dia sebentar. Lalu aku berbisik ke Maya. Lily pun lepas dari tempat pembantaian itu. Aku nyuruh dia nyanyi, didepan barisan. Lagunya Celinedion. Tapi suaranya lumayan bagus lo, cuma kebanyakan grogi. Padahal saat itu aku gak berniat lepasin dia dari hukuman kok. Kalau ditimbang timbang hukumanku rasanya lebih berat kan. Toh Maya palingan cuma nyuruh dia jogging 10 putaran atau diarak jadi pengantin gendeng.

Lily juga pandai bikin puisi. Tau gak? Pada hari terakhir Ospek, surat cinta dia terpilih yang paling bagus, ditujuin buatku. Semua orang bertepuk riuh saat dia bacain surat itu di depan umum, dengan malu malu tentunya. Untung Wiwi ga ada di tempat, lagi urusin anak yang cidera. Kalau ga bisa berabe.

Sebenarnya statusku dengan Lily belum jadian. Aku lebih merasa dia sebagai adik. Ngegemasin sih.. Tapi dari manjanya, kelihatannya Lily sayang bangat ke aku dalam arti yang special. Sering aku diajaknya bareng. Dari ke mall, jalan jalan, nonton, sampai swimming pool en etc. Dengan catatan dia seringan yang traktir aku, malu juga sih kadang. Pernah juga aku dikenalin ke nyokapnya . Untung dia gak bilang aku pacarnya. Kalau tidak, bisa dinikahkan kami. Soalnya, ibu dia rada rada gitulah

Tapi diantara mereka semua, hanya Wiwi yang benar benar kucintai. Sepertinya, dia begitu sempurna buatku. Sering mengingatkanku, membantuku, menyemangati, mengerti aku. Dan terutamanya sayang padaku dengan tulus. Saking sempurnanya dia, Kadang aku merasa tak pantas buatnya. Aku pun begitu sayang dia. Jujur. Begitu nyaman rasanya berada disamping gadis ini. Heran juga sih, kalau dengan yang lain, walau terasa enjoy, aku kurang tentram juga dan sering kepikiran sama dia.

Gimana dong kalau mereka ngajak ketemuan atau bareng di skull? Kan bisa ketahuan belangnya. Nggak. Nggak pernah. Karena aku punya komitmen yang udah kujelasin sama mereka. Pemimpin gak boleh bercinta di depan anggotanya, apalagi dengan anggotanya. Dan mereka nerima. Beres semuanya.

Memang agak repot sih ngatur jadwal ketemuan. Tapi karena aku orang penting, mudah aja aku bohongin mereka. Dan tentu saja mereka percaya ke aku. Pacar yang baik sih

Ini hari ulang tahun Wiwi, my girl, yang kedelapan belas. Dibuatin pesta. Maklum, terakhir kali buat ngerayain ultah dengan kostum sekolah. Tahun depan status Wiwi udah beda, mungkin udah anak kuliahan atau sapa tau dah married denganku. Siapa tahu..

Sejak pulang sekolah aku udah ikut dia buat bantu bantu. Bersama beberapa teman cewek maupun cowok, kami menghias ruangan. Bokapnya Wiwi, yang polisi itu, berulang kali melintas di belakang kami, membuat aku merasa gugup. Tidak hanya wajahnya yang kelihatan garang, dingin dan gak pernah tersenyum (heran putrinya bisa secakep Wiwi, niru mamanya kali ya). Tapi yang utamanya adalah karena aku udah dikenalnya sebagai Yagi, sang pacar. Sudah dua kali aku ngobrol dengan calon mertua ini ( lebih tepatnya jadi sporing partner main catur, dan aku gak pernah menang. Malu maluin aja) dua kali itu pula aku mendapat nasehat yang lebih mirip ancaman buat jagain Wiwi baek baek. Untuk tidak macam macam. Dan sepertinya Beliau tahu aku udah gak jujur atau apalah, hingga nasehat nasehatnya begitu mengena.

Jam udah nunjukin pukul enam kurang seperempat. Para teman teman undangan udah pada datang. Akupun udah berpakaian rapi menemani Wiwi (yang kelihatan begitu wah.. pakai gaun. Kalau Cinderella itu ada, mungkin seperti inilah rupanya, hanya saja pangerannya kurang sreg kali..) ngobrol dengan para undangan. Sepuluh menit acara akan dimulai, hp ku bergetar. Kulihat layarnya. Ivang calling.. Ivang adalah nama samaran si Diva (dIVA sayaNG). Mula mula kucuekin, namun akhirnya kuangkat juga..

Sebentar ya!ucapku pada teman teman dan beranjak keluar.

Ada apa va...?- oh sory tadi hp ku lowbet. Jadi kumatin..-Nggak dirumah kok..- Oh..itu apaehm lagi ada acara. Semacam kenduri gitu. -Oh sory va, aku lagi sibuk. Besok aja ya Swear besok aku datang- Gak usah ini acara orangtua. Kan dah aku bilang mamaku paling ga suka liat aku bawa teman cewek..- Jangan udah aku nanti datang. Jam 8 ok?- Gimana..?-Bandel kali memang loh uda. Iya..,. iya sekarang aku datang Iya iya kututup pembicaraan itu dengan rada - rada jengkel. Diva pengen ditemanin. Katanya lagi sendiri dirumah. Lagi ketakutan. Seorang pemuda lagi mondar mandir di depan rumahnya. Huh alasan.

Sejenak aku berpikir. Kemudian kutemui Wiwi. Sangat terkejut dia saat kuutarakan niatku. Wajahnya yang sedari tadi ceria, tiba tiba berubah,

Bentar aja kok Wi.. jawabku, padahal aku sendiri gak tahu apa masih sempat datang lagi.

Tapi... Gi, ini ulangtahunku. Gimana aku mulai acara tanpa kamu. PlissGi, nanti kamu pulang di pertengahan acara aja.. tangannya memegangi lenganku, seakan takut aku lari.

Gini.. Wi.. agak susah aku bicara Ayahku nelpon.. buru buru.. ada hal yang sangat penting kebohonganku begitu lancar keluar dari bibir ini. Jadi aku harus cepat

Udah seperempat jam aja.. bisa?wajahnya memelas Lima menit Gi. Cuma pembukaannya doank.? Lanjutnya lagi. Ditatapnya aku penuh harap. Ingin aku iyakan, tapi hp ku bergetar terus.

Kemudian kutarik dia ketempat yang lebih sepi. Kugenggam erat tangannya. Kudekatkan wajahku ke wajahnya, sampai nafas kami beradu,

Sayang.. sebenarnya aku pingin nemani kamu pada hari istimewa ini. Tapi percayalah.. aku nanti usahain datang lagi. Kalau ga, aku bikin party sendiri buat kamuberdua hanya aku dan kamu.. janjiku sungguh sungguh. Aku sendiri heran kenapa begitu tega membohonginya sedalam ini.

Dengan tak rela, dia melepaskanku. Aku tahu ia pasti sangat kecewa. Namun dia tak marah, sedikit pun tidak. Itulah yang membuat aku begitu salut padanya, pengertiannya begitu besar.

Kutarik dia kepelukanku. Kulirik orangtuanya, lagi sibuk. Dan kukecup lembut keningnya, agak lama. Terasa aroma rambutnya, tubuhnya, memenuhi aliran nafasku.

Aku akan segera kembali.. ucapku.

Mungkin semua ucapanku palsu. Tapi genggaman itu, pelukan itu, kecupan itu dan semua rasaku, itu asli. Tulus kepadanya. Hanya saja aku gak tahu setan mana yang memaksaku mau juga mengiyakan permintaan Diva...

Kupacu motor bebekku, sebenarnya itu sih punya ayah. Agak kencang. Bulu romaku serasa berdiri dibalik baju lengan panjang yang kupakai. Hari sudah mulai gelap. Rasa sesal menyelusup telah mengecewakan Wiwi.. dengan hati yang masih gundah aku masih melaju.

Diperjalanan itu timbul niatku untuk mengakhiri semuanya ini, jujur kepada Wiwi dan mutusin ketiga wanita itu, kecuali Wiwi. Terserah dia mau terima atau tidak. Berdosa bangat rasanya terus membohongi wanita sebaik Wiwi.

Dan entah karena pikiran yang kurang tenang, atau memang cuaca yang gelap dan lampu jalan sedang tidak menyala. Aku yang kurang familiar dengan jalan ini, tidak melihat adanya lubang disisi jalan. Ditambah mobil yang melaju kencang dari belakang, membunyikan klakson panjang, memaksaku menepi. Tanpa sempat menurunkan kecepatan. Akhirnya, dengan kecepatan tinggi, motorku menelan lubang itu. Lubang yang cukup besar. Saat itu aku melintas tepat diatas jembatan.

Motorku seakan terbang tubuhku melayang melewati pembatas jembatan yang tidak terlalu tinggi. Helm yang kukenakan terlepas. Sampai terasa tubuhku menyentuh air sungai yang dangkal. Sangat dangkal malah. Kepalaku serasa memecahkan batu batuan yang bergelimpangan dibawah. Gilanya lagi, mataku serasa tertusuk sesuatu, menembus otakku. Entahlah. Aku sendiri gak tahu. Hanya pening dan gelap. Suara air pun tak terdengar. Berusaha aku menjerit. Sekuat tenaga. Memanggil Wiwi. Namun mulutku serasa tak bisa digerakkan. Kaku. Mataku pun tak bisa kubukakan

Aku terbangun dengan kepala masih berat. Kubuka mataku. Samar samar yang pertama kulihat adalah Wiwi. Duduk disampingku. Membelaiku dengan lembut. Menungguiku. Entah apa diucapkannya tak dapat kudengar dengan jelas. Tapi aku yakin dia pasti cemas atau setidaknya kasihan. Terlihat dari tatapannya. Aku mencoba untuk duduk. Dia membantuku. Masih samar samar dan remang remang. Tanpa mengindahkan orang orang yang ada disitu, sekilas kulihat berpakaian putih. Kudekap Wiwi sekuat tenagaku, sebesar rasa takutku, sebesar rasa cintaku. Seperti seorang anak kecil yang ketakutan. Tanpa kusadari air mataku mengalir, keringat dingin juga mengalir. Pelukku belum kulepas.

Wiwi menenangkanku, membelai punggungku, kepalaku. Seperti layaknya belaian seorang ibu. Menimbulkan rasa bersalah telah mendustai wanita sebaik itu. Dengan masih menangis aku mengakui kesalahanku. Masih kudekap dia. Kuungkapkan semua kecuranganku.

Maapin akuWi. Aku tak sebaik yang kau duga. Tapi aku sungguh sangat sayang kamu. Aku udah banyak bohong ke kamu..

Kubeberkan semua kebohonganku selama ini. Tipu dayaku pas ulang tahunnya. Tentang pacar cadanganku. Dan masih banyak lagi. Semua kujelaskan. Sambil terus minta maaf. Masih tak mau aku melepas dekapan itu. Kututup mataku, kubiarkan hatiku tenteram didalam dekapan Wiwi.

Kemudian Wiwi melepas peluknya. Ditatapnya aku lekat lekat. Kubalas pandangan itu, walau aku sangat takut bila harus berpisah darinya. Ada air mata, walau ia tak kelihatan sedih. Semakin dekat ia menatapku. Sampai nafasnya terasa membelai wajahku, menerbitkan rindu yang mendalam.

Gi...aku mau kamu tahu bahwa aku ini pacar kamu...katanya dengan suara pelan.

...Dan aku selalu tahu banyak tentang kamu. Apa yang kamu lakuin. Dengan siapa kamu pergi. Alasan sebenarnya kamu batalin janji kita atau menolak jumpa denganku. Aku tahu itu. Aku juga tahu bukan kamu yang mulai. Dan yang paling kuketahui, bahwa kamu benar - benar sayang padaku seperti rasa yang selama ini aku miliki. Aku juga sangat yakin, suatu saat Yagiku akan jujur padaku ucapnya dengan suara lembut , tegar walau air mata itu masih mengalir.

Aku hanya terpana mendengarkan, Wiwi meneruskan,

Dan keyakinanku benar. Tak pernah salah aku menilaimu...Tapi tentang ulangtahunku, aku gak pasti...Soalnya, waktu sweet seventeen kemarin aku belum jadian sama kamu. Dan seingatku masa itu gak dirayain karna kakak aku lagi sakit... aku mendengarkan sambil menyeka sisa air matanya,

...trus kalau ulangtahun yamg berikutnya, itu baru bulan september nanti. Dan aku gak yakin kalau kamu gak tahu itu... ucapnya dengan heran.

Kuraba kepalaku, gak ada yang sakit, atau perban atau apapun ditubuhku.

Eh..., aku bukan di rumah sakit? tanyaku sambil melihat sekeliling. Dan setelah sadar aku berada di dalam tenda yang remang remang,

Aku bukan kecelakaan...? jadi yang pakaian putih tadi bukan medis...? tanyaku bingung.

Sejenak ia balas memandangku dengan heran. Kemudian mencubit kedua pipiku dengan mesra , menggoyangkannya. Mendaratkan ciuman yang terindah yang pernah kualami. My first kiss in lips.

Itu tadi Rama, Tiya, Koku dan... just our friends. Are you... kemudian dia tertawa. Ceria banget. Manis banget. Aku ikut tertawa. Kesadaranku sudah pulih. Apalagi setelah mendengar suara Wawan, menyanyikan lagu kemesraan ini... janganlah cepat berlalu... yang lebih mirip suara bleki ngengoggong..

Ternyata kami lagi ngadain perkemahan di Gunung Sinabung. Aku langsung menceritakan mimpiku. Dia tertawa lepas mendengarku. Perihal pacar cadangan kuserahkan kepada Wiwi. Saat itu aku nemuin satu lagi kepribadiannya yang tak pernah kutemukan pada wanita manapun. Dan aku pun telah bebas dari kebohongan. Bahagia menikmati cinta yang sungguh. Dari Wiwi..

Saat sedang bercanda berduaan, terdengar suara usil dari luar dengan suara lantang, Kode etik Perkemahan pelantikan paskibras smanpat jaya, pasal delapan: Selama perkemahan, dilarang pacaran...

Kami pun keluar. Wiwi tampak malu, tertunduk. Para teman - teman dan junior udah pada heboh.

Untuk menyelamatkan diri aku berkata,

Kode etik perkemahan pelantikan pengurus paskibras smanpat jaya, pasal satu: senior tidak pernah salah. Dan pasal dua: jika senior salah, ingat pasal satu..

Suasana makin gemuruh. Tapi itu tidak berlangsung lama. Karena Reza sudah membunyikan peluit berkali kali. Dan anak anak pun berkumpul dihadapannya. Membentuk barisan disusul oleh para senior. Padahal masih jam satu dini hari...

Dan tentang cita citaku, tak ingin lagi jadi dokter. Tak juga pengen jadi playboy. Maunya jadi pengusaha aja. Biar bebas nentuin waktu. Mau bareng Wiwi sepanjang hari atau kerja, biar kami yang ngatur. Yang penting, bisa bareng Wiwi selamanya, aku dah puas.

Wi.. aku sayang kamu.( flyboy was on since 2006

THE END

Created by Yagi