Uud 1945 Sebagai Landasan Yuridis Pendidikan Indonesia

download Uud 1945 Sebagai Landasan Yuridis Pendidikan Indonesia

of 11

description

PENDIDIKAN

Transcript of Uud 1945 Sebagai Landasan Yuridis Pendidikan Indonesia

MELAKSANAKAN UUD 1945 SEBAGAI LANDASAN YURIDIS PENDIDIKANDENGAN SEPENUH HATI

PAPERUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Landasan PendidikanYang dibina oleh 1. Prof. DR. Edy Purwanto.M.Pd 2. Drs. Budihandoyo, M.Si

OlehEko Anang Hadi Santoso140721808529

UNIVERSITAS NEGERI MALANGPROGRAM PASCA SARJANAPROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFIJUNI 2015

MELAKSANAKAN UUD 1945 SEBAGAI LANDASAN YURIDIS PENDIDIKANDENGAN SEPENUH HATIEko Anang Hadi [email protected]: Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah landasan Hukum utama dalam semua segi sendi kehidupan hukum di Indonesia, termasuk di bidang pendidikan. Salah satu amanat penting UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, namun demikian pelaksanaan amanat yang terkandung dalam Undang Undang ini masih setengah hati. Dalam kata lain masih belum terlaksana dengan baik. Bangsa Indonesia yang cerdas dalam kehidupan-nya masih sebatas cita cita yang belum terwujud. Masih banyak warga Negara yang buta huruf, putus sekolah dan tidak bisa mengenyam pendidikan. Banyak sarana dan prasarana pendidikan yang minim. Kemerosotan moral generasi muda juga menunjukkan permasalahan serius dalam dunia pendidikan Indonesia. Untuk itulah dibutuhkan kerja keras, pengorbanan dan pelaksaaan pendidikan yang sepenuh hati oleh setiap insan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan Indonesia agar terwujud manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung sesuai dengan amanat yang terkandung dalam undang undang.Kata Kunci: UUD 1945, Landasan Yuridis PendidikanDalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat dijelaskan bahwa tugas dan kewajiban negara kepada rakyat salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang. Untuk itu seluruh komponen bangsa, pemerintah, masyarakat dan keluarga serta pengusaha wajib ikut serta dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan dari Negara dan bangsa Indonesia yang tertulis pada Pembukaan UUD 1945. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertuang pada Pembukaan UUD 1945 tersebut dilakukan melalui mekanisme Pendidikan Nasional. Sebagaimana tercantum dalam pasal 3UU RI No.20Tahun2003 tentang SistemPendidikan Nasional dijelaskan bahwa,Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa.Adapuntujuanpen-didikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab(Pasal 3 dan Penjelasan atas UU RI No. 20 tahun 2003). Namun demikian banyaknya masalah pendidikan di Indonesia dewasa ini baik dari segi Infrastruktur, peserta didik, pendidik serta kebijakan pemerintah yang sering berganti ganti masih menunjukkan belum tercapainya cita cita pendidikan Indonesia. Hal ini berarti UUD 1945 beserta penjabarannya yang termuat dalam semua Undang Undang tentang Pendidikan di Indonesia masih dijalankan setengah hati oleh bangsa ini.Pendidikan menurut Undang Undang Dasar 1945UUD Tahun 1945 merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Semua peraturan perundang undangan yang ada harus tunduk dan tidak bertentangan dengan Undang Undang Dasar 1945 ini. Sesuai dengan namanya UUD 1945 mendasari semua perundang undangan yang muncul kemudian, kedudukan seperti ini membuat UUD 1945 mengandung isi yang bersifat umum, demikian juga bab tentang Pendidikan yang diatur dalam UUD ini juga masih bersifat umum. Amanat yang terkandung dalam penjabaran UUD 1945 adalah sebagai berikut; (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan (2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan Pemerintah wajib membiayainya. (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang Undang. (4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan Pendidikan Nasional. (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia(Pasal 31 Undang Undang Dasar 1945)

Hal yang lebih rinci diatur dalam Undang Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional(UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003).Undang undang ini sebagai induk peraturan yang mengatur tentang pendidikan memuat fungsi dan tujuan tentang pendidikan yang tertuang di pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Titik point yang mendasar dalam pasal ini adalah menyangkut tujuan yaitu berkembangnya potensi peserta didik. Sedangkan prinsip Penyelenggaraan Pendidikan terdapat pada pasal 4 ayat, yaitu;(1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis, berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia, nilai keragaman, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa (2) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu kesatuan yang sistematis dengan sistem terbuka dan multi makna (3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. (4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. (5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. (6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian untuk layanan pendidikan.

Landasan Yuridis PendidikanPendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di dalam dan luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang (Mudyaharjo, 2008). Menurut Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional pasal 1 : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan sebagai usaha sadar yang selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Secara umum, pendidikan merupakan segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.Menurut Pidarta (1997) landasan yuridis diartikan sebagai suatu aturan baku sebagai tempat berpijak dan titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam hal ini adalah kegiatan pendidikan. Jadi, landasan hukum pendidikan adalah dasar atau pondasi perundang-undangan yang menjadi pijakan dan pegangan dalam pelaksanaan pendidikan di suatu Negara. Landasan yuridis pendidikan Indonesia juga mempunyai seperangkat peraturan perundang-undangan yang menjadi titik tolak sistem pendidikan di Indonesia, yang meliputi : Pembukaan UUD 1945, Batang tubuh UUD 1945, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Menteri dan Instruksi Menteri.

Fakta dan Permasalahan yang Berkaitan dengan Landasan Yuridis Pendidikan IndonesiaDalam UUD 1945, tersurat jelas empat misi besar bangsa Indonesia. Diantaranya; membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Serta memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Ini bukan sebuah perumusan singkat. Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tak sekadar bermain kata-kata. Para pendiri Negeri ini jelas menaruh harapan besar pada kita, para generasi penerus bangsa. Sampai sekarang pun pembacaan Pembukaan UUD 1945 tetap menjadi agenda rutin di setiap upacara bendera. Namun, hampir 70 tahun sejak kemerdekaan Indonesia, sudahkah negeri ini benar-benar memajukan kesejahteraan umum atau telah mencerdaskah seluruh kehidupan rakyat/bangsanya?Cerdas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dsb). Mencerdaskan berarti membuat cerdas. Sudahkah bangsa kita cerdas dan Pemerintah mampu mencerdaskan? Menurut penulis belum. Kepala Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pria Gunawan mengatakan sebanyak 3,6 juta warga di Indonesia masih buta aksara(Republika, 2013). Data tersebut sudah mampu menjawab bahwa bangsa Indonesia belum sepenuhnya cerdas. Banyak pelajar Asia bisa jadi juara dalam Olimpiade Fisika, dan Matematika. Tapi hampir tidak pernah ada orang Asia yang menang Nobel atau hadiah internasional lainnya yang berbasis inovasi dan kreativitas(Ng Aik Kwang, 2001 dalam Rinaldi Munir), hal ini dikarenakan sekolah banyak kegiatan menghafal sebagai kunci jawaban, tidak aplikatif dan kreatif.Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa setiap warga nergara berhak mendapatkan pendidikan, namun kenyataannya belum semua rakyat bangsa ini mendapatkan pendidikan yang layak. Disebutkan juga setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan Pemerintah wajib membiayainya, namun kenyataannya juga demikian, masih banyak warga yang tidak menggunakan haknya dan melaksanakan kewajibannya memperoleh pendidikan. Pemerintahpun belum sepenuhnya menyediakan fasilitas fasilitas pendidikan yang memadai. Data dari Mendikbud menyebutkan bahwa pada tahun 2007, dari 100 persen anak-anak yang masuk SD, yang melanjutkan sekolah hingga lulus hanya 80 persennya, sedangkan 20 persen lainnya harus putus sekolah. Dari 80 persen siswa SD yang lulus sekolah, hanya 61 persennya yang melanjutkan sekolah ke jenjang SMP sekolah yang setingkat lainnya. Kemudian setelah itu hanya 48 persen yang akhirnya lulus sekolah. Sementara itu, 48 persen yang lulus dari jenjang SMP hanya 21 persennya saja yang melanjutkan ke jenjang SMA. Sedangkan yang bisa lulus jenjang SMA hanya sekitar 10 persen. Persentase ini menurun drastis dimana jumlah anak-anak yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi tinggal 1,4 persen saja(Kompas, 2013). Hal ini sungguh memprihatinkan. Disamping itu masih banyak fasilitas pendidikan yang minim dan rusak. Banyaknya infrastruktur pendidikan yang roboh itu karena puluhan tahun ada pembiaran. Harusnya jangan direhab terus, tapi dibangun ulang. Daripada direhab abis Rp2 miliar sampai Rp3 miliar, tapi besok rubuh lagi, kata Ahok di Balai Kota(Jakpro.id, 2014). Itu di Jakarta yang merupakan Ibukota Negara kita, bagaimana dengan daerah lain dan daerah terpencil? Tentunya lebih banyak lagi. Hal ini menunjukkan bahwa selama ini banyak pemerintah daerah yang kurang peduli terhadap fasilitas pendidikan, dan ini bertentangan dengan amanat UUD 1945 di atas.UUD 1945 dalam pasalnya juga menyebutkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang Undang. Namun pada realitanya sekarang Pemerintah melakukan pemisahan urusan pendidikan tinggi dengan pendidikan dasar dan menengah, berarti system pendidikan nasional tidak lagi satu, hal ini juga berpotensi melanggar UU Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 14 UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas yang menyatakan, jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Itu menegaskan bahwa pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi merupakan satu kesatuan sistem yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Karena itu, kementerian yang menanganinya pun harus satu kementerian yang terintegrasi untuk menghindari miskoordinasi yang bisa merusak satu sistem pendidikan nasional tersebut.Dari segi pendidik dan tenaga kependidikan tampaknya adanya tunjangan profesi guru belum menunjukkan peningkatan kinerja yang signifikan. Peningkatan kinerja guru yang sudah lolos sertifikasi masih belum memuaskan. Motivasi kerja yang tinggi justru ditunjukkan oleh guru-guru yang belum mengikuti sertifikasi dengan harapan segera dapat disertifikasi. Demikian temuan sementara dari hasil survei yang dilakukan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengenai dampak sertifikasi profesi guru terhadap kinerja guru(Kompas.com, 2009). Gerakan Indonesia Berkibar (GIB) menyatakan lebih dari 54% guru di Indonesia tidak memiliki kualitas yang cukup baik untuk mengajar. Rendahnya mutu pendidik ditengarai menjadi faktor utama rendahnya kualitas pendidikan di Tanah Air, khususnya pada bagian timur wilayah Indonesia. Hingga kini Kemendikbud mencatat dari 2,92 juta guru, baru 51% yang berpendidikan strata satu. (Lampost, 2014)Beberapa bukti diatas sudah cukup membuktikan bahwa bangsa kita ini belum optimal dalam menggarap pendidikan nasional seperti yang diamanatkan UUD 1945. Maka dibutuhkan kesungguhan dari setiap pihak baik pemerintah, kementrian pendidikan, pemerintah daerah dan semua insan yang berkecimpung langsung maupun tidak langsung dalam dunia pendidikan agar melaksanakan peran sertanya dengan baik dan sepenuh hati. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata sepenuh hati adalah gabungan dua frase yang berarti bersungguh sungguh. Bekerja dengan sepenuh hati berarti bersungguh sungguh, tulus, penuh tanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. Berkecimpung dalam dunia pendidikan adalah panggilan jiwa demi majunya bangsa dan Negara Indonesia ini, maka kita harus tulus dan ikhlas dalam mengabdi di dunia pendidikan. Termasuk dalam hal ini guru sebagai tulang punggung pendidikan di Indonesia. Selain perlu ditingkatkan profesionalismenya, guru perlu meningkatkan kesungguhan hatinya dalam mendidik, bukan hanya mengajar. Meskipun kini tenaga pendidik sudah dianggap sebagai profesi dan dihargai pengabdiannya melalui gaji dan tunjangan tenaga pendidik dan kependidikan tapi fitrahnya sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa(tulus, ikhlas mengabdi sepenuh hati) hendaknya tetap dipertahankan dan ditingkatkan.KesimpulanAmanat yang terkandung dalam Undang Undang Dasar Tahun 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan dijabarkan dalam pasal 31 UUD 1945 harus diwujudkan oleh setiap insan yang berperan dalam dunia pendidikan Indonesia. Dibutuhkan kerja keras dan panggilan jiwa yang tulus sepenuh hati agar tercapai generasi yang cerdas, bertagwa dan sebagainya seperti yang diamanatkan oleh Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional. Carut marut dunia pendidikan Indonesia saat ini menunjukkan bahwa belum optimalnya kinerja semua insan yang terlibat dalam pendidikan di Indonesia. Bekerja secara profesional dibarengi kesungguhan hati, ketulusan jiwa dalam menggeluti dunia pendidikan diharapkan akan mampu mewujudkan cita cita yang tersurat pada pembukaan UUD 1945.Daftar RujukanJakpro, 2014. Sekolah DKI rusak Ahok minta dibangun Ulang, (online)http://www.jakpro.id/sekolah-dki-rusak-ahok-daripada-rehabilitasi-lebih-baik-bangun-ulang/. diakses 3 Juni 2015Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015.(online). http://kbbi.web.id/. Diakses 3 Juni 2015Kemendikbud, 2007. Tingginya Angka Putus Sekolah.(online).http://www.kompasiana.com/fonitaandastry/tingginya-angka-putus-sekolah-di Indonesia_55296213f17e614b688b4593. Diakses 4 Juni 2015Lampost, 2014. Mayoritas Guru Tidak Profesional.(online)http://lampost.co/berita/mayoritas-guru-tidak-profesional-dalam-mengajar. diakses Juni 2015Mudyahardjo, Redja, 2006. Pengantar Pendidikan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, Munir, 2011. Profokasi Prof. Ng Aik Kwang,(online). https://rinaldimunir.wordpress.com/ 2011/02/23/provokasi-prof-ng-aik-kwang/ diakses 3 Juni 2015Pidarta Made,2005. Landasan Pendidikan, Jakarta, Rieka Cipta, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (online)http://id.wikipedia.org/wiki/UndangUndang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945. Diakses 3 Juni 2015Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.(online) http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf diakses 3 Juni 2015