Varises
-
Upload
dyah-rahmawati -
Category
Documents
-
view
39 -
download
3
description
Transcript of Varises
1. Varises
Istilah varises menunjukkan adanya dilatasi vena, yang biasanya disertai vena
yang memanjang dan berkelok-kelok (Gambar 1). Penyebab pasti varises vena
belum diketahui. Varises dibedakan menjadi primer dan sekunder. Penyebab
varises primer tampaknya adalah kelemahan struktur herediter dari dinding
pembuluh darah. Dilatasi dapat disertai gangguan katup vena karena daun
katup tidak mampu menutup dan menahan aliran refluks. Varises primer
cenderung terjadi pada vena-vena superfisialis karena kurangnya dukungan
dari luar atau kurangnya tahanan dalam jaringan subkutan. (Price, 2006)
Gambar 1. Varises
Varises sekunder disebabkan oleh gangguan patologi sistem vena profunda
yang timbul kongenital atau didapat, menyebabkan dilatasi vena-vena
superfisialis, saluran penghubung, atau kolateral. Misalnya, kerusakan katup
vena pada sistem vena profunda akan mengganggu aliran darah menuju
jantung; stasis yang timbul dan penimbunan darah menyebabkan hipertensi
vena profunda. Jika katup vena penghubung (atau penyambung) tidak
berfungsi dengan baik,maka peningkatan tekanan sirkuit vena profunda akan
menyebabkan aliran balik darah ke dalam vena penghubung. Darah vena akan
dipirau ke vena superfisialis dari vena profunda, hal ini merupakan faktor
predisposisi timbulnya varises sekunder pada vena-vena superfisialis. Pada
keadaan ini, vena superfisialis berfungsi sebagai pembuluh darah kolateral
untuk sistem vena profunda, memirau darah dari daerah yang sakit. (Price,
2006)
Faktor predisposisi
Ada sejumlah faktor predisposisi perkembangan varises primer.
Kecenderungan familial sudah diketahui; agaknya kelemahan dinding
pembuluh darah bersifat diturunkan. Selain itu, ada faktor-faktor yang
meningkatkan tekanan hidrostatik dan volume darah pada tungkai, misalnya:
a) Umur. Semakin tua seseorang maka keelastisitasan vena akan semakin
berkurang. Tentu saja hal ini juga dapat mengurangi kinerja katup karena
ikut melemah. Jika sudah seperti ini maka darah akan dengan mudah
melawan arus dan mengendap di dalam vena.
b) Kehamilan. Biasanya varises mulai terlihat ketika rahim mulai membesar
dan semakin memberikan tekanan pada vena di kaki. Selain akibat
tekanan, meningkatnya kadar hormon selama kehamilan juga dapat
membuat otot vena menjadi lebih rileks, dan berimbas pada melemahnya
perlindungan katup. Oleh karena itu, terbentuklah varises.
c) Faktor keturunan. Varises merupakan penyakit yang dapat menurun. Itu
artinya peluang Anda untuk mengalami kondisi ini akan lebih besar jika
memiliki keluarga berpenyakit sama.
d) Merokok. Kandungan zat berbahaya dalam rokok membuat pembuluh darah
menjadi kaku dan terjadi penyempitan, sehingga dinding pembuluh tidak
elastis lagi.
e) Berdiri terlalu lama. Kebiasaan ini dapat menyebabkan darah di vena kaki
menjadi sulit untuk mengalir ke jantung.
f) Obesitas. Tekanan pada vena kaki akan semakin bertambah jika bobot
tubuh Anda besar. Selain menyulitkan vena dalam mendorong darah ke
jantung, tekanan besar juga dapat memperlemah katup sehingga jika
terjadi arus balik darah.
g) Masalah kesehatan lainnya, seperti cedera vena dalam, penggumpalan
darah, dan kelainan pada pembuluh darah diantara vena dan arteri. Varises
yang disebabkan oleh keempat kondisi ini lebih jarang terjadi.
(Price, 2006)
Gambaran klinis
Ada beberapa gejala terjadinya varises antara lain yaitu :
1) Mula-mula kaki dan tungkai terasa berat, diikuti otot yang mudah pegal,
kaku, panas dan sakit di seputar kaki maupun tungkai. Biasanya rasa sakit
dirasakan menjelang malam, akibat tidak lancarnya aliran darah.
2) Mudah kram, meski kaki dalam kondisi santai.
3) Muncul pelebaran pembuluh darah rambut yang mirip jaring laba-laba
(spider navy).
4) Perubahan warna kulit (pigmentasi) di seputar mata kaki, akibat tidak
lancarnya aliran darah. Kadang diikuti dengan luka di sekitar mata kaki
yang sulit sembuh.
5) Kaki bengkak (edema) karena adanya pembendungan darah.
6) Perubahan pada pembuluh vena luar, misalnya di betis bagian belakang
tampak urat kebiru-biruan dan berkelok-kelok. Keadaan ini merupakan
gejala varises kronis.
(Price, 2006)
Manifestasi klinis tersering dari varises vena adalah gangguan kosmetik.
Varises primer dapat menimbulkan nyeri tumpul ringan pada tungkai,
terutama menjelang malam. Rasa tidak nyaman biasanya berkurang dengan
mengangkat kaki dan memakai kaus kaki penahan yang elastis. Rasa tidak
nyaman karena varises sekunder cenderung lebih berat. Terlihat tonjolan otot
pada kaki, kaki terasa berat, terasa nyeri, gatal, rasa terbakar, keram pada
malam hari, perubahan kulit dan kesemutan. Diagnosis varises vena mudah
dilakukan dan didasarkan pada observasi dan palpasi vena yang berdilatasi.
(Price, 2006)
Komplikasi jarang terjadi. Tromboflebitis superfisialis atau perdarahan
dengan ekimosis dapat terjadi. Varises sekunder dapat menyebabkan
terjadinya edema, dermatitis stasis, atau ulserasi. (Price, 2006)
Gambar 2. Varises
Pencegahan
Sebelum terjadi langkah atau cara mencegah munculnya Varises:
1. Untuk meningkatkan kekuatan otot kaki dan vena, lakukan olahraga yang
teratur
2. Kurangi menggunakan sepatu hak tinggi karena penggunaan otot betis
menjadi tidak maksimal. Bila memang harus selalu menggunakan sepatu
hak tinggi, sering istirahat dan menggerakkan kaki setiap 15 menit.
3. Hindari berdiri terlalu lama. Bila tuntutan kerja mengharuskan anda
banyak berdiri, pindahkan beban dari satu kaki ke kaki yang lainnya setiap
beberapa menit.
4. Jangan duduk sambil menyilangkan kaki terlalu lama karena dapat
menghambat peredaran darah
5. Jangan sering menggunakan pakaian ketat pada bagian pinggang, paha dan
kaki
6. Biasakan mengkonsumsi vitamin C dan E sebab baik untuk pembuluh
darah.
7. Banyak mengkonsumsi makanan berserat, buah dan sayur
8. Kurangi konsumsi garam untuk menghindari pembengkakkan
9. Hindari makanan pedas karena dapat merangsang pelebaran pembuluh
darah
10. Lakukan senam kaki. Sambil duduk putar pergelangan kaki searah jarum
jam dan sebaliknya
11. Angkat kaki saat beristirahat
12. Berdiri tegak setiap 45 menit setelah anda duduk bekerja seharian
13. Mandi dengan air panas dan dingin bergantian sangat baik untuk peredaran
darah.
(Price, 2006)
Selain langkah diatas untuk mencegah terjadinya varesis dapat dilakukan
dengan :
a. Batasi pemakaian “high heels”
Menghindari tumpuan berlebihan pada tungkai antara lain dengan
mengatur berat badan dan menghindari pemakaian sepatu tumit tinggi
yang terlalu lama dan terlalu sering. Bobot tubuh ekstra membuat kerja
tungkai menjadi lebih berat daripada normal, kerja otot-otot tungkai
menjadi lebih giat. Imbasnya, arus aliran balik darah dari tungkai menuju
jantung menjadi lebih besar dan tekanannya menjadi semakin meninggi.
(Price, 2006)
Pemakaian sepatu tumit tinggi menambah jarak yang harus dicapai
aliran balik darah dan membuat beberapa otot tungkai bekerja lebih giat
sehingga kompensasinya tekanan arus aliran balik darah menjadi semakin
meninggi. (Price, 2006)
b. Istirahatkan tungkai
Mengatur aktivitas tungkai dan mengatur posisi tungkai saat istirahat
dengan menyempatkan tungkai beristirahat di antara interval aktivitasnya.
Julurkan tungkai lurus dan ganjal dengan satu atau dua bantalan saat
duduk istirahat atau saat berbaring agar aliran arus balik darah mengalir
dengan lancar dalam tekanan yang normal. Dalam beberapa keadaan,
memberi rendaman air hangat pada kaki dan tungkai bawah dapat
membantu lancarnya aliran balik darah. (Price, 2006)
c. Selalu bersih dan lembab
Jaga kebersihan dan kelembaban kulit tungkai untuk menghindari
kemungkinan perlukaan dan infeksi. (Price, 2006)
Pengobatan
Metode fisik yang telah dijelaskan sebelumnya (seperti penahan elastik) untuk
mengurangi stasis vena harus digunakan untuk mengobati varises. Suntikan
dengan obat sklerosan dapat dipertimbangkan untuk diberikan pada varises
kecil yang asimtomatik; tetapi skleroterapi saat ini hanya sedikit berperan.
Pembedahan dapat diindikasikan untuk memperbaiki penampilan ekstremitas
bawah, menghilangkan rasa tidak nyaman, atau menghindari tromboflebitis
superfisialis rekuren. Pada pembedahan vena biasanya dilakukan ligasi tinggi
dan pemotongan vena safena magna dan parva. Vena yang terserang diligasi
pada pertemuan safenofemoral atau safenopopliteal, dan sebuah alat
dimasukkan secara intraluminal untuk mengangkat seluruh pembuluh darah
tersebut. Flebotomi ambulatorik mengangkat varises kecil melalui serangkaian
jahitan kecil pada kulit dengan anestesi lokal. (Price, 2006)
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume 1. Edisi 6. Jakarta. EGC