Usulan Proyek Kultur Jaringan 1
-
Upload
ahmadmustaqim -
Category
Documents
-
view
22 -
download
8
Transcript of Usulan Proyek Kultur Jaringan 1
Berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999 yang dikeluarkan
pada tanggal 27 Januari 1999 menyatakan bahwa anggrek
hitam merupakan tanaman anggrek yang dilindungi
keberadaannya. Lebih lanjut lagi Gunadi (1986) menyatakan
bahwa anggrek hitam sudah langka sekali atau hampir punah
karena itu perlu dilestarikan sehingga untuk mempertahankan
keberadaannya perlu dicari alternatif untuk memperbanyak
atau membudidayakan tanaman tersebut.
Tanaman anggrek termasuk anggrek hitam dapat
dibiakkan secara vegetatif dan generatif. Secara generatif
anggrek tersebut berasal dari biji dan dapat tumbuh jika
bersimbiosis Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II
2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008 ISBN : 978-
979-1165-74-7 III-2
dengan mikoriza, hal tersebut disebabkan biji anggrek
hanya mengandung embrio dan testa (pelindung embrio)
tanpa cadangan makanan atau endosperm yang
menyebabkan biji anggrek sulit berkecambah (Thompson,
1980 dalam Untari, 2003). Salah satu alternatifnya mengatasi
hal tersebut adalah melalui teknik kultur jaringan.
Kultur jaringan merupakan suatu teknik untuk
mengisolasi bagian tanaman (eksplan) seperti protoplasma,
sel, jaringan dan organ, kemudian menumbuhkannya pada
media buatan dalam kondisi aseptik. Teknik ini akan
membuka peluang untuk memperbanyak tanaman anggrek
dan memperoleh bibit anggrek yang bebas hama serta
penyakit yang berkualitas baik. Untuk meningkatkan produksi
anggrek hitam ini secara kualitatif dan kuantitatif dengan
teknik kultur in vitro dapat dilakukan dengan memodifikasi
media. Untari, et. al. (2002) menyatakan media dasar yang
cocok digunakan untuk kultur jaringan tanaman anggrek
hitam adalah media Vacin-Went (VW) yang telah dimodifikasi
dengan penambahan gula pasir, air kelapa, dan agar.
1
Demasabu, et. al. (1998) menyatakan bahwa penambahan air
kelapa pada anggrek Vanda meningkatkan jumlah tunas dan
berat bibit. Lebih lanjut lagi Widiastoety dan Syafril (1993)
menemukan bahwa pemberian air kelapa 150 ml/l ditambah
sukrosa 20 g/l dalam media kultur memberikan hasil yang baik
terhadap protocorm like bodies (plbs) anggrek Dendrobium.
Selain media, faktor lain yang menentukan keberhasilan
kultur jaringan adalah zat pengatur tumbuh. Zat pengatur
tumbuh yang banyak digunakan adalah sitokinin (BAP) dan
auksin (NAA). BAP berfungsi merangsang pembelahan sel
dalam jaringan yang dibuat eksplan dan meransang
pertumbuhan tunas, sedangkan NAA merupakan golongan
auksin yang berfungsi dalam menginduksi pemanjangan sel,
mempengaruhi dominansi apikal, penghambatan pucuk aksilar
dan adventif, serta inisiasi pengakaran (Wattimena et. al.,
1992). Berkaitan dengan hal tersebut perlu diadakan
penelitian pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh Benzyl
Amino Purine (BAP) dan Napthalene Acetic Acid (NAA)
terhadap pertumbuhan tanaman anggrek hitam (C. pandurata
Lindl.).
A. TUJUAN
Adapun tujuan dari pelaksanaan penilitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mencegah terjadinya kepunahan spesies ini, maka
harus diupayakan teknik budidaya yang tepat untuk
menyediakan tanaman-tanaman baru anggrek hitam
secara cepat dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
b. Untuk melanjutkan penelitian sebelumnya dengan sedikit
perbedaan pemberian kadar kosentrasi Hormon tumbuh.
c. Sebagai tugas proyek kultur jaringan 1
2
I. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan antara lain:
a. Penelitian pengaruh NAA dan BAP dengan penambahan air
kelapa pada pertumbuhan anggrek hitam dilakukan secara in
vitro
b. Planlet yang digunakan berasal dari SK 1 yang sudah
ditumbuhkan didalam botol kutur sebelumnya
c. Penelitian ini berfokus pada pertumbuhan tunas maupun akar
d. Waktu peelitian dilakukan mulai dari SK 2 sampai Aklimatisasi
e. Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian sebelumnya yaitu
hasil penelitian oleh Rini Untari, S.Hut (Jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB 2003 ) , serta
buku-buku/referensi :
1. TEKNIK KULTUR JARINGAN oleh ir. Daisy p. Sriyanti
Hendaryono dan ir. Ariwijayani
2. KULTUR JARINGAN TANAMAN oleh Untun Santoso dan
fatimah Mursandi
3. DASAR-DASAR PENGETAHUAN TENTANG ZAT PENGATUR
TUMBUH oleh ir. Zaenal abidin
4. TEKNIK KULTUR JARINGAN IN VITRO DALAM HORTIKULTURA
OLEH Dr. Ir. Livy winata Gunawan
5. KIAT MEMILIH TANAMAN BUAH oleh Ade Iwan Setiawan
II. RANCANGAN PERCOBAAN
BAP/
NAA
0 1.5 2 2.5
0 (0,0) (0.1.5) (0.2) (0.2.5
)
1.5 (1.5,0
)
(1.5,1.
5)
(1.5,
2)
(1.5,2.
5)
2 (2,0) (2,1.5) (2,2) (2,2.5
3
)
2.5 (2.5,0
)
(2.5,1.
5)
(2.5,
2)
(2.5,2.
5)
Pengulangan di lakukan sebanyak 4 kali dengan kombinasi
perlakuan sebanyak 16 kombinasi.
III. ANALISIS
A. Kebutuhan dalam pelaksanaan in vitro
- MS0 1 L
- BAP
- NAA
- Air kelapa
- Arang aktif
- Planlet SK 1 2 botol
- Tissue
- Kertas label
- Aquadest
- Alkohol
B. Kebutuhan dalam pelaksanaan ex vitro (aklimatisasi)
- Deterjent
- Bakterisida
- Fungisida
- Larutan IBA
- Arang
- Pakis
- Pecahan genteng, batu-bata, gabus
C. Cara kerja
4
a. Sterilisasi alat-alat penanaman.
Alat-alat disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada
tekanan 15 psi suhu 121oC selama 30 menit sedangkan
eksplan yang digunakan sudah steril sehingga tidak
diperlukan sterilisasi.
b. Penanaman (Okulasi)
Penanaman eksplan dilakukan dalam Laminar air flow
cabinet yang sebelumnya dibersihkan dengan alkohol 70%
dan disterilkan dengan lampu ultra violet (UV) selama 1
jam.
c. Pemeliharaan
Tabung kultur yang telah ditanami eksplan, disusun
dipelihara pada suhu 25oC dengan tetap menjaga
kelembaban relatif 65 ± 5%, dibawah penerangan lampu
sebesar 3000 lux selama 16 jam perhari.
d. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama 16 minggu setelah tanam
(MST) dan parameter yang diamati adalah: jumlah junas,
jumlah daun, jumlah akar dan tinggi tanaman.
IV. JADWAL KEGIATAN
(Lihat lampiran...hal.6)
V. TINJAUAN PUSTAKA
Arditti, J., R. Ernst. 1992. Micropropagation of Orchids. Departement of Developmental and Cell Biology. New York : University of California, Irvine.
Demasabu, Sofia, Doodoh B. dan Kojoh, D. 1998. Penggunaan Limbah Air Kelapa dan Bahan Substitusi Agar pada Kultur Jaringan Pisang, Krisan dan Anggrek. Manado : Universitas Sam Ratulangi.
5
Gunadi, T. 1977. Mengenali Anggrek. Dasar-dasar Perawatan dan Pemeliharaan. Bandung : PAI Bandung.
Heddy S. 1991. Hormon Tumbuhan. Jakarta : Rajawali
Krikorian, A.D. 1995. Hormones in Tissue Culture and Mikropropagation. Netherlands : Davies, P.J. (ed) Plant Hormones Kluwer Academic.
Sastrapraja dan Setiyani. 1979. Anggrek Indonesia. Bogor : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Untari, R. 2003. Pengaruh Jenis Media Organik dan NAA terhadap Pertumbuhan Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) di dalam Kultur In Vitro. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Wattimena, G. A., Gunawan, L.W. Mattjik, N.A. Syamsudin, E. Wiendi, N.M.A. Ernawati, A.. 1992. Bioteknologi Tanaman. Bogor : Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.
Widiastuty, D. dan Marwoto, B. 2007. Pengaruh Berbagai Sumber Arang dalam Media Kultur In Vitro Terhadap Pertumbuhan Plantlet Oncidium. Cianjur : Balai Penelitian Tanaman Hias.
6