utuk sistensiad

8
BAB V PEMBAHASAN Pada hari kamis tanggal 23 Maret 2015 dilaksanakan praktikum yang kedua Geomorfologi dan Geologi Foto dengan acara yang kedua yaitu Bentang Alam Fluvial. Bentang alam fluvial adalah satuan geomorfologi yang pembentukannya erat hubungannya dengan proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi (sheet water). Pada praktikum ini akan dibahas 4 macam pembahasan yakni satuan delneasi fluvial, satuan delineasi denudasional, satuan struktural rapat dan renggang. Berikut hasil pembahasan dari praktikumnya: 5.1 Satuan Delineasi Fluvial Suatu bentang alam fluvial dalam peta topografi digambarkan dengan bentuk yang berkelok-kelok dan ada yang memanjang. Umumnya pada sungai besar di peta topgrafi digambarkan dengan dua buah garis. Sedangkan sungai kecil atau anak sungai biasanya pada peta topografi digambarkan dengan satu garis. Pada delineasi bentang alam fluvial biasanya diwarnai dengan warna hijau. Delineasi dari bentang alam fluvial tersebut mencangkup dari sungai besar (sungai utama) dan juga dataran banjir yang ada di pinggiran sungai besar.

description

adasd

Transcript of utuk sistensiad

Page 1: utuk sistensiad

BAB V

PEMBAHASAN

Pada hari kamis tanggal 23 Maret 2015 dilaksanakan praktikum yang kedua

Geomorfologi dan Geologi Foto dengan acara yang kedua yaitu Bentang Alam Fluvial.

Bentang alam fluvial adalah satuan geomorfologi yang pembentukannya erat hubungannya

dengan proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika,

maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang

disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara terpadu

(sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi (sheet water).

Pada praktikum ini akan dibahas 4 macam pembahasan yakni satuan delneasi fluvial,

satuan delineasi denudasional, satuan struktural rapat dan renggang. Berikut hasil

pembahasan dari praktikumnya:

5.1 Satuan Delineasi Fluvial

Suatu bentang alam fluvial dalam peta topografi digambarkan dengan bentuk

yang berkelok-kelok dan ada yang memanjang. Umumnya pada sungai besar di peta

topgrafi digambarkan dengan dua buah garis. Sedangkan sungai kecil atau anak sungai

biasanya pada peta topografi digambarkan dengan satu garis.

Pada delineasi bentang alam fluvial biasanya diwarnai dengan warna hijau.

Delineasi dari bentang alam fluvial tersebut mencangkup dari sungai besar (sungai

utama) dan juga dataran banjir yang ada di pinggiran sungai besar. Sedangkan untuk

sungai kecilnya sendiri tidak diberi warna untuk delineasinya. Pada pewarnaan pola

aliran sungainya, untuk sungai besar diberi warna biru tua sedangkan pada sungai kecil

(anak sungai) diberi warna biru muda. Sedangkan pad jalan diberi warna merah.

Pada pola pengaliran sungainya untuk sungai yang besar diberi warna biru tua

sedangkan sungai kecil diberi warna biru muda. Pola pengaliran sungai yang ada pada

peta topografi ini termasuk ke dalam jenis denditrik. Disebut denditrik karena bentuk

pola alirannya berbentuk seperti pohon yang mana cabang-cabang anak sungainya

arahnya tidak beraturan.

Kenampakan morfologi bentang alam fluvial yang ada di daerah Randudongkal

dan sekitarnya ini antara lain terdapan endapan gosong (Bar deposit). Endapan gosong

tersebut yang dapat dilihat di bagian tepi atau tengah alur sungai. Endapan pada tengah

alur disebut sebagai gosong tengah (channel bar) sedang endapan pada tepi disebut

Page 2: utuk sistensiad

sebagai gosong tepi (point bar). Terdapat endapan gosong (Bar deposit) tersebut karena

poses fluviatil yang terjadi di sungai – sungai yang ada di daerah Randudongkal ini

dapat diinpretasikan bahwa sewaktu tejadi proses transportasi aliran sungai, aliran

sungai tersebut membawa material – material yang cukup banyak sewaktu terjadi

banjir. Setelah energi transportasi aliran sungai tersebut melemah (aliran sungai

kembali normal) maka material – material yang berukuran besar dan berat akan

terendapkan di tengah sungai bila sungai tersebut tidak ada kelokannya sehingga

terbentuk channel bar. Sedangkan pada sungai yang ada kelokannya otomatis bila

energi transportasi airnya tidak cukup kuat maka material – material yang berukuran

besar dan berat akan terendapkan di tepi sungai, sehingga terbentuklah point bar.

Selain endapan gosong, sungai – sungai yang ada di daerah Randudongkal ini bisa saja

terbentuk tanggul alam. Tanggul alam tersebut merupakan hasil pengendapan luapan

banjir dan terdapat pada tepi sungai sebelah menyebelah. Material pembentuk tenggul

alam berasal dari material hasil transportasi sungai saat banjir dan diendapkan di luar

saluran sehingga membentuk tanggul-tanggul sepanjang aliran sungainya. Dari kedua

macam kenampakan morfologi yang dapat di temukan di sungai – sungai yang ada di

daerah Randudongkal ini selain karena proses fluviatilnya juga karena genesa dari

sungainya tersendiri. Sungai – sungai yang ada di daerah Randudongkal ini dapat

diinpretasikan termasuk ke dalam stadia dewasa, dikarenakan karena banyak terdapat

meander (kelokan) sungai. Dimana dari meander tersebut bisa terbentuk point bar

maupun channel bar. Umumnya sungai yang ada di peta topografi tersebut adalah

stadia dewasa, namun ada yang satadia muda tepatnya di daerah struktural rapat karena

merupakan hulu sungai.

5.2 Satuan Delineasi Denudasional

Pada satuan delineasi denudasional ini dapat diwarnai dengan warna coklat.

Dikatakan daerah denudasional karena daerahnya yang konturnya jarang atau sangat

renggang dan adanya keseragaman relief sehingga pada daerah ini biasanya ditempati

pemukiman penduduk serta jalan.

Pada satuan delineasi denudasional di daerah Randudongkal dan sekitarnya ini

meliputi daerah Sikasur, Simpur, Bantarpari, Sumurkidang, Kebandingan, Semaja,

Semaja 2, Semingkir, Semingkir 1, Karangmontjol, Karanganjar, Pringtaliamba,

Kedunglandji, Bangkot, Slebak 1, Slebak 2, Karangemplak, Bandjaranjar, Mursid,

Page 3: utuk sistensiad

Tjomal, Bogo 1, Bogo 2, Geger Nagarunting, Igir Kletjer, Katam, Kemiri Sewu,

Babakan, Panusupan, Tireme dan Randudongkal.

Kenampakan yang bisa dilihat di satuan delineasi denudasional ini antara lain

daerah pemukiman penduduk, jalan serta daerah yang berkontur jarang. Adanya

keseragaman relief muka bumi yang menjadikan daerah ini disebut daerah

denudasional, sehingga memungkinkan aktivitas manusia lebih berkembang. Hal itu

ditandai dengan banyaknya pemukiman penduduk serta jalan – jalan yang digunakan

warga sebagai penunjang aktivitas kesehariannya.

5.3 Struktural Rapat

Pada delineasi di struktural rapat ini diberi warna ungu tua. Termasuk daerah

dengan struktural rapat dikarenakan jarak antar kontur pada intesitas rapat hingga

sangat rapat. Dan kenampakannya daerahnya yang curam.

Pada peta topografi daerah Randudongkal dan sekitarnya ini yang termasuk

daerah struktural rapat antara lain daerah G. Wisnu, G. Wadasgumantung, Djangkung,

G. Djenggol, Mentek, G. Tukung, Igir Sibenda, G. Tjeaula, G. Mritja, Kaliurang,

Binangun, Mritja, Igir Krikil, Krikil, Djumleng, Djumleng 2, G. Tugel, G. Serut,

Sibedil 1, Sibedil 2, Benda, Karangsengon dan Salam.

Pada perhitungan morfometri yang di dapat pada satuan struktural rapat ini di

dapat 5 sayatan sebagai samplenya, masing – masing mempunyai persen kelerengan

antara lain 41,7%, 35,7%, 50%, 35,7% dan 31,25%. Dari kelima sample sayatan

tersebut didapat rata – rata 38,9%. Pada daera struktural rapat Top hill nya di dapat di

ketinggian 770 meter, sedangkan Down hill nya didapat ketinggian 500 meter.

Sehingga beda tingginya didapat 270 meter. Dan dari hasil rata – rata tersebut dan hasil

perhitungan beda tingginya menurut klasifikasi Van Zuidam termasuk daerah yang

berbukit terjal.

Pola pengaliran sungai yang didapat daerah struktural rapat ini adalah pola

pengaliran denditrik. Disebut denditrik karena bentuk pola alirannya berbentuk seperti

pohon yang mana cabang-cabang anak sungainya arahnya tidak beraturan. Dan

diinpretasikan bahwa daerah struktural rapat ini memiliki litologi yang resistensinya

seragam, lapisan sedimen mendatar, batuan beku massif atau daerah lipatan. Sehingga

pola sungai yang ada di daerah struktural rapat ini termasuk pola pengaliran denditrik.

Page 4: utuk sistensiad

Sungai yang ada pada daerah struktural rapat ini dapat diinpretasikan termasuk ke

dalam stadia muda. Dapat dikatakan stadia muda dikarenakan selain sebagi hulu sungai,

juga karena anak sungai sedikit dan kecil serta bentuk sungainya yang relatif lurus.

Litologi yang terdapat pada daerah ini dapat diinpretasikan terdapat batuan beku

serta tidak menutup kemungkinan adanya batuan sedimen di daerah struktural rapat ini

walaupun intensitasnya rendah. Adanya batuan sedimen tersebut menandakan bahwa

daerah struktural rapat tersebut sudah mulai adanya proses pelapukan dan sedimentasi,

yang mana umumnya banyak dijumpai di sekitar sungai.

Tata guna lahan yang dapat dimanfaatkan di daerah struktural rapat ini antara lain

untuk lahan perkebunan. Potensi positif dari daerah ini selain untuk perkebunan dan

pertanian yaitu untuk obyek wisata dan juga obyek studi geologi. Sedangkan potensi

negatifnya yaitu dapat terjadinya longsor karena daerah struktural rapat ini termasuk

curam.

5.4 Struktural Renggang

Pada delineasi di struktural renggangt ini diberi warna ungu muda. Termasuk

daerah dengan struktural renggang dikarenakan jarak antar kontur pada intesitas

renggang. Dan kenampakannya daerahnya yang tidak begitu curam dan landai.

Pada peta topografi daerah Randudongkal dan sekitarnya ini yang termasuk

daerah struktural renggang antara lain daerah Wisnu, Separuk, Simaling, Bulakan 1,

Bulakan 2, Bulakan3, Sodong, Tanda, Genitri, Pedjarakan, Tjengis, dan Tjempaka.

Pada perhitungan morfometri yang di dapat pada satuan struktural renggang ini di

dapat 5 sayatan sebagai samplenya, masing – masing mempunyai persen kelerengan

antara lain 8,6%, 10%, 13,9%, 11,9% dan 16,7%. Dari kelima sample sayatan tersebut

didapat rata – rata 12,2%. Pada daera struktural renggang Top hill nya di dapat di

ketinggian 332 meter, sedangkan Down hill nya didapat ketinggian 172 meter.

Sehingga beda tingginya didapat 160 meter. Dan dari hasil rata – rata tersebut dan hasil

perhitungan beda tingginya menurut klasifikasi Van Zuidam termasuk daerah yang

bergelombang curam.

Pola pengaliran sungai yang didapat daerah struktural renggang ini adalah pola

pengaliran denditrik. Disebut denditrik karena bentuk pola alirannya berbentuk seperti

pohon yang mana cabang-cabang anak sungainya arahnya tidak beraturan. Dan

diinpretasikan bahwa daerah struktural renggang ini memiliki litologi yang

resistensinya seragam, lapisan sedimen mendatar, batuan beku massif atau daerah

Page 5: utuk sistensiad

lipatan. Sehingga pola sungai yang ada di daerah struktural renggang ini termasuk pola

pengaliran denditrik.

Sungai yang ada pada daerah struktural renggang ini dapat diinpretasikan sudah

mulai termasuk ke dalam stadia dewasa. Dapat dikatakan stadia dewasa dikarenakan

mulai terbentuknya dataran banjir dan tanggul alam di sungai pada daerah struktural

renggan ini dan juga sudah terbentuknya meander sungai.

Litologi yang terdapat pada daerah ini dapat diinpretasikan terdapat batuan

sedimen. Dimana litologi tersebut umumnya dapat ditemukan di sepanjang sungai pada

daerah struktural renggang ini.

Tata guna lahan yang dapat dimanfaatkan di daerah struktural renggang ini antara

lain untuk lahan perkebunan dan juga pemukiman penduduk. Potensi positif dari daerah

ini untuk perkebunan, pertanian dan juga obyek studi geologi. Sedangkan potensi

negatifnya yaitu dapat terjadinya banjir dikarenakan dekat dengan sungai – sungai

besar. 3