sdmuhammadiyah2solo.files.wordpress.com file · Web viewPagi yang ditunggu Dinda telah datang....

6
Olimpiade Matematika Oleh : Anindya Fatna Maharani (SD Muh 2 Kauman) Pagi yang cerah, saat nya untuk masuk sekolah. Sebelum Dinda mandi, ia sholat subuh dahulu. Dinda adalah anak yang baik, pintar, ramah, sederhana, dan mandiri. Setelah itu Dinda mandi lalu bersiap-siap bersekolah. Apa ya, sarapan ku hari ini? tanya Dinda dalam hati. Lalu Dinda membuka tutup makanan di meja makannya yang sederhana itu. Alhamdulilah, masih ada singkong rebus yang sisa kemarin.” ujarnya lirih. “Maaf ya nak, hanya ini saja yang ibu beri” kata ibu Dinda yang datang. “Ya bu, tidak apa-apa kok! Ini pun aku sudah senang, masih ada makanan.” Kata Dinda sambil tersenyum manis. “Lalu, ibu sarapan apa? Kan hanya ada satu singkong saja.” lanjut Dinda. “Sudah, nanti ibu gampang kok.” kata ibu Dinda. “Sudah, ini untuk Ibu saja” kata Dinda. “Dah ya bu, aku berangkat dulu! Assalamualaikum!” kata Dinda. “Ya! Wa alaikum salam! Hati-hati!” jawab ibu Dinda. Tiba di sekolah teman Dinda memanggilnya. “Dinda, Dinda! Di mading sekolah, ada olimpiade matematika, disitu tercantum namamu! Dinda Azzahra!” kata Nia, salah seorang sahabat Dinda. “Apa iya?” tanya Dinda.

Transcript of sdmuhammadiyah2solo.files.wordpress.com file · Web viewPagi yang ditunggu Dinda telah datang....

Page 1: sdmuhammadiyah2solo.files.wordpress.com file · Web viewPagi yang ditunggu Dinda telah datang. Wajahnya tampak berseri-seri, ada rasa takut, malu, senang, sedih, dan yang lainnya..

Olimpiade Matematika

Oleh : Anindya Fatna Maharani (SD Muh 2 Kauman)

Pagi yang cerah, saat nya untuk masuk sekolah. Sebelum Dinda mandi, ia sholat

subuh dahulu. Dinda adalah anak yang baik, pintar, ramah, sederhana, dan mandiri. Setelah

itu Dinda mandi lalu bersiap-siap bersekolah.

Apa ya, sarapan ku hari ini? tanya Dinda dalam hati. Lalu Dinda membuka tutup

makanan di meja makannya yang sederhana itu.

Alhamdulilah, masih ada singkong rebus yang sisa kemarin.” ujarnya lirih.

“Maaf ya nak, hanya ini saja yang ibu beri” kata ibu Dinda yang datang.

“Ya bu, tidak apa-apa kok! Ini pun aku sudah senang, masih ada makanan.” Kata

Dinda sambil tersenyum manis.

“Lalu, ibu sarapan apa? Kan hanya ada satu singkong saja.” lanjut Dinda.

“Sudah, nanti ibu gampang kok.” kata ibu Dinda.

“Sudah, ini untuk Ibu saja” kata Dinda.

“Dah ya bu, aku berangkat dulu! Assalamualaikum!” kata Dinda.

“Ya! Wa alaikum salam! Hati-hati!” jawab ibu Dinda.

Tiba di sekolah teman Dinda memanggilnya.

“Dinda, Dinda! Di mading sekolah, ada olimpiade matematika, disitu tercantum

namamu! Dinda Azzahra!” kata Nia, salah seorang sahabat Dinda.

“Apa iya?” tanya Dinda.

“Iya,” kata Nia.

Beberapa saat kemudian bel masuk mulai bunyi. Dinda dan teman-temannya masuk

ke kelas. Bu Lina mulai masuk.

“Anak-anak ada yang ibu mau sampaikan, di sini ibu telah memilih beberapa anak

untuk mengikuti olimpiade matematika di tingkat kecamatan. Di antaranya, Tya Andiani,

Dinda Azzahra, dan Fachrul Ibrar!” jelas Bu Lina.

“Di mohon, anak-anak yang ibu sebutkan belajar sungguh-sungguh!” lanjut Bu Lina.

“Haduh, kenapa aku di masukin di olimpiade” kata Dinda dalam hati.

Bel pulang bunyi. Di rumah, Dinda masih memikirkan hal itu.

“Aku harus bisa!” kata Dinda dalam hati.

“Din, denger-denger Dinda mau ikut olimpiade matematika ya?” tanya ayah Dinda.

“Lho kok ayah tahu?” tanya Dinda.

Page 2: sdmuhammadiyah2solo.files.wordpress.com file · Web viewPagi yang ditunggu Dinda telah datang. Wajahnya tampak berseri-seri, ada rasa takut, malu, senang, sedih, dan yang lainnya..

“Tadi ayah di telepon sama Bu Lina, diberitahukan kalau Dinda mau mengikuti

olimpiade matematika.” jelas ayah Dinda. Dinda sebenarnya memang pintar, tapi ia lemah

matematika.

Malamnya Dinda terus belajar Matematika. Sampai-sampai ia tidak makan seharian,.

“Nak makan dulu!” seru ibu Dinda yang ada di dapur.

“Ya bu,” kata Dinda yang segera menuju dapur.

“Jangan terlalu dipaksa dong belajarnya!” kata ibu.

“Tapi Bu, Ibu kan tahu kalau aku lemah matematika.” kata Dinda.

“Kata siapa kamu lemah matematika?” kata ayah Dinda.

“Kataku, Yah.” jawab Dinda sambil bercanda. Dinda memang suka bercanda dengan

ayahnya. Karena Dinda tak punya teman di dalam rumah, andaikan kakak nya masih hidup,

mungkin Dinda selalu senang.

Selesai makan, Dinda langsung menuju kamarnya dan bergegas untuk belajar sebentar

dan tidur. Oh ya! Tak lupa sholat isya’ dahulu.

Matahari terbit, tandanya sudah pagi. Dinda sudah siap menghadapi ulangan

matematika. Sebenarnya, ulangan matematika ini diadakan mendadak hingga semua murid

belum tahu. Tetapi Dinda dengar dari kelas lain, sehingga ia tahu.

Bel masuk bunyi. Pelajaran pertama adalah matematika. Bu Yani masuk. “Anak-anak

saya hari ini mengadakan ulangan mendadak” kata Bu Yani. Semua anak di kelas bengong

kecuali Dinda.

Kertas dibagi, untuk ulangan. Ternyata, materi yang dipakai ulangan sama dengan

yang dipelajari Dinda semalam.

“Anak-anak, 10 menit lagi dikumpulkan!” kata Bu Yani. Dinda sudah selesai sejak

lima menit yang lalu sehingga diperbolehkan pulang langsung. Sekolah Dinda waktu itu

pulang pagi, karena, semua guru ada rapat.

Di tengah jalan ia bertemu dengan Bu Lina. Dinda diberitahukan bahwa olimpiadenya

diajukan menjadi besok. “Dinda, kamu siap kan?” tanya Bu Lina.

“Insyaa Allah, Bu!” jawab Dinda.

Malamnya, Dinda bercerita dengan kedua orang tuanya. Orang tuanya pun

memberikan semangat kepada Dinda.

“Din, ayah dan ibu selalu berdoa terus agar kamu bisa menang. Tetapi jika Allah

berkehendak lain, misalnya kamu tidak menang, tidak apa-apa. Ayah ibu tidak kecewa, justru

bangga karena kamu sudah berusaha.” Kata ayah Dinda.

“Iya, Yah, Dinda mengerti.” jawab Dinda.

Page 3: sdmuhammadiyah2solo.files.wordpress.com file · Web viewPagi yang ditunggu Dinda telah datang. Wajahnya tampak berseri-seri, ada rasa takut, malu, senang, sedih, dan yang lainnya..

Keesokan harinya, Dinda dan dua temannya yang mengikuti olimpiade itu diantar

oleh Bu Lina, untuk dibawa ke Gedung Singgar dekat kecamatan. Hati Dinda merasa sangat

bergetar.

Setelah sampai, Dinda dan dua orang temannya sangat kagum. Gedungnya besar,

yang mengikuti olimpiade pun banyak, dari kota-kota besar.

Lalu, Dinda dan dua orang temannya serta semua peserta olimpiade itu mulai

menjalankan olimpiade dengan sangat baik.

Beberapa waktu kemudian pun selesai.

“Huh! Akhirnya selesai juga! Sudah agak lega.” ujarnya Dinda lirih.

Seiring waktu berjalan, malamnya Dinda bercerita dengan dua orang tuanya

bagaimana rasanya tadi di gedung yang sangat besar. Besok akan diberitahukan siapa juara

1,2,3 dan juara harapan 1serta 2.

Pagi yang ditunggu Dinda telah datang. Wajahnya tampak berseri-seri, ada rasa takut,

malu, senang, sedih, dan yang lainnya..

Bel masuk bunyi seperti biasa. Bu Lina masuk.

“Baik anak-anak, kini ada kabar bahagia dari olimpiade matematika kemarin!” kata

Bu Lina.

“Apa Bu?” tanya teman Dinda, Sandra.

“Iya, alhamdulilah, Dinda telah memenangkan olimpiade itu! Hebat ya! Padahal

menurut Bu Lina soalnya susah-susah lhoo.., oh iya, Din, apa sih rahasia nya kamu bisa

memenangkan olimpiade itu?” lanjut bu Lina.

“Saya hanya belajar dengan giat dan tekun serta beribadah selalu Bu,” jawab Dinda.

“Tuh! Kalian dengarkan? Dinda tadi bicara apa? Dia selalu belajar dengan giat dan taat

beribadah! Coba lakukanlah! Pasti bisa!” jelas Bu Lina.

“Baik, Bu.!” Jawab semua murid serempak.

Saat bel pulang, Dinda dipanggil ke kantor kepala sekolah. Sebenarnya Dinda takut

akan terjadi apa-apa, tapi Dinda selalu mengucap ‘Bissmilah!’.

Tok! Tok! Tok! Dinda mengetuk pintu Kepsek (Kepala Sekolah). “Iya, masuk!” seru

Kepsek.

“Ada apa bu kok memanggil saya?” Tanya Dinda takut.

“Ibu hanya mau memberitahukan bahwa kamu memenangkan olimpiade matematika

dengan juara 1 se-kecamatan! Kamu pun mendapat kan beasiswa lho!” jelas Kepsek.

“Hah! Benar bu?” tanya Dinda.

Page 4: sdmuhammadiyah2solo.files.wordpress.com file · Web viewPagi yang ditunggu Dinda telah datang. Wajahnya tampak berseri-seri, ada rasa takut, malu, senang, sedih, dan yang lainnya..

“Iya, benar dan ini piala untuk kamu! Karena kamu sudah meninggikan citra sekolah

kita dengan prestasi matematika yang sangat bagus!” jelas Kepsek kembali.

“Alhamdulillah, wah bagus sekali, Bu! Terimakasih ya, Bu!” kata Dinda sambil

menerima piala itu.

Iya, sama-sama. Sekarang kamu boleh pulang! O iya, katakan pada orangtuamu, jika

besok ada undangan untuknya.” kata Kepsek mempersilakan pulang.

“Baiklah bu, akan saya sampaikan! Assalamu’alaikum!” kata Dinda.

“Wa’alaikum salam, hati-hati!” jawab Kepsek.

Diluar banyak guru yang memberi Dinda selamat padanya. Selagi di jalan, ia sangat

senang. Hatinya tak ragu lagi, Hatinya pun sangat berbunga-bunga. Terima kasih Ya Allah,

ALLAHUAKBAR!!! kata Dinda dalam hati yang begitu senang.

Sampai di rumah, ia menceritakan semuanya kepada kedua orang tuanya, juga tentang

yang mendapatkan beasiswa itu. Tak lupa ia juga menyampaikan bahwa kedua orang tuanya

besok di undang ke sekolah. Ini semua karena ia karena mematuhi nasehat orang tuanya,

belajar dengan giat dan tekun serta taat beribadah.