thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32038.docx · Web viewHasil akhir yang ingin dicapai...
-
Upload
vuongtuong -
Category
Documents
-
view
225 -
download
5
Transcript of thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32038.docx · Web viewHasil akhir yang ingin dicapai...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyuluhan Agama Islam merupakan tugas yang dilaksanakan oleh
seorang Penyuluh Agama Islam. Penyuluh Agama Islam adalah mitra bimbingan
Direktorat Jenderal Bimbingan masyarakat Islam sekaligus sebagai ujung tombak
dalam pelaksanaan tugas membimbing umat Islam dalam mencapai kehidupan
yang bermutu dan sejahtera lahir batin (Dirjen Binbaga Islam, 2007). Kegiatan
penyuluhan Agama Islam di Indonesia pada mulanya dilaksanakan oleh para
pemuka agama yaitu Ulama, Muballigh, Da’i atau Kiai yang menyampaikan
langsung kepada masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengajian, tabligh,
dakwah di rumah-rumah, langgar, masjid maupun tempat-tempat lainnya. Materi
yang disampaikan dalam penyuluhan Agama Islam selain khusus tentang agama
juga disampaikan tentang masalah kemasyarakatan dan bimbingan dalam
kehidupan sehari-hari.
Penyuluh Agama adalah pembimbing umat beragama dalam rangka
pembinaan mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
Penyuluh Agama Islam, yaitu pembimbing umat Islam dalam rangka pembinaan
mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, serta
menjabarkan segala aspek pembangunan melalui pintu dan bahasa agama.
1
Penyuluh Agama Islam juga merupakan juru penerang penyampai pesan
bagi masyarakat mengenai prinsip-prinsip dan etika nilai keberagaman yang baik.
Disamping itu Penyuluh Agama Islam merupakan ujung tombak dari Kementerian
Agama dalam pelaksanaan tugas membimbing umat Islam dalam mencapai
kehidupan yang bermutu dan sejahtera lahir batin.
Hasil akhir yang ingin dicapai dari penyuluahan agama pada hakekatnya
ialah terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki pemahaman mengenai
agamanya secara memadai yang ditunjukkan melaui pengamalannya yang penuh
komitmen dan kosisten disertai wawasan multi cultural, untuk mewujudkan
tatanan kehidupan yang harmonis dan saling menghargai satu sama lain.
Penyuluhan agama adalah usaha penyampaian ajaran Islam kepada umat manusia
oleh seseorang atau kelompok orang secara sadar dan terencana, dengan berbagai
methode yang baik dan sesuai dengan sasaran penyuluhan, sehingga berubahlah
deadaan umat itu kepada yang lebih baik, untuk memperoleh kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.
Menilik dari peranan penyuluh agama Islam sebagaimana diuraikan
tersebut diatas, maka jelas bahwa tugas pokok penyuluh agama Islam adalah
melakukan dan mengembangkan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan
pembangunan melalui bahasa agama. Sedang fungsi dari penyuluh agama adalah :
1. Fungsi Informatif dan Edukatif.
Penyuluh Agama Islam memposisikan dirinya sebagai da’i yang
berkewajiban mendakwahkan Islam, menyampaikan penerangan agama dan
2
mendidik masyarakat sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi.
2. Fungsi Konsultatif
Penyuluh agama Islam menyediakan dirinya untuk turut memikirkan dan
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, baik persoalan-
persoalan pribadi, keluarga atau persoalan masyarakat secara umum. Penyuluh
agama harus bersedia membuka mata dan telinga terhadap persoalan yang
dihadapi oleh umat. Penyuluh agama menjadi tempat bertanya dan tempat
mengadu bagi masyarakat untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah dengan
nasehatnya. Maka dalam hal ini penyuluh agama berperan sebagai psikolog,
teman curhat dan teman untuk berbagi.
3. Fungsi Advokatif.
Penyuluh Agama Islam memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk
melakukan kegiatan pembelaan terhadap umat/masyarakat binaannya terhadap
berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang merugikan akidah,
mengganggu ibadah dan merusak akhlak. Fungsi advokatif penyuluh agama
selama ini memang belum mampu seluruhnya dapat diperankan oleh penyuluh
agama, dimana banyak kasus yang terjadi di kalangan umat Islam sering tidak
dapat kita bela. Misalnya dalam kasuistik yang berhubungan dengan politik,
keadilan sosial (penggusuran), bahkan sampai upaya pemurtadan yang
berhubungan dengan perkawinan. Sehingga persoalan yang dihadapi tidak dapat
diselesaikan dengan baik. Bahkan sering seorang penyuluh agama tidak berdaya
3
melihat umat Islam mendapat perlakuan yang tidak adil dari golongan lain. (kasus
kerusuhan Ambon).
Karena sasaran penyuluan agama Islam adalah kelompok-kelompok
masyarakat Islam yang terdiri dari berbagai latar belakang sosio cultural, maka
pemetaan kelompok sasaran Penyulu Agama Islam penting dilakukan untuk
memudahkan dalam memilih metode pendekatan dan menentukan materi
bimbingan atau penyuluhan yang relevan dan benar-benar dibutuhkan oleh
kelompok sasaran
Pada masa pembangunan dewasa ini peranan penyuluhan agama sangat
penting, karena mengingat beberapa hal penting berikut (Dirjen Binbaga Islam,
2007):
1. Pembangunan memerlukan partisipasi seluruh anggota masyarakat dan umat
beragama perlu dimotivasi untuk berperan aktif menyukseskan pembangunan.
2. Umat beragama merupakan salah satu modal dasar pembangunan
3. Agama merupakan motivator pembangunan.
4. Media penyuluhan merupakan sarana dan modal penting dalam melaksanakan
peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Melihat beberapa hal penting tersebut, maka penyuluhan agama tidaklah
semata-mata bertujuan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan masyarakat
terhadap TuhanNya, melainkan juga pengamalan ajaran agamanya dalam berbakti
pada Nusa dan Bangsa. Dalam perkembangannya penyuluhan Agama Islam
4
dilaksanakan oleh Penyuluh Agama Islam yang secara struktural ada di dalam
Departemen Agama.
Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan Agama Islam, Penyuluh Agama
Islam dibedakan menjadi dua yaitu Penyuluh Agama Islam Non PNS dan
Penyuluh Agama Islam PNS. Penyuluh Agama Islam Non PNS atau dikenal
dengan istilah penyuluh agama honor berasal dari masyarakat (pakar agama dan
guru ngaji) yang keberadaannya diatur melalui Keputusan Menteri Agama RI
Nomor 791 tahun 1985. Penyuluh Agama Islam sebagai PNS di lingkungan
Departemen Agama sebagai Jabatan Fungsional sebagaimana diatur dalam
Keputusan Presiden No. 87 Tahun 1991, Keputusan Menko Wasbangpan No.
54/MK/WASPAN/1999 dan keputusan bersama Menteri Agama dan Kepala BKN
No. 574 dan 178.
Tugas pokok Penyuluh Agama Islam adalah melakukan dan
mengembangkan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan pembangunan
melalui bahasa agama (Kanwil DEPAG DIY, 2005). Dalam pelaksanaan
tugasnya, terdapat tiga tugas yang operasional diemban oleh Penyuluh Agama
Islam, yaitu: a. bimbingan pengamalan agama, b. menyampaikan gagasan
pembangunan, dan c. meningkatkan kerukunan hidup beragama. Dengan adanya
Penyuluh Agama Islam baik PNS maupun Non PNS dalam masyarakat, maka
diharapkan terwujud masyarakat yang paham akan ajaran agama dan mampu
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, mampu berpartisipasi dalam
pembangunan dan terbina kerukunan hidup antar umat beragama.
5
Penyuluh Agama Islam di Kecamatan Srandakan Kabupaten saat ini
terdiri dari Penyuluh Agama Islam Honor sejumlah 35 orang dan Penyuluh
Agama Islam PNS satu orang. Wilayah kerja Penyuluh Agama Islam Kecamatan
Srandakan adalah seluruh dusun di dua desa yang ada yaitu Desa Trimurti dan
Desa Poncosari. Kelompok sasaran dalam kegiatan penyuluhan Agama Islam di
Kecamatan Srandakan cukup beragam, yaitu: generasi muda, kelompok anak-
anak, kelompok orang tua, kelompok wanita, kelompok masyarakat industri,
masyarakat desa, majlis ta’lim dan masyarakat pasar. Dalam pelaksanaan
penyuluhan setiap Penyuluh Agama Islam memiliki kelompok sasaran sendiri-
sendiri dan berbeda-beda.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, maka untuk
rencana penelitian dengan judul tersebut di atas akan menekankan pada
pencapaian tugas pertama Penyuluh Agama Islam yaitu bimbingan pengamalan
agama. Masalah dalam rencana penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kegiatan penyuluhan Agama Islam di Kecamatan Srandakan
dilaksanakan?
2. Bagaimana pengamalan Agama Islam sebelum dan sesudah adanya
penyuluhan, khususnya ibadah mahdhah masyarakat, dalam hal ini kelompok
sasaran penyuluhan di Kecamatan Srandakan?
6
3. Bagaimana keefektifan penyuluhan Agama Islam dalam meningkatkan
pengamalan Agama Islam khususnya ibadah mahdhah pada kelompok sasaran
penyuluhan di Kecamatan Srandakan?
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN
Beberapa tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pelaksanaan kegiatan penyuluhan Agama Islam di Kecamatan
Srandakan.
2. Mengetahui tingkat pengamalan Agama Islam, khususnya ibadah mahdhah
masyarakat di Kecamatan Srandakan.
3. Mengetahui keefektifan penyuluhan Agama Islam dalam pengamalan Agama
Islam, khususnya ibadah mahdhah oleh masyarakat, khususnya kelompok
sasaran penyuluhan di Kecamatan Srandakan.
Kegunaan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Teoritis : Untuk pengembangan keilmuan agama dibidang penyuluhan
agama Islam.
2. Praktis :
a. Dapat digunakan sebagai salah satu ukuran keberhasilan penyuluhan
Agama Islam di Kecamatan Srandakan.
b. Dapat digunakan sebagai penelitian awal mengenai penyuluhan Agama
Islam di Kecamatan Srandakan.
7
D. TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa pustaka yang sebelumnya membahas tentang
Penyuluhan atau pembinaan agama islam. Untuk menghindari adanya
kesamaan dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba menganalisa masalah
yang berkaitan dengan penyuluhan agama islam yang dikaji oleh peneliti
sebelumnya antara lain: Pertama, penelitian yang ditulis oleh Riska Dewi
Puspitasari (2010) mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dengan judul
“Peranan Penyuluh Agama Honorer (PAH) dalam Bimbingan Keagamaan di
Wilayah Mayoritas non-muslim (Studi di Dusun Kenteng, Kembang,
Nanggulan, Kulon Progo).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Penyuluh Agama
Honorer (PAH) berperan penting dalam meningkatkan mutu keagamaan di
Dusun Kenteng, Kembang, M\Nanggulan, Kulon Progo. Para Penyuluh
Agama Honorer (PAH) ini berperan aktif sebagai mediator, fasilitator dan
sandaran hukum keagamaan di Dusun Kenteng, Kembang, Nanggulan, Kulon
Progo; (2) Pelaksanaan bimbingan melibatkan partisipasi dan kerjasama
dengan tokoh masyarakat yang meliputi unsur subyek, obyek, materi dan
metode diterapkan dalam siraman rohani, bimbingan baca dan tulis Al-Qur’an
dan ceramah; (3) Dalam menjalankan bimbingan di masyarakat para Penyuluh
Agama Honorer (PAH) membantu menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi masyarakat dusun Kenteng dengan cara menjawab semua pertanyaan
masyarakat berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist; (4) Penyuluh Agama Honorer
8
(PAH) menggunakan tujuh model khusus metodis yaitu pendekatan totalitas,
pendekatan realistic, pendekatan legitimasi, pendekatan dinamis, pendekatan
moralis dan menggunakan metode ceramah dan kunjungan ke rumah.
Yang kedua penelitian yang ditulis oleh Anas Hariyanto (2001)
mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dengan judul “Bimbingan
agama pada santri di Pondok Pesantren Mamba’ul Hisan Kecamatan Sidayu
Kabupaten Gresik”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Pembinaan agama
islam dengan menggunakan pendekatan pengenalan lingkungan dengan cara
memperkenalkan kondisi, keadaan serta kegiatan di pesantren; (2)
Pembimbing melakukan penanganan secara intensif dengan memberikan
bimbingan secara kontinu yang berkaitan dengan pendidikan, perhatian,
pengawasan, ajakan, teguran maupun larangan; (3) Pembimbing melakukan
pengawasan dengan cara melakukan pendekatan yang dapat memposisikan
diri sebagai orang tua asuh, memberikan hukuman bagi yang melanggar dan
pujian bagi yang berprestasi.
Yang ketiga penelitian yang ditulis oleh Diah Wiana Ina Yati (2008)
mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dengan judul “Upaya
Pembinaan Keagamaan dalam Kegiatan Intrakurikuler Terhadap
Perkembangan Rohani Siswa SMP Negeri I Temaggung”.
Hasil penelitian ini adalah (1) Pembinaan berdampak positif dengan
terbantunya siswa yang sebelumnya siswa enggan melakukan ibadah dan
9
setelah diadakanya pembinaan keagamaan para siswa menjadi rajin \
melakukan ibadah; ( 2) Penyampaian materi bimbingan bagi siswa
menggunakan pendekatan secara integral dengan mengadakan berbagai
kegiatan intrakurikuler seperti pengajian kelas,sholat berjamaah, pesantren
kilat untuk merubah masalah ibadah, akhlaq, syariah tentang perkembangan
rohani; (3) Pembimbing dalam kegiatan intrakurikuler memberikan motivator
kepada para siswa untuk meningkatkan ibadah, akhlak, syari’ah.
Dari beberapa penelitian yang disebutkan diatas membahas tentang
penyuluhan atau pembinaan agama islam dalam tataran teori dan
implementasi, sedangkan penelitian dalam tesis ini cakupannya lebih luas
tidak hanya menitikberatkan pada teori dan implementasi, tapi juga untuk
mengukur keefektifan dalam penyuluhan terhadap pengamalan agama islam.
pada bagaimana Pendidikan Islam bisa menguatkan mental peserta didik
dimana didalamnya mencakup peran keluarga, lingkungan dan sekolah. Jadi,
penelitian mengenai keefektifan penyuluhan agama islam dalam
meningkatkan pengamalan agama islam khususnya ibadah mahdah pada
kelompok sasaran majlis taklim di Kecamatan Srandakan sama sekali belum
pernah diteliti. Sehingga studi kelayakan secara ilmiah terhadap penelitian ini
dapat dipertanggungjawabkan.
10
E. LANDASAN TEORI
1. Definisi Penyuluhan
Penyuluhan merupakan suatu sistem pendidikan di luar sekolah
untuk anggota masyarakat agar meningkat pengetahuan, keterampilan
dan sikap mentalnya menjadi lebih produktif (Setiana, 2004). Terdapat
unsur-unsur yang harus ada dalam kegiatan penyuluhan, yaitu:
a. Pendidikan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan keterampilan.
b. Membantu masyarakat agar mampu menolong dirinya sendiri.
c. Belajar sambil melakukan sesuatu, sehingga ada keyakinan atas
kebenaran terhadap apa yang diajarkan.
Di samping itu, Setiana (2004) menjelaskan bahwa penyuluhan harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Penyuluhan merupakan proses pengembangan individu maupun
kelompok.
b. Penyuluhan adalah pekerjaan yang harus diselaraskan dengan
budaya masyarakat setempat.
c. Penyuluhan adalah proses dua arah dan harus merupakan
pendidiikan yang berkelanjutan.
d. Penyuluhan adalah hidup dengan saling berhubungan, saling
menghormati, dann saling mempercayai.
e. Penyuluhan harus mampu menumbuhkan cita-cita yang melandasi
untuk berpikir kreatif, dinamis dan inovatif.
11
f. Penyuluhan harus mengacu pada kenyataan-kenyataan dan selalu
disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi.
2. Penyuluhan Agama Islam
Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap orang islam untuk mengajak
ataupun memberikan pengetahuan kepada masyarakat sekitarnya sesuai dengan
kemampuan dan keahliannya. Untuk berdakwah harus bisa memberikan suri
teladan yang baik dan berahlak islamiyah berdasarkan Al-quran dan As-sunah
seperti orang-orang salleh terdahulu sehingga bisa tetap eksis di masyarakat.
Sebagai pendakwah harus bisa mentransfer nilai-nilainya pada ahlak, jiwa, sesuai
dengan keadaany yang berkembang di masyrakat (Abu Zahrah. 1994: 143).
Salah satu bentuk penyuluhan di Indonesia adalah Penyuluhan Agama
Islam. Penyuluhan Agama Islam merupakan turunan dari dakwah bil-qaul yang
dilakukan secara individual atau kelompok kecil (Basit, 2006). Dalam hal ini
dijelaskan bahwa Penyuluhan Agama Islam memiliki dua orientasi, yaitu orientasi
masa kini serta orientasi kehidupan di akhirat. Penyuluhan untuk orientasi masa
kini seperti model penyuluhan ala Barat adalah berorientasi pada diri sendiri,
hubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan alam. Penyuluhan Agama
Islam selain berorientasi pada masa kini juga berorientasi untuk kehidupan
akhirat, yaitu dengan mengaitkan pada hubungan vertikal dengan Tuhan
(keimanan), dengan perilaku ibadah, dengan akhlak mulia dengan kehidupan di
akhirat. Secara umum penyuluhan dimaksudkan sebagai pemberian nasihat atau
12
anjuran kepada orang lain secara individual yang dilakukan dengan jalan face to
face.
Penyuluhan Agama Islam merupakan kegiatan penyuluhan yang konsep
dan prinsipnya berdasarkan apa yang ada dalam Al-Qur’an (Basit, 2006). Dalam
hal ini terdapat 5 (lima) prinsip yang harus dipegang, yaitu:
a. Diarahkannya seseorang/kelompok kecil yang akan dibimbing kepada
jalan yang lurus sesuai dengan problem yang dihadapi.
b. Disesuaikan dengan kondisi atau keadaan dari objek penyuluhan.
c. Muatan materi penyuluhan dapat menyentuh hati yang terdalam
d. Ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Hadits Nabi sebagai sumber bimbingan,
nasihat dan obat.
e. Penyuluhan dalam Islam berpusat pada individu.
Proses penyuluhan Agama Islam hendaknya diarahkan untuk membawa
perubahan dalam diri klien, terutama dalam menjalin hubungannya dengan Tuhan
dan dapat mengikuti ajaran-ajaran yang ada di dalam Agama Islam. Untuk
mencapai hal tersebut, maka seorang penyuluh Agama Islam perlu memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut (Basit, 2006):
a. Memiliki keimanan yang kuat; seorang dengan iman yang kuat akan
merasa bahwa perbuatannya selalu diawasi Allah SWT dan setiap
aktivitasnya diniatkan dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT dan
Allah SWT akan memberikan petunjuk kepada orang yang beriman
13
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-An’am (6) : 82)
“Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar." (QS. Al-Hujurat (49) : 17)
“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (QS. Al-Baqarah (2) : 137)
b. Memiliki pengetahuan; yang dimaksudkan di sini adalah memiliki akal
(QS. 11:78, 87), tidak bodoh (QS. 11:45-46) dan cerdas (QS.4:6).
14
“Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: "Hai kaumku, Inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, Maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. tidak Adakah di antaramu seorang yang berakal?" (QS. Hud (11) : 78)
“Mereka berkata: "Hai Syu'aib, Apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar Kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak Kami atau melarang Kami memperbuat apa yang Kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat Penyantun lagi berakal”. (QS. Hud (11) : 87)
“Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya anakku Termasuk keluargaku, dan Sesungguhnya janji Engkau Itulah yang benar. dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya."“Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya Dia bukanlah Termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan Termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." (QS.Hud (11) : 45-46)
15
“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu Makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia Makan harta itu menurut yang patut. kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu)”. ( QS.An-Nisa (4) : 6
c. Amanah; sesuai tugas manusia untuk menyampaikan amanah (QS.
4:58) dan memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menjalankan
amanah (QS. 33:72)
58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (QS.An-Nisa (4) : 58
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
16
Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh”, (QS. Al-Ahzab (33) : 72
3. Implementasi Penyuluhan Agama Islam
Implementasi atau pelaksanaan penyuluhan Agama Islam sesuai
dengan isyarat-isyarat dalam Al-Qur’an, diturunkan dari empat istilah
penting yaitu huda, irsyad, wa’azha dan syifa. Terdapat beberapa
implementasi penyuluhan Agama Islam (Basit, 2006), yaitu:
a. Penyuluhan Keagamaan; ini diturunkan dari istilah huda. Tujuannya
adalah membimbing dan mengarahkan manusia untuk memperooleh
jalan yang benar, yaitu jalan yang penuh ridha dan cahaya kebenaran
dari Allah SWT.
b. Penyuluhan Pendidikan; ini diturunkan dari istilah wa’azha yang
bersumber dari kisah Luqman (QS. 31:12) dan istilah irsyad yang
bersumber dari kisah Khidhir (QS. Al-Kahfi: 67-82). Tujuannya adalah
membekali seorang anak di dalam menempuh kehidupan dengan dasar
keimanan dan kepribadian yang utuh serta memiliki pengetahuan yang
mumpuni.
“Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". QS. Luqman (31) : 12
17
67. Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku.68. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"69. Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".70. Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu".71. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata:
18
"Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.72. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku".73. Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".74. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, Maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena Dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".75. Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"76. Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, Maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku".77. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".78. Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.79. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.80. Dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.81. Dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
19
82. Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya". (QS. Al-Kahfi (18) : 67-82)
c. Penyuluhan Perkawinan dan Keluarga; ini diturunkan dari istilah
wa’azha, yang berkaitan dengan hubungan suami isteri, perceraian,
thalaq dan ruju’.
d. Penyuluhan Sosial; ini diturunkan dari istilah wa’azha, yang berkaitan
berlaku adil, berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat,
melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan (QS. 16:90),
kemudian menunaikan amanah dan berlaku adil (QS. 4:58), serta
kesadaran untuk berkelompok (QS. 49:10, 59:9, 107:4-7, 5:2).
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (QS. An-Nahl (16) : 90)
20
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (QS.An-Nisa (4) : 58)
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. (QS.Al-Hujurat (49) : 10)
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung” (QS.Al-Hasyr (59) : 9)
21
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah[389], dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram[390], jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya[391], dan binatang-binatang qalaa-id[392], dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya[393] dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (QS.Al-Maidah (5) : 2)
4. Metode Penyuluhan Agama Islam
Menurut Basit (2006), penyuluhan Agama Islam berdasar Al-Qur’an
dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Penyuluhan Individual
Metode ini didasarkan dari berbagai kisah di dalam Al-Qur’an,
seperti Allah SWT melakukan bimbingan langsung, perintah
langsung kepada para nabi dan rasulNya (seperti dalam kisah Allah
SWT berbicara kepada Musa AS, kisah perintah shalat kepada
Muhammad SAW, kisah perintah kepada Ibrahim AS untuk
menyembelih Ismail AS). Metode penyuluhan secara langsung juga
22
ditunjukkan pada kisah Khidhir yang memberi pelajaran kepada
Musa AS, dan juga kisah Luqman yang mengajar anaknya secara
langsung tentang aqidah, akhlak, dan ibadah. Penyuluhan Agama
Islam secara individual dalam pelaksanaannya dapat dilakukan
secara face to face dan juga dapat dengan perbuatan atau
keteladanan.
b. Penyuluhan Kelompok dan Keluarga
Berkenaan dengan metode ini, di dalam Al-Qur’an banyak
menyinggung tentang pemberian petunjuk kepada suatu kaum. Juga
pelajaran tentang keluarga: hubungan suami isteri, perceraian, thalaq
dan ruju’, dimana apabila terjadi permasalahan yang berkaitan
dengan hal tersebut dapat diberikan penyuluhan berupa nasihat dan
perbuatan-perbuatan. Metode ini apabila dikembangkan lebih lanjut,
dapat dilakukan dengan berbagai variasi seperti penggunaan media
dan berbagai panduan aktivitas yang bermanfaat.
5. Jenis Penyuluh Agama dan Kegiatan Penyuluhan Agama Islam
Penyuluh Agama dibedakan atas tingkat jabatannya, yaitu tingkat
jabatan Terampil dan tingkat jabatan Ahli (Kanwil DEPAG DIY, 2005).
Tingkat jabatan Terampil terbagi dalam Terampil Pelaksana, Terampil
Pelaksana Lanjutan dan Terampil Pelaksana Penyelia. Sedangkan tingkat
jabatan Ahli terbagi dalam Ahli Pertama, Ahli Muda dan Ahli Madya.
23
Masing-masing jabatan memiliki rincian kegiatan yang berbeda sesuai
tingkatannya. Bagian berikut adalah rincian kegiatan Penyuluh Agama.
a. Rincian Kegiatan Penyuluh Agama Terampil Pelaksana
1. Menyusun rencana kerja operasional;
2. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan atau penyuluhan dalam
bentuk naskah;
3. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada
masyarakat pedesaan;
4. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka
kepada kelompok terpencil;
5. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui pentas pertunjukan
sebagai pemain;
6. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan atau
penyuluhan;
7. Melaksanakan konsultasi secara perorangan;
8. Melaksanakan konsultasi secara kelompok;
9. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan/kelompok.
b. Penyuluh Agama Terampil Pelaksana Lanjutan
1. Mengumpulkan data identifikasi potensi wilayah atau kelompok
sasaran;
2. Menyusun rencana kerja operasional;
3. Mengumpulkan bahan materi bimbingan atau penyuluhan;
24
4. Menyusun konsep materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk
naskah;
5. Menyusun konsep materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk
poster;
6. Menyusun konsep materi bimbingan atau penyuluhan melalui tatap
muka kepada masyarakat pedesaan;
7. Menyusun konsep materi bimbingan atau penyuluhan melalui pentas
pertunjukan sebagai pemain;
8. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan atau
penyuluhan;
9. Melaksanakan konsultasi secara perorangan;
10. Melaksanakan konsultasi secara kelompok;
11. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan / kelompok.
c. Penyuluh Agama Terampil Penyelia
1. Menyusun rencana kerja operasional;
2. Mengidentifikasi kebutuhan sasaran;
3. Menyusun konsep program;
4. Membahas konsep program sebagai penyaji;
5. Merumuskan program kerja;
6. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan atau penyuluhan dalam
bentuk naskah;
25
7. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan tatap muka kepada
masyarakat pedesaan;
8. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui pentas pertunjukan
sebagai pemain;
9. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan atau
penyuluhan;
10. Melaksanakan konsultasi secara perorangan;
11. Melaksanakan konsultasi secara kelompok;
12. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan/kelompok;
13. Mengumpulkan bahan untuk penyusunan petunjuk
pelaksanaan/petunjuk teknis bimbingan atau penyuluhan;
14. Mengolah dan menganalisis data untuk penyusunan petunjuk
pelaksanaan/petunjuk teknis bimbingan atau penyuluhan.
d. Penyuluh Agama Ahli Pertama
1. Mengolah data identifikasi potensi wilayah atau kelompok sasaran;
2. Menyusun rencana kerja operasional;
3. Menyusun konsep materi bimb ingan atau penyuluhan dalam bentuk
naskah;
4. Mendiskusikan konsep materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk
penyaji;
5. Merumuskan materi bimbingan atau penyuluhan;
26
6. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada
kelompok masyarakat perkotaan;
7. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada
kelompok binaan khusus;
8. Menyusun instrument pemantauan hasil pelaksanaan bimbingan atau
penyuluhan;
9. Menyusun instrument evaluasi hasil pelaksanaan bimbingan atau
penyuluhan;
10. Mengumpulkan data pemantauan / evaluasi hasil pelaksanaan bimbingan
atau penyuluhan;
11. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan;
12. Melaksanakan konsultasi secara perorangan;
13. Melaksanakan konsultasi secara kelompok;
14. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan/kelompok;
15. Menyusun konsep petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis bimbingan atau
penyuluhan;
16. Mendiskusikan konsep petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis bimbingan
atau penyuluhan sebagai penyaji;
17. Merumuskan petunjuk pelaksanaan / petunjuk teknis bimbingan atau
penyuluhan;
27
18. Menyiapkan dan mengolah bahan/data/informasi tentang kajian arah
kebijaksanaan pengembangan bimbingan atau penyuluhan yang besifat
penyempurnaan.
e. Penyuluh Agama Ahli Muda
1. Menyusun instrumen pengumpulan data potensi wilayah atau kelompok
sasaran;
2. Menganalisis data potensi wilayah atau kelompok sasaran;
3. Menyusun rencana kerja tahunan;
4. Menyusun rencana kerja operasional;
5. Mendiskusikan konsep program kerja sebagai pembahas;
6. Menyusun desain materi bimbingan atau penyuluhan;
7. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan atau penyuluhan dalam
bentuk naskah;
8. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan atau penyuluhan dalam
bentuk leaflet;
9. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan atau penyuluhan dalam
bentuk slide;
10. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan atau penyuluhan dalam
bentuk booklet;
11. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan atau penyuluhan dalam
rekaman kaset;
28
12. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan atau penyuluhan dalam
rekaman video/film;
13. Mendiskusikan konsep materi bimbingan atau penyuluhan sebagai
penyaji;
14. Merumuskan materi bimbingan atau penyuluhan;
15. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada
kelompok generasi muda;
16. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada
kelompok LPM;
17. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui radio;
18. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui pentas pertunjukan
sebagai sutradara;
19. Mengolah dan menganalisis data hasil pemantauan/ evaluasi pelaksanaan
bimbingan atau penyuluhan;
20. Merumuskan hasil pemantauan pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan;
21. Merumuskan hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan;
22. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan;
23. Melaksanakan konsultasi secara perorangan;
24. Melaksanakan konsultasi secara kelompok;
25. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan / kelompok;
26. Mengumpulkan bahan untuk penyusunan pedoman bimbingan atau
penyuluhan;
29
27. Mengolah dan menganalisis data bahan penyusunan pedoman bimbingan
atau penyuluhan;
28. Mendiskusikan konsep pedoman bimbingan atau penyuluhan sebagai
penyaji;
29. Mendiskusikan konsep petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis bimbingan
atau penyuluhan sebagai pembahas;
30. Menyiapkan dan mengolah bahan/data/informasi tentang kajian arah
kebijakan pengembangan bimbingan atau penyuluhan yang bersifat
pembanharuan;
31. Menyiapkan dan mengolah bahan/data/informasi tentang pengembangan
metode bimbingan atau penyuluhan yang bersifat pembaharuan;
f. Penyuluh Agama Ahli Madya
1. Merumuskan monografi potensi wilayah atau kelompok sasaran;
2. Menyusun rencana kerja lima tahunan;
3. Menyusun rencana kerja operasional;
4. Mendiskusikan konsep program sebagai narasumber;
5. Menyusun materi konsep bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk
naskah;
6. Mendiskusikan konsep materi bimbingan atau penyuluhan sebagai
penyaji;
7. Mendiskusikan konsep materi bimbingan atau penyuluhan sebagai
pembahas;
30
8. Mendiskusikan konsep materi bimbingan atau penyuluhan sebagai
narasumber;
9. Merumuskan materi bimbingan atau penyuluhan;
10. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada
kelompok cendekia;
11. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui media televisi;
12. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan;
13. Melaksanakan konsultasi secara perorangan;
14. Melaksanakan konsultasi secara kelonpok;
15. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan / kelompok;
16. Menyusun konsep pedoman bimbingan atau penyuluhan;
17. Mendiskusikan konsep pedoman bimbingan atau penyuluhan sebagai
pembahas;
18. Mendiskusikan pedoman bimbingan atau penyuluhan sebagai narasumber;
19. Merumuskan pedoman bimbingan atau penyuluhan;
20. Mendiskusikan petyunjuk pelaksanaan / petunjuk teknis bimbingan atau
penyuluhan sebagai narasumber;
21. Menyusun kerangka acuan tentang kajian arah kebijaksanaan
pengembangan bimbingan atau penyuluhan yang bersifat penyempurnaan;
22. Menganalisis data dan informasi dan merumuskan arah kebijaksanaan
pengembangan bimbingan atau penyuluhan yang bersifat penyempurnaan;;
31
23. Menyusun kerangka acuan tentang kajian arah kebijaksanaan
pengembangan bimbingan atau penyuluhan yang bersifat penyempurnaan;
24. Menganalisis data dan informasi dan merumuskan kajian arah kebijakan
pengembangan bimbingan atau penyuluhan yang bersifat pembaharuan;
25. Menyusun kerangka acuan tentang pengembangan metode bimbingan atau
penyuluhan yang bersifat penyuluhan;
26. Menganalisis data dan informasi dan merumuskan pengembangan metode
bimbingan atai penyuluhan yang bersifat penyempurnaan;
27. Menyusun kerangka acuan tentang pengembangan metode bimbingan atau
penyuluhan yang bersifat pembaharuan;
28. Menganalisis data dan informasi dan merumuskan pengembangan
metoode bimbingan atau penyuluhan yang besifat pembaharuan;
29. Menyusun tafsir tematis sebagai bahan bimbingan atau penyuluhan yang
bersumber dari kitab suci;
30. Menyusun tafsir tematis sebagai bahan bimbingan atau penyuluhan yang
bersumber dari hadits;
31. Menyusun tafsir tematis sebagai bahan bimbingan atau penyuluhan yang
bersumber dari kitab keagamaan;
32. Melakukan kegiatan karya tulis / karya ilmiah di bidang penyuluhan
agama;
33. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lain di bidang
penyuluhan agama;
32
34. Membimbing penyuluh agama yang berada di bawah jenjang jabatannya.
6. Sasaran Penyuluh Agama Islam
Sasaran Penyuluh Agama adalah umat Islam dan masyarakat yang belum
menganut salah satu agama di Indonesia yang beraneka ragam keadaan sosial dan
latar belakang pendidikannya. Terdapat 26 kelompok masyarakat yang menjadi
sasaran penyuluhan ( Kanwil DEPAG DIY, 2005), yaitu:
a. Masyarakat Transmigrasi
b. Lembaga Pemasyarakatan
c. Generasi Muda
d. Pramuka
e. Kelompok orang tua
f. Kelompok wanita
g. Kelompok masyarakat industri
h. Kelompok profesi
i. Masyarakat daerah rawan
j. Masyarakat suku terasing
k. Inrehabilitasi pondok sosial
l. Rumah sakit
m. Kelompok perumahan
n. Asrama
o. Kampus/mahasiswa akademis
33
p. Karyawan instansi pemerintah / swasta
q. Daerah permukiman baru
r. Pejabat instansi pemerintah / swasta
s. Masyarakat di kawasan industri
t. Masyarakat real estate
u. Masyarakat peneliti ( ahli di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi)
v. Masyarakat gelandangan dan pengemis
w. Balai desa
x. Tuna susila
y. Majelis taklim
z. Masyarakat pasar
7. Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan oleh penyuluh agama dapat dibedakan menjadi dua
yaitu materi bidang agama dan materi bidang pembangunan (Kanwil DEPAG
DIY, 2005).
a. Materi bidang agama
Aqidah Islamiyah, meliputi: 1) percaya dengan rukun iman yang enam,
2) aspek keyakinan seorang Muslim terhadap Islam, 3) kewajiban
seorang Muslim menurut ajaran Islam, 4) malaikat dengan segala
permasalahannya, 5) Kitabulloh, 6) Iman kepada nabi/rasul, 7) hari
34
pembalasan, 8) Qadha dan qodar, 9) Timbangan pahala dan dosa, 10)
Syurga dan neraka, 11) Hari akhir.
Syari’ah, meliputi: 1) hablumminallah, 2) Hablumminannas, 3)
pengertian ibadah, 4) Ibadah yang khas dan yang ‘am, 5) pentingnya
ibadah dalam kehidupan manusia, 6) nisbah ilmu dengan ibadah, 7)
nisbah iman dengan ibadah, 8) ibadah sebagai baggian dari syari’ah, 9)
sumber-sumber syariah, 10) klasifikasi dan pelaksanaan syariah, 11)
shalat, puasa, zakat dan haji, 12) Peranan zakat dalam mengatasi
kemiskinan.
Akhlak, meliputi: 1) pemahaman tentang akhlak, moral dan etika, 2)
perbandingan akhlak dan etika, 3) nilai dan moral dalam Islam, 4)
pengaruh nilai dan norma terhadap tingkah laku manusia, 5) kriteria
akhlak baik dan buruk.
b. Materi bidang pembangunan
Pancasila dan UUD 1945
Usaha perbaikan gizi keluarga
Imunisasi
Kerja keras
Agama Islam dan Kedokteran
8. Faktor Pendukung Efektivitas Penyuluhan
35
Setiana (2006) menyebutkan, terdapat 4 (empat) faktor yang ditengarai
memiliki peran penting untuk tercapainya efektifitas suatu penyuluhan. Ke empat
faktor tersebut adalah sebagai berikut.
a. Metode Penyuluhan
Menurut Van den Ban (1996), pilihan terhadap metode penyuluhan sangat
tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan situasi kerjanya.
Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, maka terdapat 3 (tiga)
metode penyuluhan.
(1) Metode berdasarkan pendekatan perorangan
Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun
tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode
perorangan sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena sasaran
dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan
khusus dari penyuluh. Metode pendekatan perorangan cocok
digunakan dalam mendekati tokoh masyarakat yang berpengaruh di
lingkungannya. Yang termasuk dalam metode ini antara lain
kunjungan rumah, surat menyurat, hubungan telepon, dan kontak
informal.
(2)Metode berdasarkan pendekatan kelompok
Dalam metode pendekatan kelompok, penyuluh berhubungan dengan
sasaran secara berkelompok. Metode ini efektif untuk mengarahkan
suatu kelompok untuk bisa melakukan kegiatan yang lebih produktif
36
atas dasar kerja sama.Yang termasuk dalam metode pendekatan
kelompok adalah diskusi, demonstrasi cara, demonstrasi hasil,
karyawisata, temu karya, sarasehan dan perlombaan.
(3) Metode berdasarkan pendekatan massal
Sesuai dengan namanya, metode ini mampu menjangkau sasaran
dengan jumlah yang cukup banyak. Dipandang dari segi penyampaian
informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat
menimbulkan kesadaran atau keingintahuan saja. Termasuk dalam
metode pendekatan massal antara lain rapat umum, siaran radio,
kampanye, pemutaran film, penyebaran leaflet, folder atau poster, surat
kabar dan televisi.
Beragamnya metode bukan berarti harus memilih metode yang paling
baik, tetapi bagaimana metode tersebut sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai dalam penyuluhan.
b. Media Penyuluhan
Media penyuluhan adalah alat bantu dalam melakukan penyuluhan yang
berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara
penyuluh dengan sasaran. Dalam pemilihan alat bantu perlu diperhatikan
apakah alat bantu tersebut cocok dengan pesan yang akan disampaikan.
Media dakwah juga biasa disebut dengan metode dakwah menurut bentuk
penyampaiannya. Media ini dapat digolongkan menjadi lima golongan
besar (Mahmud Aziz Siregar, 1999: 124), yaitu:
37
(1) Media lisan seperti khutbah, pidato, dan ceramah.
(2) Media tulisan seperti buku agama, majalah, dan surat kabar.
(3) Media lukisan seperti seni lukis, foto, dan lain-lain.
(4) Media audio visual yaitu suatu cara penyampaian yang sekaligus
merangsang penglihatan dan pendengaran seperti televisi, sandiwara,
dan sebagainya.
(5) Media ahlak yaitu suatu cara penyampaian langsung dalam bentuk
perbuatan yang nyata, misalkan menunjukan budi pekerti dan membantu
orang yang tidak punya.
c. Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam
kegiatan penyuluhan, baik yang menyangkut ilmu maupun teknologi.
Materi yang baik dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan
sasaran dan mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh
sasaran penyuluhan.
d. Waktu dan Tempat Penyuluhan
Perlu sekali disusun jadwal kegiatan penyuluhan yang dapat dipastikan
bahwa sasaran penyuluhan ada di tempat atau bisa berkumpul untuk
mengikuti kegiatan penyuluhan. Dengan demikian kegiatan penyuluhan
tidak terkesan mengganggu atau merugikan sasaran penyuluhan.
B. Tinjauan Umum tentang Ibadah Mahdhah
38
Dalam hubungannya dengan Alloh, manusia senantiasa akan
menjalankan ibadah sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Alloh serta
meningkatkan keimanan. Ibadah itu merupakan tiang utama untuk tegaknya
agama islam. Sesuai dengan sabda Rosululloh bahwa tiang agama islam itu
meliputi lima hal, yaitu: Pengakuan tiada Tuhan selain Alloh dan Muhammad itu
Rosululloh, Mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat, puasa di bulan
Ramadhan, serta mengerjakan haji bagi orang yang sanggup. Ibadah itu
ditunjukan untuk membersihkan jiwa, memurnikan kalbu, dan memperkuat
perhatian trhadap Alloh, dan kebulatan tekad untuk menjunjung tinggi syari’at
agama disegala bidang (Syekh Mahmud Syaltut, 1984: 74).
Dalam ajaran Islam, dikenal dua macam ibadah. Pertama disebut ibadah
(saja) yang dimaksud adalah ibadah umum yang berarti ibadah dalam arti luas.
Kedua disebut ibadah mahdhoh atau ibadah khusus atau ibadah ‘ubudiyah (Noor,
2007). Ibadah umum adalah segala kegiatan yang dilakukan seseorang dengan niat
dan motivasi serta kesadaran melaksanakan segala perintahNya dan meninggalkan
segala laranganNya serta ingat akan adanya pertanggungjawaban kepadaNya.
Ibadah khusus/mahdhoh adalah ibadah yang dikenal oleh masyarakat
Indonesia yang dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai Rukun Islam yang lima
(selain syahadat), yaitu ibadah shalat, zakat, puasa dan haji serta umrohnya (Noor,
2007). Disebut ibadah khusus, karena diperintahkan secara khusus dengan tata
cara pelaksanaannya telah ditentukan dan sesuai dengan kehendakNya yang
dicontohkan oleh RasulNya.
39
Ibadah mahdah yang pertama yaitu shalat. Shalat merupakan
perwujudan dari rasa kelemahan seorang manusia dan rasa membutuhkan seorang
hamba terhadap Tuhan dalam bentuk perkataan dan perbuatan sekaligus sebagai
perwujudan ketaatan seorang hamba terhadap perintah dan kewajiban dari Tuhan,
dan sebagai sarana yang di dalamnya seorang hamba meminta ketabahan untuk
menghadapi berbagai kesulitan dan ujian yang dialami di dunia ini, dan sebagai
pernyataan memuji kebesaran dan kemuliaan Alloh Swt. Shalat juga merupakan
kewajiban yang paling besar setelah dua kalimat syahadat . Begitu besarnya
persoalan shalat ini, sehingga rosululloh menyatakan bahwa untuk membedakan
antara seorang muslim dan seorang kafir adalah meninggalkan shalat (Ahmad
Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, 2003: 175).
Mengenai shalat, secara ringkas dan jelas diterangkan oleh Al-Jazairi
(2011) dalam Minhajul Muslim. Dijelaskan bahwa terdapat 3 (tiga) pembagian
shalat yaitu Shalat Fardhu, Sunnah, dan Nafl. Dalam pelaksanaannya ketiganya
memiliki syarat wajib shalat, syarat sahnya shalat, hal-hal yang diwajibkan,
disunahkan dan dimakruhkan, serta pembatal-pembatal dan hal-hal yang diijinkan
didalamnya. Thoharoh menjadi ibadah yang tidak terpisahkan dengan shalat.
Zakat merupakan kewajiban setiap muslim yang memiliki harta senishab
dengan syarat-syaratnya (Al-Jazairi (2011)). Allah SWT telah memerintahkan
zakat antara lain dalam Al-Qur’an surat At-Taubah: 103, Al-Baqarah: 267 dan Al-
Muzzammil:20.
40
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS.At-Taubah (9) : 103)
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Baqarah (2) : 267)
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak
41
dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Muzzammil (73) : 20)
Nabi Muhammad SAW dalam berbagai hadistnya juga menjelaskan
lebih rinci tentang zakat. Mengenai zakat, maka telah ditetapkan harta-harta yang
wajib dizakati, harta-harta yang tidak wajib dizakati, batas nishab harta yang
wajib dizakati dan besarnya zakat yang harus dibayarkan.
Adapun harta yang wajib dizakati dan batas nisabnya adalah
1. Binatang ternak
Binatang ternak yang wajib dizakati hanya unta, sapi, kerbau dan
kambing. Nisab zakat binatang tersebut untuk Sapi dan kerbau 30-39 ekor
zakatnya 1ekor anak sapi atau kerbau umurnya 1 tahun lebih. Dan tiap-tiap 40
ekor sapi atau kerbau zakatnya 1 anak sapi atau kerbau berumur 2 tahun lebih.
Sedangkan untuk kambing nisabnya 40-120 ekor zakatnya 1 ekor kambing betina
atau 1 ekor domba betina.
2. Emas dan perak
42
Emas dan perak wajib dizakati apabila sudah cukup satu nisab. Nisab
emas, berat timbangannya 93,6 gram. Zakatnya 1/40 (2,5% = 2,125 gram) atau
setiap 100 gram zakatnya 2,5 gram.
3. Biji dan buah-buahan
Nisab biji makanan yang mengenyangkan dan buah-buahan adalah 939
liter. Zakatnya kalau diairi dengan air sungai atau air hujan adalah 1/10 atau 10%
tetapi kalau diairi dengan air kincir yang ditarik oleh binatang atu disiram dengan
alat yang memakai biaya zakatnya 1/20 atau 5%
4. Harta rikaz (harta terpendam)
Rikaz adalah emas dan perak yang ditanam di dalam tanah. Apabila kita
menemukan emas atau perak yang tertanam di dalam tanah. Maka wajib
mengeluarkan zakatnya sebanyak 1/5 atau 20%. Waktu mengeluarkan zakatnya
tidak perlu menunggu 1 tahun, tetapi pada saat kita menemukannya.
5. Hasil tambang
Hasil tambang emas atau perak apabila sampai satu nisab wajib
dikeluarkan zakatnya pada waktu itu juga besarnya zakat 2,5%.
Zakat adalah salah satu rukun islam yang ditetapkan oleh Alloh Swt.
sebagai kewajiban ibadah dan mengandung unsur sosial. Sebagai ibadah, zakat
dikerjakan untuk menunjukan ketundukan dan ketaatan kepada Alloh sesuai
dengan ketentuan dan petunjuk mengenai zakat ini. Zakat sebagai ibadah yang
mengandung unsur sosial bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan
kemiskinan masyarakat. Zakat dikeluarkan oleh orang kaya kepada mustahiqnya
43
sebagai hak Allah dan sebagai ibadah. Allah menetapkan kewajiban zakat,
menentukan jenis harta yang wajib dizakati dan menentukan pula golongan yang
berhak menerima zakat sebagaimana dinyatakan dalam Al-qur’an Q.S. At-
Taubah: 60
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. At-Taubah (9) : 60)
Puasa menurut bahasa ialah menahan. Arti puasa menurut syariah ialah
menahan dengan niat ibadah, menahan dari makanan, minuman, hubungan suami
isteri, dan semua hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar hingga
terbenam matahari (Al-Jazairi (2011)). Aturan mengenai puasa berlaku untuk
semua jenis puasa yaitu untuk puasa wajib dan puasa sunnah. Dalam hal puasa
juga telah ditetapkan puasa yang diharamkan dan juga yang makruh. Mengenai
puasa wajib yaitu puasa Ramadhan, perintahNya sudah jelas, yaitu dalam Al-
Qur’an surat Al-Baqarah: 185.
44
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah (2) : 185)
Haji sebagai salah satu ibadah khusus merupakan kewajiban setiap
Muslim dan Muslimah jika mampu melaksakannya (Al-Jazairi (2011)). Perintah
mengenai haji dan dalam hal ini termasuk di dalamnya adalah umroh antara dalam
Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 196-203, Ali Imran: 97 dan Al-Hajj: 27-29.
45
196. Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), Maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), Maka wajiblah atasnya berfid-yah, Yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. apabila kamu telah (merasa) aman, Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), Maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.197. (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.198. Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam dan
46
berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar Termasuk orang-orang yang sesat.199. Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.200. Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, Maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami (kebaikan) di dunia", dan Tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.201. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka".202. Mereka Itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.203. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, Maka tiada dosa baginya. dan Barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), Maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya. (QS. Al-Baqarah (2) : 196-203)
“Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.” (QS. Ali Imon (3) : 97)
47
27. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus[984] yang datang dari segenap penjuru yang jauh,28. Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan[985] atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak[986]. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.29. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran[987] yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka[988] dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). (QS. Al- Hajj (22) : 27-28)
Dalam ibadah haji dan umroh terdapat syarat-syarat haji, rukun, wajib
haji, sunnah dan larangan-larangan yang harus ditaati. Adapun syarat wajib haji
adalah
1. Islam
2. Baligh (dewasa)
3. Aqil (berakal sehat)
4. Merdeka
5. Istitha’ah (mampu )
Rukun haji adalah rangkaian amalan yang harus dilakukan dalam ibadah
haji dan tidak dapat diganti dengan yang lain, walaupun dengan dam. Jika
ditinggalkan maka tidak sah hajinya.
Rukun haji adalah :
48
1. Ihram (niat)
2. Wukuf di Arafah
3. Tawaf Ifadah
4. Sa’i
5. Cukur
6. Tertib
Wajib haji adalah rangkaian amalan yang harus dikerjakjan dalam
ibadahhaji, bila tidak dikerjakan sah hajinya tetapi harus membayar dam.
Wajib haji adalah :
1. Ihram
2. Mabit di Muzdalifah
3. Mabit di Mina
4. melontar jumrah ula, Wustha dan Aqabah
5. tawaf Wada’
Larangan-larangan haji dan Umrah
1. Potong rambut (sembarang rambut)
2. Memakai minyak wangi
3. Jima’ (kumpul suami istri) sebelum tahallul awal
49
4. Memakai pakaian yang berjahit dan tutup kepala (bagi laki-laki)
5. Membunuh binatang
6. Tidak boleh menggunakan penutup wajah(cadar) dan sarung tangan (bagi
Wanita)
Setiap ibadah yang dilakukan di dalam islam harus memenuhi syarat-
syarat tertentu. Demikian pula dalam melaksanakan ibadah haji, harus dipenuhi
beberapa syarat. Syarat-syarat menunaikan ibadah haji meliputi: orang islam,
orang berkal, orang yang sudah baligh, orang merdeka dan orang yang mampu
((Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, 2003: 175).
Dalam penyuluhan Agama Islam (dakwah) perlu dilakukan evaluasi
terhadap objek penyuluhan atau objek dakwah. Evaluasi terhadap objek
penyuluhan meliputi kesan-kesan objek dakwah, pengaruh dakwah terhadap
sikap, pengaruh dakwah terhadap ibadah dan lain-lain (Masy’ari, 2001).
Beberapa hal dari teori-teori yang telah dikaji pada bagian sebelumnya,
dapat dipakai sebagai landasan dalam penelitian ini. Penyuluhan Agama Islam
merupakan salah satu jenis penyuluhan yang memiliki objek penyuluhan yang
luas. Media, materi dan waktu yang tepat untuk melakukan penyuluhan
diharapkan bisa memberikan efek yang baik bagi sasaran penyuluhan. Efek yang
baik itu salah satunya adalah peningkatan pengamalan Agama Islam khususnya
ibadah mahdhah.
50
Suatu tindakan penyuluhan Agama Islam dikatakan efektif apabila
mampu memberikan efek positif atau efek yang baik pada sasaran penyuluhan.
Sebaliknya tindakan penyuluhan Agama Islam dikatakan tidak efektif apabila
tidak mampu memberikan efek positif terhadap sasaran penyuluhan. Efek positif
dalam penelitian ini adalah pengamalan Agama Islam dalam kehidupan sehari-
hari.
51