Verdy Pkm Gt Sukses Pimnas 2013 Mataram Amin

22
i PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA IMPLEMENTASI KANOPI BERSISTEM GO GREEN PADA AREA TRAFFIC LIGHT UNTUK MEMINIMALISASI KECELAKAAN DAN MENCIPTAKAN RUANG TERBUKA HIJAU ALTERNATIF BIDANG KEGIATAN : PKM-GT DIUSULKAN OLEH: VERDY FIRMANTORO 125120201111023 / ANGKATAN 2012 GAWAN SRENGENGE 125120300111017 / ANGKATAN 2012 MUHAMMAD FADLULLAH 125120401111029 / ANGKATAN 2012 IMAS NURWANTI 105040213111049 / ANGKATAN 2010 TRI ANGGA P. RUSDIONO 115060101111025 / ANGKATAN 2011 UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

description

Salag satu Program Kreativas Mahsiswa yang berhasil lolos pimnas

Transcript of Verdy Pkm Gt Sukses Pimnas 2013 Mataram Amin

  • i

    PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

    IMPLEMENTASI KANOPI BERSISTEM GO GREEN PADA AREA

    TRAFFIC LIGHT UNTUK MEMINIMALISASI KECELAKAAN DAN

    MENCIPTAKAN RUANG TERBUKA HIJAU ALTERNATIF

    BIDANG KEGIATAN :

    PKM-GT

    DIUSULKAN OLEH:

    VERDY FIRMANTORO 125120201111023 / ANGKATAN 2012

    GAWAN SRENGENGE 125120300111017 / ANGKATAN 2012

    MUHAMMAD FADLULLAH 125120401111029 / ANGKATAN 2012

    IMAS NURWANTI 105040213111049 / ANGKATAN 2010

    TRI ANGGA P. RUSDIONO 115060101111025 / ANGKATAN 2011

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2013

  • ii

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT kerena atas rahmat dan

    karunia-Nya, karya tulis ilmiah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tidak lupa

    sholawat serta salam tetap kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

    menjadi suri tauladan kami dari zaman jahiliyyah menuju Islam yang membawa

    cahaya penerang.

    Sehubungan dengan banyaknya kasus kecelakaan di area traffic light dan

    minimnya ruang terbuka hijau (RTH) , maka penulis termotivasi untuk merangkai

    sebuah konsep yang tepat dan solutif untuk mengatasi permasalahan tersebut yang

    kemudian dituangkan ke dalam karya tulis yang berjudul Implementasi Kanopi Bersistem Go Green pada Area Traffic Light untuk Meminimalisasi Kecelakaan

    dan Menciptakan Ruang Terbuka Hijau Alternatif. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

    membantu dalam menyelesaikan tulisan ini, diantaranya:

    1. Akh. Muwafik Saleh, S.Sos, M.Si selaku pembantu dekan bidang kemahasiswaan

    2. Eka Maulana, ST, MT, M.Eng. selaku dosen pembimbing 3. Para kakak pendamping dari Badan Riset Ilmu Sosial FISIP UB

    Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan,

    oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif akan selalu penulis

    harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini di masa yang akan datang.

    Kami berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

    sebagai sumber pengetahuan baru maupun sebagai landasan penelitian

    selanjutnya.

    Malang, 20 Maret 2013

    Penulis

  • iv

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul ................................................................................................... i

    Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii

    Kata Pengantar ................................................................................................... iii

    Daftar Isi ............................................................................................................. iv

    Daftar Gambar ................................................................................................... v

    Daftar Tabel ........................................................................................................ vi

    Ringkasan ............................................................................................................ vii

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang ......................................................................................... 1

    Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................................................. 3

    GAGASAN

    Keadaan Lalu Lintas di Indonesia ............................................................ 4

    Solusi yang Pernah Ditwawarkan ............................................................ 5

    Penerapan Kanopi Bersistem Go green pada Area Traffic Light .............. 6

    Pihak-Pihak dalam Pelaksanaan Konsep Kanopi Bersistem Go Green

    pada Area Traffic Light ............................................................................ 9

    Tahapan Teknis Pelaksanaan Program ..................................................... 10

    Kondisi yang Diharapkan Setelah Adanya Implementasi Kanopi

    Bersistem Go Green pada Area Traffic Light .......................................... 11

    KESIMPULAN ................................................................................................... 12

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... 13

  • v

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Perkembangan Mobil dan Sepeda Motor di Indonesia tahun 2007-

    2011 ..................................................................................................................... 1

    Gambar 2. Koban Mati, Luka Berat, dan Luka Ringan Akibat Kecelakaan Lalu-

    Lintas Tahun 2007-2011 ...................................................................................... 2

    Gambar 3. Model Kanopi Go Green Tampak Depan .......................................... 6

    Gambar 4. Tiang Besi Hollow .............................................................................. 7

    Gambar 5. Kawat Harmonika .............................................................................. 7

    Gambar 6. Desain Kanopi Tampak Dalam .......................................................... 7

    Gambar 7. Jarak Tiang Penyangga ....................................................................... 7

  • vi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Biaya Bahan Kanopi ................................................................................ 9

  • vii

    RINGKASAN

    Implementasi Kanopi Bersistem Go Green pada Area Traffic Light untuk

    Meminimalisir Kecelakaan dan Menciptakan Ruang Terbuka Hijau Alternatif

    Disusun oleh: Verdy Firmantoro, dkk

    Kondisi lalu lintas di Indonesia memiliki tingkat kecelakaan yang

    tergolong tinggi termasuk di area traffic light. Hal ini dikarenakan psikologi

    pengendara yang cenderung kurang sabar menunggu lampu merah sehingga

    memilih untuk menerobos. Di samping itu, meningkatannya volume kendaraan

    yang cukup signifikan menyebabkan tingkat kecelakaan semakin tinggi.

    Kecelakaan yang terjadi setiap tahunnya meningkat. Pada tahun 2011, korban luka

    ringan mencapai 108.945 jiwa. Sementara 35.285 jiwa korban luka berat dan

    korban mati menyentuh angka 31.195 jiwa (Kantor Kepolisian Republik

    Indonesia, 2012).

    Di sisi lain Indonesia memiliki permasalahan ketersediaan Ruang Terbuka

    Hijau (RTH). Akibatnya polusi-polusi yang ditimbulkan oleh emisi gas buang

    kendaraan bermotor semakin meningkat. Oleh karena itu, Implementasi Kanopi

    Bersistem Go Green pada Area Traffic Light yang direkomendasikan penulis

    sebagai solusi untuk mereduksi kedua permasalahan di atas. Harapannya tingkat

    kecelakaan terminimalisir dan tersedianya RTH alternatif di kota besar.

    Jenis metode penulisan bersifat deskriptif analitis dengan fokus penulisan

    konsep kanopi bersistem go green di area traffic light untuk meminimalisir

    kecelakaan dan menciptakan RTH. Teknik pengumpulan data adalah dengan

    melakukan studi pustaka dan penelusuran informasi. Untuk proses pengumpulan

    data, dilakukan dengan langkah-langkah perumusan masalah, dan penentuan

    ruang lingkup permasalahan

    Kesimpulan yang dapat diambil yaitu Implementasi Kanopi Bersistem Go

    Green dapat dijadikan sebagai solusi untuk meminimalisir kecelakaan dan

    menciptakan ruang terbuka hijau alternatif. Dalam hal ini, aktor yang terlibat

    dalam pengimplementasian diantaranya pemerintah, swasta, masyarakat, dan

    individu. Sinkronisasi keempat aktor ini membentuk sebuah sistem yang saling

    berkaitan satu dengan yang lainnya. Solusi ini sekaligus untuk menyukseskan

    poin ketujuh MDGs (Millenium Development Goals) di Indonesia.

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara berkembang yang mempunyai populasi

    penduduk yang sangat padat. Kebutuhan sebagian besar masyarakat Indonesia

    yaitu mobilitas geografis. Kebutuhan tersebut menuntut masyarakat untuk

    menggunakan kendaraan bermotor guna memudahkan mobilitas mereka.

    Akibatnya Indonesia memiliki kuantitas kendaraan bermotor yang sangat tinggi.

    Sepeda motor dan mobil penumpang adalah kendaraan bermotor favorit

    masyarakat.

    Gambar 1. Perkembangan Mobil dan Sepeda Motor di Indonesia tahun 2007-2011 Sumber : Kantor Kepolisian Republik Indonesia, 2012

    Dari data di atas diketahui bahwa volume kendaraan mengalami

    peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 angka tersebut mencapai angka

    tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 68 juta unit sepeda motor dan 9,6 juta

    unit mobil penumpang. Faktor peningkatan tersebut disebabkan oleh beberapa

    faktor, antara lain: masyarakat yang mengalami peningkatan tingkat ekonomi,

    kemudahan kredit dan rendahnya suku bunga untuk pembelian kendaraan

    bermotor, menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat, masih rendahnya kualitas

    transportasi publik, dan kurangnya kebijakan yang berorientasi pada kontrol

    populasi kendaraan. Kepadatan jumlah kendaraan bermotor tersebut juga

    berpengaruh pada angka kecelakaan lalu lintas yang tinggi. Jumlah kecelakaan

    lalu lintas dari tahun ke tahun terus meningkat. Didapatkan jumlah kecelakaan

    62.960 kejadian pada tahun 2009, 66.488 kejadian pada tahun 2010, dan 108.696

    kejadian pada tahun 2011 (Kantor Kepolisian Republik Indonesia, 2012).

    Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian nomor tiga di

    Indonesia. Setiap tahunnya diperkirakan 30.000 orang meninggal di jalan raya,

    dan hampir 60% dari kendaraan yang terlibat kecelakaan adalah sepeda motor

    (Korlantas Polri,2012). Hal ini juga akan berakibat buruk terhadap perekonomian

  • 2

    Indonesia karena setiap kecelakaan lalu lintas mengakibatkan kerugian materi.

    Kerugian materi setiap tahunnya juga meningkat. Pada tahun 2009 kerugian

    materi ditaksir 136 miliar rupiah, 158 miliar rupiah pada tahun 2010, dan 217

    miliar rupiah pada tahun 2011 (Kantor Kepolisian Republik Indonesia, 2012).

    Terdapat beberapa faktor penyebab kecelakaan yaitu: kondisi kendaraan

    yang tidak baik, pengemudi yang lelah, pengemudi yang melanggar ketertiban

    lalu lintas, dan ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan (14-15%

    per tahun) dengan pertambahan prasarana jalan yang hanya terealisasi sebesar 4%

    per tahun (Kementerian Perhubungan, 2012).

    Gambar 2. Koban Mati, Luka Berat, dan Luka Ringan Akibat Kecelakaan Lalu-

    Lintas Tahun 2007-2011

    Sumber : Kantor Kepolisian Republik Indonesia, 2012

    Pada diagram di atas dapat diketahui kecelakaan yang terjadi setiap

    tahunnya meningkat. Korban luka ringan merupakan korban yang paling banyak

    dibandingkan korban luka berat dan korban mati. Pada tahun 2011 mengalami

    peningkatan drastis yang artinya penanggulangan kecelakaan lalu-lintas kurang

    efektif.

    Persimpangan merupakan tempat di mana peluang terjadinya kecelakaan

    tinggi karena di situlah terjadinya konflik arus lalu lintas. Sebesar 43% dari

    kecelakaan kendaraan di dunia terjadi di seputar persimpangan, 21% dari semua

    kecelakaan fatal terjadi di persimpangan dan 49% dari kecelakaan fatal di wilayah

    perkotaan terjadi di persimpangan (The Stats & Facts Concerning Dangerous

    Intersections, 2012). Faktor-faktor kecelakaan tersebut juga tidak hampir beda

    dengan faktor kecelakaan lalu-lintas pada umumnya. Yang membedakan adalah

    pada area persimpangan banyak terdapat traffic light atau lampu merah yang

    bertujuan menertibkan pengguna jalan dan mengantisipasi kecelakaan. Namun

  • 3

    ironisnya masih terjadi banyak kecelakaan di persimpangan. Sebagian besar dari

    kecelakaan tersebut disebabkan oleh penerobosan lampu merah oleh pengendara.

    Secara psikologis, di samping pengendara yang kurang konsentrasi, para

    pengendara di bawah desakan seperti cuaca yang buruk (panas atau hujan)

    ataupun faktor terburu-buru membuat pengendara terdorong untuk menerobos

    lampu merah. Permasalahan ini paling sering terjadi di kota-kota besar di

    Indonesia, durasi lampu merah cukup lama sehingga menuntut pengguna jalan

    untuk menunggu dalam waktu yang panjang.

    Dampak dari banyaknya kendaraan bermotor di Indonesia juga menambah

    polusi udara. Sebesar 70% sumber pencemar udara berasal dari emisi gas buang

    kendaraan bermotor (World Health Organization, 2012). Polusi udara sangat

    berbahaya bagi manusia. Berbagai zat pencemar yang beterbangan di udara

    tersebut akan sangat merugikan dan berdampak negatif bagi kesehatan manusia

    dan lingkungannya. Akibat ini secara nyata sudah dirasakan oleh masyarakat,

    sebagai contoh, kanker kulit, kanker paru-paru, anemia, angina pektoris, dan

    bronkhitis (Goldsmith dan Frieberg, 1977). Gangguan kesehatan akibat zat-zat

    pencemar seperti gangguan pada syaraf dan ketidaknyamanan kini menghantui

    masyarakat kita, apalagi WHO memperkirakan 800.000 kematian per tahun di

    dunia diakibatkan polusi udara (World Health Organization, 2012).

    Di sisi lain, ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan Indonesia belum

    memenuhi amanat undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang tata ruang dan

    kota serta standar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Rio de Janeiro, Brazil dan

    KTT Johannesberg, Afrika Selatan yang menyebutkan bahwa minimal luas RTH

    setiap kota di dunia seharusnya 30 % dari luas kota. Tuntutan juga terdapat dalam

    program PBB yaitu Millenium Development Goals (MDGs) terkait keberlanjutan

    lingkungan pada poin ketujuh. Permasalahan yang terdapat di Indonesia bahwa

    Indonesia merupakan negara berkembang yang masih membutuhkan

    pembangunan. Sehingga sebagian besar lahan di perkotaan diprioritaskan untuk

    pembangunan lahan bisnis.

    RTH mempunyai manfaat menetralisasi polusi udara di kota. Jika luas

    RTH tidak seimbang dengan gas rumah kaca khususnya yang ditimbulkan oleh

    emisi kendaraan bermotor, maka yang terjadi adalah semakin parahnya efek

    rumah kaca dan global warming dunia yang berimbas pada perubahan iklim dunia

    yang buruk. Hal ini tentu tidak dapat dibiarkan mengingat masyarakat

    internasional yang sedang menjaga kestabilan iklim dunia.

    Berdasarkan permasalahan di atas, penulis menggagas model kanopi

    bersistem go green pada area traffic light sebagai solusi untuk meminimalisasi

    kecelakaan lalu lintas sekaligus menciptakan alternatif ruang terbuka hijau yang

    efektif. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis merumuskan masalah bagaimana

    meminimalisasi kecelakaan lalu lintas dan menciptakan alternatif ruang terbuka

    hijau yang efektif di Indonesia melalui penerapan kanopi bersistem go green di

    area traffic light.

    Tujuan dan Manfaat

    Tujuan yang menjadi sasaran dalam tulisan ini yaitu meminimalisasi

    kecelakaan lalu lintas pada daerah traffic light khususnya di kota besar dan

    menciptakan alternatif ruang terbuka hijau yang efektif di wilayah kota Indonesia.

  • 4

    Adapun manfaat yang ingin dicapai antara lain, bagi masyarakat, memberikan

    informasi tentang pentingnya kondisi lalu lintas yang nyaman khususnya pada

    area traffic light dan juga memberi fungsi keindahan, mengurangi tingkat

    kecelakaan, serta meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. Bagi pihak

    kepolisian, gagasan ini juga dapat menjadi sebuah pertimbangan untuk

    mengevaluasi keamanan dan kenyamanan lalu lintas khususnya pada area traffic

    light. Bagi pemerintah khususnya dinas perhubungan dapat dijadikan sebagai

    pertimbangan membuat kebijakan dalam meminimalisasi kecelakaan di area

    traffic light serta memberi bahan pertimbangan untuk menciptakan alternatif

    ruang terbuka hijau dalam rangka mendukung program yang telah dicanangkan

    oleh masyarakat internasional.

    GAGASAN

    Keadaan Lalu Lintas di Indonesia

    Lalu lintas di Indonesia tidak terlepas dari berbagai problematika yang ada

    di dalamnya. Kementerian Perindustrian dalam pembukaan Jakarta Motorcycle

    Show 2012 menyampaikan bahwa jumlah sepeda motor di Indonesia diperkirakan

    sudah mencapai 50 juta unit. Angka itu didasari pada rasio perhitungan bahwa

    lima dari orang di Indonesia setidaknya memiliki satu sepeda motor. Jika jumlah

    penduduk Indonesia 200 juta jiwa saja, maka perbandingannya sekitar 1 banding

    5, sehingga jumlah sepeda motor di Indonesia 50 juta unit (Kantor Kepolisian

    Repulik Indonesia, 2012). Apalagi laju pertumbuhan penduduk Indonesia sudah

    meningkat cukup signifikan setiap tahunnya. Akibatnya peningkatan volume

    kendaraan bermotor di Indonesia semakin tidak terbendung. Mengutip pernyataan

    Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Gunadi

    Sinduwinata menyatakan bahwa tingkat kebutuhan masyarakat terhadap motor

    masih tinggi karena masyarakat masih mengangap harga motor masih terjangkau

    dan lebih praktis. Dengan uang muka yang sangat terjangkau, kita sudah bisa

    mendapatkan sepeda motor baru.

    Tingginya kuantitas kendaraan bermotor tersebut berdampak pada

    tingginya angka kecelakaan lalu lintas. Jumlah kecelakaan lalu lintas tahun 2011

    lebih tinggi 2,27 % dibanding tahun 2010. Sedangkan kerugian material mencapai

    Rp 278,4 miliar (Kantor Kepolisian Republik Indonesia, 2012). Tingginya jumlah

    kecelakaan ini tentunya disebabkan oleh banyak faktor, baik karena kelalaian

    manusia (human error), technical error, dan alam. Menurut Gubernur Jambi, Drs.

    H. Hasan Basri Agus, MM, human error merupakan penyebab terbesar

    kecelakaan lalu lintas, yakni sebesar 90%. Bila melihat fakta tersebut, maka

    seharusnya angka kecelakaan berpotensi untuk dikurangi, karena faktor human

    error merupakan faktor yang dapat dicegah oleh manusia (Agus,2012). Di sisi lain faktor lingkungan juga tidak bisa dikesampingkan. Ruang

    terbuka hijau khususnya di kota-kota besar semakin minim. Kecenderungan

    terjadinya penurunan kualitas ruang terbuka publik, terutama ruang terbuka hijau

    (RTH) pada 30 tahun terakhir sangat signifikan. Di kota-kota besar seperti

    Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung, luasan RTH telah berkurang dari 35%

    pada awal tahun 1970an menjadi kurang dari 10% pada saat ini. RTH yang ada

    sebagian besar telah dikonversi menjadi infrastruktur perkotaan seperti jaringan

  • 5

    jalan, gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, dan kawasan permukiman

    baru. Jakarta dengan luas RTH sekitar 9 persen, saat memiliki rasio RTH per

    kapita sekitar 7.08 m2, relatif masih lebih rendah dari kota-kota lain di dunia

    (Dirjen PU, 2007).

    Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri disertai

    dengan melonjaknya produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan

    kepadatan lalu lintas dan hasil produksi sampingan yang merupakan salah satu

    sumber pencemaran udara. Konsentrasi pencemaran udara di beberapa kota besar

    dan daerah industri di Indonesia menyebabkan adanya gangguan pernapasan,

    iritasi pada mata dan telinga, serta timbulnya penyakit tertentu. Selain itu juga

    mengakibatkan gangguan jarak pandang (visibilitas) yang sering menimbulkan

    kecelakaan lalu lintas (Soedomo, 2001).

    Dampak dari semakin pesatnya pembangunan di perkotaan meyebabkan

    polusi dan mobilitas penduduk yang sangat tinggi, yang jika tidak ditangani maka

    akan menimbulkan dampak yang lebih serius yaitu pemanasan global (global

    warming). Alih fungsi lahan sangat berperan dalam ruang terbuka hijau kota yang

    semakin berkurang, di mana ruang terbuka hijau kota tersebut menurut Fandeli

    dkk (2004) merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi

    sebagai kawasan lindung.

    Solusi yang Pernah Ditawarkan

    Pada saat ini beberapa solusi telah digunakan untuk menanggulangi

    permasalahan kecelakaan dan kurangnya RTH. Diantara solusi tersebut

    mempunyai kelebihan solusi tersebut juga mempunyai kekurangan yang

    menyebabkan solusi-solusi tersebut kurang efektif.

    1. Program Pengadaan Countdown

    Lampu lalu lintas yang sebelumnya hanya terdiri dari lampu isyarat, kini

    dilengkapi dengan lampu countdown. Tujuan pengadaan lampu ini adalah untuk

    memberikan informasi mengenai hitungan mundur pada lampu isyarat. Jadi,

    program ini memudahkan pengguna jalan dalam merespon lampu isyarat.

    Kelemahan dari solusi ini adalah mendorong psikologis pengendara untuk

    menerobos lampu merah di saat mereka melihat countdown yang terlalu lama,

    selain karena faktor psikologi kasus ini juga terjadi karena faktor

    ketidaknyamanan. Sama halnya ketika mereka memutuskan untuk menerobos

    ketika hitungan dari countdown mendekati batas akhir.

    2. Menempatkan Petugas di Persimpangan

    Petugas yang ditugaskan di area traffic light untuk mengatur kelancaran

    lalu lintas telah memiliki fungsi yang baik. Diantara fungsi tersebut adalah

    meminimalisasi pelanggaran lalu-lintas, menanggulangi resiko kemacetan, dan

    menjaga ketertiban. Namun, pada kenyataanya petugas tidak selalu siaga pada

    area traffic light. Sehingga solusi tersebut belum efektif untuk mengatasi

    persoalan kecelakaan di area traffic light.

    3. Program Penanaman 1 Miliar Pohon di Area Traffic light

    Tujuannya hampir sama dengan tujuan proyek kanopi ini, yaitu

    pemenuhan kenyamanan bagi pengendara demi berkurangnya jumlah kecelakaan.

    Solusi ini cukup efektif sebagai pemenuhan RTH dan sebagai fasilitas

  • 6

    kenyamanan, tetapi solusi ini memiliki beberapa kelemahan. Program ini

    menggunakan pohon trembesi, pohon ini tidak berakar tunggang, akar pohon tidak

    menancap lurus ke dalam. Seiring tumbuhnya pohon, akar akan semakin

    membesar dan menyebar ke permukaan sedangkan media di bawahnya terbatas

    dan tidak cukup menampung akar. Trotoar, aspal dan saluran air akan rusak akibat

    tumbuhnya akar pohon trembesi.

    Penerapan Kanopi Bersistem Go Green pada Area Traffic Light

    Area traffic light sebagai sebuah lokasi pengaturan lalu lintas seharusnya

    dibuat nyaman sehingga pengendara dapat terbiasa untuk menjaga ketertiban.

    Akan tetapi melihat fakta bahwa di area traffic light kondisi yang ada saat ini

    menunjukkan suasana ketidanyamanan tersebut. Ini dikarenakan beberapa faktor

    seperti kondisi panas dan countdown lampu merah yang lama menyebabkan

    pengendara tidak sabar. Sehingga yang terjadi pengendara berusaha menerobos

    lampu merah yang berdampak pada kecelakaan.

    Area traffic light yang menjadi kawasan percontohan adalah di

    persimpangan Jalan Demak, Jalan Tunjungan, Jalan Raya Darmo daerah

    Surabaya, Jawa Timur di mana daerah ini sangat cocok karena mempunyai

    permasalahan yang cukup kompleks. Wilayah ini memiliki tingkat kemacetan

    tinggi di area traffic light. Di samping itu, Surabaya yang juga merupakan

    kawasan industri menimbulkan tingkat polusi yang cukup tinggi.

    Gambar 3. Model Kanopi Go Green Tampak Depan

    Sumber : Hasil Pemikiran Penulis (2013)

    Dari beberapa fungsi kanopi pada akhirnya dihadapkan pada pilihan tampilan

    dan bentuk kanopi yang sangat beragam khususnya untuk dibuat di area traffic

    light. Bahan antara atap utama dan kanopi boleh sama, namun struktur rangkanya

    berbeda. Perhatikan proporsi, komposisi dimensi kanopi, dan struktur penopang,

    serta tebal tipisnya bahan penutup kanopi.

    Tiang penyangga terbuat dari besi hollow, tinggi dan panjang besi hollow

    disesuaikan dengan jalan yang akan didirikan kanopi, terdapat banyak pilihan

    ukuran besi hollow yang dapat digunakan untuk pembuatan kanopi.

    Lapisan atas menggunakan kawat harmonika. Kawat harmonika terbuat dari

    besi beton eser yang dirangkai menjadi lembaran panjang sesuai dengan ukuran

    yang dibutuhkan. Kawat harmonika ini dilapisi dua pelapis anti karat yaitu holdip

    Passionflower

    (passiflora

    incarta)

    Besi Hollow

    Kawat Harmonika

  • 7

    galvanis dan electroplating, sehingga kuat menghadapi perubahan cuaca musim

    hujan dan kemarau. Kawat harmonika ini memiliki kelebihan diantaranya ukuran

    lebar dan panjang bisa disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan, pemasangan

    atau instalasi yang lebih mudah, dan harga lebih ekonomis.

    Sebagai contoh kita akan mendirikan kanopi berukuran panjang 12 meter, dan

    lebar 6 meter. Maka kita memerlukan tian penyangga sebanyak 10 dengan setap 3

    meter diberi tiang penyangga. Setelah itu kita memasang pondasi sedalam 20 cm

    dan diberi lubang sebagai tempat untuk menancapkan tiang penyangga.

    Kelebihan memakai besi hollow karena ringan tetapi dapat menopang beban yang

    berat. Besi ini juga kokoh dan harganya pun terjangkau.

    Sumber: http://iklanabc.com/spesifikasi-kawat-harmonika-bangkit-anugerah.html

    Gambar 6. Desain Kanopi Tampak Dalam Gambar 7. Jarak Tiang Penyangga

    Sumber: Hasil Pemikiran Penulis (2013)

    Pengecatan sangat berperan terhadap ketahanan besi hollow, karena dengan

    cat bisa mengurangi adanya korosi. Pengecatan besi bertujuan untuk menahan

    karat, menghilangkan warna dasar, serta memberikan pandangan yang indah dan

    merupakan pertahanan terhadap pengaruh-pengaruh destruktif terhadap cuaca.

    Perawatan besi dilakukan dengan cara pengecatan ulang secara rutin setiap satu

    Gambar 4. Tiang besi hollow Gambar 5. Kawat harmonika

  • 8

    tahun sekali. Dengan adanya pengecatan tersebut akan membuat besi lebih tahan

    lama.

    Sesuai dengan adanya program go green dari pemerintah, bagian pelapis atas

    kanopi diberi tumbuhan merambat yang dihubungkan dengan kawat. Lambat laun

    tumbuhan merambat tersebut akan semakin tumbuh dan menutupi bagian atas

    kanopi, sehingga dapat mengurangi polusi udara, memberi kesan sejuk di area

    traffic light, dan membentuk suatu RTH baru. Beberapa ahli lingkungan

    menyebutkan, setiap satu hektar lahan hijau dapat mengubah 3,7 ton CO2 dari

    aktivitas manusia, pabrik, dan kendaraan bermotor menjadi dua ton O2 yang

    dibutuhkan manusia (Suhardi, 2005). Apabila kanopi tersebut dibangun di area

    traffic light, pasti kebutuhan oksigen manusia akan dapat terpenuhi, dan

    masyarakat bisa lebih produktif menjalani rutinitas. Banyak orang beranggapan

    bahwa area traffic light adalah tempat yang panas, berdebu, dan penuh polusi.

    Tetapi dengan adanya kanopi bersistem go green ini dipastikan masyarakat akan

    merubah anggapan tersebut.

    Ada banyak jenis tanaman merambat berbunga yang bisa dipilih bila hendak

    digunakan sebagai peneduh, seperti mucuna benetti, mandevilla, alamanda,

    bauhimia, kockiana, dan passiflora. Namun disarankan memilih jenis tanaman

    merambat yang daunnya memiliki bulu halus seperti passiflora, karena bulu-bulu

    halus daun tanaman itu dapat menghadang dan menangkap partikel debu, selain

    itu tumbuhan merambat tersebut bebas ulat. Sebagian besar tanaman ini kuat

    terhadap intensitas matahari. Bunganya yang cantik tetap lebat dan selalu mekar

    meski kondisi lingkungan di sekitarnya teduh. Keunggulan lain yang dimiliki oleh

    kebanyakan tanaman merambat yaitu mudah tumbuh. Passion flower (Passiflora

    incarnata) mempunyai tunas dan batang yang bisa tumbuh hampir 10 meter.

    Setiap bunga memiliki 5 kelopak putih dan 5 daun yang warnanya bervariasi dari

    magenta hingga biru. Passion flower masih digunakan sampai sekarang untuk

    mengobati kecemasan dan insomnia. Selain itu, jenis tanaman dapat disesuaikan

    dengan iklim daerah yang bersangkutan. Hal terpenting dalam pemilihan tanaman

    ialah pemeliharaan tanaman yang mudah dan tidak rentan penyakit.

    Sifat seperti ini membuat pemilik tidak direpotkan oleh pemeliharaan.

    Perawatan rutin yang dilakukan cukup pemangkasan. Selain itu, manfaat kanopi

    bersistem go green yaitu dapat mempertinggi kualitas ruang hidup. Dari sudut

    planologi, penghijauan berfungsi sebagai pengikat dan pemersatu elemen-elemen

    bangunan yang ada di sekelilingnya, sehingga tercipta lingkungan yang kompak

    dan serasi.

    Kanopi didirikan di area traffic light, dengan desain sesuai tempat area traffic

    light tersebut. Traffic light dipasangkan dengan kerangka besi hollow. kawat

    harmonika disambungkan dengan tiang penyangga, dan tumbuhan rambat

    diletakkan di atas kawat harmonika. Pondasi kanopi disediakan empat lubang

    mur, sebagian besi hollow ditanam dan diperkuat dengan menghubungkan mur

    dengan lapisan beton, seperti pada gambar 4.

  • 9

    Tabel 1. Biaya Bahan Kanopi

    Biaya Bahan Kanopi

    No Bahan Harga

    1 Besi hollow Rp33.000,00/4 m

    2 Kawat harmonika Rp57.500,00/roll

    3 Tumbuhan rambat Passiflora Incarta Rp4.000/pot

    4 Cat anti karat Rp35.000,00/kaleng

    Di samping itu, dalam perawatan tumbuhan rambat pada kanopi di area traffic

    light dilakukan secara rutin, meliputi :

    1. Pemangkasan 2 - 4 minggu sekali. Terutama pada waktu musim hujan

    2. Pemupukan 2 - 3 bulan sekali dengan NPK

    3. Penyemprotan pestisida bisa dilakukan sebulan sekali. Terutama pada

    musim penghujan.

    Adapun kanopi bersistem go green dipilih sebagai media penahan panas di

    area traffic light, karena kanopi tersebut mempunyai kelebihan dan dampak

    sebagai berikut :Kanopi lebih murah dan mudah pemasangannya; pembangunan

    kanopi tidak mengganggu lingkungan sekitar; tumbuhan merambat di kanopi

    dapat memperbaiki kualitas udara di area traffic light ebagai penunjang keindahan

    (estetika); memberi kesegaran, kenyamanan dan keindahan lingkungan sebagai

    paru-paru kota.

    Dengan didirikannya kanopi ini bisa mnciptakan area RTH baru alternatif,

    sehingga target untuk membuat ruang terbuka ideal hingga di atas 30% bisa

    tercapai. Adanya kanopi ini juga dapat mengurangi kemacetan dan kecelakaan

    lalu lintas, karena para pengendara kendaraan bermotor akan lebih merasa nyaman

    di bawah kanopi tersebut, sehingga tidak ada lagi pengendara kendaraan yang

    menerobos lampu merah pada saat hujan, dan juga tidak ada lagi pengendara

    kendaraan yang berhenti tidak semestinya disebabkan cuaca panas pada saat

    lampu merah.

    Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Pelaksanaan Konsep Kanopi Bersistem Go

    Green pada Area Traffic Light

    Konsep implementasi kanopi bersistem go green di area traffic light akan

    terealisasi dengan baik dan efektif apabila terdapat kerjasama dari beberapa aktor.

    Keterlibatan aktor-aktor ini akan berkaitan satu dengan lainnya sehingga dalam

    pelaksanaannya saling membutuhkan sehingga dapat terwujud check and balance.

    Peran aktor-aktor ini memebentuk suatu sistem yang saling memberikan

    konstribusi. Oleh karena itu bila salah satu aktor tidak menjalankan fungsinya

    maka penerapannya solusi menjadi kurang maksimal.

    1. Pemerintah Pemerintah mempunyai peran yang sangat penting dalam pembuatan

    kanopi bersistem go green di area traffic light. Pemerintah sebagai aktor

    yang mempunyai wewenang untuk mengatur jalannya pembangunan

    berwawasan lingkungan menentukan suatu perencanaan yang akan

    dilaksanakan. Peran pemerintah dalam hal ini berkaitan dengan pendanaan

  • 10

    proses pembuatan kanopi. Adapun pihak-pihak yang turut serta dalam

    pelaksanaan konsep kanopi ini, antara lain :

    a. Dinas Perhubungan Dinas perhubungan dapat membantu dalam menganalisa dampak lalu

    lintas pembangunan kanopi di area traffic light, sehingga tempat-tempat

    mendirikan kanopi bisa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22

    Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya.

    b. Dinas Pekerjaan Umum Dinas pekerjaan umum memberikan bimbingan teknis dan non teknis

    serta menyediakan tenaga kerja dalam hal pembangunan.

    c. Dinas Kebersihan Dinas kebersihan dapat membantu dalam hal perawatan dan kebersihan

    area pendirian kanopi. Perawatan dan kebersihan ini meliputi,

    perawatan dan pemangkasan tanaman, pengawasan keutuhan kanopi,

    serta pembersihan kotoran area kanopi.

    2. Pihak Swasta Untuk mencapai sasaran program diperlukan investasi dan dukungan

    berbagai kebijakan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif. Dana

    investor diharapkan dapat berperan dalam memberikan pelayanan yang

    baik dan dukungan fasilitas yang memadai, seperti pembangunan sarana

    dan prasarana.

    3. Masyarakat Tujuan dibangunnya kanopi ini agar masyarakat merasa nyaman dan

    tidak melakukan pelanggaran lagi pada saat berada di area traffic light.

    Peran masyarakat dalam pembangunan kanopi adalah menjaga dan tidak

    merusak kanopi tersebut. Di samping itu, diharapkan kerjasama dari

    masyarakat setempat untuk mendukung kelancaran pembangunan kanopi

    serta menjadi agen kontrol.

    4. Individu Setiap individu dalam masyarakat mempunyai peran dan kedudukan

    yang berbeda. Mengingat setiap individu mempunyai kepentingan yang

    berbeda, maka memperlukan satu tujuan sesuai kepentingan. Individu

    bertindak sebagai eksekutor atau penggerak dalam pelaksanaan program

    ini, apabila masing-masing individu memiliki tujuan yang tidak sama

    maka implementasi kanopi bersistem go green pada area traffic light tidak

    terlaksana secara optimal.

    Tahapan Pelaksanaan Program

    Dalam rangka penerapan kanopi bersistem go green perlu disusun

    beberapa tahapan teknis pelaksanaan program agar dapat terimplementasi dengan

    baik seperti yang diharapkan. Berikut merupakan tahapan teknis pelaksanaan

    program:

  • 11

    1. Tahap Studi pendahuluan (Reconaissance Study)

    Kegiatan peninjauan keadaan daerah (lokasi) dimana kanopi itu akan

    didirikan. Tujuan tahap ini adalah untuk mengumpulkan data tentang luas lokasi,

    ketersediaan ruang terbuka hijau, keadaan cuaca, volume kendaraan, tingkat

    kecelakaan, dan polusi yang ditimbulkan. Data kemudian dianalisa, bila ternyata

    hasilnya mendukung keberadaanya kanopi tersebut pada saat pembuatan terutama

    saat operasional maka data ini dijadikan sebagai bahan kajian untuk kegiatan

    pembangunan.

    2.Tahap Studi Kelayakan (Feasibillity Study)

    Pada tahap ini dilakukan suatu studi penelaahan terhadap semua data hasil

    tahap studi pendahuluan tentang keutungan ekologis dan keutungan sosial. Untuk

    mendapatkan gambaran yang jelas pada tahap ini akan disinggung masalah yang

    menyangkut aspek struktur dan arsitektur pembngunan kanopi tersebut.

    3. Tahap Perencanaan (Planning)

    Tahap perencanaan merupakan tindak lanjut dari penetapan suatu kawasan

    berdasarkan hasil studi kelayakan. Dalam tahap ini dilakukan perencanaan, yang

    meliputi berbagai hal mulai dari anggaran biaya sampai penyediaan dokumen oleh

    pihak-pihak terkait.

    4. Tahap Pembangunan Fisik (Actual Construction)

    Tahap pembangunan fisik adalah tahapan yang bertujuan untuk

    mewujudkan implementasi kanopi bersistem Go green pada area traffic light

    sesuai dengan hasil tahapan perencanaan.

    5. Tahap Pemeliharaan/Perbaikan (Maintaining)

    Tahap pemeliharaan dimulai setelah pendirian kanopi terealisasi dan

    berfungsi dengan baik serta dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan

    dipelihara/diperbaiki sesuai fungsi dan keperluannya, dan dimanfaatkan sesuai

    tujuan implementasi kanopi tersebut.

    6. Tahap Monitoring dan Evaluasi

    Monitoring dilaksanakan secara berkelanjutan dengan melakukan evaluasi

    mulai tahap awal hingga akhir. Pelaku monitoring adalah pemerintah dan

    masyarakat.. Dengan banyaknya pelaku dalam monitoring dan evaluasi

    diharapkan pelaksanaan optimalisasi kanopi dapat dipantau secara menyeluruh

    dan efektif.

    Kondisi yang Menjadi Sasaran Setelah Adanya Implementasi Kanopi

    Bersistem Go Green pada Area Traffic Light

    1) Meningkatkan fasilitas kenyamanan bagi pengendara Dengan adanya kanopi bersistem go green diharapkan pengguna jalan

    dapat merasa nyaman saat berada pada area traffic light. Sehingga beberapa

    kasus pelanggaran lalu lintas yang terjadi, seperti menerobos lampu merah,

    dan lain sebagainya. Tentunya hal ini dapat menguntungkan pihak kepolisian

    dalam penertiban lalu lintas.

  • 12

    2) Memperluas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kanopi bersistem go green yang berfungsi sama sebagai ruang terbuka

    hijau dapat menjawab kesulitan pemerintah dalam memperluas ruang terbuka

    hijau untuk memenuhi peraturan internasional tentang batas minimal ruang

    terbuka hijau di setiap kota. Kondisi yang selama ini sudah memprihatinkan

    karena pertimbangan antara pembangunan dan pemenuhan ruang terbuka

    hijau. Maka dalam hal ini kanopi menjadi suatu alternatif untuk memperluas

    ruang terbuka hijau dan mendukung adanya peraturan internasional.

    3) Mengurangi polusi yang banyak menimbulkan penyakit Dampak dari asap kendaraan yang berbahaya bagi kesehatan manusia akan

    semakin terminimalisir dengan adanya kanopi bersistem go green ini, karena

    tumbuhan yang ditanam pada kanopi dapat menetralisir polusi yang

    ditimbuilkan. Kesehatan masyarakat sekitar yang semula memprihatinkan dan

    penuh ancaman penyakit akan menjadi lebih sehat dan aman.

    KESIMPULAN

    Indonesia mempunyai resiko kecelakaan yang cukup tinggi di area traffic

    light khususnya pada wilayah perkotaan. Kecelakaan tersebut disebabkan berbagai

    faktor, diantaranya adalah ketidaksabaran pengendara kendaraan bermotot untuk

    menunggu traffic light. Ketidaksabaran tersebut menyebabkan banyaknya

    pelanggaran traffic light yang berujung pada kecelakaan. Di samping itu, ruang

    terbuka hijau di wilayah perkotaan di Indonesia masih belum memenuhi standar

    luas seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 26

    tahun 2007 pasal 29 ayat 2 tentang penataan ruang yang menyebutkan bahwa

    proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh)

    persen dari luas wilayah kota. Masyarakat internasional juga mendukung adanya

    RTH yang proporsional dengan diselenggarakan beberapa program diantaranya

    Konferensi Tingkat Tinggi Rio de Janeiro dan Millenium Development Goals

    khususnya pada poin ketujuh tentang sasaran lingkungan yang berkelanjutan pada

    tahun 2015. Maka dari itu harus ada solusi baru yang dapat menangani kedua

    permasalahan tersebut. Implementasi Kanopi Bersistem Go Green pada Area

    Traffic Light untuk Meminimalisasi Kecelakaan dan Menciptakan Ruang Terbuka

    Hijau Alternatif. Konsep ini dapat menjadi solusi untuk mengoptimalkan sarana

    dan prasarana yang tersedia. Suhardi (2005) menyatakan bahwa setiap jamnya, 1

    hektar lahan hijau menyerap 8 kg CO2 yang ekuivalen dengan CO2 yang

    diembuskan oleh nafas manusia sekira 200 orang dalam waktu yang sama. Untuk

    mengatasi keadaan tersebut, penulis mempunyai gagasan untuk mendirikan

    kanopi bersistem go green khususnya di area traffic light. Selain itu, penerapan

    konsep ini harus melalui beberapa tahapan yang jelas dan terarah yaitu tahap studi

    pendahuluan (reconaissance), studi kelayakan (feasibillity), perencanaan

    (planning), pembangunan fisik (construction), pemeliharaan (maintaning),

    monitoring dan evaluasi. Konsep Kanopi Bersistem Go Green dapat terealisasi

    dengan baik dengan melibatkan enam aktor yaitu pemerintah (Dinas Pekerjaan

    Umum, Dinas Kebersihan, dan Dinas Perhubungan), swasta, masyarakat, dan

    individu.

  • 13

  • 14

  • 15