veltikultur
-
Upload
rina-wulandari -
Category
Documents
-
view
15 -
download
1
description
Transcript of veltikultur
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki tipe iklim tropis sehingga mendapat
hujan dan sinar matahari dengan intensitas yang seimbang. Daerah dengan iklim tropis
sangat kaya akan sumber daya alamnya terutama tumbuh-tumbuhan. karena tumbuhan
sangat mudah berkembang pada daerah dengan curah hujan yang tinggi. Tumbuhan di
Indonesia pun bermacam-macam. Itulah mengapa sebagian besar wilayah Indonesia
digunakan sebagai lahan pertanian. Secara sempit, pertanian dapat dikatakan suatu siklus
pengolahan (pembudidayaan) sumber daya alam oleh manusia khususnya dalam bidang
pengolahan sumber daya tanaman. Pertanian di Indonesia bukan hanya sekedar bercocok
tanam melainkan sudah menjadi budaya yang sudah mengakar dan tidak bisa dipisahkan
dari kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini menunjukkan betapa tergantungnya
penduduk Indonesia pada pertanian. Maka dari itu diperlukan suatu upaya agar pertanian
di Indonesia tidak semakin meredam atau hilang.
pertanian Indonesia dihadapkan pada suatu permasalahan yaitu lahan pertanian
semakin sempit akibat alih fungsi lahan menjadi bangunan-bangunan tetap. Seperti yang
kita ketahui petani di Indonesia merupakan petani dengan luas lahan pertanian yang
sangat kecil yaitu sekitar 0.3 hingga 0.4 hektare. Inilah yang menyebabkan sebagian besar
petani menjual lahan pertanian mereka untuk dijadikan modal usaha. Sebagian besar
pembeli lahan pertanian tersebut akan mengubah lahan menjadi bangunan yang berakibat
menurunnya luas lahan pertanian di Indonesia. Faktor yang mempengaruhi proses
pertanian salah satunya adalahketersediaan lahan. Kendala ini dalam proses budidaya
suatu jenis tanaman baik di lahan penanaman atau perkarangan rumah adalah terbatasnya
lahan, terutama di perkotaan. Umumnya lahan perkarangan yang tersedia di perkotaan
hanya beberapa meter persegi. Bahkan terkadang sisa lahan tersebut sudah habis terpakai
untuk parkir kendaraan atau untuk meletakkan beberapa pot tanaman hias.
Dari masalah tadi penulis berinofasi untuk menerapkan pertanian secara
veltikultur supaya dapat mengatasi masalah berkurangnya lahan pertanian di Indonesia
agar jumlah hasil produksi pertanian tidak berkurang dan bisa mengalami peningkatan
sehingga masyarakat Indonesia tidak mengalami kemiskinan dan kelaparan. Namun untuk
memperjelas bagaiamana upaya penanaman secara veltikultur tersebut, mari simak isi
makalah tentang “veltikultur” berikut ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi pertanian di Indonesia?;
2. Apa itu veltikultur?;
3. Apa saja macam-macam veltukultur?;
4. Bagaimana cara penanaman dengan veltikultur ?;
5. Apa saja kendala dalam penanaman secara veltikultur ?;
6. Apa saja Jenis tanaman yang dapat di veltikultur?;
7. Apa saja keuntungan dari penanaman veltikultur ?;
8. Bagaimana cara budidaya bunga chrysant?;
9. Bagaimana cara bididaya bunga anggrek?.
C. Tujuan
1. Mengenal kondisi pertanian di indonesia;
2. Memecahkan permasalahan lahan sempit dengan cara tanam veltikultur;
3. Mengetahui macam-macam veltukultur;
4. Mengetahui cara-cara penanamaan secara veltikultur;
5. Memgetahui kendala apa saja yang terdapat dalam penanaman secara veltikultur;
6. Mengetahui jenis apa saja tanaman yang dapat di veltikultur;
7. Mengetahui keuntungan apasaja dari penanaman veltikultir;
8. Mengetahui budidaya bunga chrysant;
9. Mengetahui budidaya bunga anggrek.
BAB II
ISI
Pembahasan
1. Kondisi Pertanian di Indonesia
Indonesia termasuk kedalam negara yang setenga wilayahna adalah daratan.
Kebanyakan penduduk indonesia memanfaatkan daratan itu dengan cara membuat suatu
perkebuna atau pertanian. Di dukung dengan tipe iklimnya topis indonesia memiliki tanah
yang subur sehingga sangat bagus untuk tanaman, Potensi Sumber Daya Alam yang besar
dan beragam. Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi Kondisi
pertanian di Indonesia semakin parah dengan degradasi lahan pertanian dan konversi lahan
pertanian secara besar-besaran. Lahan pertanian produktif yang sebagian besar berada di
Pulau Jawa banyak yang diubah menjadi perumahan-perumahan dan gedung-gedung
perkantoran. Meskipun teknologi pertanian di Indonesia semakin canggih dengan adanya
bioteknologi, pertanian Indonesia masih dianggap belum maju. Salah satunya disebabkan
lahan pertanian yang selalu berkurang dari tahun ke tahun sehingga produksi tanaman
pertanian menurun.
Seperti dalam daftar tabel berikut ;
Tanaman 2009 2010 2011
Hias
Luas
(m2)
Produksi
(tangkai)
Luas
(m2)
Produksi
(tangkai)
Luas
(m2)
Produksi
(tangkai)
Anggrek 1,308,199 16,205,949 1,391,206 14,050,445 1,209,938 15,490,256
Mawar 614,480 60,191,362 3,844,434 82,351,332 504,745 74,319,773
Krisan 9,742,677 107,847,072 10,024,605 185,232,970 8,379,521 305,867,882
Sedap
Malam
815,709 51,047,807 623,463 59,298,954 709,987 62,535,465
Bps.go.id
2 Pengertian Pertanian Vertikultur
Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau
bertingkat (BPTP Sumatera Selatan, 2011). Vertikultur berasal dari kata vertical dan culture,
maka vertikultur dapat diartikan sebagai sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara
vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor (Lukman, 2012). Sistem budidaya
pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk
daerah perkotaan dan lahan terbatas. Vertikultur ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan
produktivitas tanaman sayur dan tanaman hias. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa
untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman.
Vertikultur bukan hanya sekadar kebun vertikal, namun vertikultur ini akan
merangsang seseorang untuk menciptakan suatu biodiversitas di pekarangan yang sempit
sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Pertanian
vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang
menyenangkan.
Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan.maka dari itu slalu
menggunakan paralon. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki
nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan
secara vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang
panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya.
Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya
agar biaya produksi tidak melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobi, vertikultur
dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas.
2.3 Keunggulan dan Kelemahan Pertanian Vertikultur
Menurut Ria Maya keunggulan dari sistem pertanian vertikultur adalah :
1. efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak
dibandingkan sistem konvensional
1. penghematan pemakaian pupuk dan pestisida
2. kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil
3. dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu
4. mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman.
Menurut Anya P. Damastuti adanya atap plastik memberikan keuntungan pada pertanian vertikultur:
1. mencegah kerusakan karena hujan
2. menghemat biaya penyiraman karena atap plastik mengurangi penguapan.
Kekurangannya sistem pertanian vertikultur adalah
1. rawan terhadap serangan jamur, karena kelembaban udara yang tinggi akibat tingginya populasi tanaman
2. adanya atap plastik
3. investasi awal cukup tinggi
4. system penyiraman harus kontinu, dan
5. diperlukan beberapa peralatan tambahan, misalnya tangga sebagai alat bantu penyiraman.
Langkah-langkah Implementasi Pertanian Vertikultur
Langkah-langkah dalam mengimplementasikan pertanian vertikultur tergantung pada model
dan bahan vertikultur yang digunakan. Model budidaya secara vertikultur dapat berupa :
Model gantung, Model tempel, Model Tegak dan Model Rak. Pada umumnya vertikultur
adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga, dengan
beberapa undak-undakan atau sejumlah rak.
1. Model budidaya tanaman sayuran secara vertikultur sederhana model rak
a. merakit pot dari talang air.
Siapkan wadah tanaman berupa talang air segi empat sepanjang 150 (seratus lima
puluh) cm sebanyak 3 (tiga) buah. Lubangi bagian bawahnya dan tutup bagian kedua sisinya.
Untuk rak, siapkan reng kayu dengan panjang 1(satu) meter sebanyak 5 (lima)
batang. Kayu bulat sebanyak 3 (tiga) batang ukuran 1 (satu ) m. Reng kayu ukuran 60 cm
sejumlah 2 (dua) batang, ukuran 45 cm sejumlah 2 (dua) batang dan 30 cm sejumlah 2 (dua)
batang. Letakan talang air di rak kayu, dan isi pot talang air tersebut dengan media tanam.
b. Media Tanam :
Media tanam berupa campuran pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan
volume 1:1. Masukan media tanam ke dalam talang air yang telah disiapkan.
c. Persemaian dan Penanaman :
Untuk tanaman kangkung dan bayam benih bisa langsung ditanam dalam media
tanam talang air tersebut. Untuk tanaman cabai, terong, paprika, sawi benih harus disemaikan
terlebih dahulu. Namun karena talang air berukuran kecil, jenis tanaman apa yang akan
ditanam harus menjadi perhatian. Tanaman yang bisa ditanam biasanya tanaman daun antara
lain bayam, kangkung dan sawi.
Cara persemaiannya adalah benih direndam dalam air hangat (± 50ºC) selama 1
(satu) jam. Semaikan benih-benih tersebut ke dalam media tanam berupa bak plastik atau
tray, setelah tanaman mempunyai daun antara 4-5 helai, bibit bisa dipindahkan langsung ke
dalam talang air tersebut. Pemindahan bibit ke media talang air tersebut harus sangat hati-
hati, usahakan tanah masih menempel pada akar tanaman. Lakukan penanaman pada sore hari
atau pada pagi hari dengan membenamkan tanaman sampai batas leher akar.
d. Pemeliharaan :
Penyiraman dilakukan sebanyak 2 (dua) kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari
Penyulaman dilakukan bila ada tanaman yang mati. Pemupukan dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu :
a. Dengan mengunakan pupuk cair (NPK) lengkap sebanyak 1 (satu) gram
dicairkan dalam 1 (satu) liter air lalu disemprotkan ke daun tanaman sebanyak
100-250 cc pertanaman atau tergantung umur tanaman dengan interval 1-2
minggu sekali.
b. Dengan menggunakan NPK yang disiramkan pada media tanam bukan pada
tanamannya. Dosis pupuk yang dianjurkan untuk fase pertumbuhan adalah 2
sendok makan NPK/10 liter air (1 ember) atau campuran urea + SP36 + KCl
dengan perbandingan 2:1:1.
Pengendalian hama penyakit sebaiknya dilakukan secara konvensional/mekanik
dengan cara mencabut atau menggunting tanaman yang terserang hama penyakit . Hindari
pemakaian pestisida dan bila terpaksa gunakan pestisida yang selektif dan secara bijaksana.
2. Pot Vertikal
Menurut Ir. Mulyono Niti-sapto, staf edukatif pada Fakultas Pertanian UGM, jenis pot
vertikal (dari bahan gerabah, bambu, ataupun paralon) paling cocok untuk menanam sayuran
berbatang kedl, misalnya selada, sawi, kol bunga, seledri, atau kangkung. Sebaliknya, untuk
menanam terung, tomat, cabai, bawang (merah dan putih), hasilnya terbukti kurang bagus.
Tinggi pot vertikal paling ideal ± 1,5 m karena bagian yang paling atas masih mudah
dijangkau bila orang harus menyiram, memupuk, maupun memetik hasilnya. Jika vertikultur
terlalu tinggi dapat roboh jika terkena angin. Jarak antara pot yang satu dengan lainnya
berkisar 40 -60 cm, tergantung besarnya tanaman. Makin besar tanaman, jaraknya makin
jauh. Untuk tanaman seledri, misalnya, jaraknya cukup 40 cm, untuk cabai ± 60 cm.
Porositas media tanam pada pot vertikal harus cukup tinggi. Ini perlu karena berkaitan
dengan pemupukan. Pupuk yang sudah dilarutkan secara sempuma dalam air dengan
perbandingan 1 g pupuk dengan 11 crir diguyurkan dari atas. Dengan porositas yang cukup,
pupuk bisa meresap secara merata sampai ke bawah. Porositas yang tinggi bisa dicapai kalau
setiap kali melakukan penanaman baru, tanah dibongkar lebih dahulu. Bisa juga setelah 3 kali
panen, media tanam dicampur lagi dengan pupuk kandang dan sekam dengan perbandingan
1:1-: 1/4.
Media tanam yang bisa digunakan di antaranya, sekam (atau abunya), pasir, atau
gambut yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1-2:1. Atau campuran
tanah dengan pupuk kandang (3 : 1). Bisa pula campuran tanah dengan sampah rumah tangga
atau campuran tanah, sekam dan pupuk kandang.
Untuk mencegah ancaman cendawan dan sebangsanya, media tanam dibuat steril.
Untuk itu media tanam harus disangrai (digoreng tanpa mi-nyak) lebih dulu. Campuran fop
soil (tanah lapisan atas yang bisa diambil sampai kedalaman 10-20 cm) dengan pasir halus,
pupuk kandang, kompos, dan kapur dimasukkan ke dalam wadah yang cukup besar. Lalu,
campuran itu disangrai selama 6 – 8 jam sambil diaduk. Setelah dingin baru dimasukkan
dalam pot.
Sebagai media penyemaian bagi benih tanaman yang hendak ditanam, bisa berupa
tanah kebun halus atau pasir yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan
2:1. Atau, campuran pupuk kandang, pasir, dan tanah dengan perbandingan 2:2: 1. Ke
dalamnya bisa dibubuhkan sedikit furadan dan pupuk NPK.
3. Vertikultur menggunakan wadah batang bambu
a. Pembuatan wadah tanam vertikultur
Wadah tanam dibuat dari dua batang bambu yang masing-masing panjangnya 120 cm,
dengan pembagian 100 cm untuk wadah tanam dan 20 cm sisanya untuk ditanam ke tanah.
Pada setiap bambu akan dibuat lubang tanam sebanyak 10 buah. Bambu dipilih yang
batangnya paling besar, lalu dipotong sesuai dengan ukuran yang ditetapkan. Semakin bagus
kualitas bambu, semakin lama masa pemakaiannya. Di bagian 20 cm terdapat ruas yang
nantinya akan menjadi ruas terakhir dihitung dari atas. Semua ruas bambu kecuali yang
terakhir dibobol dengan menggunakan linggis supaya keseluruhan ruang dalam bambu
terbuka. Di bagian inilah nantinya media tanam ditempatkan. Untuk ruas terakhir tidak
dibobol keseluruhan, melainkan hanya dibuat sejumlah lubang kecil dengan paku untuk
sirkulasi air keluar wadah.
Selanjutnya dibuat lubang tanam di sepanjang bagian 100 cm dengan menggunakan
bor listrik. Dapat juga menggunakan alat lain seperti pahat untuk membuat lubang. Lubang
dibuat secara selang-seling pada keempat sisi bambu (asosiasikan permukaan bambu dengan
bidang kotak). Pada dua sisi yang saling berhadapan terdapat masing-masing tiga lubang
tanam, pada dua sisi lainnya masing-masing dua lubang tanam, sehingga didapatkan 10
lubang tanam secara keseluruhan. Setiap lubang berdiameter kira-kira 1,5 cm, sedangkan
jarak antar lubang dibuat 30 cm.
b. Pengadaan media tanam
Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari
media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media
tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan
perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata.
Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui
air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam
berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya
bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman. Campuran
media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk memastikan tidak
ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke
dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat
supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak
terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.
c. Persiapan bibit tanaman dan penanaman
Sebelum berencana membuat wadah vertikal, terlebih dahulu mempersiapkan
sejumlah bibit tanaman. Ketika tanaman sudah mencapai umur siap dipindahkan, pada
dasarnya ada tiga tahap dalam proses ini, yaitu persemaian, pemindahan, dan penanaman.
Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media
tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki
lubang di bagian bawah untuk mengeluarkan kelebihan air. Persemaian menggunakan wadah
khusus persemaian benih yang disebut tray dengan jumlah lubang 128 buah (tray lain jumlah
dan ukuran lubangnya bervariasi). Dapat juga persemain menggunakan sebuah pot ukuran
sedang dan sebuah bekas tempat kue. Adapun untuk media tanamnya adalah media tanam
dari produk jadi yang bersifat organik.
Jika menggunakan tray, jumlah benih yang dapat disemaikan sudah terukur karena
setiap lubang diisi sebuah benih (walaupun bisa juga diisi 2 atau 3). Jika menggunakan
wadah lain maka jumlah benih yang dapat disemaikan disesuaikan dengan ukuran wadahnya,
dalam hal ini jarak tanam benih diatur sedemikian rupa agar tidak berdempetan. Dua-tiga
minggu setelah persemaian benih sudah berkecambah dan mengeluarkan 3-4 daun. Idealnya,
benih yang sudah tumbuh daun berjumlah 4-5 helai sudah layak dipindahtanamkan.
Bibit tanaman yang dipindahkan ke wadah vertukultur sudah berumur lebih dari satu
bulan, daunnya pun sudah bertambah. Karena hanya memiliki total 20 lubang tanam dari dua
batang bambu, maka cukup leluasa untuk memilih 20 bibit terbaik. Sebelum bibit-bibit
ditanam di wadah bambu, terlebih dahulu menyiramkan air ke dalamnya hingga jenuh,
ditandai dengan menetesnya air keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah cukup, baru mulai
menanam bibit satu demi satu. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam
tanah. Setiap jenis bibit (cabe merah dan tomat) dikelompokkan di wadah bambu terpisah.
d. Pemeliharaan tanaman
Tanaman juga memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk hidup yang lain.
Tanaman memerlukan perhatian dan kasih sayang. Selain penyiraman dilakukan setiap hari
juga perlu pemupukan, dan juga pengendalian hama penyakit.
Sebaiknya pupuk yang digunakan adalah pupuk organik misalnya pupuk kompos,
pupuk kandang atau pupuk bokashi. Disarankan agar sayuran buah seperti cabe, tomat tidak
mudah rontok sebaiknya menambahkan KCL satu sendok teh atau sendok makan tergantung
besar kecilnya pohon. Pemberian KCL setiap 5 sampai 6 bulan sekali. Di perkotaan, pupuk
kandang atau kompos harganya menjadi mahal. Limbah dapur atau daun-daun kering bisa
dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk bokashi. Pupuk bokashi adalah hasil fermentasi bahan
organik (jerami, sampah organik, pupuk kandang, dan lain-lain) dengan teknologi EM yang
dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Bokashi dapat dibuat dalam beberapa hari dan bisa
langsung digunakan sebagai pupuk.
Kalau di daerah pedesaan, biasanya sampah atau kotoran hewan dimasukkan ke
sebuah lubang. Kalau lubangnya sudah penuh, sampah dibakar dan sebagai pupuk. Dengan
catatan, pupuk kotoran hewan yang akan digunakan hendaknya sudah tidak berbau busuk. Di
swalayan, kios tanaman saat ini sudah banyak dijual pupuk kandang yang sudah kering, tidak
berbau, dan steril.
Saat ini masyarakat mulai banyak mempertimbangkan mengkonsumsi hasil panen
yang Iebih sehat cara penanamannya, yaitu menggunakan pupuk dan pengendalian hama
alami, meskipun harga produk tersebut lebih mahal. Saran untuk berkebun di rumah
sebaiknya tidak menggunakan bahan kimia. Ditekankan pula jangan menggunakan furadan
untuk membunuh hama yang ada di dalam tanah. Penggunaan furadan bisa mengurangi
tingkat kesuburan tanah dan juga mencemari tanaman kurang lebih selama sebulan. Jadi,
sebaiknya untuk tanaman sayuran tidak perlu digunakan furadan.
e. Pemanenan
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, bayam,
seledri, kemangi, selada, kangkung dan sebagainya). Apabila kita punya tanaman sendiri dan
dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen dilakukan dengan mengambil
daunnya saja. Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen
berulang-ulang.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Vertikultur merupakan sistem pertanian secara vertikal sehingga dapat memperluas lahan pertanian yang ada di
desa Cikarawang. Pertanian vertikultur sebelumnya belum ada di Desa Cikarawang sehingga perlu adanya
pengembangan agar masyarakat dapat mengimplementasikannya di halaman rumah masing-masing. Dengan
sistem pertanian vertikultur, tanaman yang dapat ditanam pada suatu luasan daerah menjadi semakin banyak.
Kemudian lahan yang ada di sekeliling rumah masyarakat dapat dioptimalkan menjadi lahan pertanian yang
menghasilkan sehingga harapannya pertanian vertikultur ini dapat meningkatkan pendapatan keluarga maupun
mengurangi pengeluaran untuk membeli bahan makanan. Untuk jangka panjangnya, vertikultur ini diharapkan
dapat meningkatkan produksi tanaman hortikultura di daerah Dramaga, Bogor.
4.2 Saran
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai tanaman apa saja yang dapat di budidayakan di vertikultur
selain yang telah disebutkan
2. Kerjasama antara masyarakat, pemerintah, dan swasta sangat diperlukan dalam implementasi vertkultur di
Desa Cikarawang
3. Sosialisasi kepada masyarakat mengenai adanya vertikultur ini harus diperbanyak sehingga masyarakat
tahu dan dapat menjalankannya.
4. Harapannya tidak ada lagi konversi lahan pertanian produktif menjadi bangunan-banguna. Disinilah peran
pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus bisa mesejahterakan masyarakat
http://essymia.wordpress .com/2012/10/29/vertikultur-pertanian-masa-depan/
c. untuk aturan air, pada pralon berilah pen utup berlubang-lubang pada kedua
ujungnya. Pada bambu, buatlah lubang-lubang pada kedua dinding sekat ruang
yang terdapat di kedua ujung bambu. Sedangkan, pada tempurung kelapa
maupun kaleng-kaleng bekas, buatlah aturan air dengan cara memberi lubang-
lubang pada bagiaan dasarnya.
d. dengan menggunakan tali, rangkailah bahan-bahan pot tersebut sebanyak yang
diinginkan.
e. setelah itu gantunglah rangkain pot-pot tersebut pada kerangka bambu, besi,
maupun kayu yang telah di persiapkan.
f. isilah pot-pot tersebut denan media tanam (tanah) dan kemudian siap untuk
ditanami.
4. pot susun
Cara pembuatan kolom yang disusun dalam bentuk pot-pot susun, adalah sebagai
berikut.
a. Potong-potonglah baahan yang akan digunakan sebagai pot susun.
b. Berilah beberapa lubang untuk atusan air pada ruas bagian bawah.
c. Pada salah satu sisi dibawah bibir pot bambu atau kaleng bekas, buatlah lubang untuk
menempatkan pot tersebut pada suatu tegakan yang dapat dibuat dari bambu,kayu
maupun semen cor.
d. Isilah pot-pot tersebut dengan tanah dan kemudian siap untuk ditanami.
D. budidaya tanaman ecara vertikal
1. media tanam/tumbuh tanaman
Tanah yang menjadi media tumbuh tanaman merupakan salah satu unsut untuk
menghasilkan produk-produk pertanian. Agar tanaman dapaat berproduksi dengan baik,
diperlukan adanya sumber daya tanah yang baik pula. Dalam arti lain mampu mendukung
rtumbuhan tanaman melalui ketersediaan unsur-unsur hara, air, dan udara yang terkandung
didalamnya. Pada pola budidaya tanaman secara vertikal ini, jenis tanah yang dapat dgunakan
adalah yang berstruktur remah, misalnya tanah yang mengandung pasir, tanah liat, ataupum
lumpur. Seandainya jenis-jenis tanah tersebut tudak ada maka jenis tanah apapun bisa
digunakan. Tanah tersebut kemudian dicampur dengan pupuk kandang atau kompos dan
sekam padi dengan perbandingan 1:1:1. Tujuannya agar tanah yang digunakan sebagai media
tanam butiran yang tidah mudah lepas.
Media tanam tersebut dapat digunakan secara berturut-turut. Hanta setelah
digunakan sebayak 2-3 kali tanam, perlu ditambahkan laagi pupuk kompos maupun pupuk
batuan. Gar ahra tersedia secara memadai.
1. Jenis tanaman yang dibudidayakan
Jenis tanaman yang dapat dipakai adalah jenis tanaman yang musiman.tanaman
semusim adalah tanaman yang dipungut 1-3 selama masa pertumbuhannya yang berkisar
antara 6 bulan. Tapi kebanyakan untuk veltikultur ini, umumnya selalu tanaman sayur yang
jenisnya selalu ditentukan oleh ukuran dan jenis kolom wadah yang telah disediakan.
Sementara sayuran yang berbatang besar, seperti tomat, cabai diusahakan dalam kolom yang
lebih besar. tanaman denagn sistem perakaran pendek diusaahakan di tanam pada kolom
yang horizontal.
5. Kelebihan sistem pertanian vertikultur:
(1) efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak
dibandingkan sistem konvensional,
(2)penghematan pemakaian pupuk dan pestisida,
(3) kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil,
(4) dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah
tertentu,
(5) mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman, dan (
6) adanya atap plastik memberikan keuntungan
(a) mencegah kerusakan karena hujan,
(b) menghemat biaya penyiraman karena atap plastik mengurangi penguapan.
Kekurangannya adalah
(1) rawan terhadap serangan jamur, karena kelembaban udara yang tinggi akibat
tingginya populasi tanaman adanya atapplastik,
(2) sistem penyiraman harus kontinu, dan diperlukan beberapa peralatan tambahan,
misalnya tangga sebagai alat bantu penyiraman. Pelaksanaan vertikultur dapat
menggunakan bangunan khusus (modifikasi dari sistem green house) maupun
tanpa bangunan khusus, misalnya di pot gantung dan penempelan di tembok-tembok.
Wadah tanaman sebaiknya disesuaikan dengan bahan yang banyak tersedia di pasar
lokal. Bahan yang dapat digunakan, misalnya kayu, bambu, pipa paralon, pot, kantong
plastik dan gerabah. Bentuk bangunan dapat dimodifikasi menurut kreativitas dan
lahan yang tersedia. Yang penting perlu diketahui lebih dahulu adalah
karakteristiktanaman yang ingin dibudidayakan sehingga kita dapat merancang
sistemnya dengan benar.