V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakterisasi...
Transcript of V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakterisasi...
48
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakterisasi Bubuk Ampas Kelapa
Hasil analisis kadar serat kasar, kadar lemak, dan organoleptik bubuk
ampas kelapa dengan berbagai perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Analisis Bubuk Ampas Kelapa
Unsur Kualitas
Perlakuan
A (NaCl 3%) B (Blanching 15’) C (Blanching 15’
+ (NaCl 3%)
Serat Kasar (%) 9,79 11,75 8,24
Lemak (%) 22,09 22,55 19,76
Warna 3,93b 6,13
a 3,27
b
Rasa 4,20 b 5,80
a 3,67
b
Aroma 4,00 b 6,33
a 3,87
ab
Tabel 6 menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap serat kasar dan kadar lemak. Perlakuan
blanching selama 15 menit dan penambahan NaCl 3% menurunkan kadar serat
kasar bubuk ampas kelapa dan berbeda nyata dengan metode blanching selama 15
menit menghasilkan kadar serat kasar tertinggi. Metode blanching 15 menit
memberikan pengaruh nyata terhadap warna bubuk ampas kelapa yang lebih
disukai panelis dibandingkan perlakuan penambahan NaCl 3% ataupun metode
blanching selama 15 menit dan penambahan NaCl 3%. Metode blanching dapat
meninaktifkan enzim polifenoloksidase yang merupakan penyebab pencoklatan
sehingga intensitas warna coklat pada bubuk ampas kelapa yang dihasilkan
semakin menurun.
Aroma bubuk ampas kelapa dengan perlakuan blanching lebih disukai
panelis. Hal ini disebabkan karena aroma yang berasal dari ampas kelapa biasanya
49
beraroma tengik jika tidak diblanching oleh karena itu aroma tengik dihilangkan
dengan cara blanching sehingga didapatkan aroma yang segar. Komponen ini
dapat hilang selama pengolahan dan mengurangi intensitas flavor dan aroma.
5.2 Kadar Serat Kasar
Berdasarkan ANOVA yang terdapat pada Lampiran 10, rasio tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa memberikan pengaruh signifikan terhadap
kadar serat kasar puffed snack. Hasil pengukuran kadar serat kasar puffed snack
tepung ubi jalar ungu dan bubuk ampas kelapa dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kadar Serat Kasar Puffed Snack Tepung Ubi Jalar Ungu dan
Bubuk Ampas Kelapa
Perlakuan Rata-rata (%)
Tepung Ubi Jalar Ungu :
Bubuk Ampas Kelapa
A = 80:20 7,43d
B = 75:25 8,26c
C = 65:35 8,66b
D = 60:40 9,23a
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.
Tabel 7 menunjukkan bahwa kadar serat kasar puffed snack tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa memiliki nilai yang berbeda antar
perlakuannya berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%. Kadar serat kasar puffed
snack yang tertinggi yaitu perlakuan D dan yang terendah perlakuan A. Kadar
serat kasar dari semua perlakuan berkisar antara 7,43-9,23%.
Bubuk ampas kelapa memberikan kontribusi paling tinggi terhadap kadar
serat kasar puffed snack dibandingkan tepung ubi jalar ungu. Kadar serat kasar
bubuk ampas kelapa yaitu 11,75 % sedangkan tepung ubi jalar ungu hanya 4,27%
(Susilawati dan Medikasari, 2008 dalam Ambarsari, 2009), sehingga semakin
tinggi kadar bubuk ampas kelapa maka semakin tinggi kadar serat kasar puffed
50
snack. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rosida (2014), yang
menyatakan bahwa semakin tinggi kadar tepung kelapa dan semakin rendah kadar
tepung terigu maka kadar serat kasar produk semakin tinggi.
Konsumsi serat harian yang dianjurkan berdasarkan Peraturan Kepala
BPOM RI Nomor 9 Tahun 2016 tentang Acuan Label Gizi, yaitu 30 gram serat
pangan atau 6-15 g serat kasar per hari untuk memenuhi energi sebesar 2150 kkal
per orang. Puffed snack perlakuan D apabila dikonsumsi sebanyak 100 gram akan
memberikan sumbangan serat kasar sebesar 61,5% dari kebutuhan serat harian
orang dewasa normal. Penentuan jumlah konsumsi serat cukup sulit dilakukan
karena tingkat konsumsi serat sangat bervariasi antar individu, jenis kelamin,
ataupun usia. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi lingkungan,
kemampuan daya beli, dan pola makan masyarakat (Zulaika, 2011).
5.3 Kadar Lemak
Berdasarkan ANOVA yang terdapat pada Lampiran 11, rasio tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa memberikan pengaruh signifikan terhadap
kadar lemak puffed snack. Hasil pengukuran kadar lemak puffed snack tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kadar Lemak Puffed Snack Tepung Ubi Jalar Ungu dan Bubuk
Ampas Kelapa
Perlakuan Rata-rata (%)
Tepung Ubi Jalar Ungu :
Bubuk Ampas Kelapa
A = 80:20 1,25d
B = 75:25 2,69c
C = 65:35 4,67b
D = 60:40 5,61a
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.
51
Tabel 8 menunjukkan bahwa kadar lemak puffed snack tepung ubi jalar
ungu dan bubuk ampas kelapa memiliki nilai yang berbeda antar perlakuannya
berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%. Kadar lemak puffed snack yang tertinggi
yaitu perlakuan D dan yang terendah perlakuan A. Kadar lemak dari semua
perlakuan berkisar antara 1,25-5,61%.
Bubuk ampas kelapa memberikan kontribusi paling tinggi terhadap kadar
lemak puffed snack dibandingkan tepung ubi jalar ungu. Kadar lemak bubuk
ampas kelapa yaitu 22,55% sedangkan tepung ubi jalar ungu hanya 0,81%
(Susilawati dan Medikasari, 2008 dalam Ambarsari, 2009), sehingga semakin
tinggi kadar bubuk ampas kelapa maka semakin tinggi kadar lemak puffed snack.
Puffed snack perlakuan A dan B dapat diklaim sebagai makanan rendah
lemak berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 13 Tahun 2016 tentang
Pengawasan Klaim pada Label dan Iklan Pangan Olahan, makanan dikatakan
rendah lemak apabila mengandung lemak tidak lebih dari 3 g per 100 g bahan.
Kadar lemak yang rendah karena pembuatan puffed snack ini tidak melalui proses
penggorengan melainkan proses puffing sehingga bebas minyak. Lemak yang
yang dihasilkan akan mengubah tekstur, rasa, flavor, dan daya pengembangan
puffed (Harper, 1981 dalam Oktavia, 2007).
5.4 Kadar Air
Berdasarkan ANOVA yang terdapat pada Lampiran 12, rasio tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa memberikan pengaruh signifikan terhadap
kadar air puffed snack. Hasil pengukuran kadar air puffed snack tepung ubi jalar
ungu dan bubuk ampas kelapa dapat dilihat pada Tabel 9.
52
Tabel 9. Kadar Air Puffed Snack Tepung Ubi Jalar Ungu dan Bubuk
Ampas Kelapa sebelum Dikeringkan
Perlakuan Rata-rata (%)
Tepung Ubi Jalar Ungu :
Bubuk Ampas Kelapa
A = 80:20 6,23a
B = 75:25 6,28a
C = 65:35 5,26b
D = 60:40 4,53c
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.
Tabel 9 menunjukkan bahwa kadar air puffed snack tepung ubi jalar ungu
dan bubuk ampas kelapa memiliki nilai yang berbeda antar perlakuannya kecuali
puffed snack perlakuan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan B berdasarkan uji
Duncan pada taraf 5%. Kadar air puffed snack yang tertinggi yaitu perlakuan B
dan yang terendah perlakuan D. Kadar air dari semua perlakuan berkisar antara
4.53-6.28%.
Hasil penelitian ini belum memenuhi syarat kadar air menurut SNI
2886:2015 tentang makanan ringan ekstrudat yaitu maksimal 4%. Kadar air yang
rendah karena apabila kadar air tinggi maka produk yang dihasilkan akan mudah
rusak. Menurut Von Elbe (1987) dalam Oktavia (2007) menyatakan bahwa kadar
air 4% mempunyai Aw 0,23 dimana pada kondisi ini bakteri tidak dapat hidup
dengan baik sehingga produk yang dihasilkan tidak mudah rusak.
Puffed snack yang dihasilkan harus dikeringkan kembali setelah proses
puffing selesai untuk mencapai standar kadar air produk ekstrusi yang disyaratkan.
Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 70oC selama 2 jam
(Khaliq, 2011). Hasil pengukuran kadar air puffed snack tepung ubi jalar ungu dan
bubuk ampas kelapa setelah dikeringkan dapat dilihat pada Tabel 10.
53
Tabel 10. Kadar Air Puffed Tepung Ubi Jalar Ungu dan Bubuk Ampas
Kelapa setelah Dikeringkan
Perlakuan Rata-rata (%)
Tepung Ubi Jalar Ungu :
Bubuk Ampas Kelapa
A = 80:20 5,14a
B = 75:25 4,23b
C = 65:35 3,94b
D = 60:40 3,63c
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.
Tabel 10 menunjukkan bahwa kadar air puffed snack setelah dikeringkan
menurun dengan hasil antara 3,63-5,14%. Kadar air yang didapat memiliki nilai
yang berbeda antar perlakuannya kecuali puffed snack dengan perlakuan B tidak
berbeda nyata dengan perlakuan C. Kadar air perlakuan D menghasilkan nilai
yang terendah dibandingkan perlakuan A, B dan C. Hasil yang didapat sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Khaliq (2011), kadar air puffed cereal sebelum
pengeringan 6,62-7,02% dan kadar air mengalami penurunan setelah dikeringkan
menjadi 3,77-4,17.
Semakin tinggi kadar bubuk ampas kelapa, maka kadar air puffed snack
semakin rendah. Bubuk ampas kelapa mengandung serat kasar (selulosa) dan
lemak yang cukup tinggi. Serat kasar merupakan serat pangan tak larut dalam air.
Serat kasar maupun lemak yang ada dalam bubuk ampas kelapa tidak mengikat air
pada adonan puffed snack sehingga air yang ada dalam adonan akan menguap
lebih cepat pada saat puffing dan kadar air puffed snack yang dihasilkan lebih
rendah. Penelitian ini sesuai dengan Putri (2014), yang menyatakan bahwa
selulosa pada tepung kelapa tidak mengikat air pada adonan cookies sehingga air
akan menguap saat pemanggangan.
54
Kadar air puffed snack perlakuan A setelah dikeringkan selama 2 jam
belum memenuhi kadar air sesuai standar mutu yang ditetapkan yaitu maksimal
4%, sedangkan perlakuan B, C, dan D telah memenuhi standar mutu yang
ditetapkan. Proses pengeringan puffed snack dilakukan selama 2 jam dimana
setiap satu jam dilakukan perhitungan terhadap kadar air. Puffed snack yang
dikeringkan pada jam pertama belum memenuhi standar dan pada jam kedua
kadar air puffed snack telah menurun.
Tingginya kadar air pada produk A disebabkan karena semakin tinggi
kadar tepung ubi jalar ungu maka bahan akan lebih mudah mengalami gelatinisasi
dan puffed snack lebih banyak menyerap air. Air yang terperangkap merupakan
air terikat yang apabila telah terjadi gelatinisasi akan sulit untuk dilepaskan.
5.5 Water Absorbtion Index (WAI)
Berdasarkan ANOVA yang terdapat pada Lampiran 14, rasio tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa memberikan pengaruh signifikan terhadap
WAI puffed snack. Hasil pengukuran WAI puffed snack tepung ubi jalar ungu dan
bubuk ampas kelapa dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Water Absorbtion Index (WAI) Puffed Snack Tepung Ubi Jalar
Ungu dan Bubuk Ampas Kelapa
Perlakuan Rata-rata (ml/g)
Tepung Ubi Jalar Ungu :
Bubuk Ampas Kelapa
A = 80:20 7,04d
B = 75:25 6,30c
C = 65:35 4,88b
D = 60:40 4,30a
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.
55
Tabel 11 menunjukkan bahwa WAI atau kemampuan penyerapan air
puffed snack tepung ubi jalar ungu dan bubuk ampas kelapa memiliki nilai yang
berbeda antar perlakuannya berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%. Kemampuan
penyerapan air puffed snack yang tertinggi yaitu perlakuan A dan yang terendah
perlakuan D. Kisaran rata-rata kemampuan puffed snack untuk menyerap air yaitu
4,30-7,04 ml/g.
Semakin tinggi kadar bubuk ampas kelapa maka daya penyerapan air
puffed snack semakin rendah. Puffed snack dengan perlakuan A memiliki nilai
yang lebih tinggi, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar tepung ubi
jalar ungu di dalam formula maka daya penyerapan air akan semakin tinggi.
Pati tepung ubi jalar ungu berfungsi sebagai komponen yang menentukan
penyerapan air. Pati yang telah mengalami gelatinisasi memiliki kemampuan
menyerap air yang sangat mudah. Air yang diserap terperangkap dalam granula
pati. Fenomena ini terjadi karena amilosa dalam pati merupakan polimer dari
glukosa yang mempunyai ikatan sehingga membentuk suatu rantai lurus
dengan salah satu ujungnya yang merupakan gugus hidroksil dan menyebabkan
glukosa mudah menyerap air (Kumalaningsih, 1990 dikutip Setyadi 2016).
Porositas puffed snack merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
kemampuan suatu bahan dalam menyerap air. Porositas adalah jumlah rongga
udara yang terdapat di antara partikel-partikel bahan. Semakin tinggi kadar tepung
ubi jalar ungu akan menyebabkan air terikat dan terbentuk rongga. Puffed dengan
porositas yang besar lebih mudah menyerap air dibandingkan dengan porositas
56
kecil sehingga semakin banyak jumlah air terikat yang terbebaskan, akibatnya
bahan menjadi berpori dan tekstur yang dihasilkan semakin renyah.
Faktor-faktor yang memengaruhi WAI adalah denaturasi protein,
gelatinisasi pati, kompleks lemak-pati, dan pembengkakan serat kasar yang terjadi
selama pengolahan. Semakin tinggi kadar bubuk ampas kelapa menyebabkan
kadar lemak puffed snack semakin tinggi, sedangkan kemampuan menyerap air
rendah. Lemak akan membentuk suatu lapisan pada bagian luar granula pati dan
sekaligus akan menghambat penetrasi air ke dalam granula. Penetrasi air yang
lebih sedikit akan menghasilkan gelatinisasi yang rendah sehingga depolimerisasi
partikel pati akan menurun.
5.6 Water Solubility Index (WSI)
Berdasarkan ANOVA yang terdapat pada Lampiran 14, rasio tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa memberikan pengaruh signifikan terhadap
WSI puffed snack. Hasil pengukuran WSI puffed snack tepung ubi jalar ungu dan
bubuk ampas kelapa dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Water Solubility Index (WSI) Puffed Snack Tepung Ubi Jalar Ungu
dan Bubuk Ampas Kelapa
Perlakuan Rata-rata (g/ml)
Tepung Ubi Jalar Ungu :
Bubuk Ampas Kelapa
A = 80:20 3,17a
B = 75:25 2,95b
C = 65:35 2,24d
D = 60:40 2,35c
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.
Tabel 12 menunjukkan bahwa WSI atau kelarutan air puffed snack tepung
ubi jalar ungu dan bubuk ampas kelapa memiliki nilai yang berbeda antar
57
perlakuannya berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%. Kemampuan puffed snack
untuk larut dalam air yang tertinggi yaitu perlakuan A dan yang terendah
perlakuan C. Kisaran rata-rata puffed snack yang dapat larut dalam air yaitu 2,24-
3,17 g/ml.
Semakin tinggi kadar bubuk ampas kelapa maka kelarutan puffed snack
dalam air semakin rendah, hal ini karena bubuk ampas kelapa mengandung serat
yang tidak larut dalam air. Puffed snack perlakuan A memiliki nilai rata-rata yang
lebih tinggi, karena kadar tepung ubi jalar ungu yang digunakan lebih banyak
sehingga terjadi degradasi amilosa dan amilopektin yang cukup tinggi. Pati setelah
mengalami gelatinisasi akan terjadi degradasi amilosa dan amilopektin
menghasilkan molekul yang lebih kecil. Molekul lebih kecil inilah yang mudah
larut dalam air. Partikel yang larut dalam air adalah karbohidrat yang memiliki
berat molekul besar dan dapat mengembang.
5.7 Daya Pengembangan
Berdasarkan ANOVA yang terdapat pada Lampiran 15, rasio tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa memberikan pengaruh signifikan terhadap
daya pengembangan puffed snack. Hasil pengukuran daya pengembangan puffed
snack tepung ubi jalar ungu dan bubuk ampas kelapa dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Daya Pengembangan Puffed Snack Tepung Ubi Jalar Ungu dan
Bubuk Ampas Kelapa
Perlakuan Rata-rata (%)
Tepung Ubi Jalar Ungu :
Bubuk Ampas Kelapa
A = 80:20 153,55a
B = 75:25 97,51b
C = 65:35 56,35c
D = 60:40 40,23d
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.
58
Tabel 13 menunjukkan bahwa daya pengembangan puffed snack tepung
ubi jalar ungu dan bubuk ampas kelapa berbeda antar perlakuannya berdasarkan
uji Duncan pada taraf 5%. Daya pengembangan puffed snack perlakuan D lebih
rendah dibandingkan perlakuan A, B, dan C. Daya pengembangan puffed snack
yang tertinggi yaitu perlakuan A dan yang terendah perlakuan D. Daya
pengembangan puffed snack dari semua perlakuan berkisar antara 40,23-153,55%.
Semakin tinggi kadar bubuk ampas kelapa maka daya pengembangan
puffed snack semakin rendah. Semakin tinggi kadar bubuk ampas kelapa maka
semakin tinggi kadar serat yang terkandung dalam puffed snack sehingga semakin
rendah daya pengembangan. Serat (selulosa) merupakan polisakarida yang
tersusun oleh monomer β-D-glukosa dan diikat oleh β-1,4 glikosodik membentuk
rantai polimer linear dengan struktur rantai yang seragam. Ikatan ini membentuk
kristal mikrofibil yang membuat serat (selulosa) sulit dipecah dan sulit
memerangkap air sehingga akan mengganggu proses gelatinisasi pati dari ubi jalar
ungu dan menyebabkan puffed snack tidak mengembang.
Berdasarkan Tabel 13, perlakuan D menghasilkan puffed snack dengan
daya pengembangan yang rendah. Semakin rendah kemampuan puffed untuk
mengembang maka tekstur yang dihasilkan semakin keras dapat dilihat pada
Tabel 14, bahwa perlakuan D menghasilkan puffed yang paling keras. Daya
pengembangan akan memengaruhi tekstur puffed yang dihasilkan.
Proses pengembangan tersebut terjadi karena penurunan suhu dan tekanan
ketika bahan keluar dari cetakan (die) menyebabkan air yang terdapat dalam
bahan menguap. Uap air terperangkap oleh lapisan film yang terbentuk pada
59
proses gelatinisasi sehingga menghasilkan bahan yang mengembang dan
membentuk rongga udara atau pori-pori (De Silva dan Anderson, 1995 dikutip
Oktavia, 2007). Penurunan daya pengembangan dapat dipengaruhi oleh
kandungan air pada bahan mentah, dimana kadar air akan memengaruhi proses
gelatinisasi. Jumlah air yang terlalu sedikit mengakibatkan gelatinisasi tidak
terbentuk dengan sempurna dan mengakibatkan daya pengembangan menurun.
Daya pengembangan juga dipengaruhi oleh kandungan lemak yang
terdapat dalam produk. Lemak akan membentuk kompleks dengan molekul
amilosa dan mengakibatkan menurunnya kekentalan pasta pati saat gelatinisasi
sehingga daya pengembangan produk terhambat. Mekanisme penghambatan daya
pengembangan oleh lemak menurut Collison (1968) dikutip Pardede (2014), yaitu
lemak akan membentuk suatu lapisan pada bagian luar granula pati dan sekaligus
menghambat penetrasi air ke dalam granula. Penetrasi air yang lebih sedikit akan
menghalangi gelatinisasi yang rendah. Lemak berpengaruh kompleks terhadap
daya pengembangan tergantung jenis lemak dan jumlah keseimbangan hidrofilik-
lipofilik dari bahan baku yang digunakan.
Daya pengembangan produk ekstrusi dipengaruhi oleh beberapa faktor
antaranya, persentase pati bahan, kadar air bahan mentah bentuk dan dimensi
produk mentah serta suhu pemasakan (Matz, 1993 dikutip Pardede, 2014).
Proporsi kandungan pati amilosa dan amilopektin juga memengaruhi daya
pengembangan produk. Produk yang mengandung amilosa tinggi cenderung lebih
rapat, keras, dan kurang mengembang. Produk yang mengandung amilopektin
60
tinggi dapat merangsang terjadinya pemekaran yang lebih baik karena sifat
elastisitasnya serta membentuk kerenyahan tekstur.
5.8 Kekerasan (Hardness)
Berdasarkan ANOVA yang terdapat pada Lampiran 16, rasio tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa memberikan pengaruh signifikan terhadap
kekerasan puffed snack. Hasil pengukuran kekerasan (hardness) puffed snack
tepung ubi jalar ungu dan bubuk ampas kelapa dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Kekerasan (Hardness) Puffed Snack Tepung Ubi Jalar Ungu dan
Bubuk Ampas Kelapa
Perlakuan Rata-rata (gF)
Tepung Ubi Jalar Ungu : Bubuk
Ampas Kelapa
A = 80:20 1876,75c
B = 75:25 3578,08b
C = 65:35 4620,21ab
D = 60:40 5677,45a
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.
Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai kekerasan puffed snack tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa berbeda antar perlakuannya. Kekerasan puffed
snack perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan C dan kekerasan puffed
snack perlakuan D tidak berbeda nyata dengan perlakuan C berdasarkan uji
Duncan pada taraf 5%. Puffed snack perlakuan D lebih keras dibandingkan
dengan perlakuan A. Kekerasan puffed snack yang tertinggi yaitu perlakuan D dan
yang terendah yaitu perlakuan A. Kekerasan puffed snack dari semua perlakuan
berkisar antara 1876,75-5677,45 gF.
Berdasarkan hasil pengamatan, semakin rendah daya pengembangan akan
menghasilkan puffed snack dengan tekstur relatif keras dan bersifat kurang
61
renyah. Daya pengembangan puffed snack perlakuan A yaitu 153,55% dengan
tingkat kekerasan 1876,75 gF. Daya pengembangan puffed dengan perlakuan D
yaitu 40,23% dengan tingkat kekerasan 5677,45 gF. Hasil tersebut sesuai dengan
beberapa penelitian terdahulu bahwa kekerasan berhubungan langsung dengan
daya pengembangan. Harper (1981) dikutip Pardede (2014), menyatakan bahwa
derajat gelatinisasi pati yang semakin tinggi menyebabkan derajat pengembangan
semakin tinggi sehingga akan menurunkan kekerasan.
Berdasarkan hasil pengamatan, semakin tinggi kadar tepung ubi jalar ungu
menyebabkan porositas puffed snack semakin besar. Puffed snack dengan
perlakuan A memiliki porositas yang lebih besar dibandingkan perlakuan D.
Puffed snack dengan porositas yang besar memiliki tekstur yang renyah,
sedangkan puffed dengan porositas yang kecil menghasilkan tekstur yang keras
dan tidak renyah.
Nilai gF (gram Force) menunjukkan seberapa besar gaya yang dibutuhkan
untuk menghancurkan suatu produk. Kekerasan merupakan parameter yang
menyatakan besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk terjadinya perubahan
bentuk (deformasi) pada bahan yang di uji. Semakin tinggi gaya yang dibutuhkan
untuk menghasilkan deformasi, maka semakin tinggi tingkat kekerasan dari
produk yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai kekerasan produk maka produk
tersebut semakin kurang renyah. Kekerasan atau hardness berkebalikan dengan
kerenyahan.
62
5.9 Daya Patah (Fracturability)
Berdasarkan ANOVA yang terdapat pada Lampiran 17, rasio tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa memberikan pengaruh signifikan terhadap
daya patah puffed snack. Hasil pengukuran daya patah puffed snack tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Daya Patah (Fracturability) Puffed Snack Tepung Ubi Jalar
Ungu dan Bubuk Ampas Kelapa
Perlakuan Rata-rata (N/m)
Tepung Ubi Jalar Ungu : Bubuk
Ampas Kelapa
A = 80:20 8,12a
B = 75:25 5,98ab
C = 65:35 5,11b
D = 60:40 4,61b
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf yang sama menyatakan
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.
Tabel 15 menunjukkan bahwa daya patah puffed snack tepung ubi jalar
ungu dan bubuk ampas kelapa memiliki nilai yang berbeda antar perlakuannya.
Daya patah puffed snack perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan C dan D
berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%. Daya patah puffed snack perlakuan A tidak
berbeda nyata dengan perlakuan B. Daya patah puffed snack perlakuan C dan D
tidak berbeda nyata dengan perlakuan B. Puffed snack perlakuan A lebih mudah
patah dibandingkan dengan perlakuan D. Daya patah puffed snack dari semua
perlakuan berkisar antara 4,61-8,12 N/m.
Semakin tinggi kadar bubuk ampas kelapa maka daya patah puffed snack
yang dihasilkan akan semakin rendah. Bubuk ampas kelapa mengandung kadar
serat yang cukup tinggi, dimana kandungan serat pada bahan akan memengaruhi
daya patah suatu produk panggang. Serat merupakan polikasarida yang dalam
bahan makanan berfungsi sebagai penguat tekstur. Kadar serat yang semakin
63
tinggi akan menghasilkan puffed dengan tekstur yang lebih kokoh dan kuat,
akibatnya produk menjadi lebih keras dan daya patahnya menurun.
Daya patah sangat penting untuk mengetahui karakteristik tekstur dari
kerapuhan dan kerenyahan seperti snack dan produk sereal. Daya patah
merupakan gaya maksimal yang dibutuhkan untuk menekan produk sampai
produk patah pertama kali dan berhubungan dengan hardness suatu produk. Nilai
kekerasan (hardness) yang semakin tinggi maka puffed snack tersebut mempunyai
tekstur relatif keras dan bersifat kurang renyah. Semakin tinggi nilai daya patah,
maka tingkat kekerasan semakin rendah dan kerenyahan puffed snack semakin
tinggi.
5.10 Karakteristik Organoleptik
5.10.1 Kesukaan terhadap Tingkat Kekerasan
Berdasarkan ANOVA yang terdapat pada Lampiran 18, rasio tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa memberikan pengaruh signifikan terhadap
tingkat kekerasan puffed snack. Hasil uji kesukaan terhadap kekerasan puffed
snack tepung ubi jalar ungu dan bubuk ampas kelapa dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Kesukaan terhadap Kekerasan Puffed Snack Tepung Ubi Jalar
Ungu dan Bubuk Ampas Kelapa
Perlakuan Rata-rata Hedonik Rata-rata Mutu Hedonik
A = 80:20 5,73a 2,27
c
B = 75:25 3,67b 2,67
c
C = 65:35 3,40b 3,33
b
D = 60:40 2,07c 4,27
a
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf yang sama menyatakan
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.
64
Tabel 16 menunjukkan bahwa rasio tepung ubi jalar ungu dan bubuk
ampas kelapa memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kesukaan
kekerasan puffed snack tetapi kekerasan dengan perlakuan B tidak berbeda nyata
dengan perlakuan C. Kekerasan puffed snack dengan perlakuan A lebih disukai
dibandingkan dengan perlakuan B, C, dan D berdasarkan uji Duncan pada taraf
5%. Perlakuan A dapat diterima panelis dengan kesukaan agak disukai dan
perlakuan D tidak disukai panelis. Kisaran rata-rata kesukaan terhadap kekerasan
yaitu antara 2,07-5,73 atau tidak suka sampai agak suka.
Tingkat kekerasan berdasarkan penilaian panelis menunjukkan bahwa
perlakuan A dan B yang dihasilkan memiliki tingkat kekerasan yang tidak keras
dibandingkan perlakuan C dan D. Kisaran rata-rata tingkat kekerasan yaitu antara
2,27-4,27 atau tidak keras sampai sangat keras. Tingkat kekerasan puffed snack
perlakuan D sangat keras dan perlakuan A memiliki tingkat kekerasan yang tidak
keras. Penilaian panelis terhadap tingkat kekerasan sesuai dengan nilai kekerasan
(hardness) menggunakan Texture Analyzer, dimana perlakuan D merupakan
perlakuan yang paling keras dibandingkan perlakuan A, B, dan C sehingga kurang
disukai panelis.
Semakin tinggi kadar bubuk ampas kelapa maka kekerasan puffed snack
yang dihasilkan semakin kurang disukai panelis karena secara inderawi
kerenyahannya pun menurun. Semakin tinggi daya patah dari puffed snack maka
nilai kesukaan panelis terhadap kereyahan meningkat. Bubuk ampas kelapa
memiliki kandungan serat yang cukup tinggi, hal ini mengakibatkan tingkat
kekerasan tekstur yang beragam dan dapat dibedakan oleh panelis.
65
Tekstur pada produk ekstrudat meliputi kekerasan, kerenyahan,
kemudahan untuk dipatahkan dan konsistensi pada gigitan pertamanya. Kekerasan
puffed snack diakibatkan oleh terbentuknya rongga-rongga udara pada proses
pengembangan. Perubahan yang terjadi selama proses pembuatan puffed snack
yaitu pati akan tergelatinisasi dan terjadi hidrolisis ringan, terjadi reaksi
pencoklatan yang disebabkan oleh interaksi antara protein dan gula, terjadi proses
karamelisasi dan dekstrinasi sebagai hasil pemanggangan pada suhu tinggi
sehingga menghasilkan produk puffed snack yang renyah karena reduksi air yang
tinggi (Setiaji, 2011).
Tekstur puffed snack yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh penambahan
pati yang terkandung di dalam bahan yang digunakan. Pengaruh ini terutama
disebabkan oleh rasio amilosa dan amilopektin dalam pati. Amilopektin yang
tinggi bersifat merangsang terjadinya proses pengembangan (puffing), sehingga
puffed snack yang berasal dari pati dengan kandungan amilopektin yang tinggi
akan bersifat porus, garing, dan renyah. Amilopektin yang tinggi dapat
memberikan tingkat kerenyahan yang tinggi dan kekerasan yang rendah pada
produk dibandingkan kadar amilosa yang tinggi. Semakin rendah kadar air bahan
yang digunakan, maka semakin keras produk ekstrudat yang dihasilkan
(Muchtadi, 1988 dikutip Supriyadi, 2012).
5.10.2 Kesukaan terhadap Cita Rasa
Berdasarkan ANOVA yang terdapat pada Lampiran 19, rasio tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa memberikan pengaruh signifikan terhadap
66
kesukaan cita rasa puffed snack. Hasil uji kesukaan cita rasa puffed snack tepung
ubi jalar ungu dan bubuk ampas kelapa dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Kesukaan Cita Rasa Puffed Snack Tepung Ubi Jalar Ungu dan
Bubuk Ampas Kelapa
Rasio Rata-rata Hedonik Rata-rata Mutu Hedonik
A = 80:20 5,73a 2,27
ab
B = 75:25 4,80a 2,53
a
C = 65:35 3,40b 2,00
b
D = 60:40 3,60b 2,13
ab
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf yang sama menyatakan
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.
Tabel 17 menunjukkan bahwa rasio tepung ubi jalar ungu dan bubuk
ampas kelapa memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kesukaan rasa
puffed snack. Kesukaan cita rasa puffed snack perlakuan A tidak berbeda nyata
dengan perlakuan B dan kesukaan cita rasa puffed snack perlakuan C tidak
berbeda nyata dengan perlakuan D. Perlakuan A dapat diterima panelis dengan
kesukaan agak disukai dan perlakuan C agak tidak disukai panelis. Kisaran rata-
rata kesukaan terhadap cita rasa yaitu antara 3,60-5,73 atau agak tidak suka
sampai agak suka.
Tingkat cita rasa puffed snack dengan perlakuan B berbeda nyata dengan
perlakuan C berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%. Cita rasa puffed snack
perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan A dan D dan perlakuan C tidak
berbeda nyata dengan perlakuan A dan D. Rasa kelapa pada puffed snack
perlakuan B lebih dirasakan panelis dibandingkan dengan perlakuan C. Kisaran
rata-rata tingkat cita rasa yaitu antara 2,00-2,53 atau rasa kelapa tidak dapat terasa
oleh panelis.
67
Semakin tinggi kadar bubuk ampas kelapa maka tingkat kesukaan terhadap
cita rasa puffed snack oleh panelis samakin rendah. Hal ini dikarenakan semakin
banyak bubuk ampas kelapa yang ditambahkan maka puffed yang dihasilkan
semakin terasa gosong.
Lemak dalam bubuk ampas kelapa berfungsi sebagai pembentuk cita rasa.
Bubuk ampas kelapa mengandung lemak yang tinggi, ketika proses puffing diberi
tekanan dan suhu yang tinggi sehingga mengakibatkan adonan puffed snack yang
mengandung bubuk ampas kelapa mengeluarkan minyak. Minyak berfungsi
sebagai penghantar panas sehingga terjadi pemasakan puffed snack yang lebih
cepat serta menyebabkan kegosongan.
Perubahan fisikokimia yang terjadi pada proses puffing yaitu terjadinya
reaksi maillard. Reaksi maillard penting sebagai sumber pembentukan cita rasa
yang mendukung kualitas makanan yang diproses (Oktavia, 2007). Reaksi ini
terjadi akibat adanya asam amino dan gula, aktifitas air, pH, dan waktu masak
bahan dalam alat puffing.
5.10.3 Kesukaan terhadap Warna
Berdasarkan ANOVA yang terdapat pada Lampiran 21, rasio tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa memberikan pengaruh signifikan terhadap
kesukaan warna puffed snack. Hasil uji kesukaan warna puffed snack tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa dapat dilihat pada Tabel 18.
68
Tabel 18. Kesukaan Warna Puffed Snack Tepung Ubi Jalar Ungu dan
Bubuk Ampas Kelapa
Rasio Rata-rata Hedonik Rata-rata Mutu Hedonik
A = 80:20 5,00a 2,33
ab
B = 75:25 4,60ab
3,13a
C = 65:35 3,67bc
3,80b
D = 60:40 2,87c 4,40
ab
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf yang sama menyatakan
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.
Tabel 18 menunjukkan bahwa rasio tepung ubi jalar ungu dan bubuk
ampas kelapa tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kesukaan
warna puffed snack. Kesukaan warna puffed snack perlakuan A tidak berbeda
nyata dengan perlakuan B dan perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan
C. Kesukaan warna puffed snack perlakuan C tidak berbeda nyata dengan
perlakuan D. Warna perlakuan A dapat diterima panelis dengan kesukaan agak
disukai dan perlakuan D tidak disukai panelis. Kecerahan warna puffed snack
dengan perlakuan D paling tidak disukai panelis. Kisaran rata-rata kesukaan
terhadap warna yaitu antara 2,87-5,00 atau tidak suka sampai agak suka.
Tingkat kecerahan warna puffed yang tertinggi berdasarkan skor mutu
hedonik yaitu perlakuan D, sedangkan yang terendah yaitu perlakuan A. Tingkat
warna puffed snack perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan C. Tingkat
warna puffed snack perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan A dan D
dan perlakuan C tidak berbeda nyata dengan perlakuan A dan D. Warna puffed
snack secara visual berdasarkan penilaian panelis berbeda jauh yaitu puffed snack
dengan perlakuan D berwarna coklat tua, sedangkan puffed snack dengan
perlakuan A paling disukai panelis karena berwarna lebih cerah.
69
Semakin tinggi rata-rata mutu hedonik maka semakin sangat coklat warna
puffed snack menurut panelis. Semakin tinggi kadar bubuk ampas kelapa
menyebabkan warna puffed snack yang dihasilkan semakin gelap, sehingga
panelis kurang menyukai dan lebih menyukai puffed snack yang berwarna cerah.
Warna puffed dipengaruhi oleh formulasi bahan baku yang digunakan
(tepung ubi jalar ungu, bubuk ampas kelapa, gula, susu bubuk dan bahan
tambahan lainnya). Menurut winarno (1992) dalam Samirih (2015), warna gelap
disebabkan karena timbulnya melanoidin yang merupakan hasil dari reaksi
maillard (antara gugus amina primer dengan gugus gula pereduksi) dan
karamelisasi (gula yang mencair pada titik leburnya). Gula berperan pada proses
pembentukan warna karena bereaksi dengan asam amino dalam tepung ubi jalar
ungu dan bubuk ampas kelapa sehingga terjadi reaksi Maillard (Afrianti et al.,
2016). Semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu puffing, maka produk yang
dihasilkan semakin coklat.
5.10.4 Kesukaan terhadap Aroma
Berdasarkan ANOVA yang terdapat pada Lampiran 20, rasio tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kesukaan aroma puffed snack. Hasil uji kesukaan aroma puffed snack
tepung ubi jalar ungu dan bubuk ampas kelapa dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Kesukaan Aroma Puffed Snack Tepung Ubi Jalar Ungu dan
Bubuk Ampas Kelapa
Perlakuan Rata-rata
Tepung Ubi Jalar Ungu : Bubuk
Ampas Kelapa
A = 80:20 5,00a
B = 75:25 4,67a
C = 65:35 4,73a
D = 60:40 4,27a
70
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf yang sama menunjukkan
tidak ada pengaruh nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 19 menunjukkan bahwa rasio tepung ubi jalar ungu dan bubuk
ampas kelapa tidak memberikan perngaruh yang berbeda nyata terhadap kesukaan
aroma puffed snack berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%. Kisaran rata-rata
kesukaan terhadap aroma berkisar 4,27-5,00 yang menandakan bahwa panelis
menyatakan suka terhadap aroma puffed snack untuk semua perlakuan.
Panelis cenderung tidak bisa membedakan aroma dari empat perlakuan
tersebut, hal ini disebabkan karena sebelum proses puffing bahan yang digunakan
mengalami proses pengeringan terlebih dahulu, sehingga zat-zat volatil yang
terdapat pada bahan yang digunakan menguap dan menyebabkan aroma khasnya
tidak begitu tercium.
Kandungan lemak pada bubuk ampas kelapa berpengaruh terhadap
pembentukan aroma khas pada puffed yang dihasilkan dimana bubuk kelapa
memiliki aroma yang harum khas kelapa. Proses puffing tidak hanya
menimbulkan perubahan warna, tetapi juga menimbulkan aroma. Aroma
dihasilkan dari interaksi antara zat bau dengan sel epitelum olfaktori, yang
dirasakan oleh indera penciuman yaitu hidung.
5.10.5 After Taste
Berdasarkan ANOVA yang terdapat pada Lampiran 22, rasio tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa memberikan pengaruh signifikan terhadap
after taste puffed snack. Hasil uji after taste puffed snack tepung ubi jalar ungu
dan bubuk ampas kelapa dapat dilihat pada Tabel 20.
71
Tabel 20. After Taste Puffed Snack Tepung Ubi Jalar Ungu dan Bubuk
Ampas Kelapa
Perlakuan Rata-rata
Tepung Ubi Jalar Ungu : Bubuk
Ampas Kelapa
A = 80:20 1,73b
B = 75:25 1,80b
C = 65:35 2,87a
D = 60:40 2,20b
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf yang sama menunjukkan
tidak ada pengaruh nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 20 menunjukkan bahwa rasio tepung ubi jalar ungu dan bubuk
ampas kelapa tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap after taste
puffed snack kecuali perlakuan C. Perlakuan A, B dan D memberikan pengaruh
yang tidak berbeda nyata terhadaap after taste, tetapi berbeda nyata lebih disukai
dibandingkan perlakuan C. Kisaran rata-rata after taste dari semua perlakuan yaitu
1,73-2,87 atau tidak pahit sampai pahit. Hasil respon rata-rata terhadap after taste
menunjukkan bahwa rasio tepung ubi jalar ungu dan bubuk ampas kelapa
memiliki tingkat kesukaan after taste yang cukup disukai panelis.
After taste merupakan suatu rangsangan yang muncul setelah bahan
tersebut ditelan. After taste dapat memberikan rangsangan yang positif ataupun
negatif. Bahan yang dihasilkan jika negatif perlu dilakukan penambahan bahan
lain untuk menutupi atribut sensoris yang tidak disukai oleh panelis.
5.10.6 Off-Flavor
Berdasarkan ANOVA yang terdapat pada Lampiran 23, rasio tepung ubi
jalar ungu dan bubuk ampas kelapa memberikan pengaruh signifikan terhadap off-
flavor puffed snack. Hasil uji off-flavor puffed snack tepung ubi jalar ungu dan
bubuk ampas kelapa dapat dilihat pada Tabel 21.
72
Tabel 21. Off-Flavor Puffed Snack Tepung Ubi Jalar Ungu dan Bubuk
Ampas Kelapa
Perlakuan Rata-rata
Tepung Ubi Jalar Ungu : Bubuk
Ampas Kelapa
A = 80:20 1,93b
B = 75:25 2,07b
C = 65:35 2,73a
D = 60:40 2,13b
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf yang sama menunjukkan
tidak ada pengaruh nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 21 menunjukkan bahwa rasio tepung ubi jalar ungu dan bubuk
ampas kelapa memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap off-flavor
puffed snack kecuali perlakuan C. Off-flavor puffed snack dari semua perlakuan
berkisar antara 1,93-2,73 atau tidak gosong dan tidak pahit. Hasil respon rata-rata
terhadap off-flavor menunjukkan bahwa penambahan bubuk ampas kelapa
terhadap puffed snack tepung ubi jalar ungu yang dihasilkan memiliki tingkat
kesukaan yang cukup disukai.
5.11 Matriks Perlakuan Terpilih
Berdasarkan hasil pengujian utama, maka dapat ditentukan perlakuan
mana yang menghasilkan kualitas terbaik. Tahap penentuan perlakuan terbaik
adalah tabulasi keseluruhan uji statistik yang disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22. Matriks Perlakuan Terbaik
Unsur Kualitas Perlakuan
A B C D
Kadar Serat Kasar (%) 7,43d 8,26
c 8,66
b 9,23
a
Kadar Lemak (%) 1,25d 2,69
c 4,67
b 5,61
a
Kadar Air (%) 5,14a 4,23
b 3,94
b 3,63
c
WAI (ml/g) 7,04d 6,30
c 4,88
b 4,30
a
WSI (g/ml) 3,17a 2,95
b 2,24
d 2,35
c
Pengembangan (%) 153,55a 97,51
b 56,35
c 40,23
d
Kekerasan (gF) 1876,75c 3578,08
b 4620,21
ab 5677,45
a
Daya Patah (mm) 8,12a 5,98
ab 5,11
b 4,61
b
Kesukaan Tekstur 5,73a 3,67
b 3,40
b 2,07
c
73
Unsur Kualitas Perlakuan
A B C D
Kesukaan Rasa 5,73a 4,80
a 3,40
b 3,60
b
Kesukaan Aroma 5,00a 4,67
a 4,73
a 4,27
a
Kesukaan Warna 5,00a 4,60
ab 3,67
bc 2,87
c
Tekstur 2,27c 2,67
c 3,33
b 4,17
a
Rasa 2,27ab
2,53a 2,00
b 2,13
ab
Warna 2,33Fc 3,13
b 3,80
a 4,40
a
After Taste 1,73b 1,80
b 2,87
a 2,20
b
Off-Flavor 1,93b 2,07
b 2,73
a 2,13
b
Bobot Kesukaan 5,371 4,44
2 3,80
3 3,20
4
Tabel 22 menunjukkan bahwa penambahan bubuk ampas kelapa
memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada kriteria pengamatan. Perlakuan
terbaik puffed yang dihasilkan berdasarkan kesukaan panelis yaitu perlakuan A
dengan rasio tepung ubi jalar ungu dan bubuk ampas kelapa 80:20%. Perlakuan A
ini tetapi memiliki kadar air yang belum memenuhi standar. Perlakuan yang
dipilih yaitu perlakuan B karena perlakuan ini menghasilkan unsur kualitas sesuai
dengan SNI dan memiliki bobot yang disukai panelis setelah perlakuan A.
74
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Rasio tepung ubi jalar ungu dan bubuk ampas kelapa memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar serat kasar, kadar lemak, kadar air,
WAI, WSI, daya pengembangan, kekerasan tekstur (hardness) dan daya patah
(fracturability). Berdasarkan uji hedonik, rasio tepung ubi jalar ungu dan bubuk
ampas kelapa memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kesukaan
kekerasan tekstur, rasa, dan warna, tetapi tidak memberikan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap kesukaan aroma. Formulasi bahan baku tepung ubi jalar
ungu dan bubuk ampas kelapa dengan rasio 75:25 merupakan perlakuan terpilih
berdasarkan SNI.
6.2 Saran
Penambahan bubuk ampas kelapa dapat meningkatkan kadar serat kasar
tetapi warna puffed yang dihasilkan lebih gelap dan tekstur yang lebih keras
sehingga mengurangi mutu secara organoleptik, oleh karena itu perlu dilakukan
penambahan tepung yang mengandung pati tinggi agar menghasilkan karakteristik
puffed yang baik. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode dan
waktu yang digunakan dalam pengeringan puffed sehingga menghasilkan kadar air
yang sesuai.