Vector Dan Rodent Control (01)

download Vector Dan Rodent Control (01)

of 4

Transcript of Vector Dan Rodent Control (01)

VECTOR DAN RODENT CONTROLBaru Pusat Eropa untuk Pencegahan Penyakit dan jaringan vektor KontrolDikirim Tanggal:20 Agustus 2010 http://www.ecdc.europa.eu/en/healthtopics/climate_change/health_effects/Pages/vector_borne_diseases.aspxPada tahun 2008, WHO merekomendasikan bahwa "Pemerintah kawasan Eropa - serta negara-negara lain - akan mendapat manfaat dari memastikan bahwa lembaga pengawasan dan staf sesuai pendidikan yang tersedia. Sebuah lembaga kesehatan masyarakat terlatih, tersedia dan siap untuk manajemen penyakit terkait hama, diperlukan untuk melindungi masyarakat dari ancaman kesehatan yang berhubungan dengan hama perkotaan ".Jaringan baru akan membahas kegiatan surveilans vektor arthropoda yang penting bagi penyakit prioritas berikut di Uni Eropa: Nyamuk penular penyakit: chikungunya, demam berdarah, West Nile Fever Penyakit tick-borne: tick-borne ensefalitis, penyakit Lyme, tularaemia, rickettssiosis Penyakit phlebotomine-borne: leishmaniasis, demam sandfly Vektor penyakit lain yang ditularkan oleh kutu dan tikus.Para anggota VBORNET akan menjadi perwakilan dari berbagai vektor penelitian penyakit-terkait dan kegiatan kesehatan masyarakat saat ini sedang berlangsung di Eropa.Berlangganan ke jaringan adalah atas dasar sukarela dan anggota jaringan diundang untuk secara aktif berkontribusi data.Jaringan ini bertujuan untuk membuat tersedia melalui internet peta distribusi vektor up-tanggal teratur dari vektor arthropoda utama penyakit di Eropa.Pusat Eropa Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (ECDC) didirikan pada tahun 2005.Ini adalah lembaga Uni Eropa yang bertujuan untuk memperkuat Eropa dari pertahanan terhadap penyakit menular.Hal ini bertempat di Stockholm, Swedia.Orang yang ingin bergabung harus menghubungi VBORNET dengan email singkat mengkonfirmasi minat mereka untuk bergabung.Alamat email [email protected]

( Indonesia )http://kesmas-unsoed.info/2011/03/makalah-vektor-penyakit.htmlA.Pengendalian Vektor PenyakitPeraturan Menteri No.374 tahun 2010 mendefinisikan bahwa pengendalian vektor merupakan kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi beresiko untuk terjadinya penularan penyakit di suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit yang dibawa oleh vektor dapat di cegah (MENKES,2010).

Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan secara fisik atau mekanis, penggunaan agen biotik kimiawi, baik terhadap vektor maupun tempat perkembangbiakannya dan atau perubahan perilaku masyarakat serta dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan loKal sebagai alternative. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kesakitan penyakit bersumber binatang antara lain adanya perubahan iklim, keadaan social-ekonomi dan perilaku masyarakat. Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko kejadian penyakit tular vektor. Faktor risiko lainnya adalah keadaan rumah dan sanitasi yang buruk, pelayanan kesehatan yang belum memadai, perpindahan penduduk yang non imun ke daerah endemis.

Masalah yang di hadapi dalam pengendalian vektor di Indonesia antara lain kondisi geografis dan demografi yang memungkinkan adanya keragaman vektor, belum teridentifikasinya spesies vektor ( pemetaan sebaran vektor) di semua wilayah endemis, belum lengkapnya peraturan penggunaan pestisida dalam pengendalian vektor, peningkatan populasi resisten beberapa vektor terhadap pestisida tertentu, keterbatasan sumberdaya baik tenaga, logistik maupun biaya operasional dan kurangnya keterpaduan dalam pengendalian vektor.

Dalarn pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia. Namun hendaknya dapat diusahakan agar segala kegiatan dalam rangka menurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik. Untuk itu perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhana pun yang penting di dasarkan prinsip dan konsep yang benar. Ada beberapa cara pengendalian vector penyakit yaitu :

1. Pengendalian Vektor Terpadu (PVT)Mengingat keberadaan vektor dipengaruhi oleh lingkungan fisik, biologis dan social budaya, maka pengendaliannya tidak hanya menjadi tanggung jawab sector kesehatan saja tetapi memerlukan kerjasama lintas sector dan program. Pengendalian vektor dilakukan dengan memakai metode pengendalian vektor terpadu yang merupakan suatu pendekatan yang menggunakan kombinasi beberapa metoda pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan pertimbangan keamanan, rasionalitas, efektifitas pelaksanaannya serta dengan mempertimbangkan kesinambungannya.

a. Keunggulan Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) adalah1. Dapat meningkatkan keefektifan dan efisiensi sebagai metode atau cara pengendalian2. Dapat meningkatkan program pengendalian terhadap lebih dari satu penyakit tular vektor3. Melalui kerjasama lintas sector hasil yang dicapai lebih optimal dan saling menguntungkan.Pengendalian Vektor Terpadu merupakan pendekatan pengendalian vektor menggunakan prinsip-prinsip dasar management dan pertimbangan terhadap penularan dan pengendalian peyakit. Pengendalian Vektor Terpadu dirumuskan melalui proses pengambilan keputusan yang rasional agar sumberdaya yang ada digunakan secara optimal dan kelestarian lingkungan terjaga.

b. Prinsip-prinsip PVT meliputi:1. Pengendalian vektor harus berdasarkan data tentang bioekologi vektor setempat, dinamika penularan penyakit, ekosistem dan prilaku masyarakat yang bersifat spesifik local( evidence based)2. Pengendalian vektor dilakukan dengan partisipasi aktif berbagai sector dan program terkait, LSM, Organisasi profesi, dunia usaha /swasta serta masyarakat.3. Pengendalian vektor dilakukan dengan meningkatkan penggunaan metoda non kimia dan menggunakan pestisida secara rasional serta bijaksana4. Pertimbangan vektor harus mempertimbangkan kaidah ekologi dan prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.c. Beberapa metode pengendalian vektor sebagai berikut:1. Metode pengendalian fisik dan mekanik adalah upaya-upaya untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan habitat perkembangbiakan dan populasi vektor secara fisik dan mekanik.Contohnya:- modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan (3M, pembersihan lumut, penenman bakau, pengeringan, pengalihan/ drainase, dll)- Pemasangan kelambu- Memakai baju lengan panjang- Penggunaan hewan sebagai umpan nyamuk (cattle barrier)- Pemasangan kawat2. Metode pengendalian dengan menggunakan agen biotic- predator pemakan jentik (ikan, mina padi,dll)- Bakteri, virus, fungi- Manipulasi gen ( penggunaan jantan mandul,dll)3. Metode pengendalian secara kimia- Surface spray (IRS)- Kelambu berinsektisida- larvasidaAdapun prinsip dasar dalam pengendalian vektor yang dapat dijadikan sebagai pegangan sebagai berikut :a. Pengendalian vektor harus menerapkan bermacam-macam cara pengendalian agar vektor tetap berada di bawah garis batas yang tidak merugikan/ membahayakan.b. Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologi terhadap tata lingkungan hidup. (Nurmaini, 2001)2. Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) yaitu dengan memanfaatkan kondisi alam yang dapat mempengaruhi kehidupan vector. Ini dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama3. Pengendalian terapan (applied control) yaitu dengan memberikan perlindungan bagi kesehatan manusia dari gangguan vektor. Ini hanya dapat dilakukan sementara.a. Upaya peningkatan sanitasi lingkungan (environmental sanitation improvement)b. Pengendalian secara fisik-mekanik (physical-mechanical control) yaitu dengan modifikasi/manipulasi lingkunganc. Pengendalian secara biologis (biological control) yaitu dengan memanfaatkan musuh alamiah atau pemangsa/predator, fertilisasid. Pengendalian dengan pendekatan per-UU (legal control) yaitu dengan karantinae. Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (chemical control) (Afrizal, 2010).

Kesimpulan : Bila di bandingkan dengan Negara lain, Indonesia memang masih melakukan pengendalian vector dengan cara yan sederhana, namun system tersebut sudah cukup baik untuk mengendalikan vecktor. Dilihat dari segi kesadaran masyarakatnya, di Negara lain dibentuk semacam tim atau relawan yang ingin membantu untuk memberantas vector atau hama, sedangkan di Indonesia hal tersebut nampaknya sulit dilakukan , mengingat masyarakat Indonesia sendiri masih minim pengetahuan nya tentang hal tersebut dan cenderung bersikap tidak peduli.