USULAN PENJADWALAN PERAWATAN MESIN DENGAN METODE ...
Transcript of USULAN PENJADWALAN PERAWATAN MESIN DENGAN METODE ...
USULAN PENJADWALAN PERAWATAN
MESIN DENGAN METODE RELIABILITY
CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA
MESIN PRODUKSI KERTAS
Oleh
Arri Ismail Wicaksono
NIM: 004201405106
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik
Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu
pada Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Industri
2018
DAFTAR ISTILAH
Maintenance : Tindakan yang dilakukan untuk memelihara dan
menjaga suatu barang agar dapat berjalan
sebagaimana mestinya dan dalam kondisi yang
dapat diterima.
Preventive Maintenance : Suatu kegiatan pemeriksaan secara periodik
terhadap asset dan peralatan yang bertujuan untuk
dapat mengetahui kondisi penyebab suatu
kerusakan, serta menjaga asset yang telah
mengalami kerusakan dengan jalan memperbaiki
dan melakukan pencegahan sebelum terjadi
kerusakan yang lebih parah.
Breakdown
: Kerusakan mesin secara mendadak tanpa
diprediksi sebelumnya.
Downtime : Kehilangan waktu produksi dikarenakan kerusakan
mesin dan dilakukan perbaikan kerusakan.
Production loss : Kehilangan capaian produksi suatu produk yang
mengakibatkan kerugian atau penurunan profit.
Reliability : Probabilitas barang atau mesin dalam menjalankan
fungsinya selama periode waktu tertentu berjalan
secara konsisten.
Equipment : Bagian dari sebuah mesin yang memiliki suatu
fungsi yang didalamnya masih terdapat part
penyusunnya.
ABSTRAK
PT.FSW merupakan produsen kertas kemasan terkemuka di indonesia yang
memiliki 6 mesin produksi . Untuk menjaga kondisi mesin produksi selalu dalam
keadaan terbaik maka peran maintenance sangatlah penting. Meningkatnya
kerusakan yang terjadi pada mesin produksi kertas 2 akan berakibat pada
peningkatan jumlah breakdown pada mesin yang menimbulkan downtime.
Kerusakan yang bersifat mendadak menyebabkan waktu perbaikan yang lama dan
mengakibatkan production loss yang cukup besar . Metode corrective maintenance
yang berjalan saat ini belum berjalan sesuai dengan harapan untuk menjaga
runability mesin. Untuk meminimalkan angka downtime dibutuhkan adanya
preventive maintenance dengan metode Reliability Centered Maintenance (RCM).
Selain menerapkan analisa kuantitatif seperti perhitungan MTTR, MTTF,
Reliability, dan biaya preventif metode ini juga melakukan analisa secara kualitatif
seperti Functional Block Diagram (FBD), analisa mesin kritis, Fault Tree Analysis
(FTA) dan Failure and Mode Effect Analysis (FMEA). Setelah dilakukan preventive
maintenance terjadi peningkatan keandalan pada sub sistem press section mesin
produksi kertas 2 dari awalnya hanya 43 % menjadi 56 % , sedangkan biaya
perbaikan akan berkurang sebesar Rp 393.258.670 dari awalnya Rp 5.724.825.736
menjadi Rp5.331.567.066 setiap kali dilakukan penggantian komponen yang ada
pada press section. Menurunnya biaya ini akan berpengaruh besar untuk profit yang
didapat perusahaan karena menghemat pengeluaran biaya perawatan.
Kata kunci : Maintenance, Downtime, Corrective maintenance , Preventive
maintenance, RCM, Biaya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dunia industri yang semakin berkembang dan meningkatnya persaingaan dengan
kompetitor di bidang yang sama menuntut perusahaan yang berperan sebagai
produsen dapat memenuhi kebutuhan customer demi menjaga hubungan baik
dengan customer. Manajemen perawatan mesin merupakan aspek penting yang
menentukan keberhasilan dan kelangsungan suatu industri manufaktur. Dalam
dunia industri dengan jumlah produksi yang banyak sangat mengandalkan adanya
mesin – mesin industri, oleh karenanya mesin merupakan bagian vital dari proses
produksi tersebut. Mesin tersebut memiliki bagian yang berkaitan dengan bagian
lainnya , jika suatu bagian mengalami kerusakan maka proses produksi tidak akan
memenuhi kebutuhan bagian produksi perusahaan untuk menyediakan target order
dari pasar. Untuk menanggulangi hal tersebut diperlukan perencanaan perawatan
mesin yang terjadwal (preventive maintenance) untuk mengurangi kerusakan mesin
mendadak (breakdown maintenance) yang mengakibatkan tidak tercapainya target
produksi.
PT. FSW merupakan salah satu perusahaan terkemuka yang memproduksi kertas
kemasan di Indonesia, berbagai produk yang dihasilkan PT.FSW meliputi kertas
Kraft Liner Board (KLB) dan kertas Corrugated Medium Paper (CMP) untuk
kemasan karton dan Coated Duplex Board (CDB) untuk kemasan display. Dengan
mesin yang beroprerasi non stop selama 24 jam atau 3 shift sangat rawan terjadi
kerusakan. Paper machine 2 (PM 2) merupakan mesin yang digunakan untuk
memproduksi kertas jenis KLB, pada Paper Machine 2 terdapat berbagai bagian
mesin yang merupakan penyusun mesin tersebut seperti : Gearbox, Roll, Pump
(centrifugal & vacum) , Blower dan Agitator . Tingginya angka downtime mekanik
PM2 pada periode 1 januari – 31 desember 2017 sudah melebihi total kumulatif
downtime pada tahun 2016, hal ini akan mengakibatkan target pencapaian downtime
pada PM2 menjadi tidak tercapai. Metode penjadwalan mesin yang saat ini
diterapkan pada PM2 masih di dominasi oleh correcive maintenance, dengan
metode tersebut angka downtime dinilai masih cukup tinggi dan mengakibatkan
proses produksi menjadi terganggu dan tidak optimal. Oleh karena itu diperlukan
metode yang tepat untuk penjadwalan perbaikan mesin pada PM2 yang ada di
PT.FSW.
Ada dua pendekatan yang biasa digunakan untuk merencanakan kegiatan perawatan
yaitu pendekatan RCM (reliability centered maintenance) dan TPM (total
productive maintenance). Pendekatan TPM berorientasi pada kegiatan managemen
sedangkan RCM berorientasi pada kegiatan teknis. RCM dan TPM berkembang
dari metode preventive maintenance, perbedaannya RCM memberikan
pertimbangan berupa tindakan yang dapat dilakukan jika preventive maintenance
tidak mungkin dilakukan. Hal ini menjadi kelebihan RCM karena kegiatan
perawatan mesin dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan. RCM juga melakukan
pendekatan dengan menggunakan analisa kualitatif dan kuantitatif sehingga
memungkinkan menelusuri akar dari penyebab kegagalan fungsi dan memberikan
solusi yang tepat sesuai dengan akar permasalahan. RCM adalah suatu pendekatan
pemeliharaan yang mengkombinasikan praktek dan strategi dari preventive
maintenance dan corrective maintenance untuk memaksimalkan umur dan fungsi
peralatan dengan biaya minimal. Sementara TPM, dilaksanakan dengan
menerapkan system penerapan preventif maintenance yang komprehensif
sepanjang umur alat, melibatkan seluruh departemen, perencana, pemakai, dan
pemelihara alat, melibatkan semua karyawan dari top management sampai level
operator yang secara langsung mengoperasikan mesin, dan mengembangkan
preventive maintenance melalui managemen motivasi aktivitas kelompok kecil
mandiri. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan pendekatan RCM
(reliability centered maintenance) untuk mendapatkan suatu rencana perawatan
komponen pada paper machine 2 (PM2)
Budiyanti (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Perencanaan Jadwal
Perawatan Preventif Berbasis Keandalan untuk Meningkatkan Availability Mesin
Kertas (Studi Kasus: PT. Kertas Leces (Persero)” menggunakan Fault Tree
Analysis untuk menentukan penjadwalan preventif maintenance . Susanto (2013)
pada industri otomotif PT.Showa menentukan penjadwalan perbaikan mesin
dengan minimasi downtime dalam penelitian yang berjudul “Perencanaan
Perawatan pada Unit Kompresor Tipe Screw dengan Metode RCM di Industri
Otomotif “ . Berdasarkan penelitian terdahulu untuk mengatasi permasalahan yang
sedang terjadi di PT.FSW perlu dilakukan analisis yang berbasis pada reliability
dengan cara kualitatif dan kuantitatif . Untuk itu diusulkan metode Reliability
Centered Maintenance (RCM) dalam penelitian ini.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana mengetahui komponen mesin yang sering mengalami kegagalan
dan perbaikan pada paper machine 2?
Bagaimana mengetahui tingkat reliability pada komponen berdasarkan data
histori kerusakan paper machine 2?
Bagaimana menentukan penjadwalan perawatan mesin pada paper machine 2?
Bagaimana mengetahui perbandingan biaya jika dilakukan penjadwalan
perbaikan mesin ?
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui komponen-komponen kritis pada paper machine 2
Mengetahui tingkat reliability suatu komponen berdasarkan data histori
perbaikan paper machine 2
Menentukan penjadwalan perawatan mesin yang tepat pada pada paper
machine 2.
Mengetahui perbandingan biaya jika dilakukan penjadwalan perbaikan mesin.
1.4. Batasan Masalah
Penelitian dilakukan di PT. FSW
Penelitian dilakukan pada mesin produksi kertas nomer 2 (PM2)
Penelitian dilakukan pada periode 1 januari 2017 – 31 Desember 2017
1.5. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Berisi latar belakang pendahuluan yang memberikan gambaran
terkait penelitian yang akan dilakukan, kemudian dijelaskan
rumusan masalah, tujuan dilakukan penelitian , batasan terhadap
masalah yang terjadi dan sistematika dalam penulisan.
BAB II Studi Pustaka
Didalamnya terhadapat teori-teori yang digunakan dalam
penyelesaian masalah yang dihadapi dalam penelitian.
BAB III Metodologi Penelitian
Memberikan informasi terkait langkah – langkah yang diambil
dalam melakukan penelitian berdasarkan teori yang terdapat di
dalam BAB II.
BAB IV Data dan Analisis
Berisikan data terkait data yang ada hubungannya dengan histori
kerusakan mesin. Data ini didapatkan dari hasil pengamatan
terhadap data histori yang telah ada dan pengamatan secara langsung
di area penelitian. Hasil pegumpulan data kemudian diolah untuk
dilakukan analisis yang berguna untuk penyelesaian masalah.
BAB V Simpulan dan Saran
Di dalamnya memuat simpulan terhadap hasil analisis yang telah
dilakukan pengolahan data pada BAB IV. Selain itu juga berisi
terkait saran-saran terhadap perbaikan terhadap penelitian lain yang
memiliki persamaan data kedepannya.
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1. Definisi Maintenance
Maintenance merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memelihara fasilitas atau
peralatan pabrik, dengan melakukan perbaikan atau penyesuaian atau penggantian
yang diperlukan supaya tercipta suatu keadaan operasional produksi sesuai dengan
apa yang telah direncanakan, (Assauri, 2008).
Preventive maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terjadwal.
Umumnya secara periodik, di mana sejumlah kegiatan seperti inspeksi dan
perbaikan, penggantian, pembersihan, pelumasan, penyesuaian, dan penyamaan
dilakukan, ( Ebeling ,1997).
Maintenance adalah kegiatan yang dilakukan untuk memastikan fungsi suatu aset
atau peralatan berjalan sesuai dengan yang seharusnya, ( Moubray ,1997).
Pemeliharaan adalah Semua tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan item
atau bagian atau peralatan untuk mengembalikannya ke kondisi tertentu,
(Dhillon, 2002).
2.2. Jenis – Jenis Maintenance
Menurut Dhillon (2002) maintenance terbagi menjadi 3 yaitu:
a) Preventive maintenance : Semua tindakan dilakukan secara terencana, berkala
dan jadwal spesifik untuk menyimpan barang / peralatan dalam kondisi kerja
yang telah ditentukan melalui proses pengecekan dan rekondisi. Tindakan ini
adalah tindakan pencegahan yang dilakukan untuk mencegah atau menurunkan
kemungkinan kegagalan atau tingkat degradasi yang tidak dapat diterima.
b) Corrective maintenance : Perawatan terjadwal atau perbaikan untuk
mengembalikan item / peralatan ke keadaan tertentu dan dilakukan karena
dianggap telah terjadi kekurangan atau kegagalan.
c) Predictive maintenance : Penggunaan pengukuran modern dan metode
pemrosesan sinyal untuk mendiagnosis kondisi peralatan / barang secara akurat
selama operasi.
2.3. RCM (Reliability Centered Maintenance)
Reliability adalah probabilitas dari suatu item untuk dapat melaksanakan fungsi
yang telah ditetapkan pada kondisi pengoprasian dan lingkungan tertentu untuk
periode waktu yang ditentukan, (Ebelling, 1997). Filosofi RCM didasarkan pada
peningkatan sistem dengan metode meminimalkan biaya dalam kebijakan
operasional dan strategi pemeliharaan. Menurut Pranoto (2015) RCM adalah suatu
proses yang dijalankan untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan perawatan dari
sembarang aset fisik dalam konteks operasinya.
Kegagalan atau failure dapat didefinisikan sebagai ketidak mampuan suatu
komponen untuk menjalankan fungsinya pada suatu sistem. Jadi, keandalan
merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses
produksi.
Pemilihan tindakan dengan pendekatan Reliability Centered Maintenance (RCM)
terbagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. Condition Directed (C.D) tindakan yang diambil yang bertujuan untuk
mendeteksi kerusakan dengan cara visual inspection, memeriksa alat, serta
memonitoring sejumlah data yang ada. Apabila ditemukan gejala-gejala
kerusakan peralatan maka dilanjutkan dengan perbaikan atau penggantian
komponen.
2. Time Directed (T.D), tindakan yang bertujuan untuk melakukan pencegahan
langsung terhadap sumber kerusakan yang didasarkan pada waktu atau umur
komponen.
3. Finding Failure (F.F), tindakan yang diambil dengan tujuan untuk menemukan
kerusakan peralatan yang tersembunyi dengan pemeriksaan berkala.
Tujuan dari RCM adalah sebagai berikut, (Dhillon, 2002) :
1. Untuk mengembangkan prioritas terkait desain yang dapat memfasilitasi
preventive maintenance.
2. Untuk mengumpulkan informasi yang berguna untuk meningkatkan desain
barang yang tidak memuaskan dengan keandalan yang berkaitan..
3. Untuk mengembangkan tugas-tugas terkait preventive maintenance yang dapat
memulihkan keandalan dan keselamatan tingkat yang melekat dalam hal
peralatan atau kerusakan sistem.
4. Untuk mencapai tujuan di atas ketika total biaya minimal.
Moubray (1991) manyatakan bahwa pada dasarnya proses RCM dapat ditelusuri
dengan menggunakan 7 pertanyaan tentang aset atau sistem yang diteliti, yaitu:
1. Apakah fungsi dan performance standart operasional dari asset?
2. Bagaimana aset tersebut rusak, atau gagal dalam menjalankan semua fungsinya?
3. Apakah penyebab masing – masing kegagalan fungsi tersebut?
4. Apakah yang terjadi pada saat terjadi kerusakan?
5. Bagaimana masing – masing kerusakan tersebut terjadi?
6. apa yang dapat dilakukan untuk memprediksi atau mencegah masing – masing
kerusakan tersebut?
7. Apakah yang harus dilakukan apabila kegiatan proaktif yang sesuai tidak
berhasil ditemukan?
Proses RCM dasar terdiri dari langkah-langkah berikut, (Dhillon, 2002):
1. Identifikasi hal-hal penting sehubungan dengan pemeliharaan. Biasanya,
komponen kritis diidentifikasi menggunakan teknik analisis kegagalan (FMEA)
dan analisis pohon kesalahan (FTA).
2. Dapatkan data kegagalan yang tepat. Dalam menentukan probabilitas kejadian
dan menilai kekritisan, ketersediaan data pada tingkat kegagalan bagian,
operator probabilitas kesalahan, dan efisiensi pemeriksaan sangat penting. Jenis
ini data berasal dari pengalaman lapangan, database kegagalan generik, dll.
3. Mengembangkan data analisis pohon kesalahan. Kemungkinan terjadinya
peristiwa kesalahan— peristiwa dasar, menengah, dan atas.
4. Menerapkan logika keputusan ke mode kegagalan kritis. Logika keputusan
adalah dirancang untuk memimpin, dengan mengajukan pertanyaan penilaian
standar, untuk yang paling banyak kombinasi tugas pemeliharaan pencegahan
yang diinginkan. Logika yang sama adalah diterapkan pada setiap mode
kegagalan penting dari setiap pemeliharaan-penting barang.
5. Klasifikasikan persyaratan perawatan.
6. Menerapkan keputusan RCM. Frekuensi dan interval tugas ditetapkan atau
diberlakukan sebagai bagian dari strategi atau rencana perawatan keseluruhan.
7. Menerapkan atau mempertahankan teknik berdasarkan pengalaman lapangan.
Setelah itu sistem atau peralatan mulai beroperasi, data kehidupan mulai
terakumulasi. Di Pada saat itu, salah satu langkah yang paling mendesak adalah
mengevaluasi kembali semua RCM terkait keputusan default.
Langkah – langkah dalam penyusunan RCM Secara umum terbagi menjadi dua
metode yang dikembangkan untuk melakukan evaluasi keandalan suatu sistem,
yaitu dengan metode kualitatif dan metode kuantitatif . Langkah – langkah tersebut
dijelaskan pada bagian berikut ini :
2.3.1. Metode Kualitatif
Metode kualitatif merupakan metode analisa secara kualitas mealalui sudut
pandang yang praktis dari suatu masalah. Dalam menyusun metode kualitatif yang
baik diperlukan data dengan teknik kulitatif, contohnya seperti Failure Mode and
Effects Analysis (FMEA), Fault Tree Analysis (FTA) dan Reliability Centered
Maintenance (RCM). Analisa kualitatif ini digunakan untuk menganalisa sistem
untuk dicari jenis kegiatan yang paling efektif ditinjau dari segi bentuk kegagalan .
Metode RCM terdiri atas tahapan seperti uraian dibawah ini :
a.) Penentuan Sistem dan Pengumpulan Informasi
Untuk melakukan penentuan sistem ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu:
Sistem yang diamati adalah sistem yang memiliki ongkos preventive
maintenance yang tinggi.
Sistem sudah melewati umur pakai
Sistem mempunyai pengaruh yang besar terhadap keamanan dan keselamatan..
Sistem menimbulkan ongkos corrective maintenance yang besar.
b.) Definisi Batasan Sistem
Identifikasi suatu sistem bergantung pada berbagai faktor seperti kompleksitas,
peraturan dan hambatan, struktur keuangan perusahaan, dan sebagainya . Definisi
terhadap sistem dapat mengetahui fungsi dari sistem tersebut .
c.) Function Block Diagram.
Tahapan ini mengidentifikasi fungsi yang perlu dipertahankan oleh sistem . Hal
penting yang harus diperhatikan adalah pernyataan ini mendefinisikan fungsi sistem
dan bukan peralatan . Ketidakmampuan dalam menjaga fungsi suatu sistem disebut
kegagalan fungsi . Kegagalan fungsional didefinisikan sebagai ketidakmampuan
suatu komponen/sistem untuk memenuhi standar prestasi (performance standard)
yang diharapkan. Sistem dan sub-sistem di bawahnya saling berhubungan untuk
memenuhi tujuan keseluruhan. FBD menyediakan cara yang efektif untuk
menunjukkan bagaimana ini bekerja. Ini menggambarkan hubungan antara fungsi
utama dan sistem pendukungnya atau sub-sistem. Dengan menggambarkan sistem
dapat diketahui hubungan antar komponen dan kontribusinya terhadap kinerja
sistem kemudian hasilnya akan digunakan untuk melakukan penjadwalan
maintenance di di masa yang akan datang.
d.) Fault Tree Analysis (FTA)
Fault Tree Analysis adalah teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi sebab
dan akibat yang berperan terhadap terjadinya kegagalan. Metode diawali dengan
asumsi kegagalan atau kerugian dari kejadian puncak (Top Event) kemudian
menentukan sebab-sebab suatu Top Event sampai pada suatu kegagalan dasar
(Basic Event) . Fault tree analysis adalah salah satu teknik yang dapat diandalkan,
dimana kegagalan yang tidak diinginkan, diatur dengan cara menarik kesimpulan
dan dipaparkan dengan gambar. FTA merupakan salah satu diagram satu arah dan
menghubungkan informasi yang dikembangkan dalam Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) (Ebeling, 1997).
Hasil dari analisa ini merupakan satu struktur yang mirip pohon, yang disajikan
dalam bentuk grafis yang menghubungkan kegagalan sistem luar biasa atau
dinamakan Top Event dan dapat berkembang ke kegagalan dasar yang dinamakan
Basic Event.
Fault tree analysis ialah diagram yang digunakan untuk mendeteksi adanya gejala
supaya mengetahui akar penyebab suatu masalah, dimulai dari TOP event .Manfaat
dari penggunaan metode FTA adalah :
1. Dapat menentukan faktor penyebab yang kemungkinan besar menimbulkan
kegagalan.
2. Menemukan tahapan kejadian yang kemungkinan besar sebagai penyebab
kegagalan.
3. Menganalisa kemungkinan sumber-sumber resiko sebelum kegagalan timbul.
4. Menginvestigasi suatu kegagalan.
Dalam penyusunan FTA langkah-langkah utama adalah sebagai berikut :
1. Definisi dari sistem
2. Pembuatan FTA (fault tree analysis).
3. Identifikasi kemungkinan.
4. Analisis kualitatif.
5. Analisis kuantitatif.
6. Report
FTA adalah sebuah tool grafis yang melakukan pencatatan semua mode kesalahan
dari sebuah sistem yang rumit menjadi kombinasi logika, hubungan sederhana
gerbang AND dan OR. Kesalahan-kesalahan yang dimaksud disini adalah
kegagalan komponen. Data yang baik dapat dipakai sebagai dasar kesalahan
(kegagalan) dari seluruh komponen-komponen kritis, sedangkan Fault Tree
Analysis dapat membangkitkan kesalahan-kesalahan dasar yang telah diduga
sebelumnya pada keseluruhan sistem.
Teknik FTA pada teknik industri digunakan dengan cara membuat sebuah pohon
yang menggambarkan hubungan sebab akibat antara kesalahan dasar dengan
kesalahan sistem. Aplikasi dari tindak balas diharapkan akan memangkas cabang-
cabang dari pohon kesalahan sehingga seluruh akibat dapat dibandingkan. FTA
didasarkan pada asumsi kembar, kegagalan komponen secara random sesuai dengan
hasil statistik dan pada level terendah pohon kesalahan, kesalahan komponen tidak
tergantung dengan yang lainnya.
Sumber : Ebeling (1997)
Gambar 2.1. Simbol pada Fault Tree Analysis
Simbol Keterangan
Resultan event atau Top Event
Or gate
And gate
Basic event
Transfer in and Transfer out
Incomplete event
conditional event
Normal Event
e.) Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Tugas dalam FMEA adalah mengidentifikasi mode kegagalan menggunakan data
dan pengetahuan tentang suatu produk atau peralatan, masing-masing potensi
kegagalan dan efek yang ditimbulkan dinilai dari tiga faktor berikut Ben-daya
(2009) :
Severity : konsekuensi saat terjadi kegagalan.
Occurence : probabilitas atau frekuensi kegagalan yang terjadi
Detection : Kegagalan dapat terdeteksi sebelum terjadi.
Kemudian ketiga faktor ini digabungkan dalam satu nomor yang disebut Risk
Priority Number (RPN) dengan rumus :
RPN = Severity x Occurrence x Detection (2-1)
Masing-masing faktor penyusun RPN memiliki nilai seperti pada tabel yang ada
dibawah ini :
Tabel 2.1. Nilai Severity
Sumber : Ben-daya (2009)
Tabel 2.2. Nilai Occurrence
Sumber : Ben-daya (2009)
Tabel 2.3. Nilai Detection
Sumber : Ben-daya (2009)
2.3.2. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah metode analisa berupa perhitungan secara matematik.
Metode ini dilakukan melalui perolehan data sekunder berupa data maintenance
(equipment record) terhadap waktu kerusakan atau kegagalan (time to failure)
dimana Time to Failure adalah waktu komponen saat mulai beroperasi sampai
mengalami kegagalan dan waktu perbaikan (time to repair) yaitu waktu perbaikan
yang diperlukan oleh komponen agar dapat berfungsi kembali. TTF dan TTR suatu
komponen mengikuti beberapa distribusi kegagalan yang telah dikenal antara lain
distribusi normal, lognormal, eksponensial, weibull.
2.4. Mean Time to Repair (MTTR)
Dalam melakukan penelitian tentang maintenance tentu ada kaitannya dengan
waktu untuk melakukan kegiatan perbaikan. Waktu yang dibutuhkan untuk
perbaikan mulai dari komponen tersebut mengalami kerusakan sampai dengan
perbaikan dan mesin tersebut jalan kembali itulah yang disebut dengan Mean Time
to Repair (MTTR). Agar produktifitas produksi bagus maka divisi mekanik harus
sebisa mungkin menekan angka MTTR lebih rendah. Nilai MTTR yang rendah
menunjukkan bahwa diperusahaan tersebut mempunyai solusi yang tepat dan
menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi.
2.5. Mean Time to Failure (MTTF)
Berbanding terbalik dengan MTTR, disini nilai penting yang harus dilihat adalah
semakin besar nilai MTTF yang didapat maka kualitas pekerjaan terlihat bagus,
dibuktikan dengan tingkat kerusakan dan jarak waktu sejak mesin berjalan sampai
mesin tersebut rusak kembali memiliki jarak waktu yang lama. Hal ini akan
mempunyai keuntungan yang lebih seperti tingkat produktivitas yang tinggi, angka
breakdown dan downtime yang rendah serta kualitas pekerjaan yang baik. Mean
Time to Failure adalah waktu rata-rata antar kerusakan dari sejak mesin berjalan
sampai terjadinya mesin rusak kembali. Meningkatnya nilai MTTF menunjukkan
bahwa metode perawatan dan pemeliharaan mesin dalam keadaan baik.
2.6. Kinerja Keandalan
Kinerja keandalan yang terdiri dari Reliability, Availability dan Maintainability
dikenal sebagai RAM Technology. RAM dalam preventive maintenance dapat
diartikan sebagai penaksiran penggunaan fungsi mesin disetiap kegiatan preventive
maintenance dan diuraikan sebagai berikut :
a. Reliability
Reliability adalah probabilitas suatu sistem akan bekerja secara benar dalam
jangka waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu. Nilai reliability dapat
dihitung dengan rumus :
𝑅(𝑡) = 1 − 𝐹(𝑡) (2-2)
Dimana :
F(t) = Cumulative Distribution Function (CDF)
R(t) = Fungsi Reliability
b. Availability
Availability adalah probabilitas suatu mesin dapat beroperasi dengan
memuaskan pada kondisi operasi tertentu. Availability hanya memperhatikan
waktu operasi dan downtime.
A(tp) = 1 - D(tp) (2-3)
c. Maintainability
Maintainability adalah probabilitas sistem yang mengalami kerusakan dapat
dioperasikan kembali secara efektif dalam suatu periode yang diberikan.
M(tp) = 𝑴𝑻𝑻𝑭
𝑭(𝒕𝒑) (2-4)
Pernyataan mengenai kondisi operasi meliputi informasi sifat dan jumlah beban dan
kondisi lingkungan pada saat beroperasi. Dengan memperhatikan tingkat keandalan
maka kita dapat mengamati penyebab dari kerusakan, yaitu apakah kerusakan
merupakan kerusakan awal, kerusakan yang random atau kerusakan karena aus.
2.7. Laju Kerusakan dan Umur Produk
Laju kerusakan suatu sistem akan berubah mengikuti perubahan waktu. Meurut
Jardine (1973) dari pengalaman maupun percobaan diketahui laju kerusakan suatu
peralatan atau komponen mengikuti suatu pola yang disebut kurva bathub. Dalam
menganalisis kerusakan alat atau komponen, faktor yang perlu mendapat perhatian
adalah laju kerusakan (failure rate) komponen setiap saat selama masa operasi.
Pengamatan terhadap karakteristik terjadinya kerusakan sangat penting untuk
menetapkan langkah-langkah pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
kerusakan yang lebih berat. Dari hasil pengamatan ini dapat disimpulkan dalam
bentuk kalimat atau grafik yang nantinya dapat dianalisis lebih lanjut. Diketahui
bahwa pola kerusakan komponen merupakan kurva yang berbentuk seperti bak
mandi, atau biasa disebut Bathub hazard rate curve.
Gambar 2.2. Siklus Hidup Sistem (Bathub Curve)
Kurva ini terbagi dalam tiga area, yaitu:
1. Area A : laju kerusakan menurun (Burn In Region)
2. Area B : laju kerusakan konstan (Usefull Life Region)
3. Area C : laju kerusakan meningkat (Wear Out Region)
Fase A : Kerusakan Awal (Early failure atau infant mortality)
Pada fase ini, laju kerusakan (hazard rate) suatu sistem mengalami penurunan, dan
biasanya hal ini merupakan ciri awal penggunaan mesin. Fase ini sering disebut
burn in region; debugging region atau break in region. Fase ini dimulai dari t0
sampai t1. Pada fase ini menunjukan terjadinya kerusakan dini (early failure) yang
menurun hingga t1. Probabilitas kerusakan pada saat ini akan lebih besar dibanding
pada saat yang akan datang.
Fase B : Kerusakan yang random (failure random in time)
Fase ini dimulai dari t1 sampai t2. pada fase ini memiliki laju kerusakan yang
cenderung konstan dan merupakan laju kerusakan yang rendah. Fase ini biasa
disebut usefull life. Kerusakan yang terjadi pada fase ini biasanya diakibatkan oleh
pembebanan yang tiba-tiba yang besarnya diluar batas kemampuan komponen atau
kondisi ekstrim lainnya.
Fase C : Pengoperasian melebihi umur komponen (Wear out operation)
Fase ini dimulai dari t2 sampai seterusnya. Fase ini memiliki laju kerusakan yang
cenderung tajam atau meningkat, hal ini dikarenakan mulai memburuknya kondisi
alat atau komponen sehingga fase ini disebut pemakaian yang melebihi umur
komponen (wear out). Biasanya penggantian alat terjadi pada saat t1 dan t2. tetapi
penentuan t1 dan t2 terasa sulit, maka sukar sekali untuk melakukan atau
mengadakan penggantian peralatan pada saat yang tepat.
Menurut Jardine (2006) total downtime per unit waktu adalah :
D(tp) = 𝑇𝑝.𝑅(𝑡𝑝) + 𝑇𝑓.(1−𝑅(𝑡𝑝))
(𝑡𝑝+𝑇𝑝).𝑅(𝑡𝑝) +(𝑀(𝑡𝑝)+𝑇𝑓).(1−𝑅(𝑡𝑝) (2-5)
Dimana:
tp = Interval waktu pencegahan
Tf = Downtime yang diakibatkan waktu perbaikan
F(t) = Fungsi distribusi interval antar kerusakan yang terjadi
R(tp) = Reliability pada saat tp
M(tp) = Waktu rata-rata terjadinya kerusakan jika penggantian dilakukan
pada saat tp
2.8. Fungsi Distribusi Statistik
Ada beberapa fungsi distribusi statistik yang digunakan untuk menguraikan
kerusakan peralatan. Adapun fungsi distribusi tersebut adalah sebagai berikut :
- Fungsi Distribusi Normal
- Fungsi Distribusi Lognormal
- Fungsi Distribusi Eksponensial
- Fungsi Distribusi Weibull
2.8.1. Fungsi Distribusi Normal
Distribusi normal adalah distribusi yang memiliki bentuk seperti kurva bel dengan
parameter pembentuk yaitu mean () dan standar deviasi (). Karena jenis
distribusi ini berhubungan dengan distribusi Lognormal, Distribusi Normal juga
dapat digunakan untuk menghitung dan menganalisis distribusi Lognormal.
Distribusi normal juga sering disebut sebagai distribusi Gaussian. Bentuk dari
kurva distribusi normal simetris terhadap nilai mean rata-rata.
Ben-daya (2009)
Gambar 2.3. Contoh Pola Distribusi Normal
1. Probability Density Function (PDF)
Adapun rumus yang digunakan adalah :
𝒇(𝒕) =𝟏
𝝈√𝟐𝝅𝒆
[(𝒕−µ)
𝟐𝝈𝟐
𝟐] (2-6)
Dimana:
t : Waktu
µ : Mean of Data
𝜎 : Standar Deviasi
e : Natural Logarithm (e = 2,71828)
2. Cumulative Distribution Function (CDF)
Sedangkan untuk menghitung CDF menggunakan rumus persamaan :
𝑭(𝒕) = ɸ (𝒕−µ
𝝈) (2-7)
3. Reliability Function (keandalan)
Reliability dihitung dengan rumus :
𝑹(𝒕) = 𝟏 − 𝑭(𝒕) (2-8)
4. Failure Rate Function
Perhitungan Failure Rate Function menggunakan persamaan :
𝝀(𝒕) = 𝑭(𝒕)
𝝈𝑹(𝒕) (2-9)
5. Mean Time To Failure (MTTF)
Rumus untuk menghitung MTTF adalah menggunakan persamaan :
𝑴𝑻𝑻𝑭 = µ (2-10)
2.8.2. Fungsi Distribusi Lognormal
Distribusi lognormal merupakan distribusi kegagalan yang mempunyai banyak
variasi bentuk, sehingga terkadang data yang sesuai untuk distribusi pada Weibull
juga akan sesuai dengan distribusi Lognormal. Distribusi ini menggunakan 2
parameter yakni parameter bentuk (shape parameter) yang menunjukkan standar
deviasi dan juga tmed yang menunjukkan nilai tengah dari data yang termasuk ke
dalam distribusi ini.
Sumber : wikipedia.org/lognormal-distribution
Gambar 2.4. Contoh Pola Distribusi Lognormal
Beberapa fungsi yang akan digunakan pada distribusi lognormal yaitu:
1. Probability Density Function (PDF)
Adapun rumus probability density function dapat dilihat pada Persamaan :
𝒇(𝒕) = 𝟏
𝒔𝒕√𝟐𝝅𝒆
[𝟏
𝟐𝒔𝟐(𝐥𝐧𝒕
𝒕𝒎𝒆𝒅)
𝟐] (2-11)
For t ≥ 0
Dimana :
t : Interval Waktu
tmed : Waktu Median dari data
s : Scale Parameter
π : Mean of the Data
e : Natural Logarithm (e = 2.71828)
2. Cumulative Distribution Function (CDF)
Adapun rumus Cumulative Distribution Function pada persamaan :
𝑭(𝒕) = ɸ (𝟏
𝒔𝐥𝐧
𝒕
𝒕𝒎𝒆𝒅) (2-12)
3. Reliability Function (keandalan)
Rumus menghitung tingkat keandalan menggunakan persamaan :
𝑹(𝒕) = 𝟏 − 𝑭(𝒕) (2-13)
4. Failure Rate Function
Untuk Failure Rate Function menggunakan rumus persamaan :
𝝀(𝒕) = 𝑭(𝒕)
𝒔𝒕𝑹(𝒕) (2-14)
5. Mean Time To Failure (MTTF)
Untuk menghitung MTTF menggunakan persamaan :
𝑴𝑻𝑻𝑭 = 𝒕𝒎𝒆𝒅 . 𝒆(
𝒔𝟐
𝟐) (2-15)
6. Variance
Adapun menghitung variance menggunakan rumus persamaan :
𝝈𝟐 = 𝒕𝒎𝒆𝒅𝟐𝒆𝒔𝟐[𝒆𝒔𝟐
− 𝟏] (2-16)
2.8.3. Fungsi Distribusi Eksponensial
Distribusi eksponensial digunakan untuk menggambarkan keandalan dari waktu ke
waktu kegagalan komponen atau mesin jika tingkat kegagalannya konstan.
Distribusi ini memiliki tingkat kegagalan konstan dari waktu ke waktu, di lain
waktu peluang atau probabilitas kegagalan tidak tergantung pada usia komponen
atau mesin. Parameter yang digunakan pada distribusi eksponensial adalah λ, yang
berarti kedatangan rata-rata kegagalan yang terjadi.
Beberapa fungsi yang digunakan untuk perhitungan dalam distribusi exponensial:
1. Probability Density Function (PDF)
Rumus yang digunakan untuk menghitung PDF menggunakan :
𝒇(𝒕) = 𝛌𝒆(−𝝀.𝒕) (2-17)
Dimana,
t : Waktu
e : Natural Logarithm (e = 2,71828)
λ : Rate Parameter
2. Cumulative Distribution Function (CDF)
Sedangkan menghitung CDF menggunakan rumus persamaan :
𝑭(𝒕) = 𝟏 − 𝒆(−𝝀.𝒕) (2-18)
3. Reliability Function (keandalan)
Rumus menghitung keandalan adalah persamaan :
𝑹(𝒕) = 𝒆(−𝝀.𝒕) (2-19)
4. Failure Rate Function
Adapun menghitung Failure Rate Function menggunakan rumus:
𝛌(𝐭) =𝐟(𝐭)
𝑹(𝒕)= 𝝀 (2-20)
5. Mean Time To Failure in Exponential Distribution
Menghitung MTTF menggunakan rumus persamaan :
𝑀𝑇𝑇𝐹 =1
𝜆 (2-21)
6. Variance (σ2)and standard deviation (σ)
Menghitung variance dan standar deviasi menggunakan rumus :
𝝈𝟐 =𝟏
𝝀𝟐 (2-22)
2.8.4. Fungsi Distribusi Weibull
Distribusi ini merupakan distribusi yang paling sering digunakan untuk
menganalisis data kerusakan, karena distribusi weibull dapat memenuhi beberapa
periode kerusakan yang terjadi, yaitu periode awal (early failure), periode normal,
dan periode pengausan (wear out).
Periode tersebut tergantung dari nilai parameter bentuk fungsi distribusi weibull.
Distribusi weibull mempunyai laju kerusakan menurun untuk β < 1, laju kerusakan
konstan untuk β = 1, dan laju kerusakan naik untuk β > 1.
Jika distribusi waktu antar kegagalan suatu sistem mengikuti distribusi webull,
maka :
1. Cumulative Distribution Function (CDF)
Sedangkan rumus menghitung CDF adalah menggunakan persamaan :
𝑭(𝒕) = 𝟏 − 𝒆−(𝒕
𝜽)
𝜷
(2-23)
2. Reliability Function (keandalan)
Tingkat keandalan dihitung menggunakan rumus persamaan :
𝑹(𝒕) = 𝒆−(𝒕
𝜽)𝜷
(2-24)
3. Failure Rate Function
Untuk Failure Rate Function menggunakan rumus persamaan :
𝛌(𝐭) =𝜷
𝜽(
𝒕
𝜽)
𝜷−𝟏
(2-25)
4. Mean Time To Failure in Weibull Distribution
MTTF dihitung menggunakan rumus persamaan :
𝑴𝑻𝑻𝑭 = (𝜽)(𝚪) (𝟏 +𝟏
𝜷) (2-26)
𝚪(𝐱) = (𝐱 − 𝟏)𝚪(𝐱 − 𝟏) (2-27)
Which Γ(x) = Gamma Function
5. Variance
Untuk mencari variance menggunakan rumus persamaan :
𝝈𝟐 = (𝜽)𝟐 {𝚪 (𝟏 +𝟐
𝜷) − [𝚪 (𝟏 +
𝟏
𝜷)]
𝟐
} (2-28)
Tabel 2.4. Fungsi Gamma
X Γ(x) X Γ(x) X Γ(x) X Γ(x)
1,01 0,99433 1,51 0,88659 2,01 1,00427 2,51 1,33875
1,02 0,98884 1,52 0,88704 2,02 1,00862 2,52 1,3483
1,03 0,98355 1,53 0,88757 2,03 1,01306 2,53 1,35798
1,04 0,97844 1,54 0,88818 2,04 1,01758 2,54 1,36779
1,05 0,9735 1,55 0,88887 2,05 1,02218 2,55 1,37775
1,06 0,96874 1,56 0,88964 2,06 1,02687 2,56 1,38784
1,07 0,96415 1,57 0,89049 2,07 1,03164 2,57 1,39807
1,08 0,95973 1,58 0,89142 2,08 1,0365 2,58 1,40844
1,09 0,95546 1,59 0,89243 2,09 1,04145 2,59 1,41896
1,1 0,95153 1,6 0,89352 2,1 1,04649 2,6 1,42962
1,11 0,9474 1,61 0,89468 2,11 1,05161 2,61 1,44044
1,12 0,94359 1,62 0,89592 2,12 1,05682 2,62 1,4504
1,13 0,93993 1,63 0,89724 2,13 1,06212 2,63 1,46251
1,14 0,93642 1,64 0,89864 2,14 1,06751 2,64 1,47377
1,15 0,93304 1,65 0,90012 2,15 1,073 2,65 1,48519
1,16 0,9298 1,66 0,90167 2,16 1,07857 2,66 1,49677
1,37 0,88931 1,87 0,95184 2,37 1,21836 2,87 1,77994
1,38 0,88854 1,88 0,95507 2,38 1,22618 2,88 1,79553
1,39 0,88785 1,89 0,95838 2,39 1,23412 2,89 1,81134
1,4 0,88726 1,9 0,96177 2,4 1,24217 2,9 1,82736
1,41 0,88676 1,91 0,96523 2,41 1,25034 2,91 1,84359
1,42 0,88636 1,92 0,96877 2,42 1,25863 2,92 1,86005
1,43 0,88604 1,93 0,9724 2,43 1,26703 2,93 1,87673
1,44 0,88581 1,94 0,9761 2,44 1,27556 2,94 1,89363
1,45 0,88566 1,95 0,97988 2,45 1,28421 2,95 1,91077
1,46 0,8856 1,96 0,98374 2,46 1,29298 2,96 1,92814
1,47 0,88563 1,97 0,98769 2,47 1,30188 2,97 1,94574
1,48 0,88575 1,98 0,99171 2,48 1,31091 2,98 1,96358
1,49 0,88595 1,99 0,98581 2,49 1,32006 2,99 1,98167
1,5 0,88623 2 1 2,5 1,32934 3 2
2.9. Uji kesesuaian distribusi
Pengujian kesesuaian distribusi bertujuan untuk mengetahui bahwa distribusi data
terpilih benar – benar mewakili data. Pengujian kesesuaian distribusi yang
digunakan adalah uji spesifik Goodness of Fit, karena uji ini memiliki probabilitas
yang lebih besar dalam menolak suatu distribusi yang tidak sesuai ( Ebelling, hal
392 ).
Goodness of Fit terbagi menjadi dua yaitu General Test dan Spesific Test.Untuk
General Test sendiri biasanya menggunakan Chi Square Test dengan ukuran
sampel yang relatif besar. Sedangkan Spesific Test menggunakan Least Square
Test dengan ukuran data yang lebih kecil ( Ebelling, hal 408 ).
Uji Goodness of Fit menurut Ebelling (1997) secara manual dapat digunakan
dengan menggunakan :
1. Kolmogorov–Smirnov‘sTest untukdistribusi Normal dan Lognormal.
2. Bartlett’s Test untuk distribusi Eksponensial.
3. Mann’s Test untuk distribusi Weibull.
2.10. RCM decision worksheet
RCM Decision Worksheet merupakan dokumentasi jawaban dari pertanyaan pada
Diagram Keputusan dan keterangan dari jawaban tersebut digunakan untuk
mendokumentasikan jenis perawatan rutin yang dilakukan, seberapa sering
dilakukan, dan oleh siapa, serta kegagalan apa yang cukup serius untuk dilakukan
desain ulang. RCM Decision Worksheet menggabungkan faktor kualitatif dan
kuantitatif dalam rencana perawatan mesin.
Gambar 2.5. Contoh RCM decision worksheet
Gambar 2.6. RCM Decision Diagram
Apakah kegagalan fungsi
yang disebabkan oleh modus
kegagalan tersebut menjadi
bukti bagi operator pada
kondisi normal?
Apakah modus kegagalan
tersebut menyebabkan
kegagalan fungsi atau
kerusakan lain yang dapat
melukai seseorang?
Apakah modus kegagalan
menyebabkan kegagalan fungsi
atau kerusakan lain yang dapat
melanggar peraturan atau
standar di lingkungan?
Apakah modus kegagalan
berpengaruh langsung terhadap
kapabilitas operasional (output,
kualitas, pelayanan konsumen atau
biaya operasi dan biaya perbaikan)?
Apakah kegiatan untuk
mendeteksi terjadinya
kegagalan secara teknis
layak dan mungkin
dilakukan?
Apakah kegiatan untuk
mendeteksi terjadinya
kegagalan secara teknis
layak dan mungkin
dilakukan?
Apakah kegiatan untuk
mendeteksi terjadinya
kegagalan secara teknis
layak dan mungkin
dilakukan?
Apakah kegiatan untuk
mendeteksi terjadinya
kegagalan secara teknis
layak dan mungkin
dilakukan?
Apakah kegiatan scheduled
restoration untuk
mengurangi tingkat
kegagalan secara teknis
layak dilakukan?
Apakah kegiatan scheduled
restoration untuk
mengurangi tingkat
kegagalan secara teknis
layak dilakukan?
Apakah kegiatan scheduled
restoration untuk
mengurangi tingkat
kegagalan secara teknis
layak dilakukan?
Apakah kegiatan scheduled
restoration untuk
mengurangi tingkat
kegagalan secara teknis
layak dilakukan?
Apakah kegiatan scheduled
discard untuk mengurangi
tingkat kegagalan secara
teknis layak dilakukan?
Apakah kegiatan failure-
finding untuk mendeteksi
kegagalan secara teknis
layak dilakukan?
Apakah kegiatan scheduled
discard untuk mengurangi
tingkat kegagalan secara
teknis layak dilakukan?
Apakah kegiatan scheduled
discard untuk mengurangi
tingkat kegagalan secara
teknis layak dilakukan?
Apakah kegiatan scheduled
discard untuk mengurangi
tingkat kegagalan secara
teknis layak dilakukan?
Apakah kombinasi dari
kegiatan untuk menghindari
kegagalan secara teknis
layak dan mungkin
dilakukan?
Dapatkah beberapa
kegagalan mempengaruhi
keselamatan atau
lingkungan?
H S E O
H1
H2
H3
H4
S1
S2
S3
S4
H5
O1
O2
O3
N1
N2
N3
Scheduled on-condition task Scheduled on-condition task Scheduled on-condition task Scheduled on-condition task
Scheduled restoration task Scheduled restoration task Scheduled restoration task Scheduled restoration task
Scheduled discard task Scheduled discard taskScheduled
discard task
No-scheduled
maintenance
Scheduled
discard task
Mungkin
diperlukan
redesain
Mungkin
diperlukan
redesain
Kombinasi
kegiatan
Wajib
redesain
Scheduled failure-finding task
Wajib
redesain
No-scheduled
maintenance
Mungkin
diperlukan
redesain
Ya
Ya Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya Ya
Ya
Ya
TidakTidak Tidak
Tidak
Tidak
TidakTidak
Tidak Tidak
TidakTidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
2.11. Pareto Chart
Diagram pareto merupakan satu dari tujuh alat dasar kontrol kualitas, yang meliputi
histogram, bagan Pareto, lembar cek, diagram kontrol, diagram sebab-akibat,
flowchart, dan scatter diagram. Bagan ini dinamai Vilfredo Pareto, pareto mencatat
bahwa 80% pendapatan di Italia mencapai 20% dari jumlah tersebut populasi.
Prinsip Pareto menggambarkan fakta bahwa 80% masalah berasal dari 20%
penyebabnya.
Sumber : Ben-daya (2009)
Gambar 2.7. Contoh Diagram Pareto
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Langkah - langkah untuk memecahkan masalah pada penelitian adalah seperti yang
terdapat pada gambar 3.1 berikut ini.
MULAI
Identifikai Masalah
Studi Pustaka
Data & Analisis
Simpulan & Saran
Selesai
Observasi Awal
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian
Observasi Awal:
Mencari data histori pada data kerusakan
mesin dan perbaikan yang dilakukan pada
rentang waktu januari – desember 2017
Memahami tahapan dalam perbaikan mesin.
Menentukan permasalahan pada mesin yang
dijadikan penelitian
Identifikasi masalah:
Mengamati tindakan penanganan dan
perbaikan mesin yang saat ini dijalankan di
PT. FSW
Melakukan penentuan batasan permasalahan
dalam penelitian.
Menentukan tujuan yang akan dicapai.
Studi Pustaka:
Teori-teori mengenai manajemen perawatan.
Penjadwalan perawatan.
Interval waktu penggantian komponen mesin.
Data dan analisis:
Pengumpulan dan pengolahan data kerusakan
mesin bulan januari – desember 2017.
Analisis hasil pengolahan data
Penjadwalan perawatan
Simpulan dan saran:
Menarik simpulan hasil pengolahan data dan
analisis serta saran untuk perbaikan
penelitian.
3.1. Observasi awal
Tahapan untuk memulai penelitian ini yaitu pengamatan pada mesin produksi 2
terkait tingginya angka downtime yang berhubungan dengan mekanikal.
Pengamatan dilakukan dengan cara interview terhadap operator maintenance dan
mengamati data waktu kerusakan mesin menggunakan data Maintenance Record
yang tersedia di laporan perbaikan mesin bulanan dari bulan januari – desember
2017, apakah terdapat suatu penyebab yang mengakibatkan mesin produksi 2
memiliki angka downtime yang cukup tinggi.
3.2. Identifikasi masalah
Dari hasil pengamatan awal , ditetapkan latar belakang terkait masalah yang sedang
terjadi pada paper machine 2 PT.FSW. Kemudian ditentukan rumusan masalah
yang selanjutnya diperoleh tujuan dari penelitian yang nantinya dapat
menyelesaikan masalah yang sedang terjadi, agar penelitian fokus pada tujun yang
ditetapkan maka ditetapkan batasan masalah dalam penelitian. Hal – hal tersebut
dirumuskan pada BAB I.
3.3. Studi Pustaka
Berisi teori-teori yang didalamnya terdapat informasi untuk membantu
menyelesaikan masalah yang terjadi . Teori-teori berasal dari buku – buku baik
textbook maupun E-book dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian sebelumnya.
Pada tahap ini, teori yang digunakan terkait dengan maintenance adalah metode
reliability centered maintenance (RCM), FBD, FTA, FMEA, Distribusi kerusakan
(normal, lognormal, eksponensial, weibull), Pareto chart.
3.4. Data & Analisis
Tahapan ini merupakan bagian untuk menganalisis data, membuktikan,
menjelaskan, atau menjawab masalah yang dihadapi dalam penelitian.
Pengumpulan data pada mesin yang sesuai dengan tujuan penelitian berupa data
yang tingkat kerahasiaanya tidak terlalu tinggi namun dianggap sudah cukup untuk
selanjutnya dilakukan pengolahan data. Data yang diambil adalah data kerusakan
dari bulan januari 2017 – desember 2017. Data & analisis pada bab 4 dapat
dijelaskan pada kerangka penelitian gambar 3.2 dibawah ini.
MULAI
Pengumpulan data kerusakan mesin:
- Data histori perbaikan mesin
Identifikasi Komponen
Analisa Kualitatif:
Function block diagram
Penentuan mesin kritis
Fault three analysis
Failure Mode And Effect (FMEA)
Analisa Kuantitatif:
Penentuan Distribusi
Perhitungan TTR dan TTF
Perhitungan MTTR dan MTTF
Perhitungan Nilai R(t), M(t), D(t)
Usulan schedule Maintenance
Tiap komponen
Simpulan dan Saran
SELESAI
Gambar 3.2 Kerangka penelitian
3.5. Simpulan dan Saran
Pada bagian akhir adalah menarik simpulan dari penelitian yang dilakukan terkait
dengan penjadwalan maintenance pada mesin produksi 2 di PT. FSW. Selain
penarikan kesimpulan pada tahap ini juga diberikan saran untuk penelitian yang
akan dilakukan di masa yang akan datang.
BAB IV
DATA dan ANALISIS
4.1. Pengumpulan data
Pada bab ini akan dilakukan pembahasan terhadap kerusakan yang terjadi pada
Paper Machine 2 dalam rentang waktu 1 januari 2017 – 31 desember 2017. Data
tersebut selanjutnya akan dianalisa dan kemudian dijadikan dasar dalam
menentukan usulan penjadwalan maintenance.
4.1.1. Observasi awal
Dalam memproduksi kertas PT.FSW mengoperasikan 6 mesin kertas atau paper
machine (PM) secara continue atau 24 jam nonstop yang terbagi ke dalam 3 shift
kerja. Dari ke-6 mesin produksi kertas yang ada pada PT.FSW , paper machine 2
(PM2) merupakan mesin yang memiliki jumlah angka downtime yang tertinggi
dibandingkan mesin yang lain, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1 terkait
perbandingan jumlah downtime masing masing mesin yang terdapat pada PT.FSW.
Tabel 4.1. Perbandingan Downtime dari ke-6 Mesin Produksi
No Mesin Downtime Frekuensi Persentase
1 Paper machine 1 179,73 47 18%
2 Paper machine 2 271,1 70 27%
3 Paper machine 3 80,8 35 13%
4 Paper machine 5 81,08 31 12%
5 Paper machine 7 171,93 52 20%
6 Paper machine 8 95,3 29 11%
Total 879,94 264 100%
Downtime yang terjadi pada paper machine 2 pada tahun 2017 telah melebihi target
pencapaian tahunan yang direncanakan perusahaan dan juga melebihi pencapaian
downtime pada tahun sebelumnya (2016) yaitu 135,67 jam . Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian yang akan dijadikan sebagai usulan dalam perawatan paper
machine 2. Pada tabel 4.2 dapat dilihat data kerusakan paper machine 2 yang
diperoleh dari histori kerusakan mesin yang mengakibatkan downtime pada
1 januari 2017 – 31 desember 2017 .
Tabel 4.2. Data Kerusakan pada Paper Machine 2
Sub sistem Jumlah
Kerusakan
Persentase
(%)
Kumulatif
(%)
Press Section 25 36% 36%
Dryer Section 16 23% 59%
Wire Section 12 17% 76%
Size Press Section 10 14% 90%
Calender & Pope
Reel Section 7 10% 100%
Total 70 100%
Data kerusakan pada tabel diatas merupakan data kerusakan pada sub sistem
penyusun paper machine 2 data disusun berdasarkan tingkat kerusakan mesin
tertinggi. Pada bagian press section memiliki tingkat kerusakan yang lebih tinggi
dari bagian – bagian lain pada paper machine 2.
4.2. Pengolahan dan analisis data
Setelah dilakukan observasi awal terhadap mesin yang akan dilakukan penelitian
selanjutnya pada tahapan ini data - data yang telah diperoleh akan dilakukan
pengolahan dan analisis data.
4.2.1. Analisis Functional Block Diagram
Dalam analisa FBD dapat diketahui bahwa mesin produksi kertas memiliki
beberapa bagian atau sub sistem sesuai dengan fungsinya masing masing untuk
menjalankan sebuah sistem yaitu mesin produksi kertas. Dengan analisa FBD dapat
diketahui fungsi – fungsi yang harus dipertahankan oleh sistem . Mesin produksi
kertas berfungsi mengolah buburan kertas menjadi lembaran kertas melalui
tahapan-tahapan yang melewati sub sistem mesin kertas, tiap – tiap sub sistem
tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini.
Wire
section
Press
section
Dryer
section
Size press
section
Calender &
Pope reel
section
Dryer
section
Gambar 4.1. Functional Block Diagram Paper Machine 2
Penjelasan terkait masing-masing bagian dari gambar Functional Block Diagram
pada gambar 4.1 adalah sebagai berikut :
1. Wire section : perupakan proses dimana buburan kertas pertama kali di
distribusikan ke mesin produksi kertas lalu dibentuk menjadi lembaran kertas
yang masih basah.
2. Press section : bagian mesin yang fungsinya untuk mengeluarkan atau
mengurangi kadar air pada lembaran kertas yang telah melewati wire section.
3. Dryer section : bagian mesin yang berfungsi mengeringkan kertas sampai
kadar yang diinginkan.
4. Size press section : pada bagian mesin ini berfungsi untuk menutupi pori-pori
atau lubang pada kertas serta ukuran pada kertas setelah melalui proses
sebelumnya yaitu pada proses pengeringan atau penguapan melewati dryer
section.
5. Calender & Pope rell section : berfungsi untuk adalah untuk mengontrol
ketebalan dan kehalusan permukaan dari kertas kemudian kertas digulung
menjadi jumbo roll.
Masing masing sub sistem memiliki peran yang sangat vital terhadap kelangsungan
proses produksi kertas atau bisa dikatakan saling terintegrasi menjadi bagian
penyusun dari mesin produksi kertas. Proses produksi kertas harus melewati setiap
tahapan – tahapan pada sub sistem pada mesin produksi, oleh karena itu setiap sub
sistem harus dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya.
4.2.2. Analisis penentuan mesin kritis
Di dalam menentukan bagian mesin kritis pada mesin produksi kertas digunakan
analisis pareto seperti pada gambar 4.2 sehingga dapat diketahui bagian mesin mana
yang memiliki tingkat kerusakan pada mesin produksi kertas . Data diagram pareto
pada gambar 4.2 sesuai dengan data terkait kerusakan pada paper machine 2 yang
terdapat pada tabel 4.2 .
Gambar 4.2. Diagram Pareto Tingkat Kerusakan pada Paper Machine 2
Setelah dilakukan penentuan mesin kritis pada paper machine 2 dengan
menggunakan diagram pareto, dapat dilihat bahwa frekuensi kerusakan yang sering
terjadi di paper machine 2 adalah pada press section dengan frekuensi sebanyak 25
kali dan presentase kerusakan sebesar 35,7 % atau dibulatkan menjadi 36 %.
4.2.3. Fault Tree Analisis (FTA)
Berdasarkan data kerusakan mesin yang terjadi pada Paper machine 2 yang
diperoleh dari pengumpulan data maka disusun fault tree analysis seperti pada
gambar 4.3 . Dengan fault tree analysis dapat diketahui konsekuensi dari masing
masing failure mode dari masing masing part, kerusakan atau kegagalan yang
menjadi Top Event dapat ditelusuri penyebab masalahnya dan dapat dilakukan
perbaikan secara tepat.
Gambar 4.3. Fault tree analysis pada Paper machine 2
PM2
Wire Section Press Section Dryer Section Size Press SectionCalender & pope
reel section
Suction
couch roll
Felt roll
Bearing
Gearbox
Bearing
Strecher Pulley
Chain Bearing Holder
RollStarch
pump
Roll
surfaceSeal
Agitator
broke
Swing
armBearing V-belt
Deckle Seal
Pump
BearingAir tube
Seal
Vacum
pump
Bearing V-belt
6
Pada gambar 4.3 dijelaskan kerusakan pada masing - masing bagian mesin yang
menyebabkan penyebab terjadinya downtime, seperti pada press section yang
menjadi basic even adalah kerusakan bearing pada vacum pump yang tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
Bagian yang menjadi Top Event pada gambar 4.3 adalah PM2 kemudian sub sistem
penyusunnya wire section, press section, dryer section, size press section dan
calender & pope reel section.
Level ke 2 dari Top Event pada gambar 4.3 adalah suction couch roll, pump, vacum
pump, felt roll, gearbox, strecher , pulley, roll , starch pump dan agitator broke.
Selanjutnya yang menjadi Basic Event atau kerusakan awal atau kegagalan dasar
pada gambar 4.3 adalah deckle, air tube, bearing pump, seal pump, bearing vacum
pump, seal vacum pump, v-belt, bearing felt roll, bearing gearbox, chain , bearing
pulley, holder pulley, roll surface , seal starch pump, swing arm , bearing agitator
dan v-belt agitator.
Bagian wire section disusun oleh suction couch roll dan pump, selanjutnya pada
tiap – tiap bagian penyusun tersebut terdapat Basic Event atau kegagalan dasar yang
menyebabkan Top Event mengalami kegagalan.
4.2.4. Failure mode & effect analysis (FMEA)
Analisa FMEA bertujuan untuk menentukan jenis kerusakan , penyebab dan akibat
dari kerusakan yang ditimbulkan equipment pada paper machine 2. Setiap
equipment yang ada memiliki tipe kerusakan yang berbeda beda, melalui analisis
FMEA paper machine 2 yang terdapat pada lampiran A. Setiap kerusakan
berpengaruh terhadap fungsi dari masing masing equipment pada paper machine 2.
Setiap komponen ditentukan nilai severity, occurence dan detection masing masing
sehingga dapat diperoleh nilai Risk Priority Number seperti pada tabel dibawah ini
dengan mengalikan ketiga faktor yang sudah ditentukan nilainya.
RPN = Severity x Occurence x Detection
Tabel 4.3. FMEA Wire section
No Sub
Sistem Equipment Part Function
Function
Failure Failure Mode Failure Effect S O D RPN
1 Wire
Section
Suction
Couch Roll
Air
Tube 1
Menekan deckle agar
area vacum yang
digunakan untuk
mengurangi kadar air
kertas pada roll
suction bekerja
dengan baik
A
Air tube
pecah
atau
bocor
1 Kadar air pada
kertas tinggi
Kertas menjadi
gampang putus
dalam proses
produksi dan Q2
Penggantian air
tube 7 jam
9 9 7 567
Deckle 2
Menjaga area vacum
dapat berfumgsi
dengan baik dalam
mengurangi kadar air
pada kertas
A
Deckle
Aus atau
pecah
1 Kadar air pada
kertas tinggi
Kertas menjadi
gampang putus
dalam proses
produksi dan Q2
Penggantian air
tube 7 jam
9 9 7 567
Pump
Bearing 1 Sebagai bantalan
putar pompa A
Bearing
rusak
atau
macet
1
pompa tidak bisa
memindahkan
buburan kertas
Proses produksi
terhenti dan
Penggantian
bearing unit 4 jam
8 8 5 320
Seal 2
Menjaga buburan
kertas yang
dipindahkan tetap
berada pada jalurnya
A Seal
bocor 1
terjadi loss fiber
atau bahan baku
yang terbuang sia
sia
Kerugian biaya
bahan baku dan
penggantian seal 1
jam
5 6 4 120
Tabel 4.4. FMEA Press Section
Sub
Sistem Equipment Part Function
Function
Failure Failure Mode Failure Effect S O D RPN
Press
Section
Vacum
Pump
Bearing 1 Sebagai bantalan
putar vacum pump A
Bearing
rusak /
macet
1
Roll suction
tidak dapat
mengurangi
kadar air pada
kertas
Kertas menjadi gampang
putus dalam proses produksi
dan Q2 Penggantian bearing
7 jam
8 8 6 384
seal 2
Menjaga tingkatan
vacum sesuai yang
diharapkan.
A Seal
bocor 1
Tingkatan
vacum menurun
Kertas menjadi gampang
putus dalam proses produksi
dan Q2 penggantian seal
(gland packing) 2 jam
6 6 5 180
V-belt 3
Penghubung yang
memindahkan
putaran dari motor
ke vacum pump
A V-belt
putus 1
sistem vacum
tidak bekerja
Kertas menjadi gampang
putus dalam proses produksi
dan Q2 penggantian v-belt 3
jam
7 8 6 336
Felt Roll Bearing 1
sebagai bantalan
putar rol yang
berfungsi memutar
felt.
A
Bearing
rusak /
macet
1 Roll tidak dapat
memutar felt
Kerusakan akan semakin
parah dan biaya perbaikan
semakin besar dan
penggantian bearing 3 jam
8 7 8 448
Gearbox Bearing 1
Sebagai bantalan
putar gearbox yang
mengkonversi
potaran motor
terhadap roll
A
Bearing
rusak /
macet
1
gerabox tidak
dapat memutar
roll - roll
Roll tidak dapat berputar
dan memindahkan lembaran
kertas ke proses selanjutnya
dan penggantian bearing 5
jam & 12 jam jika
mengganti dengan gearbox
spare
8 9 9 648
Tabel 4.5. FMEA Dryer Section dan Size Press Section
No Sub
Sistem Equipment Part Function
Function
Failure Failure Mode Failure Effect S O D RPN
3 Dryer
section
Strecher Chain 1
Menjaga tension pada
canvas yang ada pada
roll
A Rantai
putus 1
tension canvas
kendor dan
canvas tidak
stabil atau
sobek
Kerusakan semakin
parah jika tidak
diperbaiki
.Perbaikan rantai 5
jam
9 9 7 567
Pulley
Bearing 1
Sebagai bantalan
pada pulley yang
menggerakkan rope
A
Bearing
rusak /
macet
1 rope menjadi
cepat putus
Penggantian
bearing 2 jam 7 6 7 294
holder 2
Support atau dudukan
pulley yang menjaga
pulley tetap pada
tempatnya.
A
Holder
bengkok /
lepas
1
rope putus dan
menggangu
equipment
lainnya
Perbaikan dan
penggantian
support 1,5 jam
8 7 8 448
4
Size
Press
section
Roll Roll
Surface 1
Permukaan roll yang
yang digunakan
untuk menutup pori
pori kertas setelah
proses pemanasan
atau pengeringan
A
Permukaan
roll tidak
bagus
1 kertas menjadi
berlubang
kualitas kertas tidak
sesuai kebutuhan
dan penggantian
dengan roll spare
atau regrinding
dengan waktu
downtime 12 jam
9 7 8 504
Starch
Pump Seal 1
Menjaga pressure
supply cairan kanji
yang dialirkan ke
area size press roll
A Seal bocor 1 aliran kanji
tidak stabil
kualitas kertas tidak
sesuai kebutuhan
penggantian seal 3
jam
6 5 6 180
Tabel 4.6. FMEA Calender & pope reel section
No Sub
Sistem Equipment Part Function
Function
Failure Failure Mode Failure Effect S O D RPN
5
Calender
& Pope
reel
section
Swing Arm Holder
Roll 1
Sebagai support atau
pegangan spool roll
yang fungsinya
menggulung kertas
ke jumbo roll.
A
holder
roll
bengkok
1
Holder tidak
dapat
dipasangkan
spool roll
Proses
penggulungan kertas
tidak dapat
dilakukan dan
perbaikan holder 3,5
jam
8 3 7 168
Agitator
Bearing 1
Bantalan putar
agitator yang
berfungsi mengolah
kertas reject menjadi
bahan baku kembali.
A
Bearing
rusak /
macet
1
Agitator tidak
dapat
mengolah
kertas reject
Tangki menjadi
penuh dan
mengganggu proses
produksi dan
penggantian bearing
7 jam
7 4 4 112
V-belt 2
Penghubung yang
memindahkan
putaran dari motor
ke agitator
A V-belt
putus 1
Agitator tidak
dapat berputar
Tangki menjadi
penuh dan
mengganggu proses
produksi dan
penggantian v-belt 3
jam
6 5 5 150
Nilai RPN diperoleh dengan rumus = S x O x D
Contoh perhitungan RPN pada v-belt agitator = 6 x 5 x 5 = 150
Tabel 4.7. Nilai RPN dari Masing – Masing Part
No Part RPN
1 Bearing Gearbox 648
2 Air tube & Deckle 567
567
3 Chain strecher 567
4 Roll surface 504
5 bearing felt roll 448
6 Holder pulley 448
7 Bearing vacum pump 384
8 V-belt vacum pump 336
9 Bearing pompa 320
10 Bearing pulley 294
11 Seal starch pump 180
12 Seal vacum pump 180
13 Holder roll 168
14 V-belt agitator 150
15 Seal pump 120
16 Bearing Agitator 112
Bearing gearbox memiliki nilai RPN yang tertinggi , oleh karena itu perlu
perawatan dan inspeksi yang lebih teliti terhadap kelangsungan dari bearing
gearbox. Air tube & deckle , chain strecher, roll surface dan komponen yang
memiliki nilai RPN yang cukup tinggi juga memerlukan perhatian lebih dalam
perawatannya.
4.2.5. Analisis perhitungan Data Time to Repair (TTR) dan Time To Failure
(TTF)
Berdasarkan data histori kerusakan yang terjadi pada paper machine 2 dalam
rentang waktu 1 januari 2017 - 31 desember 2017 maka disusun tabel yang
menjelaskan Time To Repair (TTR) dan Time To Failure (TTF) pada masing
masing equipment yang ada di paper machine 2 . Time To Repair (TTR) merupakan
waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan mesin jika terjadi kerusakan sedangkan
Time To Failure (TTF) merupakan waktu interval teradinya kerusakan sejak awal
mesin beroperasi sampai terjadinya kerusakan. Penyusunan tabel dikelompokkan
berdasarkan bagian – bagian mesin seperti panjelasan functional block diagram
pada gambar 4.2.
Tabel 4.8. Data Kerusakan pada Wire Section
Equipment Part No Tanggal
Mulai
Tanggal
Selesai
Waktu
Mulai
Waktu
Selesai
TTR
(Jam)
TTF
(Jam)
Suction
roll
Deckle
& Air
Tube
1 10/01/17 10/01/17 8:30 14:00 5,50 0,00
2 15/05/17 15/05/17 1:00 8:00 7,00 2987,00
3 20/12/17 20/12/17 9:45 16:00 6,25 5257,75
Pump
Bearing
4 05/03/17 05/03/17 10:23 14:00 3,62 0,00
5 17/04/17 17/04/17 8:00 11:32 3,53 1026,00
6 02/08/17 02/08/17 15:33 18:45 3,20 2572,02
7 29/10/17 29/10/17 20:19 23:55 3,60 2113,57
Seal
8 04/02/17 04/02/17 2:23 4:05 1,70 0,00
9 26/02/17 26/02/17 9:11 11:03 1,87 533,10
10 23/05/17 23/05/17 6:12 7:46 1,57 2059,15
11 11/09/17 11/09/17 12:07 13:30 1,38 2668,35
12 21/10/17 21/10/17 11:47 13:00 1,22 958,28
Contoh perhitungan nilai Time to Failure (TTF) Deckle & air tube :
Mesin beroperasi selama 24 jam sehari dan 7 jam dalam seminggu
Waktu berakhir kerusakan sampai akhir jam kerja =
Jam 14:00 pada tanggal 10 januari 2017 sampai jam 24:00 tanggal 10 januari 2017
adalah 10 jam
11 januari 2017 sampai 14 mei 2017 adalah 24 jam x 124 hari = 2976 jam
15 mei 2017 jam 00:00 sampai jam 01:00 adalah 1 jam
Nilai TTF untuk deckle & air tube 10 + 2976 + 1 = 2987 jam
Tabel 4.9. Data Kerusakan pada Press Section
Equipment Part No Tanggal
Mulai
Tanggal
Selesai
Waktu
Mulai
Waktu
Selesai
TTR
(Jam)
TTF
(Jam)
Vacum
pump
Bearing
1 05/01/17 05/01/17 12:43 18:15 5,53 0,00
2 05/03/17 05/03/17 5:22 10:00 4,63 1403,12
3 13/06/17 13/06/17 18:45 23:30 4,75 2408,75
4 12/07/17 12/07/17 11:15 18:00 6,75 683,75
5 15/10/17 15/10/17 17:20 0:00 6,67 2279,33
seal
6 04/02/17 04/02/17 9:10 10:14 1,07 0,00
7 01/03/17 01/03/17 8:15 9:06 0,85 597,52
8 15/05/17 15/05/17 8:45 9:30 0,75 1799,65
9 27/06/17 27/06/17 13:30 15:00 1,50 1036,00
10 21/09/17 21/09/17 22:00 23:15 1,25 2071,00
11 01/11/17 01/11/17 20:50 21:45 0,92 981,58
V-belt
12 03/03/17 03/03/17 15:12 17:30 2,30 0,00
13 10/06/17 10/06/17 6:00 8:00 2,00 2364,50
14 28/08/17 28/08/17 14:18 16:00 1,70 1902,30
15 11/11/17 11/01/17 20:25 22:36 2,18 1804,42
16 25/12/17 25/12/17 10:23 12:15 1,87 1043,78
Felt roll Bearing
17 13/03/17 13/03/17 11:16 13:30 2,23 0,00
18 02/06/17 02/06/17 18:33 20:50 2,28 1949,05
19 05/07/17 05/07/17 9:00 11:45 2,75 780,17
20 13/10/17 13/10/17 13:30 16:00 2,50 2401,75
Gearbox Bearing
21 19/02/17 19/02/17 1:30 10:37 9,12 0,00
22 25/02/17 26/02/17 18:55 8:00 13,08 152,30
23 22/03/17 22/03/17 8:16 18:00 9,73 576,27
24 16/08/17 16/08/17 16:06 0:00 7,90 3526,10
25 23/09/17 23/09/17 8:30 15:54 7,40 920,50
Contoh perhitungan nilai Time to Failure (TTF) bearing :
Mesin beroperasi selama 24 jam sehari dan 7 jam dalam seminggu
Waktu berakhir kerusakan sampai akhir jam kerja =
Jam 18:15 pada tanggal 5 januari 2017 sampai jam 24:00 tanggal 5 januari 2017
adalah 5,75 jam
6 januari 2017 sampai 4 maret 2017 adalah 24 jam x 58 hari = 1392 jam
5 maret 2017 jam 00:00 sampai jam 05:22 adalah 5,37 jam
Nilai TTF untuk bearing 5,75 + 1392 + 5,37 = 1403,12 jam
Tabel 4.10. Data Kerusakan pada Dryer Section
Equipment Part No Tanggal
Mulai
Tanggal
Selesai
Waktu
Mulai
Waktu
Selesai
TTR
(Jam)
TTF
(Jam)
Strecher Rantai
1 18/02/17 18/02/17 5:36 12:30 6,90 0,00
2 17/03/17 17/03/17 19:32 23:34 4,03 655,03
3 24/03/17 24/03/17 9:12 12:42 3,50 163,63
4 10/07/17 10/07/17 17:21 23:40 6,32 2596,65
5 22/08/17 22/08/17 4:31 10:25 5,90 1012,85
6 09/10/17 09/10/17 12:24 17:27 5,05 1153,98
Pulley
Bearing
7 22/06/17 22/06/17 21:45 23:00 1,25 0,00
8 15/07/17 15/07/17 3:27 4:46 1,32 532,45
9 26/08/17 26/08/17 20:21 21:58 1,62 1023,58
10 04/12/17 04/12/17 14:16 15:38 1,37 2392,30
Holder
11 27/04/17 27/04/17 1:22 3:00 1,63 0,00
12 22/06/17 22/06/17 22:23 0:00 1,62 1363,38
13 07/08/17 07/08/17 5:14 7:12 1,97 1109,23
14 24/09/17 24/09/17 10:24 11:59 1,58 1155,20
15 22/10/17 22/10/17 18:34 19:47 1,22 678,58
16 18/12/17 18/12/17 0:37 2:03 1,43 1348,83
Contoh perhitungan nilai Time to Failure (TTF) rantai strecher :
Mesin beroperasi selama 24 jam sehari dan 7 jam dalam seminggu
Waktu berakhir kerusakan sampai akhir jam kerja =
Jam 12:30 pada tanggal 18 februari 2017 sampai jam 24:00 tanggal 18 februari 2017
adalah 11,50 jam
19 februari 2017 sampai 16 maret 2017 adalah 24 jam x 26 hari = 624 jam
17 maret 2017 jam 00:00 sampai jam 19:32 adalah 19,53 jam
Nilai TTF untuk rantai strecher 11,50 + 624 + 19,53 = 655,03 jam
Tabel 4.11. Data Kerusakan pada Size Press Section
Equipment Part No Tanggal
Mulai
Tanggal
Selesai
Waktu
Mulai
Waktu
Selesai
TTR
(Jam)
TTF
(Jam)
Roll Roll
Surface
1 02/03/17 02/03/17 8:00 14:13 6,50 0,00
2 26/05/17 26/05/17 13:00 16:00 3,00 2038,78
3 01/06/17 01/06/17 8:00 20:30 12,50 136,00
4 02/06/17 02/06/17 1:23 15:22 13,98 5,00
5 11/08/17 11/08/17 9:32 12:00 2,47 1674,17
6 24/12/17 24/12/17 10:30 16:00 5,50 3238,53
Starch
pump Seal
7 21/02/17 21/02/17 16:11 16:50 0,65 0,00
8 27/03/17 27/03/17 14:28 17:24 2,93 813,63
9 25/04/17 25/04/17 20:07 22:23 2,27 698,72
10 28/12/17 28/12/17 11:16 14:12 2,93 5916,88
Contoh perhitungan nilai Time to Failure (TTF) roll surface :
Mesin beroperasi selama 24 jam sehari dan 7 jam dalam seminggu
Waktu berakhir kerusakan sampai akhir jam kerja
Jam 14:13 pada tanggal 2 maret 2017 sampai jam 24:00 tanggal 2 maret 2017 adalah
9,78 jam
3 maret 2017 sampai 25 mei 2017 adalah 24 jam x 84 hari = 2016 jam
26 mei 2017 jam 00:00 sampai jam 13:00 adalah 13 jam
Nilai TTF untuk roll surface 9,78 + 2016 + 13 = 2038,78 jam
Tabel 4.12. Data Kerusakan pada Calender & Pope reel section
Equipment Part No Tanggal
Mulai
Tanggal
Selesai
Waktu
Mulai
Waktu
Selesai
TTR
(Jam)
TTF
(Jam)
Swing arm Holder
Roll 1 08/05/17 08/05/17 14:45 16:22 1,62 0,00
Agitator
Bearing
2 19/02/17 19/02/17 3:12 12:00 8,80 0,00
3 22/06/17 22/06/17 11:23 22:02 10,65 2951,38
4 30/10/17 30/10/17 9:14 17:20 8,10 3107,20
V-belt
5 18/02/17 18/02/17 13:00 15:30 2,50 0,00
6 07/05/17 07/05/17 18:00 21:26 3,43 1874,50
7 08/05/17 08/05/17 10:03 13:32 3,48 12,62
8 28/10/17 28/10/17 17:02 20:24 3,37 4155,50
Contoh perhitungan nilai Time to Failure (TTF) bearing :
Mesin beroperasi selama 24 jam sehari dan 7 jam dalam seminggu
Waktu berakhir kerusakan sampai akhir jam kerja
Jam 12:00 pada tanggal 19 februari 2017 sampai jam 24:00 tanggal 19 februari 2017
adalah 12 jam
20 februari 2017 sampai 21 juni 2017 adalah 24 jam x 122 hari = 2928 jam
22 juni 2017 jam 00:00 sampai jam 11:23 adalah 11,38 jam
Nilai TTF untuk bearing 9,78 + 2016 + 13 = 2951,38 jam
4.2.6. Analisis penentuan pola distribusi dan parameter TTR dan TTF
Data yang diperoleh berupa waktu untuk perbaikan dan waktu antar kerusakan
kemudian di tentukan jenis distribusinya menggunakan bantuan software minitab
18 . Di dalam menentukan distribusi yang akan digunakan untuk penelitian akan di
pilih nilai P-Value dan Andersen Darling (AD) dengan hipotesis sebagai berikut :
𝑯𝟎 = Data sesuai untuk distribusi tertentu
𝑯𝟏 = Data tidak sesuai untuk distribusi tertentu
Nilai α yang digunakan adalah 0,05 dengan teori pengambilan keputusan sebagai
berikut :
Terima 𝑯𝟎 jika P-Value > α
Tolak 𝑯𝟏k jika P-Value < α
Setelah terpilih nilai P-Value > α maka langkah selanjutnya adalah memilih nilai
AD dengan nilai yang terkecil, dimana semakin kecil nilai AD maka data distribusi
tersebut semakin sesuai atau 𝐻0 diterima.
Tabel 4.13. Penentuan Pola Distribusi TTR dan Nilai Andersen Darling
Sub
Sistem N0 Part
Anderson
Darling P-Value Distribusi Result
Wir
e S
ecti
on
1 Deckle &
Air tube
0,189 0,631 Normal OK
1,135 0,045 Eksponensial NOT OK
0,251 0,250 Weibull OK
0,191 0,624 Lognormal OK
2 Bearing
Pump
0,526 0,068 Normal OK
1,688 0,011 Eksponensial NOT OK
0,579 0,100 Weibull OK
0,538 0,062 Lognormal OK
3 Seal
Pump
0,145 0,917 Normal OK
1,677 0,012 Eksponensial NOT OK
0,177 0,250 Weibull OK
0,157 0,892 Lognormal OK
Pre
ss s
ecti
on
4
Bearing
Vacum
Pump
0,381 0,243 Normal OK
1,663 0,013 Eksponensial NOT OK
0,48 0,205 Weibull OK
0,369 0,264 Lognormal OK
5
Seal
Vacum
pump
0,225 0,686 Normal OK
1,64 0,015 Eksponensial NOT OK
0,262 0,250 Weibull OK
0,166 0,889 Lognormal OK
6 V-belt
0,158 0,890 Normal OK
1,84 0,008 Eksponensial NOT OK
0,205 0,250 Weibull OK
0,162 0,884 Lognormal OK
7 Bearing
Felt Roll
0,27 0,453 Normal OK
1,563 0,015 Eksponensial NOT OK
0,34 0,250 Weibull OK
0,26 0,484 Lognormal OK
8 Bearing
Gearbox
0,34 0,322 Normal OK
1,52 0,019 Eksponensial NOT OK
0,396 0,250 Weibull OK
0,257 0,535 Lognormal OK
Tabel 4.14. Penentuan Pola Distribusi TTR dan Nilai Andersen Darling
(Lanjutan)
Sub
Sistem N0 Part
Anderson
Darling P-Value Distribusi Result
Dry
er s
ecti
on
9 Rantai
0,206 0,763 Normal OK
1,642 0,015 Eksponensial NOT OK
0,243 0,250 Weibull OK
0,247 0,604 Lognormal OK
10 Bearing
Pulley
0,352 0,250 Normal OK
1,529 0,017 Eksponensial NOT OK
0,447 0,234 Weibull OK
0,319 0,319 Lognormal OK
11 Holder
Pulley
0,279 0,512 Normal OK
2,071 0,005 Eksponensial NOT OK
0,338 0,250 Weibull OK
0,278 0,515 Lognormal OK
Siz
e P
ress
Sec
tion
12 Roll
Surface
0,376 0,281 Normal OK
0,518 0,409 Eksponensial OK
0,338 0,250 Weibull OK
0,254 0,577 Lognormal OK
13 Starch
Pump
0,448 0,121 Normal OK
0,73 0,186 Eksponensial OK
0,657 0,064 Weibull OK
0,575 0,047 Lognormal NOT OK
Cal
ender
& P
ope
Rel
l
Sec
tion
14 Bearing
Agitator
0,421 0,149 Normal OK
1,525 0,017 Eksponensial NOT OK
0,511 0,169 Weibull OK
0,39 0,188 Lognormal OK
15 V-belt
0,457 0,115 Normal OK
1,658 0,012 Eksponensial NOT OK
0,462 0,218 Weibull OK
0,475 0,100 Lognormal OK
Dalam penentuan distribusi data TTR menggunakan software minitab 18 untuk
semua part hasilnya dapat disimpulkan bahwa data-data tersebut terbagi menjadi 2
jenis distribusi yaitu normal dan lognormal.
Penentuan jenis distribusi waktu antar kerusakan (TTF) menggunakan software
statistika (minitab 18) dan hasilya seperti pada tabel dibawah ini..
Tabel 4.15. Penentuan Pola Distribusi TTF dan Nilai Andersen Darling
Part N0 Part Anderson
Darling P-Value Distribusi Result
Wir
e S
ecti
on
1
Deckle
& Air
tube
0,25 0,227 Normal OK
0,547 0,269 Eksponensial OK
0,365 0,250 Weibull OK
0,25 0,227 Lognormal OK
2 Bearing
0,249 0,419 Normal OK
0,65 0,221 Eksponensial OK
0,351 0,250 Weibull OK
0,302 0,271 Lognormal OK
3 Seal
0,232 0,562 Normal OK
0,418 0,517 Eksponensial OK
0,29 0,250 Weibull OK
0,23 0,567 Lognormal OK
Pre
ss s
ecti
on
4
Bearing
Vacum
Pump
0,286 0,404 Normal OK
0,673 0,224 Eksponensial OK
0,394 0,250 Weibull OK
0,332 0,290 Lognormal OK
5 Seal
0,301 0,419 Normal OK
0,826 0,146 Eksponensial OK
0,333 0,250 Weibull OK
0,255 0,542 Lognormal OK
6 V-belt
0,258 0,491 Normal OK
1,034 0,072 Eksponensial OK
0,302 0,250 Weibull OK
0,341 0,272 Lognormal OK
7 Bearing
Felt Roll
0,259 0,387 Normal OK
0,558 0,304 Eksponensial OK
0,383 0,250 Weibull OK
0,323 0,228 Lognormal OK
8 Bearing
Gearbox
0,471 0,103 Normal OK
0,257 0,832 Eksponensial OK
0,244 0,250 Weibull OK
0,18 0,781 Lognormal OK
Tabel 4.16. Penentuan Pola Distribusi TTF dan Nilai Andersen Darling
(Lanjutan)
Sub
Sistem N0 Part
Anderson
Darling
P-
Value Distribusi Result
Dry
er s
ecti
on
9 Chain
0,335 0,334 Normal OK
0,281 0,802 Eksponensial OK
0,231 0,250 Weibull OK
0,274 0,502 Lognormal OK
10 Bearing
Pulley
0,268 0,359 Normal OK
0,335 0,639 Eksponensial OK
0,278 0,250 Weibull OK
0,196 0,601 Lognormal OK
11 Holder
Pulley
0,405 0,206 Normal OK
1,466 0,022 Eksponensial
NOT
OK
0,447 0,238 Weibull OK
0,517 0,095 Lognormal OK
Siz
e P
ress
Sec
tion
12 Roll
Surface
0,275 0,497 Normal OK
1,145 0,056 Eksponensial OK
0,498 0,186 Weibull OK
0,463 0,136 Lognormal OK
13 Starch
Pump
0,467 0,068 Normal OK
0,496 0,380 Eksponensial OK
0,515 0,157 Weibull OK
0,421 0,100 Lognormal OK
Cal
ender
& P
ope
Rel
l S
ecti
on
14 Bearing
Agitator
0,488 0,057 Normal OK
1,322 0,026 Eksponensial
NOT
OK
0,572 0,099 Weibull OK
0,488 0,057 Lognormal OK
15 V-belt
0,193 0,613 Normal OK
1,049 0,060 Eksponensial OK
0,45 0,224 Weibull OK
0,362 0,163 Lognormal OK
Dalam penentuan distribusi data TTR menggunakan software minitab 18 untuk
semua part hasilnya dapat disimpulkan bahwa data-data tersebut terbagi menjadi 3
jenis distribusi yaitu normal ,weibull & lognormal.
Dari penentuan distribusi yang telah didapatkan hasilnya kemudian dilakukan
rekapitulasi terkait distribusi dari masing – masing part. Berikut ini merupakan
hasil rekapitulasi distribusi dari masing masing part yang ada di paper machine 2 :
Tabel 4.17. Rekapitulasi Hasil Penentuan Distribusi Data TTR dan TTF
Equipment Part Distribusi
Terpilih (TTR)
Distribusi
Terpilih (TTF)
Suction Couch
Roll Deckle & Air Tube NORMAL NORMAL
Pump Bearing NORMAL NORMAL
Seal NORMAL LOGNORMAL
Vacum Pump
Bearing LOGNORMAL NORMAL
seal LOGNORMAL LOGNORMAL
V-belt NORMAL NORMAL
Felt Roll Bearing LOGNORMAL NORMAL
Gearbox Bearing LOGNORMAL LOGNORMAL
strecher Chain NORMAL WEIBULL
Pulley Bearing LOGNORMAL LOGNORMAL
holder LOGNORMAL NORMAL
Roll Roll Surface LOGNORMAL NORMAL
Starch pump Seal NORMAL LOGNORMAL
Swing Arm Holder Roll
Agitator Bearing LOGNORMAL NORMAL
V-belt NORMAL NORMAL
4.2.7. Analisa perhitungan Mean Time To Repair (MTTR) dari Distribusi
Terpilih
Dari hasil uji distribusi data yang mewakili Time To Repair (TTR) part kritis pada
perhitungan sebelumnya, selanjutnya dilakukan perhitungan parameter berdasarkan
distribusi terpilih. Nilai MTTR merupakan waktu rata-rata dalam melakukan
perbaikan equipment ketika terjadi kerusakan. Hasil perhitungan parameter dan
perhitungan nilai MTTR yang diperlihatkan pada tabel 4.13 diperoleh berdasarkan
distribusi yang terpilih pada analisis sebelumnya.
Tabel 4.18. Nilai Parameter dan Nilai MTTR pada Masing- Masing Part
Sub
Sistem Equipment Part
Distribusi
Terpilih (TTR) Parameter
Nilai
MTTR
(Jam) W
ire
Sec
tio
n
Suction
Couch Roll
Deckle &
Air Tube NORMAL
μ 6,25 6,25
α 0,75
Pump
Bearing NORMAL μ 3,49
3,49 α 0,20
Seal NORMAL μ 1,55
1,55 α 0,26
Pre
ss S
ecti
on
Vacum
Pump
Bearing LOGNORMAL t med 5,53
5,62 s 0,18
seal LOGNORMAL t med 0,99
1,02 s 0,26
V-belt NORMAL μ 2,01
2,01 α 0,24
Felt Roll Bearing LOGNORMAL t med 2,39
2,40 s 0,10
Gearbox Bearing LOGNORMAL t med 9,12
9,34 s 0,22
Dry
er S
ecti
on
Strecher Chain NORMAL μ 5,28
5,28 α 1,33
Pulley
Bearing LOGNORMAL t med 1,34
1,35 s 0,11
holder LOGNORMAL t med 1,60
1,62 s 0,16
Siz
e P
ress
Sec
tio
n Roll
Roll
Surface LOGNORMAL
t med 6,00 7,73
s 0,71
Starch Pump Seal NORMAL μ 2,20
2,20 α 4,85
Ca
len
der
& P
op
e R
eel
Sec
tio
n
Swing Arm Holder Roll
Agitator
Bearing LOGNORMAL t med 8,80
8,96 s 0,12
V-belt NORMAL μ 3,32
3,32 α 0,22
Pada perhitungan nilai MTTR dengan menggunakan parameter yang ditentukan
berdasarkan distribusi terpilih pada analisa sebelumnya ,terdapat dua distribusi
yang terpilih yaitu distribusi Normal dan distribusi Lognormal. Kedua distribusi
tersebut memiliki cara perhitungan yang berbeda, berikut ini yang digunakan
sebagai contoh perhitungan dengan distribusi normal adalah part Deckle &
Air tube:
𝑴𝑻𝑻𝑹 = 𝝁 jadi nilai dari 𝑴𝑻𝑻𝑹 = 𝟔, 𝟐𝟓
Sedangkan sebagai contoh perhitungan MTTR pada part dengan distribusi
Lognormal adalah bearing vacum pump :
𝑴𝑻𝑻𝑹 = 𝒕𝒎𝒆𝒅. 𝒆(
𝒔𝟐
𝟐)
𝑴𝑻𝑻𝑹 = 𝟓, 𝟓𝟑. 𝒆(
𝟎,𝟏𝟖𝟐
𝟐)
= 𝟓, 𝟔𝟐
Pada equipment swing arm tidak dilakukan perhitungan nilai MTTR dikarenakan
kerusakan hanya terjadi sekali dalam 1 tahun dan dianggap bukan menjadi
komponen yang kritis.
4.2.8. Analisis perhitungan Mean Time To Failure (MTTF) dari Distribusi
Terpilih
Perhitungan parameter dan MTTF pada distribusi terpilih sama halnya dengan
perhitungan terhadap MTTR. Namun perhitungan MTTF ini memiliki perbedaan
dilihat dari waktu yang digunakan sebagai perhitungan dimana perhitungan MTTF
merupakan waktu ketika part pada sebuah part atau equipment tidak berfungsi
sebagaimana mestinya atau bahkan berhenti berfungsi sehingga mengakibatkan
kerugian produksi. Perhitungan parameter dan MTTF dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.19. Nilai parameter dan Nilai MTTF pada Masing –Masing Part
Sub
Sistem Equipment Part
Distribusi
Terpilih (TTF) Parameter
Nilai
MTTF
(Jam) W
ire
Sec
tio
n
Suction
Couch Roll Deckle &
Air Tube NORMAL
μ 4122,38 4122,38
σ 1605,66
Pump
Bearing NORMAL μ 1903,86
1903,86 σ 794,06
Seal LOGNORMAL t med 1508,72
1974,91 s 0,73
Pre
ss S
ecti
on Vacum
Pump
Bearing NORMAL μ 1693,74
1693,74 σ 808,02
seal LOGNORMAL t med 1036,00
1175,12 s 0,50
V-belt NORMAL μ 1778,75
1778,75 σ 547,48
Felt Roll Bearing NORMAL μ 1710,32
1710,32 σ 836,74
Gearbox Bearing LOGNORMAL t med 748,38
1735,26 s 1,30
Dry
er S
ecti
on Strecher Chain WEIBULL
θ 1221,02
1116,83 β 1,37
Ѓ 0,91467
Pulley
Bearing LOGNORMAL t med 1023,58
1359,35 s 0,75
holder NORMAL μ 1131,05
1131,05 σ 836,74
Siz
e P
ress
Sec
tion Roll
Roll
Surface NORMAL
μ 1418,50 1418,50
σ 1360,65
Starch
Pump Seal LOGNORMAL
t med 813,63 1655,25
s 1,19
Ca
len
der
& P
op
e
Ree
l Sec
tio
n Swing Arm
Holder
Roll
Agitator
Bearing NORMAL μ 3003,32
3003,32 σ 0,22
V-belt NORMAL μ 2014,04
2014,04 σ 89,96
Pada perhitungan nilai MTTF dengan menggunakan parameter yang ditentukan
berdasarkan distribusi terpilih pada analisa sebelumnya, terdapat 3 distribusi yang
terpilih yaitu distribusi Normal , distribusi Weibull & distribusi Lognormal.
a.) Perhitungan MTTF menggunakan distribusi normal (Deckle & Air tube ) :
𝑴𝑻𝑻𝑭 = 𝝁 jadi nilai dari 𝑴𝑻𝑻𝑭 = 𝟒𝟏𝟐𝟐, 𝟑𝟖
b.) Perhitungan MTTF menggunakan distribusi Weibull (Rantai) :
𝑴𝑻𝑻𝑭 = (𝜽)(𝚪) (𝟏 + 𝟏
𝜷)
𝑊𝑖𝑐ℎ Γ(𝑥) = 𝐺𝑎𝑚𝑚𝑎 𝐹𝑢𝑛𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
𝑴𝑻𝑻𝑭 = (𝟏𝟐𝟐𝟏, 𝟎𝟏𝟔)(𝚪) (𝟏 + 𝟏
𝟏,𝟑𝟕) = (𝟏𝟐𝟐𝟏, 𝟎𝟏𝟔) (𝚪 . 𝟏, 𝟕𝟑) = 𝟏𝟏𝟏𝟔, 𝟖𝟑
c.) Perhitungan MTTF menggunakan distribusi Lognormal (Seal Pump pada Wire
Section)
𝑴𝑻𝑻𝑭 = 𝒕𝒎𝒆𝒅. 𝒆(
𝒔𝟐
𝟐)
𝑴𝑻𝑻𝑭 = 𝟏𝟓𝟎𝟖, 𝟕𝟐. 𝒆(
𝟎,𝟕𝟑𝟐
𝟐)
= 1974,91
Sama seperti pada perhitungan MTTR equipment swing arm tidak dilakukan
perhitungan nilai MTTF dikarenakan kerusakan hanya terjadi sekali dalam 1 tahun
dan dianggap bukan menjadi komponen yang kritis
4.2.9. Analisis interval penggantian part
Setelah dilakukan penentuan distribusi dan parameter dari masing masing distribusi
pada setiap part atau komponen, selanjutnya dilakukan perhitungan interval waktu
penggantian yang tepat dengan menggunakan kriteria minimasi nilai downtime
yang bertujuan untuk mendapatkan downtime dengan nilai yang minimum. Dalam
hal ini model yang akan digunakan adalah age replacement, yaitu penentuan waktu
penggantian berdasarkan umur komponen yang optimal.
Melalui pengolahan data yang telah dilakukan, diperoleh beberapa macam
distribusi yaitu normal, weibull dan lognormal
Untuk komponen bearing vacum pump telah ditentukan berdistribusi normal
dimana :
tp = Interval waktu penggantian untuk pencegahan
Tf = Downtime karena waktu perbaikan
F(t) = Fungsi distribusi interval antar kerusakan yang terjadi
R(tp) = Reliability pada interval waktu pencegahan (tp)
M(tp) = Rata-rata waktuterjadinya kerusakan jika penggantian dilakukan
pada saat tp
A(tp) = Avaibility pada saat tp
Dari data time to repair diperoleh nilai MTTR sebesar 5,62 jam dimana nilai MTTR
= Tf = Tp.
Dari data time to failure diperoleh nilai – nilai sebagai berikut:
MTTF = 1693,74 jam
Parameter μ = 1693,74
Parameter σ = 808,022
t = tp ( contoh 1450 jam)
Tf = Tp = MTTR = 170
Tabel 4.20. Penentuan Interval Penggantian Part pada Bearing Vacum Pump
t F(t) R(tp) M(tp) D(tp) A(tp)
1000 0,19529 0,80471 8704,999 0,00014 0,99986
1050 0,212817 0,787183 7988,097 0,000155 0,999845
1100 0,231229 0,768771 7352,032 0,000172 0,999828
1150 0,250497 0,749503 6786,514 0,000191 0,999809
1200 0,270584 0,729416 6282,707 0,000211 0,999789
1250 0,291445 0,708555 5833,004 0,000233 0,999767
1300 0,313027 0,686973 5430,844 0,000257 0,999743
1350 0,335269 0,664731 5070,552 0,000283 0,999717
1400 0,358105 0,641895 4747,216 0,000311 0,999689
1450 0,381459 0,618541 4456,569 0,000342 0,999658
1500 0,405254 0,594746 4194,9 0,000376 0,999624
1550 0,429404 0,570596 3958,974 0,000413 0,999587
1600 0,453822 0,546178 3745,965 0,000453 0,999547
1650 0,478415 0,521585 3553,401 0,000498 0,999502
1700 0,503091 0,496909 3379,112 0,000546 0,999454
Cara melakukan perhitungan masing masing nilai F(tp), R(tp), M(tp), D(tp) dan
A(tp) pada komponen bearing vacum pump :
F(tp) = Φ (𝑡−𝜇
𝜎)
= Φ (1450−1693,74
808,022)
= Φ(−0,3017)
= 0,38146
R(tp) = 1 - F(tp)
= 0,61854
M(tp) = 𝑀𝑇𝑇𝐹
𝐹(𝑡𝑝)
= 4456,56903
D(tp) = 𝑇𝑝.𝑅(𝑡𝑝) + 𝑇𝑓.(1−𝑅(𝑡𝑝))
(𝑡𝑝+𝑇𝑝).𝑅(𝑡𝑝) +(𝑀(𝑡𝑝)+𝑇𝑓).(1−𝑅(𝑡𝑝)
= 0,0003424
A(tp) = 1 - D(tp)
= 1 - 0,0003424
= 0,999657564 → 1450 jam (age replacement)
Penentuan waktu dilakukan dengan trial and eror pada tingkatan waktu tertentu.
Selain menggunakan minimasi downtime , pengambilan keputusan penentuan
waktu penggantian part didasarkan pada tingkat reliability dengan nilai diatas 60%
sehingga di dapatkan waktu penggantian 1450 jam, artinya part tersebut akan
diganti setelah 1450 jam bekerja. Berikut ini adalah tabel rekapitulasi perhitungan
waktu penggantian untuk masing - masing part.
Tabel 4.21. Rekapitulasi Perhitungan Interval Penggantian Part
Part F(t) R(t) M(tp) D( tp) A(tp) t
Deckle &
Air Tube 0,396253 0,603747 10422,62 0,00015 0,99985 3700
Bearing 0,398693 0,601307 4765,576 0,000316 0,999684 1700
Seal 0,45942 0,54058 4298,705 0,000567 0,999433 1400
Bearing 0,381459 0,618541 4456,569 0,000342 0,999658 1450
seal 0,303329 0,696671 3874,06 0,000591 0,999409 800
V-belt 0,372025 0,627975 4784,63 0,000285 0,999715 1600
Bearing 0,377857 0,622143 4525,52 0,000313 0,999687 1450
Bearing 0,743758 0,256242 2333,102 0,004261 0,995739 1750
Chain 0,507938 0,492062 2198,744 0,003322 0,996678 950
Bearing 0,460561 0,539439 2951,509 0,000721 0,999279 950
holder 0,391223 0,608777 2888,377 0,000477 0,999523 900
Roll
Surface 0,397516 0,602484 3572,182 0,000447 0,999553 1050
Seal 0,714772 0,285228 2315,777 0,001039 0,998961 1600
Bearing 0,397731 0,602269 7542,783 0,000211 0,999876 2950
V-belt 0,392877 0,607123 5141,556 0,000295 0,999705 1450
4.2.10. Analisis tingkat persediaan spare part
Tahapan selanjutnya untuk mendukung usulan penggantian part per tahun dengan
model optimasi downtime adalah dengan menentukan tingkat persediaan part yang
dibutuhkan per tahun atau stock minimum yang harus tersedia per tahunnya dengan
asumsi pertahun ( mesin beroperasi 24 jam dalam sehari non stop) adalah 8760 jam
dikurangi dengan waktu shutdown mesin atau waktu dimana mesin off dalam
waktu satu bulan sekali untuk keperluan perbaikan dan cleaning, dengan asumsi
setiap shutdown adalah 28 jam per bulan. Jadi jam kerja mesin per tahun adalah
8424 jam. Berikut ini adalah tabel rekapitulasi stock minimum part yang harus
tersedia per tahun.
Tabel 4.22. Jumlah Stock Minimum Spare part
Equipment Part Life time
part
Stock
minimum
Suction
Couch Roll
Deckle & Air
Tube 3700 2
Pump Bearing 1700 5
Seal 1400 6
Vacum
Pump
Bearing 1450 6
seal 800 10
V-belt 1600 5
Felt Roll Bearing 1450 6
Gearbox Bearing 1750 5
Strecher Chain 950 9
Pulley Bearing 950 9
holder 900 9
Roll Roll Surface 1050 8
Starch Pump Seal 1450 6
Agitator Bearing 2950 3
V-belt 1450 6
Dari perhitungan tingkat ketersediaan komponen atau spare part pada tabel 4.20
didapatkan kebutuhan part per tahun untuk tiap tiap equipment seperti pada vacum
pump untuk bearing diperlukan 6 pcs bearing per tahun, seal 10 pcs per tahun dan
v-belt 5 pcs per tahun .
4.2.11. Analisis biaya sebelum penjadwalan dan sesudah penjadwalan
Untuk menghitung biaya baik sebelum maupun sesudah penjadwalan diperlukan
data – data pendukung .Berikut ini adalah data pendukung dalam perhitungan biaya
sebelum dan sesudah penjadwalan:
Aktual output pada paper machine 2 dalam 1 shift 400 ton dibagi 8 jam yaitu
50 ton/jam
Biaya production loss jika terjadi keruakan mesin Rp 5.600.000/ton
Harga tiap-tiap komponen :
1. Deckle & Air Tube Rp 2.545.419
2. Bearing pump Rp 2.986.934
3. Seal pump Rp 330.300
4. Bearing vacum pump Rp 7.958.326
5. Seal vacum pump Rp 505.900
6. V-belt vacum pump Rp 570.123
7. Bearing felt roll Rp 1.941.600
8. Bearing gearbox Rp 230.300
9. Chain strecher Rp 332.500
10. Bearing bearing Rp 96.900
11. Holder pulley Rp 1.080.000
12. Roll Surface Rp 10.000.000
13. Seal starch pump Rp 700.000
14. Bearing agitator Rp 3.700.000
15. V-belt agitator Rp 484.900
Gaji karyawan mekanik Rp 3.950.000 (UMK kabupaten bekasi) dalam 1 bulan,
diasumsikan 1 bulan 26 hari kerja dimana dalam sehari adalah 8 jam kerja. Jadi
gaji mekanik per jam adalah Rp18.990
Waktu downtime adalah nilai MTTR masing - masing part
Rumus yang digunakan dalam perhitungan biaya sebelum penjadwalan adalah :
Cf = Harga part + (downtime X gaji per jam) + (kapasitas produksi X
downtime X production loss )
Rumus yang digunakan dalam perhitungan biaya sesudah penjadwalan adalah :
Cp = Harga part + (waktu penggantian X gaji per jam) + (kapasitas produksi
X waktu penggantian X production loss )
Dalam perhitungan biaya setelah penjadwalan di asumsikan waktu untuk
penggantian part sudah berkurang karena persiapan yang lebih baik seperti
pengadaan spare part dan persiapan peralatan kerja yang akan digunakan. Berikut
ini asumsi waktu penggantian dengan preventive maintenance.
Tabel 4.23. Waktu Sebelum Penjadwalan dan Sesudah Penjadwalan
No Part Waktu Sebelum
(jam)
Waktu Sesudah
(jam )
1 Deckle & Air Tube 6,25 5,5
2 Bearing pump 3,49 3
3 pump 1,55 1
4 Bearing vacum pump 5,62 5
5 seal vacum pump 1,02 1
6 V-belt vacum pump 2,01 2
7 Bearing felt roll 2,40 2
8 Bearing gearbox 9,34 9
9 Chain strecher 5,28 5
10 Bearing pulley 1,35 1
11 holder pulley 1,62 1
12 Roll Surface 7,73 7
13 Seal starch pump 2,20 2
14 Bearing agitator 8,96 8
15 V-belt agitator 3,32 2,5
Perhitungan biaya baik corrective maintenance atau sebelum penjadwalan maupun
preventive maintenance atau sesudah penjadwalan lebih jelasnya dapat dilihat pada
lampiran C. Berikut ini hasil rekapitlasi perhitungan untuk masing masing part.
Tabel 4.24. Perhitungan Biaya Sebelum Penjadwalan dan Sesudah Penjadwalan
No Part Biaya sebelum
Penjadwalan
Biaya sesudah
penjadwalan Costdown
1 Deckle & Air
Tube Rp 1.752.529.088 Rp 1.542.649.866 Rp 209.879.222
2 Bearing pump Rp 979.553.163 Rp 843.043.905 Rp 136.509.258
3 pump Rp 433.427.272 Rp 280.349.290 Rp 153.077.981
4 Bearing
vacum pump Rp 1.582.337.098 Rp 1.408.053.278 Rp 174.283.820
5 seal vacum
pump Rp 287.497.363 Rp 280.524.890 Rp 6.972.473
6 V-belt vacum
pump Rp 563.408.294 Rp 560.608.104 Rp 2.800.190
7 Bearing felt
roll Rp 674.659.223 Rp 561.979.581 Rp 112.679.642
8 Bearing
gearbox Rp 2.616.923.759 Rp 2.520.401.213 Rp 96.522.546
9 Chain
strecher Rp 1.478.832.769 Rp 1.400.427.452 Rp 78.405.317
10 Bearing pulley Rp 378.122.537 Rp 280.115.890 Rp 98.006.647
11 holder pulley Rp 454.710.764 Rp 281.098.990 Rp 173.611.774
12 Roll Surface Rp 2.175.666.872 Rp 1.970.132.933 Rp 205.533.939
13 Seal starch
pump Rp 615.574.100 Rp 560.737.981 Rp 54.836.119
14 Holder Roll
15 Bearing
agitator Rp 2.512.670.154 Rp 2.243.851.923 Rp 268.818.231
16 V-belt agitator Rp 930.147.948 Rp 700.532.376 Rp 229.615.572
Total biaya Rp 17.436.060.403 Rp 15.434.507.673 Rp 2.001.552.730
4.3. Analisis perbandingan
Pada tahapan ini dakan dilakukan perbandingan terkait analisis sebelumnya seperti
perbandingan reliability dan perbandingan biaya yang diperlukan sebelum
penjadwalan dan sesudah penjadwalan.
4.3.1. Analisis perbandingan reliability sebelum dan sesudah penjadwalan
pada mesin kritis
Mesin kritis ditetapkan pada sub sistem press section dengan presentase kumulatif
sebesar 36 % . Penjadwalan pada mesin kritis diharapkan dapat menurunkan nilai
downtime dan meningkatkan keandalan mesin tersebut . Berikut ini merupakan
perbandingan nilai downtime dan keandalan sebelum dan sesudah dilakukan
preventive maintenance.
Tabel 4.25. Nilai Reliability pada Masing-Masing Part
Equipment Part Sebelum penjadwalan Sesudah Penjadwalan
t D( tp) R(t) t D( tp) R(t)
Suction
Couch
Roll
Deckle
& Air
Tube
4130 0,00023 0,49811 3700 0,00015 0,60375
Pump Bearing 1900 0,00046 0,50194 1700 0,00032 0,60131
Seal 1974,91 0,00058 0,35687 1400 0,00057 0,54058
Vacum
Pump
Bearing 1700 0,00055 0,49691 1450 0,00034 0,61854
seal 1175,12 0,00062 0,40093 800 0,00059 0,69667
V-belt 1780 0,00045 0,49909 1600 0,00029 0,62798
Felt Roll Bearing 1710 0,00048 0,50015 1450 0,00031 0,62214
Gearbox Bearing 1735,26 0,00426 0,25835 1750 0,00426 0,25624
Strecher Chain 1116,82 0,00334 0,41270 950 0,00332 0,49206
Pulley Bearing 1359,35 0,00073 0,35325 950 0,00072 0,53944
holder 1130 0,00067 0,50050 900 0,00048 0,60878
Roll Roll
Surface 1420 0,00066 0,49958 1050 0,00045 0,60248
Starch
Pump Seal 1655,25 0,00104 0,27563 1450 0,00104 0,31391
Agitator Bearing 3000 0,00030 0,51472 2950 0,00021 0,60227
V-belt 2020 0,00043 0,49885 1450 0,00030 0,60712
Perbandingan nilai downtime saat sebelum penjadwalan (corective maintenance)
dengan sesudah penjadwalan (preventive maintenance) pada mesin kritis yaitu
press section dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Downtime mengalami
penurunan sebesar 0,000114 dari 0,001272702 menjadi 0,001158618.
Perbandingan nilai keandalan atau reliability saat sebelum penjadwalan (corective
maintenance) dengan sesudah penjadwalan (preventive maintenance) pada mesin
kritis yaitu press section dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Keandalan
mengalami peningkatan dari 43 % menjadi 56 %, atau naik sebesar 13 %.
Gambar 4.4. Perbandingan Keandalan Sebelum dan Sesudah Penjadwalan pada
Press Section
Berikut merupakan tabel yang menjelaskan perbandingan reliability pada mesin kritis
yaitu press section.
Tabel 4.26. Perbandingan Reliability Sebelum Penjadwalan dan Sesudah
Penjadwalan pada press section
Equipment Part Sebelum penjadwalan Sesudah Penjadwalan
t R(t) t R(t)
Vacum
Pump
Bearing 1700 50% 1450 62%
seal 1175,1162 40% 800 70%
V-belt 1780 50% 1600 63%
Felt Roll Bearing 1710 50% 1450 62%
Gearbox Bearing 1735,263 26% 1750 26%
Rata - Rata Sebelum 43% Sesudah 56%
43%
56%
Reliability Sebelum Reliability Sesudah
Press section
4.3.2. Analisis perbandingan reliability sebelum dan sesudah penjadwalan
pada paper machine 2.
Setiap komponen mesin harus berada dalam kondisi terbaiknya demi menjaga
kelangsungan produksi kertas, untuk itu dilakukan perhitungan keandalan pada
setiap komponen mesin jika dilakukan penjadwalan untuk melihat perbedaan
sebelum dan sesudah dilakukan penjadwalan pada keseluruhan komponen yang ada
paper machine 2.
Tabel 4.27. Perbandingan Reliability Sebelum dan Sesudah Penjadwalan pada
Paper Machine 2
Equipment Part Sebelum penjadwalan Sesudah Penjadwalan
t D( tp) R(t) t D( tp) R(t)
Suction Couch
Roll
Deckle & Air
Tube 4130 0,00023 50% 3700 0,00015 60%
Pump Bearing 1900 0,00046 50% 1700 0,00032 60%
Seal 1974,91 0,00058 36% 1400 0,00057 54%
Vacum Pump
Bearing 1700 0,00055 50% 1450 0,00034 62%
seal 1175,12 0,00062 40% 800 0,00059 70%
V-belt 1780 0,00045 50% 1600 0,00029 63%
Felt Roll Bearing 1710 0,00048 50% 1450 0,00031 62%
Gearbox Bearing 1735,26 0,00426 26% 1750 0,00426 26%
Strecher Chain 1116,82 0,00334 41% 950 0,00332 49%
Pulley Bearing 1359,35 0,00073 35% 950 0,00072 54%
holder 1130 0,00067 50% 900 0,00048 61%
Roll Roll Surface 1420 0,00066 50% 1050 0,00045 60%
Starch Pump Seal 1655,25 0,00104 28% 1450 0,00104 31%
Agitator Bearing 3000 0,0003 51% 2950 0,00021 60%
V-belt 2020 0,00043 50% 1450 0,0003 61%
Setelah dilakukan penjadwalan maka akan terjadi perubahan interval waktu
perbaikan maupun penggantian komponen yang ada di paper machine 2, Perubahan
waktu tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.28. Perbandingan Waktu Perbaikan Sebelum dan Sesudah Penjadwalan
pada Paper Machine 2
Equipment Part Sebelum penjadwalan Sesudah Penjadwalan
Waktu (jam) Waktu (hari) Waktu (jam) Waktu (hari)
Suction
Couch
Roll
Deckle
& Air
Tube
4130 172 3700 154
Pump Bearing 1900 79 1700 71
Seal 1974,91 82 1400 58
Vacum
Pump
Bearing 1700 71 1450 60
seal 1175,12 49 800 33
V-belt 1780 74 1600 67
Felt Roll Bearing 1710 71 1450 60
Gearbox Bearing 1735,26 72 1750 73
Strecher Chain 1116,82 47 950 40
Pulley Bearing 1359,35 57 950 40
holder 1130 47 900 38
Roll Roll
Surface 1420 59 1050 44
Starch
Pump Seal 1655,25 69 1450 60
Agitator Bearing 3000 125 2950 123
V-belt 2020 84 1450 60
Waktu penggantian komponen deckle dan air tube mengalami perubahan setelah
dilakukan penjadwalan, waktu perbaikan yang awalnya 172 hari menjadi 154 hari
setelah dilakukan penjadwalan .
4.3.3. Analisis perbandingan biaya sebelum dan sesudah penjadwalan pada
mesin kritis
Perbaikan corrective atau sebelum adanya penjadwalan adalah perbaikan yang
dilakukan secara mendadak tanpa adanya persiapan terlebih dahulu , maka dari itu
waktu yang diperlukan akan lebih lama dari perbaikan preventive atau setelah ada
penjadwalan, sehingga biaya yang diperlukan akan lebih besar dibanding perbaikan
dengan adanya penjadwalan.
Jika perbaikan atau penjadwalan preventive maintenance dilakukan pada mesin
kritis atau sub sistem pada press section maka perhitungan biayanya adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.29. Perbandingan Biaya Sebelum dan Sesudah Penjadwalan pada Mesin
Kritis (press section)
Part Biaya sebelum
Penjadwalan
Biaya sesudah
penjadwalan Costdown
Bearing
vacum
pump
Rp 1.582.337.098 Rp 1.408.053.278 Rp 174.283.820 11,01%
seal vacum
pump Rp 287.497.363 Rp 280.524.890 Rp 6.972.473 2,43%
V-belt
vacum
pump
Rp 563.408.294 Rp 560.608.104 Rp 2.800.190 0,50%
Bearing felt
roll Rp 74.659.223 Rp 561.979.581 Rp 112.679.642 16,70%
Bearing
gearbox Rp 2.616.923.759 Rp 2.520.401.213 Rp 96.522.546 3,69%
Total biaya Rp 5.724.825.736 Rp 5.331.567.066 Rp 393.258.670
6,87%
Penurunan biaya jika penjadwalan hanya dilakukan pada press section adalah
sebesar Rp 393.258.670 atau 6,8 % seperti yang ada pada gambar 4.9.
Gambar 4.5. Perbandingan Biaya Sebelum dan Sesudah Penjadwalan pada Press
Section
4.3.4. Analisis perbandingan biaya sebelum dan sesudah penjadwalan pada
paper machine 2 .
Selain perbandingan biaya sebelum penjadwalan dan sesudah penjadwalan yang
telah dilakukan pada bagian mesin kritis yaitu press section , perlu diketahui juga
biaya yang timbul pada setiap komponen jika dilakukan penjadwalan. Biaya – biaya
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.30. Perbandingan Biaya Sebelum dan Sesudah Penjadwalan pada Paper
Machine 2
No Part Biaya sebelum
Penjadwalan
Biaya sesudah
penjadwalan Costdown
1 Deckle & Air
Tube Rp 1.752.529.088 Rp 1.542.649.866 Rp 209.879.222
2 Bearing pump Rp 979.553.163 Rp 843.043.905 Rp 136.509.258
3 pump Rp 433.427.272 Rp 280.349.290 Rp 153.077.981
4 Bearing
vacum pump Rp 1.582.337.098 Rp 1.408.053.278 Rp 174.283.820
5 seal vacum
pump Rp 287.497.363 Rp 280.524.890 Rp 6.972.473
6 V-belt vacum
pump Rp 563.408.294 Rp 560.608.104 Rp 2.800.190
7 Bearing felt
roll Rp 674.659.223 Rp 561.979.581 Rp 112.679.642
8 Bearing
gearbox Rp 2.616.923.759 Rp 2.520.401.213 Rp 96.522.546
9 Chain
strecher Rp 1.478.832.769 Rp 1.400.427.452 Rp 78.405.317
10 Bearing pulley Rp 378.122.537 Rp 280.115.890 Rp 98.006.647
11 holder pulley Rp 454.710.764 Rp 281.098.990 Rp 173.611.774
12 Roll Surface Rp 2.175.666.872 Rp 1.970.132.933 Rp 205.533.939
13 Seal starch
pump Rp 615.574.100 Rp 560.737.981 Rp 54.836.119
14 Holder Roll
15 Bearing
agitator Rp 2.512.670.154 Rp 2.243.851.923 Rp 268.818.231
16 V-belt agitator Rp 930.147.948 Rp 700.532.376 Rp 229.615.572
Total biaya Rp 17.436.060.403 Rp 15.434.507.673 Rp 2.001.552.730
Jika dilakukan penjadwalan diterapkan pada semua bagian mesin atau keseluruhan
komponen termasuk mesin kritis maka biaya yang ditimbulkan adalah seperti pada
tabel di atas, secara keseluruhan terjadi penurunan biaya sebesar Rp 2.001.552.730.
4.4. Usulan jadwal penggantian part
Jadwal preventive maintenance atau penggantian part dibuat dengan mencari
beberapa waktu yang berdekatan sehingga diperoleh interval waktu penggantian
part yang optimal. Penjadwalan penggantian dapat di masukkan ke dalam schedule
shutdown bulanan sehingga angka downtime semakin dapat di minimalkan. Berikut
ini merupakan rekomendasi penjadwalan penggantian part pada masing masing
equipment yang ada pada sub sistem paper machine 2.
Tabel 4.31. Jadwal Penggantian Part pada Paper Machine 2
Jam ke
Part 1050 1450 1750 2950 3700
Deckle & Air Tube
Bearing pump
Seal pump
Bearing vacum pump
Seal vacum pump
V-belt vacum pump
Bearing felt roll
Bearing gearbox
Chain strecher
Bearing pulley
Holder pulley
Roll Surface
Seal starch pump
Bearing agitator
V-belt agitator
Dari tabel di atas didapatkan informasi terkait waktu dalam penjadwalan
penggantian part yang ada pada paper machine 2. Untuk mempermudah dalam
aplikasi usulan maka berikut ini waktu yang telah di tentukan kemudian di plot ke
dalam kalender pada tahun berikutnya.
Hari Jan-18
Minggu 7 14 21 28
Senin 1 8 15 22 29 1050 jam
Selasa 2 9 16 23 30 1450 jam
Rabu 3 10 17 24 31 1750 jam
Kamis 4 11 18 25 2950 jam
Jumat 5 12 19 26 3700 jam
Sabtu 6 13 20 27
Gambar 4.6. Penjadwalan Bulan Januari 2018
Pada bulan januari tidak ada penjadwalan perbaikan karena prediksi terjadinya
perbaikan baru akan terjadi pada jam ke 1050 atau setelah 44 hari.
Hari Feb-18
Minggu 4 11 18 25
Senin 5 12 19 26 1050 jam
Selasa 6 13 20 27 1450 jam
Rabu 7 14 21 28 1750 jam
Kamis 1 8 15 22 2950 jam
Jumat 2 9 16 23 3700 jam
Sabtu 3 10 17 24
Gambar 4.7. Penjadwalan Bulan Februari 2018
Pada gambar 4.7 penjadwalan perbaikan dilakukan pada tanggal 13 februari 2018
terhadap part yang termasuk ke dalam pengelompokan penjadwalan pada jam ke
1050 yaitu seal pump, chain strecher, bearing pulley, holder pulley dan roll surface.
Hari Mar-18
Minggu 4 11 18 25
Senin 5 12 19 26 1050 jam
Selasa 6 13 20 27 1450 jam
Rabu 7 14 21 28 1750 jam
Kamis 1 8 15 22 29 2950 jam
Jumat 2 9 16 23 30 3700 jam
Sabtu 3 10 17 24 31
Gambar 4.8. Penjadwalan Bulan Maret 2018
Pada bulan maret terdapat 3 kelompok waktu penjadwalan dengan rentang waktu
tiap 2 minggu sekali. Dengan kondisi seperti ini ke-3 kelompok waktu dapat
digabungkan menjadi 1 dengan memberikan waktu lebih lama terhadap perawatan
mesin.
Hari Apr-18
Minggu 1 8 15 22 29
Senin 2 9 16 23 30 1050 jam
Selasa 3 10 17 24 1450 jam
Rabu 4 11 18 25 1750 jam
Kamis 5 12 19 26 2950 jam
Jumat 6 13 20 27 3700 jam
Sabtu 7 14 21 28
Gambar 4.9. Penjadwalan Bulan April 2018
Pada bulan april 2018 penjadwalan perawatan hanya terjadi dalam 1 bulan yaitu
pada tanggal 30 april 2018 terhadap kelompok penjadwalan dengan waktu 1450
jam.
Hari Mei-18
Minggu 6 13 20 27
Senin 7 14 21 28 1050 jam
Selasa 1 8 15 22 29 1450 jam
Rabu 2 9 16 23 30 1750 jam
Kamis 3 10 17 24 31 2950 jam
Jumat 4 11 18 25 3700 jam
Sabtu 5 12 19 26
Gambar 4.10. Penjadwalan Bulan Mei 2018
Pada bulan mei 2018 terdapat 3 kelompok waktu yang berada dalam 1 bulan, untuk
itu waktu digabungkan dalam 1 waktu penjadwalan yaitu pada tanggal 12 mei 2018
dengan menambah waktu perbaikan.
Hari Jun-18
Minggu 3 10 17 24
Senin 4 11 18 25 1050 jam
Selasa 5 12 19 26 1450 jam
Rabu 6 13 20 27 1750 jam
Kamis 7 14 21 28 2950 jam
Jumat 1 8 15 22 29 3700 jam
Sabtu 2 9 16 23 30
Gambar 4.11. Penjadwalan Bulan Juni 2018
Pada bulan mei 2018 terdapat 3 kelompok waktu yang berada dalam 1 bulan, untuk
itu waktu digabungkan dalam 1 waktu penjadwalan yaitu pada tanggal 25 juni 2018
dengan menambah waktu perbaikan.
Hari Jul-18
Minggu 1 8 15 22 29
Senin 2 9 16 23 30 1050 jam
Selasa 3 10 17 24 31 1450 jam
Rabu 4 11 18 25 1750 jam
Kamis 5 12 19 26 2950 jam
Jumat 6 13 20 27 3700 jam
Sabtu 7 14 21 28
Gambar 4.12. Penjadwalan Bulan Juli 2018
Pada bulan juli tidak ada rekomendasi penjadwalan, dengan kebijakan perusahaan
yang memberikan waktu sekali dalam sebulan untuk maintenance maka pekerjaan
perbaikan yang dilakukan pada bulan juli adalah pekerjaan yang didapat dari hasil
pemeriksaan harian atau permintaan dari produksi.
Hari Agu-18
Minggu 5 12 19 26
Senin 6 13 20 27 1050 jam
Selasa 7 14 21 28 1450 jam
Rabu 1 8 15 22 29 1750 jam
Kamis 2 9 16 23 30 2950 jam
Jumat 3 10 17 24 31 3700 jam
Sabtu 4 11 18 25
Gambar 4.13. Penjadwalan Bulan Agustus 2018
Pada bulan mei 2018 terdapat 4 kelompok waktu yang berada dalam 1 bulan, untuk
itu waktu digabungkan dalam 2 waktu penjadwalan yaitu pada tanggal 8 agustus
2018 untuk kelompok waktu 1050 jam dan 1750 jam dan 28 agustus 2018 untuk
kelompok waktu 1450 jam dan 2950 jam dengan menambah waktu perbaikan.
Hari Sep-18
Minggu 2 9 16 23 30
Senin 3 10 17 24 1050 jam
Selasa 4 11 18 25 1450 jam
Rabu 5 12 19 26 1750 jam
Kamis 6 13 20 27 2950 jam
Jumat 7 14 21 28 3700 jam
Sabtu 1 8 15 22 29
Gambar 4.14. Penjadwalan Bulan September 2018
Pada gambar 4.14 penjadwalan perbaikan dilakukan pada tanggal 21 september
2018 terhadap part yang termasuk ke dalam pengelompokan penjadwalan pada jam
ke 1050 yaitu seal pump, chain strecher, bearing pulley, holder pulley dan roll
surface.
Hari Okt-18
Minggu 7 14 21 28
Senin 1 8 15 22 29 1050 jam
Selasa 2 9 16 23 30 1450 jam
Rabu 3 10 17 24 31 1750 jam
Kamis 4 11 18 25 2950 jam
Jumat 5 12 19 26 3700 jam
Sabtu 6 13 20 27
Gambar 4.15. Penjadwalan Bulan Oktober 2018
Pada bulan maret terdapat 2 kelompok waktu penjadwalan dengan perbedaan
waktu penjadwalan selama 1 minggu . Dengan kondisi seperti ini ke-2 kelompok
waktu dapat digabungkan menjadi 1 dengan memberikan waktu lebih lama
terhadap perawatan mesin.
Hari Nov-18
Minggu 4 11 18 25
Senin 5 12 19 26 1050 jam
Selasa 6 13 20 27 1450 jam
Rabu 7 14 21 28 1750 jam
Kamis 1 8 15 22 29 2950 jam
Jumat 2 9 16 23 30 3700 jam
Sabtu 3 10 17 24
Gambar 4.16. Penjadwalan Bulan November 2018
Pada bulan november 2018 penjadwalan perbaikan berada pada waktu yang
berdekatan, yaitu pada tanggal 4 dan 5 november. Jadi untu itu mesin dapat
dilakukan perbaikan dengan menggabungkan ke-2 kelompok paktu menjadi 1 hari
pada tanggal 5 november.
Hari Des-18
Minggu 2 9 16 23 30
Senin 3 10 17 24 31 1050 jam
Selasa 4 11 18 25 1450 jam
Rabu 5 12 19 26 1750 jam
Kamis 6 13 20 27 2950 jam
Jumat 7 14 21 28 3700 jam
Sabtu 1 8 15 22 29
Gambar 4.17. Penjadwalan Bulan Desember 2018
Pada bulan desember 2018 terdapat 3 kelompok waktu yang berada dalam 1 bulan,
untuk itu waktu digabungkan dalam 1 waktu penjadwalan yaitu pada tanggal 26
desember 2018 dengan menambah waktu perbaikan.
4.5. RCM decision worksheet
Setelah dilakukan analisis dengan metode kualitatif dan metode kuantitatif pada
pembahasan sebelumnya langkah berikunya adalah perlu adanya suatu
pengambilan keputusan perawatan mesin dalam hal ini adalah Paper Machine 2.
RCM decision worksheet disusun untuk mempermudah implementasi perawatan
mesin dengan metode RCM, selain interval waktu perawatan RCM juga
memasukkan pertimbangan – pertimbangan lain dalam pengambilan keputusan
terkait perawatan mesin. Berikut ini merupakan contoh RCM decision worksheet
pada equipment vacum pump yang menjadi bagian dari sub sistem mesin kritis.
Tabel 4.32. RCM Decision Worksheet Equipment Vacum Pump
RCM
DECISION
WORKSHEET
Sub Sistem Press Section Reviewed by Leader Date
Equipment Vacum Pump Approved by Supervisor Date
Information Failure H1 H2 H3
Dafault Task Proposed Tasks
Initial
Interval Can done by Reference Consequence
S1 S2 S3
O1 O2 O3
F FF FM H S E O N1 N2 N3 H4 H5 S4
1 A 1 N N N Y Y Y Check kondisi bearing setiap hari
2 month Maintenance Re greasing (lubrikasi) setiap 1 minggu sekali
2 A 1 N N Y Y Y Check / adjust (setting) setiap hari 1 month Maintenance
3 A 1 N N N Y Y Cek kondisi v-belt 1 minggu sekali dengan stroboscope 2 month Maintenance
Untuk F = 1 (Function) , FF = A ( Function Failure) dan FM = 1 (Failure Mode) diperoleh dari tabel FMEA , sedangkan Failure
Consequence H, S, E, O termasuk H1,S1,O1 ditentukan menggunakan RCM decision diagram .
BAB V
SIMPULAN dan SARAN
5.1. Simpulan
Sistem manajemen perawatan dengan metode corrective pada paper machine 2
mengakibatkan nilai keandalan pada mesin rendah sehingga rawan terjadinya
kerusakan mendadak pada mesin, kerusakan mendadak tentunya membutuhkan
waktu perbaikan yang cukup lama dikarenakan tidak adanya persiapan baik spare
part dan peralatan yang akan digunakan untuk perbaikan. Setelah dilakukan
analisis menggunakan metode Reliability Centered Maintenance (RCM) maka
diperoleh informasi terkait paper machine 2 seperti bagian - bagian penyusun mesin
beserta fungsi dari bagian mesin tersebut (FBD) , hubungan antara tiap – tiap bagian
mesin (FTA), efek jika terjadi kerusakan pada salah satu bagian mesin (FMEA) dan
bagian kritis pada mesin yang perlu dilakukan perbaikan yaitu press section (Pareto
chart). Hasil dari analisis kualitatif dan kuantitatif kemudian digabungkan ke dalam
RCM decision worksheet untuk usulan tindakan maintenance baik pencegahan atau
penggantian. Dengan melakukan usulan perbaikan pada press section maka
keandalan tiap komponen mengalami peningkatan sebagai berikut.
Tabel 5.1. Perbandingan Kehandalan Komponen Pada Press Section Setelah
penjadwalan
Equipment Part Sebelum penjadwalan Sesudah Penjadwalan
t R(t) t R(t)
Vacum
Pump
Bearing 1700 50% 1450 62%
seal 1175,1162 40% 800 70%
V-belt 1780 50% 1600 63%
Felt Roll Bearing 1710 50% 1450 62%
Gearbox Bearing 1735,263 26% 1750 26%
Rata - Rata Sebelum 43% Sesudah 56%
Sub sistem press section yang ada pada paper machine 2 meningkat dari awalnya
hanya 43 % menjadi 56 % sedangkan biaya perbaikan akan berkurang sebesar Rp
393.258.670 dari awalnya Rp 5.724.825.736 menjadi Rp 5.331.567.066 dengan
rincian seperti pada tabel 5.2 dibawah ini.
Tabel 5.2. Perbandingan Biaya Perbaikan Komponen Pada Press Section Setelah
penjadwalan
Part Biaya sebelum
Penjadwalan
Biaya sesudah
penjadwalan
Bearing
vacum
pump
Rp 1.582.337.098 Rp 1.408.053.278
seal vacum
pump Rp 287.497.363 Rp 280.524.890
V-belt
vacum
pump
Rp 563.408.294 Rp 560.608.104
Bearing felt
roll Rp 74.659.223 Rp 561.979.581
Bearing
gearbox Rp 2.616.923.759 Rp 2.520.401.213
Total biaya Rp 5.724.825.736 Rp 5.331.567.066
5.2. Saran
Penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan pengolahan data pada bab
sebelumnya menunjukkan bahwa dengan penjadwalan preventive maintence,
keandalan suatu equipment atau mesin akan meningkat . Untuk itu preventive
maintenance dapat dijadikan acuan penjadwalan terhadap komponen kritis yang
lainnya untuk menekan laju kerusakan pada mesin dan memenuhi kebutuhan
produksi. Sebagai saran untuk penelitian selanjutnya adalah penggunaan standar
operasional prosedur (SOP) dalam penjadwalan yang dapat memastikan
penjadwalan perbaikan terlaksana dengan baik dan memperhatikan keselamatan
dalam bekerja (K3).
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofian. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, (2008).
Ben-Daya, Mohammed. Handbook of Maintenance Management and Engineering.
Springer, London (2009).
Budiyanti, Vivit Eka, Nasir Widha Setyanto, and Arif Rahman. Perencanaan
Jadwal Perawatan Preventif Berbasis Keandalan untuk Meningkatkan
Availability Mesin Kertas (Studi Kasus: PT. Kertas Leces (Persero). Jurnal
Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri vol. 3 no. 1 (2015). Teknik
Industri Universitas Brawijaya http: // jrmsi.studentjournal.ub.ac. id/index.
php/jrmsi/ article/view/172.
Dhillon, B.S. Engineering Maintenance a Modern Approach. CRC Press LLC,
United States of America (2002).
Ebelling, E. Charles. An Introduction to Reliability and Maintainability
Engineering, McGraw-Hill inc, New York (1997).
Jardine, A.K.S. Maintenance, Replacement and Reliability. Taylor and Francis
Group, New York (2006)
Moubray , Jhon. Reliability Centered Maintenance (RCM II) Second Edition.
Butterworth-Heinemann Ltd. Greath Britain, (1997).
Pranoto, Hadi. Reliability Centred Maintenance. Jakarta : Mitra Wacana Media
(2015)
Susanto, Agustinus Dwi. Perencanaan Perawatan pada Unit Kompresor Tipe
Screw dengan Metode RCM di Industri Otomotif. Final Assignment,
Industrial Engineering Department, President University, West Java,
2013.