Verdy Pkm Gt Sukses Pimnas 2013 Mataram Amin
-
Upload
shinggihkurniawan -
Category
Documents
-
view
60 -
download
14
description
Transcript of Verdy Pkm Gt Sukses Pimnas 2013 Mataram Amin
-
i
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
IMPLEMENTASI KANOPI BERSISTEM GO GREEN PADA AREA
TRAFFIC LIGHT UNTUK MEMINIMALISASI KECELAKAAN DAN
MENCIPTAKAN RUANG TERBUKA HIJAU ALTERNATIF
BIDANG KEGIATAN :
PKM-GT
DIUSULKAN OLEH:
VERDY FIRMANTORO 125120201111023 / ANGKATAN 2012
GAWAN SRENGENGE 125120300111017 / ANGKATAN 2012
MUHAMMAD FADLULLAH 125120401111029 / ANGKATAN 2012
IMAS NURWANTI 105040213111049 / ANGKATAN 2010
TRI ANGGA P. RUSDIONO 115060101111025 / ANGKATAN 2011
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
-
ii
-
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT kerena atas rahmat dan
karunia-Nya, karya tulis ilmiah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tidak lupa
sholawat serta salam tetap kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
menjadi suri tauladan kami dari zaman jahiliyyah menuju Islam yang membawa
cahaya penerang.
Sehubungan dengan banyaknya kasus kecelakaan di area traffic light dan
minimnya ruang terbuka hijau (RTH) , maka penulis termotivasi untuk merangkai
sebuah konsep yang tepat dan solutif untuk mengatasi permasalahan tersebut yang
kemudian dituangkan ke dalam karya tulis yang berjudul Implementasi Kanopi Bersistem Go Green pada Area Traffic Light untuk Meminimalisasi Kecelakaan
dan Menciptakan Ruang Terbuka Hijau Alternatif. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tulisan ini, diantaranya:
1. Akh. Muwafik Saleh, S.Sos, M.Si selaku pembantu dekan bidang kemahasiswaan
2. Eka Maulana, ST, MT, M.Eng. selaku dosen pembimbing 3. Para kakak pendamping dari Badan Riset Ilmu Sosial FISIP UB
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif akan selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini di masa yang akan datang.
Kami berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
sebagai sumber pengetahuan baru maupun sebagai landasan penelitian
selanjutnya.
Malang, 20 Maret 2013
Penulis
-
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................................. iv
Daftar Gambar ................................................................................................... v
Daftar Tabel ........................................................................................................ vi
Ringkasan ............................................................................................................ vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................................................. 3
GAGASAN
Keadaan Lalu Lintas di Indonesia ............................................................ 4
Solusi yang Pernah Ditwawarkan ............................................................ 5
Penerapan Kanopi Bersistem Go green pada Area Traffic Light .............. 6
Pihak-Pihak dalam Pelaksanaan Konsep Kanopi Bersistem Go Green
pada Area Traffic Light ............................................................................ 9
Tahapan Teknis Pelaksanaan Program ..................................................... 10
Kondisi yang Diharapkan Setelah Adanya Implementasi Kanopi
Bersistem Go Green pada Area Traffic Light .......................................... 11
KESIMPULAN ................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... 13
-
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perkembangan Mobil dan Sepeda Motor di Indonesia tahun 2007-
2011 ..................................................................................................................... 1
Gambar 2. Koban Mati, Luka Berat, dan Luka Ringan Akibat Kecelakaan Lalu-
Lintas Tahun 2007-2011 ...................................................................................... 2
Gambar 3. Model Kanopi Go Green Tampak Depan .......................................... 6
Gambar 4. Tiang Besi Hollow .............................................................................. 7
Gambar 5. Kawat Harmonika .............................................................................. 7
Gambar 6. Desain Kanopi Tampak Dalam .......................................................... 7
Gambar 7. Jarak Tiang Penyangga ....................................................................... 7
-
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Biaya Bahan Kanopi ................................................................................ 9
-
vii
RINGKASAN
Implementasi Kanopi Bersistem Go Green pada Area Traffic Light untuk
Meminimalisir Kecelakaan dan Menciptakan Ruang Terbuka Hijau Alternatif
Disusun oleh: Verdy Firmantoro, dkk
Kondisi lalu lintas di Indonesia memiliki tingkat kecelakaan yang
tergolong tinggi termasuk di area traffic light. Hal ini dikarenakan psikologi
pengendara yang cenderung kurang sabar menunggu lampu merah sehingga
memilih untuk menerobos. Di samping itu, meningkatannya volume kendaraan
yang cukup signifikan menyebabkan tingkat kecelakaan semakin tinggi.
Kecelakaan yang terjadi setiap tahunnya meningkat. Pada tahun 2011, korban luka
ringan mencapai 108.945 jiwa. Sementara 35.285 jiwa korban luka berat dan
korban mati menyentuh angka 31.195 jiwa (Kantor Kepolisian Republik
Indonesia, 2012).
Di sisi lain Indonesia memiliki permasalahan ketersediaan Ruang Terbuka
Hijau (RTH). Akibatnya polusi-polusi yang ditimbulkan oleh emisi gas buang
kendaraan bermotor semakin meningkat. Oleh karena itu, Implementasi Kanopi
Bersistem Go Green pada Area Traffic Light yang direkomendasikan penulis
sebagai solusi untuk mereduksi kedua permasalahan di atas. Harapannya tingkat
kecelakaan terminimalisir dan tersedianya RTH alternatif di kota besar.
Jenis metode penulisan bersifat deskriptif analitis dengan fokus penulisan
konsep kanopi bersistem go green di area traffic light untuk meminimalisir
kecelakaan dan menciptakan RTH. Teknik pengumpulan data adalah dengan
melakukan studi pustaka dan penelusuran informasi. Untuk proses pengumpulan
data, dilakukan dengan langkah-langkah perumusan masalah, dan penentuan
ruang lingkup permasalahan
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu Implementasi Kanopi Bersistem Go
Green dapat dijadikan sebagai solusi untuk meminimalisir kecelakaan dan
menciptakan ruang terbuka hijau alternatif. Dalam hal ini, aktor yang terlibat
dalam pengimplementasian diantaranya pemerintah, swasta, masyarakat, dan
individu. Sinkronisasi keempat aktor ini membentuk sebuah sistem yang saling
berkaitan satu dengan yang lainnya. Solusi ini sekaligus untuk menyukseskan
poin ketujuh MDGs (Millenium Development Goals) di Indonesia.
-
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang mempunyai populasi
penduduk yang sangat padat. Kebutuhan sebagian besar masyarakat Indonesia
yaitu mobilitas geografis. Kebutuhan tersebut menuntut masyarakat untuk
menggunakan kendaraan bermotor guna memudahkan mobilitas mereka.
Akibatnya Indonesia memiliki kuantitas kendaraan bermotor yang sangat tinggi.
Sepeda motor dan mobil penumpang adalah kendaraan bermotor favorit
masyarakat.
Gambar 1. Perkembangan Mobil dan Sepeda Motor di Indonesia tahun 2007-2011 Sumber : Kantor Kepolisian Republik Indonesia, 2012
Dari data di atas diketahui bahwa volume kendaraan mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 angka tersebut mencapai angka
tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 68 juta unit sepeda motor dan 9,6 juta
unit mobil penumpang. Faktor peningkatan tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain: masyarakat yang mengalami peningkatan tingkat ekonomi,
kemudahan kredit dan rendahnya suku bunga untuk pembelian kendaraan
bermotor, menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat, masih rendahnya kualitas
transportasi publik, dan kurangnya kebijakan yang berorientasi pada kontrol
populasi kendaraan. Kepadatan jumlah kendaraan bermotor tersebut juga
berpengaruh pada angka kecelakaan lalu lintas yang tinggi. Jumlah kecelakaan
lalu lintas dari tahun ke tahun terus meningkat. Didapatkan jumlah kecelakaan
62.960 kejadian pada tahun 2009, 66.488 kejadian pada tahun 2010, dan 108.696
kejadian pada tahun 2011 (Kantor Kepolisian Republik Indonesia, 2012).
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian nomor tiga di
Indonesia. Setiap tahunnya diperkirakan 30.000 orang meninggal di jalan raya,
dan hampir 60% dari kendaraan yang terlibat kecelakaan adalah sepeda motor
(Korlantas Polri,2012). Hal ini juga akan berakibat buruk terhadap perekonomian
-
2
Indonesia karena setiap kecelakaan lalu lintas mengakibatkan kerugian materi.
Kerugian materi setiap tahunnya juga meningkat. Pada tahun 2009 kerugian
materi ditaksir 136 miliar rupiah, 158 miliar rupiah pada tahun 2010, dan 217
miliar rupiah pada tahun 2011 (Kantor Kepolisian Republik Indonesia, 2012).
Terdapat beberapa faktor penyebab kecelakaan yaitu: kondisi kendaraan
yang tidak baik, pengemudi yang lelah, pengemudi yang melanggar ketertiban
lalu lintas, dan ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan (14-15%
per tahun) dengan pertambahan prasarana jalan yang hanya terealisasi sebesar 4%
per tahun (Kementerian Perhubungan, 2012).
Gambar 2. Koban Mati, Luka Berat, dan Luka Ringan Akibat Kecelakaan Lalu-
Lintas Tahun 2007-2011
Sumber : Kantor Kepolisian Republik Indonesia, 2012
Pada diagram di atas dapat diketahui kecelakaan yang terjadi setiap
tahunnya meningkat. Korban luka ringan merupakan korban yang paling banyak
dibandingkan korban luka berat dan korban mati. Pada tahun 2011 mengalami
peningkatan drastis yang artinya penanggulangan kecelakaan lalu-lintas kurang
efektif.
Persimpangan merupakan tempat di mana peluang terjadinya kecelakaan
tinggi karena di situlah terjadinya konflik arus lalu lintas. Sebesar 43% dari
kecelakaan kendaraan di dunia terjadi di seputar persimpangan, 21% dari semua
kecelakaan fatal terjadi di persimpangan dan 49% dari kecelakaan fatal di wilayah
perkotaan terjadi di persimpangan (The Stats & Facts Concerning Dangerous
Intersections, 2012). Faktor-faktor kecelakaan tersebut juga tidak hampir beda
dengan faktor kecelakaan lalu-lintas pada umumnya. Yang membedakan adalah
pada area persimpangan banyak terdapat traffic light atau lampu merah yang
bertujuan menertibkan pengguna jalan dan mengantisipasi kecelakaan. Namun
-
3
ironisnya masih terjadi banyak kecelakaan di persimpangan. Sebagian besar dari
kecelakaan tersebut disebabkan oleh penerobosan lampu merah oleh pengendara.
Secara psikologis, di samping pengendara yang kurang konsentrasi, para
pengendara di bawah desakan seperti cuaca yang buruk (panas atau hujan)
ataupun faktor terburu-buru membuat pengendara terdorong untuk menerobos
lampu merah. Permasalahan ini paling sering terjadi di kota-kota besar di
Indonesia, durasi lampu merah cukup lama sehingga menuntut pengguna jalan
untuk menunggu dalam waktu yang panjang.
Dampak dari banyaknya kendaraan bermotor di Indonesia juga menambah
polusi udara. Sebesar 70% sumber pencemar udara berasal dari emisi gas buang
kendaraan bermotor (World Health Organization, 2012). Polusi udara sangat
berbahaya bagi manusia. Berbagai zat pencemar yang beterbangan di udara
tersebut akan sangat merugikan dan berdampak negatif bagi kesehatan manusia
dan lingkungannya. Akibat ini secara nyata sudah dirasakan oleh masyarakat,
sebagai contoh, kanker kulit, kanker paru-paru, anemia, angina pektoris, dan
bronkhitis (Goldsmith dan Frieberg, 1977). Gangguan kesehatan akibat zat-zat
pencemar seperti gangguan pada syaraf dan ketidaknyamanan kini menghantui
masyarakat kita, apalagi WHO memperkirakan 800.000 kematian per tahun di
dunia diakibatkan polusi udara (World Health Organization, 2012).
Di sisi lain, ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan Indonesia belum
memenuhi amanat undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang tata ruang dan
kota serta standar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Rio de Janeiro, Brazil dan
KTT Johannesberg, Afrika Selatan yang menyebutkan bahwa minimal luas RTH
setiap kota di dunia seharusnya 30 % dari luas kota. Tuntutan juga terdapat dalam
program PBB yaitu Millenium Development Goals (MDGs) terkait keberlanjutan
lingkungan pada poin ketujuh. Permasalahan yang terdapat di Indonesia bahwa
Indonesia merupakan negara berkembang yang masih membutuhkan
pembangunan. Sehingga sebagian besar lahan di perkotaan diprioritaskan untuk
pembangunan lahan bisnis.
RTH mempunyai manfaat menetralisasi polusi udara di kota. Jika luas
RTH tidak seimbang dengan gas rumah kaca khususnya yang ditimbulkan oleh
emisi kendaraan bermotor, maka yang terjadi adalah semakin parahnya efek
rumah kaca dan global warming dunia yang berimbas pada perubahan iklim dunia
yang buruk. Hal ini tentu tidak dapat dibiarkan mengingat masyarakat
internasional yang sedang menjaga kestabilan iklim dunia.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis menggagas model kanopi
bersistem go green pada area traffic light sebagai solusi untuk meminimalisasi
kecelakaan lalu lintas sekaligus menciptakan alternatif ruang terbuka hijau yang
efektif. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis merumuskan masalah bagaimana
meminimalisasi kecelakaan lalu lintas dan menciptakan alternatif ruang terbuka
hijau yang efektif di Indonesia melalui penerapan kanopi bersistem go green di
area traffic light.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang menjadi sasaran dalam tulisan ini yaitu meminimalisasi
kecelakaan lalu lintas pada daerah traffic light khususnya di kota besar dan
menciptakan alternatif ruang terbuka hijau yang efektif di wilayah kota Indonesia.
-
4
Adapun manfaat yang ingin dicapai antara lain, bagi masyarakat, memberikan
informasi tentang pentingnya kondisi lalu lintas yang nyaman khususnya pada
area traffic light dan juga memberi fungsi keindahan, mengurangi tingkat
kecelakaan, serta meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. Bagi pihak
kepolisian, gagasan ini juga dapat menjadi sebuah pertimbangan untuk
mengevaluasi keamanan dan kenyamanan lalu lintas khususnya pada area traffic
light. Bagi pemerintah khususnya dinas perhubungan dapat dijadikan sebagai
pertimbangan membuat kebijakan dalam meminimalisasi kecelakaan di area
traffic light serta memberi bahan pertimbangan untuk menciptakan alternatif
ruang terbuka hijau dalam rangka mendukung program yang telah dicanangkan
oleh masyarakat internasional.
GAGASAN
Keadaan Lalu Lintas di Indonesia
Lalu lintas di Indonesia tidak terlepas dari berbagai problematika yang ada
di dalamnya. Kementerian Perindustrian dalam pembukaan Jakarta Motorcycle
Show 2012 menyampaikan bahwa jumlah sepeda motor di Indonesia diperkirakan
sudah mencapai 50 juta unit. Angka itu didasari pada rasio perhitungan bahwa
lima dari orang di Indonesia setidaknya memiliki satu sepeda motor. Jika jumlah
penduduk Indonesia 200 juta jiwa saja, maka perbandingannya sekitar 1 banding
5, sehingga jumlah sepeda motor di Indonesia 50 juta unit (Kantor Kepolisian
Repulik Indonesia, 2012). Apalagi laju pertumbuhan penduduk Indonesia sudah
meningkat cukup signifikan setiap tahunnya. Akibatnya peningkatan volume
kendaraan bermotor di Indonesia semakin tidak terbendung. Mengutip pernyataan
Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Gunadi
Sinduwinata menyatakan bahwa tingkat kebutuhan masyarakat terhadap motor
masih tinggi karena masyarakat masih mengangap harga motor masih terjangkau
dan lebih praktis. Dengan uang muka yang sangat terjangkau, kita sudah bisa
mendapatkan sepeda motor baru.
Tingginya kuantitas kendaraan bermotor tersebut berdampak pada
tingginya angka kecelakaan lalu lintas. Jumlah kecelakaan lalu lintas tahun 2011
lebih tinggi 2,27 % dibanding tahun 2010. Sedangkan kerugian material mencapai
Rp 278,4 miliar (Kantor Kepolisian Republik Indonesia, 2012). Tingginya jumlah
kecelakaan ini tentunya disebabkan oleh banyak faktor, baik karena kelalaian
manusia (human error), technical error, dan alam. Menurut Gubernur Jambi, Drs.
H. Hasan Basri Agus, MM, human error merupakan penyebab terbesar
kecelakaan lalu lintas, yakni sebesar 90%. Bila melihat fakta tersebut, maka
seharusnya angka kecelakaan berpotensi untuk dikurangi, karena faktor human
error merupakan faktor yang dapat dicegah oleh manusia (Agus,2012). Di sisi lain faktor lingkungan juga tidak bisa dikesampingkan. Ruang
terbuka hijau khususnya di kota-kota besar semakin minim. Kecenderungan
terjadinya penurunan kualitas ruang terbuka publik, terutama ruang terbuka hijau
(RTH) pada 30 tahun terakhir sangat signifikan. Di kota-kota besar seperti
Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung, luasan RTH telah berkurang dari 35%
pada awal tahun 1970an menjadi kurang dari 10% pada saat ini. RTH yang ada
sebagian besar telah dikonversi menjadi infrastruktur perkotaan seperti jaringan
-
5
jalan, gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, dan kawasan permukiman
baru. Jakarta dengan luas RTH sekitar 9 persen, saat memiliki rasio RTH per
kapita sekitar 7.08 m2, relatif masih lebih rendah dari kota-kota lain di dunia
(Dirjen PU, 2007).
Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri disertai
dengan melonjaknya produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan
kepadatan lalu lintas dan hasil produksi sampingan yang merupakan salah satu
sumber pencemaran udara. Konsentrasi pencemaran udara di beberapa kota besar
dan daerah industri di Indonesia menyebabkan adanya gangguan pernapasan,
iritasi pada mata dan telinga, serta timbulnya penyakit tertentu. Selain itu juga
mengakibatkan gangguan jarak pandang (visibilitas) yang sering menimbulkan
kecelakaan lalu lintas (Soedomo, 2001).
Dampak dari semakin pesatnya pembangunan di perkotaan meyebabkan
polusi dan mobilitas penduduk yang sangat tinggi, yang jika tidak ditangani maka
akan menimbulkan dampak yang lebih serius yaitu pemanasan global (global
warming). Alih fungsi lahan sangat berperan dalam ruang terbuka hijau kota yang
semakin berkurang, di mana ruang terbuka hijau kota tersebut menurut Fandeli
dkk (2004) merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi
sebagai kawasan lindung.
Solusi yang Pernah Ditawarkan
Pada saat ini beberapa solusi telah digunakan untuk menanggulangi
permasalahan kecelakaan dan kurangnya RTH. Diantara solusi tersebut
mempunyai kelebihan solusi tersebut juga mempunyai kekurangan yang
menyebabkan solusi-solusi tersebut kurang efektif.
1. Program Pengadaan Countdown
Lampu lalu lintas yang sebelumnya hanya terdiri dari lampu isyarat, kini
dilengkapi dengan lampu countdown. Tujuan pengadaan lampu ini adalah untuk
memberikan informasi mengenai hitungan mundur pada lampu isyarat. Jadi,
program ini memudahkan pengguna jalan dalam merespon lampu isyarat.
Kelemahan dari solusi ini adalah mendorong psikologis pengendara untuk
menerobos lampu merah di saat mereka melihat countdown yang terlalu lama,
selain karena faktor psikologi kasus ini juga terjadi karena faktor
ketidaknyamanan. Sama halnya ketika mereka memutuskan untuk menerobos
ketika hitungan dari countdown mendekati batas akhir.
2. Menempatkan Petugas di Persimpangan
Petugas yang ditugaskan di area traffic light untuk mengatur kelancaran
lalu lintas telah memiliki fungsi yang baik. Diantara fungsi tersebut adalah
meminimalisasi pelanggaran lalu-lintas, menanggulangi resiko kemacetan, dan
menjaga ketertiban. Namun, pada kenyataanya petugas tidak selalu siaga pada
area traffic light. Sehingga solusi tersebut belum efektif untuk mengatasi
persoalan kecelakaan di area traffic light.
3. Program Penanaman 1 Miliar Pohon di Area Traffic light
Tujuannya hampir sama dengan tujuan proyek kanopi ini, yaitu
pemenuhan kenyamanan bagi pengendara demi berkurangnya jumlah kecelakaan.
Solusi ini cukup efektif sebagai pemenuhan RTH dan sebagai fasilitas
-
6
kenyamanan, tetapi solusi ini memiliki beberapa kelemahan. Program ini
menggunakan pohon trembesi, pohon ini tidak berakar tunggang, akar pohon tidak
menancap lurus ke dalam. Seiring tumbuhnya pohon, akar akan semakin
membesar dan menyebar ke permukaan sedangkan media di bawahnya terbatas
dan tidak cukup menampung akar. Trotoar, aspal dan saluran air akan rusak akibat
tumbuhnya akar pohon trembesi.
Penerapan Kanopi Bersistem Go Green pada Area Traffic Light
Area traffic light sebagai sebuah lokasi pengaturan lalu lintas seharusnya
dibuat nyaman sehingga pengendara dapat terbiasa untuk menjaga ketertiban.
Akan tetapi melihat fakta bahwa di area traffic light kondisi yang ada saat ini
menunjukkan suasana ketidanyamanan tersebut. Ini dikarenakan beberapa faktor
seperti kondisi panas dan countdown lampu merah yang lama menyebabkan
pengendara tidak sabar. Sehingga yang terjadi pengendara berusaha menerobos
lampu merah yang berdampak pada kecelakaan.
Area traffic light yang menjadi kawasan percontohan adalah di
persimpangan Jalan Demak, Jalan Tunjungan, Jalan Raya Darmo daerah
Surabaya, Jawa Timur di mana daerah ini sangat cocok karena mempunyai
permasalahan yang cukup kompleks. Wilayah ini memiliki tingkat kemacetan
tinggi di area traffic light. Di samping itu, Surabaya yang juga merupakan
kawasan industri menimbulkan tingkat polusi yang cukup tinggi.
Gambar 3. Model Kanopi Go Green Tampak Depan
Sumber : Hasil Pemikiran Penulis (2013)
Dari beberapa fungsi kanopi pada akhirnya dihadapkan pada pilihan tampilan
dan bentuk kanopi yang sangat beragam khususnya untuk dibuat di area traffic
light. Bahan antara atap utama dan kanopi boleh sama, namun struktur rangkanya
berbeda. Perhatikan proporsi, komposisi dimensi kanopi, dan struktur penopang,
serta tebal tipisnya bahan penutup kanopi.
Tiang penyangga terbuat dari besi hollow, tinggi dan panjang besi hollow
disesuaikan dengan jalan yang akan didirikan kanopi, terdapat banyak pilihan
ukuran besi hollow yang dapat digunakan untuk pembuatan kanopi.
Lapisan atas menggunakan kawat harmonika. Kawat harmonika terbuat dari
besi beton eser yang dirangkai menjadi lembaran panjang sesuai dengan ukuran
yang dibutuhkan. Kawat harmonika ini dilapisi dua pelapis anti karat yaitu holdip
Passionflower
(passiflora
incarta)
Besi Hollow
Kawat Harmonika
-
7
galvanis dan electroplating, sehingga kuat menghadapi perubahan cuaca musim
hujan dan kemarau. Kawat harmonika ini memiliki kelebihan diantaranya ukuran
lebar dan panjang bisa disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan, pemasangan
atau instalasi yang lebih mudah, dan harga lebih ekonomis.
Sebagai contoh kita akan mendirikan kanopi berukuran panjang 12 meter, dan
lebar 6 meter. Maka kita memerlukan tian penyangga sebanyak 10 dengan setap 3
meter diberi tiang penyangga. Setelah itu kita memasang pondasi sedalam 20 cm
dan diberi lubang sebagai tempat untuk menancapkan tiang penyangga.
Kelebihan memakai besi hollow karena ringan tetapi dapat menopang beban yang
berat. Besi ini juga kokoh dan harganya pun terjangkau.
Sumber: http://iklanabc.com/spesifikasi-kawat-harmonika-bangkit-anugerah.html
Gambar 6. Desain Kanopi Tampak Dalam Gambar 7. Jarak Tiang Penyangga
Sumber: Hasil Pemikiran Penulis (2013)
Pengecatan sangat berperan terhadap ketahanan besi hollow, karena dengan
cat bisa mengurangi adanya korosi. Pengecatan besi bertujuan untuk menahan
karat, menghilangkan warna dasar, serta memberikan pandangan yang indah dan
merupakan pertahanan terhadap pengaruh-pengaruh destruktif terhadap cuaca.
Perawatan besi dilakukan dengan cara pengecatan ulang secara rutin setiap satu
Gambar 4. Tiang besi hollow Gambar 5. Kawat harmonika
-
8
tahun sekali. Dengan adanya pengecatan tersebut akan membuat besi lebih tahan
lama.
Sesuai dengan adanya program go green dari pemerintah, bagian pelapis atas
kanopi diberi tumbuhan merambat yang dihubungkan dengan kawat. Lambat laun
tumbuhan merambat tersebut akan semakin tumbuh dan menutupi bagian atas
kanopi, sehingga dapat mengurangi polusi udara, memberi kesan sejuk di area
traffic light, dan membentuk suatu RTH baru. Beberapa ahli lingkungan
menyebutkan, setiap satu hektar lahan hijau dapat mengubah 3,7 ton CO2 dari
aktivitas manusia, pabrik, dan kendaraan bermotor menjadi dua ton O2 yang
dibutuhkan manusia (Suhardi, 2005). Apabila kanopi tersebut dibangun di area
traffic light, pasti kebutuhan oksigen manusia akan dapat terpenuhi, dan
masyarakat bisa lebih produktif menjalani rutinitas. Banyak orang beranggapan
bahwa area traffic light adalah tempat yang panas, berdebu, dan penuh polusi.
Tetapi dengan adanya kanopi bersistem go green ini dipastikan masyarakat akan
merubah anggapan tersebut.
Ada banyak jenis tanaman merambat berbunga yang bisa dipilih bila hendak
digunakan sebagai peneduh, seperti mucuna benetti, mandevilla, alamanda,
bauhimia, kockiana, dan passiflora. Namun disarankan memilih jenis tanaman
merambat yang daunnya memiliki bulu halus seperti passiflora, karena bulu-bulu
halus daun tanaman itu dapat menghadang dan menangkap partikel debu, selain
itu tumbuhan merambat tersebut bebas ulat. Sebagian besar tanaman ini kuat
terhadap intensitas matahari. Bunganya yang cantik tetap lebat dan selalu mekar
meski kondisi lingkungan di sekitarnya teduh. Keunggulan lain yang dimiliki oleh
kebanyakan tanaman merambat yaitu mudah tumbuh. Passion flower (Passiflora
incarnata) mempunyai tunas dan batang yang bisa tumbuh hampir 10 meter.
Setiap bunga memiliki 5 kelopak putih dan 5 daun yang warnanya bervariasi dari
magenta hingga biru. Passion flower masih digunakan sampai sekarang untuk
mengobati kecemasan dan insomnia. Selain itu, jenis tanaman dapat disesuaikan
dengan iklim daerah yang bersangkutan. Hal terpenting dalam pemilihan tanaman
ialah pemeliharaan tanaman yang mudah dan tidak rentan penyakit.
Sifat seperti ini membuat pemilik tidak direpotkan oleh pemeliharaan.
Perawatan rutin yang dilakukan cukup pemangkasan. Selain itu, manfaat kanopi
bersistem go green yaitu dapat mempertinggi kualitas ruang hidup. Dari sudut
planologi, penghijauan berfungsi sebagai pengikat dan pemersatu elemen-elemen
bangunan yang ada di sekelilingnya, sehingga tercipta lingkungan yang kompak
dan serasi.
Kanopi didirikan di area traffic light, dengan desain sesuai tempat area traffic
light tersebut. Traffic light dipasangkan dengan kerangka besi hollow. kawat
harmonika disambungkan dengan tiang penyangga, dan tumbuhan rambat
diletakkan di atas kawat harmonika. Pondasi kanopi disediakan empat lubang
mur, sebagian besi hollow ditanam dan diperkuat dengan menghubungkan mur
dengan lapisan beton, seperti pada gambar 4.
-
9
Tabel 1. Biaya Bahan Kanopi
Biaya Bahan Kanopi
No Bahan Harga
1 Besi hollow Rp33.000,00/4 m
2 Kawat harmonika Rp57.500,00/roll
3 Tumbuhan rambat Passiflora Incarta Rp4.000/pot
4 Cat anti karat Rp35.000,00/kaleng
Di samping itu, dalam perawatan tumbuhan rambat pada kanopi di area traffic
light dilakukan secara rutin, meliputi :
1. Pemangkasan 2 - 4 minggu sekali. Terutama pada waktu musim hujan
2. Pemupukan 2 - 3 bulan sekali dengan NPK
3. Penyemprotan pestisida bisa dilakukan sebulan sekali. Terutama pada
musim penghujan.
Adapun kanopi bersistem go green dipilih sebagai media penahan panas di
area traffic light, karena kanopi tersebut mempunyai kelebihan dan dampak
sebagai berikut :Kanopi lebih murah dan mudah pemasangannya; pembangunan
kanopi tidak mengganggu lingkungan sekitar; tumbuhan merambat di kanopi
dapat memperbaiki kualitas udara di area traffic light ebagai penunjang keindahan
(estetika); memberi kesegaran, kenyamanan dan keindahan lingkungan sebagai
paru-paru kota.
Dengan didirikannya kanopi ini bisa mnciptakan area RTH baru alternatif,
sehingga target untuk membuat ruang terbuka ideal hingga di atas 30% bisa
tercapai. Adanya kanopi ini juga dapat mengurangi kemacetan dan kecelakaan
lalu lintas, karena para pengendara kendaraan bermotor akan lebih merasa nyaman
di bawah kanopi tersebut, sehingga tidak ada lagi pengendara kendaraan yang
menerobos lampu merah pada saat hujan, dan juga tidak ada lagi pengendara
kendaraan yang berhenti tidak semestinya disebabkan cuaca panas pada saat
lampu merah.
Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Pelaksanaan Konsep Kanopi Bersistem Go
Green pada Area Traffic Light
Konsep implementasi kanopi bersistem go green di area traffic light akan
terealisasi dengan baik dan efektif apabila terdapat kerjasama dari beberapa aktor.
Keterlibatan aktor-aktor ini akan berkaitan satu dengan lainnya sehingga dalam
pelaksanaannya saling membutuhkan sehingga dapat terwujud check and balance.
Peran aktor-aktor ini memebentuk suatu sistem yang saling memberikan
konstribusi. Oleh karena itu bila salah satu aktor tidak menjalankan fungsinya
maka penerapannya solusi menjadi kurang maksimal.
1. Pemerintah Pemerintah mempunyai peran yang sangat penting dalam pembuatan
kanopi bersistem go green di area traffic light. Pemerintah sebagai aktor
yang mempunyai wewenang untuk mengatur jalannya pembangunan
berwawasan lingkungan menentukan suatu perencanaan yang akan
dilaksanakan. Peran pemerintah dalam hal ini berkaitan dengan pendanaan
-
10
proses pembuatan kanopi. Adapun pihak-pihak yang turut serta dalam
pelaksanaan konsep kanopi ini, antara lain :
a. Dinas Perhubungan Dinas perhubungan dapat membantu dalam menganalisa dampak lalu
lintas pembangunan kanopi di area traffic light, sehingga tempat-tempat
mendirikan kanopi bisa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya.
b. Dinas Pekerjaan Umum Dinas pekerjaan umum memberikan bimbingan teknis dan non teknis
serta menyediakan tenaga kerja dalam hal pembangunan.
c. Dinas Kebersihan Dinas kebersihan dapat membantu dalam hal perawatan dan kebersihan
area pendirian kanopi. Perawatan dan kebersihan ini meliputi,
perawatan dan pemangkasan tanaman, pengawasan keutuhan kanopi,
serta pembersihan kotoran area kanopi.
2. Pihak Swasta Untuk mencapai sasaran program diperlukan investasi dan dukungan
berbagai kebijakan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif. Dana
investor diharapkan dapat berperan dalam memberikan pelayanan yang
baik dan dukungan fasilitas yang memadai, seperti pembangunan sarana
dan prasarana.
3. Masyarakat Tujuan dibangunnya kanopi ini agar masyarakat merasa nyaman dan
tidak melakukan pelanggaran lagi pada saat berada di area traffic light.
Peran masyarakat dalam pembangunan kanopi adalah menjaga dan tidak
merusak kanopi tersebut. Di samping itu, diharapkan kerjasama dari
masyarakat setempat untuk mendukung kelancaran pembangunan kanopi
serta menjadi agen kontrol.
4. Individu Setiap individu dalam masyarakat mempunyai peran dan kedudukan
yang berbeda. Mengingat setiap individu mempunyai kepentingan yang
berbeda, maka memperlukan satu tujuan sesuai kepentingan. Individu
bertindak sebagai eksekutor atau penggerak dalam pelaksanaan program
ini, apabila masing-masing individu memiliki tujuan yang tidak sama
maka implementasi kanopi bersistem go green pada area traffic light tidak
terlaksana secara optimal.
Tahapan Pelaksanaan Program
Dalam rangka penerapan kanopi bersistem go green perlu disusun
beberapa tahapan teknis pelaksanaan program agar dapat terimplementasi dengan
baik seperti yang diharapkan. Berikut merupakan tahapan teknis pelaksanaan
program:
-
11
1. Tahap Studi pendahuluan (Reconaissance Study)
Kegiatan peninjauan keadaan daerah (lokasi) dimana kanopi itu akan
didirikan. Tujuan tahap ini adalah untuk mengumpulkan data tentang luas lokasi,
ketersediaan ruang terbuka hijau, keadaan cuaca, volume kendaraan, tingkat
kecelakaan, dan polusi yang ditimbulkan. Data kemudian dianalisa, bila ternyata
hasilnya mendukung keberadaanya kanopi tersebut pada saat pembuatan terutama
saat operasional maka data ini dijadikan sebagai bahan kajian untuk kegiatan
pembangunan.
2.Tahap Studi Kelayakan (Feasibillity Study)
Pada tahap ini dilakukan suatu studi penelaahan terhadap semua data hasil
tahap studi pendahuluan tentang keutungan ekologis dan keutungan sosial. Untuk
mendapatkan gambaran yang jelas pada tahap ini akan disinggung masalah yang
menyangkut aspek struktur dan arsitektur pembngunan kanopi tersebut.
3. Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan merupakan tindak lanjut dari penetapan suatu kawasan
berdasarkan hasil studi kelayakan. Dalam tahap ini dilakukan perencanaan, yang
meliputi berbagai hal mulai dari anggaran biaya sampai penyediaan dokumen oleh
pihak-pihak terkait.
4. Tahap Pembangunan Fisik (Actual Construction)
Tahap pembangunan fisik adalah tahapan yang bertujuan untuk
mewujudkan implementasi kanopi bersistem Go green pada area traffic light
sesuai dengan hasil tahapan perencanaan.
5. Tahap Pemeliharaan/Perbaikan (Maintaining)
Tahap pemeliharaan dimulai setelah pendirian kanopi terealisasi dan
berfungsi dengan baik serta dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan
dipelihara/diperbaiki sesuai fungsi dan keperluannya, dan dimanfaatkan sesuai
tujuan implementasi kanopi tersebut.
6. Tahap Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dilaksanakan secara berkelanjutan dengan melakukan evaluasi
mulai tahap awal hingga akhir. Pelaku monitoring adalah pemerintah dan
masyarakat.. Dengan banyaknya pelaku dalam monitoring dan evaluasi
diharapkan pelaksanaan optimalisasi kanopi dapat dipantau secara menyeluruh
dan efektif.
Kondisi yang Menjadi Sasaran Setelah Adanya Implementasi Kanopi
Bersistem Go Green pada Area Traffic Light
1) Meningkatkan fasilitas kenyamanan bagi pengendara Dengan adanya kanopi bersistem go green diharapkan pengguna jalan
dapat merasa nyaman saat berada pada area traffic light. Sehingga beberapa
kasus pelanggaran lalu lintas yang terjadi, seperti menerobos lampu merah,
dan lain sebagainya. Tentunya hal ini dapat menguntungkan pihak kepolisian
dalam penertiban lalu lintas.
-
12
2) Memperluas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kanopi bersistem go green yang berfungsi sama sebagai ruang terbuka
hijau dapat menjawab kesulitan pemerintah dalam memperluas ruang terbuka
hijau untuk memenuhi peraturan internasional tentang batas minimal ruang
terbuka hijau di setiap kota. Kondisi yang selama ini sudah memprihatinkan
karena pertimbangan antara pembangunan dan pemenuhan ruang terbuka
hijau. Maka dalam hal ini kanopi menjadi suatu alternatif untuk memperluas
ruang terbuka hijau dan mendukung adanya peraturan internasional.
3) Mengurangi polusi yang banyak menimbulkan penyakit Dampak dari asap kendaraan yang berbahaya bagi kesehatan manusia akan
semakin terminimalisir dengan adanya kanopi bersistem go green ini, karena
tumbuhan yang ditanam pada kanopi dapat menetralisir polusi yang
ditimbuilkan. Kesehatan masyarakat sekitar yang semula memprihatinkan dan
penuh ancaman penyakit akan menjadi lebih sehat dan aman.
KESIMPULAN
Indonesia mempunyai resiko kecelakaan yang cukup tinggi di area traffic
light khususnya pada wilayah perkotaan. Kecelakaan tersebut disebabkan berbagai
faktor, diantaranya adalah ketidaksabaran pengendara kendaraan bermotot untuk
menunggu traffic light. Ketidaksabaran tersebut menyebabkan banyaknya
pelanggaran traffic light yang berujung pada kecelakaan. Di samping itu, ruang
terbuka hijau di wilayah perkotaan di Indonesia masih belum memenuhi standar
luas seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 26
tahun 2007 pasal 29 ayat 2 tentang penataan ruang yang menyebutkan bahwa
proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh)
persen dari luas wilayah kota. Masyarakat internasional juga mendukung adanya
RTH yang proporsional dengan diselenggarakan beberapa program diantaranya
Konferensi Tingkat Tinggi Rio de Janeiro dan Millenium Development Goals
khususnya pada poin ketujuh tentang sasaran lingkungan yang berkelanjutan pada
tahun 2015. Maka dari itu harus ada solusi baru yang dapat menangani kedua
permasalahan tersebut. Implementasi Kanopi Bersistem Go Green pada Area
Traffic Light untuk Meminimalisasi Kecelakaan dan Menciptakan Ruang Terbuka
Hijau Alternatif. Konsep ini dapat menjadi solusi untuk mengoptimalkan sarana
dan prasarana yang tersedia. Suhardi (2005) menyatakan bahwa setiap jamnya, 1
hektar lahan hijau menyerap 8 kg CO2 yang ekuivalen dengan CO2 yang
diembuskan oleh nafas manusia sekira 200 orang dalam waktu yang sama. Untuk
mengatasi keadaan tersebut, penulis mempunyai gagasan untuk mendirikan
kanopi bersistem go green khususnya di area traffic light. Selain itu, penerapan
konsep ini harus melalui beberapa tahapan yang jelas dan terarah yaitu tahap studi
pendahuluan (reconaissance), studi kelayakan (feasibillity), perencanaan
(planning), pembangunan fisik (construction), pemeliharaan (maintaning),
monitoring dan evaluasi. Konsep Kanopi Bersistem Go Green dapat terealisasi
dengan baik dengan melibatkan enam aktor yaitu pemerintah (Dinas Pekerjaan
Umum, Dinas Kebersihan, dan Dinas Perhubungan), swasta, masyarakat, dan
individu.
-
13
-
14
-
15