Usulan Kegiatan Tugas Akhir Perencaan Ekowisata Goa di Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat...
-
Upload
afrodita-indayana -
Category
Documents
-
view
506 -
download
6
Transcript of Usulan Kegiatan Tugas Akhir Perencaan Ekowisata Goa di Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat...
USULAN KEGIATANTUGAS AKHIR
PERENCANAAN EKOWISATA GOADI KABUPATEN TASIKMALAYA
PROVINSI JAWA BARAT
AFRODITA INDAYANA
PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATAPROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2013
PERENCANAAN EKOWISATA GOADI KABUPATEN TASIKMALAYA
PROVINSI JAWA BARAT
AFRODITA INDAYANA
Proposal Tugas AkhirSebagai salah satu syarat melaksanakan Tugas Akhir (TA)
pada Program Keahlian Ekowisata
PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATAPROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN
BOGOR2013
Judul : Perencanaan Ekowisata Goa, di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat
Nama : Afrodita Indayana
NIM : J3B110049
Program Keahlian : Ekowisata
Disetujui,
Dr. Ir. Ricky Avenzora, M.Sc.FDosen Pembimbing
Diketahui,
Helianthi Dewi, S.Hut, M.Sc.Koordinator Program Keahlian
Ekowisata
Tanggal Pengesahan :
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
usulan Tugas Akhir ini dengan judul “Perencanaan Ekowisata Goa di
Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat”. Tugas Akhir merupakan salah
satu studi yang diselenggarakan oleh Program Keahlian Ekowisata, Program
Diploma Institut Pertanian Bogor dan wajib diikuti oleh setiap mahasiswa
Ekowisata selama 45 hari efektif. Kegiatan ini dilakukan untuk menggali potensi
wisata goa yang terdapat di Kabupaten Tasikmalaya sehingga kemudian dapat
dirancang menjadi sebuah destinasi Ekowisata Goa.
Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penulisan proposal
ini. Oleh karena itu, saran dan kritik senantiasa penulis harapkan demi perbaikan
dimasa yang datang. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, akademisi, masyarakat luas serta dunia keilmuan dan digunakan
sebagaimana mestinya.
Bogor, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR IDAFTAR ISI IIDAFTAR GAMBAR IVDAFTAR TABEL VDAFTAR LAMPIRAN VII. PENDAHULUAN 7
A. Latar Belakang 7B. Tujuan 8C. Manfaat 9D. Sasaran 9E. Output 10F. Tahapan Pelaksanaan 10
II. TINJAUAN PUSTAKA 14A. Pariwisata dan Ekowisata 14B. Wisatawan 16C. Motivasi dan Persepsi 17D. Kawasan Karst dan Goa 18
1. Pengertian Kawasan Karst dan Goa 182. Kode Etik dan Moral Penelusur Goa 203. Kondisi fisik Goa 224. Klasifikasi Goa 235. Fungsi Goa 286. Ornamen Goa 297. Klasifikasi Fauna Goa 29
D. Wisata Goa 30E. Masyarakat 33F. Program Wisata 34G. Perencanaan Wisata 35I. Media Promosi 35
Audio Visual 36III. KONDISI UMUM 50
A. Letak dan Luas Kawasan 50B. Kawasan 52
1. Topografi 522. Iklim dan Curah Hujan 543. Hidrologi 55
C. Kondisi Biotik Kawasan 551. Keanekaragaman Flora 562. Keanekaragaman Fauna 57
D. Kondisi Sosial Masyarakat 59E. Potensi Wisata 60
1. Potensi wisata goa 602. Potensi Wisata Lain 62
F. Aksesibilitas 671. Kendaraan Pribadi 672. Bus atau Kendaraan Umum Lainnya 67
ii
iii
iiiivv
vi
3. Kereta Api 68IV. METODE PELAKSANAAN TUGAS AKHIR 69
A. Lokasi danWaktu 69B. Alat dan Bahan 70C. Jenis Data 71
1. Data primer 712. Data sekunder 73
D. Metode Pengambilan Data 731. Metode Pengamatan dan Pengukuran Kondisi Fisik Goa 742. Masyarakat 783. Wisatawan 784. Pengelola 79
E. Metode Analisis Data 791. Suhu dan kelembaban udara 802. Pengukuran debit air sungai 80
F. Metode Pembuatan Output Media Promosi 81G. Kerangka Pemikiran 83
DAFTAR PUSTAKA 84LAMPIRAN 90
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tahapan Pelaksanaan 13Gambar 2. Peta Kawasan Kabupaten Tasikmalaya 51Gambar 3. Perbukitan Sodong Hilir, Kabupaten Tasikmalaya 54Gambar 4. Flora Mendongdi Kabupaten Tasikmalaya 56Gambar 5. Hasil kerajinan tumbuhan mendong 57Gambar 6.Potensi fauna penyu hijau 58Gambar 7. Goa Safarwadi 61Gambar 8. Obyek Wisata Kampung Naga Di Kabupaten Tasikmalaya 63Gambar 9. Pusat Kerajinan Rajapolah Di Kabupaten Tasikmalaya 65Gambar 10. Gunung Galunggung Di Kabupaten Tasikmalaya 66Gambar 11. Pemetaan goa dengan menggunakan metode forward 76Gambar 12. Pengukuran debit air sungai menggunakan metode pingpong 77Gambar 13. Kerangka Berfikir 84
iv
DAFTAR TABEL
1. Klasifikasi Goa berdasarkan akses masyarakat 232. Klasifikasi Goa berdasarkan kandungan isi 243.Klasifikasi Goa berdasarkan derajat bahaya 254. Klasifikasi Goa berdasarkan Letak dan Batuan Pembentuknya 275. Rencana Tata Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir 696. Alat yang digunakan 707. Data Primer 718. Data Sekunder 739. Parameter penilaian derajat kesulitan goa Ko ( 2001) 75
v
DAFTAR LAMPIRAN
1. KUESIONER ACCESSOR2. KUESIONER WISATAWAN/PENGUNJUNG3. KUESIONER MASYARAKAT4. TALLY SHEET PENGUKURAN DAN PEMETAAN5. TALLY SHEET DAYA DUKUNG6. JURNAL KEGIATAN HARIAN
vi
7
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan paradigma pariwisata pada saat ini tidak hanya terfokus pada
sebuah produk wisata yang bersifat mass tourism concept, namun berkembangnya
berbagai minat wisata ke suatu destinasi yang masih alami dengan berbagai
karakteristik perjalanannya, merupakan preferensi baru dalam hal permintaan
wisata. Kesadaran akan pentingnya pertimbangan aspek ekologi, sosial budaya
dan perkembangan perekonomian pariwisata yang berkelanjutan dan terintegrasi,
sejauh ini telah mempengaruhi dinamika permintaan pasar pariwisata. Pengaruh
tersebut secara refleks juga telah mempengaruhi munculnya berbagai penawaran
wisata yang sedang berkembang.
Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan kawasan karst dengan goa sebagai salah satu ciri khasnya.
Seiring dengan berkembangnya wisata yang bersifat back to nature, goa masih
menyimpan banyak potensi yang dapat digali, sehingga dapat dijadikan sebagai
destinasi wisata.
Kawasan karst merupakan salah satu bentang alam yang terdapat di
Indonesia, yang memiliki ciri hidrologi serta bentukan alam yang khas dan
disebabkan oleh adanya perpaduan antara tingginya tingkat pelarutan batuan serta
porositas sekunder (Ford dan Wiliams 1989 dalam Sunkar 2007). Karakteristik
goa yang unik dan berbeda dari ekosistem lain, membuat goa mempunyai nilai
penawaran dan permintaan tersendiri terkait kegiatan ekowisata. Goa dalam
pengertian sederhana merupakan suatu bentukan lorong alamiah dibawah tanah
yang bisa dilalui oleh manusia yang terbentuk dari batuan gamping atau batuan
vulkanik (Gema 2004). Salah satu kegiatan wisata yang dapat dilakukan di obyek
goa yaitu kegiatan penulusuran goa (caving).
Potensi goa yang banyak tersebar di Indonesia, salah satunya terletak di
Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Tasikmalaya memiliki
potensi sumberdaya alam goa lebih dari 11 goa yang tersebar di berbagai
kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya. Keberadaan goa tersebut sangat
8
berpotensi menjadi sebuah daya tarik ekowisata jika dikelola dan dikembangkan
dengan baik, dan terintegrasi. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di obyek
wisata goa di Kabupaten Tasikmalaya antara lain penelusuran goa (Caving),
melihat ekosistem fauna goa ataupun melihat ornamen goa seperti stalaktit
(batangan kapur yang terdapat pada langit goa) dan stalagmite (susunan batu
kapur yang terdapat di lantai goa), dan berziarah. Potensi sumberdaya alam pada
beberapa goa sangat kental dengan tradisi atau budaya sosial masyarakat di
Kabupaten Tasikmalaya pada dasarnya dapat menjadi modal dasar dalam sebuah
perencanaan ekowisata goa.
Kegiatan wisata goa yang beresiko pada rusaknya ekosistem alami goa
merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan sebuah
kegiatan wisata goa. Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir merupakan kegiatan
mengaplikasikan atau mengimplementasi ilmu ekowisata dengan output berupa
program dan paket wisata serta media promosi dalam bentuk audio visual.
Adanya perencanaan Ekowisata Goa tersebut dapat menunjang perkembangan
ilmu pengetahuan dan meningkatkan harmonisasi perilaku masyarakat dan
instansi terkait dalam menjaga dan menghargai alam beserta kebudayaan sekitar.
B. Tujuan
Pelaksanaan Tugas Akhir memiliki empat tujuan. Tujuan yang diharapkan
dari Tugas Akhir tentang Perencanaan Ekowisata Goa di Kabupaten Tasikmalaya,
Provinsi Jawa Barat adalah:
1. Mengetahui potensi wisata goa yang ada di Kabupaten Tasikmalaya menjadi
obyek perencanaan Ekowisata Goa.
2. Mengetahui karakteristik, persepsi, dan kesiapan masyarakat terhadap
perencanaan Ekowisata Goa di Kabupaten Tasikmalaya.
3. Mengetahui karakteristik, persepsi, dan motivasi wisatawan di Kabupaten
Tasikmalaya.
4. Merancang program Ekowisata Goa dan output berupa media promosi dalam
bentuk produk audio visual tentang Ekowisata Goa di Kabupaten Tasikmalaya.
9
C. Manfaat
Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi setiap orang,
baik bagi penulis, pembaca, dan masyarakat setempat. Manfaat dari perencanaan
Ekowisata Goa di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat adalah:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai potensi wisata goa
di Kabupaten Tasikmalaya.
2. Dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan
adanya perencanaan Ekowisata Goa yang efektif.
3. Dapat membangun kesadaran bersama tentang pemahaman pentingnya
menjaga harmonisasi alam dan budaya.
4. Meningkatkan aktivitas masyarakat menuju lebih baik dan kreatif.
D. Sasaran
Sasaran dari kegiatan Perencanaan Ekowisata Goa di Kabupaten
Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat adalah semua kalangan terutama masyarakat
sekitar kawasan goa di Kabupaten Tasikmalaya. Sasaran yang dicapai adalah agar
terwujudnya masyarakat sadar wisata dan sadar pelestarian goa dikawasan sekitar
goa.
E. Output
Output yang akan direncanakan dalam Perencanaan
Program Ekowisata Goa ini adalah berupa media promosi dalam
bentuk audio visual untuk program ekowisata goa di Kabupaten
Tasikmalaya. Media promosi dalam bentuk Audio Visual ini berisi
berbagai gambar, video dan informasi mengenai program
ekowisata goa di Kabupaten Tasikmalaya.
F. Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pengerjaan dari kegiatan Tugas Akhir terdiri dari empat tahap.
Pada tahap pertama akan dilakukan persiapan dengan melakukan studi literatur
untuk menentukan problem statment dan variable essensial beserta parameter
10
yang akan digunakan pada tahapan pengerjaan. Berlanjut pada tahap kedua
berupa inventarisasi dari setiap variabel essensial dan parameter dengan membagi
dalam langkah observasi, kuisioner, studi literatur dan dokumentasi terhadap
objek wisata yang terdapat pada setiap goa di Kabupaten Tasikmalaya. Langkah
selanjutnya adalah menghasilkan data yang berkaitan dengan parameter dari setiap
essensial. Data parameter tersebut terdiri dari aspek sumberdaya goa,
aksesibilitas, keamanan, Fasilitas, karakteristik masyarakat, kesiapan masyarakat,
persepsi masyarakat, karakteristik pengelola, persepsi pengelola, kesiapan
pengelola, penilaian obyek oleh pengelola.
Tahapan berikutnya adalah analisis yang berada pada tahap tiga. Pada tahap
ini, data yang telah diperoleh dari parameter essensial akan dianalisis dengan
pendeskripsian data secara kualitatif dan kuantitatif agar mengetahui potensi
sumberdaya perencanaan ekowisata goa pada Kabupaten Tasikmalaya. Hasil dari
sumberdaya potensial yang telah ditentukan kemudian dilakukan penilaian
berdasarkan indikator penilaian sehingga menghasilkan sumberdaya potensial
yang menjadi unggulan di Kabupaten Tasikmalaya. Tahap ini terdiri dari sintesis,
konsep dan perencanaan. Tahap sintesis dimulai dengan melakukan penilaian
terhadap potensial ekowisata menggunakan indikator (Avenzora, 2008) untuk
menghasilkan sumberdaya ekowisata goa yang dapat dilakukan pada Kabupaten
Tasikmalaya. Hasil penilaian dari sumberdaya ekowisata bertujuan untuk dapat
merancang konsep “Ekowisata goa di Kabupaten Tasikmalaya “ yang terbagi
dalam tiga program wisata yang terdiri dari program harian, mingguan dan
tahunan. Tahapan terakhir adalah pelaksanaan terhadap perencanaan dengan
melakukan penentuan opsi – opsi program, paket wisata dan rancangan output
media promosi. Hasil rancangan tersebut kini menjadi sebuah program wisata
terpilih berdasarkan output media promosi sehingga tahapan tersebut akan
dilanjutkan dengan mendesain output berupa media terpilih audio visual. Tahapan
pelaksanaan Tugas Akhir disajikan pada Gambar 1.
Program Wisata
HarianMingguanTahunan
Tahap 4
Dokumentasi
PERENCANAAN
Sumberdaya Ekowisata yang digunakan
Penentuan opsi – opsi program wisata dan rancangan output media promosi
Program wisata terpilih dan rancangan output media promosi
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Pendeskripsian Data Secara Kuantitatif
PERSIAPAN
Studi Literatur
Penentuan problem statmentPenentuan variabel essensial dan parameter
INVENTARISASI
Observasi Kuesioner Studi Literatur
Data Parameter- Aspek Sumberdaya Goa, Aksesibilitas, Keamanan, FasilitasAspekMasyarakatAspek Pengelola
ANALISIS
Pendeskripsian Data Secara Kualitatif
Potensi Sumberdaya Ekowisata
SINTESIS KONSEP
Penilaian Sumberdaya potensial ekowisata menggunakan penilaian indikator (Avenzora, 2008)
Ekowisata Goa
11
Gambar 1 Tahapan Pelaksanaan
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pariwisata dan Ekowisata
Suwantoro (2004) mengemukakan bahwa pariwisata adalah suatu proses
berpergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat
tinggalnya karena suatu alasan tertentu dan bukan untuk melakukan kegiatan
untuk mencari nafkah atau menghasilkan upah. Selain itu Suwantoro (2004) juga
menjelaskan bahwa dorongan dari kegiatan ini dikarenakan berbagai kepentingan
seperti kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan,
maupun hanya untuk sekedar ingin tahu, menambah pengalaman, dan belajar.
Soekadijo (2000) mengatakan bahwa pariwisata ialah segala kegiatan dalam
masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Maksudnya adalah apabila
kegiatan tersebut tidak mendatangkan wisatawan, maka semua kegiatan itu
dianggap gagal karena tanpa adanya wisatawan semua kegiatan pembangunan dan
pemugaran obyek-obyek wisata kebudayaan, pembangunan hotel, persediaan
angkutan dan sebagainya itu tidak memiliki makna kepariwisataan. Sebaliknya,
begitu wisatawan yang mengunjungi obyek-obyek tersebut, memanfaatkan
fasilitas hotel dan angkutan, maka semua kegiatan itu mendapat arti dari
kepariwisataan tersebut.
Muljadi (2009) menjelaskan bahwa wisata merupakan suatu aktivitas
perubahan tempat secara sementara yang dilakukan oleh sesorang dengan
berbagai alasan selain melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan upah atau
gaji. Suwantoro (2004) membagi wisata apabila dilihat dari segi maksud dan
tujuannya dibedakan menjadi:
1. Holiday Tour (wisata liburan), perjalanan wisata yang diselenggarakan dan
diikuti oleh anggotanya guna berlibur, bersenang-senang dan menghibur diri.
2. Familiarization Tour (wisata pengenalan), perjalanan anjangsana yang
dimaksudkan guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang
mempunyai kaitannya dengan pekerjaannya.
13
3. Educational Tour (wisata pendidikan), suatu perjalanan wisata yang
dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun
pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya. Wisata jenis ini
disebut juga sebagai study tour atau perjalanan kunjungan pengetahuan.
4. Scientific Tour (wisata pengetahuan), perjalanan wisata yang tujuan pokoknya
untuk memperoleh pengetahuan atau penyelidikan terhadp sesuatu bidang
ilmu pengetahuan.
5. Pileimage Tour (wisata keagamaan), perjalanan wisata yang dimaksudkan
guna melakukan ibadah keagamaan.
6. Special Mission Tour (wisata kunjungan khusus), suatu perjalanan wisata
yang dilakukan dengan suatu maksud khusus, seperti misi dagang.
7. Hunting Tour (wisata perburuan), suatu kunjungan wisata yang dimaksudkan
untuk menyelenggarakan perburuan binatang yang di ijinkan oleh penguasa
setempat sebagai hiburan semata-mata.
Pengertian ekowisata yang beragam dipaparkan oleh para ahli diantaranya
adalah Brandon (1996) dalam Avenzora (2008) yang mengatakan bahwa
ekowisata merupakan kegiatan pengusahaan wisata yang memberikan manfaat
sebagai sumber pendapatan kawasan konservasi, perbaikan ekonomi dalam
perlindungan kawasan konservasi, sebagai alternatif mata pencaharian masyarakat
lokal untuk mengurangi pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebih, sebagai
pilihan dalam mempromosikan konservasi, sebagai dorongan dalam upaya
konservasi yang khusus. Western (1995) dalam Avenzora (2008) menjelaskan
ekowisata adalah hal tentang menciptakan dan memuaskan suatu keinginan
terhadap alam, tentang mengeksploitasi wisata untuk konservasi, pembangunan
dan mencegah dampak negatif terhadap ekologi, kebudayaan dan keindahan.
Avenzora (2008) menyimpulkan dari pendapat para ahli bahwa pola pendefinisian
adalah berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai dari konsep yang ditawarkan,
berorientasi pada sumberdaya wisata yang digunakan dan berorientasi pada
bentuk-bentuk kegiatan wisata yang diselenggarakan.
Avenzora (2008) mendefinisikan ekowisata sebagai jiwa dari seluruh
aktivitas wisata dan ada tiga pilar yang didalamnya mencakup tiga aspek tersebut
14
yaitu pilar ekologi, pilar ekonomi dan pilar sosial budaya. Nugroho (2011)
mendefinisikan ekowisata sebagai suatu kegiatan wisata yang dikemas secara
profesional, terlatih dan memuat unsur pendidikan, sebagai suatu sektor atau
usaha ekonomi, yang mempertimbangkan warisan budaya, partisipasi dan
kesejahteraan penduduk lokal serta upaya-upaya konservasi sumberdaya alam dan
lingkungan.
B. Wisatawan
Soekadijo (2000) mengemukakan wisatawan adalah orang yang
mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang
didatanginya, kemudian Suwantoro (2004) juga menjelaskan wisatawan adalah
seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata disebut
dengan wisatawan jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau
negara yang dikunjungi. Suwantoro (2004) kemudian mengemukakan bahwa
syarat-syarat menjadi seorang wisatawan yaitu:
1. Memiliki tanda bukti diri, disebut sebagai passport yang dikeluarkan oleh
pejabat negara dimana wisatawan tersebut berdomisili atau menetap.
2. Memiliki ijin untuk meninggalkan negaranya dan bepergian ke luar negeri
atau disebut sebagai ijin keluar.
3. Memiliki surat ijin untuk memasuki negara tujuan wisata dan tinggal di
negara tersebut. Surat ini disebut sebagai visa yang dikeluarkan oleh pejabat
kedutaan atau kantor perwakilan negara yang akan dikunjungi.
4. Memiliki surat keterangan bebas dari penyakit tertentu yang ditunjukan
dengan kartu bukti kesehatan yang disebut sebagai kartu kuning. Ketentuan
ini bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada penduduk dari bahaya
penularan penyakit yang dibawa wisatawan.
5. Tiba di wilayah lintas batas dua negara, wisatawan tersebut akan diperiksa
oleh petugas Bea Cukai di pelabuhan udara, pelabuhan laut dan pos-pos
penjagaan perbatasan, baik di negara asalnya maupun di negara tujuannya.
15
C. Motivasi dan Persepsi
Fahmi (2011) menjelaskan motivasi merupakan aktivitas perilaku yang
bekerja dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan. Chung &
Meggison dalam Fahmi (2011) merumuskan bahwa motivasi sebagai perilaku
yang ditujukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang
dilakukan seseorang dalam mengejar suatu tujuan, serta berkaitan erat dengan
kepuasan dan performansi pekerjaan. Hariandja dkk (2007) mendefinisikan
bahwa motivasi merupakan tujuan yang diinginkan yang mendorong orang
berperilaku tertentu sehingga motivasi sering diartikan sebagai keinginan, tujuan,
kebutuhan, atau dorongan dan sering dipakai secara bergantian untuk menjelaskan
motivasi seseorang.
Sunaryo (2004) mengutarakan bahwa persepsi merupakan proses akhir dari
pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya
stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak
dan kemudian individu menyadari tentang sesuatu. Persepsi proses internal yang
dilakukan memilih, mengevaluasi, dan mengorganisasikan rangsangan dari
lingkungan eksternal. Persepsi merupakan suatu cara untuk mengubah energi-
energi fisik lingkungan menjadi pengalaman yang bermakna (Mulyana, 2006).
D. Kawasan Karst dan Goa
Perencanaan sebuah ekowisata goa merupakan sebuah pemanfaatkan obyek
goa sebagai salah satu kawasan karst menjadi suatu destinasi wisata. Pengenalan
kawasan karst dan goa merupakan salah satu hal vital sebelum perencanaan
dilakukan. Pengenalan kawasan karst dan goa meliputi Pengertian kawasan karst
dan goa, kode etik dan moral penelusur goa, kondisi fisik goa, klasifikasi goa,
fungsi goa, ornamen goa, fungsi goa, ornamen goa, serta klasifikasi fauna yang
hidup di goa.
16
1. Pengertian Kawasan Karst dan Goa
Samodra (2001) mengemukakan bahwa karst mengandung makna sebagai
suatu bentang alam yang secara khusus berkembang pada batuan karbonat (batu
gamping dan dolomite). Bentang alam tersebut baik berkelompok maupun
tunggal dibentuk dan dipengaruhi oleh proses pelarutan (kartisifikasi) yang
derajatnya lebih tinggi disbanding kawasan batuan lainnya. Karst saat ini
didefinisikan sebagai daerah yang memiliki bentang alam dan pola hidrologi
khusus yang terbentuk dari kombinasi sifat batuan yang memiliki tingkat
kelarutan tinggi serta porositas sekunder yang berkembang dengan baik (Ford &
William, 2007). Bentang alam dan pola hidrologi khusus tersebut antara lain
dicirikan dengan keterdapatan goa-goa, cekungan-cekungan tertutup, pola aliran
celah, kenampakan jejak aliran purba (flute rock outcrops) dan kelimpahan mata
air. Falah A.B.R dan Adiardi A.Z (2011) mengemukakan secara umum karst
memiliki dua aspek kajian, yaitu exokarst (karst permukaan) dan endokarst (karst
bawah permukaan).
Aristyanto (2005), menjelaskan bahwa goa merupakan suatu bentuk
ekosistem bawah permukaan (sub surface) yang unik dimana banyak menarik
perhatian ahli biospeleologi untuk mengamati daerah tersebut, karena ada
perbedaan dengan kehidupan di permukaan seperti :
a. Komunitas yang berbeda dengan permukaan, terutama atmosfir yang basah.
b. Lingkungan yang basah tanpa cahaya.
c. Perubahan system fisiologi karena faktor suhu, cahaya, dan tekanan yang
berbeda dengan permukaan.
Duckeck (2007) menyatakan bahwa goa adalah satu kekosongan dibawah
tanah dengan udara yang masuk , dan cukup besar untuk dilakukan penelitian
manusia. Goa adalah lubang alamiah di tanah yang cukup besar untuk dimasuki
manusia (Wood tanpa tahun), sedangkan Mulec et al (2008), berpendapat goa
adalah salah satu dari setiap lingkungan yang ekstrim, yang secara umum ditandai
oleh masukan gizi yang rendah. Samodra (2001), mengemukakan bahwa goa
merupakan lorong – lorong di bawah tanah yang terbentuk dari retakan – retakan
17
akibat pelarutan batuan gamping, proses kimia yang terjadi dikawasan karst yang
memicu terbentuknya lorong-lorong goa, yang diwujudkan dalam bentuk reaksi :
CaCo3+Co2+H 2 OCa ¿¿
Air hujan yang mengandung Co2asal udara dan asal organik meresap
kedalam tanah, melarutkan batu gamping yang dilaluinya. Ca ¿¿yang dihasilkan
larutan kedalam air, sehingga lambat laun terbentuk rongga – rongga didalam batu
gamping. Lorong-lorong goa yang lurus, berbelok-belok dan bercabang
merupakan hasil kegiatan pelarutan air sepanjang ruang dan selama waktu
geologi. Goa juga merupakan salah satu fenomena alam yang memiliki keunikan
dan keindahan bawah tanah serta kelangkaan dan keendemikan fauna yang tinggal
didalamnya sehingga dapat dijadikan obyek daya tarik wisata menarik, baik
wisata minat khusus atau minat umum (Wijaya 2008).
2. Kode Etik dan Moral Penelusur Goa
Ko (2003) mengemukakan bahwa kegiatan penelusuran goa memiliki dua
tujuan yaitu untuk bertualang dan melakukan penelitian. Kode etik merupakan
suatu peraturan psikologis yang disepakati oleh suatu kelompok tertentu untuk
suatu tujuan tertentu. Penelitian dalam goa merupakan suatu kegiatan dilakukan
oleh pihak tertentu dan mempunyai tujuan pendidikan atau pengetahuan tanpa
merusak adanya ekosistem alami yang sedang diteliti. Kegiatan berpetualang
ialah sebuah kegiatan yang memiliki makna sangat luas dimana salah satunya
dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan wisata atau rekreasi yang dapat dilakukan
siapapun, sehingga kegiatan petualangan penelusuran goa pada dasarnya harus
memiliki kode etik atau batasan peraturan agar tidak merusak kondisi asli goa.
Kode etik dan moral penelusuran goa itu berisi :
a. Setiap penggiat penelusur goa harus sadar, bahwa alam goa merupakan
lingkungan yang sensitive dan rentan terhadap pencemaran, karenanya setiap
penggiat telusur goa diwajibkan untuk,
1. Tidak mengambil sesuatu kecuali gambar dan pengalaman
2. Tidak meninggalkan sesuatu kecuali jejak kaki
18
3. Tidak membunuh sesuatu kecuali waktu.
b. Sadar bahwa setiap goa merupakan bentukan alam yang dalam prosesnya
membutuhkan kurun waktu ribuan tahun. Setiap tindakan untuk merusakm
mengambil atau memindahkan sesuatu yang berada didalam goa dengan atau
tanpa tujuan yang jelas dan ilmiah selektif akan menimbulkan kerugian yang
teramat sangat dan tak dapat ditebus oleh apapun.
c. Setiap kegiatan penelusuran goa dan penelitiannya harus dilakukan dengan
penuh hormat, tanpa mengganggu dan menggusur kehidupan biota
didalamnya.
d. Setiap kegiatan penelusuran goa baik penelitian maupun olahraga atau
petualangan bukan merupakan kegiatan yang perlu dipertontonkan dan tidak
memerlukan penonton.
e. Sesama penelusur goa harus saling menghormati, tidak memandang rendah
keterampilan dan kesanggupan sesama penelusur, jangan memaksakan diri
untuk masuk kedalam goa yang tingkat kesulitannya diluar batas kemampuan.
f. Rasa hormat antar sesama penggiat telusur goa ini ditunjukan dengan cara :
Tidak menggunakan perangkat atau peralatan yang diringgalkan penggiat
lain, tanpa seizin mereka.
Tidak membahayakan Penggiat lain, seperti melempar sesuatu kedalam
goa, atau memutuskan tali yang sedang digunakan penggiat lain.
Tidak menghasut orang lain terutama penduduk sekitar goa untuk
menghalangi penggiat lain untuk masuk kedalam goa.
g. Jangan melakukan penelitian yang sama dengan penelitian yang sedang
dilakukan penggiat lain di dalam goa yang sama dengan kata lain
menduplikasi, lalu segera mempublikasikannya ke media massa.
h. Tidak mempublikasikan petualangannya pada media massa untuk tujuan
pribadi/kelompok, tidak menyebut nama dan lokasi goa, karena ini dapat
mengundang pada vandalis untuk datang.
i. Jika memerlukan rekomendasi untuk memasuki goa, setelah itu wajib
membuat catatan perjalanan atau laporan secepatnya untuk dipertanggung
jawabkan pada pihak yang mengeluarkan izin.
19
3. Kondisi fisik Goa
Sumarlin (2007) menyatakan bahwa pembentukan goa berlangsung dalam
waktu yang sangat panjang, dan sangat ditentukan oleh pergerakan atau aktivitas
air yang pembetukannya dapat mencapai ribuan hingga jutaan tahun, sehingga goa
yang memiliki sungai bawah tanah ataupun yang masih terlihat adanya aktivitas
air disebut goa aktif. Sementara itu, goa yang sudah tidak ditemukan aktivitas air
di dalamnya dinamakan goa fosil, artinya proses pembentukan goa tidak
berlangsung lagi.
Salah satu ciri yang paling khas dari goa adalah lorong-lorong yang
membentuk sistem perguaan. Hazelton dan Glenie (1962) dalam Sungkar (2007)
lorong goa yang panjangnya dapat mencapai puluhan kilometer terbagi kedalam 4
empat bagian :
1. Zona Terang : Dimulai dari mulut goa atau bagian dalam ceruk
yang masih dipengaruhi sinar matahari.
2. Zona Peralihan : Batas antara bagian terang dan gelap.
3. Zona Gelap : Bagian goa yang masih dipengaruhi oleh iklim
diluar goa sehingga suhu didalamnya masih berfluktuasi.
4. Zona Gelap Abadi : Bagian goa tanpa fluktuasi suhu dan sama sekali
tidak dipengaruhi oleh iklim diluar goa.
Kondisi iklim mikro goa mempunyai pengaruh terhadap proses adaptasi dan
kelangsungan hidup, beragam fauna yang tinggal di dalamnya. Beberapa faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi kondisi iklim mikro goa yaitu kelembaban
udara, suhu udara, kelembaban tanah, suhu tanah dan pH tanah (Laudensius
2008), keanekargaman hayati ekowistem karst khususnya pada endokarst
(komponen bawah tanah) sangat spesifik dan terbatas, spesies tersebut telah
beradaptasi pada lingkungan iklim mikro dengan faktor pembatasnya.
20
4. Klasifikasi Goa
Goa merupakan kawasan yang memiliki berbagai klasifikasi sesuai fungsi
dan tujuan penelusurannya. Sungkar (2007) menjelaskan bahwa goa memiliki
empat klasifikasi berbeda yaitu berdasarkan akses masyarakat, kandungan isi,
derajat bahaya, serta berdasarkan letak dan batuan pembentuknya. Berikut
merupakan klasifikasi goa dengan indikatornya.
a. Klasifikasi goa berdasarkan akses masyarakat
Sungkar (2007) membagi enam kategori goa berdasarkan akses masyarakat
(Tabel 1). Pembagian kartifikasi tersebut berdasarkan kategori goa dari tingkat
kesulitan untuk menelusurinya maupun nilai yang terkandung pada goa
Tabel 1. Klasifikasi Goa berdasarkan akses masyarakatNo. Kategori Keterangan1. Goa yang tertutup (compeletely closed
caves)Derajat bahaya tinggi
2. Goa contoh (reference caves) Sedikit gangguan manusia, contoh baik kawasan karst, perlu diberi pagar (gating) khusus untuk penelitian, sebagai contol factor.
3. Goa dengan akses terbatas (limited access caves)
Keindahan, nilai ilmiah, bahaya untuk umum, terbuka untuk penelusur berpengalaman.
44.
Terbuka untuk penelusur goa (speleological access)
Dibuka untuk kepentingan speleologi, penelusur wajib memiliki surat bukti kompetensi.
5. Terbuka bagi wisatawan (tourist access) Dibuka untuk kunjungan wisatawan, ada kalanya ditutup untuk kepentingan regenarasi keperluan sifat-sifat dekoratif.
6. Terbuka untuk umum(open access) Nilai keindahan, tidak terdapat keunikan tertentu, derajat bahaya kecil, penting untuk keperluan pengetahuan umum.
Sumber : Sungkar (2007)
b. Klasifikasi goa berdasarkan kandungan isi
Sungkar (2007) membagi lima kategori goa berdasarkan kandungan isi
(Tabel 2). Pembagian klasifikasi tersebut berdasarkan tingkatan kelas goa
maupun nilai yang terkandung dalam goa.
21
Tabel 2. Klasifikasi Goa berdasarkan kandungan isi
No. Kategori Uraian Keterangan
1. Kelas ANilai ilmiah atau keindahan rendah atau tidak ada.
Terbuka untuk umum tanpa ada batasan
2. Kelas B
Letak ornament sulit digapai, vandalism kecil, tidak mudah rusak, memiliki nilai ilmiah yang tidak mungkin terganggu secara serius oleh penelusur goa.
Terbuka untuk umum tanpa batasan, pintu masuk dilengkapi dengan plang bertulis tidak boleh merusak formasi goa.
3. Kelas C
Ornamen goa dengan lokasi rawan vandalism sehingga mudah rusak atau memiliki nilai ilmiah yang mungkin bisa rusak atau terganggu.
Diberi pintu, masuk denga ijin, akan diberi handout tentang konservasi goa sebagai bagian dari ijin.
4. Kelas D
Formasi luar biasa, sangat rapuh dan rawan kerusakan bahkan oleh penelusuran goa professional.
Diberi pintu, masuk dengan ijin, akan diberi handout tentang konservasi goa sebagai bagian dari ijin, penjaga menemani penelusur ke beberapa tempat tertentu.
5. Kelas E
Nilai ilmiah sangat mudah terganggu dan rusak (contoh : biota goa, yang habitatnya rapuh/endemic/terancam punah, nilai arkeologi, formasi goa jarang ditemukan ditempat lain).
Diberi pintu, masuk dengan ijin, hanya untuk peneliti yang bonafit.
Sumber : Sungkar (2007)
c. Klasifikasi goa berdasarkan derajat bahaya
Sungkar (2007), membagi lima kategori goa berdasarkan derajat bahaya
(Tabel 3). Pembagian klasifikasi tersebut berdasarkan tingkatan kelas goa,
tingkat bahaya dan persyaratan untuk memasuki goa.
Tabel 3.Klasifikasi Goa berdasarkan derajat bahaya
No. Kategori Uraian Keterangan
1. Kelas Satu Tingkat bahaya rendah Terbuka untuk umum
2. Kelas DuaTingkat bahaya sedang, sebagian besar horizontal
Terbuka untuk umum, pintu masuk dilengkapi papan yang menyatakan persyaratan perlengkapan masuk goa.
22
Lanjutan Tabel 3. Klasifikasi Goa berdasarkan derajat bahaya
No Kategori Uraian Keterangan
3 Kelas TigaTingkat bahaya dari segi struktur goa yang tidak ada di kelas 1 dan 2
Diberi pagar dimana memungkinkan, masuk dengan ijin, ada papan pengumuman persyaratan masuk goa dan tempat mendapatkan ijin masuk.
4. Kelas EmpatPaling bahaya dari segi structural
Pagar, ijin, papan pengumuman persyaratan masuk dan tempat mendapat ijin.
5. Kelas LimaSangat berbahaya disebabkan kondisi goa
Insect/Reptil beracun, gas beracun, penyakit, banjir, tempat tertentu, membutuhkan kemampuan menyelam, pagar, ijin.
Sumber : Sungkar (2007)
d. Klasifikasi goa berdasarkan Letak dan Batuan Pembentuknya
Mayapala (2008) membagi klasifikasi goa berdasarkan letak dan batuan
pembentuknya (Tabel 4). Pembagian klasifikasi tersebut bertujuan untuk
membedakan goa berdasarkan letak dan pembentuknya, sekaligus untuk
penyesuaian pemanfaatannya.
Tabel 4. Klasifikasi Goa berdasarkan Letak dan Batuan Pembentuknya
No. Kategori Keterangan
1. Goa Lava Terbentuknya akibat pergeseran permukaan tanah akibat gejala keaktifan vulkanologi, biasanya sangat rapuh karena terbentuk dari batuan muda (endapan lahar) dan tidak memiliki ornament batuan yang khas.
2. Goa Litoral Sesuai namanya terdapat di daerah pantai, palung laut, ataupun di tebing muara sungai, terbentuk akibat terpaan air laut (abrasi)
3. Goa Batu Gamping (Karst) Fenomena bentukan goa terbesar (70% terbentuk dari seluruh goa di dunia). Terbentuk akibat terjadinya peristiwa karst (pelarutan batuan kapur akibat aktifitas air) sehingga tercipta lorong-lorong dan bentukan batuan yang sangat menarik akibat proses kristalisasi dan pelarutan gamping.
4. Goa Pasir, Goa Batu Halit, Goa es Bentukan goa yang sangat jarang dijumpai di dunia, hanya meliputi 5% dari seluruh jumlah
23
goa di duniaSumber : Sungkar (2007)
5. Fungsi Goa
Pada dasarnya goa memiliki berbagai fungsi dalam aspek ekologi, social –
masyarakat hingga fungsi lainnya. Mayapala (2008) menyebutkan beberapa
fungsi goa diantaranya :
a. Tempat berlindung (primitive) manusia dan hewan.
b. Tempat penambangan mineral (kalsit/gamping, guano), tempat perburuan
(wallet, sriti, kelelawar).
c. Obyek wisata alam bebas dan wisata minat khusus.
d. Obyek social budaya (legenda, mistik), gudang air tanah potensial sepanjang
tahun.
e. Laboratorium ilmiah yang peka, lengkap dan langka.
f. Indikator perubahan lingkungan paling sensitive.
g. Fasilitas penyangga mikro ekosistem yang sangat peka dan vital bagi
kehidupan makro ekosistem di luar goa.
6. Ornamen Goa
Goa memiliki ornamen-ornamen yang indah dan jarang kita jumpai di alam
terbuka. Di tengah kegelapan abadi proses pengendapan berlangsung hingga
membentuk ornament goa (speleothem). Proses ini disebabkan karena air tanah
yang menetes dari atap goa mengandung lebih banyak Co2 dari pada udara
sekitarnya. Co2 menguap dari tetesan air tersebut agar seimbang, hal ini
menyebabkan berkurangnya jumlah asam karbonat, yang artinya kemampuan
melarutkan kalsit menjadi berkurang. Akibatnya air tersebut menjadi jenuh kalsit
(CaCo¿¿3)¿ dan kemudian mengendap (Nin 2006).
7. Klasifikasi Fauna Goa
Berdasarkan tingkat adaptasi di dalam gua, fauna gua dibedakan menjadi
tiga kelompok yaitu trogloxenes, troglophiles dan troglobionts (Howarth 1983).
24
Pengelompokan jenis fauna goa ini bertujuan untuk identifikasi jenis fauna goa
berdasarkan adaptasi didalam goa, dengan kedalaman yang berbeda.
A. Kelompok trogloxenes merupakan kelompok dari fauna gua yang
menggunakan gua sebagai tempat tinggal namun hidupnya secara periodik
masih tergantung pada lingkungan luar gua terutama untuk mencari pakan.
Contoh fauna dalam kelompok ini adalah kelelawar, walet, sriti dan
mamalia lain yang tinggal di sekitar mulut gua.
B. Kelompok troglophiles merupakan kelompok fauna yang seluruh daur
hidupnya terdapat di dalam gua namun kelompok ini juga dapat hidup di
dalam maupun di luar gua.
C. Kelompok troglobionts merupakaran sebuah kelompok fauna yang memiliki
tingkat adaptasi goa yang tinggi, karena mereka tinggal didalam goa yang
sangat dalam dan memiliki reduksi cahaya yang minim bahkan tidak ada,
sehingga fauna-fauna beradaptasi hingga memiliki pigmen khusus, seperti
bermata kecil, bahkan tidak ada sama sekali.
D. Wisata Goa
Samodra (2001) menyatakan bahwa goa adalah situs bagi keindahan,
misteri, hiburan, dan petualangan sehingga merupakan tempat yang cocok untuk
berekreasi dan berwisata. Selain itu kawasan karst memliki tiga nilai yang unik
yaitu ilmiah, nilai ekonomi, dan nilai kemanusiaan yang dapat diketahui dari
beberapa aspek. Nilai ekonomi dari aspek pariwisata bentang alam kawasan karst
menawarkan keindahan, keunikan dan kelangkaan yang mempunyai nilai jual
tinggi sehingga dapat dimanfaatkan pada sector pariwisata.
Sungkar (2007) mengemukakan bahwa caving atau dikenal dengan
spelunking merupakan suatu kegiatan petualangan di bawah tanah yang
memanfaatkan keberadaan ekosistem goa. Widjanarko (2008) menyatakan bahwa
pengelolaan goa sekarang ini telah menjadi suatu ilmu pengetahuan tersendiri,
dengan diawali oleh prosfesional yang dipekerjakan oleh departemen pemerintah
dan beberapa sektor swasta. Widjanarko (2008) juga menyatakan ada beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan wisata goa :
1. Dampak pengunjung dan infrastruktur sebuah goa wisata.
25
2. Teknik dan metode pembersihan goa (bentukan yang ada di dalamnya) yang
dipergunakan dan dampaknya.
3. Pengaruh kunjungan rekreasi (berbagai bentuk) di dalam goa, baik wisata
minat khusus maupun wisata umum.
4. Risiko Radon didalam goa, gas radon-222 telah menjadi hal yang penting
karena potensial berbahaya didalam rumah, tambang, dan goa.
5. Kapasitas muat goa dan konsep pengelolaan alternatif.
Pengelolaan alternatif berkaitan dengan dampak pengunjung terhadap
kondisi asli goa yang harus dikonservasi merupakan salah satu kewajiban yang
harus dilakukan. Ko (2007) mengemukakan bentuk wisata yang dikemas dengan
wisata minat umum.
a. Hanya melihat-lihat mulai dari mulut goa sampai batas kedalaman tertentu.
b. Tidak membutuhkan peraturan khusus.
Pengembangan wisata goa minat umum juga harus mempunyai syarat
umum dalam segi AMDAL ( Analisis Dampak Lingkungan). Ko (1997)
menyebutkan syarat umum dari segi AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
untuk pengembangan wisata goa minta umum terdiri diri :
1. Daya dukung dinamis
2. Zona dasar
3. Sirkulasi pengunjung goa
4. Pemberdayaan masyarakat
5. Perlindungan bentukan alam yang unik dan langka termasuk budaya setempat
biota goa
6. Sistem pengelolaan yang baik
7. Evaluasi dan perbaikan secara berkala
8. Memperhatikan saran dan masukan dari pengunjung
9. Pemasaran dan promosi.
Wisata minta khusus merupakan salah bentuk kegiatan yang dapat
dilakukan pada kawasan karst utamanya adalah goa. Ko (2007) juga menyatakan
beberapa hal secara umum mengenai wisata goa minta khusus, sebagai berikut :
26
a. Penelusuran
b. Perlengkapan khusus : pakaian , helm speleo, sepatu khusus, peralatan untuk
penulusuran goa vertikal.
Wisata minat khusus pada kawasan goa juga harus memiliki syarat umum
dari segi AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan). Syarat umum dari segi
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) untuk pengembangan wisata
minat khusus pada kawasan goa juga telah dijelaskan oleh Ko (2007) sebagai
berikut :
1. Melakukan kajian derajat kesulitan penelusuran dan bahaya yang timbul
terutama pada musim hujan
2. Meneliti keterampilan para penelusur goa serta perlengkapan yang
digunakan termasuk self-rescue.
3. Menyediakan peta goa, jika belum ada para penelusur diminta untuk
memetakannya
4. Mengingatkan kepada para penelusur untuk senantiasa bertanggung jawab
dan memenuhi kode etik penelusuran yang berlaku
5. Kejelasan sistem perijinan dan SAR oleh instansi terkait
6. Melakukan kajian berkala terhadap tingkat kerusakan dan pencemaran goa.
Kegiatan penelusuran goa merupakan salah satu kegiatan pengembangan
sebagai destinasi wisata. Kegiatan ini memiliki tujuan tertentu yang telah
dijelaskan oleh Bachri (1997) dalam Sungkar (2007) sebagai berikut :
1. Disertivikasi produk wisata
2. Pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal berdasarkan prinsip
konservasi
3. Sebagai tempat diklat, penelitian, dan pemasyarakatan aspek speleologi
dan pariwisata goa
27
4. Mengembangkan obyek wisata goa yang memenuhi prinsip perencanaan
yang secara alamiah
5. Menciptakan masyarakat yang menghargai dan mencintai alam dan
lingkungannya.
6. Mengumpulkan data dan informasi goa yang memberi manfaat bagi
pengelolaan obyek wisata goa secara efektif dan efisien.
7. Menciptakan , mengembangkan dan mengelola salah satu goa menjadi
model yang didasarkan pada aspek pelestarian lingkungan dan prinsip
ekosistem.
8. Menciptakan sistem pengelolaan obyek wisata goa secara terpadu.
E. Masyarakat
Setiadi (2006) mengatakan bahwa karakteristik dari masyarakat terletak
pada kelompok manusia yang bebas dan bersifat kekal, menempati kawasan
tertentu, memiliki kebudayaan serta terjalin dalam suatu hubungan di antara
anggota-anggotanya. Masyarakat merupakan kelompok atau kolektivitas manusia
yang melakukan antar hubungan sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan
perhatian dan tujuan bersama serta telah melakukan jalinan secara
berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama.
Waluya (2007) menjelaskan bahwa masyarakat merupakan kumpulan
individu dan kelompok yang membentuk organisasi sosial yang bersifat kompleks
dalam organisasi sosial tersebut terdapat nilai-nilai dan norma-norma sosial yang
berfungsi sebagai aturan-aturan untuk bertingkah laku dan berinteraksi dalam
kehidupan bermasyarakat. Santosa (2004) memaparkan bahwa masyarakat adalah
suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh derajat hubungan sosial
tertentu. Dasar-dasar dari masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan
masyarakat setempat.
Falah (2008) mengemukakan bahwa masyarakat karst, merupakan subyek
utama yang hidup di ruang lingkup kajian speleologi yang dikategorikan menjadi
dua kelompok yaitu masyarakat pasif dan masyarakat partisipatif. Masyarakat
pasif memiliki perananhanya sebatas penyedia rumah singgah (basecamp),
28
penunjuk jalan hingga pembawa barang atau porter. Masyarakat partisipatif
memiliki peran secara langsung dalam usaha identifikasi potensi kawasan, usaha
publikasi terhadap sesama masyarakat hingga peran sebagai garda terakhir
terhadap ancaman yang kian merajalela terhadap lingkungan karst.
F. Program Wisata
Program wisata adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu
untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi
pemerintah ataupun dalam rangka kerjasama dengan masyarakat, guna mencapai
sasaran tertentu (DEPHUT, 2009). Program ekowisata menurut DEPBUDPAR
(2005) merupakan rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan
atau seperangkat kegiatan ekowisata yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat
dilaksanakan oleh pengunjung dalam waktu tertentu.
G. Perencanaan Wisata
Nugroho (2001) mengatakan bahwa perencanaan merupakan suatu sajian
atau gambaran keadaan akan datang dari wilayah ekowisata yang efisien dan
berkelanjutan. Perencanaan memuat tujuan dan sasaran pengelolaan wilayah
dilandasi dukungan aspek kelembagaan dan peraturan pendukungnya, serta
memuat uraian mengenai langkah-langkah strategis, manajemen aksi,
pembiayaan, dan penetapan wilayah (zoning). Umar (2003) mendefinisikan
bahwa perencanaan merupakan kegiatan atau proses membuat rencana yang akan
dipakai dalam rangka melaksanakan pencapaian tujuan, yang di dalam
kegiatannya banyak berhadapan dengan berbagai keterbatasan sumberdaya seperti
tenaga kerja, dana, waktu, peralatan dan kemampuan.
Avenzora (2010) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan suatu kegiatan
mengelaborasi berbagai pertimbangan obyektif yang dilakukan secara sadar untuk
mencapai visi dan misi ekowisata yang ditetapkan melalui berbagai tindakan yang
dibutuhkan secara efektif, terdanai dengan mempertimbangkan berbagai kondisi
dimasa yang akan datang, pengalaman yang sudah terjadi selama ini, seni,
teknologi, dan manajemen yang ada. Terry dalam Wrihatnolo (2006)
perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta
29
menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini
diperlukan untuk mennncapai suatu hasil tertentu.
I. Media Promosi
Buchari Alma dalam Hurriyati (2010), promosi adalah suatu bentuk
komunikasi pemasaran, dengan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan
informasi, menpengaruhi atau membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada
produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Buchari Alma dalam
Hurriyati (2010) juga menjelaskan bahwa tujuan utama dari promosi adalah
menginformasikan, mempengaruhi, dan membujuk, serta mengingatkan
pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya. Meskipun
secara umum bentuk promosi memiliki fungsi yang sama, tetapi bentuk tersebut
dapat dibedakan berdasarkan tugas khususnya. Beberapa tugas khusus itu sering
disebut bauran promosi penjualan, public relation, dan direct marketing, word of
mouth. Bentuk promosi yang dilakukan dalam pengembangan ini adalah mass
selling yaitu dengan menggunakan media masa yang dapat disebarkan pada orang
banyak.
Audio Visual
Rohani dalam Herdiannanda (2010) mengemukakan bahwa, media audio
visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan
zaman (kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi) meliputi media yang dapat
dilihat dan didengar).
Sedangkan menurut Winataputra dalam Herdiannanda (2010), audio visual
merupakan kombinasi audio dan visual. Penyajian materi atau bahan ajar akan
lebih optimal dengan menggunakan media ini. Media audio visual adalah media
yang dapat dilihat dan dapat didengar dan dapat sebagai bahan diskusi. Media
audio visual dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok,yaitu :
Slide Suara
30
Slide suara adalah pengembangan dari slide biasa yang belum menggunakan
suarakemudian digabungkan dengan audio yang berhubungan dengan temanya.
Slide suara biasanya berupa power point yang berisi materi pembelajaran disertai
dengan suara.
Film Nyata
Film nyata menggambarkan kejadian tertentu secara lebih hidup, karena
diperagakan langsung oleh manusia atau makhluk hidup lainnya dan ditampilkan
apa adanya sesuai dengan alur cerita. Film nyata dapat berupa film dokumenter,
sinetron, radiovision dan sebagainya.
Film Tidak Nyata
Secara umum, film tidak nyata juga menggambarkan kejadian tertentu
dengan disertai alur cerita. Namun, film tidak nyata termasuk film ringan dan
cenderung menghibur. Film kartun dan animasi merupakan film tidak nyata,
karena dalam penggambaran cerita tidak diperagakan langsung oleh makhluk
hidup.
Pengambilan Gambar
Nugroho (2011) menjelaskan bahwa Kegiatan produksi video dan dalam
kegiatan penulisan naskah video terdapat beberapa istilah dalam penulisan naskah
tersebut berkaitan dengan metode pengambilan gambar yang akan membantu anda
dalam proses produksi video. Nugroho (2011) juga menjelaskan bahwa gambar
atau aspek visual dari suatu program video yang tampak di layar kaca monitor
adalah hasil dari serangkaian pengambilan gambar atau shooting dengan berbagai
jenis shot yang perlu dikuasai (Tabel 1) dalam kegiatan produksi.
Tabel 1. Berbagai jenis yang perlu dikuasai dalam kegiatan produksi video.
Jenis ShootPenulisan Keterangan
SingkatVisualisasi
31
Long Shot (LS)
LS. Untuk pengambilan gambar keseluruhan. Bila Objeknya orang maka seluruh tubuh dan latar belakang akan tampak semua.
Wide Shot/Angle (WS/WA)
WS/WA. Hasilnya seperti LS.hasilnya bagian tepi berkesan Lengkung.
Medium Long Shot (MLS)
MLS. Disebut juga knee Shot. Bila Objeknya orang maka yang tampak hanya dari kepala sampai lutut. Bagian belakang terlihat rinci.
Medium Shot
(MS)
MS.Hanya dari kepala sampai lutut. Bagian latar belakang terlhat rinci.
Medium Close up/ Shot Sering disebut Chest/Bust Shoot. Untuk objek
Orang bila benda tampak
keseluruhan bagiannya.
32
Close up/Shot (CU/CS)
CU/CS. Untuk orang hanya tampak bagian wajahnya.Benda-benda tampak jelas bagian-bagiannya.
Big Close Up/Shot
BCU/BCS.
Sering disebut Very CloseUp
(VCU).Bila objeknya orang
hanya bagian tertentu yang
terlihat, seperti mata dengan
bagian-bagian yang terlihat
jelas.
Group Shot Group S.pengambilan gambar untuk sekelompok orang (bila objeknya gambar orang)
Two Shot2-Shot /2S. Bila Objeknya orang, Pengambilan difokuskan kepada dua orang.
Over Shoulder Shot
OSS. Biasanya digunakan untuk meliputi. Dua orang yang sedang bercakap-cakap. Pengambilannya melalui belakang bahu (membelakangi kamera ) secara bergantian.
33
Dari tabel jenis-jenis pengambilan gambar tersebut dapat ditambahkan
beberapa catatan sebagai berikut.
1. Pada dasarnya media dalam bentuk televisi adalah media close up maka
efektivitas penyampaian pesan adalah dengan menggunakan lebih banyak jenis-
jenis shot close.
2. Long shot apalagi Extreme Long shot sebaiknya tidak digunakan, karena
kamera televisi berbeda dengan kamera film. Untuk menciptakan suatu awal
pengambilan sebagai informasi tentang lokasi dan setting kejadian dapat
digunakan MLS.
3. MCU, MS, dan MLS adalah jenis pengambilan gambar yang mempunyai
karakteristik untuk menimbulkan kesan tenang dan santai.
4. BCU dan CU adalah jenis pengambilan gambar yang cepat memberi kesan
tegang, bersungguh-sungguh, serius, dan takut.
Jenis pengambilan gambar tersebut dihasilkan atas arahan sutradara kepada
juru kamera pada waktu shooting. Visualisasi yang dihasilkan merupakan hasil
pengoperasian kamera dengan memanipulasi lensa.
Skenario
Syd Field (1994) mengemukakan bahwa skenario itu adalah sebuah naskah
cerita yang menguraikan urut-urutan adegan, tempat, keadaan, dan dialog, yang
disusun dalam konteks struktur dramatik. Seorang penulis skenario dituntut untuk
mampu menerjemahkan setiap kalimat dalam naskahnya menjadi sebuah
gambaran imajinasi visual yang dibatasi oleh format pandang layar bioskop atau
televisi. adapun fungsi dari skenario adalah untuk digunakan sebagai petunjuk
kerja dalam pembuatan film, sehingga metode penulisannya juga telah memenuhi
kesepakatan komunikasi semua pihak dalam proses produksi videonya. Syd
Field (1994) juga menjelaskan bahwa unsur dalam tahapan metode penulisan
skenario sebagai berikut :
34
Inti Cerita
Tahap awal dalam penulisan skenario adalah menentukan inti cerita yang
akan dikembangkan menjadi sebuah skenario. Dalam inti cerita ini seorang
penulis atau sutradara sudah mempunyai gambaran singkat tentang plot, karakter
utama, maupun setting dari cerita. Inti cerita ini bisa berasal dari ide/inspirasi
yang ditemukan baik dalam imajinasi atau fenomena keseharian.
Sinopsis
Sinopsis adalah ringkasan cerita yang akan dikembangkan menjadi
skenario. Pada umumnya Sinopsis ditulis semenarik mungkin dengan maksud
menggoda pembacanya untuk membaca skenario dari sinopsis tersebut. Panjang
sinopsis biasanya dari setengah sampai dua halaman.
Penentuan Karakter
Karakter atau tokoh merupakan salah satu unsur terpenting dalam skenario
sama halnya dalam cerpen maupun novel. Akan tetapi dalam skenario, karakter
harus lebih dikembangkan secara lebih rinci. Hal ini juga berhubungan dengan
kebutuhan aktor atau aktris yang akan memerankan karakter tersebut. Perincian
karakter dalam skenario biasanya meliputi nama peran, jenis kelamin, usia, ciri-
ciri fisik, sifat/prilakunya, pendidikan, kebiasaan, hubungan dengan karakter yang
lain, dan sebagainya.
Penyusunan Plot
Penyusunan plot yang merupakan alur cerita sangat diperlukan dalam
menulis skenario sebagaimana dalam penulisan novel maupun cerpen. Struktur
plot lazimnya terdiri dari 3 (tiga) babak yaitu set up atau awal konflik (babak I),
confrontation atau komplikasi masalah (Babak II), dan resolution atau
penyelesaian masalah (Babak III). Dengan adanya plot yang disusun terlebih
dahulu akan sangat membantu penulis dalam penulisan skenario.
Pembuatan Outline
Outline adalah susunan urutan adegan per adegan secara lebih rinci. Jadi
bisa dikatakan bahwa outline adalah penjabaran dari plot. Contoh outline adalah
sebagai berikut :
35
1. Di Kawasan Puncak :
1.1. Alam melukis pemandangan perkebunan teh yang ada di hadapannya,
1.2. Alam menghentikan kegiatan melukisnya begitu melihat seorang gadis
berdiri di tepi jurang sambil memandang ke dasar jurang dan bersiap-
siap melompat,
1.3.Alam yang melihat kejadian tersebut menjadi panik dan berteriak agar
gadis itu tidak melompat,
1.4.Gadis itu tidak menanggapinya, dia tetap memandangi dasar jurang
dengan tatapan kosong,
1.5.Alam berlari ke arah tepi jurang tempat gadis itu berada,
1.6.Alam tiba di tepi jurang dengan terengah-engah, namun dia tidak
menemukan gadis itu lagi, dan seterusnya.
Scene
Scene atau scene heading merupakan informasi tentang adegan. scene
heading umumnya terdiri dari nomor scene, INT/EXT, lokasi adegan, dan waktu
adegan. INT atau singkatan dari interior digunakan apabila pengambilan gambar
dilakukan di dalam ruangan, sedangkan EXT atau singkatan dari exterior
digunakan apabila pengambilan gambar dilakukan di luar ruangan. Adapun
bentuk scene heading adalah sebagai berikut :
“1. EXT. KAWASAN PUNCAK – PAGI”
Action
Action atau aksi adalah keterangan mengenai kejadian dalam setiap scene
atau adegan yang merupakan penjabaran dari Outline yang sudah dibuat
sebelumnya. Untuk Scene 1 dapat ditulis sebagai berikut :
1. EXT. KAWASAN PUNCAK - PAGI
“Alam melukis pemandangan perkebunan teh yang ada di hadapannya.”
36
Dialog dan Parenthetical
Dialog adalah kata atau kalimat yang harus diucapkan oleh karakter dalam
adegan. Sedangkan parenthetical adalah pentunjuk aksi atau ekspresi yang harus
dilakukan oleh karakter dalam mengucapkan dialog. Misalnya emosi, sedih,
menangis, tersenyum, tertawa, dan sebagainya. Adapun dialog yang mengiringi
perjalanan scene yang menunjukkan suara hati atau pikiran dari karakter tanpa
melafalkan dialog digunakan istilah Voice Over (V.O), sedangkan dialog tanpa
menampilkan karakter dalam adegan digunakan istilah Off Screen (O.S).
Nugroho (2011) kemudian menjelaskan metode penulisan skenario, dapat
dimulai dengan mengkombinasikan penulisan dari seluruh komponen ide cerita
yang telah dijabarkan kedalam unsur yang ada dalam konsep penulisan skenario.
Nugroho (2011) juga mengemukakan bahwa dalam penulisan sebuah skenario
terdapat dua opsi dalam metode penulisan, yang terdiri dari :
1. Naskah Satu Kolom
Dalam naskah satu kolom, penulisan deskripsi unsur audio dan visual tidak
dipisahkan. Semua ditulis berurutan tanpa pemisahan kolom. Khusus untuk
program yang akan direkam dengan multi kamera televisi dan tidak dengan teknik
film (satu kamera) perlu diperhatikan bahwa:
- Adegan (scene) tidak perlu diberi nomor urut karena progresi perekaman akan
terjadi bersamaan dengan saat penampilan.
- Pendekatan produksi video (multi kamera) biasanya post produksi tidak terlalu
banyak bekerja. Misalnya, tidak banyak penyuntingan dan unsure dramatik sudah
dilaksanakan pada saat perekaman.
Berikut merupakan contoh format penulisan dengan metode penulisan
naskah satu kolom. Metode penulisan ini dinilai cukup efisien untuk pembuatan
fim profesional.
37
Cover
(nama Production)
(judul film)
(Ide Cerita & Penulis Skenario)
II.Isi
INTI CERITA
SINOPSIS
01. INT. RUMAH MAKAN – SIANG (SCENE/Setting)
(Outline) Tampak terlihat beberapa orang sedang menikmati hidangan di
rumah makan tersebut.
(Karakter) ROMI (25) terlihat duduk sambil menelepon seseorang lewat
HP miliknya. Pakaiannya seperti seorang eksekutif muda.
Dialog
(OS)
Sate padangnya satu, sate kambing satu..
(Outline 2) Lalu muncul beberapa orang bergaya mafia. Berjalan SLOW
MOTION. Kemudian mereka pun duduk di salah satu tempat.
2. Naskah Dua Kolom
Dalam naskah dua kolom penulisan deskripsi visual seperti setting, gerakan
kamera, instruksi acting, dan efek visual dituliskan di kolom yang terpisah dari
kolom audio. Jadi, kolom audio khususuntuk menuliskan unsur-unsur audio
termasuk narasi, dialog, sound effect, musik, dan instruksi auditif.
Pada prinsipnya, dari segi isi, naskah satu kolom dan dua kolom akan
menghasilkan produk yang identik. Namun, dari segi tata letak tampak lebih
konvensional. Berikut merupakan contoh format penulisan metode naskah dua
kolom.
38
Cover
(nama Production)
(judul film)
(Ide Cerita & Penulis Skenario)
INTI CERITA
SINOPSIS
Video Audio
01. INT.-RUANG KELAS - PAGI
a. LS.- PAK GURU DUDUK ADI MEMBERI SALAM KEPADA PAK GURU DARI KURSINYA. b. CU. ADI c. LS. PAK GURU MENGANG GUK LALU MELIHAT SEKE LILING KELAS
FADE IN : MUSIK PEMBUKA
FADE OUT : MUSIK PEMBUKA
ADI : (MEMBERI SALAM)
FX : SUARA BEL SEKOLAH
39
III. KONDISI UMUM
A. Letak dan Luas Kawasan
Kabupaten Tasikmalaya mempunyai keunggulan yang cukup baik, ditinjau
dari aspek geografis maupun sumberdaya. Kabupaten ini terletak di provinsi Jawa
Barat secara geografis Kabupaten Tasikmalaya terletak pada 107°56'-108°8' BT,
7°10' -7°49' LS, sedangkan secara administratif batas-batas wilayah Kabupaten
Tasikmalaya dapat dilihat pada Gambar 2:
Sumber : http://www.pa-tasikmalaya.go.id/yuridiksi-pa
Gambar 2. Peta Kawasan Kabupaten Tasikmalaya
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Garut dari sebelah timur,
dibatasi oleh dataran tinggi Pegunungan Galunggung, sepanjang barat daya
hingga barat laut. Di sebelah utara, Kabupaten Tasikmalaya berbatasan
40
dengan Kabupaten Majalengka dan di tenggara berbatasan dengan Kabupaten
Ciamis. Selain itu, Kabupaten berbagi sedikit daerahnya dengan Kota
Tasikmalaya, yang terletak di perbatasan timur laut. Sementara di selatan,
Kabupaten Tasikmalaya dibatasi oleh Samudera Hindia. Kabupaten Tasikmalaya
memiliki bentangan terjauh dari utara ke selatan sekitar 75 Km, dan sekitar 56,25
Km dari timur ke barat. Kabupaten Tasikmalaya memiliki luas 2,563.35 km².
B. Kawasan
Kabupaten Tasikmalaya memiliki kondisi fisik kawasan yang meliputi
ketinggian tempat dan topografi, kondisi tanah, serta iklim dan curah hujan.
Kondisi fisik kawasan Kabupaten Tasikmalaya adalah sebagai berikut:
1. Topografi
Kabupaten ini secara alami memiliki tanah yang kaya dan subur
dikarenakan Kabupaten Tasikmalaya dilalui oleh rantai gunung berapi di Pulau
Jawa. Jenis tanah di Kabupaten Tasikmalaya dapat diklasifikasikan menjadi tiga
jenis tanah yaitu tanah litosol, regosol, dan latosol. Hal ini didukung oleh peta
jenis tanah Kabupaten Tasikmalaya yang bersumber dari Balai Penelitian Tanah
Bogor tahun 1996. Tanah litosol merupakan tanah dangkal di atas batuan keras.
Tanah ini tergolong muda dengan bahan induk dangkal kurang dari 40 cm dan
bersifat agak peka terhadap erosi dan kesuburan sedang.
Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari 39 Kecamatan, 351 desa Tiga kecamatan
merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah pesisir dan lautan yaitu
Kecamatan Cikalong, Cipatujah dan Karangnunggal, dengan panjang garis pantai
56 km. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tasikmalaya merupakan daerah
perbukitan, khususnya di daerah timur Kabupaten. Beberapa daerah berupa
pegunungan, seperti di bagian barat laut terdapat pegunungan Galunggung.
Ketinggian rata-rata dari Kabupaten ini adalah 200 hingga 500 meter.
Wilayah Kabupaten Tasikmalaya memiliki ketinggian berkisar antara 0
sampai dengan 2.500 meter di atas permukaan laut (dpl). Secara umum wilayah
tersebut dapat dibedakan menurut ketinggiannya, yaitu pada bagian Utara
merupakan wilayah dataran tinggi dan bagian Selatan merupakan wilayah dataran
41
rendah dengan ketinggian berkisar antara 0 hingga 100 meter dpl. Kondisi
kemiringan lahan di Kabupaten Tasikmalaya berturut-turut, yaitu Sangat Curam
(>40%) sebesar 1,39% dari luas Kabupaten Tasikmalaya, Agak Curam (15%-
40%) sebesar 25,35%, Curam (5%-15%) sebesar 27,11%, Landai (2%-5%)
sebesar 13,27%, dan Datar (0%-2%) sebesar 32,87% dari luas Kabupaten
Tasikmalaya. Berdasarkan data kemiringan lahan terlihat bahwa sebagian besar
bentang alam Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh bentuk permukaan datar
sampai dengan agak curam, dengan kondisi kemiringan lahan tersebut kurang
menguntungkan untuk pengembangan prasarana dan sarana wilayah (Gambar 3).
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Tasikmalaya_Regency_hilly_view.jpgGambar 3. Perbukitan Sodong Hilir, Kabupaten Tasikmalaya
2. Iklim dan Curah Hujan
Kabupaten Tasikmalaya berada padarongga lereng gunung sehingga dapat
memasok tangkapan curah hujan dan kawasan resapan air lebih banyak.
Kelebihan tersebut didukung oleh iklim tropis hutan hujan di mana Kabupaten
Tasikmalaya mendapatkan hujan deras. Kabupaten ini menerima curah hujan
tahunan rata-rata 2,072 mm. Meskipun mendapatkan hujan deras,Sebagian kecil
wilayah Kabupaten Tasikmalaya 0,81% berada pada ketinggian di atas 1.500
Mdpl, sehingga keadaan iklim pada umumnya bersifat tropis dan beriklim sedang
dengan rata-rata suhu di dataran rendah antara 20o-34oC dan di dataran tinggi
42
berkisar antara 18 o-22oC. curah hujan rata-rata 2,072 mm/tahun, jumlah hari hujan
rata-rata 82 hari.
3. Hidrologi
Wilayah Kabupaten Tasikmalaya berada pada dasar lekukan terendah dari
punggung pegunungan Pulau Jawa dimana Gunung Talagabodas menjadi salah
satu puncaknya, sehingga termasuk pada wilayah tangkapan hujan. Kondisi
hidrologi di wilayah Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari Daerah Aliran sungai
besar dan sungai kecil yang merupakan bagian dari sistem drainase. Kabupaten
Tasikmalaya memiliki enam daerah aliran sungai besar atau sungai utama, yaitu
Sungai Cilangla, Cimedang, Cisanggiri, Cipatujah, Citanduy, dan Sungai
Ciwulan. Pola aliran daerah aliran sungai umumnya berpola radial, karena lebih
dipengaruhi dominansi vulkanik. Pada daerah tektonik pola aliran berubah
menjadi tidak teratur (irregular), tergantung pada bentuk dan arah proses tektonik
yang terjadi. Kabupaten Tasikmalaya juga memiliki 36 sumber mata air, 31 situ
(danau kecil), bendungan 23 buah dan 368.793 m saluran pembawa air (irigasi).
C. Kondisi Biotik Kawasan
Kondisi biotik kawasan terkait pada potensi makhluk hidup yang terdapat
pada kawasan sekitar Kabupaten Tasikmalaya. Informasi utama yang disajikan
pada kondisi biotik adalah kondisi flora dan fauna. Flora di Kabupaten
Tasikmalaya terdiri dari tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai hasil kreatif.
Fauna di Kabupaten Tasikmalaya memiliki ciri khas yang cukup unik karena letak
geografisnya yang memiliki pantai selatan sehingga salah satu daerahnya telah
dijadikan tempat persinggahan hewan langka penyu hijau.
1. Keanekaragaman Flora
Kabupaten Tasikmalaya memiliki keanekaragaman flora.
Keanekaragaman tersebut di dukung oleh keadaan wilayahnya dan iklim yang
terdapat di wilayah tersebut. Flora yang terkenal dari kabupaten Tasikmalaya
adalah mendong. Mendong adalah salah satu tumbuhan yang hidup di rawa,
43
tanaman ini tumbuh di daerah yang berlumpur dan memiliki air yang cukup.
Seperti pada Gambar 4.
Sumber : http://manonjayakotaksalak.wordpress.com/ikar-mendong-tasikmalaya/Gambar 4. Flora Mendongdi Kabupaten Tasikmalaya
Mendong (Fimbristylis globulosa (Retz.) Kunth) merupakan bahan dasar
industri rumah tangga kerajinan tikar yang banyak dijumpai di daerah Kabupaten
Tasikmalaya. Selain sebagai bahan dasar kerajinan tikar, Mendong juga dapat
dibuat kerajinan lain di antaranya topi, keranjang, tas dan lain (Gambar 5).
Tanaman ini tumbuh tersebar mulai dari Ceylon, India, Asia Selatan, Cina,
Miclainnya. Mendong selain ditanam di Jawa (khususnya di Jawa Barat) juga di
Sumatera dan Sularonesia dan Polynesia. Di Indonesia tumbuh di Jawa,
Sumatera, Kalimantan dan Irian. Untuk meningkatkan kesejahteraan pengrajin
tikar dalam industri rumah tangga dan pendapatan daerah maka pemerintah
Kabupaten Tasikmalaya memilih dan menetapkan tanaman Mendong sebagai
flora identitasnya.
44
Sumber :http://himarihandycraft.wordpress.com/himari-tas-wanita/Gambar 5. Hasil kerajinan tumbuhan mendong
2. Keanekaragaman Fauna
Kabupaten Tasikmalaya merupakan daerah yang memiliki
keanekaragaman jenis fauna yang melimpah terutama pada fauna perairan.
Kawasan yang memiliki daratan luas ini memiliki potensi fauna berupa penyu.
Ada tiga jenis penyu yang berkembang biak dengan baik di Pantai Sindangkerta,
yaitu Penyu Belimbing (Dhermochelys coriacea), Penyu Tempayan (Caretta
caretta) dan Penyu Hijau (Chelonia mydas). Di antara ketiga penyu tersebut,
Penyu Hijau adalah yang paling terkenal rawan penjarahan dan eksploitasi.
(Gambar 6.)
45
Sumber: http://worldwildlife.org/penyuhijau/singdangkertaGambar 6.Potensi fauna penyu hijau
Ukuran penyu hijau setelah dewasa dapat mencapai 250 cm, namun ukuran
yang lazim berkisar 80 hingga 150 cm. Beratnya dapat mencapai 130 kilogram.
Ciri khas lainnya adalah terdapatnya kuku pada kaki renangnya.
D. Kondisi Sosial Masyarakat
Masyarakat Kabupaten Tasikmalaya pada umumnya memiliki
perekonomian yang bertumpu pada sektor pertanian, peternakan, dan perikanan
serta juga bertumpu pada sektor pertambangan seperti pasir Galunggung yang
memiliki kualitas cukup baik bagi bahan bangunan, industri, dan perdagangan.
Demografi. Jumlah penduduk Kabupaten Tasikmalaya tahun 2007 tercatat
sebanyak 1.750.018 jiwa, dengan komposisi penduduk menurut jenis kelamin
terdiri dari laki-laki 890.299 jiwa dan wanita 859.719 jiwa. Laju pertumbuhan
penduduk, sedangkan laju pertumbuhan penduduk ( LPP ) : 1,01 (menurut data
dari BPS) dan salah satu variabel demografi yang berpengaruh terhadap
perkembangan kualitas penduduk yaitu fertilitas (TFR). Sedangkan untuk TFR
Kabupaten Tasikmalaya menurut data dari BPS Tahun 2007 sebesar 2,22. Jumlah
penduduk bekerja sebesar 719.356 jiwa, dengan jenis pekerjaannya lebih besar
pada sektor pertanian, perdagangan, dan Industri Kecil. Sedangkan untuk sektor
lainnya sangat relatif kecil.
46
Salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat telah
dilaksanakan diantaranya pembinaan kelompok usaha sebanyak 40 orang,
pembinaan bagi pencari kerja sebanyak 1950 orang, pembinaan perusahaan
sebanyak 32 perusahaan dan pembinaan pekerja sebanyak 5578 pekerja pada
tahun 2007.
Ekonomi. Kabupaten Tasikmalaya dikenal sebagai basis perekonomian
rakyat dan usaha kecil menengah seperti kerajinan dari bambu, batik, dan payung
kertas. Selain itu, kawasan ini juga dikenal sebagai daerah kredit. Hal ini
dikarenakan banyaknya pedagang dan perantau dari wilayah ini yang berprofesi
sebagai pedagang yang menggunakan sistem kredit. Komoditas kreditan
umumnya adalah barang-barang kelontong dan kebutuhan rumah tangga.Sektor
pertanian sebagai sektor penyedia lapangan kerja Kabupaten Tasikmalaya
terbesar, yaitu sekitar 43,22% kesempatan kerja berasal dari sektor pertanian,
diikuti perdagangan 24,75 %, dan jasa-jasa 11,08 %. Sektor pertanian merupakan
penyedia utama kebutuhan pangan masyarakat yang merupakan kebutuhan dasar
dan hak asasi manusia. Sektor pertanian juga menyediakan pasar yang sangat
besar untuk produk manufaktur karena jumlah penduduk perdesaan yang besar
dan terus mengalami peningkatan. Oleh karena itu, sektor pertanian merupakan
salah satu sektor yang paling efektif untuk mengentaskan kemiskinan di wilayah
perdesaan melalui peningkatan pendapatan mereka yang bekerja di sektor
pertanian. Komoditas unggulan sektor pertanian Kabupaten Tasikmalaya yang
sudah berorientasi ekspor antara lain: Padi Organik (SRI) dengan sentra di tujuh
Kecamatan, yaitu Sukaresik, Cisayong, Sukaraja, Manonjaya, Cineam,
Sukahening dan Salawu serta Manggis dengan sentra di Puspahiang, Mendong
dan Golok Galonggong Manonjaya. Sedangkan pada sektor industri adalah
kerajinan dengan sentra di Rajapolah dan bordir dengan sentra di Sukaraja.
E. Potensi Wisata
Kabupaten Tasikmalaya merupakan suatu daerah yang memiliki berbagai
obyek dan daya tarik wisata yang menarik. Obyek dan daya tarik wisata tersebut
berupa sumberdaya alam goa yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten
tasikmalaya.
47
1. Potensi wisata goa
Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten yang memiliki
cukup banyak goa. Salah satu potensi wisata goanya adalah Goa Safarwadi. Goa
Safarwadi merupakan salah satu objek wisata rohani. Goa Safarwadi juga disebut
Goa Pamijahan karena letaknya di Desa Pamijahan, Kecamatan Bantarkalong.
Pada lokasi tersebut juga terletak Makam Syeh Abdul Muchyi, yang merupakan
salah satu Objek Wisata Rohani/Religi yang cukup terkenal di Tasikmalaya.
Hingga saat ini lokasi itu diyakini sebagai tempat yang sakral, hingga menjadi
salah satu tujuan bagi para peziarah.
Sumber : http://anyenata.blogspot.com/2010/11/wisata-rohani.htmlGambar 7. Goa Safarwadi
Selain goa safarwadi masih ada beberapa goa alami yang berpotensi untuk
menjadi sebuah destinasi wisata goa. Goa tersebut antara lain Goa Potong Kujang
di Kecamatan Culamega, Goa Sarongge di Kecamatan Cipatujah, Goa
Ara/kapinis, Goa Rengganis, Goa Nyai dan Goa Ciodeng di Kecamatan
Pancatengah, Goa Cupu Agung (Goa Sukarno) dan Goa Hulu Kuya di Kecamatan
Cikatomas, Goa Anteg di Kecamatan Salopa, Goa Malawang di Kecamatan
Karangnunggal.
2. Potensi Wisata Lain
Kabupaten Tasikmalaya juga memiliki berbagai macam potensi wisata lain
yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya. Potensi wisata
lain berkaitan dengan gejala alam seperti Gunung Galunggung, Pantai Cipatujah,
48
Pantai Sindangken, Pantai Karang Tawulan . Obyek dan daya tarik wisata berupa
sumberdaya budaya adalah Kampung Naga dan Pusat Kerajinan Rajapolah
a. Kampung Naga
Kampung Naga merupakan perkampungan tradisional dengan luas areal
kurang lebih 4 ha. Lokasi obyek wisata Kampung Naga terletak pada ruas jalan
raya yang menghubungkan Tasikmalaya - Bandung melalui Garut, yaitu kurang
lebih pada kilometer ke 30 ke arah Barat kota Tasikmalaya. Secara administratif,
Kampung Naga berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten
Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Kampung ini berada di lembah yang subur,
dengan batas wilayah, di sebelah Barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan
keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat
Kampung Naga. Di sebelah Selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di
sebelah Utara dan Timur dibatasi oleh sungai Ciwulan yang sumber airnya berasal
dari Gunung Cikuray di daerah Garut. Obyek wisata Kampung Naga tersebut
dapat dilihat pada Gambar 8.
Sumber : http://cmurphy-indonesiabound.blogspot.com/kampung-naga
Gambar 8. Obyek Wisata Kampung Naga Di Kabupaten Tasikmalaya
Kampung Naga dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat
dalam memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya. Masyarakat Kampung
Naga hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan
lingkungan kearifan tradisional yang lekat. Daya tarik obyek wisata Kampung
49
Naga terletak pada kehidupan yang unik dari komunitas yang terletak di Kampung
Naga tersebut. Kehidupan mereka dapat berbaur dengan masyrakat modern,
beragama Islam, tetapi masih kuat memelihara adat istiadat leluhurnya. Seperti
berbagai upacara adat, upacara hari-hari besar Islam misalnya Upacara bulan
Mulud atau Alif dengan melaksanakan Pedaran atau pembacaan Sejarah Nenek
Moyang. Proses ini dimulai dengan mandi di Sungai Ciwulan dan wisatawan
boleh mengikuti acara tersebut dengan syarat harus mematuhi peraturan yang
berlaku.
Bangunan di Kampung Naga memiliki bentuk yang sama, baik rumah,
masjid, patemon (balai pertemuan) dan lumbung padi. Atapnya terbuat dari daun
rumbia, daun kelapa, atau injuk sebagi penutup bumbungan. Dinding rumah dan
bangunan lainnya, terbuat dari anyaman bambu atau bilik, sedangkan pintu
bangunan terbuat dari serat rotan dan semua bangunan menghadap Utara atau
Selatan. Tumpukan batu yang tersusun rapi dengan tata letak dan bahan alami
merupakan ciri khas gara arsitektur dan ornamen Perkampungan Naga. Obyek
wisata ini merupakan salah satu obyek wisata budaya di Tasikmlaya. Wisatawan
biasanya memiliki minat khusus yaitu ingin mengetahui dan membuktikan secara
nyata keadaan tesebut.
b. Pusat Kerajinan Rajapolah
Obyek wisata Pusat Kerajinan Rajapolah merupakan pusat kerajinan tangan
yang terletak di kabupaten Tasikmalaya. Pusat kerajinan tangan ini menjual
berbagai barang–barang dengan desain yang unik dan menarik serta kualitas
tinggi. barang-barang yang dijual di antaranya adalah dari payung, sandal, lampu
hias dan kerajinan tangan lainnya. Harga yang ditawarkan juga cukp bervariasi
sehingga menjadikan pengunjung dapat memilih barang-barang yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhannya. Pusat kerajinan Rajapolah dapat dilihat
pada Gambar 9.
50
Sumber: http://ragamhandicraftrajapolah.wordpress.com/sentra-kerajinan-rajapolah/
Gambar 9. Pusat Kerajinan Rajapolah Di Kabupaten Tasikmalaya
Barang–barang hasil dari kerajinan tangan yang dijual di obyek wisata ini
menggunakan bahan dasar berupa serat alami seperti Bambu, Pandan, Eceng
gondok dan serat lainnya yang memiliki sifat ramah lingkungan. Hal ini
menjadikan kerajinan tangan di daerah Rajapolah berbeda dengan kerajinan
tangan lainnya.
c. Gunung Galunggung
Obyek wisata Gunung Galunggung merupakan obyek wisata di Kabupaten
Tasikmalaya yang terbentuk akibat letusan yang terjadi pada tanggal 5 April 1982.
Sisa-sisa letusan yang membentuk danau, kawah dan sumber air panas,
menjadikan kawasan ini sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang indah dan
mempesona. Obyek wisata Gunung Galunggung dapat dilihat pada Gambar 10.
51
Sumber :http://cubbyrecha.wordpress.com/gunung-galunggung-tasikmalaya-jabar/Gambar 10. Gunung Galunggung Di Kabupaten Tasikmalaya
Obyek wisata Gunung Galunggung ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu
danau air dingin yang terdapat di dalam kawah gunung dan tidak memiliki bau
belerang seperti yang terjadi pada gunung-gunung berapi pada umumnya. Pada
saat cuaca cerah, terdapat aliran-aliran sungai dari bukit Gunung Galunggu yang
dapat dilihat dari dataran di bawahnya yang lebih rendah. Pemandangan tersebut
memiliki nilai keindahan tersendiri bagi wisatawan yang melihatnya. Di kaki
Gunung Galunggung terdapat pemandian air panas yang mengandung mineral
berkhasiat untuk penyembuhan penyakit kulit maupun kesehatan dan kesegaran
jasmani. Selain itu, wisatawan juga dapat melakukan kegiatan pendakian melalui
“Tangga 1000” dan “Tangga Biru”.
F. Aksesibilitas
Kabupaten Tasikmalaya terletak di antara Kabupaten Garut sebelah barat
dan Kabupaten Ciamis sebelah timur, ysng menjadikan posisinya strategis sebagai
kota transit. Jalur darat Kabupaten Tasikmalaya dapat dicapai baik menggunakan
kendaraan pribadi, bus atau kereta.
1. Kendaraan Pribadi
Aksesibilitas menuju Kabupaten Tasikmalaya dapat dilakukan
menggunakan kendaraan pribadi baik roda empat atau roda dua, dengan kadar
waktu yang berbeda satu sama lain dalam mengakses Kabupaten Tasikmalaya.
52
Kendaraan beroda empat seperti mobil dapat mengakses Kabupaten Tasikmlaya
dengan waktu tempuh sekitar delapan jam lamanya, dengan rute, Jakarta, Bogor
Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya. Kendaraan roda dua dapat mengakses rute
yang sama dengan rute roda empat, namun waktu tempuh yang didapat akan
sedikit lebih lama, karena motor harus melewati jalan regular semenjak dari awal
perjalanan.
2. Bus atau Kendaraan Umum Lainnya
Terminal utama tipe A terletak di pusat kota Tasikmalaya di jalan Letnan
Harun Kota Tasikmalaya. Bus-bus tersebut yang menghubungkan Tasikmalaya
dengan Jakarta, Bandung, Cikarang, dan lain-lain dengan waktu tempuh Tasik-
Jakarta kurang lebih enam jam dengan berbagai tipe mobil seperti ekonomi-AC,
eksekutif dan super eksekutif, yang melayani setiap satu jam sekali.Berikut adalah
harga dan jadwal keberangkatan bus Bogor – Tasikmalaya, 06:00 (AC) &
07:00,18:00 (AC) & 19:00 Patas AC seat 2-2 Rp. 45.000,- Patas non AC seat 3-2
Rp. 38.000.
3. Kereta Api
Stasiun Tasikmalaya terdapat di pusat kota yan terletak dijalan RAA
Wuratanuningrat Kota Tasikmalaya. Stasiun ini melayani rute ke semua daerah di
Tasikmalaya dan Luar Tasikmalaya seperti Bandung, Karawang, Jakarta,
Jogyakarta dan lain-lain. Hubungan dengan Jakarta dilayani dengan kereta api
kelas ekonomi (Serayu) dari Stasiun Tasikmalaya menuju stasiun Kota Jakarta.
53
IV. METODE PELAKSANAAN TUGAS AKHIR
A. Lokasi danWaktu
Lokasi pelaksanaan Tugas Akhir tentang Perencanaan Ekowisata Goa
adalah di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pelaksanaan
Tugas Akhir dilaksanakan selama 45 hari terhitung dari Bulan Januari sampai
Maret 2012. Rencana tata waktu pelaksanaan secara terperinci adalah sebagai
berikut (Tabel5)
Tabel 5. Rencana Tata Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir
No Kegiatan
November
Desember Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap Persiapan
- Studi Pustaka
-Penyusunan Proposal
2. Pengumpulan Data Sekunder TA
3. Pengumpulan Data Primer TA
4. Pengolahan dan Analisis Data
5. Revisi data
6. Penyusunan Laporan Tugas Akhir
B. Alat dan Bahan
Alat yang dipergunakan selama kegiatan pengambilan data
dilapangan hingga pengelolaan data Tugas Akhir dapat dilihat
pada (Tabel 6). Alat digunakan untuk menunjang kegiatan
pengambilan data.
Tabel 6. Alat yang digunakanNo.
Alat Fungsi
1. Kamera DSLR (Nikon D3100)
Digunakan sebagai alat dokumentasi
54
2. Tripod Digunakan sebagai alat penyangga kamera3. Laptop Digunakan mengolah data4. Alat tulis Menulis data yang dibutuhkan5. Kuesioner Digunakan untuk menilai suatu objek6. Buku literature Sebagai acuan dan panduan selama kegiatan Tugas Akhir7. Senter atau
HeadlampSebagai Penerang Gelap
8. Kuesioner Digunakan untuk mengambil data dari pengunjung, masyarakat, dan pengelola terkait dengan kegiatan pengelolaan goa, untuk pengembangan wisata goa.
9. Peta Kawasan Digunakan untuk peninjauan lokasi kawasan dalam bidang gambar10.
Kompas Digunakan untuk mengetahui arah mata angina
11.
Pita Ukur Digunakan untuk mengukur dimensi fisik
12,
GPS Digunakan untuk menentukan titik koordinat goa
13.
Sepatu Boot Digunakan untuk melindungi kaki dari bahaya kecelakaan
14.
Webbing Digunakan sebagai alat bantu pengkuran dan pemetaan
15.
Termometer Digunakan untuk mengukur suhu
16.
Coverall Digunakan untuk melindungi tubuh dari bahaya
Obyek yang diamati dalam kegiatan Tugas Akhir ini secara
umum adalah sumberdaya wisata goa berupa obyek geologi atau
abiotik goa, serta unsur biotik yang ada didalam dansekitar goa,
beserta keterkaitan sosial-budaya masyarakat terhadap goa
tersebut, Selain itu responden yang diambil sebagai penilai yang
obyektif yaitu pengunjung, pengelola, serta masyarakat disekitar
kawasan goa.
C. Jenis Data
Data yang diambil dalam pelaksanaan tugas akhir ini berupa
data primer dan data sekunder. Pembagian jenis data ini
berdasarkan bentuk pengambilan data pada saat dilakukannya
kegiatan tugas akhir. Jenis data primer dan sekunder tersebut
dirinci sebagai berikut :
55
1. Data primer
Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan atau
merupakan data pokok. Data-data tersebut antara lain kondisi fisik goa, iklim,
aksesibilitas, sarana, kondisi sekitar, daya dukung, keamanan, pengunjung,
ketersediaan air dan peta dimensi goa, yang kemudian akan menjadi dasar
klasifikasi goa berdasarkan akses masyarakat, kandungan isi, derajat bahaya, serta
berdasarkan pada letak dan batuan pembentuknya (Tabel 7).
Tabel 7. Data Primer
Data primer Data yang dikumpulkan
Sumber Data Metode
Sumberdaya Goa
Potensi Fisik dan Daya Tarik Goa
Derajat Kesulitan Goa, Titik Koordinat Goa,Panjang Goa, Tinggi Goa, Ukuran Mulut GoaKelelmbaban Goa, Debit Air, Suhu GoaOrnamen Goa, Flora dan Fauna didalam maupun diluar Goa
LapangLapangLapangLapangLapangLapangLapangLapangLapangLapang
PengukuranPengukuranPengamatanPengukuranPengukuranPengukuranPengukuranPengukuranPengamatanPengamatan
Aksesibilitas
Letak goa dari perumahan pendudukLetak goa dari jalan rayaJarak goa dari obyek wisata lain
Lapang LapangLapang
Pengukuran
Pengukuran
Pengukuran
Fasilitas sarana
Peminjaman AlatShelterMusholaToiletAir bersih
LapangLapangLapangLapangLapang
PengamatanPengamatanPengamatanPengamatanPengamatan
Keamanan
BinatangLuapan AirKecelakaan
LapangLapangLapang
PengamatanPengamatanPengamatan
56
Pengunjung Kondisi
Aktual Pengunjung
Karakteristik Pengunjung (umur, jenis kelamin, asal, pendidikan, dan pekerjaan)
Lapang Wawancara
Masyarakat
Kondisi sekitar dan daya dukung kawasan
Karakteristik, Persepsi,Kesiapan Masyarakat,
Lapang Wawancara
PengelolaPengelola Karakteristik,
Persepsi pengelola terkait Kawasan goa, penilaian kelayakan obyek, kesiapan pengelola
Lapang Wawancara
2. Data sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
langsung, yakni melalui studi literatur. Data sekunder terdiri atas
kondisi umum, dan Kondisi Pengunjung (Tabel 8).
Tabel 8. Data Sekunder
Data sekunder Data yang dikumpulkan
Sumber Data
Metode
Kondisi Umum Kawasan
SejarahLetak dan LuasIklim dan TopografiSosial Ekonomi Masyarakat
Dokumen dan Laporan Demografi desa Dokumen dan laporan Demografi desa
Studi literatur
Studi literatur
Studi literatur
Studi literatur
D. Metode Pengambilan Data
Kegiatan penggalian data potensi sumberdaya goa dan data lain merupakan
salah satu aspek vital dalam proses perencanaan ekowisata goa. Penggunaan
57
metode yang berkaitan merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan agar
pengukuran atau penggalian data potensi sumber daya goa dan data lain berjalan
dengan efektif. Metode yang digunakan antara lain ialah metode pengamatan dan
pengukuran kondisi fisik goa, metode wawancara masyarakat, wisatawan, dan
pengelola.
1. Metode Pengamatan dan Pengukuran Kondisi Fisik Goa
Kegiatan pengamatan dan pengukuran kondisi fisik goa merupakan salah
satu tahap yang dilakukan untuk mengetahui sumberdaya dan potensi lain dengan
observasi, identifikasi dan dokumentasi. Kegiatan observasi, identifikasi, dan
dokumentasi pengukuran serta pengamatan ini meliputi pengukuran derajat
kesulitan, pengambilan titik koordinat dan pemetaan goa, pengukuran kondisi
iklim mikro, pengamatan ornamen goa dan daya tarik lain, dan pengamatan
aksesibilitas, sarana, dan keamanan.
a. Pengukuran Derajat Kesulitan
Penentuan derajat kesulitan goa merupakan tahap awal dalam proses
identifikasi dan observasi. Kegiatan pengukuran dan pengamatan ini
menggunakan 4 parameter (Ko 2001) yaitu :
1. Aktivitas tubuh berupa berdiri (> 160 cm), merunduk (140-160 cm),
jongkok (120-140 cm), merangkak (80 – 120 cm), merayap (<80cm).
Berenang memiliki nilai paling tinggi dibandingkan dengan aktivitas
lainnya karena berenang ini membutuhkan keterampilan yang khusus dalam
melakukannya.
2. Kondisi Air (debit air) dalam goa menjadi parameter penilaian yang penting
karena akan menentukan tingkat kesulitan dalam penelusuran goa.Debit air
yang lebih besar lebih menyulitkan untuk ditelusuri dibandingkan dengan
goa yang memiliki debit air yang kecil. Semakin tinggi debit air, maka
semakin besar nilai yang diberikan.
3. Panjang lorong goa merupakan salah satu parameter yang penting dalam
penilaian derajat kesulitan. Semakin panjang lorong goa semakin tinggi
nilai yang diberikan. Goa yang panjang akan membutuhkan daya tahan
58
tubuh yang lebih dibandingkan dengan goa yang pendek karena semakin ke
dalam goa ketersediaan oksigen semakin menipis.
4. Bentuk mulut goa merupakan parameter yang cukup menentukan dalam
penelusuran goa. Bentuk mulut goa vertical akan lebih membutuhkan
keterampilan, daya tahan tubuh dan ketersediaan alat lengkap
dibandingkan dengan bentuk mulut goa yang horizontal. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada (Tabel 9).
Tabel 9. Parameter penilaian derajat kesulitan goa Parameter 1 Parameter 2 Parameter 3 Parameter 4
Aktivitas Tubuh NilaiDebitAir
Nilai Panjang Goa Nilai Bentuk Mulut Goa Nilai
Berdiri 0 0 – 40 0 0 - 50 0 Horizontal 0Merunduk 0.5 41 – 80 0.5 51 – 100 0.5 Vertikal 0.5
Jongkok 1 81 – 120 1 101 – 150 1
Merangkak 1.5 121 – 1601
1.5151 – 200 1.5
Merayap 2 >160 2 >200 2Berenang 2.5 2.5 2.5Sumber : Ko (2001)
b. Pengambilan Titik Koordinat dan Pemetaan Goa
Pengambilan titik koordinat letak lokasi goa dilakukan dengan GPS (Global
Position System), serta untuk metode survey arah pengambilan data pemetaan
bagian dalam goa dilakukan dengan metode forward (Gambar 11) yaitu pembaca
alat dan pencatat pada system stasiun pengukuran pertama, kemudian pembaca
alat menentukan target stasiun kedua. Setelah pembacaan selesai, pembaca alat
dan pencatat berpindah ke stasiun kedua dan menentukan tujuan stasiun ketiga.
Demikian seterusnya sampai stasiun pengukuran terakhir.Untuk arah survey
berdasarkan arah pengumpulan data menggunakan metode top to bottom, dimulai
dari pintu goa sampai ujung lorong atau dasar dari goa atau sampai stasiun
terakhir. Grade pemetaan yang digunakan yaitu Grade III, karena peralatan yang
digunakan terbatas pada kompas, pita ukur dan klinometer (Grade Survey Center
Line standard BCRA, sumber Surveying Cave, Bryan Ellis, 1970).
Panjang
lebar
Dalam
Arah Arus
59
Gambar 11. Pemetaan goa dengan menggunakan metode forward
c. Pengukuran Kondisi Iklim Mikro
Pengukuran kondisi iklim mikro goa. Iklim mikro goa yang diambil seperti
suhu dan kelembaban diukur dengan meggunakan termometer. Pengukuran debit
air dilakukan dengan metode botol, yaitu dengan bola botol dialirkan dari titik
awal acuan sampai titik akhir acuan dengan menghitung waktu alir sehingga dapat
diketahui kecepatan arus air, Setelah itu dilakukan pengukuran lebar dan
kedalaman rerata sungai (Gambar 12).
Gambar 12. Pengukuran debit air sungai menggunakan metode pingpong
d. Pegamatan Ornamen Goa dan Daya Tarik lain
Pengamatan ornamen goa yang menarik dan daya tarik lain di setiap goa
dilakukan dengan mencatat jenis dan jumah ornamen serta daya tarik lain serta
mencatat ornamen dan daya tarik lain yang paling menonjol pada setiap goa,
kemudian dilakukan pula pengamatan derajat kesulitan ( merayap, jongkok,
berenang, dan lain – lain) pada setiap goa.
e. Pengamatan Aksesibilitas, Sarana, Keamanan, dan Daya Dukung lain
Pengamatan aksesibilitas, sarana, keamanan dan daya dukung lain,
dilakukan dengan secara langsung kelapangan dan mencatat data yang ada,
60
dengan kombinasi wawancara sejumlah pihak terkait, seperti masyarakat sekitar,
atau pengelola kawasan.
2. Masyarakat
Data masyarakat meliputi karakteristik, persepsi, kesiapan masyarakat dan
keterlibatan masyarakat melalui penyebaran kuesioner yang bersifat Close Ended
yaitu kuesioner dengan pilihan jawaban yang telah disediakan. Responden yang
diambil datanya secara acak menggunakan sampling size sebesar minimal 30
responden. Hal ini didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa untuk
penelitian yang menggunakan analisa data dengan statistik, jumlah sampel terkecil
adalah sebanyak 30 orang. Singarimbun (1989 : 170 – 171) dalam Ihyani F
(2010).
3. Wisatawan
Data mengenai wisatawan yang diperlukan dalam kegiatan penelitian yaitu
karakteristik, motivasi serta persepsi mengenai perencanaan ekowisata goa. Data
tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan metode observasi langsung dan
penyebaran daftar pertanyaan (kuesioner). Kegiatan observasi dilakukan dengan
mengunjungi dan mengamati langsung wisatawan atau pengunjung di lokasi
setiap goa dan dilanjutkan dengan penyebaran daftar pertanyaan atau kuesioner.
Daftar pertanyaan disusun dengan pola close ended (pilihan ganda), dimana dalam
pola ini wisatawan atau pengunjung dapat langsung memilih jawaban dari aspek
yang telah disediakan.
Daftar pertanyaan disebarkan kepada responden dengan jumlah responden
sebanyak 30 responden yang ditentukan dengan metode convenience sample yaitu
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, wisatawan yang ditemui
peneliti dan bersedia menjadi responden. Jumlah tersebut dianggap telah
mewakili populasi yang ada dalam klasifikasi actual demand yang selalu datang,
pengunjung potencial demand yang berpotensi datang,atau pengunjung dengan
klasifikasi latend demand. Hal ini dikarenakan tidak diketahuinya jumlah
pengunjung yang datang per-periode tertentu di setiap goa.
61
4. Pengelola
Data dari pengelola yaitu meliputi karakteristik, persepsi dan kesiapan
pengelola atas perencanaan ekowisata goa yang akan dilakukan pada kawasan.
Pengambilan data kepada pihak pengelola dilakukan karena pengelola merupakan
salah satu pihak yang mempunyai peran sebagai asesor untuk mendukung aspek
komparatif-edukatif dalam proses analisis kuantitatif atau penilaian potensi
ekowisata goa di Kabupaten tasikmalaya dengan menggunakan indikator
penilaian potensi Avenzora (2008). Pengambilan data pihak pengelola dilakukan
dengan wawancara dan mengajukan kuesioner untuk kemudian dilakukan
observasi terhadap informasi yang diperoleh dari hasil data kuesioner. Pihak
pengelola yang disebutkan yaitu petugas lapangan dan staf terkait. Pengelola
menjadi pihak yang penting untuk diketahui datanya karena bertindak sebagai
perantara. Perantara yang dimaksud ialah mempunyai fungsi untukmenjadi
penghubung antara pengunjung dengan aktivitas wisata serta masyarakat yang
terdapat pada kawasan. Pengelola juga dinilai sebagai pihak yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang cukup mengenai kondisi aktual kawasan, atau
informasi mengenai ekowisata goa.
E. Metode Analisis Data
Berdasarkan data yang menjadi bahan analisis, analisis data yang digunakan
dalam Tugas Akhir ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif
kuantitatif. Metode deskriptif menurut Kusmayadi dan Endar (2000) diacu dalam
Widagti (2003) adalah penelitian yang berusaha menggambarkan atau
menvisualisasikan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan
sistematis, aktual dan akurat. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan untuk
menguraikan data yang didapat sehingga diperoleh gambaran pengembangan jenis
ekowisata goa. Analisis deskriptif kualitatif digunakan dalam mendeskripsikan
data yang didapatkan secara jelas tanpa menggunakan penghitungan. Data yang
dapat digunakan dalam analisis data kualitatif adalah pendeskripsian tentang
ornamen goa dan biota didalamnya. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan
untuk menghitung data yang diperoleh melalui pengukuran dan perhitungan,
v = kecepatans = Jarakt = waktu
D = rata – rata kedalaman d = kedalaman
D = rata – rata kedalaman d = kedalaman
62
seperti debit air, atau panjang goa. Hasil dari data tersebut akan diolah dalam
grafik dan bentuk presentase.
1. Suhu dan kelembaban udara
Metode yang digunakan yaitu dengan pengukuran suhu setiap goa.
Pengukuran suhu ini menggunakan termometer basah dan kering. Jenis data yang
diambil adalah suhu dan kelembaban lokasi di kawasan tersebut. Data tersebut
dalam daftar isian (thally sheet) yang untuk selanjutnya dibuat rekapannya pada
tabel rekapitulasi pengamatan. Hasil rekapan tersebut kemudian disimpulkan dan
akan diketahui suhu dan kelembaban rata-rata dari lokasi tersebut.
2. Pengukuran debit air sungai
Parameter yang diukur adalah lebar sungai rata-rata, kedalaman sungai rata-
rata, panjang sungai rata-rata dan kecepatan arus sungai rata-rata, dengan
menggunakan metode botol. Kemudian dari data pengukuran di lapangan dapat
dihitung untuk mendapatkan hasil mengenai kecepatan arus, kedalaman rata-rata,
dan debit air dengan menggunakan rumus di bawah ini.
F. Metode Pembuatan Output Media Promosi
Output yang dihasilkan dari perencanaan ekowisata goa di Kabupaten
Tasikmalaya yakni berupa media promosi audio visual yang mempunyai fungsi
dan tujuan untuk memberi informasi dari potensi wisata serta sebagai pemasaran
kawasan wisata.
63
Latar Belakang. Media promosi dalam bentuk audio visual atau film
merupakan salah satu media yang efisien bagi promosi atau informasi suatu
obyek, hal tersebut dikarenakan film mempunyai kelebihan yaitu berupa
menyampaikan informasi dalam gambar bergerak dan dapat diiringi suara yang
dapat disesuaikan lamanya dengan durasi. Film dapat membawa penonton
merasakan dan melihat sendiri informasi yang disajikan. Pengambilan gambar
dilakukan dengan menggunakan kamera DSLR atau handycam beserta bantuan
tripod dan perangkat lainnya. Kemudian data mentah dari pengambilan gambar di
lapangan di olah melalui proses editing dengan menggunakan software Corel
Ulead Video Studio, yang kemudian hasil dari pengolahan tersebut menghasilkan
media promosi dalam bentuk audio visual mengenai ekowisata goa di Kabupaten
Tasikmalaya.
Konsep Perencanaan Produksi Film. Informasi potensi goa dan daya
dukungnya merupakan isi utama dalam film, selain sebagai visualisasi potensi
kepada masyarakat luas, juga sebagai media promosi wisata khususnya untuk
program ekowisata goa, dan umumnya untuk pariwisata di Kabupaten
Tasikmalaya. Pemilihan potensi yang dijadikan isi disesuaikan dengan hasil
identifikasi, observasi, dan wawancara pada lokasi. Informasi yang terutama
harus disampaikan adalah manfaat goa terhadap lingkungan sekitar, dari aspek
ekologi, budaya dan perekonomian, sehingga masyarakat diajak untuk menjaga
dan melestarikan goa tersebut. Film akan dikemas dengan dua opsi pengemasan
konsep, yang pertama dengan konsep dokumenter asli yang mengkombinasikan
narasi langsung dalam bentuk visual atau audio. Narator akan dibebankan pada
editor, tanpa adanya sebuah karakter tertentu didalam produksi pengambilan
gambar. Konsep pengemasan yang kedua ialah berupa adanya penggunaan
sebuah karakter pengantar informasi (narator) didalam sebuah film tersebut dari
awal hingga akhir, dan narasi tidak dilakukan secara langsung. Informasi yang
disajikan dalam film dokumenter diringkas secara sederhana, dengan durasi ± 15
menit. Setelah penentuan konsep pengemasan produksi film yang disesuaikan
dengan kondisi aktual, kemudian akan dilakukan penyusunan sinopsis dan
skenario yang selanjutnya langsung dilakukan pengambilan materi film.
Bagaimana Memanfaatkan Potensi Goa di Kabupaten Tasikmalaya menjadi sebuah produk Ekowisata Goa
Variabel Essensial
Sumberdaya Goa
Potensi Fisik dan Daya Tarik GoaAksesibilitasFasilitas saranaKeamanan
InstitusiMasyarakat Wisatawan
-Kebijakan Rencana Institusi Anggaran
KarakteristikPersepsi, Kesiapan Masyarakat,
- Karakteristik- Motivasi - persepsi
- berbagai parameter variable essensial sesuai dengan menggunakan Thally Sheet.
Audio Visual
Corel Ulead Video StudioAdobe Premier
Adobe PhtoshopCorel Draw
Investigasi
Sumberdaya Potensial Ekowisata Goa
Program Wisata
DesainPromosi
Media Promosi
Kuesioner
- Close Ended- Random Sampling
Indikator PotensiSumberdaya Ekowisata Goa (Avenzora,2008)
- Keunikan- Kelangkaan- Keindahan
- Seasonality- Sensitifitas- Aksesibilitas- fungsi sosial
ungsi Sosial
64
G. Kerangka Pemikiran
Gambar 13. Kerangka Berfikir
Observasi
65
DAFTAR PUSTAKA
Aristyanto MH. 2005. Introduksi Speleologi.http://www.indover.org. Diakses Pada tanggal 27 November 2012
Avenzora, R. 2008. Ekoturisme Teori dan Praktek. BPR NAD-NIAS. Banda Aceh
Duckeck J. 2007. Classification of caves. http://www.showcaves.com/english/explain/speleology/classification.html. Diakses pada tanggal 26 november 2012.
Ernawati, Izwerni, Nelmira W. 2008 Tata Busana. Direktorat Pembinaan Sekolah menengah kejuruan. Jakarta.
Fahmi, I. 2011. Manajemen (Teori, Kasus, dan Solusi). Alfabeta. Bandung.
Falah ABR. 2008. Makalah Indonesia Scientific Karst forum (Upaya Perlindungan Karst dan Pembelajaran Masyarakat Melalui Kegiatan Speleologi Partisipatif). Gunung Sewu Karst Forum. Yogyakarta.
Field S. 1994. The Foundations of Screenwriting.
Ford and Wiliams. 2007. Hydrogeology and Geomorphology.
Gema. 2004. Sejarah Penelusuran Goa. Pecinta Alam Universitas Katolik-St Thomas Sumatera utara. http://www.highcamp.web.id/file/artikelanda/file02.htm Diakses pada tanggal 27 November 2012
Hariandja, Marihot, TE. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Grasindo: Jakarta.
Herdiannanda D. 2010. Pemanfaatan Audio Visual (Film Kartun) Sebagai Media Bantu Siswa Dalam penguasaan Kosakata bahasa mandarin Di SMA Negeri 4 Surakarta. Tugas Akhir. Jurusan Diploma III Bahasa China Fakultas Sastra dan Senirupa. Universitas Sebelas Maret. Surakata.
Hidayat O. 2009. Pengembangan Program Wisata Goa di Taman Wisata Alam PangandaranCiamis Provinsi Jawa Barat.Tugas Akhir di Direktorat Program Diploma Program keahlian Ekowisata Institut Pertanian Bogor.
Howarth. 1983. Classification Of Caves Animal. http://cavefauna.wordpress.com/biospeleology/adaptasi-fauna-gua/. Diakses pada tanggal 28 November 2012.
Ihyani F. 2010. Hubungan Strategi Sosial Program Tegal Sehat 2010 Terhadap Tingkat kesadaran Kesehatan Masyarakat Kota Tegal. Tugas Akhir.
66
Pendidikan Diploma Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro. Semarang
Joni A, Puspitasri AY, Nurlinda R. 2010. Poster dan Film Sebagai Media Pendidikan Konservasi Goa Putih di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penelitian. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Edisi ketiga. Jakarta
Ko RKT. 2001. Obyek Wisata Alam (Pedoman Identifikasi, Pengembangan, Pengelolaan, Pemeliharaan dan Pemasaran). Yayasan Buena Vista Bogor.
Ko RKT. 2003. Dunia Bawah Tanah (Kode Etik dan Moral Penelusur Goa). Natura. Tangerang.
Laudensius O dan Wardhanna ADA. 2000. Keanekaragaman Arthropoda Goa di Kawasan Karst Pacitan. UKM Palawa UAJY dan Fakultas Biologi UAJY Biota. Jurnal Kawasan karst. Vol. VI (1).
Mayapala. 2008. Geologi Goa. http://subterra.web.id/speleologi-karstologi/geologi-goa.html. Diakses pada tanggal 27 November 2012.
Mulec J, Kosi G, Vrhovs’ek D. 2008. Characterization of cave aerophytic algal communities and effects of irradiance levels on production pigments. Journal of Cave and Karst Studies. V (70), no. 1:3-12. Springer.
Muljadi, AJ. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Mulyana, D. 2006. Komunikasi Antar Budaya. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Mulyana, D. 2007. Ilmu komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Mulyati T. 2007. Kajian Kondisi Goa untuk Pengembangan Wisata Minat Khusus Di Kawasan Karst Gudawang Kabupaten Bogor.Skripsi.Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Bogor.
Muslich M, Suyono. 2009. Pengembangan Media Pembelajaran Kosakata Berbasis Audio-Visual untuk Peningkatan Kompetensi Berbahasa Indonesia Anak Usia Dini. Jurnal Penelitiam Kependidikan. Tahun 19, Nomor 1. Fakultas Sastra Universitas negeri Malang. Malang.
Nin. 2006. Menelusuri Goa Leang Pute. http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=16963. Diakses pada tanggal 27 November 2012.
67
Nugroho, I. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Nugroho W. 2011. Modul Cara Menulis Naskah Video (Skenario).
Puldo-Bosch A, Martin-Rosales W, et all. 1997. Human Impact in a Tourist Karstic Cave (Aracena, Spain). Research Article. Environmental Geology 31 (3/4) June 1997. Springer-Verlag.
Robbins SP., Timothy AJ. 2008. Perilaku Organisasi. Salemba Empat. Jakarta.
Rochani A. 2000. Media Sebagai Bahan Ajaran Pendidikan. Bumi Aksara :
Jakarta.
Samodra H. 2001. Nilai Strategis Kawasan Karst di Indonesia Pengelolaan dan perlindungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.
Santosa S. 2004. Dinamika Kelompok. Bumi Aksara. Jakarta.
Setiadi EM., Hakam KA., Effendi R. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Kencana. Jakarta.
Simamora, B. 2008. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Singgih Y. 2002. Asas-asas Psikologi. PT. BPK Gunung Mulia. Jakarta.
Soekadijo RG. 2000. Anatomi Pariwisata. PT Gramedia Pusaka Utama. Jakarta.
Sumarlin O. 2007. Keindahan Dunia Bawah Tanah. Perhimpunan Pecinta Alam.Jantera, Geografi UPI. http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2005/1205/22/cakrawala/utama01.htm. Diakses pada tanggal 25 November 2012.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Sungkar A. 2007a. Suatu Keindahan Alam Bawah Tanah. Makalah Pada Penelitian Pemandu Wisata Petualangan dan Eksplorasi: Bogor, 30 Juli – 18 Agustus 2007. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sungkar A. 2007b. Wisata Goa. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sunjayadi A. 2008. Mengabadikan Estetika Fotografi dalam Promosi Pariwisata. Jurnal umum. Vol.10 NO.2, Oktober 2008 (301-306). Wacana.
Suwantoro, G. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta.
68
Widjanarko S. 2008. Goa Wisata. http://subterra.web.id/opini/goa-wisata.html. Diakses pada tanggal 28 November 2012.
Wrihatnolo, R. 2006. Manajemen Pembangunan Indonesia. Elex Media Komputindo.
Wood J. [Tanpa Tahun]. Goa (Kenyataan, Cerita, Aktivita). Saputra L, editor. Quality Press.
69
LAMPIRAN
70
Lampiran 1. Kuesioner Accessor
KUESIONER ACCESSOR
EKOWISATA GOA DI KABUPATEN TASIKMALAYA
Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui persepsi Assesor mengenai “Perencanaan Ekowisata Goa di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat”.
Identitas penyebar kuesioner :
Nama : Afrodita Indayana Lokasi Penyebaran : ………..
Nim : J3B110049 Tanggal penyebaran :…-…./2012
Program Keahlian : Ekowisata
Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor, Indonesia
A. Persepsi
Potensi Goa ........................ di Kabupaten Tasikmalaya
1. Apakah keunikan dari Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya dan berapakah kadar keunikannya?
Nama ObyekNilai*
1 2 3 4 5 6 7Aspek Penilaian
a. Bentuk dan/atau ukuran dimensi goa tersebut sangat berbeda dengan goa sejenis pada umumnya
b. Warna-warna goa tersebut sangat berbeda dengan warna-warna goa sejenis pada umumnya
c. Topografi yang timbul pada goa tersebut sangat berbeda dengan topografi pada goa sejenis pada umumnya
d. Manfaat dan fungsi sosial dari goa tersebut sangat berbeda dengan manfaat dan fungsi sosial goa sejenis pada umumnya
e. Tempat dan ruang goa tersebut sangat berbeda dengan tempat dan ruang tumbuh goa sejenis pada umumnya
f. Waktu kejadian goa tersebut sangat berbeda dengan waktu tumbuh goa sejenis pada umunya
g. Dinamika alam yang terjadi pada goa tersebut sangat berbeda dengan dinamika pada goa sejenis pada umumnya
Keterangan 1. sangat tidak unik, 2. tidak unik, 3. agak tidak unik, 4. biasa saja, 5. agak unik, 6. Unik, 7. sangat unik
71
2. Apakah Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya masuk dalam kategori langka dan berapakah kadar kelangkaannya?
Nama Obyek Nilai*1 2 3 4 5 6 7
Aspek Penilaian
a. Goatesebut telah masuk dalam daftar kelangkaan Internasional
b. Goa ejala Alam tersebut telah masuk dalam daftar kelangkaan Nasional
c. Goatersebut tidak terdapat di provinsi laind. Goa tersebut bersifat endemik dan tidak terdapat
pada Kabupaten laine. Goatersebut tidak terdapat pada kecamatan lainf. Pengulangan proses kejadian Goa tersebut
sangat langka dalam kurun waktu tertentug. Pengulangan proses kejadian Goa tersebut
sangat langka sesuai dengan prakondisi tertentu yang tidak dapat diprediksi kejadiannya
Keterangan: 1. sangat tidak langka, 2. tidak langka, 3. agak tidak langka, 4. biasa saja, 5. Agak langka, 6. Langka, 7. sangat langka3. Apakah Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten
Tasikmalaya mempunyai keindahan tertentu dan berapakah kadar keindahanya?
Nama Obyek Nilai*1 2 3 4 5 6 7
Aspek Penilaian
a. Keindahan komposisi dan nuansa bentuk dari goatersebut
b. Keindahan komposisi dan nuansa warna dari goatersebut
c. Keindahan komposisi dan nuansa dimensi ukuran dari goatersebut
d. Keindahan komposisi dan nuansa ruang goatersebut dengan alam sekitarnya
e. Keindahan komposisi dan nuansa visual secara totalitas dari goatersebut
f. Kepuasan psikologi pengunjung dari komposisi dan nuansa goatersebut
g. Keindahan komposisi dan nuansa afirmatif dari proses goatersebut
Keterangan: 1. Sangat indah, 2. Tidak indah, 3. Agak tidak indah, 4. Biasa saja, 5. Agak indah, 6. Indah, 7. Sangat Indah
72
4. Apakah Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya mempunyai waktu-waktu tertentu (musiman) untuk dikunjungi dan berapakah kadar musiman tersebut?
Nama Obyek Nilai*1 2 3 4 5 6 7
Aspek Penilaian
a. Goatersebut hanya muncul dan dapat dinikmati beberapa saat saja pada hari tertentu
b. Goatersebut hanya muncul dan dapat dinikmati pada hari-hari tertentu dalam periode minggu kejadian
c. Dinamika perilaku Goatersebut hanya muncul dan dapat dinikmati pada minggu tertentu periode bulan tertentu
d. Goatersebut hanya dapat dinikmati pada kondisi bulan tertentu dalam tahun tertentu
e. Goatersebut hanya dapat dinikmati pada bulan tertentu dalam suatu periode tahun tertentu
f. Goatersebut hanya dapat dinikmati dalam kurun waktu yang singkat pada periode maksimal 3 tahun sekali
g. Goa tersebut hanya bisa dinikmati oleh pengunjung dengan kelompok umur dan fisik tertentu dan/atau status sosial tertentu
Keterangan: 1. sangat tidak musiman, 2. tidak musiman, 3. agak tidak musiman, 4. Biasa saja, 5.Agak musiman, 6. Musiman, 7. Sangat Musiman
5. Apakah Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya memiliki tingkat sensitivitas terhadap pengaruh luar dan berapakah kadar sensitivitas tersebut?
Nama ObyekNilai*
1 2 3 4 5 6 7Aspek Penilaian
a. Peristiwa kejadian Goatersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau banyak pengunjung dalam jarak pandang optimal
b. Kualitas kejadian Goatersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau banyak pengunjung dalam jarak pandang optimal
c. Kuantitas kejadian Goatersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau banyak pengunjung yang dalam jarak pandang optimal
d. Kehadiran pengunjung untuk menikmati Goatersebut pada jarak pandang optimal tidak mempengaruhi terjadinya kejadian fenomena alam lain disekitarnya
e. Kehadiran pengunjung untuk menikmati Goatersebut pada jarak pandang optimal tidak
73
mempengaruhi kualitas kejadian fenomena alam lain disekitarnya
f. Kehadiran pengunjung untuk menikmati Goatersebut pada jarak pandang optimal tidak mempengaruhi kuantitas kejadian fenomena alam lain disekitarnya
g. Kehadiran pengunjung untuk menikmati Goatersebut dalam bentuk physical contact tidak memnyebabkan berubahnya secara permanen kualitas dan kuantitas kejadian Gejala Alam tersebut ataupun gejala alam lain yang terkait
h. Daya dukung fisik Goa tersebut tidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata yang diijinkan di tempat tersebut
i. Daya dukung ekologis Goa tersebut tidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata yang diijinkan di tempat tersebut
j. Daya dukung psikologi pengunjungtidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata yang mempunyai turn- over factor rendah untuk setiap kegiatan rekreasi dan wisata yang diijinkan dilakukan di tempat tersebut
Keterangan: 1. sangat tidak sensitif, 2. tidak sensitif, 3. agak tidak sensitif, 4. biasa saja, 5. agak sensitif, 6. sensitif, 7. sangat sensitif,6. Apakah aksesibilitas menuju lokasi Goa ........................ yang terdapat di kecamatan
........................ Kabupaten Tasikmalayamudah dijangkau dan berapakah kadar jangkauan tersebut?
Nama ObyekNilai*
1 2 3 4 5 6 7Aspek Penilaian
a. Lokasi Goatersebut dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal 2 jam dari ibukota kabupaten
b. Lokasi Goatersebut dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal jam dari ibukota kecamatan
c. Lokasi Goatersebut dapat dijangkau oleh semua jenis kendaraan roda empat
d. Pengunjung dapat menjangkau lokasi Goatersebut tanpa harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melebihi 2 kilometer
e. Untuk menjangkau lokasi tumbuh Goatersebut tersedia kendaraan umum yang beroperasi setidaknya 16 jam dalam sehari
74
f. Lokasi Goatersebut dapat dijangkau pengunjung dalam segala cuaca
g. Pada musim penghujan, Goatersebut hanya dapat dijangkau dengan kendaraan tertentu
Keterangan: 1.sangat tidak terjangkau, 2. tidak terjangkau3. agak tidak terjangkau, 4. biasa saja, 5. agak terjangkau, , 6. Terjangkau, 7. sangat terjangkau
7. Apakah fungsi sosial dari Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya,yang dimanfaatkan dan berapakah kadar pemanfaatan tersebut?
Nama ObyekNilai*
1 2 3 4 5 6 7Aspek Penilaian
a. Gejala alam tersebut diyakini dan dipercaya oleh masyarakat setempat mempunyai sejarah yang sangat kuat dengan cikal bakal dan perkembangan berkehidupan komunitas masyarakat tersbut.
b. Goatersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen kehidupan sosial budaya keseharian mayarakat setempat
c. Goatersebut hingga saat ini masih digunakan sebaaia salah satu sumber elemen budaya pada berbagai upacara budaya dalam dinamika budaya masyarakat setempat
d. Goatersebut hingga saat ini hanya digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya tertentu saja dalam dinamika sosial budaya masyarakat setempat
e. Goatersebut hingga saat ini digunakan sebagai salah satu sumber elemen ekonomi utama bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat setempat
f. Goatersebut hingga saat ini digunakan hanya sebagai salah satu sumber elemen ekonomi bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat setempat
g. Goa tersebut hingga saat ini hanya sebagai salah satu identitas regional bagi masyarakat setempat
Keterangan: 1. sangat tidak bermanfaat, 2. tidak bermanfaat, 3. agak tidak bermanfaat, 4. Biasa saja, 5.Agak bermanfaat, 6. Bermanfaat, 7. Sangat bermanfaat
75
Lampiran 2. Kuesioner Wisatawan/Pengunjung
TUGAS AKHIR
PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA
PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KUESIONER WISATAWAN/PENGUNJUNG
EKOWISATA GOA DI KABUPATEN TASIKMALAYA
Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik, motivasi dan persepsi pengunjung mengenai “Perencanaan Ekowisata Ekowisata Goa Di Kabupaten Tasikmalaya”
Identitas Penyebar Kuesioner:
Nama : Afrodita Indayana Lokasi Penyebaran :…………….
NIM : J3B110049 Tanggal/Penyebaran : ……../2012
Program Keahlian : Ekowisata
Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor, IndonesiaA. Katareristik Responden No. Responden: .....
1. Nama : …………………………(boleh tidak diisi)2. Jenis kelamin : L/P * 3. Status pernikahan : Single/Menikah *4. Umur : …….. Tahun5. Asal Daerah :……………………………………………6. Pendidikan Terakhir :
a. SDb. SMPc. SMAd. Diploma (D1/ D2/ D3)e. Sarjana (S1/ S2/ S3)f. Lainnya (sebutkan)…………........
7. Pekerjaan : a. Pelajarb. Mahasiswac. Pegawai Negeri Sipild. TNI/ POLRIe. Pegawai BUMN/ BUMD
76
f. Guru/ Doseng. Pegawai Swastah. Lainnya (sebutkan)…………….
8. Pendapatan : a. < 100.000b. 100.000 – 1000.000c. 1000.000 – 2.500.000d. > 2.500.000
9. Kunjungan : a. Sendirib. Keluargac. Temand. Rombongane. Lainnya (sebutkan)…………….
10. Berapa kali Anda pernah mengunjungi tempat ini ?a. Pertama kalib. 2 kalic. 3 – 5 kalid. 5 – 10 kalie. Lainnya (sebutkan)……………..
B. Motivasi
Beri tanda chekhlist (√) pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada kolom yang telah disediakan.1. Darimanakah Anda mengetahui informasi mengenai goa .....................?
Sumber informasiKadar Informasi
1 2 3 4 5 6 7a. Pribadi
b. Teman/keluarga/saudara
c. Koran/Majalah/surat kabar
d. Brosur/Leaflet/Booklet
e. Radio/ iklan di televise
f. Website
g. Jaringan social
h. Lainnya (sebutkan)
Keterangan : 1. sangat tidak jelas2. tidak jelas3. agak tidak jelas4. biasa saja5. agak jelas6. jelas7. sangat jelas
77
2. Apakah motivasi Anda mengunjungi goa ....................... ?
(Responden dapat memilih jawaban lebih dari satu)
MotivasiSkala
Prioritas*)
Aspek Jawaban
1 2 3 4 5 6 7a. Penelitian/ Pendidikan
b. Bisnis/ Pekerjaan
c. Kontak Sosial
d. Spiritual
e. Wisata
f. Rekreasi
Keterangan 1) Sangat tidak puas, 2) Tidak puas, 3) Agak tidak puas, 4) Biasa saja, 5) Agak puas, 6) Puas, 7) Sangat puas
*) Skala prioritas diisi berdasarkan prioritas utama dalam rentang angka 1 untuk yang paling prioritas sampai seterusnya.
C. Persepsi
Beri tanda chekhlist (√)pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada kolom yang telah disediakan :
1. Bagaimana menurut anda potensi ekowisata goa di goa ....................... ?
78
1. Berapa lamakah waktu yang Anda miliki jika ekowisata goa telah terwujud?
Lama waktuKadar Kesesuaian
1 2 3 4 5 6 7
b. 1 hari
c. 2 hari
d. 3 hari
*Keterangan Nilai:
1. Keunikan
2. Kelangkaan
3.Keindahan
4.Seasonality
5.Sensitifitas
6.Aksesibilitas
7.Fungsi Sosial
Keterangan :
1. sangat tidak efektif
2. tidak efektif
3. agak tidak efektif
No. Nama Obyek PenilaianNilai*
1 2 3 4 5 6 7
1. Kondisi Sekitar
Aksesibilitas
Letak Goa
Sarana dan Prasarana
.................................
..................................
2. Kondisi fisik (Ornamen goa)- Mulut goa
- Stalagtit
- Stalagmite
- Sumber air goa
- ...................
- ...................
- .......................
- .........................
3. Kondisi Biotik - Fauna Goa
- Flora goa (sekitarnya)
4. Obyek Lain
Budaya
Spiritual
.........................
...........................
79
d. 4 hari
e. 1 minggu
f. Lainnya2. Setujukah Anda jika di Kabupaten Tasikmalaya direncanakan ekowisata goa ?
a. Sangat tidak setujub. Tidak setujuc. Agak tidak setujud. Biasa sajae. Agak setujuf. Setujug. Sangat Setuju
Lampiran 3. Kuesioner Masyarakat
TUGAS AKHIR
PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA
PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KUESIONER MASYARAKAT
DI KABUPATEN TASIKMALAYA
Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik, persepsi dan kesiapan masyarakat mengenai “Perencanaan Ekowisata Goa Di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Sumatera Barat”
Identitas Penyebar Kuesioner:
Nama : Afrodita Indayana Lokasi Penyebaran :…………….
NIM : J3B11004 Tanggal/Penyebaran : ……../2012
Program Keahlian : Ekowisata
Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor, IndonesiaA. Karakteristik Masyarakat No. Responden: .....
1. Nama : …………………………2. Jenis kelamin : L/P * 3. Status pernikahan : Single/Menikah *4. Umur : …….. Tahun
80
5. Asal Daerah :……………………………………………
6. Pendidikan Terakhir : a. SDb. SMPc. SMAd. Diploma (D1/ D2/ D3)e. Sarjana (S1/ S2/ S3)f. Lainnya (sebutkan)…………........
7. Pekerjaan : a. Pelajarb. Mahasiswac. Pegawai Negeri Sipild. TNI/ POLRIe. Pegawai BUMN/ BUMDf. Guru/ Doseng. Pegawai Swastah. Lainnya (sebutkan)…………….
8. Pendapatan : a. < 100.000b. 100.000 – 1000.000c. 1000.000 – 2.500.000d. > 2.500.000
B. Persepsi Masyarakat
Beri tanda chekhlist (√) pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada
kolom yang telah disediakan.
1. Apakah persepsi masyarakat terhadap potensi ekowisata goa di Kabupaten Tasikmalaya ?
*Keterangan Nilai:1. Keunikan2. Kelangkaan3.Keindahan4. Seosanality5.Sensitifitas6.Aksesibilitas7. Fungsi Sosial
81
8. Setujukah Anda jika di Kabupaten tasikmalaya direncanakan Ekowisata goa?
a. Sangat tidak setujub. Tidak setujuc. Agak tidak setujud. Biasa sajae. Agak setujuf. Setujug. Sangat Setuju
C. Kesiapan
Masyarakat
Beri tanda chekhlist (√) pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada kolom yang telah disediakan.
1. Untuk mewujudkan perencanaan ekowisata goa di Kabupaten Tasikmalaya, maka setujukah anda untuk menyiapkan diri dalam hal-hal berikut ?
Standard PelaksanaanAspek Jawaban
1 2 3 4 5 6 7
A. Etika Pelayanan kepada pengunjung
=No.
Nama ObyekNilai*
1 2 3 4 5 6 7
1. Kondisi Sekitar
Aksesibilitas
Letak Goa
Sarana dan Prasarana
.................................
..................................
2. Kondisi fisik (Ornamen goa)- Mulut goa
- Stalagtit
- Stalagmite
- Sumber air goa
- ...................
- ...................
- .......................
- .........................
3. Kondisi Biotik - Fauna Goa
- Flora goa (sekitarnya)
Obyek Lain
Budaya
Spiritual
.........................
...........................
82
a. Setiap masyarakat diharuskan untuk mengucapkan salam kepada pengunjung
b. Setiap masyarakat diharuskan untuk memberikan senyum kepada pengunjung
c. Masyarakat dapat menjalin komunikasi dengan baik terhadap pengunjung
d. Masyarakat tidak melakukan hal senono terhadap pengunjung
e. Masyarakat harus berkata jujur kepada pengunjung
f.Masyarakat tidak membeda-bedakan pengunjung dalam hal usia, suku, warga Negara dan agama.
g. Masyarakat harus berpenampilan yang baik dan wajar dengan menggunakan pakaian yang sopan dan rapih saat berhadapan dengan pengunjung
h. Dalam berkomunikasi masyarakat harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan sopan
i. Masyarakat harus menghindari kebiasaan buruk saat melayani pengunjung seperti merokok, makan, tidak menatap pengunjung saat berbicara, mendengarkan musik dengan menggunakan hadset
j. Masyarakat tidak memotong pembicaraan pengunjung yang sedang berbicara
k. Masyarakat tidak mengharapkan tips dari pengunjung
l. Masyarakat tidak membicarakan masalah pribadi kepada pengunjung
m. Masyarakat dilarang menggunakan kata-kata yang menyinggung unsur-unsur sara (agama,suku,ras,dan bangsa)
n. Masyarakat memberikan informasi secara benar dan membantu apabila diperlukan
o. Masyarakat wajib mentaati etika pelayanan
Cara Menilai :1. Sangat Tidak Siap; 2. Tidak Siap; 3. Agak Tidak Siap; 4. Biasa Saja; 5. Agak Siap; 6. Siap; 7. Sangat Siap.
Standard PelaksanaanAspek Jawaban
1 2 3 4 5 6 7
B. Keamanan dan Keselamatan kepada pengunjung
a. Masyarakat selalu Menjalankan sistem keamanan lingkungan (SISKAMLING)
b. Masyarakat harus mengetahui mengenai identitas pengunjung yang mengunjungi goadi Kabupaten Tasikmalaya
c. Masyarakat mengetahui mengenai pengetahuan dasar
83
penyakit ringan dan memiliki pengetahuan tentang P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
d. Masyarakat menyediakan alat P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
e. Masyarakat harus memberikan informasi kepada pengunjung mengenai aturan adat yang terdapat masyarakat sekitar goadi Kabupaten Tasikmalaya
f. Masyarakat memastikan pengunjung agar tidak mengambil benda sejarah, benda peninggalan, flora,fauna yang terdapat di objek wisata
g. Masyarakat menyediakan pusat informasi
h. Masyarakat cepat tanggap terhadap keadaan darurat yang disebabkan oleh gangguan kemanan,kecelakaan,pencemaran dan bencana alam.
i. Masyarakat harus melakukan pengawasan terhadap pengunjung yang melakukan aktifitas wisata
j. Apabila ada yang melakukan perkelahian atau perusakan masyarakat wajib menghentikannya dan melaporkan kepada pihak yang berwajib.
k. Apabila menemukan barang yang hilang atau ketinggalan masyarakat wajib menggembalikan kepada pemiliknya atau menyerahkan kepada petugas yang berwenang dan petugas desa wajib menggembalikan barang tersebut kepada pemiliknya
l. Jika terjadi kecelakaan masyarakat wajib menolong,dengan bantuan medis dan jika perlukan dirujuk ke rumah sakit
m. Masyarakat wajib mentaati peraturan keamanan dan keselamatan pengunjung
Cara Menilai :1. Sangat Tidak Siap; 2. Tidak Siap; 3. Agak Tidak Siap; 4. Biasa Saja; 5. Agak Siap; 6. Siap; 7. Sangat Siap.
Standard Pelaksanaan Aspek Jawaban
1 2 3 4 5 6 7
C. Persaingan Usaha
a. Masyarakat memutuskan bersama mengenai harga
b. Masyarakat tidak membeda-bedakan mengenai harga pengunjung lokal dan mancanegara.
c. Masyarakat harus membagi pembagian wilayah untuk melakukan persaingan usaha
d. Masyarakat menyediakan barang yang berkualitas agar pengunjung tidak kecewa dan tidak memberikan penilaian
84
yang negatif terhadap suatu tempat usaha tersebut
e. Masyarakat melakukan promosi secara langsung contohnya menjadi pemandu wisata di kawasan sekitar goa, dan mengantarkan ke pusat informasi
f. Masyarakat harus menjual macam-macam produk khas Tasikmalaya
g. Masyarakat harus menyediakan jasa penginapan dan penyewaan transportasi
h. Pedagang melakukan persaingan yang sehat dengan mengedepankan keunggulan prodak dan layanan yang bermutu
i. Menyediakan kotak kritik dan saran untuk pembeli
j. Pedagang wajib mentaati etika persaingan usaha
D. kenyamanan dan kebersihan bagi Pengunjung
a. Masyarakat harus memperhatikan kebersihan lingkungan
b. Masyarakat harus menyediakan tempat-tempat pembuangan sampah
c.Masyarakat dan atau pengunjung dilarang membawa barang-barang terlarang contohnyaminuman keras, narkotika dan psikotropika
d. Masyarakat dan atau pengunjung dilarang merusak fasilitas yang terdapat sekitar kawasan ekowisata goa di Kabupaten Tasikmalaya
e. Masyarakat dan Pengunjung wajib mengambil sampah yang terlihat di sekitar kawasan
f. Masyarakat wajib bergotong royong sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu untuk kebesihan kawasan
g. Masyarakat menyediakan fasilitas MCK yang bersih dan layak digunakan
h. Masyarakat dan atau wisatawan harus mentaati peraturan kesehatan yang ada di sekitar kawasan ekowisata goa
Keterangan :1. Sangat Tidak Siap, 2.Tidak Siap, 3.Agak Tidak Siap, 4. Biasa Saja, 5.Agak Siap, 6.
Siap, 7. Sangat Siap.
85
Lampiran 4.Kuesioner Pengelola
KUESIONER PENGELOLA
KABUPATEN TASIKMALAYA
Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik, persepsi, kebijakan dan anggaran pengelola mengenai “Perencanaan Ekowisata Goa di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat”.
Identitas penyebar kuesioner :
Nama : Afrodita Indayana Lokasi Penyebaran : ………..
Nim : J3B110049 Tanggal penyebaran :…-…./2012
Program Keahlian : Ekowisata
Program Diploma Institut Pertanian Bogor, Indonesia
A. Karakteristik Institusi No Responden:……
Jenis Kelamin : P/L
Usia : ……. Tahun
Asal Daerah :
Status : Menikah/Belum Menikah*
Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi*
Pekerjaan :
Pendapatan : a. < Rp. 1.000.000
b. Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000
c. Lainnya ……
*) coret yang tidak perlu
86
B. Persepsi
Potensi Goa ........................ di Kabupaten Tasikmalaya
1. Apakah keunikan dari Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya dan berapakah kadar keunikannya?
Nama ObyekNilai*
1 2 3 4 5 6 7Aspek Penilaian
a. Bentuk dan/atau ukuran dimensi goa tersebut sangat berbeda dengan goa sejenis pada umumnya
b. Warna-warna goa tersebut sangat berbeda dengan warna-warna goa sejenis pada umumnya
c. Topografi yang timbul pada goa tersebut sangat berbeda dengan topografi pada goa sejenis pada umumnya
d. Manfaat dan fungsi sosial dari goa tersebut sangat berbeda dengan manfaat dan fungsi sosial goa sejenis pada umumnya
e. Tempat dan ruang goa tersebut sangat berbeda dengan tempat dan ruang tumbuh goa sejenis pada umumnya
f. Waktu kejadian goa tersebut sangat berbeda dengan waktu tumbuh goa sejenis pada umunya
g. Dinamika alam yang terjadi pada goa tersebut sangat berbeda dengan dinamika pada goa sejenis pada umumnya
Keterangan 1. sangat tidak unik, 2. tidak unik, 3. agak tidak unik, 4. biasa saja, 5. agak unik, 6. Unik, 7. sangat unik
2. Apakah Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................Kabupaten Tasikmalaya masuk dalam kategori langka dan berapakah kadar kelangkaannya?
Nama Obyek Nilai*1 2 3 4 5 6 7
Aspek Penilaian
a. Goatesebut telah masuk dalam daftar kelangkaan Internasional
b. Goa ejala Alam tersebut telah masuk dalam daftar kelangkaan Nasional
c. Goatersebut tidak terdapat di provinsi laind. Goa tersebut bersifat endemik dan tidak terdapat
pada Kabupaten laine. Goatersebut tidak terdapat pada kecamatan lainf. Pengulangan proses kejadian Goa tersebut
sangat langka dalam kurun waktu tertentug. Pengulangan proses kejadian Goa tersebut
sangat langka sesuai dengan prakondisi tertentu yang tidak dapat diprediksi kejadiannya
87
Keterangan: 1. sangat tidak langka, 2. tidak langka, 3. agak tidak langka, 4. biasa saja, 5. Agak langka, 6. Langka, 7. sangat langka3. Apakah Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten
Tasikmalaya mempunyai keindahan tertentu dan berapakah kadar keindahanya?
Nama Obyek Nilai*1 2 3 4 5 6 7
Aspek Penilaian
a. Keindahan komposisi dan nuansa bentuk dari goatersebut
b. Keindahan komposisi dan nuansa warna dari goatersebut
c. Keindahan komposisi dan nuansa dimensi ukuran dari goatersebut
d. Keindahan komposisi dan nuansa ruang goatersebut dengan alam sekitarnya
e. Keindahan komposisi dan nuansa visual secara totalitas dari goatersebut
f. Kepuasan psikologi pengunjung dari komposisi dan nuansa goatersebut
g. Keindahan komposisi dan nuansa afirmatif dari proses goatersebut
Keterangan: 1. Sangat indah, 2. Tidak indah, 3. Agak tidak indah, 4. Biasa saja, 5. Agak indah, 6. Indah, 7. Sangat Indah
4. Apakah Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya mempunyai waktu-waktu tertentu (musiman) untuk dikunjungi dan berapakah kadar musiman tersebut?
Nama Obyek Nilai*1 2 3 4 5 6 7
Aspek Penilaian
a. Goatersebut hanya muncul dan dapat dinikmati beberapa saat saja pada hari tertentu
b. Goatersebut hanya muncul dan dapat dinikmati pada hari-hari tertentu dalam periode minggu kejadian
c. Dinamika perilaku Goatersebut hanya muncul dan dapat dinikmati pada minggu tertentu periode bulan tertentu
d. Goatersebut hanya dapat dinikmati pada kondisi bulan tertentu dalam tahun tertentu
e. Goatersebut hanya dapat dinikmati pada bulan tertentu dalam suatu periode tahun tertentu
f. Goatersebut hanya dapat dinikmati dalam kurun waktu yang singkat pada periode maksimal 3 tahun sekali
g. Goa tersebut hanya bisa dinikmati oleh pengunjung dengan kelompok umur dan fisik tertentu dan/atau status sosial tertentu
88
Keterangan: 1. sangat tidak musiman, 2. tidak musiman, 3. agak tidak musiman, 4. Biasa saja, 5.Agak musiman, 6. Musiman, 7. Sangat Musiman
5. Apakah Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya memiliki tingkat sensitivitas terhadap pengaruh luar dan berapakah kadar sensitivitas tersebut?
Nama ObyekNilai*
1 2 3 4 5 6 7Aspek Penilaian
a. Peristiwa kejadian Goatersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau banyak pengunjung dalam jarak pandang optimal
b. Kualitas kejadian Goatersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau banyak pengunjung dalam jarak pandang optimal
c. Kuantitas kejadian Goatersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau banyak pengunjung yang dalam jarak pandang optimal
d. Kehadiran pengunjung untuk menikmati Goatersebut pada jarak pandang optimal tidak mempengaruhi terjadinya kejadian fenomena alam lain disekitarnya
e. Kehadiran pengunjung untuk menikmati Goatersebut pada jarak pandang optimal tidak mempengaruhi kualitas kejadian fenomena alam lain disekitarnya
f. Kehadiran pengunjung untuk menikmati Goatersebut pada jarak pandang optimal tidak mempengaruhi kuantitas kejadian fenomena alam lain disekitarnya
g. Kehadiran pengunjung untuk menikmati Goatersebut dalam bentuk physical contact tidak memnyebabkan berubahnya secara permanen kualitas dan kuantitas kejadian Gejala Alam tersebut ataupun gejala alam lain yang terkait
h. Daya dukung fisik Goa tersebut tidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata yang diijinkan di tempat tersebut
i. Daya dukung ekologis Goa tersebut tidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata yang diijinkan di tempat tersebut
j. Daya dukung psikologi pengunjungtidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata yang mempunyai turn- over factor rendah untuk setiap kegiatan rekreasi dan wisata yang diijinkan dilakukan di tempat
89
tersebut
Keterangan: 1. sangat tidak sensitif, 2. tidak sensitif, 3. agak tidak sensitif, 4. biasa saja, 5. agak sensitif, 6. sensitif, 7. sangat sensitif,6. Apakah aksesibilitas menuju lokasi Goa ........................ yang terdapat di kecamatan
........................ Kabupaten Tasikmalayamudah dijangkau dan berapakah kadar jangkauan tersebut?
Nama ObyekNilai*
1 2 3 4 5 6 7Aspek Penilaian
a. Lokasi Goatersebut dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal 2 jam dari ibukota kabupaten
b. Lokasi Goatersebut dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal jam dari ibukota kecamatan
c. Lokasi Goatersebut dapat dijangkau oleh semua jenis kendaraan roda empat
d. Pengunjung dapat menjangkau lokasi Goatersebut tanpa harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melebihi 2 kilometer
e. Untuk menjangkau lokasi tumbuh Goatersebut tersedia kendaraan umum yang beroperasi setidaknya 16 jam dalam sehari
f. Lokasi Goatersebut dapat dijangkau pengunjung dalam segala cuaca
g. Pada musim penghujan, Goatersebut hanya dapat dijangkau dengan kendaraan tertentu
Keterangan: 1.sangat tidak terjangkau, 2. tidak terjangkau3. agak tidak terjangkau, 4. biasa saja, 5. agak terjangkau, , 6. Terjangkau, 7. sangat terjangkau
7. Apakah fungsi sosial dari Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya,yang dimanfaatkan dan berapakah kadar pemanfaatan tersebut?
Nama ObyekNilai*
1 2 3 4 5 6 7Aspek Penilaian
a. Gejala alam tersebut diyakini dan dipercaya oleh masyarakat setempat mempunyai sejarah yang sangat kuat dengan cikal bakal dan perkembangan berkehidupan komunitas masyarakat tersbut.
b. Goatersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen kehidupan sosial budaya keseharian mayarakat setempat
c. Goatersebut hingga saat ini masih digunakan sebaaia salah satu sumber elemen budaya pada berbagai upacara budaya dalam dinamika budaya masyarakat setempat
d. Goatersebut hingga saat ini hanya digunakan
90
sebagai salah satu sumber elemen budaya tertentu saja dalam dinamika sosial budaya masyarakat setempat
e. Goatersebut hingga saat ini digunakan sebagai salah satu sumber elemen ekonomi utama bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat setempat
f. Goatersebut hingga saat ini digunakan hanya sebagai salah satu sumber elemen ekonomi bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat setempat
g. Goa tersebut hingga saat ini hanya sebagai salah satu identitas regional bagi masyarakat setempat
Keterangan: 1. sangat tidak bermanfaat, 2. tidak bermanfaat, 3. agak tidak bermanfaat, 4. Biasa saja, 5.Agak bermanfaat, 6. Bermanfaat, 7. Sangat bermanfaat
C.Anggaran
1. Apakah Pengelola menyediakan anggaran khusus untuk Perencanaan Ekowisata Goa?
No. Penempatan DanaAspek Jawaban
1 2 3 4 5 6 71. Fasilitas 2. Aksesibilitas3. Keamanan4. Kebersihan5. Sarana dan Prasarana6. Pemeliharaan7. Penyelenggaraan
eventperiodic8. Promosi
Keterangan: 1. sangat tidak menyediakan, 2. tidak menyediakan, 3. agak tidak menyediakan, 4. belum menyediakan, 5. agak menyediakan, 6. Menyediakan, 7. Sangat menyediakan
D. Kesiapan Institusi
1. Untuk mewujudkan perencanaan Ekowisata Goa, maka setujukah anda untuk menyiapkan diri dalam hal-hal berikut :
Standard PelaksanakanAspek Jawaban
1 2 3 4 5 6 7A. Etika Pelayanan Kepada Pengunjung dan Wisatawan
a. Setiap pengelola diharuskan untuk bersikap santun kepada pengunjung dan wisatawa
b. Setiap pengelola diharuskan untuk memberikan senyum kepada pengunjung dan wisatawan
c. Setiap pengelola diharuskan berkomunikasi dengan baik terhadap pengunjung dan wisatawan
d. Setiap pengelola tidak melakukan hal senono terhadap pengunjung dan wisatawan
e. Pengelola diharuskan bersikap ramah terhadap pengunjung dan wisatawan
f. Pengelola harus mengharagai kritik dan saran dari
91
pengunjung dan wisatawan
g. Pengelola tidak membeda-bedakan status sosial pengunjung dan wisatawan
B. Keamanan dan Keselamatan kepada pengunjunga. Institusi menyediakan alat P3K (Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan) b. Institusi cepat tanggap terhadap keadaan darurat yang di
sebabkan oleh gangguan keamanan,kecelakaan, pencemaran dan bencana alam
c. Institusi membuat peraturan mengenai keselamatan pengunjung
d. Pengelola mengatur sistem keamanan lingkungan dalam kegiatan ekowisata goa
Standard PelaksanakanAspek Jawaban
1 2 3 4 5 6 7C. Persaingan Usahaa. Pengelola membuat aturan mengenai persaingan usaha b. Pengelola membantu dalam hal pendanaan, promosi,
pengembangan usaha dan memberikan link c. Pengelola menentukan lokasi berdagang d. Pengelola menetapkan standar kualitas barang yang akan
dijual, contohnya makanan yang harus diperhatikan tanggal kadarluarsanya
e. Pengelola mengatur kualitas bahan baku barang dagangan D. Kenyamanan dan Kebersihan bagi Masyarakata. Pengelola membatasi pengunjung yang datang ke
Kabupaten Tasikmalayab. Pengelola dan masyarakat mengatur jalur sirkulasi
pengunjung yang datang ke Kabupaten Tasikmalayac. Pengelola dan masyarakat memperhatikan kebersihan
lingkungand. Pengelola menyediakan tempat pembuangan sampah.e. Pengelola membuat peraturan kebersihanf. Pengelola menyediakan tim kesehatan
Keterangan : 1. sangat tidak siap, 2.tidak siap, 3.agak tidak siap, 4. biasa saja, 5.agak siap, 6. Siap, 7. sangat siap
92
Lampiran 5. Tally Sheet Pengukuran dan Pemetaan
93
Lampiran 6. Tally Sheet Daya
94
Lampiran 7. Jurnal Kegiatan Harian
JURNAL KEGIATAN HARIAN
Nama Mahasiswa : Afrodita Indayana
NIM : J3B110049
Lokasi : Kabupaten Tasikmalaya
Direktorat Program Diploma-Institut Pertanian Bogor (IPB)
No
Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan Paraf
……….……………….2013
Pembimbing Lapang
(…..................................................)