Usulan Tesis 2 (PDF)

76
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, GAYA BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA SMA NEGERI 1 SURALAGA KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 USULAN TESIS Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi OLEH MUHAMMAD RAPII S991202010 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Transcript of Usulan Tesis 2 (PDF)

Page 1: Usulan Tesis 2 (PDF)

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, GAYA BELAJAR DAN

KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

EKONOMI SISWA SMA NEGERI 1 SURALAGA KABUPATEN

LOMBOK TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

USULAN TESIS

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Ekonomi

OLEH

MUHAMMAD RAPII

S991202010

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: Usulan Tesis 2 (PDF)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan global saat ini menuntut dunia pendidikan untuk selalu

mengubah konsep berpikirnya. Masa depan yang kian tidak menentu dengan

berbagai tantangan melekatnya yang akan dihadapi oleh umat manusia pada abad

ke-21 memiliki implikasi luas dan mendalam terhadap berbagai macam rancangan

pengajaran dan teknik pembelajaran. Hal tersebut tidak hanya terkait dengan

kewajiban moral seorang guru mendorong dan memotivasi siswa agar belajar

pengetahuan dan keterampilan yang signifikan, tetapi juga terkait dengan tugas

guru untuk memicu dan memacu siswa agar bersikap inovatif, menjadi lebih

kreatif, adaptif, dan fleksibel dalam menghadapi kehidupannya sehari-hari. Hal ini

membawa konsekuensi bagi guru, untuk mampu menjadi model mental, suatu suri

teladan tentang bagaimana untuk menjadi inovatif, kreatif, adaptif, dan fleksibel.

Pada gilirannya tentu saja para guru akan menjadi semakin menyadari bahwa

model, metode, dan strategi pembelajaran yang konvensional tidak akan cukup

membantu siswa. Guru sendiri dituntut inovatif, adaptif, dan kreatif serta mampu

membawa suasana pembelajaran yang menyenangkan ke dalam kelas dan

lingkungan pembelajaran, dimana terjadai interaksi belajar mengajar yang intensif

dan berlangsung dari banyak arah (multiways and joyful learning).

Setelah paradigma pembelajaran berkembang, belajar dimaknai sebagai

kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Tanggung jawab

belajar ada pada diri siswa, sedangkan guru bertanggung jawab untuk

Page 3: Usulan Tesis 2 (PDF)

menciptakana situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab

siswa untuk belajar sepanjang hayat. Belajar bukan lagi merupakan konsekuensi

otomatis dari penyampaian informasi oleh guru ke dalam kepala seorang peserta

didik. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan aktivitas siswa sendiri.

Artinya belajar baru bermakna jika ada pembelajaran terhadap dan oleh siswa.

Siswa sebagai subjek didik harus secara aktif meraih dan memperoleh

pengetahuan baru sesuai dengan minat, bakat, perilaku dan norma-norma serta

nilai-nilai yang berlaku. Belajar adalah suatu kebutuhan hidup yang self

generating, yang mengupayakan diri sendiri, karena sejak lahir manusia memiliki

dorongan untuk melangsungkan hidup, menuju suatu tujuan tertentu.

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal

(sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini

nampak rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat

memprihatinkan. Prestasi yang tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran

yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta

didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar).

Dalam arti yang lebih subtansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini

masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik

untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.

Dipihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap

rendahnya hasil belajar peserta didik, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran

yang didominasi oleh pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini suasana

kelas cenderung teacher centered sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun

Page 4: Usulan Tesis 2 (PDF)

demikian guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan

alat dan bahan praktek, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku

ajar atau refrensi lain. Dalam hal ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang

dapat memahami bagaimana belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri.

Masalah ini banyak dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas.

Oleh karena itu, pemahaman terhadap siswa merupakan suatu yang penting.

Menurut Weinstein dan Meyer (Nur, 2000: 5) pengajaran yang baik

meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana

berfikir dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri. Pengajaran strategi

belajar berdasarkan pada dalil bahwa keberhasilan siswa sebagaian besar

bergantung pada kemahiran untuk belajar mandiri dan memonitor belajar mereka

sendiri. Sejalan, dengan pendapat Rita Dunn dan Kenneth Dunn (Suyono dan

Hariyanto, 2011: 162) dalam bukunya yang berjudul Teaching Students Through

Their Individual Learning Styles: A Practical Approach, menyatakan bahwa para

siswa yang mampu mengindentifikasi gaya belajarnya sendiri, memperoleh skor

yang tinggi dalam tes, memiliki sikap yang lebih baik, dan lebih efisien dalam

pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya.

Para siswa harus memberikan pemahaman atau pengertian bahwa mereka

sesungguhnya memiliki kemampuan untuk belajar dan dapat berhasil dengan baik.

Untuk itu para guru di sekolah sebagai penanggung jawab pembelajaran dalam

institusi sekolah, harus mendesain terobosan-terobosan pengajaran untuk

membantu memecahkan problematika belajar para siswanya. Kemudian

memantapkan teknik pembelajaran yang memberikan teknik-teknik belajar kepada

Page 5: Usulan Tesis 2 (PDF)

siswa tentang keterampilan bagaimana cara belajar (how to learn) dalam

mencatat, menghafal, memahami, menganalisis, membaca dengan cepat menulis

dan berfikir kreatif sehingga belajar bagi peserta didik menjadi fun atau

menyenangkan dan juga mengasikkan.

Tugas dan tanggung jawab guru erat kaitannya dengan kemampuan yang

dipersyaratkan untuk memangku jabatan profesi kependidikan. Kemampuan

tersebut anatara lain adalah guru (1) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan

tingkah laku manusia dalam belajar; (2) mempunyai pengetahuan dan menguasai

bidang studi yang dibinanya dengan baik; (3) mempunyai sikap yang tepat dengan

memahami kelemahan dan kekuatan diri sendiri sebagai tenaga pendidik; dan (4)

mempunyai ketrampilan menggunakan teknik dan pendekatan dalam kegiatan

mengajar. Kemampuan ini memberi petunjuk bahwa seorang guru bukan

melaksanakan kegiatan rutin, tetapi melaksanakan aktivitas yang dinamis yang

berusaha mengembangkan kognitif, sikap, dan perilaku siswa sampai berhasil

belajar dan kualitasnya dapat diukur.

Pembelajaran bukanlah sebuah proses yang singkat dan terukur dengan

angka yang pasti, melainkan pembelajaran merupakan sebuah proses long life atau

sepanjang hayat tidak terbatas dan dapat terus berkembang sesuai dengan

kemampuan serta dorongan yang datang dari diri maupun luar diri sendiri.

Individu adalah suatu kesatuan yang masing-masing memiliki ciri

khasnya, dan karena itu tidak ada dua individu yang sama. Satu sama lainnya

berbeda. Perbedaan individu ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi horizontal

dan vertikal. Perbedaan horizontal bahwa setiap individu berbeda dengan individu

Page 6: Usulan Tesis 2 (PDF)

lainnya dalam aspek psikologis. Seperti tingkat kecerdasan, abilitas, minat,

motivasi, kemauan, kepribadian dan sebagainya. Sedangkan perbedaan vertikal,

bahwa tidak ada dua individu yang sama dalam aspek jasmaniyah, seperti bentuk,

ukuran, kekuatan, dan daya tahan tubuh. Antara siswa satu dengan yang lainnya

berbeda kepribadian, intelegensi, jasmani, sosial dan emosional. Ada yang lamban

dan ada yang cepat belajarnya. Perbedaan juga terjadi pada motivasi, kebisaan dan

gaya belajar individu. Ada individu yang lebih sesuai dengan gaya belajar tertentu

dan ada individu yang tidak sesuai dengan gaya tersebut.

Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan individu, yakni

faktor warisan keturunan dan faktor pengaruh lingkungan, antara kedua faktor ini

terjadi saling mempengaruhi. Dalam realitasnya mungkin pada satu individu

faktor pengaruh keturunan lebih dominan sedangkan pada individu lainnya

pengaruh faktor lingkungan lebih dominan. Perbedaan individual ini dapat

dikembalikan kepada interaksi antara kedua faktor tersebut.

Sebagaimana telah dipaparkan di atas bahwa setiap individu memiliki

keunikan tersendiri dan tidak pernah ada dua orang yang memiliki pengalaman

hidup yang sama persis, hampir dipastikan bahwa motivasi, kebiasaan dan gaya

belajar masing-masing orang berbeda satu dengan yang lain. Dua anak yang

tumbuh dalam kondisi dan lingkungan yang sama dan meskipun mendapat

perlakuan yang sama belum tentu akan memiliki pemahaman pemikiran dan

pandangan yang sama terhadap dunia sekitarnya. Masing-masing memiliki cara

pandang sendiri terhadap setiap peristiwa yang dilihat dan dialaminya. Cara

Page 7: Usulan Tesis 2 (PDF)

pandang inilah dikenal dengan sebagai gaya belajar Sidjabat (Ghufraon dan

Risnawita, 2012: 10).

Dun dan Griggs (Lenfrancois, 2000) menjelaskan bahwa beberpa pelajar

tidak dapat belajar dengan baik pada waktu pagi hari, tetapi mereka dapat belajar

ketika siang hari, beberapa pelajar dapat pada penerangan yang cukup, dan

lingkungan yang berisik, namun terdapat pelajar yang dapat belajar dengan baik

pada lingkungan yang tenang dan sunyi. Beberapa pelajar dapat belajar dengan

instruksi yang formal, namun terdapat juga pelajar yang dapat belajar dengan baik

dengan instruksi yang informal. Beberapa pelajar dapat belajar dengan baik jika

diberi bimbingan, namun terdapat juga pelajar yang belajar dengan baik dengan

inisiatif sendiri. Dun dan Griggs menlanjutkan bahwa inilah yang menjelaskan

alasan setiap pelajar memiliki motivasi, gaya belajar, dan kebiasaan belajar yang

personal dan unik.

Soal kekhasan anak selaku individu perlu menjadi perhatian khusus bagi

guru dalam kegiatan tugas pembelajarannya, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

sampai ke penilaian kinerja belajar siswa. Memperhatikan segi keanekaragaman

siswa di kelas yang dikelolanya dan kekahasan siswa selaku individu membawa

dampak positif pada keberhasilan pembelajarannya. Hal sebaliknya adalah kalau

segi keanekaragaman dan kekhasan, tidak dipertimbangkan guru karena tidak saja

hal itu berpengaruh pada keberhasilan tugasnya tetapi juga bisa menimbulkan

masalah atau terganggunya kelancaran tugas guru, seperti timbulny masalah

pengelolaan kelas yang betapa pun harus dihadapi guru. Guru menghadapi

kelompok murid/siswa di dalam kelasnya. Sebagai guru kelas, wajaru kalau yang

Page 8: Usulan Tesis 2 (PDF)

diperhatikannya adalah murid-murid sekelas; individu anak seakan-akan

tenggelam di dalamnya, tidak kelihatan. Akan tetapi, selaku pendidi yang

menyadari adanya perbedaan perseorangan diantara anak-anak, perlu

memperhatikan dan melayani anak, selaku pribadi yang khas. Bagi guru, mesti

mengawinkan dua perhatian yakni: perhatian pada kelompok (waktu merancang

pengajaran dan mengajar) dan pada pribadi (waktu menghadapi seorang siswa)

yang bermasalah. Misalnya tidak bisa mengikuti pelajaran, prestasi belajar rendah,

dan mengalami masalah pribadi.

Tipe belajar atau gaya belajar siswa yang berdasarkan sejumlah penelitian

terbukti penting untuk diketahui guru. Woolever dan Scott (1988) dan Dunnk,

Beaudry dan Klavas (1989) (Suyono dan Haryanto, 2011: 147) menemukan

sebagai hasil penelitiannya betapa pentingnya bagi guru untuk memadukan gaya

mengajarnya dengan gaya belajar siswa. Setiap siswa memiliki gaya belajar

sendiri, diumpamakan seperti tanda tangan yang khas bagi dirinya sendiri ( Marsh,

2005: 63). Dengan mengetahui gaya belajar setiap siswa, guru akan mampu

mengorganisasikan kelas sedemikian rupa sebagai respon terhadap kebutuhan

setiap individu siswanya. Minimal guru akan berusaha menerapkan berbagai

metode pembelajaran untuk mengakomodasikan berbagai gaya belajar siswanya.

Sejalan dengan hasil penelitian yang diungkapkan olah Ghufron dan

Risnawati (2012) tentang metode mengajar yang sesuai dalam proses belajar

mengajar ternyata sampai sekarang masih diragukan keberhasilannya, karena

setiap metode mengajar bergantung pada cara atau gaya siswa belajar, pribadi

serta kemampuannya. Biasanya dicari metode mengajar yang paling sesuai

Page 9: Usulan Tesis 2 (PDF)

dengan siswa pada umumnya yang hasilnya bisa dikatakan pula mimpi belaka.

Karena keberhasilan setiap metode mengajar sesungguhnya sangat tergantung

pada cara atau gaya belajar, kemampuan, dan karakter pembelajar. Dengan kata

lain, sebuah metode mengajar yang berhasil itu sesungguhnya bersifat unik,

menyusaikan dengan karakteristik setiap pembelajar.

Diperkuat lagi dalam Teori Gardner (Smaldino dkk, 2011: 114)

menyatakan bahwa guru yang efektif harus mempertimbangkan gaya belajar yang

berbeda dari para siswa mereka, menyadari bahwa para siswa sangat berbeda

dalam hal kekuatan dan kelemahan di tiap-tiap area tersebut. Cara yang terbaik

untuk melakukan ini adalah merancang mata pelajaran yang secara efektif

meliputi rentang gaya belajar siswa dengan memahami kekuatan dan preferensi

konseptual, kebiasaan memproses informasi, faktor motivasi, dan faktor fisiologis

yang mempengaruhi kemampuan siswa.

Balajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan

kemampuan siswa yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin

dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, guru harus memperhatikan

kondisi internal dan eksternal siswa. Kondisi internal adalah kondisi atau situasi

yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemampuan, dan

sebagainya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi siswa,

misalnya ruang belajar yang bersih, saran dan prasarana belajar yang memadai,

dan sebagainya. Adapun di dalam proses belajar tersebut, banyak faktor yang

mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan

konsep diri.

Page 10: Usulan Tesis 2 (PDF)

Berpijak dari perbedaan dan faktor penyebabnya, maka kiranya dapat

menepis asumsi bahwa dengan mengajarkan bahan yang sama, metode yang

sama, serta cara penilaian yang sama kepada semua siswa dianggap akan

menghasilkan hasil yang sama pula adalah hal yang kurang tepat, sebab meski

semua diperlakukan sama namun mesti diingat bahwa yang melakukan belajar

adalah individu-individu itu sendiri, sendang kepribadian, abilitas, emosional, dan

minat siswa tetap berbeda. Dengan demikian, pembelajaran yang lebih

menghargai perbedaan individu akan lebih mengembangkan siswa sesuai dengan

kemampuan dan potensi yang dimilikinya tanpa harus dibandingkan dengan yang

lainnya.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah

yaitu:

1. Apakah ada pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar

ekonomi siswa di SMAN1 Suralaga ?

2. Apakah ada pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar ekonomi

siswa di SMAN1 Suralaga ?

3. Apakah ada pengaruh kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar

ekonomi siswa di SMAN1 Suralaga ?

4. Apakah ada pengaruh motivasi belajar, gaya belajar, dan kebiasaan belajar

terhadap prestasi belajar ekonomi siswa di SMAN1 Suralaga ?

Page 11: Usulan Tesis 2 (PDF)

C. Tujuan Peneltian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan mengetahui secara

ilmiah hubungan motivasi belajar, gaya belajar, dan kebiasaan belajar dengan

prestasi belajar ekonomi siswa di SMAN 1 Suralaga.

Tujuan penelitian ini secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengatuhi ada tidaknya pengaruh motivasi belajar siswa terhadap

prestasi belajar ekonomi siswa di SMAN1 Suralaga.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh gaya belajar siswa terhadap

prestasi belajar ekonomi siswa di SMAN1 Suralaga.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kebiasaan belajar siswa terhadap

prestasi belajar ekonomi siswa di SMAN 1 Suralaga.

4. Untuk mengetahui secara keseluruhan antara motivasi belajar, gaya belajar

dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa di SMAN1 Suralaga.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan acuan bagi

para peneliti berikutnya yang berminat meneliti permasalahan terkait,

sehingga hasilnya dapat digunakan untuk mengembangkan lebih lanjut.

b. Untuk para peneliti dan para pemerhati pendidikan, diharapkan dapat

dijadikan sebagai informasi tambahan dalam melakukan penelitian

berikutnya;

Page 12: Usulan Tesis 2 (PDF)

c. Sebagai khazanah ilmu pengetahuan dan sumber informasi bagi semua

pihak, baik pelajar, mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan bagi penyelanggara pendidikan

dalam meningkatkan prestasi belajar.

b. Bagi kepala sekola, sebagai bahan masukan tentang kemajuan prestasi

siswanya dan untuk membuat kebijakan guna meningkatkan mutu

pendidikan khususnya di SMA N 1 Suralaga Lombok Timur.

c. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan acuan dalam mengkaji dan

membarikan motivasi belajar, kebiasaan belajar dan gaya belajar.

d. Guru dapat menyesuaikan gaya mengajarnya dengan memperhatikan

kebutuhan siswa dalam hal ini gaya belajar siswa.

Page 13: Usulan Tesis 2 (PDF)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Motivasi Belajar

Hoy dan Miskel dalam buku Educational Administration (Purwanto,

2004: 72) mengemukakan bahwa “motivasi dapat didefinisikan sebagai

kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-

kebutuhan yang kompleks, pernyataan-pernyataan ketegangan (tension

states), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dengan menjaga

kegiatan-kegiatan yang diinginkan kearah pencapaian tujuan-tujuan

personal”.

Menurut McDonald (Hamalik, 2010:173) “Motivations is a energy

change within the person characterized by affective arousal and anticipatory

goal reactions.” Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi

seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai

tujuan. Sedangkan menurut Drever (Slameto, 2010: 60) memberikan definisi

tentang motivasi yaitu, sebagai berikut: “motive is on effective-conative

factors which operates in determining the direction of an individual’s

behavior towards an end or good, consioustly apprehended or unconsioutly”.

Dari pernyataan ini mengandung makna bahwa motivasi erat sekali

hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan

itu dapat disadari atau tidak, namun untuk mencapai tujuan itu perlu

Page 14: Usulan Tesis 2 (PDF)

berbuat,sedangkan yang menjadi penyebab bebuat adalah motif itu sendiri

sebagai daya penggerak atau pendorongnya.

Abrah Maslow (Prawira, 2012: 320) mendefinisikan motivasi adalah

sesuatu yang bersifat konstan (tetap), tidak pernah berakhir, berfluktuasi dan

bersifat kompleks, dan hal itu kebanyakan merupakan karakteristik universal

pada setiap kegiatan organisme.

Menurut Asrori (2008: 183) maotivasi dapat diartikan: (1) dorongan

yang timbul pada diri seseorang, secara disadari atau tidak disadari, untuk

melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertnetu; (2) usaha-usaha yang dapat

menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan

sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Motivasi menurut Suryabrata (2012: 70) adalah keadaan yang terdapat

dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu

guna pencapaian suatu tujuan. Sedangkan Gates, dkk (1954: 301)

mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan

psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya

dengan cara tertentu. Adapuan Greenberg (1996: 62-63) menyebutkan bahwa

motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan

perilaku arah suatu tujuan.

Menurut Masnur, dkk (Hamdani, 2011: 290) menjelaskan, motivasi

adalah daya atau perubahan yang mendorong seseorang; tindakan atau

perbuatan merupakan gejala sebagai akibat dari adanya motivasi tersebut.

Seseorang siswa dapat belajar dengan giat karena motvasi dari luar dirinya,

Page 15: Usulan Tesis 2 (PDF)

misalnya dorongan dari orang tua atau gurunya, janji-janji yang diberikan

apabila ia berhasil dan sebagainya. Akan tetapi, akan lebih baik apabila

motivasi belajar dating dari dalam dirinya sendiri, sehingga ia akan terdorong

secara terus-menerus, tidak bergantunbeg pada situasi luar.

Menurut Petri (Ghufron dan Risnawati, 2010: 83) berpendapat

motivasi adalah keadaan dalam pribadi seorang yang mendorong keinginan

individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu

tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku

yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran keputusan.

Anurrahman (2009:114) motivasi merupakan tenaga pendorong bagi

seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan

penuh semagat. Sejalan dengan pendapat Sardiman (1990: 73)

mengemukakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan. Perubahan energi di dalam diri seseorang

tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam berbagai bentuk

kegiatan.

Dari beberapa pengertian motivasi seperti telah dikemukan diatas

tersebut, secara lebih ringkas dapat disimpulkan bahwa motivasi pada

dasarnya adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai

suatu tujuan tertentu, termasuk di dalamnya kegiatan belajar. Secara lebih

khusus jika orang menyebutkan motivasi belajar yang dimaksudkan tentu

segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong atau memberikan semangat

Page 16: Usulan Tesis 2 (PDF)

kepada seseorang yang melakukan kegiatan belajar agar menjadi lebih giat

lagi dalam belajarnya untuk memproleh prestasi yang lebih baik.

Menurut kebanyakan definisi (Purwanto, 2004: 72) motivasi

mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan

menopang tingkah laku manusia.

a. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin

seseoarang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan

dalam hal ingatan, respons-respons efektif, dan kecenderungan mendapat

kesenangan.

b. Motivasi juga menggerakkan atau menyalurkan tingkah lak. Dengan

demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu

diarahkan terhadap sesuatu.

c. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus

menguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan

kekuatan-kekuatan individu.

Sedangkan menurut Hamalik (2010: 174) motivasi memiliki dua

komponen, yakni: komponen dalam (inner component) dan komponen luar

(outer component). Komponen dalam ialah perubahan di dalam diri

seseorang, keadaan merasa tidak puas, ketegangan psikologis. Komponen luar

ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya.

Jadi, komponen dalam ialah kebutuhan-kebutuhan yang hendak dipuaskan,

sedangkan komponen luar adalah tujuan yang hendak dicapai.

Page 17: Usulan Tesis 2 (PDF)

Berbagai macam penerapan terori motivasi belajar, baik di lingkungan

sekolah, di rumah, maupun di masyarakat dikemukakan oleh RBS.

Fudyartanto (Prawira, 2012: 347) sebagai berikut:

1) Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

2) Guru memberikan hadiah dan hukuman kepada siswa

3) Guru menciptakan leve aspirasi berupa performasi yang mendoroang ke

level berikutnya

4) Guru melakukan kompetisi dan kerja sama pada siswa.

5) Guru mengguanakan hasil belajar sebagai umpan balik.

6) Guru melakukan pujian kepada peserta didik.

7) Guru mengusahakan selalu ada yang baru ketika malakukan

pembelajaran di kelas.

8) Guru perlu menyipkan tujuan yang jelas.

9) Guru dalam mengajar tidak mengguanakan prosedur yang menekan.

10) Gur menggunakan contoh-contoh hidup sebagai model-model yang

menarik bagi siswa.

Sedangkan menurut Keller (Smaldino, 2011: 115), menyatakan salah

satu pendekatan yang membantu memahami motivasi siswa adalah model

ARCS. Keller menjelaskan empat aspek mendasar dari motivasi yang bisa

dipertimbangkan para guru ketika merancang mata pelajaran, yaitu:

1) Perhatian (attention), kembangkan mata pelajaran yang para siswa

anggap menarik dan berharga untuk diperhatikan.

Page 18: Usulan Tesis 2 (PDF)

2) Relevansi (relevance), pastikan bahwa pengajaran bermakna dan sesuai

dengan kebutuhan dan tujuan belajar para siswa.

3) Percaya diri (confidence), rancanglah mata pelajaran yang membangun

ekspektasi siswa untuk sukses berdasarkan usaha mereka sendiri.

4) Kepuasan (satisfaction), sertakan ganjaran intrinsik dan ekstrinsik yang

siswa terima dari pengajaran.

Motivasi belajar penting diketahui oleh guru, karena pemahaman dan

pengetahuan motivasi belajar siswa bermanfaat bagi guru untuk: (1)

membangkitkan, meningkatkan, dan memilihara semangat belajar siswa

untuk belajar sampai berhasil, membangkitkan jika belajar siswa tidak

bersemangat, meningkatkan bila semangat belajar siswa timbul tenggelam,

memelihara bila semangat belajar siswa telah kuat untuk mencapai tujuan

belajar; (2) mengetahi dan memahami motivasi belajar siswa di kelas yang

bermacam-macam seperti ada siswa yang acuh tak acuh, ada yang tidak

memusatkan perhatiannya pada pelajaran, ada yang hanya ingin bermain, ada

yang memang bersemangat untuk belajar, dan beragam perilaku lainnya; (3)

meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermcam-

macam peran dan pendekatan belajar yang sesuai dengan mata ajar yang

menjadi tanggung jawabnya; dan (4) memberikan peluang bagi guru untuk

memantapkan unjuk kerja dalam konteks rekayasa pedagogis sehingga guru

membuat siswa berhasil dalam belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 86).

Page 19: Usulan Tesis 2 (PDF)

Johnson, Schwitzgebel dan Kalb (Djaali, 2011: 109) menyimpulkan

bahwa individu yang memiliki motivasi belajar yang tinggi memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1. Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas

hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau

kebetulan.

2. Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu

mudah dicapai atau terlalu besar risikonya.

3. Mencari situasi atau pekerjaan di mana ia memperoleh umpan balik

dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil

pekerjaannya.

4. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain.

5. Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan yang

lebih baik.

6. Tidak tergugah untuk sekedar mendapat uang, status, atau keuntungan

lainnya, ia akan mencarinya apabila hal-hal tersebut merupakan lambing

prestasi, suatu ukuran keberhasilan.

Ada sejumlah indikator untuk mengetahui siswa yang memiliki

motivasi tinggi dalam proses pembelajaran menurut Asrori (2008: 184)

diantaranya adalah:

a. Memiliki gairah yang tinggi.

b. Penuh semangat.

c. Memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi.

d. Mempu “jalan sendiri” ketika gur meminta kepada siswa mengerjakan

sesuatu.

e. Memiliki rasa pecaya diri.

Page 20: Usulan Tesis 2 (PDF)

f. Memiliki daya konsentrasi yang lebih tinggi.

g. Kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus diatasi.

h. Memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi.

Namun demikian, keadaan yang sebaliknya juga sangat boleh jadi

ditemukan. Artinya, ada sejumlah siswa bermotivasi rendah. Ada sejumlah

indikator siswa yang memiliki motivasi rendah menurut Asrori (2008: 184)

yaitu:

a. Perhatian terhadap pelajaran kurang.

b. Semangat juangnya rendah.

c. Mengerjakan sesuatu merasa seperti diminta membawa beban berat

d. Sulit untuk bisa “jalan sendiri” ketika diberikan tugas

e. Memiliki ketergantungan kepada orang lain.

f. Mereka bisa jalan kalau sudah “dipaksa”.

g. Daya konsentrasi kurang.

h. Mereka cenderung menjadi pembuat kegaduhan.

i. Mudah berkeluh kesah dan pesimis ketika menghadapi kseulitan.

Dilihat dari sudut pandang psikologi motivasi adalah kecenderungan

emosi yang mengantar atau memudahkan peraihan sasaran. Menurut Robbins

(Sagala, 2012: 110) mengemukakan motivasi merupakan suatu konstruk yang

menjelaskan awal, arah, intensitas dan kehadiran perilaku individu yang

bertujuan. Motivasi mencakup konsep-konsep kebutuhan untuk berprestasi,

kebutuhan untuk bekerjasama, kebiasaan, ketidakcocokan dan keingintahuan.

Motivasi menurut Thomas L. Good dan Jere E. Bropy (1990: 360)

dikembangkan berdasarkan tiga kerangka teoritik utama yaitu:

1) Behaviorism, percaya bahwa motivasi berawal dari situasi, kondisi

dan objek yang menyenangkan, jika hal ini memberikan kepuasan

yang berkelanjutan (reinforcement contingncies) maka akan

menimbulkan tingkah laku yang siap untuk melakukan sesuatu.

2) Cognitif (cognitivists) penganut ini meyakini bahwa yang

mempengaruhi perilaku individu adalah proses pemikiran, karena itu

penganut faham kognitif ini memfokuskan pada bagaimana individu

Page 21: Usulan Tesis 2 (PDF)

memproses informasi dan memberikannya penafsiran untuk situasi

khusus.

3) Humanistis, penganut faham ini percaya bahwa orang bertindak

dalam suatu lingkungan dan membuat pilihan mengenai apa yang

dikerjakannya.

Berkaitan dengan hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi

belajar siswa, Hadis dan Nurhayati (2010: 31) mengemukakan bahwa siswa

dengan motivasi belajar yang baik akan melahirkan proses dan hasil belajar

yang baik. Semakin tinggi atau intensitas motivasi belajar siswa, maka

semakin tinggi kualitas proses dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Motivasi dalam belajar dilakukan dengan mengatur situasi atau

atmosfir pembelajaran yang kondusif. Kondisi yang diciptakan ini dapat

menjadi penguat (reinforcement). Karena ini motivasi belajar penting bagi

siswa dimaksudkan untuk: (1) menyadarkan kedudukan awal belajar, proses

dan hasil belajar; (2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar bila

dibandingkan dengan teman sebaya; (3) mengarahkan kegiatan kearah

pembelajaran yang lebih berkualitas; (4) membesarkan semangat belajar bagi

para siswa; dan (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan yang harus

ditempuh dalam proses belajar (Sagala, 2012: 113).

2. Gaya Belajar

a. Pengertian Gaya Belajar

Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan

mengenai bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-

masing orang untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi

yang sulit dan baru memulai persepsi yang berbeda. Adapun gaya belajara itu

Page 22: Usulan Tesis 2 (PDF)

sendiri merujuk pada serangkaian sifat psikologis yang menentukan

bagaimana seorang individu merasa, berinteraksi, dan merespon secara

emosional terhadap lingkungan belajar. Menurut DePorter and Hernacki

(2011: 110) mengemukakan gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari

bagaimana menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.

Beberapa penulis juga menjelaskan gaya belajar sebagai suatu pola-pola

tertentu yang stabil ketika individu menerima, berinteraksi, meyerap,

menyimpan, mengorganisasikan, dan merespon informasi Ghufron dan

Risnawita (2012: 43). Dari definisi tersebut sejalan dengan terori belajar

sibernetik, yang mengatakan belajar adalah pengolahan informasi

(Budiningsih, 2005: 81).

Kenneth D Moore memberikan definisi tentang gaya belajar, yaitu

“Style of learning is the way an individual begins to process, internalize and

concentrate on new materials.” (gaya belajar adalah cara seorang individu

mulai dari memproses, mendalami, dan berkonsentrasi terhadap sesuatu yang

baru). Sedangkan menurut Noe Enatwistle menjelaskan, bahwa “learning

style is the general tendency to adopt a particular strategy” (gaya belajar

adalah kecenderungan secara menyeluruh untuk mengambil strategi khusus).

Selanjutnya, Kenneth D Moore juge memberikan definisi tentang gaya

belajar, yaitu “style of learning is the way an individual begins to process,

internalize and concentrate on new materials”. “gaya belajar adalah cara

seorang individu memulai dari memproses, mendalami, dan berkonsentrasi

terhadap sesuatu yang baru.” ( Sopiatin dan Sahrani (2011: 36-37)

Page 23: Usulan Tesis 2 (PDF)

Gaya belajar menurut Anita E Woolfolk (1988: 135) adalah

pendekatan individu dalam belajar yang biasanya melibatkan proses

menerima informasi secara mendalam (deep) atau tidak (surface). Borich dan

Tombari (1995: 598) mengartikan gaya belajar sebagai kebiasaan yang dipilih

oleh siswa dalam belajar, baik dalam kelas atau di lingkungan terbuka.

Sementara, David A Kolb (1991: 160) mendefinisikan gaya belajar sebagai

cara-cara yang dilakukan seseorang di dalam belajarnya dan bagaimana ia

menghadapi situasi-situasi dalam pembelajarannya sehari-hari.

Gaya belajar menurut Prashnig (2007: 247), merupakan gaya hidup

yang dipercaya sebagai kunci untuk mencapai keberhasilan balajar. Setiap

orang mempunyai gaya belajar yang berbeda dan sifatnya unik. Oleh karena

itu, jika seseorang dibiarkan belajar dengan gayanya sendiri dan menemukan

lingkungan yang sesuai dengan kegiatan-kegiatannya, maka meraka akan

mempu melakukan belajar dengan penuh gembira tanpa stress. Dengan

demikian, untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka setiap orang

harus mengenal dirinya sendiri terlebih dahulu.

James and Gardner (Ghufron dan Risnawita, 2012: 42) berpendapat

bahwa gaya belajar adalah cara yang kompleks dimana para siswa

menganggap dan merasa paling efektif dan efisien dalam memproses,

menyimpan dan menggali kembali apa yang telah mereka pelajari. Sejalan

dengan definisi dari Keefe (Ghufron dan Risnawita, 2012: 43) mengenai gaya

belajar adalah faktor-faktor kognitif, afektif, dan fisiologis yang menyajikan

Page 24: Usulan Tesis 2 (PDF)

beberapa indikator yang relatif stabil tentang bagaimana para siswa merasa,

berhubungan dengan lainnya dan bereaksi terhadap lingkungan belajar.

Merujuk pendapat tersebut, gaya belajar adalah cara berpikir, merasa,

mengamati, dan bertingkah laku konsisten (tidak berubah dari awal hingga

kini), serta memiliki nilai seni yang cenderung berbeda. Selain itu juga, gaya

belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai

begaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing

orang untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang sulit

dan baru memulai persepsi yang berbeda.

Dengan mencoba memadukan gaya belajar siswa dengan gaya

mengajar guru, Morrison dan Ridley (Suyono dan Hariyanto, 2011: 148)

menyarankan agar guru mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagaimanakah cara mengembangkan konsep pribadi (self concept) setiap

siswa?

2. Bagaimanakah cara mengembangkan motivasi siswa?

3. Bagaimanakah caranya agar gaya mengajar guru sesuai dengan

perbedaan individual setiap siswa dalam hal kebutuhan, minat,

kemampuan dan keterampilannya?

4. Bagaimanakah caranya agar gaya mengajar guru dapat mengembangkan

gaya belajar individu siswa dan sesuai dengan laju pemelajaran?

Teori Gardner (Smaldino dkk, 2011: 114) menyatakan bahwa guru

yang efektif harus mempertimbangkan gaya belajar yang berbeda dari para

siswa mereka, menyadari bahwa para siswa sangat berbeda dalam hal

Page 25: Usulan Tesis 2 (PDF)

kekuatan dan kelemahan di tiap-tiap area tersebut. Cara yang terbaik untuk

melakukan ini adalah merancang mata pelajaran yang secara efektif meliputi

rentang gaya belajar siswa dengan memahami kekuatan dan preferensi

konseptual, kebiasaan memproses informasi, faktor motivasi, dan faktor

fisiologis yang mempengaruhi kemampuan siswa.

Killen (Anurrahman, 2009: 131) mengatakan bahwa, sejumlah hasil

riset menunjukkan bahwa keberagaman faktor, seperti sikap siswa,

kemampuan dan gaya belajar, pengetahuan serta kemampuannya dan konteks

pembelajaran merupakan komponen yang memberikan dampak sangat

penting terhadap apa yang sesungguhnya harus siswa-siswa pelajari.

Honey and Muwford (Ghufron dan Risnawita, 2012: 145) berpendapat

bawa mengetahui gaya belajar siswa penting untuk individu masing-masing

karena dapat meningkatkan kesadaran tentang aktivitas belajar mana yang

cocok atau tidak cocok dengan gaya belajar untuk membantu menentukan

pilihan yang tepat dari sekian banyak aktivitas. Sejalan dengan pendapat

Marton, dkk (1984) berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk

mengetahui sendiri gaya belajarnya dan gaya belajar orang lain dalam

lingkungannya akan meningkatkan efektivitas dalam belajar.

Jadi, gaya belajar merupakan upaya untuk menjelaskan mengenai

bagaimana individu belajar atau caya yang ditempuh oleh masing-masing

orang untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang sulit

dan baru memulai persepsi yang berbeda. Gaya belajar bersifat individual

bagi setiap orang, dan untuk membedakan orang yang satu dengan orang lain.

Page 26: Usulan Tesis 2 (PDF)

Degan demikian, secara umum gaya belajar diasumsikan mengacu pada

kepribadian, kepercayaan, pilihan, dan prilaku yang digunakan oleh individu

untuk membantu dalam belajar dalam situasi yang telah dikondisikan.

b. Macam-Macam Gaya Belajar

Gaya belajar berkenaan dengan pengelompokan sifat-sifat psikologis

yang menentukan bagaimana seorang individu merasakan berinteraksi

dengan, dan merespon secara emosional pada lingkungan belajar. Gardner

(Anitah, 2011: 97) mengemukakan tiga jenis gaya belajar seseorang, yaitu:

visual, auditory, dan kinestetik. Variabel gaya belajar dapat dikategorikan

menjadi empat kelompok, yaitu kekuatan persepsi, kebiasaan memproses

informasi, faktor-faktor motivasi, dan faktor-faktor psikologis.

Menurut model pemerosesan informasi (Asrori, 2008: 13), suatu

informasi diterima melalui perekam visual, pendengaran, penciuman, dan

sentuhan. Sedangkan menurut Pask dan Scott (Budiningisi, 2005: 81)

mengkelasifikasi gaya belajar, yaitu gaya belajar menyeluruh (wholist) adalah

gaya belajar yang menekankan pemahaman terhadap keseluruhan materi

pembelajaran atau seluruh masalah yang dihadapi dalam pembelajaran. Gaya

belajar serialist adalah gaya belajar yang lebih menekankan penguasaan

materi pembelajran bagian demi bagian, masalah dianalisis berdasarkan

komponen-komponennya.

Sopiatin dan Sahrani (2011: 39) mengatakan bahwa, secara umum

tentang teori gaya belajar itu ada tiga macam, yaitu sebagai berikut:

Page 27: Usulan Tesis 2 (PDF)

1) Pengolahan informasi, yaitu membedakan bagaimana cara mengolah

sebuah informasi, apakah dengan cara indera (the sense), berpikir

(thinking), memecahkan masalah (problem solving) atau hanya sekedar

mengingat informasi (informasi remembering).

2) Bantuk kepribadian, yaitu memfokuskan pada perhatian (attention),

emosi (emotion), dan nilai (values). Memahami perbedaan teresebut akan

membuat seseorang lebih mengenal akan apa yang harus dilakukan dan

dirasakan pada situasi yang berbeda.

3) Interaksi sosial, yaitu melihat kepada tingkah laku (attitudes), kebiasaan

(habits), dan strategi yang digunakan oleh siswa ketika belajar sendiridan

berkelompok.

Gaya belajar yang dikembangkan oleh Felder Silverman lewat

publikasinya Learning Styles and Teaching Styles in Engineering Education

(Suyono dan Hariyanto, 2011: 159) menggolongkan gaya belajar dalam

klasifikasi pembelajaran:

a. Pembelajaran indrawi, sensing learner (konkret, praktis, berorientasi

fakta dan prosedur) atau pembelajaran intuitif (konseptual, inovatif,

berorientasi kepada makna dan teori).

b. Pembelajaran visual (menyukai representasi visual dalam penyajian

misalnya gambar, diagram, diagram alir) atau pembelajaran verbal

(menyukai penjelasan tertulis dan ceramah).

Page 28: Usulan Tesis 2 (PDF)

c. Pembelajaran idukatif (menyukai presentasi yang diproses dari hal-hal

khusus ke umum), atau pembelajaran deduktif (menyukai presentasi yang

diproses dari hal-hal umum ke khusus).

d. Pembelajaran aktif (belajar dengan mencoba atau melakukan sesuatu,

bekerja sama dengan yang lain) atau pembelajaran reflektif (belajar

dengan memikirkan sesuatu dalam-dalam, bekerja sendiri).

e. Pembelajaran sekuensial (linerar, beraturan, belajar dalam langkah-

langkah kecil yang incremental/bertahap) atau pembelajaran global

(holistik, pemikir sistem, belajar dalam lompatan-lompatan besar).

Dalam pandangan De Porter dan Hernacki (Anurrahman, 2009: 131)

terdapat tiga karakteristik atau modalitas belajar siswa yang perlu diketahui

oleh setiap pendidik dalam proses pembelajaran, yaitu:

a. Orang-orang visual, yang seringkali ditandai suka mencoret-coret ketika

berbicara di telpon, berbicara dengan tepat, lebih suka melihat peta

daripada mendengar penjelasan.

b. Orang-orang yang auditorial, yang sering ditandai suka berbicara sendiri,

lebih suka mendengarkan ceramah atau seminar daripada membaca buku,

lebih suka berbicara daripada menulis.

c. Orang-orang yang kinestetik, yang sering ditandai berpikir lebih baik

ketika bergerak atau berjalan, banyak menggerakkan anggota tubuh

ketika berbicara, sulit untuk duduk dan diam.

Page 29: Usulan Tesis 2 (PDF)

Selanjutnya bila ada salah satu gaya belajar yang dominan, indikator

tentang jenis gaya belajarnya, dapat dilihat dari masing-masing gaya belajar

tersebut, adalah sebagai berikut ini:

1) Gaya belajar visual

Gaya belajar visual dapat dideteksi dari kebiasaan (habbit) anak ketika

belajar (DePorter dan Hernacki, 2011: 116) antara lain:

a. Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar.

b. Mudah mengingat dengan asosiasi visual.

c. Pembaca yang cepat dan tekun, memiliki hobi membaca.

d. Lebih suka membaca sendiri daripada dibacakan.

e. Biasa berbicara dengan cepat, karena dia tidak merasa perlu

mendengarkan esensi pembicaraannya.

f. Mempunyai masalah untuk menginat instruksi verbal, kecuali jika

dituliskan, dan sering minta bantuan orang lain untuk mengulangi

instruksi verbal tersebut.

g. Sering lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.

h. Pengeja yang baik, kata demi kata.

i. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat, ya atau tidak,

sudah atau belum.

j. Mempunyai kebiasaan rapi dan teratur, karena itu yang akan dilihat

orang.

k. Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun

presentasi.

l. Memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pengaturan jangka

panjang yang baik.

m. Teliti terhadap rincian, hal-hal kecil yang harus dilakukan.

n. Biasanya tidak terganggu oleh suara ribut.

o. Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada berpidato.

p. Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap

waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah

atau proyek, terbiasa melakukan check and recheck sebelum

membuat simpulan.

q. Lebih menyukai seni visual daripada seni musik.

r. Suka mecoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau pada

saat melakukan rapat.

2) Gaya belajar auditory

Page 30: Usulan Tesis 2 (PDF)

Gaya belajar audio dapat dideteksi dari kebiasaan anak ketiaka belajar

(DePorter dan Hernacki, 2011: 118), antara lain:

a. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan

daripada apa yang dilihatnya.

b. Berbicara kepada diri sendiri saat belajar dan bekerja.

c. Senang membaca dengan keras dan mendengarkannya.

d. Berbicara dengan irama terpola.

e. Biasanya jada pembicara yang fasih.

f. Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku saat

membaca.

g. Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan

panjang lebar.

h. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya.

i. Merasa kesulitan dalam menulis tetapi hebat dalam bercerita.

j. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna

suara.

k. Mudah terganggu oleh keributan, dia akan sukar berkonsentrasi.

l. Mempuyai masalah dengan pekerjaan yang melibatkan visualisasi.

m. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.

n. Lebih menyukai music daripada seni lukis atau seni dengan hasil tiga

dimensi.

3) Gaya belajar kinestetik

Gaya belajar kinestetik dapat dideteksi dari kebiasaan anak ketika

belajar (DePorter dan Hernacki, 2011: 118) antara lain;

a. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak gerak.

b. Banyak menggunakan isyarat tubuh.

c. Menggunakan jari sebagai penunjuk tatkala membaca.

d. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.

e. Otot-otot besarnya berkembang.

f. Menanggapi perhatian fisik.

g. Tidak dapat duduk diam dalam waktu lama.

h. Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka.

i. Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.

j. Ingin melakukan segala sesuatu.

k. Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain.

l. Berbicara dengan perlahan.

m. Suka belajar memanipulasi (mengembangkan data atau fakta) dan

praktik.

n. Tidak dapat mengingat letak geografi, kecuali jika ia pernah datang

ke tempat tersebut.

Page 31: Usulan Tesis 2 (PDF)

o. Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, mencerminkan

aksi dengan gerakan tubuh saat membaca sebagai manifestasi

penghayatan terhadap apa yang dibaca.

p. Kemungkinan memiliki tulisan yang jelek.

q. Menyukai permainan yang membuat sibuk.

3. Konsep Kebiasaan Belajar

a. Pengertian Kebiasaan

Berbagai hasil penelitian menunjukkan, bahwa hasil belajar

mempunyai korelasi positif dengan kebiasaan belajar atau study habit.

Witherington (Djaali, 2011: 127) mengartikn kebiasaan (habit) sebagai: “an

acquired way of acting which is persistent, uniform, and fairly automatic.”

Kebiasaan merupakan cara betindak yang diperoleh melalui belajar secara

berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis.

Stephen R. Covey, pengarang buku The 7 Habits of Effective People,

mengemukakan bahwa kebiasaan sebagai titik pertemuan dari pengetahuan,

keterampilan, dan keinginan. Mengajar pada hakikatnya adalah membentuk

suatu kebiasaan, sehingga melalui pengulangan-pengulangan siswa dan

terbiasa melakukan sesuatu dengan baik sesuai perilaku yang diharapkan

(Anurrahman, 2009: 124).

Menurut Suryabrata (1984: 28) kebiasaan adalah suatu cara individu

bertindak yang sifatnya otomatis untuk suatu masa tertentu. Tingkah laku

yang menjadi kebiasan tidak memerlukan fungsi berfikir yang cukup tinggi

karena sifatnya sudah relatif menetap. Kebiasaan merupakan hasil belajar,

bukan merupakan pembawaan. Sedangkan menurut Burghardt (Muhibbin,

Page 32: Usulan Tesis 2 (PDF)

2011: 116), menyatakan kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan

kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang.

Prawiara (2012: 234) kebiasaan adalah suatu cara bertindak yang telah

dikuasai dan tahan uji dan bersifat seragam. Selain itu, kebiasaan lebih

banyak bersifat otomatis. Seseorang yang telah berbuat sesuai dengan

kebiasaannya sering kali dirinya tidan menyadari. Kebiasaan-kebiasaan itu

akan berlangsung begitu saja dengan lencar dan dapat memberikan hasil.

Pada individu, kebiasaan sesungguhnya dapat dibentuk melalui dua cara,

yaitu: pertama, perbuatan yang mempunyai sedikit rintangan dan kedua

kebiasaan dapat pula dibentuk dengan cara tertentu untuk melakukan sesuatu

perbuatan.

Setiap siswa yang telah mengalami proses mengalami proses belajar,

kebiasaan-kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Burghardt

(Muhibbin, 2012: 120) kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan

kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang.

Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang

tidak diperlukan. Karena proses penyusutan/pengurangan inilah, muncul

suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.

Kebiasaan ini terjadi karena prosedur pembiasaan seperti dalam

classical dan operant conditioning. Contoh, siswa yang belajar bahasa secara

berkalai-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang

keliru, akhirnya akan terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan

Page 33: Usulan Tesis 2 (PDF)

benar. Jadi, berbahasa dengan cara yang baik dan benar itulah perwujudan

peilaku belajar siswa.

b. Pengertian Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor penunjang tercapainya

prestasi belajar siswa. Kebiasaan yang baik merupakan perilaku yang relatif

menetap dalam menunjang kegiatan belajar yang berdampak pada hasil yang

baik pula karena terdapat kesesuaian antara yang dilakukan siswa dengan

pola-pola perilaku yang dituntut dalam proses belajar. Munawir Yusuf (2007:

22) memberikan penjelasan pengertian kebiasaan belajar yaitu pengulangan

cara belajar yang memberikan rasa nyaman kepada pelajar. Kebiasaan belajar

terbentuk melalui proses belajar. Sedangkan menurut Crow and Crow dalam

Munawir Yusuf (2007: 23) kebiasaan erat kaitannya dengan pertanyaan

bagaimana, kapan, dimana, dan dalam kondisi bagaimana belajar berlangsung

Sedangkan menurut Muhibbin (2011: 121) menyatakan bahwa, belajar

kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada.

Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan dan pengalaman

khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa

memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih

tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu

(konstektual).

Djaali (2011: 128) mengemukakan kebiasaan belajar dapat diartikan

sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima

pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk

Page 34: Usulan Tesis 2 (PDF)

menyelesaikan kegiatan. Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku

siswa pada setiap keli mereka melakukan kegiatan belajar. Sebabnya ialah

karena kebiasaan mengandung motivasi yang kuat Mappiare (Djaali, 2011:

128). Pada umumnya setiap orang bertindak berdasarkan force of habit

sekalipun tahu, bahwa ada cara lain yang mungkin lebih menguntungkan. Hal

ini disebabkan oleh kebiasaan sebagai cara yang mudah dan tidak

memerlukan konsentrasi dan perhatian yang besar.

Sesuai dengan law of effect dalam belajar, perbuatan yang

menimbulkan kesenangan cenderuang untuk diulang. Oleh karena itu,

tindakan berdasarkan kebiasaan bersifat mengukuhkan (reinforcing).

Suryabrata (Djaali, 2011: 129) merumuskan cara belajar yang efisien adalah

dengan usaha sekecil-kecilnya memberikan hasil yang sebesar-besarnya bagi

perkembangan individu yang belajar. Mengenai cara belajar yang efisien,

belum menjamin keberhasilan dalam belajar. Yang penting, siswa

mempraktikkannya dalam belajar sehari-hari, sehingga lama-kelamaan

menjadi kebiasaan, baik di dalam maupu di luar kelas.

Slameto mengemukakan (2010: 82) kebiasaan belajar diperoleh

dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan belajar. Sedangkan

menurut Nana Sudjana (2010: 173) mengemukakan Keberhasilan siswa atau

mahasiswa dalam mengikuti pelajaran/kuliah banyak bergantung kepada

kebiasaan belajar yang teratur dan berkesinambungan. Selanjutnya, Moh

Surya (Mahmud, 2010: 66) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak

dalam hal kebiasaan belajar.

Page 35: Usulan Tesis 2 (PDF)

Anurrahman (2009: 185) kebiasaan belajar adalah perilaku belajar

seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga

memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya. Ada beberapa

bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar yang

sering di jumpai pada sejumlah siswa seperti:

a. Belajar tidak teratur

b. Daya tahan belajar rendah (belajar secara tergesa-gesa)

c. Belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian

d. Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap

e. Tidak terbiasa membuat ringkasan

f. Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran

g. Senang menjiplak perkejaan teman,termasuk keruang percaya diri di

dalam menyelesaikan tugas

h. Sering datang terlambat

i. Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk (mialnya merokok)

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan kebiasaan yang kurang baik,

kebiasaan belajar tersebut antara lain: (a) belajar pada akhir semester, (b)

belajar tidak teratur, (c) menyia-yiakan kesempatan belajar, (d) datang

terlambat bergaya pemimpin, (e) bergaya jantan seperti, merokok, sok

mengurui teman lain, dan (f) bergaya minta balas kasihan tanpa belajar

(Dimyanti dan Mujiono, 2009: 246).

Page 36: Usulan Tesis 2 (PDF)

Jenis kebiasaan belajar di atas merupakan bentuk-bentuk perilaku

belajar yang tidak baik karena mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan pada

giliriannya dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar yang diperoleh.

Sejalan dengan pandangan di atas, Misunita (Anurrahman, 2009: 186)

mengemukakan bahwa kesukaran belajar dapat dikelompokkan berdasarkan

tahapan-tahapan dalam pengolahan informasi, yaitu:

1) Input; kesukaran belajar pada kategori ini berkaitan dengan masalah

penerimaan informasi melalui alat indera, misalnya persepsi visual dan

auditory. Kesukaran dalam persepsi visual dapat menyebabkan masalah

dalam mengenali bentuk, posisi, atau ukuran objek yang dilihat.

2) Integration; kesukaran tahap ini berkaitan dengan memori/ingatan.

Kebanyakan masalah dalam kategori ini berkaitan dengan short-term

memori yang membuat seseorang mengalami kesulitan dalam

mempelajari materi baru tanpa banyak pengulangan. Misalnya kesukaran

dalam memori visual mempengaruhi proses belajar dalam mengeja.

3) Storage; tahap ini berkaitan dengan memori/ingatan. Kebanyakan

masalah dalam kategori ini berkaitan dengan short-term memori yang

membuat seseorang mengalami kesuliatan dalam mempelajari materi

baru tanpa banyak pengulangan. Masilnya kesukaran dalam memori

visual mempengaruhi proses belajar dalam mengeja.

4) Output; informasi yang telah diproses oleh otak akan muncul dalam

bentuk respon melalui kata-kata, yaitu output bahasa, aktivitas otot,

misalnya menulis, atau mendengar. Kesulitan dalam output bahasa

Page 37: Usulan Tesis 2 (PDF)

mengakibatkan masalah dalam bahasa lisan, misalnya menjawab

pertanyaan yang diharpkan dimana seseorang harus menyampaikan

kembali informasi yang disimpan, mengorganisasikan bentuk pikirannya

dalam bentuk kata-kata. Hal yang serupa juga terjadi bila masalah

menyangkut bahasa tulis. Kesulitan dalam kemampuan motorik

menyangkut kemampuan motorik kasar maupun halus.

Sopiatin dan Sahrani (2011: 39) menyatakan bahwa untuk

membiasakan cara belajar yang efektif dan efisien harus memperhatikan hal-

hal berikut, yaitu:

1) Mengetahui pedoman umum untuk belajar.

2) Cara mengatur waktu.

3) Cara mengikuti pelajaran.

4) Cara membaca buku.

5) Cara membuat ringkasan.

6) Cara menghafal pelajaran.

7) Cara menulis karangan ilmiah.

8) Cara menempuh ujian.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kebiasaan belajar merupakan tingkah laku yang terbentuk karena dilakukan

berulang-ulang sepanjang hidup individu dan biasanya mengikuti cara atau

pola tertentu, sehingga akan terbentuk kebiasaan belajar. Jadi yang dimaksud

dengan kebiasaan belajar di sini adalah cara-cara belajar yang paling sering

dilakukan oleh siswa seperti dalam mengikuti pelajaran, membaca buku-buku

Page 38: Usulan Tesis 2 (PDF)

pelajaran, melatih diri atau mengkaji ulang pelajaran, mendengarkan

pelajaran dengan baik yang disampaikan oleh guru, tidak pernah absen, dan

menyimpan serta memelihara peralatan yang diperlukan untuk menunjang

kegiatan belajar.

c. Aspek-aspek Kebiasaan Belajar Efektif

Konstruk kebiasaan belajar yang dikemukakan oleh Djaali (2011: 128)

merupakan konstruk dari Brown dan Holtzman. Konstruk kebiasaan belajar

ini terdiri dari dua aspek, yaitu:

a. Penundaaan tugas (delay avoidance), yaitu kebiasaan belajar yang

berhubungan dengan: ketepatan waktu penyelesaian tugas-tugas

akademik, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan

tertundanya penyelesaian tugas, menghilangkan atau menghindarkan

rangsangan- rangsangan yang akan menganggu konsentrasi dalam belajar

b. Metode kerja (work methods) yaitu kebiasaan belajar yang berhubungan

dengan: penggunaan cara belajar yang efektif (meliputi membaca dan

mempelajari buku, membuat catatan), efisiensi dalam mengerjakan tugas-

tugas akademik, dan keteramplan keteramplan belajar.

Menurut pendapat Gie (1985: 15) ada tiga aspek untuk membentuk

kebiasaan belajar yang efektif yakni: (a) keteraturan, (b) disiplin, dan (c)

konsentrasi.

a. Keteraturan

Belajar secara teratur akan memperoleh hasil yang baik. Keteraturan

meliputi kebiasaan mengikuti pelajaran secara teratur, menyimpan dan

Page 39: Usulan Tesis 2 (PDF)

memelihara secara teratur alat perlengkapan untuk belajar, dan kebiasaan

membaca buku-buku pelajaran. Jika mulai memasuki bangku sekolah,

kebiasaan belajar yang efektif adalah mengikuti dengan teratur baik kegiatan

sebelum pelajaran, selama pelajaran berlangsung maupun sesudah

berakhirnya pelajaran. Sebelum mengikuti pelajaran hendaknya disiapkan

dengan matang peralatan yang akan digunakan antara lain alat tulis, buku

pelajaran juga kesiapan mental berupa penguasaan prasyarat pengetahuan

dasar untuk mengikuti topik yang akan dibahas. Siswa juga harus mengikuti

dengan tekun, seksama dan aktif membuat catatan hal-hal pokok yang

disampaikan guru dan menanyakkan hal-hal yang belum dipahami.

Mengingat sangat terbatasnya pertemuan antara guru dan murid secara

formal, sedangkan materi pelajaran yang perlu dikuasai sangat banyak dan

luas, serta sangat cepatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

dituntut kepada siswa untuk dapat memperluas ilmu dan kecakapannya

dengan cara banyak membaca buku. Saat ini banyak sekali buku-buku sumber

bacaan sebagai penunjang materi buku paket pelajaran, oleh karena itu siswa

dituntut kepandaian dan kecakapannya untuk dapat membaca secara efisien

dan teratur sehingga segala tuntutan ilmu pengetahuan dapat terpenuhi.

Hal senada disampaikan Mahmud (2010: 96) bahwa salah satu cara

yang akan membantu keberhasilan dalam usaha pembentukan sikap positif

terhadap apa yang harus dipelajari adalah menumbuhkan kegemaran

membaca. Melalui kegemaran membaca maka berbagai manfaat akan

diperoleh diantaranya adalah: menambah pengetahuan, dapat mengarahkan

Page 40: Usulan Tesis 2 (PDF)

pikiran, dapat menunjang kemampuan berpikir kritis, dan sebagai sarana

menyenangkan hati atau bersifat rekreatif.

Gie (1985: 37) menyampaikan bahwa kebiasaan baik yang harus

dimiliki individu dalam membaca antara lain adalah: (1) mengatur dan

menyusun rencana untuk membaca, (2) membuat tanda-tanda apa yang telah

dibaca, (3) menelaah, memahami dan mengerti isinya, (4) memusatkan

perhatian penuh waktu membaca. Bila sifat keteraturan ini telah benar-benar

dihayati sehingga menjadi kebiasaan dalam perbuatannya. Maka sifat ini akan

mempengaruhi pula jalan pikiran siswa. Pikiran yang teratur merupakan

modal bagi seseorang dalam menuntut ilmu, karena ilmu adalah hasil dari

proses pemikiran yang dilakukan secara sistematis.

b. Disiplin

Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan terhadap rencana kerja yang

telah ditentukan. Belajar secara teratur hanya mungkin dijalankan jika siswa

memiliki disiplin untuk mentaati rencana yang sudah diatur sebelumnya.

Godaan-godaan yang bertujuan menangguhkan usaha belajar dapat dihindari

jika siswa memiliki disiplin diri.

Disiplin belajar yang dimiliki individu tidak tumbuh dengan

sendirinya, tetapi tumbuh, terbentuk dan berkembang melalui latihan dan

pendidikan yang memungkinkan timbulnya kesadaran dan kemauan untuk

berbuat patuh atau taat tanpa adanya unsur paksaan dari luar. Dengan

demikian peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang berasal dari luar

berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan perbuatan agar sesuai

Page 41: Usulan Tesis 2 (PDF)

dengan apa yang diharapkan. Disiplin tersebut meliputi disiplin dalam

memantapkan penguasaan materi pelajaran, disiplin pelaksanaan terhadap

jadwal belajar yang telah dibuat, dan disiplin dalam menyelesaikan pekerjaan

rumah (PR) dan tugas sekolah (mencakup mengerjakan latihan-latihan tes,

ulangan harian, ulangan umum atau ujian baik yang tertulis maupun lisan,

kemampuan berdiskusi dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok).

Pendapat serupa disampaikan oleh Hadis dan Nurhayati (2010: 85)

mengemukakan bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa antara lain

adalah dengan cara meningkatkan disiplin belajar siswa terutama disiplin

dalam memantapkan penguasaan materi pelajaran, dan disiplin dalam

menyelesaikan tugas-tugas. Disiplin dalam memantapkan pelajaran adalah

usaha yang perlu dilakukan siswa agar segala kecakapan yang dipelajari dapat

diingat-ingat dan difahami. Setelah selesai pelajaran hendaknya siswa

membaca kembali catatan yang telah dibuat selama berlangsungnya pelajaran,

tanpa menunda keesokan harinya agar terjadi penyerapan pengetahuan yang

telah diperoleh. Untuk mendapatkan pemahaman yang baik dalam semua

bidang pelajaran sangat diperlukan membaca dan latihan mengerjakan soal

secara rutin, bervariasi dan berulang-ulang. Bahan pelajaran yang telah

diterima tidak mungkin dapat dikuasai dengan hanya sekali membaca atau

sekali latihan saja. Baik pengertian-pengertian maupun fakta-fakta akan

segera terlupakan karena belum tertanam dengan baik dalam ingatan.

Suatu kecakapan belum dapat dikuasai sepenuhnya dan belum dapat

diterapkan apabila belum melekat teguh dalam pikiran seseorang. Itulah

Page 42: Usulan Tesis 2 (PDF)

sebabnya mempelajari suatu bahan pelajaran hendaknya dilakukan berkali-

kali dengan ulangan-ulangan dan latihan- latihan. Ulangan dan latihan ini

perlu dilakukan oleh seorang siswa, baik siswa yang cerdas maupun siswa

yang kurang cerdas, karena dengan `ulangan dan latihan pengertian-

pengertian dan fakta-fakta akan lebih mudah dikuasai.

Menurut Slameto (2010: 85) mengulangi bahan pelajaran besar

pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan (review)

bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan akan tetap

tertanam dalam otak seseorang. Mengulang suatu pelajaran dapat secara

langsung sesudah membaca nya, tetapi yang bahkan lebih penting adalah

mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari secara teratur dan

disiplin. Cara ini dapat ditempuh dengan cara membuat ringkasan, kemudian

untuk mengulang cukup belajar dari ringkasan ataupun juga dapat dari

mempelajari soal jawab yang sudah pernah dibuat oleh guru ataupun yang

terdapat dalam buku latihan soal. Dengan cara tersebut dapat tercapainya

pengertian dan pemahaman dalam belajar.

c. Konsentrasi

Konsentrasi besar pengaruhnya terhadap belajar. Seseorang tidak akan

berhasil mendalami bahan pelajaran yang sedang dipelajari jika upaya itu

dilakukan tanpa konsentrasi. Untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya,

maka diperlukan adanya konsentrasi yang cukup baik terhadap materi yang

dipelajarinya. Seluruh perhatian harus dicurahkan kepada apa yang harus

dipelajarinya. Bila tidak ada konsentrasi maka dapat diyakinkan apa yang

Page 43: Usulan Tesis 2 (PDF)

dipelajarinya itu tidak akan mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Banyak

siswa yang kelihatannya belajar, tetapi karena perhatiannya tidak

dikonsentrasikan kepada apa yang dipelajari, maka ia tidak tahu apa yang

dipelajari itu.

Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan

mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar

konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan

menyampingkan semua hal yang tidak berhubungan dengan apa yang sedang

dipelajari (Slameto, 2010: 86). Tidak semua siswa memiliki kemampuan

konsentrasi yang sama terhadap suatu pelajaran. Ada yang sebentar ada yang

bisa lama. Pada dasarnya konsentrasi merupakan akibat dari perhatian yang

ditimbulkan oleh minat terhadap suatu pelajaran tertentu.

Berikut ini adalah saran-saran yang dikemukakan oleh Crow and

Crow (Purwanto, 2004: 120) untuk membiasakan belajar yang efisien, yaitu:

1) Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti.

2) Usahakan adanya tempat belajar yang memadai.

3) Jaga kondisi fisik jangan samapai mengganggu konsentrasi dan

keaktifan mental.

4) Rencanakan dan ikutilah jadwal waktu untuk belajar.

5) Selingilah belajar itu dengan waktu-waktu istirahat yang teratur.

6) Carila kalimat-kalimat topic atau inti pengertian dari tiap paragraph.

7) Selama belajar gunakan metode penguglangan dalam hati.

8) Lakukan metode keseluruhan (whole method) bilamana mungkin.

9) Usahakan agar dapat membaca cepat tetapi cermat.

10) Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi.

11) Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari lebih

lanjut.

12) Susunlah dan buatlah pertanyaan-pertanyaan yang tepat, dan

usahakan/ cobalah untuk menemukan jawabannya.

13) Pusatkan perhatian dengan sungguh-sungguh pada waktu balajar.

14) Pelajarai dengan teliti tabel-tabel, gerafik-gerafik, dan bahan ilustrasi

lainnya.

Page 44: Usulan Tesis 2 (PDF)

15) Biasakanlah membuat rangkuman dan kesimpulan.

16) Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas-tugas balajar itu.

17) Pelajari baik-baik pernyataan (statement) yang dikemukakan oleh

pengarang, dan tentanglah jika diragukan kebenarannya.

18) Telitilah pendapat beberapa pengarang.

19) Analisislah kebiasaan belajar yang dilakukan, dan cobalah untuk

memperbaiki kelemahan-kelemahannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan belajar

yang efektif dapat terbentuk dengan tiga aspek dalam cara belajar yaitu : (1)

keteraturan yang meliputi dari kebiasaan mengikuti pelajaran dengan teratur,

mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru dan menanyakkan pelajaran

yang belum dipahami, menyimpan dan memelihara secara teratu alat

perlengkapan untuk belajar, dan kebiasaan membaca buku-buku pelajaran, (2)

disiplin, terdiri dari disiplin dalam memantapkan penguasaan materi

pelajaran, dan disiplin dalam menyelesaikan pekerjaan rumah (PR), tugas

sekolah, dan (3) konsentrasi di dalam belajar. Aspek-aspek dalam cara belajar

tersebut bertujuan untuk tercapainya prestasi belajar yang tinggi.

Berikut ini disajikan tabel konstruk dan aspek-aspek kebiaasan belajar

menurut Djaali (2011) dan Gie (1985) sebagai bahan perbandingan dan

memudahkan dalam pemahaman.

Tabel 1.

Konstruk kebiasaan belajar

Djaali The Liang Gie

Aspek Indikator Aspek Indikator

1. Delay

Avoidance

(kebiasaan

menyelesaikan

tugas-tugas

belajar

a. Ketetapan

dalam

menyelesaika

n tugas-tugas

akademik

b. Keteraturan

waktu belajar

1. keteraturan a. mengikuti

pelajaran secara

teratur

b. menyimpan dan

memelihara

secara teratur

perlengkapan

Page 45: Usulan Tesis 2 (PDF)

c. Pelaksanaan

tugas

belajar

c. membiasakan

membaca buku-

buku pelajaran

2. work Methods

(metode

belajar yang

biasa

digunakan)

a. belajar yang

efektif

b. kerja yang

efisien

c. kecakapan

dalam teknik

belajar

2. disiplin a. disiplin dalam

memantapkan

pengusasaan

materi pelajaran

b. disiplin dalam

melaksanakan

jadual pelajaran

yang telah

dibuat

c. disiplin dalam

menyelelsaikan

tugas-tugas

sekolah

3. kosentrasi Mampu

berkosentrasi

ketika belajar di

sekolah dan di

rumah

4. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan yang telah dilakukan,

diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan

pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 4-5), prestasi belajar adalah

suatu pencapaian tujuan pengajaran yang ditunjukan dengan peningkatan

kemampuan mental siswa. Prestasi belajar ini sebagai dampak pengajaran dan

dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur,

seperti tertuang dalam rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat

setelah latihan. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan

kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar. Muhibbin Syah (2012:

Page 46: Usulan Tesis 2 (PDF)

216), mengemukakan “prestasi adalah tingkat keberhasilan siswa mencapai

tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”. Prestasi merupakan

kemampuan nyata seseorang sebagai hasil dari melakukan atau usaha

kegiatan tertentu dan dapat diukur hasilnya.

Winkel (Hamdani, 2011: 138) mengemukakan bahwa prestasi belajar

merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Dengan

demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh

seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Gagne (1985: 40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan

menjadi lima aspek, yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi

verbal, sikap, dan keterampilan. Menurut Bloom (Suharsimi, 1990: 110),

hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu: kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan

terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau

kecakapan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat dicapai atau dengan kata

lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-

macam faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengarui prestasi belajar dapat

digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (intren) dan faktor

dari luar (ekstren).

a. Faktor internal

Page 47: Usulan Tesis 2 (PDF)

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain

sebagai berikut:

1) Kecerdasan (inteligensi)

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini

sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya inteligensi yang normal selalu

menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.

Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang

berbeda antara satu anak dengan anak lainnya sehigga anak pada usia

tertentu sudah memiliki tingakat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan

dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu, jelas bahwa faktor inteligensi

merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar

mengajar.

2) Sikap

Sikap, yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal,

orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap

seseoarang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan

keyakinan.

3) Minat

Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil

belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap

sesuatu, akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang

diinginkannya dapat tercapai.

Page 48: Usulan Tesis 2 (PDF)

4) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai hasil pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat

dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi samapai tingkat tertentu

sesuai dengan kapasitas masing-masing.

5) Motivasi

Kuat lemahnya motivasi belajar turut mempengaruhi keberhasilan

belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama

yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan masa depan yang

penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu lingkuangan sosial dan

lingkungan nonsosial.

1) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial yang lebih banyak memmpengaruhi kegiatan belajar

ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua,

praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi,

semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan

belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

2) Lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah

dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat

Page 49: Usulan Tesis 2 (PDF)

belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-

faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

b. Indikator Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengukuran hasil belajar idela meliputi segenap

renah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar

siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku selurh renah

itu,khususnya ranah rasa murid, sengat sulit. Hal ini disebabkan perubahan

hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba). Tabel

indikator prestasi belajar yang berasal dari berbagai sumber rujukan Surya

(1982), Barlow (1985), dan Petty (2004) (Muhibbin, 2011: 148) dengan

penyusaian seperlunya.

Tabel 2.

Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi

Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi

Ranah cipta

(Kognitif)

1. Pengtahuan

1. Dapat menunjuk

2. Dapat membandingkan

3. Dapat menghubungkan

1. Tes lisan

2. Tes tertulis

3. Observasi

2. ingatan 1. Dapat menyebutkan

2. Dapat menunjukkan kembali

1. Tes lisan

2. Tes tertulis

3. Observasi

3. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan

2. Dapat mendefinisikan dengan

lisan sendiri

1. Tes lisan

2. Tes tertulis

4. Penerapan 1. Dapat memberikan contoh

2. Dapat menggunakan secara

tepat

1. Tes tertulis

2. Pemberian

tugas

observasi

5. Analisis (pemeriksa-

an dan pemilihan se-

cara teliti)

1. Dapat menguraikan

2. Dapat mengklasifikasikan/

memilah-milah

1. Tes tertulis

2. Pemberian

tugas

6. Sintesis (membuat

paduan baru dan

1. Dapat menghubungkan

2. Dapat menyimpulkan

1. Tes tertulis

2. Pemberian

Page 50: Usulan Tesis 2 (PDF)

utuh) 3. Dapat menggeneralisasikan

(membuat prinsip umum)

tugas

Ranah Rasa (Afektif)

1. Penerimaan

1. Menunjukkan sikap meneri-

ma

2. Menunjukkan sikap menolak

1. Tes tertulis

2. Tes skala

sikap

3. observasi

2. sambutan 1. Kesediaan berpartisipasi/

terlibat

2. Kesediaan memanfaatkan

1. Tes skala

sikap

2. Pemberian

tugas

3. observasi

3. apresiasi (sikap

menghargai)

1. Menganggap penting dan

bermanfaat

2. Menganggap indah dan har-

monis

3. Mengagumi

1. Tes skala

peni-

laian/sikap

2. Pemberian

tugas

3. observasi

4. internalisasi (penda-

laman)

1. Mengakui dan menyakini

2. Mengingkari

1. tes skala

sikap

2. pemberian

tugas

ekspresif

(yang

menyat-akan

sikap) dan

proyektif

(yang

menyat-akan

perkiraan

/ramalan)

3. obserbasi

5. karakterisasi (peng-

hayatan)

1. Melembagakan atau menia-

dakan

2. Menjelmakan dalam

pribadidan perilaku sehari-

hari

1. Pemberian

tu-gas

ekspresif dan

proyektif

2. Observasi

Ranah Karsa

(Psikomotor)

1. keterampilan berge-

rak dan bertindak

1. Mengkoordinasikan gerak

mata, kaki dan anggota tubuh

lainnya

1. Observasi

2. Tes tindakan

2. Kecakapan ekspresi

verbal dan nonver-

bal

1. Mengucapkan

2. Membuat mimic dan gerakan

jasmani

1. Tes lisan

2. Observasi

3. Tes tindakan

Page 51: Usulan Tesis 2 (PDF)

c. Batas Minimal Prestasi Belajar

Setelah mengetahui indikator prestasi belajar siswa di atas, guru perlu

pula mengetahuai bagaiman kiat menetapkan batas minimal keberhasilan

belajar siswa Muhibbin (2011: 151) sebagai berikut.

Tabel 3.

Perbandingan Nilai Angka dan Huruf

Symbol-simbol Nilai Angka dan Huruf Predikat

Angka Huruf

8 – 10 = 80 – 100 = 3,1 – 4

7 – 7,9 = 70 – 79 = 2,1 – 3

6 – 6,9 = 60 – 69 = 1,1 – 2

5 – 5,9 = 50 – 59 = 1

0 – 4,9 = 0 – 49 = 0

A

B

C

D

E

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Gagal

B. Penelitian Relevan

Sebagai bahan perbandingan, perlu dikemukakan penelitian-penelitian

terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan, agar dapat

memberikan gambaran yang jelas. Beberapa penelitian yang relevan dengan

penelitian ini, antara lain:

1. Penelitian Bambang Budi Wiyono (2003) dengan judul “Hubungan

lingkungan belajar, kebiasaan belajar, dan motivasi belajar dengan prestasi

belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa terdapat hubugan positif

yang signifikan antara lingkungan belajar, kebiasaan belajar, dan motivasi

belajar dengan prestasi belajar siswa. Semakian baik lingkungan belajar,

Page 52: Usulan Tesis 2 (PDF)

kebiasaan belajar, dan motivasi belajar semakin baik pula prestasi belajar

yang dicapai siswa. Dari ketiga variabel, secara berturut-turut yang

memberikan sumbangan efektif terhadap prestasi belajar siswa, dari yang

tertinggi sampai yang terendah adalah motivasi belajar, lingkungan belajar,

dan kebiasaan belajar.

2. Ong Kuan Boon, dkk. (2009) dengan judul “Teaching Approach, Learning

Style and Types of Evaluation in Sport Science Subject at Secondary Schools

(Pendekatan Pengajaran, Gaya Belajar dan Jenis Penilaian dalam Mata

Pelajaran Sains Sukan di Sekolah Menengah)”. Kesimpulan hasil penelitian

menjelaskan bahaw pendekatan pengajaran guru hendaklah bersesuaian

dengan gaya belajar pelajar dan melibatkan proses penilaian yang

dipelbagaikan untuk menilai pencapaian pembelajaran pelajar dalam mata

pelajaran Sains Sukan.

3. Penelitian Sugiyanto, dengan judul “kontribusi gaya belajar dan motivasi

berprestasi terhadap prestasi akademik siswa”. Berdasarkan hasil penelitian

tentang kontribusi gaya belajar dan motivasi berprestasi terhadap prestasi

akademik siswa, dapat dikemukakan bahwa gaya belajar memiliki hubungan

dengan prestasi akademik (aspek kognitif, aspek afektif dan aspek

psikomotor) dan gaya belajar berkontribusi secara positif dan signifikan

terhadap prestasi akademik (aspek kognitif, aspek afektif dan aspek

psikomotor), motivasi berprestasi memiliki hubungan dengan prestasi

akademik (aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor) dan motivasi

Page 53: Usulan Tesis 2 (PDF)

berprestasi berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap prestasi

akademik (aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor).

4. Penelitian Ermila Nora Tiya Sari (2005) dengan judul “Perbedaan kebiasaan

belajar, gaya belajar dan motivasi belajar mahasiswa reguler dan non reguler

serta pengaruhnya terhadap prestasi belajar: studi kasus pada mahasiswa

jurusan S1 Akuntansi Angkatan 2005 FE UM. Hasil penelitian menjelaskan

secara parsial ada pengaruh signifikan kebiasaan belajar terhadap prestasi

belajar mahasiswa S1 Akuntansi Angkatan Tahun 2005 FE UM" Secara

parsial ada pengaruh signifikan gaya belajar terhadap prestasi belajar

mahasiswa S1 Akuntansi Angkatan Tahun 2005 FE UM Secara parsial ada

pengaruh signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa S1

Akuntansi Angkatan Tahun 2005 FE UM" Dan yang terakhir secara simultan

ada pengaruh signifikan kebiasaan belajar, gaya belajar, dan motivasi belajar

terhadap prestasi belajar" Variabel prestasi belajar dijelaskan oleh variabel

kebiasaan belajar, gaya belajar, dan motivasi belajar sebesar 69,7%,

sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam

penelitian"

5. Penelitan oleh Gokhan Ozsoy, dkk (2009) dengan judul “Metacognition,

study habits and attitudes”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

hubungan positif antara media metakognitif pengetahuan dan keterampilan

dan kebiasaan belajar (r = 0,351, p <.05), sikap belajar (r = 0,415, p <.05) dan

studi orientasi (r = 0,434, p <.05). Selain itu, hasil penelitian menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan metakognisi dan

Page 54: Usulan Tesis 2 (PDF)

studi dan sikap untuk berprestasi rendah dan menengah, tetapi, ada hubungan

yang signifikan bagi mereka yang berprestasi.

6. Penelitian oleh Omotere Tope (2011) dengan judul “he effects of study habit

on the academic erformance of students: a case study of some secondary

schools in ogun state”. Instrumen ini digunakan untuk penelitian adalah

angket yang bernama "Studi Kebiasaan dan Sikap Studi Skala "(SHSAS).

Empat hipotesis yang diuji dan hasilnya menunjukkan bahwa latar belakang

keluarga, tekanan kelompok sebaya, kepribadian jenis siswa dan lingkungan

sekolah semua mempengaruhi kebiasaan membaca siswa di sekolah

menengah. Data dianalisis dengan menggunakan persentase. Berdasarkan

temuan, program konseling yang tepat orang tua perlu diselenggarakan untuk

orang tua yang akan mendidik mereka tentang bagaimana memotivasi bangsa

mereka untuk menumbuhkan kebiasaan belajar yang baik dalam rangka

meningkatkan kinerja akademis mereka.

7. Penelitian oleh Tuncay Erge (2011) dengan judul “The Relationships among

Test Anxiety, Study Habits, Achievement, Motivation, and Academic

Performance among Turkish High School Students”. Hasil penelitian

menunjukkan Hubungan antara kebiasaan belajar, uji kecemasan, prestasi,

motivasi, dan keberhasilan akademis diselidiki pada sekolah yang menjadi

sampel kesepuluh Turki kelas tinggi yang terdirivdari 510 peserta, 267

(52,4%) di antaranya adalah perempuan dan 243 (47,6%) adalah laki-laki.

Data dikumpulkan oleh versi Turki Inventarisasi Uji Kegelisahan (TAI)

Kebiasaan Belajar, Persediaan (SHI) dan Evaluasi Diri Inventarisasi (SEI).

Page 55: Usulan Tesis 2 (PDF)

Mahasiswa IPK diterima sebagai indikator dari mereka akademik sukses.

Korelasi kecil tapi signifikan yang ditemukan antara subskala khawatir Skor

TAI dan keberhasilan akademis (r = -0,18, p 0,01), dan antara nilai Kebiasaan

Studi Skala dan tingkat keberhasilan akademis (r = 0,15, p <0,01). Sebuah

hubungan yang positif antara skor kebiasaan belajar dan motivasi berprestasi

tingkat (r = .39, p 0,01) ditemukan. Gender, subskala khawatir TAI dan

kebiasaan belajar memprediksi keberhasilan akademis pada umumnya.

Korelasi ada diamati antara motivasi berprestasi dan sukses akademik. Uji

kecemasan dan studi kebiasaan dikaitkan positif dengan keberhasilan

akademik dan tidak ada hubungan dengan motivasi prestasi. Wanita secara

signifikan lebih tinggi dalam skor kecemasan tes sebagai konsisten dengan

literatur.

8. Penelitian oleh Ifshan Bashir (2012) dengan judul “A Study on Study Habits

and Academic Performance among Adolescents (14-19) years”. Studi

Kebiasaan Inventarisasi dikembangkan oleh M.Mukhopadhayay dan

DNSansanwal (1963) diberikan dan kinerja akademik siswa termasuk

persentase nilai yang diperoleh di kelas sebelumnya. Setelah data

dikumpulkan, itu ditabulasi dan dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan

korelasi keseluruhan antara variabel di mana hubungan yang sangat signifikan

ditemukan antara orientasi tugas dan konsentrasi dan antara konsentrasi dan

pengeboran. Hubungan yang signifikan ditemukan antara konsentrasi dan

pemahaman. Pada responden perempuan, hubungan yang sangat signifikan

Page 56: Usulan Tesis 2 (PDF)

antara lingkungan sekolah dan tanda yang diperoleh, sedangkan dalam kasus

laki-laki, tidak ada hubungannya ditemukan antara keduanya.

9. Penelitian oleh Shabbir Ahmad Rana dan Rukhsana Kausar (2011) dengan

judul “Comparison of Study Habits and Academic Performance of Pakistani

British and White British Students”. Analisis statistik menunjukkan bahwa

meskipun siswa British Putih memiliki studi secara signifikan lebih baik

kebiasaan dari British Pakistan tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan

ditemukan dalam kinerja akademik mereka. Negara asal dan sekolah

memiliki pengaruh interaktif yang signifikan terhadap kebiasaan belajar

siswa, tetapi tidak memiliki interaktif berpengaruh pada kinerja akademik

siswa. Penelitian ini memiliki implikasi penting bagi pendidik.

10. Penelitian oleh Vijaya Sengodan & Zanaton H. Iksan1(2012) dengan judul

“Students’ Learning Styles and Intrinsic Motivation in Learning

Mathematics”. Hasil dari analisis deskriptif menunjukkan bahwa gaya belajar

tinggi permukaan, sedangkan motivasi intrinsik sangat dipraktekkan adalah

self-efficacy sebagai dibandingkan dengan upaya dan khawatir. Hasil analisis

inferensial menemukan hubungan yang signifikan antara kerja keras gaya

belajar dan motivasi intrinsik usaha. Ada perbedaan yang signifikan antara

jenis kelamin dalam organisasi gaya belajar serta jenis kelamin dalam

motivasi intrinsik usaha. Implikasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa

Faktor motivasi memainkan peran penting dalam menentukan pemilihan gaya

belajar dipraktekkan oleh siswa.

Page 57: Usulan Tesis 2 (PDF)

C. Kerangka Pikir

Sebagai gambaran dari desain penelitian, yang digunakan sebagai

kerangka acuan sebagai upaya untuk menerjemahkan teori yang diajukan dalam

penelitian melalui pendugaan pengujian hipotesis serta untuk mengetahui

kekuatan pengaruh antara variabel motivasi belajar, gaya belajar dan kebiasaan

belajar dengan prestasi belajar, maka dapat digambakan hubungan variabel

tersebut sebagai berikut:

Gambar 01: Model Hubungan Antara Variabel

1.yr

2.yr

2.yr

3.yr

123.yR

X1 = Motivasi Belajar (variabel bebas)

X2 = Gaya Belajar (variabel bebas)

X3 = Kebiasaan Belajar (variabel bebas) dan

Y = Prestasi Belajar (variabel terikat)

X3

Y

X1

X2

Page 58: Usulan Tesis 2 (PDF)

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan dugaan yang logis mengenai hubungan

antara dua variabel yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji

(Sularso, 2003: 26). Sedangkan menurut Sugiyono (2012: 96) Hipotesis adalah

jawaban sementara terhadap rumusan penelitian, di mana rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Jadi, kebenaran sebuah penelitian dapat diperoleh jika dilakukan

berdasarkan prosedur penelitian yang ilmiah juga. Sehingga penelitian tersebut

dapat digunakan sebagai acuan serta mampu dipertanggungjawabkan. Salah satu

hal yang harus diperhatikan dalam penelitian kuantitatif adalah perumusan

hipotesis. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara motivasi

belajar, gaya belajr dan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar. Sedangkan

hipotsis yang dapat dirumuskan adalah:

1. Ada pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar

ekonomi siswa SMA Negeri 1 Suralaga.

2. Ada pengaruh yang signifikan gaya belajar terhadap prestasi belajar ekonomi

siswa SMA Negeri 1 Suralaga.

3. Ada pengaruh yang signifikan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar

ekonomi siswa SMA Negeri 1 Suralaga.

4. Ada pengaruh yang signifikan motvasi belajar, gaya belajar, dan kebiasaan

belajar terhadap prestasi belajar ekonomi siswa SMA Negeri 1 Suralaga.

Page 59: Usulan Tesis 2 (PDF)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Suralaga Kabupaten Lombok

Timur Tahun 2013. Adapun penelitian dilakukan selama 1 bulan mulai tangal 1-

30 Maret 2013.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif korelasional

(correlational research) dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut

Santosa (2011: 63) Penelitian deskriptif korelasional pada dasarnya merupakan

penelitian deskriptif yang diarahkan untuk mengetahui hubungan antara dua

hal/variabel atau lebih. Melalui studi korelasional dapat diketahui apakah satu

variabel berasosiari dengan variabel yang lain. Sedangkan menurut Arikunto

(2000: 326) Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.

Selanjutnya Menurut Gay (Sukardi, 2004: 166) penelitian korelasi merupakan

salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak

memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan

hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien

korelasi. Penelitian korelasional ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu

variabel dengan variabel-variabel lain. Hubungan dengan variabel lain dinyatakan

dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikansi) secara statistik.

Page 60: Usulan Tesis 2 (PDF)

Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau

hubungan sebab akibat dari suatu variabel terhadap variabel lainnya.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subyek

yang mempunyai kulaitas dan karakteristik tertentuk yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2012: 117). Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah SMA

Negeri 1 Suralaga, dengan jumlah 242 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2012: 118). Sedangkan menurut Arikunto (2002:

117) Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Jadi

sempel adalah bagian dari populasi yang mewakili dalam mengambil sebuah

kesimpulan.

Roscoe dalam buku Research Methods for Business (Sugiyono, 2012:

131) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk diteliti seperti

berikut ini:

a) Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah 30 sampai dengan

500.

Page 61: Usulan Tesis 2 (PDF)

b) Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai

negeri-swasta dan lain-lain) jumlah anggota sampel setiap kategori

minimal 30.

c) Bila dalam penelitian akan melukan analisis dengan multivariate

(korelasi atau regresi ganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10

kali dari jumlah variabel yang diteliti.

d) Untuk penelitian eksprimen yang sederhana, yang menggunakan

kelompok eksprimen dan kelompok control, maka jumlah anggota

sampel masing-masing antara 10 s/d 20.

Jadi, jumlah sampel yang representatif dalam penelitan ini adalah

dengan jumlah variabel penelitiannya ada 4 (3 independen + 1 dependen),

maka jumlah anggota sampel adalah 4 x 10 = 40 siswa.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan dalam pengembilan sample adalah simple

Random Sampling. Menurut Hasan (2000) Cara atau teknik ini dapat

dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum.

Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen populasi

tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya. Misalnya, dalam

populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang miskin, ada

manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Selama

perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta

perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting

dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka

Page 62: Usulan Tesis 2 (PDF)

peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Dengan demikian

setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih

menjadi sampel. Prosedurnya :

1. Susun sampling frame

2. Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil

3. Tentukan alat pemilihan sampel

4. Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi

D. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 118) “Variabel adalah objek

penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Variabel

penelitian dapat dibedakan menurut kedudukan dan jenisnya yaitu variabel

terikat dan variabel bebas. Variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel tersebut adalah:

1) Variabel Bebas (Independent Variable) terdiri dari Motivasi Belajar

(X1), Gaya Belajar (X2), dan Kebiasaan Belajar (X3)

2) Varibel Terikat (Dependent Variable), yaitu Prestasi Belajr (Y).

2. Definisi Operasional

1) Motivasi Belajar

motivasi belajar adalah segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong

atau memberikan semangat kepada seseorang yang melakukan kegiatan

Page 63: Usulan Tesis 2 (PDF)

belajar agar menjadi lebih giat lagi dalam belajarnya untuk memproleh

prestasi yang lebih baik lagi.

2) Gaya Belajar

Gaya belajar adalah sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai

begaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing

orang untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang

sulit dan baru memulai persepsi yang berbeda.

3) Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar adalah tingkah laku yang terbentuk karena dilakukan

berulang-ulang sepanjang hidup individu dan biasanya mengikuti cara

atau pola tertentu, sehingga akan terbentuk kebiasaan belajar.

4) Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha

belajarnya dan dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf, sebagai

cerminan kemampuannya menyerap pelajaran yang diberikan di sekolah

dalam jangka waktu tertentu.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Angket

Angket atau kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau dengan

permintaan pengguna (Widoyoko, 33: 2012). Sedangkan Menurut Sugiyono

(2012: 199) mengemukakan bahwa “Kuesioner merupakan teknik

Page 64: Usulan Tesis 2 (PDF)

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.

Metode angket digunakan untuk mengungkapkan data motivasi belajr, gaya

belajar dan kebiasaan belajar.

2. Dokumen

Sukmadinata (2011: 221) dokumenter merupakan (documentary

study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan

menganlisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun

elektronik. Suharsimi Arikunto (2006: 231) mengemukakan bahwa

“Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,

agenda, dan sebagainya”. Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengumpulkan data Ujian Akhir Semester Ekonomi (UAS) siswa SMA

Negeri 1 Suralga Kabupaten Lombok Timur Tahun Ajaran 2012/2013.

F. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat

digunakan peneliti untuk pengumpulan data. Metode (cara atau teknik) menunjuk

suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat

dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes),

dokumentasi dan lainya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan

tergantung dari masalah yang dihadapi. Dalam penelitian ini, instrument yang

digunakan dalam pengumpulan data tentang motivasi belajar, gaya belajar dan

Page 65: Usulan Tesis 2 (PDF)

kebiasaan belajar siswa SMA Negeri I Suralaga didapat melalui angket.

Sedangkan data tentang prestasi belajar siswa didapat melalui metode

dokumentasi yang berupa rekapitulasi hasil Ujian Akhir Semester (UAS).

Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert.

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Ridwan dan Sunarto, 2010:

20). Angket tersebut menggunakan 5 alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju,

ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Item-item tersebut dinilai dengan 5

skala pengukuran sebagai berikut :

1. Untuk jawaban sangat setuju (SS) mempunyai skor 5

2. Untuk jawaban setuju (S) mempunyai skor 4

3. Untuk jawaban ragu-ragu (RG) mempunyai skor 3

4. Untuk jawaban tidak setuju (TS) mempunyai skor 2

5. Untuk jawaban sangat tidak setuju (STS) mempunyai skor 1

G. Uji Validitas Dan Reliabilitas

1. Validitas

validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen

yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 2009,

167). Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis butir, yaitu

mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah

tiap skor butir. Untuk menguji tingkat validitas instrument dengan

Page 66: Usulan Tesis 2 (PDF)

menggunakan korelasi product moment. Adapun rumus Pearson adalah

sebagai berikut:

rxy = - ( )( )

√* ( ) * ( ) +

Keterangan:

rxy = Nilai kofisien korelasi

X = Skor butir

Y = Skor total

N = Jumlah responden

∑X = Jumlah kuadrat nilai X

∑Y = Jumlah kuadrat nilai Y

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan

bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban

tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan

menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang

benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan

sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel

artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Adapun cara yang peneliti

gunakan untuk menguji tingkat reliabilitas instrumen penelitian ini adalah

dengan menggunakan rumus Alpha. Dalam menghitung reliabilitas dengan

Page 67: Usulan Tesis 2 (PDF)

menggunakan teknik ini, peneliti harus melalui langkah yaitu membuat tabel

analisis butir soal atau butir pertanyaan. Dari analisis ini skor-skor

dikelompokkan menjadi dua berdasarkan belahan soal yaitu dengan teknik

belah awal-akhir. Langkah selanjutnya adalah mengkorelasikan skor-skor

belahan awal dan akhir, dan akan diperoleh harga. Oleh karena indeks

korelasi yang diperoleh baru menunjukkan hubungan antara dua belahan

instrumen, maka untuk memperoleh indeks reliabilitas soal masih harus

menggunakan rumus Alpha, yaitu :

)1)(1

(2

2

t

b

k

kr

Keterangan :

r = Koefisien reliabilitas instrumen yang dicari.

k = Jumlah butir pertanyaan (soal).

2b = Jumlah variansi butir

2t = Variansi total.

Setelah indeks reliabilitas soal diperoleh kemudian diuji dengan

kriteria reliabilitas sebagai berikut :

0.80 r 1.00 reliabilitas sangat tinggi

0.60 r 0.80 reliabilitas tinggi

0.40 r 0.60 reliabilitas sedang

0.20 r 0.40 reliabilitas sedang

0.00 r 0.20 reliabilitas sangat rendah

Page 68: Usulan Tesis 2 (PDF)

H. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari analisis

deskriptif, uji persyaratan analisis, dan analisis data. Analisis data perhitungan

menggunakan program SPSS 16.0.

1. Uji Prasyarat Analisis

Pada bagian ini akan dibicarakan persyaratan-persyaratan yang harus

dipenuhi apabila seseorang akan mengguanakan regresi linear untuk prediksi

atau untuk keperluan lain. Persyaratan-persyaratan itu ialah:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan pengujian apakah dalam sebuah regresi

variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi

normal atau mendekati normal. Uji persyaratan analisis menggunkaan uji

normalitas data dengan rumus Kolmogorov-Smirnov, dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a) Menentukan nilai z untuk tiap-tiap variabel, dengan rumus:

z =

keterangan:

X = Skor data variabel yang akan diuji normalitasnya

µ = Nilai rata-rata

S = Standar deviasi

b) Menentukan luas daerah masing-masing nilai z yang diperoleh.

c) Menentukan peluang harapan, yaitu 1/n dan mengakumulasikan nilai

peluang harapan untuk baris selanjutnya.

Page 69: Usulan Tesis 2 (PDF)

d) Mencari selirih antara luas daerah z dengan peluang harapan (nilai

mutlak)

e) Mencari nilai selisih terbesar, yang merupakan nilai K-S hitung.

f) Mencari nilai K-S tabel dengan rumus:

D =

g) Membandingkan antara K-S hitung dengan K-S tabel, dengan kriteria:

- Jika K-S hitung > K-S tabel berarti data tidak normal

- Jika K-S hitung < K-S tabel berarti data normal.

b. Uji linearitas

Pada analisis regresi mengharuskan adanya hubungan fungsional

antara X dan Y, pada populasi, yang linear. Dipenuhi atau tidaknya

persyaratan linearitas dapat dilihat dengan melukiskan diagram pencarnya

pada bidang bilangan. Kalau titik-titik pada diagram pencar itu terkumpul di

sepanjang garis lurus, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan fungsional

antara X dan Y adalah linear. Cara lain untuk melihat linearitas tersebut ialah

dengan menggambarkan diagram pencar antara residu versus Ŷ. Jika diagram

pencar tersebut tidak berpola, maka kesimpulannya bahwa hubungan

fungsionalnya linear (Budiyono, 2009: 261). Uji linearitas dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Fobs =

Keterangan:

Fobs = Harga bilangan F untuk garis regresi

Page 70: Usulan Tesis 2 (PDF)

RKTC = Rerata kuadrat tuna cocok

RKGM = Rerata kuadrat galat murni

Signifikan ditetapkan 5% sehingga apabila Fhiutng < Ftebel maka

dianggap pengeruh antara masing-masing variabel bebas dengan variabel

terikat adalah linear. Sebaliknya Fhitung > Ftebel maka tidak linear.

c. Uji Independensi

Persyaratan ini mengatakan bahwa nilai-nilai Y amatan pada X

tertentu harus saling independen. Untuk melakukan pemeriksaan apakah

independensi terjadi atau tidak, maka dapat dilihat dengan menggambarkan

residu-residu dengan urutan berdasarkan urutan nilai X. Jika terdapat suatu

pola pada plot residu-residu tersebut, maka itu menandakan bahwa

independensi tidak dipenuhi (Budiyono, 2009: 266)

2. Analisis Data

a. Koefisien Product Moment

Korelasi ganda (multiple correlation) merupakan angka yang

menunjukkan arah dan kuatnya hubungan anatara dua atau lebih variabel

independen secara bersama-sama dengan satu variabel dependen. Rumus

korelasi ganda 3 predikator adalah:

Ry(1,2,3) =

Keterangan:

Ry(1,2,3) = Korelasi antara variabel X1, X2, dan X3 secara bersama-

sama dengan variabel Y (Sugiyono, 2011:286).

Page 71: Usulan Tesis 2 (PDF)

Jadi, untuk dapat menghitung korelasi ganda, maka harus dihitung

terlebih dahulu korelasi sederhananya melalui korelasi Product Moment dari

Pearson.

b. Regresi Ganda

Analisis regresi linear ganda bertujuan untuk mencari bentuk

hubungan (relasi) linear antara variabel terikat Y dan k variabel bebas X1,

X2, dan X3. Maka, persamaan regresi untuk tiga predikator adalah:

Y = 𝛼 + β1X1 + β2X2 + β3X3

Keterangan:

Y = Prestasi Belajar

𝛼 = konstan regresi

β1β2β3 = koefisien regresi

X1 = Motivasi Belajar

X2 = Gaya Belajar

X3 = Kebiasaan Belajar (Ghozali, 2009: 13)

I. Hipotesis Statistik

Untuk menguji hipotesis dilakukan secara Uji Signifikan Paramter

Individual (Uji Statistik t) dan Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F).

1. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Staistik t)

Uji statistik (Uji-t) pada dasarnya untuk mengetahui seberapa jauh

pengaruh motivsi belajar, gaya belajar dan kebiasaan belajar terhadap prestasi

belajar dengan menganggap variabel independen lainnya konstan.

Page 72: Usulan Tesis 2 (PDF)

H0: β1 = 0 dan H1 = β1≠ 0

Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

1. Pilih level of significanc, α = 5% dengan tingkat kenyakinan sebesar 95%

dengan ttabel = n – k – 1, artinya bahwa kemungkinan penyimpangan atau

kesalahan yang ditoleransi sebesar 5% dan derajat kebenarannya adalah

95%.

2. Uji statistik t (Ghozali, 2009: 17) yang dirumuskan:

t =

( )

keterangan:

β1 = Koefisien parameter

se(β1) = Standard error koefisien parameter.

3. Kriteria Pengujian

1) Jika thitung < ttabel, Ho diterima dan Ha ditolak, artinya motivasi

belajar, gaya belajar, dan kebiasaan belajar secara parsial tidak

berpengaruh terhadap prestasi belajar.

2) Jika thitung > ttabel, Ho ditolak dan Ha diterima, artinya motivasi

belajar, gaya belajar, dan kebiasaan belajar secara parsial

berpengaruh terhadap prestasi belajar.

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji Statistik F (Uji F) pada dasarnya untuk mengetahui apakah semua

variabel independen, yaiatu: (motivasi belajar, gaya belajar, dan kebiasaan

belajar) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengeruh secara

Page 73: Usulan Tesis 2 (PDF)

bersama-sama atau simultan terhadap prestasi belajar. Hipotesis Nol adalah

joint hipotesis bahwa β1β2β3……..βk

H0 : β1 = β2 = β3 =……… = βk = 0

Langkah-langkah perhitungan Uji F sebagai berikut:

1. Dipilih level of significance, α = 5% dengan tingkat kenyakinan 95%,

dengan Ftabel = n – k – l; n = jumlah anggota sampel (responden).

2. Uji statistik F (Ghozali, 2009: 17) yang dirumuskan :

F = ( )

( ) ( )

Keterangan:

R = Koefisien korelasi ganda

k = Jumlah variabel independent

n = Jumlah anggota sample

3. Kriteria Pengujian

1) Jika Fhitung < Ftabel : Ho diterima dan Ha ditolak, artinya motivasi

belajar, gaya belajar, dan kebiasaan belajar secara simultan tidak

berpengaruh terhadap prestasi belajar.

2) Jika Fhitung > Ftabel : Ho ditolak dan Ha diterima, artinya motivasi

belajar, gaya belajar, dan kebiasaan belajar berpengaruh secara

simultan terhadap prestasi belajar.

Page 74: Usulan Tesis 2 (PDF)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadis dan Nurhayati. (2010). Psikologi dalam Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Anurrahman. (2009) . Belajar dan Pembelajran. Bandung: Alfabeta.

Arthur J. Gates, et. Al. (1954). Educational Psychology. New York: The

MacMillan Company.

Asrori, Muhammad. (2008). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana

Prima.

Baharuddin. (2010). Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar-

Ruzz Media

Budiningsih Asri. (2005). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiyono. (2009). Statistik Untuk Penelitian. Edisi Ke-2. Surakarta: UPT.

Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press).

DePoter dan Hernacki. (2011). Quantum Learning. Bandung: Mizan Pustaka.

Dimyanti dan Mujiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Djaali. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ghufron dan Risnawita. (2012). Gaya Belajar: Kajian Teoritik. Jogjakarta:

Pustaka Pelajar.

. (2010). Teori-teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Gie, The Liang. (1985). Cara Belajar yang Efisien. Jogjakarta: Pusat Kemajuan

Study.

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Imam Gahozali. (2009). Ekonometrika Terori, Konsep dan Aplikasi dengan

SPSS 17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Lefrancois, G. R. (2000). Psychology for Teaching. London: Thomson Learning.

Mahmud. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Page 75: Usulan Tesis 2 (PDF)

Muhibbin Syah. (2011). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.

Bandung; PT.Remaja Rosdakarya.

. (2012). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Munandir. (2009). Kapita Selekta Pendidikan Acuan Khusus Pembelajaran dan

Bimbingan. Jakarta: Publisher.

Mustafa, Hasan. (2000). Teknik Sampling. Tidak diterbitkan.

Nana Sudjana. (2010). Dasar-dasar dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodiah Sukmadinata. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. (2010). Psikologi Belajar Dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Purwa Atmaja Prawira. (2012) . Psikologi Pendidikan dalam Perspektif baru.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Purwanto Ngalim. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ridwan dan Sunarto. H. (2010). Pengantar Statistik, Untuk Penelitian

Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, Dan Bisnis. Bandung:

Alfabeta.

Russel, Lou. (2012). The Accelerated Learning Fieldbook. Bandung: Penerbit

Nusa Media.

Sigit, Santosa. (2011). Penelitian Pendidikan. Surakarta: UPT Penerbiat dan

Percetakan UNS (UNS Press).

Slameto. (2010). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sopiatin dan Sahrani. (2011). Psikolog Belajar dalam Perspektif Islam. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Sri Anitah. (2011). Media Pembelajaran. Surakarta: Sebelas Maret University

Press.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Page 76: Usulan Tesis 2 (PDF)

. (2000). Manajemen Peneltian. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran Tori dan Konsep

Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Smaldino, dkk. (2011). Instructional Technology and Media for Learning.

Jakarta: Kencana.

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sularso, Sri. (2003). Metode Penelitian Akuntansi Sebuah Pendekatan

Replikasi. Yogyakarta: BPFE

Sumardi, Suryabrata. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.

.(2011). Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sutrisno Hadi. (1984). Metodologi Research, jilid II. Yogyakarta: Yayasan

Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

Syaiful, Sagal. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Widoyoko, Eko Putro. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yusuf Munawir. (2007). Mengatasi Kebiasaan Buruk Anak dalam Belajar

Melalui Pendekatan Modifikasi Perilaku. Departemen Pendidikan.