UTS JURNAL Balenced Score Card

7
JURNAL REVIEW BALANCED SCORECARD Judul : Performance measurement of supply chain management: A balanced scorecard approach (2007) Oleh : Rajat Bhagwat a dan Milind Kumar Sharma 1. Pendahuluan Supply chain management (SCM) adalah suatu proses untuk mengintegrasi, mengkoordinasi dan mengontrol pergerakan bahan baku menjadi produk jadi dan mengirimkannya kepada konsumen, yang mana seluruh pergerakan informasi juga termasuk dalam proses ini. Segala upaya biasanya dilakukan agar proses tersebut dapat dilakukan secara efektif dan efisien untuk memaksimalkan nilai yang bisa didapatkan oleh konsumen serta untuk mencapai suatu keuntungan yang berkelanjutan. Sehingga perlu dilakukannya kontrol dan evaluasi SCM secara kontinyu karena kaitannya adalah dengan menekan biaya oprasional seminimal mungkin dan juga dapat terus meningkatkan keuntungan. Banyak perusahaan yang tidak mengetahui bagaimana mengembangan ukuran kinerja yang efektif untuk mencapai SCM terintegrasi karena kurangnya pendekatan yang seimbang dan kurangnya perbedaan metriks yang jelas pada tingkat strategis, taktis, dan operasional. Oleh karena itu, jelas bahwa untuk membuat SCM yang efektif, pengukuran harus mempertimbangkan dan mewakili pendekatan yang seimbang di seluruh skenario dan metriks yang akan digunakan dan dapat dijadikan ukuran finansial dan non-finansial. Dengan mempertimbangkan faktor- faktor di atas, Balanced Score Card (BSC) telah diusulkan dan dikembangkan untuk membahas beberapa langkah dan metrik dari SCM. Balanced Score Card (BSC) memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki sistem strategi manajemen tradisional terdahulu. Strategi manajemen tradisional hanya mengukur kinerja organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih menitik 1

description

analisa strategi

Transcript of UTS JURNAL Balenced Score Card

JURNAL REVIEW BALANCED SCORECARDJudul :Performance measurement of supply chain management:A balanced scorecard approach(2007)Oleh :Rajat Bhagwat a dan Milind Kumar Sharma

1. Pendahuluan Supply chain management (SCM) adalah suatu proses untuk mengintegrasi, mengkoordinasi dan mengontrol pergerakan bahan baku menjadi produk jadi dan mengirimkannya kepada konsumen, yang mana seluruh pergerakan informasi juga termasuk dalam proses ini. Segala upaya biasanya dilakukan agar proses tersebut dapat dilakukan secara efektif dan efisien untuk memaksimalkan nilai yang bisa didapatkan oleh konsumen serta untuk mencapai suatu keuntungan yang berkelanjutan. Sehingga perlu dilakukannya kontrol dan evaluasi SCM secara kontinyu karena kaitannya adalah dengan menekan biaya oprasional seminimal mungkin dan juga dapat terus meningkatkan keuntungan.Banyak perusahaan yang tidak mengetahui bagaimana mengembangan ukuran kinerja yang efektif untuk mencapai SCM terintegrasi karena kurangnya pendekatan yang seimbang dan kurangnya perbedaan metriks yang jelas pada tingkat strategis, taktis, dan operasional. Oleh karena itu, jelas bahwa untuk membuat SCM yang efektif, pengukuran harus mempertimbangkan dan mewakili pendekatan yang seimbang di seluruh skenario dan metriks yang akan digunakan dan dapat dijadikan ukuran finansial dan non-finansial. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, Balanced Score Card (BSC) telah diusulkan dan dikembangkan untuk membahas beberapa langkah dan metrik dari SCM.Balanced Score Card (BSC) memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki sistem strategi manajemen tradisional terdahulu. Strategi manajemen tradisional hanya mengukur kinerja organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih menitik beratkan pengukuran pada hal-hal yang bersifat tangible, namun perkembangan bisnis menuntut untuk mengubah pandangan bahwa hal-hal intangible juga berperan dalam kemajuan organisasi sebuah perusahaan. BSC menjawab kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen strategi kontemporer, yang terdiri dari empat perspektif yaitu: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Dengan demikian dibutuhkan peningkatan efisiensi dan kualitas, yang mana dibutuhkan upaya untuk menggabungkan beberapa metriks kinerja yang tepat pada sebuah supply chain management (SCM). Beberapa faktor penting sebagai matriks performance sebuah supply chain management (SCM) menurut jurnal ini adalah :1. Evaluasi kinerja prosedur perencanaan pemesanan Hal ini penting dipertimbangkan untuk menganalisa metode order entry, lead time, dan proses jalannya order. Metode pemesanan menentukan cara dan sejauh mana spesifikasi order dari pelanggan dikonversi menjadi informasi yang berguna, dan diturunkan di sepanjang supply chain dan juga mempengaruhi penjadwalan dari semua kegiatan.2. Supply chain partnershipSebagian besar studi ini menekankan kemitraan untuk operasi supply chain yang lebih baik. Oleh karena itu, evaluasi kinerja yang efisien dan efektif dari pembeli dan pemasok tidaklah cukup, tingkat kemitraan yang terjalin antara mereka perlu dievaluasi dan diperbaiki juga. 3. Costumer service dan Kepuasan pelangganParameter ini dibuat untuk mengetahui kualitas yang dicapai dan sebagai umpan balik dari proses kontrol yang dilakukan. Parameter ini, ditentukan oleh 3 matriks yang berhubungan, diantaranya adalah fleksibilitas produk atau jasa yang dihasilkan, ketepatan waktu, dan layanan pasca-transaksi.4. Proses ProduksiSebagai bagian penting dari SCM, kinerja proses produksi juga perlu diukur, dikelola, ditingkatkan, dan cocok metrik untuk itu harus ditetapkan. Kategori ini terdiri dari berbagai produk dan jasa, utilisasi kapasitas, dan efektivitas teknik penjadwalan.5. Delivery PerformanceParameter ini dibuat untuk mengevaluasi kinerja dan biaya pengiriman material di dalam SCM. Langkah-langkah khusus untuk mengevaluasi kinerja pengiriman diantaranya adalah lead time dan ketepatan waktu pengiriman, mode distribusi, delivery channel, penjadwalan kendaraan, lokasi gudang, jumlah barang dalam perjalanan, kualitas informasi yang diberikan, jumlah invoice yang dibuat, dan fleksibilitas sistem pengiriman untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tertentu.6. Supply chain finance dan logistics costPenentuan biaya logistik seperti biaya aset, laba atas investasi, dan biaya total persediaan dalam keuangan Supply chain diperlukan untuk pertimbangan perencanaan strategi dan teknik yang akan berkontribusi pada kelancaran arus informasi dan arus material yang ada di dalam supply chain.Dari penggambaran ukuran kinerja dan metriks dari SCM yang telah dijabarkan di atas, sudah sangat jelas bahwa untuk manajemen yang efektif dari supply chain, pengukuran harus mempertimbangkan seluruh skenario dan metrik yang berkaitan, sehingga dapat mewakili pendekatan yang seimbang. Matriks-matriks tersebut, akan diklasifikasikan pada tingkat strategis, taktis, dan operasional. Selain itu, juga menjadi ukuran finansial dan non-finansial, sehingga metode biaya yang sesuai berdasarkan analisis seluruh aktivitas SCM dapat diterapkan. Berikut adalah flowchart supply chain management : 2. Balanced score card (BSC) untuk evaluasi SCMSCM merupakan organisasi dan koordinasi kegiatan dari pengadaan bahan baku ke konsumen akhir. BSC yang digunakan untuk kerangka SCM secara komprehensif, yang disajikan di sini secara struktural mirip dengan kerangka BSC yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat manajemen sebuah perusahaan. Empat perspektif BSC yang akan digunakan, kemudian disesuaikan dengan metriks-metriks supply chain yang yang telah dibahas sebelumnya yang akan mencerminkan tujuan strategis yang sesuai. Perspektif tersebut, harus ditinjau secara berkala dan diperbarui sesuai kebutuhan, kemudian harus dilacak dan ditelusuri dari waktu ke waktu, dan terintegrasi secara eksplisit ke dalam proses SCM strategis. Berikut adalah perspektif yang telah disesuaikan dengan kondisi supply chain yang akan digunakan :internal business perspectivecustomer perspective

Total supply chain cycle time Total cash flow time Flexibility of service systems to meet particular customer needs Supplier lead time against industry norms Level of suppliers defect free deliveries Accuracy of forecasting techniques Product development cycle time Purchase order cycle time Planned process cycle time Effectiveness of master production schedule Capacity utilization Total inventory cost as: Incoming stock level Work-in-progress Scrap value Finished goods in transit Supplier rejection rate Efficiency of purchase order cycle time Frequency of delivery Customer query time Level of customer perceived value of product Range of products and services Order lead time Flexibility of service systems to meet particular customer needs Buyersupplier partnership level Delivery lead time Delivery performance Effectiveness of delivery invoice methods Delivery reliability Responsiveness to urgent deliveries Effectiveness of distribution planning schedule Information carrying cost Quality of delivery documentation Driver reliability for performance Quality of delivered goods Achievement of defect free deliveries

financial perspectiveinnovation and learning perspective

Net profit vs. productivity ratio Rate of return on investment Variations against budget Buyersupplier partnership level Delivery performance Supplier cost saving initiatives Delivery reliability Cost per operation hour Information carrying cost Supplier rejection rate Supplier assistance in solving technical problems Supplier ability to respond to quality problems Supplier cost saving initiatives Suppliers booking in procedures Capacity utilization Order entry methods Accuracy of forecasting techniques Product development cycle time Flexibility of service systems to meet particular customer needs Buyersupplier partnership level Range of products and services Level of customer perceived value of product

Keempat perspektif dan metriks di atas, merupakan template pengukuran dari sistim strategi SCM. Namun demikian, kerangka tersebut tidak mewakili seluruh poin evaluasi SCM yang dapat digunakan untuk seluruh proyek SCM, keempat perspektif dengan poin-poinnya dapat dimodifikasi kembali untuk diadaptasi sesuai kondisi yang diingikan atau kondisi yang ingin dicapai. Untuk menggunakan BSC dalam supply chain management, perusahaan harus dapat menerjemahkan tujuan, waktu, kualitas, kinerja dan layanan, yang kemudian akan dibuat dalam ukuran-ukuran tertentu yang dapat terukur secara kuantitatif dan juga dapat dengan mudah dipahami oleh seluruh karyawan perusahaan. Perusahaan harus berhenti melihat hanya dengan ukuran keuangan, tetapi juga dengan kombinasi ukuran dalam operasional bisnis sehari-hari. Kaplan dan Norton (1996) juga menekankan pentingnya mengikuti tiga prinsip untuk mengembangkan BSC didalam sebuah sistem organisasi :a. Membangun hubungan sebab-akibatJika hubungan sebab-akibat yang tidak memadai tercermin dalam BSC, maka ukuran yang digunakan tidak akan bisa mengenterpretasikan visi dan strategi perusahaan, yang mana hal tersebut kemudian akan meningkatkan pangsa pasar dan profitabilitas (perspektif keuangan).b. Gunakan pendorong kinerja yang cukupSebuah BSC yang dibuat, harus mencakup ukuran hasil dan faktor pendorong kinerja, seperti pembeli dan kemitraan pemasok, yang tepat dan dapat diukur, supaya dapat menentukan apakah strategi yang digunakan telah efektif.c. Menyediakan hubungan untuk ukuran finansial.Finansialpun juga harus terukur dengan baik, karena tujuan utama dari SCM balanced scorecard adalah meningkatkan sistim manajemen dengan cara yang meningkatkan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan.

3. Studi KasusSetelah dilakukan survey implementasi Balanced score card (BSC) pada supply chain 3 buah perusahaan kelas menengah di India, maka didapatkan hasil bahwa; ketiga perusahaan yang diwawancarai memiliki empat perspektif dalam scorecard mereka. Namun, dua perusahaan menyatakan akan menambahkan parameter perspektif karyawan untuk Scorecard mereka dalam waktu dekat. Di dalam pengunaannya, BSC digunakan untuk pengukuran kinerja perusahaan tersebut. Manajer dan staf pengawas bertanggung jawab untuk mencapai target perusahaan. Ukuran non-keuangan dan target digunakan bersama dengan ukuran keuangan untuk memberikan akuntabilitas yang lebih komprehensif. BSC juga dipandang sebagai sistem informasi dalam organisasi sebagai alat penyusuan strategi perusahaan kedepan. Kesulitan yang dihadapi oleh ketiga perusahaan studi kasus adalah setiap perusahaan yang diamati tidak mampu mengidentifikasi seluruh hubungan sebab-akibat dan performance driver di dalam SCM balanced scorecardnya. Sangat disarankan untuk identifikasi secara menyuluruh terhadap semua metriks SCM yang ada, sehingga BSC yang akan digunakan akan tepat sasarn di seluruh sistem SCM. Selain itu, juga ditemukan bahwa hanya sebagian tim menejemen saja yang mengetahui dan antusias untuk berkomitmen terhadap BSC yang telah dibuat. Hal ini tidak diherankan, karena kriteria untuk fungsi individual tidak terkait langsung dengan BSC. Sehingga, memang harus menekankan pentingnya komunikasi di seluruh tim perusahaan untuk dapat memotivasi seluruh karyawan dan pencapaian target.

4. Kesimpulan Di dalam jurnal ini, untuk mendapatkan balanced score card (BSC) pada sistem supply chain management (SCM) sebuah perusahaan, perlu dilakukannya pengukuran performance terlebih dahulu dalam langkah perencanaan dan kontrol sebelum langkah pembuatan keputusan (decission making). Penerapan balanced score card (BSC) pada sistem supply chain management (SCM) ini, digunakan untuk mempermudah perusahaan mengevaluasi kinerja bisnis sehari-hari sebuah perusahaan. Nilai dari Balanced score card SCM di sebuah perusahaan akan naik, jika digunakan untuk mengevaluasi kinerja SCM secara rutin setiap harinya untuk mengkoordinasikan berbagai operasi bisnis secara bersamaan.5