Case Report Varises

28
Case report “VARISES” Nuciana Siti Andrianti

description

Case Report Varises

Transcript of Case Report Varises

Case report

“VARISES”

Nuciana Siti Andrianti

IDENTITAS PASIEN

– Nama : Tn. B

– Umur : 33 tahun

– Jenis kelamin : Laki-laki

– Agama : Islam

– Status perkawinan : Menikah

– Pekerjaan : Pegawai Swasta

– No. RM : 431595

– Alamat : Kaum Kidul 1/1 Soreang, kec. Soreang kab. Bandung

– Tanggal masuk RS : 4 Agustus 2015

– Tanggal pemeriksaan : 4 Agustus 2015

Keluhan Utama

• Pasien datang dengan keluhan nyeri, terdapat luka kering dan gatal pada tungkai kanan bawah

Riwayat penyakit sekarang

• Pasien datang dengan keluhan nyeri, terdapat luka kering dan gatal pada tungkai kanan bawah sejak ± 1 bulan SMRS. Sebelumnya pasien terdapat benjolan yang berkelok-kelok, nyeri dan gatal yang serupa sejak ± 2 tahun SMRS, nyeri dan gatal semakin lama semakin sering dirasakan. Awalnya pasien memeriksakan diri terlebih dahulu ke bagian spesialis kulit dan kelamin, namun tidak ada perbaikan, kemudian pasien dirujuk kebagian poli bedah RSUD Soreang.

Riwayat penyakit terdahulu :

• Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.

Riwayat keluarga :

• Riwayat penyakit serupa pada keluarga tidak ada.

Status Generalis

– Kesadaran : Compos mentis

– Tanda vital : TD = 110/70 mmHg

RR = 20 x/menit

N = 80 x/menit

S = 36,6 0C

– Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

– THT : Dalam batas normal

– Leher : Kelenjar Getah Bening tidak teraba massa

– Thorax : VBS ka=ki, Rh -/-, Wh -/-

– Abdomen : cembung, soepel, BU (+)

– Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill time <2 detik

Status Lokalis

Inspeksi: Tampak warna coklat kebiruan pada tungkai kanan Palpasi: Teraba nyeri tekan pada tungkai kanan.Auskultasi: Tidak dilakukan aulkustasi.Perkusi: Tidak dilakukan perkusi.

RESUME

– Pasien datang dengan keluhan nyeri, dan terdapat luka kering dan gatal pada tungkai kanan bawah sejak ± 1 bulan SMRS. Sebelumnya pasien telah memeriksakan diri terlebih dahulu ± 3 bulan ke bagian spesialis kulit dan kelamin, namun tidak ada perbaikan, kemudian pasien dirujuk kebagian bedah RSUD Soreang. Pada pemeriksaan status generalis, semua dalam batas normal. Pada pemeriksaan status lokalis didapatkan nyeri pada tungkai kanan bawah dengan kulit berwarna coklat kebiruan, dan terdapat luka kering.. Sebelumnya pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini dan di keluarga juga tidak pernah ada yang menderita keluhan seperti ini.

DIAGNOSIS BANDING

1. Peripheral arterial disease

2. Deep vein thrombosis

SARAN PEMERIKSAAN

1. Ultrasonografi Doppler 2. Duplex ultrasonography 3. Plebography

Varises vena tungkai bawah

Skleroterapi

DIAGNOSIS KERJA

TERAPI

– Quo ad vitam : ad bonam

– Quo ad functionam : ad bonam

– Quo ad sanationam : ad bonam

PROGNOSIS

Sistem superfisialis

Vena safena magna

Vena safena parva

Vena profunda v. komitans

Anatomi Pembuluh Darah Vena Ekstremitas bawah

Varises vena tungkai bawah adalah vena superfisial tungkai bawah yang mengalami dilatasi, pemanjangan, dan berkelok-kelok dengan fungsi katup yang abnormal

Definisi

Epidemiologi

27,7% wanita

15% pria

Ras Hispanik 26,3%

Ras Asia

18,7%

usia 40 tahun 22%

usia 50 tahun 35

%

Usia 60 tahun 41

%

Etiologi– insufisiensi vena kronis kongenital : kelainan dimana katup yang

seharusnya terbentuk di suatu segmen ternyata tidak terbentuk sama sekali (aplasia, avalvulia), atau pembentukannya tidak sempurna (displasia).

– insufisiensi vena kronis yang primer : kelemahan intrinsik dari dinding katup atau lemahnya dinding vena sehingga terjadi pelebaran.

– insufisiensi vena kronis sekunder : disebabkan oleh keadaan patologik yang didapat (acquired), yaitu akibat adanya penyumbatan trombosis vena dalam yang menimbulkan gangguan kronis pada katup vena dalam.

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Varises Vena Tungkai Bawah antara lain :

Klasifikasi

Primer

Sekunder

karena kelemahan

dinding vena sehingga terjadi

pelebaran.

disebabkan oleh peninggian

tekanan vena superfisial

akibat suatu kelainan

tertentu.

Menurut klasifikasi Clinical, Etiological, Anatomic, Pathophysiologic (CEAP) varises vena tungkai bawah dibagi berdasarkan berat ringan manifestasi klinisnya, yaitu :

Derajat 0 : tidak terlihat atau teraba tanda gangguan vena

Derajat 1 : telangiektasis, vena retikular

Derajat 2 : varises vena

Derajat 3 : edem tanpa perubahan kulit

Derajat 4 : perubahan kulit akibat gangguan vena (pigmentasi, dermatitis statis, lipodermatosklerosis)

Derajat 5 : perubahan kulit seperti di atas dengan ulkus yang sudah sembuh

Derajat 6 : perubahan kulit seperti di atas dengan ulkus aktif

Klasifikasi CEAP derajat 1, vena retikular Klasifikasi CEAP derajat 1, telangiektasis Klasifikasi CEAP derajat 2, varises vena

Patofisiologi

Tekanan tinggi pembuluh darah

venaDilatasi Katup vena

meregang

Gangguan aliran darah ke atas

dan ke v. profunda

Manifestasi Klinis– Varises trunkal : Merupakan varises VSM dan VSP,

diameter lebih dari 8 mm, warna biru-biru kehijauan.

– Varises retikular : Varises yang mengenai cabang VSM atau VSP yang umumnya kecil dan berkelok-kelok, diameter 2-8 mm, warna biru kehijau-hijauan.

– Varises kapiler : Merupakan vena subkutis yang tampak sebagai kelompok serabut halus dari pembuluh darah, diameter 0,1-1 mm, warna merah, atau sianotik (jarang).

Berdasarkan dengan berat ringannya, VVTB dibagi atas empat stadium, yaitu:

– Stadium I

Keluhan samar (tidak khas) rasa berat, mudah lelah pada tungkai setelah berdiri atau duduk lama. Gambaran pelebaran vena berwarna kebiruan tak jelas.

– Stadium II

Mulai tampak pelebaran vena, palpabel, dan menonjol 18

– Stadium III

Varises tampak jelas, memanjang, berkelok-kelok pada paha atau tungkai bawah, dapat disertai telangiektasis/spider vein.

– Stadium IV

Terjadi kelainan kulit dan/atau ulkus karena sindrom insufisiensi vena.

Diagnosis

Anamnesis : Terdiri atas keluhan rasa berat, rasa lelah, rasa nyeri, rasa panas / sensasi terbakar pada tungkai, kejang otot betis, bengkak serta keluhan kosmetik.

– Inspeksi : dilakukan di bawah penyinaran yang cukup pada posisi eksorotasi. vena tersebut tampak jelas melebar, berkelok-kelok, dan berwarna kebiruan.

– Palpasi : Daerah vena yang berkelok diraba untuk menilai ketegangan varises vena tungkai bawah dan besarnya pelebaran vena.

– Perkusi : Perkusi dilakukan untuk mengetahui keadaan katup vena superfisial. Caranya dengan mengetuk vena bagian distal dan dirasakan adanya gelombang yang menjalar sepanjang vena di bagian proksimal.

– Manuver Perthes : Manuver Perthes adalah sebuah teknik untuk membedakan antara aliran darah retrogade dengan aliran darah antegrade. Tes ini digunakan untuk penentuan berfungsinya sistem vena profunda.

– Tes Trendelenburg : Tes ini digunakan untuk menentukan derajat insuffisiensi katup pada vena komunikans.

Tes Trendelenburg Manuver Perthes

Pemeriksaan penunjang

– Ultrasonografi Doppler : untuk menunjukan lokasi dengan tepat lokasi katup yang abnormal.

– Duplex ultrasonography : Merupakan modalitas pencitraan standar untuk diagnosis sindrom insuffisiensi vena dan untuk perencanaan pengobatan serta pemetaan sebelum operasi.

– Plebography : Plebography merupakan pemeriksaan invasif yang menggunakan medium kontras.

Komplikasi

Kerusakan jaringan hipoksia

iskhemi

nekrosis lemak

pigmentasi kulit

ulkus

Terapi

– Terapi Kompresi : berfungsi sebagai katup vena yang membantu pompa otot betis untuk mencegah kembalinya aliran darah vena, sehingga mencegah pembesaran vena lebih lanjut, tetapi tidak mengembalikan ukuran vena. Terapi kompresi dapat berupa compression stockings, compression bandages, dan pneumatic compression pumps.

– Skleroterapi : Merupakan tindakan penyuntikan larutan ke dalam pembuluh darah vena yang melebar secara abnormal.

Terapi Non Operatif

Terapi Minimal Invasif

Endovenous laser therapy (ELT) : terapi dimana serat optik dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang akan diobati dan sinar laser diarahkan ke bagian dalam pembuluh darah.

Radiofrekuensi ablasi (RF) : Radiofrekuensi adalah teknik ablasi vena menggunakan kateter radiofrekuensi yang diletakkan di dalam vena untuk menghangatkan dinding pembuluh darah dan jaringan sekitar pembuluh darah.

Terapi Pembedahan

Ambualtory phlebectomy (Stab Avulsion) : Teknik yang digunakan adalah teknik Stab-avulsion dengan menghilangkan segmen varises yang pendek dan vena retikular dengan jalan melakukan insisi ukuran kecil.

Saphectomy

Teknik saphenektomi yang paling popular saat ini adalah teknik menggunakan peralatan stripping internal dan teknik invaginasi dengan jalan membalik pembuluh darah dan menariknya menggunakan traksi endovenous, teknik tersebut dapat menurunkan terjadinya cedera pada struktur di sekitarnya.

Prognosis

– Pasien dengan refluks vena yang signifikan memiliki risiko tinggi terjadinya ulkus varises yang akan sulit di terapi secara efektif. Pada pasien dengan komplikasi perdarahan dan thomboemboli memberikan prognosis yang kurang baik dalam terapi varises vena. Dengan terapi yang tepat akan memberikan hasil yang baik dan progesifitas penyakit akan berhenti dan prognosis akan menjdi lebih baik.

Terimakasih