jurnal.upi.edujurnal.upi.edu/file/2._Artikel_Carudin_.docxWeb viewPeningkatan kinerja mengajar guru...
Transcript of jurnal.upi.edujurnal.upi.edu/file/2._Artikel_Carudin_.docxWeb viewPeningkatan kinerja mengajar guru...
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM KERJA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU
Carudin SMKN 1 Gabuswetan
Jl. PU. Rancahan Kec. Gabuswetan Kab. Indramayu 452563Email: [email protected]
Abstrak: Peningkatan kinerja mengajar guru dapat dilakukan melalui peningkatan kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja sekolah. Penelitian ini bertujuan: (a) untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah, iklim kerja sekolah, dan kinerja guru, (b) untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja sekolah terhadap kinerja guru. Hasil penelitian yang diperoleh kepemimpinan kepala SMK Negeri se-Kabupaten Indramayu yang meliputi dimensi kepribadian, kemampuan pengambilan keputusan, kemampuan berkomunikasi, memberi motivasi dan pendelegasian wewenang memberikan pengaruh cukup terhadap kinerja. Iklim kerja sekolah mempunyai hubungan yang cukup berpengaruh terhadap kinerja guru. Kinerja mengajar guru berada pada kategori cukup baik. Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja guru tetapi kurang cukup memotivasi kinerja guru. Pengaruh iklim kerja sekolah terhadap kinerja guru kurang cukup baik dan dapat memotivasi kinerja guru. Kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja guru. Kata kunci: Kinerja guru, kepemimpinan kepala sekolah, iklim kerja
Abstract: Improvement in teachers' teaching performance can be achieved by improving school leadership and school climate. This study aims: (a) to investigate the school leadership, school climate, and teacher’s performance, (b) to know how great the influence of school leadership and school climate on teacher’s performance. The study shows that the school principal leadership of State Vocational School (SMK) in Indramayu Regency, which includes dimensions of personality, decision-making ability, ability to communicate, motivate and delegate an authority, provides fair influence on performance. School climate also has fair influence on the performance of teachers. Teachers’ performance is in fair category. School leadership has a positive effect on the performance of teachers but is not enough (less fair) to motivate the performance. The school climate has less fair influence on teacher’s performance and can motivate the performance. School leadership and climate provide a significant positive impact on teacher’s performance.
Key words: teacher’s performance, school leadership, school climate.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah salah satu institusi yang berperan menyiapkan sumber
daya manusia. Sejalan dengan perkembangan zaman, tantangan yang dihadapi
sistem pendidikan semakin meningkat baik kualitas, kuantitas maupun
relevansinya. Perkembangan masyarakat yang diikuti dengan perkembangan
kebutuhannya memunculkan jenis dan bentuk pekerjaan baru yang memerlukan
penyesuaian spesifikasi kemampuan dan persyaratan dari tenaga kerjanya, As’ari
131
Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah………………..Carudin 132
(2008: 1–2 ). Arus globalisasi menimbulkan tantangan daya saing terhadap
produk barang dan jasa. Sistem pendidikan yang bermutu akan mampu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pada akhirnya kualitas produk
barang dan jasa menjadi meningkat sehingga diharapkan mampu menjadi tuan
rumah di negerinya sendiri dan dapat bersaing di pasar global.
Guru merupakan faktor sentral di dalam sistem pembelajaran terutama di
sekolah. Semua komponen lain, mulai dari kurikulum, sarana-prasarana, biaya,
dan sebagainya tidak akan banyak berarti apabila keutamaan pembelajaran yaitu
interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas. Semua komponen lain,
terutama kurikulum akan “hidup” apabila dilaksanakan oleh guru. Peranan guru
sangat penting dalam mentransformasikan input pendidikan, sehingga dapat
dipastikan bahwa di sekolah tidak akan ada perubahan atau peningkatan kualitas
tanpa adanya perubahan dan peningkatan kualitas guru. Hal ini berarti, pendidikan
yang baik dan unggul tetap akan bergantung pada kondisi mutu guru. UNESCO
menyatakan bahwa “memperbaiki mutu pendidikan pertama-tama tergantung pada
perbaikan perekrutan, pelatihan, status sosial, dan kondisi para guru; mereka
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, karakter personal, prospek
professional, dan motivasi yang tepat jika ingin memenuhi harapan stakeholder”
(Delors, 1996).
Kinerja guru yang diharapkan dapat mendongkrak kualitas dan relevansi
pendidikan, dalam implementasinya di lapangan tergantung dari banyak faktor
yang mempengaruhinya dan saling berkaitan, misalnya faktor kepemimpinan
kepala sekolah dan iklim kerja. Kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan
mutu, tanpa kepemimpinan yang baik proses peningkatan mutu tidak dapat
dilakukan dan diwujudkan (Edwar Sallis, 2006:170). Keutamaan pengaruh
(influence) kepemimpinan kepala sekolah bukanlah semata-mata berbentuk
instruksi, melainkan lebih merupakan motivasi atau pemicu (trigger) yang dapat
memberi inspirasi terhadap para guru dan karyawan, sehingga inisiatif dan
kreatifitasnya berkembang secara optimal untuk meningkatkan kinerjanya, (Tjutju
Yuniarsih dan Suwatno, 2008:166). Kenyataan di lapangan kepemimpinan kepala
sekolah masih menunjukan kinerjanya yang belum optimal, hal itu di indikasikan
INVOTEC, Volume VII, No. 2, Agustus 2011: 131 –144 133
antara lain masih minimnya kepala sekolah untuk melakukan kegiatan supervisi
dan tingkat kepuasan guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah masih rendah.
Menurut Gibson, Ivancevich dan Donelly (1992), iklim organisasi adalah
serangkaian keadaan lingkungan yang dirasakan secara langsung dan tidak
langsung oleh karyawan. Hal ini menggambarkan bahwa iklim organisasi sebagai
beberapa keadaan atau kondisi dalam satu rangkaian yang secara langsung atau
tidak langsung, sadar atau tidak sadar, dapat mempengaruhi karyawan. Iklim kerja
yang sejuk dan harmonis akan memberikan gairah dan inspirasi dalam bekerja.
Kenyataan yang ada iklim kerja SMK Negeri di seluruh Indramayu secara umum
masih menunjukan gejala yang belum optimal. Selain sarana-prasarana sekolah
yang belum representatif, juga manajemen sekolah yang secara umum kurang
memuaskan stakeholder sekolah.
Mengingat pentingnya peranan guru, maka kinerja guru harus selalu
dikontrol dan ditingkatkan. Sayangnya, dalam kultur masyarakat Indonesia
sampai saat ini pekerjaan guru masih cukup tertutup. Bahkan atasan guru seperti
kepala sekolah dan pengawas sekali pun tidak mudah untuk mendapatkan data dan
mengamati realitas keseharian performance guru di hadapan siswa. Guru berusaha
menampakkan kinerja terbaiknya, baik pada aspek perencanaan maupun
pelaksanaan pembelajaran hanya pada saat dikunjungi. Selanjutnya guru akan
kembali bekerja seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang matang serta
tanpa semangat dan antusiasme yang tinggi. Berdasarkan latar belakang masalah
dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu: bagaimana kepemimpinan, iklim
kerja, kinerja guru dan hubungan diantara faktor-faktor tesebut di SMK Negeri di
Indramayu. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepemimpinan para
kepala SMK Negeri di Indramayu, iklim kerja, dan kinerja guru kejuruan. Selain
itu, mencari hubungan dan pengaruh antara kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru; iklim kerja sekolah terhadap kinerja guru; kepemimpinan
kepala.
Menurut Veithzal Rivai (2009), “Kinerja adalah perilaku yang nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja sesuai dengan peranannya”.
Kinerja merupakan suatu wujud prilaku seseorang atau organisasi dengan
orientasi prestasi. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi
Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah………………..Carudin 134
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Indikator penilaian terhadap kinerja
guru dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran dikelas yaitu: Perencanaan
kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
Kepala sekolah adalah seorang guru yang seharusnya mempunyai
kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah
sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 tanggal
17 April 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, kepala sekolah harus
memiliki kompetensi yakni: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial,
kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Kelima
standar kompetensi tersebut terintegrasi di dalam kinerja kepala sekolah.
Urgensi dan signifikansi fungsi dan peranan kepala sekolah didasarkan
pada pemahaman bahwa keberhasilan sekolah merupakan keberhasilan kepala
sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu memiliki kompetensi yang
disyaratkan agar dapat merealisasikan visi dan misi yang diemban sekolahnya.
Dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah minimal harus
mampu berfungsi sebagai edukator, manager, administrator, supervisor, leader,
inovator dan motivator (EMASLIM).
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu mengambil keputusan
yang cepat dan tepat, memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan
kemauan dan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah
dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999), mengemukakan bahwa kepala
sekolah sebagai pemimpin harus memiliki karakter khusus yang mencakup
kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta
pengetahuan administrasi dan pengawasan. Hal ini menggambarkan bahwa iklim
organisasi sebagai beberapa keadaan atau kondisi dalam satu rangkaian yang
secara langsung atau tidak langsung, sadar atau tidak sadar, dapat mempengaruhi
karyawan. Iklim kerja terdiri dari iklim secara fisik dan iklim secara psikologis.
Secara fisik misalnya keamanan, kebersihan, kenyamanan, kondisi sarana dan
prasarana organisasi (sekolah). Iklim psikologis meliputi lima dimensi, yaitu:
Responsibility (tanggung jawab), identity (identitas), warmth (kehangatan),
support (dukungan), dan conflict (konflik).
INVOTEC, Volume VII, No. 2, Agustus 2011: 131 –144 135
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
yang mengungkapkan keadaan obyek penelitian sebagaimana adanya di lapangan
tentang kepemimpinan kepala sekolah, iklim bekerja dan kinerja guru.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan angket yang disebarkan
kepada sguru kejuruan di SMK Negeri se-Kabupaten Indramayu tahun pelajaran
2010/2011 sebanyak 85 orang.
Analisis data dilakukan dengan mengumpulkan data, mengklasifikasikan
data berdasarkan item, indikator pada variabel penelitian. Penyajian data hasil
penelitian disampaikan dalam bentuk histogram agar lebih mudah dipahami, dan
menyimpulkan hasil penelitian. Perhitungan yang digunakan yaitu rerata, standar
deviasi, median dan modus. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
data variabel kepemimpinan kepala sekolah, iklim kerja sekolah, dan kinerja guru.
HASIL PENELITIAN
Kepemimpinan kepala sekolah secara umum pada SMK Negeri se-
Kabupaten Indramayu menurut 85 persepsi guru produktif yang dijadikan
responden yakni kepemimpinan kepala sekolah berada pada kecenderungan
umum kategori sedang (62,7%) dari skor ideal. Dengan rincian kepribadian kepala
sekolah 66,73%, kemampuan pengambilan keputusan 61%, kemampuan
berkomunikasi dengan guru 61,3%, dan kemampuan memberi motivasi dan
pendelegasian wewenang 58,9%.
Kepemimpinan kepala sekolah secara umum berpengaruh positif terhadap
kinerja guru sebesar 0,260 dengan kontribusi sebesar 6,7 %. Sisanya dipengaruhi
oleh faktor lain 91%. Signifikansi peningkatan sebesar 0,016. Fhit 6,002 dan Ftab
3,107, maka Hi diterima dan menolak Ho. Persamaan regresi yang terbentuk
adalah Ŷ= 70,65 + 0,26 X1. Hasil uji t, diperoleh thit = 2,45, sedangkan ttab sebesar
1,989. Dengan demikian kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh posistif yang
signifikan terhadap kinerja guru.
Iklim kerja sekolah di SMK Negeri se-Kabupaten Indramayu berada pada
kecenderungan umum kategori sedang (62,7%) dari skor ideal. Dengan iklim
kerja sekolah secara fisik 61,2%, dan iklim kerja sekolah secara psikologis
Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah………………..Carudin 136
63,73% dari sekor ideal. Iklim kerja sekolah memberikan pengaruh positif
terhadap kinerja guru sebesar 0,361 tergolong rendah dengan kontribusi sebesar
13%. Sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Signifikansi peningkatan sebesar
0,001. Fhit 12,432 dan Ftab 3,107, dengan menerima Hi dan menolak Ho.
Kinerja guru berada pada kecenderungan umum kategori cukup baik 78%
dari skor ideal. Dengan rincian dimensi perencanaan pembelajaran pada kategori
skor cukup baik (74,9 %), pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pada kategori
sedang (68,3 %). Persamaan regresi yang terbentuk adalah Ŷ = 64,081 + 0,361 X2.
Hasil uji t, diperoleh t = 3,526, sedangkan ttab pada taraf signifikan 0,05 didapat
nilai sebesar 1,989. Dengan demikian, iklim kerja sekolah berpengaruh positif
yang signifikan terhadap kinerja guru.
Kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja sekolah secara simultan
memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja guru. Pengaruh
kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja terhadap kinerj aguru sebesar 0.388
tergolong rendah. Sedangkan kontribusi kedua varianel tersebut secara simultan
terhadap adalah 15,1%, sisanya oleh faktor lain. Peningkatan memenuhi
signifikansi 0,01 dengan harga F hitung 7,274 dan F tabel 1,989, artinya hasil
persamaan regresi yang telah didapat adalah signifikan. Hipotesis alternatif (Hi)
diterima dan menolak hipotesis 0 (Ho). Persamaan regresi yang terbentuk adalah:
Ŷ = 27,316 + 0,144X1 + 0,315X2. Hal ini menunjukan bahwa secara sederhana
kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja berpengaruh positif terhadap
kinerja guru yang tercermin dari nilai prediksi perubahan nilai di atas.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa kepemimpinan kepala SMK Negeri di
seluruh Kabupaten Indramayu hanya mencapai kategori sedang. Persentasi paling
tinggi pada dimensi kepribadian termasuk kategori sedang. Persentasi terkecil ada
pada dimensi kemampuan memberi motivasi dan pendelegasian wewenang.
Berdasarkan data pilihan responden, kepala sekolah sudah cukup proaktif dalam
membangun sekolah, tetapi kurang melibatkan komite sekolah.
Hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukan bahwa iklim kerja
sekolah yang dianalisis dari dimensi iklim kerja sekolah secara fisik dan iklim
INVOTEC, Volume VII, No. 2, Agustus 2011: 131 –144 137
kerja sekolah secara psikologis secara umum berada pada kategori sedang.
Kepala sekolah dan guru sudah terjalin hubungan yang harmonis, tetapi kurang
mendukung dana kegiatan. Faktor kinerja individu sangat dipengaruhi oleh
dukungan iklim kerja yang meliputi pelatihan, pengembangan, peralatan,
teknologi, standar kinerja, manajemen dan rekan kerja. Dukungan iklim organisasi
ini diartikan sebagai iklim kerja. Jika keseluruhan yang terdapat dalam sekolah
dioptimalkan maka akan dapat mewujudkan kinerja individu yang optimal pula.
Data di atas menggambarkan suasana kondusif SMK Negeri yang
dibutuhkan untuk peningkatan kinerja guru dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan belum tercipta secara optimal. Oleh karena itu, iklim kerja sekolah
harus ditingkatkan dengan berbagai pendekatan yang rasional di antaranya adalah;
pendekatan organisasi, dan pendekatan individu. Gambaran aktual kinerja guru
berada pada kecenderungan umum kategori cukup baik dari skor ideal. Dengan
rincian dimensi perencanaan pembelajaran pada kategori skor cukup baik,
pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pada kategori sedang.
Berdasarkan data tersebut, secara umum kinerja guru dalam pembuatan
program pembelajaran sudah cukup baik, tetapi untuk pembuatan materi
pengayaan secara umum masih kurang. Kemampuan pengembangan program
pembelajaran oleh guru harus selalu ditingkatkan karena merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan proses pembelajaran. Melalui perencanaan
pembelajaran yang baik seorang guru akan lebih mudah dan terarah dalam
melakukan kegiatan pembelajaran yang pada akhirnya akan meningkatkan
prestasi peserta didik. Kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh
guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja guru dikatakan baik
dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Tugas guru pada prinsipnya terkandung dalam kompetensi seorang
guru. Tiga dimensi umum kompetensi yang saling menunjang dan membentuk
kompetensi profesional tenaga kerja kependidikan, yaitu kompetensi pribadi,
kompetensi profesional, dan kompetensi kemasyarakatan/sosial.
Manfaat lain dari perencanaan pembelajaran adalah membantu disiplin
kerja yang baik, suasana pembelajaran lebih menarik, proses pembelajaran yang
terorganisir dengan baik, relevan dan akurat sehingga pembelajaran menjadi
Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah………………..Carudin 138
efektif. Rencana pembelajaran juga akan membantu guru dalam
mengorganisasikan materi standar, mengantsipasi peserta didik dan masalah yang
mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tanpa persiapan dan proses
pembelajaran menjadi kurang efektif.
Berdasarkan hasil penelitian, dimensi pelaksanaan pembelajaran
mendapatkan persentasi yang lebih kecil daripada pembuatan program
pembelajaran termasuk kategori sedang. Hal ini berarti masih banyak guru
produktif di SMK Negeri Kabupaten Indramayu yang kurang memperhatikan
kualitas dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pada saat pembukaan proses
pembelajaran masih banyak guru yang tidak mengemukakan tujuan pembelajaran
dan acuan materi pembelajaran. Tujuan pembelajaran harus dipahami oleh setiap
peserta didik sejak awal proses pembelajaran. Dengan demikian, para peserta
didik mendapat gambaran kompetensi apa yang harus diperolah pada setiap
segmen proses pembelajaran. Proses pembelajaran menjadi lebih terarah dan lebih
efektif. Apersepsi yang berfungsi menghubungkan materi sebelumnya dengan
materi yang akan disampaikan secara umum masih banyak guru yang
mengabaikannya. Pada saat menutup proses pembelajaran, secara umum masih
banyak guru yang tidak memberi kesimpulan dan tindak lanjut.
Hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukan bahwa kepemimpinan
kepala sekolah yang terdiri dari aspek kepribadian, kemampuan pengambilan
keputusan, kemampuan berkomunikasi, kemampuan memberi motivasi dan
pendelegasian wewenang, mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap
kinerja guru. Hubungan antar variabel tersebut ditunjukan pula oleh koefisien
korelasi yang termasuk kategori kurang baik. Koefisien determinasi mempunyai
pengartian bahwa kinerja mengajar guru ditentukan oleh kepemimpinan kepala
sekolah dan ditentukan oleh variabel lain.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa kepemimpinan
kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru dalam konteks
penelitian yang dilaksanakan menunjukan kebenaran secara ilmiah. Hasil
perhitungan terhadap iklim kerja sekolah yang terdiri dari dimensi iklim fisik, dan
iklim psikologis, mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja
mengajar guru. Hubungan antar variabel tersebut ditunjukan pula oleh koefisien
INVOTEC, Volume VII, No. 2, Agustus 2011: 131 –144 139
korelasi yang termasuk kategori rendah. Koefisien determinasi mempunyai
pengertian bahwa kinerja mengajar guru ditentukan oleh iklim kerja sekolah dan
ditentukan oleh variabel lain.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa iklim kerja
sekolah berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru dalam konteks penelitian
yang dilaksanakan menunjukan kebenaran secara ilmiah. Hasil perhitungan yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan kepala sekolah
secara parsial maupun secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja mengajar guru. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan
iklim kerja sekolah terhadap kinerja mengajar guru ditunjukan berkorelasi cukup
baik. Hal ini secara simultan, kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja
sekolah turut menentukan kinerja mengajar guru dan dipengaruhi oleh faktor lain.
Hasil pembahasan yang dikemukakan di atas maka terdapat beberapa
implikasi yang berkaitan dengan kinerja mengajar guru sebagai berikut:
1. Kondisi aktual kepemimpinan kepala sekolah berada pada kategori sedang
atau di bawah cukup dan pengaruhnya terhadap kinerja mengajar guru rendah.
Kondisi ini belum dapat sepenuhnya mendukung peningkatan kinerja guru.
Oleh karena itu fungsi, dan peranan kepala sekolah sebagai EMASLIM-F
harus lebih ditingkatkan. Kepala sekolah harus memiliki standar kompetensi
minimal yang telah ditetapkan oleh pemerintah yakni: ompetensi kepribadian,
manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Kepala sekolah sebagai
pemimpin selain harus memiliki kepribadian dan integritas yang baik juga
harus visioner yang mampu membuat perubahan sekolah ke arah yang lebih
baik. Kepala sekolah sebagai leader seharusnya memiliki kemampuan
pengambilan keputusan yang baik, mampu mengkomunikasikan visi,
memotivasi guru dan mampu mendelegasikan wewenang dengan baik.
2. Kondisi aktual iklim kerja sekolah yang dibutuhkan untuk memberi inspirasi
dan motivasi mengajar guru termasuk dalam kategori rendah dan pengaruhnya
terhadap kinerja mengajar guru juga rendah. Untuk peningkatan kinerja guru
maka iklim kerja sekolah harus diupayakan lebih baik lagi. Lingkungan fisik
sekolah harus diupayakan memberi kesejukan dan kenyamanan. Sarana-
prasarana umum, ruang kantor, ruang kelas dan peralatannya harus dilengkapi
Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah………………..Carudin 140
secara berkala. Lingkungan psikologis seperti kualitas manajemen sekolah,
rasa kekeluargaan dan dukungan harus ditingkatkan.
3. Kondisi aktual kinerja mengajar guru hanya mencapai kategori cukup baik
sehingga harus ditingkatkan. Untuk meningkatkan kinerja guru maka faktor-
faktor yang mempengaruhinya harus ditingkatkan. Unsur motivasi kerja
termasuk kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja sekolah harus lebih
baik.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui kinerja guru,
dibutuhkan sosok kepala sekolah yang memiliki kemampuan minimal seperti
yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar
Kompetensi Kepala Sekolah yakni memiliki kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi dan sosial. Para kepala sekolah harus menjadi pemimpin
yang visioner, mengarahkan, dan memotivasi guru untuk mau dan mampu bekerja
dengan baik.
Menurut Mulyasa (2003), kepala sekolah yang efektif adalah kepala
sekolah yang: (1) mampu memberdayakan guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif; (2) dapat menyelesaikan tugas
dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan; (3) mampu menjalin
hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka
secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan; (4)
berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah; (5) bekerja dengan tim manajemen;
(6) berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
Untuk mendapatkan sosok kepala sekolah yang diharapkan, pertama-tama
tergantung pada perbaikan perekrutan, pelatihan, status sosial, dan kondisi para
kepala sekolah, mereka membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, karakter
personal, prospek profesional, dan motivasi yang tepat jika ingin memenuhi
harapan stakeholder.
Sejalan dengan upaya untuk meningkatkan fungsi dan peranan kepala
sekolah sebagai pemimpin, Danny Meirawan (2010:112-117), mengemukakan
bahwa langkah pertama sekecil apapun seorang kepala sekolah seyogianya harus
INVOTEC, Volume VII, No. 2, Agustus 2011: 131 –144 141
mempunyai visi, misi dan program utama sekolah. Langkah kedua kepala sekolah
harus piawai dalam pengambilan keputusan yang berorientasi budaya atau
dinamika sistem nilai yang berlaku dimana sekolah berada. Ketiga harus pandai
mengkomunikasikan keputusan dan menginformasikan keputusan yang dibuat
sendiri maupun keputusan partisipatif yang melibatkan berbagai pihak. Langkah
ketiga kepala sekolah harus mampu menggerakan sumber daya manusia yang ada
supaya mampu dan mau bekerja dan beradministrasi dengan baik.
Dalam upaya pemberdayaan guru oleh kepala sekolah, Stewart (1998),
mengatakan enam cara yang dapat digunakan pemimpin dalam mengembangkan
pemberdayaan staf/bawahan (guru), yakni: meningkatkan kemampuan
staf/bawahan (enabling), memperlancar (facilitating) tugas mereka, konsultasi
(consulting), bekerjasama (collaborating), membimbing (mentoring) bawahan,
dan mendukung (supporting). Tetapi apapun cara yang ditempuh oleh pemimpin
dalam memberdayakan staf/bawahan, menurut Sarah Cook dan Steve Macaulay
(1997), kepemimpinan yang memberdayakan perlu mengacu pada empat dimensi,
yaitu visi, realita, orang (manusia), dan keberanian.
Berdasarkan temuan dalam penelitian dan konsep di atas, maka kepada
para kepala sekolah agar: (1) menganalisis dan mengidentifikasi permasalahan
dan potensi yang ada di sekolah sebagai titik tolak dan untuk menentukan skala
prioritas dalam upaya meningkatkan kinerja guru yang optimal, (2) menjalin
hubungan komunikasi yang lebih baik dengan para guru sehingga setiap
permasalahan yang muncul dapat segera di atasi dengan bijaksana.
Kondisi aktual kinerja mengajar guru hanya mencapai kategori cukup baik
sehingga harus ditingkatkan. Untuk meningkatkan kinerja guru, maka faktor-
faktor yang mempengaruhinya harus ditingkatkan. Unsur motivasi kerja termasuk
kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja sekolah harus lebih baik.
Pengetahuan, keterampilan, status sosial dan kondisi guru harus ditingkatkan
dengan berbagai upaya sesuai dengan kemampuan sekolah, misalnya dengan
memberikan pelatihan, studi banding dan pertemuan ilmiah. Hal ini sejalan
dengan UNESCO yang menyatakan bahwa memperbaiki mutu pendidikan
tergantung pada perbaikan perekrutan, pelatihan, status sosial, dan kondisi para
guru, mereka membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, karakter personal,
Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah………………..Carudin 142
prospek profesional, dan motivasi yang tepat jika ingin memenuhi harapan
stakeholder.
Kompetensi memiliki korelasi positif dan memberikan pengaruh yang
signifikan. Sehingga pihak sekolah sebaiknya lebih meningkatkan kemandirian
dari para guru dengan memberikan segala keleluasaan untuk mengambil
keputusan sehubungan dengan wewenang yang dimiliki oleh guru. Selain itu,
dalam pengambilan keputusan yang bersifat operasional pengajaran
direkomendasikan untuk selalu melibatkan para guru. Besarnya pengaruh dari
iklim kerja terhadap kinerja guru dapat dijadikan bahan pertimbangan dari fihak
sekolah untuk lebih meningkatkan iklim kerja agar semakin meningkatkan kinerja
dari para guru.
Motivasi kerja memberikan dorongan yang cukup berarti dalam
peningkatan kinerja seseorang. Dengan motivasi kerja ini mendorong guru untuk
mengarahkan semua kemampuannya serta energi yang dimilikinya demi mencapai
prestasi kerja yang optimal. Motivasi kerja selalu terkait dengan perilaku guru
dalam bekerja, termasuk didalamnya dorongan atau keinginan untuk bekerja lebih
giat dan menyelesaikan pekerjaan dengan cara yang terbaik. Berdasarkan
pembahasan di atas, penulis berkeyakinan bahwa sikap kerja yang positif akan
menghasilkan kinerja individu yang optimal. Dengan demikian, dapat dibuktikan
baik secara teoretis maupun praktis bahwa iklim kerja benar-benar memberikan
kontribusi yang nyata terhadap kinerja guru. Hubungan tersebut dapat dijelaskan
bahwa seorang pekerja yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, cenderung
dia memiliki prestasi kerja yang tinggi. Sebaliknya, seorang pekerja yang prestasi
kerjanya rendah dimungkinkan oleh motivasi berprestasinya rendah. Hal ini
membuktikan bahwa mtoif berprestasi secara meyakinkan berkontribusi terhadap
kinerja.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil beberapa
kesimpulan bahwa kepemimpinan kepala SMK Negeri se-Kabupaten Indramayu
yang meliputi dimensi kepribadian, kemampuan pengambilan keputusan,
kemampuan berkomunikasi, memberi motivasi dan pendelegasian wewenang
INVOTEC, Volume VII, No. 2, Agustus 2011: 131 –144 143
berada pada kategori sedang. Kondisi aktual iklim kerja sekolah berada pada
kecenderungan umum kategori sedang. Baik iklim kerja sekolah secara fisik
maupun iklim kerja sekolah secara psikologis ke duanya termasuk pada kategori
sedang. Kinerja mengajar guru berada pada kecenderungan umum kategori cukup
baik. Dengan rincian dimensi perencanaan pembelajaran pada kategori cukup
baik, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pada kategori sedang atau kurang
dari cukup. Kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja
guru tetapi rendah dan kurang cukup memotivasi kinerja guru. Pengaruh iklim
kerja sekolah terhadap kinerja guru ada pada kategori rendah dan kurang cukup
memotivasi kinerja guru. Kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja
memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja guru pada kategori
sedang atau kurang cukup meningkatkan kinerja guru.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2004). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Armas Duta Jaya.
Djohar, As’ari. ( 2008). Perspektif Pendidikan Menengah dan Kejuruan dalam Menyiapkan Tenaga Kerja yang Siap Mendukung Proses Pembangunan di Berbagai Bidang. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Tidak diterbitkan.
Gibson, James. L, John M. Ivancevich, dan James H. Donnely Jr. (1992), Organisasi: Perilaku, Struktur, dan Proses. Jakarta: Binapura Aksara.
Macaulay, Steve & Cook, Sarah (1997). How to Improve Your Customer Service. Jakarta: PT. Gramedia.
Mangkunegara, Anwar Prabu. (2008). Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Rafika Aditama.
Meirawan, Danny. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Masa Depan. Bogor: IPB Press.
Mulyasa, E. (2003 ). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Rivai, Veithzal. (2007). Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sallis, Edward. (2006). Total Quality Management in Education. Edisi Indonesia Cetakan III. Jogjakarta: IRCiSoD.
Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah………………..Carudin 144
Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sukmara, D. (2007). Implementasi Life Skill dalam KTSP. Bandung: Mughni Sejahtera.
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wahjosumijo. (2007). Kepemimpinan dan Motivasi. Bandung: Gahlia Indonesia.
Yuniarsih, Tjutju dan Suwatno. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfa Beta.
Uno, B.H. (2010). Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.