· Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953,...

28

Click here to load reader

Transcript of · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953,...

Page 1: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

PAJAK PERTAMBAHAN NILAISebagai Tugas Ujian Akhir Semester Pada mata Kuliah Manajemen

Keuangan Pendidikan

Dosen Pembimbing Prof. Dr. Thamrin Abdullah, MM, M. Pd

Disusun Oleh:

Hadi Prana Abadi(1008036091)

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKAJAKARTA

2011

Page 2: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

I. PENDAHULUAN

Pada tahun 2005 Pemerintah tengah menunggu pengesahan atas

tiga RUU yang mengubah tiga UU perpajakan yang saat ini berlaku. Ketiga

UU yang diamandemen tersebut adalah UU tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan (KUP), UU tentang pajak penghasilan (PPh), dan

UU tentang Pajak Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan atas Barang Mewah

(PPn/PPnBM). Ketiga UU tersebut diamandemen karena di samping

merupakan ketentuan perundang-undangan yang paling krusial dalam

praktek penerapan hukum perpajakan, juga akan menjadi pranata hukum

yang paling utama dalam meningkatkan penerimaan pajak.

Amandemen UU perpajakan 2005 ini menandai dilaksanakannnya

reformasi perpajakan keempat, sejak beralihnya sistem perpajakan

nasional. Sebelumnya, pemerintah telah melaksanakan reformasi

perpajakan pada tahun 1984, tahun 1994, dan tahun 2000. Reformasi

perpajakan kali ini menjadi cukup sepesial karena memiliki arti khusus,

yaitu memperkuat upaya penerimaan pajak yang menjadi semakin tulang

punggung dalam pembiayaan keuangan Negara.

Pertanyaan itu pada akhirnya terjawab. Amandemen UU

perpajakan tersebut di tahun 2011 ini mengalami peningkatan yang

sangat signifikan. Meskipun besarnya kebocoran pemasukan di tangan

birokrasi menyebabkan beberapa pemasukan pajak bocor di tengah jalan.

II. PEMBAHASAN

A. Karakteristik dan Pengertian Dasar dan Mekanisme PPn

1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas:

1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang

dilakukan oleh

Page 3: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

2. Pengusaha;

3. Impor Barang Kena Pajak;

4. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang

dilakukan oleh

5. Pengusaha;

6. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar

Daerah Pabean di dalam

7. Daerah Pabean;

8. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di

dalam Daerah Pabean; atau

9. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Barang

Kena Pajak (BKP) dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP)

meliputi baik Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi

Pengusaha Kena Pajak maupun pengusaha yang seharusnya

dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi belum

dikukuhkan.

2. Latar Belakang Penggantian PPn

Pajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan

Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985

telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

didasarkan pada Undang Undang nomor 8 tahun 1983.

Latar belakang penggantian tersebut adalah karena PPn

mempunyai kelemahan sebagai berikut:

a. Tidak netral terhadap pola konsumsi dalam negeri

b. Tidak netral dalam perdagangan dalam negeri

c. Tidak mendukung persaingan dalam dunia perdagangan

internasional

3. Karekteristik PPn

Page 4: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

a. PPN merupakan pajak tidak langsung

Ditinjau dari sudut pandang ekonomi, beban pajak dialihkan

kepada pihak lain, yaitu pihak yang mengkonsumsi barang

atau jasa yang menjadi objek pajak. Sedangkan ditinjau dari

sudut pandang yuridis, tanggung jawab pembayaran pajak

kepada kas negara tidak berada ditangan pihak yang memikul

beban pajak.

b. Pajak Objektif.

Sebagai pajak objektif, timbulnya kewajiban untuk membayar

PPN ditentukan oleh adanya objek pajak. Kondisi subjektif

subjek pajak tidak ikut menentukan. PPN tidak membedakan

antara konsumen berupa orang atau badan, antara konsumen

yang berpenghasilan tinggi dengan yang rendah. Jika mereka

menggunakan barang atau jasa dari jenis yang sama

diperlakukan sama.

c. Multi Stage Tax.

PPN yang dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi

maupun jalur distribusi. Setiap penyerahan barang yang

menjadi objek PPN mulai dari tingkat pabrik(manufaktur)

kemudian ditingkat pedagang besar (wholeseller) dalam

berbagai bentuk atau nama sampai dengan tingkat pedagang

pengecer (retailer) dikenakan PPN.

d. Mekanisme Pemungutan PPN Mengunakan Faktur Pajak.

Setiap penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak,

Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan diwajibkan untuk

membuat Faktur Pajak sebagai bukti pemungutan pajak. Bagi

pembeli, importir, atau penerima jasa merupakan bukti

pembayaran pajak. Berdasarkan faktur pajak inilah akan

Page 5: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

dihitung jumlah pajak terutang dalam satu masa pajak, yang

wajib dibayar ke kas negara.

e. PPN adalah Pajak atas Konsumsi Umum Dalam Negeri.

Sebagai Pajak atas konsumsi umum dalam negeri, PPN hanya

dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak dan/atau Jasa

Kena Pajak yang dilakukan didalam negeri.

f. Pajak Pertambahan Nilai Bersifat Netral

Dalam mekanisme pemungutannya, PPN mengenal dua

prinsip, yaitu :

Prinsip tempat asal, mengandung pengertian bahwa PPN

dipungut di tempat asal barang atau jasa yang akan

dikonsumsi

Prinsip tempat tujuan, berarti bahwa PPN dipungut di

tempat barang atau jasa dikonsumsi.

Dalam prinsip ini, komoditi impor akan menanggung beban

pajak yang sama dengan barang produksi dalam negeri.

Sebaliknya barang produksi dalam negeri yang akan diekspor

tidak dikenakan PPN, karena akan dikenakan PPN di Negara

tempat komoditi ekspor tersebut akan dikonsumsi. Supaya

daya saing komoditi ekspor Indonesia dengan produk

domestik negara pengimpor tidak dipengaruhi oleh PPN

Indonesia masih diperlukan sarana lain berupa pengenaan

PPN atas komoditi ekspor dengan tarif 0 %

g. Tidak menimbulkan dampak pengenaan Pajak Berganda

Pajak berganda dapat dihindari karena PPN dipungut atas

dasar nilai tambah saja. Keadaan ini berbeda dengan situasi

dalam era PPn 1951 yang dalam pelaksanaannya, Pengusaha

tidak diberi hak untuk memperoleh kembali PPn yang dibayar

atas perolehan bahan baku atau barang modal, sehingga PPn

Page 6: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

yang terutang sepenuhnya merupakan hasil perkalian tarif PPn

dengan peredaran bruto.

B. Metode Perhitungan PPn

Ada tiga metode dalam perhitungan PPn, yaitu:

1. Addition Method, berdasarkan metode ini PPN dihitung dari

penjumlahan seluruh unsur nilai tambah dikalikan tarif PPN yang

berlaku.

2. Subtraction Method, berdasarkan metode ini PPN dihitung dari

selisih antara harga jual dengan harga beli dikalikan dengan tarif

pajak yang berlaku.

3. Credit Method, berdasarkan metode ini PPN dihitung dari selisih

antara pajak yang dibayar pada saat pembelian dengan pajak yang

dipungut pada saat penjualan.

Dari tiga metoda tersebut, undang-undang PPN menganut

Credit Method dengan metoda ini walaupun pengenaan PPN dapat

dihindari kemungkinan timbulnya pengenaan pajak berganda. Dalam

Credit Method dikenal adanya istilah Pajak Masukan yaitu pajak yang

dibayar pada saat pembelian barang kena pajak atau jasa kena pajak

dan Pajak Keluaran yatiu pajak yang dipungut pada saat penyerahan

barang kena pajak atau jasa kena pajak. Setiap pemungutan PPN,

pengusaha kena pajak yang bersangkutan wajib membuat faktur

pajak.

C. Obyek, Subyek, dan Tarif PPn

1. Obyek PPn

PPN dikenakan atas :

a. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang

dilakukan oleh pengusaha kena pajak dalam lingkungan

perusahaan atau pekerjaan.

b. Impor barang kena pajak

Page 7: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

c. Penyerahan jasa kena pajak yang dilakukan di dalam daerah

pabean oleh pengusaha kena pajak dalam lingkungan

perusahaan atau pekerjaan.

d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar

daerah pabean di dalam daerah pabean.

e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam

derah pabean.

f. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.

g. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam

lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh orang pribadi atau

badan baik yang hasilnya akan digunakan sendiri atau

digunakan oleh pihak lain.

h. Penyerahan aktiva oleh pengusaha kena pajak yang menurut

tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan

sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya menurut

ketentuan dapat dikreditkan.

Pada dasarnya, sejak 1 Januari 1995 semua barang

dikenakan PPN, kecuali undang-undang menetapkan sebaliknya

sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan Pasal 1 huruf c Undang-

undang PPN tahun 1984.

Barang kena pajak

Sampai dengan pertengahan tahun 1998, Direktur Jenderal

Pajak mengeluarkan beberapa Surat Edaran mengenai Barang

yang tidak dikenakan PPN sebagai berikut :

a. Barang dagangan berupa mobil bekas jenis sedan, jeep, station

wagon, van dan kombi untuk sementara tidak dikenakan PPN

(SE-23/PJ.52/1995)

b. Gaplek termasuk dalam pengertian ubi kayu

(SE-35/PJ.51/1995)

Page 8: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

c. Tembakau Krosok dan/atau tembakau rajangan masih

termasuk pengertian tembakau sebagai hasil tanaman

perkebunan (SE-38/PJ.51/1995)

d. Daun teh segar yang diproses sampai pada tahap pengeringan,

sepanjang tidak meliputi tahap fermentasi dan tidak

diserahkan dalam bentuk dikemas (SE-47/PJ.51/1995)

e. Kayu yang ditebang dan diproses melalui tahapan

pemangkasan cabang dan ranting, pengupasan kulit dari

batang serta dipotong-potong menjadi kayu

bulat/gelondongan masih dianggap sebagai barang hasil

kehutanan (SE-60/PJ.51/1995)

f. Kopi dan lada yang diproses sampai tahap dikeringkan masih

dianggap sebagai barang hasil tanaman perkebunan

(SE-61/PJ.51/1995)

g. Buah Kakao basah yang diproses sampai tahap yang

dikeringkan (SE-10/PJ.51/1997)

h. Kopra (SE-15/PJ.51/1998)

i. Kemiri yang diproses sampai dengan tahap pengeringan (SE-

20/PJ.51/1998)

Jasa Kena Pajak

Seperti halnya barang, pada hakikatnya semua jasa

dikenakan PPN, kecuali UU PPN 1984 menentukan sebaliknya.

Dalam upaya memberikan gambaran kepada masyarakat (Wajib

Pajak) telah dikeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor

KEP-05/PJ./1994 tentang 28 jenis jasa yang dikenakan PPN sebagai

berikut:

a. Jasa pencarian sumber-sumber minyak dan gas bumi dan jasa

pengeboran di bidang minyak dan gas bumi, termasuk

Page 9: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

kegiatan pengeboran sumur minyak dan gas bumi, kegiatan

pemasangan pipa, casing, tubin, cementing dan sejenisnya

b. Jasa pengeboran, penggalian dan jasa penunjang di bidang

pertambangan umum

c. Jasa perbaikan dan perawatan meliputi perbaikan dan

perawatan mesin tenaga, mesin industri, alat-alat berat, mesin

listrik, alat-alat elektronik, kapal, pesawat terbang, kendaraan

bermotor, jasa salvage, jasa pengerukan dan sejenisnya

d. Jasa persewaan barang tidak bergerak: meliputi persewaan

pabrik, gedung/bangunan untuk perkantoran, untuk tempat

usaha/pertokoan, untuk tempat tinggal (flat, rumah tinggal)

kecuali hotel, losmen, motel dan rumah penginapan lainnya,

dan sejenisnya.

e. Jasa persewaan barang bergerak: meliputi persewaan mesin

dan peralatan (termasuk mesin dan peralatan untuk

pertanian , pertambangan, industry pengolahan, konstruksi

telekomunikasi perkantoran dan penjualan), persewaan

pesawat udara, persewaan alat angkutan darat, dan

persewaan barang bergerak lainnya.

f. Jasa persewaan kapal (bare boat dan time charter)

g. Jasa hukum : termasuk jasa pengacar, jasa notaris dan PPAT,

jasa LBH, jasa konsulen pajak dan jasa hukum lainnya.

h. Dan lain-lain

2. Subyek PPn

a. Pengusaha

Dalam Pasal 1 huruf k UU PPN 1984 dirumuskan,

bahwa Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam

bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau

Page 10: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,

mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan,

memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah

pabean, melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari

luar daerah pabean.

b. Pengusaha Kena Pajak

Dalam Pasal 1 huruf l UU PPN 1984 ditentukan bahwa

Pengusaha Kena Pajak adalah:

Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Kena Pajak, berarti telah memiliki Nomor Pengukuhan

Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha yang menyerahkan BKP dan/atau JKP

Pengusaha yang mengekspor BKP yang telah dikukuhkan

sebagai PKP

Pengusaha Kecil yang mengajukan permohonan untuk

dikukuhkan menjadi PKP

c. Pengusaha Kecil

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

648/KMK.04/1994 tanggal 29 Desember 1994 dan Surat

Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-05/PJ.05/1995

tanggal 15 Februari 1995 ditetapkan bahwa Pengusaha Kecil

adalah Pengusaha yang dalam satu tahun buku melakukan

penyerahan :

BKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp

240 juta

JKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp 120

juta Apabila Pengusaha disamping melakukan penyerahan

BKP juga melakukan penyerahan JKP, maka kriteria

Pengusaha Kecil adalah :

Page 11: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

Sepanjang seluruh jumlah penyerahan tidak lebih dari Rp

240 juta dalam hal lebih dari 50 % dari seluruh jumlah

peredaran bruto berasal dari penyerahan BKP

Sepanjang seluruh jumlah penyerahan tidak lebih dari Rp

120 juta dalam hal lebih dari 50 % dari seluruh jumlah

peredaran bruto berasal dari penyerahan JKP

Sepanjang seluruh jumlah penyerahan tidak lebih dari Rp

120 juta dalam hal 50 % dari peredaran bruto berasal dari

penyerahan BKP atau JKP

Mulai 1 Januari 2004 Batasan pengusaha kecil berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor No. 571/KMK.03/2003

adalah sebesar Rp 600.000.000.

3. Tarif PPn

Tarif PPN atas penyerahan BKP dan/atau JKP adalah

sebesar 10 % dari Dasar Pengenaan Pajak. Tarif PPN atas ekspor

BKP adalah 0 % dari Dasar Pengenaan Pajak . Pengenaan tariff 0 %

bukan berarti pembebasan dari pengenaan PPN, dengan demikian

Pajak Masukan yang telah dibayar untuk menghasilkan barang

yang diekspor tetap dapat dikreditkan.

D. Karakteristik, Latar Belakang dan Mekanisme PPnBM

1. Karakteristik PPnBM

a. PPnBM merupakan pungutan tambahan disamping PPN

b. PPnBM hanya dipungut satu kali yaitu pada saat impor BKP

yang tergolong mewah, atau atas penyerahan BKP yang

tergolong mewah yang dilakukan oleh PKP Pabrikan dari BKP

yang tergolong mewah tersebut.

c. PPnBM tidak dapat dikreditkan dengan PPN

Page 12: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

d. Apabila Eksportir mengekspor BKP yang tergolong mewah,

PPnBM yang dibayar pada saat perolehannya dapat diminta

kembali

2. Latar Belakang Pengenaan PPnBM

a. PPN berdampak regresif, yaitu semakin tinggi kemampuan

konsumen, semakin ringan beban pajak yang dipikul. Untuk

mengurangi regresivitas ini, terhadap konsumen yang

mengkonsumsi BKP yang tergolong mewah dikenakan beban

pajak tambahan yaitu PPnBM.

b. Konsumsi BKP yang tergolong mewah bersifat

kontraproduktif. Hal ini merupakan upaya untuk mengurangi

pola konsumsi tinggi yang tidak produktif dalam masyarakat.

c. Produsen kecil dan tradisional menghadapi saingan berat dari

komoditi impor. Dengan motivasi ini, pengenaan PPnBM

dimaksudkan untuk melindungi produsen kecil dan tradisional

atau untuk tujuan proteksi

d. Tuntutan peningkatan penerimaan negara dari tahun ke

tahun

3. Mekanisme Pengenaan PPnBM atas Kendaraan Bermotot (KMK-

272/KMK.04/1995)

a. Impor kendaraan bermotor dalam keadaan terbongkar (CKD)

oleh ATPM atau Pabrikan tidak dikenakan PPnBM

b. Penyerahan didalam daerah pabean kendaraan bermotor

dalam keadaan CKD tersebut oleh ATPM dikenakan PPnBM

dengan DPP 125% (biaya karoseri ditetapkan 25%)

c. Impor kendaraan jenis sedan dalam keadaan terpasang/CBU

oleh bukan ATPM dikenakan PPnBM. Dalam nilai CIF < 80%

nilai CIF kendaraan sejenis yang diimpor ATPM, maka DPPnya

untuk menghitung PPN dan PPnBM sebesar 150%

Page 13: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

d. Impor kendaraan bermotor jenis sedan dalam keadaan

terpasang oleh ATPM tidak dikenakan PPnBM. Penyerahan

didaerah pabean kendaraan jenis impor dikenakan PPnBM.

Pengelompokan BKP Yang Tergolong Mewah Jenis Kendaraan

Bermotor (PP 50/1994 Jo PP 36/1996 Jo PP 14/1998)

a. Kelompok kendaraan bermotor dengan tarif 20% :

Kendaraan bermotor beroda dua yang isi silindernya 250

cc atau kurang

Kendaraan bermotor jenis kombi, minibus, van dan pick up

yang memakai bahan bakar bensin

b. Kelompok kendaraan bermotor dengan tarif 25% :

Kendaraan bermotor jenis kombi, minibus, van dan pick up

yang memakai bahan bakar solar

c. Kelompok kendaraan bermotor dengan tarif 35% :

Kendaraan bermotor beroda dua yang isi silindernya lebih

dari 250 cc

Kendaraan bermotor jenis bus, kecuali yang dibuat di

dalam negeri

Kendaraan bermotor jenis sedan dan station wagon lebih

dari 1600 cc atau kurang yang kandungan lokalnya 60%

atau kurang

Kendaraan bermotor jenis jeep ya g kandungan lokalnya

60% atau kurang

Kendaraan bermotor jenis mobil balap dan caravan

PPnBM yang terutang Ditanggung oleh Pemerintah atas

penyerahan di dalam daerah pabean:

Kendaraan bermotor jenis sedan dan station wagon yang

dibuat di dalam negeri dengan isi silinder kurang dari 1600 cc dan

kandungan lokalnya lebih dari 60%

Page 14: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

Kendaraan bermotor jenis jeep, kombi, minibus, van dan pick

up yang dibuat di dalam negeri dengan kandungan lokal lebih

dari 60% Impor dan Penyerahan Di Daerah Pabean Yang Tidak

Dikenakan PPnBM

Semua jenis kendaraan bermotor untuk dinas ABRI, POLRI dan

Protokoler kenegaraan sepanjang dananya dari APBN/APBD

Kendaraan bermotor jenis jeep, kombi, minibus, van, pick up,

sedan, bus dan sedan yang digunakan untuk kendaraan

tahanan, kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan jenazah

dan kendaraan angkutan umum

Kendaraan bermotor jenis van dan pick up yang digunakan

untuk kendaraan angkutan barang

Pengelompokan BKP Yang Tergolong Mewah Selain Kendaraan

Bermotor (KMK 644/KMK.04/1994 Jo KMK 274/KMK.04/1994)

a. Kelompok Tarif 10% meliputi :

Kelompok kepala susu atau susu yang diasamkan/diragi,

mengandung tambahan gula atau pemanis lainnya atau

tidak, diberi aroma atau tidak, diberi rasa atau tidak,

mengandung tambahan buah-buahan, biji-bijian, cocoa

atau tidak, yoghurt, kephir, whey, keju, mentega atau

lemak atau minyak yang diperoleh dari susu yang

dibotolkan atau dikemas.

Kelompok air buah dan air sayuran, yang belum meragi

dan tidak mengandung alkohol, mengandung tambahan

gula atau pemanis lainnya maupun tidak, mengandung

aroma atau tidak, serta dibotolkan/dikemas.

Kelompok minuman yang tidak mengandung alkohol,

mengandung tambahan gula atau pemanis lainnya

Page 15: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

maupun tidak, mengandung aroma maupun tidak, yang

dibotolkan/dikemas, serta air soda yang

dibotolkan/dikemas.

Kelompok wangi-wangian, produk kecantikan untuk

pemeliharaan kulit, tangan, kaki, dan rambut serta

preparat rias lainnya.

Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat

pemanas, mesin jual barang otomatis termasuk mesin

penukar uang, dan pesawat penerima siaran televisi.

Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah,

apartemen, kondominium, town house, dan sejenisnya.

b. Kelompok Tarif 20% meliputi :

Kelompok semua permadani kecuali yang dibuat dari wool

atau bulu hewandan sutera.

Kelompok barang saniter dan perlengkapannya, kecuali

yang terbuat dari plastik, seng atau semen.

Kelompok alat-alat fotografi, alat sinematografi, alat optik,

alat perekam suara atau gambar, alat reprosuksi suara

atau gambar, media rekam, pesawat penerima dan

pengirim suara, pesawat siaran televisi dan bagiannya.

Kelompok mesin pengatur suhu udara, pesawat pendingin

dan pesawat pemanas (kecuali yang sudah termasuk

kelompok tarif 10%), mesin seterika, mesin cuci, mesin

pengering, pesawat elektromagnetik, pesawat cukur dan

pesawat pangkas rambut serta instrumen mesin.

Kelompok alat-alat rumah tangga tertentu, dan untuk

permainan selain yang sudah termasuk kelompok tarif

PPnBM 35%, kecuali dibuat di dalam negeri.

c. Kelompok Tarif 35% meliputi :

Page 16: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

Kelompok minuman yang mengandung alkohol.

Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya

terbuat dari kulit atau kulit tiruan, kecuali yang di buat di

dalam negeri.

Kelompok permadani yang dibuat dari jenis bahan tertentu

(wool atau bulu hewan halus lainnya atau sutera).

Kelompok semua jenis alas kaki, kecuali yang di buat di

dalam negeri.

Kelompok barang-barang yang seluruh atau sebagian

terbuat dari kristal, batu pualam, granit dan/atau onyx,

kecuali yang di buat di dalam negeri.

Kelompok barang-barang pecah belah, kecuali yang di buat

di dalam negeri.

Kelompok barang-barang yang terbuat dari keramik,

kecauli yang di buat di dalam negeri.

Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya

terbuat dari logam mulia dan/atau mutiara, atau

campuran dari padanya, kecuali yang di buat di dalam

negeri.

Kelompok pesawat udara, kecuali yang digunakan untuk

keperluan Negara dan angutan umum.

Kelompok kapal siar, bahtera dan kendaraaan air tertentu,

kecuali untuk keperluan negara dan angutan umum.

Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga golf,

power boating, gantole dan terbang layang, menyelam.

Kelompok senjata api, senjata angin dan gas besrta

peralatannya kecuali untuk keperluan negara.

Kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan

kantor, kecuali untuk keperluan negara.

Page 17: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

Kelompok perlengkapan untuk permainan dalam ruangan,

diatas dan didalam taman hiburan untuk orang dewasa

dan anak-anak.

E. PEMUNGUT PPN

Berdasarkan Pasal 16A UU PPN Jo Kep Pres Nomor 56 tahun 1988,

Pemungut PPN adalah :

1. Instansi Pemerintah :

a. Kantor Perbendaharaan Negara

b. Bendaharawan Pemerintah Pusat dan Daerah

2. Badan-badan tertentu :

a. Pertamina

b. Kontraktor Kontrak Bagi Hasil dan Kontrak Karya di bidang

Pertambangan

c. Badan Usaha Milik Negara dan Daerah

d. Bank Pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah Berdasarkan

Kepeutusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.03/2003

mulai 1 Januari 2004 pemungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

dan PPnBM adalah Bendaharawan pemerintah dan kantor

perbendaharaan dan kas negara.

III. PENUTUP

Peraturan perundang-undangan yang mengatur pajak

pertambhan nilali (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah

(PPnBM) adalah Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang pajak

pertambahan nilai barang dan jasa penjualan atas barang mewah

sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 11 Tahun

1994, dan diubah lagi dengan Undang-undang No. 18 Tahun 2000.

Tarif Pajak yang berlaku ;

Page 18: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

1. Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10 % dan tetap memakai prinsip

tarif tunggal. Dengan peraturan pemerintah tarif PPN dapat diubah

serendah-rendahnya 5% dan setinggi-tingginya 15%.

2. Tarif PPnBM yang berlaku saat ini adalah 10%, 20%, 30%, 40%, 50%,

Dan 75%.

Rumus menghitung PPN dan PPnBM :

PPN = Dasar pengenaan pajak x tarif pajak

PPnBM = Dasar pengenaan pajak x tarif pajak

Dasar pengenaan pajak :

1. Harga jual

2. Nilai penggantian

3. Nilai impor

4. Nilai ekspor

5. Nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan

Barang Kena Pajak (BKP)

Menurut UU PPN Tahun 1984 pasal 1 angka 3 dan angka 2,

pengertian barang kena pajak adalah barang berwujud yang sifat atau

hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak

atau barang tidak bergerak maupun tidak berwujud yang dikenakan

pajak berdasarkan Undang-undang ini.

Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau

pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor

barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak

berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, aatua

memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean yang melakukan penyerahan

BKP dan atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenakan pajak

berdasarkan UU PPN, tidak temasuk pengusaha kecil yang batasannya

Page 19: · Web viewPajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang Undang nomor 35 tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil

yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP.

Daftar Pustaka

Djuanda, Gustian & Irwansyah Lubis.2002. Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Dan

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Mardiasmo, 2003. Perpajakan. Yogyakarta : ANDI

Sukardji, Untung. 2002. Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Tjahjono, Achmad & Muhammad Fakhri Husein. 2005. Perpajakan.Yogyakarta : UPP

AMP YKPN