USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA …eprints.ums.ac.id/32355/17/02. Naskah Publikasi.pdfsalah satu...
Transcript of USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA …eprints.ums.ac.id/32355/17/02. Naskah Publikasi.pdfsalah satu...
USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING
DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL
(Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
DisusunOleh:
Dewantara Jangga Saputra
D 600.100.030
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
USULAN PERBAIKAN STASIUN KERJA MENCANTING
DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSCULOSKELETAL
(Studi Kasus: Batik Gress Tenan)
Dewantara Jangga S, Mila Faila Sufa1, Indah Pratiwi
2
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102 Telp 0271 717417
Email: [email protected]
ABSTRAK
Griya Batik Gres Tenan merupakan perusahaan yang memproduksi batik dari printing maupun tulis. Untuk batik tulis
salah satu proses produksinya adalah mencanting yang dilakukan pekerja dengan posisi duduk pada dingklik dan
kain yang akan dicanting diletakkan di atas gawangan. Pekerja akan melakukan pekerjaan mencanting dalam waktu
lebih dari tujuh jam. Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan keluhan musculoskeletal disorders yang akan
berpengaruh terhadap kesehatan, keselamatan dan produktivitas pekerja. Pada penelitian ini digunakan metode
NBM dan QEC untuk mengetahui keluhan MSDS, serta menggunakan data antropometri untuk merancang ulang
stasiun kerja. Langkah selanjutnya yaitu menguji kembali rancangan stasiun kerja menggunakan NBM dan QEC.
Dari penelitian ini, diketahui bahwa skor akhir NBM operator 1 dan 2 adalah 64 dan 64 dimana masuk dalam
kategori sedang. Ada beberapa keluhan yang dirasakan pekerja pada bagian tubuh, bagian tubuh tersebut antara lain
bagian pinggang, pinggul, siku kiri, pergelangan tangan kanan, tangan kanan, paha kiri, paha kanan, lutut kiri, betis
kiri, betis kanan, pergelangan kaki kanan, pergelangan kaki kiri, kaki kanan. Setelah dilakukan rancangan baru
didapat skor ahhir 48 dan 49 dalam kategori rendah sehingga keluhan yang dirasakan pekerja dapat berkurang.
Namun pada bagian tangan kanan dan siku kanan masih mengalami keluhan, hal tersebut mungkin dikarenakan
bagian tangan kanan merupakan bagian paling aktif saat mencanting. Hasil dari perhitungan QEC didapatkan skor
akhir operator 1 dan 2 adalah 96 dan 107 yang masuk dalam action level 3 dimana perlu investigasi lebih lanjut dan
dilakukan penanganan dalam waktu dekat. Setelah perancangan didapatkan skor akhir 88 dan 88 yang masuk dalam
actio level 2 dimana masih perlu investigasi lebih lanjut.
Kata Kunci: NBM, QEC, Rancangan, Antropometri
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Ekonomi kreatif yang saat ini sedang berkembang adalah kerajinan Batik. Batik merupakan warisan budaya
bangsa Indonesia yang memiliki nilai seni tinggi dan tidak dimiliki oleh bangsa lain. Namun karena kurangnya
kesadaran masyarakat atas budaya bangsa, akhir-akhir ini batik diklaim negara lain sebagai budaya mereka. Ada
beberapa jenis batik yang ada di indonesia antara lain, batik khas Solo, Yogyakarta, Cirebon, Pekalongan, Madura,
dan lainnya baik dari Jawa maupun luar Jawa.
Kampoeng Batik Laweyan merupakan salah satu sentral pembuatan batik yang ada di Solo dan sudah berdiri
cukup lama. Jenis batik yang dibuat antara lain batik tulis dan batik cap. Untuk pengerjaannya batik tulis semua
proses dilakukan secara manual dari membuat pola sampai pemberian warna sedangkan batik cap dilakukan dengan
mengunakan alat sehinnga pengerjaan batik cap lebih cepat. Batik Gress Tenan merupakan salah satu industri
kreatif yang berdiri di Kampoeng Batik Laweyan serta merupakan satu industri kreatif unggulan. Mutu produk dan
kualitas pelayanan jasa menjadikan batik Gress Tenan mampu bersaing dengan industri kreatif batik lainnya. Batik
cap, batik tulis, dan kombinasi cap dengan tulis merupakan produk unggulan Batik Gress Tenan. Banyak industri
batik lain menghentikan produksi dan berfokus pada konveksi dikarenakan sulitnya pembuatan batik khususnya
batik tulis. Batik tulis dibuat dengan waktu yang lama dan memerlukan keahlian khusus. Proses pembuatan gambar
untuk ukuran kain mori 2m x 1m memerlukan waktu kurang lebih satu minggu, sehingga untuk pembuatan sampai
menjadi produk batik sekitar 3 minggu sampai satu bulan tergantung motif yang dibuat.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat diperoleh rumusan masalah yaitu :
a. Keluhan apa saja yang dialami operator canting dilihat dari moskuloskeletal disourders (MSDs)?
b. Bagaimana merancang stasiun kerja mencanting guna meningkatkan kenyamanan bagi pekerja di perusahaan
Batik Gress Tenan?
Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Penelitian ini dilakukan pada operator yang melakukan aktivitas mencanting pada industri pembuatan batik.
b. Perancangan tidak membahas aspek kelayakan ekonomi dari proses produksi.
Tujuan Masalah
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengidentifikasi keluhan Musculoskeletal Disorders yang dirasakan operator di stasiun mencanting.
2. Melihat keluhan musculosceletalmenggunakan metode NBM dan QECsebelum dan sesudah perancangan.
3. Membuat alat bantu untuk operator mencanting.
4. Melihat perbandingan stasiun kerja sebelum dan sesudah perancangan .
LANDASAN TEORI
Ergonomi
Menurut Nurmianto (2004) Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi kesehatan, keselamatan
dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan di tempat rekreasi. Di dalam ergonoi dibutuhkan studi
tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungan saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu
menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya
Antropometri
Menurut Wignjosoebroto, 1995 istilah antropometri berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan
"metri" yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan
dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi,
lebar) berat, yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Musculoskeletal Disorders (MSDS) Musculoskeletal Disorders atau disingkat MSDs adalah cidera atau gangguan pada jaringan lunak (seperti
otot, tendon, ligament, sendi, dan tulang rawan) dan sistem saraf dimana cidera atau gangguan ini dapat
mempengaruhi hampir semua jaringan termasuk saraf dan sarung tendon (OSHA, 2000).
Nordic Body Map (NBM)
Kelelahan maupun ketidaknyamanan akibat pekerjaan yang berulang-ulang sering terjadi di tempat kerja.
Hal –hal yang menyebabkan terjadinya resiko tersebut adalah:
1. Static positions (posisi yang tetap)
2. Body movements (pergerakan tubuh)
3. Handling – lifting (pengangkatan dan penanganan benda)
4. Pulling and carrying loads (pekerjaan menarik, mendorong, dan mengangkat beban)
5. Use of a localised force (penggunaan gaya setempat)
6. Repeated efforts (usaha yang berulang – ulang)
7. Energy expenditure (pengeluaran energi yang berlebihan) (Widodo, 2009).
Quick Exposure Checklist (QEC)
Quick Exposure Checklist (QEC) merupakan suatu metode untuk penilaian secara cepat
resiko-resiko terjadinya Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) (Li and Buckle,
1999).
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada stasiun kerja mencanting pembuatan batik di Batik Gress
Tenan yang terletak di Kampoeng Batik Lawean. Pada tahap pertama peneliti melakukan pengamatan
mengenai keluhan Musculoskeletal Disorders yang berada di Batik Gress Tenan khususnya pada stasiun canting,
selanjutnya akan dilakukan identifikasi guna mengetahui keluhan-keluhan bagian tubuh opertor seperti rasa pegal
dan kram otot. Untuk pengumpulan data pengamat melakukan observasi selama 1 minggu, melakukan wawancra
kepada operator untuk mengetahui apakah mengalami keluhan-keluhan pada saat bekerja, mengambil dokumentasi
guna mengetahu posisi kerja dan meminta operator untuk melakukan pengisian kuesioner untuk mengetahui
keluhan-keluhan yang dirasakan pada bagian tubuh. Setelah mendapatkan data kuesioner QEC dan NBM selanjutnya mengolah data tersebut untuk mengetahui
keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pekerja. Dalam hal ini QEC untuk mengetahui keluhan tubuh bagian atas
sedangkan NBM mengetahui keluhan untuk seluruh bagian tubuh. Setlah hsil akhir diketahui dilakukan penarikan
kesimpulan secara keseluruhan dari hasil yang didapatkan dari beberapa tahan penelitian yang telah dilakukan.
Penarikan kesimpulan merupakan jawaban dari permasalahan yang ada pada penelitian. Selain itu juga memberikan
18,4°
saran dan solusi sebagai masukan positif guna perbaikan permasalahan. Kerangka pemecahan masalah dapat dilihat
pada gambar 3.1:
Gambar 3.1. Kerangka Pemecahan Masalah
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan Data
Analisa Kuesioner Quick Eksposure Checklist (QEC)
Gambar 4.1 Aktivitas kerja pencantingan operator 1 Gambar 4.2 Aktivitas kerja pencantingan operator 2
Tabel 4.1 Penilaian pekerjaan mencanting operator 1
Punggung
Postur Punggung (A) & Berat (H)
A1 A2 A3
H2 4 6 8
H1 2 4 6
H3 6 8 10
H4 8 10 122
Bahu / Lengan Tangan
Skor 1
A1 A2 A3
J2 4 6 8
J1 2 4 6
J3 6 8 106
Skor 2
Postur Punggung (A) & Durasi (J)
Durasi (J) & Berat (H)
J1 J2 J3
B1 B2
J2 4 6
J1 2 4
J3 6 88
Skor 4
Postur Statis (B) & Durasi (J)
Untuk pekerjaan statis gunakan
scoring 4
B3 B4 B5
H2 4 6 8
H1 2 4 6
H3 6 8 10
H4 8 10 12Skor 5
Frekuensi (B) & Berat (H)
H2 4 6 8
H1 2 4 6
H3 6 8 10
H4 8 10 126
Skor 3
B3 B4 B5
J2 4 6 8
J1 2 4 6
J3 6 8 10Skor 6
Frekuensi (B) & Durasi (J)
Total skor punggung = Total skor
1-4 atau total skor 1-3 ditambah
skor 5 dan 6
Untuk pekerjaan manual handling
gunakan scoring 5 dan 6
22
C1 C2 C3
H2 4 6 8
H1 2 4 6
H3 6 8 10
H4 8 10 124
Skor 1
Tinggi (C) & Berat (H)
Tinggi (C) & Durasi (J)
C1 C2 C3
J2 4 6 8
J1 2 4 6
J3 6 8 108
Skor 2
J1 J2 J3
H2 4 6 8
H1 2 4 6
H3 6 8 10
H4 8 10 126
Skor 3
Durasi (J) & Berat (H)
D1 D2 D3
H2 4 6 8
H1 2 4 6
H3 6 8 10
H4 8 10 122
Skor 4
Frekuensi (D) & Berat (H)
Frekuensi (D) & Durasi (J)
D1 D2 D3
J2 4 6 8
J1 2 4 6
J3 6 8 106
Skor 5
Total skor Bahu/lengan tangan =
Total skor 1-5
26
Pergelangan Tangan Leher
Gerakan Berulang (F) &
Kekuatan (K)
F1 F2 F3
K2 4 6 8
K1 2 4 6
K3 6 8 104
Skor 1
Gerakan Berulang (F) & Durasi
(J)
F1 F2 F3
J2 4 6 8
J1 2 4 6
J3 6 8 108
Skor 2
Durasi (J) & Kekuatan (K)
J1 J2 J3
K2 4 6 8
K1 2 4 6
K3 6 8 106
Skor 3
Postur Pergelangan Tangan (E)
& Kekuatan (K)
E1 E2
K2 4 6
K1 2 4
K3 6 82
Skor 4
Postur Pergelangan Tangan (E)
& Durasi (J)
E1 E2
J2 4 6
J1 2 4
J3 6 86
Skor 5
Total skor Pergelangan tangan =
Total skor 1-5
26
Postur Leher (G) & Durasi (J)
G1 G2 G3
J2 4 6 8
J1 2 4 6
J3 6 8 1010
Skor 1
Kebutuhan Visual (L) & Durasi
(J)
L1 L2
J2 4 6
J1 2 4
J3 6 88
Skor 2
Total skor Leher = Total skor 1-2
18
Mengemudi
M1 M2 M3
1 4 9
Getaran
1Skor Mengemudi
N1 N2 N3
1 4 9
1Skor Getaran
Kecepatan Kerja
P1 P2 P3
1 4 9
1Skor Kecepatan Kerja
Stress
Skor Stress
Q1 Q2 Q3 Q4
1 4 9 16
1
Tabel 4.2 Penilaian pekerjaan mencanting operator 2
Rekapitulasi Kuesioner QEC
Setelah pengisian kuesioner operator dan kuesioner pengamat selanjutnya akan dilakukan rekap pada tabel
rekapitulasi sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Pengamat Tabel 4.4 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Operator
Tabel 4.5 Skor QEC Stasiun Kerja Pencantingan Operator 1
Total Skor QEC = Skor (punggung + bahu/lengan + pergelangan
tangan + leher+ mengemudi + getaran + kecepatan kerja + stress) = 22 + 26 + 26 + 18 + 1 + 1 + 1 + 1 = 96
Tabel 4.6 Skor QEC Stasiun Kerja Pencantingan Operator 2
Total Skor QEC = Skor (punggung + bahu/lengan + pergelangan tangan + leher+ mengemudi + getaran + kecepatan
kerja + stress) = 22 + 34 + 26 + 18 + 1 + 1 + 4 + 1 = 107
Setelah dilakukan perhitungan dalam lembar skor QEC, selanjutnya merekapitulasikan exposure score yang terdapat
pada tabel di bawah:
Tabel 4.7 Nilai Exposure Score Pekerjaan Tabel 4.8 Nilai Exposure Score Faktor Lain
Tabel 4.9 Kategori Exposure level Tabel 4.10 Exposure level Faktor Lain
Tabel 4.11 Skor dan penanganan hasil QEC
Dari hasil perhitungan skor QEC dilakukan ternyata diperoleh action level 3 pada aktivitas kerja Mencanting. Hal
tersebut membuktikan bahwa diperlukan investigasi lebih lanjut dan dilakukan penanganan dalam waktu dekat.
Analisa Kuesioner Nordic Body Map (NBM)
Tabel 4.12 Skor Keluhan Bagian Tubuh
Tabel 4.13 Tingkat resiko dilihat dari total skor
Perancangan Stasiun Kerja Mencanting
Tabel 4.14 Data Antropometri Dimensi Tubuh Wanita
93,6
8 c
m
34
,
51
cm
39
,27
cm
69
,4 c
m
47,8 cm
33
,
47
cm
15
0cm
Dimensi Perancangan Sesuai Data Antropometri
Untuk melakukan perancangan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, dimana setiap dimensi ukuran meja, kursi,
dan tatakan kompor harus sesuai dengan dimensi tubuh. Sehingga, akan didapatkan hasil perancangan yang
ergonomis dan nyaman untuk digunakan.
Tabel 4.15 Pedoman Penentuan Dimensi Meja, Kursi, dan Tatakan kompor
Tabel 4.16 Ukuran Perancangan Meja, Kursi, dan Tatakan kompor
Hasil Stasiun Kerja Rancangan
Gambar 4.5 Desain baru stasiun kerja mencanting
Analisa Data Kuesioner Setelah Dilakukan Perancangan
Analisa Kuesioner Quick Eksposure Checklist (QEC)
Operator Mencanting 1
Berikut adalah hasil dari analisis menggunakan QEC dan NBM setelah dilakukan perancangan stasiun kerja baru :
Tabel 4.17 Skor dan Penanganan Hasil QEC
Dari hasil perhitungan skor QEC dilakukan ternyata diperoleh action level 2 pada aktivitas kerja Mencanting. Hal
tersebut membuktikan bahwa masih perlu investigasi lebih lanjut lanjut.
55 c
m
160
cm
22 cm
11
cm
30 c
m
Analisa Kuesioner Nordic Body Map (NBM)
Tabel 4.18 Skor Keluhan Bagian Tubuh Setelah Desain
Dari pengisian kuesioner yang dilakukan operator mencanting didapatkan skor 3 atau dikatakan sakit pada bagian
tangan kanan dan siku kanan. Berikut adalah tabel tingkat resiko berdasarkan skor :
Tabel 4.19 Tingkat resiko dilihat dari total skor
Perbandingan Stasiun Kerja Aktual Dengan Stasiun Kerja Rancangan
Gambar 4.9 Desain aktual pada stasiun mencanting Gambar 4.10 Stasiun kerja mencanting baru
Tabel 4.20 Perbandingan skor akhir QEC sebelum dan sesudah perancangan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa skor akhir menggunakan QEC mengalami peningkatan dimana dari action
level 3 menjadi action level 2. Namun perubahan tersebut masih belum sesuai dengan yang diinginkan karena masih
perlu investigasi lebih lanjut. Hal tersebut mungkin dikarenakan masih ada beberapa hal yang harus dikaji misalnya
metode kerja maupun hal lain yang berpengaruh terhadap pekerjaan mencanting.
Tabel 4.21 perbandingan keluhan bagian tubuh sebelum dan sesudah perancangan
Dari tabel perbandingan keluhan tubuh dapat diketahui bahwa setelah dilakukan perancangan terjadi perubahan
yang dirasakan oleh operator. Dimana keluhan yang sebelumnya dirsakan operator 1 yaitu pada bagian tangan
kanan, pinggang, paha kiri, paha kanan, lutut kiri, betis kiri dan kaki kanan dapat berkurang walaupun masih ada
dua bagian yang memiliki skor 3 yaitu bagian siku kanan dan tangan kanan. Sedangkan operator 2 yang pertama
mengalami keluhan pada bagian pinggang, pinggul, siku kiri, pergelangan tangan kanan, paha kanan, paha kiri,
pergelangan kaki kiri dan kaki kanan juga dapat berkurang dan sama halnya pada operator 1 pada bagian siku kanan
dan tangan tangan masih memiliki skor 3.
Ntuk skor akhir NBM terjadi perubahan yang awalnya operator 1 didapat skor 64 dalam kategori sedang menjadi 48
dalam kategori rendah. Sedangkan operator 2 dari skor total 64 dalam kategori sedang menjadi 49 dalam kategori
rendah.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian musculosceletal yang dilakukan terhadap operator mencanting dengan metode NBM
dan QEC maka diperoleh hasil akhir sebagai berikut :
1. Hasil penilaian keluhan operator menggunakan metode NBM setelah dan sesudah perancangan adalah sebagai
berikut:
Sebelum perancangan operator 1 dengan total skor 64 yang termasuk dalam tingkat resiko sedang, dimana
keluhan yang dirasakan operator yaitu pada pinggang, tangan kanan, paha kanan, paha kiri, lutut kiri, betis kiri,
betis kanan dan kaki kanan. Namun setelah dilakukan perancangan total skor berkurang menjadi 48 yang
termasuk dalam tingkat resiko rendah, dimana masih ada keluhan pada bagian siku kanan dan tangan kanan.
Untuk operator 2 didapat total skor 64 yang termasuk dalam tingkat resiko sedang, dimana keluhan yang
dirasakan operator yaitu pada bagian pinggang, pinggul, siku kiri, pergelangan tangan kanan, paha kiri, paha
kanan, pergelangan kaki kiri, pergelangan kaki kanan dan kaki kanan. Setelah dilakukan perancangan skor totel
berkurang menjadi 49 yang termasuk dalam resiko rendah, dimana masih ada dua keluhan yaitu pada bagian siku
kanan dan tangan kanan.
2. Hasil penilaian aktivitas operator mencanting menggunakan metode QEC sebelum dilakukan perancangan
diperoleh Action level 3 antara operator 1 dan operator 2. Berdasarkan hasil tersebut maka perlu dilakukan
investigasi lebih lanjut dan penanganan dalam waktu dekat. Setelah dilakukan perancangan ternyata bisa naik
satu peringkat ke action level 2 untuk operator 1 dan 2, dimana pada level 2 masih memerlukan investigasi lebih
lanjut. Dari hasil tersebut mungkin harus dilakukan penelitian lebih lanjut antara lain pada metode kerja ataupun
pada hal-hal yang mungkin mempengaruhi operator saat melakukan pekerjaan supaya dapat mencapai hasil akhir
pada action level 1.
Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ada beberapa masukan dari peneliti mengenai perancangan stasiun
kerja mencanting sebagai berikut:
1. Untuk Batik Gress Tenan diharapkan dapat lebih memperhatikan kenyamanan operator.
2. Dari hasil penelitian menggunakan metode QEC, NBM dan perbaikan stasiun kerja diharapkan dapat dipakai
sebagai masukan untuk peneliti lain.
3. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menghasilkan rancangan yang lebih bagus dan dapat benar-benar
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Li, G., Buckle, P., 1999, “The development of the Quick Exposure Check (QEC) for assessing exposure to risk
factors for work-related musculoskeletal disorders”. University of Surrey, Guildford
Nurmianto, E., 2004, “Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya”, Guna Widya, Surabaya.
OSHA., 2000, “Ergonomics: The Study of Work”, U.S.Department of Labour.
Widodo, E.M., 2009, “Analisis Postur Kerja Operator Mesin Split pada Proses PembuatanKuit Jenis Wet Blue
Menggunakan Moskoloskeletal Disorders (MSD) Risk Assessment Methods (Studi Kasus di Lembah
Tidar Jaya Magelang)”, Teknik Industri Undip, Semarang.
Wignjosoebroto, S., 1995, “Ergonomi, Study Gerak dan Waktu”, Guna Widya, Surabaya.