VI. PENUTUP -...

8
97 VI. PENUTUP A. KESIMPULAN Kesimpulan pada penelitian ini melingkupi kesimpulan kondisi kenyamanan termal hasil eksisting, kenyamanan termal hasil simulasi optimasi dengan program ENVIMET 3.1 dan kondisi keberlanjutan kawasan dengan program UMI. Dalam kondisi kenyamanan termal eksisting akan membahas hasil simulasi dari ke 17 kawasan sedangkan pada bagian kenyamanan termal optimasi akan menjelaskan hasil dari simulasi pada kawasan yang diredesain dan dibandingkan dengan kondisi simulasi eksisting. Yang terakhir adalah kondisi keberlanjutan kawasan yaitu hasil dari simulasi program UMI. Kesimpulan ini akan membantu dalam menentukan rekomendasi perbaikan kondisi termal pada kawasan Njeron Beteng. 1. Kondisi Kenyamanan Termal Hasil Eksisting Berdasarkan hasil-hasil yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kondisi kenyamanan termal pada kawasan Njeron Beteng pada 17 titik berdasarkan hasil dari program CBE Thermal Comfort dengan standar ASHRAE 55 2013 menunjukkan bahwa kawasan 4, 7 dan 13 termasuk dalam kategori kawasan yang paling tidak nyaman. Sedangkan kawasan 1, 14, 15, dan 17 termasuk dalam kawasan yang nyaman, kawasan 2, 3, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12 dan 16 termasuk dalam kawasan tidak nyaman. Kondisi kawasan yang tidak nyaman tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: - Kurangnya vegetasi yang menaugi permukaan kawasan dari paparan sinar matahari langsung (pada kawasan 2 dan 6 hanya terdapat beberapa vegetasi berupa pohon, semak, dan perdu pada salah satu sisi jalan saja dan pada kawasan 4, vegetasi hanya terdapat di pedestrian sekeliling Alun- Alun Selatan dan tidak merata serta tidak banyak pohon peneduh). - Penggunaan material yang di dominasi oleh hard material (aspal dan conblock) yang dapat meningkatkan suhu udara.

Transcript of VI. PENUTUP -...

Page 1: VI. PENUTUP - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88541/potongan/S2-2015...yang digunakan, semakin kecil bangunan jumlah energi yang terpakai semakin sedikit

97

VI. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan pada penelitian ini melingkupi kesimpulan kondisi kenyamanan

termal hasil eksisting, kenyamanan termal hasil simulasi optimasi dengan program

ENVIMET 3.1 dan kondisi keberlanjutan kawasan dengan program UMI. Dalam

kondisi kenyamanan termal eksisting akan membahas hasil simulasi dari ke 17

kawasan sedangkan pada bagian kenyamanan termal optimasi akan menjelaskan

hasil dari simulasi pada kawasan yang diredesain dan dibandingkan dengan

kondisi simulasi eksisting. Yang terakhir adalah kondisi keberlanjutan kawasan

yaitu hasil dari simulasi program UMI. Kesimpulan ini akan membantu dalam

menentukan rekomendasi perbaikan kondisi termal pada kawasan Njeron Beteng.

1. Kondisi Kenyamanan Termal Hasil Eksisting

Berdasarkan hasil-hasil yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa kondisi kenyamanan termal pada kawasan Njeron Beteng

pada 17 titik berdasarkan hasil dari program CBE Thermal Comfort dengan

standar ASHRAE – 55 – 2013 menunjukkan bahwa kawasan 4, 7 dan 13

termasuk dalam kategori kawasan yang paling tidak nyaman. Sedangkan

kawasan 1, 14, 15, dan 17 termasuk dalam kawasan yang nyaman, kawasan 2,

3, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12 dan 16 termasuk dalam kawasan tidak nyaman. Kondisi

kawasan yang tidak nyaman tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

- Kurangnya vegetasi yang menaugi permukaan kawasan dari paparan sinar

matahari langsung (pada kawasan 2 dan 6 hanya terdapat beberapa

vegetasi berupa pohon, semak, dan perdu pada salah satu sisi jalan saja dan

pada kawasan 4, vegetasi hanya terdapat di pedestrian sekeliling Alun-

Alun Selatan dan tidak merata serta tidak banyak pohon peneduh).

- Penggunaan material yang di dominasi oleh hard material (aspal dan

conblock) yang dapat meningkatkan suhu udara.

Page 2: VI. PENUTUP - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88541/potongan/S2-2015...yang digunakan, semakin kecil bangunan jumlah energi yang terpakai semakin sedikit

98

- Tatanan bangunan (berdempetan dan tidak memiliki celah angin di antara

bangunan) yang memungkinkan dalam menghambat gerakan udara.

Perbaikan kondisi termal dilakukan dengan acuan penataan pada kondisi

kawasan yang telah nyaman dengan penataan yang tidak menghambat gerakan

udara, penambahan vegetasi dan mengurangi penggunaan material yang dapat

meningkatkan kenaikan temperatur.

2. Kondisi Kenyamanan Termal Simulasi Optimasi

Simulasi optimasi dilakukan pada 3 kawasan yaitu pada kawasan tidak nyaman

(kawasan 2 dan 6), kawasan paling tidak nyaman (kawasan 4). Ketiga kawasan

tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda yaitu berupa ruang jalan

(kawasan 2), ruang terbuka Alun-Alun Selatan (kawasan 4) dan kawasan

perumahan penduduk dengan ketinggian bervariasi 1-2 lantai (kawasan 6).

Keseluruhan berada pada kondisi netral pada model ke 3 optimasi.

- Kondisi kawasan titik 2, penurunan temperatur model 1 sebesar 3,58oC pada

pukul 12.00 (33,08oC menjadi 29,5

oC), model 2 sebesar 2,98

oC pada pukul

12.00 (33,08oC menjadi 29,5

oC), model 3 sebesar 5,06

oC pada pukul 12.00

(33,08oC menjadi 28,02

oC)

- Kondisi kawasan titik 4, penurunan temperatur model 1 sebesar 4,58oC pada

pukul 12.00 (32,00 oC menjadi 27,42

oC), model 2 sebesar 3,1

oC pada pukul

12.00 (32,00 o

C menjadi 28,87 o

C), model 3 sebesar 4,17oC pada pukul

12.00 (32,00 oC menjadi 27,83

oC)

- Kondisi kawasan titik 6, penurunan temperatur model 1 sebesar 4,31oC pada

pukul 12.00 (35,00 o

C menjadi 30,69 o

C), model 2 sebesar 5,17 o

C pada

pukul 12.00 (35,00 o

C menjadi 29,83 o

C), model 3 sebesar 6,3oC pada pukul

12.00 (35,00 oC menjadi 28,70

oC)

Ketiga kawasan tersebut mencapai kondisi yang optimum setelah diredesain

berdasarkan acuan pada kawasan yang nyaman dengan mengunakan model 3

yaitu pengubahan bangunan, penambahan/pergantian vegetasi dan material

sedangkan pada model 1 dan model 2 masih belum sepenuhnya mencapai

kondisi yang nyaman berdasarkan simulasi CBE Thermal Comfort namun

Page 3: VI. PENUTUP - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88541/potongan/S2-2015...yang digunakan, semakin kecil bangunan jumlah energi yang terpakai semakin sedikit

99

terlihat terdapat penurunan suhu dan perubahan kecepatan angin dan

kelembaban dalam kawasan.

3. Kondisi Keberlanjutan Kawasan (Berdasarkan Program UMI)

Simulasi UMI (Urban Modelling Interface) menunjukkan bahwa kawasan 2

memiliki nilai site FAR sebesar 0,50 dari luasan tanah sebesar 4.490,93 m2,

sehingga dapat disimpulkan kawasan didominasi oleh ruang terbuka sebesar

50% dari luasan total lahan dengan luasan 2.245,46 m2. Total energi yang

dibutuhkan pada setiap bangunan dalam kawasan 2 memiliki nilai yang

berbeda-beda bergantung pada luasan bangunan. Total energi listrik tertinggi

pada bangunan R sebesar 41,22 kWh/m2 dari 64,51 kWh/m

2, terjadi penurunan

sebesar 23,29 kWh/m2. Angka ini menunjukkan bahwa penggunaan energi

dapat diminimalkan dengan pengubahan massa bangunan dan jenis material

yang digunakan, semakin kecil bangunan jumlah energi yang terpakai semakin

sedikit dan sekaligus terlihat pada perubahan warna pada simulasi UMI

(semakin menuju biru warna bangunan, energi yang digunakan semakin

sedikit), sedangkan Mobility dalam kawasan dapat semakin ditingkatkan

dengan mempermudah akses menuju bangunan dan pengubahan fungsi

bangunan.

B. REKOMENDASI

Hasil kesimpulan dari penelitian ini bahwa tatanan ruang yang baik dapat

menciptakan iklim mikro kawasan yang baik juga. Melalui pengaturan vegetasi,

bangunan dan material dapat menciptakan kenyamanan termal yang baik, begitu

pula dengan penggunaan energi dan mobility, pengaturan pada bangunan

berpengaruh pada besarnya energi dan kemudahan akses dalam kawasan. Hal

yang perlu diketahui dalam menciptakan iklim mikro yang baik dalam kawasan

Njeron Beteng adalah:

1. Vegetasi

Menggunakan vegetasi yang dapat menghalangi paparan sinar matahari langsung

sehingga dapat meminimalisir panasnya permukaan yaitu vegetasi pohon besar

Page 4: VI. PENUTUP - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88541/potongan/S2-2015...yang digunakan, semakin kecil bangunan jumlah energi yang terpakai semakin sedikit

100

dan sedang dengan tinggi 9 - 12 m atau lebih berjajuk rindang dan lebar (bentuk

merunduk atau menyebar) pada halaman bangunan dan ruang terbuka/lahan

kosong , pohon kecil dengan ketinggian maksimal 4,5 – 6 m pada koridor jalan

utama dengan tajuk pohon rindang. Selain pohon jenis vegetasi lain berupa semak

dan vegetasi penutup/rumput pada halaman bangunan.

2. Bangunan

Dalam pembangunan keseluruhan bangunan memiliki tinggi maksimum 1

lantai/4-5 m sesuai dengan peraturan dan mengurangi massa bangunan yang besar

karena semakin besar bangunan membutuhkan energi yang besar serta

berkontribusi dalam mengakibatkan kenyamanan termal kawasan berkurang.

Menata bangunan dalam kawasan dengan adanya celah angin di antara bangunan

sehingga pergerakan udara dalam kawasan dapat lancar. setback yang besar dan

bentuk bangunan yang kecil dan ramping agar dapat nyaman secara termal

sekaligus menghemat penggunaan energi pada bangunan.

3. Material

Menggunakan material dengan daya refleksi panas matahari (albedo) minimum

0,3 misalnya rumput (0,25-0,30), brick/stone (0,20-0,40), white paint (0,50-0,90)

dan highly reflective roof (0,60-0,70).

4. Ruang Terbuka Hijau

Adanya ruang terbuka hijau minimal 20% dari luas lahan total.

Rekomendasi dalam bentuk tatanan bangunan, vegetasi dan material dilakukan

pada tiga kawasan yang telah dioptimasi kenyamanan termalnya dengan program

ENVIMET 3.1 (kawasan 2, 4, dan 6) dan keberlanjutan kawasan dengan program

UMI (kawasan 2). Pola tatanan dari ketiga titik kawasan ini akan dijadikan acuan

dalam menata kawasan Njeron Beteng. Berikut adalah rekomendasi untuk ketiga

titik kawasan tersebut:

Page 5: VI. PENUTUP - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88541/potongan/S2-2015...yang digunakan, semakin kecil bangunan jumlah energi yang terpakai semakin sedikit

REKOMENDASI KAWASAN 2

Jenis vegetasi pada titik ini berupa pohon, semak/perdu dan rumput.

Jenis vegetasinya berupa pohon jambu, pohon pisang.

Bangunan hunian 1 lantai

dengan ketinggian 4-5 m

Bangunan hunian 2 lantai

dengan ketinggian 7-8 m

Gang

Jalan

utama

Material pada perkerasan berupa material conblock pada jalur sirkulasi

hunian sedangkan pada jalan utama berupa aspal dan conblock.

Vegetasi pada kawasan diperbanyak, terutama pada

area yang panas dengan vegetasi peneduh dengan

ketinggian sedang (4,5 – 6 m).

Bangunan hunian 1 lantai

dengan ketinggian 4-5 m

Menggunakan material dengan daya refleksi panas

matahari (albedo) minimum 0,3 yaitu rumput

dengan nilai albedo 0,25-0,30.

Pemakaian energi yang cukup besar diatasi dengan desain bangunan yang

memaksimalkan pencahayaan alami dan udara dapat masuk dengan

maksimal atau dengan mengeciilkan massa bangunan.

Menata bangunan dan

menambahkan celah angin

antar bangunan

Menambahkan vegetasi peneduh di sepanjang

pedestrian dengan ketinggian sedang.

A

B

C

Penanaman pohon dengan ketinggian

tinggi/pohon besar pada lahan kosong dengan

model bergerombol. Selain itu memanfaatkan

ruang terbuka sebagai ruang terbuka publik dan

ruang terbuka hijau yang dapat memperbaiki

iklim mikro kawasan.

Memperbanyak ruang

terbuka hijau pada halaman

rumah warga dan

menanam vegetasi pohon

pada halaman rumah warga

dengan minimal 1 pohon.

Menggunakan pagar dari

vegetasi semak sebagai

pembatas antara halaman

rumah warga dan jalur

pedestrian.. Memperlebar

setback bangunan minimal

6 meter.

A B

keyplan

Foto Eksisting

BEFORE (Eksisting) AFTER (Modifikasi)

Bangunan & halaman

bangunan

-Celah angin dengan jarak antar bangunan minimal sejauh 4 m dihitung dari

dinding.

-Material dengan daya refleksi panas matahari (albedo) minimum 0,3 misalnya

rumput (0,25-0,30), brick/stone 0,20-0,40, white paint (0,50-0,90) dan highly

reflective roof (0,60-0,70).

-Memperlebar setback bangunan dengan minimal 6 m.

-Pohon kecil dengan ketinggian maksimal 4,5 – 6 m pada koridor jalan utama

dengan tajuk pohon rindang dengan ketinggian 9-12 m.

Jalan

pedestrian

pedestrian

Bangunan & halaman

bangunan

Vegetasi sebagai estetika dan peneduh sekaligus

sebagai barier

KAWASAN 2

Kawasan 2 memiliki fungsi hunian dengan tinggi bangunan didominasi

1 lantai (4 - 5 m) dan ketinggian maksimal 2 lantai (8-9 m). Material

yang digunakan adalah material aspal pada perkerasan jalan.

Karakteristik vegetasi eksisting antara lain berupa pohon, semak dan

perdu. Vegetasi pohon berupa pohon dengan ketinggian sedang <10 m

dan pohon rendah <5 m.

Penanaman pohon dengan ketinggian sedang

pada bagian tepi jalan sebagai barier untuk

pejalan kaki. Tajuk pohon memiliki efek

pembayangan dibawahnya sehingga radiasi

matahari tidak sampai ke permukaan. Selain itu

vegetasi memiliki tingkat evapotranspirasi yang

tinggi dan efektif dalam menyerap radiasi

matahari untuk proses fisiologis.

101

Potongan

C

D

Vegetasi semak sebagai barier antara

halaman bangunan dan jalur pedestrian.

D

Page 6: VI. PENUTUP - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88541/potongan/S2-2015...yang digunakan, semakin kecil bangunan jumlah energi yang terpakai semakin sedikit

REKOMENDASI KAWASAN 4

Bangunan Kraton

Bangunan tidak

memiliki batas persil

yang jelas dan

cenderung berdempetan.

Rumah

warga

Ruang

terbuka hijau

Material pada perkerasan berupa material conblock dan

paving pada jalur sirkulasi pejalan kaki dan material

aspal pada jalur kendaraan.

Jenis vegetasi pada titik ini

berupa pohon, semak/

perdu dan rumput. Jenis

vegetasinya berupa pohon

mangga, asam.

Jalan utama

Menambahkan vegetasi peneduh di

sepanjang pedestrian

Menata bangunan dan menambah lubang

angin degan celah di antara bangunan

sehingga dapat melancarkan pergerakan

angin.

Menambahkan

vegetasi

peneduh pada

area terbuka

bangunan, serta

ground cover

dalam kawasan

menjadi

rumput.

Menambahkan vegetasi peneduh di

sepanjang pedestrian dengan ketinggian

sedang dengan ditanam secara berbaris dan

jarak tanaman tidak rapat.

A B

Menambahkan vegetasi peneduh pada ruang terbuka (pedestrian Alun-Alun Selatan ), ground cover rumput

dengan albedo 0,25-0,30 . Selain menambahkan vegetasi peneduh dan area hijau pada ruang terbuka untuk

menurunkan suhu kawasan, juga memanfaatkan ruang terbuka menjadi area bermain anak-anak, dan tempat

bersosialisasi.

keyplan

A

B

C D

C

D

Menambahkan vegetasi peneduh pada

ruang terbuka dengan bentuk tajuk

melebar dan tajuk vegetasi lebat

(pedestrian Alun-Alun Selatan), ground

cover rumput dengan albedo 0,25-0,30 .

Pada area ini selain berfungsi dalam

menurunkan suhu kawasan, juga

ditambahkan shelter dengan atap

vegetasi yag difungsikan untuk tempat

berjualan pedagang-pedagang sepanjang

jalan sekeliling Alun-Alun selatan dan

memanfaatkan ruang terbuka sebagai

tempat bersosialisasi.

Foto Eksisting

Pergola sebagai peneduh

yang digunakan sebagai

tempat berjualan

sekaligus memperbaiki

kondisi termal.

BEFORE (Eksisting) AFTER (Modifikasi)

-Celah angin dengan jarak antar bangunan minimal sejauh 4 m dihitung dari dinding bangunan.

-Material dengan daya refleksi panas matahari (albedo) minimum 0,3 misalnya rumput (0,25-

0,30), brick/stone (0,20-0,40), white paint (0,50-0,90) dan highly reflective roof (0,60-0,70).

-Pohon kecil dengan ketinggian maksimal 4,5 – 6 m pada koridor jalan utama dengan tajuk pohon

rindang dengan ketinggian 9-12 m.

-Model bangunan dengan model arsitektur Jawa dibagi menjadi 2 tipe:

-Tipe 1 merupakan tipe bangunan berbentuk Joglo, berdenah persegi dengan 4 soko guru

yang menyangga atap dan ditutup dengan genteng serta ke empat sisi bangunan tertutup.

-Tipe 2 bangunan sederhana beratap kampung dan berjenis “Kotangan” yang tidak

dilengkapi dengan pendopo.

KAWASAN 4

Kawasan 4 adalah Alun-Alun Selatan yang merupakan ruang terbuka

yang pada bagian tengahnya ruang terbuka hijau dengan dua pohon

pada bagian tengahnya. Sedangkan sekelilingnya dilingkupi beberapa

pohon dan perkerasan berupa aspal dan conblock.

102

Pedestrian Alun-

Alun Selatan

Jalan

Pedestrian Alun-

Alun Selatan

Permkiman

penduduk

Vegetasi peneduh

bertajk lebar dengan

ketinggian 9-12 m.

Potongan

Page 7: VI. PENUTUP - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88541/potongan/S2-2015...yang digunakan, semakin kecil bangunan jumlah energi yang terpakai semakin sedikit

REKOMENDASI KAWASAN 6 BEFORE (Eksisting) AFTER (Modifikasi)

Persebaran

vegetasi tidak

merata

Bangunan hunian 1 lantai

dengan ketinggian 4-5 m

Bangunan hunian 1

lantai dengan

ketinggian 4-5 m

Jenis vegetasi pada titik ini berupa pohon,

semak/perdu dan rumput. Jenis vegetasinya

berupa pohon mangga, pisang dan tanjung.

Pengaturan bangunan dalam kawasan, dan memperjelas persil dalam kawasan

sehingga jarak antar bangunan tidak berdempetan dan terdapat celah angin

dalam kawasan agar pergerakan udara dalam kawasan lancar.

Memperbanyak area

hijau

Mengecilkan bentuk massa bangunan, karena

bentuk massa bangunan yang besar dapat

mengurangi kenyamanan termal kawasan dan

jumlah energi yang terpakai lebih besar.

Menambahkan vegetasi

peneduh pada jalan utama

dan halaman bangunan

serta ground cover dalam

kawasan menjadi rumput.

Penanaman pohon dengan ketinggian tinggi pada lahan kosong. Pada

halaman rumah warga ditanam pohon minimal 1 pohon sehingga dapat

berkontribusi dalam menurunkan suhu kawasan. Pada jalan utama

digunakan vegetasi dengan ketinggian sedang. Memperlebar setback

bangunan sehingga melancarkan pergerakan angin disekitar jalur

pedestrian dan jalan utama. Bayangan dari vegetasi pada bagian depan

fasad bangunan dapat meneduhi fasad bangunan.

D

A

keyplan

A

B C D

Penataan vegetasi tidak hanya pada lahan rumah

warga, tetapi ditambahkan vegetasi rumput pada

atap bangunan/green roof (bangunan hunian),

selain dapat menurunkan suhu karena penyerapan

panas diminimalkan sekaligus menurunkan

penggunaan energi pada setiap bangunan.

Penanaman pohon dengan ketinggian tinggi/pohon

besar pada lahan kosong dengan model

bergerombol. Selain itu memanfaatkan ruang

terbuka sebagai ruang terbuka publik dan ruang

terbuka hijau yang dapat memperbaiki iklim mikro

kawasan.

Mengganti material paving/dengan material

rumput karena rumput memiliki nilai albedo

0,25-0,30. Penataan bangunan dalam kawasan

tidak berdempetan. Memperlebar setback

bangunan dengan jarak minimal 6 m.

A

B C

Foto Eksisting

-Celah angin dengan jarak antar bangunan minimal sejauh 3 m dihitung dari tritisan atap.

-Material dengan daya refleksi panas matahari (albedo) minimum 0,3 misalnya rumput (0,25-

0,30), brick/stone (0,20-0,40), white paint (0,50-0,90) dan highly reflective roof (0,60-0,70).

Semakin tinggi nilai albedo maka sinar matahari yang dipantulkan oleh permukaan semakin

banyak sehingga semakin sedikit energi panas radiasi yang diserap oleh permukaan yang berefek

pada temperatur material tetap rendah.

-Pohon kecil dengan ketinggian maksimal 4,5 – 6 m pada koridor jalan utama dengan tajuk

pohon rindang dengan ketinggian 9-12 m.

KAWASAN 6

Kawasan 6 adalah kawasan permukiman penduduk dengan massa

bangunan yang besar, fungsi bangunan adalah hunian dan

komersial dengan ketinggian 1-2 lantai. Material yang digunakan

adalah material aspal pada perkerasan jalan. Karakteristik vegetasi

eksisting antara lain berupa pohon, semak dan perdu. Vegetasi

pohon berupa pohon dengan ketinggian sedang <10 m dan pohon

besar.

103

Page 8: VI. PENUTUP - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88541/potongan/S2-2015...yang digunakan, semakin kecil bangunan jumlah energi yang terpakai semakin sedikit

104

C. SARAN

Hasil penelitian menyimpulkan tatanan ruang yang baik dapat menciptakan iklim

mikro kawasan yang baik dan dalam penelitian ini dilakukan melalui pengaturan

vegetasi, bangunan dan material sehingga dapat menciptakan kawasan yang

nyaman secara termal dan berkelanjutan. Namun masih terdapat hal yang perlu

dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya dan bagi pemerintah guna mencapai

kondisi kawasan yang lebih optimum yaitu dengan melakukan optimasi melalui

ketiga komponen tersebut secara lebih detail. Rincian dari saran bagi peneliti

selanjutnya dan pemerintah adalah sebagai berikut:

1. Saran penelitian selanjutnya

- Modifikasi pada keseluruhan kawasan yaitu pada bangunan (bentuk dan

tatanan), material dan vegetasi dapat secara detail seperti menggunakan

beberapa material lain yang dapat meningkatkan kenyamanan termal,

perancangan bangunan seperti bentuk atap sesuai dengan kondisi di

lapangan dan menambahkan bukaan-bukaan bangunan.

- Identifikasi keberlanjutan kawasan dengan program UMI dengan

cakupan yang lebih luas misalnya beberapa blok kawasan atau dengan

bantuan simulasi program lain yang dapat mengakaji kebutuhan energi

pada setiap bangunan secara lebih terperinci.

2. Saran kepada pemerintah

- Pemerintah Kota Yogyakarta harus lebih memperhatikan

keinginan/kebutuhan warga dalam kawasan terutama sebagai bahan

masukan dan pertimbangan di dalam pengelolaan kawasan tersebut.

- Pemerintah harus memperhatikan ketersediaan ruang terbuka di dalam

perencanaan kawasan.

Dalam penelitian ini walaupun telah melakukan berbagai hal melalui tahapan-

tahapan optimasi, tetap masih banyak memerlukan pengembangan dan perbaikan

dalam mencapai kawasan yang nyaman secara termal menuju kawasan yang

berkelanjutan, sehingga diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan

hasil penelitian ini.