PERAN INSPEKTORAT DAERAH SEBAGAI APARAT PENGAWAS …digilib.unila.ac.id/32355/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PERAN INSPEKTORAT DAERAH SEBAGAI APARAT PENGAWAS …digilib.unila.ac.id/32355/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PERAN INSPEKTORAT DAERAH SEBAGAI APARATPENGAWAS INTERNAL PEMERINTAH
DI PROVINSI LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
Taufiq Hidayat
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PERAN INSPEKTORAT DAERAH SEBAGAI APARAT PENGAWAS
INTERNAL PEMERINTAH DI PROVINSI LAMPUNG
Oleh
TAUFIQ HIDAYAT
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan DanPengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pasal 24 (1) Pengawasanterhadap urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh Aparat PengawasIntern Pemerintah sesuai dengan fungsi dan kewenangannya. (2) Aparat PengawasIntern Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah InspektoratJenderal Departemen. Inspektorat daerah melakukan, pengawasan terhadap SatuanKerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dimana SKPD itu sendiri terkadang masihbelum bekerja secara maksimal sebagaimana dengan semestinya.
Permasalahannya adalah: (1) Bagaimanakah Peran Inspektorat Daerah SebagaiAparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) Di Provinsi Lampung? (2) Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat terhadap Peran Inspektorat Daerah dalamPengawasan Internal Pemerintah di Provinsi Lampung?
Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif dan empiris. Jenisdata yang digunakan adalah data primer, dan data sekunder. Pengumpulan datadilakukan dengan studi pustakaan dan studi lapangan dan selanjutnya dianalisissecara kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: (1) Inspektorat Daerah ProvinsiLampung sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah Daerah memiliki perandalam perencanaan program pengawasan, perumusan kebijakan, dan fasilitasipengawasan, pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugaspengawasan, pemeriksaan serta pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepalaDaerah di bidang pengawasan. (2) Berbagai hambatan yang ditemui dalampelaksanaan pengawasan yang dilakukan Inspektorat adalah masalah keterbatasananggaran, kurangnya data fisik lapangan, kurangnya koordinasi antara lembagadan instansi/dinas, dan terbatasnya sumber daya manusia/auditor.
Diharapkan Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) harus terus melakukanperubahan dan memaksimalkan tugas pokok dan fungsi sebagaimana mestinyaagar terwujudnya pemerintahan yang baikdan pemerintahan yang bersihsertameningkatkan kualitas untuk mewujudkan hasil pengawasan yang semakin baik.
Kata Kunci: Inspektorat, Pengawasan
ABSTRACT
THE ROLE OF REGIONAL INSPECTORATE AS THE GOVERNMENT
INTERNAL SUPERVISORY IN LAMPUNG PROVINCE
By
TAUFIQ HIDAYAT
Government Regulation Number 79 Year 2005 Concerning Guidance of Guidanceand Supervision of Local Government Implementation, Article 24 (1) Supervisionon government affairs in the regions is implemented by the Government InternalSupervisory Apparatus in accordance with their functions and authorities. (2) TheGovernment Internal Supervisory Apparatus as referred to in paragraph (1) shallbe the Inspectorate General of the Department. The regional inspectorateconducts, supervises the Regional Device Work Unit in which the regionalapparatus unit itself sometimes still does not work optimally as it should.
The problems are: (1) How is the Role of Regional Inspectorate as a GovernmentInternal Supervisory Apparatus in Lampung Province? (2) What factors areinhibiting the Role of Regional Inspectorate in the Government's Internal Controlin Lampung Province?
The problem approach used is juridical normative and empirical. The type of dataused is primary data, and secondary data. Data collection was done by librarystudy and field study and then analyzed qualitatively.
Based on the result of the research, it is known that: (1) Regional Inspectorate ofLampung Province as Internal Supervisory Officer of Local Government has rolein program planning of supervision, policy formulation and facilitation ofsupervision, examination, investigation, examination and assessment ofsupervisory duties, by the head of the Region in the field of supervision. (2) Thevarious obstacles encountered in the implementation of supervision by theInspectorate are budget constraints, lack of physical data of the field, lack ofcoordination between institutions and agencies / agencies and limited humanresources/auditors.
It is expected that the Internal Supervisory Authority of the Government shouldcontinue to make changes and maximize the basic duties and functions asappropriate for the realization of good governance and clean governance as wellas improving the quality to realize better supervision results.
Keywords: Inspectorate, Supervision
PERAN INSPEKTORAT DAERAH SEBAGAI APARATPENGAWAS INTERNAL PEMERINTAH
DI PROVINSI LAMPUNG
Oleh
TAUFIQ HIDAYAT
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Administrasi NegaraFakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan
Bapak Nurdin, S.Pd. (alm) dan Ibu Heri Astuti, S.E. Lahir di
kota Bandar Lampung, pada tanggal 28 November 1995.
Penulis mengawali pendidikannya di Taman Kanak-Kanak (TK) Dharma Wanita
Unila Bandar Lampung pada tahun 2000, melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) Al-
Kautsar dan lulus pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)
22 Bandar Lampung dan lulus tahun tahun 2011, kemudian melanjutkan ke
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 15 Bandar Lampung dan lulus pada
tahun 2014.
Pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Lampung, dan menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi
Negara (HIMA HAN) pada tahun 2017 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Haji Pemanggilan Kecamatan Anak Tuha Kabupaten Lampung
Tengah Provinsi Lampung.
PERSEMBAHAN
Puji syukur kupanjatkan kepada ALLA SWT, Tuhan Semesta Alam untuk setiap
nafas yang kuhirup, detak jantung yang berdegup serta darah yang mengalir dalam
hidupku ini. Karena karunia-Mu dengan segala kerendahan hati kupersembahkan
karya ini untuk:
Kedua orang tuaku papa Nurdin, S.Pd (alm) dan mama Heri Astuti, S.E yang telah
melahirkan, merawat, dan memperjuangkan diriku menghadapi dunia ini dengan
tetesan keringat yang tidak dapat kubalas dengan apapun yang ada di dunia ini.
Serta memberikan doa, dukungan, semangat, cinta dan kasih sayang setiap hari
untukku, sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini semata-mata untuk bisa
membanggakan kalian.
Serta
Almamaterku Tercinta
MOTTO
“Belajarlah dari pengalaman, karena sebaik-baiknya guru
adalah pengalaman”
“Ubah pikiranmu dan kau mengubah duniamu”
“Berpikirlah dahulu sebelum kamu berbuat”
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dan nabi Muhammad SAW yang telah
melimpahkan rahmat dam karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Peran Inspektorat Daerah Sebagai Aparat Pengawas
Internal Pemerintah (APIP) di Provinsi Lampung”, Penulis juga menyadari bahwa
dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan
dari berbagai pihak. Maka, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati
Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:
1. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Dosen Pembmbing I yang telah
memberikan bimbingan kepada Penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang telah juga
memberikan bimbingan kepada Penulis selama menyelesiakan skripsi ini.
3. Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H. selaku Pembahas I yang telah
memberikan saran dan kritik yang membangun kepada Penulis.
4. Ibu Ati Yuniati, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas II yang juga telah
banyak memberi saran dan kritik yang membangun kepada Penulis.
5. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.Hum. selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi
Negara yang telah memberikan arahan kepada Penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Syamsir Syamsu, S.H., M.Hum. selaku Sekretaris Bagian Hukum
Administrasi Negara yang telah memberikan arahan kepada Penulis
selama menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Desy Churul Aini, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik
Penulis.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yng telah
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi Penulis.
9. Segenap Pimpinan, Karyawan/Staff dan Keluarga Besar Fakultas Hukum
Universitas Lampung.
10. Bapak I Gede Chandra, S.H., M.H. selaku Inspektur Pembantu (IRBAN)
Wilayah II Provinsi Lampung dan Bapak Adit yang telah membantu
Penulis dan memberi kelengkapan data dalam penelitian membuat skripsi
ini.
11. Alm. Papa yang walaupun tidak dapat mendampingi Penulis saat ini
namun hidupnya telah menjadi contoh teladan bagi Penulis.
12. Mama, yang telah banyak memberikan semangat, dukungan dan doa
kepada Penulis.
13. Teman-teman seperjuangan dalam membuat skripsi, Kurniawan M nur,
Madian, Sendy, Zul, Rado dan Hardinal yang selalu memberikan bantuan,
masukan, motivasi, semangat, kritik maupun saran kepada Penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
14. Teman-teman Penulis selama menjalani perkuliahan, Rudi Sanjaya, Yogi
Handika, Yudi Andyas, Rico Evandi, Rendi oka, Sagita Riantika, Ridho
Arya Pratama, Sudiro Eka Atmojo, Oji Bagastova, Tomy Nurhadi,
Yuenchi Arwindi, Selly Permata Bunda, Vania Berlinda, Tassa Intania
Hendri, Sri Dewi Nawang WAS, dan Suci Saraswati yang telah
memberikan dukungannya serta motivasi kepada penulis selama menjalani
dan menyelesaikan perkuliahan.
15. Teman-teman Hima HAN, M. Faqih Rananda, M Edwin jr, Nanda Aji
Nugraha, Gian Apriliansyah, Dimas Putra Pamungkas, Bang Syarif, Zaika
Rara Sakti, Oti Dwi Magistya, Yunita Andriani, Devika Tryza A, Try
Ruliyanti, dan Ika Chania Maldeva yang telah memberikan dukungan serta
bantuan dan terimakasih atas kerjasamanya selama ini.
16. Seluruh teman-teman KKN Desa Haji Pemanggilan Kecamatan Anak
Tuha Kabupaten Lampung Tengah, khususnya Jemy Efriyansyah, Tania
Matalauta, Tia Utari dan Risky Aulia Ulfa terimakasih atas 40 hari yang
indah penuh suka maupun duka serta memberi dukungan, motivasi dan
menjadi penyemangat untuk Penulis dalam menyelsesaikan skripsi ini.
17. Sahabatku sedari dulu yang sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri,
Bernanda, Tesar, Heru, Okta, Eko, Edol, Dwi, Julian, Wawan, Sulung,
Fadhli, dan Farhan yang tiada henti-hentinya menyemangati Penulis serta
memberikan saran-saran terkait dalam penulisan skripsi ini.
18. Bapak Maskun, Pakde Suparjana, Mang Dul, Abah Wanzen, Kak Rendy,
Agung dan tak lupa pula Uda Mulyadi dan Uni Erma serta Om Benny dan
Tante Pina yang selalu memberikan motivasi yang tiada henti kepada
Penulis serta memberikan dukungan baik dalam bentuk formil ataupun
materil, serta dengan senantriasa mendengarkan segala keluh kesah ketika
Penulis menghadapi situasi yang sulit dalam menyelesaikan skripsi ini.
19. Seluruh teman-teman Fakultas Hukum Universitas Lampung angkatan
2014
20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas semua bantuan
dan dukungannya.
21. Almamater tercinta
Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, Penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya atas kekurang sempurnaan skripsi ini. Namun demikian,
Penulis berharap semoga penyusunan skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi pembangunan ilmu hukum pada khususnya dan khalayak pada umumnya.
Bandar Lampung, Mei 2018Penulis
Taufiq Hidayat
DAFTAR ISI
ABSTRAKPERSETUJUANPENGESAHANRIWAYAT HIDUPMOTTOPERSEMBAHANSANWACANADAFTAR ISIDAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 11.2 Permasalahan......................................................................................................... 81.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengawasan .......................................................................................................... 10
2.1.1 Pengertian Pengawasan............................................................................... 102.1.2 Macam-Macam Pengawasan....................................................................... 112.1.3 Pengawasan Preventif dan Represif ............................................................ 122.1.4 Pengawasan Intern dan Ekstern .................................................................. 132.1.5 Proses Pengawasan...................................................................................... 152.1.6 Tujuan dan Manfaat Pengawasan................................................................ 18
2.2 Perangkat Daerah ................................................................................................. 202.2.1 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) .......................................................... 22
2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Inspektorat ................................................................... 252.4 Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP)..................................................... 272.5 Standar Audit Aparat Pengawas Internal Pemerintah.......................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN3.1 Pendekatan Masalah............................................................................................. 383.2 Sumber dan Jenis Data ......................................................................................... 383.3 Penentuan Informan ............................................................................................. 403.4 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data........................................................ 403.5 Analisis Data ........................................................................................................ 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN4.1 Gambaran Umum Kantor Inspektorat Provinsi Lampung ................................... 434.2 Peran Inspektorat Daerah Sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah .......... 53
4.2.1 Pengawasan APIP yang Efektif .................................................................. 564.2.2 Rencana Strategis ........................................................................................ 574.2.3 Rencana Kerja ( RENJA) Inspektorat ......................................................... 604.2.4 Dasar Hukum .............................................................................................. 65
4.3 Faktor-Faktor yang Menjadi Penghambat Terhadap PeranInspektorat Daerah dalam Pengawasan Internal Pemerintah di ProvinsiLampung................................................................................................................ 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 685.2 Saran..................................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Inspektorat Provinsi Lampung .............................. 52
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Perangkat
Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan DPRD dalam penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Badan Pengawasan
Daerah yang selanjutnya disebut Inspektorat Provinsi, Inspektorat Kabupaten, dan
Inspektorat Kota adalah unsur pengawasan daerah yang dipimpin oleh Inspektur,
yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Gubernur,
Bupati atau Wali kota.
Inspektorat Jenderal (disingkat Itjen) adalah unsur pengawas pada Kementerian
yang mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan internal di lingkungan
Kementerian. Inspektorat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri.
Hakikatnya, inspektorat daerah berfungsi sebagai auditor internal pemerintah yang
mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah
daerah dan tugas lain yang diberikan kepala daerah. Lembaga ini merupakan suatu
lembaga pengawas di lingkungan pemerintah daerah. Inspektorat daerah
memainkan peran yang sangat penting untuk kemajuan dan keberhasilan
2
pemerintah daerah dan perangkat daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan
di daerah.
Dalam kenyataannya, inspektorat di daerah (bahkan juga mungkin di tingkat
kementerian/lembaga) belum dapat berfungsi sebagaimana diharapkan. Di banyak
daerah inspektorat itu bahkan tidak maksimal. Malah ada yang menjadi pelarian
bagi pejabat yang dimutasi dan tetap memerlukan status pejabat eselon.1
Pada era otonomi daerah pemerintah daerah memiliki fungsi yang luas dalam
upaya membentuk pemerintahan Indonesia atas dasar penerapan good governance.
Artinya, baik buruknya bergantung pula pada bagaimana pelaksanaan
Administrasi Pemerintah tersebut.2
Inspektorat dianggap sebagai tangan kanan kepala daerah yang lebih dulu
melakukan fungsi pengawasan sebelum pemeriksaan eksternal dilakukan.
Tanggung jawab APIP inspektorat tidak sekedar watchdog, tetapi juga berperan
sebagai konsultan dan penjamin mutu, dimana dalam penugasannya akan lebih
banyak melakukan tindakan yang bersifat preventif atau pencegahan. Peran APIP
yang efektif dapat terwujud jika didukung dengan Auditor yang profesional dan
kompeten dengan hasil audit intern yang semakin berkualitas.
Guna mencegah terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang dalam
penyelenggaraan pemerintahan, maka di setiap institusi pemerintah dibentuk
lembaga pengawasan internal pemerintah yang secara khusus melaksanakan
fungsi pengawasan. Lembaga pengawasan internal pemerintah adalah lembaga
1 https://nasional.sindonews.com/newsread/1209150/18/penguatan-inspektorat-daerah. Diakses pada 30
september 2017 pukul 17:05 WIB 2 Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Layanan Publik, Nuasa
Cendikia, Bandung, 2014
3
yang dibentuk dan secara interen merupakan bagian dari sistem pemerintahan
yang memiliki tugas pokok dan fungsi dibidang pengawasan. Pengawasan atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan oleh Inspektorat.
Aturan yang mengatur pelaksanaan pengawasan di daerah bersifat dinamis.
Namun, di antara aturan itu adalah UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, PP No 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Selain itu, ada pula Keputusan Presiden
No 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah dan Keputusan Menteri Dalam Negeri No 67 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Pengawasan sangat berpengaruh dalam membantu upaya pemerintah untuk
mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Selama ini dalam pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan masih menghadapi berbagai kendala, antara lain
kurang didukung dengan sumber daya manusia, sumber dana yang memadai,
lemahnya pengendalian intern dan kurangnya komitmen dari atasan langsung.
Salah satu faktor utama yang dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan
pengendalian Intern adalah efektivitas peran Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP). Untuk itu, APIP harus terus melakukan perubahan dalam
menjalankan proses bisnis guna memberi nilai tambah bagi penyelenggaraan
pemerintahan. Hal ini sejalan dengan peran pengawasan intern untuk mendorong
peningkatan efektivitas manajemen risiko (risk management), pengendalian
(control) dan tata kelola (governance) organisasi. APIP juga mempunyai tugas
4
untuk melakukan pembinaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaran pemerintah yang
bersih, adil, transparan, dan akuntanbel harus disikapi dengan serius dan
sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tatanan eksekutif,
legislatif dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk menegakkan
good governance dan clean government. Seiring dengan hal tersebut pemerintah
pusat dan pemerintah daerah telah menetapkan sasaran untuk meningkatkan
pelayanan birokrasi kepada masyarakat dengan arah kebijakan penciptaan tata
pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance).3
Pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh APIP
daerah dalam hal ini Inspektorat Kabupaten/Kota sesuai dengan fungsi dan
kewenangannya (Pasal 24 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah).
Sedangkan tujuan pengawasan itu adalah untuk meningkatkan pendayagunaan
Aparatur Negara dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahandan
pembangunan menuju terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih (good and
clean government).4
3 https://inspektoratdaerah.bulelengkab.go.id/artikel/. Diakses pada 30 september 2017 pukul 17:11 WIB
4 Ibid...
5
Pengawasan merupakan salah satu unsur penting dalam rangka menjawab
penilaian kinerja atas tuntutan pelakasanaan akuntabilitas organisasi sektor publik
terhadap terwujudnya good governance. Pengawasan berfungsi membantu agar
sasaran yang ditetapkan organisasi dapat tercapai, serta berperan dalam
mendeteksi secara dini terjadinya penyimpangan pelaksanaan, penyalahgunaan
wewenang, pemborosan dan kebocoran.5
Untuk lingkungan pemerintah kabupaten/kota dilaksanakan oleh inspektorat
kabupaten/kota, yang bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota (pasal
1 ayat 7 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah).
Dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014 Pasal 1 ayat (1) tentang
Administrasi Pemerintahan dijelaskan bahwa, Administrasi Pemerintahan adalah
tata laksana dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan oleh badan dan/atau
pejabat pemerintahan. Fungsi Pemerintahan adalah fungsi dalam melaksanakan
Administrasi Pemerintahan yang meliputi fungsi pengaturan, pelayanan,
pembangunan, pemberdayaan dan perlindungan, yang sebagai mana dijelaskan
pada ayat (2).
Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan dimaksudkan sebagai salah
satu dasar hukum bagi badan dan/atau pejabat Pemerintahan, warga masyarakat,
dan pihak pihak lain yang terkait dengan Administrasi Pemerintahan dalam upaya
meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan.
5 Nur Yanto, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Mitra Wacana Media, Bogor, 2015
6
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah sistem pengendalian intern
yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan Pemerintah Pusat dan
pemda. Peraturan Pemerintah Nomor: 60 Tahun 2008 tentang SPIP mewajibkan
menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali kota untuk mengendalikan
penyelenggaraan pemerintahan.
Dari pengertian tersebut terlihat bahwa politik hukum pengendalian internal
adalah mengawasi dan mengendalikan diri sendiri. Jika kita lihat lebih dalam lagi,
politik hukum pengendalian internal menurut PP No.60/2008 memang bukan
untuk memberantas korupsi seperti yang dilakukan KPK, tetapi pada model
pengendalian dan perbaikan administrasi pemerintahan yang muaranya adalah
good governance.
Politik hukum peraturan pemerintah tersebut berpengaruh terhadap desain institusi
sistem pengendalian tersebut. Dalam susunan pemda terlihat bahwa muara
pertanggungjawaban dan laporan pengendali internal adalah kepala daerah. Dalam
hal ini kemandirian dan kekuatan pengendali internal akan sangat bergantung
pada akuntabilitas kepala daerah masing-masing.
Politik hukum tersebut juga senada dengan pengaturan dalam UU No. 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah yang mendudukkan Inspektorat di bawah
sekretaris daerah. Kedudukan ini menempatkan Inspektorat bukan pada posisi
yang bisa melakukan pengendalian dan pengawasan dengan maksimal.
Kepala Inspektorat tentunya takut kepada sekda dan bupati sebagai atasannya.
Oleh karena itu, sangat wajar jika peran Inspektorat di daerah masih lemah dalam
7
pengawasan. Kelemahan paling utama Inspektorat daerah adalah independensi.
Independensi Inspektorat sangat terkait dengan kedudukannya dalam pemda.
Posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan
memperoleh dukungan yang memadai dari Pimpinan
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah sehingga dapat bekerja sama dengan
auditi dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa. Prinsip obyektifitas
mensyaratkan agar auditor melaksanakan penugasan dengan jujur dan tidak
mengompromikan kualitas. 6
Sehingga harus melakukan koordinasi dan membagi informasi kepada auditor
eksternal dan/atau auditor lainnya. Kegiatan audit intern yang dilakukan harus
dapat mengevaluasi dan memberikan kontribusi pada perbaikan tata kelola sektor
publik, manajemen risiko, dan pengendalian intern dengan menggunakan
pendekatan sistematis dan disiplin.
Auditor juga harus merancang audit internnya untuk mendeteksi adanya
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan, dan
ketidakpatutan (abuse). Auditor harus mengidentifikasi, menganalisis,
mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai
tujuan penugasan audit intern.
Untuk mewujudkan hasil audit yang berkualitas maka diharapkan kualitas
pengawasan yang dilakukan inspektorat daerah akan semakin baik dalam
melakuan pengawasan. Kaitannya dengan hal tersebut, untuk membatasi masalah
yang hendak di teliti dan mengingat terbatasnya waktu, tenaga, dan biaya pada
6 https://Inspektoratkab.wordpress.com/./peran-inspektorat-daerah-sebagai-peng. Diakses pada 30 september
2017 pukul 17:20 WIB
8
diri penulis, maka penulis hanya melakukan penelitian di Inspektorat Provinsi
Lampung khususnya mengenai Pengawasan Internal Pemerintah.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, maka permasalahannya dapat
peneliti rumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimanakah peran Inspektorat Daerah sebagai Aparat pengawas Internal
Pemerintah di Provinsi Lampung?
2) Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat terhadap peran inspektorat
Daerah dalam Pengawasan Internal Pemerintah di Provinsi Lampung?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penlitiann
A. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai peneliti
adalah untuk:
1) Untuk mengetahui peran Inspektorat Daerah sebagai Aparat Pengawas
Internal Pemerintah di Provinsi Lampung.
2) Untuk mengetahui faktor-faktor apasajakah yang timbul dalam pengawasan
Internal Pemerintah di Provinsi Lampung.
9
B. Kegunaan Penelitian
1) Kegunaan Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan konsep
dasar dari peran Inspektorat Daerah sebagai Aparat Pengawas Internal
Pemerintah.
2) Kegunaan Praktis
Kegunaan bagi pemerintah yakni untuk memberikan sumbangan pemikiran
bagi pemerintah dalam melaksanakan Pengawasan Internal Pemerintah.
Kegunaan bagi masyarakat yakni sebagai sumber informasi bagi masyarakat
tentang adanya pelaksanaan Pengawasan Internal pemerintah.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengawasan
2.1.1 Pengertian Pengawasan
Hakekat pengawasan adalah mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan,
pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan, kegagalan dalam pencapaian
tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Pengawasan adalah proses
mengamati, membandingkan tugas pekerjaan yang dibebankan kepada aparat
pelaksana dengan standar yang telah ditetapkan dalam suatu rencana yang
sistematis dengan tindakan kooperatif serta korektif guna menghindari
penyimpangan demi tujuan tertentu.7
Dari definisi tersebut jelas terlihat bahwa terdapat hubungan yang sangat erat
antara perencanaan dan pengawasan, sedemikian eratnya hubungan tersebut
sehingga oleh H. Koontz dan CO. Donnell disebutkan bahwa antara perencanaan
dan pengawasan ini ibaratnya seperti kedua sisi dari mata uang yang sama.
Menurut Sarwoto, definisi tentang pengawasan sebagai berikut, Pengawasan
adalah kegiatan manager yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana
sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki. Maka
7 Nurmayani, Hukum Administrasi Daerah, Universitas Lampung, Lampung, 2015, hlm 97
11
dapatlah dikatakan bahwa pengawasan bersifat dinamis yang mengandung unsur
mengarahkan atau mengendalikan.8
Berdasarkan surat keputusan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 1989 tentang
pedoman organisasi dan tata kerja pendapatan daerah tingkat II, yang
melaksanakan tugas pengawasan adalah seksi perencanaan dan pengendalian
operasional.
Seksi perencanaan dan pengendalian operasional terdiri dari dua sub seksi yaitu
sub seksi perencaanaan dan pembinaan teknis pemungutan, dan sub seksi
penggalian dan peningkatan. Seksi perencanaan dan pengendalian operasional
yang terdiri dari sub seksi perencanaan dan pembinaan teknis pemungutan, dan
sub seksi penggalian dan peningkatan tersebut mempunyai hak dan wewenang
yang meliputi segala kegiatan untuk melaksanakan pengamanan teknis atas
pelaksanaan tugas pokoknya sesuaidengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
kepala daerah serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.2 Macam-Macam Pengawasan
Dalam suatu negara terlebih-lebih negara yang sedang berkembang atau
membangun, maka kontrol atau pengawasan itu sangat urgen (beragam) atau
penting baik pengawasan secara vertikal, horisontal, eksternal, internal, preventif
maupun represif agar maksud dan tujuan yang telah ditetapkan tercapai.
Oleh karena untuk mencapai tujuan negara atau organisasi, maka dalam hal
pengawasan ini dapat pula diklasifikasikan macam-macam pengawasan
berdasarkan berbagai hal, yakni:
8 http://legalstudies71.blogspot.com/2016/03/pengertian-pengawasan-menurut-para-ahli. Diakses pada 17
Oktober 2017 pukul 18:04 WIB
12
1) Pengawasan langsung; dan
2) pengawasan tidak langsung.
1) Pengawasan Langsung
Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara pribadi noleh
pimpinan atau pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek
sendiri secara on the spot ditempat pekerjaan, dan menerima laporan-laporan
secara langsung pula dari pelaksana. Hal ini dilakukan dengan inspeksi.
2) Pengawasan tidak langsung
Pengawasan tidak langsung diadakan dengan mempelajari laporan-laporan yang
diterima dari pelaksana baik lisan maupun tertulis, mempelajari pendapat-
pendapat masyarakat dan sebagainya tanpa pengawasan on the spot.
2.1.3 Pengawasan Preventif dan Represif
Walaupun prinsip pengwasan adalah preventif, namun bila dihubungkan dengan
waktu pelaksanaan pekerja, dapat dibedakan antara pengwasan preventif dan
pengawasan represif.
a) Pengawasan Preventif
Pengawasan preventif dilakukan melalui pre-audit sebelum pekerjaan dimulai.
Misalnya dengan mengadakan pengawasan terhadap persiapan-persiapan rencana
anggaran, rencana penggunaan tenaga dan sumber-sumber lain.
13
b) Pengawasan Represif
Yaitu pengawasan yang dilakukan setelah terjadinya penyimpangan atau
kesalahan dalam melaksanakan kegiatan.9
2.1.4 Pengawasan Intern dan Ekstern
a) Pengawasan Intern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam
organisasi itu sendiri. Pada dasarnya pengawasan harus dilakukan oleh pucuk
pimpinan sendiri. Akan tetapi, didalam praktek hal ini tidak selalu mungkin
terjadi. Oleh karena itu, setiap pimpinan unit dalam organisasi pada dasarnya
berkewajiban membantu pucuk pimpinan mengadakan pengawasan secara
fungsional sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Pengawasan sebagai
fungsi organik, built-in pada setiap jabatan pimpinan mereka harus mengawas
pimpinan melakukan pengawasan tehadap keseluruhan aparat dalam organisasi itu,
seperti oleh Inspektorat Jendral dalam Departemen.
b) Pengawasan Ekstern
Pengawasan Ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat luar
orgsanisasi itu sendiri, seperti halnya pengawasan dibidang keuangan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan sepanjang meliputi seluruh Aparatur Negara dan Direktorat
Jenderal Pengawasan Keuangan Negara terhadap departemen dan instansi
pemerintah lain. Ditinjau dari segi keseluruhan organisasi aparatur pemerintah
(lembaga eksekutif), pengawasan oleh Direktorat Jenderal, Pengawasan Keuangan
Negara merupakan pengawasan intern.
9 Nurmayani, Hukum Administrasi Daerah, Universitas Lampung, Lampung, 2015, hlm 101
14
Macam-macam pengawasan ini didasarkan pada pengklasifikasian pengawasan.
Disamping itu ada pula macam pengawasan ditinjau dari bidang pengawasannya
yakni:
1) Pengawasan Anggaran Pendapatan (budgetry control).
2) Pengawasan Biaya (cost sontrol).
3) Pengawasan Barang Inventaris (inventory control).
4) Pengawasan Produksi (production control).
5) Pengawasan Jumlah Hasil Kerja (quantity control).
6) Pengawasan Pemeliharaan (maintenance control).
7) Pengawasan Kualitaas Hasil Kerja (quality control).
Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1989, ditegaskan
mengenai macam-macam pengawasan. Adapun macam-macam pengawasan
menurut Instruksi Presiden tersebut sebagai berikut:
1) Pengawasan Melekat
Pengawasan melekat merupakan pengawasan yang dilakukan melalui:
penggarisan struktur organisasi, perincian kebijaksanaan pelaksanaan yang
dituangkan secara tertulis yang dapat menjadi pegangan dalamm pelaksanaan oleh
bawahan, rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan,
melalui prosedur kerja, pencatatan hasil kerja dan pelaporannya, serta melalui
pembinaan personil.
15
2) Pengawasan Fungsional
Pengawasan fungsional merupakan kebijakan pengawasan yang digariskan oleh
Presiden, kegiatan pengwasan dilaksanakan berdasarkan rencana atau program
kerja pengawas tahunan.
3) Pengawasan Legislatif
Pengawasan legislatif merupakan pengawasan yang dilakukan oleh lembaga
legislatif, dalam hal ini adalah DPRD.
4) Pengawasan Masyarakat
Pengawasan masyarakat merupakan pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat
yang dipilih untuk mengawasi jalannya suatu kegiatan, misalnya oleh LSM atau
Lembaga Swadaya Masyarakat.
2.1.5 Proses Pengawasan
Pengawasan adalah suatu usaha sistematis menetapkan standar-standar dengan
tujuan perencanaan, merancang bangun system umpan balik informasi,
membandingkan kinerja sebenarnya dengan standar-standar yang telah ditentukan
terlebih dahulu, menentukan apakah ada penyimpanan dan mengukur
kemuradanya, serta mengambil tindakan yang diperlukan yang menjamin
pemanfaatan penuh sumberdaya yang digunakan secara efisien dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian langkah unsur proses pengawasan
itu adalah sebagai berikut:
16
1) Pencapain standar dan metode pengukuran kinerja,
2) Pengukuran kinerja yang senyatanya;
3) Pembandingan kinerja dengan standar serta menafsirkan penyimpangan-
penyimpangan; dan
4) Mengadakan tindakan korektif.
Standar yang ditentukan itu berupa standar masukan yang berupa usaha kerja, dan
standar keluaran berupa ukuran kuantitas, kualitas, biaya atau waktu pengukuran
kinerja senyatanya adalah untuk melihat adanya penyimpangan atau varians antara
apa yang terjadi senyatanya dengan apa yang di harapkan.
Pembandingan kinerja senyatanya dengan tujuan atau standar dapat menghasilkan
kinerja sama dengan standar atau dengan kinerja lain dengan standar yang terakhir
memerlukan manajemen berdasar pengecualian: manajemen perlu memperhatikan
situasi dimana penyimpangan antara kinerja senyata dengan yang diharapkan
sangatlah besar. Yang pertama cukup mempertahankan situasi; tak perlu
dilakukan tindakan korektif.
Bila penyimpangan yang terjadi itu besar maka perlu tindakan korektif yakni
perbaikan agar hasilnya sesuai dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengawasan itu dapat intern, dapat pula ekstern. Pengawasan intern melalui
disiplin diri dan latihan tanggung jawab individual atau kelompok. Pengawasan
ekstern terjadi melalui supervise langsung atau penerapan system administrative
seperti aturan dan prosedur. Pengawasan efektif yang akan di uraikan kemudian,
merupakan kombinasi dari keduanya.
17
Ada empat jenis pengawasan ekstern, yaitu:
1) Prapengawasan disebut juga precontrol atau feed-forward-control; yaitu
pengawasan yang di lakukan sebelum memulai kegiatan, terdiri atas kegiatan
persiapan: Spesifikasi masukan, keluaaran, kejelasan tujuan, sumber daya yang
di perlukan.
2) Pengawasan pengarahan atau steering control yang fokusnya adalah pada apa
yang terjadi selama proses kerja. Juga di kenal dengan nama concurrent
control. Disini diusahakan untuk menemukan masalah dan melakukan tindakan
perbaikan sebelum hasil akhir.
3) Pengawasan ya/tidak (yes/no-control) yang menspesifikasi titik kritis yang
harus di lalui sebelum suatu kegiatan berlanjut. Pada suatu titik segala
persyaratan harus dipenuhi terlebih dahulu (ya) sebelum proses berlanjut. Jadi
kalau tidak, proses berhenti.
4) Pengawasan pasca kegiatan (post action control atau feedback control),
dilakukan setelah kegiatan selesai.
Adapun faktor-faktor yang menjadi pengawasan itu merupakan keharusan ialah:
1) Adanya perubahan yang memerlukan penyesuain-penyesuain baru dan ini
harus selalu diawasi;
2) Adanya kekomplekan system memerlukan pengawasan yang lebih banyak;
3) Adanya kesalahan-kesalahan memerlukan pengawasan agar dapat dilakukan
tindakan perbaikan; dan
4) Adanya delegasi perlu pengawasan terhadap para pelaksana agar jangan
sampai melakukan penyimpangan yang terlalu banyak sehingga sulit dibenahi
lagi.
18
Dengan memperhatikan faktor-faktor diatas, maka tercapailah sasaran-sasaran
pengawasan yaitu:
1) Meningkatkan disiplin dan prestasi kerja
2) Menekansekecil mungkin penyalahgunaan wewenang
3) Menekan sekecil mungkin kebocoran dan pemborosan
4) Meningkatkan pelayanan
5) Memperlancar segala kegiatan.
2.1.6 Tujuan dan Manfaat Pengawasan
Dalam kaitannya dengan keuangan negara, pengawasan harus dijalankan untuk
menghindari terjadinya “korupsi, penyelewengan, dan pemborosan anggaran
negara yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri.” Dengan dijalankannya
pengawasan tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggungjawaban anggaran
negara dapat berjalan sebagaimana direncanakan.
Selain itu segala hal yang dilakukan itu pasti mempunyai tujuan, setelah tujuan itu
tercapai pasti akan mendatangkan manfaat bagi semua pihak yang ikut serta dalam
urusan tersebut. Seperti halnya suatu negara membuat berbagai macam aturan
yang tujuannya tidak lain adalah untuk memajukan wilayah negaranya, supaya
menjadi tertib dan berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Jika kita melihat
ke unit yang lebih kecil seperti badan-badan pemerintahannya akan menarik bila
membahas badan pemerintah yang berhubungan dengan keuangan. Misalnya
bidang administrasi negara.
Untuk melakukan pekerjaan tersebut tentunya tidak mudah karena berhubungan
dengan belanja negara yang menentukan kelangsungan hidup suatu negara.
19
Apabila badan pemerintah tersebut tidak bisa menjalanan tugasnya dengan baik
pasti akan terjadi suatu kejanggalan-kejanggalan yang bisa menimbulkan suatu
kerusuhan. Untuk mencegah hal itu terjadi perlu dilakukan pengawasan terhadap
kinerja yang dilakukan oleh badan pemerintah tersebut. Tujuan Pengawasan itu
dilaksanakan adalah:
1) untuk mencapai tingkatan kinerja yang telah di rencanakan, menjamin
susunana administrasi yang baik dalam operasi unit-unit pemerintahan negara
baik secara internal maupun eksternal untuk memperolah perpaduan yang
maksimum dalam pengelolaan pembangunan dalam rangka memberikan
pelayanan serta memberikan perlindungan publik dari penyalahgunaan
wewenang para penguasa.
2) Menjaga agar pelaksanaan tugas lembaga peradilan sesuai dengan rencana dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Mengendalikan agar administrasi peradilan dikelola secara tertib sebagaimana
mestinya, dan aparat peradilan melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
4) Menjamin terwujudnya pelayanan publik yang baik bagi para pencari keadilan
yang meliputi: kualitas putusan, waktu penyelesaian perkara yang cepat, dan
biaya berperkara yang murah.
Tujuan-tujan pengawasan administrasi diatas bermanfaat untuk:
1) Memperoleh informasi apakah penyelenggaraan tehnis peradilan, pengelolaan
administrasi peradilan, dan pelaksanaan tugas umum peradilan telah
20
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2) Memperoleh umpan balik bagi kebijaksanaan, perencanaan dan pelaksanaan
tugas-tugas peradilan.
3) Mencegah terjadinya penyimpangan, mal-administrasi, dan ketidakefisienan
penyelenggaraan peradilan.
4) Menilai kinerja.
Manfaat yang utama diperoleh dari pengawasan intern yaitu Pengawasan internal
dapat membantu suatu organisasi dalam mencapai prestasi dan target yang
menguntungkan dan mencegah kehilangan sumber daya. Dapat membantu
menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Dan juga dapat
memastikan suatu organisasi mematuhi undang undang dan peraturan terhindar
dari reputasi yang buruk dan segala konsekuensinya. Selanjutnya dapat pula
membantu mengarahkan suatu organisai untuk mencapai tujuannya dan terhindar
dari hal yang merugikan.
2.2 Perangkat Daerah
Perangkat Daerah adalah organisasi atau lembaga pada Pemerintah Daerah yang
bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan di daerah. Pada Daerah Provinsi, Perangkat Daerah terdiri atas
Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah. Pada Daerah
Kabupaten/Kota, Perangkat Daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah,
Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan.
21
Perangkat Daerah dibentuk oleh masing-masing daerah berdasarkan pertimbangan
karakteristik, potensi, dan kebutuhan daerah. Organisasi Perangkat Daerah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat dengan berpedoman kepada
Peraturan Pemerintah. Pengendalian organisasi perangkat daerah dilakukan oleh
Pemerintah Pusat untuk Provinsi dan oleh Gubernur untuk Kabupaten/Kota
dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Formasi dan persyaratan jabatan
perangkat daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dengan berpedoman
pada Peraturan Pemerintah.
Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Kepala Daerah dibantu oleh
Perangkat Daerah yang terdiri dari:
1. unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi
dalam Sekretariat;
2. unsur pengawas yang diwadahi dalam bentuk Inspektorat;
3. unsur perencana yang diwadahi dalam bentuk Badan;
4. unsur pendukung tugas Kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam Lembaga Teknis
Daerah; serta
5. unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam Dinas Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah
adanya urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang terdiri dari
urusan wajib dan urusan pilihan, namun tidak berarti bahwa setiap penanganan
urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri.
22
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib, diselenggarakan oleh
seluruh Provinsi, Kabupaten, dan Kota, sedangkan penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang bersifat pilihan hanya dapat diselenggarakan oleh Daerah yang
memiliki potensi unggulan dan kekhasan Daerah, yang dapat dikembangkan
dalam rangka pengembangan otonomi daerah. Hal ini dimaksudkan untuk
efisiensi dan memunculkan sektor unggulan masing-masing Daerah sebagai upaya
optimalisasi pemanfaatan sumber daya daerah dalam rangka mempercepat proses
peningkatan kesejahteraan rakyat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, implementasi penataan kelembagaan perangkat daerah
menerapkan prinsip-prinsip organisasi, antara lain visi dan misi yang jelas,
pelembagaan fungsi staf dan fungsi lini serta fungsi pendukung secara tegas,
efisiensi dan efektifitas, rentang kendali serta tata kerja yang jelas. Hal ini
dimaksudkan memberikan arah dan pedoman yang jelas kepada daerah dalam
menata organisasi yang efisien, efektif, dan rasional sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan daerah masing-masing serta adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi
dan simplifikasi serta komunikasi kelembagaan antara pusat dan daerah.
2.2.1 Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah
dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Peraturan daerah mengatur
mengenai susunan, kedudukan, tugas pokok organisasi perangkat daerah. Rincian
tugas, fungsi, dan tata kerja diatur lebih lanjut dengan peraturan
Gubernur/Bupati/Wali kota.
23
Perangkat Daerah Provinsi adalah unsur pembantu Kepala Daerah dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah,
Sekretariat DPRD, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah. Perangkat Daerah
Kabupaten/Kota adalah unsur pembantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD,
Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan.
Sekretariat Daerah merupakan unsur staf. Sekretariat Daerah mempunyai tugas
dan kewajiban membantu Gubernur, Bupati atau Wali kota dalam menyusun
kebijakan dan mengoorDinasikan Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah.
Pengertian pertanggung jawaban Kepala Dinas, Sekretaris DPRD, dan Kepala
Badan/Kantor/Direktur Rumah Sakit Daerah melalui Sekretaris Daerah adalah
pertanggungjawaban administratif yang meliputi penyusunan kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas
Dinas Daerah, Sekretariat DPRD dan Lembaga Teknis Daerah, dengan demikian
Kepala Dinas, Sekretaris DPRD, dan Kepala Badan/Kantor/Direktur Rumah Sakit
Daerah bukan merupakan bawahan langsung Sekretaris Daerah.
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Sekretariat DPRD) merupakan
unsur pelayanan terhadap DPRD. Sekretariat DPRD mempunyai tugas
menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan,
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, dan menyediakan serta
mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah.
24
Badan Pengawasan Daerah yang selanjutnya disebut Inspektorat Provinsi,
Inspektorat Kabupaten, dan Inspektorat Kota adalah unsur pengawasan daerah
yang dipimpin oleh Inspektur, yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung
jawab langsung kepada Gubernur, Bupati atau Wali kota.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencana
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di
bidang perencanaan pembangunan daerah.
Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Dinas Daerah
mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan. Unit Pelaksana Teknis adalah unsur pelaksana
tugas teknis pada Dinas dan Badan.
Lembaga Teknis Daerah merupakan unsur pendukung tugas Kepala daerah.
Lembaga Teknis Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik.
Beberapa perangkat daerah yang menangani fungsi pengawasan, kepegawaian,
rumah sakit, dan keuangan, mengingat tugas dan fungsinya merupakan amanat
peraturan perundang-undangan, maka perangkat daerah tersebut tidak mengurangi
jumlah perangkat daerah yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41
tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, dan pedoman teknis mengenai
organisasi dan tata kerja diatur tersendiri.
25
2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Inspektorat
Dalam tata aturan pemerintahan dikenal adanya lembaga Pengawasan
Pembangunan, baik pengawasan Internal maupun Eksternal. Untuk tingkat
kementrian kita kenal adanya Irjen (Inspektoratral Jendral), sebagai pengawas
internal. Sedangkan pengawas eksternal adalah BPK dan BPKP. Sedang di
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten pengawasan internal dilakukan oleh
Inspektorat Daerah yang merupakan unsur pengawas penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah. Inspektorat Daerah dipimpin oleh Inspektur dan dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Gubernur atau
Bupati dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah,
diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atau Bupati sesuai ketentuan/peraturan
perundang-undangan.10
Inspektorat Daerah mempunyai fungsi perencanaan program pengawasan,
perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan, pemeriksaan, pengusutan,
pengujian dan penilaian tugas pengawasan, pemeriksaan serta pelaksanaan tugas
lain yang diberikan oleh Bupati di bidang pengawasan.
Untuk menyelenggarakan fungsi, Inspektorat mempunyai tugas:
a) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan;
b) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan perekonomian;
c) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan kesejahteraan
sosial;
10
https://eriprima.wordpress.com/2012/07/07/pelaksanaan-tugas-dan-fungsi-inspektorat-kabupaten-terhadap-
badan-kepegawaian-daerah/ Diakses pada 18 Oktober 2017 pukul 01:38
26
d) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan keuangan dan
asset; dan
e) Melaksanakan kegiatan ketatausahaan.
Sebagai pengawas internal, Inspektorat Daerah yang bekerja dalam organisasi
pemerintah daerah tugas pokoknya dalam arti yang lain adalah menentukan
apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak (Kepala
Daerah) telah dipatuhi dan berjalan sesuai dengan rencana, menentukan baik atau
tidaknya pemeliharaan terhadap kekayaan daerah, menentukan efisiensi dan
efektivitas prosedur dan kegiatan pemerintah daerah, serta yang tidak kalah
pentingnya adalah menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai
Unit/Satuan Kerja sebagai bagian yang integral dalam organisasi Pemerintah
Daerah. Dari penjelasan itu dapat dikatakan bahwa Inspektorat Daerah sebagai
pengawas internal memiliki karakteristik yang spesifik, dan ia memiliki ciri antara
lain adalah:
a) Alat dalam organisasi Pemerintah Daerah yang menjalankan fungsi quality
assurance.
b) Pengguna laporan pengawas internal adalah top manajemen (Kepala
Daerah) dalam organisasi Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
c) Dalam pelaksanaan tugas seperti halnya pengawas eksternal dapat
menggunakan prosedur pemeriksaan bahkan harus memiliki prosedur yang
jelas.
d) Kegiatan pemeriksaan bersifat pre-audit atau build-in sepanjang proses
kegiatan berlangsung.
27
e) Fungsi pemeriksaan yang dilakukan lebih banyak bersifat pembinaan dan
dalam praktiknya memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala
Daerah, ia tidak berwenang untuk menghakimi apalagi menindak.
2.4 Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP)
Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah
Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di
lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.11
Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan
fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik.
Lembaga-lembaga yang berwenang melalukakn fungsi sistem pengendalian
internal di Indonesia disebut Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), antara
lain:
11
Dadang Suwanda, Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, PPM-Manajemen, Jakarta, 2013
28
A. BPKP;
B. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan
pengawasan intern;
C. Inspektorat Provinsi; dan
D. Inspektorat Kabupaten/Kota.
a) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, yang selanjutnya disingkat
BPKP, adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab
langsung kepada Presiden. BPKP melakukan pengawasan intern terhadap
akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi:
1) Kegiatan yang bersifat lintas sektoral;
2) Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara; dan
3) Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
b) Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan
pengawasan intern adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang
bertanggung jawab langsung kepada menteri/pimpinan lembaga.
Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan
pengawasan intern melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam
rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian negara/lembaga yang
didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
c) Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang
bertanggung jawab langsung kepada gubernur. Inspektorat Provinsi melakukan
pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas
29
dan fungsi satuan kerja perangkat daerah provinsi yang didanai dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.
d) Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang
bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota.
Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan
dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah
kabupaten/kota yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota.
Aparat pengawasan intern pemerintah melakukan pengawasan intern melalui:
a) Audit;
b) Reviu;
c) Evaluasi;
d) Pemantauan; dan
e) Kegiatan pengawasan lainnya.
Audit yang dimaksud terdiri atas:
1) Audit kinerja
Audit kinerja merupakan audit atas pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan
tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang terdiri atas aspek kehematan, efisiensi,
dan efektivitas.
2) Audit dengan tujuan tertentu
Audit dengan tujuan tertentu mencakup audit yang tidak termasuk dalam audit
kinerja.
30
Pelaksanaan audit intern di lingkungan Instansi Pemerintah dilakukan oleh pejabat
yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan yang telah memenuhi
syarat kompetensi keahlian sebagai auditor. Syarat kompetensi keahlian sebagai
auditor dipenuhi melalui keikutsertaan dan kelulusan program sertifikasi.
Kebijakan yang berkaitan dengan program sertifikasi ditetapkan oleh instansi
pembina jabatan fungsional sesuai peraturan perundang-undangan.
Rencana dilaksanakannya dan dilakukannya monitoring dan pengukuran atas
progres atau kemajuan yang diperoleh untuk mencapai tujuan. Penilaian dan
peninjauan kembali dilakukan untuk mengoreksi dan menentukan langkah-
langkah yang diperlukan apabila terdapat deviasi terhadap rencana.12
Untuk menjaga perilaku pejabat disusun kode etik aparat pengawasan intern
pemerintah. Pejabat wajib menaati kode etik tersebut. Kode etik tersebut disusun
oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman yang ditetapkan
pemerintah.
Sedangkan untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan aparat pengawasan
intern pemerintah, disusun standar audit. Setiap pejabat wajib melaksanakan audit
sesuai dengan standar audit yang telah disusun tersebut. Standar audit tersebut
disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman yang
ditetapkan oleh pemerintah.
Setelah melaksanakan tugas pengawasan, aparat pengawasan intern pemerintah
wajib membuat laporan hasil pengawasan dan menyampaikannya kepada
pimpinan Instansi Pemerintah yang diawasi. Dalam hal BPKP melaksanakan
12
Wibowo, Manajemen Kinerja, Rajawali pers, Jakarta, 2007, hlm 22
31
pengawasan atas kegiatan kebendaharaan umum negara, laporan hasil pengawasan
disampaikan kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan
kepada pimpinan Instansi Pemerintah yang diawasi.
Secara berkala, berdasarkan laporan, BPKP menyusun dan menyampaikan
ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
Sedangkan Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat
Kabupaten/Kota menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil pengawasan
kepada menteri/pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangan dan tanggung jawabnya dengan tembusan kepada Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara.
Inspektorat Provinsi melakukan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah
provinsi sebelum disampaikan gubernur kepada Badan Pemeriksa Keuangan.
Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan reviu atas laporan keuangan pemerintah
daerah kabupaten/kota sebelum disampaikan bupati/walikota kepada Badan
Pemeriksa Keuangan.
2.5 Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
Dasar Hukum Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
bersandar pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah
nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Peraturan
32
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standart
Audit APIP, Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia oleh Asosiasi Auditor
Intern Pemerintah Indonesia Tanggal 30 Desember 2013, Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun
2005 Tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.
Pengendalian Intern Pemerintah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Bab X Pengendalian intern pemerintah, Pasal 58 ayat (1)
yang berbunyi: dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintahan
mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan
pemerintahan secara menyeluruh, ayat (2) Sistem pengendalian intern
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Pengertian Pemeriksaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Pasal
1 ayat 1 Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi
yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar
pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Pengertian standar Pemeriksaan menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Pasal
1 ayat (8) Standar pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan
33
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum,
standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomani
oleh BPK dan/atau pemeriksa.
Pengertian Sistem Pengendalian Intern berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yakni Pasal 1 ayat
1 Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Ayat (2) Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP
adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di
lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Ayat (3) Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan
fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik.
Pengertian Standar audit berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur
Negara Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standart Audit Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah, Standar audit adalah kriteria atau ukuran mutu minimal untuk
34
melakukan kegiatan audit yang wajib dipedomani oleh Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP).
Bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 5
Tahun 2008 tentang Standart Audit Aparat Pengawasan Internal Pemerintah
Tujuan Standar Audit APIP adalah untuk:
1) Menetapkan prinsip-prinsip dasar yang merepresentasikan praktik-praktik audit
yang seharusnya;
2) Menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan kegiatan audit
intern yang memiliki nilai tambah;
3) Menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit;
4) Mempercepat perbaikan kegiatan operasi dan proses organisasi;
5) Menilai, mengarahkan dan mendorong auditor untuk mencapai tujuan audit;
6) Menjadi pedoman dalam pekerjaan audit;
7) Menjadi dasar penilaian keberhasilan pekerjaan audit. Standar Audit berfungsi
sebagai ukuran mutu minimal bagi para auditor dan APIP dalam:
a) pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang dapat
merepresentasikan praktik-praktik audit yang seharusnya,
menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan kegiatan
audit yang memiliki nilai tambah serta menetapkan dasar-dasar
pengukuran kinerja audit;
b) pelaksanaan koordinasi audit oleh APIP;
c) pelaksanaan perencanaan audit oleh APIP;
d) penilaian efektifitas tindak lanjut hasil pengawasan dan konsistensi
penyajian laporan hasil audit.
35
Pengertian Audit berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara
Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standart Audit Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah, Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti
yang dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar
audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektifitas, efisiensi, dan
keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah.
Pengertian Audit investigatif berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan
Aparatur Negara Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standart Audit Aparat Pengawasan
Internal Pemerintah, Audit investigatif adalah proses mencari, menemukan, dan
mengumpulkan bukti secara sistematis yang bertujuan mengungkapkan terjadi
atau tidaknya suatu perbuatan dan pelakunya guna dilakukan tindakan hukum
selanjutnya.
Pengertian Audit berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara
Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah, Audit adalah orang/instansi pemerintah yang diaudit oleh APIP.
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan Dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pasal 24 (1) Pengawasan
terhadap urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh Aparat Pengawas
Intern Pemerintah sesuai dengan fungsi dan kewenangannya. (2) Aparat Pengawas
Intern Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Inspektorat
Jenderal Departemen, Unit Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen,
Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota.
36
Penjelasan Ayat (2) Unit pengawas Lembaga Pemerintah Non Departemen yaitu
Inspektur Utama, Deputi Bidang Pengawasan pada Lembaga Pemerintah Non
Departemen, dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan.
Pengertian Standar Audit berdasarkan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia
oleh Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia Tanggal 30 Desember 2013
berdasarkan amanat Pasal 53 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Standar audit adalah kriteria atau ukuran
mutu minimal untuk melakukan kegiatan audit intern yang wajib dipedomani oleh
Auditor Intern Pemerintah Indonesia.
Tujuan dan Fungsi Standar Audit berdasarkan Standar Audit Intern Pemerintah
Indonesia oleh Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia Tanggal 30
Desember 2013, Tujuan Dan Fungsi Standar Audit adalah untuk:13
1) Menetapkan prinsip-prinsip dasar yang merepresentasikan praktik-praktik audit
intern yang seharusnya;
2) Menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan kegiatan audit
intern yang memiliki nilai tambah;
3) Menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit intern;
4) Mempercepat perbaikan kegiatan operasi dan proses organisasi (APIP);
5) Menilai, mengarahkan, dan mendorong auditor untuk mencapai tujuan audit
intern;
6) Menjadi pedoman dalam penugasan audit intern; dan
7) Menjadi dasar penilaian keberhasilan penugasan audit intern.
13
http://www.justitialawfirm.or.id/index.php/76-standar-audit-aparat-pengawasan-intern-pemerintah-
apip&ved. Diakses pada 18 Oktober 2017 pukul 01:43
37
Standar Audit berfungsi sebagai ukuran mutu minimal bagi para auditor dan
pimpinan APIP dalam:
1) Pelaksanaan tugas dan fungsi yang dapat merepresentasikan praktik-praktik
audit intern yang seharusnya, menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan
peningkatan kegiatan audit intern yang memiliki nilai tambah, serta
menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit intern;
2) Pelaksanaan koordinasi audit intern oleh pimpinan APIP;
3) Pelaksanaan perencanaan audit intern oleh pimpinan APIP; dan
4) Penilaian efektivitas tindak lanjut hasil audit intern dan konsistensi penyajian
laporan hasil audit intern.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Masalah
Metode pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan metode
yuridis normatif yaitu metode pendekatan penelitian yang dilakukan untuk
mempelajari dan mengkaji serta menelaah peraturan Perundang-Undangan, asas-
asas, teori-teori dan konsep-konsep yang berhubungan atau kaitannya dengan
peran Inspektorat Daerah kaitannya dengan Pengawasan Internal Pemerintah dan
faktor-faktor penghambat yang timbul dalam meningkatkan Pengawasan Internal
Pemerintah dan cara mengatasinya. Pendekatan metode yuridis empiris yaitu
metode pendekatan dilakukan dengan berdasarkan pada fakta objektif yang
didapatkan dalam penelitian lapangan baik berupa hasil wawancara dengan
responden, hasil kuisioner atau alat bukti lain yang diperoleh dari narasumber.
3.2 Sumber dan Jenis Data
Sumber data dari penelitian ini berasal dari data lapangan dan data kepustakaan.
Sedangkan jenis data terdiri atas data primer dan data sekunder, sebagai berikut:
a) Data Primer adalah data yang diperoleh langsung oleh penulis dari hasil studi
dan penelitian dilapangan (Field Research).14
Serta data ini diperoleh langsung
14
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 1986 hlm 11
39
dari sumbernya melalui wawancara yang dilakukan terhadap narasumber yang
berkompeten dibidangnya.
b) Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan kepustakaan dengan cara
menelusuri literatur yang berhubungan dengan masalah yang sesuai dengan
pokok-pokok permasalahan yang ada dalam penelitian ini.15
Bahan-bahan
tersebut terdiri dari :
1) Bahan hukum primer, yaitu :
a) Undang-Undang Dasar 1945;
b) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi
Pemerintahan;
c) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;
d) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2005 Tentang Pembinaan dan
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
e) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah;
f) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
2) Bahan hukum sekunder, Meliputi : bahan-bahan yang berhubungan dengan
bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan
hukum primer, seperti literatur, artikel, makalah dan bahan lain yang sifatnya
ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.
15
Ibid...
40
3) Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penulisan penelitian ini, adalah
bahan-bahan yang berguna sebagai petunjuk atau informasi tentang bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder. Antara lain kamus dan bahan lain
yang sifatnya ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam
skripsi ini.
3.3 Penentuan Informan
Untuk penulisan Skripsi ini penulis mencari informasi penelitian yang ada
kaitannya dengan masalah-masalah yang dibahas. Adapun informan dalam
penelitian ini adalah Kepala Inspektorat Provinsi Lampung.
3.4 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data
a. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah Studi
Kepustakaan dan Studi Lapangan. Studi kepustakaan dimaksudkan untuk
memperoleh data sekunder dengan cara membaca, mencatat, mengutip, menelaah,
serta mempelajari dan merangkum data yang berkaitan dengan dengan pokok
permasalahan yang berasal dari peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan
pustaka yang berhubungan dengan penelitian ini. Serta melakukan Studi
Lapangan untuk memperoleh data primer yang dilakukan dengan metode
wawancara.
b. Metode Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, baik data primer maupun data sekunder yang diperoleh
dari studi kepustakaan dan studi lapangan. Maka data yang telah diperoleh
tersebut diolah melalui prosedur sebagai berikut:
41
1) Editing, dalam hal ini data yang masuk akan diteliti kembali seperti
kelengkapan data, kejelasan data, dan relavansinya dengan penelitian.
Kemudian memeriksa dan meneliti data tersebut guna meminimalisir
kesalahan dan data tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2) Klasifikasi data, yakni menempatkan data sesuai dengan kelompok-kelompok
yang telah ditetapkan dalam bagian–bagian pada pokok bahasan yang akan
dibahas.
3) Sistematisasi data, yaitu dengan menghubungkan dan menyusun
penggolongan-penggolongan data secara sistemastis menurut tata urutan
dalam ruang lingkup bahasan yang telah ditentukan, dengan maksud untuk
memudahkan dalam menganalisis data sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan.
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dan terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif
yaitu data yang berupa pendapat atau (judgement) sehingga tidak berupa angka
akan tetapi berupa kata–kata atau kalimat kemudian diuraikan berdasarkan
kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari hasil penelitian. Selanjutnya
diinterpretasikan secara sistematis dengan permasalahan yang ada terutama yang
berkaitan dengan peran Inspektorat Daerah kaitannya dengan Pengawasan Internal
Pemerintah danvfaktor-faktor penghambat yang timbul dalam meningkatkan
Pengawasan Internal Pemerintah dan cara mengatasinya, sehingga menemukan
titik temu yang kemudian untuk dapat ditarik suatu kesimpulan. Metode yang
digunakan untuk menarikan suatu kesimpulan yaitu metode induktif yaitu suatu
42
cara mengambil suatu kesimpulan dari hal-hal bersifat khusus dan kemudian
diambil kesimpulan yang bersifat umum.
68
BAB V
KESIMPULANN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal yang termuat dalam bab-bab terdahulu dalam skripsi yang
berjudul “Peran Inspektorat Daerah Sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah
(APIP) Di Provinsi Lampung”, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Inspektorat Daerah Provinsi Lampung sebagai Aparat Pengawas Internal
Pemerintah Daerah memiliki peran dalam perencanaan program pengawasan,
perumusan kebijakan, dan fasilitasi pengawasan, pemeriksaan, pengusutan,
pengujian dan penilaian tugas pengawasan, pemeriksaan serta pelaksanaan
tugas lain yang diberikan oleh kepala Daerah di bidang pengawasan.
2. Dalam menjalankan tugasnya Inspektorat Provinsi Lampung belum dapat
melaksanakan tugasnya secara optimal. Hal ini dikarenakan terdapat berbagai
hambatan dalam pelaksanaan tugasnya sehingga program pengawasan tidak
semuanya dapat ditindaklanjuti. Bahwa berbagai hambatan yang ditemui
dalam pelaksanaan pengawasan yang dilakukan Inspektorat adalah masalah
keterbatasan anggaran, kurangnya data fisik lapangan, kurangnya koordinasi
antara lembaga dan instansi/dinas, dan terbatasnya sumber daya
manusia/auditor.
69
5.2 Saran
1. Salah satu faktor utama yang dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan
pengendalian intern adalah efektivitas peran Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah (APIP). Untuk itu diharapkan APIP harus terus melakukan
perubahan dan memaksimalkan tugas pokok dan fungsi sebagaimana mestinya
agar terwujudnya pemerintahan yang baik (Good Governance) dan
pemerintahan yang bersih (Clean Governance) serta meningkatkan kualitas
untuk mewujudkan hasil pengawasan yang semakin baik.
2. Dana dan prasarana yang kurang dari Pemerintah Daerah, harusnya
Inspektorat dapat mengefektifkan dana yang ada pada Inspektorat Daerah
untuk menjalankan tugas dan fungsinya sehingga tidak terjadinya hambatan
yang akan mengganggu pelaksanaan pengawasan tim Inspektorat. Selain itu
Pemerintah Daerah juga seharusnya menambah jumlah sumber daya
manusia/auditor umtuk mempermudah dalam melakukan pengawasan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Anggara, Sahya, 2012, Ilmu Administrasi Negara, Bandung : CV. Pustaka Setia.
Hasyimzoem, Yusnani Dkk, 2016, Hukum Pemerintahan Daerah, Malang:Inteligensia Media.
Kansil C.S.T, 2014, Pemerintah Daerah di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika.
Murhaini, Suriansyah, 2014, Manajemen Pengawasan Pemerintah Daerah,Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nurmayani, 2015, Hukum Administrasi Daerah, Lampung : Universitas Lampung.
Ridwan, Juniarso dan Sodik Achmad, 2014, Hukum Administrasi Negara danKebijakan Layanan Publik, Bandung : Nuasa Cendikia.
Soekanto, Soerjono, 1986,Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UniversitasIndonesia.
Sunarno, Siswanto, 2012, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jakarta :Sinar Grafika.
Suwanda, Dadang, 2013, Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, Jakarta :PPM-Manajemen.
Syafeiie, Inu Kencana, 2012, Ilmu Pemerintahan, Bandung : CV. Mundar Maju.
Wibowo, 2007, Manajemen Kinerja, Jakarta : Rajawali pers.
Yanto, Nur, 2015, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Bogor :Mitra Wacana Media.
B. Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pembinaan danPengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian InternPemerintah.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2007 Tentang PedomanTeknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi danKabupaten/Kota.
C. Penelusuran Internet
https://nasional.sindonews.com/newsread/1209150/18/penguatan-inspektorat-daerah. Diakses pada 30 september 2017 pukul 17:05 WIB.
https://inspektoratdaerah.bulelengkab.go.id/artikel/. Diakses pada 30 september2017 pukul 17:11 WIB.
https://Inspektoratkab.wordpress.com/./peran-inspektorat-daerah-sebagai-peng.Diakses pada 30 september 2017 pukul 17:20 WIB.
http://legalstudies71.blogspot.com/2016/03/pengertian-pengawasan-menurut-para-ahli. Diakses pada 17 Oktober 2017 pukul 18:04 WIB.
http://www.justitialawfirm.or.id/index.php/76-standar-audit-aparat-pengawasan-intern-pemerintah-apip&ved.Diakses pada 18 Oktober 2017 pukul 01:43WIB.