Vik ujian
description
Transcript of Vik ujian
FISTULA URETHROPERINEAL
I. Pengertian
Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ berongga
internal atau antara organ berongga internal dengan tubuh bagian luar. (Brunner
dan Suddanth, Keperawatan Medical Bedah, halaman 1551)
II. Etiologi
Fistula dapat terjadi secara congenital, kerusakan jaringan akibat cedera,
pembedahan, melahirkan, terapi radiasi, proses penyakit seperti karsinoma
(Brunner dan Suddanth, KMB, hal.1551)
III. Jenis Fistula
1. Vesikovaginal : Kandung kemih dan vaginal
2. Uretrovaginal : Uretra dan vaginal
3. Vaginoperineal: Vagina dan area perineal
4. Uretrovaginal : Ureter dan vaginal
5. Rektovaginal : Rektum dan vagina
6. Uretroperineal : Uretra dan area perineal
IV. Manifestasi Klinis
Gejala tergantung pada kekhususan defek. Sebagai contoh pada pasien dengan
fistula vesiko vaginal urine terus merembes ke dalam vagina. Pada fistula Recto
vaginal, terdapat inkontinen fekal flatus di keluarkan melalui vagina.
Uretro perineal : urine merembes langsung keluar pada area perineal.
Pewarnaan biru mutiler membantu menunjukkan perjalanan fistula pada fistula
vesikovaginal zat warna dimasukkan ke dalam kandung kemih dan timbul dalam
vagina. Pada uretroperineal zat warna dimasukkan ke dalam kandung kemih.
Cairan biru merembes kearea perineal melalui fistula sitoskopi kemudian dapat
digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat
V. Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk menghilangkan fistula infeksi dan ekskoriasi. Biasanya
fistula akan hilang tanpa intervensi bedah atau sebaliknya diperlukan
pembedahan.
Biasanya pembedahan pada vagina digunakan untuk fistula vesikovaginal dan
uretrovaginal. Pembedahan pada abdomen untuk fistula yang lebih tinggi dalam
abdomen.
Fistula yang sulit diperbaiki atau fistula yang sangat besar membutuhkan
perbaikan melaui tindakan bedah dengan diveksi urinarius atau fekal
Intervensi keperawatan :
Tindakan keperawatan direncanakan untuk menghilangkan ketidaknyamanan,
mencegah infeksi, dan memperbaiki konsep diri pasien dan kemampuan rawat diri
secara mandiri.
VI. Komplikasi
1. Infeksi
2. Gangguan fungsi reproduksi
3. Gangguan dalam berkemih
4. Gangguan dalam devekasi
5. Ruptur / perforasi organ terkait
VII. Data dasar pengkajian keperawatan .
Pengkajian :
A. Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD (efek pembesaran ginjal)
B. Eliminasi
Gejala : Penurunan kekuatan / dorongan aliran urine ; tetesan
Keragu – raguan pada berkemih awal
Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan
lengkap ; dorongan dan frekuensi berkemih
ISK berulang, riwayat batu (statis urinaria)
Tanda : Cairan urine merembes kearea perineal melalui fistula
C. Makanan / cairan
Gejala : Anoreksia ; mual dan muntah
Penurunan berat badan
D. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri suprapubis, daerah perineal
Nyeri punggung bawah
E. Keamanan
Gejala : Demam
F. Seksualitas
Gejala : Masalah tentang efek kondisi / terapi pada kemampuan seksual.
Takut incontinentia /menetes selama hubungan intim
Penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi
G. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Penggunaan antihipertensif atau antidepresan, antibiotic urinaria
atau agen antibiotic, obat yang dijual bebasuntuk flu/alergi obat
mengandung simpatomemetik
Rencana pemulangan :
Memerlukan bantuan dengan manejemen terapi.
Diagnosa perawatan yang lajim muncul :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri
2. Risiko infeksi
3. Gangguan konsep diri
4. Kecemasan
5. Kurang pengetahuan
Rencana intervensi :
Diagnosa I : Gangguan rasa nyaman nyeri
Intervensi Rasional
Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala
0-10)
Kaji pola urinasi
Pertahankan tirah baring bila diindikasikan
Berikan tindakan kenyamanan : contoh pijatan
punggung, membentu pasien melakukan posisi
yang nyaman , mendorong penggunaan
relaksasi /latihan napas dalam, aktivitas
terpeutik
Berikan obat sesuai indikasi
Memberikan informasi untuk membentu
dalam menentukan pilihan/keefektifan
informasi
Pengosangan kandung kemih yang tertunda
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri
Tirah baring mungkin diperlukan pada awal
selama fase akut. Namun ambulasi dini daoat
memperbaiki pola berkemih nrmal dan
menghilangkan nyeri kolik
Meningkatkan relaksasi, memfokuskan
kembali perhatian dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
Diberikan untuk menghilangkan nyeri berat,
memberikan relaksasi mental dan fisik
Diagnasa II : Risiko infeksi
Intervensi Rasional
Awasi TTV, perhatikan demam ringan,
menggigil, nadi dan pernapasan cepat, gelisah
Kaji tanda – tanda infeksi seperti rubor, dolor,
color, tumor, dan fungsiolaesa.
Dorong klien tentang mempertahankan
Penngkatan TTV merupakan salah satu tanda
adanya infeksi
Deteksi didni dapat memberikan intervensi
adekuat
Mencegah terjadinya penyebaran infeksi
perwatan perineal pasca berkemih dan
devekasi
Berikan antibiotic sesuai indikasi
Mungkin diberikan secara profilaktik
sehubungan dengan peningkatan risiko infeksi
pada fistulauretroperineal
Diagnosa III : Gangguan konsep diri
Intervensi Rasional
Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga
terhadap penyakit dan penanganan
Kaji hubungan antra pasien dengan anggota
keluarga
Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga
Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan
yang terjadiakibat penyakit dan penganan :
a. Perubahan peran
b. Perubahan gaya hidup
c. Perubahan dalam pekerjaan
d. Perbahan seksual
e. Ketergantungan pada tim tenaga kesehatan
Galicara alternative untuk ekspresi seksual
lain selain hubungan seksual
Diskusikan peranmemberi dan menerima cinta
kehangantan dan kemesraan
Menyediakan data tentang masalah pada
pasien dan keluarga dalam menghadapi
perubahan dalam hidup
Megidentifikasi penguatan dan dukungan
terhadap pasien
Pola koping yang efektif diasa lalu mungkin
potensial destruktif ketika memandang
pembetasan yang ditetapkan
Pasien dapat mengidentifikasi masalah dan
langkah – langkah yang diperlukan untuk
menghadpinya
Bentuk alternative ekspresi seksual dapat
diterima
Seksualitas mepunyai arti yang berbeda bagi
tiap individu, tergantung pada tahap
maturitasnya.
Diagnosa IV : Kecemasan
Intervensi Rasional
Buat hubungan saling percaya dengan
pasien /keluarga
Berikan informasi tentang prosedur dan tes
khgusus dan apa yang akan terjadi, contoh
cateter, urine berdarah, iritasi kandung kemih,
ketahui seberapa banyak informasi yang
diinginkan pasien
Pertahankan perilaku nyata dalam melakukan
prosedur /menerima klien. Lindungi privasi
pasien
Dorong pasien/orang terdekat untuk
menyatakan masalah/perasaan
Beri penguatan informasi pasien yang telah
diberikan sebelumnya
Menujukkan perhatian dan keinginan untuk
membentu. Membantu dalam diskusi tentang
subyek sensitive
Membentu pasien memahami tujuan dari apa
ynag dilakukan, dan mengurangi masalah
karena ketidak tahuan.
Menyatakan penerimaan dan menghilangkan
rasa malu pasien
Mendefinisikan masalah, memberikan
kesepatan untuk menjawab pertanyaan,
memperjelas kesalahan konsep, dan solusi
pemecahan masalah
Memungkinkan pasien untuk menerima
kenyataan dan menguatkan kepercayaan pada
pemberi perawatan dan pemberi nformasi.
PENYIMPANGAN KDM
Trauma Pembedahan Infeksi Partus Cancer Kongenital
Reaksi radang
Penyembuhan tidak sempurna
Penekanan terus menerus Fibrosis
(dalam buli-buli, ureter
uretra) Canal abnormal
Tembus keluar tubuh
FISTULA
Uretroperineal
Port the entry
Inkonensia urine Iritrasi mukosa
Resiko infeksi
Ketidakmampuan control berkemih Tranduksi
Transmisi
Perubahan stautus kesehatan Rasa malu meningkat Modulasi
Persepsi
Gangguan konsep diri
Salah informasi Nyeri
Kurang informasi Kurang pengetahuan
Salah interpretasi
Kecemasan
DAFTAR PUSTAKA
1. A. P.. Sylvia, Patofisiologi, Buku 2, ed 4, Penerbit EGC cetak I, Jakarta, 1995
2. Brunner & Suddanth, Buku Ajar Keperawatan, Medical Bedah, EGC, Jakarta,
2000
3. Cpernito, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Penerbit EGC, Cetakan I,
Jakarta, 2001
4. C. L. Barbara, Perawatan Medical Bedah, Buku II, Cetakan I, Penerbit Yayasan
IAPK, Bandung, 1996
5. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi VIII, Volume : 2, Penerbit EGC,
Jakarta, 2000
6. Purnawan Junadi, Capita Selekta Kedokteran, Penerbit Media Aesculapius, FKUI,
Jakarta, 1982
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Kamar operasi atau kamar bedah adalah ruangan yang khusus di pakai untuk
melakukan pembedahan yang membutuhkan suci hama atau steril
B. Lingkup kegiatan
Dalam kamar operasi terdapat kegiatan – kegiatan yang dapat diurut dalam prosedur –
prosedur :
1. Pemindahan penderita kemeja operasi
2. Pemberian anstesi intubasi
3. Penempatan penderita dalam posisi untuk dibedah
4. Persiapan penderita untuk pembedahan
5. pembedahan
6. Pemberian cairan, darah, obat – obat parenteral
7. Menutup luka pembedahan
8. Penghentian anastesi, Ekstubasi
9. Pemindahan penderita keluar kamar operasi
C. Pembagian daerah sekitar kamar operasi
Umumnya daerah sekitar operasi dibagi dalam :
1. Daerah public artinya daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang, tanpa ada
syarat misalnya : kamar tunggu, gang, emperan.
2. Daerah semi public, artinya daerah ini hanya boleh dimasuki oleh orang tertentu
saja yaitu para petugas
3. daerah aseptic yaitu daerah kmar bedah +sendiri yang hanya boleh dimasuki oleh
orang – orang yang langsung ada hubungan dengan kegiatan pembedahan saat itu
umumnya dianggap daerah yang harus dijaga kesucihamaannya.
Umumnya pembagian daerah aseptic ini adalah berdasar :
a. Daerah aseptic 0 yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukan
pembedahan.
b. Daerah aseptic 1 yaitu daerah memakai gaun operasi, daerah tempat duk /
kain-kain steril, tempat instrumen dan tempat para perawat instrumen
mengatur dan mempersiapkan alat.
c. Daerah aseptic 2 yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk,
daerah sekitar ahli anastesi.
D. Bagian – bagian dari kamar operasi
1. Kamar bedah
2. Kamar untuk cuci tangan
3. Kamar untuk alat-alat
4. Kamar untuk sterilisasi
5. Kamar untuk ganti pakaian
6. Kamar untuk laboratorium
7. Kamar untuk arsip
8. Kamar untuk sadur kembali (recovery)
9. Kamar gips
10. Kamar istirahat
11. Kamar mandi (WC) dan spoelhok (tempat cuci)
12. Kantor
13. Gudang
14. Kamar tunggu
E. Hal – hal yang perlu diperhatikan di kamar operasi
1. Bahwa kita bekerja pada tempat yang bersih dan mempergunakan alat-alat yang
steril
2. Tempat itu tidak boleh untuk melakukan macam-macam tindakan, hanya khusus
pembedahan saja. Oleh karena itu harus diutamakan kebersihan
3. Dokter dan staf kamar bedah sebaiknya harus hati-hati terhadap setiap sumber
infeksi
4. Setiap orang yang bekerja di kamar bedah harus menyadari peraturan yang ada
dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan
5. Kamar bedah (kamar operasi) adalah suatu tempat yang khusus untuk melakukan
pembedahan
CARA KERJA UMUM
A. Tugas – tugas
1. Tugas tim bedah
a. Pembedahan dilakukan oleh ahli bedah dan asistennya
b. Persiapan penggunaan instrumen dikerjakan oleh instrumenter
c. Penyediaan alat-alat untuk keperluan operasi yang sedang dilaksanakan
omloop
d. Pembiusan dilaksanakan oleh ahli anastesi dan asistennya
2. Tugas dan tanggung jawab nursing staf
a. Kepala kamar bedah (supervisor) harus bertanggung jawab terhadap semua
kegiatan yang dilaksanakan di dalam kamar bedah tersebut
b. Supervisor bertanggung jawab penuh terhadap kelancaran tugas-tugas
pegawai dari masing-masing tanggung jawabnya
c. Staf, nurse adalah perawat-perawat yang bertanggung jawab penuh tentang
tugas-tugas yang diberikan kepadanya misalnya : inventarisasi, penyediaan
alat-alat instrumen
B. Personil kamar operasi dan kamar bedah
Dalam membantu keadaan aseptic dalam kamar operasi maka setiap orang yang
bekerja dalam kamar operasi harus tunduk pada peraturan dan tekhnik aseptic yang
berlaku dalam setiap kamar bedah.
Disiplin ini terdiri dari :
a. Higiene pribadi
b. Disiplin bekerja
c. Pemakaian gaun pembedahan dan masker muka serta tutup kepala
Beberapa persiapan dan tindakan yang perlu diketahui dalam mdiri untuk masuk dan
bekerja dalam kamar operasi :
1. Persiapan untuk masuk kamar operasi
a. Pakaian dasar, sebaiknya menggunakan pakaian yang khusus untuk kamar
operasi yang umumnya disediakan dalam kompleks kamar operasi
Pakaian khusus ini sifatnya :
- Ringan ( bahan kain tipis)
- Bersih ( tidak perlu steril, tapi selalu dicuci / disetrika )
- Lengan pendek
- Menutup tungkai
- Seragam (sama bentuk / modelnya dan warnanya)
- Tututp mulut / masker dan kepala
b. Alas kaki, harus memakai sandal yang tertutup dianjurkan melepas kaus kaki.
Sandal ini tidak boleh dipakai di luar daerah kamar operasi
2. Persiapan untuk ikut dalam pelaksanaan pembedahan (masuk dalam daerah
aseptic 0)
a. Cuci tangan : tekhnik fuerbringer. Caranya :
- Basahi tangan bersih daerah bawah kuku
- Mulai sikat tangan dan jari satu persatu
- Lanjutkan sikat lengan atas sampai siku
- Bilas dengan air, ulangi lagi beberapa kali dengan larutan sabun biasa 10
menit dengan larutan standar : 3 – 5 menit
- Keringkan dengan kain handuk steril
b. Dengan tangan sampai siku berada diatas garis umbilicus memasuki daerah
aseptic 1 kemudian berpakaian gaun bedah dengan pertolongan seorang
perawat pembantu (ronloop, omloop)
c. Memakai sarung tangan yang sesuai dengan ukuran besar tangan, meletakkan
tangan dengan dilipat pada perut dan punggung (berdiri pada daerah aseptic 1)
C. Persiapan penderita
Persiapan penderita sebelum pembedahan sudah dimulai diruangan. Pada waktu
memasuki kamar operasi maka sebaiknya penderita memakai pakaian khusus rumah
sakit.
Urutan – urutan tindakan terhadap penderita setelah masuk kamar bedah :
1. Dipindahkankemeja pembedahan untuk dilakukan :
- Pemasangan pengikat tangan dan tungkai
- Pemasangan infuse
- Daerah rambut kepala ditutup
- Di chek apakah daerah pembedahan yang berambut sudah dipersiapkan,
daerah dada dibebaskan atau dilonggarkan
2. Dilakukan pembiusan
3. setelah dibius, barulah dilakukan penempatan posisi pembedahan :
4. Desinfeksi dari lapangan pembedahan
5. Kulit penderita
Tindakan untuk mengamankan kulit penderita yang diangap sebagai sumber
infeksi disebut siap – bedah (surgical prep),yang terdiri darai
a. Pencukuran kulit yang berambut
b. Desinfeksi kulit :
Cara melakukan melakukan desinfektan :
- Menggunakan klem desinfeksi yang steril, mengambil bola kasa steril,
dibasahi dengan larutan desinfektan
- Dioleskan pada kulit lapangan pembedahan dari tengah, berputar melebar
makin luas (dari pusat keluar)
- Ganti dengan bola kasa baru
- Untuk setiap macam obat desinfektan diperlukan sedikitnya dua kali
olesan
D. Persiapan ruangan pembedahan dan kamar bedah
Kamar bedah harus selalu disuci hamakan, karena harus dalam keadaan suci hama
bila akan dipakai untuk pembedahan
Pembersihan di kamar bedah dibagi dalam 2 macam :
a. Pembersihan harian.
Pembersihan dilaksanaka setiap pagi sebelum kamar bedah dibersihkan dan setiap
operasi dan yang terakhir biula kamar bedah tidak dipergunakan lagi
b. Penbersihan umum / bongkar besar
Pembersihan umum dilakukan seminggu sekali pada hari dimana tidak ada
operasi.
Cara-cara untuk mencapai ruangan yang suci hama atau paling sedikit mengurangi
jumlah kuman yang ada :
1. Alat-alat yang ada didalam kamar bedah hanyalah alat-alat yang dipakai untuk
pembedahan tersebut
2. Setiap selesai satu pembedahan kamar bedah segera dibersihkan
3. Selama dilakukan pembedahan, maka setiap bahan yang tercecer di lantai harus
segera diambil dan dibuang keember sampah dan dibuang keluar
4. Keluar masuknya orang-orang harus dibatasi pada yang berkepentingan saja
5. Pertukaran hawa / udara harus tetap baik dengan suhu kamar yang cukup
menyenangkan (sejuk) suhu yang dianjurkan adalah antara 24 derajat Celcius
sampai 26 derajat Celcius.+
PERSIAPAN PASIEN
Menerima pasien pada daerah semi public, kemudian mencatat nomor register dan
semua identitas klien yang dibutuhkan.
Nama : Ny. H
Umur : 40 tahun
Diagnosa medis : Mioma uteri
Jenis operasi : Histeroktomi total
Tanggal operasi : Luwu Timur
Urutan-urutan tindakan terhadap penderita setelah masuk kamar bedah
1. Dipindahkan kemeja pembedahan untuk dilakukan
a. Pemasangan pengikat tangan dan tungkai
b. Pemasangan infuse
c. Daerah rambut kepala ditutup
d. Di check, apakah daerah pembedahan yang berambut sudah dipersiapkan
(dicukur dan di cuci anti septic) daerah dada dibebaskan atau dilonggarkan.
2. Dilakukan pembiusan jam 09.00 (General Anastesi)
3. Setelah dibius, barulah dilakukan penempatan posisi pembedahan
Akan letak / posisi penderita harus ditanyakan pada ahli bedah bila memang
belum jelas
4. Desinfeksi dari lapangan pembedahan
a. Dapat dilakukan oleh ahli bedah / asistennya, yaitu sebelum menempuh
prosedur tanpa gaun bedah
b. Dapat pula dilaksanakan oleh perawat pembantu (omloop), dengan
menggunakan klem – desinfeksi yang steril, tanpa menyentuh daerah
pembedahan dengan tangannya
Catatan : Pelaksanaan desinfeksi dengan memakai gaun bedah dan sarung tangan
adalah tidak dibenarkan, karena dalam prosedur ini dapat terjadi
kontaminasi terhadap yang melakukan desinfeksi (penderita tidak
steril), hingga bila hal ini dilakukan, maka setelah melakukan
desinfeksi, harus berganti gaun dan sarung tangan. Hal ini akan
memerlukan jumlah gaun bedah dan sarung tangan yang lebih banyak.
5. Kulit penderita
Tindakan untuk mengamankan kulit penderita yang dianggap sebagai sumber
infeksi disebut siap – bedah yaitu terdiri dari :
a. Pencukuran kulit
Dilakukan dibangsal sebelum masuk OK
b. Larutan anti septic
Larutan anti septic dipakai untuk melakukan desinfeksi kulit daerah lapangan
pembedahan, dilakukan setelah pembiusan
Cara melakukannya : cara yang benar adalah desinfeksi kulit dari tengah
keluar.
Bahan standar yang dipakai adalah larutan iodium – alcohol 3% dan sebagai
pembilas adalah alcohol 70%
6. Persiapan lapangan pembedahan
Penutupan lapangan pembedahan (drapping) :
Penututpan lapangan pembedahan dapat dilakukan dengan kain liren yang
steril (duk steril)
Tujuannya adalah membuat barrier atau pembatasan terhadap kontaminasi
Batas dari lapangan pembedahan kemudian difiksasi dengan :
a. Duk klem : 4 buah klem penjepit agar keempat sisi kain membatasi lapangan
pembedahan
b. Duk lubang yang steril
c. Memakai foli plastic yang melekat pada kulit
d. Menggunakan duk khusus untuk bagian tubuh tertentu
Alat-alat pembantu pembedahan : suction dan couter dan lain-lain serta meja
instrumen diletakkan sekitar lapangan pembedahan siap untuk dibedah, setelah
meminta persetujuan anastesi
Alat-alat instrumen yang digunakan
- Bisturi no.20 + Skalfel - Tubber tank 1
- Elektroda 3 buah - Duk klem 4
- Klem bengkok 4 buah - Hak tajam 1
- Koher 4 - Hak tumpul 1
- Pincet anatomis 2 – 2 - Arteri klem bengkok 2
- Pincet chirungis 1 – 2 - Arteri klem lurus 8
- Klem kecil 4 - Koher lurus 8
- Klem preparat 1 - Koher bengkok 2
- Tupper tang 2 - Suction
- Hak tumpul besar 1 - Arteri klem halus 1
- S.Hak 1 - Hak obgin 2
- Gunting jaringan 1 - 2 - Kom kecil 1
- Gunting benang 1 - 2 - Kom besar 1
- Kanul section 1 - Couter
Benang : Vicryl 0 : 3
Polysorb 3.0 : 2
Chromic : 1 : 1
Zeide 1 : 2
- Jarum otot dan jarum kulit
- Bethadine
- NaCl 2 kolf
- Has steril 5 gulung (1 gulung 10 lembar)
- Hanscun 5 pasang
- Bak has 5 lembar
Obat-obatan yang digunakan :
- Pethidin 1 ampul
- Dormicum ½ ampul
- Sulfas atropine 1 ampul
- Diazepam / valiuna 1 ampul
- Penthotal ½ ampul
- Scholin / Duilicin 3 cc
- Tracirin 1 ampul
- Oksigen 800 liter
- Adrenalin 1 ampul
LAPORAN OPERASI
- Klien masuk kamar operasi Jam 08.45
- Anastesi dimulai Jam 09.00
- Operasi dimulai Jam 09.25
- Selesai operasi Jam 11.30
Prosedur kerja :
- Instrumen atau omloop mempersiapkan alat, baik set kain maupun alat-alat
operasi, couter, suction, dll
- Semua peserta (operator, asisten 1, 2, instrumen) harus mencuci tangan terlebih
dahulu, dimana kedua tangan disikat dengan sabun anti septic dari ujung jari
sampai iku
- Semua peserta memakai celemek plastic dan baju operasi yang steril
- Sebelum memulai dipastikan semua kondisi peralatan dalam keadaan baik dan
siap pakai
- Dimulai dengan desinfeksi pada lapangan operasi
- Menutup lapangan operasi dengan duk steril dan keempat sisinya dijepit dengan
duk klem. Terakhir ditutp dengan duk lubang
- Kemudian mulai dilakukan penyayatan pada daerah abdomen secara vertical
- Penyayatan dilakukan selapis demi selapis untuk mencegah perdarahan dan
meastikan tidak memotong arteri yang besar
- Setelah uterus nampak ada perlengketan usus, maka usus tersebut dipotong
kemudian disambung
- Bagian-bagian samping uterus dijahit kemudian uterus dilepaskan sedikit demi
sedikit dari rongga abdomen untuk mencegah perdarahan
- Lakukan insisisecara terus-menerus sambil dijahit atau diberi couter sampai
uterus terlepas
- Setelah uterus terlepas maka uterus diletakkan di dalam ember. Dimana uterus
tersebut diincisi untuk menetahui isi / tumor dari uterus
- Sebelum dilakukan penjahitan bersihkan dahulu rongga abdomen dengan NaCl
0,9% + bethadine dan dikeluarkan cairan tersebut dengan menggunakan suction
- Pasang surgical pada daerah luka kemudian jahit fascia dengan menggunakan
Vicryl 0 dilanjutkan dengan menjahit peritoneum dengan benang Vicryl 0
kemudian menjahit otot dengan benang Cromic 1. dilanjutkan dengan menjahit
otot selapis demi selapis dengan menggunaklan benang polysorb 3.0. terakhir
kulit dijahit dengan menggunakan Zeide 1.
- Setelah dijahit luka di dep dengan bethadine dan kemudian ditutup dengan kassa
steril dan kemudian diplester dengan Hipafix.
- Setelah selesai bersihkan daerah sekitar operasi dengan NaCl. Kemudian pasien
dirapikan sambil mengontrol cairan infuse yang terpasang yaitu RL pada tangan
sebelah kanan dan tramnfusi darah pada tangan kiri, 28 tts/i, jangan lupa lihat
urine bagian tertampung urine 50 cc.
- Setelah selesai pasien langsung dipindahkan ke brankas dan dibawa keruangan
RR
- Di ruang RR tersebut pasie diobservasi tanda-tanda vital
TD : 100/70 mmHg
N : 80 / m
S : 36,5 C
P : 20 / m
- Evaluasi terus keadaan pasien sampai memenuhi Skala Aldrette
- Pasien dibaw ke ruangan RR jam 10.00 dan dipindahkan ke ruangan jam : 11.30,
karena Skala Aldrette > 8
- Merendam peralatan dan membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah
- Cuci alat, kemudian keringkan dan set kembli lalu di sterilkan
- Cuci hanscun dan keringkan, kemudian cuci tangan dengan Hibi scrub di bawah
air mengalir
- Lengkapi status pasien.