V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii)...

120
101 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan Kali Surabaya Evaluasi kondisi eksisting perairan Kali Surabaya dilakukan dengan cara membandingkan hasil analisis parameter fisik dan kimia kualitas air dari contoh air yang diambil dengan kriteria mutu kualitas air yang berlaku, yaitu mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kali Surabaya telah ditetapkan sebagai badan air golongan B (berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 187 Tahun 1988 tentang Peruntukan Air Sungai di Jawa Timur), yaitu sebagai bahan baku air minum dan keperluan rumah tangga lainnya (sama dengan kelas 1 berdasarkan Peraturan Daerah Jatim Nomor 2 Tahun 2008), maka berdasarkan peraturan tersebut dalam penelitian ini sebagai pembanding digunakan Kriteria Mutu Air (KMA) kelas 1. 5.1.1 Suhu Air Suhu air memiliki efek langsung dan tidak langsung di hampir semua aspek ekologi sungai serta mempunyai kaitan erat dengan kualitas perairan. Semakin tinggi suhu perairan semakin menurun kualitasnya, karena kandungan oksigen terlarut akan menurun sehingga banyak mikroorganisme perairan yang mati. Tinggi rendahnya suhu air dipengaruhi oleh suhu udara, kedalaman air, tutupan vegetasi di sempadan sungai dan kekeruhan air. Suhu perairan juga dapat berpengaruh terhadap kecepatan reaksi-reaksi kimia yang berlangsung dalam air. Pada umumnya, semakin tinggi suhu akan semakin cepat proses berlangsungnya reaksi kimia. Suhu perairan yang tinggi akan meningkatkan kelarutan senyawa- senyawa kimia dan mempengaruhi dampak polutan pada kehidupan akuatik. Hasil pengukuran suhu air diperlihatkan pada Gambar 13. Nilai suhu air Kali Surabaya berfluktuasi dari zona hulu, zona tengah, dan zona hilir. Secara umum, suhu rata-rata perairan Kali Surabaya berkisar antara 28.54 – 29.56 o C, dengan rata-rata keseluruhan 28.99 o C. Nilai suhu tertinggi terdapat di Karang Pilang (32.50 o C) dan nilai terendah terdapat di Gunungsari, Tambangan Cangkir, dan Jembatan Jrebeng (27.00 o C). Hal ini sesuai dengan pendapat Abowei & George (2009), yang menyatakan bahwa suhu air sungai di daerah tropis umumnya bervariasi antara 25 o C dan 35 o C.

Transcript of V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii)...

Page 1: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

101

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Eksisting Perairan Kali Surabaya

Evaluasi kondisi eksisting perairan Kali Surabaya dilakukan dengan cara

membandingkan hasil analisis parameter fisik dan kimia kualitas air dari contoh

air yang diambil dengan kriteria mutu kualitas air yang berlaku, yaitu mengacu

pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kali Surabaya telah ditetapkan sebagai

badan air golongan B (berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 187

Tahun 1988 tentang Peruntukan Air Sungai di Jawa Timur), yaitu sebagai bahan

baku air minum dan keperluan rumah tangga lainnya (sama dengan kelas 1

berdasarkan Peraturan Daerah Jatim Nomor 2 Tahun 2008), maka berdasarkan

peraturan tersebut dalam penelitian ini sebagai pembanding digunakan Kriteria

Mutu Air (KMA) kelas 1.

5.1.1 Suhu Air

Suhu air memiliki efek langsung dan tidak langsung di hampir semua aspek

ekologi sungai serta mempunyai kaitan erat dengan kualitas perairan. Semakin

tinggi suhu perairan semakin menurun kualitasnya, karena kandungan oksigen

terlarut akan menurun sehingga banyak mikroorganisme perairan yang mati.

Tinggi rendahnya suhu air dipengaruhi oleh suhu udara, kedalaman air, tutupan

vegetasi di sempadan sungai dan kekeruhan air. Suhu perairan juga dapat

berpengaruh terhadap kecepatan reaksi-reaksi kimia yang berlangsung dalam air.

Pada umumnya, semakin tinggi suhu akan semakin cepat proses berlangsungnya

reaksi kimia. Suhu perairan yang tinggi akan meningkatkan kelarutan senyawa-

senyawa kimia dan mempengaruhi dampak polutan pada kehidupan akuatik.

Hasil pengukuran suhu air diperlihatkan pada Gambar 13. Nilai suhu air

Kali Surabaya berfluktuasi dari zona hulu, zona tengah, dan zona hilir. Secara

umum, suhu rata-rata perairan Kali Surabaya berkisar antara 28.54 – 29.56 oC,

dengan rata-rata keseluruhan 28.99 oC. Nilai suhu tertinggi terdapat di Karang

Pilang (32.50 oC) dan nilai terendah terdapat di Gunungsari, Tambangan Cangkir,

dan Jembatan Jrebeng (27.00 oC). Hal ini sesuai dengan pendapat Abowei &

George (2009), yang menyatakan bahwa suhu air sungai di daerah tropis

umumnya bervariasi antara 25 oC dan 35 oC.

Page 2: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

102

26.00

27.00

28.00

29.00

30.00

31.00

32.00

33.00

Periode Pengamatan

Suhu (oC)

GS 29.00 28.50 31.50 29.50 27.00

JS 28.90 29.00 31.90 29.00 27.50

KP 29.80 29.00 32.50 29.00 27.50

TB 28.80 29.50 29.60 29.00 27.50

TC 28.50 28.40 29.80 29.00 27.00

JJ 28.00 29.60 29.50 29.00 27.00

Agt Sep Okt Nop Des

Ket: GS : Gunungsari JS : Jembatan Sepanjang KP: Karangpilang TB: Tambangan Bambe TC : Tambangan Cangkir JJ : Jembatan Jrebeng

Gambar 13 Profil suhu perairan Kali Surabaya.

Perbedaan suhu pada setiap titik pengamatan dipengaruhi oleh suhu udara,

perbedaan intensitas cahaya matahari pada saat pengukuran, kondisi iklim, dan

cuaca pada saat pengukuran.

28,59 28,7329,50

29,80 29,60

32,5031,90

31,50

29,62

27,00

28,00

29,00

30,00

31,00

32,00

33,00

34,00

35,00

40,40 35,20 24,10 15,60 12,00 8,25 6,50 2,60 0,00

Jarak Upstream (km)

Su

hu

Gambar 14 Profil suhu berdasarkan jarak upstream (km).

Hasil pengukuran suhu ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh peneliti Kali

Surabaya sebelumnya. Bapedal Jatim (2006) melaporkan rentang suhu Kali

Surabaya 28 – 31.7 oC, BLH Kota Surabaya (2008) antara 29.6 – 30.3 oC, dan

PJT I (2009) antara 28.0 – 31.9 oC. Secara umum suhu perairan Kali Surabaya

Page 3: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

103

memenuhi Kriteria Mutu Air (KMA) kelas 1 dan dapat digunakan sebagai sumber

air baku air minum karena deviasi suhu dari keadaan alamiahnya kurang dari 3 oC.

5.1.2 Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter penting dalam

pemantauan kualitas air dan penentuan nilai daya guna perairan baik untuk

keperluan rumah tangga, irigasi, kehidupan organisme perairan dan kepentingan

lainnya. Nilai pH menunjukkan tingkat keasaman atau kekuatan asam dan basa

dalam air. Besarnya pH air mempengaruhi kelarutan dan bentuk senyawa kimia

dalam badan air. Perubahan pH dalam perairan akan mempengaruhi perubahan

dan aktivitas biologis. Menurut Adeyemo et al. (2008), pertumbuhan organisme

perairan dapat berlangsung dengan baik pada kisaran pH 6.5 – 8.2. Kategori pH

dikatakan buruk jika hasil uji laboratorium mendekati nilai ≤ 6 (bersifat asam)

atau mendekati nilai ≥ 9 (bersifat basa). Derajat keasaman yang dianjurkan

menurut baku mutu air minum kelas 1 adalah pada kisaran 6 – 9.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pH air Kali Surabaya berfluktuasi

dari zona hulu, zona tengah dan hilir, namun masih berada pada kisaran pH air

normal yaitu pH 6 – 9. Nilai rata-rata pH air Kali Surabaya pada enam titik

pengamatan berkisar antara 6.85 - 6.98, dengan nilai rata-rata keseluruhan 6.91.

Nilai pH tertinggi terdapat di Jembatan Jrebeng (pH 7.60), sedangkan nilai pH

terendah terdapat di Stasiun Tambangan Bambe (pH 5.90). Variasi nilai pH yang

teramati dalam penelitian ini sesuai dengan hasil studi sebelumnya yang

dilakukan oleh Ekeh dan Sikoki (2003) di sungai Calabar, Ansa (2005) di Delta

Niger, dan Abowei dan George (2009) di sungai Bonny yang mencatat nilai pH

antara 6.68 – 7.03. Fluktuasi nilai pH pada air sungai menurut Siradz et al. (2008)

dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain (i) bahan organik atau limbah organik.

Meningkatnya kemasaman dipengaruhi oleh bahan organik yang membebaskan

CO2

Secara umum pH perairan Kali Surabaya masih berada pada kisaran yang

aman sebagai sumber air baku air minum berdasarkan ambang batas KMA kelas 1

yang mensyaratkan nilai pH antara 6-9. Gambar 15 menampilkan variasi pH

jika mengalami proses penguraian, (ii) bahan anorganik atau limbah

anorganik. Air limbah industri bahan anorganik umumnya mengandung asam

mineral dalam jumlah tinggi sehingga kemasamannya juga tinggi, (iii) basa dan

garam basa dalam air, (iv) hujan asam akibat emisi gas.

Page 4: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

104

perairan Kali Surabaya (profil pH) pada setiap titik pengamatan selama periode

Agustus – Desember 2009.

5,505,705,906,106,306,506,706,907,107,307,507,707,90

Periode Pengamatan

pH

GS 6,99 6,80 6,43 6,98 7,10

JS 6,91 6,83 6,66 7,10 7,01

KP 7,10 7,10 6,68 6,80 7,10

TB 7,10 5,90 6,66 7,50 7,10

TC 7,00 7,20 6,35 7,10 6,90

JJ 7,10 6,90 6,41 7,60 6,90

Agt Sep Okt Nop Des

Ket: GS : Gunungsari JS : Jembatan Sepanjang KP: Karangpilang TB: Tambangan Bambe TC : Tambangan Cangkir JJ : Jembatan Jrebeng

Gambar 15 Profil kualitas air Kali Surabaya (parameter pH).

Untuk melihat profil pH Kali Surabaya antara hulu-tengah-hilir dapat dilihat

hasil pengukuran pH di 9 titik pengamatan mulai Jembatan Canggu (km 40.40)

hingga Dam Jagir/Ngagel (km 0) seperti ditunjukan pada Gambar 16.

6,56

6,12

6,416,35

6,66 6,68 6,66

6,43

6,05

5,90

6,00

6,10

6,20

6,30

6,40

6,50

6,60

6,70

6,80

40,40 35,20 24,10 15,60 12,00 8,25 6,50 2,60 0,00

Jarak upstream (km)

pH

Gambar 16 Profil kualitas air (pH) Kali Surabaya berdasarkan jarak upstream.

Fluktuasi nilai pH pada setiap lokasi pengamatan diduga juga dapat

disebabkan oleh perbedaan waktu dilakukannya pengambilan contoh dan

pengaruh masukkan pencemar industri yang juga bersifat fluktuatif. Rata-rata

Page 5: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

105

nilai pH air Kali Surabaya pada 9 titik pengamatan adalah 6.43 yang berarti

sedikit asam. Industri yang diduga berkontribusi terhadap nilai pH Kali Surabaya

yang sedikit asam adalah adanya lima perusahaan tahu pada km 2.70 hingga km

23.5 yang membuang air limbahnya secara langsung ke Kali Surabaya. Industri

tahu umumnya menggunakan cuka atau asam asetat (CH3COOH) untuk

memadatkan tahu, sehingga menyebabkan kadar pH air limbah rendah dan

bersifat asam. Menurut Adeyemo et al. (2008), masalah utama yang terkait

dengan asidifikasi adalah peningkatan kelarutan beberapa logam, di samping

pengaruhnya terhadap kerusakan daerah pengaliran sungai. Ketika nilai pH

perairan < 4.5, maka kelarutan/konsentrasi logam dalam air akan meningkat. Hal

ini menyebabkan logam di dalam air dapat bersifat racun bagi ikan dan

menjadikan air tidak sesuai lagi untuk peruntukannya.

5.1.3 Konduktivitas

Konduktivitas (DHL) merupakan salah satu parameter yang digunakan

untuk mengetahui kadar elektrolit terlarutkan dalam air. Nilai konduktivitas

dipengaruhi oleh konsentrasi ion, suhu air, dan jumlah padatan terlarut. Pada

suatu perairan, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, nilai

DHL semakin tinggi. Air suling memiliki DHL sekitar 1 μS/cm. Perairan alami

memiliki nilai DHL sekitar 20 – 1500 μS/cm, sedangkan perairan laut memiliki

nilai DHL sangat tinggi karena banyak mengandung garam terlarut. Limbah

industri memiliki nilai DHL mencapai 10 000 μS/cm.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai DHL berbeda antara titik

pengamatan. Nilai rata-rata DHL pada enam titik pengamatan berkisar 462.6 –

530.6 μS/cm, dengan rata-rata keseluruhan 491.47 μS/cm. Nilai rata-rata DHL

tertinggi ditemukan di Tambangan Bambe (530.6 μS/cm) dan terendah di

Jembatan Jrebeng (462.6 μS/cm). Secara keseluruhan nilai DHL Kali Surabaya

berada di bawah KMA kelas 1, yang mensyaratkan nilai DHL maksimum 500

μS/cm, meskipun pada beberapa titik pengamatan nilai DHL melebihi batas KMA

kelas 1. Gambar 17 menampilkan variasi nilai DHL (profil DHL) Kali Surabaya

pada enam stasiun pengamatan.

Page 6: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

106

400

450

500

550

600

650

700

Periode Pengamatan

D H L(uS/cm)

GS 505 485 477 423 487

JS 543 522 478 427 486

KP 532 517 474 443 483

TB 530 590 475 513 545

TC 512 639 457 429 459

JJ 465 473 460 439 476

Agt Sep Okt Nop Des

Ket: GS : Gunungsari JS : Jembatan Sepanjang KP: Karangpilang TB: Tambangan Bambe TC : Tambangan Cangkir JJ : Jembatan Jrebeng

Gambar 17 Profil konduktivitas Kali Surabaya.

Pola perubahan nilai DHL Kali Surabaya antara zona hulu, zona tengah

dan hilir dapat dilihat dari hasil pengukuran DHL tanggal 5 Oktober 2009 mulai

Jembatan Canggu (km 40.40) hingga Dam Jagir (Ngagel, km 0) seperti

ditunjukkan pada Gambar 18.

429

459 460457

473 474478 477

485

420

430

440

450

460

470

480

490

40.4 35.2 24.1 15.6 12 8.25 6.5 2.6 0

Jarak Upstream (km)

D H L(uS/cm)

Gambar 18 Profil kualitas air Kali Surabaya (parameter DHL)

berdasarkan jarak upstream.

Secara umum terdapat kecenderungan peningkatan nilai DHL pada zona

hulu ke hilir dari 429 μS/cm (hulu) menjadi 485 μS/cm (hilir). Hasil penelitian ini

sesuai pendapat Abowei dan George (2009) dan Alam et al. (2007), yang

Page 7: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

107

menyatakan bahwa nilai DHL air sungai meningkat dari hulu ke hilir dan nilai

DHL musim kemarau lebih tinggi daripada musim hujan. Hal ini diduga terkait

dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah dan hilir daerah aliran

sungai yang sejalan dengan makin meningkatnya kepadatan penduduk dan

industri di daerah tersebut. Kondisi tersebut sejalan pendapat Saeni (1989), yang

mengatakan bahwa peningkatkan nilai DHL merupakan akibat kenaikan garam-

garam terlarut (seperti garam natrium, magnesium, klorida, dan sulfat) dan

padatan terlarut yang berasal dari buangan penduduk, limbah industri, limpasan

daerah pertanian, dan masuknya bahan-bahan aerosol ke dalam air.

5.1.4 Total Padatan Tersuspensi (TSS)

Padatan tersuspensi terdiri atas partikel-partikel tersuspensi berupa lumpur

dan pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan

tanah atau erosi yang terbawa ke dalam badan air. Padatan tersuspensi

mengandung bahan organik dan anorganik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai total padatan tersuspensi (TSS) di

perairan Kali Surabaya rata-rata berkisar antara 56.67 – 74.67 mg/l, dengan nilai

rata-rata keseluruhan adalah 65.01 mg/l. Nilai TSS tertinggi ditemukan di

Jembatan Jrebeng (74.67 mg/l) dan terendah di Tambangan Cangkir (56.67 mg/l).

Fakta lain yang teramati adalah pada musim hujan terjadi peningkatan nilai TSS

secara signifikan dari rata-rata 28.25 – 60.48 mg/l pada periode Agustus-

Nopember (musim kemarau) menjadi 153.05 mg/l periode Desember (musim

hujan). Tingginya kadar TSS di Kali Surabaya disebabkan oleh banyaknya

partikel-partikel tersuspensi yang terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-

jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa

ke dalam badan air atau akibat pengendapan dan pembusukan bahan organik yang

bersumber dari limbah pemukiman dan industri. Hal ini sesuai dengan pendapat

Alam et al. (2007) yang menyatakan bahwa peningkatan nilai TSS ini disebabkan

oleh keberadaan lumpur (silt) dan partikel-partikel lempung (clay) yang

meningkat di air sungai. Hasil pengukuran TSS Kali Surabaya ditunjukkan pada

Gambar 19.

Baku mutu air tahun 2001 menetapkan bahwa kadar maksimum TSS yang

diperbolehkan dalam penggunaan air kelas 1 adalah 50 mg/l. Dengan demikian,

secara umum Kali Surabaya tidak layak untuk dimanfaatkan sebagai sumber baku

Page 8: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

108

air minum.

0

2040

6080

100

120140

160180

200

Periode Pengamatan

TSS (mg/l)

GS 65.20 34.00 22.00 45.00 166.35

JS 24.00 20.00 34.00 56.00 163.07

KP 74.00 28.30 36.00 37.00 165.60

TB 68.64 38.00 55.00 38.00 123.53

TC 64.33 19.20 39.00 39.70 121.10

JJ 66.71 30.00 48.00 50.00 178.63

BM-TSS 50 50 50 50 50

Agt Sep Okt Nop Des

Ket: GS : Gunungsari JS : Jembatan Sepanjang KP : Karangpilang TB: Tambangan Bambe TC : Tambangan Cangkir JJ : Jembatan Jrebeng BM-TSS: Baku Mutu TSS

Gambar 19 Sebaran nilai TSS Kali Surabaya.

Masuknya padatan tersuspensi ke dalam perairan dapat menyebabkan

menurunnya laju fotosintesis fitoplankton, sehingga produktivitas primer perairan

menurun, yang pada gilirannya menyebabkan terganggunya keseluruhan rantai

makanan. Menurut Adedokun et al. (2008), padatan tersuspensi yang tinggi akan

mempengaruhi biota di perairan melalui dua cara. Pertama, menghalangi dan

mengurangi penentrasi cahaya ke dalam badan air, sehingga menghambat proses

fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Kondisi ini akan

mengurangi pasokan oksigen terlarut dalam badan air. Kedua, secara langsung

TSS yang tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti ikan karena tersaring

oleh insang.

5.1.5 Kandungan Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter kualitas air kunci yang

menggambarkan kondisi kesegaran air. Menurut Raja et al. (2008), kadar DO

menunjukkan jumlah oksigen terlarut dalam air atau mengindikasikan status

oksigen dalam badan air. Kadar DO dalam perairan alami biasanya kurang dari 10

mg/l. Kandungan DO merupakan hal penting bagi kelangsungan organisme

Page 9: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

109

perairan, sehingga penentuan kadar oksigen terlarut dalam air dapat dijadikan

ukuran untuk menentukan mutu air. Oksigen terlarut merupakan kebutuhan vital

bagi kelangsungan hidup organisme suatu perairan dan dapat menjadi faktor

pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup dalam air. Perairan yang

tercemar bahan organik akan mengalami penurunan kandungan oksigen terlarut

karena oksigen yang tersedia dalam air akan digunakan mikroorganisme untuk

menguraikan bahan pencemar organik. Pencemaran organik yang berlebihan akan

meningkatkan aktivitas mikroorganisme pengurai, sehingga akan menimbulkan

kondisi perairan tanpa oksigen (anoksik). Pada kondisi perairan anoksik,

penguraian bahan organik tetap berlanjut namun terjadi secara anaerobik yang

akan menghasilkan gas berbau busuk, diantaranya gas metan (CH4), amoniak

(NH3) atau hidrogen sulfida (H2S) (Bapedal 2006).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar oksigen terlarut (DO) di

perairan Kali Surabaya pada enam stasiun pengamatan di zona hulu lebih tinggi

dibandingkan zona tengah dan hilir. Nilai DO tertinggi terdapat di Jembatan

Jrebeng (6.0 mg/l), sedangkan nilai DO terendah terdapat di Jembatan Sepanjang

(2.5 mg/l). Nilai DO rata-rata berkisar 3.24 - 5.44 mg/l, dengan nilai rata-rata

keseluruhan 4.06 mg/l. Nilai DO ini lebih baik dibandingkan hasil penelitian

Bapedal (2006) di dua titik pengamatan (Bambe dan Pagesangan) dengan nilai

DO berkisar 0.77 – 1.87 mg/l, PJT I (2008) pada titik pantau Gunungsari, Karang

Pilang dan Ngagel menemukan kadar DO berkisar 2.91 – 3.78 mg/l dan Maulidya

dan Karnaningroem (2010) yang menemukan kadar DO Kali Surabaya segmen

Gunungsari-Jagir sebesar 2 – 5 mg/l. Menurut Akan et al. (2010), standar DO

yang ditentukan untuk keberlanjutan kehidupan organisme perairan adalah 5 mg/l,

di bawah nilai tersebut berdampak negatif terhadap kehidupan organisme perairan.

Jika konsentrasi DO di perairan berada di bawah 2 mg/l menyebabkan kematian

pada kebanyakan ikan. Data kualitas air Kali Surabaya berdasarkan parameter DO

ditunjukkan pada Gambar 20.

Gambar 20 menunjukkan bahwa kadar oksigen terlarut berfluktuasi antara

periode pengamatan. Fluktuasi tersebut diduga akibat proses pencampuran

(mixing) dan pergerakan massa air (turbulence), aktifitas fotosintesis, respirasi

dan pengaruh limbah (effluent) yang masuk ke dalam badan air.

Page 10: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

110

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

4.5

5.0

5.5

6.0

6.5

Periode Pengamatan

Kadar DO(mg/l)

GS 3.2 3.5 3.8 3.0 3.2

JS 3.4 3.2 2.5 3.2 3.9

KP 3.4 3.4 3.8 3.2 4.0

TB 3.6 3.4 3.6 3.9 4.8

TC 4.9 4.8 3.9 5.4 5.5

JJ 5.9 5.9 4.6 4.8 6.0

BM-DO 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0

Agt Sep Okt Nop Des

Ket: GS : Gunungsari JS : Jembatan Sepanjang KP : Karangpilang TB : Tambangan Bambe TC : Tambangan Cangkir JJ : Jembatan Jrebeng BM-DO : Baku Mutu DO

Gambar 20 Kualitas air Kali Surabaya berdasarkan parameter DO.

Secara umum, kadar oksigen terlarut Kali Surabaya tidak memenuhi KMA

kelas 1 yang mensyaratkan kadar DO > 6 mg/l. Kadar DO tersebut memberikan

gambaran bahwa secara umum Kali Surabaya sudah tercemar oleh bahan organik

yang mudah terurai. Hal ini sejalan dengan pendapat Rahayu dan Tontowi (2005)

yang menyatakan bahwa besarnya oksigen terlarut dalam air menunjukkan tingkat

kesegaran air di lokasi tersebut, sehingga apabila kadar oksigen terlarut rendah

maka ada indikasi telah terjadi pencemaran oleh zat organik. Hal ini terjadi karena

semakin banyak zat organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme, semakin

banyak pula oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme. Di samping itu,

menurunnya kadar DO juga disebabkan oleh banyaknya limbah organik yang

berasal dari limbah domestik dan limbah industri terutama di sekitar Kali Tengah.

Profil kadar DO Kali Surabaya pada zona hulu-tengah-hilir ditunjukan pada

Gambar 21 berikut:

Page 11: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

111

6.6

5.5

4.6

3.93.6 3.8

2.5

3.8

2.7

22.5

33.5

44.5

55.5

66.5

7

40.4 35.2 24.1 15.6 12 8.25 6.5 2.6 0

Jarak Upstream (km)

Kadar DO(mg/l)

DO terukur Baku Mutu-DO

Gambar 21 Profil kualitas air Kali Surabaya (parameter DO) pada bulan Oktober berdasarkan jarak upstream. Kadar DO pada zona hulu lebih tinggi daripada zona tengah dan hilir

dengan nilai tertinggi 6.6 mg/l teramati di Canggu (km 40.4) dan terendah 2.5

mg/l di Gunungsari (km 6.5) (Gambar 21). Kecenderungan serupa juga

dilaporkan oleh Hart dan Zabbey (2005) dan Davies et al. (2008). Menurut

Ayoade et al. (2006) dan Siradz et al. (2008), kadar DO yang lebih rendah pada

zona hilir menunjukkan bahwa kondisi sungai pada zona hilir lebih tercemar

terutama oleh bahan organik. Limbah domestik, pertanian, efluen industri dan

sampah yang di buang ke dalam sungai menjadi penyebab utama tingginya

tingkat pencemaran di bagian hilir sungai. Penurunan kadar DO dapat terjadi

karena adanya penambahan beban pencemaran organik dalam jumlah besar, yang

disebabkan oleh buangan limbah cair yang melebihi kemampuan self purifikasi

sungai dan adanya bahan kimia yang dapat teroksidasi oleh oksigen. Selain itu,

peristiwa resuspensi akibat penambahan debit air secara tiba-tiba mengakibatkan

larutan-larutan racun di dasar sungai dapat terangkat dan tersuspensi dalam air

sehingga meningkatkan kekeruhan.

5.1.6 Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)

BOD adalah kebutuhan oksigen untuk mendegradasi bahan organik menjadi

anorganik tidak stabil kemudian menjadi senyawa lebih stabil. Besaran BOD

digunakan sebagai cara untuk mengindikasikan pencemaran organik di perairan.

Semakin banyak bahan organik yang terdapat dalam perairan, maka makin besar

Page 12: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

112

jumlah oksigen yang dibutuhkan, sehingga harga BOD semakin besar yang

mengindikasikan tingginya tingkat pencemaran.

Hasil penelitian memperlihatkan, bahwa nilai BOD antar titik pengamatan

dan periode pengamatan sangat beragam (Gambar 22). Nilai BOD Kali Surabaya

pada enam stasiun pengamatan rata-rata berkisar antara 3.35 - 10.75 mg/l, dengan

nilai rata-rata keseluruhan 4.84 mg/l. Hasil ini sesuai dengan pemantauan BLH

(2008) di tiga titik pantau Kali Surabaya (Kedurus, Gunungsari, dan Wonokromo)

dengan nilai BOD 3.50 – 5.51 mg/l, PJT I (2010) di titik pantau Karang Pilang

dengan nilai BOD 3.33 – 17.75 mg/l, Gunungsari 3.07 – 6.03 mg/l dan Jagir 3.12

– 14.85 mg/l, namun berbeda dengan hasil penelitian Maulidya dan

Karnaningroem (2010) di segmen Gunungsari – Jagir dengan nilai BOD berkisar

11 – 48 mg/l. Keseluruhan nilai rata-rata BOD Kali Surabaya berada di atas

ambang batas KMA kelas 1 yang mensyaratkan nilai BOD maksimum 2 mg/l.

Menurut Siradz et al. (2008), nilai BOD yang tinggi secara langsung

mencerminkan tingginya kegiatan mikroorganisme di dalam air dan secara tidak

langsung memberikan petunjuk tentang kandungan bahan-bahan organik yang

tersuspensikan.

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

Periode Pengamatan

B O D(mg/l)

GS 3.22 2.64 2.79 1.92 6.17

JS 4.95 2.52 3.09 4.22 5.17

KP 3.77 3.21 3.72 3.13 5.81

TB 4.07 35.63 3.15 4.94 5.98

TC 2.75 2.78 3.39 3.21 5.22

JJ 3.13 2.89 2.95 3.62 5.08

BM-BOD 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00

Agt Sep Okt Nop Des

Ket: GS : Gunungsari JS : Jembatan Sepanjang KP : Karangpilang TB : Tambangan Bambe TC : Tambangan Cangkir JJ : Jembatan Jrebeng BM-BOD : Baku Mutu BOD

Gambar 22 Kualitas air Kali Surabaya berdasarkan parameter BOD5.

Page 13: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

113

Secara umum, nilai BOD hasil pengukuran tidak selalu meningkat dari hulu

ke hilir, karena di setiap titik dapat terjadi pemasukan buangan organik ke sungai

dengan konsentrasi BOD dan debit tertentu yang dapat menyebabkan penurunan

atau peningkatan konsentrasi BOD sungai. Hal tersebut diperkuat Abowei &

George (2009) yang menyatakan bahwa nilai BOD secara umum tidak berbeda

secara signifikan antar musim dan antara hulu – hilir. Nilai BOD ekstrem

ditemukan pada pengukuran bulan September 2009 di Stasiun Tambangan Bambe

dengan nilai BOD mencapai 35.63 mg/l.

5.1.7 Kebutuhan Oksigen Kimia

Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) menunjukkan jumlah oksigen total yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan secara kimiawi, baik yang dapat

didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar dibiodegradasi

secara biologis (non-biodegradable). Nilai COD dapat digunakan sebagai ukuran

bagi pencemaran air oleh bahan-bahan organik yang secara alamiah dapat

dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya kadar

DO di dalam air.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kadar COD perairan Kali Surabaya

pada enam titik pengamatan rata-rata berkisar 11.21 – 28.89 mg/l, dengan nilai

rata-rata keseluruhan 16.03 mg/l. Nilai rata-rata COD tertinggi ditemukan di

Tambangan Bambe (28.89 mg/l) dan nilai terendah di Jembatan Jrebeng (11.21

mg/l). Hasil penelitian ini sesuai hasil pemantauan PJT I (2010) periode Januari –

Juni 2010 di titik pantau Karang Pilang dengan nilai COD 12.54 – 52.82 mg/l,

Gunungsari 9.26 – 28.37 mg/l dan Jagir 12.00 – 42.97 mg/l. Perbandingan nilai

rata-rata antara BOD5

Secara keseluruhan, perairan Kali Surabaya ditinjau dari kadar COD tidak

layak sebagai sumber air baku air minum berdasarkan ambang batas KMA kelas 1

dan COD adalah 4.84/16.03 atau 0.30. Menurut Alaerts

dan Santika (1984), hal ini memperlihatkan bahwa di samping terdapat bahan-

bahan pencemar organik yang dapat dibiodegradasi oleh mikroorganisme terdapat

juga bahan-bahan yang tidak dapat dibiodegradasi. Hal tersebut diperkuat

pendapat Raja et al. (2008), yang menyatakan bahwa nilai COD yang lebih tinggi

dari nilai BOD mengindikasikan keberadaan bahan-bahan yang dapat teroksidasi

secara kimia terutama adalah bahan-bahan non-biodegradable.

Page 14: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

114

yang mensyaratkan nilai COD maksimum 10 mg/l. Data hasil pengukuran kadar

COD perairan Kali Surabaya disajikan pada Gambar 23.

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

Periode Pengamatan

C O D(mg/l)

GS 12.30 9.35 9.40 6.55 32.11

JS 16.28 7.54 10.49 13.69 25.21

KP 12.58 11.63 15.51 10.12 22.27

TB 14.63 74.90 10.10 20.06 24.74

TC 10.89 9.36 14.68 11.30 19.20

JJ 9.66 8.78 9.04 10.28 18.31

BM-COD 10 10 10 10 10

Agt Sep Okt Nop Des

Ket: GS : Gunungsari JS : Jembatan Sepanjang KP : Karangpilang TB : Tambangan Bambe TC : Tambangan Cangkir JJ : Jembatan Jrebeng BM-COD : Baku Mutu COD

Gambar 23 Kualitas Kali Surabaya (parameter COD).

Sumber pencemar BOD dan COD di Kali Surabaya yang dominan adalah

limbah domestik dan limbah industri. Kontribusi limbah domestik terhadap

tingginya nilai BOD dan COD Kali Surabaya adalah 59.77% dan 54.11%,

sedangkan sumber BOD sebesar 40.05% dan COD sebesar 45.75% berasal dari

limbah industri. Kontribusi sektor industri terhadap tingginya konsentrasi BOD

dan COD Kali Surabaya terutama berasal dari buangan limbah empat industri

kertas, satu industri MSG, satu industri RPH, dan lima industri tahu.

Di Sepanjang Kali Surabaya setidaknya terdapat lima industri tahu yang

membuang air limbahnya secara langsung ke Kali Surabaya. Kelima industri

tersebut adalah Perusahaan Tahu Kedurus, CV Sidomakmur, Perusahaan Tahu

Purnomo, Perusahaan Tahu Halim, dan Perusahaan Tahu Gunungsari. Kapasitas

produksi masing-masing industri tahu tersebut adalah 4 – 7 ton/hari. Industri tahu

Page 15: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

115

merupakan industri yang banyak menggunakan air dalam proses produksinya baik

sebagai bahan pencuci, pendingin dan bahan baku produksinya. Air yang

digunakan dalam proses produksinya sekitar 25 liter/kg bahan baku kedelai.

Mengingat kedelai sebagai bahan baku tahu mengandung protein (34.9%),

karbohidrat (34.8%), lemak (18,1%) dan bahan-bahan nutrisi lainnya, maka

limbah cair yang dihasilkan dapat mengandung bahan organik yang tinggi.

Akibatnya limbah cair industri tahu merupakan salah satu sumber pencemar BOD

dan COD. Hal tersebut dikuatkan dengan hasil penelitian Nuriswanto (1995) yang

menunjukkan bahwa air limbah industri tahu memiliki angka BOD 1070 - 2600

mg/l, COD 1940 - 4800 mg/l, dan nilai pH 4.5 – 5.7.

Rumah Potong Hewan (RPH) Kedurus merupakan RPH milik Pemerintah

Kota Surabaya. RPH Kedurus yang setiap hari memotong sekitar 50 - 75 ekor

sapi juga membuang langsung limbahnya ke Kali Surabaya. Limbah bekas

pemotongan hewan mengalir melalui parit sepanjang sekitar 30 meter, limbah

tersebut berwarna merah tua dan mengeluarkan bau busuk menyengat. Limbah

RPH mengandung bahan pencemar organik yang tinggi. Hasil pemantauan PJT I

(2009), limbah RPH Kedurus pernah mencapai 12,965 mg/l untuk BOD dan

13,902.6 mg/l untuk COD serta pH 8.01 (basa). Padahal baku mutu BOD dan

COD limbah RPH masing-masing adalah 100 dan 250 mg/l.

5.1.8 Nitrat, Nitrit dan Amonia

Nitrat adalah salah satu bentuk senyawa nitrogen dan nutrien penting bagi

pertumbuhan, reproduksi, dan kehidupan organisme. Menurut Adedokun et al.

(2008), senyawa nitrat terbentuk sebagai produk akhir oksidasi biokimia amonia

yang dihasilkan dari pemecahan protein. Kandungan nitrat dan nitrit dalam air

sungai sangat bergantung pada transpormasi secara mikrobial yang juga

bergantung pada nilai DO. Kontaminasi nitrat pada air permukaan secara

signifikan ditemukan pada daerah dengan tekanan penduduk tinggi dan daerah

pengembangan pertanian (Adedokun et al. 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar nitrat perairan Kali Surabaya

rata-rata berkisar 0.693 – 1.203 mg/l, dengan nilai rata-rata keseluruhan 0.923

mg/l. Nilai rata-rata kadar nitrat tertinggi ditemukan di Jembatan Jrebeng (0.923

mg/l) dan terendah di Tambangan Bambe (0.693 mg/l). Keberadaan nitrat tersebut

diduga berasal dari penggunaan pupuk pada lahan pertanian dekat sungai di

Page 16: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

116

bagian hulu Kali Surabaya. Dugaan tersebut didasarkan atas beberapa laporan

tentang kontaminasi nitrat pada air sungai akibat limbah pertanian, buangan

domestik, dan limbah peternakan seperti yang dilaporkan Alam (1995), Adedokun

et al. (2008), Raja et al. (2008), dan Hassan et al. (2008). Fakta lain yang teramati

adalah nilai rata-rata kadar N-NO3 pada saat terjadi hujan (Desember) lebih tinggi

dibandingkan pada musim kemarau. Pada bulan Desember rata-rata nilai N-NO3

1.31 mg/l, sedangkan pada bulan Agustus – November berkisar 0.68 – 0.94 mg/l.

Kondisi tersebut sesuai hasil penelitian Adeyemo et al. (2008), Hassan et al.

(2008), dan Nwankwoala et al. (2009), yang menyimpulkan bahwa kadar nitrat

pada musim hujan lebih tinggi dari musim kemarau, karena air hujan dapat

membilas deposit nitrat yang terdapat pada permukaan tanah, namun kadar nitrat

juga dapat menurun secara drastis jika terjadi musim hujan berkepanjangan.

Selain itu tingginya kadar nitrat pada musim hujan mungkin juga disebabkan

meningkatnya kadar DO, sebaliknya penurunan kadar nitrat pada musim kemarau

mungkin akibat penyerapan oleh fitoplankton (Hassan et al. 2008). Profil

penyebaran kadar N-NO3

0.000

0.500

1.000

1.500

2.000

2.500

Periode Pengamatan

Kadar N-NO3(mg/l)

GS 0.761 0.978 0.921 0.600 1.503

JS 0.519 1.024 1.075 0.621 1.102

KP 0.659 0.688 0.982 0.508 1.287

TB 0.790 0.029 0.857 0.445 1.342

TC 0.855 0.864 0.919 0.928 1.407

JJ 1.844 1.080 0.876 0.998 1.216

BM-[N-NO3] 10 10 10 10 10

Agt Sep Okt Nop Des

Kali Surabaya pada enam stasiun pengamatan disajikan

pada Gambar 24.

Ket: GS : Gunungsari JS : Jembatan Sepanjang KP : Karangpilang TB : Tambangan Bambe TC : Tambangan Cangkir JJ : Jembatan Jrebeng BM-[N-NO3] : Baku Mutu N-NO3

Gambar 24 Sebaran nilai rata-rata N-NO3 Kali Surabaya.

Page 17: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

117

Secara umum, kadar N-NO3 perairan Kali Surabaya masih berada di bawah

KMA kelas 1 yang mensyaratkan kadar N-NO3 maksimum 10 mg/l. Berdasarkan

kadar N-NO3 Kali Surabaya tidak tercemar oleh senyawa nitrat dan masih layak

sebagai sumber air baku air minum.

Hasil pengukuran kadar nitrit (N-NO2) perairan Kali Surabaya rata-rata

berkisar 0.108 – 0.187 mg/l, dengan nilai rata-rata keseluruhan 0.139 mg/l. Nilai

rata-rata kadar N-NO2 tertinggi ditemukan di Gunungsari (0.187 mg/l) dan

terendah di Jembatan Sepanjang (0.108 mg/l). Gambar 25 memperlihatkan

sebaran nilai rata-rata N-NO2 Kali Surabaya pada enam stasiun pengamatan yang

mewakili bagian hulu, tengah dan hilir Kali Surabaya.

Secara umum, nilai nitrit di perairan Kali Surabaya sudah melampaui

ambang batas baku mutu air kelas 1 yang mensyaratkan kadar nitrit maksimum

0.06 mg/l. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, Kali Surabaya ditinjau

dari parameter N-NO2

0.000

0.050

0.100

0.150

0.200

0.250

0.300

0.350

0.400

0.450

0.500

Periode Pengamatan

Kadar N-NO2(mg/l)

GS 0.116 0.454 0.120 0.084 0.161

JS 0.092 0.133 0.120 0.066 0.130

KP 0.135 0.085 0.120 0.249 0.127

TB 0.116 0.002 0.132 0.358 0.149

TC 0.061 0.073 0.173 0.161 0.111

JJ 0.067 0.147 0.173 0.049 0.210

BM-[N-NO2] 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06

Agt Sep Okt Nop Des

tidak layak digunakan sebagai sumber air baku air minum.

Tingginya kadar nitrit Kali Surabaya diduga berasal dari masukan limbah rumah

tangga dan limbah industri di sepanjang Kali Surabaya terutama industri makanan

dan industri percetakan.

Ket: GS : Gunungsari JS : Jembatan Sepanjang KP : Karangpilang TB : Tambangan Bambe TC : Tambangan Cangkir JJ : Jembatan Jrebeng BM-[N-NO2] : Baku Mutu N-NO2

Gambar 25 Sebaran kadar N-NO2 Kali Surabaya.

Page 18: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

118

Hasil analisis kadar N-NH3 di perairan Kali Surabaya rata-rata berkisar

antara 0.130 – 0.363 mg/l dengan nilai rata-rata keseluruhan 0.216 mg/l. Nilai

rata-rata kadar N-NH3 di temukan di Karang Pilang dan terendah di Jembatan

Jrebeng. Kadar N-NH3 yang lebih besar dari 0.1 mg/l tersebut mengindikasikan

terjadinya pencemaran air dan mengganggu kehidupan ikan dan organisme

akuatik lainnya (www.h2ou.com/h2wtrqual.htm), namun berdasarkan KMA kelas

1 mensyaratkan kadar N-NH3 maksimum 0.5 mg/l maka ditinjau dari parameter

N-NH3 Kali Surabaya masih layak digunakan sebagai sumber air baku air minum.

Hasil analisis kadar N-NH3

0.000

0.100

0.200

0.300

0.400

0.500

0.600

Periode Pengamatan

Kadar N-NH3(mg/l)

GS 0.317 0.248 0.208 0.082 0.164

JS 0.215 0.102 0.182 0.087 0.173

KP 0.492 0.395 0.233 0.460 0.237

TB 0.280 0.152 0.131 0.135 0.196

TC 0.199 0.350 0.246 0.315 0.227

JJ 0.139 0.142 0.097 0.099 0.172

BM-[N-NH3] 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50

Agt Sep Okt Nop Des

diperlihatkan pada Gambar 26.

Ket: GS : Gunungsari JS : Jembatan Sepanjang KP : Karangpilang TB : Tambangan Bambe TC : Tambangan Cangkir JJ : Jembatan Jrebeng BM-[N-NH3] : Baku Mutu N-NH3

Gambar 26 Profil kualitas Kali Surabaya (paramater N-NH3

Amonia bebas (NH

).

3) yang tidak terionisasi bersifat toksik bagi organisme

akuatik. Persentase amonia bebas meningkat dengan meningkatnya pH dan suhu

perairan. Menurut Effendi (2003), toksisitas amonia terhadap organisme akuatik

dipengaruhi oleh pH, kadar oksigen terlarut, dan suhu. Pada pH rendah amonia

akan bersifat racun jika jumlahnya banyak, sedangkan pada kondisi pH tinggi

amonia akan bersifat racun meskipun kadarnya rendah. Ketika kadar N-NH3

mencapai 0.06 mg/l, ikan akan mengalami kerusakan insang dan pada kadar 0.2

mg/l, ikan yang sensitif seperti beberapa jenis ikan air tawar dan ikan salmon

Page 19: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

119

mulai mati, bahkan jika kadar N-NH3 mendekati 2.0 mg/l beberapa jenis ikan

yang toleran (seperti ikan gurame) mulai mati ((www.h2ou.com/h2wtrqual.htm).

5.1.9 Kadar Fosfat

Posfat merupakan anion yang tidak diinginkan dalam air, karena

keberadaannya menjadi faktor pembatas eutrofikasi dan menimbulkan efek

negatif bagi kehidupan akuatik. Menurut Adeyemo et al. (2003), kandungan

fosfat dan nitrat yang tinggi dalam perairan dapat menyebabkan eutrofokasi yakni

meningkatkan pertumbuhan alga dan menurunkan kandungan oksigen terlarut

dalam air. Senyawa fosfat di perairan dapat berasal dari sumber alami (seperti

erosi tanah, buangan dari hewan, dan lapukan tumbuhan) dan dari limbah industri,

limbah pertanian, dan limbah domestik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar fosfat (P-PO4) di perairan Kali

Surabaya rata-rata berkisar 0.140 – 0.202 mg/l, dengan nilai rata-rata keseluruhan

0.165 mg/l. Nilai rata-rata kadar P-PO4

0.000

0.050

0.100

0.150

0.200

0.250

0.300

Periode Pengamatan

Kadar P-PO4(mg/l)

GS 0.131 0.201 0.192 0.108 0.211

JS 0.065 0.191 0.209 0.084 0.260

KP 0.192 0.189 0.175 0.213 0.240

TB 0.065 0.187 0.202 0.116 0.163

TC 0.166 0.179 0.176 0.083 0.261

JJ 0.098 0.176 0.123 0.113 0.192

BM-[P-PO4] 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20

Agt Sep Okt Nop Des

ditemukan di Karang Pilang (0.202 mg/l)

dan terendah di Jembatan Jrebeng (0.140 mg/l). Hasil analisis kadar fosfat di

perairan Kali Surabaya pada enam stasiun pengamatan disajikan pada Gambar 27.

Ket: GS : Gunungsari JS : Jembatan Sepanjang KP : Karangpilang TB : Tambangan Bambe TC : Tambangan Cangkir JJ : Jembatan Jrebeng BM-[P-PO4] : Baku Mutu P-PO4

Gambar 27 Sebaran kadar P-PO4

Berdasarkan KMA kelas 1 yang mempersyaratkan kadar P-PO

perairan Kali Surabaya.

4 maksimum

0.2 mg/l, maka dapat disimpulkan bahwa dari 6 stasiun pengamatan Kali

Page 20: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

120

Surabaya hanya Stasiun Karang Pilang yang tidak memenuhi baku mutu.

Keberadaan fosfat di Kali Surabaya diduga bersumber dari limbah domestik

(terutama kotoran manusia dan deterjen) dan limbah industri terutama industri

makanan dan minuman, industri percetakan, industri plastik, dan industri deterjen

Wing Surya serta limbah pertanian. Hal ini sesuai dengan pendapat Alaerts dan

Santika (1984), yang menyatakan bahwa sumber senyawa fosfat dapat berasal

dari limbah penduduk, industri dan pertanian. Di daerah pertanian (hulu Kali

Surabaya) senyawa fosfat berasal dari bahan pupuk, yang masuk ke dalam sungai

melalui saluran pembuangan dan aliran air hujan. Fosfat dapat memasuki sungai

melalui air buangan penduduk dan industri yang menggunakan bahan deterjen

yang mengandung fosfat. Pendapat tersebut diperkuat Adedokun et al. (2008),

yang menyatakan bahwa keberadaan ion posfat dalam air sungai disebabkan oleh

pelepasan limbah pertanian ke dalam sungai dan atau penggunaan aditif posfat

dalam formulasi deterjen (Na5P3O10

Hasil penelitian kandungan logam berat Hg, Pb, dan Cd di perairan Kali

Surabaya memperlihatkan, bahwa kandungan logam berat terutama Pb dan Cd

tidak selalu terdeteksi pada setiap titik pengamatan (Tabel 28). Untuk Hg, dari

tiga kali pengukuran pada enam titik pengamatan, sebanyak 16 (89%) contoh

mengandung Hg dengan kadar yang bervariasi dan 83% sampel diantaranya

mengandung Hg dengan kadar yang melebihi KMA kelas 1 yang mensyaratkan

kadar Hg maksimum 0.001 mg/l. Tingkat pencemaran merkuri cukup tinggi

ditemukan pada zona tengah (Tambangan Bambe) dan zona hulu (Tambangan

) yang masuk ke dalam badan air melalui

produksi limbah cair industri, domestik/perkotaan dan atau dari industri pakaian

dan pencelupan warna.

5.1.10 Logam Merkuri, Timbal, dan Kadmium

Logam merkuri (Hg), timbal (Pb), dan kadmium (Cd) merupakan kelompok

logam berat yang tidak dapat didegradasi oleh tubuh, bersifat toksis walaupun

pada konsentrasi rendah, dan keberadaannya dalam lingkungan perairan telah

menjadi permasalahan lingkungan hidup. Logam berat menjadi berbahaya

disebabkan sistem bioakumulasi, yakni peningkatan konsentrasi unsur logam

tersebut dalam tubuh makluk hidup mengikuti tingkatan dalam rantai makanan.

Akumulasi konsentrasi logam berat di alam mengakibatkan konsentrasi logam

berat di tubuh manusia menjadi tinggi, karena jumlah logam berat yang

terakumulasi lebih cepat dibandingkan dengan jumlah yang terekresi/terdegradasi.

Page 21: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

121

Cangkir), konsentrasi rata-rata merkuri masing-masing mencapai 0.0212 mg/l

atau 21.2 kali lipat dan 0.0159 mg/l atau 15.9 kali lipat dari KMA kelas 1,

sedangkan nilai rata-rata kadar Hg keseluruhan adalah 0.0092 mg/l. Dengan

demikian, secara umum Kali Surabaya tercemar merkuri hingga 9.2 kali lipat dari

standar peruntukan air kelas 1 sebagai bahan baku air minum. Kualitas air Kali

Surabaya berdasarkan rerata kadar Hg, Pb, dan Cd pada enam titik pengamatan

ditunjukkan pada Gambar 28.

Tabel 28 Konsentrasi Hg, Pb, dan Cd perairan Kali Surabaya

No.

Lokasi

Tanggal

Konsentrasi (mg/l) Hg Pb Cd

1 Gunungsari 12/09/2009 0.0014 0.0504 tt 05/10/2009 0.0046 0.0774 tt 24/11/2009 0.0028 0.0306 tt 0.0029* 0.0528* tt* 2 Sepanjang 12/09/2009 0.0002 0.0180 tt 05/10/2009 0.0143 0.0153 tt 24/11/2009 0.0028 tt tt 0.0058* 0.0111* tt* 3 K. Pilang 12/09/2009 0.0045 0.0221 tt 05/10/2009 0.0089 0.0114 0.0102 24/11/2009 0.0103 tt tt 0.0079* 0.0112* 0.0034* 4 T. Bambe 12/09/2009 0.0014 tt tt 05/10/2009 0.0390 tt tt 24/11/2009 0.0233 0.0103 tt 0.0212* 0.0034* tt* 5 T. Cangkir 12/09/2009 0.0206 tt 0.0107 05/10/2009 0.0133 tt 0.0168 24/11/2009 0.0138 tt tt 0.0159* tt* 0.0092* 6 J. Jrebeng 12/09/2009 tt tt 0.0160

05/10/2009 0.0040 tt tt 24/11/2009 tt tt tt 0.0013* tt* 0.0053* Rerata Total 0.0092 0.0131 0.0030 Baku Mutu 0.001 0.03 0,01

Ket.: *= rerata, tt = tidak terdeteksi, LOD Hg 0.002 µg/l, Pb = 0.0010 mg/l, Cd = 0.0018 mg/l.

Konsentrasi rata-rata Hg yang terukur dalam badan air Kali Surabaya

berada di bawah nilai rata-rata Hg dalam sedimen, hasil penelitian Amtasi (2010)

menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi Hg di sedimen Kali Surabaya adalah

0.190 mg/l atau 190 kali lipat dari KMA kelas 1. Kelarutan Hg dalam air

dipengaruhi oleh pH, pada pH tinggi kelarutan Hg rendah sehingga konsentrasi

Hg dalam badan air yang terukur menjadi rendah. Hal tersebut sesuai pendapat

Pikir (1991) dan Palar (2004) yang menyatakan bahwa, kenaikan pH menurunkan

Page 22: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

122

kelarutan logam dalam air, karena kenaikan pH mengubah kestabilan dari bentuk

karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel pada badan

air, sehingga akan mengendap membentuk lumpur. Kondisi ini menyebabkan

kandungan logam berat dalam sedimen jauh lebih tinggi dibandingkan dalam

badan air.

0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

Stasiun Pengamatan

Kadar Rerata(mg/l)

Hg 0.0029 0.0058 0.0079 0.0212 0.0159 0.0013

Pb 0.0528 0.0111 0.0112 0.0034 0 0

Cd 0 0 0.0034 0 0.016 0.0053

GS JS KP TB TC JJ

Gambar 28 Rerata kadar Hg, Pb, dan Cd di beberapa lokasi Kali Surabaya.

Tingginya kadar merkuri di Kali Surabaya, diduga bersumber dari limbah

penyemakan kulit, industri kertas, dan industri logam di sepanjang Kali Surabaya.

Industri penyamakan kulit (terdapat di km 18.55) mengeluarkan limbah cair yang

umumnya mengandung merkuri dalam bentuk senyawa HgCl2 atau Hg(CN)2.

HgCl2 adalah garam yang paling mudah larut dan juga digunakan pada pelapisan

logam dan pembersih hama. Hg(CN)2 banyak digunakan pada industri kimia.

Industri pulp dan kertas (terdapat di km 11.40, km 13.20, km 19.80 dan km 24.20)

diduga sebagai penyumbang logam ini. Selain dua jenis garam merkuri di atas,

jenis lain dari garam merkuri juga biasa digunakan sebagai fungisida untuk

membunuh jamur di dalam pulp, kertas, cat dan industri-industri pertanian.

Menurut Fardiaz (1992), senyawa Fenil merkuri asetat (FMA) merupakan

komponen organomerkuri terpenting secara komersial yang banyak digunakan

oleh industri pulp dan kertas untuk mencegah pembentukan lendir pada pulp

kertas yang masih basah selama pengolahan dan penyimpanan. Pada industri-

industri pertanian, komponen organomerkuri digunakan sebagai pelapis benih

untuk mencegah pertumbuhan kapang, sedangkan pada industri kimia terutama

Page 23: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

123

industri klor-alkali yang banyak memproduksi klorin dan soda kaustik (NaOH)

dan industri plastik yang banyak menggunakan vinil klorida, logam merkuri

digunakan sebagai katalis atau katoda dalam sel elektrolisis.

Industri logam di sapanjang Kali Surabaya yang berlokasi di km 11.60, km

11.90, dan km 17.10 juga berpotensi sebagai sumber pencemar Hg. Hal tersebut

didukung hasil penelitian Sudarmaji dan Yudhastuti (2005), yang menyatakan

bahwa di sepanjang Kali Brantas, Kali Surabaya, dan Kali Mas terdapat 19

industri dengan cemaran limbah berupa logam berat (Hg, Cu, Fe, Cr, Mn, Pb, Cd,

Zn, dan Ni) dan terdapat 15 industri yang limbahnya mengandung Hg. Jenis

industri di maksud adalah industri kertas, industri penyamakan kulit, industri

kimia, dan industri logam.

Nilai kandungan logam berat Pb di badan air Kali Surabaya memiliki variasi

yang cukup tinggi, namun secara umum masih memenuhi KMA kelas 1 yang

mensyaratkan nilai maksimum 0.03 mg/l. Rata-rata konsentrasi Pb berkisar tt –

0.0528 mg/l, dengan rata-rata keseluruhan 0.0131 mg/l. Konsentrasi Pb tertinggi

ditemukan di Gunungsari dengan konsentrasi 0.0774 mg/l atau 2.56 kali lipat nilai

baku mutu, sedangkan pada Stasiun Jrebeng dan Cangkir keberadaan Pb tidak

terdeteksi. Nilai ini masih berada di bawah KMA kelas 1 yang mensyaratkan nilai

maksimum 0.03 mg/l. Tingginya konsentrasi Pb di Stasiun Gunungsari diduga

bersumber dari limbah industri keramik dan tegel serta industri logam yang

banyak terdapat di daerah Sepanjang dan Karangpilang yang merupakan bagian

hulu Dam Gunung Sari. Industri tersebut banyak menggunakan logam timbal

sebagai campuran pada pembuatan pelapis keramik yang disebut glaze. Glaze

adalah lapisan tipis gelas yang menyerap ke dalam permukaan tanah liat yang

digunakan untuk membuat keramik. Komponen timbal yaitu PbO ditambahkan ke

dalam glaze untuk membentuk sifat mengkilap yang tidak dapat dibentuk dengan

oksida lainnya. Industri keramik dan tegel yang cukup besar di daerah tersebut

adalah PT IKI Mutiara, Perusahaan Tegel LTS, PT Asia Victory, dan CV Bangun.

Industri logam seperti PT. Spindo, PT. Timur Megah Steel, PT. Kedawung

Setia, PT. Surabaya Wire dan PT. WIM Cycle yang berada di bagian hulu Kali

Surabaya, selain menggunakan bahan-bahan kimia seperti larutan basa ataupun

larutan asam, juga menggunakan bahan kimia mengandung logam-logam berat

dan sedikit mengandung bahan-bahan organik. Jenis logam berat yang umumnya

digunakan dalam bentuk garamnya adalah kromium, timbal, dan merkuri. Bahkan

Page 24: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

124

pada pelapisan logam selain garam-garam logam berat juga menggunakan garam-

garam tembaga dan komponen sianida. Senyawa-senyawa tersebut dapat

mencemari lingkungan dan mengumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap

tinggal dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi (Fardiaz 1992).

Hal tersebut diperkuat hasil identifikasi Sudarmaji dan Yudhastuti (2005), yang

menyatakan bahwa cemaran Pb di Kali Brantas, Kali Surabaya, dan Kali Mas

bersumber dari industri kimia, industri kertas, industri keramik, industri logam,

dan industri sepeda.

Hasil analisis konsentrasi Cd pada enam titik pengamatan pada tiga kali

sampling menunjukkan bahwa keberadaan Cd terutama pada bagian tengah dan

hilir tidak terdeteksi. Konsentrasi kadmium tertinggi ditemukan di Tambangan

Cangkir yaitu sebesar 0.0168 mg/l atau 1.68 kali nilai baku mutu air kelas 1.

Konsentrasi Cd rata-rata yang ditemukan adalah 0.0030 mg/l. Dengan demikian,

ditinjau dari konsentrasi logam Cd Kali Surabaya memenuhi baku mutu air kelas

1 yang mensyaratkan konsentrasi Cd maksimum 0.01 mg/l.

5.2 Beban Pencemaran dan Tingkat Pencemaran Kali Surabaya

Beban pencemaran menggambarkan jumlah suatu unsur pencemar yang

terkandung dalam air atau air limbah. Sumber pencemar air Kali Surabaya adalah

air limbah industri, air limbah rumah tangga, dan air limbah lainnya. Pencemar

tersebut masuk ke Kali Surabaya melalui beberapa cara pengalirannya. Aliran

masuk ini dapat berupa point source atau aliran dengan saluran pada titik tertentu,

seperti saluran drainase atau irigasi, anak sungai, dan outlet limbah industri.

Sumber pencemar juga bisa berupa non point source atau aliran masuk yang tidak

berupa saluran tertentu dan merata di sepanjang sungai sehingga debitnya sulit

diukur. Data sumber pencemar point source yang telah dikumpulkan adalah data

debit dan data kualitas limbah.

5.2.1 Beban Pencemar dari Limbah Domestik

Sumber pencemar Kali Surabaya dari limbah domestik berasal dari sanitasi

masyarakat yang tinggal di sepanjang Kali Surabaya, sampah, detergen dan bahan

buangan non-industri lainnya. Besarnya potensi beban pencemar dari sumber

domestik dapat diperkirakan dengan cara mengalikan emisi BOD atau COD

dengan jumlah penduduk. Emisi BOD atau COD adalah besarnya BOD atau COD

Page 25: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

125

yang dihasilkan per orang setiap hari. Pada penelitian ini, perhitungan beban

pencemaran dari limbah domestik yang dibuang ke Kali Surabaya, didasarkan

atas hasil kuesioner pembuangan air limbah rumah tangga di sepanjang sisi kiri-

kanan Kali Surabaya dan jumlah penduduk yang bertempat tinggal dalam zona

lebih kurang 500 meter dari Kali Surabaya.

Berdasarkan data BPS (2008, 2009), data Dinas PU Pengairan Jatim dan

Perum Jasa Tirta I (2009), diketahui bahwa jumlah penduduk yang tinggal dalam

zona lebih kurang 500 meter dari Kali Surabaya adalah 134,124 jiwa. Hasil

kuesioner terhadap 200 responden yang tinggal di stren Kali Surabaya diperoleh

data yang dapat dipakai dalam perhitungan beban limbah domestik, yaitu

pembuangan air limbah, bekas masak, mandi dan cuci yang disalurkan ke Kali

Surabaya/anak sungainya sebanyak 32.50% (65 responden). Dengan demikian,

persentase pembuangan limbah domestik ke Kali Surabaya yang dipakai untuk

perhitungan adalah 32.50% dari jumlah penduduk di stren Kali Surabaya yaitu

43,590 jiwa. Data pemakaian jumlah air rata-rata menggunakan nilai rata-rata

pemakaian air bersih berdasarkan hasil survei Direktorat Pengembangan Air

Minum, Ditjen Cipta Karya tahun 2006, yaitu 144 liter/orang/hari, sedangkan

jumlah air buangan adalah 80% pemakaian air atau 115.2 liter/orang/hari,

sehingga total debit air buangan penduduk di stren Kali Surabaya adalah 5,021.68

m3/hari. Data jumlah penduduk dan volume pembuangan limbah domestik ke Kali

Surabaya disajikan pada Lampiran 1.

UNEP (1989) mengasumsikan bahwa secara teoritis beban BOD domestik

adalah 25-70 g/orang/hari. Menurut Harnanto dan Hidayat (2003), estimasi beban

pencemaran akibat limbah domestik dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah

penduduk dengan faktor konversi, di mana untuk daerah perkotaan beban BOD

adalah 46 gram BOD/orang/hari, sedangkan untuk daerah perdesaan 35 gram

BOD/orang/hari, sedangkan menurut Salim (2002), beban pencemaran domestik

untuk setiap orang di Indonesia diperkirakan akan mengeluarkan COD sebesar 57

g/orang/hari. Berdasarkan beban BOD dan COD tersebut maka, konsentrasi BOD

adalah 46/115.2 gram/liter atau 399.31 mg/l, sedangkan konsentrasi COD adalah

494.79 mg/l. Dengan demikian, beban pencemaran perairan Kali Surabaya

bersumber limbah domestik (pemukiman) di bantaran Kali Surabaya untuk

parameter pencemar BOD dan COD adalah :

Page 26: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

126

Beban BOD = 43 590 orang x 46 g/orang/hari

= 2 005 140 g/hari ≈2,005.140 kg/hari

Beban COD = 43 590 orang x 57 g/orang/hari

= 2 484 630 g/hari ≈ 2,484.630 kg/hari

Berdasarkan KepMen Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003, baku mutu

air limbah domestik sebagai ukuran batas atau jumlah unsur pencemar yang

ditenggang keberadaannya dalam air limbah domestik yang akan dibuang atau

dilepas ke air permukaan mencakup parameter pH, BOD, TSS, dan minyak dan

lemak. Tabel 29 menunjukkan baku mutu limbah domestik.

Tabel 29 Baku mutu limbah domestik

Parameter Satuan Baku Mutu

pH BOD TSS

Minyak dan lemak

- mg/l mg/l mg/l

6 – 9 100 100 10

Sumber: KepMen LH No. 112, 2003.

Beban limbah domestik yang masuk ke Kali Surabaya selain bersumber

dari limbah penduduk pada zona 500 meter pada sisi kiri-kanan Kali Surabaya

juga bersumber dari tujuh saluran/drainase mulai Wonokromo hingga Pagesangan

serta buangan limbah domestik melalui anak Kali Surabaya. Nilai parameter

pencemar BOD, COD, TSS dan besarnya beban pencemaran limbah domestik

yang bersumber dari drainase ditunjukkan pada Tabel 30 dan Tabel 31.

Tabel 30 Kadar BOD, COD dan TSS pada saluran limbah domestik dan anak sungai

No. Nama Lokasi (KM)

Debit (m3

Kadar (mg/l) /hari) BOD COD TSS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Saluran Pagesangan Saluran Jambangan Saluran Karah Saluran Pakuwon Saluran Gunungsari Saluran Ketintang Saluran Pulo W. Kali Kedungsumur Kali Marmoyo Kali Kedurus Kali Banjaran

6.70 4.50 3.60 3.20 2.80 2.45 0.80 40.8 36.8 2.5

21.6

43,200 43,200 43,200 86,400 43,200 1,209.6

259.2 199,843.2 831,945.6 41,644.8 9,244.8

4.4 5.1

24.9 79.9 49.1 71.1

253.1 5.9

22.25 16.1 14.9

11.0 14.3 63.7

139.2 92.1

115.3 615.7 10.5

54.14 40.4 30.7

9.0 44.0 6.0

78.5 183.0 32.0

686.0 17.0

167.11 31.0 52.0

Page 27: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

127

Tabel 31 Beban BOD, COD dan TSS pada saluran limbah domestik

No Nama Beban (kg/hari) BOD COD TSS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Saluran Pagesangan Saluran Jambangan Saluran Karah Saluran Pakuwon Saluran Gunungsari Saluran Ketintang Saluran Pulo W. Kali Kedungsumur Kali Marmoyo Kali Kedurus Kali Banjaran

190.08 220.32

1,075.68 6,903.36 2,121.12

86.00 65.60

1,179.07 18 510.79

670.48 137.75

475.20 617.76

2,751.84 1,2026.9 3,978.72

139.47 159.59

2,098.35 45,041.53 1,682.45

283.81

388.80 1,900.80

259.2 6,782.4 7,905.6

38.71 177.81

3,397.33 139,026.43

1,290.99 480.73

Total 31,160.25 69,255.62 161,648.26

5.2.2 Beban Pencemar dari Limbah Hotel

Limbah domestik yang berasal dari aktivitas pariwisata/hotel merupakan

bagian dari keseluruhan beban pencemaran yang masuk ke dalam sistem Kali

Surabaya. Jumlah hotel yang terdapat di kota Surabaya sebanyak 141 unit yang

terdiri atas 29 unit hotel berbintang dan 112 unit hotel melati. Sebagian besar

hotel berlokasi di pusat Kota Surabaya sehingga tidak membuang limbah ke Kali

Surabaya, namun membuang limbahnya pada Kali Mas. Berdasarkan data BLH

Kota Surabaya (2009) dan PJT-I (2009), jumlah hotel yang sudah memiliki dan

mengoperasikan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) sebanyak 18 buah atau

12.77%. Jumlah hotel yang membuang limbah secara langsung ke Kali Surabaya

1 buah, yaitu hotel Singgasana dengan debit rata-rata air limbah sebesar 37.65

m3/hari. Hotel Singgasana terletak dekat Kali Surabaya tepatnya di sisi kanan

Dam Gunungsari dari arah Ngagel. Hotel Singgasana termasuk hotel bintang 4

dengan jumlah kamar 124 dan karyawan sebanyak 30 orang. Rata-rata jumlah

pengunjung 43,321 orang/tahun (Dinas Pariwisata Kota Surabaya 2009). Hasil

pemantauan PJT-I terhadap air limbah Hotel Singgasana terhadap parameter BOD,

COD, dan TSS ketiganya masih memenuhi baku mutu. Kadar BOD 4.00 mg/l,

COD 20.44 mg/l dan TSS 48.00 mg/l, sedangkan baku mutu untuk ketiga

parameter tersebut masing-masing adalah 50, 80, dan 80 mg/l. Besarnya beban

pencemaran yang bersumber dari limbah hotel ditunjukkan pada Tabel 32.

Page 28: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

128

Tabel 32 Beban pencemaran Kali Surabaya bersumber dari limbah hotel

Parameter Debit Limbah (m3

Kadar (mg/l) /hari)

Beban (kg/hari)

BOD COD TSS

37.65 37.65 37.65

4.00 20.44 48.00

0.151 0.769 1.807

Beban pencemar BOD, COD, dan TSS dari hotel Singgasana yang masuk

ke Kali Surabaya tergolong rendah karena selain parameter pencemar masih

memenuhi baku mutu, debit buangan limbah juga kecil. Kondisi berbeda terjadi

sebelum September 2009, di mana IPAL tidak difungsikan secara maksimal

sehingga air limbahnya mengandung BOD dan COD mencapai 133.1 dan 308.7

mg/l (PJT-I 2009). Saat ini, hotel Singgasana masih berada dalam pengawasan

BLH Jatim dan Tim Sidak Kali Surabaya dan diwajibkan memiliki ijin

pembuangan limbah cair (IPLC) serta melakukan uji kualitas air limbah secara

rutin setiap tiga bulan ke laboratorium yang ditunjuk Gubernur.

5.2.3 Beban Pencemar dari Limbah Industri

Banyaknya industri yang berdiri di sepanjang bantaran Kali Surabaya akan

meningkatkan kualitas dan kuantitas limbah industri yang masuk ke badan air

Kali Surabaya, yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas air sungai tersebut.

Di sepanjang Kali Surabaya terdapat sekitar 36 industri yang saluran pembuangan

limbah cairnya menuju Kali Surabaya. Selain itu juga terdapat industri-industri

yang letaknya di luar wilayah Kota Surabaya yang membuang limbahnya ke Kali

Tengah (± 34 industri) yang akhirnya bermuara ke Kali Surabaya. Penyebaran

industri pada daerah aliran sungai Kali Surabaya terutama sekali berlokasi di

Driyorejo dan Karang Pilang. Jenis industri yang ada terutama adalah industri

pulp dan kertas, industri makanan dan minuman, industri MSG, industri tekstil,

industri minyak dan deterjen, dan industri kimia dan metalurgi. Daftar industri di

Daerah Pengaliran Kali Surabaya disajikan pada Lampiran 3.

Besarnya debit limbah dan kualitas air limbah industri sangat bervariasi

untuk tiap jenis industri. Data debit limbah dan parameter pencemar air limbah

industri di DPS Kali Surabaya disajikan pada Lampiran 4, sedangkan besarnya

beban pencemaran yang bersumber dari limbah industri di DPS Kali Surabaya

disajikan pada Lampiran 5.

Page 29: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

129

Beban pencemar Kali Surabaya selain bersumber dari industri yang

membuang limbahnya langsung ke Kali Surabaya juga bersumber dari buangan

industri melalui Anak Sungai (Kali Tengah dan Kali Perning) dan saluran

pembuangan Waru Gunung. Terdapat 26 industri yang membuang air limbahnya

ke Kali Tengah yang merupakan anak Kali Surabaya. Industri tersebut adalah: PT.

Multipack Unggul (kertas karton), PT. Samator (aneka gas), PT. Wim Cycle

(sepeda), PT. Keramik Diamond Indah (keramik), PT. Surabaya Acetylene (gas),

PT. Air Mas Murni (bahan baku sabun), PT. Platinum Ceramic (keramik), PT.

Malindo Feedmill (industri makanan ternak), PT. Adyabuana Persada (keramik

lantai), PT. Ever Industry Textil Mills (tekstil), PT. Atlantic Ocean Paint (industri

cat), PT. Sinar Berlian Chemindo (industri kimia), PT. Surya Plastindo (industri

plastik), PT. Unimos (biscuit), PT. Agrindo (mesin pertanian), PT. Sura Indah

Wood (kayu lapis), PT. Tri Ratna (mesin diesel), PT. Golden Great Wall

(makanan beku), PT. Bumisaka Steelindo (kawat), PT. Wira Logam (mur & baut),

PT. Fendi Mungil (meubel rotan), PT. Indotama Megah Indah (karet), PT. Silikon

Utama (stiker), PT. Forgindo Prima Steel (mur & baut), PT. Forindo Pandutama

(tekstil), dan PT. Indopicri Co (sabun).

Banyaknya industri yang membuang limbah ke Kali Tengah menyebabkan

beban pencemaran Kali Surabaya meningkat. Hasil pengukuran in situ terhadap

contoh air Kali Tengah (Oktober 2009), menunjukkan bahwa nilai pH 6.27

(bersifat asam), DO 1.2 mg/l, DHL 1405 µS, dan suhu 30.7 o

No

C, sedangkan hasil

analisis laboratorium untuk parameter BOD, COD, dan TSS masing-masing

adalah 45.88, 136.67, dan 96.01 mg/l. Tabel 33 dan 34 menunjukkan kadar BOD,

COD, TSS dan beban pencemaran yang bersumber dari anak sungai dan saluran

limbah industri.

Tabel 33 Kadar BOD, COD, dan TSS saluran limbah industri melalui anak sungai dan saluran Waru Gunung

Nama Anak Sungai/Saluran

Lokasi (km)

Debit Air (m3

Kadar Rata-rata (mg/l) /detik) BOD COD TSS

1

2

3

Saluran W. Gunung

Kali Tengah

Kali Perning

9.70

11.9

36.3

0.031

0.793

0.090

55.1

45.88

241.1

143.1

136.67

528.1

420.0

96.01

166.0

Page 30: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

130

Tabel 34 Beban pencemar dari buangan industri melalui anak sungai dan saluran pembuangan

No Nama Anak Sungai Debit Air (m3

Beban Pencemar (kg/hari) /detik) BOD COD TSS

1

2

3

Saluran W. Gunung

Kali Tengah

Kali Perning

0.031

0.793

0.090

147.58

3,143.48

1,874.79

383.28

9,363.97

4,106.50

1,124.93

6,578.14

1,290.82

Jumlah 5,165.85 13,853.75 8,993.89

5.2.4 Beban Pencemar dari Limbah Pertanian

Selain dari industri, kegiatan pertanian juga berpotensi mencemari air

terutama air sungai. Limbah pertanian biasanya terdiri atas bahan padat bekas

tanaman yang bersifat organis, bahan pemberantas hama dan penyakit (pestisida),

bahan pupuk yang mengandung nitrogen (N), fosfor (P), sulfur (S), dan mineral

lainnya. Limbah kegiatan pertanian dapat berupa insektisida, pupuk kandang,

pupuk urea, pupuk trisuper fosfat, pupuk ZA, dan lain-lain. Pupuk dan insektisida

tersebut dapat terbawa air irigasi dan masuk kembali ke sungai. Penggunaan

pupuk kimia dan pestisida dapat menyebabkan eutrofikasi lingkungan perairan.

Lahan pertanian di DPS Kali Surabaya terdapat di bagian hulu Kali Surabaya

dengan luas lahan 1015 ha. Daerah yang berpotensi menjadi sumber pencemaran

limbah pertanian adalah Kramat Temenggung dan Wonoayu. Data debit saluran

pertanian dan parameter pencemar serta beban pencemaran yang bersumber dari

limbah pertanian ditunjukkan pada Tabel 35 dan 36.

Tabel 35 Debit dan parameter pencemar dua saluran limbah pertanian

No Nama Saluran

Lokasi (KM)

Debit (m3

Kadar (mg/l) /hari) BOD COD TSS N-NO P-PO3 4

1 2

Kramat T. Wonoayu

39.30 37.10

29,894.4 1,382.4

3.2 3.2

5.9 10.1

21.5 13.0

0.330 0.193

0.233 0.289

Tabel 36 Beban pencemaran dari limbah pertanian

No Nama Beban (kg/hari) BOD COD TSS N-NO P-PO3 4

1 2

Saluran Kramat T. Saluran Wonoayu

95.66 4.42

176.37 13.96

642.73 17.97

9.86 0.27

6.96 0.40

Total 101.08 190.33 660.70 10.13 7.36

Page 31: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

131

Secara keseluruhan besarnya beban pencemaran Kali Surabaya bersumber

dari limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian dirangkum menjadi

tiga kelompok sesuai Tabel 37.

Tabel 37 Resume beban pencemaran Kali Surabaya No Sumber Pencemar Beban Pencemaran (kg/hari)

BOD COD TSS

1

2

3

Limbah Domestik

Limbah Industri

Limbah Pertanian

33,165.54

22,222.25

101.08

71,741.02

60,645.03

190.33

161,650.07

38,823.35

660.70

Total 55,488.87 132,576.38 201,134.12

Berdasarkan Tabel 37, terlihat bahwa limbah domestik memberikan

kontribusi beban pencemar terbesar dibandingkan sumber pencemar lain. Pada

parameter BOD kontribusi limbah domestik mencapai 59.77%, limbah industri

40.05%, dan limbah pertanian 0.18%. Beban pencemar COD Kali Surabaya

sebesar 54.11% bersumber dari limbah domestik, 45.74% (industri), dan 0.15%

(pertanian). Sementara, ditinjau dari pencemar TSS beban pencemaran Kali

Surabaya 80.37% disebabkan limbah domestik, 19.30% oleh limbah industri, dan

0.33% akibat limbah pertanian.

Limbah domestik yang dihasilkan dari rumah tangga cenderung tidak

dikelola dengan baik akibatnya beban pencemaran air Kali Surabaya oleh limbah

domestik menjadi tinggi. Hal sama juga terjadi di Jakarta dan Bandung.

Berdasarkan data BLH Jawa Barat, kontribusi limbah domestik terhadap

pencemaran air di Kota Bandung telah mencapai 80%, sedangkan di Jakarta

mencapai 75%.

Limbah industri yang mencemari Kali Surabaya sebagian besar berasal dari

buangan limbah industri dari Kali Tengah dan industri-industri sepanjang Kali

Surabaya yang membuang langsung limbahnya ke Kali Surabaya. Berdasarkan

data pada Lampiran 5, dapat dirangkum sumber pencemar beban BOD dan COD

dari industri di sepanjang Kali Surabaya yang tersaji dalam Tabel 38.

Berdasarkan Tabel 38 dan data pada Lampiran 5, terlihat bahwa beban

pencemar dari industri yang mencemari Kali Surabaya terutama bersumber dari

empat industri kertas dan pulp dan satu industri MSG, yaitu PT Surya Agung

Kertas, PT Surabaya Mekabox, PT Adiprima Suraprinta, PT Suparma dan PT

Page 32: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

132

Miwon. Kelima industri tersebut menyumbang sekitar 63% beban BOD dan 64%

beban COD sektor industri ke Kali Surabaya.

Tabel 38 Klasifikasi sumber pencemar Kali Surabaya dari limbah industri

Jenis Industri Jumlah Industri Beban (kg/hari) Beban pencemar

terhadap industri Beban pencemar

terhadap total BOD COD BOD COD BOD COD

Kertas dan Pulp 5 10,877.40 30,097.60 48.95% 49.63% 19.60% 22.70%

Makanan dan Minuman

9 2,449.24 5,548.72 11.02% 9.15% 4.41% 4.18%

MSG 1 3,207.35 9,003.42 14.43% 14.85% 5.78% 6.79%

Minyak dan Deterjen

6 349.46 708.78 1.57% 1.17% 0.63% 0.53%

Tekstil dan Kulit 5 327.68 867.49 1.47% 1.43% 0.59% 0.65%

Kimia, keramik dan Metalurgi

10 217.11 565.16 0.98% 0.93% 0.39% 0.43%

PT Surya Agung Kertas merupakan industri kertas dan pulp terbesar kedua

di Jawa Timur dengan kapasitas produksi 336,800 ton/tahun atau sekitar 923

ton/hari. Pabrik Kertas PT Adiprima Suraprinta merupakan industri kertas koran

dengan kapasitas produksi 400 ton/hari. PT Surabaya Mekabox merupakan

industri kertas pembungkus/karton box dengan produksi rata-rata 220 ton/hari,

sementara kapasitas produksi industri kertas PT Suparma adalah sekitar 500

ton/hari. Menurut Sugiharto (2005), jumlah air limbah yang berasal dari industri

adalah sebesar 85 – 95% dari jumlah air yang dipergunakan. Total pemakaian air

keempat industri pulp dan kertas di atas adalah sekitar 60,000 m3/hari. Oleh

karena itu, jumlah buangan limbah yang berupa lumpur dihasilkan kurang lebih

51,000 – 57,000 m3

/hari.

Limbah dari industri pulp dan kertas bersumber pada pembuangan boiler

dan proses pematangan kertas yang menghasilkan konsentrat lumpur beracun.

Selain itu pada proses percetakan juga dihasilkan produk samping berupa

konsentrat lumpur sebesar 1 – 4% dari volume limbah cair yang diolah. Pada

industri pulp dan kertas, bahan baku utama yang digunakan adalah serat dari

tanaman dengan kandungan utama berupa selulosa. Adanya komponen selulosa

pada buangan limbah cair industri pulp dan kertas dapat menimbulkan bau busuk

pada sungai jika tertimbun di dasar sungai dan meningkatkan kandungan COD.

Page 33: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

133

5.2.5 Tingkat Pencemaran Kali Surabaya

Pada penelitian ini tingkat pencemaran air Kali Surabaya relatif terhadap

parameter kualitas air yang diijinkan didasarkan pada hasil analisis parameter

fisik kimia air, yaitu: pH, TSS, DO, BOD, COD, N-NH3, N-NO2, N-NO3, P-PO4,

dan kadar Hg, Pb, Cd. Hasil analisis parameter fisik kimia, dibandingkan dengan

baku mutu air sesuai peruntukannya menggunakan langkah-langkah penentuan

Indeks Pencemaran. Perairan akan semakin tercemar untuk suatu peruntukan (j)

jika nilai (Ci/Lij)R dan atau (Ci/Lij)M lebih besar dari 1.0. Tingkat pencemaran

suatu badan air akan semakin besar jika nilai maksimum Ci/Lij dan atau nilai rata-

rata Ci/Lij

No

makin besar. Perhitungan indeks pencemaran air Kali Surabaya dapat

dilihat pada Lampiran 9. Rangkuman hasil perhitungan indeks pencemaran air

Kali Surabaya diperlihatkan pada Tabel 39.

Tabel 39 Indeks pencemaran air Kali Surabaya pada enam titik pengamatan

Lokasi Ci/L IP ij Kategori Rerata Maks

1

2

3

4

5

6

Gunungsari

Jemb. Sepanjang

Karang Pilang

Tamb. Bambe

Tamb. Cangkir

Jemb. Jrebeng

1.66

1.55

1.72

2.08

1.62

1.09

3.66

4.82

5.49

7.63

7.01

2.66

2.86

3.58

4.07

5.59

5.09

2.03

Cemar ringan

Cemar ringan

Cemar ringan

Cemar sedang

Cemar sedang

Cemar ringan

Berdasarkan hasil perhitungan indeks pencemaran (Tabel 39) dan nilai

indeks pencemaran Sumitomo dan Nemerow, menunjukan bahwa perairan Kali

Surabaya telah mengalami pencemaran pada tingkat ringan hingga sedang oleh

beberapa parameter kimia dan fisika. Kondisi ini berbeda dengan status mutu air

berdasarkan indeks STORET. Berdasarkan indeks STORET, perairan Kali

Surabaya berada dalam kondisi buruk atau tercemar berat. Perbedaan ini

menunjukkan bahwa indeks pencemaran Sumitomo dan Nemerow mempunyai

toleransi yang cukup besar terhadap pencemaran. Tabel 39 juga menunjukkan

bahwa untuk zona paling hulu (Jrebeng), tingkat pencemaran paling rendah

dengan nilai indeks pencemaran 2.03. Nilai indeks pencemaran tertinggi berada

pada zona tengah yaitu Tambangan Bambe dengan nilai indeks pencemaran 5.59

(tercemar sedang).

Page 34: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

134

Berdasarkan nilai indeks pencemaran Sumitomo dan Nemerow, dapat

diperkirakan batasan parameter pencemar yang dapat mengakibatkan perairan

dalam kondisi tercemar berat melalui penggunaan pendekatan persamaan:

(Ci/Lij) = 1.0 + P.log(Ci/Lij)hasil pengukuran, dengan P konstanta yang umum

digunakan yaitu 5. Suatu perairan dikatakan tercemar berat jika nilai IP > 10,

dengan demikian, 10 < (1,0 + 5.log(Ci/Lij)hasil pengukuran). Penyelesaian persamaan

ini memberikan hasil (Ci/Lij)hasil pengukuran

No

kurang lebih 63. Berdasarkan hal

tersebut maka evaluasi tingkat pencemaran dengan metode Pollution Index

mempunyai batas toleransi yang sangat tinggi terhadap pencemaran, karena suatu

perairan dinyatakan tercemar berat jika nilai parameter terukur sebagian besar

nilainya lebih dari 63 kali nilai baku mutu air untuk peruntukannya.

5.3 Analisis Status Kualitas Air Kali Surabaya

Metode yang digunakan untuk menentukan status kualitas air atau indeks

mutu lingkungan perairan adalah metode STORET. Indeks kualitas air-STORET

(IKA-STORET) adalah suatu nilai yang dapat menggambarkan tentang kondisi

kualitas air dari data mentah tentang kualitas air yang kemudian

ditransformasikan menjadi suatu indeks. Indeks STORET dapat menggambarkan

secara menyeluruh tentang kondisi umum kualitas air Kali Surabaya. Data

parameter fisika dan kimia air hasil pengamatan dibandingkan dengan baku mutu

air kelas 1, yang mencakup nilai minimum, maksimum dan nilai rata-rata setiap

parameter yang kemudian diberi skor sesuai dengan tingkat pencemarannya. Baik

buruknya kualitas perairan dapat diketahui dengan melihat parameter-parameter

yang tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Hasil evaluasi kualitas air Kali

Surabaya berdasarkan indeks STORET disajikan pada Lampiran 10, sedangkan

status mutu Kali Surabaya menurut sistem STORET ditunjukkan pada Tabel 40

dan Gambar 29.

Tabel 40 Status mutu air Kali Surabaya berdasarkan indeks STORET

Lokasi/Stasiun Skor Kelas I Kelas II Kelas III

1 2 3 4 5 6

Gunungsari Jemb. Sepanjang Karang Pilang Tamb. Bambe Tamb. Cangkir Jemb. Jrebeng

-104 (cemar berat) -84 (cemar berat) -96 (cemar berat) -92 (cemar berat)

-104 (cemar berat) -80 (cemar berat)

-88 (cemar berat) -68 (cemar berat

-72 (cemar berat) -80 (cemar berat) -68 (cemar berat) -32 (cemar berat)

-40 (cemar berat) -16 (cemar sedang) -28 (cemar sedang) -24 (cemar sedang)

-8 (cemar ringan) -8 (cemar ringan)

Page 35: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

135

Pada Tabel 40 dan Gambar 29 memperlihatkan kondisi status mutu Kali

Surabaya menurut sistem nilai STORET dengan mengacu pada baku mutu air

kelas I, kelas II, dan baku mutu air kelas III. Secara umum kondisi mutu air Kali

Surabaya untuk sumber air baku air minum termasuk dalam kelas D (kelas IV),

artinya kondisi Kali Surabaya sangat buruk atau tercemar berat. Nilai indeks

STORET tertinggi terdapat pada Stasiun Gunungsari (-104) dan terendah terdapat

pada Stasiun Jembatan Jrebeng (-80). Parameter organik (DO, BOD, COD) dan

parameter anorganik (Hg) memberikan kontribusi yang tinggi terhadap rendahnya

skor indeks STORET pada tiap stasiun pengamatan. Parameter lain yang juga

berkontribusi bagi rendahnya indeks STORET adalah TSS, P-PO4

-120

-100

-80

-60

-40

-20

0

Lokasi Pengamatan

Nil

ai

Sto

ret

Kelas I -104 -80 -96 -92 -104 -80

Kelas II -88 -68 -72 -80 -68 -32

Kelas III -40 -16 -28 -24 -8 -8

GS JS KP TB TC JJ

, dan kadar Pb.

Gambar 29 Skor indeks STORET perairan Kali Surabaya.

Kondisi mutu air untuk kegiatan perikanan, peternakan, dan pertamanan

(kelas III) menunjukkan kecenderungan yang menurun dari zona hulu, tengah dan

zona hilir, dengan status mutu bervariasi mulai tercemar ringan hingga tercemar

berat. Nilai indeks STORET terendah ditemukan di bagian hulu Kali Surabaya,

yaitu Stasiun Jrebeng (-8) dan Tambangan Cangkir (-8), sedangkan nilai tertinggi

di Stasiun Gunungsari (-40). Parameter yang memberikan kontribusi bagi

rendahnya indeks STORET untuk baku mutu air kelas III adalah kadar Hg, Pb, Cd,

nilai DO, BOD, dan COD.

Berdasarkan indeks STORET, jika parameter yang digunakan untuk

mengevaluasi tingkat pencemaran kurang dari 10, maka sudah cukup untuk

menyatakan bahwa perairan tersebut dalam kondisi buruk atau tercemar berat jika

Buruk

Baik

Sedang

Page 36: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

136

terdapat tiga parameter kimia yang nilai konsentrasi minimum, rata-rata, dan nilai

maksimumnya telah melampaui baku mutu yang ditetapkan meskipun nilai

parameter lain masih memenuhi baku mutu. Jika parameter fisik-kimia yang

digunakan untuk mengevaluasi kondisi perairan lebih dari atau sama dengan 10

parameter, maka kondisi perairan dapat dikatakan tercemar berat jika terdapat

minimum satu parameter fisik-kimia yang nilai minimum, rata-rata, dan nilai

maksimum telah melampaui baku mutu air sesuai peruntukannya.

5.4 Dampak Pencemaran Kali Surabaya terhadap Ekosistem dan Kesehatan

Dampak pencemaran air pada umumnya dapat dibagi ke dalam empat

kategori (Kurniawan 2009), yaitu (1) dampak terhadap kehidupan biota air, (2)

dampak terhadap kesehatan manusia, (3) dampak terhadap kualitas air tanah, dan

(4) dampak terhadap estetika lingkungan.

5.4.1 Dampak terhadap Ekosistem

Ekosistem sungai tidak berdiri sendiri namun berkaitan dengan berbagai

ekosistem dan beranekaragam makhluk hidup, sehingga apabila terjadi gangguan

yang merusak keseimbangan ekosistem sungai, maka keseimbangan lingkungan

yang bergantung pada ekosistem sungai tersebut juga akan terganggu. Tingginya

beban pencemaran organik yang masuk ke Kali Surabaya telah mengakibatkan

terjadinya pencemaran berat, yang ditandai dengan kadar DO yang rendah dan

kadar BOD, COD, dan TSS yang tinggi. Kondisi ini berdampak pada kehidupan

organisme akuatik atau ekosistem Kali Surabaya.

Tingkat produktivitas sistem akuatik selain dipengaruhi unsur karbon, juga

sangat ditentukan oleh keberadaan unsur nitrogen dan fosfor. Kedua unsur

tersebut dapat bersumber dari bahan organik, amonia, nitrit, nitrat, dan fosfat.

Fosfor masuk ke dalam sistem akuatik dari sumber natural maupun antropogenik

(penggunaan pupuk, deterjen) dan dekomposisi bahan organik, sedangkan

senyawa nitrogen dapat bersumber dari atmosfer, dekomposisi bahan organik,

fiksasi nitrogen, dan sumber-sumber natural maupun antropogenik. Nitrogen dan

fosfor dalam sistem akuatik dikenal sebagai faktor pembatas (limiting factors).

Pada ekosistem alami, nitrogen dan fosfor umumnya tersedia dalam jumlah

terbatas dan membatasi pertumbuhan tumbuhan akuatik. Jika kandungan nitrogen

dan fosfor bertambah, maka pertumbuhan tumbuhan akuatik akan terpacu dan

menyebabkan terjadinya eutrofikasi pada badan air dan dapat berdampak negatif

Page 37: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

137

terhadap ekosistem akuatik. Peningkatan masukan nitrogen dan fosfor dari limbah

pertanian dan limbah domestik dapat mengubah komunitas akuatik, karena kedua

unsur tersebut menstimulasi pertumbuhan alga yang dapat menutup permukaan

air dan menghalangi penetrasi cahaya matahari ke dalam air. Pertumbuhan alga

dan keberadaan partikel-partikel tersuspensi dari sumber-sumber pencemar akan

meningkatkan turbiditas air, akibatnya jumlah sinar matahari yang tersedia untuk

tumbuhan akuatik dalam air akan menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat

Arisandi (2001) yang menyatakan bahwa, kandungan TSS dan padatan terlarut

yang tinggi dapat mengakibatkan (1) menurunnya kandungan oksigen terlarut

dalam badan air, sehingga mengganggu suplai oksigen bagi organisme air, seperti

nekton dan bentos, (2) menurunkan penetrasi cahaya matahari yang masuk ke

dalam badan air, sehingga mengganggu proses fotosintesis tumbuhan air, seperti

hidrila, ganggang, dan alga, (3) sedimentasi dasar sungai, tingginya padatan yang

terlarut akibat buangan limbah domestik dan industri dapat mengendap dan

merubah karakteristik dasar sungai, akibatnya biota yang menetap di dasar sungai

seperti kerang, remis, kijing, dan siput dapat tereliminasi.

Menurut Ecoton (2008), pengurangan kadar oksigen dalam air dapat

mengakibatkan bencana akuatik berupa ikan munggut dan kematian invertebrata

lainnya di sepanjang Kali Surabaya. Ikan munggut adalah terjadinya kematian

ikan, kepiting dan udang air tawar secara masal dan tiba- tiba akibat kekurangan

oksigen. Ecoton (2008), mencatat bahwa dalam kurun waktu tahun 1999 – 2007

di Kali Surabaya telah terjadi 50 kasus ikan mati masal.

Kondisi Kali Surabaya yang tercemar berat juga berdampak pada

penurunan rantai makanan alami dan indeks keragaman biota akuatik serta

timbulnya perubahan struktur dan fungsi komunitas sebagai akibat terganggunya

keseimbangan ekosistem. Menurut Abdel-Gawad et al. (2010), keberadaan bahan

pencemar dapat mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi biologi molekuler

suatu organisme, sedangkan perubahan struktur dan fungsi komunitas perairan

menurut Arisandi (2001) disebabkan oleh hasil interaksi dua prinsip ekologi, yaitu

prinsip toleransi dan kompetisi. Perubahan struktur komunitas dapat terlihat dari

Jenis ikan yang mati

didominasi oleh ikan bader yang berukuran tidak terlalu besar, dengan panjang

antara 10-25 cm dan ikan mujaer. Ikan yang munggut tampak memiliki ciri-ciri

yang khas, yaitu mengalami pendarahan dan berwarna kemerahan di bawah mulut,

perut dan bagian sirip.

Page 38: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

138

perubahan indeks keragaman dan dominasi organisme dalam suatu ekosistem.

Pada lingkungan yang tercemar, keragaman ekosistem akan menurun dan

individu-individu yang toleran terhadap polutan yang akan mendominasi

ekosistem tersebut. Hasil penelitian Amtasi (2010) menunjukkan bahwa indeks

keragaman hewan makro bentos di Kali Surabaya tergolong rendah, yaitu 0.308 -

1.075 yang berarti kualitas Kali Surabaya dalam kondisi tercemar berat.

Pada perubahan struktural, terjadi penurunan keanekaragaman spesies,

organisasi komunitas menjadi lebih sederhana, dan tingkat perkembangan mundur

menjauhi stadium klimaks, sedangkan pada perubahan fungsional, rantai makanan

dan jaring-jaring makanan menjadi lebih pendek dan struktur organisasi tropiknya

menjadi lebih sederhana. Perbedaan batas toleransi antara populasi terhadap

faktor-faktor lingkungan mempengaruhi kemampuan berkompetisi. Jika kondisi

lingkungan perairan menurun karena pencemaran, maka jenis organisme yang

tidak toleran terhadap kondisi tersebut akan menurun populasinya, sebaliknya

jenis-jenis organisme yang mempunyai toleransi terhadap kondisi tersebut akan

meningkat populasinya, karena jenis-jenis kompetitornya berkurang. Menurut

Setyorini (2003b, 2003c), di sepanjang Kali Surabaya pada tahun 1980-an tercatat

sebanyak 18 jenis ikan, namun pada tahun 2003 jenis ikan tersebut mengalami

penurunan menjadi tujuh jenis, yaitu ikan bader, keting, sili, nila, gabus, mujair,

dan papar. Populasi ikan tersebut kalah dengan populasi cacing darah yang makin

meningkat dari hulu ke hilir Kali Surabaya.

Hasil penelitian Bapedal (2006) terhadap komposisi makroinvertebrata Kali

Surabaya memperlihatkan hal serupa, bahwa makroinvertebrata yang dijumpai di

sepanjang Kali Surabaya terdiri atas 42 spesies dengan 6 kelas dan 5 ordo. Pada

bagian hulu Kali Surabaya didominasi oleh Famili Baetidae (11.80%), Thiaridae

(15.53%), dan Atyidae (19.257%), sedangkan pada daerah industri (Driyorejo)

didominasi oleh Lumbricidae (13.40%), Tubificidae (19.59%), Atyidae (10.31%),

dan Lymnaeidae (16.49%). Pada daerah pemukiman dan industri (Waru Gunung,

Karang Pilang, Kedurus, Gunungsari) makroinvertebrata yang dominan adalah

Chironomidae (10.70%) dan Tubificidae (59.67%), pada bagian hilir Kali

Surabaya juga didominasi oleh Famili Chironomidae (11.76%) dan Tubificidae

(40.34%). Famili Tubificidae (Ordo Oligochaeta) yang diwakili jenis cacing

merah (Tubifex tubifex) merupakan makroinvertebrata paling dominan dan luas

penyebarannya. Keberadaan cacing merah menggantikan dominasi Famili

Page 39: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

139

Baetidae (Ordo Ephemeroptera) yang merupakan makroinvertebrata yang paling

sempit sebarannya dan ordo yang tidak toleran terhadap kadar DO rendah

menunjukkan bahwa lokasi tersebut sudah tercemar dengan bahan organik.

Peningkatan populasi jenis Tubifex tubifex dari hulu ke hilir merupakan akibat

tingginya tingkat pencemaran organik di Kali Surabaya dari zona hulu ke hilir.

5.4.2 Dampak terhadap Kesehatan (Analisis Risiko)

Analisis risiko dampak pencemaran terhadap kesehatan merupakan suatu

pendekatan untuk mencermati potensi besarnya risiko yang dimulai dengan

mendiskripsikan masalah lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan

penetapan risiko pada kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah

lingkungan yang bersangkutan. Menurut EPA (2005), analisis risiko adalah

karakterisasi dari bahaya-bahaya potensial yang berefek pada kesehatan manusia

dan bahaya terhadap lingkungan. Risiko adalah kemungkinan suatu kejadian yang

tidak diharapkan terjadi sehingga mengganggu apa yang seharusnya terjadi dari

suatu kegiatan atau mengganggu tujuan. Analisis risiko digunakan untuk

mengetahui besarnya risiko sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam

manajemen risiko.

Berdasarkan KepMenKes Nomor 907 Tahun 2002 tentang Syarat-syarat dan

Pengawasan Kualitas Air Minum, memberikan persyaratan kualitas air minum di

antaranya kadar maksimum yang diperbolehkan untuk Hg 0.001 mg/l, Cd 0.003

mg/l, sementara untuk logam Pb tidak masuk sebagai logam yang dianggap

mempunyai pengaruh langsung pada kesehatan. Hal yang sama diperoleh dari

IRIS (2007), juga tidak menyertakan nilai RfD Pb untuk analisis risiko. Untuk

menentukan tingkat risiko Hg dan Cd digunakan nilai dosis-respon kuantitatif zat-

zat kimia dalam berbagai spesi dan formulanya yang telah ada dalam pangkalan

data Integrated Risk Information System dari US-EPA (IRIS 2007).

Hasil analisis untuk parameter logam berat merkuri (Hg), kadmium (Cd),

dan timbal (Pb) pada sampel air PDAM Karang Pilang yang memanfaatkan Kali

Surabaya sebagai sumber air baku air minum Surabaya disajikan dalam Tabel 41.

Bedasarkan hasil analisis sampel air minum PDAM Kota Surabaya yang

diambil pada 6 titik pengamatan di Kecamatan Karang Pilang berdasarkan jarak

dari sumber (sumber, 200 m, 500 m, 1 km, 1.5 km, dan 2 km), menunjukkan

bahwa kandungan cemaran merkuri, timbal, dan kadmium tidak terdeteksi.

Page 40: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

140

Berdasarkan data ini, maka prediksi besarnya tingkat risiko karsinogenik bagi

yang meminum air dari sumber tersebut tidak perlu dilakukan.

Tabel 41 Konsentrasi Hg, Pb, Cd dalam sampel air minum PDAM

Parameter Konsentrasi Terukur (mg/l) Minimum Maksimum

Hg Pb Cd

tt tt tt

tt tt tt

Ket.: tt = tidak terdeteksi, LOD Hg 0.002 µg/L, Pb = 0.0010 mg/l, Cd = 0.0018 mg/l.

Jika dilihat dari kandungan rata-rata logam berat pada lokasi intake PDAM

Karang Pilang untuk Hg 0.0079 mg/l, Pb 0.0112 mg/l, dan Cd 0.0034 mg/l

memang cukup mengkawatirkan terhadap kualitas air PDAM yang dihasilkan.

Pada kenyataannya, produk instalasi pengolah air minum (IPAM) PDAM Karang

Pilang mampu mereduksi bahan pencemar tersebut sehingga kualitas air minum

yang dihasilkan aman dikonsumsi ditinjau dari parameter logam berat

berdasarkan KepMenKes Nomor 907 Tahun 2002 tentang Syarat-syarat dan

Pengawasan Kualitas Air Minum. Pengolahan air yang digunakan oleh

perusahaan daerah air minum (PDAM) Karang Pilang terdiri atas beberapa unit

pengolahan, yaitu unit aerator, prasedimentasi, flashmix, slow mix, sedimentasi,

dan filter cepat. Proses sedimentasi dilakukan dengan menambahkan bahan kimia

aluminium sulfat (Al2(SO3)3.14H2O) sebagai koagulan. Proses ini bertujuan

untuk menghilangkan kandungan logam berat, zat organik beracun, senyawa

fosfor, dan partikel-partikel yang sukar mengendap sekaligus untuk menjernihkan

air. Tahap selanjutnya adalah proses oksidasi menggunakan kalium permanganat

atau kalium kromat bertujuan untuk menurunkan kandungan bahan organik dan

menghilangkan partikel-partikel berwarna sehingga air menjadi lebih jernih.

Proses flokulasi, sedimentasi akhir, penyaringan dan desinfeksi menggunakan

kaporit merupakan tahap akhir proses.

Berdasarkan aspek ekonomi, pencemaran air Kali Surabaya menimbulkan

kerugian ekonomi yang sangat besar. Hasil studi ADB (dalam Kurniawan 2009),

menunjukkan bahwa setiap kenaikan konsentrasi pencemar BOD sebesar 1 mg/l

pada sungai meningkatkan biaya produksi air minum sekitar Rp 9.17 per meter

kubik atau menyebabkan kenaikan biaya produksi PDAM sebesar 25% dari rata-

rata tarif air nasional.

Page 41: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

141

Total produksi rata-rata air minum PDAM Kota Surabaya adalah

20,931,000 m3/bulan (BPS 2009). Sementara pengambilan air Kali Surabaya

untuk air baku PDAM adalah 26,702,239.68 m3

No.

/bulan (PJT I 2009), sehingga

setiap bulan PDAM Kota Surabaya harus membayar retribusi air baku kepada PJT

I sebesar Rp 2.35 Milyar. Nilai BOD rata-rata Kali Surabaya di lokasi intake

PDAM Karang Pilang periode Agustus sampai Desember 2009 adalah 3.93 mg/l,

dengan demikian tambahan biaya pengolahan untuk menurunkan kandungan

BOD sampai memenuhi baku mutu sesuai KepMenKes Nomor 907 Tahun 2002

rata-rata sekitar Rp 473 juta/bulan, sehingga rata-rata setiap tahun PDAM Kota

Surabaya harus menganggarkan Rp 10 Milyar untuk mengantisipasi pencemaran

Kali Surabaya.

Berdasarkan kadar rata-rata logam berat merkuri (Hg), timbal (Pb), dan

kadmium (Cd) di perairan Kali Surabaya, menunjukkan bahwa hanya logam Hg

yang kadarnya melampaui KMA kelas 1. Oleh karena itu, analisis risiko

kesehatan untuk mengkuantifikasi pemaparan hanya dilakukan terhadap

pencemaran Hg sebagai risk agent di Kali Surabaya. Kadar Hg di perairan Kali

Surabaya yang digunakan untuk perhitungan analisis risiko kesehatan adalah

kadar Hg rata-rata hasil penelitian dari enam titik sampling, yaitu 0.0092 mg/l,

sedangkan kadar Hg pada sedimen Kali Surabaya menggunakan data hasil

penelitian Amtasi (2010) pada tiga titik sampling, yaitu Karang Pilang (0.21 mg/l),

Kedurus (0.27 mg/l), dan Jagir (0.09 mg/l) dengan nilai rata-rata 0.19 mg/l. Hasil

perhitungan total paparan atau asupan Hg menggunakan persamaan 12-16 dan

nilai default faktor-faktor pemaparan (Tabel 18) terhadap penduduk yang

melakukan aktivitas langsung di perairan Kali Surabaya disajikan pada Tabel 42.

Tabel 42 Total tingkat pemaparan Hg

Sumber Paparan Jumlah Paparan Hg (mg/kg bb/hari)

Anak Dewasa

1 Kontak dermal dengan kontaminan dalam air sungai

9.58E-7 9.72E-8

2 Kontak dermal dengan kontaminan dalam sedimen

1.08E-6 1.41E-6

3 Asupan dari air sungai 2.52E-6 5.40E-7

4 Asupan dari material tersuspensi 1.64E-10 3.51E-11

5 Asupan dari sedimen 1.04E-6 7.80E-8

Total 5.59E-6 2.13E-6

Page 42: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

142

Total paparan harian rata-rata (mg/kg bb/hari) adalah

7613.264

70659.56 −+

− ExEx = 1.99E-5

HQ = 540.1599.1

−−

EE = 1.42

Berdasarkan kriteria kebahayaan (risiko) yang diberikan oleh Landis &

Ming (1999), yaitu sangat berisiko, hazard quotient (HQ > 1), risiko potensial

(HQ = 1), dan risiko rendah (HQ < 1), maka pencemaran Hg di perairan Kali

Surabaya sangat berisiko bagi individu dengan berat badan 70 kg (dewasa) dan 15

kg (anak) bila melakukan aktivitas berkontak dengan air dan dasar sungai (mandi,

berenang, mencuci) dengan frekuensi 30 hari/tahun selama 1-2 jam/hari, karena

nilai HQ di atas 1.

5.5 Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengendalian Pencemaran

Untuk mengetahui persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap

pengendalian pencemaran air Kali Surabaya dilakukan survei lapangan

menggunakan kuesioner berupa daftar pertanyaan terstruktur. Responden yang

dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di sepanjang Kali

Surabaya pada sisi kiri-kanan zona 500 meter dari Kali Surabaya. Jumlah

responden yang dipilih sebanyak 200 orang dengan tingkat kesalahan sekitar 7%.

Persepsi masyarakat yang dievaluasi mencakup: (1) Pemanfaatan / penggunaan

Kali Surabaya, (2) Pandangan responden terhadap masalah penurunan kualitas

Kali Surabaya, (3) Pandangan responden terhadap kelayakan air Kali Surabaya

untuk peruntukan, dan (4) Pandangan responden terhadap pencegahan dan

penanggulangan pencemaran air Kali Surabaya. Partisipasi masyarakat dalam

pengendalian pencemaran dapat berupa keterlibatan responden baik secara

langsung maupun tidak langsung terhadap upaya pengendalian pencemaran.

5.5.1 Karakteristik Responden

Hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar status responden dalam

keluarga adalah kepala keluarga (62.0%) dan proporsi terbesar kedua adalah

pasangan suami-istri (23.0%). Karakteristik responden selengkapnya dapat dilihat

pada Gambar 30 dan Lampiran 6.

Page 43: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

143

(a)

(b)

Gambar 30 (a) Proporsi status responden dalam keluarga (b) Proporsi tingkat pendidikan responden.

Pendidikan formal masyarakat sekitar bantaran Kali Surabaya sebagian

besar adalah pendidikan menengah (SMA 33% dan SMP 27%) dan pendidikan

dasar 19%), sementara masyarakat yang berpendidikan tinggi hanya 4%.

Pada data pada Lampiran 6, tampak bahwa pekerjaan responden sebagian

besar adalah pedagang/wiraswasta (40.5%) dan pegawai swasta/BUMN (23.5%).

Pendapatan rata-rata responden per minggu antara Rp 150,000 – Rp 250,000

(43.5%) dan Rp 250,000 – Rp 350,000 (21.0%). Keluarga inti yang tinggal

bersama dalam satu rumah dengan responden berjumlah 3 – 4 orang (44.0%) dan

berjumlah 5 – 6 orang (37.5%). Mayoritas responden memiliki bangunan rumah

permanen/tembok penuh (81.0%). Jarak rumah responden terhadap Kali Surabaya

sebagian besar sekitar 20 meter dari Kali Surabaya (28.0%) dan sekitar 50 meter

dari Kali Surabaya (26.0%).

5.5.2 Persepsi Masyarakat tentang Pengendalian Pencemaran

Persepsi pada hakekatnya merupakan pandangan individu terhadap suatu

objek atau stimulus. Persepsi yang benar terhadap lingkungannya sangat

diperlukan karena persepsi merupakan dasar pembentukkan sikap dan perilaku

yang akan menentukan tindakan individu selanjutnya. Menurut Sasanti (2003),

Persepsi merupakan suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan

menggunakan panca indera. Kesan yang diterima individu sangat bergantung

pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar,

serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu. Menurut

Hartley (2006), persepsi individu terhadap suatu objek sangat dipengaruhi oleh

informasi, ketidakpastian atau ketidaklengkapan informasi dapat menyebabkan

Page 44: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

144

persepsi yang tidak benar. Lebih lanjut Hartley (2006) menyatakan bahwa

informasi berkaitan dengan ilmu pengetahun dan teknologi, pengetahuan lokal,

karakteristik daerah, tata nilai, kontek lokal dan informasi lain terkait faktor

politik, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Interpretasi individu terhadap kualitas,

pemanfaatan dan kelayakan sungai untuk peruntukan dapat mempengaruhi

persepsi dan sikapnya terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan

pencemaran air sungai. Hasil pengumpulan data melalui kuesioner menunjukkan

bahwa masyarakat sekitar bantaran Kali Surabaya pada umumnya memiliki

persepsi yang tinggi terhadap pemanfaatan Kali Surabaya dan kelayakan air Kali

Surabaya, namun persepsi masyarakat terhadap masalah kualitas air Kali

Surabaya umumnya masih sedang dan perlu ditingkatkan. Hasil analisis persepsi

ditunjukkan pada Gambar 31.

Gambar 31 Persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan, masalah kualitas air dan

kelayakan air Kali Surabaya.

Gambar 31 menunjukkan bahwa persepsi masyarakat sekitar Kali Surabaya

tentang pemanfaatan atau penggunaan Kali Surabaya sudah baik dan tinggi, di

mana 76.33% responden menyatakan penggunaan Kali Surabaya sebagai sumber

air baku air minum PDAM, 15.52% menyatakan untuk pertanian dan perikanan

dan hanya 8.14% responden yang memiliki persepsi rendah yakni menyatakan

Kali Surabaya pemanfaatannya untuk mandi, cuci, buang hajat dan untuk

menampung limbah pemukiman. Tingginya persepsi responden terhadap

pemanfaatan sungai diharapkan dapat menjadi dasar yang mempengaruhi sikap

dan perilaku masyarakat untuk tidak mencemari sungai dan ikut melakukan

upaya-upaya perbaikan kualitas air Kali Surabaya, sehingga di masa yang akan

Page 45: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

145

datang kualitas air Kali Surabaya akan memenuhi standar kualitas air untuk bahan

baku air minum.

Persepsi masyarakat yang benar terhadap upaya pengendalian pencemaran

air Kali Surabaya merupakan faktor penting karena akan menentukan peran dan

partisipasi masyarakat selanjutnya. Hasil analisis data kuesioner menunjukkan

bahwa secara umum, masyarakat sekitar bantaran Kali Surabaya memiliki

persepsi yang tinggi terhadap pencegahan dan penanggulangan pencemaran air

Kali Surabaya (Gambar 32), namun hal tersebut tidak sejalan dengan kondisi Kali

Surabaya yang masih tetap tercemar berat. Hal ini diduga akibat kurangnya sarana

dan prasarana seperti IPAL komunal, MCK umum, jarak dan tempat pembuangan

sementara (TPS), dan lain-lain. Hasil penelitian JICA dan KLH tahun 2007 (KLH

2008) menunjukkan bahwa 15% orang yang tinggal dalam jarak 100 m dengan

tempat penampungan sampah melakukan pembuangan sampah ke sungai,

sementara sebanyak 70% orang yang tinggal dengan jarak antara 100 m hingga

200 m dengan TPS melakukan pembuangan sampah ke sungai. Menurut

Harihanto (2001), ada tiga faktor yang menyebabkan perilaku individu tidak

sesuai dengan sikap dan tindakannya, yaitu: motivasi, pandangan mengenai

perilaku panutan, dan pandangan mengenai konsekuensi dari perilaku tertentu

terhadap air sungai.

Gambar 32 Persentase persepsi masyarakat tentang pengendalian pencemaran.

5.5.3 Partisipasi Masyarakat dalam Pengendalian Pencemaran

Partisipasi (participation) adalah suatu tindak mengambil bagian atau

memberi sumbangan pada aktivitas atau peristiwa. Tindak itu dapat dilakukan

Page 46: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

146

oleh perorangan atau oleh sejumlah orang yang terorganisasikan atau tidak

terorganisasikan. Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran air Kali

Surabaya adalah keterlibatan masyarakat baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap aktivitas pengendalian pencemaran. Menurut Benjathikul

(1986), partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, politik,

budaya, dan faktor sosio-psikologi. Hasil analisis data kuesioner partisipasi

masyarakat dalam pengendalian pencemaran ditunjukkan pada Gambar 33.

Gambar 33 Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran.

Gambar 33 menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengendalian

pencemaran air Kali Surabaya cukup tinggi (56.10%), namun jauh di bawah nilai

persepsi masyarakat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa persepsi yang benar

tentang pencegahan dan penanggulangan pencemaran air tidak selalu diikuti

tindakan nyata dalam pengendalian. Hal tersebut sesuai hasil penelitian Pimon

(2004) yang menyatakan bahwa selain adanya persepsi yang benar, partisipasi

masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor gender, pengetahuan, tingkat pendapatan,

status sosial dan pesan persepsi (message perception), namun tidak berkaitan

dengan usia, pekerjaan, dan lama tinggal dalam komunitas. Hal tersebut juga

sesuai dengan hasil penelitian Mulyanto (2003), yang menyimpulkan bahwa

tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengendalian pencemaran berbeda-beda

sesuai situasi setempat (sosial, ekonomi, kultural). Aspek ekonomi mempunyai

pengaruh kecil terhadap partisipasi masyarakat, namun kondisi sosial dan budaya

masyarakat berpengaruh signifikan terhadap partisipasi masyarakat dalam

pengendalian pencemaran, terutama menyangkut penanggulangan limbah

domestik.

Page 47: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

147

Bentuk-bentuk partisipasi yang diberikan responden 32.0% berupa

uang/dana, 57.5% tenaga, 5.5% bahan, dan 5.0% berupa ide, saran, dan pemikiran.

Hasil kuesioner juga menunjukkan bahwa sebanyak 65 responden (32.5%)

membuang air limbah, bekas masak, mandi, dan mencuci ke Kali Surabaya. Hasil

ini senada dengan hasil penelitian JICA dan KLH tahun 2007 (KLH 2008), yang

menyatakan bahwa berdasarkan hasil wawancara terhadap 411 responden di Kota

Bogor, Palembang, dan Gorontalo menunjukkan bahwa rata-rata 30% orang yang

tinggal di bantaran sungai atau sempadan sungai melakukan pembuangan sampah

ke sungai.

5.6 Prioritas Kegiatan Reduksi Beban Pencemaran

Salah satu prinsip dasar pengendalian pencemaran air adalah melakukan

reduksi kadar atau beban pencemaran sampai dengan tingkat baku mutu yang

ditetapkan. Analisis prioritas kegiatan kegiatan reduksi beban pencemaran

dilakukan untuk menentukan pilihan alternatif dari berbagai kegiatan yang

diusulkan dalam menurunkan beban pencemar pada Kali Surabaya. Teknik

pengambilan keputusan yang digunakan adalah AHP. Penentuan alternatif

kegiatan dan kriteria yang dikembangkan dalam rangka mereduksi beban

pencemaran Kali Surabaya baik yang bersumber dari limbah industri maupun

limbah domestik, dilakukan dengan cara melakukan wawancara mendalam

dengan pakar (expert judgement) dan pengisian kuesioner untuk menjaring

berbagai informasi tentang kriteria dan alternatif terkait kegiatan reduksi beban

pencemaran. Wawancara dilakukan terhadap enam narasumber yang berasal dari

Perguruan Tinggi (ITS), LSM ECOTON, Dinas PU Pengairan Jatim, Perum Jasa

Tirta I, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Surabaya, dan BLH Jatim.

Berdasarkan hasil wawancara, alternatif kegiatan reduksi beban pencemaran Kali

Surabaya yang berhasil diidentifikasi adalah:

(1) Pembuatan UPL komunal (A-1),

(2) Penerapan pajak limbah pencemar industri (A-2),

(3) Pemantauan kualitas limbah dan sumber air (A-3),

(4) Penyuluhan (A-4),

(5) Pengetatan sistem perijinan pembuangan limbah (A-5),

(6) Sistem penegakan hukum lingkungan (A-6),

(7) Penetapan kelas air Kali Surabaya (A-7),

Page 48: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

148

(8) Penetapan daya tampung beban pencemaran (A-8),

(9) Relokasi industri (A-9),

(10) Penataan ruang (A-10).

Kriteria yang digunakan untuk menentukan prioritas kegiatan reduksi beban

pencemaran adalah: (1) Keadilan (K-1), (2) Keberlanjutan (K-2), (3) Partisipasi

masyarakat (K-3), (4) Prosedur dan persyaratan (K-4), (5) Efisiensi (K-5), dan (6)

Kemudahan manajemen (K-6). Analisis AHP kegiatan reduksi beban pencemaran

Kali Surabaya ditetapkan tiga level. Level satu adalah tujuan, yaitu kegiatan yang

efektif dan efisien untuk mereduksi beban pencemaran Kali Surabaya. Level dua

adalah kriteria yang digunakan untuk menentukan prioritas kegiatan reduksi

beban pencemaran, dan level tiga adalah alternatif kegiatan reduksi beban

pencemaran Kali Surabaya.

Berdasarkan tujuan, alternatif dan kriteria yang dikembangkan kemudian

dilakukan penilaian kepentingan alternatif menurut pakar dalam bentuk tujuh

tabel kuesioner matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison).

Matriks hasil penilaian pakar berupa matriks individu (N(ij)) tentang kepentingan

relatif antar elemen, kemudian diolah menjadi matriks gabungan (NG(ij)) dengan

menggunakan persamaan geometric mean, NG(ij) 6)(6)(2)(1 ... ijijij NxxNxN = .

Hasil setiap matriks perbandingan ditentukan eigen vector-nya dan Consistency

Ratio (CR) untuk mendapatkan local priority dan global priority. Elemen yang

paling penting atau mendapat prioritas paling tinggi ditentukan berdasarkan nilai

eigen dan global priority.

Hasil analisis AHP menggunakan aplikasi program ExpertChoice 2000,

menunjukkan bahwa kriteria kemudahan manajemen (eigen value 0.317) menjadi

kriteria paling penting untuk diimplementasikan dalam kegiatan reduksi beban

pencemaran Kali Surabaya dan diikuti oleh kriteria efisiensi (0.305), keadilan

(0.1370), keberlanjutan (0.132), prosedur dan persyaratan (0.059), dan terakhir

adalah partisipasi masyarakat (0.050). Urutan kriteria disusun berdasarkan pada

bobot prioritas yang dihasilkan matriks perbandingan, di mana bobot yang lebih

tinggi diletakkan sebagai faktor utama, sedangkan semakin kecil bobot akan

semakin rendah kriterianya dalam penentuan kegiatan reduksi beban pencemaran

Kali Surabaya. Perbandingan prioritas berdasarkan eigen value untuk seluruh

kriteria ditunjukkan pada Gambar 34.

Page 49: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

149

Gambar 34 Perbandingan prioritas kriteria kegiatan reduksi beban pencemaran.

Hasil analisis berdasarkan matriks perbandingan berpasangan antar elemen

level tiga (alternatif) dengan memperhatikan keterkaitannya dengan level dua

(kriteria) diperoleh peringkat keseluruhan alternatif berupa bobot prioritas lokal

kegiatan reduksi beban pencemaran Kali Surabaya terhadap keenam kriteria yang

dikembangkan. Operasi perkalian antar matriks lokal kemudian dilanjutkan

operasi perkalian dengan prioritas global ditunjukkan pada Tabel 43, sedangkan

struktur AHP pemilihan kegiatan reduksi baban pencemaran (KRBP) ditunjukkan

pada Gambar 35.

Tabel 43 Prioritas lokal dan prioritas global kegiatan reduksi beban pencemaran

KRITERIA Prioritas Global

% K-1 K-2 K-3 K-4 K-5 K-6

Bobot Kriteria 0.137 0.132 0.050 0.059 0.305 0.317 UPL Komunal 0.100 0.056 0.198 0.102 0.073 0.096 0.087 8.7

Pajak limbah industri 0.025 0.029 0.088 0.053 0.049 0.051 0.044 4.4

Pemantauan kualitas limbah & sumber air 0.090 0.063 0.106 0.082 0.131 0.167

0.125

12.5

Penyuluhan

0.050

0.090

0.191

0.124

0.175

0.255

0.172

17.2

Pengetatan perijinan pembuangan limbah

0.067

0.053

0.108

0.139

0.064

0.058

0.066 6.6

Sistem penegakan hukum lingkungan

0.110

0.124

0.078

0.045

0.053

0.033

0.063 6.3

Penetapan kelas air

0.227 0.234 0.068 0.197 0.230 0.153 0.200 20.0

Penetapan daya tampung BP

0.163

0.114

0.070

0.177

0.155

0.137

0.145 14.5

Relokasi industri 0.038 0.091 0.029 0.027 0.025 0.017 0.032 3.2

Penataan ruang 0.130 0.145 0.064 0.055 0.046 0.033 0.067 6.7

Page 50: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

150

Berdasarkan data Tabel 43 dan Gambar 35, terlihat bahwa penetapan kelas

air Kali Surabaya mempunyai nilai yang tertinggi (0.200), karena dari enam

kriteria yang dikembangkan untuk menentukan kegiatan reduksi beban

pencemaran, penetapan kelas air Kali Surabaya mempunyai empat nilai unggul,

yaitu keadilan, keberlanjutan, prosedur dan persyaratan, dan efisiensi. Di samping

itu, nilai unggul penetapan kelas air Kali Surabaya terletak pada kriteria efisiensi

yang mempunyai bobot kriteria tertinggi kedua (eigen value 0.305). Kegiatan

penyuluhan mempunyai bobot kriteria tertinggi kedua (0.172), disusul penetapan

daya tampung beban pencemaran (0.145), pemantauan kualitas limbah dan

sumber air (0.125), pembuatan UPL komunal (0.087), penataan ruang (0.067),

pengetatan sistem perijinan pembuangan limbah (0.066), sistem penegakan

hukum lingkungan (0.063), penerapan pajak limbah industri (0.044), dan terakhir

relokasi industri (0.032). Oleh karena itu, prioritas kegiatan yang perlu dilakukan

untuk mereduksi beban pencemaran air dalam kasus ini adalah penetapan kelas air

Kali Surabaya, kemudian penyuluhan, penetapan daya tampung beban

pencemaran, pemantauan kualitas limbah dan sumber air, pembutan UPL

komunal, penataan ruang, pengetatan sistem perijinan pembuangan limbah, sistem

penegakan hukum lingkungan, pajak limbah industri, dan terakhir adalah relokasi

industri.

Penetapan kelas air adalah menetapkan mutu air berdasarkan kemungkinan

kegunaannya bagi suatu peruntukan air. Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 82 Tahun 2001, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas.

Pembagian kelas ini didasarkan pada peringkat (gradasi) tingkatan baiknya mutu

air, dan kemungkinan kegunaannya. Tingkatan mutu air Kelas 1 merupakan

tingkatan yang terbaik. Secara relatif, tingkatan mutu air Kelas 1 lebih baik dari

Kelas 2, 3, dan 4.

Sejak keluarnya PP Nomor 82/2001 dan Perda Jawa Timur

Nomor 2/2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Air, maka SK Gubernur Jatim nomor 187/1988 tentang Peruntukan Air Sungai di

Jatim, yang menetapkan Kali Surabaya masuk golongan B (untuk bahan baku air

minum) seharusnya direvisi.

Page 51: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

151

Gambar 35 Struktur AHP pemilihan kegiatan reduksi baban pencemaran Kali Surabaya. Keterangan: PUPLK : Pembuatan UPL Komunal PKAKS : Penetapan Kelas Air Kali Surabaya PPLPI : Penerapan Pajak Limbah Industri PDTBP : Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran PKLSA : Pemantauan Kualitas Limbah & Sumber

Air RIND : Relokasi Industri

PSPPL : Pengetatan Perijinan Pembuangan Limbah PTRU : Penataan Ruang SPHL : Sistem Penegakan Hukum Lingkungan

Reduksi Beban Pencemaran Air Kali Surabaya Secara Efektif dan Efisien

Keadilan 0.137

Keberlanjutan 0.132

Partisipasi Masyarakat

0.050

Prosedur dan Persyaratan

0.059

Efisiensi 0.305

Kemudahan Manajemen

0.317

PUPLK 0.087

PPLPI 0.044

PKLSA 0.125

Penyuluhan 0.172

PSPPL 0.066

SPHL 0.063

PKAKS 0.200

PDTBP 0.145

RIND 0.032

PTRU 0.067

TUJUAN

KRITERIA

ALTERNATIF

Page 52: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

152

Proses revisi tersebut perlu dilakukan karena ada aspek lain terkait beban

cemaran sungai yang semestinya juga didefinisikan. Ketidakjelasan status kelas

dan beban Kali Surabaya menyebabkan penegakan hukum sulit dilaksanakan.

Pelanggaran oleh industri pencemar umumnya hanya dikenakan pelanggaran

Perda tentang baku mutu limbah yang ancaman hukuman denda Rp 5 juta atau

kewajiban memperbaiki Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL). Karenanya,

penetapan kelas air Kali Surabaya menjadi hal yang mendesak dalam rangka

penegakan hukum lingkungan dan pengendalian pencemaran Kali Surabaya.

Masyarakat seringkali memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan

limbah dari kegiatan domestik, industri, dan pertanian. Sungai belum dipandang

sebagai wilayah yang indah dan nyaman bagi seluruh lapisan masyarakat yang

memanfaatkannya sebagaimana yang diinginkan dalam penerapan water front city

(KLH 2008). Adanya persepsi masyarakat yang menganggap sungai dan bantaran

sungai sebagai tempat pembuangan limbah, baik limbah cair maupun limbah

padat akan meningkatkan pencemaran Kali Surabaya. Semakin berkembangnya

pemukiman penduduk di sekitar sempadan sungai akan meningkatkan jumlah

masyarakat yang membuang limbah atau sampahnya ke sungai dan semakin

meningkatkan beban pencemaran ke Kali Surabaya. Kondisi ini dapat terjadi

karena kurang dilibatkannya masyarakat dalam upaya-upaya pengendalian

pencemaran dan pengawasan pengelolaan Kali Surabaya. Pendekatan

penyelesaian masalah pencemaran di Kali Surabaya yang hanya menggunakan

pendekatan teknis dan penegakan hukum dan mengabaikan peran masyarakat

yang seringkali aktif berinteraksi dengan sumber pencemar menjadi tidak

efektif. Partisipasi masyarakat merupakan faktor penting dalam mengembalikan

kualitas air Kali Surabaya.

Partisipasi masyarakat yang efektif membutuhkan prakondisi.

Hardjasoemantri (1986) merumuskan syarat-syarat agar partisipasi masyarakat

menjadi efektif dan berdaya guna, yaitu: (1) Pemastian penerimaan informasi

dengan mewajibkan pemrakarsa kegiatan mengumumkan rencana kegiatannya;

(2) Informasi lintas batas; mengingat masalah lingkungan tidak mengenal batas

wilayah yang dibuat manusia; (3) Informasi tepat waktu; suatu proses peran serta

masyarakat yang efektif memerlukan informasi sedini dan seteliti mungkin,

sebelum keputusan terakhir diambil sehingga masih ada kesempatan untuk

Page 53: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

153

mempertimbangkan dan mengusulkan alternatif-alternatif pilihan; (4) Informasi

yang lengkap dan menyeluruh; dan (5) Informasi yang dapat dipahami.

Dalam rangka peningkatan peran dan partisipasi masyarakat terhadap

pengendalian pencemaran air Kali Surabaya

Penetapan daya tampung beban pencemaran (DTBP) adalah penetapan

kemampuan air Kali Surabaya dalam menerima masukan pencemaran tanpa

menyebabkan air tersebut tercemar. Besarnya beban pencemaran yang dapat

diterima oleh air Kali Surabaya untuk semua parameter kualitas air dapat

diketahui dari besar daya tampung di setiap segmen sungai. Menurut Masduqi

(2006), besarnya beban pencemaran yang diterima Kali Surabaya, menyebabkan

Kali Surabaya tidak lagi mempunyai daya tampung dalam menerima beban

pencemaran. Berdasarkan hal tersebut maka kajian penetapan DTBP perlu

, kegiatan penyuluhan utamanya bagi

masyarakat di sekitar bantaran Kali Surabaya menjadi urgen dilakukan.

Penyuluhan dilakukan tidak semata-mata dalam bentuk pelatihan atau sosialisasi,

namun ada aspek kegiatan lain yang mampu memberdayakan masyarakat sekitar

sungai. Kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat tersebut antara lain

melalui penyebarluasan informasi, pendidikan non formal, penjelasan dan

penguatan komunitas dengan tujuan edukasi, diseminasi inovasi, fasilitasi,

konsultasi, supervisi, pemantauan dan evaluasi.

Dalam UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup (PPLH), peran masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup diatur secara khusus pada Bab XI, Pasal 70. Dalam ayat (1)

pasal tersebut dinyatakan bahwa masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang

sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup. Bentuk-bentuk peran diatur dalam ayat (2) berupa

pengawasan sosial; pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan;

dan/atau penyampaian informasi dan/atau laporan. Sementara tujuan peran

masyarakat sesuai ayat (3) adalah untuk: meningkatkan kepedulian dalam

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; meningkatkan kemandirian,

keberdayaan masyarakat, dan kemitraan; menumbuhkembangkan kemampuan

dan kepeloporan masyarakat; menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan

masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial; dan mengembangkan dan

menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan

hidup.

Page 54: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

154

dilakukan minimal setiap lima tahun untuk menentukan kondisi beban

pencemaran air Kali Surabaya dan menentukan berapa besar volume dan karakter

limbah cair dari limbah industri yang boleh dibuang ke Kali Surabaya. Hasil

penetapan DTBP dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan kelas

peruntukan dan pengelolaan air Kali Surabaya dalam bentuk Peraturan Gubernur.

Selain itu, penetapan DTBP juga dapat digunakan sebagai dasar untuk pemberian

ijin lokasi, pengelolaan air dan sumber air, penetapan rencana tata ruang,

pemberian ijin pembuangan air limbah, dan penetapan mutu air sasaran dan

program kerja pengendalian pencemaran air.

Lemahnya sistem pemantauan terhadap kualitas limbah industri dan sumber

air oleh BLH Jatim dan instansi terkait lainnya menyebabkan ketaatan industri

untuk membangun dan mengoperasikan IPAL masih rendah. Jumlah seluruh

industri di Surabaya 5768 industri terdiri atas 4021 industri kecil, 1533 industri

sedang, dan 214 industri besar (BPS 2009). Menurut BLH (2009), jumlah industri

yang telah memiliki IPAL hanya 137 industri (2.37%), padahal IPAL adalah

instrumen penting dalam mengurangi beban pencemaran yang ditimbulkan oleh

aktivitas industri akibatnya beban limbah industri yang terbuang ke Kali Surabaya

tetap tinggi. Karenanya, Pemantauan kualitas limbah industri harus dilakukan

terus menerus dan memberikan sanksi tegas bagi industri pelanggar. Upaya

inspeksi mendadak juga perlu dilakukan oleh lembaga pemerintah yang

berwenang memberi sanksi administratif berupa denda hingga menutup industri

yang terbukti mencemar. Lembaga pengelola lingkungan hidup harus memiliki

wewenang yang kuat dalam mengawasi dan memberi sanksi kepada industri yang

mencemari Kali Surabaya.

Sesuai Master Plan Pengendalian Pencemaran Air Kali Surabaya, untuk

mencukupi kualitas air baku mutu air minum diperlukan upaya antara lain

menurunkan beban limbah industri mencapai 90% terhadap prediksi beban

pencemaran tahun 2020, menurunkan beban limbah domestik mencapai 65% dari

prediksi beban pencemaran tahun 2020, dan menambah debit pengenceran dari

7.5 m3/detik menjadi 20 m3/detik dengan membangun waduk dan bendungan.

Salah satu tahapan kegiatan untuk tahun 2010 – 2020 adalah melakukan

pemantauan kualitas limbah dan sumber air serta pendugaan cadangan air

diberbagai lokasi. Selain itu, upaya yang dilakukan Perum Jasa Tirta I untuk

pengendalian pencemaran air Kali Surabaya adalah melakukan pemantauan

Page 55: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

155

kualitas air secara periodik, pengenceran, pengerukan dan pembersihan sampah

sungai serta pemberdayaan masyarakat melalui kerjasama dengan lembaga

swadaya masyarakat dan perguruan tinggi.

Limbah cair domestik dari pemukiman bantaran Kali Surabaya memberikan

kontribusi pencemar cukup besar selain limbah cair dari sektor industri. Oleh

karena itu untuk membantu meningkatkan daya dukung Kali Surabaya sebagai

sungai kelas 1 perlu dilakukan perencanaan IPAL domestik untuk pemukiman

bantaran Kali Surabaya. Pembuatan UPL atau IPAL komunal merupakan salah

satu upaya penanganan sistem dainase dan sistem sanitasi secara terpadu dan

terpusat melalui pembangunan unit pengolah air limbah secara komunal atau

bersama melalui saluran-saluran yang membentuk jaringan sinitasi. UPL komunal

domestik merupakan sarana berupa sumur atau tandon yang ditanam di tanah

sejumlah sembilan bak. Bak pertama berfungsi sebagai penampung awal air

limbah rumah tangga. Setelah itu, disalurkan pada bak kedua dengan proses

penjernihan hingga memasuki bak yang terakhir. Pada proses di IPAL tersebut,

dapat diketahui perbedaan limbah rumah tangga yang belum dan telah diolah.

Pada bak satu, air masih tampak keruh dan berwarna kelabu, namun air hasil

olahan pada bak kesembilan lebih tampak jernih dan bening. Air pada bak

kesembilan tersebut yang nantinya akan disalurkan ke sungai. Sejauh ini, Badan

Lingkungan Hidup (BLH) Jatim telah membangun unit pengolah limbah (UPL)

komunal domestik secara cluster di dua tempat, yakni di Desa Bambe dan

Kelurahan Karah. Pembangunan UPL komunal tersebut merupakan upaya untuk

meminimalisir pembuangan kotoran atau limbah domestik dari masyarakat di

sepanjang Kali Surabaya yang biasanya cenderung langsung dibuang ke sungai.

Sesuai rencana BLH, target IPAL domestik yang akan dibangun di sempadan Kali

Surabaya sebanyak 74 cluster. Lokasi pembangunan UPL komunal di

Wonokromo 20 cluster, Jambangan 24 cluster, Karang Pilang 14 cluster dan

Driyorejo 16 cluster. Jika target pembuatan UPL komunal dapat terealisasi

diharapkan limbah rumah tangga yang berpotensi mencemari Kali Surabaya dapat

diolah secara mandiri oleh masyarakat, agar lebih ramah lingkungan dan

pencemaran Kali Surabaya dapat direduksi.

Kebijakan pengendalian pencemaran dapat ditempuh dengan optimalisasi

pemanfaatan lahan melalui konsep kebijakan penataan ruang. Penataan ruang

adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan

Page 56: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

156

pengendalian pemanfaatan ruang (UU No 26/2007). Penerapan konsep tata ruang

berbagai jenis kegiatan dapat diatur sesuai peruntukannya sehingga relatif tidak

mengganggu keberadaan ekosistem di sekitarnya. Terkait pengendalian

pencemaran Kali Surabaya, Prianto (2009) mengusulkan alokasi luas lahan

industri optimum dari aspek ekonomi dan lingkungan seluas

Dalam rangka reduksi beban pencemaran dan kerusakan lingkungan selain

upaya preventif juga perlu dilakukan upaya represif berupa penegakan hukum

lingkungan yang efektif, adil, dan konsisten terhadap pencemaran dan kerusakan

lingkungan hidup yang sudah terjadi. Perangkat perundang-undangan lingkungan

harus ditegakkan. Siapa pun yang terbukti merusak lingkungan harus mendapat

hukuman sesuai ketentuan yang berlaku dalam perfektif rasa keadilan masyarakat.

Seluruh aparat hukum dari polisi, jaksa, dan hakim harus memiliki environmental

± 308,96 hektar.

Area yang sudah dikembangkan seluas ± 112,42 hektar, sedangkan sisanya yang

masih bisa dikembangkan adalah ± 196,54 hektar. Lokasi pengembangan industri

baru yang diusulkan meliputi enam desa, yaitu : Driyorejo, Cangkir, Bambe,

Mulung, Tenaru dan Kesamben Wetan.

Sesuai UU No. 32/2009, salah satu upaya preventif dalam rangka

pengendalian dampak lingkungan hidup dalam hal ini reduksi beban pencemaran

Kali Surabaya adalah mendayagunakan secara maksimal instrumen pengawasan

dan perijinan. Upaya tersebut di antaranya melalui kontribusi pemerintah untuk

melakukan penyeleksian secara ketat bagi pemberian ijin pembuangan limbah dan

pengawasan yang intensif dari pihak terkait (BLH, Jasa Tirta, PU Pengairan)

terhadap industri yang membuang limbah melebihi baku mutu. Setiap

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang akan membuang air limbah ke

air/sumber air wajib mengajukan ijin pembuangan air limbah sesuai ketentuan

peraturan perundangan yang berlaku. Tujuan pengetatan perijinan pembuangan

limbah adalah sebagai upaya pencegahan pencemaran dari sumber pencemar,

upaya penanggulangan dan atau pemulihan mutu air pada sumber-sumber air serta

untuk mewujudkan kelestarian fungsi air, agar air yang ada pada sumber-sumber

air dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai peruntukannya. Setiap industri

yang mengajukan ijin pembuangan limbah cair (IPLC) ke Kabupaten atau Kota

melalui BLH harus diseleksi secara ketat dan memenuhi persyaratan sesuai

PP No. 82/2001 dengan melaporkan desain IPAL, debit limbah, peta lokasi

pembuangan, dan area pembuangan limbah.

Page 57: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

157

sense agar lebih mempertimbangkan dampak kebijakannya pada kehidupan

generasi mendatang yang juga membutuhkan lingkungan yang bersih dan sehat.

Industri, hotel, rumah sakit dan berbagai bentuk usaha/kegiatan yang membuang

limbah cair atau padat yang tidak sesuai kriteria baku mutu harus diberikan pinalti

secara tegas dan konsisten sesuai UU No 32/2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) untuk menjamin kepastian hukum bagi

perlindungan dan pengelolaan Kali Surabaya secara berkelanjutan.

Selain harus memiliki ijin pembuangan limbah ke Kali Surabaya, pihak

industri sebaiknya juga harus membayar pajak pembuangan limbah untuk

membiayai rehabilitasi bagian sungai yang tercemar dan membiayai pemantauan

dan pengawasan limbah.

Pemberlakuan pajak limbah pencemar adalah salah satu cara yang harus

dicoba untuk menekan tingkat pencemaran sungai-sungai di Indonesia khususnya

Kali Surabaya. Penerapan pajak pembuangan limbah dikenakan pada setiap

industri yang membuang limbahnya ke Kali Surabaya. Industri, hotel dan rumah

sakit yang membuang limbahnya ke Kali Surabaya harus membayar pajak

pembuangan limbah yang besarnya tergantung pada jumlah limbah, besarnya

kandungan dan tingkat toksisitas zat pencemar dalam limbah yang dibuang. Hasil

pajak pembuangan limbah industri dapat dijadikan biaya operasional BLH dalam

mengelola lingkungan sungai.

Relokasi industri menurut tata ruang dapat mereduksi beban pencemaran

Kali Surabaya. Relokasi industri adalah perpindahan atau pemindahan lokasi

industri dari lokasi awal ke lokasi baru dengan alasan tertentu. Relokasi industri

terutama diprioritaskan pada lima industri yang membuang limbah organik cukup

besar, yaitu empat industri kertas dan satu industri MSG (penyedap rasa).

Relokasi industri tersebut dapat dilakukan ke kawasan industri di wilayah SIER

Rungkut yang memiliki luas area 245 ha atau ke lokasi pengembangan industri

baru di enam desa seperti yang diusulkan Prianto (2009).

5.7 Pemilihan Teknologi Pengendalian Pencemaran Air

Pemilihan teknologi pengendalian pencemaran air, dikembangkan untuk

menentukan pilihan teknologi pengendalian pencemaran air yang paling efektif.

Teknik pengambilan keputusan yang digunakan adalah Teknik Perbandingan

Indeks Kinerja (comparative performance index, CPI). Alternatif teknologi

Page 58: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

158

pengendalian pencemaran air untuk berbagai teknologi pengolahan kimia, fisika,

biologi atau kombinasinya ditentukan berdasarkan sumber dari pustaka dan pakar.

Alternatif teknologi pengendalian pencemaran air yang berhasil diidentifikasi

berdasarkan pendapat pakar adalah: (1) Pengendapan, (2) Screening, (3)

Wastewater Garden, (4) Filtrasi, (5) Lumpur Aktif, (6) Desinfeksi, dan (7)

Biofilter, sedangkan kriteria yang digunakan untuk penilaian alternatif adalah: (1)

Efisiensi pemisahan; (2) Biaya investasi; (3) Produk samping; (4) Biaya

operasional; dan (5) Kemudahan pengoperasian. Efisiensi pemisahan dievaluasi

menggunakan skala ordinal (5 = sangat efisien, 4 = efisien, 3 = cukup efisien, 2 =

kurang efisien, 1 = tidak efisien). Biaya investasi adalah jumlah biaya pengadaan

teknologi pengendalian hingga siap dioperasikan. Evaluasi biaya investasi

menggunakan skala ordinal (5 = sangat tinggi, 4 = tinggi, 3= sedang, 2 = rendah,

1 = sangat rendah). Produk samping (kg/hari) dihitung dari jumlah lumpur atau

produk samping lainnya yang terbentuk sebagai efek samping penerapan

teknologi. Biaya operasional dievaluasi dengan menggunakan skala ordinal ( 5 =

sangat tinggi, 4 = tinggi, 3= sedang, 2 = rendah, 1 = sangat rendah), kemudahan

pengoperasian juga dievaluasi menggunakan skala ordinal (5 = sangat mudah, 4 =

mudah, 3 = cukup mudah, 2 = sulit, 1 = sangat sulit).

Nilai rata-rata hasil penilaian pakar terhadap tujuh alternatif teknologi

pengendalian pencemaran air berdasarkan lima kriteria yang ditetapkan disajikan

pada Tabel 44.

Tabel 44 Matriks hasil penilaian alternatif teknologi pengendalian pencemaran air

Alternatif Kriteria (1) (2) (3) (4) (5)

Pengendapan 4 3 80 3 4

Screening 2 1 60 1 5

Wastewater Garden 3 1 40 2 5

Filtrasi 4 3 70 4 3

Lumpur Aktif 5 4 90 5 2

Desinfeksi 3 2 30 3 4

Biofilter 5 5 60 4 2

Bobot Kriteria 0.30 0.20 0.15 0.25 0.1 Keterangan: (1) Efisiensi; (2) Biaya investasi; (3) Produk samping; (4) Biaya operasional (5) Kemudahan pengoperasian.

Page 59: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

159

Berdasarkan matriks penilaian alternatif (Tabel 44), selanjutnya dilakukan

transformasi menggunakan kriteria tren positif dan tren negatif dan hasilnya

disajikan pada Tabel 45. Berdasarkan hasil analisis menggunakan indeks

gabungan (composite index) di atas, menunjukkan bahwa wastewater garden

dengan nilai alternatif 111.50 menempati peringkat ke satu sebagai teknologi

pengendalian pencemaran air Kali Surabaya berdasarkan lima kriteria yang

dievaluasi, diikuti dengan filtrasi, screening, biofilter, pengendapan, lumpur aktif,

dan peringkat terakhir adalah desinfeksi.

Tabel 45 Matriks hasil transformasi melalui teknik perbandingan indeks kinerja

Alternatif

Kriteria Nilai

Alternatif

Peringkat (1) (2) (3) (4) (5)

Pengendapan 200 33.33 37.5 33.33 200 100.62 5

Screening 100 100 50 100 250 107.50 3

Wastewater Garden 150 100 75 50 250 111.50 1

Filtrasi 200 33.33 42.86 25 150 107.79 2

Lumpur Aktif 250 25 33.33 20 100 99.99 6

Desinfeksi 150 50 100 33.33 200 98.33 7

Biofilter 250 20 50 25 100 102.75 4

Bobot Kriteria 0.30 0.20 0.15 0.25 0.10

Wastewater garden merupakan salah satu teknik mereduksi beban limbah

dengan manfaatkan berbagai jenis tanaman yang mempunyai kemampuan baik

dalam menyerap bahan nutrien yang terdapat pada limbah. Pada waktu yang sama

oksigen dan mikroba yang terdapat dalam sistem wastewater garden

melenyapkan bakteri berbahaya penyebab penyakit yang terdapat dalam air

limbah yang tidak diolah. Efisiensi teknik wastewater garden sebenarnya

tergolong sedang, namun teknik ini unggul dari aspek biaya investasi dan

kemudahan operasional. Hal ini didukung hasil penelitian Nelson et al. (2006)

yang menunjukkan bahwa teknik wastewater garden hanya mampu meremoval

COD 65-75%, BOD 87.9%, total P 76.4%, total N 79.0%, dan TSS 44.4%. Biaya

investasi pengadaan teknologi wastewater garden hingga siap dioperasikan

sekitar 25 juta rupiah yang jauh lebih murah dibandingkan teknologi biofilter dan

lumpur aktif yang masing-masing membutuhkan biaya investasi mencapai sekitar

500 dan 400 juta rupiah. Produk samping yang dihasilkan wastewater garden juga

Page 60: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

160

tergolong kecil berupa lumpur dan sisa-sisa reruntuhan tanaman sekitar 40 kg/hari

untuk tiap area.

Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan

melewatkannya pada medium penyaringan atau septum. Filtrasi digunakan untuk

memisahkan campuran heterogen zat padat yang tidak larut dalam cairan. Selain

itu, filtrasi dapat menghilangkan bakteri secara efektif dan juga membantu

penyisihan warna, rasa, bau, besi dan mangan. Menurut Masduqi (2004),

mekanisme filtrasi yang dominan dalam filter pasir cepat adalah mechanical

straining, yaitu tertangkapnya partikel oleh media filter karena ukuran partikel

lebih besar daripada ukuran pori-pori media, sedangkan mekanisme filtrasi dalam

filter pasir lambat adalah proses biologis. Selain itu, mekanisme juga dapat

menggunakan membran dan karbon aktif. Membran ditujukan untuk menyaring

bahan berukuran molekuler dan ionik, sedangkan karbon aktif digunakan untuk

media adsorpsi dengan tujuan untuk menghilangkan bahan organik.

Berdasarkan kecepatan alirannya, filtrasi dibagi menjadi: (1) Slow sand

filter (saringan pasir lambat), merupakan penyaringan partikel yang tidak

didahului oleh proses pengolahan kimiawi (koagulasi). Kecepatan aliran dalam

media pasir ini kecil karena ukuran media pasir lebih kecil. Saringan pasir lambat

lebih menyerupai penyaringan air secara alami. (2) Rapid sand filter (saringan

pasir cepat), merupakan penyaringan partikel yang didahului oleh proses

pengolahan kimiawi (koagulasi). Kecepatan aliran air dalam media pasir lebih

besar karena ukuran media pasir lebih besar. Biasanya filter ini digunakan untuk

menyaring partikel yang tidak terendapkan di bak sedimentasi. Berdasarkan hasil

expert judgement, penerapan teknologi filtrasi untuk pengendalian pencemaran

dianggap efisien dan tahapan operasional yang relatif mudah meskipun untuk

pengadaan teknologi tersebut membutuhkan biaya investasi sekitar 250 juta dan

produk samping berupa lumpur yang dihasilkan relatif tinggi yaitu 70 kg/hari.

Hasil analisis dengan CPI menempatkan teknologi filtrasi pada peringkat ke dua

sebagai teknologi pengendalian pencemaran air Kali Surabaya.

Screening merupakan salah satu teknik pengolahan limbah secara fisika.

Screening biasanya menjadi bagian dari suatu bangunan penyadap air, yang terdiri

atas batang-batang besi yang disusun berjajar/paralel (disebut screen). Screening

juga sering ditempatkan pada saluran terbuka yang menghubungkan sungai

(sumber air) menuju ke bak pengumpul. Pada umumnya, sebelum dilakukan

Page 61: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

161

pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan

tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang

terapung disisihkan terlebih dahulu. Screening dimaksudkan untuk menyaring

benda-benda kasar terapung atau melayang di air (daun, plastik, kayu, kain, botol

plastik, bangkai binatang, dan sebagainya).

Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk

menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang

mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.

Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan

mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.

Dalam pengoperasiannya, air akan mengalir melalui bukaan (space) di antara

batang besi. Bila air membawa benda kasar, maka benda ini akan tertahan oleh

besi berjajar tersebut. Hasil analisis CPI menempatkan teknologi screening pada

peringkat ke tiga sebagai teknologi pengendalian pencemaran air Kali Surabaya.

Ditinjau dari kriteria efisiensi, penerapan screening yang paling tidak efisien

dalam meremoval limbah, namun teknologi ini memiliki tiga nilai unggul yaitu

biaya investasi dan operasional paling rendah (biaya investasi sekitar 10 juta) dan

pengoperasiannya sangat mudah.

Biofiltrasi adalah suatu teknik pengendalian pencemaran menggunakan

material hidup untuk menangkap dan melakukan proses degradasi polutan secara

biologi. Teknologi ini merupakan salah satu teknologi yang banyak digunakan

untuk pengolahan air limbah domestik yang cukup handal dan perawatannya

mudah. Hal ini sesuai pendapat Uhl (2000), Juhna dan Melin (2006) yang

menyatakan bahwa teknik biofilter sangat efektif untuk mendegradasi bahan-

bahan organik, mampu mereduksi keberadaan mikroorganisme penyebab

penyakit, dan membutuhkan biaya pemeliharaan yang relatif rendah. Teknik

biofiter menggunakan mikroorganisme (bakteri dan jamur) untuk memisahkan

bahan pencemar atau mengurai bahan organik sehingga mampu menurunkan

konsentrasi BOD, COD maupun TSS lebih dari 90%. Menurut USEPA (1998)

dan Said (2009), keunggulan teknik biofilter antara lain (1) medium filter yang

digunakan tahan hingga 20 tahun, (2) tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah

maupun fluktuasi konsentrasi, (3) operasional dan perawatannya mudah dan

sederhana, (4) konsumsi energi (listrik untuk blower) lebih rendah, (5) tahan

terhadap fluktuasi debit maupun konsentrasi, (6) dapat diaplikasikan untuk

Page 62: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

162

pengolahan berbagai macam air limbah baik limbah domestik maupun limbah

industri dan (7) dapat dirancang untuk skala kecil maupun skala besar. Lebih

lanjut USEPA (1998) menyatakan bahwa teknologi biofilter mampu meremoval

BOD hingga 95-96%, TSS 97-98%, N-NH4

Lumpur aktif (activated sludge) merupakan salah satu teknik pengendalian

pencemaran air dengan prinsip pengolahan aerobik yang mengoksidasi material

organik menjadi CO

97-98%, dan total nitrogen 59-65%.

Berdasarkan hasil expert judgement, penerapan teknologi biofilter untuk

pengendalian pencemaran dianggap paling efisien dan tahapan operasional yang

mudah meskipun untuk pengadaan teknologi tersebut membutuhkan biaya

investasi paling tinggi dibandingkan ke enam alternatif lainnya. Koemantoro

(2007) berdasarkan hasil kajian tentang strategi pemenuhan baku mutu badan air

lokasi intake PDAM Karang Pilang juga merekomendasikan teknologi biofilter

untuk mengurangi beban pencemar di hilir Kali Tengah.

Pengendapan merupakan salah satu teknik pengolahan limbah secara kimia.

Menurut Carlsson (1998), teknik pengendapan banyak dimanfaatkan untuk

memisahkan partikel-partikel tersuspensi yang lebih berat dari air. Pengendapan

partikel-partikel didasarkan pada perbedaan gaya gravitasi dan densitas antara

partikel dan cairan. Pengolahan air buangan dengan teknik pengendapan biasanya

dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap

(koloid), logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan

membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan

tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan, yaitu dari tak

dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan

atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi. Menurut Masduqi (2004), ditinjau dari jenis

partikel yang diendapkan, pengendapan dibedakan menjadi prasedimentasi dan

sedimentasi (mengendapkan partikel flokulen). Bak pengendap ideal tersusun

oleh empat zona, yaitu zona inlet, zona pengendapan, zona lumpur, dan zona

outlet. Prasedimentasi dimaksudkan untuk mengendapkan partikel diskret atau

partikel kasar atau lumpur. Partikel diskret adalah partikel yang tidak mengalami

perubahan bentuk dan ukuran selama mengendap di dalam air.

2 dan H2O (Klopping et al. 1995). Menurut Herlambang &

Wahjono (1999), lumpur aktif adalah ekosistem yang kompleks yang terdiri atas

bakteri, protozoa, virus, dan organisme-organisme lainnya. Istilah lumpur aktif

digunakan untuk suspensi biologis atau massa mikroba yang sangat aktif

Page 63: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

163

mendegradasi bahan-bahan organik yang terlarut. Degradasi bahan organik

dengan lumpur aktif dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan mikroba

mendegradasi bahan organik kompleks menjadi senyawa stabil dan dapat

menurunkan nilai BOD (biochemical oxygen demand) dan COD (chemical

oxygen demand) limbah kurang lebih 70-95 %. Keberhasilan pengolahan limbah

dengan lumpur aktif dalam batas tertentu ditentukan oleh kemampuan bakteri

untuk membentuk flok. Menurut Sulistyanto (2003), lumpur aktif juga mampu

memetabolisme dan memecah zat-zat pencemar yang ada dalam limbah.

5.8 Pemodelan Sistem Pengendalian Pencemaran Air Kali Surabaya

Pemodelan sistem merupakan penyederhanaan dari sebuah obyek atau

situasi guna menemukan peubah-peubah penting dan tepat serta hubungan antar

peubah dalam sistem berdasarkan hasil pendekatan kotak gelap (black box). Pada

diagram kotak gelap sistem pengendalian pencemaran air Kali Surabaya (Gambar

9), tampak bahwa dalam sistem tersebut masukan/input yang mempengaruhi

keberlanjutan pengendalian adalah input lingkungan, input terkontrol, dan input

tak terkontrol. Input lingkungan mencakup peraturan perundangan. Input

terkontrol merupakan input yang dapat dikendalikan pelaksanaan manajemennya

dalam sistem untuk menghasilkan output yang dikehendaki, sedangkan input

tidak terkontrol merupakan input/masukan yang tidak dapat dikontrol.

Variabel-variabel yang mencakup input terkontrol merupakan hasil analisis

atas elemen program dalam membangun sistem, yaitu laju pertumbuhan

penduduk dan kesadaran masyarakat, persepsi masyarakat, implementasi

peraturan pengendalian pencemaran air, komitmen/dukungan Pemerintah Daerah,

dan sistem dan kapasitas kelembagaan. Sementara itu, variabel-variabel yang

termasuk input tidak terkontrol yaitu limbah non-point, debit air dan beban

limbah. Pada proses umpan balik (feedback) terhadap input terkontrol dan tidak

terkontrol diperoleh output yang dikehendaki dan tidak dikehendaki yang dapat

digunakan untuk menilai kinerja sistem. Output yang dikehendaki adalah output

dari hasil umpan balik input yang diharapkan muncul dalam sistem, sedangkan

output yang tidak dikehendaki merupakan output yang tidak dikehendaki terjadi.

Output/keluaran yang dikehendaki dari pelaksanaan sistem yaitu beban

pencemaran menurun, kualitas air memenuhi baku mutu kelas 1 dan

meningkatnya partisipasi masyarakat, sedangkan output yang tidak dikehendaki

Page 64: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

164

yaitu jumlah beban limbah meningkat, kurangnya kerjasama stakeholders,

penurunan kesehatan masyarakat, dan kualitas air terus menurun.

Model pengendalian pencemaran air Kali Surabaya disusun oleh beberapa

sub-sub model, yaitu sub-model lingkungan, sub-model ekonomi, dan sub-model

sosial. Ketiga sub-model tersebut kemudian diintegrasikan menjadi satu model

pengendalian pencemaran air Kali Surabaya.

5.8.1 Sub-Model Lingkungan

Sub model lingkungan dalam sistem pengendalian pencemaran air Kali

Surabaya merupakan bagian pemodelan untuk mengetahui pengaruh variabel-

variabel lingkungan, seperti permasalahan limbah dan pencemaran air Kali

Surabaya terhadap keberlanjutan sistem. Pengaruh variabel-variabel lingkungan

tersebut terhadap sistem kemudian disajikan dalam diagram sebab akibat, seperti

ditunjukkan pada Gambar 36.

AktifitasMembuang

Limbah Domestik

VolumeLimbah

PemakaianAir

++

Beban PencemaranLimbah Domestik

+

Beban PencemaranLimbah Hotel

Beban PencemaranLimbah Pertanian

Beban PencemaranLimbah Industri

Total BebanPencemaran+ +

+

+

JumlahHotel

Jumlah Industri yangtidak memiliki IPAL

Luas Lahan Pertanianyang dibudidaya secara

konvensional

+

+

+

KapasitasAsimilasi

Ratio BebanPencemaran dan

Kapasitas Asimilasi

+

-

Gambar 36 Diagram sub-model lingkungan pengendalian pencemaran Kali Surabaya.

Berdasarkan diagram sub model lingkungan (Gambar 36) diketahui bahwa

total beban pencemaran Kali Surabaya merupakan akumulasi dari beban

pencemaran limbah hotel, beban pencemaran limbah domestik, beban pencemaran

Page 65: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

165

limbah pertanian, dan beban pencemaran limbah industri. Peningkatan beban

pencemaran limbah domestik sangat dipengaruhi oleh peningkatan volume

limbah yang besarnya sangat dipengaruhi oleh faktor tingkat pemakaian air dan

aktivitas membuang limbah domestik oleh masyarakat. Sementara itu, beban

pencemaran limbah pertanian sangat dipengaruhi oleh luas lahan pertanian di

sepanjang Kali Surabaya, dan untuk beban pencemaran limbah industri dan hotel

sangat dipengaruhi oleh jumlah hotel dan industri yang membuang limbahnya ke

badan Kali Surabaya. Secara keseluruhan total beban pencemaran Kali Surabaya

akan sangat mempengaruhi kapasitas asimilasi Kali Surabaya atau kemampuan

Kali Surabaya mereduksi beban pencemaran akibat pembuangan limbah domestik,

industri, pertanian dan hotel. Diagram stock flow sub model lingkungan dalam

sistem pengendalian pencemaran Kali Surabaya dapat dilihat pada Gambar 37.

Sumber Zona 500 m Saluran LimbahDomestik

dan Anak Sungai

Limbah Domestik

Limbah Hotel

DPSAnak Sungai

Limbah Industri

Limbah Pertanian

BCODSH BTSSSHBBODSH

BBODS BCODS BTSSSBCOD500

FCOD

BBODIH

BCODIH

BTSSIH

FBOD

BBODIAH

BCODIAH

BTSSIAH

Pemakaian_Air

Vol_Limb

BBODPH

BCODPH

BNNO3PH

BTSSPH

BPO4PH

Pddk_Pemb_Limb

TBCODP

TBNNO3P

Pengguna_Air

TBPO4P

BBODIA

BCODIA

BTSSIA

BBODI

BTSSITBTSSI

TBTSSP

TBTSSLD

FLPL

BTSSHH

Air_Buangan

BCODHH

BBODHHPJH

FPH

BCODI

TBCODH

TBTSSH

Jml_H

FPJH

PJIA

FPIA

Jml_Ind_A

FPJIA

FPID

Jml_Ind_D

PJID

FPJID

TBBODI

Lahan_Pertanian TBBODP

TBBODH

TBCODLD

TBCODI

COD

TSS

NNO3

PPO4

BBOD500

TBBODLD

BOD

(a)

Page 66: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

166

NNO3

TSS

BOD FLBODK

FLCODK

PPO4

FLNNO3K

FLPPO4K

COD

FKACOD FKANNO3

FKAPPO4

FKABODLBODK

LTSSK

FKATSS

LKATSS

LCODK

LKACOD

LNNO3K

LKAPPO4

LPPO4K

LKABOD

PBOD

PTSS

PCOD

PNNO3

PPPO4

PTP

BODK

TSSK

CODK NNO3K

PPO4K

FLTSSK

LKANNO3

KABOD

KATSS

KACOD KANNO3

KAPPO4

(b)

Gambar 37 Diagram stock flow sub model lingkungan pengendalian pencemaran

air Kali Surabaya (a) beban pencemaran dari sumber pencemaran dan (b) beban pencemaran Kali Surabaya.

Keterangan: BODK = beban pencemaran BOD Kali Surabaya CODK = beban pencemaran COD Kali Surabaya Jml_H = jumlah hotel yang membuang limbah ke Kali Surabaya Jml_Ind_A = jumlah industri yang saluran pembuangan limbah cairnya menuju Kali Surabaya melalui anak sungai Jml_Ind_D = jumlah industri yang saluran pembuangan limbah cairnya menuju Kali Surabaya KABOD = kapasitas asimilasi untuk parameter BOD KACOD = kapasitas asimilasi untuk parameter COD KANNO3 = kapasitas asimilasi untuk parameter N-NO3 KAPPO4 = kapasitas asimilasi untuk parameter P-PO4 KATSS = kapasitas asimilasi untuk parameter TSS Lahan_Pertanian = luas lahan pertanian di daerah hulu NNO3K = beban pencemaran N-NO3 Kali Surabaya PPO4K = beban pencemaran P-PO4 Kali Surabaya TSSK = beban pencemaran TSS Kali Surabaya LBODK = laju masukan beban pencemaran BOD di Kali Surabaya LCODK = laju masukan beban pencemaran COD di Kali Surabaya LKABOD = laju masukan kapasitas asimilasi untuk parameter BOD di Kali Surabaya LKACOD = laju masukan kapasitas asimilasi untuk parameter COD di Kali Surabaya LKANNO3 = laju masukan kapasitas asimilasi untuk parameter N-NO3 di Kali Surabaya

Page 67: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

167

LKAPPO4 = laju masukan kapasitas asimilasi untuk parameter P-PO4 di Kali Surabaya LKATSS = laju masukan kapasitas asimilasi untuk parameter TSS di Kali Surabaya LNNO3K = laju masukan beban pencemaran N-NO3 di Kali Surabaya LPPO4K = laju masukan beban pencemaran P-PO4 di Kali Surabaya LTSSK = laju masukan beban pencemaran TSS di Kali Surabaya PJH = fraksi pertumbuhan jumlah hotel yang membuang limbah ke Kali Surabaya PJIA = pertumbuhan jumlah industri yang saluran pembuangan limbah cairnya menuju Kali Surabaya melalui anak sungai PJID = pertumbuhan jumlah industri yang saluran pembuangan limbah cairnya menuju Kali Surabaya BBOD500 = jumlah beban BOD dalam satu tahun pada zona 500 m BBODI = beban BOD limbah industri per tahun BBODIA = beban BOD per tahun dari limbah industri melalui anak sungai BBODS = beban BOD per tahun pada saluran limbah domestik dan anak sungai BCOD500 = jumlah beban COD dalam satu tahun pada zona 500 m BCODI = beban COD limbah industri per tahun BCODIA = beban COD per tahun dari limbah industri melalui anak sungai BCODS = beban BOD per tahun pada saluran limbah domestik dan anak sungai BOD = beban BOD sumber pencemar BTSSI = beban TSS limbah industri per tahun BTSSIA = beban TSS per tahun dari limbah industri melalui anak sungai BTSSS = beban TSS per hari pada saluran limbah domestik dan anak sungai COD = beban COD dari sumber pencemar FKABOD = fraksi kapasitas asimilasi BOD di Kali Surabaya FKACOD = fraksi kapasitas asimilasi COD di Kali Surabaya FKANNO3 = fraksi kapasitas asimilasi N-NO3 di Kali Surabaya FKAPPO4 = fraksi kapasitas asimilasi P-PO4 di Kali Surabaya FKATSS = fraksi kapasitas asimilasi TSS di Kali Surabaya FLBODK = fraksi konstanta pertambahan BOD di Kali Surabaya FLCODK = fraksi konstanta pertambahan COD di Kali Surabaya FLNNO3K = fraksi konstanta pertambahan N-NO3 di Kali Surabaya FLPL = fraksi lahan pertanian terhadap limbah FLPPO4K = fraksi konstanta pertambahan P-PO4 di Kali Surabaya FLTSSK = fraksi konstanta pertambahan TSS di Kali Surabaya FPH = fraksi perkembangan hotel FPIA = fraksi perkembangan industri melalui anak sungai FPID = fraksi perkembangan industri FPJH = fraksi pertumbuhan jumlah hotel yang membuang limbah ke Kali Surabaya FPJIA = fraksi pertumbuhan jumlah industri yang saluran pembuangan limbah cairnya menuju Kali Surabaya melalui anak sungai FPJID = fraksi pertumbuhan jumlah industri yang saluran pembuangan limbah cairnya menuju Kali Surabaya NNO3 = beban N-NO3 dari sumber pencemar PBOD = persentase BOD telah melampaui kapasitas asimilasi di Kali Surabaya PCOD = persentase COD telah melampaui kapasitas asimilasi di Kali Surabaya Pengguna_Air = jumlah penggunaan air dalam satu tahun PNNO3 = persentase N-NO3 telah melampaui kapasitas asimilasi di Kali Surabaya PPO4 = beban P-PO4 dari sumber pencemar PPPO4 = persentase P-PO4 telah melampaui kapasitas asimilasi di Kali Surabaya PTP = persentase rata-rata total beban pencemaran yang telah melampaui kapasitas asimilasinya di Kali Surabaya PTSS = persentase TSS telah melampaui kapasitas asimilasi di Kali Surabaya TBBODH = total beban BOD limbah hotel per tahun TBBODI = total beban pencemaran BOD limbah industri per tahun TBBODLD = total beban pencemaran BOD limbah domestik per tahun TBBODP = total beban pencemaran BOD pertanian per tahun TBCODH = total beban COD limbah hotel per tahun TBCODI = total beban pencemaran COD limbah industri per tahun TBCODLD = total beban pencemaran COD limbah domestic per tahun TBCODP = total beban pencemaran COD pertanian per tahun TBNNO3P = total beban pencemaran N-NO3 pertanian per tahun

Page 68: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

168

TBPO4P = total beban pencemaran P-PO4 pertanian per tahun TBTSSH = total beban TSS limbah hotel per tahun TBTSSI = total beban pencemaran TSS limbah industri per tahun TBTSSLD = total beban pencemaran TSS limbah domestic per tahun TBTSSP = total beban pencemaran TSS pertanian per tahun TSS = beban TSS dari sumber pencemar Vol_Limb = volume limbah dari jumlah penduduk pembuang limbah Air_Buangan = jumlah air buangan per orang BBODHH = beban BOD limbah hotel per hari BBODIAH = beban BOD limbah industri melalui anak sungai per hari BBODIH = beban BOD limbah industri per hari BBODPH = beban BOD limbah pertanian per hari BBODSH = beban BOD per hari pada saluran limbah domestik dan anak sungai BCODHH = beban COD limbah hotel per hari BCODIAH = beban COD limbah industri melalui anak sungai per hari BCODIH = beban COD limbah industri per hari BCODPH = beban COD limbah pertanian per hari BCODSH = beban COD per hari pada saluran limbah domestik dan anak sungai BNNO3PH = beban N-NO3 limbah pertanian per hari BPO4PH = beban P-PO4

Jumlah hotel yang membuang limbah secara langsung ke Kali Surabaya

sebanyak 1 buah, yaitu hotel Singgasana dengan debit rata-rata air limbah sebesar

37.65 m

limbah pertanian per hari BTSSHH = beban TSS limbah hotel per hari BTSSIAH = beban TSS limbah industri melalui anak sungai per hari BTSSIH = beban TSS limbah industri per hari BTSSPH = beban TSS limbah pertanian per hari BTSSSH = beban TSS per hari pada saluran limbah domestik dan anak sungai FBOD = faktor konversi beban BOD daerah perkotaan FCOD = faktor konversi beban COD daerah perkotaan Pemakaian_Air = jumlah air rata-rata yang digunakan per orang per hari

Model pengendalian pencemaran Kali Surabaya sub model lingkungan yang

telah dirumuskan dapat digunakan dengan beberapa asumsi yang akan membatasi

keberlakuan model khususnya sub model lingkungan. Asumsi-asumsi tersebut

adalah persentase pembuangan limbah domestik ke Kali Surabaya yang dipakai

untuk perhitungan adalah 32.50% dari jumlah penduduk di stren Kali Surabaya.

Data pemakaian jumlah air rata-rata menggunakan nilai rata-rata pemakaian air

bersih berdasarkan hasil survei Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen

Cipta Karya tahun 2006, yaitu 144 liter/orang/hari, sedangkan jumlah air buangan

adalah 80% pemakaian air atau 115.2 liter/orang/hari. Untuk mendapatkan jumlah

limbah per tahun dikalikan dengan 30 hari dan 12 bulan. Faktor konversi yang

digunakan untuk mengestimasi beban pencemaran akibat limbah domestik untuk

BOD adalah 46 gram /orang/hari (Harnanto dan Hidayat 2003) dan COD 57

g/orang/hari (Salim 2002).

3/hari. Beban pencemar BOD, COD, dan TSS dari hotel Singgasana yang

masuk ke Kali Surabaya tergolong rendah, karena selain parameter pencemar

masih memenuhi baku mutu, debit buangan limbah juga kecil.

Page 69: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

169

Beban pencemar Kali Surabaya selain bersumber dari industri yang

membuang limbahnya langsung ke Kali Surabaya juga bersumber dari buangan

industri melalui Anak Sungai (Kali Tengah dan Kali Perning) dan saluran

pembuangan Waru Gunung. Terdapat 26 industri yang membuang air limbahnya

ke Kali Tengah yang merupakan anak Kali Surabaya.

Kegiatan pertanian juga berpotensi mencemari air terutama air sungai.

Penggunaan pupuk kimia dan pestisida dapat menyebabkan eutrofikasi

lingkungan perairan. Lahan pertanian di DPS Kali Surabaya hanya terdapat di

bagian hulu Kali Surabaya dengan luas lahan 1015 ha. Daerah yang berpotensi

menjadi sumber pencemaran limbah pertanian adalah Desa Kramat Temenggung

dan Desa Wonoayu.

Limbah domestik memberikan kontribusi beban pencemar terbesar

dibandingkan sumber pencemar lain. Untuk parameter BOD kontribusi limbah

domestik mencapai 59.77%, COD 54.11% dan untuk beban pencemar TSS

kontribusi limbah domestik mencapai 80.37%.

Berdasarkan sub-model lingkungan tampak bahwa laju pertambahan limbah

berfungsi sebagai laju masukan pada level limbah merupakan perkalian antara

jumlah limbah yang dikeluarkan per orang per hari selama satu tahun yang

terdapat sebagai constanta pada angka limbah dengan populasi yang merupakan

pertambahan penduduk dari imigrasi dan kelahiran yang dikurangi dengan

emigrasi dan kematian sebagai auxiliary.

Besarnya potensi beban pencemar dari sumber domestik dapat diperkirakan

dengan cara mengalikan emisi BOD, COD dan TSS dengan jumlah penduduk.

Emisi BOD, COD atau TSS adalah besarnya BOD, COD atau TSS yang

dihasilkan per orang setiap hari. Pada penelitian ini, perhitungan beban

pencemaran dari limbah domestik yang dibuang ke Kali Surabaya, didasarkan

pada hasil kuesioner pembuangan air limbah rumah tangga di sepanjang sisi kiri-

kanan Kali Surabaya dan jumlah penduduk yang bertempat tinggal dalam zona

lebih kurang 500 meter dari Kali Surabaya.

Besarnya potensi beban pencemar dari sumber industri dapat diperkirakan

dengan cara mengalikan emisi BOD, COD atau TSS dengan jumlah industri.

Emisi BOD, COD atau TSS adalah besarnya BOD, COD atau TSS yang

dihasilkan oleh industri setiap hari. Pada penelitian ini, perhitungan beban

pencemaran dari limbah industri yang dibuang ke Kali Surabaya, didasarkan atas

Page 70: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

170

data industri yang melakukan pembuangan air limbah industrinya langsung ke

Kali Surabaya. Di sepanjang Kali Surabaya terdapat sekitar 36 industri yang

saluran pembuangan limbah cairnya menuju Kali Surabaya. Selain itu juga

terdapat industri-industri yang letaknya di luar wilayah Kota Surabaya yang

membuang limbahnya ke Kali Tengah yang akhirnya bermuara ke Kali Surabaya.

Jenis industri tersebut terutama adalah industri pulp dan kertas, industri makanan

dan minuman, industri MSG, industri tekstil, industri minyak dan deterjen, dan

industri kimia dan metalurgi.

Besarnya potensi beban pencemar dari sumber hotel dapat diperkirakan

dengan cara mengalikan emisi BOD, COD atau TSS dengan jumlah hotel. Emisi

BOD, COD atau TSS adalah besarnya BOD, COD atau TSS yang dihasilkan per

hotel setiap hari. Pada penelitian ini, perhitungan beban pencemaran dari limbah

hotel yang dibuang ke Kali Surabaya, didasarkan pada data hotel yang melakukan

pembuangan air limbah langsung ke Kali Surabaya.

Nilai pencemaran limbah pertanian dari tiap-tiap parameter (BOD, COD dan

TSS) sebagai auxiliary merupakan perkalian antara jumlah limbah pertanian

dibagi pertambahan limbah sebagai laju masukan pada limbah dengan kontribusi

pencemar pertanian dan luas area pertanian sebagai konstanta.

5.8.2 Sub-Model Ekonomi

Sub model ekonomi dalam sistem pengendalian pencemaran air Kali

Surabaya merupakan bagian pemodelan untuk mengetahui pengaruh variabel-

variabel ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan sektoral, tingkat

pendapatan dan jumlah populasi penduduk terhadap keberlanjutan sistem.

Diagram sebab akibat pengaruh variabel-variabel ekonomi terhadap sistem

disajikan pada Gambar 38.

Berdasarkan diagram sub model ekonomi (Gambar 38), diketahui bahwa

pertumbuhan ekonomi dalam model pengendalian pencemaran Kali Surabaya

merupakan akumulasi dari pertumbuhan sektor-sektor ekonomi antara lain

pertanian, industri, perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dan listrik, gas dan air

(LGA) sebagai dampak turunan dari peningkatan pangsa sektor-sektor tersebut.

Pertumbuhan ekonomi tersebut pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan

pendapatan masyarakat. Bentuk diagram alir sub-model ekonomi dalam

pengendalian pencemaran air Kali Surabaya disajikan pada Gambar 39.

Page 71: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

171

PertambahanPendapatan

PertumbuhanEkonomi

PertumbuhanPertanian

PertumbuhanIndustri

PertumbuhanBangunan

++

++

+

Populasi

PendapatanEkonomi

-

+

+

++

+

PangsaPertumbuhan

Bangunan

+

PangsaPertumbuhan Listrik,

Gas dan Air

+

Pangsa PertumbuhanIndustri

+

PangsaPertumbuhan

Pertanian

+

PertumbuhanListrik, Gas dan Air

PangsaPertumbuhan

Hotel

+

PertumbuhanHotel

+

+

Gambar 38 Diagram sub model ekonomi pengendalian pencemaran Kali Surabaya.

Aktivitas_Ekonomi

Populasi Pertambahan_Pendapatan Pendapatan Pendapatan_Ekonomi

Pert_LGA

Pert_Pert

Pangsa_Pert_Ind

Pert_Ind

Pangsa_Pert_LGA

Ind LGA

Pert_PHRPert

Pangsa_Pert_PertPangsa_Pert_PHR

PHR

Gambar 39 Stock flow diagram sub-model ekonomi.

Page 72: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

172

Keterangan: Ind = angka pertumbuhan sektor industri LGA = angka pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih Pert = angka pertumbuhan sektor pertanian PHR = angka pertumbuhan sektor perdagangan , hotel dan restoran Populasi = jumlah penduduk kota surabaya Pert_Ind = laju pertumbuhan sektor industri Pert_LGA = laju pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih (LGA) Pert_Pert = laju pertumbuhan sektor pertanian Pert_PHR = laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran Pendapatan = pendapatan ekonomi per kapita Pertambahan_Pendapatan = persen pertambahan pendapatan per kapita Pangsa_Pert_Ind = persentase pertambahan pangsa pertumbuhan sektor industri Pangsa_Pert_LGA = persentase pertambahan pangsa pertumbuhan sektor LGA Pangsa_Pert_Pert = persentase pertambahan pangsa pertumbuhan sektor pertanian Pangsa_Pert_PHR = persentase pertambahan pangsa pertumbuhan sektor hotel Pendapatan_Ekonomi = pendapatan ekonomi per kapita di awal simulasi Model pengendalian pencemaran Kali Surabaya sub model ekonomi yang

telah dirumuskan dapat digunakan dengan bebarapa asumsi yang akan membatasi

keberlakuan model khususnya sub model ekonomi. Asumsi-asumsi tersebut

adalah untuk aktivitas ekonomi sebagai auxiliary merupakan penjumlahan dari

kontribusi tiap sektor, seperti listrik, gas dan air (LGA), perdagangan, hotel dan

restoran (PHR), pertanian dan industri sebagai laju masukan dengan kontribusi

masing-masing sektor sebagai konstanta. Pertumbuhan dari tiap-tiap sektor,

seperti pertanian, perdagangan, hotel dan restoran (PHR), listrik, gas dan air

(LGA) dan industri sebagai auxiliary besarnya sangat dipengaruhi oleh pangsa

pasar dari masing-masing sektor sebagai laju masukan.

5.8.3 Sub-Model Sosial

Sub model sosial dalam sistem pengendalian pencemaran air Kali Surabaya

merupakan bagian pemodelan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel sosial,

seperti jumlah populasi, kelahiran, kematian, imigrasi, emigrasi, pendidikan, dan

partisipasi masyarakat terhadap keberlanjutan sistem. Hubungan sebab akibat

antara unsur di dalam sistem sosial ditunjukkan pada Gambar 40.

Berdasarkan diagram sub model sosial (Gambar 40), pengendalian

pencemaran Kali Surabaya sangat dipengaruhi oleh faktor dinamika populasi.

Jumlah populasi akan mengalami pertambahan apabila terjadi peningkatan jumlah

kelahiran dan imigrasi atau terjadi penurunan jumlah emigrasi dan tingkat

kematian. Dalam sistem pengendalian pencemaran Kali Surabaya, peningkatan

jumlah populasi berdampak pada peningkatan aktivitas membuang limbah

domestik dan untuk mengimbanginya dapat dilakukan melalui pendekatan

Page 73: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

173

pendidikan dan partisipasi. Dampak lain dari peningkatan jumlah populasi adalah

peningkatan penggunaan lahan pemukiman dan peningkatan konversi lahan

pertanian menjadi lahan pemukiman. Gambaran tentang diagram alir sub model

sosial dalam sistem pengendalian pencemaran Kali Surabaya ditunjukkan pada

Gambar 41.

Populasi

-Imigrasi

Kelahiran

Emigrasi

Kematian

+ -

+

+ +

+ +

LahanPermukiman

+

LahanPertanian

-

AktifitasMembuang

Limbah Domestik

+

Pendidikandan Partisipasi

-

Gambar 40 Diagram sub-model sosial pengendalian pencemaran Kali Surabaya.

Model pengendalian pencemaran air Kali Surabaya sub model sosial yang

telah dirumuskan dapat digunakan dengan beberapa asumsi yang akan membatasi

keberlakuan model khususnya sub model sosial. Asumsi-asumsi tersebut adalah

jumlah populasi sebagai auxiliary merupakan penjumlahan dari jumlah populasi

saat ini sebagai konstanta dengan jumlah kelahiran dan imigrasi sebagai laju

masukan penambah dan jumlah kematian dan emigrasi sebagai laju masukan

pengurang.

Terjadinya dinamika perpindahan penduduk yang keluar masuk lokasi

ternyata ikut mempengaruhi model simulasi yang dibuat. Jumlah imigrasi sebagai

auxiliary besarannya ditentukan oleh nilai imigrasi normal. Penduduk keluar

(emigrasi) besarannya ditentukan oleh nilai emigrasi normal sebagai laju keluaran

terhadap populasi. Di samping itu, laju pertambahan dan pengurangan populasi

sebagai dampak terjadinya kelahiran dan kematian, dalam model simulasi

besarannya ditentukan oleh nilai fertilitas dan mortalitas sebagai konstanta.

Page 74: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

174

Kelahiran Kematian

Pertumbuhan_Populasi

Imigrasi Emigrasi

Kelahiran Kematian

Fr_500m

Mortalitas

Emigrasi_Normal

Laju_Keb_Lahan_Permukiman

Fertilitas

Imigrasi_Normal

Pddk_500m

FrPBtr

Fr_Permukiman

Konversi_LP

Fr_LP

Populasi

PopBtr

Lahan_Permukiman

Lahan_Pertanian

Pddk_Pemb_Limb

Fr_Pemb_Limb

Pendidikan

Gambar 41 Stock flow diagram sub-model sosial dalam pengendalian

pencemaran air Kali Surabaya.

Keterangan: Lahan_Pemukiman = luas lahan pemukiman di hulu sungai Lahan_Pertanian = luas lahan pertanian di daerah hulu Konversi_LP = laju konversi lahan pertanian Laju_Keb_Lahan_Pemukiman = pertumbuhan kebutuhan lahan pemukiman Emigrasi_Normal = persentase angka emigrasi Fr_LP = fraksi lahan pertanian Fr_Pemb_Limb = persentase penduduk pembuang limbah Fr_Pemukiman = fraksi kebutuhan lahan pemukiman Imigrasi_Normal = persentase angka imigrasi Pddk_500m = jumlah penduduk radius 500 m Pddk_Pemb_Limb = jumlah penduduk pembuang limbah pada jarak 500 m Pertumbuhan_Populasi = pertumbuhan penduduk kota Surabaya PopBtr = penduduk bantaran Kali Surabaya (kawasan penyangga) Fr_500m = persen penduduk pada jarak 500 m FrPBtr = fraksi penduduk di daerah penyangga dari total penduduk Kota Surabaya

Dalam model pengendalian pencemaran air Kali Surabaya jumlah populasi

bantaran sungai merupakan auxiliary dan merupakan perkalian dari populasi

seluruh wilayah kajian secara keseluruhan sebagai laju masukan dengan nilai

Page 75: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

175

fraksi populasi bantaran sungai sebagai konstanta. Penduduk yang tinggal di

sekitar 500 m pada sisi kiri-kanan sungai merupakan auxiliary dan besarannya

diperoleh dari perkalian jumlah populasi di bantaran sungai sebagai laju masukan

dengan nilai fraksinya sebagai konstanta.

Tingkat pencemaran limbah domestik Kali Surabaya sebagian besar

disebabkan oleh pembuangan limbah domestik pemukiman penduduk di

pinggiran sungai dan anak sungai Kali Surabaya serta melalui saluran limbah

domestik. Berdasarkan model pengendalian pencemaran air Kali Surabaya,

jumlah penduduk pembuang limbah domestik berfungsi sebagai auxiliary dan

besarannya ditentukan oleh jumlah penduduk yang tinggal di 500 m pada sisi kiri-

kanan bantaran sungai sebagai laju masukan dengan nilai fraksinya dan nilai

faktor pendidikan sebagai konstanta.

Di dalam model, peningkatan jumlah populasi pemukiman di sepanjang

bantaran Kali Surabaya akan berdampak pada peningkatan laju penggunaan lahan

di pinggir sungai untuk kegiatan pemukiman. Laju penggunaan lahan di pinggir

sungai sebagai auxiliary besarannya ditentukan oleh jumlah populasi di bantaran

sungai dan luasan lahan pemukiman sebagai laju masukan dan nilai fraksinya

sebagai konstanta. Tingkat konversi lahan pertanian sebagai salah satu dampak

peningkatan kebutuhan akan lahan pemukiman besarannya ditentukan oleh luasan

lahan pemukiman dan lahan pertanian sebagai laju masukan, serta fraksinya

sebagai konstanta.

Model pengendalian pencemaran Kali Surabaya disusun berdasarkan atas

tiga sub-model yang saling terkait, yaitu sub-model lingkungan, sub-model

ekonomi, dan sub-model sosial. Gabungan ketiga sub-model membentuk sebuah

sistem pengendalian pencemaran air Kali Surabaya. Penyusunan diagram alir

sebab akibat dalam model didasarkan pada keterkaitan antara variabel-variabel

dalam struktur sistem pencemaran air Kali Surabaya, seperti pertumbuhan

penduduk, pertumbuhan industri, luas lahan pertanian, tingkat pendidikan dan

kesejahteraan penduduk, aktivitas hotel beserta faktor yang mempengaruhinya.

Stock flow diagram model pengendalian pencemaran air Kali Surabaya dengan

bentuk struktur modelnya disajikan pada Gambar 42.

Page 76: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

176

Sumber Zona 500 m Saluran LimbahDomestik

dan Anak Sungai

Limbah Domestik

Limbah Hotel

DPSAnak Sungai

Limbah Industri

Limbah Pertanian

Kelahiran Kematian

Pertumbuhan_Populasi

Imigrasi Emigrasi

Kelahiran Kematian

BCODSH BTSSSHBBODSH

BBODS BCODS BTSSSBCOD500

FCOD

BBODIH

BCODIH

BTSSIH

FBOD

BBODIAH

BCODIAH

BTSSIAH

Pemakaian_Air

Vol_Limb

BBODPH

BCODPH

BNNO3PH

BTSSPH

BPO4PH

TBCODP

TBNNO3P

Pengguna_Air

TBPO4P

BBODIA

BCODIA

BTSSIA

BBODI

BTSSITBTSSI

TBTSSP

TBTSSLD

Mortalitas

Emigrasi_Normal

Laju_Keb_Lahan_Permukiman

Fertilitas

Imigrasi_Normal

Fr_Permukiman

Konversi_LP

Fr_LP

Lahan_Permukiman

Lahan_Pertanian

FLPL

BTSSHH

Air_Buangan

BCODHH

BBODHHPJH

FPH

BCODI

TBCODH

TBTSSH

Jml_H

FPJH

PJIA

FPIA

Jml_Ind_A

FPJIA

FPID

Jml_Ind_D

PJID

FPJID

TBBODI

Lahan_Pertanian TBBODP

TBBODH

TBCODLD

TBCODI

Pendapatan Pendapatan_Ekonomi

Pert_LGA

Pert_Pert

Pangsa_Pert_Ind

Pert_Ind

Pangsa_Pert_LGA

Ind

COD

TSS

NNO3

PPO4

NNO3FLCODK

PPO4

FLNNO3K

FLPPO4K

FKACOD FKANNO3

FKAPPO4

FKABODBBOD500

TBBODLD

BOD

LBODK

LTSSK

FKATSS

LKATSS

LCODK

LKACOD

LNNO3K

LKAPPO4

LPPO4K

LKABOD

PBOD

PTSS

PCOD

PNNO3

PPPO4

PTP

BODK

TSSK

CODK NNO3K

PPO4K

LKANNO3

LGA

Pert_PHRPert

Pangsa_Pert_PertPangsa_Pert_PHR

KABOD

KATSS

KACOD KANNO3

KAPPO4

PHR

Pertambahan_Pendapatan

PopBtr

PendidikanFr_Pemb_Limb

Fr_500m

Pddk_500m

FrPBtr

Pddk_Pemb_Limb

FLTSSK

Populasi

Aktivitas_Ekonomi

FLBODK

Gambar 42 Stock flow diagram model pengendalian pencemaran air Kali Surabaya.

Page 77: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

177

5.8.4 Kondisi Eksisting Model

5.8.4.1 Simulasi Sub-Model Lingkungan

Simulasi model lingkungan menggambarkan tingkat pencemaran Kali

Surabaya yang ditunjukkan oleh parameter kualitas air. Parameter yang

digunakan dalam simulasi model ini adalah BOD, COD, dan TSS. Hasil simulasi

sub-model lingkungan disajikan pada Gambar 43.

Tahun

(kg/

tahu

n)

BOD1COD2TSS3

2005 2010 2015 2020 2025 20300

20000000

40000000

60000000

80000000

100000000

1

2

3

1

2

3

1

2

3

1

2

3

1

2

3

1

2

3

Gambar 43 Simulasi sub-model lingkungan berdasarkan beban BOD, COD

dan TSS dari sumber pencemaran. Hasil simulasi sub-model berdasarkan beban BOD, COD, dan TSS dari

sumber pencemaran, diketahui bahwa terjadi peningkatan beban pencemaran air

Kali Surabaya akibat meningkatnya pencemaran lingkungan Kali Surabaya.

Peningkatan beban pencemaran air tersebut ditunjukkan oleh peningkatan beban

BOD, COD, dan TSS dari sumber pencemaran selama tahun simulasi yang dibuat.

Pada tahun 2003, beban pencemaran BOD, COD, dan TSS berturut-turut adalah

15,649; 36,291 dan 42,173 ton/tahun. Pada tahun 2008, beban pencemaran

tersebut meningkat masing-masing menjadi 19,825; 47,342 dan 71,468 ton/tahun.

Peningkatan beban pencemaran BOD, COD, dan TSS terus berlangsung hingga

akhir simulasi 2030, yaitu beban BOD 23,636; COD 57,014 dan TSS 95,638

ton/tahun. (Hasil simulasi selengkapnya disajikan pada Lampiran 20).

Hasil simulasi sub-model lingkungan berdasarkan beban N-NO3 dan P-PO4

dari sumber pencemar ditunjukkan pada Gambar 44.

Page 78: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

178

Tahun

(kg/

tahu

n)

NNO31PPO42

2005 2010 2015 2020 2025 20300

500

1000

1

2 1

2

1

2

12

12 1

Gambar 44 Simulasi sub-model lingkungan berdasarkan N-NO3 dan P-PO4 beban sumber pencemaran.

Berdasarkan simulasi sub-model lingkungan (Gambar 44), tampak bahwa

beban N-NO3 dan P-PO4 yang masuk ke Kali Surabaya mengalami penurunan

akibat menurunnya beban pencemaran limbah yang mengandung senyawa nitrat

dan fosfat ke Kali Surabaya. Penurunan ini ditunjukan oleh berkurangnya beban

nitrat dan fosfat selama tahun simulasi yang dibuat. Pada tahun 2003, tercatat

beban N-NO3 dan P-PO4 berturut-turut 1,232 dan 895 kg/tahun. Pada tahun 2008

mengalami penurunan menjadi 1,026 dan 745 kg/tahun. Perbaikan kualitas air

berdasarkan kandungan N-NO3 dan P-PO4 terus mengalami peningkatan hingga

akhir simulasi tahun 2030, yaitu beban N-NO3 dan P-PO4 menjadi 34.49 dan

25.06 kg/tahun. (Hasil simulasi sub-model lingkungan berdasarkan beban N-NO3

dan P-PO4

Hasil simulasi (Gambar 45), memperlihatkan bahwa beban BOD, COD,

dan TSS di Kali Surabaya menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Hasil

simulasi tahun 2003 hingga tahun 2008, beban BOD berfluktuasi akibat

perubahan debit dan kadar BOD Kali Surabaya. Kecenderungan peningkatan

beban BOD terjadi pada tahun 2009 hingga akhir tahun simulasi akibat

meningkatnya pencemaran lingkungan Kali Surabaya. Beban BOD tahun 2003

dan tahun 2008 berturut-turut 3,563 dan 3,935 ton/tahun, sedangkan pada tahun

selengkapnya disajikan pada Lampiran 21).

Simulasi sub-model lingkungan juga dilakukan terhadap beban pencemaran

BOD, COD, dan TSS yang terjadi di Kali Surabaya dibandingkan dengan

kapasitas asimilasi Kali Surabaya. Hasil simulasi ditunjukkan pada Gambar 45.

Page 79: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

179

2030 beban BOD mencapai 7,701 ton/tahun. Beban pencemar COD dan TSS pada

tahun 2003-2006 menunjukkan nilai yang fluktuatif, namun pada tahun 2007

hingga tahun 2030, beban TSS terus mengalami peningkatan dan beban COD

menurun. Pada tahun 2003, 2008, dan 2030 beban TSS masing-masing adalah

26,782; 85,722 dan 348,784 ton/tahun, sedangkan beban COD berturut-turut

adalah 17,845; 13.190 dan 5,913 ton/tahun.

Tahun

( kg/

tahu

n )

BODK1KABOD2

2005 2010 2015 2020 2025 2030

2000000

4000000

6000000

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

Tahun( k

g/ta

hun

)

CODK1KACOD2

2005 2010 2015 2020 2025 2030

5000000

10000000

150000001

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

Tahun

( kg/

tahu

n )

TSSK1KATSS2

2005 2010 2015 2020 2025 2030

100000000

200000000

300000000

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

Gambar 45 Simulasi sub-model lingkungan berdasarkan BOD, COD dan TSS di

Kali Surabaya. Beban pencemaran air Kali Surabaya berdasarkan ketiga parameter di atas,

melampaui batas kapasitas asimilasi atau kemampuan Kali Surabaya dalam

mereduksi beban pencemaran tersebut secara alamiah. Kapasitas asimilasi BOD

(KABOD) pada tahun 2003, 2008, dan 2030 berturut-turut adalah 145.19,

129.53 dan 604.29 ton/tahun. Kapasitas asimilasi COD (KACOD) pada tahun

2003, 2008, dan 2030 masing-masing adalah 725.96; 647.64 dan 3,021.50

ton/tahun, sedangkan kapasitas asimilasi TSS berturut-turut adalah 3,629.84;

3,238.23 dan 15,107.53 ton/tahun.

Kecenderungan perubahan beban pencemar N-NO3 dan P-PO4 di Kali

Surabaya mengikuti pola perubahan beban pencemar N-NO3 dan P-PO4 dari

sumber pencemar (limbah pertanian dan domestik). Kecenderungan perubahan

Page 80: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

180

tersebut dapat dilihat dari hasil simulasi beban N-NO3 dan P-PO4

Tahun

(kg/

tahu

n)

NNO3K1KANNO32

2005 2010 2015 2020 2025 20300

500000

1000000

1500000

1

2

1

21 2 1 2 1 2 1

yang

ditunjukan pada Gambar 46.

(a) Tahun

(kg/

tahu

n)

PPO4K1KAPPO42

2005 2010 2015 2020 2025 2030

1000000

2000000

3000000

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

(b)

Gambar 46 Simulasi sub-model lingkungan berdasarkan: (a) beban N-NO3 (b) beban P-PO4 di Kali Surabaya.

Hasil simulasi (Gambar 46), memperlihatkan bahwa beban nitrat dan fosfat

di Kali Surabaya mengalami penurunan yang cukup tajam. Penurunan tersebut

ditunjukkan oleh berkurangnya kadar nitrat dan fosfat selama tahun simulasi yang

dibuat. Pada tahun 2003 beban pencemar N-NO3 dan P-PO4 berturut-turut adalah

1,783.56 dan 762.57 ton/tahun. Pada tahun 2008 mengalami penurunan cukup

tajam masing-masing menjadi 308.91 dan 120.00 ton/tahun. Perbaikan kualitas air

Kali Surabaya tersebut berdasarkan beban nitrat dan fosfat terus mengalami

peningkatan hingga akhir tahun simulasi 2030, yaitu beban nitrat menurun

hingga 71.53 ton/tahun dan fosfat menjadi 42.13 ton/tahun. Pada Gambar 46 juga

memperlihatkan, bahwa kapasitas asimilasi yang menunjukkan kemampuan air

Kali Surabaya dalam menerima beban pencemar P-PO4 (fosfat) masih di atas

tingkat pencemaran fosfat, sedangkan untuk parameter N-NO3 (nitrat) pada awal

tahun simulasi tingkat pencemarannya melampaui kapasitas asimilasi, namun

secara perlahan beban pencemarannya mengalami penurunan sehingga mulai

tahun simulasi 2021, nilai kapasitas asimilasinya sudah berada di atas tingkat

pencemaran.

Hasil simulasi sub-model lingkungan berdasarkan persentase beban

pencemaran tiap parameter dan persentase total, disajikan pada Gambar 47 dan 48.

Page 81: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

181

Tahun

(per

sen)

PBOD1PTSS2PCOD3PNNO34PPPO45

2005 2010 2015 2020 2025 20300

1000

2000

3000

4000

5000

1

2 3

4

5

1

2

3

4

5

1 2

3

45

12

34 5

1

2

345

1

2

3

Gambar 47 Simulasi sub-model lingkungan berdasarkan persentase tiap parameter pencemar.

Tahun

PTP

(%)

2005 2010 2015 2020 2025 2030

1000

1500

2000

2500

Gambar 48 Simulasi sub-model lingkungan berdasarkan persentase beban pencemaran total.

Berdasarkan perhitungan persentase beban pencemaran dibandingkan

kapasitas asimilasi tiap parameter, diketahui bahwa parameter BOD dan TSS

memiliki tingkat persentase beban pencemaran paling tinggi dibandingkan ketiga

parameter lainnya, sedangkan berdasarkan tingkat kecenderungan, hanya

parameter TSS yang mengalami peningkatan beban pencemaran selama tahun

simulasi (Data hasil simulasi disajikan pada Lampiran 22-25).

Page 82: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

182

Berdasarkan perhitungan persentase beban pencemaran total dibandingkan

kapasitas asimilasi, memperlihatkan bahwa terjadi penurunan persentase total

beban pencemaran selama tahun simulasi. Pada tahun 2003, persentase total

beban pencemaran 21.33 kali kapasitas asimilasi. Pada tahun 2008 mengalami

penurunan menjadi 17.38 kali kapasitas asimilasi. Pada akhir tahun simulasi

(2030), persentase total beban pencemaran terus menurun menjadi 7.65 kali

kapasitas asimilasi.

5.8.4.2 Simulasi Sub-Model Ekonomi

Simulasi model ekonomi menggambarkan perubahan nilai PDRB (juta

rupiah) tiap sektor yang memiliki pengaruh terhadap model pengendalian

pencemaran air Kali Surabaya, yaitu sektor pertanian, sektor industri, sektor

listrik, gas dan air (LGA), dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR).

Sektor PHR memberikan kontribusi pendapatan ekonomi paling tinggi, sedangkan

sektor pertanian paling rendah. Hasil simulasi sub-model ekonomi ditunjukkan

pada Gambar 49.

Tahun

(Jut

a R

upia

h)

Ind1LGA2Pert3PHR4

2005 2010 2015 2020 2025 2030

300000000

600000000

900000000

1 2 34 1

2 3

4 1

2 3

4 1

2 3

4 1

23

41

23

4

Gambar 49 Simulasi sub-model ekonomi berdasarkan nilai PDRB.

Pada tahun 2003, kontribusi sektor PHR mencapai Rp 28,735,622 juta dan

pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp 54,274,915 juta. Pada akhir tahun

simulasi (2030), terjadi peningkatan kontribusi sektor PHR menjadi sebesar Rp

890,809,334 juta.

Page 83: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

183

Sektor industri berada pada urutan kedua sebagai pemberi kontribusi paling

tinggi terhadap pertumbuhan pendapatan. Pada tahun 2003, kontribusi sektor

industri sebesar Rp 24,166,771 juta dan meningkat pada tahun 2008 menjadi

Rp 40,722,415 juta. Pada akhir tahun simulasi 2030, kontribusi sektor industri

meningkat menjadi Rp 404,519,120 juta.

Sektor listrik, gas dan air (LGA) berada pada urutan ketiga sebagai pemberi

kontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan. Pada tahun 2003, kontribusi sektor

LGA dalam (juta rupiah) sebesar 2,639,165, pada tahun 2008 meningkat menjadi

4,862,490. Pada akhir tahun simulasi 2030, kontribusi sektor LGA meningkat

menjadi 71,545,861.

Sektor pertanian berada pada urutan terakhir sebagai pemberi kontribusi

terhadap pertumbuhan pendapatan. Pada tahun 2003, kontribusi sektor pertanian

dalam (juta rupiah) sebesar 120,253 dan pada tahun 2008 meningkat menjadi

152,284. Pada akhir tahun simulasi 2030, kontribusi sektor pertanian meningkat

menjadi 430,439. Hasil simulasi disajikan pada Lampiran 27.

5.8.4.3 Simulasi Sub-Model Sosial

Simulasi model sosial menggambarkan perkembangan populasi penduduk,

penduduk pembuang limbah, dan perbandingan perkembangan luasan lahan

pemukiman dengan pertanian. Hasil simulasi sub-model sosial disajikan pada

Gambar 50.

Tahun

Pop

ulas

i (jiw

a)

2005 2010 2015 2020 2025 20300

2000000

4000000

6000000

8000000

10000000

Gambar 50 Simulasi sub-model sosial berdasarkan perkembangan

populasi penduduk.

Page 84: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

184

Berdasarkan Gambar 51, tampak bahwa perkembangan populasi

penduduk dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2003

jumlah penduduk di daerah tersebut sebanyak 2,659,566 jiwa dan pada tahun

2008 meningkat menjadi 2,891,278 jiwa. Hasil simulasi, pada akhir tahun 2030

jumlah populasi penduduk mencapai 4,559,398 jiwa.

Pada model pengendalian pencemaran Kali Surabaya, pertambahan jumlah

penduduk berdampak terhadap peningkatan jumlah penduduk pembuang limbah.

Hal ini terkait karena di dalam model, jumlah penduduk merupakan laju masukan

bagi jumlah penduduk pembuang limbah. Berdasarkan data, pada tahun 2003

jumlah penduduk pembuang limbah adalah 40,094 jiwa dan pada tahun 2008

meningkat menjadi 43,588 jiwa, dan apabila dilakukan simulasi model maka pada

tahun 2030 jumlah penduduk pembuang limbah mencapai 68,735 jiwa. Hasil

simulasi sub-model sosial berdasarkan perkembangan jumlah penduduk

pembuang limbah ditunjukkan pada Gambar 51.

Tahun

Pddk

_Pem

b_Li

mb

(jiwa

)

2005 2010 2015 2020 2025 20300

20000

40000

60000

80000

100000

Gambar 51 Simulasi sub-model sosial berdasarkan perkembangan jumlah

penduduk pembuang limbah.

Peningkatan jumlah penduduk berdampak pada peningkatan kebutuhan

masyarakat terhadap lahan pemukiman di sekitar tepian Kali Surabaya. Menurut

data, pada tahun 2003 luas lahan pemukiman adalah 480 ha dan pada tahun 2008

meningkat menjadi 721 ha. Pada akhir tahun simulasi (2030), luas lahan

permukiman terus mengalami peningkatan menjadi 2,396.63 ha. Hasil simulasi

pemanfaatan lahan di hulu Kali Surabaya untuk pemukiman dan pertanian

disajikan pada Gambar 52.

Page 85: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

185

Tahun

(hek

tar)

Lahan_Permukiman1Lahan_Pertanian2

2005 2010 2015 2020 2025 20300

500

1000

1500

2000

1

2

1 21

2

1

2

1

2

1

2

Gambar 52 Simulasi sub-model teknis pemanfaatan ruang berdasarkan luasan

lahan pemukiman dan lahan pertanian.

Peningkatan luas areal pemukiman secara langsung berdampak pada

peningkatan konversi lahan pertanian di sekitar tepian Kali Surabaya menjadi

areal pemukiman. Menurut data pada tahun 2003, luas lahan pertanian di

sepanjang tepian Kali Surabaya bagian hulu adalah 1,363 ha. Pada tahun 2008,

luas lahan pertanian menyusut menjadi 1,135 ha. Hasil simulasi, pada tahun 2030

luas lahan pertanian di bagian hulu Kali Surabaya hanya tersisa 38.16 ha, akibat

terkonversi menjadi areal pemukiman. Hasil simulasi perubahan lahan

permukiman dan pertanian disajikan pada Lampiran 29.

5.8.5 Validasi Model

Validitas adalah salah satu kriteria penilaian keobyektifan suatu pekerjaan

ilmiah. Proses validasi bertujuan untuk membandingkan keluaran model dengan

data aktual. Dalam pemodelan, hasil simulasi adalah perilaku variabel yang

diinteraksikan dengan bantuan komputer. Tampilan perilaku variabel tersebut

dapat bersifat terukur, yang disusun menjadi data simulasi maupun bersifat tidak

terukur, yang disusun menjadi pola simulasi. Keserupaan dunia model dengan

dunia nyata ditunjukkan oleh sejauh mana data simulasi dan pola simulasi dapat

menirukan data statistik dan informasi aktual. Menurut Eriyatno (2003), validasi

model adalah usaha menyimpulkan apakah model sistem yang dibangun

merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji sehingga dapat

menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan. Proses validasi model dilakukan

dengan dua tahap pengujian, yaitu validasi struktur dan validasi perilaku model

(output model).

Page 86: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

186

5.8.5.1 Validasi Struktur Model

Validasi struktur model merupakan proses validasi utama dalam berpikir

sistem. Validasi struktur bertujuan untuk melihat sejauh mana keserupaan struktur

model mendekati struktur sistem nyata, yang berkaitan dengan batasan sistem,

variabel-variabel pembentuk sistem, dan asumsi mengenai interaksi yang terjadi

dalam sistem. Validasi struktur dilakukan dengan dua bentuk pengujian, yaitu uji

kesesuaian struktur dan uji kestabilan struktur (Forrester 1968).

1) Uji Konstruksi/Kesesuaian Struktur

Uji kesesuaian struktur dilakukan untuk menguji apakah struktur model

yang dibangun tidak berlawanan dengan pengetahuan yang ada tentang struktur

dari sistem nyata, dan apakah struktur utama dari sistem nyata telah dimodelkan

(Sushil 1993). Pada model pengendalian pencemaran air yang telah dibangun,

dapat dilihat bahwa bertambahnya jumlah penduduk akan menambah luasan areal

pemukiman di tepian Kali Surabaya, dan meningkatnya konversi lahan pertanian

menjadi lahan pemukiman, tetapi dengan adanya pengelolaan jumlah tersebut

dapat diminimalisasi. Berdasarkan contoh tersebut, struktur model dinamis yang

dibangun adalah valid secara teoritis, sehingga model yang dibangun dapat

digunakan untuk mewakili mekanisme kerja sistem nyata.

2) Uji Kestabilan Struktur

Uji kestabilan struktur model dilakukan dengan cara memeriksa

keseimbangan dimensi peubah pada kedua sisi persamaan model (Sushil 1993).

Setiap persamaan yang ada dalam model harus menjamin keseimbangan dimensi

antara variabel bebas dan variabel terikat yang membentuknya. Uji kestabilan

struktur model dilakukan dengan cara menganalisis dimensi keseluruhan interaksi

peubah-peubah yang menyusun model tersebut, yang terdiri atas beberapa sub

model. Dimensi tersebut meliputi tanda, bentuk respon, dan satuan persamaan

(equation) matematis yang digunakan.

a) Sub-Model lingkungan

Pemeriksaan satuan terhadap persamaan yang berkaitan dengan sub model

lingkungan adalah :

BODK = +dt*LBODK BODK = kg/tahun CODK = +dt*LCODK CODK = kg/tahun KABOD = +dt*LKABOD

Page 87: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

187

KABOD = kg/tahun KACOD = +dt*LKACOD KACOD = kg/tahun KANNO3 = +dt*Rate_24 KANKANNO3 = kg/tahun KAPPO4 = +dt*LKAPPO4 KAPPO4 = kg/tahun KATSS = +dt*LKATSS KATSS = kg/tahun NNNO3K = +dt*LNNO3K NNO3K = kg/tahun PPO4K = +dt*LPPO4K PPO4K = kg/tahun TSSK = +dt*LTSSK TSSK = kg/tahun NNO3K = KANNO3*FKANNO3 NNO3K = kg/tahun BOD = TBBODH+TBBODI+TBBODLD+TBBODP BOD = kg/tahun COD = TBCODH+TBCODI+TBCODLD+TBCODP COD = kg/tahun NNO3 = TBNNO3P NNO3 = kg/tahun PTP = (PBOD+PCOD+PNNO3+PPPO4+PTSS)/5 PTP = % PTSS = (TSSK/KATSS)*100 PTSS = % TSS = TBTSSH+TBTSSI+TBTSSP TSS = kg/tahun

Besarnya potensi beban pencemar dari sumber domestik dapat diperkirakan

dengan cara mengalikan emisi BOD, COD dan TSS dengan jumlah penduduk.

Emisi BOD, COD atau TSS adalah besarnya BOD, COD atau TSS yang

dihasilkan per orang per hari.

Besarnya potensi beban pencemar dari sumber industri dapat diperkirakan

dengan cara mengalikan emisi BOD, COD atau TSS dengan jumlah industri.

Emisi BOD, COD atau TSS adalah besarnya BOD, COD atau TSS yang

dihasilkan oleh industri setiap hari.

Besarnya potensi beban pencemar dari sumber hotel dapat diperkirakan

dengan cara mengalikan emisi BOD, COD atau TSS dengan jumlah hotel. Emisi

BOD, COD atau TSS adalah besarnya BOD, COD atau TSS yang dihasilkan per

hotel setiap hari. Pada penelitian ini, perhitungan beban pencemaran dari limbah

hotel yang dibuang ke Kali Surabaya, didasarkan atas data hotel yang melakukan

pembuangan air limbah langsung ke Kali Surabaya.

Page 88: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

188

Nilai pencemaran limbah pertanian untuk setiap parameter (BOD, COD, dan

TSS) sebagai auxiliary merupakan perkalian antara jumlah limbah pertanian

dibagi pertambahan limbah sebagai laju masukan pada limbah dengan kontribusi

pencemar pertanian dan luas area pertanian sebagai konstanta.

b) Sub-Model Ekonomi

Pemeriksaan satuan terhadap persamaan yang berkaitan dengan sub model

ekonomi adalah :

Pert_H = Hotel*(Pangsa_Pert_H/100) Pert_H = rupiah Pert_Ind = Ind*(Pangsa_Pert_Ind/100) Pert_Ind = rupiah Pert_LGA = LGA*(Pangsa_Pert_LGA/100) Pert_LGA = rupiah Pert_Pert = Pert*(Pangsa_Pert_Pert/100) Pert_Pert = rupiah

Berdasarkan persamaan sub-model di atas, pertumbuhan sektor perdagangan,

hotel dan restoran (pert_H), laju pertumbuhan sektor industri (pert_Ind), laju

pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih (Pert_LGA) dan laju pertumbuhan

sektor pertanian yang dinyatakan dalam persen merupakan auxiliary, sebagai

perkalian dari pangsa setiap sektor yang dinyatakan dalam satuan rupiah dibagi

dengan 100. Aktivitas ekonomi yang digunakan dalam persamaan sub-model di

atas, merupakan penjumlahan dari kegiatan ekonomi keempat sektor yang

berpengaruh dalam pengendalian pencemaran air Kali Surabaya, yaitu industri,

listrik, gas dan air (LGA), pertanian dan perdagangan, hotel dan restoran (PHR).

Pendapatan ekonomi per kapita yang dinyatakan dalam rupiah, merupakan

auxiliary sebagai perkalian pendapatan ekonomi dengan persentase pertambahan

pendapatan lalu dijumlahkan dengan pendapatan ekonomi kembali, sedangkan

pertambahan pendapatan yang dinyatakan dalam persen merupakan hasil

pembagian antara aktivitas ekonomi dengan jumlah populasi.

c) Sub-Model Sosial

Pemeriksaan satuan terhadap persamaan yang berkaitan dengan sub model

sosial adalah :

Populasi = -dt*Kematian + dt*Kelahiran - dt*Emigras + dt*Imigrasi Populasi = jiwa PopBtr = Populasi*FrPBtr PopBtr = jiwa

Page 89: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

189

Jumlah populasi sebagai auxiliary, merupakan penjumlahan dari jumlah

populasi saat ini sebagai konstanta dengan jumlah kelahiran dan imigrasi sebagai

laju masukan penambah, dan pengurangan jumlah kematian dan emigrasi sebagai

laju masukan pengurang. Di samping itu, laju pertambahan dan pengurangan

populasi sebagai dampak terjadinya kelahiran dan kematian, dalam model

simulasi besarannya ditentukan oleh nilai fertilitas dan mortalitas sebagai

konstanta.

5.8.5.2 Validasi Kinerja/Output Model

Validasi kinerja/output model adalah aspek pelengkap dalam metode

berpikir sistem yang bertujuan untuk memperoleh keyakinan sejauh mana kinerja

model sesuai dengan kinerja sistem nyata sehingga memenuhi syarat sebagai

model ilmiah yang taat fakta. Validasi kinerja dilakukan dengan membandingkan

data hasil keluaran model yang dibangun dengan data empiris, untuk melihat

sejauh mana perilaku kinerja model sesuai dengan data empiris.

Teknik untuk memeriksa konsistensi keluaran model terhadap data aktual

dapat dilakukan dengan uji statistik dan perbandingan secara visual (grafik)

keluaran model dengan data aktual (Handoko 2005). Uji statistik yang dapat

digunakan dalam pengujian validasi perilaku model antara lain adalah absolute

mean error (AME) dan absolute variation error (AVE), dengan batas

penyimpangan < 10% (Barlas 1996, Muhammadi et al. 2001). AME adalah

penyimpangan nilai rata-rata hasil simulasi terhadap nilai aktual, sedangkan AVE

adalah penyimpangan nilai variasi simulasi terhadap aktual. Perbandingan visual

pola keluaran simulasi dan pola data aktual ditunjukkan pada Gambar 53.

3000000

3500000

4000000

4500000

5000000

5500000

2003 2004 2005 2006 2007

Tahun

Beban BOD

Aktual Simulasi

13000000

14000000

15000000

16000000

17000000

18000000

2003 2004 2005 2006 2007

Tahun

Beban COD

Aktual Simulasi

Gambar 53 Grafik perbandingan beban pencemaran BOD dan COD dengan data empiris dan hasil simulasi.

Page 90: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

190

Grafik perbandingan (Gambar 53), menunjukkan bahwa secara visual pola

output simulasi sudah mengikuti pola data aktual, maka untuk memperoleh

keyakinan dilakukan uji statistik seperti disajikan pada Tabel 46.

Hasil uji menunjukkan bahwa keluaran model pengendalian pencemaran air

Kali Surabaya, untuk beban pencemaran BOD (BP BOD), AME menyimpang

sebesar 0.1702% dari data aktual dan AVE menyimpang sebesar 0.8795%. Untuk

beban pencemaran COD (BP COD), AME menyimpang 0.3551% dan AVE

menyimpang sebesar 0.4846% dari nilai aktual. Pada beban pencemaran TSS (BP

TSS), AME dan AVE berturut-turut menyimpang 0.1405% dan 0.5398% dari

nilai aktual. Untuk beban pencemaran N-NO3 (BP NNO3) dan P-PO4

Sebagai tindak lanjut hasil analisis kondisi eksisting dan pemodelan

dinamik pengendalian pencemaran air Kali Surabaya adalah penyusunan skenario

berupa alternatif rancangan kebijakan yang memungkinkan dapat dilaksanakan

berdasarkan kondisi yang ada. Skenario pengendalian pencemaran air Kali

Surabaya disusun berdasarkan pada hasil analisis prospektif. Analisis prospektif

adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam

sistem ahli yang dapat menggabungkan pembuat keputusan dalam rangka

menyusun kembali beberapa perencanaan dengan pendekatan yang berbeda.

Masing-masing solusi yang dihasilkan berasal dari pendekatan yang direncanakan

dan bukan dari suatu rumusan yang bisa masing-masing kasus (Munchen 1991

dalam Bourgeois 2002). Analisis prospektif dilakukan dengan tujuan untuk

mempersiapkan tindakan strategis dengan cara menentukan faktor-faktor kunci

yang berperan penting dan melihat apakah perubahan dibutuhkan di masa depan

berdasarkan kondisi yang ada.

(BP PPO4),

AME masing-masing menyimpang 1.1922% dan 0.3044% dari data aktual,

sedangkan AVE menyimpang sebesar 1.5248% dan 0.1033% dari nilai aktual.

Berdasarkan hasil uji, dapat disimpulkan bahwa model pengendalian pencemaran

air Kali Surabaya mampu mensimulasikan perubahan-perubahan yang terjadi.

5.9 Penyusunan Skenario Pengendalian Pencemaran Air Kali Surabaya

Page 91: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

191

Tabel 46 Data validasi dalam sistem pengendalian pencemaran air Kali Surabaya

Tahun Data Validasi

BP BOD BP TSS BP COD BP N-NO BP P-PO3 4

Aktual Simulasi Aktual Simulasi Aktual Simulasi Aktual Simulasi Aktual Simulasi

2003 3,562,561 3,562,561 26,782,229 26,782,229 17,845,233 17,845,233 1,782,562 1,782,562 762,569 762,569

2004 4,019,674 4,036,450 48,881,678 48,581,307 17,185,446 17,068,077 1,526,781 1,562,932 556,515 557,776

2005 4,644,324 4,686,241 76,271,983 76,816,416 16,692,646 16,538,271 1,251,947 1,279,855 302,890 303,324

2006 5,076,569 5,081,538 144,146,344 144,431,604 17,040,560 17,017,432 920,902 927,841 773,867 777,922

2007 4,418,975 4,392,274 81,847,127 81,848,902 13,340,185 13,343,476 397,066 396,157 140,893 142,864

Mean 5,430,525.55 5,439,766 94,482,340.25 94,615,114.5 20,526,017.55 20,453,122.25 1,469,814.25 1,487,336.75 634,183.4 636,113.75

AME 0.1702 0.1405 0.3551 1.1922 0.3044

Varian 1.12265E+12 1.11277E+12 2.01734E+15 2.02423E+15 2.74836E+13 2.73504E+13 8.55602E+11 8.68648E+11 1.91279E+11 1.91081E+11

AVE 0.8795 0.5398 0.4846 1.5248 0.1033

Keterangan: BP = beban pencemaran (kg/tahun)

Page 92: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

192

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan pakar dan pengisian

kuesioner, dapat diidentifikasi 20 faktor kunci yang dianggap berpengaruh dalam

pengendalian pencemaran air Kali Surabaya di masa depan, yaitu:

1. Implementasi peraturan untuk pengendalian pencemaran air

2. Persepsi masyarakat

3. Partisipasi masyarakat

4. Pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat

5. Pertumbuhan industri

6. Fasilitas instalasi pengolah air limbah/IPAL

7. Komitmen/dukungan PEMDA terhadap pengendalian pencemaran air

8. Dukungan pihak swasta/industri

9. Sistem dan kapasitas kelembagaan pengendalian pencemaran air

10. Penataan ruang

11. Program pemantauan dan pengelolaan sungai

12. Penegakan hukum lingkungan

13. Dukungan perguruan tinggi

14. Dukungan lembaga swadaya masyarakat

15. Anggaran untuk pengendalian pencemaran air

16. Daya dukung sungai

17. Kerjasama lintas sektoral,

18. Sistem informasi pengendalian pencemaran air (Database, analisis dan

evaluasi, interpretasi, penyajian dan publikasi data hasil monitoring)

19. Sarana dan prasarana kerja operasional pengendalian pencemaran air

20. Sumber daya manusia di tingkat Provinsi/Kab./Kota untuk pengendalian

pencemaran air

Faktor-faktor tersebut kemudian dianalisis menggunakan perangkat analisis

prospektif untuk menentukan faktor kunci untuk pengendalian pencemaran air

Kali Surabaya. Secara visual hasil analisis disajikan pada Gambar 54.

Page 93: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

193

Gambar 54 Pengaruh dan ketergantungan antar faktor pada sistem pengendalian pencemaran air Kali Surabaya.

Berdasarkan hasil analisis prospektif berupa matriks pengelompokan empat

kuadran (Gambar 54), dapat diidentifikasi pengaruh dan ketergantungan faktor-

faktor dalam upaya pengendalian pencemaran air Kali Surabaya. Kuadran I (kiri

atas) merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh kuat terhadap

kinerja sistem dengan ketergantungan yang rendah terhadap keterkaitan antar

faktor. Kuadran I terdiri atas lima faktor, yaitu: (1) pertumbuhan penduduk dan

kesadaran masyarakat, (2) persepsi masyarakat, (3) implementasi peraturan

pengendalian pencemaran air, (4) komitmen/dukungan Pemda, dan (5) sistem dan

kapasitas kelembagaan. Kelima faktor pada kuadran I merupakan variable

penentu yang digunakan sebagai input di dalam sistem yang dikaji. Kuadran II

(kanan atas) merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh kuat

terhadap kinerja sistem namun mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap

keterkaitan antar faktor, sehingga digunakan sebagai variabel penghubung (stake)

di dalam sistem. Kuadran ini terdiri atas tiga faktor, yaitu: (1) penegakan hukum

lingkungan, (2) program pemantauan dan pengelolaan sungai, dan (3) partisipasi

masyarakat. Kuadran III (kanan bawah) merupakan kelompok faktor yang

memiliki pengaruh lemah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan yang tinggi

terhadap keterkaitan antar faktor, sehingga digunakan sebagai variabel terikat

(output) di dalam sistem. Kuadran ini terdiri atas tujuh faktor, yaitu: (1) penataan

Page 94: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

194

ruang, (2) fasilitas pengolah air limbah/IPAL, (3) dukungan LSM, (4) anggaran

pengendalian pencemaran air, (5) daya dukung sungai, (6) sarana dan prasarana

kerja operasional, dan (7) Sumber daya manusia di tingkat Provinsi/Kab./Kota.

Kuadran IV (kiri bawah) merupakan kelompok faktor yang memiliki pengaruh

lemah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan juga rendah terhadap

keterkaitan antar faktor. Kuadran ini terdiri atas lima faktor, yaitu: (1) dukungan

pihak swasta/industri, (2) pertumbuhan industri, (3) dukungan perguruan tinggi,

(4) sistem informasi pengendalian pencemaran, dan (5) kerjasama lintas sektoral.

Berdasarkan hasil penilaian pengaruh langsung antar faktor sebagaimana

diperlihatkan pada Gambar 54, dari 20 faktor kunci yang teridentifikasi

didapatkan lima faktor yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kinerja

sistem dengan ketergantungan antar faktor yang rendah. Kelima faktor tersebut

perlu dikelola dengan baik dan dibuat kondisi (state) yang mungkin terjadi di

masa depan untuk pengendalian pencemaran air Kali Surabaya.

Deskripsi masing-masing faktor kunci hasil analisis pengaruh langsung

antar faktor adalah sebagai berikut:

a) Pertumbuhan Penduduk dan Kesadaran Masyarakat

Pertumbuhan penduduk terjadi akibat pertambahan melalui kelahiran dan

urbanisasi serta pengurangan akibat kematian dan emigrasi. Pertumbuhan

penduduk mempengaruhi jumlah limbah yang dihasilkan dari sektor domestik.

Jumlah penduduk didasarkan pada data historis tiap tahunnya. Kesadaran

masyarakat terhadap lingkungan merupakan kesadaran individu dalam

masyarakat mengenai lingkungan hidup dan kelestariannya yang terwujud

dalam berbagai aktivitas lingkungan dan aktivitas kontrol yang diperlukan

untuk mendukung program dan kebijakan penyelamatan lingkungan.

b) Persepsi Masyarakat

Persepsi masyarakat adalah pandangan masyarakat tentang pengendalian

pencemaran Kali Surabaya, yang diukur melalui beberapa indikator penyataan

yang menjelaskan pandangan masyarakat tentang kegiatan pencegahan

pencemaran dan kegiatan penganggulangan pencemaran.

c) Implementasi Peraturan Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan pengendalian pencemaran air merupakan instrumen kebijakan

untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup khususnya sumberdaya air agar

masyarakat dapat hidup sehat dan nyaman. Implementasi peraturan merupakan

Page 95: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

195

tindakan atau pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan sesuai dengan yang

diamanatkan dalam peraturan tersebut. Peraturan yang berlaku terkait dengan

pengendalian pencemaran air adalah peraturan yang ditetapkan oleh

Pemerintah Pusat (Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri) dan

peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah (Peraturan Daerah dan

Keputusan Gubernur). Peraturan yang berhubungan dengan pengendalian

pencemaran air tersebut adalah:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

2. Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Jawa Timur.

3. Keputusan Gubernur Jatim Nomor 45 Tahun 2002 tentang Baku Mutu

Limbah Cair Industri dan Kegiatan Usaha Lainnya.

4. Keputusan Gubernur Jatim Nomor 60 Tahun 1999 tentang Baku Mutu

Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel.

5. Keputusan Gubernur Jatim Nomor 61 Tahun 1999 tentang Baku Mutu

Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.

Sementara, Himpunan Peraturan tentang Pengendalian Pencemaran Air

yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup antara lain adalah:

1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 tentang

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 52 Tahun 1995 tentang

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel.

3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 Tentang

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.

4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang

Baku Mutu Air Limbah Domestik.

d) Komitmen / Dukungan PEMDA

Pimpinan pemerintah daerah harus memiliki komitmen yang kuat terhadap

pengendalian pencemaran air. Pemerintah daerah yang dimaksud adalah

instansi yang terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan Kali Surabaya.

Pemerintah daerah baik eksekutif maupun legeslatif berupaya untuk

mendukung pembangunan berwawasan lingkungan. Dukungan dapat berupa

fasilitas fisik maupun non fisik.

Page 96: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

196

e) Sistem dan Kapasitas Kelembagaan

Kelembagaan adalah wadah kerjasama antar stakeholder dalam upaya

pengendalian pencemaran Kali Surabaya. Sistem dan kapasitas kelembagaan

pengendalian pencemaran air dimaksudkan untuk mempersiapkan bentuk

kelembagaan yang lebih tepat dalam kaitannya dengan implementasi otonomi

daerah.

5.9.1 Penyusunan Skenario

Hasil identifikasi dan penggolongan faktor berdasarkan pengaruhnya dalam

pembentukan sistem dianalisis lebih lanjut dengan bantuan pakar untuk

mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada

pengendalian pencemaran air Kali Surabaya dalam suatu seri skenario.

Pembentukan skenario didasarkan pada kondisi atau keadaan faktor yang

berpengaruh. Kondisi atau keadaan faktor berdasarkan pada identifikasi pakar dan

stakeholders.

Berdasarkan alternatif keadaan yang teridentifikasi pada beberapa faktor

yang berpengaruh langsung dalam pengendalian pencemaran air Kali Surabaya

dapat diidentifikasi beberapa skenario yang mungkin terjadi di masa yang akan

datang dengan melakukan kombinasi yang mungkin terjadi antar kondisi faktor

tersebut, dengan membuang kombinasi yang tidak sesuai (incompatible).

Berdasarkan kombinasi antara kondisi faktor, didapatkan tiga skenario

pengendalian pencemaran air Kali Surabaya, yaitu (1) skenario pesimis, (2)

skenario moderat, dan (3) skenario optimis. Secara ringkas, penamaan dan

susunan skenario disajikan pada Tabel 47.

Untuk mengaitkan skenario yang disusun ke dalam model, dilakukan

interpretasi kondisi faktor ke dalam peubah model. Dalam hal ini dilakukan

beberapa perubahan pada peubah tertentu di dalam model, sehingga skenario yang

bersangkutan dapat disimulasikan.

Berdasarkan Tabel 47, diketahui bahwa skenario optimis dan skenario

moderat merupakan keadaan masa depan yang mungkin terjadi yang

diperhitungkan dengan penuh pertimbangan sesuai dengan keadaan dan

kemampuan sumberdaya yang dimiliki, serta yakin bahwa sistem pengelolaan

Kali Surabaya dapat seimbang antara aspek lingkungan, sosial dan ekonomi.

Page 97: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

197

Tabel 47 Prospektif faktor-faktor kunci/penentu tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh pada sistem pengelolaan Kali Surabaya

No. Faktor Keadaan (State) Pesimis Moderat Optimis

1.

Pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat

Pertumbuhan penduduk meningkat dan terjadi penurunan kesadaran masyarakat karena pengendalian penduduk lewat program KB dan kegiatan penyuluhan atau sosialisasi Program Kali Bersih (Prokasih) tidak berjalan dengan baik

Pertumbuhan penduduk tetap dan kesadaran masyarakat meningkat, karena pengendalian penduduk lewat program KB dan kegiatan penyuluh-an atau sosialisasi Prokasih berjalan cukup optimal

Pertumbuhan penduduk menurun, kesadaran masyara-kat meningkat tajam, karena pengendalian penduduk lewat program KB dan kegiatan penyuluhan atau sosialisasi Pro- kasih berjalan optimal atau tepat sasaran

2.

Persepsi masyarakat

Persepsi masyarakat rendah karena kegiatan penyuluhan tidak didukung SDM dan sarana dan prasarana yang memadai

Persepsi masyarakat meningkat, akibat anggaran pemerintah ditingkatkan untuk pengadaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan penyuluhan

Persepsi masyarakat meningkat dan kegiatan penyuluhan berkesinambungan karena adanya upaya peningkatan kualitas SDM tenaga penyuluh dan peningkatan anggaran untuk pengadaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan penyuluhan tersebut

3.

Implementasi peraturan pengendalian pencemaran air

Tidak berjalan, karena sosialisasi kebijakan dan penegakan hukum yang lemah

Berjalan cukup baik, karena penegakan hukum sudah mulai berjalan, namun kurang sosialisasi sehingga tidak berjalan efektif

Berjalan sangat baik, karena kegiatan sosialisasi terus ditingkatkan dan didukung oleh aparatur yang cukup memadai

4. Komitmen/ dukungan Pemda

Menurun, karena tidak didukung oleh dana alokasi khusus yang memadai oleh Pemerintah Pusat untuk menjalankan tugas pengelolaan tersebut

Meningkat cukup baik, karena Pemerintah Pusat memberikan dana alokasi khusus yang cukup memadai kepada Pemda

Meningkat dengan baik, karena Pemda menganggap bahwa sungai/kali merupakan SDA yang memiliki potensi tinggi untuk pengembangan ekono-mi daerah sehingga merasa memiliki kewajiban untuk menjaganya

5. Sistem dan kapasitas kelembagaan

Kurang berjalan, karena lemahnya koordinasi kelembagaan

Berjalan cukup baik karena koordinasi kelembagaan sudah berjalan namun kurang efektif

Berjalan dengan baik karena kuatnya koordinasi kelembagaan terkait dengan pengelolaan Kali Surabaya

Sumber: Hasil Analisis 2010.

Page 98: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

198

Skenario optimis dan moderat dibangun berdasarkan keadaan (state) kelima

faktor kunci tersebut sudah berjalan dengan skala “cukup baik” untuk skenario

moderat dan skala “baik” untuk skenario optimis dalam pengelolaan Kali

Surabaya. Sementara itu, skenario pesimis dibangun atas dasar kondisi saat ini

(existing condition), dengan pengertian bahwa walaupun sudah memiliki usaha

pengelolaan namun belum mengutamakan faktor-faktor penting yang seharusnya

terlebih dahulu dilakukan sehingga tidak memiliki prospek pengelolaan Kali

Surabaya yang berpandangan jauh ke depan. Interpretasi kondisi (state) faktor-

faktor ke dalam pengelolaan dapat dilihat pada Tabel 48.

5.9.2 Simulasi Skenario

Simulasi model dilakukan terhadap skenario pada Tabel 48, untuk

mengetahui perilakunya masing-masing. Kajian dilakukan terhadap peubah yang

dianggap menentukan arah kebijakan pengelolaan Kali Surabaya di masa yang

akan datang, yaitu hasil simulasi tingkat beban pencemaran Kali Surabaya dari

tiap skenario. Ketiga skenario memberikan hasil yang berbeda pada peubah yang

dikaji, di mana secara umum perbedaan antar skenario mulai tampak pada tahun

2012. Hasil simulasi skenario beban sumber pencemaran BOD Kali Surabaya

(BODK) disajikan pada Gambar 55.

Tahun

BODK

(kg/

tahu

n)

2005 2010 2015 2020 2025 2030

4000000

6000000

8000000

10000000

12000000

1 2 34 1 2 3 4 1 2 3

4 12 3

41

23

4

1

2

4

Keterangan: 1 kondisi eksisting, 2 skenario optimis 3 skenario moderat, 4 skenario pesimis

Gambar 55 Prediksi beban pencemaran BOD Kali Surabaya hasil simulasi skenario sampai tahun 2030.

Page 99: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

199

Tabel 48 Interpretasi kondisi (state) faktor-faktor kunci/penentu ke dalam sistem

No. Faktor Keadaan (State) Pesimis Moderat Optimis

1.

Pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat

Pelaksanaan program KB mengendur dan kegiatan penyuluhan/ sosialisasi Prokasih tidak berjalan baik dengan interpretasi kondisi (state) faktor kunci/ penentu sebesar 15.43%

Pelaksanaan program KB dan kegiatan penyuluhan/ sosiali-sasi Prokasih berjalan cukup optimaldengan interpretasi kondisi (state) faktor kunci/ penentu sebesar 53.90%

Pelaksanaan program KB dan kegiatan penyuluhan/ sosialisasi Prokasih berjalan optimal / tepat sasaran dengan interpretasi kondisi (state) faktor kunci/ penentu sebesar 76.95%

2. Persepsi masyarakat

Kegiatan penyuluhan tidak didukung SDM dan sarana dan prasarana yang memadai dengan interpretasi kondisi (state) faktor kunci/penentu sebesar 21.08%

Anggaran pemerintah ditingkatkan untuk pengadaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan penyuluhan dengan interpretasi kondisi (state) faktor kunci/penentu sebesar 61.43%

Adanya upaya peningkatan kualitas SDM tenaga penyuluh dan anggaran untuk pengadaan sarana- prasarana penunjang dengan interpretasi kondisi faktor kunci/ penentu sebesar 80.71%

3.

Implementasi peraturan pengendalian pencemaran air

Sosialisasi kebijakan dan penegakan hukum yang lemah dengan interpretasi kondisi (state) faktor kunci/penentu sebesar 21.60%

Penegakan hukum sudah mulai berjalan, namun kurang sosialisasi sehingga tidak berjalan efektif dengan interpretasi kondisi (state) faktor kunci/penentu sebesar 62.10%

Kegiatan sosialisasi terus ditingkatkan dan didukung oleh aparatur yang cukup memadai dengan interpretasi kondisi (state) faktor kunci/penentu sebesar 81.00%

4. Komitmen/ dukungan Pemda

Tidak didukung oleh dana alokasi khusus yang memadai oleh Pemerintah Pusat untuk menjalankan tugas pembantuan tersebut dengan interpretasi kondisi (state) faktor kunci/ penentu sebesar 21.68%

Pemerintah Pusat memberikan dana alokasi khusus yang cukup memadai kepada Pemda dengan interpretasi kondisi (state) faktor kunci/penentu sebesar 62.23%

Pemda menganggap bahwa sungai/kali merupakan SDA yang memiliki potensi tinggi untuk pengembangan ekonomi daerah sehing-ga merasa memiliki kewajiban untuk menjaganya dengan interpretasi kondisi faktor kunci/ penentu sebesar 81.11%

5. Sistem dan kapasitas kelembagaan

Lemahnya koordinasi kelembagaan dengan interpretasi kondisi (state) faktor kunci/penentu sebesar 22.85%

Koordinasi kelembagaan sudah berjalan namun kurang efektif dengan interpretasi kondisi (state) faktor kunci/penentu sebesar 63.80%

Kuatnya koordinasi kelembagaan terkait dengan pengelolaan Kali Surabaya dengan interpretasi kondisi (state) faktor kunci/ penentu sebesar 81.90%

Sumber: Hasil Analisis 2010.

Berdasarkan simulasi model beban sumber pencemaran BOD Kali Surabaya

(BODK) untuk tiap skenario diketahui, bahwa terjadi perbedaan yang mencolok

di antara ketiga skenario yang digunakan. Skenario pesimis (4) memberikan

Page 100: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

200

tingkat pencemaran yang sangat tinggi dibandingkan dengan kedua skenario

lainnya. Skenario optimis (2) dan moderat (3) memiliki proyeksi tingkat

pencemaran yang rendah dan berada di bawah tingkat pencemaran kondisi

eksisting (1), sedangkan skenario pesimis (4) memiliki proyeksi beban

pencemaran yang sangat tinggi, jauh di atas beban pencemaran kondisi eksisting

(1). Gambaran mengenai proyeksi beban pencemaran masing-masing skenario

adalah sebagai berikut:

Skenario Optimis (2). Pada tahun 2003 tercatat beban pencemaran BOD

Kali Surabaya (BODK) di skenario ini (2) adalah 3,563 ton/tahun, dan mengalami

peningkatan pada tahun 2011 menjadi 4,716 ton/tahun. Beban pencemaran BOD

terus mengalami peningkatan hingga akhir tahun simulasi 2030, yaitu dengan

beban BODK sebesar 6,092 ton/tahun. Peningkatan beban pencemaran BOD Kali

Surabaya (BODK) skenario optimis (2) berdasarkan skenario model adalah yang

paling rendah jika dibandingkan kedua skenario lainnya.

Skenario Moderat (3). Pada tahun 2003 tercatat beban pencemaran BOD

Kali Surabaya (BODK) di skenario moderat (3) sebesar 3,563 ton/tahun, dan

mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi 4,716 ton/tahun. Penurunan

kualitas air ini terus berlangsung hingga akhir tahun simulasi 2030, yaitu dengan

beban BODK sebesar 6,602 ton/tahun. Peningkatan beban pencemaran BOD Kali

Surabaya (BODK) skenario moderat (3) berdasarkan skenario model masih

berada di bawah beban pencemaran kondisi eksisting (1).

Skenario Pesimis (4). Pada tahun 2003 tercatat beban pencemaran BOD

Kali Surabaya di skenario pesimis (4) adalah 3,563 ton/tahun, dan mengalami

peningkatan pada tahun 2011 menjadi 4,716 ton/tahun. Beban pencemaran BOD

ini terus mengalami peningkatan hingga akhir tahun simulasi 2030, yaitu dengan

kondisi BODK sebesar 12,839 ton/tahun. Peningkatan beban pencemaran BOD

Kali Surabaya (BODK) skenario pesimis (4) adalah yang paling besar

dibandingkan peningkatan beban BODK dua skenario lainnya dan berada di atas

beban pencemaran kondisi eksisting (1).

Berdasarkan simulasi model beban sumber pencemaran TSS Kali Surabaya

(Gambar 56) untuk tiap skenario diketahui bahwa terjadi perbedaan yang

mencolok di antara ketiga skenario yang digunakan. Gambar 56, menunjukkan

bahwa skenario pesimis (4) memberikan tingkat pencemaran yang sangat tinggi

dibandingkan dengan kedua skenario lainnya. Skenario optimis (2) dan moderat

Page 101: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

201

(1) memiliki proyeksi tingkat pencemaran yang rendah dan berada di bawah

tingkat pencemaran kondisi eksisting (1).

Tahun

TSSK

(kg/

tahu

n)

2005 2010 2015 2020 2025 20300

500000000

1000000000

12 3

4 1 2 3 4 1 2 34 1 2 3

412 3

4

1

2

4

Gambar 56 Prediksi beban pencemaran TSS Kali Surabaya hasil simulasi skenario sampai tahun 2030.

Gambaran mengenai proyeksi beban pencemaran TSS Kali Surabaya

untuk masing-masing skenario adalah sebagai berikut:

Skenario Optimis (2). Pada tahun 2003 tercatat beban pencemaran TSS

Kali Surabaya (TSSK) di skenario ini sebesar 26,782 ton/tahun, dan mengalami

peningkatan pada tahun 2011 menjadi 101,499 ton/tahun. Penurunan kualitas air

ini terus berlangsung hingga akhir tahun simulasi 2030, yaitu dengan beban TSSK

sebesar 196,817 ton/tahun. Peningkatan beban pencemaran TSS Kali Surabaya

(TSSK) skenario optimis (2) berdasarkan skenario model adalah yang paling

rendah jika dibandingkan kedua skenario lainnya.

Skenario Moderat (3). Pada tahun 2003 tercatat beban pencemaran TSS

Kali Surabaya (TSSK) di skenario moderat (3) adalah 26,782 ton/tahun, dan

mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi 101,499 ton/tahun. Beban

pencemaran TTS ini terus mengalami peningkatan hingga akhir tahun simulasi

2030, yaitu dengan beban TSS sebesar 240,330 ton/tahun. Peningkatan beban

pencemaran TSS Kali Surabaya (TSSK) skenario moderat (3) berdasarkan

skenario model masih berada di bawah beban pencemaran kondisi eksisting (1).

Skenario Pesimis (4). Pada tahun 2003 tercatat beban pencemaran TSS

Kali Surabaya (TSSK) di skenario pesimis (4) sebesar 26,782 ton/tahun, dan

mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi 101,499 ton/tahun. Penurunan

kualitas air ini terus berlangsung hingga akhir tahun simulasi 2030, yaitu dengan

Page 102: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

202

kondisi TSSK sebesar 1,110,623 ton/tahun. Peningkatan beban pencemaran TSS

Kali Surabaya (TSSK) skenario pesimis (4) merupakan yang paling besar

dibandingkan dua skenario lainnya dan dengan tingkat beban pencemaran di atas

beban pencemaran kondisi eksisting (1).

Hasil simulasi model beban sumber pencemaran COD Kali Surabaya

(CODK) untuk tiap skenario, menunjukkan bahwa diantara ketiga skenario yang

diterapkan terjadi perbedaan yang relatif rendah (Gambar 57).

Tahun

CO

DK

(kg/

tahu

n)

2005 2010 2015 2020 2025 20300

5000000

10000000

150000001 2

3

4

1 2 3 41

2 3

4

1

23

4

1

23

4

1

2

4

Gambar 57 Prediksi beban pencemaran COD Kali Surabaya hasil simulasi skenario sampai tahun 2030.

Berdasarkan Gambar 57, tampak bahwa skenario pesimis (4) memberikan

tingkat pencemaran yang sangat tinggi dibandingkan dengan kedua skenario

lainnya. Skenario optimis (2) dan moderat (3) memiliki proyeksi tingkat

pencemaran yang rendah dan berada di bawah tingkat pencemaran kondisi

eksisting (1), sedangkan skenario pesimis (4) memiliki proyeksi beban

pencemaran sedikit di atas beban pencemaran kondisi eksisting (1). Gambaran

mengenai proyeksi beban pencemaran masing-masing skenario adalah sebagai

berikut:

Skenario Optimis (2). Pada tahun 2003 tercatat beban pencemaran COD

Kali Surabaya (CODK) di skenario ini adalah 17,845 ton/tahun, dan mengalami

penurunan pada tahun 2011 menjadi 11,066 ton/tahun. Beban pencemaran COD

ini terus menurun hingga akhir tahun simulasi 2030 menjadi 3,356 ton/tahun.

Skenario Moderat (3). Pada tahun 2003 tercatat beban pencemaran COD

Kali Surabaya (CODK) di skenario moderat (3) sebesar 17,845 ton/tahun, dan

Page 103: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

203

mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 11,066 ton/tahun. Beban

pencemaran COD Kali Surabaya terus mengalami penurunan hingga akhir tahun

simulasi 2030, yaitu dengan kondisi CODK sebesar 4,465 ton/tahun. Peningkatan

beban pencemaran COD Kali Surabaya (CODK) skenario moderat (3)

berdasarkan skenario model masih berada di bawah beban pencemaran kondisi

eksisting (1).

Skenario Pesimis (4). Pada tahun 2003 tercatat beban pencemaran COD

Kali Surabaya (CODK) di skenario pesimis (4) sebesar 17,845 ton/tahun, dan

mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 11,066 ton/tahun. Penurunan

beban COD terus berlangsung hingga akhir tahun simulasi 2030, yaitu dengan

kondisi COD Kali Surabaya sebesar 8,065 ton/tahun. Penurunan beban

pencemaran COD Kali Surabaya (CODK) skenario optimis (2) merupakan yang

terkecil dibandingkan dua skenario lainnya dan berada di bawah beban

pencemaran kondisi eksisting (1).

Berdasarkan simulasi model beban sumber pencemaran N-NO3

Tahun

NNO

3K (k

g/ta

hun)

2005 2010 2015 2020 2025 20300

500000

1000000

1500000

1

2

3

4

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 34 1 2 3

4 1

Kali

Surabaya (NNO3K) untuk tiap skenario diketahui bahwa terjadi perbedaan yang

rendah rendah di antara ketiga skenario yang digunakan (Gambar 58).

Gambar 58 Prediksi beban pencemaran N-NO3

Skenario pesimis (4) memberikan tingkat pencemaran paling tinggi

dibandingkan dengan kedua skenario lainnya. Skenario optimis (2) dan moderat

(3) memiliki proyeksi tingkat pencemaran yang rendah dan berada di bawah

Kali Surabaya hasil simulasi skenario sampai tahun 2030.

Page 104: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

204

tingkat pencemaran kondisi eksisting (1), sedangkan skenario pesimis (4)

memiliki proyeksi beban pencemaran sedikit di atas beban pencemaran kondisi

eksisting (1). Gambaran mengenai proyeksi beban pencemaran masing-masing

skenario adalah sebagai berikut:

Skenario Optimis (2). Pada tahun 2003 tercatat beban pencemaran N-NO3

Kali Surabaya (NNO3K) di skenario ini adalah 1,783 ton/tahun, dan mengalami

penurunan pada tahun 2011 menjadi 187.97 ton/tahun. Perbaikan kualitas air ini

terus berlangsung hingga akhir tahun simulasi 2030, yaitu dengan kondisi beban

N-NO3 Kali Surabaya sebesar 28.17 ton/tahun. Penurunan beban pencemaran N-

NO3 Kali Surabaya (NNO3K) skenario optimis (2) berdasarkan skenario model

adalah yang paling besar jika dibandingkan kedua skenario lainnya.

Skenario Moderat (3). Pada tahun 2003 tercatat beban pencemaran N-NO3

Kali Surabaya (NNO3K) di skenario moderat (3) adalah 1,783 ton/tahun, dan

mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 187.97 ton/tahun. Pada akhir

tahun simulasi (2030), beban N-NO3 Kali Surabaya terus menurun menjadi 45.29

ton/tahun. Penurunan beban pencemaran N-NO3 Kali Surabaya (NNO3K)

skenario moderat (3) berdasarkan skenario model masih berada di bawah beban

pencemaran kondisi eksisting (1).

Skenario Pesimis (4). Pada tahun 2003, beban pencemaran N-NO3 Kali

Surabaya (NNO3K) di skenario pesimis (4) adalah 1,783 kg/tahun, dan

mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 187.97 ton/tahun. Pada akhir

tahun simulasi (2030), beban N-NO3 Kali Surabaya terus menurun menjadi

117.03 ton/tahun. Penurunan beban pencemaran N-NO3

Berdasarkan simulasi model beban sumber pencemaran P-PO

Kali Surabaya skenario

pesimis (4) merupakan yang paling rendah dibandingkan dua skenario lainnya

dan dengan tingkat beban pencemaran masih di atas beban pencemaran kondisi

eksisting (1).

4 Kali

Surabaya (PPO4K) untuk tiap skenario diketahui bahwa terjadi perbedaan yang

rendah di antara ketiga skenario yang digunakan (Gambar 59). Skenario pesimis

(4) memberikan tingkat pencemaran paling tinggi dibandingkan dengan kedua

skenario lainnya. Skenario optimis (2) dan moderat (3) memiliki proyeksi tingkat

pencemaran yang rendah dan berada di bawah tingkat pencemaran kondisi

eksisting (1), sedangkan skenario pesimis (4) memiliki proyeksi beban

pencemaran sedikit di atas beban pencemaran kondisi eksisting (1).

Page 105: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

205

Tahun

PP

O4K

(kg/

tahu

n)

2005 2010 2015 2020 2025 20300

200000

400000

600000

1

2

3

41 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

4 1

Gambar 59 Prediksi beban pencemaran P-PO4 Kali Surabaya hasil simulasi

skenario sampai tahun 2030.

Gambaran mengenai proyeksi beban pencemaran P-PO4 Kali Surabaya

untuk tiap skenario adalah sebagai berikut:

Skenario Optimis (2). Pada tahun 2003, beban pencemaran P-PO4 Kali

Surabaya (PPO4K) di skenario ini adalah 762.57 ton/tahun, dan pada tahun 2011

mengalami penurunan menjadi 84.37 ton/tahun. Pada akhir tahun simulasi (2030),

beban P-PO4 Kali Surabaya terus menurun menjadi 21.89 ton/tahun. Penurunan

beban pencemaran P-PO4 Kali Surabaya skenario optimis (2) berdasarkan

skenario model adalah yang paling besar jika dibandingkan kedua skenario

lainnya.

Skenario Moderat (3). Pada tahun 2003, beban pencemaran P-PO4 Kali

Surabaya (PPO4K) di skenario moderat (3) sebesar 762.57 ton/tahun, dan

mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 84.37 ton/tahun. Pada akhir

tahun simulasi (2030), beban P-PO4 Kali Surabaya terus menurun menjadi 30.50

ton/tahun. Penurunan beban pencemaran P-PO4

Skenario Pesimis (4). Pada tahun 2003 tercatat beban pencemaran P-PO

Kali Surabaya skenario moderat

(3), berdasarkan skenario model masih berada di bawah beban pencemaran

kondisi eksisting (1).

4

Kali Surabaya (PPO4K) di skenario pesimis (4) sebesar 762.57 ton/tahun, dan

mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 84.37 ton/tahun. Pada akhir

tahun simulasi (2030), beban P-PO4 Kali Surabaya terus menurun menjadi 59.90

ton/tahun. Penurunan beban pencemaran P-PO4 Kali Surabaya (PP04K) skenario

Page 106: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

206

pesimis (4), merupakan yang paling rendah dibandingkan dua skenario lainnya

dan dengan tingkat beban pencemaran masih di atas beban pencemaran kondisi

eksisting (1).

Berdasarkan perhitungan persentase beban pencemaran dibandingkan

dengan kapasitas asimilasinya untuk tiap parameter, menunjukkan bahwa pada

skenario optimis (2), parameter BOD dan TSS memiliki tingkat persentase beban

pencemaran paling tinggi dibandingkan ketiga parameter lainnya, sedangkan

berdasarkan tingkat kecenderungannya, seluruh parameter mengalami penurunan

beban pencemaran selama tahun simulasi (Gambar 60).

Tahun

(per

sen)

PBOD1PTSS2PCOD3PNNO34PPPO45

2005 2010 2015 2020 2025 20300

2000

4000

6000

1

2 3

4

5

12

3

45

12

34 5

1

2

345

1

2

34 5

1

2

3

Gambar 60 Prediksi persentase beban pencemaran dibandingkan kapasitas asimilasi hasil simulasi skenario optimis sampai tahun 2030.

Pada tahun 2003, persentase beban pencemaran kelima parameter kualitas

air dibandingkan kapasitas asimilasinya adalah berturut-turut BOD sebesar

2,454%, COD 2,458%, TSS 738%, N-NO3 4,911%, dan P-PO4 105%. Pada

tahun 2011, persentase beban pencemaran mengalami penurunan menjadi 2,281%

(BOD), COD 1,071%, TSS 1,964%, N-NO3 364% dan P-PO4 menjadi 8%.

Penurunan persentase beban pencemaran ini terus terjadi hingga akhir tahun

simulasi 2030, yaitu dengan kondisi BOD sebesar 1,008%, COD 111%, TSS

1,303%, N-NO3 19%, dan P-PO4

Pada skenario moderat, hasil simulasi persentase beban pencemaran

dibandingkan dengan kapasitas asimilasinya untuk tiap parameter disajikan pada

Gambar 61. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa parameter BOD dan TSS

memiliki tingkat persentase beban pencemaran paling tinggi dibandingkan ketiga

0.7%.

Page 107: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

207

parameter lainnya, sedangkan berdasarkan tingkat kecenderungan, seluruh

parameter mengalami penurunan beban pencemaran selama tahun simulasi. Pada

tahun 2003, persentase beban pencemaran tiap parameter kualitas air

dibandingkan kapasitas asimilasinya untuk BOD sebesar 2,454%, COD 2,458%,

TSS 738%, N-NO3 4,911%, dan P-PO4 sebesar 105%. Pada tahun 2011,

persentase beban pencemaran mengalami penurunan masing-masing menjadi

2,281% (BOD), COD 1,072%, TSS 1,964%, N-NO3 364%, dan P-PO4 menjadi

8%. Penurunan persentase beban pencemaran terus terjadi hingga akhir tahun

simulasi 2030, yaitu dengan beban BOD menjadi 1,092%, COD 148%, TSS

1,591%, N-N03 30%, dan P-PO4

Tahun

(per

sen)

PBOD1PTSS2PCOD3PNNO34PPPO45

2005 2010 2015 2020 2025 20300

1000

2000

3000

4000

5000

1

2 3

4

5

1

2

3

4

5

1 2

3

45

12

34 5

1

2

345

1

2

3

sebesar 1%.

Gambar 61 Prediksi persentase beban pencemaran dibandingkan kapasitas

asimilasi hasil simulasi skenario moderat sampai tahun 2030.

Untuk skenario pesimis, hasil simulasi persentase beban pencemaran

dibandingkan dengan kapasitas asimilasi untuk tiap parameter ditunjukkan pada

Gambar 62. Hasil skenario pesimis berbeda dengan kedua skenario lainnya.

Parameter BOD dan TSS memiliki tingkat persentase beban pencemaran paling

tinggi dibandingkan ketiga parameter lainnya, sedangkan berdasarkan tingkat

kecenderungannya, hanya parameter BOD dan TSS yang mengalami peningkatan

beban pencemaran selama tahun simulasi.

Page 108: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

208

Tahun

(per

sen)

PBOD1PTSS2PCOD3PNNO34PPPO45

2005 2010 2015 2020 2025 20300

5000

10000

1

2

3

4

5

1

2 3 4

5

12

3 45

12

3 45

1

2

3 4 5

1

2

3

Gambar 62 Prediksi persentase beban pencemaran dibandingkan kapasitas

asimilasi hasil simulasi skenario pesimis sampai tahun 2030.

Hasil skenario pesimis, pada tahun 2003 persentase beban BOD sebesar

2,454% menurun sedikit menjadi 2,281% (tahun 2011), dan pada akhir tahun

simulasi 2030 menjadi 2,125%. Sementara, peningkatan TSS dari 738% (tahun

2003) menjadi 1,964% (tahun 2011), dan meningkat tajam pada akhir tahun

simulasi 2030 menjadi 7,352%.

Berdasarkan perhitungan persentase beban pencemaran total dibandingkan

dengan kapasitas asimilasinya masing-masing skenario, diketahui bahwa terjadi

penurunan persentase beban pencemaran selama tahun simulasi di skenario

optimis (2) dan moderat (3), sedangkan skenario pesimis (4) sebaliknya. Hasil

simulasi persentase beban pencemaran total dibandingkan kapasitas asimilasi

ketiga skenario ditunjukkan pada Gambar 63.

Pada tahun 2003, tercatat persentase beban pencemaran total dibandingkan

kapasitas asimilasi untuk ketiga skenario adalah 2,133%, mengalami penurunan

pada tahun 2011 menjadi 1,138%. Untuk skenario optimis (2) dan moderat (3)

penurunan persentase pencemaran total terus terjadi hingga akhir tahun simulasi

2030, yaitu masing-masing sebesar 488% dan 572%, sedangkan untuk skenario

pesimis (4) terus mengalami peningkatan beban pencemaran total dari tahun

simulasi 2011 hingga akhir tahun simulasi 2030 menjadi sebesar 1,964%.

Page 109: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

209

Tahun

PTP

(%)

2005 2010 2015 2020 2025 20300

500

1000

1500

2000

2500

3000

1 23

4

1 2 3 41

2 3

4

12 3

4

12 3

4

1

2

4

Gambar 63 Prediksi persentase beban pencemaran total dibandingkan kapasitas

asimilasi hasil simulasi skenario sampai tahun 2030.

5.9.3 Analisis Perbandingan Penerapan antar Skenario

Kondisi eksisting merupakan model dasar yang telah disusun dan

disimulasikan pada analisis kecenderungan sistem. Untuk itu, semua skenario lain

dibandingkan dengan kondisi eksisting. Hasil perbandingan yang dinyatakan

dalam persen perbedaan, disajikan pada Tabel 49.

Tabel 49 Perbandingan antar skenario

No Peubah Perbedaan antar Skenario (%) Optimis dengan Eksisting

Moderat dengan Eksisting

Pesimis dengan Eksisting

1 BODK -20.89 -14.27 +66.72 2 TSSK -43.57 -31.09 +218.43 3 CODK -43.25 -24.49 +36.38 4 NNO3K -60.62 -36.68 +63.61 5 PPO4K -48.04 -27.60 +42.18 6 PTP -36.21 -25.23 +156.63

Sumber: Hasil analisis (2010).

Berdasarkan hasil simulasi model diketahui bahwa skenario pesimis

secara umum berdampak terhadap semakin memburuknya kondisi kualitas air

Kali Surabaya, di mana persen rata-rata total dibandingkan kapasitas asimilasinya

memburuk hingga 156.63% dari kondisi eksisting. Hal ini menunjukkan bahwa

terjadinya penurunan interpretasi kondisi (state) faktor-faktor kunci, yaitu

pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat dengan nilai interpretasi saat

ini sebesar 30.85% turun menjadi 15.43%, persepsi masyarakat dengan nilai

Page 110: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

210

interpretasi saat ini 42.15% turun menjadi 21.08%, implementasi peraturan

pengendalian pencemaran air dengan nilai interpretasi saat ini sebesar 43.2%

turun menjadi 21.6%, komitmen/dukungan Pemda dengan nilai interpretasi saat

ini sebesar 43.35% turun menjadi 21.68%, dan sistem dan kapasitas kelembagaan

dengan nilai interpretasi saat ini sebesar 45.7% turun menjadi 22.85%,

berdampak pada terjadinya peningkatan persen rata-rata total beban pencemaran

dibandingkan kapasitas asimilasinya sebesar 1.56 kali lebih besar dibandingkan

kondisi pengelolaan saat ini di masa akan datang (kondisi eksisting), yaitu pada

akhir tahun simulasi 2030.

Sementara itu, untuk skenario optimis dan skenario moderat secara umum

berdampak terhadap semakin membaiknya kondisi kualitas air Kali Surabaya di

mana persen rata-rata total dibandingkan kapasitas asimilasinya membaik hingga

36.21% (skenario optimis) dan 25.23% (skenario moderat) dari kondisi eksisting.

Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan interpretasi kondisi (state)

faktor-faktor kunci, yaitu pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat

dengan nilai interpretasi saat ini sebesar 30.85% naik menjadi 53.90%, persepsi

masyarakat dengan nilai interpretasi saat ini sebesar 42.15% naik menjadi 61.43%,

implementasi peraturan pengendalian pencemaran air dengan nilai interpretasi

saat ini sebesar 43.2% naik menjadi 62.1%, komitmen/dukungan Pemda dengan

nilai interpretasi saat ini sebesar 43.35% naik menjadi 62.23%, dan sistem dan

kapasitas kelembagaan dengan nilai interpretasi saat ini sebesar 45.7% naik

menjadi 63.8%, berdampak pada peningkatan persen rata-rata total beban

pencemaran dibandingkan kapasitas asimilasinya sebesar 0.25 kali lebih baik

dibandingkan kondisi pengelolaan saat ini di masa akan datang (kondisi eksisting),

yaitu pada akhir tahun simulasi 2030. Pada skenario optimis dengan kondisi

pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat dengan nilai interpretasi saat

ini sebesar 30.85% naik menjadi 76.95%, persepsi masyarakat dengan nilai

interpretasi saat ini sebesar 42.15% naik menjadi 80.71%, implementasi peraturan

pengendalian pencemaran air dengan nilai interpretasi saat ini sebesar 43.20%

naik menjadi 81.00%, komitmen/dukungan Pemda dengan nilai interpretasi saat

ini sebesar 43.35% naik menjadi 81.11%, dan sistem dan kapasitas kelembagaan

dengan nilai interpretasi saat ini sebesar 45.70% naik menjadi 81.90%, akan

berdampak pada peningkatan persen rata-rata total beban pencemaran

dibandingkan kapasitas asimilasinya sebesar 0.36 kali lebih baik dibandingkan

Page 111: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

211

kondisi pengelolaan saat ini di masa akan datang (kondisi eksisting), yaitu pada

akhir tahun simulasi 2030.

5.10 Strategi Pengendalian Pencemaran Kali Surabaya

Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting terhadap parameter fisik-kimia

perairan Kali Surabaya menunjukkan, bahwa parameter DO, BOD, COD, N-NO2

Semakin berkembangnya pemukiman penduduk di sekitar sempadan sungai

akibat pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan

,

TSS, dan Hg telah melampaui ambang batas KMA kelas 1 sebagai sumber air

baku air minum. Hal tersebut juga mengindikasikan, bahwa pencemaran bahan

organik dari limbah industri dan domestik menjadi sumber pencemar utama yang

perlu mendapat prioritas penanganan dalam upaya pengendalian pencemaran air

Kali Surabaya. Hasil analisis status kualitas perairan juga menunjukkan, bahwa

Kali Surabaya berada dalam kondisi tercemar berat dan memerlukan upaya

penurunan beban pencemaran. Karenanya, guna mereduksi beban pencemaran

dan memulihkan kondisi Kali Surabaya perlu dirumuskan beberapa strategi

kebijakan dalam upaya pengendalian pencemaran air Kali Surabaya. Terdapat

berbagai strategi pengendalian pencemaran air, namun yang terpenting adalah

reduksi limbah dari sumbernya, cara pengumpulan, dan pembersihan limbah.

Strategi pengendalian pencemaran Kali Surabaya disesuaikan dengan hasil

skenario berdasarkan expert judgement dan disesuaikan dengan hasil simulasi

model yang ada. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa permasalahan

pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat dengan nilai interpretasi saat

ini 30.85%, persepsi masyarakat dengan nilai interpretasi saat ini 42.15%,

implementasi peraturan pengendalian pencemaran air dengan nilai interpretasi

saat ini 43.2%, komitmen/dukungan Pemda dengan nilai interpretasi saat ini

43.35%, dan sistem dan kapasitas kelembagaan dengan nilai interpretasi saat ini

45.7% adalah yang paling dominan dalam pengendalian pencemaran Kali

Surabaya. Oleh karena itu, strategi pengendalian yang diambil adalah dengan

memprioritaskan skenario moderat dan optimis, karena skenario tersebut dapat

menggambarkan keberlanjutan pengelolaan Kali Surabaya. Adapun strategi

pengendalian pencemaran air Kali Surabaya berdasarkan prioritas pada masing-

masing faktor pengungkit adalah sebagai berikut:

1) Pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat

Page 112: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

212

yang rendah akan meningkatkan jumlah masyarakat yang membuang limbah

atau sampahnya ke sungai dan semakin meningkatkan beban pencemaran ke

Kali Surabaya. Reduksi beban pencemaran Kali Surabaya yang terkait dengan

jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat dapat dilakukan dengan menekan

laju pertumbuhan penduduk tidak melebihi 1.0% per tahun dan meningkatkan

kesadaran masyarakat akan pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat

dengan menjaga kebersihan lingkungan. Upaya yang dapat dilakukan adalah

mengaktifkan kembali program keluarga berencana, melarang pemanfaatan

bantaran Kali Surabaya sebagai lahan pemukiman baru, melakukan penataan

kawasan pemukiman di sepanjang tepi Kali Surabaya dengan konsep relokasi

pemukiman ilegal di kawasan tersebut dan pemanfaatan kawasan relokasi

sebagai lokasi penempatan IPAL dan ruang terbuka hijau untuk

mengembalikan kawasan sempadan sungai. Beban BOD Kali Surabaya

59.77% bersumber dari limbah domestik. Pengendalian pencemaran air yang

menitikberatkan pada sistem pembersihan air limbah oleh tiap industri saja

tidak memadai dan limbah domestik perlu ditangani secara seksama.

Berdasarkan hal tersebut maka pembangunan sarana IPAL komunal untuk

limbah domestik dan pembuatan saluran pengumpul dan instalasi air limbah

gabungan (cluster) menjadi alternatif pengendalian. Peningkatan kesadaran

masyarakat dalam menyikapi masalah pencemaran dan permasalahan

lingkungan lainnya dapat dilakukan dengan meningkatkan peran dan fungsi

lembaga kemasyarakatan setempat, meningkatkan kemitraan masyarakat dan

industri, melakukan pendidikan dan penyuluhan lingkungan sejak usia dini,

serta penerapan reward dan punishment.

2) Persepsi masyarakat

Persepsi masyarakat merupakan faktor penting dalam upaya pengendalian

pencemaran Kali Surabaya, karena adanya persepsi yang benar akan

menentukan kesadaran, peran dan partisipasi masyarakat selanjutnya untuk

tidak membuang limbah langsung ke sungai. Upaya peningkatan persepsi

dapat dilakukan dengan meningkatkan kegiatan pelatihan dan sosialisasi pada

masyarakat terutama masyarakat di sekitar bantaran Kali Surabaya serta

mengupayakan peningkatan fasilitas sanitasi. Selain itu, peningkatan persepsi

masyarakat juga dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan dan

pemberdayaan masyarakat. Pola pemberdayaan masyarakat yang diterapkan

Page 113: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

213

dapat mengadopsi model pemberdayaan masyarakat di kelurahan Jambangan

Surabaya, yaitu kemitraan antara masyarakat kelurahan Jambangan dengan

industri (Yayasan Uli Peduli PT. Unilever) yang melibatkan perguruan tinggi,

sarjana pendamping, pemerintah kota, pengurus RT, dan tokoh masyarakat.

Kegiatan swadaya yang dilakukan berupa pembudidayaan pohon mengkudu di

pinggir kali, menanam tanaman hias, tanaman obat dan pohon pelindung di

halaman rumah, pengelolaan sampah dengan menggunakan komposter skala

rumah tangga dan komposter komunal untuk sampah organik. Dalam waktu

dua tahun, masyarakat Jambangan Surabaya yang sebelumnya tidak peduli

lingkungan, misalnya aktivitas MCK masih dilakukan di Kali Surabaya

menjadi peduli lingkungan, yakni masyarakat sudah membiasakan diri

menggunakan MCK ramah lingkungan yang disediakan walaupun harus

membayar iuran Rp 3,000.00 per KK setiap bulannya. Saat ini di Kelurahan

Jambangan telah terbentuk 499 orang kader lingkungan. Daerah yang tadinya

kumuh dan kotor, kini menjadi rapi dan bersih berkat masyarakatnya dengan

pola hidup yang berwawasan lingkungan.

3) Implementasi peraturan pengendalian pencemaran air

Pengurangan beban pencemaran Kali Surabaya dari sumber-sumber

pencemaran yang ada dapat dilakukan melalui implementasi peraturan

pengendalian pencemaran oleh seluruh stakeholders terkait. Upaya-upaya yang

perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan hasil analisis prioritas kegiatan reduksi beban pencemaran,

diketahui bahwa penetapan kelas air menjadi prioritas utama diikuti

dengan kegiatan penyuluhan dan penetapan daya tampung beban

pencemaran. Untuk itu, penetapan kelas air dan penetapan daya tampung

beban pencemaran (PDTBP) Kali Surabaya perlu dibuat dalam bentuk

peraturan daerah

b. Penegakan hukum terhadap industri-industri yang terbukti nyata

menimbulkan dampak pencemaran lingkungan Kali Surabaya.

agar penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran

dapat ditegakkan.

c. Mewajibkan semua industri di sekitar Kali Surabaya memiliki instalasi

pengolah air limbah (IPAL) atau IPLC.

Page 114: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

214

d. Mewajibkan industri yang membuang air limbahnya ke Kali Surabaya

untuk memiliki UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya

Pemantauan Lingkungan).

e. RTRW kota untuk bangunan dibuat berdasarkan kesesuaian lahan.

4) Komitmen/ Dukungan Pemda

Kondisi kualitas air Kali Surabaya yang memprehatinkan membutuhkan

komitmen/dukungan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan upaya

pengendalian pencemaran air secara nyata dan konsisten. Bentuk

komitmen/dukungan Pemda tersebut dapat berupa fasilitas fisik maupun non

fisik, antara lain:

a. Pengetatan sistem perijinan pembuangan limbah. Kegiatan ini termasuk

faktor penting dalam mereduksi beban pencemaran dan berdasarkan hasil

analisis AHP menempati peringkat ke tujuh. Karenanya, Pemerintah

Daerah (pengelola Kali Surabaya)

b. Komitmen dan dukungan Pemda dalam penegakan hukum. Komitmen

/dukungan Pemda dalam penegakan hukum merupakan salah satu aspek

utama dalam peningkatan pentaatan di samping pemanfaatan instrumen-

instrumen pengelolaan lainnya. Hal ini dapat dilakukan melalui

sistem

perlu mengupayakan pembatasan

perijinan pembuangan limbah yang baru terutama pada daerah sekitar ruas

sungai yang sudah tidak memiliki daya tampung lagi. Pada daerah ini,

kegiatan komersial yang berpotensi menghasilkan limbah yang besar,

misalnya industri, hotel, pemukiman dan rumah potong hewan tidak boleh

diberi ijin lagi.

pengawasan pembuangan limbah cair industri yang lebih ketat dan

penegakan hukum. Pemerintah Daerah perlu melakukan pengawasan

pembuangan air limbah industri ke badan air/saluran dengan cara

pemasangan meter air untuk menghindari pembuangan air limbah yang

berlebihan serta

c. Meningkatkan daya tampung Kali Surabaya. Hal ini dapat dilakukan

dengan meningkatkan upaya pelestarian lingkungan tata air pada daerah

memberi sanksi secara tegas kepada industri yang

mencemari Kali Surabaya. Pemantauan limbah industri harus dilakukan

terus menerus dengan melakukan inspeksi mendadak (sidak) dan

mengintensifkan program Patroli Kali Surabaya dan program Stop Cemari

Kali Surabaya.

Page 115: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

215

pengaliran sungai. Kegiatan ini sangat erat kaitannya dengan perencanaan

tata ruang dan tata guna lahan yang berwawasan lingkungan. Tingginya

tingkat konversi lahan sempadan sungai menjadi lahan terbangun harus

diimbangi dengan peningkatan pelestarian, konservasi dan pemulihan

ekosistem sempadan sungai. Dalam hal ini, perlu komitmen yang kuat dari

Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk mengikuti rencana yang telah

ditetapkan. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 juga menetapkan

bahwa Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota

sesuai kewenangan masing-masing, dalam rangka pengendalian

pencemaran air pada sumber air berwenang menetapkan daya tampung

beban pencemaran.

d. Pengetatan baku mutu limbah cair untuk kegiatan komersial pada ruas

sungai yang telah tercemar berat. Dalam hal ini, dukungan Pemerintah

Daerah dapat berupa bantuan teknologi pengolahan limbah atau

meningkatkan peran industri dalam mengatasi limbahnya. Industri dapat

mempertimbangkan untuk mereduksi beban limbah melalui konsep

produksi bersih atau meningkatkan kemampuan IPAL-nya atau pindah ke

lokasi lain (relokasi industri) yang daya tampung badan airnya masih

memungkinkan.

e. Pengadaan sarana dan prasarana kerja operasional dan sistem informasi

pengendalian pencemaran air, fasilitas pengolahan limbah cair (IPAL

komunal), MCK Umum, TPS, dan fasilitas sanitasi lainnya.

f. Pemantauan dan evaluasi perubahan mutu air Kali Surabaya secara

periodik. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menetapkan kualitas

parameter fisik, kimia, dan biologi pencemar air melalui monitoring atas

konsentrasi pencemar. Hasil pemantauan dan evaluasi dapat memberikan

informasi atau gambaran tentang kualitas air Kali Surabaya dan sumber

pencemar dominan, yang dapat digunakan sebagai salah satu dasar

pertimbangan bagi pengelola Kali Surabaya dalam upaya pengendalian.

g. Memiliki program kerja pengendalian pencemaran air jangka pendek,

menengah, dan jangka panjang.

5) Sistem dan Kapasitas Kelembagaan

Salah satu kelemahan dalam pengelolaan Kali Surabaya adalah kurangnya

koordinasi antar sektor / dinas (Perum Jasa Tirta I, BLH Kota, BLH Jawa

Page 116: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

216

Timur, Dinas Perindustrian Propinsi, dan Dinas PU Pengairan Propinsi) dalam

merencanakan dan melaksanakan aktivitas pengendalian pencemaran dan

pemantauan kualitas air Kali Surabaya. Akibatnya, aktivitas yang dilakukan

sering bersifat parsial dan sektoral, sehingga sering terjadi tumpang tindih

bahkan ada kalanya tidak saling mendukung. Sebagai contoh, tidak adanya

koordinasi antara Dinas Perindustrian yang memberi ijin berdirinya industri

dengan BLH selaku pemberi ijin pembuangan limbah cair, sehingga banyak

industri berdiri tanpa memiliki IPAL. Selain itu, terjadi tumpang tindih

penetapan titik pemantauan kualitas Kali Surabaya dan di beberapa sumber

pencemar industri antara Perum Jasa Tirta I, BLH Kota dan Provinsi, dan PU

Pengairan Provinsi. Karena itu, strategi kebijakan terkait sistem dan kapasitas

kelembagaan adalah meningkatkan keterpaduan pengelolaan melalui

peningkatan koordinasi antar sektor / dinas yang terkait dengan pengelola Kali

Surabaya, antara lain:

a. Memperbaiki kualitas kinerja BLH Jawa Timur dan Instansi terkait dalam

kegiatan pemantauan kualitas limbah industri dan sumber air.

b. Pembentukan forum koordinatif yang melibatkan seluruh dinas terkait

kegiatan pengelolaan Kali Surabaya untuk penyusunan kerangka

kelembagaan, meliput i visi, misi, tujuan, sasaran, serta strategi

pengelolaan, termasuk di dalamnya program implementasi kebijakan

dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.

c. Memperjuangkan aspek legal kesepakatan pengelolaan Kali Surabaya

yang telah ditetapkan untuk dijadikan undang-undang, peraturan

pemerintah, atau peraturan daerah yang bersifat mengikat.

d. Pemberdayaan masyarakat melalui kerjasama dengan lembaga swadaya

masyarakat, perguruan tinggi, dan pihak industri.

e. Pengembangan sistem monitoring dan evaluasi pengendalian pencemaran

air yang diintegrasikan dengan sistem informasi lingkungan Kali Surabaya

dari aspek biofisik dan sosial ekonomi masyarakat untuk acuan dalam

pengambilan keputusan pengelolaan Kali Surabaya.

5.11 Pembahasan Umum

Hasil analisis data parameter fisik-kimia perairan Kali Surabaya dapat

menggambarkan kondisi eksisting kualitas air di sepanjang Kali Surabaya.

Page 117: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

217

Berdasarkan kriteria mutu air (KMA) kelas 1, kualitas air Kali Surabaya dalam

kondisi cemar berat dengan nilai indeks STORET berkisar -80 hingga -104.

Buruknya status mutu air Kali Surabaya diindikasikan oleh parameter DO, BOD5,

COD, N-NO2, Hg, dan TSS yang telah melampaui KMA kelas 1 di sepanjang

Kali Surabaya. Nilai parameter DO menunjukkan kecenderungan yang menurun

dari zona hulu ke zona tengah dan hilir, sementara nilai parameter BOD5, COD,

N-NO2, Hg, dan TSS menunjukkan kecenderungan sebaliknya. Kondisi tersebut

mengindikasikan bahwa kemampuan Kali Surabaya dalam menopang kehidupan

biota air dan diversitas biota semakin menurun. Penurunan kadar DO ke arah hilir

menyebabkan kemampuan badan air Kali Surabaya dalam melakukan purifikasi

juga makin menurun karena laju reaksi oksidasi pada badan air berkurang dengan

keterbatasan oksigen.

Pencemaran air Kali Surabaya merupakan akibat masuknya bahan pencemar

yang bersumber dari limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian, dan

limbah lainnya yang mengandung bahan organik, anorganik, dan komponen lain

yang membutuhkan oksigen dalam proses degradasi maupun konversi. Akibat

sumber-sumber pencemar yang masuk ke badan air jumlahnya banyak dan

jaraknya relatif berdekatan maka beban pencemar yang masuk ke badan air tidak

sebanding dengan daya tampung dan kemampuan air memulihkan diri (self

purification), sehingga defisit oksigen tetap terjadi dan kualitas air makin

menurun. Selain itu, masukan bahan pencemar ke Kali Surabaya dengan

konsentrasi dan debit yang bervariasi antar waktu dan titik pengamatan serta

proses pengenceran akibat air hujan dan masukan air dari anak sungai

menyebabkan terjadinya fluktuasi nilai parameter suhu, DHL, TSS, DO, BOD5,

COD, N-NO2, N-NH3, N-NO3

Pencamaran air Kali Surabaya telah mengakibatkan kematian secara masal

ikan, kepiting, dan udang air tawar, penurunan rantai makanan, perubahan indeks

keragaman dan dominasi organisme dalam ekosistem serta perubahan struktur dan

fungsi komunitas sehingga keseimbangan ekosistem terganggu. Kematian ikan

secara masal merupakan indikasi buruknya kualitas air Kali Surabaya. Kematian

ikan masal juga menyebabkan instalasi pengolah air Karang Pilang berhenti

beroperasi dan menyebabkan terganggunya distribusi air PDAM Kota Surabaya

serta peningkatan biaya pengolahan air PDAM mencapai Rp 473 juta/bulan.

Selain itu, akibat kondisi lingkungan perairan Kali Surabaya menurun, maka

, dan kadar Hg, Pb dan Cd.

Page 118: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

218

organisme yang terdapat di Kali Surabaya didominasi oleh jenis-jenis organisme

yang mempunyai toleransi tinggi terhadap kondisi tersebut, misalnya cacing

merah (Tubifex tubifex).

Keberadaan merkuri (Hg) dalam air dan sedimen Kali Surabaya yang

mencapai 9.2 dan 190 kali KMA kelas 1 sangat berisiko bagi individu dengan

berat badan 70 kg (dewasa) dan 15 kg (anak) jika melakukan aktivitas berkontak

dengan air dan dasar sungai dengan frekuensi 30 hari/tahun selama 1 -2 jam/hari.

Jika berat badan individu < 70 kg, maka risiko kesehatannya menurun karena luas

permukaan kulit lebih kecil sehingga masukan kontaminan lewat kontak dermal

menjadi lebih kecil, hal sebaliknya terjadi jika berat badan individu > 70 kg. Bagi

pengambil kebijakan, pilihan manajemen risiko yang perlu dirumuskan adalah

menurunkan kadar Hg pada badan air dan sedimen Kali Surabaya atau

mengurangi frekuensi dan waktu kontak dengan air dan sedimen Kali Surabaya.

Penurunan kualitas air Kali Surabaya terkait dengan persepsi dan partisipasi

masyarakat. Persepsi yang salah terhadap air sungai dapat menyebabkan

seseorang menjadi pencemar sungai, sebaliknya persepsi yang benar dapat

mendorong seseorang untuk menjadi pengelola air sungai. Persepsi masyarakat

yang benar terhadap kualitas, pemanfaatan dan kelayakan Kali Surabaya untuk

peruntukan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku positifnya serta

menumbuhkan kesadaran terhadap upaya pengendalian pencemaran air Kali

Surabaya. Secara umum, masyarakat di sekitar bantaran Kali Surabaya memiliki

persepsi yang tinggi terhadap pemanfaatan, kelayakan dan pengendalian

pencemaran air, namun hal tersebut belum diwujudkan dalam bentuk tindakan

nyata dalam pengendalian. Kondisi sosial dan budaya masyarakat sangat

mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengendalian pencemaran.

Berdasarkan hasil kuesioner menunjukkan bahwa jumlah penduduk di bantaran

Kali Surabaya yang membuang limbah domestiknya ke Kali Surabaya relatif

tinggi, yaitu mencapai 32.5%. Kondisi tersebut dapat terjadi karena terpaksa,

ketidaksesuaian antara sikap individu dengan informasi mengenai kenyataan

sesungguhnya atau ketidaksesuaian antara sikap individu dengan sikap

panutannya serta kurangnya sarana dan prasarana sanitasi.

Kondisi sanitasi lingkungan pada daerah padat pemukiman di sepanjang

Kali Surabaya masih belum memenuhi syarat bagi kesehatan. Minimnya sarana

pembuangan sampah padat dan kurang tersedianya fasilitas pembuangan air

Page 119: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

219

limbah menyebabkan penduduk bantaran sungai masih membuang limbah di

sungai dan menjadikan sungai sebagai tempat MCK. Keberadaan 205 WC

terapung yang merupakan sumber pencemar organik berupa tinja (feces) dan 218

tempat sampah sementara yang ada di sisi kanan-kiri Kali Surabaya akan

menghasilkan lindi yang dapat terbawa dalam aliran sungai menjadi salah satu

penyebab menurunnya kualitas Kali Surabaya. Oleh karena itu, upaya yang harus

dilakukan untuk mengurangi beban pencemaran di Kali Surabaya selain

meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat melalui pola hidup bersih

dengan menerapkan konsep 4R (reduce, reuse, recycle dan replant) juga

diperlukan peningkatan sarana dan prasarana berupa MCK umum, tempat

pembuangan sampah sementara, dan pembangunan IPAL komunal.

Upaya lain yang harus dilakukan untuk menanggulangi pencemaran air Kali

Surabaya adalah mereduksi beban pencemar dari berbagai sumber pencemar dan

menekan resiko terjadinya kecelakaan dan kebocoran serta luapan limbah ke Kali

Surabaya. Berdasarkan hasil analisis dengan teknik AHP menunjukkan bahwa

penetapan kelas air, penyuluhan, dan penetapan daya tampung beban pencemaran

menjadi prioritas kegiatan reduksi beban pencemaran. Penetapan kelas air Kali

Surabaya mendesak dilakukan agar penegakan hukum lingkungan dapat

dilaksanakan. Upaya pengendalian pencemaran air Kali Surabaya melalui

pendekatan teknologi dapat diterapkan teknologi wastewater garden. Teknologi

ini selain biayanya murah dan mudah dioperasikan juga dapat diterapkan pada

skala rumah tangga. Peran pemerintah adalah melakukan inisiasi, pendampingan

dan pemberdayaan masyarakat untuk mengadopsi teknologi tersebut.

Skenario yang mungkin terjadi di masa depan pada perairan Kali Surabaya

adalah skenario pesimis, moderat dan optimis. Hasil identifikasi dan

penggolongan faktor oleh pakar berdasarkan kondisi dan keadaan faktor yang

berpengaruh serta sumberdaya yang ada maka sistem pengelolaan Kali Surabaya

dapat seimbang antara aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi dengan menerapkan

skenario moderat dan optimis. Skenario moderat dan optimis masing-masing

mampu menurunkan persentase total beban pencemaran sebesar 25.23 dan

36.21% di bawah kondisi eksisting. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang

tepat melalui intervensi faktor-faktor yang memiliki pengaruh kuat dan

ketergantungan antar faktor yang rendah sehingga pengendalian yang dilakukan

memiliki prospek jauh ke depan, berkelanjutan, dan mampu mengubah kondisi

Page 120: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Eksisting Perairan ... · V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... (ii) bahan anorganik atau limbah ... dengan meningkatnya pembuangan limbah di zona tengah

220

pesimis menjadi kondisi optimis. Strategi pengendalian pencemaran air Kali

Surabaya berdasarkan prioritas adalah (1) menekan laju pertumbuhan penduduk

dan meningkatkan kesadaran masyarakat, (2) meningkatkan persepsi masyarakat,

(3) implementasi peraturan pengendalian pencemaran air secara adil dan

konsisten, (4) meningkatkan komitmen dan dukungan Pemerintah Daerah dalam

upaya pengendalian, dan (5) meningkatkan sistem dan kapasitas kelembagaan.