Web viewHal itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya yaitu faktor usia, pendidikan, ......
Transcript of Web viewHal itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya yaitu faktor usia, pendidikan, ......
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia tiap harinya dipenuhi dengan masalah-masalah yang
beragam, mulai dari masalah pribadi, ekonomi, sosial, dan keagamaan.
Kedewasaan seseorang dalam menyikapi setiap permasalahan itu berbeda-
beda antara satu dengan lainnya. Hal itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, di
antaranya yaitu faktor usia, pendidikan, ekonomi, dan juga jenjang sosial di
dalam lingkungan masyarakat. Di samping itu, tingkat keimanan juga
mempengaruhi bagaimana seseorang mengambil tindakan untuk
menyelesaikan masalahnya. Manusia yang baik adalah yang mampu bersikap
bijak dalam menyelesaikan masalahnya, berpikir panjang dan kritis, serta
selektif dalam setiap tindakan yang ditempuhnya.
Bagi sebagian orang, bunuh diri telah menjadi satu-satunya jalan menuju
solusi dari masalah hidup yang menekan. Bagai melihat melalui celah pipa,
tidak ada harapan dan penyelesaian lain yang tersisa. Sakit yang dirasakan
dan pikiran yang berkecamuk sungguh tak bisa lagi dibendung. Mereka
melihat tidak ada titik terang di masa depan dan sulit bagi mereka
menemukan alasan untuk hidup lebih lama lagi. Mengakhiri hidup menjadi
alternatif untuk bebas dari masalah hidup.
Dewasa ini, bunuh diri telah dipandang sebagai salah satu penyelesaian
masalah (Schneidman dalam Maris, Berman, Silverman, dan Bongar, 2000).
Bunuh diri telah menjadi suatu masalah global. Data World Health
Organization (WHO) pada tahun 2006 melaporkan bahwa setiap tahunnya di
dunia terdapat 10-20 juta orang yang berupaya melakukan bunuh diri dan 1
juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri. WHO memperkirakan
angka ini sama dengan satu orang melakukan bunuh diri setiap menit dan satu
orang mencoba bunuh diri setiap 3 detik. Berdasarkan data dari Direktur
WHO Bidang Kesehatan Mental dan Kekerasan, Benedetto Saraceno (2005)
jumlah rata-rata penduduk Indonesia yang meninggal akibat bunuh diri
mencapai 24 orang dari 100 ribu penduduk. Dengan jumlah populasi
Indonesia yang sekarang sebanyak 220 juta orang, berarti ada 50 ribu orang
yang bunuh diri setiap tahunnya dengan usia rata-rata korban yang bervariasi
dari belasan tahun sampai dengan 65 tahun. Prevalensi ini cenderung
meningkat setiap tahunnya (Surilena, 2005).
Di Indonesia sendiri banyak terjadi kasus bunuh diri. Salah satunya yaitu
kasus bunuh diri seorang mahasiswa di daerah Tembalang, Semarang baru-
baru ini. Dalam secarik kertas yang ia tuliskan berisi permintaan maaf untuk
ibunya. Menurut kekasihnya, ia mempunyai masalah dengan ibunya semenjak
ayahnya meninggal. Ia merasa ibunya berlaku tidak adil terhadap dirinya.
Karena merasa sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan ibunya, ia pun nekat
untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di ventilasi kamar
kosnya.
Merespon angka kematian yang begitu tinggi, hendaknya bunuh diri
tidak dipandang sebelah mata. Meskipun demikian, bunuh diri juga bukanlah
hal yang mudah untuk dipahami. Perilaku bunuh diri sendiri tidak terbatas
hanya pada perilaku bunuh diri yang berhasil dilakukan, tetapi juga pada
percobaan bunuh diri, pikiran bunuh diri, dan perilaku melukai diri baik
dengan intensi mati ataupun tidak mati (Maris dkk., 2000). Bunuh diri yang
berhasil dilakukan biasanya didahului oleh percobaan dan pikiran bunuh diri.
Oleh sebab itu, meskipun setiap jenis perilaku tersebut memiliki pengertian
yang berbeda, populasi yang melakukannya tumpang tindih (Linehan, dalam
Maris dkk.,2000). Di samping itu, bunuh diri sulit untuk dipahami secara
keseluruhan karena perbedaan individual seperti yang diungkapkan Alvarez
bahwa “ Suicide means different things to different people at different times”
(dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003: hlm 213 ). Hal ini berarti walaupun setiap
orang yang melakukan bunuh diri pernah memikirkan atau mencoba bunuh
diri, akar masalah yang mengantarkan mereka ke pikiran tersebut bisa
bervariasi.
Dalam berbagai ayatnya, Al-Qur’an menegaskan bahwa Allah SWT,
adalah Tuhan yang menganugerahkan hidup dan menentukan mati.
Diantaranya: “Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu, dan
diantara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah
(pikun) supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah
diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”
(Q.S. Al-Nahl, 16: 70).
Dari ayat tersebut, kita mengetahui bahwa kematian “suatu saat” pasti
datang entah itu dimasa kanak-kanak, muda, atau lanjut usia. Ayat ini
menyinggung tentang ketidakberdayaan dimasa tua yang dialami oleh
sebagian manusia ketika mereka dianugerahi umur panjang. Demikian halnya
bila sebelum ajal tiba, seseorang dalam rentang waktu yang panjang tertimpa
berbagai penyakit yang menyebabkan dia harus mendapatkan peraatan dan
perhatian medis.
Di dalam Al-Qur’an surat Al-Mulk ayat 2, di ingatkan bahwa hidup dan
mati adalah ditangan Allah yang ia ciptakan untuk menguji iman, amalah, dan
ketaatan manusia terhadap Tuhan, penciptanya. Karena itu, Islam sangat
memperhatikan keselamatan hidup dan kehidupan manusia sejak ia berada di
rahim ibunya sampai sepanjang hidupnya. Untuk melindungi keselamatan
hidup dan kehidupan manusia itu, Islam menetapkan norma hukum perdata
dan pidana beserta sanksi-sanksi hukumannya, baik di dunia berupa hukuman
haddar qisas termasuk hukuman mati, diyat (denda) atau ta’zir, ialah
hukuman yang ditetapkan oleh ulul amr atau lembaga peradilan, maupun
hukuman di akhirat berupa siksaan Tuhan di neraka kelak.
B. Tujuan
1. Mengetahui konsep bunuh diri dan berbagai motif bunuh diri.
2. Mengetahui faktor faktor yang menyebabkan bunuh diri
3. Memahami bunuh diri dalam pandangan Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Bunuh Diri
1. Pengertian
Maraknya kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri menimbulkan
permasalahan tersendiri mengenai penyebutan istilah bunuh diri. Sebenarnya
apakah yang dimaksud dengan bunuh diri? Bunuh diri adalah tindakan
mengakhiri hidup sendiri tanpa bantuan aktif orang lain. Bunuh diri
merupakan perbuatan menghentikan hidup sendiri yang dilakukan oleh
individu itu sendiri atau atas permintaannya. Bunuh diri merujuk kepada
perbuatan memusnahkan diri karena enggan berhadapan dengan sesuatu
perkara yang dianggap tidak dapat ditangani.
Selain pengertian di atas, terdapat beberapa pengertian bunuh diri
menurut beberapa tokoh, antara lain:
1) Menurut Clinton dalam ‘Mental Health Nursing Practice’ (1995: 262)
Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan, individu secara sadar dan berhasrat dan berupaya
melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-
isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan
kematian, luka atau menyakiti diri sendiri.
2) Budi Anna Keliat (1994), Team Leader dari Community Mental Health
Nursing (CMHN) di Aceh
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan dan merupakan keadaan darurat psikiatri karena
individu berada dalam keadaan stress yang tinggi dan menggunakan
koping yang maladaptif. Lebih lanjut menurut Keliat, bunuh diri
merupakan tindakan merusak integritas diri atau mengakhiri kehidupan,
dimana keadaan ini didahului oleh respon maladaptif dan kemungkinan
keputusan terakhir individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Motif Bunuh Diri
Secara umum, ada beberapa motif seseorang melakukan bunuh diri,
yaitu:
1. Dilanda keputusasaan dan depresi
2. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
3. Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
4. Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
5. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
Beberapa kasus bunuh diri, terjadi pada kalangan remaja. Motif bunuh
diri dikalangan remaja itu sendiri lebih beraneka ragam, di antaranya
yaitu :
1) Dilanda keputusasaan dan depresi
Masa remaja
2) Ditolak dalam pergaulan
3) Berpisah dengan orang yang dicintai
4) Merasa dipermalukan
5) Konflik dengan pacar
6) Menghindari masalah
7) Konflik dengan keluarga
8) Ujian Nasional (UN)
9) Cobaan hidup dan tekanan lingkungan
10) Gangguan kejiwaan/tidak waras (gila)
11) Himpitan ekonomi atau kemiskinan
12) Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan
B. Faktor Bunuh Diri
1. Kurangnya Iman dan Takwa.
Seseorang yang tidak mempunyai keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT, tentunya dia tidak memiliki pegangan ataupun landasan
dalam kehidupan, sehingga ketika mengalami suatu masalah yang besar,
mereka cenderung menangani tanpa sebuah pemikiran.
2. Sikap mental yang buruk.
Seorang yang bermental lemah harus menghadapi masalah yang besar,
jika tidak kuat dan tak punya faktor yang pertama diatas tadi, tentunya
bunuh diri akan terlintas dipikiran mereka.
3. Masalah yang tak kunjung usai.
Lagi-lagi karena masalah yang terlalu membebani. Masalah jika
dianggap besar maka akan menjadi besar apalagi masalah yang besar
dianggap besar pastinya akan menjadi sangat besar. Sebaiknya hadapi
masalah dengan tenang dan bersandar pada iman dan takwa. Bunuh diri
sendiri jarang terjadi pada anak usia 14 tahun ke bawah, karena mereka
anak-anak belum dapat berpikir tentang kehidupan itu sendiri. Angka
bunuh diri paling besar memang dikalangan muda sekitar umur 18 tahun
ke atas. Gadis remaja cenderung bunuh diri dikarenakan membutuhkan
pertolongan orang yang mengerti. Mereka tak kuat menghadapi masalah
sendiri.
4. Kehilangan status pekerjaan dan mata pencaharian.
5. Kehilangan sumber pendapatan secara mendadak karena migrasi, gagal
panen, krisis moneter, kehilangan pekerjaan, bencana alam.
6. Kehilangan keyakinan diri dan harga diri.
7. Merasa bersalah, malu, tak berharga, tak berdaya, dan putus asa.
8. Mendengar suara-suara gaib dari Tuhan untuk bergabung menuju surga.
9. Mengikuti kegiatan sekte keagamaan tertentu.
10. Menunjukkan penurunan minat dalam hobi, seks dan kegiatan lain yang
sebelumnya dia senangi.
11. Mempunyai riwayat usaha bunuh diri sebelumnya.
12. Sering mengeluh adanya rasa bosan, tak bertenaga, lemah, dan tidak tahu
harus berbuat apa.
13. Mengalami kehilangan anggota keluarga akibat kematian, tindak
kekerasan, berpisah, putus hubungan.
14. Pengangguran dan tidak mampu mencari pekerjaan khususnya pada
orang muda.
15. Menjadi korban kekerasan rumah tangga atau bentuk lainnya khususnya
pada perempuan.
16. Mempunyai konflik yang berkepanjangan dengan diri sendiri, atau
anggota keluarga.
17. Baru saja keluar dari RS khususnya mereka dengan gangguan jiwa
(depresi, skizofrenia) atau penyakit terminal lainnya (seperti kanker,
HIV/AIDS, TBC, dan cacat).
18. Tinggal sendirian di rumah dan menderita penyakit terminal tanpa
adanya dukungan keluarga ataupun dukungan ekonomi.
19. Mendapat tekanan dari keluarga untuk mencari nafkah atau mencapai
prestasi tinggi di sekolah.
20. Mendapat tekanan/bujukan dari organisasi/ kelompoknya.
Biasanya, orang yang ingin melakukan bunuh diri memili tanda-tanda
tertentu, misalnya :
1) Bicara mengenai kematian
Orang yang berniat untuk mengakhiri hidupnya sering membicarakan
tentang kematian, seperti membicarakan kehidupan setelah kematian, dan
balasan Allah terhadap perilaku manusia selama hidup di dunia.
2) Baru saja kehilangan
Orang yang bunuh diri salah satunya disebabkan karena kehilangan orang
yang dicintainya, seperti orang tua atau kekasih.
3) Perubahan kepribadian
Seseorang yang sudah memiliki niat untuk bunuh diri, mereka akan
terlihat lebih pendiam dan tertutup.
4) Perubahan perilaku
Perilaku akan sangat terlihat berbeda ketika seseorang akan melakukan
upaya bunuh diri. Karena mereka akan berperilaku menjadi lebih baik
dengan orang sekitarnya atau malah menjauhi orang-orang yang
dicintainya.
5) Perubahan pola tidur
Pola tidur mereka juga berubah, mereka akan sulit tidur dan sering jalan-
jalan atau hilir mudik sebelum mereka pergi ke tempat tidur.
6) Perubahan kebiasaan makan
Disebabkan karena beban pikiran yang terus menghimpit, pola makan
mereka pun sering terganggu dan cenderung tidak pernah makan.
7) Berkurangnya ketertarikan seksual
Di saat seseorang akan bunuh diri, perilaku mereka yang berubah dan
sering menjauh dari orang-orang yang dicintai maka keinginan untuk
melakukan hubungan seksual pun menjadi berkurang dan cenderung
untuk menghindar pula.
8) Harga diri rendah
Orang yang ingin mengakhiri hidupnya merasa bahwa ia tidak lagi
mempunyai harga diri di depan orang lain
9) Ketakutan atau kehilangan kendali
Tanda-tanda lain yang sering ditunjukkan oleh seseorang yang ingin
mengakhiri hidupnya yaitu ia merasa sangat ketakutan dan bahkan
kehilangan kendali dalam menjalani hari-harinya.
10) Kurangnya harapan akan masa depan
Orang yang ingin mengakhiri hidupnya ia merasa tidak punya tujuan
hidup dan harapan di masa depan akibat kegagalan yang dialaminya.
C. Bunuh Diri Menurut Pandangan Agama
1. Menurut Pandangan Islam
a. Bunuh Diri menurut Al-Qur’an
Nilai manusia dalam pandangan Dinul Islam sangatlah tinggi, bahkan
masalah kemanusiaan adalah topik utama yang dibahas dalam Al-Qur-an.
Telah diajarkan dalam kitab-Nya bahwa “menghilangkan satu saja nyawa
manusia (apapun keyakinannya) tanpa haq seolah-olah telah
membinasakan seluruh manusia. Sebaliknya menghidupi satu saja jiwa
manusia seolah-olah ia telah menjaga kehidupan seluruh manusia”.
Maka apapun alasannya perilaku merusak kepentingan umum,
membunuh diri dan orang lain tanpa haq tidak ada kamusnya untuk
dibenarkan dalam syariat agama Islam. Berikut ini beberapa alasan yang
semestinya dipahami oleh manusia tentang hukum bunuh diri, khususnya
pelaku bom bunuh diri:
1. Larangan membunuh tanpa hak dan perintah menjaga jiwa manusia
Artinya : “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani
Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat
kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh
manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan
seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan
manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka
Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh
melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi." (Q.S. Al-
Maidah : 32)
2. Musyrik bagi pelakunya
Apapun alasan dan caranya membunuh diri hukumnya adalah syirik.
Sedangkan pelakunya tidak akan diampuni dosanya oleh Allah,
bahkan kekal disiksa dalam api neraka. Bunuh diri dengan cara
meminum racun, gantung diri, terjun bebas, melukai diri, atau dengan
bom dan seterusnya adalah sama saja hukumnya. Islam tidak
mengenal dan mengajarkan bunuh diri. Ajaran bunuh diri hanya
dikenal dalam ajaran shinto dari Jepang yang dilakukan para samurai
yang gagal melaksanakan misinya (harakiri), juga oleh tentara nippon
melawan musuhnya dengan jibaku (menabrakkan pesawat tempur ke
kapal musuh). Dalam agama shinto diajarkan bahwa pelaku bunuh diri
demi membela keyakinan akan masuk nirwana (surga). Dalam Al-
Qur’an, Allah SWT. berfirman :
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu." (Q.S. An-Nisa : 29)
3. Sama dengan menghalalkan darah muslim
Kerusakan yang ditimbulkan adalah bagi masyarakat luas, baik
muslim ataupun bukan. Di lokasi kejadian, korbannya adalah sporadis.
Sedangkan Allah dan Rasul-Nya telah mengajarkan akhlaq dalam
membela diri di suatu peperangan, yaitu dilarang membunuh anak-
anak, perempuan, orang tua atau cacat, dan merusak tanaman dan
bangunan. Selain itu akibat perbuatan terkutuk ini dapat muncul fitnah
yang mengotori citra dan cita Islam serta umat Islam itu sendiri. Akan
muncul kecurigaan dan kebencian tanpa alasan terhadap sesama umat
Islam dan di kalangan manusia secara umumnya. Tindakan segelintir
manusia ini, merugikan banyak manusia bahkan mirip dengan
perbuatan neo-khawarij yang menghalalkan darah muslim. Dalam Al-
Qur’an, Allah SWT. berfirman :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S.
Al-Hujurat : 1)
Oleh karena itu setiap tindakan yang mengatasnamakan ajaran Islam,
wajib benar niatnya karena Allah semata dan benar caranya menurut
tuntunan Rasulullah SAW. Allah SWT. berfirman :
Artinya : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya mengabdi
kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) Din secara hanif (lurus), dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah
Din yang lurus." (Q.S. Al-Bayyinah : 5)
Artinya : "Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu
karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka
tidak beriman kepada keterangan ini (Al Qur'an)." (Q.S. Al-Kahfi : 6)
b. Bunuh Diri Menurut Hadist
Riwayat-riwayat yang datang dari Rasulullah SAW. menjelaskan
bahwa membunuh diri sendiri dengan menggunakan alat apapun
merupakan salah satu dosa yang sangat besar di sisi Allah Azza wa Jalla.
Berikut ini hadits-hadits yang berkaitan dengan larangan tersebut.
1) Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra., ia
berkata : Rasulullah SAW. bersabda yang artinya "Barangsiapa yang
bunuh diri dengan besi di tangannya, dia (akan) menikam perutnya di
dalam neraka jahannam yang kekal (nantinya), (dan) dikekalkan di
dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa yang meminum racun
lalu bunuh diri dengannya, maka dia (akan) meminumnya perlahan-
lahan di dalam neraka jahannam yang kekal, (dan) dikekalkan di
dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa yang bunuh diri dengan
menjatuhkan dirinya dari atas gunung, dia akan jatuh ke dalam neraka
jahannam yang kekal (dan) dikekalkan di dalamnya selama-lamanya."
2) Diriwayatkan pula oleh Bukhari dan Muslim dari Tsabit bin Dhahhak
ra., bahwa Rasulullah SAW. bersabda "Barangsiapa yang membunuh
dirinya dengan sesuatu di dunia, maka dia disiksa dengan (alat
tersebut) pada hari kiamat."
3) Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra., ia
berkata: “Kami bersama Rasulullah SAW. pada perang Khaibar.
Kemudian beliau berkata pada seseorang yang mengaku dirinya
muslim: "Orang ini dari penduduk neraka." Ketika terjadi
pertempuran, orang tersebut bertempur dengan sengitnya lalu terluka.
Dikatakan kepada beliau: "Wahai Rasulullah, yang engkau katakan
bahwa dia dari penduduk neraka, sesungguhnya pada hari ini dia ikut
bertempur dengan sengitnya, dan dia telah mati." Jawab Rasulullah
SAW. : "(Ia) masuk neraka." Hampir saja sebagian manusia ragu
(dengan ucapan tersebut). Ketika mereka dalam keadaan demikian,
lalu mereka dikabari bahwa dia belum mati akan tetapi terluka dengan
luka yang sangat parah. Ketika malam hari dia tidak sabar lagi dan
bunuh diri. Lalu dikabarkan kepada Nabi SAW. tentang hal tersebut,
lalu beliau berkata: "Allahu Akbar, aku bersaksi bahwa sesungguhnya
aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya." Beliau memerintahkan Bilal
untuk berteriak di hadapan manusia: "Sesungguhnya tidaklah ada yang
masuk surga kecuali jiwa yang muslim, dan sesungguhnya Allah
menguatkan agama ini dengan laki-laki yang fajir (berbuat dosa )."
Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu: "Intihar adalah bunuh
diri secara sengaja dengan sebab apapun, dan ini diharamkan dan
termasuk dosa yang paling besar." (Fatawa Islamiyyah, 4/519).
4) Diriwayatkan oleh Muslim, dari Tsabit bin Dhahhak ra, dari Nabi
SAW., sabdanya : ”Tidak wajib bagi seseorang melaksanakan nazar
apabila dia tidak sanggup melaksanakannya.” “Mengutuk orang
Mu’min sama halnya dengan membunuhnya.” “Mengadakan tuduhan
bohong atau sumpah palsu untuk menambah kekayaannya dengan
menguasai harta orang lain, maka Allah tidak akan menambah
baginya, bahkan akan mengurangi hartanya.
5) Diriwayatkan oleh Muslim, dalam sabdanya Rasul SAW. berkata :
“Siapa yang bersumpah menurut cara suatu agama selain Islam, baik
sumpahnya itu dusta maupun sengaja, maka orang itu akan mengalami
sumpahnya sendiri. “Siapa yang bunuh diri dengan suatu cara, Allah
akan menyiksanya di neraka jahanam dengan cara itu pula.”
6) Diriwayatkan oleh Muslim, dari Abu Hurairah ra, katanya : “Kami
ikut perang bersama-sama Rasulullah SAW., dalam perang Hunain.
Rasulullah SAW., berkata kepada seorang laki-laki yang mengaku
Islam, “Orang ini penghuni neraka.” Ketika kami berperang, orang itu
pun ikut berperang dengan gagah berani, sehingga dia terluka. Maka
dilaporkan orang hal itu kepada Rasulullah SAW., katanya “Orang
yang tadi anda katakan penghuni neraka, ternyata dia berperang
dengan gagah berani dan sekarang dia tewas.” Jawab Nabi “Dia ke
neraka.” Hampir saja sebahagian kaum muslimin menjadi ragu-ragu.
Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba diterima
berita bahwa dia belum mati, tetapi luka parah. Apabila malam telah
tiba, orang itu tidak sabar menahan sakit karena lukanya itu. Lalu dia
bunuh diri. Peristiwa itu dilaporkan orang pula kepada Nabi SAW.
Nabi SAW., bersabda, : “Kemudian beliau memerintahkan Bilal
supaya menyiarkan kepada orang banyak, bahwa tidak akan dapat
masuk surga melainkan orang muslim (orang yang tunduk patuh).
7) Diriwayatkan oleh Muslim dari Syaiban ra., katanya dia mendengar
Hasan ra, bercerita : “Masa dulu, ada seorang laki-laki keluar bisul.
Ketika ia tidak dapat lagi menahan sakit, ditusuknya bisulnya itu
dengan anak panah, menyebabkan darah banyak keluar sehingga ia
meninggal. Lalu Tuhanmu berfirman : Aku haramkan baginya surga.”
(Karena dia sengaja bunuh diri). Kemudian Hasan menunjuk ke
masjid sambil berkata, “Demi Allah! Jundab menyampaikan hadits itu
kepadaku dari Rasulullah SAW., di dalam masjid ini.”
2. Menurut Agama Lain
a. Kristen
Menurut Alkitab, bunuh diri tidak menentukan apakah seseorang
masuk surga atau tidak. Jika orang yang belum selamat bunuh diri, apa
yang dia lakukan hanya “mempercepat” dia masuk ke lautan api. Pada
akhirnya orang yang bunuh diri itu akan masuk neraka karena menolak
keselamatan dalam Kristus, bukan karena bunuh dirinya. Alkitab secara
khusus mencatat empat orang yang bunuh diri: Saul (1 Samuel 31:4);
Ahitofel (2 Samuel 17:23); Zimri (1 Raja-Raja 16:18) dan Yudas (Matius
27:5). Setiap mereka adalah orang yang jahat dan berdosa. Alkitab
memandang bunuh diri sama dengan pembunuhan, yaitu membunuh diri
sendiri. Allah adalah yang menentukan kapan dan bagaimana seseorang
harus mati. Mengambil hak itu dari tangan Tuhan, menurut Alkitab,
adalah penghujatan terhadap Tuhan.
Apa kata Alkitab mengenai orang Kristen yang bunuh diri? Saya tidak
percaya bahwa orang Kristen yang bunuh diri akan kehilangan
keselamatannya dan masuk neraka. Alkitab mengajarkan bahwa mulai
dari saat seseorang percaya kepada Kristus, keselamatannya terjamin
(Yohanes 3:16). Menurut Alkitab, orang Kristen dapat mengetahui
dengan pasti bahwa mereka tetap memiliki hidup yang kekal, apapun
yang terjadi. “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang
percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup
yang kekal” (1 Yohanes 5:13). Tidak ada yang dapat memisahkan
seorang Kristen dari kasih Allah! “Sebab aku yakin, bahwa baik maut,
maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah,
baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa,
baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain,
tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:38-39). Jikalau tidak ada “sesuatu
makhluk” yang dapat memisahkan seorang Kristen dari kasih Allah, dan
orang Kristen yang bunuh diri adalah “sesuatu makhluk,” maka bunuh
diripun tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Yesus sudah
mati untuk semua dosa-dosa kita … dan jika seorang yang benar-benar
Kristen, dalam saat kelemahan dan serangan rohani, sampai bunuh diri,
itupun adalah dosa yang untuknya Yesus telah mati.
Ini tidak berarti bahwa bunuh diri bukanlah sebuah dosa yang serius.
Menurut Alkitab, bunuh diri adalah pembunuhan dan itu selalu salah.
Saya memiliki keraguan yang serius terhadap kesejatian iman dari
seseorang yang mengaku Kristen tapi bunuh diri. Tidak ada keadaan
apapun yang memperbolehkan seseorang, khususnya orang Kristen,
untuk menghabiskan nyawanya sendiri. Orang-orang Kristen dipanggil
untuk hidup bagi Tuhan, keputusan mengenai kapan dan bagaimana
seseorang mati ada dan hanya dalam tangan Tuhan. Mungkin cara yang
baik untuk menggambarkan bunuh diri bagi orang Kristen adalah dengan
mengambil dari Kitab Ester. Di Persia, mereka memiliki hukum bahwa
barangsiapa yang datang menghadap raja tanpa diundang akan dihukum
mati, kecuali kalau raja mengulurkan tongkatnya kepada orang tsb untuk
menunjukkan kemurahan. Bunuh diri bagi orang Kristen adalah seperti
memaksakan diri untuk menghadap raja dan bukan menunggu dipanggil.
Dia akan mengulurkan tongkatnya kepada engkau, namun tidak berarti
dia merasa senang dengan Anda.
Walaupun bukan menggambarkan bunuh diri, ayat Alkitab dalam 1
Korintus 3:15 barangkali dapat memberikan gambaran yang bagus
mengenai apa yang terjadi pada seorang Kristen yang bunuh diri: “Ia
sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api” (1 Korintus
3:15).
b. Buddha
Sang Buddha bersabda: ’sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai
manusia, sungguh sulit kehidupan manusia, sungguh sulit untuk dapat
mendengarkan ajaran benar, begitu pula, sungguh sulit munculnya
seorang Buddha.’ (Dhammapada 182).Maka, sungguh menyedihkan
apabila kehidupan yang berharga ini hancur dengan cara yang bodoh.
c. Hindu
Badan manusia adalah perahu yang perkasa dalam menyeberangi
samudra material ini, Tuhan sebagai angina sepoi-sepoi untuk mengantar
kita ketempat tujuan, guru spiritual adalah nahodanya, dan kita sang jiwa
adalah penumpangnya, dan bila orang tidak memanfaatkan badan
manusia seperti itu, ia adalah pembunuh dirinya sendiri/ rohnya sendiri.
(Srimad Bhagavatam 11.20.17).
Dalam ajaran kitab suci dijelaskan badan manusia adalah badan yang
terbaik diantara semua badan. Bahkan dikatakan The human body is the
best of the Temple. Mengapa demikian ? Karena Tuhan bersemayam
dibadan kita, sarvasya caham herdi sanivista (Bhg-gita 15.15 ). Tuhan
dengan setia mendampingi setiap mahluk hidup dalam pengembaraannya
dialam material ini. Beliau sebagai saksi dalam menemani sang jiwa,
tetapi juga menjadi pembimbing jika sang jiwa berserah diri kepadaNya
(Bhg.-gita 4.11).
Hanya dari badan manusialah sang jiwa dapat kembali kealam Tuhan.
Dengan demikian janganlah disia-siakan kesempatan mendapat badan
manusia ini, untuk kita dapat segera pulang kerumah kita yang asli
dialam Tuhan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bunuh diri merupakan perbuatan menghentikan hidup sendiri yang
dilakukan oleh individu itu sendiri atau atas permintaannya. Bunuh diri
merujuk kepada perbuatan memusnahkan diri karena enggan berhadapan
dengan sesuatu perkara yang dianggap tidak dapat ditangani.
2. Secara umum, motif seseorang mengakhiri hidupnya adalah :
a. Dilanda keputusasaan dan depresi
b. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
c. Gangguan kejiwaan/tidak waras (gila).
d. Himpitan ekonomi atau kemiskinan (harta/iman/ilmu)
e. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
3. Faktor-faktor yang menyebabkan orang melakukan bunuh diri di antaranya
yaitu kurangnya iman dan takwa dalam diri orang tersebut, sikap mental
yang buruk, dan masalah-masalah yang tak kunjung usai.
4. Dalam Islam, bunuh diri merupakan perkara yang sangat dibenci Allah
SWT., karena bunuh diri merupakan salah satu bentuk perbuatan syirik
yang tidak akan diampuni oleh Allah dan bahkan akan mendapatkan
siksaan-Nya kelak di neraka.
B. Saran
1. Hendaklah tiap muslim terus meningkatkan keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT. Salah satunya yaitu dengan berhusnuzan kepada Allah
atas masalah-masalah yang diberikan dalam kehidupannya.
2. Hendaknya tiap muslim tidak putus asa dalam menyelesaikan masalah
hidupnya, dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa ada hikmah dibalik
masalah tersebut.
3. Masyarakat hendaknya lebih peka dan peduli terhadap orang lain, terutama
jika ada salah satu warganya yang sedang menghadapi masalah atau
cobaan hidup yang sekiranya tidak bisa diselesaikan seorang diri dan
memerlukan bantuan dari warga lainnya baik secara materiil maupun non
materiil.
4. Tokoh-tokoh agama maupun tokoh masyarakat dalam suatu kelompok
masyarakat hendaknya lebih tanggap dan bertindak cepat jika ada
warganya yang memiliki masalah serius dengan merangkul warga lainnya.
5. Masyarakat lebih sering mengadakan kegiatan keagamaan terutama di
dalam lingkungannya seperti pengajian, perayaan hari-hari besar Islam,
dan kegiatan-kegiatan Islam lainnya untuk meningkatkan keimanan dan
ketakwaan dalam diri masing-masing individu.
DAFTAR PUSTAKA
H. Mas J. Fuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.
2007. hal. 161.
Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer Jilid 2. Jakarta: Gema Insani
Press. 1995. hal. 150
http://kahmiuin.blogspot.com/2009/07/fenomena-bom-bunuh-diri-dalam-
tinjauan.html
http://1agamaislam.blogspot.com/2011/05/bunuh-diri-dalam-pandangan-
islam.html
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/02/bunuh-diri-syariat-islam.html
LAPORAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BUNUH DIRI DALAM PANDANGAN ISLAM
Disusun oleh :
Bunga Anggraini (22020111130027)
Diana Rahmawati (22020111120021)
Miski Fahmiatul Masruroh (22020111140107)
Atun Sa’diyati W. (22020111130043)
Euis Marya Syahidah (22020111130035)
2011/A11.2
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIONEGORO
2011