VI. PENUTUP -...
Transcript of VI. PENUTUP -...
97
VI. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan pada penelitian ini melingkupi kesimpulan kondisi kenyamanan
termal hasil eksisting, kenyamanan termal hasil simulasi optimasi dengan program
ENVIMET 3.1 dan kondisi keberlanjutan kawasan dengan program UMI. Dalam
kondisi kenyamanan termal eksisting akan membahas hasil simulasi dari ke 17
kawasan sedangkan pada bagian kenyamanan termal optimasi akan menjelaskan
hasil dari simulasi pada kawasan yang diredesain dan dibandingkan dengan
kondisi simulasi eksisting. Yang terakhir adalah kondisi keberlanjutan kawasan
yaitu hasil dari simulasi program UMI. Kesimpulan ini akan membantu dalam
menentukan rekomendasi perbaikan kondisi termal pada kawasan Njeron Beteng.
1. Kondisi Kenyamanan Termal Hasil Eksisting
Berdasarkan hasil-hasil yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa kondisi kenyamanan termal pada kawasan Njeron Beteng
pada 17 titik berdasarkan hasil dari program CBE Thermal Comfort dengan
standar ASHRAE – 55 – 2013 menunjukkan bahwa kawasan 4, 7 dan 13
termasuk dalam kategori kawasan yang paling tidak nyaman. Sedangkan
kawasan 1, 14, 15, dan 17 termasuk dalam kawasan yang nyaman, kawasan 2,
3, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12 dan 16 termasuk dalam kawasan tidak nyaman. Kondisi
kawasan yang tidak nyaman tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
- Kurangnya vegetasi yang menaugi permukaan kawasan dari paparan sinar
matahari langsung (pada kawasan 2 dan 6 hanya terdapat beberapa
vegetasi berupa pohon, semak, dan perdu pada salah satu sisi jalan saja dan
pada kawasan 4, vegetasi hanya terdapat di pedestrian sekeliling Alun-
Alun Selatan dan tidak merata serta tidak banyak pohon peneduh).
- Penggunaan material yang di dominasi oleh hard material (aspal dan
conblock) yang dapat meningkatkan suhu udara.
98
- Tatanan bangunan (berdempetan dan tidak memiliki celah angin di antara
bangunan) yang memungkinkan dalam menghambat gerakan udara.
Perbaikan kondisi termal dilakukan dengan acuan penataan pada kondisi
kawasan yang telah nyaman dengan penataan yang tidak menghambat gerakan
udara, penambahan vegetasi dan mengurangi penggunaan material yang dapat
meningkatkan kenaikan temperatur.
2. Kondisi Kenyamanan Termal Simulasi Optimasi
Simulasi optimasi dilakukan pada 3 kawasan yaitu pada kawasan tidak nyaman
(kawasan 2 dan 6), kawasan paling tidak nyaman (kawasan 4). Ketiga kawasan
tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda yaitu berupa ruang jalan
(kawasan 2), ruang terbuka Alun-Alun Selatan (kawasan 4) dan kawasan
perumahan penduduk dengan ketinggian bervariasi 1-2 lantai (kawasan 6).
Keseluruhan berada pada kondisi netral pada model ke 3 optimasi.
- Kondisi kawasan titik 2, penurunan temperatur model 1 sebesar 3,58oC pada
pukul 12.00 (33,08oC menjadi 29,5
oC), model 2 sebesar 2,98
oC pada pukul
12.00 (33,08oC menjadi 29,5
oC), model 3 sebesar 5,06
oC pada pukul 12.00
(33,08oC menjadi 28,02
oC)
- Kondisi kawasan titik 4, penurunan temperatur model 1 sebesar 4,58oC pada
pukul 12.00 (32,00 oC menjadi 27,42
oC), model 2 sebesar 3,1
oC pada pukul
12.00 (32,00 o
C menjadi 28,87 o
C), model 3 sebesar 4,17oC pada pukul
12.00 (32,00 oC menjadi 27,83
oC)
- Kondisi kawasan titik 6, penurunan temperatur model 1 sebesar 4,31oC pada
pukul 12.00 (35,00 o
C menjadi 30,69 o
C), model 2 sebesar 5,17 o
C pada
pukul 12.00 (35,00 o
C menjadi 29,83 o
C), model 3 sebesar 6,3oC pada pukul
12.00 (35,00 oC menjadi 28,70
oC)
Ketiga kawasan tersebut mencapai kondisi yang optimum setelah diredesain
berdasarkan acuan pada kawasan yang nyaman dengan mengunakan model 3
yaitu pengubahan bangunan, penambahan/pergantian vegetasi dan material
sedangkan pada model 1 dan model 2 masih belum sepenuhnya mencapai
kondisi yang nyaman berdasarkan simulasi CBE Thermal Comfort namun
99
terlihat terdapat penurunan suhu dan perubahan kecepatan angin dan
kelembaban dalam kawasan.
3. Kondisi Keberlanjutan Kawasan (Berdasarkan Program UMI)
Simulasi UMI (Urban Modelling Interface) menunjukkan bahwa kawasan 2
memiliki nilai site FAR sebesar 0,50 dari luasan tanah sebesar 4.490,93 m2,
sehingga dapat disimpulkan kawasan didominasi oleh ruang terbuka sebesar
50% dari luasan total lahan dengan luasan 2.245,46 m2. Total energi yang
dibutuhkan pada setiap bangunan dalam kawasan 2 memiliki nilai yang
berbeda-beda bergantung pada luasan bangunan. Total energi listrik tertinggi
pada bangunan R sebesar 41,22 kWh/m2 dari 64,51 kWh/m
2, terjadi penurunan
sebesar 23,29 kWh/m2. Angka ini menunjukkan bahwa penggunaan energi
dapat diminimalkan dengan pengubahan massa bangunan dan jenis material
yang digunakan, semakin kecil bangunan jumlah energi yang terpakai semakin
sedikit dan sekaligus terlihat pada perubahan warna pada simulasi UMI
(semakin menuju biru warna bangunan, energi yang digunakan semakin
sedikit), sedangkan Mobility dalam kawasan dapat semakin ditingkatkan
dengan mempermudah akses menuju bangunan dan pengubahan fungsi
bangunan.
B. REKOMENDASI
Hasil kesimpulan dari penelitian ini bahwa tatanan ruang yang baik dapat
menciptakan iklim mikro kawasan yang baik juga. Melalui pengaturan vegetasi,
bangunan dan material dapat menciptakan kenyamanan termal yang baik, begitu
pula dengan penggunaan energi dan mobility, pengaturan pada bangunan
berpengaruh pada besarnya energi dan kemudahan akses dalam kawasan. Hal
yang perlu diketahui dalam menciptakan iklim mikro yang baik dalam kawasan
Njeron Beteng adalah:
1. Vegetasi
Menggunakan vegetasi yang dapat menghalangi paparan sinar matahari langsung
sehingga dapat meminimalisir panasnya permukaan yaitu vegetasi pohon besar
100
dan sedang dengan tinggi 9 - 12 m atau lebih berjajuk rindang dan lebar (bentuk
merunduk atau menyebar) pada halaman bangunan dan ruang terbuka/lahan
kosong , pohon kecil dengan ketinggian maksimal 4,5 – 6 m pada koridor jalan
utama dengan tajuk pohon rindang. Selain pohon jenis vegetasi lain berupa semak
dan vegetasi penutup/rumput pada halaman bangunan.
2. Bangunan
Dalam pembangunan keseluruhan bangunan memiliki tinggi maksimum 1
lantai/4-5 m sesuai dengan peraturan dan mengurangi massa bangunan yang besar
karena semakin besar bangunan membutuhkan energi yang besar serta
berkontribusi dalam mengakibatkan kenyamanan termal kawasan berkurang.
Menata bangunan dalam kawasan dengan adanya celah angin di antara bangunan
sehingga pergerakan udara dalam kawasan dapat lancar. setback yang besar dan
bentuk bangunan yang kecil dan ramping agar dapat nyaman secara termal
sekaligus menghemat penggunaan energi pada bangunan.
3. Material
Menggunakan material dengan daya refleksi panas matahari (albedo) minimum
0,3 misalnya rumput (0,25-0,30), brick/stone (0,20-0,40), white paint (0,50-0,90)
dan highly reflective roof (0,60-0,70).
4. Ruang Terbuka Hijau
Adanya ruang terbuka hijau minimal 20% dari luas lahan total.
Rekomendasi dalam bentuk tatanan bangunan, vegetasi dan material dilakukan
pada tiga kawasan yang telah dioptimasi kenyamanan termalnya dengan program
ENVIMET 3.1 (kawasan 2, 4, dan 6) dan keberlanjutan kawasan dengan program
UMI (kawasan 2). Pola tatanan dari ketiga titik kawasan ini akan dijadikan acuan
dalam menata kawasan Njeron Beteng. Berikut adalah rekomendasi untuk ketiga
titik kawasan tersebut:
REKOMENDASI KAWASAN 2
Jenis vegetasi pada titik ini berupa pohon, semak/perdu dan rumput.
Jenis vegetasinya berupa pohon jambu, pohon pisang.
Bangunan hunian 1 lantai
dengan ketinggian 4-5 m
Bangunan hunian 2 lantai
dengan ketinggian 7-8 m
Gang
Jalan
utama
Material pada perkerasan berupa material conblock pada jalur sirkulasi
hunian sedangkan pada jalan utama berupa aspal dan conblock.
Vegetasi pada kawasan diperbanyak, terutama pada
area yang panas dengan vegetasi peneduh dengan
ketinggian sedang (4,5 – 6 m).
Bangunan hunian 1 lantai
dengan ketinggian 4-5 m
Menggunakan material dengan daya refleksi panas
matahari (albedo) minimum 0,3 yaitu rumput
dengan nilai albedo 0,25-0,30.
Pemakaian energi yang cukup besar diatasi dengan desain bangunan yang
memaksimalkan pencahayaan alami dan udara dapat masuk dengan
maksimal atau dengan mengeciilkan massa bangunan.
Menata bangunan dan
menambahkan celah angin
antar bangunan
Menambahkan vegetasi peneduh di sepanjang
pedestrian dengan ketinggian sedang.
A
B
C
Penanaman pohon dengan ketinggian
tinggi/pohon besar pada lahan kosong dengan
model bergerombol. Selain itu memanfaatkan
ruang terbuka sebagai ruang terbuka publik dan
ruang terbuka hijau yang dapat memperbaiki
iklim mikro kawasan.
Memperbanyak ruang
terbuka hijau pada halaman
rumah warga dan
menanam vegetasi pohon
pada halaman rumah warga
dengan minimal 1 pohon.
Menggunakan pagar dari
vegetasi semak sebagai
pembatas antara halaman
rumah warga dan jalur
pedestrian.. Memperlebar
setback bangunan minimal
6 meter.
A B
keyplan
Foto Eksisting
BEFORE (Eksisting) AFTER (Modifikasi)
Bangunan & halaman
bangunan
-Celah angin dengan jarak antar bangunan minimal sejauh 4 m dihitung dari
dinding.
-Material dengan daya refleksi panas matahari (albedo) minimum 0,3 misalnya
rumput (0,25-0,30), brick/stone 0,20-0,40, white paint (0,50-0,90) dan highly
reflective roof (0,60-0,70).
-Memperlebar setback bangunan dengan minimal 6 m.
-Pohon kecil dengan ketinggian maksimal 4,5 – 6 m pada koridor jalan utama
dengan tajuk pohon rindang dengan ketinggian 9-12 m.
Jalan
pedestrian
pedestrian
Bangunan & halaman
bangunan
Vegetasi sebagai estetika dan peneduh sekaligus
sebagai barier
KAWASAN 2
Kawasan 2 memiliki fungsi hunian dengan tinggi bangunan didominasi
1 lantai (4 - 5 m) dan ketinggian maksimal 2 lantai (8-9 m). Material
yang digunakan adalah material aspal pada perkerasan jalan.
Karakteristik vegetasi eksisting antara lain berupa pohon, semak dan
perdu. Vegetasi pohon berupa pohon dengan ketinggian sedang <10 m
dan pohon rendah <5 m.
Penanaman pohon dengan ketinggian sedang
pada bagian tepi jalan sebagai barier untuk
pejalan kaki. Tajuk pohon memiliki efek
pembayangan dibawahnya sehingga radiasi
matahari tidak sampai ke permukaan. Selain itu
vegetasi memiliki tingkat evapotranspirasi yang
tinggi dan efektif dalam menyerap radiasi
matahari untuk proses fisiologis.
101
Potongan
C
D
Vegetasi semak sebagai barier antara
halaman bangunan dan jalur pedestrian.
D
REKOMENDASI KAWASAN 4
Bangunan Kraton
Bangunan tidak
memiliki batas persil
yang jelas dan
cenderung berdempetan.
Rumah
warga
Ruang
terbuka hijau
Material pada perkerasan berupa material conblock dan
paving pada jalur sirkulasi pejalan kaki dan material
aspal pada jalur kendaraan.
Jenis vegetasi pada titik ini
berupa pohon, semak/
perdu dan rumput. Jenis
vegetasinya berupa pohon
mangga, asam.
Jalan utama
Menambahkan vegetasi peneduh di
sepanjang pedestrian
Menata bangunan dan menambah lubang
angin degan celah di antara bangunan
sehingga dapat melancarkan pergerakan
angin.
Menambahkan
vegetasi
peneduh pada
area terbuka
bangunan, serta
ground cover
dalam kawasan
menjadi
rumput.
Menambahkan vegetasi peneduh di
sepanjang pedestrian dengan ketinggian
sedang dengan ditanam secara berbaris dan
jarak tanaman tidak rapat.
A B
Menambahkan vegetasi peneduh pada ruang terbuka (pedestrian Alun-Alun Selatan ), ground cover rumput
dengan albedo 0,25-0,30 . Selain menambahkan vegetasi peneduh dan area hijau pada ruang terbuka untuk
menurunkan suhu kawasan, juga memanfaatkan ruang terbuka menjadi area bermain anak-anak, dan tempat
bersosialisasi.
keyplan
A
B
C D
C
D
Menambahkan vegetasi peneduh pada
ruang terbuka dengan bentuk tajuk
melebar dan tajuk vegetasi lebat
(pedestrian Alun-Alun Selatan), ground
cover rumput dengan albedo 0,25-0,30 .
Pada area ini selain berfungsi dalam
menurunkan suhu kawasan, juga
ditambahkan shelter dengan atap
vegetasi yag difungsikan untuk tempat
berjualan pedagang-pedagang sepanjang
jalan sekeliling Alun-Alun selatan dan
memanfaatkan ruang terbuka sebagai
tempat bersosialisasi.
Foto Eksisting
Pergola sebagai peneduh
yang digunakan sebagai
tempat berjualan
sekaligus memperbaiki
kondisi termal.
BEFORE (Eksisting) AFTER (Modifikasi)
-Celah angin dengan jarak antar bangunan minimal sejauh 4 m dihitung dari dinding bangunan.
-Material dengan daya refleksi panas matahari (albedo) minimum 0,3 misalnya rumput (0,25-
0,30), brick/stone (0,20-0,40), white paint (0,50-0,90) dan highly reflective roof (0,60-0,70).
-Pohon kecil dengan ketinggian maksimal 4,5 – 6 m pada koridor jalan utama dengan tajuk pohon
rindang dengan ketinggian 9-12 m.
-Model bangunan dengan model arsitektur Jawa dibagi menjadi 2 tipe:
-Tipe 1 merupakan tipe bangunan berbentuk Joglo, berdenah persegi dengan 4 soko guru
yang menyangga atap dan ditutup dengan genteng serta ke empat sisi bangunan tertutup.
-Tipe 2 bangunan sederhana beratap kampung dan berjenis “Kotangan” yang tidak
dilengkapi dengan pendopo.
KAWASAN 4
Kawasan 4 adalah Alun-Alun Selatan yang merupakan ruang terbuka
yang pada bagian tengahnya ruang terbuka hijau dengan dua pohon
pada bagian tengahnya. Sedangkan sekelilingnya dilingkupi beberapa
pohon dan perkerasan berupa aspal dan conblock.
102
Pedestrian Alun-
Alun Selatan
Jalan
Pedestrian Alun-
Alun Selatan
Permkiman
penduduk
Vegetasi peneduh
bertajk lebar dengan
ketinggian 9-12 m.
Potongan
REKOMENDASI KAWASAN 6 BEFORE (Eksisting) AFTER (Modifikasi)
Persebaran
vegetasi tidak
merata
Bangunan hunian 1 lantai
dengan ketinggian 4-5 m
Bangunan hunian 1
lantai dengan
ketinggian 4-5 m
Jenis vegetasi pada titik ini berupa pohon,
semak/perdu dan rumput. Jenis vegetasinya
berupa pohon mangga, pisang dan tanjung.
Pengaturan bangunan dalam kawasan, dan memperjelas persil dalam kawasan
sehingga jarak antar bangunan tidak berdempetan dan terdapat celah angin
dalam kawasan agar pergerakan udara dalam kawasan lancar.
Memperbanyak area
hijau
Mengecilkan bentuk massa bangunan, karena
bentuk massa bangunan yang besar dapat
mengurangi kenyamanan termal kawasan dan
jumlah energi yang terpakai lebih besar.
Menambahkan vegetasi
peneduh pada jalan utama
dan halaman bangunan
serta ground cover dalam
kawasan menjadi rumput.
Penanaman pohon dengan ketinggian tinggi pada lahan kosong. Pada
halaman rumah warga ditanam pohon minimal 1 pohon sehingga dapat
berkontribusi dalam menurunkan suhu kawasan. Pada jalan utama
digunakan vegetasi dengan ketinggian sedang. Memperlebar setback
bangunan sehingga melancarkan pergerakan angin disekitar jalur
pedestrian dan jalan utama. Bayangan dari vegetasi pada bagian depan
fasad bangunan dapat meneduhi fasad bangunan.
D
A
keyplan
A
B C D
Penataan vegetasi tidak hanya pada lahan rumah
warga, tetapi ditambahkan vegetasi rumput pada
atap bangunan/green roof (bangunan hunian),
selain dapat menurunkan suhu karena penyerapan
panas diminimalkan sekaligus menurunkan
penggunaan energi pada setiap bangunan.
Penanaman pohon dengan ketinggian tinggi/pohon
besar pada lahan kosong dengan model
bergerombol. Selain itu memanfaatkan ruang
terbuka sebagai ruang terbuka publik dan ruang
terbuka hijau yang dapat memperbaiki iklim mikro
kawasan.
Mengganti material paving/dengan material
rumput karena rumput memiliki nilai albedo
0,25-0,30. Penataan bangunan dalam kawasan
tidak berdempetan. Memperlebar setback
bangunan dengan jarak minimal 6 m.
A
B C
Foto Eksisting
-Celah angin dengan jarak antar bangunan minimal sejauh 3 m dihitung dari tritisan atap.
-Material dengan daya refleksi panas matahari (albedo) minimum 0,3 misalnya rumput (0,25-
0,30), brick/stone (0,20-0,40), white paint (0,50-0,90) dan highly reflective roof (0,60-0,70).
Semakin tinggi nilai albedo maka sinar matahari yang dipantulkan oleh permukaan semakin
banyak sehingga semakin sedikit energi panas radiasi yang diserap oleh permukaan yang berefek
pada temperatur material tetap rendah.
-Pohon kecil dengan ketinggian maksimal 4,5 – 6 m pada koridor jalan utama dengan tajuk
pohon rindang dengan ketinggian 9-12 m.
KAWASAN 6
Kawasan 6 adalah kawasan permukiman penduduk dengan massa
bangunan yang besar, fungsi bangunan adalah hunian dan
komersial dengan ketinggian 1-2 lantai. Material yang digunakan
adalah material aspal pada perkerasan jalan. Karakteristik vegetasi
eksisting antara lain berupa pohon, semak dan perdu. Vegetasi
pohon berupa pohon dengan ketinggian sedang <10 m dan pohon
besar.
103
104
C. SARAN
Hasil penelitian menyimpulkan tatanan ruang yang baik dapat menciptakan iklim
mikro kawasan yang baik dan dalam penelitian ini dilakukan melalui pengaturan
vegetasi, bangunan dan material sehingga dapat menciptakan kawasan yang
nyaman secara termal dan berkelanjutan. Namun masih terdapat hal yang perlu
dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya dan bagi pemerintah guna mencapai
kondisi kawasan yang lebih optimum yaitu dengan melakukan optimasi melalui
ketiga komponen tersebut secara lebih detail. Rincian dari saran bagi peneliti
selanjutnya dan pemerintah adalah sebagai berikut:
1. Saran penelitian selanjutnya
- Modifikasi pada keseluruhan kawasan yaitu pada bangunan (bentuk dan
tatanan), material dan vegetasi dapat secara detail seperti menggunakan
beberapa material lain yang dapat meningkatkan kenyamanan termal,
perancangan bangunan seperti bentuk atap sesuai dengan kondisi di
lapangan dan menambahkan bukaan-bukaan bangunan.
- Identifikasi keberlanjutan kawasan dengan program UMI dengan
cakupan yang lebih luas misalnya beberapa blok kawasan atau dengan
bantuan simulasi program lain yang dapat mengakaji kebutuhan energi
pada setiap bangunan secara lebih terperinci.
2. Saran kepada pemerintah
- Pemerintah Kota Yogyakarta harus lebih memperhatikan
keinginan/kebutuhan warga dalam kawasan terutama sebagai bahan
masukan dan pertimbangan di dalam pengelolaan kawasan tersebut.
- Pemerintah harus memperhatikan ketersediaan ruang terbuka di dalam
perencanaan kawasan.
Dalam penelitian ini walaupun telah melakukan berbagai hal melalui tahapan-
tahapan optimasi, tetap masih banyak memerlukan pengembangan dan perbaikan
dalam mencapai kawasan yang nyaman secara termal menuju kawasan yang
berkelanjutan, sehingga diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan
hasil penelitian ini.