v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana...

20
ISSN 2303 - 0852 PRIORITAS PENDIDIKAN Edisi 6 Jan - Mar 2014 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa Makassar. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud), Prof. Dr. Musliar Kasim menyambut baik dukungan yang diberikan USAID dalam memperkuat implementasi Kurikulum 2013. Menurutnya program yang dikembangkan USAID PRIORITAS selaras dengan program yang dikembangkan pemerintah. ”Kami bergembira ternyata yang dilatihkan USAID PRIORITAS selaras dengan Kurikulum 2013. Jadi ini ada sinergi yang baik,” urainya saat memaparkan materi Kurikulum 2013 bagi 135 fasilitator provinsi pada pelatihan untuk pelatih praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen SD dan MI di Hotel Aston Makassar (19/3). Pejabat Direktur Misi USAID, Nancy Fisher-Gormley yang juga berkesempatan hadir pada acara tersebut merasa bangga USAID dapat mendukung peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. ”Pelatihan ini akan menciptakan sumber daya pendidik dan kependidikan yang lebih profesional untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa dan siswi di Indonesia,” katanya. (Anw) Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org UNTUK memperkuat implementasi praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah, USAID PRIORITAS melatih sekitar 700 fasilitator di daerah mitra kohor 1 yang akan melatih dan mendampingi sekolah dan madrasah mitra menggunakan Modul II. Isi Modul II tersebut di antaranya tentang pendekatan saintifik, pertanyaan tingkat tinggi, penilaian otentik, mengembangkan budaya baca, serta manajemen sekolah untuk keberhasilan pembelajaran. “Pada pelatihan Modul II, sekolah mitra akan difasiitasi dengan keterampilan praktis dalam menerapkan pembelajaran aktif dan manajemen sekolah, terutama untuk memperkuat pelaksanaan pembelajaran yang sesuai Kurikulum 2013,” kata Stuart Weston Direktur Program USAID PRIORITAS. Beritanya di halaman 2. (Anw) Wamendikbud: Sinergi yang Baik LEBIH dari 550 sekolah mitra USAID PRIORITAS di tujuh provinsi ikut ambil bagian dalam unjuk karya keberhasilan praktik yang baik di sekolah dan madrasah. Setiap sekolah menunjukkan kemajuan yang terjadi di sekolahnya. Sejumlah karya sekolah dipamerkan, seperti hasil karya kreativitas siswa, rencana pelaksanaan pembelajaran, media pembelajaran, lembar kerja, rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya di halaman 3. (Anw) Modul II Perkuat Implementasi Praktik yang Baik Siswa MI Mrebet Jawa Tengah, dan MI Kalangari Sindangkasih, Jawa Barat presentasikan hasil karyanya kepada para undangan unjuk karya keberhasilan sekolah mitra USAID PRIORITAS. Wamendikbud Prof. Dr. Musliar Kasim membaca modul pelatihan yang diberikan Direktur Program USAID PRIORITAS Stuart Weston dan Pejabat Direktur Misi USAID Nancy Fisher-Gormley. Pameran Keberhasilan Sekolah Peserta pelatihan untuk pelatih praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah tingkat nasional II, menunjukkan kreativitasnya dan mempraktikkan hasilnya di kelas nyata.

Transcript of v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana...

Page 1: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

ISSN2303 - 0852

PRIORITAS PENDIDIKANEdisi 6Jan - Mar

2014 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

Makassar. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud), Prof. Dr. Musliar Kasim menyambut baik dukungan yang diberikan USAID dalam memperkuat implementasi Kurikulum 2013. Menurutnya program yang dikembangkan USAID PRIORITAS selaras dengan program yang dikembangkan pemerintah.

”Kami bergembira ternyata yang dilatihkan USAID PRIORITAS selaras dengan Kurikulum 2013. Jadi ini ada sinergi yang baik,” urainya saat memaparkan materi Kurikulum 2013 bagi 135 fasilitator provinsi pada pelatihan untuk pelatih praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen SD dan MI di Hotel Aston Makassar (19/3).

Pejabat Direktur Misi USAID, Nancy Fisher-Gormley yang juga berkesempatan hadir pada acara tersebut merasa bangga USAID dapat mendukung peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. ”Pelatihan ini akan menciptakan sumber daya pendidik dan kependidikan yang lebih profesional untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa dan siswi di Indonesia,” katanya.

(Anw)

Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org

UNTUK memperkuat implementasi praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah, USAID PRIORITAS melatih sekitar 700 fasilitator di daerah mitra kohor 1 yang akan melatih dan mendampingi sekolah dan madrasah mitra menggunakan Modul II. Isi Modul II tersebut di antaranya tentang pendekatan saintifik, pertanyaan tingkat tinggi, penilaian otentik, mengembangkan budaya baca,

serta manajemen sekolah untuk keberhasilan pembelajaran.

“Pada pelatihan Modul II, sekolah mitra akan difasiitasi dengan keterampilan praktis dalam menerapkan pembelajaran aktif dan manajemen sekolah, terutama untuk memperkuat pelaksanaan pembelajaran yang sesuai Kurikulum 2013,” kata Stuart Weston Direktur Program USAID PRIORITAS. Beritanya di halaman 2. (Anw)

Wamendikbud:

Sinergi yang Baik

LEBIH dari 550 sekolah mitra USAID PRIORITAS di tujuh provinsi ikut ambil bagian dalam unjuk karya

keberhasilan praktik yang baik di sekolah dan madrasah. Setiap sekolah menunjukkan kemajuan yang terjadi di sekolahnya. Sejumlah karya sekolah dipamerkan, seperti hasil karya kreativitas siswa, rencana pelaksanaan pembelajaran, media pembelajaran, lembar kerja,

rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya di halaman 3. (Anw)

Modul II Perkuat Implementasi Praktik yang Baik

Siswa MI Mrebet Jawa Tengah, dan MI Kalangari Sindangkasih, Jawa Barat presentasikan hasil karyanya kepada para undangan unjuk karya keberhasilan sekolah mitra USAID PRIORITAS.

Wamendikbud Prof. Dr. Musliar Kasim membaca modul pelatihan yang diberikan Direktur Program USAID PRIORITAS Stuart Weston dan Pejabat Direktur Misi USAID Nancy Fisher-Gormley.

Pameran Keberhasilan Sekolah

Peserta pelatihan untuk pelatih praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah tingkat nasional II, menunjukkan kreativitasnya dan mempraktikkan hasilnya di kelas nyata.

Page 2: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

Lebih Mudah Terapkan K-13

Newsletter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 7978. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui Naskah email [email protected] dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 200--350. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JPG.

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students

Pembelajaran yang Efektif

Prof. Dr. Ibrahim Bafadal Direktur Pembinaan SD Kemdikbud, memberi pembekalan kepada para peserta pelatihan untuk pelatih tingkat nasional praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen SD/MI tentang kebijakan direktorat yang dipimpinnya. ”Program USAID PRIORITAS sejalan dengan program Direktorat Pembinaan SD, dan ini memperkuat kebijakan implementasi pembelajaran dan manajemen sekolah yang efektif,” katanya (19/3). (Anw)

Daerah Mitra USAID PRIORITAS Tunjukkan Hasil Kerja Sama

Seluruh 23 daerah mitra USAID PRIORITAS telah

menyelenggarakan District Showcase atau Unjuk Karya di mana lebih dari

550 sekolah mitra membuat pameran pencapaian di sekolah masing-masing. Pada pameran

tersebut dipajangkan hasil karya dan barang ciptaan siswa, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

dari guru, rencana kerja sekolah (RKS), serta foto ragam kegiatan

sekolah. Banyak kegiatan pameran yang dibuka oleh Bupati atau

Wali Kota, serta dihadiri pejabat dan pemangku kepentingan lainnya

termasuk dari Dinas Pendidikan, Kemenag, DPRD, dan Dewan

Pendidikan. Kegiatan ini di juga dihadiri pihak Kemdikbud maupun

Kemenag dari Jakarta. Selain pameran ada presentasi dari siswa-siswi yang menunjukkan pekerjaan

dan kesan mereka sejak pembelajaran lebih aktif dan

partisipatif. Guru, kepala sekolah, pengawas dan komite sekolah juga menceritakan tentang perubahan yang telah berlangsung di sekolah.

PRIORITAS - NasionalPRIORITAS - Nasional

”PELATIHAN ini membuat kami lebih mudah memahami implementasi Kurikulum 2013,” kata Nicky Roberta, M.Pd pengawas SMP di Banten di sela-sela pelatihan Modul II USAID PRIORITAS untuk SMP dan MTs di Bandung (26/2). Menurutnya, peserta yang telah mendapatkan pelatihan USAID PRIORITAS sudah tidak mengalami kesulitan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut. Hal senada juga disampaikan Maria Ulfah guru SDN Kebon Dalem Mojokerto. ”Prinsip-prinsip dalam K-13 juga sudah kami terapkan. Misalnya siswa melakukan pengamatan, bertanya, bereksprimen, membuat hasil karya, dan mempresentasikan hasil karyanya,” katanya saat memfasilitasi pelatihan di Makassar (18/3).

Pada Modul II, pelatihan pembelajaran diperkaya dengan beberapa materi, yaitu (1) Kajiulang penerapan pembelajaran hasil pelatihan 1; (2) Mengelola pembelajaran secara efektif; (3) Memahami Kurikulum 2013; (4) Melayani perbedaan individu dalam pembelajaran; (5) Pertanyaan tingkat tinggi dan lembar kerja; (6) Penilaian autentik; (7) Gender di sekolah; (8) Literasi lintas kurikulum; (9) Persiapan dan praktik mengajar, serta (10) Menyusun rencana tindak lanjut (RTL) pembelajaran. (Anw)

2 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 3

Semua Wajib Membaca

Prof. Dr. Ibrahim Bafadal

Terapkan Hasil Pelatihan Dr. Juandanilsyah, mewakili

Direktorat Pembinaan SMP Kemdikbud memberikan apresiasinya kepada USAID PRIORITAS yang membantu dalam implementasi Kurikulum 2013. ”Pelatihan ini sangat sesuai dengan implementasi Kurikulum 2013. Fasilitator wajib menerapkan hasil pelatihan ini dan menyebarluaskannya kepada sekolah lainnya,” katanya di hadapan peserta pelatihan untuk pelatih tingkat nasional praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen SMP/MTs di Bandung (26/2). (Anw)

ADA satu bagian yang khas dari pelatihan modul II, yaitu peserta dan fasilitator diminta membaca senyap selama 15 menit. Mereka dipersilakan memilih buku cerita yang paling menarik yang telah disediakan oleh USAID PRIORITAS. Selanjutnya peserta tampak asyik menikmati buku yang

dibacanya. Kegiatan itu menjadi bagian dari sesi Program Budaya Baca untuk menyimulasikan cara membiasakan siswa membaca, serta menunjukkan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di sekolah untuk mendorong siswa gemar membaca. ”Ternyata kalau diciptakan budaya baca seperti ini, kami para guru juga merasakan nikmatnya membaca,” ujar salah satu peserta yang mengakui dirinya selama ini kurang aktif dalam membaca buku.

Melalui pelatihan Modul II, sekolah difasilitasi dalam mengelola dan menjaga program budaya baca agar dapat berjalan baik dan berkelanjutan. Kepala sekolah, guru, dan komite sekolah diajak untuk membahas sumber daya dan dana yang dimiliki sekolah dan cara mengelolanya untuk keberlangsungan program budaya baca. (Anw)

Dr. Juandanilsyah

Kepemimpinan Pembelajaran dalam MBSAKTOR kunci dalam pengembangan sekolah adalah kepala sekolah.

Kepala sekolah harus dapat memimpin pihak lain agar bersinergi dalam melakukan pembaruan di sekolah. Pada sesi pelatihan manajemen berbasis sekolah (MBS), modul II secara khusus memfasilitasi peserta dengan berbagai kemampuan yang perlu dimiliki dan upaya yang perlu dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolahnya.

”Di sekolah saya, para guru yang telah dilatih USAID PRIORITAS dan yang belum dilatih dibentuk menjadi tim yang bekerjasama dalam membuat pembaruan di kelas. Cara ini efektif membuat guru termotivasi mengajar dengan lebih berkualitas. Saya juga menjadi pendamping guru untuk memastikan hasil pelatihan diimplementasikan,” kata Drs. Agus Wiwoho, M.Pd Kepala SMPN 8 Purworejo, Jawa Tengah dan Fasilitator MBS USAID PRIORITAS yang menerapkan kepemimpinan pembelajaran di sekolahnya.

Selain kepemimpinan pembelajaran, materi praktik yang baik dalam MBS di modul II juga mengemas beberapa topik seperti (1) Kajiulang kemajuan sekolah dari hasil pelatihan I, (2) Pelaporan dan pembahasan RTL pelatihan pembelajaran; (3) Program dan Pengelolaan Budaya Baca, (4) Menghitung ketersediaan anggaran sekolah untuk pembelajaran; dan (5) Menyusun RTL implementasi MBS. (Anw)

(1) Kegiatan di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dibuka oleh Wakil Bupati, Bapak Yayat T. Soemitra yang sedang berkunjung ke stan pameran sekolah (17/2).

2) Candra dan Rani, siswa SMPN 1 Cipatat, Bandung Barat menunjukkan roda yang mereka buat untuk mengukur jarak. Kegiatan ini terkait dengan menghitung keliling lingkaran.

(3) Hanif dan Azifa siswa MI Asih Putera Cimahi peragakan pembuatan alarm peringatan dini bencana banjir (10/2).

(4) Ibu Agustina Piryanti, Kepala Dinas Pendidikan Bandung Barat, menyatakan komitmen pemerintah daerah untuk diseminasi program USAID PRIORITAS.

(5) Para siswa SMP di Kota Cimahi melihat hasil karya siswa yang dipamerkan.

Bandung Barat dan Cimahi-Jabar

4

Maros-Sulsel dan Blitar-Jatim

(1) Bupati Maros, Bapak M. Hatta Rahman, mendengarkan dengan seksama penjelasan dari guru penjaga stan SMP 1 Turikale, Maros tentang Volume Kubus (20/2).

(2) Siswi SDN 234 Inrelo, Wajo menjadi dokter kecil memeriksa detak jantung Istri Bupati Wajo, Ibu Andi Faikah (6/3).

(3) Bupati Situbondo Dadang Wigiarto, SH mencoba teleskop buatan siswa (24/3).

Dampak implementasi pelatihan I di sekolah dipresentasikan dan dikaji kemajuan serta kelemahan yang masih terjadi untuk dikembangkan lebih lanjut.

Batang-Jateng dan Pandeglang-Banten

(1) Kepala Kantor Kemenag Aceh Jaya, Drs. H. Daud Pakeh mencoba media pembelajaran hasil karya guru Aceh Jaya (29/4).

(2) Bupati Labuhanbatu dr. Tigor Panusunan Siregar, Sp.PD menyimak demontrasi penggunaan media pembelajaran Congklak yang digunakan siswa untuk belajar Matematika di sekolah dasar (3/3).

(1) Stuart Weston, Direktur Program USAID PRIORITAS mencoba konduktor plastik buatan siswa SD di Batang, Jawa Tengah (12/3).

(2) Alya siswa SD Sukomangli 2 Batang presentasikan cara penggunaan stetoskop hasil karya kelompoknya (12/3).

(3) Eneng Nur'aeni, S.Pd Guru SMPN 1 Bojong, Pandeglang bersama siswanya mempresentasikan eksprimen cara mengatasi hama tanaman (1/4).

5

1

3

Halaman depan modul II SD/MI dan SMP/MTs.

1 2

Aceh Jaya-Aceh dan Nias Selatan-Sumut

1 21

2

4 3

1 2

3

Semua peserta dan fasilitator wajib membaca buku.

Page 3: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

Lebih Mudah Terapkan K-13

Newsletter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 7978. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui Naskah email [email protected] dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 200--350. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JPG.

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students

Pembelajaran yang Efektif

Prof. Dr. Ibrahim Bafadal Direktur Pembinaan SD Kemdikbud, memberi pembekalan kepada para peserta pelatihan untuk pelatih tingkat nasional praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen SD/MI tentang kebijakan direktorat yang dipimpinnya. ”Program USAID PRIORITAS sejalan dengan program Direktorat Pembinaan SD, dan ini memperkuat kebijakan implementasi pembelajaran dan manajemen sekolah yang efektif,” katanya (19/3). (Anw)

Daerah Mitra USAID PRIORITAS Tunjukkan Hasil Kerja Sama

Seluruh 23 daerah mitra USAID PRIORITAS telah

menyelenggarakan District Showcase atau Unjuk Karya di mana lebih dari

550 sekolah mitra membuat pameran pencapaian di sekolah masing-masing. Pada pameran

tersebut dipajangkan hasil karya dan barang ciptaan siswa, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

dari guru, rencana kerja sekolah (RKS), serta foto ragam kegiatan

sekolah. Banyak kegiatan pameran yang dibuka oleh Bupati atau

Wali Kota, serta dihadiri pejabat dan pemangku kepentingan lainnya

termasuk dari Dinas Pendidikan, Kemenag, DPRD, dan Dewan

Pendidikan. Kegiatan ini di juga dihadiri pihak Kemdikbud maupun

Kemenag dari Jakarta. Selain pameran ada presentasi dari siswa-siswi yang menunjukkan pekerjaan

dan kesan mereka sejak pembelajaran lebih aktif dan

partisipatif. Guru, kepala sekolah, pengawas dan komite sekolah juga menceritakan tentang perubahan yang telah berlangsung di sekolah.

PRIORITAS - NasionalPRIORITAS - Nasional

”PELATIHAN ini membuat kami lebih mudah memahami implementasi Kurikulum 2013,” kata Nicky Roberta, M.Pd pengawas SMP di Banten di sela-sela pelatihan Modul II USAID PRIORITAS untuk SMP dan MTs di Bandung (26/2). Menurutnya, peserta yang telah mendapatkan pelatihan USAID PRIORITAS sudah tidak mengalami kesulitan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut. Hal senada juga disampaikan Maria Ulfah guru SDN Kebon Dalem Mojokerto. ”Prinsip-prinsip dalam K-13 juga sudah kami terapkan. Misalnya siswa melakukan pengamatan, bertanya, bereksprimen, membuat hasil karya, dan mempresentasikan hasil karyanya,” katanya saat memfasilitasi pelatihan di Makassar (18/3).

Pada Modul II, pelatihan pembelajaran diperkaya dengan beberapa materi, yaitu (1) Kajiulang penerapan pembelajaran hasil pelatihan 1; (2) Mengelola pembelajaran secara efektif; (3) Memahami Kurikulum 2013; (4) Melayani perbedaan individu dalam pembelajaran; (5) Pertanyaan tingkat tinggi dan lembar kerja; (6) Penilaian autentik; (7) Gender di sekolah; (8) Literasi lintas kurikulum; (9) Persiapan dan praktik mengajar, serta (10) Menyusun rencana tindak lanjut (RTL) pembelajaran. (Anw)

2 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 3

Semua Wajib Membaca

Prof. Dr. Ibrahim Bafadal

Terapkan Hasil Pelatihan Dr. Juandanilsyah, mewakili

Direktorat Pembinaan SMP Kemdikbud memberikan apresiasinya kepada USAID PRIORITAS yang membantu dalam implementasi Kurikulum 2013. ”Pelatihan ini sangat sesuai dengan implementasi Kurikulum 2013. Fasilitator wajib menerapkan hasil pelatihan ini dan menyebarluaskannya kepada sekolah lainnya,” katanya di hadapan peserta pelatihan untuk pelatih tingkat nasional praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen SMP/MTs di Bandung (26/2). (Anw)

ADA satu bagian yang khas dari pelatihan modul II, yaitu peserta dan fasilitator diminta membaca senyap selama 15 menit. Mereka dipersilakan memilih buku cerita yang paling menarik yang telah disediakan oleh USAID PRIORITAS. Selanjutnya peserta tampak asyik menikmati buku yang

dibacanya. Kegiatan itu menjadi bagian dari sesi Program Budaya Baca untuk menyimulasikan cara membiasakan siswa membaca, serta menunjukkan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di sekolah untuk mendorong siswa gemar membaca. ”Ternyata kalau diciptakan budaya baca seperti ini, kami para guru juga merasakan nikmatnya membaca,” ujar salah satu peserta yang mengakui dirinya selama ini kurang aktif dalam membaca buku.

Melalui pelatihan Modul II, sekolah difasilitasi dalam mengelola dan menjaga program budaya baca agar dapat berjalan baik dan berkelanjutan. Kepala sekolah, guru, dan komite sekolah diajak untuk membahas sumber daya dan dana yang dimiliki sekolah dan cara mengelolanya untuk keberlangsungan program budaya baca. (Anw)

Dr. Juandanilsyah

Kepemimpinan Pembelajaran dalam MBSAKTOR kunci dalam pengembangan sekolah adalah kepala sekolah.

Kepala sekolah harus dapat memimpin pihak lain agar bersinergi dalam melakukan pembaruan di sekolah. Pada sesi pelatihan manajemen berbasis sekolah (MBS), modul II secara khusus memfasilitasi peserta dengan berbagai kemampuan yang perlu dimiliki dan upaya yang perlu dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolahnya.

”Di sekolah saya, para guru yang telah dilatih USAID PRIORITAS dan yang belum dilatih dibentuk menjadi tim yang bekerjasama dalam membuat pembaruan di kelas. Cara ini efektif membuat guru termotivasi mengajar dengan lebih berkualitas. Saya juga menjadi pendamping guru untuk memastikan hasil pelatihan diimplementasikan,” kata Drs. Agus Wiwoho, M.Pd Kepala SMPN 8 Purworejo, Jawa Tengah dan Fasilitator MBS USAID PRIORITAS yang menerapkan kepemimpinan pembelajaran di sekolahnya.

Selain kepemimpinan pembelajaran, materi praktik yang baik dalam MBS di modul II juga mengemas beberapa topik seperti (1) Kajiulang kemajuan sekolah dari hasil pelatihan I, (2) Pelaporan dan pembahasan RTL pelatihan pembelajaran; (3) Program dan Pengelolaan Budaya Baca, (4) Menghitung ketersediaan anggaran sekolah untuk pembelajaran; dan (5) Menyusun RTL implementasi MBS. (Anw)

(1) Kegiatan di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dibuka oleh Wakil Bupati, Bapak Yayat T. Soemitra yang sedang berkunjung ke stan pameran sekolah (17/2).

2) Candra dan Rani, siswa SMPN 1 Cipatat, Bandung Barat menunjukkan roda yang mereka buat untuk mengukur jarak. Kegiatan ini terkait dengan menghitung keliling lingkaran.

(3) Hanif dan Azifa siswa MI Asih Putera Cimahi peragakan pembuatan alarm peringatan dini bencana banjir (10/2).

(4) Ibu Agustina Piryanti, Kepala Dinas Pendidikan Bandung Barat, menyatakan komitmen pemerintah daerah untuk diseminasi program USAID PRIORITAS.

(5) Para siswa SMP di Kota Cimahi melihat hasil karya siswa yang dipamerkan.

Bandung Barat dan Cimahi-Jabar

4

Maros-Sulsel dan Blitar-Jatim

(1) Bupati Maros, Bapak M. Hatta Rahman, mendengarkan dengan seksama penjelasan dari guru penjaga stan SMP 1 Turikale, Maros tentang Volume Kubus (20/2).

(2) Siswi SDN 234 Inrelo, Wajo menjadi dokter kecil memeriksa detak jantung Istri Bupati Wajo, Ibu Andi Faikah (6/3).

(3) Bupati Situbondo Dadang Wigiarto, SH mencoba teleskop buatan siswa (24/3).

Dampak implementasi pelatihan I di sekolah dipresentasikan dan dikaji kemajuan serta kelemahan yang masih terjadi untuk dikembangkan lebih lanjut.

Batang-Jateng dan Pandeglang-Banten

(1) Kepala Kantor Kemenag Aceh Jaya, Drs. H. Daud Pakeh mencoba media pembelajaran hasil karya guru Aceh Jaya (29/4).

(2) Bupati Labuhanbatu dr. Tigor Panusunan Siregar, Sp.PD menyimak demontrasi penggunaan media pembelajaran Congklak yang digunakan siswa untuk belajar Matematika di sekolah dasar (3/3).

(1) Stuart Weston, Direktur Program USAID PRIORITAS mencoba konduktor plastik buatan siswa SD di Batang, Jawa Tengah (12/3).

(2) Alya siswa SD Sukomangli 2 Batang presentasikan cara penggunaan stetoskop hasil karya kelompoknya (12/3).

(3) Eneng Nur'aeni, S.Pd Guru SMPN 1 Bojong, Pandeglang bersama siswanya mempresentasikan eksprimen cara mengatasi hama tanaman (1/4).

5

1

3

Halaman depan modul II SD/MI dan SMP/MTs.

1 2

Aceh Jaya-Aceh dan Nias Selatan-Sumut

1 21

2

4 3

1 2

3

Semua peserta dan fasilitator wajib membaca buku.

Page 4: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Nasional

KEGIATAN-KEGIATAN USAID PRIORITAS antara lain adalah pelatihan kepala sekolah, guru, dan komite sekolah. Pelatihan sekolah dilakukan pada bulan Juli hingga September 2013. Pendampingan terhadap sekolah dilakukan sebagai tindak lanjut dari pelatihan. Untuk mengukur dampak bantuan di sekolah, pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober – Desember 2013 dengan memastikan bahwa pelatihan telah dilaksanakan paling sedikit selama dua bulan. Sampel sekolah yang diambil pada monitoring 2013 tentang perubahan yang terjadi di sekolah sama dengan sampel sekolah pada pengambilan data awal.

I. Kualitas PembelajaranUntuk meningkatkan kualitas pembelajaran, USAID

PRIORITAS memberikan pelatihan tentang pembelajaran aktif yang menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran. Di dalam pelatihan, guru diperkenalkan beragam teknik mengajar, cara membuat tugas pemecahan masalah dan mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa berpikir dan tidak sekedar menghapal. Setelah pelatihan berakhir, fasilitator memberikan pendampingan bagi guru dalam melaksanakan keterampilan yang diperoleh selama pelatihan.

Bantuan untuk pelatihan dan pendampingan ini telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Persentase guru di sekolah mitra yang menunjukkan praktik mengajar yang baik (lndikator I) meningkat dari 21.5% sebelum ada kegiatan proyek menjadi 55.I% setelah proyek memberikan bantuan. Perubahan yang menonjol dalam praktik mengajar tampak pada pengaturan tempat duduk siswa dalam kelompok yang memudahkan pembelajaran yang interaktif, guru berkeliling kelas untuk membantu murid dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka.

Peningkatan kualitas mengajar guru menunjukkan pengaruh positif terhadap perilaku belajar siswa (lndikator 2) seperti yang terlihat pada keaktifan murid dalam mengerjakan tugas, memecahkan masalah, dan dalam kegiatan kerja kelompok. Perilaku belajar positif meningkat dari 16,8% sebelum adanya bantuan proyek menjadi 73,1% setelah proyek berjalan.

2. Ketrampilan Membaca dan Budaya BacaWalaupun keterampilan membaca bukan merupakan fokus

khusus dalam modul pelatihan pertama, pentingnya membaca dan penyediaan buku selalu ditekankan terutama melalui contoh-contoh dalam perencanaan sekolah dan pengelolaan

Pembelajaran di sekolah mitra menunjukkan perubahan positif. Siswa difasilitasi belajar secara kooperatif, kelas dipenuhi pajangan hasil karya siswa, dan tersedia sudut baca di kelas.

8.7%

24.8%

40.2%

6 4.6%

Mengembangkan KetrampilanMembaca

Menciptakan Budaya Baca

2012

2013

Sekolah mengembangkan budaya baca siswa dengan beragam strategi misalnya memberikan waktu khusus membaca untuk murid.

21.5%16.8%

55.1%

73.1%

Praktik Menga jar yang Ba ik P erilaku Bela jar Murid

2012

2013

Pelatihan di Sekolah Mitra Sudah Menunjukkan Dampak

USAID PRIORITAS memanfaatkan forum KKG/MGMP sebagai bagian dari kegiatan pendampingan kepada guru. Dampaknya KKG/MGMP menjadi lebih efektif dan guru mendapatkan pelatihan yang lebih bermutu.

sudut baca. Setelah proyek berjalan, terjadi peningkatan pada jumlah guru yang melakukan pengembangan keterampilan membaca pada siswa (Indikator 3) menjadi 40.2% dari 8.7% sebelum ada bantuan pelatihan untuk guru.

Peningkatan terjadi pada semua (empat) kegiatan yang digunakan dalam mengukur indikator tersebut seperti memberikan waktu kepada murid untuk membaca ketika pelajaran berlangsung, memberikan bahan bacaan yang beragam selain buku teks, mengecek pemahaman siswa pada saat mereka membaca, dan membahas konsep serta kata-kata baru.

Kegiatan USAID PRIORITAS juga mengajak sekolah untuk meningkatkan budaya baca di sekolah. Pada monitoring awal, hanya 25% sekolah yang melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan minat baca murid (lndikator 4). Pada monitoring 20 I 3, jumlah ini menjadi lebih dari dua kali lipat (64.6%). Peningkatan paling menonjol terjadi pada kegiatan peningkatan fungsi perpustakaan, pembelian buku bacaan untuk murid, dan pembuatan sudut baca di kelas.

3. Manajemen SekolahKepala sekolah pada umumnya lebih banyak terlibat

pada masalah manajemen dan sedikit yang menaruh perhatian pada pembelajaran. Pelatihan USAID PRIORITAS memberikan dampak positif bagi kepala sekolah sebagai pemimpin dalam pembelajaran (Indikator 5). Dampak positif ini terlihat nyata dalam tiga kegiatan peningkatan profesi guru melalui studi banding, pelatihan guru, kegiatan KKG/MGMP dan menyediakan bahan pembelajaran bagi guru. Namun hanya sedikit kemajuan terjadi dalam kegiatan pertemuan rutin yang membahas masalah pembelajaran dan melakukan supervisi guru pada saat mengajar. Sebelum pelatihan dilaksanakan, hanya 6.8% kepala sekolah yang dapat dianggap sebagai pemimpin dalam pembelajaran. Angka ini meningkat menjadi 27.3% setelah pelatihan.

Dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS, komite sekolah sering diikutsertakan dengan asumsi bahwa masyarakat lebih banyak terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan sekolah akan meningkatkan kinerja sekolah dan akhirnya meningkatkan kinerja belajar murid. Sebelum adanya bantuan proyek, 26,1 % sekolah melibatkan komite sekolah dalam kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran dan perbaikan lingkungan sekolah (lndikator 6). Pada monitoring 2013, jumlahnya meningkat menjadi 50%.

Kegiatan yang melibatkan orang tua yang dipraktikkan di sekolah berkaitan dengan pembelajaran berupa bantuan kepada guru dalam membimbing praktik siswa, dan menjadi narasumber atau guru pengganti. Keterlibatan orang tua yang sangat menonjol adalah pada perbaikan lingkungan sekolah seperti menjaga kebersihan dan perbaikan/pemeliharaan gedung dan pembuatan pagar sekolah.

4. Kelompok Kerja Guru ProfesionalKelompok kerja guru di tingkat sekolah dasar (KKG)

dan kelompok kerja guru mata pelajaran di sekolah lanjutan (MGMP) merupakan salah satu tempat pengembangan profesi guru. Pada monitoring awal, hanya 29,3 % kelompok kerja guru yang efektif dan memberikan pelatihan bermutu (lndikator 7). Pada monitoring kedua (2013), meningkat menjadi 50,7 %.

Peningkatan terjadi pada semua kegiatan yang dipakai sebagai kriteria pengukuran indikator ini yakni pelaksanaan pertemuan teratur sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan, 50% atau lebih guru dalam gugus atau kabupaten secara rutin mengikuti pertemuan, dan agenda pertemuan berkaitan dengan upaya peningkatan pembelajaran. (Ph)

6.8%

26.1%27.3%

50.0%

Kepemimpinan Pembelajaran Partisipasi Masyarakat

2012

2013

Manajemen sekolah menjadi lebih partisipatif dan berfokus mendukung pembelajaran.

29.3%

50.7%

Kelompok Kerja Guru yang Efektif

2012

2013

USAID PRIORITAS yang dimulai pada bulan Mei 2012 merupakan program pendidikan dasar

yang didanai USAID. Program lima tahun ini bertujuan untuk meningkatkan akses

pendidikan yang berkualitas. Pada tahun pertama program, USAID PRIORITAS bermitra

dengan 23 kabupaten/kota Kohor 1 di tujuh propinsi. Di setiap kabupaten/kota mitra

terdapat kurang lebih 24 sekolah mitra, terdiri dari 16 SD/MI dan 8 SMP/MTs, sehingga jumlah keseluruhan sekolah mitra pada Kohor 1 adalah

556 sekolah dan madrasah. Pada akhir tahun 2012, pengambilan data awal (baseline)

dilakukan dengan mengumpulkan sampel dari 161 sekolah (92 SD/MI dan 69 SMP/MTs). Data yang dikumpulkan berkaitan dengan kemajuan dalam pembelajaran, manajemen sekolah, dan

partisipasi masyarakat.

4 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 5

Page 5: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Nasional

KEGIATAN-KEGIATAN USAID PRIORITAS antara lain adalah pelatihan kepala sekolah, guru, dan komite sekolah. Pelatihan sekolah dilakukan pada bulan Juli hingga September 2013. Pendampingan terhadap sekolah dilakukan sebagai tindak lanjut dari pelatihan. Untuk mengukur dampak bantuan di sekolah, pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober – Desember 2013 dengan memastikan bahwa pelatihan telah dilaksanakan paling sedikit selama dua bulan. Sampel sekolah yang diambil pada monitoring 2013 tentang perubahan yang terjadi di sekolah sama dengan sampel sekolah pada pengambilan data awal.

I. Kualitas PembelajaranUntuk meningkatkan kualitas pembelajaran, USAID

PRIORITAS memberikan pelatihan tentang pembelajaran aktif yang menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran. Di dalam pelatihan, guru diperkenalkan beragam teknik mengajar, cara membuat tugas pemecahan masalah dan mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa berpikir dan tidak sekedar menghapal. Setelah pelatihan berakhir, fasilitator memberikan pendampingan bagi guru dalam melaksanakan keterampilan yang diperoleh selama pelatihan.

Bantuan untuk pelatihan dan pendampingan ini telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Persentase guru di sekolah mitra yang menunjukkan praktik mengajar yang baik (lndikator I) meningkat dari 21.5% sebelum ada kegiatan proyek menjadi 55.I% setelah proyek memberikan bantuan. Perubahan yang menonjol dalam praktik mengajar tampak pada pengaturan tempat duduk siswa dalam kelompok yang memudahkan pembelajaran yang interaktif, guru berkeliling kelas untuk membantu murid dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka.

Peningkatan kualitas mengajar guru menunjukkan pengaruh positif terhadap perilaku belajar siswa (lndikator 2) seperti yang terlihat pada keaktifan murid dalam mengerjakan tugas, memecahkan masalah, dan dalam kegiatan kerja kelompok. Perilaku belajar positif meningkat dari 16,8% sebelum adanya bantuan proyek menjadi 73,1% setelah proyek berjalan.

2. Ketrampilan Membaca dan Budaya BacaWalaupun keterampilan membaca bukan merupakan fokus

khusus dalam modul pelatihan pertama, pentingnya membaca dan penyediaan buku selalu ditekankan terutama melalui contoh-contoh dalam perencanaan sekolah dan pengelolaan

Pembelajaran di sekolah mitra menunjukkan perubahan positif. Siswa difasilitasi belajar secara kooperatif, kelas dipenuhi pajangan hasil karya siswa, dan tersedia sudut baca di kelas.

8.7%

24.8%

40.2%

6 4.6%

Mengembangkan KetrampilanMembaca

Menciptakan Budaya Baca

2012

2013

Sekolah mengembangkan budaya baca siswa dengan beragam strategi misalnya memberikan waktu khusus membaca untuk murid.

21.5%16.8%

55.1%

73.1%

Praktik Menga jar yang Ba ik P erilaku Bela jar Murid

2012

2013

Pelatihan di Sekolah Mitra Sudah Menunjukkan Dampak

USAID PRIORITAS memanfaatkan forum KKG/MGMP sebagai bagian dari kegiatan pendampingan kepada guru. Dampaknya KKG/MGMP menjadi lebih efektif dan guru mendapatkan pelatihan yang lebih bermutu.

sudut baca. Setelah proyek berjalan, terjadi peningkatan pada jumlah guru yang melakukan pengembangan keterampilan membaca pada siswa (Indikator 3) menjadi 40.2% dari 8.7% sebelum ada bantuan pelatihan untuk guru.

Peningkatan terjadi pada semua (empat) kegiatan yang digunakan dalam mengukur indikator tersebut seperti memberikan waktu kepada murid untuk membaca ketika pelajaran berlangsung, memberikan bahan bacaan yang beragam selain buku teks, mengecek pemahaman siswa pada saat mereka membaca, dan membahas konsep serta kata-kata baru.

Kegiatan USAID PRIORITAS juga mengajak sekolah untuk meningkatkan budaya baca di sekolah. Pada monitoring awal, hanya 25% sekolah yang melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan minat baca murid (lndikator 4). Pada monitoring 20 I 3, jumlah ini menjadi lebih dari dua kali lipat (64.6%). Peningkatan paling menonjol terjadi pada kegiatan peningkatan fungsi perpustakaan, pembelian buku bacaan untuk murid, dan pembuatan sudut baca di kelas.

3. Manajemen SekolahKepala sekolah pada umumnya lebih banyak terlibat

pada masalah manajemen dan sedikit yang menaruh perhatian pada pembelajaran. Pelatihan USAID PRIORITAS memberikan dampak positif bagi kepala sekolah sebagai pemimpin dalam pembelajaran (Indikator 5). Dampak positif ini terlihat nyata dalam tiga kegiatan peningkatan profesi guru melalui studi banding, pelatihan guru, kegiatan KKG/MGMP dan menyediakan bahan pembelajaran bagi guru. Namun hanya sedikit kemajuan terjadi dalam kegiatan pertemuan rutin yang membahas masalah pembelajaran dan melakukan supervisi guru pada saat mengajar. Sebelum pelatihan dilaksanakan, hanya 6.8% kepala sekolah yang dapat dianggap sebagai pemimpin dalam pembelajaran. Angka ini meningkat menjadi 27.3% setelah pelatihan.

Dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS, komite sekolah sering diikutsertakan dengan asumsi bahwa masyarakat lebih banyak terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan sekolah akan meningkatkan kinerja sekolah dan akhirnya meningkatkan kinerja belajar murid. Sebelum adanya bantuan proyek, 26,1 % sekolah melibatkan komite sekolah dalam kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran dan perbaikan lingkungan sekolah (lndikator 6). Pada monitoring 2013, jumlahnya meningkat menjadi 50%.

Kegiatan yang melibatkan orang tua yang dipraktikkan di sekolah berkaitan dengan pembelajaran berupa bantuan kepada guru dalam membimbing praktik siswa, dan menjadi narasumber atau guru pengganti. Keterlibatan orang tua yang sangat menonjol adalah pada perbaikan lingkungan sekolah seperti menjaga kebersihan dan perbaikan/pemeliharaan gedung dan pembuatan pagar sekolah.

4. Kelompok Kerja Guru ProfesionalKelompok kerja guru di tingkat sekolah dasar (KKG)

dan kelompok kerja guru mata pelajaran di sekolah lanjutan (MGMP) merupakan salah satu tempat pengembangan profesi guru. Pada monitoring awal, hanya 29,3 % kelompok kerja guru yang efektif dan memberikan pelatihan bermutu (lndikator 7). Pada monitoring kedua (2013), meningkat menjadi 50,7 %.

Peningkatan terjadi pada semua kegiatan yang dipakai sebagai kriteria pengukuran indikator ini yakni pelaksanaan pertemuan teratur sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan, 50% atau lebih guru dalam gugus atau kabupaten secara rutin mengikuti pertemuan, dan agenda pertemuan berkaitan dengan upaya peningkatan pembelajaran. (Ph)

6.8%

26.1%27.3%

50.0%

Kepemimpinan Pembelajaran Partisipasi Masyarakat

2012

2013

Manajemen sekolah menjadi lebih partisipatif dan berfokus mendukung pembelajaran.

29.3%

50.7%

Kelompok Kerja Guru yang Efektif

2012

2013

USAID PRIORITAS yang dimulai pada bulan Mei 2012 merupakan program pendidikan dasar

yang didanai USAID. Program lima tahun ini bertujuan untuk meningkatkan akses

pendidikan yang berkualitas. Pada tahun pertama program, USAID PRIORITAS bermitra

dengan 23 kabupaten/kota Kohor 1 di tujuh propinsi. Di setiap kabupaten/kota mitra

terdapat kurang lebih 24 sekolah mitra, terdiri dari 16 SD/MI dan 8 SMP/MTs, sehingga jumlah keseluruhan sekolah mitra pada Kohor 1 adalah

556 sekolah dan madrasah. Pada akhir tahun 2012, pengambilan data awal (baseline)

dilakukan dengan mengumpulkan sampel dari 161 sekolah (92 SD/MI dan 69 SMP/MTs). Data yang dikumpulkan berkaitan dengan kemajuan dalam pembelajaran, manajemen sekolah, dan

partisipasi masyarakat.

4 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 5

Page 6: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

PRIORITAS - Provinsi Aceh

Pengalaman Baru dari Kunjungan Belajar

PRIORITAS - Provinsi Sumatra Utara

Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 7

Kiri: Diskusi antara guru. Tengah: Guru pemandu menjelaskan suasana kelas kepada peserta. Kanan: Peserta berdialog dengan murid.

Orang Jerman Pun Puji SMP Swasta Bintang Laut

PRIORITAS - Provinsi Aceh

SEJUMLAH 414 orang guru, kepala sekolah dan komite sekolah tingkat SD/MI dan SMP/MTs dari Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Utara, Pidie Jaya dan Aceh Barat Daya melakukan kunjungan belajar ke 12 sekolah yang telah mengembangkan praktik yang baik di Kota Medan, Binjai dan Lubuk Pakam Sumatera Utara (11/3). Mereka melihat langsung praktik baik yang telah diterapkan oleh sekolah kunjungannya, terutama dalam bidang pembelajaran, manajemen, dan partisipasi masyarakat terhadap sekolah.

“Kami melihat peran komite yang cukup baik dan keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan komite juga cukup berkesan. Kami banyak dapat pembelajaran melalui kunjungan belajar ini

dan Insya Allah secara bertahap kami akan terapkan di sekolah,” jelas H. Abdul Wahab Ketua Komite SDN 10 Senuddon, Aceh Utara.

Guru-guru SMP Tunas Nusa Kabupaten Aceh Barat Daya yang ikut dalam kunjungan tersebut merasakan pentingnya mengadopsi praktik baik yang telah dilakukan oleh sekolah lain. “Kami mendapatkan banyak pelajaran dari studi banding ini. Metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah ini lebih hidup dan siswa lebih aktif dengan duduk berkelompok sehingga interaksi antara guru dan murid berjalan dengan baik,” ungkap Kafrawi, S.Pd guru Matematika.

Peserta kunjungan mendapatkan beragam pengalaman yang baik. Mereka

melihat adanya program pengajian bulanan antara komite dan guru yang dijadikan media komunikasi membahas perkembangan pembelajaran di kelas, adanya perlombaan kelas PAKEM yang dilaksanakan setiap semester, pemasangan CCTV di setiap kelas, kepala sekolah yang rutin melakukan supervisi kelas setiap hari, serta program pemanfaatan lingkungan sekolah untuk media pembelajaran dan menghasilkan tambahan keuangan bagi sekolah seperti pembuatan kolam ikan yang hasilnya dijual kepada masyarakat.

Dalam rencana tindak lanjutnya, para peserta menyatakan komitmennya akan mengadopsi praktik yang baik ke sekolahnya masing-masing. (Tkm)

Prof. Dr. Samsul Rizal, M.Eng Rektor Unsyiah.

Pendidikan Aceh Tanggung Jawab Bersama

Labuhanbatu. Bupati Labuhanbatu dr. H. Tigor Panusunan Siregar, Sp.PD memuji keberhasilan implementasi program USAID PRIORITAS di

daerahnya. Tigor melihat program USAID PRIORITAS

telah berhasil meningkatkan mutu pendidikan dasar di Labuhanbatu. Hal itu disampaikan setelah melihat produk

pembelajaran yang dihasilkan sekolah mitra USAID PRIORITAS. “Sekarang guru-guru lebih bersemangat mengajar dan siswa lebih bersemangat belajar,” terang Tigor dalam Lokakarya Keberhasilan Program USAID PRIORITAS di Ballroom Hotel Suzuya, Rantau Prapat, Labuhanbatu (6/3).

Beliau optimis kualitas pendidikan di Labuhanbatu akan terus meningkat. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu berkomitmen untuk secara berkelanjutan meningkatkan mutu guru agar mampu mendesain pembelajaran yang bermutu. ”Mereka yang saat ini dididik dengan cara USAID PRIORITAS, mutu guru yang baik, mutu pendidikan yang baik, mereka akan menjadi generasi emas Indonesia,” tutur bupati lebih lanjut.

Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sumatera Utara Agus Marwan menilai sekolah mitra USAID PRIORITAS di Labuhanbatu telah mampu mengimplementasikan Kurikulum 2013. “Produk pembelajaran yang dipamerkan oleh sekolah mitra kita adalah produk-produk hasil pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013,” tutur Agus Marwan. (Eh)

Banda Aceh. Rektor Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Prof. Dr. Samsul Rizal, M.Eng yang hadir dan membuka acara Pertemuan tingkat Provinsi LPTK Mitra USAID PRIORITAS di Banda Aceh (29/1), menegaskan bahwa perbaikan mutu pendidikan Aceh adalah tanggung jawab bersama. Oleh karena itu butuh kerjasama antar LPTK, pemerintah daerah dan pemerintah pusat.“Sebagai universitas tertua dan terbesar di Aceh, Unsyiah memang memiliki peran yang besar. Namun harapan ini tidak akan terwujud apabila tidak ada kerjasama yang baik antar LPTK di Aceh,” katanya di hadapan 23 orang pimpinan

LPTK dari 4 universitas konsorsium. Pada pertemuan tersebut mereka berdiskusi tentang 'Usaha Peningkatan Mutu Pendidikan Aceh Melalui Peningkatan Mutu Lulusan LPTK'.

Rektor Unsyiah juga menawarkan kerjasama pertukaran mahasiswa antar universitas konsorsium selama satu semester. “Mahasiswa antar LPTK bisa kuliah di LPTK konsorsium lainnya selama satu semester agar mereka memperoleh pengalaman,” tawar Samsul Rizal.

Usulan tersebut disambut baik oleh para pimpinan LPTK terutama untuk memaksimalkan mahasiswa yang melaksanakan PPL (Program Pengalaman Lapangan). ”PPL terpadu tampaknya perlu menjadi satu alternatif yang baik,” sebut Dr. Saifullah, M.Ag dari UIN Ar Raniry. “Tahapan PPL tidak hanya dilakukan di semester VII, tetapi juga dilakukan orientasi secara bertahap mulai mahasiswa belajar di LPTK,” harap Drs. Marwan Hamid, M. Pd, Wakil Rektor 1 Universitas Al Muslim. “Kita bersama perlu memperkuat kualitas dosen micro teaching sehingga sesuai dengan tuntutan di sekolah,” timpal Drs. Nuralam, M.Ag Pembantu Dekan 1 Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh. Dalam kegiatan sehari tersebut hadir juga Rektor Universitas Al Muslim Bireuen, Dr. H. Amiruddin Idris, SE., M. Si dan para dekan LPTK dari 4 universitas konsorsium di Aceh. (Tkm)

KABUPATEN Aceh Jaya saat ini kelebihan 117 guru mata pelajaran di tingkat SMP. Hal itu terungkap dari hasil analisis data Penataan dan Pemerataan Guru (PPG) yang dilakukan oleh tim Dinas Pendidikan, Kemenag dan USAID PRIORITAS. Wakil

Bupati Aceh Jaya Tgk Maulidi yang hadir pada kegiatan tersebut langsung menginstruksikan jajarannya untuk menindaklanjutinya “Dinas yang terkait harus menindaklanjuti hasil ini. Kita akan mengeluarkan peraturan bupati (Perbub) terutama untuk pemerataan guru di Aceh Jaya,” tegasnya (24/12).

Sementara di Kabupaten Bener Meriah, diperoleh data untuk sekolah dasar masih membutuhkan guru kelas sebanyak 177 guru. Tetapi hal itu berbanding terbalik jika melihat distribusi berdasarkan kecamatan. Ada dua kecamatan kelebihan guru kelas sedangkan di kecamatan lainnya masih kekurangan guru kelas. Pada tingkat SMP juga terjadi kelebihan sebanyak 63 orang. Secara keseluruhan kecukupan guru pada tingkat sekolah tidak merata. Wakil Bupati Bener Meriah, Rusli M. Saleh segera menginstruksikan dinas terkait untuk bergerak cepat menyusun draf Perbup. "Kita harus segera mengeluarkan Perbup untuk penataan dan pemerataan guru. Perbup ini juga akan bermanfaat bagi guru yang telah bersertifikasi," katanya. (Tkm)

Siapkan Perbup PPG

Rusli M. Saleh Wakil Bupati Bener Meriah.

Bupati Labuhanbatu Apresiasi Program USAID PRIORITAS

Bupati Labuhanbatu dr. Tigor Panusunan Siregar mengunjungi SDN 112162 Rantau Utara untuk melihat langsung implementasi program USAID PRIORITAS di daerah yang dipimpinnya.

Nias Selatan. SMP Bintang Laut kedatangan tamu dari Jerman yang dipimpin Ibu Claudia. Awalnya mereka tidak dijadwalkan melihat proses pembelajaran di kelas. Namun atas permintaan Ketua Yayasan Bintang Laut, akhirnya rombongan ini bersedia melihat satu kelas. Alangkah terkejutnya mereka, ketika melihat siswa belajar dengan aktif, Mereka tidak percaya, sekolah yang berada di pedalaman bisa mempraktikkan pembelajaran yang membuat siswa aktif. “Wah ini seperti cara belajar kami di Jerman,” kata Ibu Claudia.

Sebelumnya sekolah ini masih menggunakan pendekatan konvensional. Setelah bermitra dengan USAID PRIORITAS, kepala sekolah membuat kebijakan yang membuat pembelajaran aktif di sekolahnya menjadi lebih berhasil. Kebijakan tersebut di antaranya adalah:1. Meminta guru mengubah penataan tempat duduk, yang

mulanya konvensional menjadi berkelompok.2. Memfasilitasi kebutuhan guru untuk mengajar. Awalnya

cukup berat karena tambahan biaya yang harus dikeluarkan. Namun setelah berjalan beberapa waktu, orangtua siswa sudah bersedia membantu. Siswa sudah bisa kami minta untuk membawa bahan-bahan yang bisa digunakan untuk pembelajaran seperti kertas bekas, lem, dan alat bahan sederhana lainnya yang dibutuhkan.

3. Karya siswa dipajangkan di dinding kelas. Karya ini merupakan produk pembelajaran. Ketika menjelang ujian, siswa biasanya mengambil portofolio mereka sebagai bahan belajar.

4. Siswa difasilitasi untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok maupun individu. Hasil kerja yang dipresentasikan merupakan hasil pemikiran dan kata-kata siswa sendiri. Pembiasaan ini membuat siswa menjadi lebih percaya diri dan kreatif.

5. Mendorong guru untuk mampu menggunakan TIK (teknologi informasi dan komunikasi). Guru difasilitasi untuk mempuyai laptop dan tablet melalui arisan. Dulu hanya tiga orang guru yang bisa menggunakan TIK sekarang sudah 90 persen guru yang mampu.

6. Meminta guru melengkapi perangkat pembelajaran sebelum memulai pembelajaran. 97 persen gurunya mampu membuat perangkat pembelajaran. Saat ini para guru semakin kreatif dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran. Kreativitas ini membuat hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat. (Eh)

(1) Kondisi penataan kelas sebelum dan sesudah implementasi program. Sebelum implementasi, siswa duduk menghadap ke depan (gambar kiri) dan sesudah program dijalankan, siswa duduk berkelompok. (2) Siswa mempre-sentasikan hasil kerja kelompok maupun kerja individual. (3) Karya siswa selalu dipajangkan di papan pajangan. (4) Para guru menggunakan TIK dalam merancang perangkat pembelajaran dan menerapkannya di kelas.

6 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014

1

3

4

2

Page 7: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

PRIORITAS - Provinsi Aceh

Pengalaman Baru dari Kunjungan Belajar

PRIORITAS - Provinsi Sumatra Utara

Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 7

Kiri: Diskusi antara guru. Tengah: Guru pemandu menjelaskan suasana kelas kepada peserta. Kanan: Peserta berdialog dengan murid.

Orang Jerman Pun Puji SMP Swasta Bintang Laut

PRIORITAS - Provinsi Aceh

SEJUMLAH 414 orang guru, kepala sekolah dan komite sekolah tingkat SD/MI dan SMP/MTs dari Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Utara, Pidie Jaya dan Aceh Barat Daya melakukan kunjungan belajar ke 12 sekolah yang telah mengembangkan praktik yang baik di Kota Medan, Binjai dan Lubuk Pakam Sumatera Utara (11/3). Mereka melihat langsung praktik baik yang telah diterapkan oleh sekolah kunjungannya, terutama dalam bidang pembelajaran, manajemen, dan partisipasi masyarakat terhadap sekolah.

“Kami melihat peran komite yang cukup baik dan keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan komite juga cukup berkesan. Kami banyak dapat pembelajaran melalui kunjungan belajar ini

dan Insya Allah secara bertahap kami akan terapkan di sekolah,” jelas H. Abdul Wahab Ketua Komite SDN 10 Senuddon, Aceh Utara.

Guru-guru SMP Tunas Nusa Kabupaten Aceh Barat Daya yang ikut dalam kunjungan tersebut merasakan pentingnya mengadopsi praktik baik yang telah dilakukan oleh sekolah lain. “Kami mendapatkan banyak pelajaran dari studi banding ini. Metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah ini lebih hidup dan siswa lebih aktif dengan duduk berkelompok sehingga interaksi antara guru dan murid berjalan dengan baik,” ungkap Kafrawi, S.Pd guru Matematika.

Peserta kunjungan mendapatkan beragam pengalaman yang baik. Mereka

melihat adanya program pengajian bulanan antara komite dan guru yang dijadikan media komunikasi membahas perkembangan pembelajaran di kelas, adanya perlombaan kelas PAKEM yang dilaksanakan setiap semester, pemasangan CCTV di setiap kelas, kepala sekolah yang rutin melakukan supervisi kelas setiap hari, serta program pemanfaatan lingkungan sekolah untuk media pembelajaran dan menghasilkan tambahan keuangan bagi sekolah seperti pembuatan kolam ikan yang hasilnya dijual kepada masyarakat.

Dalam rencana tindak lanjutnya, para peserta menyatakan komitmennya akan mengadopsi praktik yang baik ke sekolahnya masing-masing. (Tkm)

Prof. Dr. Samsul Rizal, M.Eng Rektor Unsyiah.

Pendidikan Aceh Tanggung Jawab Bersama

Labuhanbatu. Bupati Labuhanbatu dr. H. Tigor Panusunan Siregar, Sp.PD memuji keberhasilan implementasi program USAID PRIORITAS di

daerahnya. Tigor melihat program USAID PRIORITAS

telah berhasil meningkatkan mutu pendidikan dasar di Labuhanbatu. Hal itu disampaikan setelah melihat produk

pembelajaran yang dihasilkan sekolah mitra USAID PRIORITAS. “Sekarang guru-guru lebih bersemangat mengajar dan siswa lebih bersemangat belajar,” terang Tigor dalam Lokakarya Keberhasilan Program USAID PRIORITAS di Ballroom Hotel Suzuya, Rantau Prapat, Labuhanbatu (6/3).

Beliau optimis kualitas pendidikan di Labuhanbatu akan terus meningkat. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu berkomitmen untuk secara berkelanjutan meningkatkan mutu guru agar mampu mendesain pembelajaran yang bermutu. ”Mereka yang saat ini dididik dengan cara USAID PRIORITAS, mutu guru yang baik, mutu pendidikan yang baik, mereka akan menjadi generasi emas Indonesia,” tutur bupati lebih lanjut.

Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sumatera Utara Agus Marwan menilai sekolah mitra USAID PRIORITAS di Labuhanbatu telah mampu mengimplementasikan Kurikulum 2013. “Produk pembelajaran yang dipamerkan oleh sekolah mitra kita adalah produk-produk hasil pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013,” tutur Agus Marwan. (Eh)

Banda Aceh. Rektor Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Prof. Dr. Samsul Rizal, M.Eng yang hadir dan membuka acara Pertemuan tingkat Provinsi LPTK Mitra USAID PRIORITAS di Banda Aceh (29/1), menegaskan bahwa perbaikan mutu pendidikan Aceh adalah tanggung jawab bersama. Oleh karena itu butuh kerjasama antar LPTK, pemerintah daerah dan pemerintah pusat.“Sebagai universitas tertua dan terbesar di Aceh, Unsyiah memang memiliki peran yang besar. Namun harapan ini tidak akan terwujud apabila tidak ada kerjasama yang baik antar LPTK di Aceh,” katanya di hadapan 23 orang pimpinan

LPTK dari 4 universitas konsorsium. Pada pertemuan tersebut mereka berdiskusi tentang 'Usaha Peningkatan Mutu Pendidikan Aceh Melalui Peningkatan Mutu Lulusan LPTK'.

Rektor Unsyiah juga menawarkan kerjasama pertukaran mahasiswa antar universitas konsorsium selama satu semester. “Mahasiswa antar LPTK bisa kuliah di LPTK konsorsium lainnya selama satu semester agar mereka memperoleh pengalaman,” tawar Samsul Rizal.

Usulan tersebut disambut baik oleh para pimpinan LPTK terutama untuk memaksimalkan mahasiswa yang melaksanakan PPL (Program Pengalaman Lapangan). ”PPL terpadu tampaknya perlu menjadi satu alternatif yang baik,” sebut Dr. Saifullah, M.Ag dari UIN Ar Raniry. “Tahapan PPL tidak hanya dilakukan di semester VII, tetapi juga dilakukan orientasi secara bertahap mulai mahasiswa belajar di LPTK,” harap Drs. Marwan Hamid, M. Pd, Wakil Rektor 1 Universitas Al Muslim. “Kita bersama perlu memperkuat kualitas dosen micro teaching sehingga sesuai dengan tuntutan di sekolah,” timpal Drs. Nuralam, M.Ag Pembantu Dekan 1 Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh. Dalam kegiatan sehari tersebut hadir juga Rektor Universitas Al Muslim Bireuen, Dr. H. Amiruddin Idris, SE., M. Si dan para dekan LPTK dari 4 universitas konsorsium di Aceh. (Tkm)

KABUPATEN Aceh Jaya saat ini kelebihan 117 guru mata pelajaran di tingkat SMP. Hal itu terungkap dari hasil analisis data Penataan dan Pemerataan Guru (PPG) yang dilakukan oleh tim Dinas Pendidikan, Kemenag dan USAID PRIORITAS. Wakil

Bupati Aceh Jaya Tgk Maulidi yang hadir pada kegiatan tersebut langsung menginstruksikan jajarannya untuk menindaklanjutinya “Dinas yang terkait harus menindaklanjuti hasil ini. Kita akan mengeluarkan peraturan bupati (Perbub) terutama untuk pemerataan guru di Aceh Jaya,” tegasnya (24/12).

Sementara di Kabupaten Bener Meriah, diperoleh data untuk sekolah dasar masih membutuhkan guru kelas sebanyak 177 guru. Tetapi hal itu berbanding terbalik jika melihat distribusi berdasarkan kecamatan. Ada dua kecamatan kelebihan guru kelas sedangkan di kecamatan lainnya masih kekurangan guru kelas. Pada tingkat SMP juga terjadi kelebihan sebanyak 63 orang. Secara keseluruhan kecukupan guru pada tingkat sekolah tidak merata. Wakil Bupati Bener Meriah, Rusli M. Saleh segera menginstruksikan dinas terkait untuk bergerak cepat menyusun draf Perbup. "Kita harus segera mengeluarkan Perbup untuk penataan dan pemerataan guru. Perbup ini juga akan bermanfaat bagi guru yang telah bersertifikasi," katanya. (Tkm)

Siapkan Perbup PPG

Rusli M. Saleh Wakil Bupati Bener Meriah.

Bupati Labuhanbatu Apresiasi Program USAID PRIORITAS

Bupati Labuhanbatu dr. Tigor Panusunan Siregar mengunjungi SDN 112162 Rantau Utara untuk melihat langsung implementasi program USAID PRIORITAS di daerah yang dipimpinnya.

Nias Selatan. SMP Bintang Laut kedatangan tamu dari Jerman yang dipimpin Ibu Claudia. Awalnya mereka tidak dijadwalkan melihat proses pembelajaran di kelas. Namun atas permintaan Ketua Yayasan Bintang Laut, akhirnya rombongan ini bersedia melihat satu kelas. Alangkah terkejutnya mereka, ketika melihat siswa belajar dengan aktif, Mereka tidak percaya, sekolah yang berada di pedalaman bisa mempraktikkan pembelajaran yang membuat siswa aktif. “Wah ini seperti cara belajar kami di Jerman,” kata Ibu Claudia.

Sebelumnya sekolah ini masih menggunakan pendekatan konvensional. Setelah bermitra dengan USAID PRIORITAS, kepala sekolah membuat kebijakan yang membuat pembelajaran aktif di sekolahnya menjadi lebih berhasil. Kebijakan tersebut di antaranya adalah:1. Meminta guru mengubah penataan tempat duduk, yang

mulanya konvensional menjadi berkelompok.2. Memfasilitasi kebutuhan guru untuk mengajar. Awalnya

cukup berat karena tambahan biaya yang harus dikeluarkan. Namun setelah berjalan beberapa waktu, orangtua siswa sudah bersedia membantu. Siswa sudah bisa kami minta untuk membawa bahan-bahan yang bisa digunakan untuk pembelajaran seperti kertas bekas, lem, dan alat bahan sederhana lainnya yang dibutuhkan.

3. Karya siswa dipajangkan di dinding kelas. Karya ini merupakan produk pembelajaran. Ketika menjelang ujian, siswa biasanya mengambil portofolio mereka sebagai bahan belajar.

4. Siswa difasilitasi untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok maupun individu. Hasil kerja yang dipresentasikan merupakan hasil pemikiran dan kata-kata siswa sendiri. Pembiasaan ini membuat siswa menjadi lebih percaya diri dan kreatif.

5. Mendorong guru untuk mampu menggunakan TIK (teknologi informasi dan komunikasi). Guru difasilitasi untuk mempuyai laptop dan tablet melalui arisan. Dulu hanya tiga orang guru yang bisa menggunakan TIK sekarang sudah 90 persen guru yang mampu.

6. Meminta guru melengkapi perangkat pembelajaran sebelum memulai pembelajaran. 97 persen gurunya mampu membuat perangkat pembelajaran. Saat ini para guru semakin kreatif dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran. Kreativitas ini membuat hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat. (Eh)

(1) Kondisi penataan kelas sebelum dan sesudah implementasi program. Sebelum implementasi, siswa duduk menghadap ke depan (gambar kiri) dan sesudah program dijalankan, siswa duduk berkelompok. (2) Siswa mempre-sentasikan hasil kerja kelompok maupun kerja individual. (3) Karya siswa selalu dipajangkan di papan pajangan. (4) Para guru menggunakan TIK dalam merancang perangkat pembelajaran dan menerapkannya di kelas.

6 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014

1

3

4

2

Page 8: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

PRIORITAS - Provinsi Banten

8 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014

PRIORITAS - Provinsi Jawa Barat

Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 9

Ciamis. H. Iing Syams Arifin bupati terpilih Kabupaten Ciamis periode tahun 2014-2019 sangat antusias menyimak penjelasan Kepala Dinas pendidikan Kabupaten

Ciamis H. Tatang yang didampingi Erna Irnawati, Koordinator USAID PRIORITAS Provinsi Jawa Barat, tentang kemajuan program yang telah setahun berjalan di daerahnya.

Pertemuan di rumah dinas bupati itu sejatinya untuk meminta kesediaan bupati menghadiri dan membuka kegiatan unjuk karya (district showcase) keberhasilan sekolah di Kabupaten Ciamis. Namun respon bupati justru di luar dugaan. Penjelasan H. Tatang yang rinci membuat bupati sangat tertarik untuk melakukan diseminasi di semua kecamatan di Kabupaten Ciamis mulai tahun anggaran 2015.

Pernyataan yang sama ditegaskan lagi oleh bupati di depan para pemangku kepentingan pendidikan pada saat pembukaan unjuk karya di Gedung Dekopindo Ciamis (17/2). Pada kesempatan itu ia menegaskan bahwa Kabupaten Ciamis akan menambah jumlah fasilitator daerah agar mencukupi kebutuhan diseminasi yang akan dilakukan pada tahun mendatang. Bupati menyadari bahwa fasilitator daerah akan menjadi ujung tombak program diseminasi yang akan dilakukan di Ciamis. (Mkn)

Janji Diseminasi Bupati Ciamis

Wali Kota Cimahi Serap, Sebar, dan Sinambungkan USAID PRIORITAS

Cimahi. Fasilitator daerah harus diberi dukungan yang kuat agar bisa mengimplemen-tasikan, mendiseminasikan, dan menjaga keberlanjutan program USAID PRIORITAS. Cimahi harus menyerap

manfaat program secara lebih optimal. Kita harus sudah mulai berpikir keberlanjutan pasca USAID PRIORITAS.

Demikian instruksi Atty Suharti, Wali Kota Cimahi, saat menerima audiensi USAID PRIORITAS Jawa Barat di kantornya (28/1). Hadir pada kesempatan tersebut adalah Tata Wikanta (Asisten Daerah I), Eddy Junaedi (Kadisdikpora), Hartati (Kabid Dikdas), dan jajaran staf dinas pendidikan.

Erna Irnawati, Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Jabar, pada kesempatan tersebut memaparkan program yang sudah

berjalan di Kota Cimahi dan menggambarkan dampak positif program. Erna juga menyampaikan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan berikutnya seraya berharap Cimahi dapat konsisten mendukung implementasi program.

Tata Wikanta menggarisbawahi instruksi Atty dan harapan Erna dengan menyarankan bahwa kebijakan dinas pendidikan harus mendukung USAID PRIORITAS. Menurutnya, fasilitator daerah menjadi ujung tombak keberhasilan program. Mereka harus dijeujeuhkeun (didayagunakan) untuk menjamin mutu pendidikan.

“Program ini bisa didiseminasikan di jenjang SMA sesuai dengan kebutuhan lokal di Cimahi,” ujarnya.

Wali kota juga mendorong jajaran pemerintahannya untuk

menunjukkan komitmen tinggi pada program USAID PRIORITAS. Dalam keterbatasan sumber daya alam (SDA), Cimahi harus fokus pada SDM. “Maka, kita membutuhkan program yang berfokus pada peningkatan kualitas SDM seperti USAID PRIORITAS,” katanya. (Ds)

Bupati Iing menikmati setiap sajian pameran sekolah mitra dengan bangga dan menghargai.

CUCUM SUMINAR Kepala SDN Utama Mandiri 1 Kota Cimahi, menempuh cara unik untuk melakukan supervisi kepada guru. Di tengah kesibukan sebagai kepala sekolah, Ketua KKKS Cimahi

Selatan, dan Bendahara PGRI Cimahi Selatan, sulit baginya untuk secara rutin melakukan supervisi proses belajar mengajar langsung di ruang kelas. Pilihan satu-satunya adalah merekam proses belajar mengajar dengan kamera video yang dimilikinya.

Bu Cucum, kepala sekolah yang setiap pagi selalu datang lebih awal daripada para guru, menugaskan seorang pegawai sekolah untuk melakukan hal tersebut.Hasil rekaman tersebut dibawa pulang oleh kepala sekolah tersebut. Di rumah, Bu Cucum memutar ulang, melihat detil proses pembelajaran, alat peraga, dan kesesuian antara perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

Setiap minggu sekali kepala sekolah berprestasi tahun 2010 itu memutar ulang rekaman video di depan semua guru di sekolah untuk dibahas bersama. Bu Cucum memberikan masukan untuk meningkatkan dan memperbaiki proses belajar mengajar sesuai dengan prinsip-prinsip PAKEM yang telah dilatihkan dan didampingi oleh USAID PRIORITAS.

Guru yang bersangkutan juga diminta berbagi pengalaman dengan guru-guru lain mengenai praktik pembelajaran sebagaimana dalam video rekaman. Di samping itu, guru-guru lain juga diminta memberikan masukan pada tayangan proses pembelajaran tersebut. (Mkn)

Supervisi Inovatif Kepala SDN Utama Mandiri 1 Cimahi

Pandeglang. Bupati Pandeglang, H. Erwan Kurtubi meminta tim Penataan dan Pemerataan Guru (PPG) untuk terus mendorong pemerataan dan penataan guru di Kabupaten

Pandeglang. Hal itu disampaikan saat memberi sambutan pada acara Konsultasi Publik Program PPG di Gedung Sekretariat Daerah, Pandeglang (24/2).

Dalam pemaparan yang disajikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

Pandeglang, Drs. H. Dadan Tafif Danial, M.M., tampak bahwa isu paling strategis di pendidikan dasar adalah besarnya anggaran yang dialokasikan untuk menggaji guru. Sebanyak 53% dari Rp 1,3 triliun APBD Kabupaten Pandeglang tahun 2013 dipergunakan untuk bidang pendidikan, dan 81% dari jumlah tersebut dipergunakan untuk menggaji guru yang mencapai dua pertiga PNS di seluruh Kabupaten Pandeglang.

Berdasarkan pemaparan tersebut, bupati menyatakan mendukung penataan guru di daerahnya. Menurutnya, pemerataan guru di Kabupaten Pandeglang terhambat oleh sikap manja dari aparatur. Sudah ditempatkan tetapi

setelah satu-dua bulan minta pindah. Seharusnya setelah diangkat menjadi PNS, kita menjadi lebih bertanggung jawab dengan tugas yang diamanahkan.

Bupati Erwan juga menyatakan sangat mendukung kegiatan USAID PRIORITAS. Pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang handal, punya sikap dan kepribadian yang bagus. Melalui pendidikan yang berkualitas, Pandeglang akan memiliki kualitas sumber daya manusia yang mumpuni. ”Untuk para guru harus terus memperkaya diri dengan ilmu dan meningkatkan kompetensi mengajarnya,” pesannya.

(Nic)

Mendorong Pemerataan Guru di Pandeglang

Serang. Memotivasi mahasiswa agar antusias mengikuti materi perkuliahan memerlukan cara-cara khusus. Salah satunya adalah dengan menerapkan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Saya menerapkan hasil pelatihan PAKEM USAID PRIORITAS dalam perkuliahan. Salah satunya pada mata kuliah Menulis Kreatif Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta). Saya ajak

mahasiswa secara aktif mencari ide menulis dari alam sekitar, kemudian secara kreatif mereka mengolah kata menjadi cerita yang menarik.

Setelah 15 menit membuka perkuliahan, membentuk mahasiswa dalam kelompok kecil, dan memberi instruksi yang perlu dilakukan, saya mempersilakan mahasiswa untuk ke luar kelas. Mereka diberi kesempatan untuk mencari sumber inspirasi penulisan dari sekitar lingkungan kampus, seperti melihat aktivitas para mahasiswa di luar gedung, hiruk-pikuk di lapangan parkir, suasana di perpustakaan, bahkan batu dan daun di halaman kampus pun menjadi sumber inspirasi mahasiswa dalam menulis cerita. Setelah ide cerita dituangkan menjadi tulisan singkat, para mahasiswa kembali ke kelas dan berbagi cerita dalam kelompoknya. Setiap kelompok memilih cerita terbaik, kemudian dibacakan di depan kelas. Cerita terbaik ditempel di majalah dinding kelas agar bisa dibaca dan menjadi sumber belajar baru. Di akhir perkuliahan, saya sangat takjub melihat hasil refleksi mahasiswa. Semua menyatakan perkuliahan di hari itu sangat mengasyikkan dan mereka sangat menikmatinya. Sejak saat itu, saya selalu berpikir kreatif untuk membuat rencana perkuliahan mendatang agar lebih menyenangkan. (Ade Husnul Mawadah, Dosen Untirta, Banten)

SDN Campaka 3, Kabupaten Tangerang, adalah salah satu sekolah

mitra USAID PRIORITAS yang menyelenggarakan pembelajaran

inklusif. Sekolah ini memfasilitasi anak berkebutuhan khusus (ABK) di dalam

kelas yang berbaur dengan siswa normal lainnya. Ibu Samriah, guru

kelas 1, berbagi pengalamannya.

Bagaimana cara ibu mengenali ABK di dalam kelas? Mereka biasanya memberikan respon atau tanggapan yang berbeda. Kebanyakan mereka hiperaktif dan selalu mencari perhatian. Mereka juga biasanya tak mau diatur. Ada juga yang selalu diam, namun tiba-tiba kencing di kelas. Bagaimana kemampuan mereka dalam mengikuti pembelajaran? Sebenarnya mereka anak-anak yang cerdas. Anak hiperaktif itu di kelas saya ada lebih dari 10 orang. Mereka pintar tapi tidak mau diatur. Orang tua mereka sudah tahu kalau anak-anaknya begitu. Bagaimana cara menangani anak yang terlalu aktif? Saya biasanya memberikan tiga hari dalam seminggu untuk pelajaran tambahan kepada mereka. Tidak lama, hanya sekitar 15 menit saja. Kadang-kadang saya ajak mereka membaca buku bersama. Mereka juga dapat saling belajar dengan teman sekelasnya. Saya selalu berusaha memberikan empati kepada anak-anak ini lebih daripada kepada murid lain, tapi saya berikan di luar jam kelas. Di dalam kelas, semua sama. Apakah semua ABK di kelas Ibu hiperaktif? Tidak semua. Ada satu, dia sudah 8 tahun. Dia bisa tiba-tiba pipis di kelas, tanpa perasaan panik atau khawatir. Sayangnya dia juga kurang bisa komunikasi. Saya memberikan dia pelajaran tambahan. Prinsipnya saya akan berupaya agar siswa dapat belajar optimal. (Nic)

PAKEM dalam Perkuliahan Menulis Kreatif

Hasil karya mahasiswa yang dipajang di kelas membuat mereka mendapatkan sumber belajar baru dalam perkuliahan.

H. Erwan Kurtubi, Bupati Pandeglang.

Atty Suharti, Wali Kota Cimahi

Pembelajaran ABK di SDN Campaka 3 Tangerang

Fasilitator daerah di Cimahi yang menjadi ujung tombak dalam melatih dan mendampingi sekolah, keberadaannya akan lebih didayagunakan untuk menjamin mutu pendidikan.

Ibu Cucum menerapkan supervisi yang melibatkan para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Ibu Samriah mendampingi siswa ABK di kelasnya yang hiperaktif dan perlu perhatian khusus.

Page 9: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

PRIORITAS - Provinsi Banten

8 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014

PRIORITAS - Provinsi Jawa Barat

Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 9

Ciamis. H. Iing Syams Arifin bupati terpilih Kabupaten Ciamis periode tahun 2014-2019 sangat antusias menyimak penjelasan Kepala Dinas pendidikan Kabupaten

Ciamis H. Tatang yang didampingi Erna Irnawati, Koordinator USAID PRIORITAS Provinsi Jawa Barat, tentang kemajuan program yang telah setahun berjalan di daerahnya.

Pertemuan di rumah dinas bupati itu sejatinya untuk meminta kesediaan bupati menghadiri dan membuka kegiatan unjuk karya (district showcase) keberhasilan sekolah di Kabupaten Ciamis. Namun respon bupati justru di luar dugaan. Penjelasan H. Tatang yang rinci membuat bupati sangat tertarik untuk melakukan diseminasi di semua kecamatan di Kabupaten Ciamis mulai tahun anggaran 2015.

Pernyataan yang sama ditegaskan lagi oleh bupati di depan para pemangku kepentingan pendidikan pada saat pembukaan unjuk karya di Gedung Dekopindo Ciamis (17/2). Pada kesempatan itu ia menegaskan bahwa Kabupaten Ciamis akan menambah jumlah fasilitator daerah agar mencukupi kebutuhan diseminasi yang akan dilakukan pada tahun mendatang. Bupati menyadari bahwa fasilitator daerah akan menjadi ujung tombak program diseminasi yang akan dilakukan di Ciamis. (Mkn)

Janji Diseminasi Bupati Ciamis

Wali Kota Cimahi Serap, Sebar, dan Sinambungkan USAID PRIORITAS

Cimahi. Fasilitator daerah harus diberi dukungan yang kuat agar bisa mengimplemen-tasikan, mendiseminasikan, dan menjaga keberlanjutan program USAID PRIORITAS. Cimahi harus menyerap

manfaat program secara lebih optimal. Kita harus sudah mulai berpikir keberlanjutan pasca USAID PRIORITAS.

Demikian instruksi Atty Suharti, Wali Kota Cimahi, saat menerima audiensi USAID PRIORITAS Jawa Barat di kantornya (28/1). Hadir pada kesempatan tersebut adalah Tata Wikanta (Asisten Daerah I), Eddy Junaedi (Kadisdikpora), Hartati (Kabid Dikdas), dan jajaran staf dinas pendidikan.

Erna Irnawati, Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Jabar, pada kesempatan tersebut memaparkan program yang sudah

berjalan di Kota Cimahi dan menggambarkan dampak positif program. Erna juga menyampaikan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan berikutnya seraya berharap Cimahi dapat konsisten mendukung implementasi program.

Tata Wikanta menggarisbawahi instruksi Atty dan harapan Erna dengan menyarankan bahwa kebijakan dinas pendidikan harus mendukung USAID PRIORITAS. Menurutnya, fasilitator daerah menjadi ujung tombak keberhasilan program. Mereka harus dijeujeuhkeun (didayagunakan) untuk menjamin mutu pendidikan.

“Program ini bisa didiseminasikan di jenjang SMA sesuai dengan kebutuhan lokal di Cimahi,” ujarnya.

Wali kota juga mendorong jajaran pemerintahannya untuk

menunjukkan komitmen tinggi pada program USAID PRIORITAS. Dalam keterbatasan sumber daya alam (SDA), Cimahi harus fokus pada SDM. “Maka, kita membutuhkan program yang berfokus pada peningkatan kualitas SDM seperti USAID PRIORITAS,” katanya. (Ds)

Bupati Iing menikmati setiap sajian pameran sekolah mitra dengan bangga dan menghargai.

CUCUM SUMINAR Kepala SDN Utama Mandiri 1 Kota Cimahi, menempuh cara unik untuk melakukan supervisi kepada guru. Di tengah kesibukan sebagai kepala sekolah, Ketua KKKS Cimahi

Selatan, dan Bendahara PGRI Cimahi Selatan, sulit baginya untuk secara rutin melakukan supervisi proses belajar mengajar langsung di ruang kelas. Pilihan satu-satunya adalah merekam proses belajar mengajar dengan kamera video yang dimilikinya.

Bu Cucum, kepala sekolah yang setiap pagi selalu datang lebih awal daripada para guru, menugaskan seorang pegawai sekolah untuk melakukan hal tersebut.Hasil rekaman tersebut dibawa pulang oleh kepala sekolah tersebut. Di rumah, Bu Cucum memutar ulang, melihat detil proses pembelajaran, alat peraga, dan kesesuian antara perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

Setiap minggu sekali kepala sekolah berprestasi tahun 2010 itu memutar ulang rekaman video di depan semua guru di sekolah untuk dibahas bersama. Bu Cucum memberikan masukan untuk meningkatkan dan memperbaiki proses belajar mengajar sesuai dengan prinsip-prinsip PAKEM yang telah dilatihkan dan didampingi oleh USAID PRIORITAS.

Guru yang bersangkutan juga diminta berbagi pengalaman dengan guru-guru lain mengenai praktik pembelajaran sebagaimana dalam video rekaman. Di samping itu, guru-guru lain juga diminta memberikan masukan pada tayangan proses pembelajaran tersebut. (Mkn)

Supervisi Inovatif Kepala SDN Utama Mandiri 1 Cimahi

Pandeglang. Bupati Pandeglang, H. Erwan Kurtubi meminta tim Penataan dan Pemerataan Guru (PPG) untuk terus mendorong pemerataan dan penataan guru di Kabupaten

Pandeglang. Hal itu disampaikan saat memberi sambutan pada acara Konsultasi Publik Program PPG di Gedung Sekretariat Daerah, Pandeglang (24/2).

Dalam pemaparan yang disajikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

Pandeglang, Drs. H. Dadan Tafif Danial, M.M., tampak bahwa isu paling strategis di pendidikan dasar adalah besarnya anggaran yang dialokasikan untuk menggaji guru. Sebanyak 53% dari Rp 1,3 triliun APBD Kabupaten Pandeglang tahun 2013 dipergunakan untuk bidang pendidikan, dan 81% dari jumlah tersebut dipergunakan untuk menggaji guru yang mencapai dua pertiga PNS di seluruh Kabupaten Pandeglang.

Berdasarkan pemaparan tersebut, bupati menyatakan mendukung penataan guru di daerahnya. Menurutnya, pemerataan guru di Kabupaten Pandeglang terhambat oleh sikap manja dari aparatur. Sudah ditempatkan tetapi

setelah satu-dua bulan minta pindah. Seharusnya setelah diangkat menjadi PNS, kita menjadi lebih bertanggung jawab dengan tugas yang diamanahkan.

Bupati Erwan juga menyatakan sangat mendukung kegiatan USAID PRIORITAS. Pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang handal, punya sikap dan kepribadian yang bagus. Melalui pendidikan yang berkualitas, Pandeglang akan memiliki kualitas sumber daya manusia yang mumpuni. ”Untuk para guru harus terus memperkaya diri dengan ilmu dan meningkatkan kompetensi mengajarnya,” pesannya.

(Nic)

Mendorong Pemerataan Guru di Pandeglang

Serang. Memotivasi mahasiswa agar antusias mengikuti materi perkuliahan memerlukan cara-cara khusus. Salah satunya adalah dengan menerapkan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Saya menerapkan hasil pelatihan PAKEM USAID PRIORITAS dalam perkuliahan. Salah satunya pada mata kuliah Menulis Kreatif Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta). Saya ajak

mahasiswa secara aktif mencari ide menulis dari alam sekitar, kemudian secara kreatif mereka mengolah kata menjadi cerita yang menarik.

Setelah 15 menit membuka perkuliahan, membentuk mahasiswa dalam kelompok kecil, dan memberi instruksi yang perlu dilakukan, saya mempersilakan mahasiswa untuk ke luar kelas. Mereka diberi kesempatan untuk mencari sumber inspirasi penulisan dari sekitar lingkungan kampus, seperti melihat aktivitas para mahasiswa di luar gedung, hiruk-pikuk di lapangan parkir, suasana di perpustakaan, bahkan batu dan daun di halaman kampus pun menjadi sumber inspirasi mahasiswa dalam menulis cerita. Setelah ide cerita dituangkan menjadi tulisan singkat, para mahasiswa kembali ke kelas dan berbagi cerita dalam kelompoknya. Setiap kelompok memilih cerita terbaik, kemudian dibacakan di depan kelas. Cerita terbaik ditempel di majalah dinding kelas agar bisa dibaca dan menjadi sumber belajar baru. Di akhir perkuliahan, saya sangat takjub melihat hasil refleksi mahasiswa. Semua menyatakan perkuliahan di hari itu sangat mengasyikkan dan mereka sangat menikmatinya. Sejak saat itu, saya selalu berpikir kreatif untuk membuat rencana perkuliahan mendatang agar lebih menyenangkan. (Ade Husnul Mawadah, Dosen Untirta, Banten)

SDN Campaka 3, Kabupaten Tangerang, adalah salah satu sekolah

mitra USAID PRIORITAS yang menyelenggarakan pembelajaran

inklusif. Sekolah ini memfasilitasi anak berkebutuhan khusus (ABK) di dalam

kelas yang berbaur dengan siswa normal lainnya. Ibu Samriah, guru

kelas 1, berbagi pengalamannya.

Bagaimana cara ibu mengenali ABK di dalam kelas? Mereka biasanya memberikan respon atau tanggapan yang berbeda. Kebanyakan mereka hiperaktif dan selalu mencari perhatian. Mereka juga biasanya tak mau diatur. Ada juga yang selalu diam, namun tiba-tiba kencing di kelas. Bagaimana kemampuan mereka dalam mengikuti pembelajaran? Sebenarnya mereka anak-anak yang cerdas. Anak hiperaktif itu di kelas saya ada lebih dari 10 orang. Mereka pintar tapi tidak mau diatur. Orang tua mereka sudah tahu kalau anak-anaknya begitu. Bagaimana cara menangani anak yang terlalu aktif? Saya biasanya memberikan tiga hari dalam seminggu untuk pelajaran tambahan kepada mereka. Tidak lama, hanya sekitar 15 menit saja. Kadang-kadang saya ajak mereka membaca buku bersama. Mereka juga dapat saling belajar dengan teman sekelasnya. Saya selalu berusaha memberikan empati kepada anak-anak ini lebih daripada kepada murid lain, tapi saya berikan di luar jam kelas. Di dalam kelas, semua sama. Apakah semua ABK di kelas Ibu hiperaktif? Tidak semua. Ada satu, dia sudah 8 tahun. Dia bisa tiba-tiba pipis di kelas, tanpa perasaan panik atau khawatir. Sayangnya dia juga kurang bisa komunikasi. Saya memberikan dia pelajaran tambahan. Prinsipnya saya akan berupaya agar siswa dapat belajar optimal. (Nic)

PAKEM dalam Perkuliahan Menulis Kreatif

Hasil karya mahasiswa yang dipajang di kelas membuat mereka mendapatkan sumber belajar baru dalam perkuliahan.

H. Erwan Kurtubi, Bupati Pandeglang.

Atty Suharti, Wali Kota Cimahi

Pembelajaran ABK di SDN Campaka 3 Tangerang

Fasilitator daerah di Cimahi yang menjadi ujung tombak dalam melatih dan mendampingi sekolah, keberadaannya akan lebih didayagunakan untuk menjamin mutu pendidikan.

Ibu Cucum menerapkan supervisi yang melibatkan para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Ibu Samriah mendampingi siswa ABK di kelasnya yang hiperaktif dan perlu perhatian khusus.

Page 10: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

PRIORITAS - Provinsi Jawa Tengah PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

10 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 11

Dinas Pendidikan Purbalingga Evaluasi Ketercapaian Program

Purbalingga. Untuk mengetahui ketercapaian program USAID PRIORITAS di Kabupaten Purbalingga, dinas pendidikan melakukan rapat koordinasi dan evaluasi program secara menyeluruh kepada 24 kepala sekolah mitra dan 30 fasilitator daerah (27/12 ).

Tujuannya untuk mendapatkan gambaran dari sekolah mitra tentang perkembangan program, tantangan yang dihadapi, dan capaian selama kurang lebih satu tahun kerjasama. Para kepala sekolah, guru, dan fasilitator diberi kesempatan untuk memaparkan kegiatan yang telah dan yang akan dilakukan.

Drs. Ashari, M.Pd Kabid Ketenagaan Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga menyampaikan bahwa program USAID PRIORITAS sudah berjalan satu tahun dan dinas pendidikan ingin mengetahui sejauh mana pencapaian yang dilakukan.

“Hasil evaluasi dalam forum ini akan kami gunakan untuk membuat laporan dan rencana tindak lanjut. Kami akan

memetakan ketercapaian program. Setelah diketahui hasilnya, maka kita akan tahu capaian dan hambatan-hambatannya, dan kita akan cari solusinya bersama,” lanjut Ashari.

Hasil dari rapat koordinasi dan evaluasi ini, secara umum sekolah telah

banyak melakukan perubahan dalam pembelajaran, khususnya dalam mengimplemen-tasikan PAKEM dan pembelajaran kontekstual. Peran serta masyarakat juga telah meningkat, terbukti dengan terbentuknya beberapa forum kelas, keterlibatan masyarakat dan komite dalam pengelolaan kebutuhan sekolah, pembangunan fasilitas sekolah

yang lebih baik, dan manajemen pengelolaan keuangan lebih transparan dan partisipatif. Kini sekolah mitra telah memiliki dokumen RKS, RKT, dan RKAS yang didasari dari EDS.

Namun demikian tidak semua sekolah memiliki progress yang sama. Ada sekolah yang baru sebagian gurunya menerapkan pembelajaran aktif, dan yang paling dikeluhkan oleh kepala sekolah adalah adanya dana tambahan pada standar proses ketika melakukan pembelajaran aktif. Hal itu memang diakui kepala sekolah menjadi konsekuensi untuk mendukung peningkatan kualitas pembelajaran. (Arz)

Semarang. “Manajemen sekolah yang aplikatif dalam menerapkan kebijakan untuk mendukung pembelajaran. Hal itu yang saya rasakan dalam pelatihan ini,” tutur Prof. Dr. Soegiyanto, M.S., Komite SMP Negeri 13 Semarang pada saat mengikuti pelatihan manajemen berbasis

Aplikatif dalam Kebijakan

Drs. Ashari, M.Pd (kiri) Kabid Ketenagaan Dinas Pendidikan Purbalingga pada saat mengkoordinasikan perkembangan program USAID PRIORITAS di daerahnya.

sekolah (MBS) yang diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS bagi sekolah mitra Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan IAIN Walisongo, di Hotel Gumaya Semarang (22-24/2).

Menurutnya manajemen sekolah untuk mendukung keberhasilan pembelajaran terlihat dari program-program yang sesuai dengan kebutuhan guru, siswa,

dan dibuat secara transparan. Mantan Pembantu Rektor IV

Universitas Negeri Semarang itu tampak aktif mengikuti pelatihan mulai hari pertama sampai pelatihan selesai. “Pelatihan ini merupakan kesempatan

bagus untuk membahas program sekolah, karena guru, kepala sekolah, dan komite bisa duduk bersama,” katanya lagi.

Komite SMPN 13 yang juga Guru Besar Unnes itu menilai pelatihan yang diikutinya dilakukan secara runtut. Selangkah demi selangkah peserta menyelami proses pembelajaran aktif di sekolah, kemudian memberikan ide cara mendorong peran serta aktif dari masyarakat, kreativitas menghimpun berbagai sumber daya, membuat rencana kerja tahunan dan rencana anggaran sekolah. Semua langkah dilakukan secara kontekstual dengan keadaan sekolah.

Selain itu, antara sekolah satu dengan sekolah yang lain bisa saling bertukar pendapat dan mendapatkan inspirasi dari teman sejawat. “Kami merasa bahwa komite memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sekolah,” kata guru besar ilmu keolahragaan itu.

(Arz)

Prof. Dr. Soegiyanto, M.S (paling kiri) mengamati RKS buatan kelompok lainnya dalam kunjung karya pelatihan MBS Sekolah Mitra Universitas Negeri Semarang dan IAIN Walisongo.

Lumajang. Kepala Seksi (Kasie) Kurikulum Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang Drs. Syamsul Hadi, MM tampak berkeringat saat harus praktik mengajar di SMPN 1 Batu. Sudah 16 tahun beliau tidak mengajar. Pengalaman praktik mengajar ini seperti mengembalikannya di masa lalu saat menjadi guru kali pertama.

“Meski saya dulu menjadi guru, tapi saya sudah tidak mengajar lagi selama 16 tahun lagi. Rasanya seperti baru jadi guru, tapi saya harus mencoba pembelajaran aktif ini dan saya harus berhasil,” demikian tekad Syamsul Hadi begitu tinggi untuk mengajar Matematika di Kelas VII.

Praktik mengajar adalah salah satu dari rangkaian kegiatan Pelatihan Pelatih untuk Fasilitator Daerah SD/MI dan SMP/MTs Kohor 2 Lumajang dan Ngawi. Kegiatan yang dilaksanakan pada 26 Januari – 2 Februari 2014 di Batu diikuti oleh 60 fasilitator daerah terpilih, perwakilan dari dinas pendidikan dan kemen-terian agama Lumajang dan Ngawi.

Syamsul Hadi adalah salah satu pejabat yang mewakili Dinas Pendidikan Lumajang. Meski beliau sudah menjabat, namun dalam pelatihan ini semua peserta wajib mengikuti seluruh kegiatan termasuk praktik mengajar.

Hal yang sama juga dialami oleh Istamar, M. Pd Kasie Pendidikan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi. “Semalaman saya tidak tidur mempersiapkan bahan praktik mengajar,” ungkapnya.

Beliau mengajar Bahasa Indonesia. Pagi itu Pak Istamar memilih untuk mengajak siswa membuat ringkasan berita dari kliping koran. Ternyata persiapan yang dilakukannya semalaman berbuah hasil yang manis. Siswa Kelas VII SMPN 1 Batu puas dengan materi yang diajarkannya dan mendapatkan aplaus dari para siswa.

Pak Istamar yang pernah menjadi guru SD selama 6 tahun menyesali mengapa program yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS baru ada saat ini. “Dulu saat saya jadi guru yang penting mengajar saja tidak berpikir inovasi. Guru sekarang semestinya bersyukur dengan banyaknya pelatihan seperti ini dapat meningkatkan kompetensi,” katanya.

Usai praktik mengajar Pak Istamar pun tak sungkan duduk di lantai mengumpulkan hasil karya dan hasil refleksi siswa. “Rasanya ada kepuasan tersendiri melihat hasil karya siswa seperti ini. Saya bisa membayangkan andai saya setiap hari sebagai guru melakukan pembelajaran aktif di kelas, pasti kelas akan terlihat menarik dan semarak dengan hasil karya siswa,” ungkapnya bangga. (Dkd)

Grogi Setelah Tidak Mengajar 16 Tahun

DINAS Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah menganggar-kan dana Rp 2,2 Milyar untuk diseminasi Aplikasi Laporan

Pertanggungjawaban Keuangan (ALPEKA) Dana BOS di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Anggarannya berasal dari Dokumen Pelaksanan Anggaran (DPA) Tahun 2014.

Dijelaskan oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Jawa Timur Drs. Sucipto, M.Pd, bahwa sejak tahun 2013 Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mendapatkan apresiasi dari pemerintah pusat dalam percepatan pencairan dana BOS dan inovasi yang dilakukan

untuk mengatasi permasalahan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS. Ia melihat Pelatihan ALPEKA BOS ini menjadi kebutuhan sekolah untuk membantu pembuatan laporan dana BOS lebih akurat dan akuntabel.

Untuk itu ketika USAID PRIORITAS mengembangkan Program ALPEKA BOS, pihaknya dengan cepat merespon. “Dinas Pendidikan Jawa Timur memiliki target pada Tahun 2013-2014 bukan hanya kecepatan penyaluran anggaran BOS tapi juga peningkatan mutu penggunaannya. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan tindak lanjutnya. Targetnya, dari kecepatan pencairan anggaran berubah menjadi peningkatan mutu penggunanaan dana BOS,” ungkapnya.

Kegiatan diseminasi yang mulai dilakukan pada bulan Februari sampai Agustus 2014, direncanakan akan melibatkan 2.840 peserta yang terbagi menjadi 24 angkatan pelatihan. Fasilitator Pelatihan ALPEKA BOS ini berasal dari dosen Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Surabaya, dan Tim Manajemen BOS Kabupaten dan Provinsi yang telah mengikuti pelatihan ALPEKA BOS. (Mab)

Alokasikan Rp 2,2 Milyar untuk Diseminasi ALPEKA BOS

Fasilitator ALPEKA dari LPTK mitra mendampingi peserta pada Diseminasi Pelatihan ALPEKA BOS angkatan ke IV.

Dari atas ke bawah: (1) Pak Istamar Kasie SMP Dinas Pendidikan Ngawi saat terlibat aktif dalam pelatihan pelatih untuk pelatih Kohor 2 di Batu (2/2). (2) Beliau asyik menata hasil karya siswa usai melakukan praktik mengajar di SMPN 1 Batu (29/1). (3) Pak Syamsul Hadi Kasie Kurikulum Dinas Pendidikan Lumajang saat mendampingi siswa mengukur pintu kelas dalam praktik mengajar di SMPN 1 Batu (29/1).

Para guru dan kepala SMP mitra LPTK Universitas Yogyakarya mengikuti pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran (20-22/2). Mereka dilatih dalam mengimplementasikan pembelajaran kontekstual di kelas.

Pelatihan untuk Sekolah Mitra LPTK

3

1

2

Page 11: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

PRIORITAS - Provinsi Jawa Tengah PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

10 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 11

Dinas Pendidikan Purbalingga Evaluasi Ketercapaian Program

Purbalingga. Untuk mengetahui ketercapaian program USAID PRIORITAS di Kabupaten Purbalingga, dinas pendidikan melakukan rapat koordinasi dan evaluasi program secara menyeluruh kepada 24 kepala sekolah mitra dan 30 fasilitator daerah (27/12 ).

Tujuannya untuk mendapatkan gambaran dari sekolah mitra tentang perkembangan program, tantangan yang dihadapi, dan capaian selama kurang lebih satu tahun kerjasama. Para kepala sekolah, guru, dan fasilitator diberi kesempatan untuk memaparkan kegiatan yang telah dan yang akan dilakukan.

Drs. Ashari, M.Pd Kabid Ketenagaan Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga menyampaikan bahwa program USAID PRIORITAS sudah berjalan satu tahun dan dinas pendidikan ingin mengetahui sejauh mana pencapaian yang dilakukan.

“Hasil evaluasi dalam forum ini akan kami gunakan untuk membuat laporan dan rencana tindak lanjut. Kami akan

memetakan ketercapaian program. Setelah diketahui hasilnya, maka kita akan tahu capaian dan hambatan-hambatannya, dan kita akan cari solusinya bersama,” lanjut Ashari.

Hasil dari rapat koordinasi dan evaluasi ini, secara umum sekolah telah

banyak melakukan perubahan dalam pembelajaran, khususnya dalam mengimplemen-tasikan PAKEM dan pembelajaran kontekstual. Peran serta masyarakat juga telah meningkat, terbukti dengan terbentuknya beberapa forum kelas, keterlibatan masyarakat dan komite dalam pengelolaan kebutuhan sekolah, pembangunan fasilitas sekolah

yang lebih baik, dan manajemen pengelolaan keuangan lebih transparan dan partisipatif. Kini sekolah mitra telah memiliki dokumen RKS, RKT, dan RKAS yang didasari dari EDS.

Namun demikian tidak semua sekolah memiliki progress yang sama. Ada sekolah yang baru sebagian gurunya menerapkan pembelajaran aktif, dan yang paling dikeluhkan oleh kepala sekolah adalah adanya dana tambahan pada standar proses ketika melakukan pembelajaran aktif. Hal itu memang diakui kepala sekolah menjadi konsekuensi untuk mendukung peningkatan kualitas pembelajaran. (Arz)

Semarang. “Manajemen sekolah yang aplikatif dalam menerapkan kebijakan untuk mendukung pembelajaran. Hal itu yang saya rasakan dalam pelatihan ini,” tutur Prof. Dr. Soegiyanto, M.S., Komite SMP Negeri 13 Semarang pada saat mengikuti pelatihan manajemen berbasis

Aplikatif dalam Kebijakan

Drs. Ashari, M.Pd (kiri) Kabid Ketenagaan Dinas Pendidikan Purbalingga pada saat mengkoordinasikan perkembangan program USAID PRIORITAS di daerahnya.

sekolah (MBS) yang diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS bagi sekolah mitra Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan IAIN Walisongo, di Hotel Gumaya Semarang (22-24/2).

Menurutnya manajemen sekolah untuk mendukung keberhasilan pembelajaran terlihat dari program-program yang sesuai dengan kebutuhan guru, siswa,

dan dibuat secara transparan. Mantan Pembantu Rektor IV

Universitas Negeri Semarang itu tampak aktif mengikuti pelatihan mulai hari pertama sampai pelatihan selesai. “Pelatihan ini merupakan kesempatan

bagus untuk membahas program sekolah, karena guru, kepala sekolah, dan komite bisa duduk bersama,” katanya lagi.

Komite SMPN 13 yang juga Guru Besar Unnes itu menilai pelatihan yang diikutinya dilakukan secara runtut. Selangkah demi selangkah peserta menyelami proses pembelajaran aktif di sekolah, kemudian memberikan ide cara mendorong peran serta aktif dari masyarakat, kreativitas menghimpun berbagai sumber daya, membuat rencana kerja tahunan dan rencana anggaran sekolah. Semua langkah dilakukan secara kontekstual dengan keadaan sekolah.

Selain itu, antara sekolah satu dengan sekolah yang lain bisa saling bertukar pendapat dan mendapatkan inspirasi dari teman sejawat. “Kami merasa bahwa komite memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sekolah,” kata guru besar ilmu keolahragaan itu.

(Arz)

Prof. Dr. Soegiyanto, M.S (paling kiri) mengamati RKS buatan kelompok lainnya dalam kunjung karya pelatihan MBS Sekolah Mitra Universitas Negeri Semarang dan IAIN Walisongo.

Lumajang. Kepala Seksi (Kasie) Kurikulum Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang Drs. Syamsul Hadi, MM tampak berkeringat saat harus praktik mengajar di SMPN 1 Batu. Sudah 16 tahun beliau tidak mengajar. Pengalaman praktik mengajar ini seperti mengembalikannya di masa lalu saat menjadi guru kali pertama.

“Meski saya dulu menjadi guru, tapi saya sudah tidak mengajar lagi selama 16 tahun lagi. Rasanya seperti baru jadi guru, tapi saya harus mencoba pembelajaran aktif ini dan saya harus berhasil,” demikian tekad Syamsul Hadi begitu tinggi untuk mengajar Matematika di Kelas VII.

Praktik mengajar adalah salah satu dari rangkaian kegiatan Pelatihan Pelatih untuk Fasilitator Daerah SD/MI dan SMP/MTs Kohor 2 Lumajang dan Ngawi. Kegiatan yang dilaksanakan pada 26 Januari – 2 Februari 2014 di Batu diikuti oleh 60 fasilitator daerah terpilih, perwakilan dari dinas pendidikan dan kemen-terian agama Lumajang dan Ngawi.

Syamsul Hadi adalah salah satu pejabat yang mewakili Dinas Pendidikan Lumajang. Meski beliau sudah menjabat, namun dalam pelatihan ini semua peserta wajib mengikuti seluruh kegiatan termasuk praktik mengajar.

Hal yang sama juga dialami oleh Istamar, M. Pd Kasie Pendidikan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi. “Semalaman saya tidak tidur mempersiapkan bahan praktik mengajar,” ungkapnya.

Beliau mengajar Bahasa Indonesia. Pagi itu Pak Istamar memilih untuk mengajak siswa membuat ringkasan berita dari kliping koran. Ternyata persiapan yang dilakukannya semalaman berbuah hasil yang manis. Siswa Kelas VII SMPN 1 Batu puas dengan materi yang diajarkannya dan mendapatkan aplaus dari para siswa.

Pak Istamar yang pernah menjadi guru SD selama 6 tahun menyesali mengapa program yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS baru ada saat ini. “Dulu saat saya jadi guru yang penting mengajar saja tidak berpikir inovasi. Guru sekarang semestinya bersyukur dengan banyaknya pelatihan seperti ini dapat meningkatkan kompetensi,” katanya.

Usai praktik mengajar Pak Istamar pun tak sungkan duduk di lantai mengumpulkan hasil karya dan hasil refleksi siswa. “Rasanya ada kepuasan tersendiri melihat hasil karya siswa seperti ini. Saya bisa membayangkan andai saya setiap hari sebagai guru melakukan pembelajaran aktif di kelas, pasti kelas akan terlihat menarik dan semarak dengan hasil karya siswa,” ungkapnya bangga. (Dkd)

Grogi Setelah Tidak Mengajar 16 Tahun

DINAS Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah menganggar-kan dana Rp 2,2 Milyar untuk diseminasi Aplikasi Laporan

Pertanggungjawaban Keuangan (ALPEKA) Dana BOS di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Anggarannya berasal dari Dokumen Pelaksanan Anggaran (DPA) Tahun 2014.

Dijelaskan oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Jawa Timur Drs. Sucipto, M.Pd, bahwa sejak tahun 2013 Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mendapatkan apresiasi dari pemerintah pusat dalam percepatan pencairan dana BOS dan inovasi yang dilakukan

untuk mengatasi permasalahan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS. Ia melihat Pelatihan ALPEKA BOS ini menjadi kebutuhan sekolah untuk membantu pembuatan laporan dana BOS lebih akurat dan akuntabel.

Untuk itu ketika USAID PRIORITAS mengembangkan Program ALPEKA BOS, pihaknya dengan cepat merespon. “Dinas Pendidikan Jawa Timur memiliki target pada Tahun 2013-2014 bukan hanya kecepatan penyaluran anggaran BOS tapi juga peningkatan mutu penggunaannya. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan tindak lanjutnya. Targetnya, dari kecepatan pencairan anggaran berubah menjadi peningkatan mutu penggunanaan dana BOS,” ungkapnya.

Kegiatan diseminasi yang mulai dilakukan pada bulan Februari sampai Agustus 2014, direncanakan akan melibatkan 2.840 peserta yang terbagi menjadi 24 angkatan pelatihan. Fasilitator Pelatihan ALPEKA BOS ini berasal dari dosen Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Surabaya, dan Tim Manajemen BOS Kabupaten dan Provinsi yang telah mengikuti pelatihan ALPEKA BOS. (Mab)

Alokasikan Rp 2,2 Milyar untuk Diseminasi ALPEKA BOS

Fasilitator ALPEKA dari LPTK mitra mendampingi peserta pada Diseminasi Pelatihan ALPEKA BOS angkatan ke IV.

Dari atas ke bawah: (1) Pak Istamar Kasie SMP Dinas Pendidikan Ngawi saat terlibat aktif dalam pelatihan pelatih untuk pelatih Kohor 2 di Batu (2/2). (2) Beliau asyik menata hasil karya siswa usai melakukan praktik mengajar di SMPN 1 Batu (29/1). (3) Pak Syamsul Hadi Kasie Kurikulum Dinas Pendidikan Lumajang saat mendampingi siswa mengukur pintu kelas dalam praktik mengajar di SMPN 1 Batu (29/1).

Para guru dan kepala SMP mitra LPTK Universitas Yogyakarya mengikuti pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran (20-22/2). Mereka dilatih dalam mengimplementasikan pembelajaran kontekstual di kelas.

Pelatihan untuk Sekolah Mitra LPTK

3

1

2

Page 12: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

PRIORITAS - Provinsi Sulawesi Selatan PRIORITAS - Praktik yang Baik

12 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 13

Siaga Bencana dengan Simulasi Gunung Api

Aceh Jaya, Aceh. Cut Rika Ramadhani menuangkan asam cuka dalam sebuah selang yang terhubung dengan pompa dan sebuah alat peraga di hadapannya. Teman-teman kelompoknya ikut membantu menuangkan soda dan pewarna dalam sebuah lubang pada alat peraga yang berbentuk puncak gunung. Selanjutnya asam cuka dipompa sehingga mengeluarkan cairan merah.

Alat peraga yang mereka rancang bersama tersebut bernama “Simulasi Gunung Berapi” yang menghasilkan magma (lahar merah) pada lereng pegunungan. Ridwan, S.Pd yang membimbing siswa MTsN Teunom Aceh Jaya tersebut berharap dengan menggunakan alat peraga ini siswa dapat memahami proses letusan gunung berapi.

“Dengan simulasi ini siswa lebih paham proses gunung berapi karena kita tidak mungkin membawa siswa pada situasi nyata apalagi saat terjadinya ledakan gunung berapi,” jelas Ridwan.

Selain memahami letusan sebuah gunung, siswa juga diajak memahami jalur evakuasi, cara pengungsian yang benar dan tempat pertemuan (berkumpul) jika terjadi bencana, oleh

karena itu alat peraga yang mereka buat bersama dari kartun dan busa bekas tersebut juga memperlihatkan hamparan jalan, sekolah, rumah penduduk, pepohonan dan persawahan. “Dengan memperhatikan arah angin dan magma soda yang keluar dari alat peraga gunung berapi, kami juga dapat mempelajari jalur

evakuasi dan tempat berkumpul yang benar saat terjadinya bencana. Selain itu, kami juga mengetahui radius yang aman untuk mengungsi dan bersiaga saat terjadinya bencana gunung berapi,” jelas Rika.

(Tkm)

Makassar. Presiden RTI (Research Triangle Institute) International Wayne Holden dan Aaron William Wakil Presiden RTI Divisi Pembangunan Internasional mengunjungi sekolah mitra USAID PRIORITAS di Makassar (19/2). RTI merupakan salah satu lembaga yang dipercaya USAID untuk melaksanakan program USAID PRIORITAS di Indonesia.

Kedua pejabat tinggi RTI Internasional itu mengunjungi SDN Mamajang II, SDN Inpres Bertingkat Mamajang III, dan SMP

YP PGRI yang menjadi mitra program USAID PRIORITAS.

Wayne Holden sangat terkesan dengan keaktifan pembelajaran di SDN Inpres Bertingkat Mamajang III yang menggunakan pendekatan PAKEM. Menurutnya, RTI telah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan mitra proyek lainnya dalam menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas.

“Sangat menginspirasi untuk melihat komitmen dan kemitraan yang berkelanjutan dari pemerintah, mitra proyek, anggota masyarakat, dan pendidik dalam meningkatkan kesempatan atas pendidikan di Sulawesi Selatan,” ujar Holden. (Ajb)

Presiden RTI Kunjungi Sekolah Mitra di Makassar

Wayne Holden (paling kanan) ditemani Stuart Weston dan Aaron William berdiskusi dan mengamati proses pembelajaran aktif di SDN Bertingkat Mamajang III Makassar.

Mikroskop Kreatif Berbiaya Murah, Hasilnya Mirip yang Asli

Maros. Sebelumnya di sekolah saya hanya ada satu mikroskop yang dipakai untuk belajar di 3 kelas. Saya berpikir bagaimana cara membuat sendiri alat alternatif pengganti mikroskop yang mahal itu. Saya kemudian mencoba berinovasi memperbesar penglihatan objek dengan menggunakan mistar plastik, botol aqua, gelas kaca yang diisi air, mangkok kaca, dan botol parfum. Terakhir saya gunakan botol minyak gosok.

Mula-mula dibuka kertas tulisan yang ada di bagian luar, dibersihkan dan diisi air. Botol dimasukkan baskom yang berisi air penuh dan diisi. Mulut botol ditutup dan ditekan memastikan tidak ada gelembung yang bisa menghalangi pengamatan. Gelembung dapat menghalangi fokus sehingga objek preparat tidak nampak. Setelah itu, lumut saya letakkan di atas meja preparat, dan saya amati. Rumbai-rumbai lumut kelihatan lebih jelas dan botol minyak gosok lebih efektif dibanding dengan bahan lainnya.

Namun bagaimana botol tersebut bisa dirangkai menjadi mikroskop? Bersama siswa, saya mencoba merangkai dengan bahan lainnya dan menempatkan botol yang berfungsi sebagai lensa objektif.

Mikroskop yang kami buat rangkaiannya adalah sebagai berikut: Botol plastik minuman sebagai tubus,

mulutnya sebagai lensa okuler,

Tiga buah balok dengan ukuran yang berbeda, satu sebagai lengan berukuran 22 cm, dan satu sebagai penghubung lengan dengan tubus dengan ukuran 8 cm, dan lainnya sebagai kaki dengan ukuran 12 cm,

Dua buah tutup botol sebagai makrometer atau sekrup pengarah kasar,

Tiga buah paku yang berfungsi sebagai penghubung, dua buah paku sebagai penyangga meja objek, dua buah paku sebagai pelekat tutup botol, dua buah paku di simpan di atas objek,

Karton sebagai meja objek dan penahan cermin, cermin berfungsi sebagai sumber cahaya,

Karet yang berfungsi untuk melekatkan tubus dengan lengan mikroskop,

Lakban untuk melekatkan paku dengan tubus sehingga tubus dapat berbentuk pipih,

Pisau untuk memotong botol.

Cara MembuatPotong tiga buah balok dengan ukuran

22 cm, 12 cm dan 8 cm dan rangkai dengan paku. Tempelkan penutup botol plastik pada bagian balok penghubung lengan dengan dua buah paku ke lengan mikroskop sebagai penyangga meja preparat. Gunting karton persegi berukuran 11 cm, dan lubangi bagian tengah dengan ukuran diameter 1 cm. Gunting bagian yang akan ditempelkan ke lengan mikroskop dengan ukuran +4 cm dan letakkan di atas paku.

Potong bagian bawah botol plastik. Lubangi botol tersebut sesuai ukuran

mulut dan bagian bawah botol minyak gosok. Masukkan botol minyak gosok ke dalam lubang. Supaya tidak ada celah antara botol minyak gosok (lensa objektif) dengan botol plastik (tubus), botol ditekan dengan paku pada bagian depan, dan belakang persis di atas botol minyak gosok. Lekatkan botol plastik di balok (lengan mikroskop) dengan menggunakan karet. Sekarang siap untuk digunakan, letakkan preparat yang telah dibuat.

Cara Menggunakan Mikroskop sederhana dari balok dan

bambu digunakan dengan menaikkan tubus dan menyimpan preparat di atas meja sediaan (meja preparat) dan memastikan objek preparat tepat di atas lubang. Jarak fokus diatur dengan menaikturunkan tubus.

Objek preparat terlihat besar dan jelas pada jarak fokus kurang lebih 1,5 cm sampai 5 cm. Sedangkan mekanisme penggunaan mikroskop sederhana dari bahan karton adalah menyimpan preparat di atas meja sediaan, memilih lensa objektif (botol yang telah berisi air, sesuai dengan ukuran pembesaran yang diinginkan), memegang botol tersebut sambil mengamati objek preparat.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan botol yang lebih besar akan menghasilkan pembesaran yang lebih besar. Botol minyak gosok juga bisa diganti dengan jenis botol kaca yang tidak berwarna lainnya.

Keunggulan mikroskop ini, alat dan bahannya mudah didapat, pembuatannya juga relatif mudah, hasil yang didapatkan mirip dengan aslinya. Jika pengamatan dilakukan di tempat terbuka hasil dan perbesarannya semakin jelas.

Kasmiatang Kadir, S.Pd, Guru IPA MTsN Turikale Maros

Berbagai jenis model mikroskop kreatif karya ibu Kasmiatang yang dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapat.

Maros-Sulawesi Selatan. Sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS di Kabupaten Maros sebelumnya sempat mengalami kesulitan dalam menyusun rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Banyak sekolah yang masih bingung dalam pembuatannya. “Kalau mau jujur, pada saat pengawas sekolah mau datang memeriksa RKS dan RKAS, kami kebingungan cara membuatnya. Kami terpaksa melakukan copy paste saja dari sekolah lain,” ujar Kepala Sekolah SDN 180 Papandangan Maros, Yadayasari.

Setelah mengikuti pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan mendapatkan pendampingan selama tiga bulan dari fasilitator daerah (Fasda), sekolah-sekolah tersebut berhasil membuat RKS dan RKAS yang dibuat secara partisipatif dengan melibatkan guru-guru dan komite sekolah. Bahkan mereka menjadi sekolah-sekolah yang tercepat menerima pencairan dana bantuan operasional sekolah (BOS).

“Untuk pencairan dana BOS, Dinas Pendidikan Kabupaten Maros mempersyaratkan sekolah menyerahkan RKS dan RKAS yang akuntabel. Hal ini menjadi kendala bagi teman-teman yang tidak dilatih MBS,” kata Alimuddin Assegaf, S.Pd, Koordinator Fasda Maros.

Karena sudah dilatih MBS, 16 SD/MI Mitra USAID PRIORITAS ini satu bulan lebih cepat menyerahkan RKS dan RKAS dibanding sekolah lain. Bahkan Dinas Pendidikan Kabupaten Maros menjadikan RKS dan RKAS buatan sekolah mitra USAID PRIORITAS menjadi contoh atau rujukan bagi sekolah-sekolah lainnya,

Isi dari RKS dan RKAS yang dibuat juga tidak hanya berupa program rutin atau administratif, tetapi berisi program untuk mendukung keberhasilan pembelajaran aktif dan budaya baca di

sekolah. Kepala sekolah sangat memperhatikan masukan dari para guru dalam mendukung pemenuhan kebutuhan pembelajaran.

“Seluruh sekolah di Maros perlu memahami cara menyusun RKS dan RKAS. Untuk itu diseminasi pelatihan MBS dan pendampingannya perlu dilakukan ke sekolah-sekolah non-mitra di Kabupaten Maros,” usul Alimuddin.

(Ajb)

RKAS Akuntabel, Dana BOS Cair Tercepat

RKAS dan RPP SDN 180 Papandangan, Maros dibuat dengan baik dan terjilid dengan rapi.

Siswi MTsN Teunom Aceh Jaya memperagakan simulasi letusan gunung berapi dengan media pembelajaran yang dibuatnya.

Page 13: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

PRIORITAS - Provinsi Sulawesi Selatan PRIORITAS - Praktik yang Baik

12 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 13

Siaga Bencana dengan Simulasi Gunung Api

Aceh Jaya, Aceh. Cut Rika Ramadhani menuangkan asam cuka dalam sebuah selang yang terhubung dengan pompa dan sebuah alat peraga di hadapannya. Teman-teman kelompoknya ikut membantu menuangkan soda dan pewarna dalam sebuah lubang pada alat peraga yang berbentuk puncak gunung. Selanjutnya asam cuka dipompa sehingga mengeluarkan cairan merah.

Alat peraga yang mereka rancang bersama tersebut bernama “Simulasi Gunung Berapi” yang menghasilkan magma (lahar merah) pada lereng pegunungan. Ridwan, S.Pd yang membimbing siswa MTsN Teunom Aceh Jaya tersebut berharap dengan menggunakan alat peraga ini siswa dapat memahami proses letusan gunung berapi.

“Dengan simulasi ini siswa lebih paham proses gunung berapi karena kita tidak mungkin membawa siswa pada situasi nyata apalagi saat terjadinya ledakan gunung berapi,” jelas Ridwan.

Selain memahami letusan sebuah gunung, siswa juga diajak memahami jalur evakuasi, cara pengungsian yang benar dan tempat pertemuan (berkumpul) jika terjadi bencana, oleh

karena itu alat peraga yang mereka buat bersama dari kartun dan busa bekas tersebut juga memperlihatkan hamparan jalan, sekolah, rumah penduduk, pepohonan dan persawahan. “Dengan memperhatikan arah angin dan magma soda yang keluar dari alat peraga gunung berapi, kami juga dapat mempelajari jalur

evakuasi dan tempat berkumpul yang benar saat terjadinya bencana. Selain itu, kami juga mengetahui radius yang aman untuk mengungsi dan bersiaga saat terjadinya bencana gunung berapi,” jelas Rika.

(Tkm)

Makassar. Presiden RTI (Research Triangle Institute) International Wayne Holden dan Aaron William Wakil Presiden RTI Divisi Pembangunan Internasional mengunjungi sekolah mitra USAID PRIORITAS di Makassar (19/2). RTI merupakan salah satu lembaga yang dipercaya USAID untuk melaksanakan program USAID PRIORITAS di Indonesia.

Kedua pejabat tinggi RTI Internasional itu mengunjungi SDN Mamajang II, SDN Inpres Bertingkat Mamajang III, dan SMP

YP PGRI yang menjadi mitra program USAID PRIORITAS.

Wayne Holden sangat terkesan dengan keaktifan pembelajaran di SDN Inpres Bertingkat Mamajang III yang menggunakan pendekatan PAKEM. Menurutnya, RTI telah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan mitra proyek lainnya dalam menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas.

“Sangat menginspirasi untuk melihat komitmen dan kemitraan yang berkelanjutan dari pemerintah, mitra proyek, anggota masyarakat, dan pendidik dalam meningkatkan kesempatan atas pendidikan di Sulawesi Selatan,” ujar Holden. (Ajb)

Presiden RTI Kunjungi Sekolah Mitra di Makassar

Wayne Holden (paling kanan) ditemani Stuart Weston dan Aaron William berdiskusi dan mengamati proses pembelajaran aktif di SDN Bertingkat Mamajang III Makassar.

Mikroskop Kreatif Berbiaya Murah, Hasilnya Mirip yang Asli

Maros. Sebelumnya di sekolah saya hanya ada satu mikroskop yang dipakai untuk belajar di 3 kelas. Saya berpikir bagaimana cara membuat sendiri alat alternatif pengganti mikroskop yang mahal itu. Saya kemudian mencoba berinovasi memperbesar penglihatan objek dengan menggunakan mistar plastik, botol aqua, gelas kaca yang diisi air, mangkok kaca, dan botol parfum. Terakhir saya gunakan botol minyak gosok.

Mula-mula dibuka kertas tulisan yang ada di bagian luar, dibersihkan dan diisi air. Botol dimasukkan baskom yang berisi air penuh dan diisi. Mulut botol ditutup dan ditekan memastikan tidak ada gelembung yang bisa menghalangi pengamatan. Gelembung dapat menghalangi fokus sehingga objek preparat tidak nampak. Setelah itu, lumut saya letakkan di atas meja preparat, dan saya amati. Rumbai-rumbai lumut kelihatan lebih jelas dan botol minyak gosok lebih efektif dibanding dengan bahan lainnya.

Namun bagaimana botol tersebut bisa dirangkai menjadi mikroskop? Bersama siswa, saya mencoba merangkai dengan bahan lainnya dan menempatkan botol yang berfungsi sebagai lensa objektif.

Mikroskop yang kami buat rangkaiannya adalah sebagai berikut: Botol plastik minuman sebagai tubus,

mulutnya sebagai lensa okuler,

Tiga buah balok dengan ukuran yang berbeda, satu sebagai lengan berukuran 22 cm, dan satu sebagai penghubung lengan dengan tubus dengan ukuran 8 cm, dan lainnya sebagai kaki dengan ukuran 12 cm,

Dua buah tutup botol sebagai makrometer atau sekrup pengarah kasar,

Tiga buah paku yang berfungsi sebagai penghubung, dua buah paku sebagai penyangga meja objek, dua buah paku sebagai pelekat tutup botol, dua buah paku di simpan di atas objek,

Karton sebagai meja objek dan penahan cermin, cermin berfungsi sebagai sumber cahaya,

Karet yang berfungsi untuk melekatkan tubus dengan lengan mikroskop,

Lakban untuk melekatkan paku dengan tubus sehingga tubus dapat berbentuk pipih,

Pisau untuk memotong botol.

Cara MembuatPotong tiga buah balok dengan ukuran

22 cm, 12 cm dan 8 cm dan rangkai dengan paku. Tempelkan penutup botol plastik pada bagian balok penghubung lengan dengan dua buah paku ke lengan mikroskop sebagai penyangga meja preparat. Gunting karton persegi berukuran 11 cm, dan lubangi bagian tengah dengan ukuran diameter 1 cm. Gunting bagian yang akan ditempelkan ke lengan mikroskop dengan ukuran +4 cm dan letakkan di atas paku.

Potong bagian bawah botol plastik. Lubangi botol tersebut sesuai ukuran

mulut dan bagian bawah botol minyak gosok. Masukkan botol minyak gosok ke dalam lubang. Supaya tidak ada celah antara botol minyak gosok (lensa objektif) dengan botol plastik (tubus), botol ditekan dengan paku pada bagian depan, dan belakang persis di atas botol minyak gosok. Lekatkan botol plastik di balok (lengan mikroskop) dengan menggunakan karet. Sekarang siap untuk digunakan, letakkan preparat yang telah dibuat.

Cara Menggunakan Mikroskop sederhana dari balok dan

bambu digunakan dengan menaikkan tubus dan menyimpan preparat di atas meja sediaan (meja preparat) dan memastikan objek preparat tepat di atas lubang. Jarak fokus diatur dengan menaikturunkan tubus.

Objek preparat terlihat besar dan jelas pada jarak fokus kurang lebih 1,5 cm sampai 5 cm. Sedangkan mekanisme penggunaan mikroskop sederhana dari bahan karton adalah menyimpan preparat di atas meja sediaan, memilih lensa objektif (botol yang telah berisi air, sesuai dengan ukuran pembesaran yang diinginkan), memegang botol tersebut sambil mengamati objek preparat.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan botol yang lebih besar akan menghasilkan pembesaran yang lebih besar. Botol minyak gosok juga bisa diganti dengan jenis botol kaca yang tidak berwarna lainnya.

Keunggulan mikroskop ini, alat dan bahannya mudah didapat, pembuatannya juga relatif mudah, hasil yang didapatkan mirip dengan aslinya. Jika pengamatan dilakukan di tempat terbuka hasil dan perbesarannya semakin jelas.

Kasmiatang Kadir, S.Pd, Guru IPA MTsN Turikale Maros

Berbagai jenis model mikroskop kreatif karya ibu Kasmiatang yang dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapat.

Maros-Sulawesi Selatan. Sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS di Kabupaten Maros sebelumnya sempat mengalami kesulitan dalam menyusun rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Banyak sekolah yang masih bingung dalam pembuatannya. “Kalau mau jujur, pada saat pengawas sekolah mau datang memeriksa RKS dan RKAS, kami kebingungan cara membuatnya. Kami terpaksa melakukan copy paste saja dari sekolah lain,” ujar Kepala Sekolah SDN 180 Papandangan Maros, Yadayasari.

Setelah mengikuti pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan mendapatkan pendampingan selama tiga bulan dari fasilitator daerah (Fasda), sekolah-sekolah tersebut berhasil membuat RKS dan RKAS yang dibuat secara partisipatif dengan melibatkan guru-guru dan komite sekolah. Bahkan mereka menjadi sekolah-sekolah yang tercepat menerima pencairan dana bantuan operasional sekolah (BOS).

“Untuk pencairan dana BOS, Dinas Pendidikan Kabupaten Maros mempersyaratkan sekolah menyerahkan RKS dan RKAS yang akuntabel. Hal ini menjadi kendala bagi teman-teman yang tidak dilatih MBS,” kata Alimuddin Assegaf, S.Pd, Koordinator Fasda Maros.

Karena sudah dilatih MBS, 16 SD/MI Mitra USAID PRIORITAS ini satu bulan lebih cepat menyerahkan RKS dan RKAS dibanding sekolah lain. Bahkan Dinas Pendidikan Kabupaten Maros menjadikan RKS dan RKAS buatan sekolah mitra USAID PRIORITAS menjadi contoh atau rujukan bagi sekolah-sekolah lainnya,

Isi dari RKS dan RKAS yang dibuat juga tidak hanya berupa program rutin atau administratif, tetapi berisi program untuk mendukung keberhasilan pembelajaran aktif dan budaya baca di

sekolah. Kepala sekolah sangat memperhatikan masukan dari para guru dalam mendukung pemenuhan kebutuhan pembelajaran.

“Seluruh sekolah di Maros perlu memahami cara menyusun RKS dan RKAS. Untuk itu diseminasi pelatihan MBS dan pendampingannya perlu dilakukan ke sekolah-sekolah non-mitra di Kabupaten Maros,” usul Alimuddin.

(Ajb)

RKAS Akuntabel, Dana BOS Cair Tercepat

RKAS dan RPP SDN 180 Papandangan, Maros dibuat dengan baik dan terjilid dengan rapi.

Siswi MTsN Teunom Aceh Jaya memperagakan simulasi letusan gunung berapi dengan media pembelajaran yang dibuatnya.

Page 14: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

14 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 15

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Mojokerto-Jawa Timur. Kelereng sudah menjadi mainan yang populer bagi siswa SDN Segunung Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Inilah yang mendorong Yuli Ambarsari Rosyda, S. Pd menggunakan kelereng sebagai media pembelajaran untuk mengajar siswa Kelas I tentang Kompetensi Dasar Membandingkan Berat Benda dengan Satuan Tidak Baku.

“Saya melihat banyak anak laki-laki setiap istirahat bermain kelereng di halaman sekolah. Timbul ide saya untuk menggunakan kelereng sebagai alat belajar menimbang pada siswa Kelas I,” ungkapnya.

Yuli menugaskan siswa membawa kelereng dan kemasan plastik bekas dari rumah. Dengan menggunakan timbangan sederhana, siswa diajak menimbang benda dengan kelereng dan kemasan plastik bekas. Selain itu diharapkan siswa mampu mengungkapkan kalimat sama berat, lebih berat atau lebih ringan. Misalnya saja sebuah botol shampo sama beratnya dengan lima

kelereng, botol minuman ringan sama beratnya dengan sepuluh kelereng, demikian seterusnya. Siswa juga mampu menuliskan kalimat matematika yang menyatakan lebih berat, sama berat dan lebih ringan dari hasil penimbangannya pada lembar kerja yang sudah disiapkan guru.

Siswa Kelas I tampak antusias mengikuti pelajaran pada hari itu. Mereka mencoba menimbang benda-benda dengan banyaknya kelereng. Beberapa anak yang penasaran bahkan rela menunggui timbangan berjalan dengan imbang.

“Wah………kok berat kelerengnya ya. Tapi kalau kelerengnya dikurangi satu berat botolnya. Bagaimana ini Bu? Apa kelerengnya harus dibelah ya?” tanya salah seorang anak penasaran melihat benda yang ia timbang beratnya tidak imbang.

Siswanya dapat belajar matematika dengan sangat antusias. Bahkan sampai jam pelajaran berakhir, para siswa enggan beranjak dari tempat duduknya. (Dkd)

Gunakan Hewan Imajinatif untuk Belajar Bahasa Inggris

Belajar Menimbang Sambil Bermain Kelereng

INSPIRASI bermula dari kesenangan empat orang siswa bermain kartu kwartet di waktu jam istirahat belajar. Kebiasaan ini semula dianggap mengganggu proses pembelajaran karena terkadang kesenangan ini terbawa pada waktu belajar sehingga merusak konsentrasi dan suasana belajar.

Kami berdiskusi mengenai kegemaran siswa bermain kwartet di sekolah untuk menyikapinya secara bijak. Adakah peluang permainan ini untuk digunakan dalam PAKEM? Muncul gagasan mengubah gambar kwartet dengan gambar terkait pembelajaran sains.

Proses pembuatan gambar itu ternyata tidak mudah dan menuntut kreativitas guru. Kami melakukan serangkaian percobaan berkali-kali dan berhari-hari. Satu-dua gambar tercipta lalu kami diskusikan dan kami sempurnakan. Kami sepakat memanfaatkan bahan murah, mudah didapat, seraya tetap memperhatikan unsur estetika dan daya tahan kartu.

Menimbang daya tahan kartu, bahan kertas HVS diganti menjadi kertas karton yang dipotong seukuran folio. Hasilnya tidak kalah dari kertas foto. Ada gagasan untuk dilaminasi dulu baru dipotong atau dipotong dulu baru dilaminasi. Tetapi kami ingat laminasi rentan terkelupas jika sering digunakan, juga harganya tidak tergolong murah, lagipula jarak tempuh cukup jauh untuk laminasi. Terpikir mendayagunakan lingkungan yang dekat sekitar sekolah. Terlihatlah lakban bening ukuran 5 cm di lemari ATK. Timbul ide melakban kertas karton yang sudah berbentuk paketan

Yuli Ambarsari Rosyada, S. Pd, Guru SDN Segunung, Mojokerto saat mendampingi siswanya belajar menimbang.

Situbondo-Jawa Timur. Siswa belajar mendeskripsikan dan menuliskan sesuatu dengan menggunakan imajinasi siswa terhadap hewan imajinatif yang ada dalam benaknya. Pendekatan inilah yang dilakukan oleh Sri Rejeki, S. Pd Guru Bahasa Inggris SMPN 3 Panarukan Situbondo saat memberikan pembelajaran English writing tentang descriptive text kepada siswa Kelas VII.

“Kalau siswa tiba-tiba langsung diberi tugas menulis, mereka biasanya malas-malasan. Dengan menggambarkan hewan menggunakan imajinasi yang ada dalam benak mereka ke dalam tulisan, siswa menjadi antusias untuk menulis,” terang Bu Sri.

Awalnya, Bu Sri meminta siswa memasangkan potongan gambar hewan dengan kondisi spesifiknya. Misalnya gajah dengan belalainya yang panjang, burung rajawali dengan paruhnya yang tajam, kelinci dengan telinganya yang panjang, dan masih banyak lagi. Hal ini menurutnya, untuk menstimulasi siswa mulai berimajinasi dengan hewan imajinatif mereka.

Selanjutnya secara berkelompok, siswa mencoba membuat hewan imajinatif mereka. Misalnya saja dalam

satu kelompok mereka membuat hewan imajinatif burung garuda namun berbadan seperti singa dan berekor panjang. Menurut Bu Sri, kegiatan ini bermanfaat agar siswa dapat melakukan descriptive writing skill dan aktif mencari di kamus tentang kata-kata yang mereka tidak paham. Selanjutnya setiap kelompok wajib menuliskan spesifikasi bagian tubuh hewan imajinatif mereka dengan bahasa Inggris dan mempresentasikannya di depan kelas.

Hasilnya sungguh luar biasa, masing-masing kelompok mampu membuat hewan imajinatif dan mendeskripsikan bagian-bagian tubuhnya dengan benar.

Jihan Fahira, siswi Kelas VII yang ikut dalam pembelajaran mengungkapkan bahwa dirinya lebih antusias mengikuti

pelajaran setelah ibu guru memberikan kebebasan berimajinasi pada dirinya. “Dengan mengimajinasi hewan kemudian menuliskannya dalam bahasa Inggris, saya jadi penasaran membuka kamus dan ingin lebih aktif mendeskripsikan hewan imajinasi saya dalam bentuk tulisan. Pelajaran hari ini fun banget,” ungkapnya. (Dkd)

Kwartet SainsIna Nur Inayah dan Acu Sucio, MI PUI Cibadak, Ciamis, Jawa Barat

Bahan-bahan1.Kertas karton2. Gunting3. Lakban bening 5 cm4. Laptop5. Printer6. Gambar yang dapat

dicari di google7. Buku pelajaran/BSE/

BNSP/SKL/SK-KD/ KI-KD/silabus

permainan kwartet. Jadilah media pembelajaran inovatif yang dikembangkan bersama siswa bernama Kwartet Sains.

Siswa cepat paham permainan tersebut. Mereka belajar banyak pengetahuan dari satu paket kwartet ke paket lainnya. Sajian kompetensi dasar dalam karakter Kwartet Sains sangatlah penting dan mudah karena dilengkapi gambar keterangan terbaru dari situs google. Satu paket kwartet minimal terdiri atas kompetensi dasar dalam satu semester.

Siswa tampak asyik bermain, tertantang kreatif dan aktif berbicara, menganalisa, menghafal, dan mengimajinasikan gambar serta materi pelajaran. Guru dapat mengetahui penyajian kompetensi dasar ganda yang diajarkan dalam satu pelajaran dan atau pelajaran lain dari mulai kelas awal dan atau kelas tinggi.

Pengembangan selanjutnya Kwartet Sains dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran IPS dan atau lainnya. Bisa juga dengan tampilan gambar yang sesuai dengan tematik Webber dan atau tematik integratif dalam Kurikulum 2013.

Kwartet Sains pun bisa dikembangkan dengan cara lain melalui gambar-gambar kecil layaknya permainan gambar anak-anak dalam sarapan pagi. Sebuah pembiasaan yang juga bisa disampaikan dalam bahasa Inggris tentang noun, adjective, verb, dan lainnya. Media ini dikembangkan dengan benar-benar melibatkan siswa. Siswa menuliskan kata di balik kertas warna kecil. Ia juga menambahkan gambar yang sesuai atau menginspirasi karakter yang dimunculkan.

Bermain Kwartet sambil belajar membuat siswa MI PUI Cibadak menikmati pembelajaran di sekolahnya.

Cara Membuat1.Buatlah 8 karakter yang menyajikan kompetensi dan atau materi

inti dalam kotak/tabel seukuran kartu kwartet (mulai dengan satu karakter dulu untuk mempermudah langkah);

2. Sajikan empat jawaban di bawah karakter dengan empat kartu (gambar sesuai jawaban yang diberi warna merah supaya kontras dan diletakkan di pojok kiri atas);

3. Print 8 karakter di kertas karton yang sudah dipotong ukuran folio (untuk satu paket permainan kwartet);

4. Gunting sesuai garis kotak;5. Lapisi kartu dengan lakban bening 5 cm (jika perlu rapikan dengan

gunting).

Cara Bermain

1. Permainan ini dilakukan oleh 4 pemain;2. Masing-masing pemain mendapatkan 4 kartu untuk pertama kali main;3. Masing-masing pemain secara bergiliran membacakan salah satu judul kartu yang ada padanya dengan berharap ada judul kartu yang sama dengan

karakter yang berbeda di pemain lainnya;4.Apabila ada judul kartu yang sama di pemain lain, pemain harus menyebutkan salah satu karakter yang diminta. Apabila benar, kartu diberikan. Apabila

tidak ada, ia mengambil kartu dari yang masih tersedia;5.Secara bergantian pemain melakukan hal yang sama sehingga terkumpul setiap judul kartu yang terdiri dari 4 karakter;6. Pemain yang berhasil mengumpulkan judul kartu terbanyak dialah pemenangnya;7. Permainan ini bisa dimainkan secara individu atau tim (satu tim terdiri dari dua orang).

Atas: Siswa saat mempresentasikan hewan imajinatif mereka. Bawah: Ibu Sri Rejeki dan contoh hewan imajinatif yang dideskripsikan dalam bahasa Inggris.

Page 15: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

14 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 15

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Mojokerto-Jawa Timur. Kelereng sudah menjadi mainan yang populer bagi siswa SDN Segunung Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Inilah yang mendorong Yuli Ambarsari Rosyda, S. Pd menggunakan kelereng sebagai media pembelajaran untuk mengajar siswa Kelas I tentang Kompetensi Dasar Membandingkan Berat Benda dengan Satuan Tidak Baku.

“Saya melihat banyak anak laki-laki setiap istirahat bermain kelereng di halaman sekolah. Timbul ide saya untuk menggunakan kelereng sebagai alat belajar menimbang pada siswa Kelas I,” ungkapnya.

Yuli menugaskan siswa membawa kelereng dan kemasan plastik bekas dari rumah. Dengan menggunakan timbangan sederhana, siswa diajak menimbang benda dengan kelereng dan kemasan plastik bekas. Selain itu diharapkan siswa mampu mengungkapkan kalimat sama berat, lebih berat atau lebih ringan. Misalnya saja sebuah botol shampo sama beratnya dengan lima

kelereng, botol minuman ringan sama beratnya dengan sepuluh kelereng, demikian seterusnya. Siswa juga mampu menuliskan kalimat matematika yang menyatakan lebih berat, sama berat dan lebih ringan dari hasil penimbangannya pada lembar kerja yang sudah disiapkan guru.

Siswa Kelas I tampak antusias mengikuti pelajaran pada hari itu. Mereka mencoba menimbang benda-benda dengan banyaknya kelereng. Beberapa anak yang penasaran bahkan rela menunggui timbangan berjalan dengan imbang.

“Wah………kok berat kelerengnya ya. Tapi kalau kelerengnya dikurangi satu berat botolnya. Bagaimana ini Bu? Apa kelerengnya harus dibelah ya?” tanya salah seorang anak penasaran melihat benda yang ia timbang beratnya tidak imbang.

Siswanya dapat belajar matematika dengan sangat antusias. Bahkan sampai jam pelajaran berakhir, para siswa enggan beranjak dari tempat duduknya. (Dkd)

Gunakan Hewan Imajinatif untuk Belajar Bahasa Inggris

Belajar Menimbang Sambil Bermain Kelereng

INSPIRASI bermula dari kesenangan empat orang siswa bermain kartu kwartet di waktu jam istirahat belajar. Kebiasaan ini semula dianggap mengganggu proses pembelajaran karena terkadang kesenangan ini terbawa pada waktu belajar sehingga merusak konsentrasi dan suasana belajar.

Kami berdiskusi mengenai kegemaran siswa bermain kwartet di sekolah untuk menyikapinya secara bijak. Adakah peluang permainan ini untuk digunakan dalam PAKEM? Muncul gagasan mengubah gambar kwartet dengan gambar terkait pembelajaran sains.

Proses pembuatan gambar itu ternyata tidak mudah dan menuntut kreativitas guru. Kami melakukan serangkaian percobaan berkali-kali dan berhari-hari. Satu-dua gambar tercipta lalu kami diskusikan dan kami sempurnakan. Kami sepakat memanfaatkan bahan murah, mudah didapat, seraya tetap memperhatikan unsur estetika dan daya tahan kartu.

Menimbang daya tahan kartu, bahan kertas HVS diganti menjadi kertas karton yang dipotong seukuran folio. Hasilnya tidak kalah dari kertas foto. Ada gagasan untuk dilaminasi dulu baru dipotong atau dipotong dulu baru dilaminasi. Tetapi kami ingat laminasi rentan terkelupas jika sering digunakan, juga harganya tidak tergolong murah, lagipula jarak tempuh cukup jauh untuk laminasi. Terpikir mendayagunakan lingkungan yang dekat sekitar sekolah. Terlihatlah lakban bening ukuran 5 cm di lemari ATK. Timbul ide melakban kertas karton yang sudah berbentuk paketan

Yuli Ambarsari Rosyada, S. Pd, Guru SDN Segunung, Mojokerto saat mendampingi siswanya belajar menimbang.

Situbondo-Jawa Timur. Siswa belajar mendeskripsikan dan menuliskan sesuatu dengan menggunakan imajinasi siswa terhadap hewan imajinatif yang ada dalam benaknya. Pendekatan inilah yang dilakukan oleh Sri Rejeki, S. Pd Guru Bahasa Inggris SMPN 3 Panarukan Situbondo saat memberikan pembelajaran English writing tentang descriptive text kepada siswa Kelas VII.

“Kalau siswa tiba-tiba langsung diberi tugas menulis, mereka biasanya malas-malasan. Dengan menggambarkan hewan menggunakan imajinasi yang ada dalam benak mereka ke dalam tulisan, siswa menjadi antusias untuk menulis,” terang Bu Sri.

Awalnya, Bu Sri meminta siswa memasangkan potongan gambar hewan dengan kondisi spesifiknya. Misalnya gajah dengan belalainya yang panjang, burung rajawali dengan paruhnya yang tajam, kelinci dengan telinganya yang panjang, dan masih banyak lagi. Hal ini menurutnya, untuk menstimulasi siswa mulai berimajinasi dengan hewan imajinatif mereka.

Selanjutnya secara berkelompok, siswa mencoba membuat hewan imajinatif mereka. Misalnya saja dalam

satu kelompok mereka membuat hewan imajinatif burung garuda namun berbadan seperti singa dan berekor panjang. Menurut Bu Sri, kegiatan ini bermanfaat agar siswa dapat melakukan descriptive writing skill dan aktif mencari di kamus tentang kata-kata yang mereka tidak paham. Selanjutnya setiap kelompok wajib menuliskan spesifikasi bagian tubuh hewan imajinatif mereka dengan bahasa Inggris dan mempresentasikannya di depan kelas.

Hasilnya sungguh luar biasa, masing-masing kelompok mampu membuat hewan imajinatif dan mendeskripsikan bagian-bagian tubuhnya dengan benar.

Jihan Fahira, siswi Kelas VII yang ikut dalam pembelajaran mengungkapkan bahwa dirinya lebih antusias mengikuti

pelajaran setelah ibu guru memberikan kebebasan berimajinasi pada dirinya. “Dengan mengimajinasi hewan kemudian menuliskannya dalam bahasa Inggris, saya jadi penasaran membuka kamus dan ingin lebih aktif mendeskripsikan hewan imajinasi saya dalam bentuk tulisan. Pelajaran hari ini fun banget,” ungkapnya. (Dkd)

Kwartet SainsIna Nur Inayah dan Acu Sucio, MI PUI Cibadak, Ciamis, Jawa Barat

Bahan-bahan1.Kertas karton2. Gunting3. Lakban bening 5 cm4. Laptop5. Printer6. Gambar yang dapat

dicari di google7. Buku pelajaran/BSE/

BNSP/SKL/SK-KD/ KI-KD/silabus

permainan kwartet. Jadilah media pembelajaran inovatif yang dikembangkan bersama siswa bernama Kwartet Sains.

Siswa cepat paham permainan tersebut. Mereka belajar banyak pengetahuan dari satu paket kwartet ke paket lainnya. Sajian kompetensi dasar dalam karakter Kwartet Sains sangatlah penting dan mudah karena dilengkapi gambar keterangan terbaru dari situs google. Satu paket kwartet minimal terdiri atas kompetensi dasar dalam satu semester.

Siswa tampak asyik bermain, tertantang kreatif dan aktif berbicara, menganalisa, menghafal, dan mengimajinasikan gambar serta materi pelajaran. Guru dapat mengetahui penyajian kompetensi dasar ganda yang diajarkan dalam satu pelajaran dan atau pelajaran lain dari mulai kelas awal dan atau kelas tinggi.

Pengembangan selanjutnya Kwartet Sains dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran IPS dan atau lainnya. Bisa juga dengan tampilan gambar yang sesuai dengan tematik Webber dan atau tematik integratif dalam Kurikulum 2013.

Kwartet Sains pun bisa dikembangkan dengan cara lain melalui gambar-gambar kecil layaknya permainan gambar anak-anak dalam sarapan pagi. Sebuah pembiasaan yang juga bisa disampaikan dalam bahasa Inggris tentang noun, adjective, verb, dan lainnya. Media ini dikembangkan dengan benar-benar melibatkan siswa. Siswa menuliskan kata di balik kertas warna kecil. Ia juga menambahkan gambar yang sesuai atau menginspirasi karakter yang dimunculkan.

Bermain Kwartet sambil belajar membuat siswa MI PUI Cibadak menikmati pembelajaran di sekolahnya.

Cara Membuat1.Buatlah 8 karakter yang menyajikan kompetensi dan atau materi

inti dalam kotak/tabel seukuran kartu kwartet (mulai dengan satu karakter dulu untuk mempermudah langkah);

2. Sajikan empat jawaban di bawah karakter dengan empat kartu (gambar sesuai jawaban yang diberi warna merah supaya kontras dan diletakkan di pojok kiri atas);

3. Print 8 karakter di kertas karton yang sudah dipotong ukuran folio (untuk satu paket permainan kwartet);

4. Gunting sesuai garis kotak;5. Lapisi kartu dengan lakban bening 5 cm (jika perlu rapikan dengan

gunting).

Cara Bermain

1. Permainan ini dilakukan oleh 4 pemain;2. Masing-masing pemain mendapatkan 4 kartu untuk pertama kali main;3. Masing-masing pemain secara bergiliran membacakan salah satu judul kartu yang ada padanya dengan berharap ada judul kartu yang sama dengan

karakter yang berbeda di pemain lainnya;4.Apabila ada judul kartu yang sama di pemain lain, pemain harus menyebutkan salah satu karakter yang diminta. Apabila benar, kartu diberikan. Apabila

tidak ada, ia mengambil kartu dari yang masih tersedia;5.Secara bergantian pemain melakukan hal yang sama sehingga terkumpul setiap judul kartu yang terdiri dari 4 karakter;6. Pemain yang berhasil mengumpulkan judul kartu terbanyak dialah pemenangnya;7. Permainan ini bisa dimainkan secara individu atau tim (satu tim terdiri dari dua orang).

Atas: Siswa saat mempresentasikan hewan imajinatif mereka. Bawah: Ibu Sri Rejeki dan contoh hewan imajinatif yang dideskripsikan dalam bahasa Inggris.

Page 16: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

16 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 17

PRIORITAS - Praktik yang Baik

“Saya pasti akan selalu ingat materi yang saya jadikan menara

perjanjian ini,” kata Indah Pratiwi siswa kelas IXA. “Bu guru.. besok

menggunakan model yang menyenangkan lagi ya..? Saya jadi

tidak mengantuk belajar Sejarah,” kata Lulus siswa kelas IXC.

Banjarnegara-Jawa Tengah. Begitulah senyum dan kesan siswa setelah melakukan pembelajaran IPS dengan model Menyusun Menara Perjanjian. Model pembelajaran itu saya gunakan dalam mempelajari materi perjuangan diplomasi dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Sebelum kegiatan dilaksanakan, saya mempersiapkan bahan-bahan yang akan dipakai, yaitu kertas berwarna yang sudah digunting/diiris kecil-kecil. Kertas tersebut berisi informasi tentang nama, waktu, tempat, perwakilan/delegasi dan isi dari perjanjian Linggarjati, Perjanjian

Renvill, Perjanjian Roem Royen dan Konfrensi Meja Bundar. Satu irisan kertas berisi satu informasi. Irisan kertas tersebut dibuat dan didesain sedemikian rupa sehingga ketika disusun oleh siswa akan berbentuk seperti menara. Guntingan kertas tersebut diacak dan dimasukan ke dalam amplop.

Saya memberi informasi tentang perjuangan diplomasi secara umum sebelum siswa dibentuk dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa. Siswa kemudian menyebutkan nama-nama perjanjian yang telah dilakukan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Selanjutnya saya membagikan bahan yang digunakan kepada masing-masing kelompok yaitu amplop yang berisi guntingan kertas mengenai perjanjian-perjanjian yang sudah disebutkan oleh siswa, kertas karton dan lem. (Isi dari amplop/materi bervariasi antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain).

Siswa belomba menyusun dan menempel guntingan kertas tersebut di

kertas karton dengan lem. Setelah waktu yang disepakati selesai, dua kelompok tercepat mempresentasikan hasil diskusinya. Banyak tanggapan yang muncul dari siswa dari kelompok lain. Isi tanggapan yakni mengkonfirmasi perjanjian tersebut dan kenapa diletakkan pada posisi tersebut. Di akhir pelajaran saya bersama dengan siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok secara kooperatif dan menyenangkan.

Fajriyatun, Guru IPS SMPN I Rakit, Banjarnegara

Belajar Sejarah dengan Menyusun Menara Perjanjian

Ibu Sutini mendampingi dan membimbing siswa menyunting karangan di dalam kelompok.

Banjarnegara-Jawa Tengah. Untuk menarik minat siswa dalam belajar menyunting karangan saya menggunakan model pembelajaran Kepala Bernomor yang dipadu dengan penggunaan Media Karet (Kartu EYD - ejaan yang disempurnakan - Tematik) seperti yang diterapkan pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX SMPN 1 Karangkobar, Banjarnegara.

Pembelajaran diawali dengan kegiatan apersepsi untuk mengkondisikan kesiapan siswa dalam belajar, termasuk di dalamnya menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran.

Selanjutnya, siswa diminta bergabung dalam kelompok masing – masing yang sudah dibentuk sebelumnya. Semua siswa dalam kelompok memakai topi bernomor 1- 4 dengan warna yang berbeda yaitu: merah, hijau, kuning, dan biru. Kemudian

setiap kelompok diberi lembar kerja siswa dan Kartu EYD Tematik yang sesuai dengan nomor kepala yang dipakainya.

Lembar kerja siswa berisi tugas – tugas yang berkaitan dengan materi menyunting dan pada Kartu EYD Tematik berisi panduan singkat menyunting karangan yang dikemas secara sederhana dengan komposisi yang menarik.

Selanjutnya semua siswa dalam kelompok mengerjakan tugas sesuai dengan nomor kepalanya. Bagi siswa yang mengalami kesulitan diberi kesempatan untuk bekerja sama atau dapat berkonsultasi dengan siswa dari kelompok lain yang bernomor kepala sama.

Setelah selesai berdiskusi selama 15 menit, saya mempersilakan salah satu siswa yang bernomor kepala 1 dari kelompok tertentu untuk menyampaikan hasilnya dan siswa yang bernomor kepala sama dari kelompok lain diminta untuk menanggapi. Kemudian dilanjutkan dengan siswa yang bernomor kepala 2 sampai dengan siswa yang bernomor kepala 4. Bagi kelompok yang menampilkan hasil terbaik mendapatkan penghargaan.

Setelah presentasi selesai, siswa kembali duduk pada posisi awal.

Selanjutnya saya membagikan kembali soal yang berisi 5 butir tentang materi menyunting. Siswa diminta untuk mengerjakan secara individu dalam waktu 10 menit. Kemudian jawaban siswa dikoreksi oleh temannya dengan cara jawaban digeser ke kanan hingga hitungan ketiga. Bagi empat siswa yang memperoleh nilai terbaik mendapat hadiah majalah siswa edisi terbaru.

Sebelum pembelajaran berakhir saya menanyakan bagaimana perasaan dan kesan siswa selama mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan model Kepala Bernomor dan Media Karet. “Asyik Bu. Saya bisa mengerjakan tugas menyunting karangan, dan selama pembelajaran berlangsung teman-teman tidak ada yang mengantuk !” ucap Nico salah satu siswa kelas IX-D.

Sutini, Guru SMPN 1 Karangkobar, Banjarnegara

Terampil Menyunting Karangan

Setiap siswa di dalam kelompok, mendapatkan tugas menyunting karangan sesuai nomornya.

Siswa sedang mempresentasikan hasil karya menara perjanjian pada kelompok lain.

PENERAPAN PAKEM yang identik dengan kerja kooperatif dalam kelompok, terkadang pelaksanaannya kurang efektif karena masih ada siswa yang pasif dan enggan berpartisipasi dalam kerja kelompok. Seringkali hanya beberapa siswa yang mengerjakan tugas dalam kelompoknya. Untuk mengatasi hal itu, Ibu Luda Sofiah, mengajak guru di SDN Kadikaran, Kecamatan Ciruas, Serang untuk merancang sendiri Lembar Karya Siswa (LKS) atau penugasan yang membuat siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran di kelas. SDN Kadikaran merupakan sekolah dampingan Ibu Luda, fasilitator daerah yang juga guru di SDN Tegal Jetak. Kedua sekolah itu berada di Kecamatan Ciruas, Banten.

“Guru di sini masih belum terbiasa membuat LKS sendiri. Mereka sering mengandalkan yang ada di buku. Saya ingin membantu guru di sini membuat LKS atau memberikan penugasan kepada siswa yang lebih kreatif dan efektif dengan panduan penugasan atau pertanyaan yang membuat siswa berpikir tingkat tinggi,” Ibu Luda menjelaskan maksudnya.

LKS yang dimaksud harus mencantumkan panduan bagi siswa untuk melakukan tugasnya masing-masing, berbagi informasi, terlibat aktif dalam menilai hasil karya teman, dan mempresentasikannya di depan kelas. Dengan demikian, siswa dapat menyimpulkan sendiri konsep materi dan menghasilkan karya kreatif. Guru juga tidak perlu berceramah terlalu banyak.

Ibu Luda memulainya dengan membimbing Ibu Siti Sumarti, guru kelas IV SDN Kadikaran yang akan mengajar bahasa Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Ibu Luda secara

spesifik memberikan beberapa kiat dalam penyusunan LKS yang dapat membuat semua siswa siswa aktif dalam kerja kelompok. Misalnya, memberikan jumlah soal sama dengan jumlah anggota kelompok. “Kalau dalam satu kelompok beranggotakan enam siswa, ya diberi soal paling sedikit lima. Jadi yang satu menulis, yang lainnya masing-masing kebagian satu soal untuk dicari jawabannya. Bisa juga pengelolaan penugasannya dari kerja individu lalu dibahas bersama untuk menjadi hasil karya kelompok,” jelas Ibu Luda.

Penerapan dalam PembelajaranPada saat itu, para siswa dijadwalkan untuk belajar cara

menulis surat untuk teman. “Anak-anak, hari ini kita akan belajar menulis surat yang baik dan benar,” ajak Ibu Luda ketika itu. Secara berkelompok para siswa diminta untuk mengerjakan tugas sesuai panduan dalam LKS. Berikut adalah langkah-langkah kegiatan dalam kerja kelompok: Di awal setiap siswa diminta membaca contoh surat kepada

teman yang ada di buku paket dan mengidentifikasi bagian-bagian yang perlu ada dalam sebuah surat.

Setelah siswa menemukan dan memahami bagian-bagian yang ada pada sebuah surat, siswa secara individu menuliskan surat untuk temannya.

Kemudian, surat yang dibuat ditukarkan pada teman sekelompoknya. Mereka menilai surat buatan temannya berdasarkan panduan di LKS.

Selanjutnya, di dalam kelompok siswa berdiskusi untuk memilih karya terbaik berdasarkan hasil penilaiannya.

Perwakilan kelompok membacakan hasil karya terbaik surat untuk teman di depan kelas.

Hasil karya terbaik surat untuk teman dijadikan rujukan bagi para siswa untuk memperbaiki hasil karyanya.

Di akhir pembelajaran siswa dan guru menyimpulkan cara menulis surat yang baik dan benar.

Hasil karya siswa di pajang di dinding kelas.

Penugasan yang diberikan kepada siswa juga tidak harus dalam bentuk LKS tetapi guru dapat menuliskannya di papan tulis. Jadi LKS tersebut tidak perlu difotokopi untuk semua siswa. “Sebelumnya saya tidak tahu cara menyusun LKS yang membuat seluruh siswa aktif. Sekarang saya sudah mengerti, harus ada strategi yang tepat dalam menyusun LKS agar siswa dalam kelompok aktif semua, sehingga pemahaman konsep dapat diterima semua siswa,” komentar Ibu Siti Sumarti, guru bahasa Indonesia SDN Kadikaran setelah didampingi Ibu Luda.

“Kita tadi belajarnya lebih seru. Kita jadi tahu cara menulis surat untuk teman yang baik,” ujar salah seorang siswa mengomentari pembelajaran yang baru saja diikutinya.

Luda Sofiah, SDN Tegal Jetak dan

Fasilitator Daerah Kabupaten Serang, Banten

Kembangkan Penugasan yang Buat Semua Siswa Aktif

Ibu Luda Sofiah sedang mendampingi Ibu Siti Sumarti saat memfasilitasi siswanya belajar di halaman kelas.

Lembar Kerja Siswa

MENULIS SURAT UNTUK TEMANKelas 4 Semester 1

Bacalah petunjuk di bawah ini!1. Bacalah contoh penulisan surat kepada teman yang ada pada buku paket.2. Buatlah di buku tulis masing masing sebuah surat yang ditujukan kepada temanmu.3. Setelah selesai, tukar hasil tulisan suratmu ke teman di sebelahmu. Kemudian berikan

penilaian dengan a. Apakah tercantum waktu dalam penulisan surat tersebut? b. Adakah nama yang dituju? c. Sudah benarkah tanda baca yang digunakan? d. Adakah urutan pembukaan, inti, dan penutup?e. Apakah ditulis nama pengirimnya?

4. Pilihlah satu surat yang dinilai terbaik di kelompokmu untuk dibacakan di depan kelas.5. Buatlah kesimpulan cara menulis surat kepada teman yang baik dan benar!

Page 17: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

16 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 17

PRIORITAS - Praktik yang Baik

“Saya pasti akan selalu ingat materi yang saya jadikan menara

perjanjian ini,” kata Indah Pratiwi siswa kelas IXA. “Bu guru.. besok

menggunakan model yang menyenangkan lagi ya..? Saya jadi

tidak mengantuk belajar Sejarah,” kata Lulus siswa kelas IXC.

Banjarnegara-Jawa Tengah. Begitulah senyum dan kesan siswa setelah melakukan pembelajaran IPS dengan model Menyusun Menara Perjanjian. Model pembelajaran itu saya gunakan dalam mempelajari materi perjuangan diplomasi dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Sebelum kegiatan dilaksanakan, saya mempersiapkan bahan-bahan yang akan dipakai, yaitu kertas berwarna yang sudah digunting/diiris kecil-kecil. Kertas tersebut berisi informasi tentang nama, waktu, tempat, perwakilan/delegasi dan isi dari perjanjian Linggarjati, Perjanjian

Renvill, Perjanjian Roem Royen dan Konfrensi Meja Bundar. Satu irisan kertas berisi satu informasi. Irisan kertas tersebut dibuat dan didesain sedemikian rupa sehingga ketika disusun oleh siswa akan berbentuk seperti menara. Guntingan kertas tersebut diacak dan dimasukan ke dalam amplop.

Saya memberi informasi tentang perjuangan diplomasi secara umum sebelum siswa dibentuk dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa. Siswa kemudian menyebutkan nama-nama perjanjian yang telah dilakukan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Selanjutnya saya membagikan bahan yang digunakan kepada masing-masing kelompok yaitu amplop yang berisi guntingan kertas mengenai perjanjian-perjanjian yang sudah disebutkan oleh siswa, kertas karton dan lem. (Isi dari amplop/materi bervariasi antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain).

Siswa belomba menyusun dan menempel guntingan kertas tersebut di

kertas karton dengan lem. Setelah waktu yang disepakati selesai, dua kelompok tercepat mempresentasikan hasil diskusinya. Banyak tanggapan yang muncul dari siswa dari kelompok lain. Isi tanggapan yakni mengkonfirmasi perjanjian tersebut dan kenapa diletakkan pada posisi tersebut. Di akhir pelajaran saya bersama dengan siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok secara kooperatif dan menyenangkan.

Fajriyatun, Guru IPS SMPN I Rakit, Banjarnegara

Belajar Sejarah dengan Menyusun Menara Perjanjian

Ibu Sutini mendampingi dan membimbing siswa menyunting karangan di dalam kelompok.

Banjarnegara-Jawa Tengah. Untuk menarik minat siswa dalam belajar menyunting karangan saya menggunakan model pembelajaran Kepala Bernomor yang dipadu dengan penggunaan Media Karet (Kartu EYD - ejaan yang disempurnakan - Tematik) seperti yang diterapkan pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX SMPN 1 Karangkobar, Banjarnegara.

Pembelajaran diawali dengan kegiatan apersepsi untuk mengkondisikan kesiapan siswa dalam belajar, termasuk di dalamnya menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran.

Selanjutnya, siswa diminta bergabung dalam kelompok masing – masing yang sudah dibentuk sebelumnya. Semua siswa dalam kelompok memakai topi bernomor 1- 4 dengan warna yang berbeda yaitu: merah, hijau, kuning, dan biru. Kemudian

setiap kelompok diberi lembar kerja siswa dan Kartu EYD Tematik yang sesuai dengan nomor kepala yang dipakainya.

Lembar kerja siswa berisi tugas – tugas yang berkaitan dengan materi menyunting dan pada Kartu EYD Tematik berisi panduan singkat menyunting karangan yang dikemas secara sederhana dengan komposisi yang menarik.

Selanjutnya semua siswa dalam kelompok mengerjakan tugas sesuai dengan nomor kepalanya. Bagi siswa yang mengalami kesulitan diberi kesempatan untuk bekerja sama atau dapat berkonsultasi dengan siswa dari kelompok lain yang bernomor kepala sama.

Setelah selesai berdiskusi selama 15 menit, saya mempersilakan salah satu siswa yang bernomor kepala 1 dari kelompok tertentu untuk menyampaikan hasilnya dan siswa yang bernomor kepala sama dari kelompok lain diminta untuk menanggapi. Kemudian dilanjutkan dengan siswa yang bernomor kepala 2 sampai dengan siswa yang bernomor kepala 4. Bagi kelompok yang menampilkan hasil terbaik mendapatkan penghargaan.

Setelah presentasi selesai, siswa kembali duduk pada posisi awal.

Selanjutnya saya membagikan kembali soal yang berisi 5 butir tentang materi menyunting. Siswa diminta untuk mengerjakan secara individu dalam waktu 10 menit. Kemudian jawaban siswa dikoreksi oleh temannya dengan cara jawaban digeser ke kanan hingga hitungan ketiga. Bagi empat siswa yang memperoleh nilai terbaik mendapat hadiah majalah siswa edisi terbaru.

Sebelum pembelajaran berakhir saya menanyakan bagaimana perasaan dan kesan siswa selama mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan model Kepala Bernomor dan Media Karet. “Asyik Bu. Saya bisa mengerjakan tugas menyunting karangan, dan selama pembelajaran berlangsung teman-teman tidak ada yang mengantuk !” ucap Nico salah satu siswa kelas IX-D.

Sutini, Guru SMPN 1 Karangkobar, Banjarnegara

Terampil Menyunting Karangan

Setiap siswa di dalam kelompok, mendapatkan tugas menyunting karangan sesuai nomornya.

Siswa sedang mempresentasikan hasil karya menara perjanjian pada kelompok lain.

PENERAPAN PAKEM yang identik dengan kerja kooperatif dalam kelompok, terkadang pelaksanaannya kurang efektif karena masih ada siswa yang pasif dan enggan berpartisipasi dalam kerja kelompok. Seringkali hanya beberapa siswa yang mengerjakan tugas dalam kelompoknya. Untuk mengatasi hal itu, Ibu Luda Sofiah, mengajak guru di SDN Kadikaran, Kecamatan Ciruas, Serang untuk merancang sendiri Lembar Karya Siswa (LKS) atau penugasan yang membuat siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran di kelas. SDN Kadikaran merupakan sekolah dampingan Ibu Luda, fasilitator daerah yang juga guru di SDN Tegal Jetak. Kedua sekolah itu berada di Kecamatan Ciruas, Banten.

“Guru di sini masih belum terbiasa membuat LKS sendiri. Mereka sering mengandalkan yang ada di buku. Saya ingin membantu guru di sini membuat LKS atau memberikan penugasan kepada siswa yang lebih kreatif dan efektif dengan panduan penugasan atau pertanyaan yang membuat siswa berpikir tingkat tinggi,” Ibu Luda menjelaskan maksudnya.

LKS yang dimaksud harus mencantumkan panduan bagi siswa untuk melakukan tugasnya masing-masing, berbagi informasi, terlibat aktif dalam menilai hasil karya teman, dan mempresentasikannya di depan kelas. Dengan demikian, siswa dapat menyimpulkan sendiri konsep materi dan menghasilkan karya kreatif. Guru juga tidak perlu berceramah terlalu banyak.

Ibu Luda memulainya dengan membimbing Ibu Siti Sumarti, guru kelas IV SDN Kadikaran yang akan mengajar bahasa Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Ibu Luda secara

spesifik memberikan beberapa kiat dalam penyusunan LKS yang dapat membuat semua siswa siswa aktif dalam kerja kelompok. Misalnya, memberikan jumlah soal sama dengan jumlah anggota kelompok. “Kalau dalam satu kelompok beranggotakan enam siswa, ya diberi soal paling sedikit lima. Jadi yang satu menulis, yang lainnya masing-masing kebagian satu soal untuk dicari jawabannya. Bisa juga pengelolaan penugasannya dari kerja individu lalu dibahas bersama untuk menjadi hasil karya kelompok,” jelas Ibu Luda.

Penerapan dalam PembelajaranPada saat itu, para siswa dijadwalkan untuk belajar cara

menulis surat untuk teman. “Anak-anak, hari ini kita akan belajar menulis surat yang baik dan benar,” ajak Ibu Luda ketika itu. Secara berkelompok para siswa diminta untuk mengerjakan tugas sesuai panduan dalam LKS. Berikut adalah langkah-langkah kegiatan dalam kerja kelompok: Di awal setiap siswa diminta membaca contoh surat kepada

teman yang ada di buku paket dan mengidentifikasi bagian-bagian yang perlu ada dalam sebuah surat.

Setelah siswa menemukan dan memahami bagian-bagian yang ada pada sebuah surat, siswa secara individu menuliskan surat untuk temannya.

Kemudian, surat yang dibuat ditukarkan pada teman sekelompoknya. Mereka menilai surat buatan temannya berdasarkan panduan di LKS.

Selanjutnya, di dalam kelompok siswa berdiskusi untuk memilih karya terbaik berdasarkan hasil penilaiannya.

Perwakilan kelompok membacakan hasil karya terbaik surat untuk teman di depan kelas.

Hasil karya terbaik surat untuk teman dijadikan rujukan bagi para siswa untuk memperbaiki hasil karyanya.

Di akhir pembelajaran siswa dan guru menyimpulkan cara menulis surat yang baik dan benar.

Hasil karya siswa di pajang di dinding kelas.

Penugasan yang diberikan kepada siswa juga tidak harus dalam bentuk LKS tetapi guru dapat menuliskannya di papan tulis. Jadi LKS tersebut tidak perlu difotokopi untuk semua siswa. “Sebelumnya saya tidak tahu cara menyusun LKS yang membuat seluruh siswa aktif. Sekarang saya sudah mengerti, harus ada strategi yang tepat dalam menyusun LKS agar siswa dalam kelompok aktif semua, sehingga pemahaman konsep dapat diterima semua siswa,” komentar Ibu Siti Sumarti, guru bahasa Indonesia SDN Kadikaran setelah didampingi Ibu Luda.

“Kita tadi belajarnya lebih seru. Kita jadi tahu cara menulis surat untuk teman yang baik,” ujar salah seorang siswa mengomentari pembelajaran yang baru saja diikutinya.

Luda Sofiah, SDN Tegal Jetak dan

Fasilitator Daerah Kabupaten Serang, Banten

Kembangkan Penugasan yang Buat Semua Siswa Aktif

Ibu Luda Sofiah sedang mendampingi Ibu Siti Sumarti saat memfasilitasi siswanya belajar di halaman kelas.

Lembar Kerja Siswa

MENULIS SURAT UNTUK TEMANKelas 4 Semester 1

Bacalah petunjuk di bawah ini!1. Bacalah contoh penulisan surat kepada teman yang ada pada buku paket.2. Buatlah di buku tulis masing masing sebuah surat yang ditujukan kepada temanmu.3. Setelah selesai, tukar hasil tulisan suratmu ke teman di sebelahmu. Kemudian berikan

penilaian dengan a. Apakah tercantum waktu dalam penulisan surat tersebut? b. Adakah nama yang dituju? c. Sudah benarkah tanda baca yang digunakan? d. Adakah urutan pembukaan, inti, dan penutup?e. Apakah ditulis nama pengirimnya?

4. Pilihlah satu surat yang dinilai terbaik di kelompokmu untuk dibacakan di depan kelas.5. Buatlah kesimpulan cara menulis surat kepada teman yang baik dan benar!

Page 18: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

18 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 19

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Enrekang-Sulawesi Selatan. SDN 39 Cakke Enrekang, Sulawesi Selatan adalah sekolah yang konsisten dan aktif mengembangkan progam pengembangan minat baca. Untuk siswa kelas awal, sekolah ini menyelanggarakan dua jam tambahan pengembangan minat baca perminggu yang dilakukan sore hari. Ditambah satu jam setiap hari Sabtu pada akhir pelajaran. Untuk kelas tinggi, dilakukan satu jam per minggu di hari Sabtu.

Jam minat baca diisi dengan kegiatan membaca buku pelajaran dan buku cerita. Setelah membaca mereka difasiitasi untuk menceritakan kembali pada teman atau kelompoknya. Para pengelola perpustakaan menjalankan metode book reading dengan berbagai model, seperti model diorama cerita, model piramida cerita dan lainnya. Sedangkan untuk anak-anak kelas lanjut dipandu untuk membuat presentasi dan ringkasan dari bacaannya.

Model Diorama Cerita

Dalam model diorama cerita, anak-anak diminta membaca buku cerita dan mendiskusikan dalam kelompok. Buku ceritanya kebanyakan bergambar. Anak-anak dituntun membuat diorama berdasarkan gambar yang ada di buku atau menentukan tokoh-tokoh dan latarnya, baru membuat dioramanya sendiri.

Salah satu contoh model diorama cerita adalah diorama bawah laut. Kelompok menyusun urutan cerita, dan

membuat diorama. Salah seorang siswa atau bersama-sama dengan kelompoknya sambil memegang diorama tersebut, menceritakan kisah tentang laut dan isinya sesuai dengan buku yang telah dibaca. Cara ini membuat siswa tidak kehilangan

fokus dalam bercerita dan ceritanya menjadi sangat runtut.

Guru SDN 39 Cakke menggunakan diorama tidak hanya untuk bercerita tetapi juga untuk menerangkan sesuatu atau menunjukkan interaksi dalam suatu habitat, misalnya habitat yang ada di dalam hutan.

Piramida Cerita

Model lainnya yang dikembangkan adalah piramida cerita. Pada model ini, siswa dikelompokkan yang masing-masing terdiri atas 3-4 orang. Mereka bersama-sama membaca sebuah buku cerita. Kemudian berdiskusi menentukan poin-poin penting dalam cerita. Poin ini mencakup tiga hal: awal, inti dan akhir cerita. Tiga poin tersebut ditulis dan digambar pada tiga sisi kertas yang berbentuk piramida. Piramida kertas dibuat dalam kelompok.

Bahannya dari kertas karton dan disatukan antar sisinya dengan lem. Setelah menulis dan menggambar di tiga sisi piramida tersebut, mereka bercerita di hadapan teman-temannya sesuai dengan urutannya, yaitu awal, inti dan akhir.

“Seringkali siswa tidak bisa bercerita dengan runtut atau suka meloncat-loncat. Dengan bantuan media-media pembelajaran yang mudah dan murah ini, siswa bisa mengasah ketrampilan dalam bekerja berkelompok, menggambar, menulis, dan bercerita dengan runtut. Siswa menjadi lebih kreatif dan tampil dengan lebih percaya diri, “ ujar Aslima, salah satu guru SDN 39 Cakke.

(Ajb)

Alat dan Bahan Membuat Diorama:

1) Kotak/kardus kecil tempat sepatu/ mie;

2) Kertas berwarna;

3) Kertas karton;

4) Gunting;

5) Lem;

6) Benang;

7) Crayon atau pensil berwarna;

8) Boneka-boneka kecil miniatur, binatang,

tumbuhan, dan benda-benda lain yang sesuai

dengan ide cerita.

Cara membuatnya sebagai berikut:

1) Kardus dipotong bagian depan untuk display;

2) Kertas berwarna digambar dan ditempelkan di

kardus sebagai latar lingkungan cerita, misalnya

hutan atau laut sesuai dengan ceritanya. Bisa

juga kardus tersebut langsung diwarnai;

3) Kertas karton digunting membentuk tokoh-

tokoh yang digambar dalam cerita dan diwarnai

dengan crayon atau pensil berwarna. Bisa juga

diganti dengan boneka-boneka miniatur

binatang, tumbuhan, dan lain lain, disesuaikan

dengan cerita.

4) Kertas atau miniatur ini digantung dengan

benang dan dilem di langit-langit diorama. Bisa

juga di lem saja di alasnya. Letakkan yang besar-

besar di bagian belakang dekat dengan latar,

dan yang kecil-kecil di bagian depan.

Kreativitas Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Baca

Salah satu kegiatan yang dipromosikan oleh USAID PRIORITAS adalah pengembangan budaya baca di sekolah. USAID PRIORITAS melatih

fasilitator untuk mendorong sekolah mengembangkan budaya baca. Meski baru dilatihkan di tingkat fasilitator, namun contoh-contoh nyata telah muncul di sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS atau di sekolah-

sekolah tempat para fasilitator bertugas. Program budaya baca bukan sekadar membangun atau mempercantik perpustakaan. Program budaya baca juga bukan sekadar menambah koleksi buku. Program budaya baca adalah sebuah upaya untuk membuat anak suka membaca. Diantaranya adalah melalui kegiatan pembiasaan membaca dan mendekatkan bahan

bacaan kepada para siswa. Berikut adalah beberapa contoh yang menarik untuk diadaptasi.

Perpustakaan Berjalan SMPN 8 Purworejo

Purworejo-Jawa Tengah. Drs. Agus Wiwoho, M.Pd Kepala SMPN 8 Purworejo, Jawa Tengah membuat terobosan dengan membuat program perpustakaan berjalan. Buku-buku bacaan koleksi sekolah dimasukkan ke dalam kotak troli plastik agar mudah dibawa ke dalam kelas atau ke tempat-tempat yang banyak dikunjungi siswa pada jam istirahat.

”Pada saat jam istirahat buku-buku dalam kotak troli dibawa oleh petugas perpustakaan ke dalam kelas atau ke kantin sekolah agar lebih dekat dan mudah dijangkau oleh siswa. Jam istirahat kami perpanjang selama 30 menit yang sebagian waktunya digunakan siswa untuk wajib membaca,” urai Pak Agus Wiwoho.

Program budaya baca yang sudah berjalan selama 2 tahun itu berhasil membuat kemauan siswa dalam membaca menjadi semakin besar. Pada saat jam istirahat banyak siswa yang tampak asyik membaca buku. Buku-buku dalam troli diganti-ganti sehingga siswa bisa mendapatkan buku bacaan yang beragam.

Mendekatkan Buku kepada SiswaIde program ini, menurut kepala

sekolah yang juga Fasilitator MBS USAID

PRIORITAS itu, dapat mengatasi masalah sempitnya ruang perpustakaan yang dimiliki sekolah. Bila jam istirahat biasanya

perpustakaan dipenuhi siswa yang meminjam buku dan itu agak kurang kondusif. Untuk memudahkan siswa meminjam buku maka muncul ide mendekatkan buku kepada siswa melalui perpustakaan berjalan dengan memanfaatkan kotak troli yang diisi buku-buku bacaan.

”Ternyata dengan mendekatkan siswa pada buku, membuat mereka menjadi lebih gemar dalam membaca. Kami akan terus mengembangkan

program mendekatkan buku pada siswa,” katanya lagi.

Melibatkan Masyarakat dan SiswaUntuk menambah koleksi buku, selain

menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS), sekolah juga melibatkan partisipasi masyarakat. Orang tua siswa dilibatkan Tahun 2014 ini, sekolah mendapatkan bantuan uang senilai RP. 12.800.000 dan 573 buku bacaan baru dari siswa Kelas IX yang lulus sekolah.

Untuk mengelola pendistribusian buku, sekolah melibatkan OSIS dan petugas perpustakaan yang bertugas mendampingi siswa dalam membaca.

Dampak program membaca ini berhasil meningkatkan prestasi siswa di sekolah. ”Tahun 2014 peringkat nilai ujian nasional (UN) sekolah naik 2 tingkat dari tahun sebelumnya. Siswa juga menjadi lebih kritis dalam pembelajaran,” tukas Pak Agus.

(Anw/Hw)

Buku Mini Karya Siswa MTsN Teunom

Aceh Jaya, Aceh. Untuk meningkatkan minat baca siswanya, MTsN Teunom, Aceh Jaya mengajak siswanya membuat buku mini. Buku mini ini dibuat berdasarkan mata pelajaran yang dipelajari siswa di kelas. Mereka menuliskan kembali pelajaran yang diperoleh dengan kata-katanya sendiri.

Beragam buku mini sudah dihasilkan para siswa. Ada yang membuat buku pintar dalam sains, biografi presiden Indonesia, kamus percakapan dengan teman dalam bahasa Arab, bahasa Inggris, mudah belajar matematika, dan banyak lagi.

Menurut Pak Ridwan fasilitator pembelajaran USAID PRIORITAS yang juga mengajar di madrasah ini, pembuatan buku mini dapat mendorong siswa menjadi mau membaca dan menulis. Untuk membuat buku mini, siswa biasanya menggunakan satu lembar hvs yang dibagi menjadi empat halaman kecil. Satu buku terdiri dari 8-16 halaman. Isinya bergantung tema pembelajaran. “Satu buku biasanya diselesaikan dalam satu atau beberapa kali pertemuan pembelajaran. Buku yang sudah selesai ditukar ke teman untuk saling dibaca dan diberi penilaian,” urai Pak Ridwan. (Anw/Hw)

Buku-buku baru sumbangan siswa kelas IX SMPN 8 Purworejo dimasukkan dalam kotak troli perpustakaan berjalan.

Buku mini karya salah satu siswa MTsN Teunom, Aceh Jaya.

Agar lebih menarik, koleksi buku di dalam kotak troli secara reguler selalu diperbarui. Tampak siswa sedang memilih buku yang disukai dan membacanya.

Murid SDN 39 Cakke menunjukkan diorama dan piramida cerita buatannya.

Budaya baca yang konsisten diterapkan SDN 39 Cakke, membuat para siswanya menjadi lebih kreatif. Dari hasil bacaannya siswa membuat diorama dan piramida cerita sebagai media untuk belajar menulis, menggambar, dan menceritakan kembali hasil bacaannya.

Budaya Baca Buat Siswa SDN 39

Cakke Pintar Bercerita

Page 19: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

18 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 19

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Enrekang-Sulawesi Selatan. SDN 39 Cakke Enrekang, Sulawesi Selatan adalah sekolah yang konsisten dan aktif mengembangkan progam pengembangan minat baca. Untuk siswa kelas awal, sekolah ini menyelanggarakan dua jam tambahan pengembangan minat baca perminggu yang dilakukan sore hari. Ditambah satu jam setiap hari Sabtu pada akhir pelajaran. Untuk kelas tinggi, dilakukan satu jam per minggu di hari Sabtu.

Jam minat baca diisi dengan kegiatan membaca buku pelajaran dan buku cerita. Setelah membaca mereka difasiitasi untuk menceritakan kembali pada teman atau kelompoknya. Para pengelola perpustakaan menjalankan metode book reading dengan berbagai model, seperti model diorama cerita, model piramida cerita dan lainnya. Sedangkan untuk anak-anak kelas lanjut dipandu untuk membuat presentasi dan ringkasan dari bacaannya.

Model Diorama Cerita

Dalam model diorama cerita, anak-anak diminta membaca buku cerita dan mendiskusikan dalam kelompok. Buku ceritanya kebanyakan bergambar. Anak-anak dituntun membuat diorama berdasarkan gambar yang ada di buku atau menentukan tokoh-tokoh dan latarnya, baru membuat dioramanya sendiri.

Salah satu contoh model diorama cerita adalah diorama bawah laut. Kelompok menyusun urutan cerita, dan

membuat diorama. Salah seorang siswa atau bersama-sama dengan kelompoknya sambil memegang diorama tersebut, menceritakan kisah tentang laut dan isinya sesuai dengan buku yang telah dibaca. Cara ini membuat siswa tidak kehilangan

fokus dalam bercerita dan ceritanya menjadi sangat runtut.

Guru SDN 39 Cakke menggunakan diorama tidak hanya untuk bercerita tetapi juga untuk menerangkan sesuatu atau menunjukkan interaksi dalam suatu habitat, misalnya habitat yang ada di dalam hutan.

Piramida Cerita

Model lainnya yang dikembangkan adalah piramida cerita. Pada model ini, siswa dikelompokkan yang masing-masing terdiri atas 3-4 orang. Mereka bersama-sama membaca sebuah buku cerita. Kemudian berdiskusi menentukan poin-poin penting dalam cerita. Poin ini mencakup tiga hal: awal, inti dan akhir cerita. Tiga poin tersebut ditulis dan digambar pada tiga sisi kertas yang berbentuk piramida. Piramida kertas dibuat dalam kelompok.

Bahannya dari kertas karton dan disatukan antar sisinya dengan lem. Setelah menulis dan menggambar di tiga sisi piramida tersebut, mereka bercerita di hadapan teman-temannya sesuai dengan urutannya, yaitu awal, inti dan akhir.

“Seringkali siswa tidak bisa bercerita dengan runtut atau suka meloncat-loncat. Dengan bantuan media-media pembelajaran yang mudah dan murah ini, siswa bisa mengasah ketrampilan dalam bekerja berkelompok, menggambar, menulis, dan bercerita dengan runtut. Siswa menjadi lebih kreatif dan tampil dengan lebih percaya diri, “ ujar Aslima, salah satu guru SDN 39 Cakke.

(Ajb)

Alat dan Bahan Membuat Diorama:

1) Kotak/kardus kecil tempat sepatu/ mie;

2) Kertas berwarna;

3) Kertas karton;

4) Gunting;

5) Lem;

6) Benang;

7) Crayon atau pensil berwarna;

8) Boneka-boneka kecil miniatur, binatang,

tumbuhan, dan benda-benda lain yang sesuai

dengan ide cerita.

Cara membuatnya sebagai berikut:

1) Kardus dipotong bagian depan untuk display;

2) Kertas berwarna digambar dan ditempelkan di

kardus sebagai latar lingkungan cerita, misalnya

hutan atau laut sesuai dengan ceritanya. Bisa

juga kardus tersebut langsung diwarnai;

3) Kertas karton digunting membentuk tokoh-

tokoh yang digambar dalam cerita dan diwarnai

dengan crayon atau pensil berwarna. Bisa juga

diganti dengan boneka-boneka miniatur

binatang, tumbuhan, dan lain lain, disesuaikan

dengan cerita.

4) Kertas atau miniatur ini digantung dengan

benang dan dilem di langit-langit diorama. Bisa

juga di lem saja di alasnya. Letakkan yang besar-

besar di bagian belakang dekat dengan latar,

dan yang kecil-kecil di bagian depan.

Kreativitas Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Baca

Salah satu kegiatan yang dipromosikan oleh USAID PRIORITAS adalah pengembangan budaya baca di sekolah. USAID PRIORITAS melatih

fasilitator untuk mendorong sekolah mengembangkan budaya baca. Meski baru dilatihkan di tingkat fasilitator, namun contoh-contoh nyata telah muncul di sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS atau di sekolah-

sekolah tempat para fasilitator bertugas. Program budaya baca bukan sekadar membangun atau mempercantik perpustakaan. Program budaya baca juga bukan sekadar menambah koleksi buku. Program budaya baca adalah sebuah upaya untuk membuat anak suka membaca. Diantaranya adalah melalui kegiatan pembiasaan membaca dan mendekatkan bahan

bacaan kepada para siswa. Berikut adalah beberapa contoh yang menarik untuk diadaptasi.

Perpustakaan Berjalan SMPN 8 Purworejo

Purworejo-Jawa Tengah. Drs. Agus Wiwoho, M.Pd Kepala SMPN 8 Purworejo, Jawa Tengah membuat terobosan dengan membuat program perpustakaan berjalan. Buku-buku bacaan koleksi sekolah dimasukkan ke dalam kotak troli plastik agar mudah dibawa ke dalam kelas atau ke tempat-tempat yang banyak dikunjungi siswa pada jam istirahat.

”Pada saat jam istirahat buku-buku dalam kotak troli dibawa oleh petugas perpustakaan ke dalam kelas atau ke kantin sekolah agar lebih dekat dan mudah dijangkau oleh siswa. Jam istirahat kami perpanjang selama 30 menit yang sebagian waktunya digunakan siswa untuk wajib membaca,” urai Pak Agus Wiwoho.

Program budaya baca yang sudah berjalan selama 2 tahun itu berhasil membuat kemauan siswa dalam membaca menjadi semakin besar. Pada saat jam istirahat banyak siswa yang tampak asyik membaca buku. Buku-buku dalam troli diganti-ganti sehingga siswa bisa mendapatkan buku bacaan yang beragam.

Mendekatkan Buku kepada SiswaIde program ini, menurut kepala

sekolah yang juga Fasilitator MBS USAID

PRIORITAS itu, dapat mengatasi masalah sempitnya ruang perpustakaan yang dimiliki sekolah. Bila jam istirahat biasanya

perpustakaan dipenuhi siswa yang meminjam buku dan itu agak kurang kondusif. Untuk memudahkan siswa meminjam buku maka muncul ide mendekatkan buku kepada siswa melalui perpustakaan berjalan dengan memanfaatkan kotak troli yang diisi buku-buku bacaan.

”Ternyata dengan mendekatkan siswa pada buku, membuat mereka menjadi lebih gemar dalam membaca. Kami akan terus mengembangkan

program mendekatkan buku pada siswa,” katanya lagi.

Melibatkan Masyarakat dan SiswaUntuk menambah koleksi buku, selain

menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS), sekolah juga melibatkan partisipasi masyarakat. Orang tua siswa dilibatkan Tahun 2014 ini, sekolah mendapatkan bantuan uang senilai RP. 12.800.000 dan 573 buku bacaan baru dari siswa Kelas IX yang lulus sekolah.

Untuk mengelola pendistribusian buku, sekolah melibatkan OSIS dan petugas perpustakaan yang bertugas mendampingi siswa dalam membaca.

Dampak program membaca ini berhasil meningkatkan prestasi siswa di sekolah. ”Tahun 2014 peringkat nilai ujian nasional (UN) sekolah naik 2 tingkat dari tahun sebelumnya. Siswa juga menjadi lebih kritis dalam pembelajaran,” tukas Pak Agus.

(Anw/Hw)

Buku Mini Karya Siswa MTsN Teunom

Aceh Jaya, Aceh. Untuk meningkatkan minat baca siswanya, MTsN Teunom, Aceh Jaya mengajak siswanya membuat buku mini. Buku mini ini dibuat berdasarkan mata pelajaran yang dipelajari siswa di kelas. Mereka menuliskan kembali pelajaran yang diperoleh dengan kata-katanya sendiri.

Beragam buku mini sudah dihasilkan para siswa. Ada yang membuat buku pintar dalam sains, biografi presiden Indonesia, kamus percakapan dengan teman dalam bahasa Arab, bahasa Inggris, mudah belajar matematika, dan banyak lagi.

Menurut Pak Ridwan fasilitator pembelajaran USAID PRIORITAS yang juga mengajar di madrasah ini, pembuatan buku mini dapat mendorong siswa menjadi mau membaca dan menulis. Untuk membuat buku mini, siswa biasanya menggunakan satu lembar hvs yang dibagi menjadi empat halaman kecil. Satu buku terdiri dari 8-16 halaman. Isinya bergantung tema pembelajaran. “Satu buku biasanya diselesaikan dalam satu atau beberapa kali pertemuan pembelajaran. Buku yang sudah selesai ditukar ke teman untuk saling dibaca dan diberi penilaian,” urai Pak Ridwan. (Anw/Hw)

Buku-buku baru sumbangan siswa kelas IX SMPN 8 Purworejo dimasukkan dalam kotak troli perpustakaan berjalan.

Buku mini karya salah satu siswa MTsN Teunom, Aceh Jaya.

Agar lebih menarik, koleksi buku di dalam kotak troli secara reguler selalu diperbarui. Tampak siswa sedang memilih buku yang disukai dan membacanya.

Murid SDN 39 Cakke menunjukkan diorama dan piramida cerita buatannya.

Budaya baca yang konsisten diterapkan SDN 39 Cakke, membuat para siswanya menjadi lebih kreatif. Dari hasil bacaannya siswa membuat diorama dan piramida cerita sebagai media untuk belajar menulis, menggambar, dan menceritakan kembali hasil bacaannya.

Budaya Baca Buat Siswa SDN 39

Cakke Pintar Bercerita

Page 20: v16-NL 6 1-5- - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_6.pdf · rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Baca beritanya

Pelatihan Modul II untuk Fasilitator Provinsi SD/MI dan SMP/MTs

USAID PRIORITAS pada 26 Februari s.d 4 Maret 2014 melatih fasilitator SMP/MTs di Bandung, kemudian pada 19 Maret s.d 25 April 2014 melatih fasilitator

SD/MI di Makassar tentang Praktik yang Baik dalam Pembelajaran dan Manajemen Berbasis Sekolah yang

dikemas dalam Modul II. Berikut adalah gambaran kegiatan pelatihan untuk fasilitator provinsi tersebut.

Praktik yang Baik dalam Manajemen Berbasis Sekolah

Praktik yang Baik dalam Pembelajaran

Seluruh peserta pelatihan melakukan praktik mengajar. Berikut beberapa hal yang menjadi fokus dalam pembelajaran? (1) Mendampingi siswa di kelompok kecil untuk lebih efektif

melakukan kerja kooperatif yang menekankan pada praktik. (2) Menggunakan buku besar sebagai media pembelajaran

kelas awal dalam pembelajaran membaca. (3) dan (4) Mengembangkan literasi dalam pembelajaran,

seperti siswa memanfaatkan buku di perpustakaan, membaca koran, atau mencari informasi di internet sebagai bahan referensi memecahkan masalah pembelajaran.

(5) Memfasilitasi siswa mempresentasikan hasil karya, memajangkan, dan menilainya dengan rubrik penilaian.

Keterangan: (1) Merancang langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran. (2) Merumuskan pertanyaan tingkat tinggi untuk bahan pembuatan LK.(3) Mempresentasikan hasil pembuatan rubrik penilaian. (4) dan (5) Mempersiapkan RPP dan media untuk praktik mengajar. (6) Simulasi pembelajaran yang mengintegrasikan literasi dalam

pembelajaran, seperti Literasi dalam Matematika yaitu memahami soal cerita, menyelesaikan, serta mempresentasikannya.

(7) Membuat kalender cerita sebagai media siswa kelas awal SD/MI untuk mengembangkan kemampuan literasi siswa.

Keterangan: (1) Mengkaji

implementasi MBS di sekolah masing-masing dari hasil pelatihan Modul I.

(2) Merancang implementasi kepemimpinan pembelajaran yang mendorong dan memfasilitasi guru berani melakukan perubahan.

(3) dan (4) Membangun budaya baca dan mempresentasikan rencana pengembangan budaya baca di sekolah.

(5) Menghitung anggaran sekolah untuk mendukung pembelajaran.

1 2

3 4

1 2

3

4

76

5

1

2

3

5

Praktik Mengajar di Sekolah

5

4