Ustek AMDAL Konservasi Pantai Candidasa_SPJ
Click here to load reader
-
Upload
achmad-ismid -
Category
Documents
-
view
206 -
download
56
Transcript of Ustek AMDAL Konservasi Pantai Candidasa_SPJ
BAB 1. DATA PENGALAMAN PERUSAHAAN
A. DATA ORGANISASI PERUSAHAAN
A.1. Pendahuluan
Latar belakang perusahaan ini merupakan keinginan kami untuk
berwirausaha dengan baik. Ini merupakan suatu tantangan yang tidak mudah dan
memerlukan perjuangan dan keuletan. Motivasi tersebut kami dasari sebagai
langkah awal PT. SARANA PERENCANA JAYA untuk mewujudkan keinginan
diatas dengan bekerja keras dan berusaha memberikan pelayanan yang sebaik-
baiknya kepada seluruh rekanan.
PT. SARANA PERENCANA JAYA didirikan dengan dilandasi semangat
profesionalisme untuk memenuhi tantangan akan jasa konsultansi dimasa sekarang
dan akan datang. Seperti diketahui jasa konsultansi akan sangat diperlukan
partsipasinya dalam pembangunan Nasional.
.
A.2. Data Administrasi Perusahaan
1. Nama Perusahaan : PT. SARANA PERENCANA JAYA
2. Kantor Pusat : Komplek Pratama Asri C-20 Soekarno-Hatta
Kel. Cipamokolan, Kec. Rancasari
Kota Bandung Tlp. (022) 88880585
3. Studio : Komplek Pratama Asri C-20 Soekarno-Hatta
Tlp. (022) 88880585
4. Akta Notaris
Akta Pendirian : PT.SARANA PERENCANA JAYA
No. Tanggal : No. 17 Tanggal 22 April 2009
Notaris : Harry Susanto, SH
5. Surat Pengukuhan Kehakiman : Keputusan Menteri Kehakiman RI.
No. AHU-32553.AH.01.01 Tahun 2009
6. N.P.W.P ( Nomor Pokok Wajib Pajak ) : 21.104.020.9-429.000
1
7. P.P.K.P ( Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak )
Nomor : PEM-103/WPJ.09/KP.0303/2008
Jenis Usaha : 8324. Jasa Bangunan, Arsitek dan teknik
Nomor Pengukuhan : PKP. 02.789.059.9-429.000
Mulai Tanggal : 28 Maret 2008
8. T.D.P (Tanda Daftar Perusahaan )
Nomor Pendaftaran : 101115114712
Status : Pusat
Masa Berlaku : 29 Juli 2014
9. S.K.D.P ( Surat Keterangan Domisili Perusahaan)
Nomor : 01 / DP /I /2008
Wilayah : Cisaranten
Kecamatan : Rancasari
Kelurahan : Cipamokolan
RT / RW : 08 / 01
10. Referensi Bank : Bank Mandiri Cabang Metro Bandung
11. S I U P : No. 510/1-5122/2009/6497-BPPT
12. I U J K : 1-3273-094308-1-000335
13. SERTIFIKAT BADAN USAHA :
Layanan Jasa Konstruksi Bidang : Tata Lingkungan No. 00002541
Layanan Jasa Konstruksi Bidang : Sipil No. 00002539
14. SERTIFIKAT AMDAL :
Sertifikat Tanda Registrasi Kompetensi : 0083/LPJ/AMDAL-1/LRK/KLH
2
A.3. Struktur Organisasi Perusahaan
STRUKTUR ORGANISASI
PT. SARANA PERENCANA JAYA
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Perusahaan
3
DIREKTUR UTAMA
KARUNIA HARTINI P, ST
KABAG TEKNIS
Ir. A. D. Saputra
DIREKTUR
YAYAT SUPRIATNA
KABAG KEUANGAN
Indra Suhendar
KOMISARIS
(HERAWATI)
B. DAFTAR PENGALAMAN KERJA SEJENIS
B.1. Umum
Dokumen ini dipersiapkan oleh Konsultan selaku konsultan yang telah lulus
prakualifikasi dalam Pengadaan Jasa Konsultasi pekerjaan tersebut di atas.
Uraian berikut member gambaran tentang segala yang dimiliki oleh perusahaan dan
pengalamannya yang terkait. Rincian lebih lanjut dari latar belakang perusahaan dan
aktifitasnya diberikan pada lembar – lembar berikut ini.
B.2. Pengalaman Perusahaan.
a. Studi Kelayakan
Meliputi studi besaran dan investasi yang diperlukan dalam suatu konstruksi
dengan penelitian pendahuluan guna menentukan kelayakan sosial, teknik dan
ekonomi suatu proyek.
b. Pengembangan Wilayah :
Pengembangan Wilayah Kota
Pengembangan Wilayah Regional
c. Studi dan Analisa Dampak Lingkungan :
Perencanaan Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)
Studi Usaha Pengelolaan Lingkungan (UKL – UPL )
Analisa Dampak Lingkungan Pengembangan Wilayah
Analisa Dampak Lingkungan Pengembangan Industri
B.3. Daftar Pengalaman Kerja Sejenis
Disamping itu Konsultan telah menyelesaikan beberapa paket pekerjaan. Bersama
ini kami lampirkan daftar pengalaman perusahaan untuk pekerjaan sejenis selama
periode 10 ( Sepuluh ) tahun terakhir.
4
Tabel 1.1 Daftar Pengalaman Kerja Sejenis
No Pengguna Jasa / Sumber Dana Nama Paket Pekerjaan Lingkup Layanan PeriodeOrang Bulan
Nilai Kontrak Mitra Kerja
1 2 3 4 5 6 7 8
1Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Belitung Timur
Penyusunan AMDAL Terpadu Wilayah Pertambangan Rakyat di Kab. Belitung Timur
Tata Lingkungan 12 Juli 2013-28 Nopember 2013
6 Orang Rp. 339.251.000 -
2Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kab. Kutai Kartanegara
FS dan AMDAL Peningkatan Jalan Dua Jalur Pasar Mangkurawang Menuju Lapangan Pemuda Kecamatan Tenggaraong
Tata Lingkungan 15 Agustus 2013-13 Desember 2013 12 Orang Rp. 489.995.000 -
3 PIU-IAIN Raden Fatah PalembangPenyusunan Dokumen AMDAL Kampus B IAIN Raden Fatah di Jakabaring
Tata Lingkungan8 Orang Rp. 577.000.000 -
4Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cirebon
Penyusunan Revisi AMDAL TPA KopiluhurTata Lingkungan 13 September 2013- 11
Desember 20137 Orang Rp. 266.824.800 -
5 PT. Jakarta IntilandAMDAL Pembangunan Kawasan Perdagangan dan Pertokoan PT. Jakarta Intiland
Tata Lingkungan4 Juni 2012-
8 Nopember 20126 orang Rp. 200.000.000 -
6 PT. WINTAI GARMENTPenyusunan dan Pembuatan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup atas Rencana Pembangunan Pabrik Garmen PT. WINTAI GARMENT
Tata Lingkungan18 Agustus 2012 -14 Oktober 2012
3 orang Rp. 20.000.000 -
7Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Anambas
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten Kepulauan Anambas
Tata Lingkungan3 September 2012 - 02
Desember 20127 orang Rp. 257.950.000 -
8Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Anambas
Penyusunan Dokumen Lingkungan UKL-UPL Pengerukan Alur dan Kolam Kuala Maras
Tata Lingkungan3 September 2012 - 02
Desember 20127 orang Rp. 269.525.000 -
9Dinas Pekerjaan Umum Kota Cimahi
UKL & UPL Pek. Pembangunan Rusunawa Leuwigajah
Tata Lingkungan 01 Nopember 2011 4 orang Rp. 49.885.000 -
10Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung
Penyusunan Dokumen UKL-UPL IPAL TahuKecamatan Cangkuang
Tata Lingkungan30 Juni 2010 -
28 September 20104 orang Rp. 34.542.750
PT. Rencana Cipta Mandiri
11
Pemerintah Kab. SukabumiDinas KepariwisataanKebudayaan Kepemudaan danOlahraga
Pekerjaan AMDAL Untuk Revitalisasi dan PembangunanSarana dan Prasarana Olahraga (GOR) Cisaat
Tata Lingkungan2 Agustus 2010 -2 Nopember 2010
5 orang Rp. 148.830.000PT. Rencana Cipta Mandiri
12Pemerintah Kab. BandungDinas Perumahan, PenataanRuang Dan Kebersihan
Penyusunan UPL/UKL Air Bersih Program P2TPD Tata Lingkungan08 Oktober 2009 -08 Desember 2009
4 orang Rp. 49.500,000PT. Rencana Cipta Mandiri
13CisanggarungPPK-02 Perencana danProgram
Studi UKL dan UPL Sabo Dam Cibatu, Kab. Garut Tata Lingkungan29 April 2009 -
29 Agustus 20097 orang Rp. 312.262.000
PT. Rencana Cipta Mandiri
14 Dinas Kebersihan dan Review DED TPA Kopiluhur Tata Lingkungan 25 Mei 2009 - 5 orang Rp. 93.775,000 PT. Rencana
5
No Pengguna Jasa / Sumber Dana Nama Paket Pekerjaan Lingkup Layanan PeriodeOrang Bulan
Nilai Kontrak Mitra Kerja
PertamananPemkot Cirebon
22 Agustus 2009 Cipta Mandiri
15Dinas Kebersihan dan PertamananPemkot Bandung
Feasiblity Studi Dan Analisis Kajian Lingkungan RTH Eks TPA Cicabe
Tata Lingkungan26 Mei 2009 -
26 Agustus 20095 orang Rp. 96.700,000
PT. Rencana Cipta Mandiri
16 PT. Nikomas GemilangPenyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak(AMDAL) Pembangunan Kawasan Industri Sepatu PT. Nikomas Gemilang
Tata Lingkungan20 Juni 2009 -
20 September 20096 orang Rp. 175.395,000
PT. Rencana Cipta Mandiri
6
C. REFERENSI DARI PENGGUNA JASA
Berdasarkan daftar pengalaman kerja pada Sub Bab sebelumnya, maka kami
lampirkan referensi dari pengguna jasa untuk pekerjaan sejenis selama periode 10
(Sepuluh) tahun terakhir (Terlampir Pada Folder terpisah yang telah terupload).
D. URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS
Berdasarkan daftar pengalaman kerja pada Bab sebelumnya, maka kami lampirkan
uraian pengalaman kerja dari Konsultan untuk pekerjaan sejenis selama periode 10
(Sepuluh) tahun terakhir (Terlampir Pada Folder terpisah yang telah terupload).
7
Berikut ini adalah pengalaman perusahaan dengan pekerjaan sejenis :
1. Pengguna Jasa : PT. Jakarta Intiland
2. Nama Paket Pekerjaan : AMDAL Pembangunan Kawasan Perdagangan dan Pertokoan PT. Jakarta Intiland
3. Lingkup Produk Utama : - Sosialisasi : surat kabar setempat - Pertemuan Konsultasi Masyarakat / Konsultasi Publik - Penetapan KA ANDAL ditandatangani oleh Kepala BPLHD Provinsi Jawa Barat - Survey, pengambilan sampling dan analisis komponen lingkungan terkena dampak penting - Rekomendasi Kelayakan Lingkungan ANDAL, RKL dan RPL ditandatangani oleh Gubernur Jawa Barat
4. Lokasi Kegiatan : Kota Tasikmalaya
5. Nilai Kontrak : Rp. 200.000.000
6. No. Kontrak : -
7. Waktu Pelaksanaan : 4 Juni 2012 - 8 Nopember 2012
8. Nama Pemimpin Kemitraan : -Alamat : -Negara Asal : -
9. Jumlah Tenaga Ahli : Tenaga Ahli Asing - OB Tenaga Ahli Indonesia 6 OB
10. Perusahaan Mitra Kerja Jumlah tenaga ahli Asing Indonesia
a. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulanb. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulanc. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Buland. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulan
Tenaga Ahli tetap yang terlibat : Posisi Keahlian Jumlah Orang Bulan
1. Ketua Tim Ahli Lingkungan 12. Tenaga Ahli Ahli Lingkungan 13. Tenaga Ahli Ahli Sosial Ekonomi Budaya 14. Tenaga Ahli Ahli Biologi 15. Tenaga Ahli Ahli Kesehatan Masyarakat 16. Tenaga Ahli Ahli Lalu Lintas dan Transportasi 1
8
1. Pengguna Jasa : PT. WINTAI GARMENT
2. Nama Paket Pekerjaan : Penyusunan dan Pembuatan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup atas Rencana Pembangunan Pabrik Garmen PT. WINTAI GARMENT
3. Lingkup Produk Utama : - Survey, pengambilan sampling dan analisis komponen lingkungan terkena dampak - Rekomendasi UKL - UPL ditandatangani oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Majalengka
4. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Majalengka
5. Nilai Kontrak : Rp. 20.000.000
6. No. Kontrak : -
7. Waktu Pelaksanaan : 18 Agustus 2012 - 14 Oktober 2012
8. Nama Pemimpin Kemitraan : -Alamat : -Negara Asal : -
9. Jumlah Tenaga Ahli : Tenaga Ahli Asing - OB Tenaga Ahli Indonesia 3 OB
10. Perusahaan Mitra Kerja Jumlah tenaga ahli Asing Indonesia
a. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulanb. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulanc. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Buland. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulan
Tenaga Ahli tetap yang terlibat : Posisi Keahlian Jumlah Orang Bulan
1. Ketua Tim Ahli Lingkungan 12. Tenaga Ahli Ahli Lalu Lintas dan Transportasi 13. Tenaga Ahli Ahli Sosial Ekonomi Budaya 1
9
1. Pengguna Jasa : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Anambas
2. Nama Paket Pekerjaan : Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten Kepulauan Anambas
3. Lingkup Produk Utama : - Survey dan analisis komponen lingkungan terkena dampak - Analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan - Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten Kepulauan Anambas yang merupakan satu kesatuan dari RTRW Kep. Anambas 4. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Kepulauan Anambas
5. Nilai Kontrak : Rp. 257.950.000
6. No. Kontrak : -
7. Waktu Pelaksanaan : 3 September 2012 - 02 Desember 2012
8. Nama Pemimpin Kemitraan : -Alamat : -Negara Asal : -
9. Jumlah Tenaga Ahli : Tenaga Ahli Asing - OB Tenaga Ahli Indonesia 7 OB
10. Perusahaan Mitra Kerja Jumlah tenaga ahli Asing Indonesia
a. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulanb. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulanc. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Buland. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulan
Tenaga Ahli tetap yang terlibat : Posisi Keahlian Jumlah Orang Bulan
1. Ketua Tim Ahli Lingkungan 12. Tenaga Ahli Ahli Hidrologi 13. Tenaga Ahli Ahli Tata Ruang Wilayah 14. Tenaga Ahli Ahli Sosial Ekonomi Budaya 15. Tenaga Ahli Ahli Pertanian 16. Tenaga Ahli Ahli Kimia - Fisik 17. Tenaga Ahli Ahli Biologi 1
10
1. Pengguna Jasa : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Anambas
2. Nama Paket Pekerjaan : Penyusunan Dokumen Lingkungan UKL-UPL Pengerukan Alur dan Kolam Kuala Maras
3. Lingkup Produk Utama : - Survey, pengambilan sampling dan analisis komponen lingkungan terkena dampak - Rekomendasi UKL - UPL ditandatangani oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Kepulauan Anambas 4. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Kepulauan Anambas
5. Nilai Kontrak : Rp. 269.525.000
6. No. Kontrak : -
7. Waktu Pelaksanaan : 3 September 2012 - 02 Desember 2012
8. Nama Pemimpin Kemitraan : -Alamat : -Negara Asal : -
9. Jumlah Tenaga Ahli : Tenaga Ahli Asing - OB Tenaga Ahli Indonesia 7 OB
10. Perusahaan Mitra Kerja Jumlah tenaga ahli Asing Indonesia
a. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulanb. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulanc. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Buland. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulan
Tenaga Ahli tetap yang terlibat : Posisi Keahlian Jumlah Orang Bulan
1. Ketua Tim Ahli Lingkungan 12. Tenaga Ahli Ahli Lingkungan 13. Tenaga Ahli Ahli Kesehatan Masyarakat 14. Tenaga Ahli Ahli Sosial Ekonomi Budaya 15. Tenaga Ahli Ahli Hidrologi 16. Tenaga Ahli Ahli Kimia - Fisik 17. Tenaga Ahli Ahli Biologi 1
11
1. Pengguna Jasa : Dinas Pekerjaan Umum Kota Cimahi
2. Nama Paket Pekerjaan : UKL & UPL Pek. Pembangunan Rusunawa Leuwigajah
3. Lingkup Produk Utama : - Survey, pengambilan sampling dan analisis komponen lingkungan terkena dampak - Rekomendasi UKL - UPL ditandatangani oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Cimahi 4. Lokasi Kegiatan : Kota Cimahi
5. Nilai Kontrak : Rp. 49.885.000
6. No. Kontrak : -
7. Waktu Pelaksanaan : 01 Nopember 2011
8. Nama Pemimpin Kemitraan : -Alamat : -Negara Asal : -
9. Jumlah Tenaga Ahli : Tenaga Ahli Asing - OB Tenaga Ahli Indonesia 4 OB
10. Perusahaan Mitra Kerja Jumlah tenaga ahli Asing Indonesia
a. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulanb. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulanc. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Buland. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulan
Tenaga Ahli tetap yang terlibat : Posisi Keahlian Jumlah Orang Bulan
1. Ketua Tim Ahli Lingkungan 12. Tenaga Ahli Ahli Sipil 13. Tenaga Ahli Ahli Kesehatan Masyarakat 14. Tenaga Ahli Ahli Sosial Ekonomi Budaya 1
12
1. Pengguna Jasa : Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung
2. Nama Paket Pekerjaan : Penyusunan Dokumen UKL-UPL IPAL Tahu Kecamatan Cangkuang
3. Lingkup Produk Utama : - Survey, pengambilan sampling dan analisis komponen lingkungan terkena dampak - Rekomendasi UKL - UPL ditandatangani oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bandung 4. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Bandung
5. Nilai Kontrak : Rp. 34.542.750
6. No. Kontrak : -
7. Waktu Pelaksanaan : 30 Juni 2010 - 28 September 2010
8. Nama Pemimpin Kemitraan : -Alamat : -Negara Asal : -
9. Jumlah Tenaga Ahli : Tenaga Ahli Asing - OB Tenaga Ahli Indonesia 3 OB
10. Perusahaan Mitra Kerja Jumlah tenaga ahli Asing Indonesia
a. PT. Rencana Cipta Mandiri - Orang Bulan 1 Orang Bulanb. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulanc. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Buland. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulan
Tenaga Ahli tetap yang terlibat : Posisi Keahlian Jumlah Orang Bulan
1. Ketua Tim Ahli Lingkungan 12. Tenaga Ahli Ahli Sipil 13. Tenaga Ahli Ahli Kesehatan Masyarakat 14. Tenaga Ahli Ahli Sosial Ekonomi Budaya 1
13
1. Pengguna Jasa : Pemerintah Kab. Sukabumi Dinas Kepariwisataan Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga
2. Nama Paket Pekerjaan : Pekerjaan AMDAL Untuk Revitalisasi dan Pembangunan Sarana dan Prasarana Olahraga (GOR) Cisaat
3. Lingkup Produk Utama : - Sosialisasi : surat kabar setempat - Pertemuan Konsultasi Masyarakat / Konsultasi Publik - Penetapan KA ANDAL ditandatangani oleh Kepala BLH Kabupaten Sukabumi - Survey, pengambilan sampling dan analisis komponen lingkungan terkena dampak penting - Rekomendasi Kelayakan Lingkungan ANDAL, RKL dan RPL ditandatangani oleh Bupati Sukabumi
4. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Sukabumi
5. Nilai Kontrak : Rp. 148.830.000
6. No. Kontrak : -
7. Waktu Pelaksanaan : 2 Agustus 2010 - 2 Nopember 2010
8. Nama Pemimpin Kemitraan : -Alamat : -Negara Asal : -
9. Jumlah Tenaga Ahli : Tenaga Ahli Asing - OB Tenaga Ahli Indonesia 4 OB
10. Perusahaan Mitra Kerja Jumlah tenaga ahli Asing Indonesia
a. PT. Rencana Cipta Mandiri - Orang Bulan 1 Orang Bulanb. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulanc. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Buland. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulan
Tenaga Ahli tetap yang terlibat : Posisi Keahlian Jumlah Orang Bulan
1. Ketua Tim Ahli Lingkungan 12. Tenaga Ahli Ahli Sipil 13. Tenaga Ahli Ahli Kesehatan Masyarakat 14. Tenaga Ahli Ahli Sosial Ekonomi Budaya 15. Tenaga Ahli Ahli Biologi 1
14
1. Pengguna Jasa : Pemerintah Kab. Bandung Dinas Perumahan, Penataan Ruang Dan Kebersihan
2. Nama Paket Pekerjaan : Penyusunan UPL/UKL Air Bersih Program P2TPD
3. Lingkup Produk Utama : - Survey, pengambilan sampling dan analisis komponen lingkungan terkena dampak - Rekomendasi UKL - UPL ditandatangani oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bandung
4. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Bandung
5. Nilai Kontrak : Rp. 49.500,000
6. No. Kontrak : -
7. Waktu Pelaksanaan : 08 Oktober 2009 - 08 Desember 2009
8. Nama Pemimpin Kemitraan : -Alamat : -Negara Asal : -
9. Jumlah Tenaga Ahli : Tenaga Ahli Asing - OB Tenaga Ahli Indonesia 4 OB
10. Perusahaan Mitra Kerja Jumlah tenaga ahli Asing Indonesia
a. PT. Rencana Cipta Mandiri - Orang Bulan 1 Orang Bulanb. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulanc. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Buland. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulan
Tenaga Ahli tetap yang terlibat : Posisi Keahlian Jumlah Orang Bulan
1. Ketua Tim Ahli Lingkungan 12. Tenaga Ahli Ahli Sipil 13. Tenaga Ahli Ahli Kesehatan Masyarakat 14. Tenaga Ahli Ahli Sosial Ekonomi Budaya 1
15
1. Pengguna Jasa : Cisanggarung PPK-02 Perencana dan Program
2. Nama Paket Pekerjaan : Studi UKL dan UPL Sabo Dam Cibatu, Kab. Garut
3. Lingkup Produk Utama : - Survey, pengambilan sampling dan analisis komponen lingkungan terkena dampak - Rekomendasi UKL - UPL ditandatangani oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Garut
4. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Garut
5. Nilai Kontrak : Rp. 312.262.000
6. No. Kontrak : -
7. Waktu Pelaksanaan : 29 April 2009 - 29 Agustus 2009
8. Nama Pemimpin Kemitraan : -Alamat : -Negara Asal : -
9. Jumlah Tenaga Ahli : Tenaga Ahli Asing - OB Tenaga Ahli Indonesia 4 OB
10. Perusahaan Mitra Kerja Jumlah tenaga ahli Asing Indonesia
a. PT. Rencana Cipta Mandiri - Orang Bulan 2 Orang Bulanb. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulanc. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Buland. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulan
Tenaga Ahli tetap yang terlibat : Posisi Keahlian Jumlah Orang Bulan
1. Ketua Tim Ahli Sipil Bangunan Air 12. Tenaga Ahli Ahli Lingkungan 13. Tenaga Ahli Ahli Kesehatan Masyarakat 14. Tenaga Ahli Ahli Sosial Ekonomi Budaya 15. Tenaga Ahli Ahli Hidrologi 16. Tenaga Ahli Ahli Kimia - Fisik 17. Tenaga Ahli Ahli Biologi 1
16
1. Pengguna Jasa : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pemkot Cirebon
2. Nama Paket Pekerjaan : Review DED TPA Kopiluhur
3. Lingkup Produk Utama : - Survey, pengambilan sampling dan perencanaan TPA Kopiluhur - Dokumen Review DED TPA Kopiluhur disetujui oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pemkot Cirebon
4. Lokasi Kegiatan : Kota Cirebon
5. Nilai Kontrak : Rp. 93.775,000
6. No. Kontrak : -
7. Waktu Pelaksanaan : 25 Mei 2009 - 22 Agustus 2009
8. Nama Pemimpin Kemitraan : -Alamat : -Negara Asal : -
9. Jumlah Tenaga Ahli : Tenaga Ahli Asing - OB Tenaga Ahli Indonesia 4 OB
10. Perusahaan Mitra Kerja Jumlah tenaga ahli Asing Indonesia
a. PT. Rencana Cipta Mandiri - Orang Bulan 1 Orang Bulanb. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulanc. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Buland. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulan
Tenaga Ahli tetap yang terlibat : Posisi Keahlian Jumlah Orang Bulan
1. Ketua Tim Ahli Lingkungan 12. Tenaga Ahli Ahli Sipil 13. Tenaga Ahli Ahli Kesehatan Masyarakat 14. Tenaga Ahli Ahli Sosial Ekonomi Budaya 15. Tenaga Ahli Ahli Geodesi 1
17
1. Pengguna Jasa : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pemkot Bandung
2. Nama Paket Pekerjaan : Feasiblity Studi Dan Analisis Kajian Lingkungan RTH Eks TPA Cicabe
3. Lingkup Produk Utama : - Survey, pengambilan sampling dan analisis kajian lingkungan - Dokumen Feasiblity Studi Dan Analisis Kajian Lingkungan RTH Eks TPA Cicabe disetujui oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pemkot Bandung 4. Lokasi Kegiatan : Kota Bandung
5. Nilai Kontrak : Rp. 96.700,000
6. No. Kontrak : -
7. Waktu Pelaksanaan : 26 Mei 2009 - 26 Agustus 2009
8. Nama Pemimpin Kemitraan : -Alamat : -Negara Asal : -
9. Jumlah Tenaga Ahli : Tenaga Ahli Asing - OB Tenaga Ahli Indonesia 4 OB
10. Perusahaan Mitra Kerja Jumlah tenaga ahli Asing Indonesia
a. PT. Rencana Cipta Mandiri - Orang Bulan 1 Orang Bulanb. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulanc. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Buland. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulan
Tenaga Ahli tetap yang terlibat : Posisi Keahlian Jumlah Orang Bulan
1. Ketua Tim Ahli Lingkungan 12. Tenaga Ahli Ahli Tata Ruang Wilayah 13. Tenaga Ahli Ahli Kesehatan Masyarakat 14. Tenaga Ahli Ahli Sosial Ekonomi Budaya 15. Tenaga Ahli Ahli Biologi 1
18
1. Pengguna Jasa : PT. Nikomas Gemilang
2. Nama Paket Pekerjaan : Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak (AMDAL) Pembangunan Kawasan Industri Sepatu PT. Nikomas Gemilang
3. Lingkup Produk Utama : - Sosialisasi : surat kabar setempat - Pertemuan Konsultasi Masyarakat / Konsultasi Publik - Penetapan KA ANDAL ditandatangani oleh Kepala BLH Kabupaten Sukabumi - Survey, pengambilan sampling dan analisis komponen lingkungan terkena dampak penting - Rekomendasi Kelayakan Lingkungan ANDAL, RKL dan RPL ditandatangani oleh Bupati Sukabumi
4. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Sukabumi
5. Nilai Kontrak : Rp. 175.395,000
6. No. Kontrak : -
7. Waktu Pelaksanaan : 20 Juni 2009 - 20 September 2009
8. Nama Pemimpin Kemitraan : -Alamat : -Negara Asal : -
9. Jumlah Tenaga Ahli : Tenaga Ahli Asing - OB Tenaga Ahli Indonesia 4 OB
10. Perusahaan Mitra Kerja Jumlah tenaga ahli Asing Indonesia
a. PT. Rencana Cipta Mandiri - Orang Bulan 2 Orang Bulanb. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulanc. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Buland. ……………………………. - Orang Bulan - Orang Bulan
Tenaga Ahli tetap yang terlibat : Posisi Keahlian Jumlah Orang Bulan
1. Ketua Tim Ahli Lingkungan 12. Tenaga Ahli Ahli Sipil 13. Tenaga Ahli Ahli Kesehatan Masyarakat 14. Tenaga Ahli Ahli Sosial Ekonomi Budaya 15. Tenaga Ahli Ahli Biologi 16. Tenaga Ahli Ahli Lalu Lintas dan Transportasi 1
19
BAB 2. PENDEKATAN dan METODOLOGI
A. TANGGAPAN dan SARAN Terhadap KERANGKA ACUAN KERJA
A.1. Tanggapan dan Saran Secara Umum Terhadap KAK
Untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dilakukan pembangunan di segala
bidang. Salah satu modal pembangunan ialah sumberdaya alam. Sumberdaya alam
yang ada jumlahnya terbatas, maka perlu dilakukan pengelolaan sumberdaya guna
meningkatkannya. Salah satu usaha meningkatkan sumberdaya ialah dengan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan diupayakan agar terjadi kelestarian
sumberdaya untuk keperluan generasi sekarang dan mendatang. Salah satu upaya
pengelolaan sumberdaya alam ialah dengan mengembangkan sumberdaya air.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, konsultan akan tetap berpedoman pada lingkup
pekerjaan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja/Term Of Reference (KAK) pekerjaan
tersebut. Secara umum lingkup kegiatan yang diuraikan dalam KAK telah diuraikan
dan sesuai dengan tahapan kegiatan.
Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan dalam pelaksanaannya akan ada beberapa
aspek serta permasalahan yang harus disesuaikan dengan kondisi lokasi dan
keinginan dari masyarakat setempat serta kajian dari aspek lingkungan perlu
dijadikan bahan pertimbangan. Oleh karena setiap pembangunan sekarang ini harus
mengedepankan aspek lingkungan terutama aspek sosial masyarakat agar tidak
menimbulkan persepsi negatif di masyarakat. Sehingga keberhasilan pelaksanaan
pekerjaan ini akan dapat tercapai jika konsultan memahami dengan seksama
terhadap apa yang dimaksud di dalam Kerangka Acuan Kerja (Term of
Reference/TOR).
A.2. Tanggapan Terhadap Latar Belakang Pekerjaan
Pantai di Kabupaten Karangasem telah mengalami abrasi, dimana pada lokasi ini
merupakan daerah konsentrasi energi gelombang yang menghantam pantai,
sehingga mengakibatkan erosi pantai yang cukup besar. Hal ini akan mengancam
permukiman, pertanian, sarana dan prasarana jalan, tempat ibadah, obyek dan
fasilitas pendukung wisata, dan fasilitas umum lainnya. Pemerintah melalui
Kementeriaan Pekerjaan Umum akan melakukan upaya penanggulangan erosi
20
pantai. Namun untuk pengembangan lebih lanjut, perlu adanya perencanaan design
sehingga nantinya dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan sehingga hasil
pembangunan pengamanan pantai betul-betul tepat sasaran dan berwawasan
lingkungan.
Mengingat hal tersebut Pembangunan pengaman pantai sebagai prasarana
pengendalian abrasi pantai merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi
masalah tingginya tingkat abrasai pantai. Disamping itu, pembangunan pengaman
pantai merupakan suatu usaha konservasi kawasan pantai, Dimana pembangunan
yang akan dilakukan ini harus merupakan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan agar terjadi kelestarian sumberdaya untuk keperluan
generasi sekarang dan mendatang.
A.3. Tanggapan Terhadap Maksud dan Tujuan Pekerjaan
Mengingat bahwa pembangunan ini akan menimbulkan dampak yang cukup luas dan
berarti terhadap lingkungan, maka Penyusunan AMDAL merupakan suatu keharusan
untuk dikerjakan. Dimana dalam studi lingkungan ini akan mengkaji dengan
mendalam untuk mengetahui lebih awal dampak-dampak yang timbul dan
komponen-komponen lingkungan yang akan terkena dampak dari rencana
pembangunan yang akan dilaksanakan.
Melihat beberapa hal tersebut di atas maka maksud dari penyusunan AMDAL ini
adalah melaksanakan analisa mengenai dampak lingkungan akibat pelaksanaan
kegiatan Konservasi pantai Candidasa di Kabupaten Karangasem dengan analisa
dampak, evaluasi dampak dan renacana pengelolaan lingkungan serta rencana
pemantauan lingkungan untuk mewujudkan pembanguan pengaman pantai yang
berwawasan lingkungan.
Sedangkan tujuan penyusunan AMDAL itu sendiri adalah mengidentifikasi rencana
kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan dan
terpenuhinya persyaratan lingkungan untuk rencana Konservasi Pantai Candidasa di
Kabupaten Karangasem.
A.4. Tanggapan Terhadap Lingkup Pekerjaan
Konsultan menyadari bahwa keberhasilan pelaksanaan pekerjaan ini akan tercapai
jika memahami dengan seksama terhadap apa yang dimaksud di dalam Kerangka
Acuan Kerja. Dengan demikian keseluruhan lingkup pekerjaan yang masuk
didalamnya bisa terlaksana sepenuhnya dengan baik, dan sasaran dari pekerjaan
21
yang diharapkan bisa tercapai dengan tepat waktu. Dan konsultan cukup memahami
apa yang disajikan dalam KAK, maupun penjelasan-penjelasan yang disampaikan
dalam rapat penjelasan yang telah dilakukan.
Jenis-jenis kegiatan yang harus dilaksanakan dalam studi ini telah dijabarkan secara
rinci dalam KAK. Dan setelah mempelajari, maka Konsultan menanggapi bahwa
sebenarnya item pekerjaan yang tercantum dalam KAK cukup banyak dan cukup
luas, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan nantinya konsultan akan lebih cermat
dalam menentukan metode pelaksanaan agar semua item kegiatan yang harus
terlaksana tidak ada yang terlewatkan atau item pekerjaan yang tumpang tindih.
Dengan demikian keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan studi ini dapat tercapai
sesuai dengan alokasi waktu, biaya dan mutu pekerjaan.
A.6. Tanggapan Terhadap Waktu
Dalam Kerangka Acuan Kerja telah ditetapkan bahwa jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan ini adalah 5 (lima) bulan atau 150 (seratus lima puluh) hari kalender
memang terlihat cukup pendek apalagi melihat volume pekerjaan yang meliputi kajian
semua aspek baik teknis, lingkungan dan ekonomi. Akan tetapi dengan pengalaman
konsultan dengan dalam penanganan dan dukungan Tenaga Ahli yang cukup
berpengalaman dalam bidangnya, maka konsultan dalam hal ini akan menerapkan
strategi penanganan pekerjaan secara terperogram dan terkoordinasi.
Untuk mengantisipasi padatnya kegiatan yang harus dilakukan oleh konsultan, maka
dalam penyusunan Bagan Alir dan Jadwal Pelaksanaan, Jadwal Personil dan Jadwal
Penggunaan Alat harus sangat hati-hati dan harus konsekuen dengan Jadwal
masing-masing, agar tidak terdapat kegiatan yang mundur. Apabila ada kegiatan
yang mundur maka semua kegiatan yang telah disusun tidak akan berjalan sesuai
dengan kehendak.
Konsultan akan berusaha memanfaatkan sebaik mungkin waktu yang disediakan
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kualitas seperti yang diharapkan, dengan
dukungan dari berbagai pihak yang terkait dengan pekerjaan ini.
A.7. Tanggapan dan Saran Terhadap Personil/Fasilitas Pendukung dari PPK
Uraian mengenai Tenaga Ahli seperti yang disyaratkan dalam KAK, baik mengenai
jenis keahlian, maupun kualifikasi pendidikan, serta pengalaman personil, menurut
Konsultan telah sesuai dengan lingkup kegiatan yang dituntut dalam studi ini. Dalam
22
hal ini konsultan akan mengusulkan Tenaga Ahli dengan pendidikan (S1) sesuai
bidang keahliannya, bersetifikat sebagai Tenaga Ahli yang dikeluarkan Asosiasi
Keahlian atau Badan/Lembaga yang berwenang serta memiliki pengalaman sesuai
bidang keahlian untuk menangani pekerjaan sejenis.
Dalam hal fasilitas, untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan ini, pihak proyek
telah menyediakan fasilitas meliputi:
Pemberian surat pengantar untuk operasional maupun koordinasi dan dukungan
dengan instansi terkait.
Peminjaman referensi yang ada pada proyek.
Pemberian informasi mengenai ketentuan yang berkaitan dengan pekerjaan
Kewajiban Konsultan.
Menyediakan tenaga ahli sesuai dengan keperluan studi / pekerjaan.
Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan KAK, serta peraturan lain yang akan di
sepakati bersama.
Menyediakan fasilitas transportasi sesuai keperluan.
Menyediakan biaya mobilisasi dan demobilisasi tenaga dari dan ke lokasi
pekerjaan.
Konsultan menanggapi bahwa kebutuhan akan fasilitas dan peralatan yang
disediakan oleh pihak pemrakarsa pekerjaan sangat erat hubungannya dengan
kelancaran pekerjaan, sehingga tidak ada kendala peralatan dan fasilitas yang
dihadapi oleh pelaksana pekerjaan pada saat pelaksanaan nantinya.
23
B. PENDEKATAN dan METODOLOGI
B.1. Umum
Pulau Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata international di Indonesia.
Industri pariwisata di Bali merupakan salah satu tulang punggung perekonomian
nasional yang cukup besar. Sebagian dari pusat-pusat pariwisata di Pulau Bali
berkembang pesat di daerah pantai. Akhir-akhir ini masalah yang muncul didaerah
pantai tersebut, tidak hanya erosi yang mengakibatkan mundurnya garis pantai, atau
munculnya tanah timbul sehingga garis pantai maju secara tidak terkontrol, tetapi juga
pemanfaatan daerah pantai yang belum mempertimbangkan sumber daya alam yang
profesional. Dalam penanganan masalah erosi pantai dan muara sungai yang meliputi
segala aspek maka diperlukan perencanaan yang terpadu dan menyeluruh.
Pantai di Kabupaten Karangasem telah mengalami abrasi, dimana pada lokasi ini
merupakan daerah konsentrasi energi gelombang yang menghantam pantai, sehingga
mengakibatkan erosi pantai yang cukup besar. Hal ini akan mengancam permukiman,
pertanian, sarana dan prasarana jalan, tempat ibadah, obyek dan fasilitas pendukung
wisata, dan fasilitas umum lainnya. Pemerintah melalui Kementeriaan Pekerjaan
Umum akan melakukan upaya penanggulangan erosi pantai. Namun untuk
pengembangan lebih lanjut, perlu adanya perencanaan design sehingga nantinya
dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan sehingga hasil pembangunan pengamanan
pantai betul-betul tepat sasaran dan berwawasan lingkungan.
Tujuan dan manfaat pembangunan tidak semata-mata untuk kepentingan ekonomi
melainkan pembangunan kesejahteraan dan budaya yang peduli terhadap masalah –
masalah lingkungan. Manfaat bagi warga menuju pada keseimbangan kesejahteraan
raga dan jiwa (balanced needs between the body and the mind). Antara sisi konstruksi
dan produk harus memperhatikan dan memperhitungkan daya dukung (carrying
capacity) tidak saja daya dukung secara ekonomis melainkan juga daya dukung
sosial, budaya, serta lingkungan. Pemerintah menyadari sepenuhnya bahwa
pelaksanaan pembangunan di segala bidang haruslah dilaksanakan secara bijaksana
dengan mengembangkan sistem pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan
tetap memperhatikan Kepentingan-kepentingan pelestarian sumber daya alam dan
lingkungan hidup serta mengendalikan adanya pencemaran. Dalam hubungan dengan
pembangunan pengaman pantai dan upaya menekan timbulnya dampak penting
terhadap pencemaran lingkungan maka dipandang perlu pemrakarsa kegiatan
menyusun Upaya Pengolahan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
Prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan hidup seperti yang dirumuskan dalam undang-
24
undang Nomor 23 tahun 1997 yang mengacu pada pengertian pengelolaan
lingkungan meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengedalian lingkungan hidup dapat
dilaksanakan dengan baik.
Studi AMDAL kegiatan pembangunan pengamanan pantai mengacu pada pada
Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL).
Penyusunan AMDAL ini mengacu pada ketentuan perundangan-undangan sebagai
berikut:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM)
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 181/KPTS/M/2005.
Surat Edaran Bersama Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor
1203/D.II/03/2000 SE-38/A/2000 Tanggal 17 Maret 2000 Tentang Petunjuk
penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk jasa konsultansi (Biaya
Langsung Personil (Remuneration) dan Biaya Langsung Non Personil (Direct
Reimbursable Cost).
Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum no 22/SE/M/2007 tentang Pedoman
Besaran Biaya Personil dalam Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) /
Rencana Anggaran Biaya (RAB) Paket Pekerjaan Konsultasi di Lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Beserta Pelaksanaannya.
Peraturan Menteri PU No. 46/PRT/1990 tentang Pedoman Teknis AMDAL
Proyek-proyek di Lingkungan Pekerjaan Umum.
Keputusan Menteri PU No. 506/KPTS/1991, Tentang Pedoman Tata Laksana
AMDAL Proyek-proyek di Lingkungan Pekerjaan Umum.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 10/MENLH/8/1994 tentang
Pedoman Penentuan Dampak Penting.
25
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14/MENLH/3/1994, tentang
Pedoman Umum Penyusunan Analisa Dampak Lingkungan.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12/MENLH/3/1996, tentang
Pedoman Umum RKL dan RPL.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 39/MENLH/8/1996, tentang
Jenis Usaha atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
Berbagai ketentuan tersebut di atas mewajibkan pihak pemrakarsa rencana kegiatan
untuk melakukan studi AMDAL. Di samping itu, ketentuan tersebut juga akan
digunakan sebagai acuan dalam penyusunan rencana pengelolaan lingkungan hidup
dan rencana pemantauan lingkungan hidup.
B.1.1. Nama Pekerjaan
Nama Pekerjaan ini adalah AMDAL Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten
Karangasem.
B.1.2. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan AMDAL Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten Karangasem
adalah di pantai candidasa Kabupaten Karangasem.
B.1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud Kegiatan
Maksud dari pekerjaan ini adalah melaksanakan analisa mengenai dampak
lingkungan akibat pelaksanaan Konservasi Pantai Candidasa di Kab. Karangasem
dengan analisa dampak, evaluasi dampak dan rencana pengelolaan lingkungan serta
rencana pemantauan lingkungan
Tujuan Kegiatan
Mengidentifikasikan rencana kegiatan proyek yang berpotensi menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan.
Mengidentifikasikan komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena
dampak penting akibat kegiatan proyek.
Memprakirakan mengevaluasi rencana kegiatan proyek yang menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan.
26
Merumuskan saran dan tindak lanjut dalam upaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang berupa Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL).
B.1.4. Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
Untuk pelaksanaan pekerjaan AMDAL Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten
Karangasem disediakan waktu tidak lebih dari 5 (lima) bulan atau 150 (seratus dlima
puluh) hari termasuk mobilisasi terhitung setelah ditetapkan Surat Perintah Mulai Kerja
oleh Kepala Satuan Kerja.
B.1.8. Kegiatan Yang Dilaksanakan
Uraian Kegiatan dan Keluaran
Berikut ini uraian kegiatan yang harus dilakukan dalam penyusunan Dokumen
AMDAl Konservasi Pantai Candidasa di Kab. Karangasem yang terdiri dari ;
1. Dokumen Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL)
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
5. Dokumen Ringkasan Eksekutif
Sedangkan tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan dalam menyusun dokumen
AMDAL tersebut diatas, adalah sebagai berikut :
1. Survey Pendahuluan
Kegiatan ini diperlukan agar Konsultan mempunyai gambaran tentang lokasi studi,
kondisi tapak proyek, pengumpulan data primer dan sekunder, koordinasi dengan
instansi yang bertanggung jawab dan instansi terkait serta sebagai bahan
masukan untuk proses pelingkupan (scoping).
2. Melaksanakan Sosialisasi AMDAL
Tujuan dilaksanakan sosialisasi adalah mengakomodasi keterlibatan masyarakat
dan keterbukaan informasi dalam proses AMDAL.
Instansi yang bertanggung jawab dan dibantu Konsultan meliputi :
Mengumumkan rencana usaha dan/atau kegiatan sebelum dimulai
penyusunan dokumen AMDAL melalui media masa, papan pengumuman.
Menyelenggarakan konsultansi publik kepada warga masyarakat yang
berkepentingan dalam penyusunan dokumen Kerangka Acuan ANDAL.
Memberikan informasi mengenai dokumen KA-ANDAL, ANDAL, RKL, dan
RPL.
27
Menanggapi saran, pednapat dan tanggapan yang disampaikan oleh warga
masyarakat yang berkepentingan.
3. Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL)
Dalam menyusun dokumen KA-ANDAL perlu mempertimbangkan faktor-faktor
sebagai berikut :
a. Keanekaragaman
ANDAL bertujuan menduga kemungkinan terjadinya dampak dari suatu
rencana dan kegiatan terhadap lingkungan hidup. Keanekaragaman rencann
usaha dan kegiatan serta rona lingkungan hidup, menyebabkan kemungkinan
timbulnya suatu dampak terhadap lingkungan hidup akan berbeda-beda pula.
Dengan adanya Kerangka Acuan ANDAL diharapkan dapat memberikan
arahan tentang komponen kegiatan dan komponen rona lingkungan yang
harus ditelaah dan diamati dalam penyusunan ANDAL.
b. Keterbatasan Sumber Daya
Penyusunan ANDAL seringkali dihadapkan pada keterbatasan sumber daya,
seperti keterbatasan waktu, dana, tenaga dan metoda. Dengan adanya KA –
ANDAL akan menyesuaikan ketegasan tentang bagaimana menyesuaikan
tujuan dan hasil yang ingin dicapai dalam penyusunan ANDAL dengan
keterbatasan sumber daya tanpa mengurangi mutu pekerjaan ANDAL.
4. Sidang Pembahasan/Presentasi Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL)
Sidang Pembahasan Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL) dilaksanakan setelah
draft KA-ANDAL tersebut telah diselesaikan dan diserahkan kepada Komisi
AMDAL. Apabila dokumen KA-ANDAL tersebut ke Komisi Penilai AMDAL secara
administrasi sudah lengkap, maka dokumen tersebut siap dan layak
dipresentasikan dinilai di hadapan Komisi Penilai AMDAL dan masyarakatv yang
berkepentingan.
5. Survey Pengumpulan Data
Survey pengumpulan data yang dilaksanakan merupakan suvey lanjutan untuk
mendapatkan data primer maupun sekunder untuk menyusun dokumen ANDAL.
Jenis maupun jumlah yang dibutuhkan di dalam pengumpulan data primer
merupakan data-data yang sudah disepakati di dalam dokumen Kerangka Acuan
ANDAL demikian pula, untuk data sekunder.
6. Pengolahan dan Analisis Data
28
Dalam tahap ini dilakukan pengolahan dan analisis data primer dan sekuner
sesuai dengan metode analisis yang dicantumkan dalam KA-ANDAL. Demikian
pula terhadap sampel-sampel yang perlu dianalisis di laboratorium. Dalam
melakukan analisis data, diharapkan berpedoman pada Pedoman Teknis
Penyusunan AMDAL untuk melaksanakan identifikasi dampak, dapat mengunakan
Matriks Interaksi dan Flow Chart (Bagan Alir), serta metode yang lain, sedangkan
proses pelingkupan juga dilaksanakan pada tahap identifikasi ini, sehingga
diperoleh dampak penting (hipotik), dan isu-isu pokok yang diprakirakan akan
terjadi. Adapun untuk prakiraan dampak, akan dilakukan berdasarkan besarana
(magnitude) perubahan komponen lingkungan akibat adanya kegiatan proyek dan
berdasarkan perbandingan tingkat kepentingan nilai parameter lingkungan hidup
dengan nilai ambang batas. Untuk mengevaluasi dampak bersifat langsung atau
tidak langsung, sinergis atai antagonis, kumulatif atau tidak.
1) Kegiatan yang Harus Ditelaah Dampaknya
a. Tahap pra-Konstruksi
b. Tahap Konstruksi
c. Tahap Pasca-Konstruksi
2) Komponen Lingkungan Yang Ditelaah
Komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak akibat kegiatan proyek
meliputi : komponen biogeofisik – kimia, sosial ekonomi dan budaya serta
sarana dan prasarana umum di sekitar lokasi proyek. Secara rinci, komponen
lingkungan pada masing-masing aspek yang dipandang relevan ditelaah dalam
Penyusunan AMDAL Konservasi Pantai Candidasa di Kab. Karangasem
meliputi :
a. Aspek Biogeofisik – Kimia
Hidrologi
Fisiografi, morfologi, topografi dan struktur geologi.
Ruang, Lahan dan Tanah meliputi penggunaan ruang (tata ruang), tata
guna lahan serta jenis dan sifat fisik kimia tanah pada tapak proyek.
Biologi meliputi meliputi inventarisasi jenis, komposisi, nilai ekologis dan
penyebaran flora/ fauna terutama yang dilindungi baik di darat maupun
di air (aquatik).
b. Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya
1) Kependudukan
2) Faktor Ekonomi : Kegiatan perekonomian masyarakat yang menonjol
dalam kaitannya dengan ekonomi setempat maupun regional, lapangan
29
usaha dan mata pencaharian masyarakat yang utama/ dominan di
sekitar lokasi studi.
3) Sosial Budaya
Kondisi kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan di wilayah
studi, termasuk jenis-jenis penyakit yang sering terjadi maupun vector
bpenyakit yang ada.
Sikap dan persepsi masyarakat terhadap kehadiran proyek.
Perubahan sosial yang terjadi dan yang diperkirakan akan terjadi
akibat kehadiran proyek.
Kegiatan masyarakat setempat yang berkaitan dengan keberadaan
proyek seperti kegiatan adat istiadat dan aktivitas masyarakat.
Keberadaan peninggalan sejarah yang bersinggungan langsung
dengan aktivitas proyek.
c. Sarana dan Prasarana Umum
Mencakup inventarisasi dan analisis jumlah dan lokasi sarana/ prasarana
umum di wilayah studi, antara lain : jalur transportasi darat, pelabuhan laut
dan sarana/prasarana perekonomian dll.
3) Prakiraan dan Evaluasi Dampak
Perkiraan dampak ditekankan pada pengaruh rencana kegiatan terhadap
komponen lingkungan baik fisik kimia, biotis maupun sosekbudkes. Metode
perkiraan dampak vpada keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan
Hidup (KLH), tentang Pedoman Penentuan Dampak Penting. Didalam dampak
penting dari suatu kegiatan ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut :
Jumlah Manusia yang terkena dampak
Luas wilayah persebaran dampak
Lamanya dampak berlangsung
Intensitas Dampak
Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak
Sifat kumulatif dampak
Berbalik atau tidak berbaliknya dampak tersebut
Berdasarkan hal tersebut diatas maka metode perkiraan digunakan dalam studi ini
bersifat informal yaitu metode perkiraan dan profesional judgement berdasarkan
profesi yang dimiliki pakar. Selanjutnya hasil dari penggunaan metode tersebut
digambarkan dalam matrik sederhana yang menunjukan interaksi antara
komponen lingkungan yang terkena dampak.
30
Adapun evaluasi dampak didasarkan atas intensitas dampak serta derajat
pentingnya dampak yang terjadi. Dari hasil penelitian tersebut akan dapat
diketahui komponen kegiatan mana yang menimbulkan dampak dan komponen
lingkungan mana yang terkena dampak paling besar. Selanjutnya dapat
memberikan rekomendasi rencana kegiatan yang akan dilaksanakan perlu adanya
evaluasi dampak secara holistik dengan menialai dampak yang terjadi terhadap
semua komponen lingkungan secara integrasi dan menyimpulkan pengaruh
keberadaan proyek tersebut.
7. Penyusunan Dokumen ANDAL RKL dan PRL
Penyusunan draft dokumen ANDAL dapat dilakukan lebih awal tanpa harus
menunggu proses pengolahan data dan selesainya uji laboratorium dan siap
dipresentasikan apabila secara teknis dan administrative sudah lengkap. Rencana
Pengelolan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
hendaknya disusun dengan memperhatikan pendekatan-pendekatan teknis,
ekonomis dan kelembagaan dengan mengacu pada hasil studi evaluasi
lingkungan yang telah dilakukan, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
RKL hendaknya berisi ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan dampak
berdasarkan hasil kajian terhadap lingkungan dan ditulis secara singkat dan
jelas bersifat instruktif dan berisi ketentuan antara lain :
Jenis dampak yang harus dikelola
Tata cara atau teknik pengolahannya
Lingkup tugas dan tanggung jawab pemrakarsa dan instansi terkait
Sumber dana
2) Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
RPL hendaknya berii tentang ketentuan-ketentuan pokok pemantauan hasil
pelaksanaan RKL dan ditulis secara singkat dan jelas, dan bersifat instruktif
serta berisi :
Komoponen lingkungan yang dipantau
Tata cara pemantauan yang mencakup lokasi dan periode atau lamanya
waktu pemantauan
Lingkup tugas dan tanggung jawab pmerakarsa dan instansi terkait.
8. Sidang Pembahasan/Penilaian Dokumen ANDAL, RKL dan RPL
31
Sidang pembahasan/penilaian dokumen ANDAL, RKL dan RPL dihadapan Komisi
Penilai AMDAL dan masyarakat yang berkepentingan apabila dokumen - dokumen
tersebut telah diserahkan dan secara administrasi telah dinyatakan lengkap dan
layak untuk dinilai.
9. Penyusunan Laporan Akhir Dokumen ANDAL, RKL dan RPL
Draft dokumen ANDAL, RKL dan RPL yang telah dinilai oleh Komisi AMDAL
selanjutnya diperbaiki, dan hasil perbaikan dokumen-dokumen tersebut
merupakan laporan akhir untuk mendapatkan rekomendasi kelayakan dari Bupati.
B.3. Pebdekatan Studi Penyusunan AMDAL
A. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Prinsip-prinsip umum pembangunan berkelanjutan dalam sistem pengaturan
sumberdaya alam yang mengalami perkembangan yang cepat sejak Deklarasi
Stockholm – 72, kemudian berkembang dan diperluas dalam Deklarasi Rio pada
tahun 1992, dan kemudian mencapai puncaknya pada Deklarasi Johannesburg pada
tahun 2002. Diantara prinsip-prinsip umum pembangunan berkelanjutan adalah
sebagai berikut:
a. Kewajiban yang dimuat dalam Prinsip 21 Deklarasi Stockholm dan prinsip 2
Deklarasi Rio yang mengatur hak berdaulat negara atas sumberdaya alam dan
tanggungjawab negara untuk mencegah dampak lingkungan yang bersifat lintas
batas batas negara;
b. Prinsip melakukan tindakan pencegahan (the principle of prevention action);
c. Prinsip bertetangga yang baik dan kewajiban melakukan kerjasama internasional;
d. Prinsip pembangunan berkelanjutan (the principle of sustainable development);
e. Prinsip kehati-hatian (the precautionary principle);
f. Prinsip pencemar membayar (the polluter – pays principle); dan
g. Prinsip kebersamaan dengan tanggungjawab yang berbeda (the principle of
common but differentiated responsibility).
Konsep berkelanjutan ini setidaknya mengandung dua dimensi, yaitu dimensi waktu
karena berkelanjutan yang tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi di masa
mendatang, dan dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem sumberdaya
alam dan lingkungan (Heal, 1998 dalam Fauzi, 2004). Pezzey (1992) melihat aspek
keberlanjutan dari sisi yang berbeda. Dia melihat bahwa keberlanjutan memiliki
32
pengertian statik dan dinamik. Keberlanjutan statik diartikan sebagai pemanfaatan
sumberdaya alam terbarukan dengan laju teknologi yang konstan, sementara
keberlanjutan dinamik diartikan sebagai pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak
terbarukan dengan tingkat teknologi yang terus berubah (Fauzi, 2004). Dalam
kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan, terdapat dua kaidah yang harus
diperhatikan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, yaitu (Pearce dan
Turner, 1990):
a. Untuk sumberdaya alam yang terbarukan (renewable resources) dinyatakan
bahwa laju pemanenan harus lebih kecil atau sama dengan laju regenerasi
(produksi lestari).
b. Untuk masalah lingkungan dinyatakan bahwa laju pembuangan (limbah) harus
lebih kecil atau setara dengan kapasitas asimilasi lingkungan.
Aspek operasional dari konsep keberlanjutan ini dapat dipahami lebih jauh dengan
adanya lima alternatif pengertian sebagaimana yang diuraikan Perman, (1996) dalam
Fauzi (2004), sebagai berikut:
a. Suatu kondisi dikatakan berkelanjutan (sustainable) jika utilitas yang diperoleh
masyarakat tidak berkurang sepanjang waktu dan konsumsi tidak menurun
sepanjang waktu (non-declining consumption).
b. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam dikelola sedemikian rupa
untuk memelihara kesempatan produksi di masa mendatang.
c. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam (natural capital stock)
tidak berkurang sepanjang waktu (non-declining).
d. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam dikelola untuk
mempertahankan produksi jasa sumberdaya alam.
e. Keberlanjutan adalah kondisi dimana kondisi minimum keseimbangan dan daya
tahan (resilience) ekosistem terpenuhi.
Selain definisi operasional diatas, Haris (2000) dalam Fauzi (2004) melihat bahwa
konsep keberlanjutan dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, yaitu:
a. Keberlanjutan ekonomi, yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu
menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan
pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat
merusak produksi.
33
b. Keberlanjutan lingkungan: Sistem yang berkelanjutan secara lingkungan harus
mampu memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari eksploitasi
sumberdaya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga
menyangkut pemeliharaan keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara, dan
fungis ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi.
c. Keberlanjutan sosial: Keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang
mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan social termasuk kesehatan,
pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.
Menurut Munasinghe (1993), pembangunan berkelanjutan mempunyai tiga tujuan
utama, yaitu: tujuan ekonomi (economic objective), tujuan ekologi (ecological
objective) dan tujuan sosial (social objective). Tujuan ekonomi terkait dengan
masalah efisiensi (efficiency) dan pertumbuhan (growth); tujuan ekologi terkait
dengan masalah konservasi sumberdaya alam (natural resources conservation); dan
tujuan sosial terkait dengan masalah pengurangan kemiskinan (poverty) dan
pemerataan (equity). Dengan demikian, tujuan pembangunan berkelanjutan pada
dasarnya terletak pada adanya harmonisasi antara tujuan ekonomi, tujuan ekologi
dan tujuan sosial. Menurut ASCE (1998) keberlanjutan adalah keberfungsian suatu
sistem saat ini dan yang akan datang dengan memperhatikan aspek lingkungan,
sosial, ekonomi, dan teknologi. Keberlanjutan banyak dipengaruhi oleh variabel
variabel teknis dan non teknis (Choguill, 1996).
B. Kebijakan Lingkungan Terkait dengan Penyusunan Dokumen AMDAL
Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan
aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk
menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
Namun kegiatan pembangunan juga mengandung risiko terjadinya pencemaran dan
kerusakan lingkungan. Kondisi ini dapat mengakibatkan daya dukung, daya tampung,
dan produktivitas lingkungan hidup menurun yang pada akhirnya menjadi beban
sosial. Oleh karena itu, lingkungan hidup Indonesia harus dilindungi dan dikelola
dengan baik berdasarkan asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas
keadilan. Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup harus dapat memberikan
kemanfaatan ekonomi, sosial, dan budaya yang dilakukan berdasarkan prinsip
34
kehati-hatian, demokrasi lingkungan, desentralisasi, serta pengakuan dan
penghargaan terhadap kearifan lokal dan kearifan lingkungan. Penggunaan sumber
daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi Iingkungan hidup.
Sebagai konsekuensi dari kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan
harus dijiwai oleh kewajiban melakukan pelestarian lingkungan hidup dan
mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Kebijakan lingkungan hidup bertitik tolak dari Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) yang mencantumkan bahwa hakekat pembangunan Indonesia adalah
pembangunan untuk manusia seutuhnya dengan ciri-ciri pokok-pokok keselarasan
hubungan antara manusia dengan Tuhan Maha Pencipta, antara manusia dengan
masyarakat dan antara manusia dengan lingkungan alam. Jadi, apapun yang kita
bangun, arah pembangunan tersebut tidak boleh melepaskan diri dari tujuan
membentuk manusia seutuhnya.
Implementasi adanya kebijakan lingkungan hidup telah ditandai dengan adanya
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Sebagai pelaksanaan dari UU tersebut dikeluarkanlah Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Menurut peraturan, kegiatan yang diprakirakan berpotensi memberikan dampak
terhadap lingkungan meliputi :
1. Perubahan bentuk alam dan bentang alam.
2. Eksploitasi sumberdaya alam baik yang terbaharui
maupun yang tidak terbaharui.
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat
menimbulkan pemborosan, pencemaran, kerusakan lingkungan hidup serta
kemerosotan sumberdaya alam dalam pemanfaatannya.
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat
mempengaruhi alam, lingkungan buatan serta lingkungan sosial budaya.
5. Proses dan kegiatan hasilnya akan dapat
mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumberdaya alam dan / atau
perlindungan cagar budaya.
6. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan
jasad renik.
7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non
hayati.
35
8. Penerapan teknologi yang diprakirakan mempunyai
potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan.
9. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan / atau
mempengaruhi pertahanan negara.
Secara bertahap pula, Pemerintah Pusat telah mendelegasikan wewenangnya
kepada Pemerintah Daerah dalam pemeliharaan lingkungan hidup dan pengelolaan
sumber daya alam secara selektif sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-
Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Mendayagunakan sumber
daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan memperhatikan
kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan berkelanjutan,
kepentingan sosial- ekonomi dan budaya masyarakat lokal serta penataan ruang.
Sebagai pemrakarsa dari kegiatan Konservasi Pantai Candidasa di Kab.
Karangasem, maka terdapat beberapa kebijakan pengelolaan lingkungan dan upaya–
upaya yang harus dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Bali-Penida yaitu sebagai
berikut :
Setiap kegiatan yang menyangkut kepentingan orang
banyak atau masyarakat luas maka dalam penggunaan sumber daya alam harus
diikuti dengan usaha / langkah yang mendukung kegiatan dan kepentingan
masyarakat di sekitar proyek.
Setiap kegiatan yang menyangkut eksploitasi sumber
daya alam atau penurunan tingkat produktivitas SDA harus diikuti / diimbangi
dengan tindakan pembinaan, peremajaan, dan pembinaan secara fisik.
Selalu memperhatikan kelestarian ekologi dan
kepentingan ekonomi secara seimbang.
Senantiasa melakukan evaluasi dan peninjauan
terhadap kegiatan yang telah dilakukan demi terlaksananya kebijakan-kebijakan
pembangunan yang baik dan berwawasan lingkungan.
C. Pendekatan Studi Penyusunan Dokumen AMDAL
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian lingkungan
hidup yang digunakan untuk memprakirakan dampak penting terhadap lingkungan
dari suatu rencana kegiatan. Hasil AMDAL dimaksudkan untuk memberi arahan bagi
pihak perancang rencana kegiatan untuk mengendalikan dampak lingkungan yang
diperkirakan terjadi. Dengan demikian, rencana kegiatan akan menjadi lebih ramah
lingkungan dan lebih dapat diterima masyarakat sekitar. Hasil AMDAL juga menjadi
36
dasar bagi pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang tentang suatu
rencana kegiatan dan memberi jaminan kepada pemberi izin bahwa dampak
lingkungan dari rencana kegiatan dapat dan akan ditanggulangi. AMDAL sebaiknya
dilakukan pada tahap awal perencanaan rencana kegiatan, sebelum diselesaikannya
rancang-bangun rinci (detailed engineering design), agar semua hasil AMDAL dapat
menjadi masukan bagi rancang-bangun rinci.
Proses AMDAL akan menghasilkan 4 (empat) buah dokumen utama sebagai berikut,
1. Laporan Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL) yang menjelaskan lingkup kajian
dampak lingkungan hidup yang akan dilakukan. Hasil penilaian dokumen KA-
ANDAL adalah sebuah kesepakatan antara pemrakarsa dengan pemerintah
tentang apa yang akan dikaji dalam tahap ANDAL.
2. Laporan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) yang menuangkan hasil
kajian antara lain tentang prakiraan dan evaluasi dampak penting yang dilakukan
dalam studi ANDAL. Laporan ini ditutup dengan pembahasan tentang dampak-
dampak yang dianggap penting serta arahan untuk pengelolaan dampaknya.
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) yang dikembangkan
berdasarkan arahan dalam ANDAL dan berisi uraian tentang bagaimana dampak
penting negatif akan diminimalisasi dan dampak penting positif akan dioptimalkan
pengaruhnya.
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) berisi uraian tentang
bagaimana dampak-dampak penting akan dipantau untuk memastikan bahwa
pengaruhnya pada lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dapat teratasi.
37
Gambar 2.1 Proses AMDAL Yang Menggambarkan Dokumen Lingkungan dan
Penilaiannya
Disamping itu, terdapat dokumen Ringkasan Eksekutif yang merupakan ringkasan
dari dokumen ANDAL dan RKL/RPL. Dokumen Ringkasan Eksekutif, ANDAL, dan
RKL/RPL digunakan sebagai dasar bagi intansi pemerintah yang berwenang untuk
mengambil ke-putusan tentang layak-tidaknya suatu rencana kegiatan dari segi
lingkungan hidup. Selain itu, dokumen-dokumen ini juga dimanfaatkan oleh
pemrakarsa untuk merancang kegiatan yang berwawasan lingkungan.
Dokumen Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL) memegang peranan yang sangat
penting dalam proses AMDAL karena dalam dokumen inilah pemrakarsa
menuangkan niatnya melakukan kajian ANDAL dan menjelaskan apa saja yang akan
dikaji. Untuk menentukan apa yang akan dikaji, akan dilakukan suatu tahap yang
disebut pelingkupan.
D. TUJUAN PELINGKUPAN
Seperti halnya dengan kajian-kajian yang lain, kajian ANDAL membutuhkan fokus
yang jelas, batasan yang pasti, dan mengikuti rambu-rambu yang disepakati. Fokus
38
dan batasan itu ditentukan sebelum kajian dilaksanakan, yaitu pada tahap
merancang kajian. Tanpa rancangan kajian yang jelas, kajian dampak lingkungan
(ANDAL) berpotensi menjadi sebuah kajian tidak berarah yang kemudian tidak ada
nilai dan manfaatnya. Rancangan kajian ANDAL itulah yang dikenal sebagai ‘lingkup
studi ANDAL’ dan merupakan hasil proses pelingkupan. Dengan kata lain,
pelingkupan bertujuan untuk merancang kajian ANDAL agar menjadi kajian yang
tepat sasaran.
Pada umumnya, sebuah rancangan kajian ilmiah harus menjawab pertanyaan Apa
yang dikaji? Dimana dan kapan kajian dilakukan? Bagaimana kajian akan
dilakukan? Siapa saja yang terlibat dalam kajian? Oleh karena itu, rancangan suatu
kajian ANDAL harus meliputi:
fokus kajian, terutama dampak-dampak penting yang diperkirakan akan terjadi
lokasi dimana kajian akan dilakukan
kapan kajian akan dilakukan
metode studi dan
tenaga ahli apa saja yang akan dilibatkan dalam kajian
Rancangan kajian ANDAL yang baik akan memberi manfaat tambahan bagi
pelaksanaan AMDAL, yaitu dalam hal pemakaian biaya, tenaga, dan waktu secara
efektif dan efisien.
Pada akhir proses Pelingkupan akan dihasilkan sejumlah pernyataan yang
membentuk rancangan kajian ANDAL, yaitu:
pernyataan-pernyataan tentang dampak yang akan dikaji dalam ANDAL, dikenal
dengan sebutan “dampak penting hipotetik”. Dampak-dampak ini, berdasarkan
hipotesa (dugaan awal), diperkirakan akan terjadi dan memerlukan kajian yang
mendalam untuk membuktikan dugaan tersebut; dan
penentuan lokasi dan waktu kajian ANDAL yang menggambarkan wilayah-
wilayah dimana kajian terhadap dugaan dampak akan dilakukan serta faktor
waktu yang berkaitan dengan kajian dampak.
Kedua hasil pelingkupan di atas kemudian dipakai untuk menentukan metodologi
studi serta tenaga ahli yang akan dilibatkan dalam ANDAL.
E. LANGKAH KERJA DALAM PROSES PELINGKUPAN
Untuk melaksanakan proses pelingkupan, Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 8 Tahun 2006 memaparkan sejumlah langkah kerja dalam bentuk tata-
39
laksana. Gambar 3.2 menunjukkan alur proses pelingkupan sesuai dengan aturan
pemerintah, khususnya Permen LH 08/2006.
Gambar 2.2 Proses Pelingkupan sesuai Permen LH 08/2006
Seluruh langkah kerja ini didasari oleh suatu proses berpikir yang baku dalam dunia
penelitian ilmiah, yaitu bagaimana merancang suatu kajian. Dengan memahami esensi dari
setiap langkah kerja maka tidak sulit untuk memahami apa yang perlu dilakukan pada setiap
langkah kerja. Esensi proses pelingkupan cukup sederhana, sebagaimana terlihat dalam
tabel di bawah ini (Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Esensi Tata Laksana Pelingkupan Sesuai Permen LH 08/2006
40
F. INPUT DAN OUTPUT PELINGKUPAN
Setiap tahap yang tercantum dalam Gambar 3.2 menggunakan input (masukan)
tertentu dan menghasilkan output (hasil) tertentu pula. Beberapa tahapan dapat
menggunakan input yang sama. Sedangkan masing-masing tahap akan
menghasilkan output yang spesifik dan menjadi dasar bagi tahap selanjutnya. Tabel
3.2 menjabarkan input dan output dari masing-masing tahap di atas.
Dampak yang perlu atau akan dikaji dalam ANDAL harus dinyatakan secara lengkap
karena informasi itu akan digunakan untuk merencanakan kajian ANDAL. Ada unsur-
unsur informasi yang sebaiknya ditulis dalam pernyataan dampak hipotetik.
Tabel 2.2 Input dan output untuk setiap tahapan pelingkupan
41
Unsur-unsur ini berguna untuk membentuk rancangan kajian ANDAL atau dikenal
sebagai “lingkup kajian ANDAL”, yang terdiri dari:
1. batas wilayah studi dan rentang waktu prakiraan dampak.
2. metode penelitian yang diharapkan dapat membuktikan hipotesa tentang dampak
yang dikaji;
3. kedalaman studi ANDAL, digambarkan sebagai jumlah sampel yang harus
dikumpulkan dan dianalisis;
4. susunan tim AMDAL yang diperlukan untuk melakukan kajian dengan interaksi,
metodologi, dan kedalaman studi di atas.
42
B.4. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Pemilihan metode studi untuk kegiatan penyusunan AMDAL diperlukan dalam rangka
mendapatkan hasil telaahan analisis dan evaluasi dampak yang mungkin terjadi
dengan hasil lebih tepat dan akurat. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan suatu
proses pengumpulan data dan informasi dasar jenis-jenis kegiatan dan rona
lingkungan saat ini yang bersifat sebagai data yang sahih dan reliable. Rencana
Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten Karangasem memerlukan data-data yang
terkait dengan data proyek secara teknis maupun data-data rona lingkungan yang
menggambarkan kondisi lingkungan awal sebelum dilakukan rencana kegiatan.
Penyusunan AMDAL Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten Karangasem,
memerlukan data-data yang terkait dengan data proyek secara teknis maupun data-
data rona lingkungan yang menggambarkan kondisi lingkungan awal (base line)
sebelum dilakukan rencana kegiatan.
Dasar pendekatan studi yang dilakukan adalah dengan cara mengenali seluruh
interaksi antar komponen kegiatan dan lingkungan dalam suatu ekosistem secara
terpadu. Kegiatan identifikasi dampak, prakiraan dampak dan evaluasi dampak
merupakan suatu proses kegiatan ANDAL guna memperoleh tingkatan besar dan
pentingnya dampak yang selanjutnya menjadi acuan dalam kegiatan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan. Pola pendekatan yang akan dilakukan untuk
pembuatan studi ANDAL dapat dilihat pada Gambar 2.3. Berikut ini metode studi
yang dilakukan dalam penyusunan Dokumen AMDAL :
1. SOSIALISASI MEDIA MASA DAN KONSULTASI PUBLIK
Kegiatan sosialisasi dengan masyarakat sekitar pada untuk Rencana Konservasi
Pantai Candidasa di Kabupaten Karangasem dilakukan dengan 2 cara yakni melalui
sosialisasi di media massa serta konsultasi publik masyarakat sekitar. Kegiatan
sosialisasi pada media massa dan konsultasi publik ini merupakan kegiatan informasi
awal bahwa akan dilakukan kegiatan Rencana Konservasi Pantai Candidasa di
Kabupaten Karangasem dan fasilitas penunjangnya. Tujuan dari kegiatan sosialisasi
pada media massa dan konsultasi publik ini untuk mendapatkan masukan yang
berupa saran pendapat dan tanggapan masyarakat secara langsung tentang rencana
proyek. Masukan dan tanggapan tersebut akan dijadikan sebagai bahan kajian dan
43
telaahan dalam penyusunan AMDAL. Dari kegiatan publikasi rencana kegiatan
tersebut juga akan diketahui semua aspirasi masyarakat yang berhubungan dengan
proyek. Kegiatan publikasi dan sosialisasi rencana kegiatan dalam proses AMDAL
bertujuan untuk :
1. Melindungi kepentingan masyarakat di sekitar rencana Konservasi Pantai
Candidasa di Kabupaten Karangasem
2. Memberdayakan masyarakat dalam pengambilan keputusan atas kegiatan
Rencana Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten Karangasem dan fasilitas
penunjangnya yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
3. Memastikan adanya transparansi dalam keseluruhan proses AMDAL dan rencana
kegiatan tersebut.
4. Menciptakan suasana kemitraan yang setara antara semua pihak yang
berkepentingan, yaitu dengan menghormati hak-hak semua pihak untuk
mendapatkan informasi dan mewajibkan semua pihak untuk menyampaikan
informasi yang harus diketahui pihak lain yang terpengaruh.
2. METODE PENGUMPULAN DATA
Jenis data yang dibutuhkan untuk Studi AMDAL dapat mencakup data primer
maupun data sekunder yang erat hubungannya dengan dampak penting yang akan
ditimbulkan oleh rencana kegiatan konservasi pantai candidasa do Kab.
Karangasem. Data primer merupakan data yang didapat melalui pengukuran,
pengamatan, wawancara/kuesioner atau sampling (yang kemudian dianalisis di
laboratorium) secara langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan
data yang dikumpulkan melalui data penelitian orang lain atau instansi yang telah
dipublikasikan untuk umum dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Dalam pelaksanaan kegiatan pengumpulan data, dilakukan pendekatan yang
disesuaikan dengan komponen lingkungan yang akan diamati, yaitu antara lain:
a) Pendekatan Penelaahan Pustaka
Metode ini adalah melalui penelahaan terhadap buku , jurnal ilmiah atau publikasi
umum lainnya (sumbernya valid) yang erat kaitannya dengan studi AMDAL
Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten Karangasem.
Termasuk dalam hal ini adalah memperhatikan studi-studi AMDAL yang pernah
dilaksanakan oleh berbagai instansi yang ada di dalam dan disekitar daerah
lingkungan kerja Kabupaten karangasem Provinsi Bali. Penyusun juga dapat
menggunakan data yang ada dari hasil studi AMDAL tersebut selama data
44
tersebut masih relevan untuk dapat dipergunakan dikaitkan dengan komponen
lingkungannya.
Gambar 2.3. Diagram Alir Penyusunan AMDAL
b) Pendekatan Survei Lapangan
Dalam metode survei lapangan ini dapat dibedakan lagi atas beberapa metode
sesuai dengan komponen lingkungan yang akan diteliti:
a. Metode Pengukuran dan Pengamatan Langsung
Metode ini adalah dengan melakukan pengukuran dan pengamatan
komponen lingkungan secara langsung sesuai dengan kondisi yang ada di
lapangan misalnya: kualitas udara, kepadatan lalu-lintas dan lainnya.
b. Metode Sampling Sesaat atau Periodik
Metode ini adalah dengan cara pengambilan sampel komponen lingkungan
pada saat yang telah ditentukan sebelumnya secara berkala atau periodik
45
untuk kemudian dilakukan analisis sampelnya di laboratorium, misalnya:
pengambilan sampel air, udara, dan lainnya.
c. Metode Wawancara dengan Kuesioner
Metode wawancara dengan kuesioner ini pada dasarnya adalah melakukan
tanya jawab secara langsung kepada penduduk yang berada di sekitar
rencana pembangunan untuk mendapatkan tanggapan dan persepsinya
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Oleh karena itu metode ini umumnya digunakan untuk pengamatan komponen
sosial ekonomi dan budaya. Terdapat 2 (dua) jenis data yang akan digunakan
untuk aspek sosial ekonomi dan budaya, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara atau diskusi dengan
masyarakat atau dengan tokoh masyarakat dan aparat pemerintah.
Wawancara akan dilakukan oleh surveyor yang dipandu dengan kuisioner.
Data sekunder diperoleh dari monografi/potensi kelurahan dan kecamatan
maupun dari “Kabupaten karangasem Dalam Angka” atau dari dinas-dinas
terkait.
c) Pendekatan Instansional
Pendekatan ini dengan mengadakan pendekatan langsung kepada instansi terkait
yang diharapkan memiliki data yang diperlukan dalam studi AMDAL.
Pengumpulan dan analisa data yang berupa parameter – parameter dari berbagai
komponen lingkungan perlu dilakukan untuk:
a. Menelaah, mengamati, dan mengukur rona lingkungan awal yang diprakirakan
akan terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek.
b. Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana kegiatan yang di
prakirakan akan terkena dampak besar dan penting dari lingkungan hidup
sekitarnya.
c. Memprakirakan kualitas lingkungan akibat kegiatan proyek, berdasarkan
perhitungan pada data (parameter) rona lingkungan awal.
Secara umum metode pengumpulan data untuk keseluruhan komponen
lingkungan yang akan ditelaah yang terkait dengan dampak penting hipotetik,
dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Metode Pengumpulan Data Primer dan Sekunder
46
Komponen
LingkunganJenis Data Jumlah dan Lokasi
Metode
Pengumpulan
Data
Instansi yang
Dihubungi
F I S I K – K I M I A
- FISIOGRAFI DAN
GEOLOGI
- Topografi
- Geologi
- Jenis Tanah
- Morfologi dll
Wilayah Kabupaten
Kabupaten Karangasem
Inventarisasi data
sekunder
BPS Kabupaten
Karangasem
- RUANG, LAHAN
DAN TANAH
- Tata Guna
Lahan
- RTRW
- Wilayah studi
- Wilayah studi
Overlay peta tata
guna lahan
Overlay peta
RTRW
Bappeda kab
Karangasem
Bappeda kab
Karangasem
-KUALITAS
UDARA DAN
KEBISINGAN
- Kualitas udara
- Tingkat
kebisingan
sesaat
- tapak proyek dan lokasi
sekitar pelaksanaan
pekerjaan
- tapak proyek dan lokasi
sekitar pelaksanaan
pekerjaan
Analisa
Laboratorium
Analisa
Laboratorium
Laboratorium
lingkungan
Laboratorium
lingkungan
- TRANSPORTASI - Volume lalu-
lintas
- Kerusakan
jalan
- Kemacetan
lalu-lintas
- Kecelakaan
lalu-lintas
- Wilayah studi dan akses
jalan menuju wilayah studi
- Wilayah studi dan akses
jalan menuju wilayah studi
- Wilayah studi dan akses
jalan menuju wilayah studi
- Wilayah studi dan akses
jalan menuju wilayah studi
Inventarisasi dan
observasi
Observasi
Observasi
Observasi
Dinas perhubungan
B I O L O G I - Keanekaraga
man vegetasi
- Keanekaraga
man satwa
- Biota perairan
Wilayah studi
Wilayah studi
Wilayah studi
Observasi dan
inventarisasi
Observasi dan
inventarisasi
Analisa
laboratorium
SOSIAL-EKONOMI
BUDAYA
- DEMOGRAFI - Jumlah
penduduk
- Kepadat
an penduduk
- Jenis
Kabupaten Karangasem Inventarisasi BPS Kabupaten
Karangasem
47
Komponen
LingkunganJenis Data Jumlah dan Lokasi
Metode
Pengumpulan
Data
Instansi yang
Dihubungi
- SOSIAL
BUDAYA
- SOSIAL
EKONOMI
kelamin
- Mobilita
s penduduk
- Tingkat
pendidikan
- Sarana
pendidikan
- Jumlah
pemeluk
- Sarana
peribadatan
- Mata
pencaharian
- Kegiata
n
perekonomian
- Tingkat
pendapatan
- Interaksi
Sosial dan bu-
daya
- Kamtib
mas
- Sikap/
Persepsi
masyarakat
Kabupaten Karangasem
Kabupaten Karangasem
Inventarisasi dan
wawancara
Inventarisasi dan
wawancara
BPS Kabupaten
Karangasem
BPS Kabupaten
Karangasem
- KESEHATAN
MASYARAKAT
- Kesehat
an masyarakat
- Kesehat
an lingkungan
- Fasilitas
kesehatan
Puskesmas Pembantu di
Kabupaten Karangasem
Inventarisasi dan
wawancara
Dinas Kesehatan
Kabupaten
Karangasem
Sumber: Analisis penyusun AMDAL, 2012
3. Metode Pengumpulan Data Primer
48
Data primer fisik-kimia dan biologi dapat diperoleh dengan mengambil contoh
(sampel) di lapangan, yang kemudian dianalisis di laboratorium. Sedangkan data
primer sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat yang berada dalam batas
wilayah studi (diutamakan yang terkena dampak), dilakukan dengan cara tanya-
jawab atau wawancara secara langsung pada responden. Pertanyaan disusun dalam
bentuk kuesioner, yang digunakan pewawancara sebagai acuan dalam mendapatkan
data yang diperlukan.
Data primer yang perlu dikumpulkan untuk mendiskripsikan rona lingkungan
awal/saat ini, adalah sebagai berikut:
1. Data Komponen Lingkungan Fisik-Kimia
a) Kualitas Udara dan Kebisingan
Data kualitas udara merupakan data primer yang diperoleh dari pengukuran
dilapangan. Pengukuran kualitas udara dilakukan di wilayah studi dan di
pemukiman yang diprakirakan akan terkena dampak akibat kegiatan
pembangunan. Kualitas udara di daerah lokasi dan sekitarnya sangat tergantung
pada kondisi geografi, topografi, klimatologi, dan meteorologi daerah tersebut,
sedangkan untuk kebisingan dapat timbul baik oleh proses/kegiatan alam seperti
angin dan aktifitas manusia. Untuk parameter kualitas udara ambien dan
kebisingan yang diambil untuk studi AMDAL adalah gas dan partikel (debu) serta
tingkat kebisingan.
Pengukuran dilapangan didasarkan pada pergerakan dan arah angin yang
dominan. Pengambilan contoh udara ambien dilakukan dengan mengoperasikan
Impinger untuk gas dan dust sampler untuk pengukuran debu. Larutan gas dan
contoh udara yang diperoleh dianalisis di laboratorium menggunakan
spektrophotometer dan kromatografi gas.
Pengambilan contoh tersebut didasari atas pertimbangan, bahwa gas polutan dan
debu dalam udara ambien maupun tingkat kebisingan akan terdispersi, serta
kemungkinannya dapat menimbulkan dampak terhadap reseptor, yaitu manusia
dan lingkungan di sekitarnya. Lokasi sampling ditetapkan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan berikut:
1) Rencana proyek
2) Arah dan kecepatan angin yang dominan di rencana proyek
3) Pola atau distribusi pemukiman penduduk/kegiatan disekitar lokasi proyek
49
Pelaksanaan pengambilan contoh udara dan analisis terhadap kadar bahan
pencemar udara dilakukan melalui kerja sama dengan Laboratorium yang ditunjuk
oleh Pemerintah.
Titik contoh pengamatan kualitas udara dilakukan pada titik yang dianggap
representatif dengan 3 (tiga) lokasi yang mewakili dari berbagai arah angin
sekeliling daripada letak lokasi proyek. Untuk kebisingan dilakukan juga pada 3
(tiga) lokasi yang sama dengan lokasi kualitas udara (debu dan gas) dengan
pengambilan sampling setiap titik yang dilakukan secara sesaat (grab sample).
Rincian penempatan titik sampling kualitas udara dan tingkat kebisingan adalah:
Metode pengambilan sampel udara ambien dan kebisingan yang dilakukan
mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1405/MenKes/SK/XI/2002
tentang Baku Mutu Kualitas Udara Ambien.
b) Kualitas Air Permukaan
Parameter kualitas air permukaan yang diambil adalah sangat tergantung dari
keberadaan badan air terdekat, berdasarkan pola aliran yang ada. Parameter yang
dipilih adalah berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air dan Peraturan
Gubernur Bali No 8 tahun 2007. Pengambilan sampel kualitas air permukaan
dilakukan pada badan air dekat pada sungai dengan tiga titik yaitu hulu, tengah
dan hilir
c) Kualitas air bersih
Pengambilan sampel juga dilakukan untuk kualitas air tanah/sumur untuk
mengetahui kualitas air tanah sebelum kegiatan proyek pembangunan dilakukan.
Pengambilan air sumur dilakukan pada warga atau permukiman terdekat dengan
lokasi proyek.
Untuk mengetahui ada tidaknya bakteri E. Coli maka pada air sumur dan air PDAM
perlu dilakukan pengambilan sampel mikrobiologi. Adapun batas syarat ada
tidaknya unsur mikroba pada air bersih mengacu pada Per.Menkes RI. No
416/MENKES/Per/IX/ 1990 dimana untuk air minum jumlah E. coli adalah 0
sedang untuk air bersih bukan perpipaan batas syaratnya adalah 50 MPN/JPT.
d) Sistem Transportasi
50
Keberadaan rencana Konservasi Pantai Candidasa yang diprediksi akan
menimbulkan bangkitan lalu lintas baru dan kemungkinan kerusakan jalan yang
akan menambah beban jalan di sekitar lokasi, mengingat jumlah dan jenis
kendaraan yang akan membawa peralatan dan material pipa serta material
penunjang cukup signifikan dalam menambah kepadatan lalu-lintas. Dengan
makin banyaknya truk-truk/kendaraan berat yang melewati jalan menuju lokasi
proyek akan menyebabkan turunnya tingkat pelayanan lalu lintas. Dengan
memperkirakan besarnya perubahan tingkat pelayanan jalan yang ditimbulkan
akibat kegiatan proyek, dapat diketahui sejauh mana pengaruh bangkitan lalu
lintas baru tersebut berdampak pada kinerja lalu lintas ruas jalan maupun
persimpangan.
Untuk mengetahui kondisi transportasi di wilayah studi maka diperlukan
pengambilan data primer pada ruas jalan keluar masuk lokasi proyek dengan
pengamatan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Atribut jalan meliputi dimensi bagian-bagian jalan, yaitu panjang ruas jalan,
lebar jalur lalu lintas dan geometrik simpang;
2. Volume lalu lintas terklasifikasi;
3. Gerakan membelok arus lalu lintas pada persimpangan (turning movement).
Untuk memperoleh data primer, kegiatan yang dilakukan adalah survei
inventarisasi jalan (inventory survey), survei volume lalu lintas terklasifikasi (traffic
counting survey), survei pergerakkan membelok (turning movement survey) dan
survei bangkitan lalu lintas kawasan pembanding. Teknik pelaksanaannya adalah
sebagai berikut (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Panduan Pengumpulan
Data, 2001):
1. Survei Inventarisasi jalan (inventory survey);
a. Maksud dan tujuan survei inventarisasi jalan (inventory survey)
Maksud pelaksanaan survei inventarisasi jalan adalah untuk mengumpulkan
data yang berkaitan dengan atribut jalan, meliputi:
1) Panjang ruas jalan;
2) Lebar jalan;
3) Ruang Pemanfaatan Jalan (RUMAJA); dan
4) Geometrik simpang;
Tujuan pelaksanaan survei inventarisasi jalan adalah untuk dipergunakan
dalam:
1) Menghitung kapasitas jalan;
2) Menghitung kapasitas persimpangan; dan
51
3) Analisis kinerja ruas jalan dan persimpangan
b. Target data
Data yang akan diamati dan dikumpulkan serta dicatat melalui formulir
survei inventarisasi jalan, mencakup:
1) Panjang ruas jalan;
2) Lebar jalan, daerah manfaat jalan, lajur-lajur lalu lintas dan trotoar;
3) Jenis dan lokasi rambu-rambu lalu lintas, marka jalan serta lokasi dari
perlengkapan jalan lainnya; dan
4) Desain geometrik persimpangan.
c. Waktu pelaksanaan:
Survei dilaksanakan pada jam di luar jam sibuk.
d. Metodologi pelaksanaan:
1) Lokasi survei ditentukan pada ruas jalan dan persimpangan yang
merupakan area terkena dampak yaitu Jalan Keluar Masuk
Pelaksanaan Kegiatan Konservasi Pantai Candidasa yang menjadi
jalan akses menuju lokasi proyek
2) Lama survei: 1 hari
2. Survei Volume lalu lintas terklasifikasi (traffic counting survey);
a. Maksud dan tujuan survei volume lalu lintas terklasifikasi (traffic counting
survey)
Maksud pelaksanaan survei volume lalu lintas terklasifikasi adalah untuk
mengumpulkan data volume lalu lintas pada suatu ruas jalan. Tujuan
pelaksanaan survei volume lalu lintas terklasifikasi adalah mencatat setiap
kendaraan yang lewat (melewati suatu titik atau garis tertentu) sehingga
didapatkan informasi mengenai:
1) Pola arus lalu lintas;
2) Volume lalu lintas tiap pergerakkan;
3) Komposisi kendaraan dalam lalu lintas;
4) Faktor untuk memprediksi lalu lintas yang akan datang; dan
5) Tingkat okupansi kendaraan dalam lalu lintas.
b. Target data
Data yang akan diamati dan dikumpulkan serta dicatat melalui formulir
survei volume lalu lintas terklasifikasi adalah jumlah kendaraan yang
melewati titik pengamatan dalam periode waktu 15 menit yang dipisahkan
52
dalam 4 kategori yaitu kendaraan ringan (light vehicle), kendaraan berat
(heavy vehicle), sepeda motor (motorcycle) dan kendaraan tidak bermotor
(unmotorized).
c. Waktu pelaksanaan
Survei dilaksanakan selama 1 hari pada jam sibuk pagi, siang dan sore
masing-masing selama 3 jam.
d. Metodologi pelaksanaan
1) Lokasi survei ditentukan pada dua titik Jalan Keluar Masuk Pelaksanaan
Kegiatan Konservasi Pantai Candidasa.
2) Lama survei: 1 hari
3. Survei gerakan membelok (turning movement survey);
a. Maksud dan tujuan survei gerakan membelok (turning movement survey)
Maksud pelaksanaan survei gerakan membelok adalah untuk
mengumpulkan data volume lalu lintas tiap gerakan pada persimpangan.
Tujuan pelaksanaan survei gerakan membelok adalah mencatat setiap
kendaraan yang bergerak pada persimpangan sehingga didapatkan
informasi mengenai:
1) Pola arus lalu lintas pada persimpangan; dan
2) Volume lalu lintas tiap arah pergerakan;
b. Target data
Data yang akan diamati dan dikumpulkan serta dicatat melalui formulir
survei gerakan membelok adalah jumlah kendaraan yang bergerak pada
persimpangan pada tiap-tiap arah pergerakkan dalam periode waktu 15
menit yang dipisahkan dalam 4 kategori yaitu kendaraan ringan (ligth
vehicle), kendaraan berat (heavy vehicle), sepeda motor (motorcycle) dan
kendaraan tidak bermotor (unmotorized).
c. Waktu pelaksanaan
Survei dilaksanakan selama 1 hari pada jam sibuk pagi, siang dan sore
masing-masing selama 3 jam.
d. Metodologi pelaksanaan
1) Lokasi survei ditentukan pada Jalan Keluar Masuk Pelaksanaan Kegiatan
Konservasi Pantai Candidasa.
2) Lama survei: 1 hari.
Selain jumlah volume kendaraan untuk mendapatkan kapasitas ruas dan
persimpangan jalan dibutuhkan data geometrik ruas dan persimpangan yang berupa
53
besaran lebar badan jalan, bahu jalan, median, dan hambatan samping, dimana data
ini dapat diketahui dari survey inventori jalan.
Mengenai survey akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Survey volume lalu lintas
Survey lalu lintas bertujuan untuk mengetahui kondisi lalu lintas di sekitar
lokasi proyek. Survey lalu lintas dilakukan baik di ruas jalan maupun di
persimpangan. Jenis survey yaitu survey pencatatan jumlah kendaraan (per
jenis kendaraan per arah).
b. Survey Inventori Jalan
Survey ini dilakukan untuk menginventarisasi tentang situasi, panjang jalan,
lebar bahu, trotoar, median, drainase, persimpangan dengan jalan lain,
bangunan pelengkap jalan dan lain-lain yang berada di daerah pengawasan
jalan dengan pengamatan minimal 50 meter dan maksimal 25 meter, atau
sesuai dengan kebutuhan.
Pelaksanaan ini harus sesuai dengan pedoman survey jalan yang dikeluarkan
oleh Direktorat Jenderal Bina Marga No. 016/T/BNKT/1990 dan pedoman yang
berlaku lainnya serta sesuai dengan permintaan Pemberi Tugas.
e) Ruang, Lahan dan Tanah
Parameter yang diamati adalah peruntukan lahan dengan kategori sebagai berikut
1. Penggunaan lahan pada saat ini di sekitar rencana kegiatan/proyek. Obyek
yang diamati adalah kondisi penggunaan lahan di kawasan Pelaksanaan
Kegiatan Konservasi Pantai Candidasa sebagai lokasi rencana Pelaksanaan
Kegiatan Konservasi Pantai Candidasa serta penggunaan lahan di luar
kawasan yang diprakirakan akan terpengaruh oleh rencana kegiatan/proyek.
Kegiatan pengamatan penggunaan lahan di sekitar rencana kegiatan/proyek ini
dilakukan sebagai dasar untuk mendeskripsikan rona awal penggunaan lahan.
2. Peruntukan lahan yang sudah direncanakan sesuai Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Karangasem. Kegiatan inventarisasi penggunaan lahan di
sekitar rencana kegiatan/proyek ini dilakukan untuk memprakirakan pola
penggunaan lahan apabila tidak ada kegiatan pembangunan/proyek.
3. Penggunaan lahan yang akan dikembangkan untuk Pelaksanaan Kegiatan
Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten Karangasem, dikembangkan sesuai
atau tidaknya dengan rencana tata ruang wilayah yang ada. Kegiatan ini
dilakukan untuk penyesuaian (matching) dengan rencana tata ruang yang ada
sehingga tidak menyimpang dengan rencana tata ruang yang ada.
54
4. Karakteristik tanah dan kemampuan tanah di lokasi kegiatan yang berpengaruh
pada kekuatan menahan struktur bangunan pengaman pantai.
2. Data Komponen Lingkungan Biologi
a. Vegetasi
Metodologi pengumpulan data untuk aspek biologi mencakup komponen berikut:
Analisis fungsi vegetasi dalam ekosistem:
1. Tumbuhan sebagai evapotranspirator
2. Tumbuhan sebagai penghasil senyawa allelokimia
3. Sebagai penyelenggara relung ekologi (sumber pangan, tempat istirahat,
bermain dan berkembang biak satwa liar)
Metode pengumpulan data primer untuk vegetasi dilakukan dengan cara
pengamatan langsung di lapangan baik di lokasi permukiman terdekat dengan
lokasi proyek maupun di dalam tapak areal proyek. Pengamatan dilakukan untuk
mendapatkan inventarisasi jenis, jumlah, dan karakteristik vegetasi darat tersebut,
serta potensinya sebagai pendukung ekosistem daratan dan kategori
kelangkaannya. Pengumpulan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif
dengan penetapan pembuatan plot-plot cuplikan dan secara wawancara langsung
pada penghuni permukiman terdekat di wilayah proyek.
Pengambilan data vegetasi dilakukan secara purposive random sampling dengan
metode Plot (berpetak) Ganda 1, yakni dengan dengan banyak petak yang
tersebar secara sistematis menurut bentuk komunitas. Ukuran petak berbeda-beda
menurut kelompok tumbuhan, yaitu :
Plot 10 X 10 m, kelompok tumbuhan verba untuk diameter batang > 20 cm;
Plot 5 x 5 m , kelompok tumbuhan bawah yaitu untuk diameter batang < 20 cm
dan tinggi > 1,5 m
Plot 1 X 1 m, kelompok semak/anakan/perdu yaitu dengan tinggi 0 - 1,5 m.
Karena cukup luasnya lokasi proyek, maka pengumpulan vegetesi dilakukan
dengan sampling dengan metode purposive sampling (sampling bertujuan), hal ini
sesuai dengan perbedaan komunitas yang ada pada lokasi proyek. Berdasarkan
karakteristik topografis area lokasi proyek tersebut maka sampling analisis
vegetasi juga berdasarkan perbedaan komunitas tersebut. Luas sampling untuk
area perbukitan, dataran dan sekitar tempat berair, karena merupakan komunitas
yang homogen hanya diambil 5 % dari luas area yang sama.
1
55
Gambar 2.4. Contoh Penentuan Cuplikan Sampling Biologi
b. Satwa darat
Pengumpulan data fauna yang hidup pada lokasi proyek dan sekitarnya yang
termasuk dalam wilayah dampak, meliputi fauna yang bergerak aktif maupun yang
pasif. Pengumpulan data fauna pada lokasi proyek adalah fauna yang menempati
relung ekologis, meliputi Mammalia, Aves, Reptilia dan Pisces.
Untuk lokasi satwa di darat yang diamati sama dengan lokasi pengamatan untuk
vegetasi darat, dan dilakukan secara bersamaan dengan pengamatan untuk
vegetasi darat. Komponen satwa darat yang diamati dan diinventarisasi adalah
satwa liar yang mungkin ada maupun satwa binaan, baik dari jenis mammalia
maupun jenis-jenis burung (aves). Metode pengumpulan data lainnya dilakukan
dengan cara wawancara dengan warga sekitar proyek Pelaksanaan Kegiatan
Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten Karangasem.
Pengumpulan data pada komponen fauna yang terkait dengan jenis hewan
bergerak aktif seperti pada golongan Mammalia dan Aves dilakukan dengan
menggunakan metode Sampling Biotik (hewan bergerak) : Garis Transek. Pada
metode ini peneliti berjalan sepanjang garis transek yang panjangnya L.
Pengamatan hewan dilakukan pada kedua sisi transek, kemudian jarak ( r ) antara
lokasi hewan yang terlihat ( x ) dengan pengamat ( Z ) diperkirakan panjangnya.
Karena luasnya daerah pengamatan, maka analisis fauna dilakukan dengan
sampling dengan metode purposive sampling (sesuai dengan perbedaan
komunitas). Luas sampling hanya diambil 5 %.
56
Gambar 3.5. Contoh Metode Transek
3. Data Komponen Lingkungan Sosial-Ekonomi-Budaya
Pengumpulan data primer sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dilakukan
dengan wawancara terstruktur menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman
wawancara. Wawancara dilakukan dengan memperhatikan keragaman dan strata
sosial masyarakat dan melihat jarak tempat tinggal dari sumber dampak.
Responden anggota masyarakat biasa terutama mereka yang tinggal di sekitar
lokasi rencana kegiatan.
Pertimbangan lain dalam pengambilan sampling adalah pemilihan masyarakat
yang benar-benar berpotensi mendapat dampak langsung ataupun masyarakat
yang dianggap sebagai pemerhati lingkungan sekitar.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acak proporsional.
Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan proporsi jumlah KK pada Desa di
wilayah studi.
Jumlah sampel minimal yang diambil ditentukan berdasarkan proporsi
menggunakan persamaan sebagai berikut
2
22/ )1(
d
ppzno
a. Sosial-Ekonomi
Pengumpulan data primer untuk aspek sosial-ekonomi dilakukan dengan cara:
1. Masukan langsung dari masyarakat yang berada di dalam batasan sosial atau
batasan wilayah studi ANDAL, yaitu masyarakat di wilayah yang berada dekat
proyek yang mungkin terkena dampak langsung maupun tidak langsung hasil
kuisioner pada saat sosialisasi dan konsultasi publik.
57
2. Masukan langsung dari masyarakat pemerhati setelah membaca pemasangan
iklan di koran lokal maupun nasional.
3. Hasil kuisioner untuk masyarakat yang berada di dalam batasan sosial atau
batasan wilayah studi ANDAL, yaitu masyarakat di wilayah maupun masyarakat
terdekat proyek yang mungkin terkena dampak langsung maupun tidak
langsung.
Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel dilakukan dengan sistem Simple
Random Sampling (sampel acak sederhana), dengan pemilihan responden pada
wilayah Desa terdekat yang menjadi wilayah studi. Pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan proporsi jumlah KK.
b. Sosial-Budaya
Pengumpulan data primer untuk aspek sosial-budaya dilakukan sama dengan
pengumpulan data aspek sosial-ekonomi yaitu:
1. Masukan langsung dari masyarakat yang berada di dalam batasan sosial atau
batasan wilayah studi ANDAL, yaitu masyarakat di wilayah yang mungkin
terkena dampak langsung maupun tidak langsung hasil kuisioner pada saat
sosialisasi dan konsultasi publik.
2. Masukan langsung dari masyarakat pemerhati setelah membaca pemasangan
iklan di koran nasional dan lokal.
3. Hasil kuisioner untuk masyarakat yang berada di dalam batasan sosial atau
batasan wilayah studi ANDAL, yaitu masyarakat di wilayah yang mungkin
terkena dampak langsung maupun tidak langsung
Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel dilakukan dengan sistem Simple
Random Sampling (sampel acak sederhana). Kemudian jumlah sampel minimal KK
tersebut didistribusikan di wilayah studi yang ditentukan dengan rumus sebagai
berikut
dimana: n : jumlah sampel minimal yang diambil
N : jumlah populasi
P : asumsi proporsi jumlah KK yang setuju dengan rencana kegiatan
pembangunan proyek = 0.5 (diambil angka yang akan memaksimumkan
jumlah sampel)
α : taraf signifikansi dari distribusi normal = 0.05
z : 1.96 (angka tabel distribusi normal baku untuk taraf signifikan 0.05)
58
d : tingkat kesalahan pengambilan sampel (besarnya delta/error antara
ekspektasi dengan observasi = 0.05)
hn : jumlah sampel per kelurahan wilayah studi (KK)
hN : jumlah populasi per kelurahan wilayah studi (KK)
Sampling masing-masing di 2 Desa didistribusikan dengan cara acak dengan
menggunakan tabel bilangan acak berdasarkan daftar nama KK yang ada
dikelurahan. Nama KK yang tersampling yang nantinya diberi kuisioner.
4. Data Komponen Lingkungan Kesehatan Masyarakat
Pengumpulan data primer, dilakukan melalui wawancara langsung terhadap
penduduk di wilayah studi terutama di wilayah tapak proyek. Parameter lingkungan
yang diperkirakan terkena dampak rencana pembangunan dan berpengaruh
terhadap kesehatan adalah:
1. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi Lingkungan yang dimaksud di sini adalah cerminan kondisi kesehatan
lingkungan hidup. Penduduk di wilayah studi akan menghasilkan limbah
domestic seperti limbah dapur, limbah kamar mandi, jamban, limbah
padat/sampah, serta air bersih yang digunakan, dapat mempengaruhi sanitasi
lingkungan disekitarnya. Data ini digunakan untuk mengetahui kondisi
kesehatan lingkungan dan perilaku masyarakat terhadap kesehatan di wilayah
studi.
2. Tingkat kesehatan Masyarakat
Kondisi sanitasi lingkungan yang terkena dampak kegiatan ditambah dengan
kondisi kesehatan masyarakat setempat, akan sangat berpengaruh terhadap
tingkat kesehatan masyarakat. Pengumpulan data primer kondisi kesehatan
masyarakat dilakukan melalui wawancara langsung dan menyebar kuesioner
terhadap penduduk diwilayah studi. Kuesioner yang digunakan dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh data identitas responden, umur
berdasarkan tahun, pekerjaan, pendidikan, lama tinggal, kebiasaan merokok
dan kondisi kesehatan saat ini terutama hal-hal yang terkait dengan kelainan
faal.
Untuk menganalisis data primer digunakan beberapa metoda statistika yang
digunakan untuk membantu menganalisis hubungan, pengaruh atau komparasi
pada variabel kontrol dan variabel yang diteliti.
59
Data-data hasil kegiatan Konsultasi Publik (sosialisasi pada masyarakat) juga
mendukung keseluruhan metode pengumpulan data primer di atas, yaitu berupa
saran, tanggapan dan pendapat dari masyarakat yang berkepentingan terhadap
keberadaan proyek Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten Karangasem
beserta sarana prasarananya tersebut.
3. Metode Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan melalui instansi terkait dengan
studi AMDAL Pelaksanaan Kegiatan Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten
Karangasem beserta sarana prasarananya. Data sekunder yang diambil umumnya
adalah data fisiografi, hidrologi, tata ruang dan lahan, sosial-ekonomi, budaya, dan
kesehatan masyarakat. Data ini antara lain berupa peta-peta, data statistik, laporan
studi, laporan puskesmas di daerah wilayah studi dan lain sebagainya. Data
sekunder ini dapat diperoleh dari laporan penyelidikan/studi terdahulu maupun
data/informasi yang berasal dari instansi/dinas terkait.
Beberapa data sekunder dapat diperoleh melalui:
a. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karangasem, untuk memperoleh data-data
terkait kebijakan lingkungan yang dibuat dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di wilayah studi.
b. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Karangasem untuk
memperoleh data fisiografi, hidrologi, tata ruang dan lahan, dan seluruh sarana
dan prasarana di wilayah studi.
c. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karangasem untuk memperoleh data demografi
dan kependudukan di wilayah Kabupaten Karangasem
d. Dinas Perhubungan Kominfo Kabupaten Karangasem, untuk memperoleh data-
data terkait kebijakan kegiatan transportasi darat, data lalu-lintas dan jaringan jalan
di wilayah studi.
e. Dinas PU Kabupaten Karangasem untuk memperoleh data Sistem Drainase di
wilayah studi dan studi-studi yang terkait dengan sistem drainase permukiman dan
juga sistem jaringan jalan di Kabupaten Karangasem.
f. Puskesmas di wilayah Kabupaten Karangasem untuk memperoleh data kesehatan
lingkungan dan kesehatan masyarakat di wilayah studi.
g. Kantor Kecamatan, Kabupaten Karangasem untuk memperoleh data demografi
dan kependudukan, serta sosial-ekonomi-budaya.
h. Kantor Desa/Kelurahan untuk memperoleh data demografi dan kependudukan.
60
i. Instansi terkait lainnya
4. METODE ANALISIS DATA
Untuk memprakirakan besaran dampak akan digunakan metoda formal dan informal
sesuai masing-masing aspek lingkungan. Data primer dan sekunder yang telah
dikumpulkan tidak semuanya dilakukan analisis. Penentuan dan analisis data,
bergantung pada kemungkinan terjadinya prakiraan dampak besar dan penting, di
wilayah sekitar lokasi dan akibat adanya rencana/usaha kegiatan Konservasi Pantai
Candidasa Kabupaten Karangasem.
Analisis data untuk tiap komponen dijelaskan sebagai berikut:
A. Metoda Formal
Metoda formal yang digunakan dalam prakiraan ini adalah pendekatan dengan
perhitungan matematik. Dengan metode ini, hubungan sebab akibat yang
menggambarkan dampak kegiatan proyek terhadap komponen lingkungan akan
dirumuskan secara kuantitatif, misalnya dalam bentuk rasio-rasio kuantitatif dan
model-model matematik. Contoh-contoh model matematik adalah sebagai berikut.
Metode analisis data untuk setiap komponen lingkungan adalah :
1. Data Komponen Lingkungan Fisik-Kimia
a. Kualitas udara dan Kebisingan
Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan antara data yang terukur
dengan baku mutu kualitas udara ambien yang mengacu pada:
Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.48/MENLH/11/1996 Untuk Baku Mutu
Tingkat Kebisingan
Peraturan Gubernur No 8 tahun 2007
Data awal ini akan berguna sebagai pembanding pada saat pengelolaan dan
pemantauan kelak, apakah daerah ini terkena dampak pencemaran udara dan
kebisingan akibat Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten Karangasem.
Kualitas udara merupakan salah satu komponen lingkungan yang menjadi dampak
proyek, pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi maupun saat operasional
(pasca-konstruksi). Oleh karena itu, diperlukan pengukuran dan analisis untuk
mengetahui kondisi kualitas udara sebelum proyek berjalan, agar dapat
61
dibandingkan dengan kondisi kualitas udara saat proyek berjalan. Gangguan atau
perubahan kualitas udara, terutama akan terjadi sebagai akibat kegiatan
transportasi dan pengoperasian proyek. Prakiraan dampak yang akan timbul
karena kegiatan tersebut terhadap kualitas udara, akan didekati dengan model
kualitas udara berdasarkan distribusi Gauss.
Hubungan antara tingkat pengemisian pencemar dengan konsentrasi pencemar
yang akan terjadi terhadap lingkungan dinyatakan dalam persamaan:
Dengan:
C(z,x) = Konsentrasi zat pencemar (μg/m3)
QL = Laju emisi persatuan jarak (gr/sec. m)
x = Jarak sumber pencemar ke penerima (m)
z = Ketinggian penerima di atas tanah (m)
u = Kecepatan angin rata-rata
σ = Koefisien dispersi vertikal Gaussian
Besarnya baku mutu emisi sumber bergerak dapat dihitung berdasarkan faktor
emisi dari WHO Offset Publication No. 62, 1982. Besarnya emisi (pollutan) bahan
bakar solar untuk masing-masing parameter kualitas udara secara lebih jelas
disajikan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Baku Mutu Emisi Pollutan Per m3 Bahan Bakar
No. Polutan Faktor Emisi (kg/satuan waktu)
1 SO2 7,9544
2 NO2 9,2103
3 CO 36,4226
4 Partikulat/Debu 2,0095
Sumber: WHO Offset Publication N0. 62, 1982
Besarnya emisi = Faktor Emisi x Jumlah Bahan Bakar
Metode analisis dan peralatan untuk aspek kualitas udara dan kebisingan adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.5. Metode Analisis Kualitas Udara dan Kebisingan
No ParameterMetode
Analisis
Alat
Analisis
Baku Mutu
(g/m3)
1 Sulfur Dioksida (SO2) Pararosanilin Spectrophotometer 220
62
No ParameterMetode
Analisis
Alat
Analisis
Baku Mutu
(g/m3)
2 Karbon Monoksida (CO) NDIR NDIR Analyzer 260
3 Nitrogen Dioksida (NO2) Saltzman Spectrophotometer 92,5
4 Oksidan (O3) Chemiluminescent Spectrophotometer 0,1 ppm
5 Hidrokarbon (HC) Flame Ionization Gas Chromatography 98,7
6 Partikel < 10 m (PM10) Gravimetrik Timbangan Analitik
Ku-antitatif, dust
sampler
92,5
7 Debu Gravimetrik Timbangan Analitik
Ku-antitatif, dust
sampler
260
8 Timbal (Pb) Gravimetrik
Pengabuan
Hi-Vol
AAS
60
9 Nitrat (NH3) Nessier Spectrophotometer 1360
10 H2S Mercurythiocyanate NDIR Analyzer 42
11 Kebisingan Statistik Sound Level Meter 55* db (A)
70** db (A)
Keterangan:
Baku Mutu Kualitas Udara Ambien sesuai PP.41/1999 dan Peraturan Gubernur Bali
No.8 tahun 2007 serta Baku Mutu Kebisingan sesuai KEP-48/MENLH/11/1996;
*= Baku Mutu Tingkat kebisingan di Perumahan dan Pemukiman;
**= Baku Mutu Tingkat Kebisingan di Kawasan Industri.
b. Kualitas Air
Parameter kualitas air permukaan yang diteliti merujuk pada Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air dan Peraturan Gubernur Bali No 8 Tahun 2007, sedangkan untuk
kualitas air sumur dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat Pengawasan Kualitas Air. Parameter,
metode analisis dan peralatan yang digunakan untuk penelitian kualitas air adalah
sebagai berikut.
Tabel 2.6. Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan
63
No Parameter SatuanBaku Mutu
Air Kelas II *)Metoda
A. FISIKA
1 Temperatur oC deviasi 3 Termometer
2
Total Disolved Solid
(TDS) mg/L 1000
Gravimetri
3
Padatan Tersuspensi
(SS) mg/L 50
Gravimetri
B. KIMIA
1 pH - 6,0 - 9,0 pH meter
2 Barium mg/L Ba (-) AAS
3 Besi mg/L Fe (-) Spektrofotometri
4 Boron mg/L B 1 AAS
5 Mangan mg/L Mn (-) Spektrofotometri
6 Tembaga mg/L Cu 0,02 AAS
7 Seng mg/L Zn 0,05 AAS
8 Krom Heksavalen mg/L Cr6+ 0,05 AAS
9 Kadmium mg/L Cd 0,01 AAS
10 Raksa mg/L Hg 0,002 AAS
11 Timbal mg/L Pb 0,03 AAS
12 Arsen mg/L As 1 AAS
13 Selenium mg/L Se 0,05 AAS
14 Kobalt mg/L Co 0,2 AAS
15 Khlorida mg/L Cl 600 Argentometri
16 Sulfat mg/L SO4 (-) Spektrofotometri
17 Sianida mg/L CN 0,02 Spektrofotometri
18 Sulfida mg/L H2S 0,002 Iodometri
19 Fluorida mg/L F 1,5 Spektrofotometri
20 Sisa Khlor Bebas mg/L Cl2 0,03 Iodometri
21 Total Phospat
mg/L PO4-
P 0,2
Spektrofotometri
22 Nitrat
mg/L NO3-
N 10
Spektrofotometri
64
No Parameter SatuanBaku Mutu
Air Kelas II *)Metoda
23 Nitrit
mg/L NO2-
N 0,06
Spektrofotometri
24 Amonia Bebas mg/L NH3-N (-) Spektrofotometri
25 BOD mg/L O2 3 Winkler
26 COD mg/L O2 25 Reflux/Titimetri
27 Disolved Oxygen (DO) mg/L O2 4 Iodometri
28 Detergent Anionik mg/L LAS 0,2 Spektrofotometri
29 Fenol mg/L 0,001 Spektrofotometri
30 Minyak & Lemak mg/L 1 Gravimetri
C. MIKROBIOLOGI
1 Fecal Coliform MPN/100ml 2000 -
2 Total coliform MPN/100ml 10000 -
Keterangan: *) = PP No. 82 Tahun 2001
Tabel 2.7. Metode Analisis Kualitas Air
No Parameter Metode Analisis Alat Analisis Baku Mutu
A. FISIKA
1 Warna Kalorimetrik/
spektrofotometrik
Kalorimeter/
Spektrofotometer
50 TCU
2 Rasa dan Bau Organoleptik -- Tidak
berasa dan
berbau
3 Kekeruhan Turbidimetrik Turbidimeter 25 NTU
4 Padatan terlarut
(TDS)
Gravimetrik Timbangan Analitik
dan kertas saring
0,45 m
1500 mg/l
5 Suhu Expansion Termometer Suhu Udara
30C
B. KIMIA
65
No Parameter Metode Analisis Alat Analisis Baku Mutu
No Parameter Metode Analisis Alat Analisis Baku Mutu
1 Air Raksa(Hg) Spektroskopi
Serapan Atom
Atomic Absorption
Spectrophotometer
(AAS)
0,001mg/l
2 Arsen (As) Pembentukan Arsen
Spektroskopi
Serapan Atom
Atomic Absorption
Spectrophotometer
(AAS)
0,05mg/l
3 Florida (F) Spektrofotometrik Spektrofotometer 1,5 mg/l
4 Krom
hexavalent (Cr6+)
Ko-Presipitasi
Spektros kopi
Serapan Atom
Flameless Atomic
Ab sorption
Spectrophoto meter
(AAS)
0,05mg/l
5 Kadmium (Cd) Ekstraksi solven –
Spektroskopi
Serapan Atom
Flameless Atomic
Ab sorption
Spectrophoto meter
(AAS)
0,005mg/l
6 Nitrit sebagai N2 Spektrofotometrik Spektrofotometer 1 mg/l
7 Nitrat sebagai N3 Spektrofotometrik Spektrofotometer 10 mg/l
8 Selenium (Se) Reduksi dengan
Nyala hidrogen
(Spektroskopi
Serapan Atom)
Spektroskopi
Serapan Atom
0,01 mg/l
9 Aluminium (Al) Spektrofotometrik,
Spektroskopi
Serapan Atom
Spektrofotometer,
AAS
0,2 mg/l
10 Besi (Fe) Spektrofotometrik,
Spektroskopi
Serapan Atom
Spektrofotometer,
AAS
1 mg/l
11 Kesadahan
(CaCO3)
Konduktivitimetrik Salinometer 500 mg/l
12 Klorida (Cl) Titrasi Argentometrik Titrasi 600 mg/l
13 Mangan (Mn) Spektrofotometrik,
Spektroskopi
Serapan Atom
Spektrofotometer,
AAS
0,5 mg/l
66
No Parameter Metode Analisis Alat Analisis Baku Mutu
14 Ph Potensiometrik Ph meter 6,5 – 9
15 Zeng (Zn) Ekstraksi solven –
Spektroskopi
Serapan Atom
Flameless Atomic
Ab sorption
Spectrophoto meter
(AAS)
15 mg/l
16 Sulfat (SO4) Gravimetrik Skala Analisis 400 mg/l
17 Sianida Spektrofotometrik,
Spektroskopi
Serapan Atom
Spektrofotometer,
AAS
0,1 mg/l
18 Timbal(Pb) Spektrofotometrik,
Spektroskopi
Serapan Atom
Spektrofotometer,
AAS
0,1 mg/l
B. KIMIA ORGANIK
No Parameter Metode Analisis Alat Analisis Baku Mutu
1 Zat
Organik(KMnO4)
Titrasi Buret 10mg/l
2 Diterjen Titrasi Buret 0,5mg/l
C. MIKROBIOLOGI
No Parameter Metode Analisis Alat Analisis Baku Mutu
1 Fecal Coliform MPN or Filtration MPN Table, Filter
hol-der and
counterfunnel
50
2 Total Coliform MPN or Filtration MPN Table, Filter
hol-der and
counterfunnel
10
Sumber: KepMenKes No.416/MENKES/Per/IX/1990
Untuk analisis mikrobiologi air minum/bersih adalah menggunakan secara mikrobiologi
dengan metode MPN/JPT, sesuai dengan persyaratan pada Per.Men.Kes RI No. 416
/MEN.KES/PER/IX/1990.
Tabel 2.8. Metode Analisis Pengujian Mikrobiologis Air Bersih
67
Parameter Satuan Metode
Batas
Maksimum)*
AM AB P/N
Total kolifomJPT/100
ml
Tabung ganda, APHA
9221.E,Ed.20.19980 10/50
Koliform tinjaJPT/100
ml
Tabung ganda, APHA
9221.E,Ed.20.19980 #
Angka lempeng
total
JPT/100
ml
Metode Tabur APHA
9215.B,Ed.20.1998# #
Sumber: Per.Men.Kes RI No. 416 /MEN.KES/PER/IX/1990
c. Sistem Drainase
Dalam menganalisis sistem hidrologi/drainase di kawasan studi, maka perencanaan
arah dan pola aliran serta sistem jaringan drainase diarahkan untuk dapat
menampung limpasan air hujan di area perencanaan sesuai curah hujan rencana
yang ditetapkan. Hal-hal yang diamati secara primer dianalisis sesuai dengan ada
tidaknya kemampuan saluran dalam menampung debit banjir, maupun kemampuan
tukad untuk mengalirkan air maupun kelayakan daya tampung yang dimiliki
d. Sistem Transportasi
Data-data transportasi berupa volume lalu-lintas dari berbagai jenis kendaraan
dianalisis dengan menggunakan prediksi peningkatan jumlah kendaraan terhadap
pola distribusinya di jalan. Prediksi jumlah kendaraan sangat penting untuk
memprakirakan sampai berapa lama terjadi kemacetan, tinggi kerusakan jalan dan
tingkat pelayanan jalan.
Data survey volume lalu lintas dapat dianalisa secara diskriptif dengan perhitungan
volume lalu-lintas seluruh jalan yang diteliti dan tiap jenis kendaraan yang diamati
untuk setiap interval 15 menit. Dianalisa pula kecenderungan arus lalu-lintas pada
jam-jam puncak pagi, siang dan malam hari.
Untuk mengetahui tingkat kerusakan jalan, perlu terlebih dahulu dilakukan prakiraan
pertambahan jumlah lalu lintas dan jenis kendaraan yang lewat/digunakan. Tahap
berikutnya adalah menganalisa tingkat kerusakan jalan dengan metode analisis yang
umumnya digunakan oleh Bina Marga yaitu:
1. Nilai Prosentase Kerusakan (Np)
68
Nilai prosentase kerusakan merupakan prosentase luas permukaan jalan yang
rusak terhadap keseluruhan bagian jalan yang ditinjau dengan nilai Np
sebagai berikut:
Nilai Np = 2 jika kerusakan 0% - 5% : sedikit sekali
Nilai Np = 3 jika kerusakan 5% - 20% : sedikit
Nilai Np = 5 jika kerusakan 20% - 40% : sedang
Nilai Np = 7 jika kerusakan > 40 : banyak
2. Nilai bobot kerusakan jalan (Nb)
Nilai bobot kerusakan jalan dapat dilihat dari pengamatan langsung dari jalan
dengan bentuk kerusakan sebagai berikut:
a. Tambalan : 4
b. Retak : 5
c. Lepas : 5,5
d. Lubang : 6
e. Alur : 6
f. Gelombang : 6,5
g. Ambles : 7
h. Belahan : 7
3. Nilai jumlah kerusakan jalan (Nj)
Nilai jumlah kerusakan jalan merupakan perkalian antara nilai prosentase
kerusakan jalan (Np) dan nilai bobot kerusakan jalan (Nb). Nilai jumlah
kerusakan jalan (Nj) diperoleh dari Manual Penilaian Kondisi Permukaan
Jalan, Ditjen Bina Marga, tahun 1979, sehingga Nj = Np x Nb.
Tabel 2.9 Nilai Jumlah Kerusakan (Nj)
NoJenis kerusakan
Sedikit
sekaliSedikit Sedang Banyak
1
2
3
4
5
6
7
Tambalan
Retak
Lepas
Lubang
Alur
Gelombang
Ambles
8
10
11
12
12
13
17
12
15
16.5
18
18
19.5
21
16
20
27.5
30
30
32.5
35
20
25
38.5
42
42
45
49
69
NoJenis kerusakan
Sedikit
sekaliSedikit Sedang Banyak
8 Belahan 14 21 35 49
Jumlah
Sumber: Manual Penilaian Kondisi Permukaan Jalan, Direktorat Jendral Bina Marga
4. Nilai Kerusakan Jalan (Nr)
Nr merupakan nilai yang diperoleh dari total nilai jumlah kerusakan.
5. Nilai Kenyamanan (Nn)
Nilai kenyamanan jalan diperoleh dari hasil penilaian dengan batasan sebagai
berikut:
a. Nyaman = 30
b. Kurang nyaman = 45
c. Tidak nyaman = 55
6. Nilai Gabungan Kondisi (Ng)
Ng merupakan nilai yang diperoleh dari gabungan antara nilai kerusakan (Nr)
dan nilai kenyamanan (Nn) dengan hubungan sebagai berikut:
Ng = 0,5 Nr + 0,5 Nn
7. Nilai Kondisi Permukaan Jalan (V)
V adalah nilai yang diperoleh dari nilai gabungan kondisi. Dengan
diketahuinya nilai gabungan kondisi, maka dapat ditentukan nilai kondisi
permukaan jalan
Tabel 2.10. Hubungan Nilai Gabungan Kondisi dengan Nilai Kondisi Permukaan
No. Kondisi Nilai Kondisi Permukaan Nilai Gabungan Kondisi
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Sedang
Jelek
8-10
6-8
4-6
<4
20-30
30-50
50-75
75-150
Sumber: Manual Penilaian Kondisi Perkerasan Jalan Direktoral Jendral Bina Marga
e. Ruang, Lahan dan Tanah
Parameter yang diamati adalah peruntukan lahan dengan kategori sebagai berikut
1. Penggunaan lahan pada saat ini disekitar rencana kegiatan/proyek. Obyek yang
diamati adalah kondisi penggunaan lahan di sekitar lokasi proyek serta
penggunaan lahan di luar lokasi proyek yang diprakirakan akan terpengaruh
70
oleh rencana kegiatan/proyek. Kegiatan pengamatan penggunaan lahan
disekitar rencana kegiatan/proyek ini dilakukan sebagai dasar untuk
mendeskripsikan rona awal penggunaan lahan.
2. Peruntukan lahan yang sudah direncanakan Pemerintah Kabupaten
Karangasem melalui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang ada.
3. Analisis terhadap perubahan tata guna lahan dan tata ruang dilakukan dengan
melihat kesesuaian antara proyek yang dilaksanaka1n dengan produk
RTRW/RTRK ataupun RDTRK di wilayah yang menjadi lokasi proyek.
f. Data Komponen Lingkungan Biologi
Analisa komponen biologi dapat dijelaskan sebagai berikut :
f.1. Vegetasi darat
Jumlah individu Spesies AKerapatan = ----------------------------------------------- X 100%
Luas area sampling
Jumlah plot ditemukan Spesies AFrekwensi = ----------------------------------------------- X 100%
Jumlah seluruh plot
Jumlah basal area spesies ADominasi = ----------------------------------------------- X 100%
Luas area sampling
Kerapatan Spesies AKerapatan relatif = ----------------------------------------------- X 100%
Kerapatan seluruh jenis
Frekwensi Spesies AFrekwensi relatif = ---------------------------------------------- X 100%
Frekwensi seluruh jenis
Dominansi Spesies ADominansi relatif = ----------------------------------------------- X 100%
Dominansi seluruh jenis
Indek Nilai Penting = Kerapatan relatif + Frekwensi relatif + Dominansi relatif.
Referensi : Agoes Soegianto, 1994, “ Ekologi Kuantitatif “ Usaha Nasional,
Surabaya
Dari data indek nilai penting (IVi) yang berkisar antara 0 – 3 (300%), dapat digunakan
untuk mendiskripsikan adanya dominansi suatu spesies dalam komunitas.
71
f.2. Fauna daratan
Fauna dataran yang teridentifikasi dapat diprediksi kepadatan populasinya.
Kepadatan populasi (N) dalam suatu tempat (A), dapat dihitung dengan rumus :
( Agoes Soegianto, 1994, “ Ekologi Kuantitatif “ Usaha Nasional, Surabaya)
n(2n –1)AN = ----------------
2LrSedangkan analisis struktur komunitas fauna daratan, digunakan indeks Simpson
(1949), sebagai berikut :
ni(ni-1) = -------------------
N(N-1)
Dimana adalah indek dominansi dan ni adalah jumlah individu spesies ke i , bila
suatu komunitas memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, maka akan mempunyai
dominansi yang rendah. Jenis keanekaragaman dapat dihitung dengan rumus :
Ds = 1 -
Dimana Ds adalah indeks Keanekaragaman Simpson, nilai berkisar antara 0 – 1
makin mendekati 1 tingkat keanekaragaman makin tinggi.
Hasil pengamatan burung dianalisis kelimpahannya dengan indeks Kelimpahan
Jorgennsen, dengan perhitungan :
D = ni / N X 100 %
D = Indeks Kelimpahan jenis burung 1
ni = Jumlah individu burung jenis 1
N = Jumlah individu total semua jenis burung
g. Data Komponen Lingkungan Sosial-Ekonomi-Budaya
Analisis komponen sosial-ekonomi-budaya dilakukan dengan tujuan untuk melihat
pola kecenderungan dan bukan merupakan pola hubungan antar variabel, sehingga
digunakan metode statistik deskriptif. Data-data demografi dan kependudukan
dianalisis secara kuantitatif melalui beberapa rumusan seperti perhitungan
kepadatan penduduk, proyeksi jumlah penduduk dengan dasar perhitungan kondisi
penduduk saat ini.
Untuk data sosial-ekonomi seperti masalah ketenaga-kerjaan dan tingkat
pendapatan dapat dianalisis secara kualitatif berdasarkan kegiatan mobilisasi tenaga
72
kerja untuk pembangunan serta kegiatan perekonomian setempat yang
mendukungnya.
Untuk data sosial-budaya yang meliputi persepsi masyarakat, ada tidaknya
keresahan masyarakat/sosial, kamtibmas dapat dianalisis secara kualitatif
berdasarkan data yang telah dihasilkan dari hasil wawancara/kuisioner dan
konsultasi publik yang telah dilakukan. Beberapa rumusan yang dapat digunakan
untuk aspek sosial-ekonomi-budaya adalah sebagai berikut:
Rasio beban ketergantungan (Dependency Ratio) (Suwandjoko Warpani, ITB
Press)
DR = P(0-14) P65 + x k
P(15-64)
Dimana:
DR =dependency ratio (%)
P(0-14) dan P65+ = jumlah penduduk yang berusia 0 – 14 dan lebih dari 64 tahun.
P(15-64) = jumlah penduduk yang berusia 15 – 64 tahun (usia Produktif)
K =satuan per 100
Kepadatan Penduduk (Dencity) (Suwandjoko Warpani, ITB Press)
D = P o
L
D = kepadatan Penduduk wilayah dan tahun tertentu (jiwa/km2)
Po = Jumlah penduduk pada wilayah dan tahun tertentu (jiwa/km2)
L = Luas wilayah (km2)
Rasio Jenis Kelamin (sex Ratio) (Suwandjoko Warpani, ITB Press)
SR = P Laki x k
P Wanita
Dimana: SR = Sex Ratio (%)
P Laki = Jumlah Penduduk laki-laki (jiwa)
P Wanita = Jumlah Penduduk Wanita (jiwa)
K = Satuan Per 100
h. Data Komponen Lingkungan Kesehatan Masyarakat
73
Komponen kesehatan masyarakat yang akan dianalisis dalam studi AMDAL ini
adalah data-data yang terkait dengan sarana dan prasarana kesehatan, tenaga
medis, temuan jenis penyakit terbanyak, perilaku masyarakat terkait dengan
kesehatannya, dan fasilitas sanitasi lingkungan yang dimiliki masyarakat. Metode
analisanya adalah statistik deskriptif, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Untuk menganalisa aspek kesehatan masyarakat digunakan metode profesional
judgement yang didukung oleh data hasil kuesioner maupun data sekunder dari
Puskesmas setempat. Jenis penyakit yang digunakan sebagai indikator dalam
analisa ini adalah Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), alergi serta diare. ISPA
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri yang menyerang
saluran pernapasan bagian atas (hidung dan pangkal tenggorok). Penyakit ini
ditularkan melalui udara (airborne infection). Oleh karena itu, angka kejadian
penyakit ISPA (prevalensi) akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat
pencemaran udara di lingkungan tersebut. Selain ISPA, alergi juga bisa ditimbulkan
akibat terjadinya pencemaran udara. Jenis penyakit lain yang dapat dijadikan
indikator untuk menganalisis dampak terhadap kesehatan masyarakat adalah
meningkatnya jenis penyakit yang dominan di daerah tersebut selain ISPA dan alergi
yaitu diare yang disebabkan karena penurunan kualitas lingkungan akibat genangan
ataupun pencemaran terhadap air permukaan/air sumur penduduk.
Analisis resiko kualitatif dan kuantitatif diprakirakan dengan menggunakan data
kecenderungan penyakit yang diderita masyarakat `sekitar yang kemudian
dikorelasikan dengan penyakit yang biasa timbul akibat kegiatan. Analisis biaya
dampak kesehatan dilakukan dengan perhitungan terhadap jumlah penyakit yang
biasa diderita oleh masyarakat akibat kegiatan dan kemudian dihitung biaya
penanggulangan dampak kesehatan tersebut. Analisis perubahan perilaku
masyarakat dilakukan untuk menentukan besaran dampak yang dihasilkan akibat
isu pokok pada suatu kegiatan.
5. METODE PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
Prakiraan dampak yang dimaksud merupakan proses pendugaan adanya dampak
lingkungan akibat kegiatan proyek Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten
Karangasem pada perspektif ruang, waktu, dan tahapan kegiatan, baik ditinjau dari
besaran dampak maupun tingkat kepentingan dampak. Besaran dampak menunjukkan
besarnya perubahan lingkungan yang terjadi akibat rencana kegiatan. Sedangkan tingkat
kepentingan dampak menunjukkan nilai pentingnya perubahan lingkungan akibat
rencana kegiatan.
74
Langkah awal dalam memprakirakan dampak adalah dengan mengidentifikasi dampak
kegiatan proyek Rencana Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten Karangasem
terhadap komponen lingkungan. Proses identifikasi dampak dilakukan dengan
menggunakan metode cheklist yang dituangkan dalam matriks interaksi antara
komponen kegiatan dengan komponen lingkungan. Proses selanjutnya adalah
melakukan pelingkupan untuk menentukan komponen kegiatan dan lingkungan yang
benar-benar mempunyai kaitan yang sangat kuat yang nantinya akan diprediksi dan
dievaluasi dampaknya. Selain identifikasi, dalam memprediksi dampak juga dibuat
diagram alir dampak untuk memperlihatkan alur dampak, sehingga akan terlihat gradasi
dampak yang meliputi dampak primer, sekunder dan tersier.
Metode yang akan digunakan untuk melakukan prakiraan dampak dapat memilih dari
salah satu metode yang ada tergantungan pada jenis komponen lingkungan yang
dimaksud. Adapun metode-metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Metode Pendekatan Model Matematis
Melalui penggunaan rumus matematis yang sesuai dengan kegiatan proyek serta
keadaan alam disekitar proyek yang akan diperkirakan seberapa jauh dampak yang
akan terjadi. Dampak yang diperkirakan dengan metode pendekatan model matematis
adalah penurunan jumlah vegetasi, debu dan penurunan kualitas udara, tumpahan
material di jalan,tersedianya jalan akses, kecelakaan kerja, perubahan kualitas air
permukaan, erosi dan sedimentasi, perubahan kuantitas dan kualitas air tanah,
pengendalian banjir, peningkatan limbah padat dan cair domestic.
b. Metode Pendekatan Berdasarkan Analogi
Prakiraan dampak dengan metode ini adalah dengan mengkaji masalah lingkungan
yang timbul di suatu lokasi yang mempunyai perilaku ekosistem yang sama dengan
lokasi proyek yang akan diperkirakan dampaknya.
Lokasi tersebut dipakai sebagai suatu pembanding/analog dari suatu lokasi proyek
yang akan dipakai sebagai studi, dalam hal ini lokasi proyek Rencana Konservasi
Pantai Candidasa di Kabupaten Karangasem, sehingga akan diperoleh prakiraan
masalah-masalah lingkungan yang akan timbul dari kegiatan proyek ini. Komponen
lingkungan yang prakirakan dampaknya berdasarkan pada analogi adalah: Keresahan
masyarakat, nilai kompensasi, gangguan kesehatan masyarakat, terciptanya
kesempatan kerja, kerusakan jalan, dan timbulan limbah B3 (padat dan cair), dll.
75
c. Metode Pendekatan Berdasarkan Empiris
Melalui metode yang berdasarkan hukum-hukum yang berlaku di lingkungan yang
menggambarkan sebab akibat. Komponen lingkungan yang prakiraan dampaknya
berdasarkan empiris antara lain peningkatan estetika lingkungan, timbulnya bau tidak
sedap dan vektor penyakit, pengembangan pariwisata, pengembangan budidaya
perikanan..
d. Metode Pendekatan dengan Penggunaan Baku Mutu Lingkungan
Prakiraan dampak dengan metode ini menggunakan pendekatan pada standar atau
kriteria baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan berdasarkan pada peraturan
perundangan yang berlaku, baik yang berskala nasional, sektoral maupun regional.
Standar (baku mutu)ataupun kriteria ini umumnya dipergunakan sebagai pembanding
terhadap nilai parameter komponen lingkungan yang telah maupun yang akan
diperkirakan berubah terhadap nilai ambang batas yang diperbolehkan atau diijinkan.
Komponen lingkungan yang menggunakan baku mutu lingkungan adalah kualitas air,
kualitas udara dan kebisingan.
e. Metode Penilaian Para Ahli (Profesional Judgement)
Dampak lingkungan yang akan timbul dari proyek Konservasi Pantai Candidasa di
Kabupaten Karangasem diprakirakan oleh para anggota tim ahli sesuai dengan
keahlian dari masing-masing anggota tim. Dengan pengalaman dalam disiplin ilmu
pakar yang bersangkutan mempunyai intuisi yang kuat terhadap sesuatu hal dalam
bidang atau komponen yang ditekuni, dari alasan ini maka pendugaan komponen
lingkungan dapat didekati dengan kepakaran para ahli dibidangnya. Komponen
lingkungan yang digunakan biasanya bukan komponen yang detail, tetapi merupakan
bidang yang luas. Komponen lingkungan yang prakirakan dampaknya berdasarkan
penilaian (judgement) adalah: kualitas udara dan kebisingan, air tanah, flora dan
fauna, kesehatan masyarakat, konflik sosial/ketidakpuasan, sanitasi lingkungan, serta
persepsi dan sikap masyarakat.
Beberapa metode formal yang dapat digunakan untuk menghitung perubahan
lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Kualitas Udara
Selain dengan gaussian methode, perubahan kualitas udara dapat dihitung melalui
pendekatan konversi ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara) yang berpedoman
pada Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep. 107-/KABAPEDAL/11/1997 tentang
76
Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi ISPU sebagai
berikut:
Tabel 2.11. Batas ISPU dalam satuan SI (pada T = 25 C dan 760 mm Hg)
Indeks Standar
Pencemar
Udara
24 jam PM10
(g/m3)
24 jam SO2
(g/m3)
8jam CO
g/m3)
1 jam O3
(g/m3)
1 jam NO2
(g/m3)
50
100
200
300
400
500
50
150
350
420
500
600
80
365
800
1600
2100
2620
5
10
17
34
46
57,5
120
235
400
800
1000
1200
(2)
(2)
1130
2260
3000
3750
Sumber: Kep-107/KABAPEDAL/11/1997
Kategori dan rentang Polutan Standart Index, sebagai berikut:
0 - 50 : Baik
51 - 100 : Sedang
101 – 199 : Tidak sehat
200 – 299 : Sangat tidak sehat
300 - keatas : Berbahaya
2. Kebisingan karena mobilitas alat dan material
Pernyataan tingkat bising sesuai dengan Kepmen LH Nomor
KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan sebagai berikut:
Tingkat Bising Ekivalen: iL1,0Jek 10N
N
1log10L
dengan: N = Jumlah total pengukuran
NJ = Jumlah pengukuran pada tingkat bising Li
Lek = Tingkat bising ekivalen
Tingkat Bising Siang: ekiLJS NL .1,010
15
1log10
dengan: LS = Tingkat bising siang
Leki = Jumlah jam pada tingkat kebisingan Lek
Tingkat Bising Malam: ekiLJM NL .1,010
9
1log10
dengan: LM = Tingkat bising malam
77
Lek = Jumlah jam pada tingkat kebisingan Lek
Tingkat Bising Siang-Malam:
ekieki L
JL
JSM NNL .1,0.1,0 109
110
15
1log10
dengan: LSM = Tingkat bising siang-malam
Lek = Jumlah jam pada tingkat kebisingan Lek
Metode formal untuk menghitung tingkat kebisingan di sekitar lokasi kegiatan
akibat lalu-lintas darat adalah sebagai berikut:
Ae = 7,4. 10-8 f2 r/B
Dimana:
Ae = tingkat kebisingan yang dilemahkan oleh absorbsi udara (dB)
f = tingkat frekuensi sumber bising (Hz)
r = jarak sumber ke reseptor (m)
B = kelembaban relative (%)
Untuk skala perubahan kualitas kebisingan selain dapat dihitung dengan formula
diatas, secara umum skala tingkat kebisingan dapat dikonversi melalui Nilai Skala
Kualitas Lingkungan Kebisingan.
Tabel 3.12. Skala Kualitas Lingkungan Kebisingan
Skala Tingkat kebisingan (dBA)
5 50-60 (a) 50-55 (b) 50-52 (c)
4 60-70 (a) 55- 63 (b) 52-59 (c)
3 70-80 (a) 63-71(b) 59-64 (c)
2 80-90 (a) 71- 82 (b) 64-77 (c)
1 90-100 (a) 82-100 (b) 77-100 (c)
Sumber: Canter and Hill, 1999
Keterangan: a. sesaat pada suatu waktu
b. sering di beberapa tempat
c. terus menerus di beberapa tempat
Atau dapat pula dihitung akumulasi rambatan tingkat kebisingan kegiatan
operasional proyek dengan formula sebagai berikut: (Razif M, Adhi Y, 2001)
LP total = 10 log (P12/P0
2) + (P22/P0
2)
78
Dimana:
LP total = tingkat kebisingan total (dBA)
P1 = intensitas suara sumber 1 (N/m2)
P2 = intensitas suara sumber 2 (N/m2)
P0 = Intensitas suara referensi (N/m2)
Perubahan tingkat kebisingan karena perubahan jarak dapat dihitung dengan
rumus:
LP 2 = LP1 - 20 log (R2/R1)
Dimana:
LP 1 = tingkat kebisingan pada jarak r1 (dBA)
LP 2 = tingkat kebisingan pada jarak r2 (dBA)
r1 = jarak pengukukuran kebisingan dari sumber kebisingan 1
r2 = jarak pengukukuran kebisingan dari sumber kebisingan 2
Tabel 2.13. Rambatan Bising Peralatan Konstruksi
Jarak dari
Sumber
Bising (R),
m
Rambatan Bising, dBA
Cement
MixerCrane Derrick
Hammmer
Pile
0 110,0 100,0 95,0 115,0
100 62,0 52,0 47,0 67,0
200 56,0 46,0 41,0 61,0
300 52,5 42,5 37,0 58,0
400 50,0 40,0 35,0 55,0
500 48,0 38,0 33,0 53,0
3. Kualitas Air
Untuk menentukan besarnya beban pencemaran kegiatan terhadap kualitas air
akan digunakan bentuk persamaan sebagai berikut:
BP = total (BP dp) j - total (BP tp)j
dimana:
dp = dengan proyek
79
tp = tanpa proyek
j = jenis/sumber limbah
Dengan menganggap bahwa antara air dengan limbah akan tercampur dengan
sempurna maka besarnya kandungan parameter tertentu dalam air (badan air)
akan dihitung dari persamaan Mixing Zone Model sebagai berikut:
C = Q0.C0 + Q1.C1
Q0 + Q1
dimana:
Q0 = laju aliran badan air
Q1 = laju aliran limbah cair
C0 = konsentrasi zat tertentu dalam badan air
C1 = konsentrasi zat tertentu dalam air limbah
C = konsentrasi zat tertentu dalam sungai/perairan setelah bercampur
4. Volume Air Limbah
Metode formal untuk menghitung produksi limbah cair adalah sebagai berikut: (Ir.
Achmad Mufid, Pengelolaan Air Limbah, 1989)
Vc = (0,7 - 0,8) x Q x P
dimana:
Vc : produksi limbah cair (m3)
Q : kebutuhan air bersih, l/orang/hari
P : jumlah pemakai (orang)
5. Kebutuhan Air bersih
Kebutuhan air total dihitung berdasarkan jumlah pemakai air yang telah diproyeksikan
untuk 5-10 tahun mendatang dan kebutuhan rata-rata setiap pemakai setelah
ditambahkan 20% sebagai faktor kehilangan air (kebocoran). Kebutuhan total ini dipakai
untuk mengetahui apakah sumber air yang dipilih dapat digunakan. Kebutuhan air
ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut:
a. Hitung kebutuhan air dengan persamaan berikut:
80
dengan pengertian:
Qrnd = kebutuhan air (liter/hari)
q = konsumsi air per orang per hari (liter/orang/hari)
P = jumlah jiwa yang akan dilayani sesuai tahun perencanaan (jiwa)
f = faktor maksimum (1,05-1,15)
b. Hitung kebutuhan air total dengan persamaan:
dengan pengerean:
Qt = kebutuhan air total dengan faktor kehilangan air 20% (liter/hari)
c. Bandingkan dengan hasil pengukuran debit sumber air baku apakah dapat
mencukupi kebutuhan ini. Jika tidak mencukupi cari alternatif sumber air baku lain.
6. Sistem transportasi
Volume kendaraan yang lewat di jalan dianalisis dengan menggunakan prediksi
peningkatan jumlah kendaraan terhadap pola distribusinya. Dampak yang
diperkirakan timbul dalam aspek transportasi adalah kemacetan lalu lintas dan
kerusakan jalan. Dengan memperkirakan besarnya kemacetan yang ditimbulkan
akibat kegiatan proyek, parameter yang ditinjau adalah kapasitas jalan dan derajat
kejenuhan. Untuk memperkirakan derajat kerusakan jalan, perlu terlebih dahulu
dilakukan prakiraan pertambahan jumlah lalu lintas dan jenis kendaraan yang
lewat/digunakan. Tahap berikutnya adalah menganalisis tingkat kerusakan jalan
dengan cara yang digunakan oleh Bina Marga.
Jumlah volume material dan jadwal pengangkutannya untuk memprediksikan
volume kendaraan pengangkut material yang akan beroperasi selama kegiatan
berlangsung. Pertambahan transportasi tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
(Razif M, Adhi Y, 2001).
N = (N.V)/(T.Q),
Dimana:
N = jumlah truk (N/hari)
V = volume bahan bangunan (m3)
T = waktu kontruksi (bulan)
Q = transported soil (m3/hari) = 60 q E/Cm
E = waktu effisiensi
81
Cm = necessary time (menit) = 3.3 L + 16
L = jarak transportasi (km)
N = (N.V)/(T.Q)
Untuk memprakirakan ada tidaknya perubahan tingkat pelayanan jalan atau
derajat kejenuhan suatu jalan (DS) dapat dipakai acuan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI) 1997. Apabila dikerjakan secara manual rumus-rumus yang
dipakai adalah sebagaimana diuraikan dibawah. Berikut ini adalah rumusan yang
digunakan dalam analisa prakiraan dampak.
Perhitungan Kapasitas Jalan
C = Co * FCw * FCsf
Dimana:
C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = Faktor penyesuaian kap. Akibat lebar jalur lalu lintas
FCsp = Faktor penyesuaian kap. Akibat pemisahan arah
FCsf = Faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan
samping
Derajat Jenuh
DS = Q/C
Dimana:
DS = Derajat Jenuh
Q = Arus Lalu Lintas (smp / jam)
C = kapasitas aktual (pcu/h)
C = CO x FCw x FCSP x FCSF x FCCS
C0 = kapasitas dasar (pcu/h)
FCw = adjusment faktor untuk lebar jalan
FCSP = adjusment faktor untuk arah
FCSF = adjustment faktor untuk kebebasan samping (bahu jalan atau
kerb)
FCCS = adjustment faktor untuk besarnya kota.
Kecepatan Arus Bebas
FV = (Fvo + FVw) *FFVsf * FFVrc
82
Dimana:
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam)
Fvo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam)
FVw = Penyesuaian untuk akibat hambatan samping dan lebar bahu
FFVsf = Faktor penyesuaian akibat hambatan samping dan lebar
bahu
FFVrc = Faktor penyesuaian akibat kelas fungsional jalan dan tata
guna Lahan
Kecepatan rata-rata
Kecepatan rata-rata dihitung dengan mempergunakan MKJI 1997 dengan input
kecepatan arus bebas dan derajat jenuh.
7. Sosial-Ekonomi-Budaya
Model formal akan digunakan untuk menduga jumlah penduduk setelah proyek
pembangunan dilaksanakan, mengikuti formula sebagai berikut:
Pn = Po (1 + rn)
Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada saat proyek dilaksanakan
Po = jumlah penduduk pada saat pengukuran (rona lingkungan awal)
r = rata-rata pertumbuhan penduduk selama kurun waktu n-
t = waktu prediksi (tahun)
Untuk aspek sosial ekonomi dan budaya prakiraan besarnya dampak dilakukan
dengan 2 (dua) cara yaitu dengan metode formal dan dengan metode informal.
Metode formal digunakan untuk memprakirakan besarnya perubahan dari variabel-
variabel yang dapat terukur secara kuantitatif, diantaranya perubahan pendapatan,
adanya kesempatan kerja, perubahan mata pencaharian.
Sedangkan metode informal yang digunakan adalah teknik analogi. Metode ini
digunakan untuk memprakirakan besarnya dampak dari variabel-variabel yang
bersifat kualitatif misalnya, keresahan masyarakat. Berikut ini disajikan cara yang
digunakan untuk perhitungan prakiraan dampak komponen sosekbudkes.
Tabel 3.15. Metode Prakiraan Dampak Komponen Sosekbudkes
83
No Komponen Indikator Metode Prakiraan dampak
1 Pendapatan
Masyarakat
Peningkatan /penurunan
pendapatan
Naik, jika:
> X – Z a / 2 S / n
turun jika:
< X + Z a / 2 S / n
2 Mata
Pencaharian
Perubahan mata pencaharian Jumlah penduduk yang
kehilangan mata pencaharian
3 Kesempatan
Kerja
Tersedianya lapangan kerja dan
berusaha
Jumlah tenaga kerja yang
terserap oleh proyek dan
munculnya kesempatan
berusaha
4 Interaksi
Sosial
Persepsi masyarakat terhadap
pendatang
Analisa kualitatif terhadap hasil
kuesioner tentang adanya
pendatang baru.
5 Sikap dan
Persepsi
Adanya persepsi masyarakat
dengan adanya proyek (baik
dalam bentuk ganti rugi maupun
perubahan sosial, ekonomi dan
budaya)
Analisa kualitatif (proporsi)
berdasarkan pendapatan
masyarakat (dari data kuesioner)
8. Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat
Besaran dampak mencakup jenis, sifat, sebaran dan beban yang diproyeksikan
kepada jumlah penduduk terkena dampak. Sementara kecenderungan
dimaksudkan sebagai dampak yang segera muncul dan dampak tertunda. Jadi
metoda yang akan digunakan hendaknya merupakan rangkuman dan dua hal
tersebut.
Beberapa metoda yang dapat dipergunakan untuk prakiraan dampak kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan perubahan lingkungan berdasar Keputusan
Ka. BAPEDAL Nomor KEP. 124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek
Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan AMDAL antara lain adalah:
Perkiraan perluasan habitat vektor penyakit
Analisis risiko kualitatif dan kuantitatif
Analisis jalur pemajanan di masa depan
Analisis risiko epidomiologis (absolute risk, attributable, dan relatif risk)
Analisis biaya dampak kesehatan
84
Analisis perubahan perilaku masyarakat terhadap dampak kesehatan.
Prakiraan besarnya dampak merupakan selisih kualitas lingkungan, yaitu pada
saat kegiatan rencana Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten Karangasem
berlangsung mulai tahap pra konstruksi sampai pasca konstruksi (RL dengan
proyek) dan kondisi kualitas lingkungan pada saat belum dibangunnya proyek
(RL tanpa proyek).
Berbeda dengan prakiraan dampak penting yang ditinjau berdasarkan enam
kriteria untuk satu komponen lingkungan, besarnya dampak atau kriteria kualitas
lingkungan yang terjadi dan ditinjau per komponen kegiatan untuk satu komponen
lingkungan.
Dari kajian pada bab prakiraan dampak atau penentuan besarnya perubahan
kualitas lingkungan akibat kegiatan, besarnya perubahan kualitas lingkungan
tersebut diberi bobot dalam angka 1 hingga 5, yang disesuaikan dengan data dari
literatur & acuan yang digunakan yaitu Standard Skala Kualitas Lingkungan dari
Chafid Fandeli, “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar dan
Pemapanannya Dalam Pembangunan”, Tabel 7.13. hal. 169.
Berdasarkan acuan ini, perubahan kualitas lingkungan dibagi dalam 5 (lima)
skala, yaitu:
skala 1 : kondisi lingkungan sangat buruk
skala 2 : kondisi lingkungan buruk
skala 3 : kondisi lingkungan sedang
skala 4 : kondisi lingkungan baik
skala 5 : kondisi lingkungan sangat baik
Seperti pada tabel 2.16 dan 2.17 berikut adalah skala kualitas lingkungan yang
dapat digunakan untuk menilai skala besarnya perubahan kualitas lingkungan.
Tabel 2.16. Kriteria Kualitas Lingkungan Geo Fisik Kimia
NoKomponen
Lingkungan
Nilai dan Rentangan *)
1 2 3 4 5
I
1
2
II
1
KUALITAS UDARA
Debu ( mg/m3)
Bau
KEBISINGAN
Tingkat Kebisingan
(dBA)
0.26
Sangat
berbau
> 60
0.20-0.25
Berbau
56-60
0.13-0.19
Agak berbau
51-55
0.06-0.12
Sedikit
berbau
45-60
0.05
Tidak berbau
41-45
85
NoKomponen
Lingkungan
Nilai dan Rentangan *)
1 2 3 4 5
III
1
2
3
IV
1
2
V
1
2
3
4
TANAH & LAHAN
Topografi (%)
Tata Guna Lahan
Erosi Longsoran
HIDROLOGI
Kualitas Air
a. Warna
b. Rasa
c. Bau
d. Kekeruhan
Debit (m3/hr)
LINGKUNGAN
Estetika Lingkungan
Limbah Domestik
(m3/hr)
Kualitas Jalan
Gangguan Lalu-lintas
15
Terjadi
perubahan
81-100%
> 10 kali
Setahun
Hitam-coklat
Asin
Sangat
berbau
Keruh
berlumpur
< 1
Kondisi
alamiah
kurang
> 5.50
> 40% rusak
> 40%
8-15
Perubahan
61-80%
6-9 kali per
tahun
Agak coklat
Payau
Berbau tanpa
dicium
langsung
Keruh
1-10
Kondisi
alamiah
sedang
4.76-5.50
21-40%
Rusak
21-40%
5-8
Perubahan
41-60%
5-3 kali per
tahun
Kuning
Asam
Berbau bila
dicium
langsung
Agak keruh
10-50
Kondisi
alamiah
cukup
4.01-4.75
11-20%
rusak
< 10%
2-5
Perubahan
21-40%
2-1 kali per
tahun
Agak kuning
Agak asam
Agak berbau
bila dicium
langsung
Bening
berwarna
50-100
Kondisi
alamiah baik
3.26-4.00
< 10%
Rusak
< 10%
0-2
Perubahan
20%
Tidak pernah
longsor
Terang
Tawar
Tidak berbau
Bening tak
berwarna
> 100
Kondisi
alamiah
sangat baik
3.25
Tidak terjadi
kerusakan
Tidak
terganggu
Sumber: Fandeli, Chafid (1992)
*) Keterangan: nilai/kriteria
1. sangat jelek
2. jelek
3. sedang
4. baik
86
5. sangat baik
Tabel 2.17. Kriteria Kualitas Lingkungan Biologi dan Sosekbudkesmas
No. Komponen LingkunganNilai dan Rentangan *)
1 2 3 4 5
I
1
2
3
II
1
2
3
4
5
BIOLOGI
Keanekaragaman Flora
Keanekaragaman Fauna
Kerapatan Relatif Vegetasi
(ph/ha)
SOSEKBUDKESMAS
Mata Pencaharian
Interaksi Sosial (Norma
Sosial)
Nilai Budaya
Kesehatan Masyarakat (5
macam jenis penyakit
terbanyak)
Persepsi Masyarakat
0-0.17
0-0.17
20
Menganggur
Terjadi
perubahan
sangat besar
Sda
1-5 semuanya
penyakit
infeksi.
Sangat tidak
setuju (>70%)
0.18-0.35
0.18-0.35
21-50
Tidak
menentu
Terjadi
perubahan
besar
Sda
1-3
penyakit
infeksi; 4-5
bukan
Tidak setuju
(50-69%)
0.36-0.53
0.36-0.53
51-100
Ada mata
pencaharian
Terjadi
perubahan
agak besar
Sda
1-2 penyakit
infeksi; 3-5
bukan.
Kurang setuju
(30-49%)
0.54-0.71
0.54-0.71
101-200
Ada mata
pencaharian
pokok
Hanya sedikit
terjadi
perubahan.
Sda
1 penyakit
infeksi; 2-5
bukan
Setuju
(10-29%)
0.72
0.72
200
Ada mata
pencaharian
pokok+
sambilan.
Tidak terjadi
perubahan
Sda
Tidak ada
penyakit
infeksi
Sangat setuju
(<10%)
Sumber: Fandeli, Chafid (1992)
*) Keterangan: nilai/kriteria
1. sangat jelek 4. baik
2. jelek 5. sangat baik
3. sedang
Selanjutnya melalui proses perhitungan ini akan diperoleh skala besarnya
perubahan kualitas lingkungan bila dibandingkan dengan kualitas lingkungan pada
kondisi awal (sebelum ada proyek) yang juga dibagi menjadi 3 (tiga) skala, baik
positip maupun negatip yaitu:
87
skala 1 : besar perubahan kualitas lingkungan (prakiraan dampak) kecil
skala 2 : besar perubahan kualitas lingkungan sedang
skala 3 : besar perubahan kualitas lingkungan besar
Untuk penentuan dampak penting maka batasan kriteria penentuan dampak
penting dapat ditunjukkan pada Tabel 3.18. Dengan menggunakan berbagai
metode prakiraan dampak, dampak penting hipotetik yang diindikasikan akan
timbul dianalisis untuk mengetahui sifat dan tingkat kepentingan dampak yang
selanjutnya dipakai sebagai acuan untuk melakukan evaluasi dampak penting.
Dampak penting dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Dampak positif/negatif penting
Dampak positif/negatif tidak penting
Dampak positif merupakan dampak yang ditimbulkan akibat rencana kegiatan
yang difatnya menguntungkan/meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang ada
sebelumnya. Sedangkan dampak negative merupakan dampak yang ditimbulkan
akibat rencana kegiatan yang sifatnya dapat merugikan/menurunkan kondisi
lingkungan hidup.
Untuk memprakirakan ukuran pentingnya dampak maka diperlukan batasan
kriteria dampak penting dan tidaknya dampak berdasarkan prioritas dampak
penting hipotetik dampak yang telah dihasilkan sebelumnya. Berdasarkan UU No
32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup, maka
dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria:
a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan;
b. Luas wilayah penyebaran dampak;
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
e. Sifat kumulatif dampak;
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
g. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Setiap komponen lingkungan yang ditinjau dari enam kriteria tersebut dengan
kriteria pentingnya dampak akan dibagi menjadi 2 (dua) penggolongan yaitu P
(Penting) dan TP (Tidak Penting). Penentuan arti pentingnya perubahan kualitas
lingkungan digunakan sebagai acuan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup pasal 3 dan pasal 5,
dan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep 056
88
Tahun 1994, dan UU No 32 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa dampak
penting suatu komponen lingkungan hidup ditentukan oleh:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak.
Pengertian manusia yang akan terkena dampak mencakup aspek yang luas,
maka kriteria penting dikaitkan dengan sendi-sendi kehidupan yang di
masyarakat mempunyai posisi / nilai penting. Dampak lingkungan rencana
usaha/kegiatan yang penentuannya didasarkan pada sendi-sendi kehidupan
pada masyarakat dan jumlah manusia yang terkena dampak menjadi penting
bilamana: “ manusia di wilayah studi ANDAL yang terkena dampak lingkungan
tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha/kegiatan, jumlahnya sama atau lebih
besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari usaha/kegiatan di
wilayah studi”.
2. Luas wilayah penyebaran dampak
Dampak lingkungan dari rencana usaha/kegiatan bersifat penting bilamana
”rencana usaha/kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami
perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak berbalik dampak
atau segi kumulatif dampak.
3. Lamanya dan intensitas dampak berlangsung
Dampak kegiatan dapat berlangsung lama atau dalam waktu singkat pada
setiap tahap pembangunan rencana kegiatan. Atas dasar pengertian ini maka
dampak lingkungan bersifat penting apabila rencana usaha/kegiatan
mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi lamanya dan
intensitas dampak.
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
Dikarenakan dampak terhadap komponen lingkungan akan berdampak lanjut
terhadap komponen lingkungan lainnya, sehingga atas pengertian ini dampak
tergolong penting bila: rencana usaha/kegiatan menimbulkan dampak sekunder
dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama
dengan komponen yang terkena dampak primer.
5. Sifat kumulatif dampak tersebut
Dampak suatu usaha/kegiatan tergolong berdampak penting bilamana:
a. Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus sehingga
pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam
atau sosial yang menerimanya.
89
b. Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu
sehingga tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau social yang
menerimanya.
c. Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang
saling memperkuat (sinergis).
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak bersifat penting bilamana: perubahan yang akan dialami oleh suatu
komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan
intervensi manusia”.
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dampak bersifat penting bilamana:
1. Ilmu pengetahuan dan Teknologi /rekayasa sangat sulit diperoleh, dipelajari
dan diterapkan
2. Teknologi yang sulit diterapkan dan tidak didukung teori ilmu pengetahuan
dinilai penting
3. Sedangkan untuk menentukan skala pentingnya masing-masing kriteria
dampak dapat ditunjukkan pada Tabel 2.18.
Tabel 2.18. Batasan Kriteria Penentuan Dampak Penting
(Kep. Ka.Bapedal No.056/1994)
No.Faktor Penentu Dampak
Penting
Kriteria Dampak Penting
Tidak penting Penting
1 Jumlah manusia yang
terkena dampak
Perbandingan antara
penduduk yang terkena
dampak negatip dengan
penduduk yang menikmati
manfaat kurang dari 100%
Perbandingan antara
penduduk yang terkena
dampak negatip dengan
penduduk yang menik-mati
manfaat lebih besar atau
sama dengan dari 100%
2 Luas wilayah persebaran
dampak
Tidak ada wilayah yang
mengalami perubahan
mendasar dari segi inten-
sitas dampak tidak
berbaliknya dampak atau
segi kumulatif dampak
Ada wilayah yang
mengalami perubahan
mendasar dari segi
intensitas dampak atau
tidak berbaliknya dampak
atau segi kumulatif dampak
3 Lama berlangsungnya Dampak yang terjadi hanya Dampak yang terjadi hanya
90
No.Faktor Penentu Dampak
Penting
Kriteria Dampak Penting
Tidak penting Penting
dampak dan intensitas
dampak
berlangsung pada kurang
dari satu tahapan kegiatan
intensitas dampak:
Tidak ada perubahan
pada sifat fisik atau hayati
lingkungan yang
melampaui baku mutu
lingkungan yang telah
ditetapkan
Tidak ada perubahan
mendasar pada
komponen lingkungan
hidup yang melampaui
kriteria mendasar
berdasar pertimbangan
ilmiah
Tidak ada spesies langka,
endemik yang dilindungi
menurut peraturan
perundang-undangan
yang berlaku, terancam
punah atau habitat
alaminya mengalami
kerusakan
Tidak ada gangguan atau
kerusakan pada kawasan
lindung
Tidak ada kerusakan atau
pemusnahan benda-
benda bersejarah
Tidak mengakibatkan
konflik di kalangan
masyarakat, Pemda
berlangsung pada kurang
dari satu tahapan kegiatan
intensitas dampak:
Ada perubahan pada
sifat fisik atau hayati
lingkungan yang
melampaui baku mutu
ling-kungan yang telah
ditetapkan
Ada perubahan
mendasar pada kom-
ponen lingkungan hidup
yang melampaui kriteria
men-dasar berdasar
pertim-bangan ilmiah
Ada spesies langka ,
endemik yang dilindungi
menurut peraturan per-
undang-undangan yang
berlaku, terancam punah
atau habitat alaminya
mengalami kerusakan
Ada gangguan atau
kerusakan pada
kawasan lindung
Ada kerusakan atau
pemusnahan benda-
benda bersejarah
Mengakibatkan konflik
di kalangan masyarakat,
Pemda maupun
Pemerin-tah Pusat
91
No.Faktor Penentu Dampak
Penting
Kriteria Dampak Penting
Tidak penting Penting
maupun Pemerintah
Pusat
Tidak mengubah atau
memodifikasi area yang
mempunyai keindahan
alami yang tinggi
Mengubah atau
memodifikasi area yang
mempunyai keindahan
alami yang tinggi
4 Komponen lain yang
terkena dampak
Tidak menimbulkan dampak
sekunder dan dampak
lanjutan lainnya yang jumlah
komponennya lebih atau
sama dengan komponen
lingkungan yang terkena
dampak primer
menimbulkan dampak
sekunder dan dampak
lanjutan lainnya yang
jumlah komponennya lebih
atau sama dengan
komponen lingkungan yang
terkena dampak primer
5 Sifat kumulatif dampak Tidak kumulatif Bersifat kumulatif, tidak
dapat diasimilasi oleh
lingkungan dan bersifat
sinergetik
6 Berbalik atau tidak
berbaliknya dampak
Dapat dipulihkan Tidak dapat dipulihkan
Tabel 2.19. Kriteria Penentuan Dampak Penting Komponen Fisik-Kimia
No Faktor Penentu
Dampak Penting
Kriteria Dampak Penting
Tidak Penting Penting
1 Jumlah manusia yang
terkena dampak
Penduduk di wilayah studi yang
terkena dampak < 50%
Penduduk di wilayah studi
yang terkena dampak > 50%;
dan penduduk di luar wilayah
studi berpotensi terkena
dampak
2 Luas Wilayah
persebaran dampak
Luas tapak kegiatan dan
disekitar tapak kegiatan dengan
radius < 500 m
Melebihi luas tapak kegiatan
dengan radius > 500 m
3 Lama berlangsungnya
dampak dan
Dampak yang terjadi
berlangsung pada < satu
Dampak yang terjadi
berlangsung pada > satu
92
No Faktor Penentu
Dampak Penting
Kriteria Dampak Penting
Tidak Penting Penting
Intensitas dampak tahapan kegiatan
Perubahan pada sifat fisik
lingkungan tidak melampaui
baku mutu yang telah
ditetapkan
Tidak mengakibatkan konflik
di kala ngan masyarakat,
pemkot maupun pemerintah
pusat
tahapan kegiatan
Perubahan pada sifat fisik
lingkungan melampaui
baku mutu yang telah
ditetapkan
Mengakibatkan konflik di
kala ngan masyarakat,
pemkot maupun
pemerintah pusat
4 Komponen yang
terkena dampak
Tidak menimbulkan dampak
lanjutan pada komponen lain
menimbulkan dampak lanjutan
pada komponen lain
5 Sifat Komulatif
Dampak
Tidak komulatif Komulatif dalam waktu dan
ruang yang sama
6 Berbalik atau tidak
berbaliknya dampak
Dapat berbalik tanpa melalui
pengelolaan
Tidak dapat berbalik/dapat
berbalik setelah melalui
pengelolaan
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun AMDAL
Tabel 2.20. Kriteria Penentuan Dampak Penting Komponen Sosekbud
No Faktor Penentu
Dampak Penting
Kriteria Dampak Penting
Tidak Penting Penting
1 Jumlah manusia yang
terkena dampak
Jumlah penduduk yang
mengalami perubahan struktur
ekonomi, sosial dan budaya
secara positif lebih besar
dibanding yang terkena
dampak negatif
Jumlah penduduk yang
mengalami perubahan struktur
ekonomi, sosial dan budaya
secara positif lebih kecil
dibanding yang terkena
dampak negatif
2 Luas Wilayah
persebaran dampak
Terpusat, berada di sekitar
lokasi kegiatan pembangunan
proyek
Menyebar minimal sampai
batas wilayah studi/ desa
lokasi proyek
3 Lama berlangsungnya
dampak dan
Intensitas dampak
Dampak yang terjadi
berlangsung pada < satu
tahapan kegiatan
Dampak yang terjadi
berlangsung pada satu atau
lebih tahapan kegiatan
93
No Faktor Penentu
Dampak Penting
Kriteria Dampak Penting
Tidak Penting Penting
Tidak ada wilayah yang
mengalami perubahan
mendasar dari struktur
ekonomi, sosial dan budaya
warganya
Tidak merubah struktur
EKSOSBUD warga
Tidak mengakibatkan konflik
secara vertikal maupun
horisontal
Terdapat wilayah yang
mengalami perubahan
mendasar dari struktur
ekonomi, sosial dan budaya
warganya
merubah struktur
EKSOSBUD warga
Mengakibatkan konflik
secara vertikal maupun
horisontal
4 Komponen yang
terkena dampak
Tidak menimbulkan perubahan
struktur EKSOSBUD yang
negatif bagi masyarakat luas di
luar area proyek
menimbulkan perubahan
struktur EKSOSBUD yang
negatif bagi masya rakat luas
di luar area proyek
5 Sifat Kumulatif
Dampak
Perubahan struktur
EKSOSBUD tidak bersifat
komulatif dalam jangka panjang
bagi masyarakat disekitar area
proyek
Perubahan struktur
EKSOSBUD bersifat komulatif
dalam jangka panjang bagi
masyarakat disekitar area
proyek
6 Berbalik atau tidak
berbaliknya dampak
Perubahan struktur
EKSOSBUD dapat mencapai
keseimbangan kembali
Perubahan struktur
EKSOSBUD tidak dapat
mencapai keseimbangan
kembali
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun AMDAL
Tabel 2.21. Kriteria Penentuan Dampak Penting Komponen Kesehatan Masyarakat
No Faktor Penentu
Dampak Penting
Kriteria Dampak Penting
Tidak Penting Penting
1 Jumlah manusia yang
terkena dampak
Penduduk di wilayah studi yang
terkena dampak < 50%
Penduduk di wilayah studi
yang terkena dampak >50%;
dan penduduk di luar wilayah
studi berpotensi terkena
94
No Faktor Penentu
Dampak Penting
Kriteria Dampak Penting
Tidak Penting Penting
dampak
2 Luas Wilayah
persebaran dampak
Terpusat, berada di sekitar
lokasi kegiatan pembangunan
proyek
Menyebar minimal sampai
batas wilayah studi/ desa
lokasi proyek
3 Lama berlangsungnya
dampak dan
Intensitas dampak
Dampak yang terjadi bersifat
sementara, tidak berlangsung
lama dan tidak menyebabkan
perubahan mendasar pada
kondisi kesehatan masyarakat
Dampak yang terjadi
berlangsung lama, sehingga
menyebabkan perubahan
mendasar pada kondisi
kesehatan masyarakat.
Terjadi lonjakan kasus
penyakit/kematian minimal
2 kali dari kondisi normal
akibat kegiatan proyek
Terdapat kasus penyakit
yang dapat menimbulkan
kematian
4 Komponen yang
terkena dampak
Tidak menimbulkan dampak
lanjutan pada komponen lain
menimbulkan dampak lanjutan
pada komponen lain
5 Sifat Komulatif
Dampak
Tidak komulatif Komulatif dalam waktu dan
ruang yang sama
6 Berbalik atau tidak
berbaliknya dampak
Dapat berbalik tanpa melalui
pengelola an
Tidak dapat berbalik/dapat
berbalik setelah melalui
pengelolaan
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun AMDAL
Tabel 2.22. Kriteria Penentuan Dampak Penting Komponen Hidrologi
No Faktor Penentu
Dampak Penting
Kriteria Dampak Penting
Tidak Penting Penting
1 Jumlah manusia yang
terkena dampak
Penduduk di wilayah studi yang
terkena dampak < 50%
Penduduk di wilayah studi
yang terkena dampak >50%;
dan penduduk di luar wilayah
studi berpotensi terkena
dampak
95
No Faktor Penentu
Dampak Penting
Kriteria Dampak Penting
Tidak Penting Penting
2 Luas Wilayah
persebaran dampak
Terpusat, berada di sekitar
lokasi kegiatan pembangunan
proyek
Menyebar minimal sampai
batas wilayah studi/ desa
lokasi proyek
3 Lama berlangsungnya
dampak dan
Intensitas dampak
Dampak yang terjadi
berlangsung pada < satu
tahapan kegiatan
Tidak menyebabkan
perubahan yang mendasar
pada sistem drainase
Meskipun terjadi peningkatan
aliran permukaan, namun
tidak menga kibatkan
peningkatan frekuensi
kejadian banjir
Dampak yang terjadi
berlangsung lebih dari satu
tahapan kegiatan
menyebabkan perubahan
yang mendasar pada sistem
drainase
Menyebabkan peningkatan
aliran permukaan sehingga
akan mengakibatkan
kawasan akan sering/selalu
tergenang apabila hujan
4 Komponen yang
terkena dampak
Tidak menimbulkan dampak
lanjutan pada komponen lain
menimbulkan dampak lanjutan
pada komponen lain
5 Sifat Komulatif
Dampak
Tidak komulatif Komulatif dalam waktu dan
ruang yang sama
6 Berbalik atau tidak
berbaliknya dampak
Dapat berbalik tanpa melalui
pengelolaan
Tidak dapat berbalik/dapat
berbalik setelah melalui
pengelolaan
Tabel 2.23. Kriteria Penentuan Dampak Penting Komponen Transportasi
No Faktor Penentu
Dampak Penting
Kriteria Dampak Penting
Tidak Penting Penting
1 Jumlah manusia yang
terkena dampak
Penduduk di wilayah studi yang
terkena dampak < 50%
Penduduk di wilayah studi
yang terkena dampak >50%;
2 Luas Wilayah
persebaran dampak
Terpusat, berada di sekitar
lokasi kegiatan pembangunan
proyek
Menyebar minimal sampai
batas wilayah studi/ desa/
jalan-jalan arteri di sekitar
lokasi proyek
3 Lama berlangsungnya
dampak dan
Dampak yang terjadi
berlangsung pada < satu
Dampak yang terjadi
berlangsung pada > satu
96
No Faktor Penentu
Dampak Penting
Kriteria Dampak Penting
Tidak Penting Penting
Intensitas dampak tahapan kegiatan
Tidak menyebabkan
perubahan mendasar pada
sarana dan prasarana
transportasi
Tidak menyebabkan
perubahan pada sarana
perjalanan
tahapan kegiatan
menyebabkan perubahan
mendasar pada sarana dan
prasarana transportasi
menyebabkan perubahan
pada sarana perjalanan t
4 Komponen yang
terkena dampak
Tidak menimbulkan dampak
lanjutan pada komponen lain
menimbulkan dampak lanjutan
pada komponen lain
5 Sifat Komulatif
Dampak
Tidak komulatif Komulatif dalam waktu dan
ruang yang sama
6 Berbalik atau tidak
berbaliknya dampak
Dapat berbalik tanpa melalui
pengelola an
Tidak dapat berbalik/dapat
berbalik setelah melalui
pengelolaan
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun AMDAL
Dari 2 data yaitu data prakiraan pentingnya dampak berdasarkan 6 kriteria
berdasar pada PP No. 27 tahun 1999 yaitu skala P (penting) dan TP (tidak
penting) serta skala perubahan kualitas lingkungan yang diperoleh dengan
menggunakan metode formal dan non formal, yang disatukan dalam bentuk matrik
tipe Leopold dimana setiap kolom komponen kegiatan dan komponen lingkungan
akan diisikan skala besar dampak lingkungan (M) dan skala pentingnya dampak
(I).
Sebagai evaluasi akhir dampak kegiatan terhadap komponen lingkungan, apabila:
1. Apabila P = 1 dan besar prakiraan dampak 2 berarti dampak besar dan
penting
2. Apabila P = 1 dan besar prakiraan dampak 1 tetapi prakiraan pentingnya
dampak (P) untuk jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak yang
terjadi merupakan dampak besar dan penting
97
3. Apabila P 2 dan besar prakiraan dampak 1 dengan salah satu kriteria
dampak penting adalah jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak
merupakan dampak besar dan penting
4. Apabila P 3 dan besar prakiraan dampak = 1 maka dampak merupakan
dampak besar dan penting
5. Apabila P 2 dan besar prakiraan dampak 2 maka dampak merupakan
dampak besar dan penting
6. Di luar hasil evaluasi tersebut, bukan merupakan dampak besar dan penting
6. METODE EVALUASI DAMPAK PENTING
a) Telaahan Terhadap Dampak Penting
Telaahan terhadap dampak penting akan dilakukan secara holistik, maksudnya dengan
telaahan yang bersifat holistik di sini, adalah telaahan secara totalitas terhadap beragam
dampak penting dengan kegiatan yang merupakan penyebab/sumber dampak. Semua
komponen lingkungan yang terkena dampak penting tersebut (baik positif maupun
negatif), telaah sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi,
sehingga dapat diketahui sejauh mana pertimbangan dampak penting yang bersifat
positif, dengan yang bersifat negatif.
Telaahan secara holistik atas berbagai komponen lingkungan yang diprakirakan akan
terkena dampak penting diberikan dalam pedoman mengenai Ukuran Dampak Penting.
Dampak penting hasil evaluasi ini merupakan dampak penting yang akan dikelola. Dari
hasil evaluasi dampak lingkungan ini pula akan diusulkan beberapa cara
penanggulangan dampak untuk menghindari, mengurangi, memperbaiki atau
kompensasi terhadap setiap dampak yang merugikan dan dianggap penting. Dalam
penanggulangan dampak, masalah sosial ekonomi dan sosial budaya akan mendapat
perhatian utama.
b) Telaahan Sebagai Dasar Pengelolaan
Untuk memudahkan penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), maka
telaahan dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat dilihat dengan jelas:
1. Hubungan sebab-akibat antara rencana kegiatan dan rona lingkungan awal dengan
dampak positif dan negatif yang diprakirakan akan timbul.
2. Ciri dari dampak penting yang timbul, seperti:
Apakah terdapat dampak penting, baik positif maupun negatif akan berlangsung
terus menerus selama kegiatan yang bersangkutan berlangsung
98
Apakah terdapat hubungan timbal-balik yang antagonis antara dampak yang satu
dengan dampak yang lain
Bilamana ambang batas dampak penting mulai dilampaui setelah rencana
kegiatan dilaksanakan, atau akan berlangsung terus menerus sejak masa pra
konstruksi sampai dengan masa pasca konstruksi berakhir.
3. Kesenjangan antara perubahan kondisi masyarakat yang diinginkan dan perubahan
kondisi masyarakat yang mungkin terjadi akibat rencana kegiatan. Untuk itu perlu
diketahui kondisi masyarakat yang akan terkena dampak negatif dan kondisi
masyarakat yang akan terkena dampak positif.
4. Luas sebaran dapak penting: lokal, regional atau bahkan internasional yang melewati
batas Negara.
Dari matrik dampak besar dan penting dari rencana kegiatan, dapat dilakukan kajian
dampak secara holistik sehingga akan terlihat secara jelas karakteristik lingkungan yang
mengalami perubahan, agar dapat digunakan:
1. Sebagai arahan yang jelas komponen parameter lingkungan mana yang perlu
dikelola dan jenis kegiatan mana yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan
penting sehingga perlu dikendalikan secara cermat.
2. Sebagai dasar dalam menentukan usaha-usaha apa yang diperlukan untuk menekan
dampak besar dan penting.
3. Digunakan untuk mengevaluasi efektivitas biaya yang direncanakan untuk
penanggulangan dampak.
4. Pengambil keputusan untuk menetapkan keputusannya.
Hasil evaluasi dampak tersebut akan digunakan untuk menyusun suatu alternative
pengendalian dan pencegahan dampak negatip dan pengembangan dampak positip
dalam rencana pengelolaan dan rencana pemantauan lingkungan (RKL/RPL).
7. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) DAN RENCANA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)
AMDAL mempunyai filosofi dasar bahwa dampak lingkungan tidak mutlak terjadi jika ada
perhatian pada faktor lingkungan di tahap perencanaan. AMDAL berlandaskan 3 (tiga)
prinsip, yaitu mencegah, meminimalisasi, dan mengendalikan.
• Mencegah dampak (avoidance) – bahwa suatu dampak dapat dicegah dengan
merancang, dari awal, kegiatan yang berwawasan lingkungan.
99
• Minimalisasi dampak (minimization) – bahwa jika suatu dampak tidak dapat dicegah,
dampak tersebut dapat ditekan besaran dan/atau sebarannya.
• Pengendalian dan/atau kompensasi dampak (mitigation and/or compensation) –
bahwa jika suatu dampak tidak dapat dicegah dan tidak dapat diminimalisasi, dampak
tersebut dapat dikendalikan dengan pendekatan teknologi dan/atau pengelolaan yang
baik atau dengan pemberian kompensasi kepada mereka yang terkena dampak
tersebut.
Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam membuat arahan RKL maupun RPL adalah
harus terlihat dengan jelas hubungan sebab-akibat antara kegiatan dan rona lingkungan
awal dengan dampak positip dan negatip yang diprakirakan timbul, hubungan timbal balik
yang antagonis antara dampak yang satu dengan dampak lainnya, maupun luasan
dampak yang terjadi apakah dalam skala lokal, regional atau nasional.
1. Arahan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
Dalam merumuskan rencana pengelolaan lingkungan, pertimbangan utama adalah
pengendalian sumber penyebab dampak agar dampak yang masuk ke dalam
lingkungan dapat dicegah atau dikurangi. Tindakan pencegahan dan minimalisasi
dampak tersebut dapat dilakukan melalui aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi
serta perubahan sikap manusia yang terlibat dalam aktivitas rencana kegiatan.
Untuk dampak sosial-ekonomi-budaya, tindakan pencegahan dapat dilakukan
melalui pendekatan yang intensif kepada instansi yang terkait dan masyarakat yang
terkena dampak sedini mungkin, selanjutnya rencana pengelolaan lingkungan
dirumuskan untuk mengendalikan dampak yang masuk ke dalam lingkungan. Selain
itu, pertimbangan ekonomi selalu diperhatikan agar perhitungan biaya/manfaat
ekonomi masih tetap menguntungkan, dengan kata lain penanganan dampak masih
layak secara ekonomi
Arahan RKL pada kegiatan Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten Karangasem
dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu:
1. Pendekatan teknologi
Pendekatan teknologi merupakan pendekatan dengan memanfaatkan teknologi
yang ada dalam melakukan pencegahan, pengendalian dan penanggulangan
dampak. Pendekatan teknologi pada prinsipnya memusatkan perhatian pada
alternatif cara-cara teknologi apa saja yang tepat dan dapat digunakan secara
berhasil guna dan berdaya guna dalam menangani dampak lingkungan yang
100
ditimbulkan. Teknologi yang dipergunakan tentunya harus disesuaikan dengan
dampak yang diperkirakan akan timbul
2. Pendekatan sosial-ekonomi-budaya
Pendekatan sosial-ekonomi-budaya merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh
dalam upaya mencegah, menanggulangi dan menangani dampak besar dan
penting yang terjadi terhadap lingkungan terutama lingkungan sosial-ekonomi-
budaya melalui tindakan-tindakan yang berlandaskan pada interaksi sosial dan
bantuan peran serta pemerintah. Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk
mengurangi terjadinya gesekan antara masyarakat sekitar proyek dan
pemrakarsa proyek.
3. Pendekatan institusional
Pendekatan institusional adalah pendekatan yang dilakukan melalui mekanisme
kerjasama antara kelembagaan baik kelembagaan pemerintah maupun swasta
yang akan ditempuh pemrakarsa dalam rangka menanggulangi dampak besar
dan penting terhadap lingkungan hidup. Pendekatan institusional dilakukan untuk
mendapatkan pengelolaan lingkungan yang lebih efektif dan efisien.
RKL pada dasarnya disusun dengan tujuan agar pihak-pihak yang berkepentingan
atas terlaksananya pengelolaan lingkungan mempunyai dokumen tertulis resmi yang
disepakati dan menjadi komitmen pelaksanaan pengendalian dampak di dalam
kegiatan Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten Karangasem tersebut.
Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dibuat dalam bentuk tabel
dengan urutan sebagai berikut :
a. Jenis Dampak,
b. Sumber Dampak,
c. Tolok Ukur Dampak,
d. Parameter Dampak,
e. Tujuan Pengelolaan,
f. Pendekatan Teknologi, Pendekatan Sosial-Ekonomi-Budaya, Pendekatan
Institusi,
g. Lokasi Pengelolaan,
h. Periode Pengelolaan,
i. Institusi Pengelolaan Lingkungan yang meliputi Pelaksana, Pengawas dan
Pelaporan.
2. Arahan Rencana Pemantauan Lingkungan
Rencana pemantauan lingkungan dilakukan untuk mengetahui perubahan lingkungan
yang terjadi setelah dilakukan pengelolaan lingkungan. Selain itu, RPL digunakan
101
untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan kegiatan pengelolaan lingkungan.
Dasar penentuan titik pantauan adalah titik-titik sumber pencemar yang akan dikelola,
sehingga dapat dikatakan bahwa lokasi pemantauan sama dengan lokasi
pengelolaan lingkungan. Bila terjadi penyimpangan di lapangan maka haruslah
dilakukan mitigasi atau pengelolaan baru atau kegiatan dikembalikan seperti yang
tertuang pada dokumen RKL yang telah disahkan.
Pada dasarnya kegiatan RPL ini dilakukan setelah kegiatan pada RKL dilakukan.
Apabila terjadi penyimpangan maka dipertimbangkan upaya-upaya perbaikan berupa
mitigasi atau pengelolaan lebih lanjut. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
pemantauan adalah alat managemen atau alat pengambilan keputusan. Pemantauan
sendiri bukanlah sasaran akhir tetapi merupakan masukan bagi pengambilan
keputusan pengelolaan lingkungan.
Dalam pemantauan lingkungan perlu diperhatikan prinsip-prinsip pemantauan
sebagai berikut:
a. Komponen lingkungan yang dipantau adalah yang diperkirakan mengalami
perubahan mendasar atau terkena dampak penting negatip.
b. Pemantauan dapat dilakukan pada sumber penyebab dampak atau pada
komponen/parameter lingkungan yang terkena dampak. Dengan memantau
kedua hal tersebut maka dapat dinilai/ diuji efektivitas kegiatan pengelolaan
lingkungan.
c. Pemantauan lingkungan harus layak secara ekonomi.
d. Rancangan manajemen pengumpulan data dan informasi dari aspek-aspek yang
perlu dipantau, yakni yang mencakup :
e. Lokasi pemantauan.
f. Frekuensi atau jangka waktu pemantauan.
g. Metode pengumpulan data dan informasi.
h. Metode analitik data
i. Kelembagaan pemantau lingkungan atau instansi yang bertanggung-jawab
sebagai penyandang dana pemantauan
B.5. Program Kerja
B.5.1. Umum
Rencana kerja merupakan gambaran menyeluruh dan komprehensif usulan dari
konsultan dalam melaksanakan pekerjaan yang akan ditangani sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah diberikan. Dalam rencana kerja ini akan
diuraikan urutan – urutan pekerjaan, konsep penanganan masalah, tanggung jawab
102
dan personil yang terlibat, pengerahan sarana maupun personil pendukung, schedule
pelaksanaan pekerjaan serta schedule personil. Untuk memudahkan dalam
pelaksanaan pekerjaan, maka harus disusun Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan.
Bagan Alir ini berisikan tahapan-tahapan pekerjaan yang akan dikerjakan, sehingga
dalam penyusunan jadwal pelaksanaan pekerjaan harus berpatokkan pada Bagan
Alir Pelaksanaan Pekerjaan tersebut.
B.5.2. Rencana Kerja
Rencana kerja ini disusun berdasarkan tahapan kegiatan sesuai dengan lingkup
pekerjaan sesuai dengan KAK. Secara garis besar rencana kerja pelaksanaan
pekerjaan diuraikan sebagai berikut :
A. Pengumpulan Data Primer
Dalam usaha pengumpulan data primer penunjang pelaksanaan pekerjaan, ada
beberapa metode yang akan digunakan.
1. Survei Lapangan
Pada tahap ini, lebih ditekankan pengumpulan data dan investigasi pada data
primer untuk melengkapi data yang sudah ada dan memperbaruhinya.
Sosial Ekonomi
Data sosial ekonomi didapatkan dari project area pada saat studi dilakukan
yang mempunyai fungsi unuk meninjau kesiapan penduduk untuk menerima
pembangunan yang direncanakan. Data tersebut meliputi kependudukan,
mata pencaharian, pendapatan penduduk, pendidikan dan Ketata Negaraan
Tata Guna Tanah
Data tata guna tanah diperlukan untuk mengetahui peruntukan lahan pada
rencana lokasi dan gambaran tentang tingkat perkembangan yang telah
dicapai di lingkungan project area pada saat ini.
Kependudukan
Data kependudukan sangat diperlukan untuk mengetahui potensi kebutuhan
sumber daya manusia pada saat ini dan kebutuhannya untuk usulan
pembangunan.
Aspek Lingkungan dan Pembangunan
Sebagaimana telah ditetapkan poleh pemerintah yaitu pembangunan yang
harus berwawasan lingkungan, maka kegiatan survei lingkungan ditujukan
untuk memprediksi kemungkinan yang bisa mempengaruhi kualitas
lingkungan sebagaimana akibat adanya pembangunan.
103
Pengamatan lapangan yang dilakukan dalam rangka pengumpulan data
umumnya dalam kurun waktu yang singkat dan lebih ditujukan untuk
mengidentifikasi dampak potensial yang timbul. Target pelaksanaan ini dapat
dicapai melalui serangkaian kegiatan sebagai berikut :
Melaksanakan pengamatan secara umum terhadap lokasi proyek berikut
rencana tata letak kegiatan. Bila kegiatan sudah berjalan perlu dilakukan pula
pengamatan terhadap jalannya proses konstruksi dan limbah yang mungkin
dihasilkan.
Melakukan diskusi dengan pemrakarsa kegiatan perihal karakteristik rencana
kegiatan (misal, asal dan jumlah bahan baku yang akan digunakan,
rangkaian proses Konstruksi, jenis limbah yang dihasilkan, jumlah karyawan
yang diserap, rencana penanganan limbah dan lain-lain). Untuk kegiatan
yang telah berjalan dapat diperoleh data dan informasi yang lebih rinci.
Pengamatan secara umum terhadap kondisi bentang alam, perairan umum,
kondisi biologi, dan sosial ekonomi wilayah sekitar rencana kegiatan proyek.
Wawancara singkat dengan tokoh-tokoh masyarakat sekitar rencana
kegiatan dan pejabat pemerintahan setempat perihal rencana kegiatan.
Wawancara singkat ini diperlukan dalam rangka untuk memperoleh masukan
tentang hal-hal yang dipandang penting oleh masyarakat dan pemerintahan
setempat sehubungan dengan adanya rencana kegiatan/proyek.
Data primer yang didapat merupakan hasil pengamatan di lapangan, dimana
data pengamatan berbagai komponen fisik kimia, biotis dan sosial, budaya,
ekonomi serta budaya yang diteliti merupakan gambaran kondisi saat studi
dilakukan.
Pedoman pengumpulan data dan analsis data disesuaikan dengan data yang
telah ditetapkan dalam keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (KLH) Nomor 50 Kep.Men. KLH/6/1987 tanggal 4 Juni
1987 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL.
a. Personil Yang Bertugas :
Team Leader
Ahli Sumber Daya Air
Ahli Lingkungan
b. Waktu Kegiatan :
Dilaksanakan pada Bulan Ke-1
B. Pengumpulan Data Sekunder
104
Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan yang ada kaitannya dengan studi yang
dimaksud yang disediakan oleh Badan Pelaksana Proyek, dan instasi - instansi
terkait yang meliputi Kantor Wilayah/Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Bali/Sub Dinas
Pengairan dan instansi terkait di Daerah Tingkat II, Daerah Tingkat I Bali (Bappeda,
Kantor Statistik dan instansi lainnya) dan Departemen pekerjaan Umum/Direktorat
Jenderal Pengairan (Pusbitbang pengairan, Direktorat Bina Program pengairan dan
Direktorat Sungai ). Data yang diperlukan sebagai penunjang proses pelaksanaan
studi adalah data pertanian, data demografi, data sosial ekonomi, data teknis
mengenai rencana pembangunan dan data penunjang yang lain.
a. Personil Yang Bertugas :
Team Leader
Ahli Sumber Daya Air
Ahli Lingkungan
b. Waktu Kegiatan :
Dilaksanakan pada Bulan Ke-1
C. Identifikasi Dampak
Identifikasi dampak dilakukan untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh suatu
kegiatan proyek terhadap lingkungan. Dalam penelitian ini akan digunakan metode
checlist atau daftar uji sederhana, yang pada dasarnya digunakan untuk menetukan
komponen lingkungan mana yang akan terkena dampak terhadap komponen
tersebut, komponen - komponen yang tekena dampak diberi tanda V.
a. Personil Yang Bertugas :
Team Leader
Ahli Sumber Daya Air
Teknik Sipil
Ahli Sosial Ekonomi dan Budaya
Ahli Lingkungan
b. Waktu Kegiatan :
Dilaksanakan pada Bulan Ke-1 hingga bulan ke -3
D. Metode Prakiraan dan Evaluasi Dampak
Perkiraan dampak ditekankan pada pengaruh rencana kegiatan terhadap komponen
lingkungan baik fisik kimia, biotis maupun sosekbudkesmas. Metode perkiraan
dampak didasarkan pada Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup
105
(KLH) Nomor Kep.49/men.KLH/6/1987 tanggal 4 Juni 1987 tentang Pedoman
Penentuan Dampak Penting, didalam dampak penting dari suatu kegiatan ditentukan
oleh hal-hal sebagai berikut :
Perkiraan dampak ditekankan pada pengaruh rencana kegiatan terhadap komponen
lingkungan baik fisik kimia, biotis maupun sosekbudkes. Metode perkiraan dampak
pada keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH), tentang
Pedoman Penentuan Dampak Penting. Didalam dampak penting dari suatu kegiatan
ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut :
Jumlah Manusia yang terkena dampak
Luas wilayah persebaran dampak
Lamanya dampak berlangsung
Intensitas Dampak
Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak
Sifat kumulatif dampak
Berbalik atau tidak berbaliknya dampak tersebut
Berdasarkan hal tersebut diatas maka metode perkiraan digunakan dalam studi ini
bersifata informal yaitu metode perkiraan dan profesional judgement berdasarkan
profesi yang dimiliki pakar. Selanjutnya hasil dari penggunaan metode tersebut
digambarkan dalam matrik sederhana yang menunjukan interaksi antara komponen
lingkungan yang terkena dampak.
Adapun evaluasi dampak didasarkan atas intensitas dampak serta derajat
pentingnya dampak yang terjadi. Dari hasil penelitian tersebut akan dapat diketahui
komponen kegiatan mana yang menimbulkan dampak dan komponen lingkungan
mana yang terkena dampak paling besar. Selanjutnya dapat memberikan
rekomendasi rencana kegiatan yang akan dilaksanakan perlu adanya evaluasi
dampak secara holistik dengan menialai dampak yang terjadi terhadap semua
komponen lingkungan secara integrasi dan menyimpulkan pengaruh keberadaan
proyek tersebut.
a. Personil Yang Bertugas :
Team Leader
Ahli Desain/Struktur
Ahli Lingkungan
b. Waktu Kegiatan :
Dilaksanakan pada Bulan Ke-2 sampai bulan ke 3
E. Penyusunan RKL dan RPL
106
Rencana Pengelolan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan hendaknya
disusun dengan memperhatikan pendekatan-pendekatan teknis, ekonomis dan
kelembagaan dengan mengacu pada hasil studi evaluasi lingkungan yang telah
dilakukan, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
RKL hendaknya berisi ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan dampak berdasarkan
hasil kajian terhadap lingkungan dan ditulis secara singkat dan jelas bersifat instruktif
dan berisi ketentuan antara lain :
Jenis dampak yang harus dikelola
Tata cara atau teknik pengolahannya
Lingkup tugas dan tanggung jawab
pemrakarsa dan instansi terkait
Sumber dana
2. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
RPL hendaknya berii tentang ketentuan-ketentuan pokok pemantauan hasil
pelaksanaan RKL dan ditulis secara singkat dan jelas, dan bersifat instruktif serta
berisi :
Komponen lingkungan yang
dipantau
Tata cara pemantauan yang
mencakup lokasi dan periode atau lamanya waktu pemantauan
Lingkup tugas dan tanggung
jawab pmerakarsa dan instansi terkait.
a. Personil Yang Bertugas :
Team Leader
Ahli Desain/Struktur
Ahli Lingkungan
b. Waktu Kegiatan :
Dilaksanakan pada Minggu Ke-1 dan Ke-4 pada Bulan Ke-5
F. Penyusunan Laporan
4.1. Jenis dan Jumlah
Konsultan memahami bahwa produk dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah
beberapa jenis laporan yang disusun dan diserahkan selama masa kontrak.
107
Sesuai dengan KAK maka Konsultan harus menyerahkan beberapa jenis laporan
dan jumlah sesuai dengan tertuang di KAK ke Satuan Kerja, meliputi :
108
109
B.6. Apresiasi dan Inovasi
A. Telaahan Terhadap Dampak Penting
Ada sebelas dampak penting yang bersifat negatif dan positif yang ditelaah dalam
uraian berikut, yang merupakan dampak dari kegiatan proyek terhadap lingkungan.
Adapun kesebelas dampak penting tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menurunnya kualitas udara
2. Terganggunya aliran air sungai
3. Menurunnya kualitas air
4. Menurunnya flora dan fauna darat
5. Terganggunya flora dan fauna air
6. Meningkatnya komunitas flora dan fauna air
7. Timbulnya keresahan masyarakat
8. Hilangnya mata pencaharian penduduk
9. Terganggunya kawasan suci
10. Terjadinya kecelakaan kerja
11. Terjadinya kesehatan masyarakat
1. Menurunnya kualitas udara
Pada kegiatan Konservasi Pantai Candidasa Di Kabupaten Karangasem akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan debu dari angkutan barang timbunan yang
dipindahkan dari quary ke tempat konstruksi. Peningkatan aktivitas angkutan
material ini akan mengakibatkan teremisinya debu ke atmosfer. Emisi gas lain
dari kendaraan pengangkutnya untuk kendaraan dengan bahan bakar solar yang
terbesar adalah gas NO2 dan SO2-nya, sedangkan untuk kendaraan berbahan
bakar bensin emisi gas buangnya sebagian besar adalah HC dan CO.
Konsentrasi gas-gas ini akan meningkat dengan semakin besarnya beban yang
diterima kendaraan dan macam operasional mesin kendaraannya. Berdasarkan
besarnya nilai yang diemisikan oleh kendaraan proyek maka besaran dampaknya
dapat dikatagorikan besar.
Terjadinya penurunnya terhadap kualitas udara yang berasal dari kegiatan
pembangunan pengaman pantai utama ini akan terjadi sepanjang jalur
transportasi sementara yang dibangun di sekitar sungai dan selama masa
konstruksi. Masyarakat yang terkena dampak hanya terbatas pada yang bekerja
di proyek yang mencapai ratusan. Karena lokasi pengaman pantai jauh dari
pemukiman dan kondisi sekelilingnya masih sangat alami dan asri. Meskipun
demikian, khusus untuk komponen debu yang bila kegiatan proyek dilakukan
110
pada musim kemarau, maka akan dapat beterbangan cukup jauh ke daerah
pemukiman penduduk sehingga kesehatan masyarakat akan terganggu terutama
infeksi pada saluran pernafasan atas.
2. Menurunnya Kualitas Air
Menurunnya kualitas air pada kegiatan pembersihan dan pematangan lahan serta
pada kegiatan pembangunan di sekitar pantai terutama akan terjadi pada air laut
yaitu kualitas air laut mengingat ditapak proyek dan sekitarnya adalah badan
pantai. Dampak yang terjadi merupakan dampak turunan atau dampak tidak
langsung. Sebelum mengenai komponen lingkungan kualitas air terlebih dahulu
akan mengenai komponen lingkungan tanah dan hidrologi. Komponen lingkungan
tanah yang terkena dampak adalah berupa peningkatan erosi tanah yang
akhirnya diteruskan oleh limpasan air permukaan (run off) hasil erosi ke perairan
laut.
Kegiatan pembersihan dan pematangan lahan yang meliputi kegiatan
pembersihan vegetasi dan bangunan, pengupasan lapisan permukaan serta
pengurugan lahan untuk pembangunan di lokasi kegiatan. Kegiatan ini akan
menyebabkan adanya lahan yang terbuka dan adanya timbunan tanah yang
belum terlindungi yang akan mudah tererosi apabila turun hujan. Agregat dan
partikel tanah yang terlepas pada kegiatan ini akan terangkut oleh air hujan
yang mengalir dipermukaan akan masuk ke perairan pantai Proses
pengangkutan agregat dan partikel tanah ini dapat meningkatkan nilai kekeruhan
dan kandungan padatan tersuspensi, pelumpuran dan pendangkalan sungai
termasuk menurunnya kualitas air sungai. Disamping itu tingkat dekomposisi
kimia yang dibawa bersama-sama dengan material tanah akan dapat
meningkatkan BOD dan COD dan menurunkan kadar oksigen terlarut (DO) pada
perairan disepanjang alirannya.
Intensitas dampak juga diprakirakan kecil sebagai akibat sifat air laut yang
mengalir dan sangat dinamis. Intensitas dampak berlangsung selama kegiatan
konstruksi. Namun dampak ikutannya dapat terjadi pada komponen lingkungan
lainnya yaitu flora dan fauna air.
3. Menurunnya flora dan fauna darat
Pada tahap konstruksi, kegiatan pembersihan dan pematangan lahan yang akan
mengawali pembangunan meliputi pembersihan lokasi pantai dan sepanjang
rencana konervasi dari berbagai jenis tumbuhan yang akan menurunkan
111
keberadaan flora dan fauna darat. Besarnya dampak berupa hilangnya berbagai
jenis flora darat pada berbagai tingkatan pertumbuhan yang ada baik pada strata
pohon dan strata tiang vegetasi tak stabil, walaupun strata anakan tergolong
stabil. Adapun kondisi lingkungan awal, secara umum flora daratnya dapat
dikelompokkan menjadi tanaman budidaya pertanian dan vegetasi sempadan
sungai.
Adanya kegiatan penebangan pohon pada tapak proyek yang teridentifikasi pada
lingkungan yang asri serta memiliki keanekaragaman tanaman yang tinggi,
sehingga dampaknya tergolong besar dan penting. Secara ekologis, nampaknya
jenis flora penyusun ekosistem (ekosistim alami) pada tapak proyek relatif sama
dengan jenis flora penyusun ekosistem disekitarnya. Sehingga berkurangnya
populasi tegakan di areal rencana tapak kegiatan tidak akan berpengaruh nyata
terhadap keberadaan habitat fauna. Namun prakiraan dampak ini akan dapat
diantisipasi dengan proses penataan penanaman menjelang akhir tahap
konstruksi, sehingga dampak yang akan terjadi tidak akumulatif, serta bersifat
berbalik
Bermigrasinya fauna darat akan terjadi saat dilakukan kegiatan penebangan
tanaman. Pemakaian alat bantu mekanik pada saat penebangan akan
menimbulkan kebisingan dari pengoperasian alat berat, mobil crane, excavator,
truk molen yang dapat menimbulkan kebisingan puncak mencapai 85 dB. yang
berdampak terhadap kenyamanan fauna khususnya burung, sehingga proses
migrasi akan terjadi. Migrasi fauna hanya akan terjadi ke tempat terdekat/<200 m
disekitarnya, mengingat daerah sekitarnya mempunyai kondisi ekosistem yang
sama dan bahkan mengarah ke lebih baik. Dari hasil pengamatan lapang tidak
ada teridentifikasi fauna langka.
4. Terganggunya flora dan fauna air
Kegiatan pembersihan dan pematangan lahan kemudian kegiatan pembangunan
jaringan distribusi, akan banyak melakukan pembongkaran terhadap lapisan
tanah sehingga cecerannya akan menurunkan kualitas air laut yang selanjutnya
mengganggu flora dan fauna air sungai yang ada.
Besarnya dampak kegiatan konstruksi di tapak proyek berpotensi menimbulkan
terjadinya erosi tanah yang mengarah ke perairan sungai. Selanjutnya flora dan
fauna air terganggu. Dampak yang ditimbulkan terjadi pada tahap kontruksi
hingga awal tahap pasca konstruksi. Selama itu kondisi plankton, benthos dan
ikan akan mengalami tekanan.
112
5. Meningkatnya komunitas flora dan fauna air
Setelah jaringan nantinya berfungsi maka tercipta suatu ekosistem perairan
dengan tipe tergenang dari yang tadinya jenis air mengalir Dengan demikian,
plankton yang biasanya sulit berkembang karena belum sempat tumbuh sudah
terlanjur hanyut ke hilir. Dengan tipe tergenang ini maka plankton memiliki
kesempatan besar untuk tumbuh dan berkembang, sehingga bukan hanya
jenisnya yang bertambah tetapi kelimpahannya juga meningkat. Hal ini memberi
implikasi terhadap bertambahnya ketersediaan makanan bagi benih-benih ikan.
Akibatnya biota lain juga turut berkembang di lokasi tersebut. Dengan kata lain
adanya air yang tergenang ini memacu pertambahan jenis dan kelimpahan biota
lain sehingga kondisi ekosistem pantai menjadi komplit. Semua trofik level
ekologi perairan berkembang. Produsen perairan yang berkembang baik, akan
mengakibatkan level konsumennya berkembang sejalan dengan waktu untuk
membentuk kesetimbangan yang dinamis.
6. Timbulnya keresahan masyarakat
Rencana kegiatan pembangunan ini, menimbulkan banyak pertanyaan di
masyarakat sekitarnya. Kegiatan sosialisasi diperkirakan dapat menimbulkan
dampak berupa sikap dan persepsi negatif masyarakat terhadap rencana proyek.
Hal ini dapat terjadi apabila sosialisasi proyek tidak dilakukan dengan baik.
Masyarakat tidak mendapatkan informasi yang baik dan benar tentang rencana
kegiatan yang akan dilakukan. Selama ini masyarakat belum jelas tahu proyek
apa sebenarnya yang akan direncanakan dibangun, di mana tempat yang pasti
proyek tersebut dibangun, apa yang akan terjadi kemudian dengan para pemilik
lahan dan keluarga-keluarga yang tinggal dilokasi.
Persepsi dan sikap negatif masyarakat terhadap rencana pembangunan dapat
terjadi karena masyarakat tidak mendapat informasi yang baik, benar, dan
memadai. Maka dari itu pada tahap prakonstruksi kegiatan sosialisasi menjadi
bagian yang sangat penting dalam kegiatan ini. Masyarakat perlu mengetahui
tentang site plan dari rencana kegiatan, kepastian luas lahan yang diperlukan,
jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan dan dampak apa yang
mungkin timbul sebagai akibat kegiatan rencana proyek (baik dampak positif
maupun dampak negatif), rencana penggunaan tenaga kerja dan sebagainya
secara detail dan intensif.
Kegiatan pasca konstruksi berupa pemeliharaan jaringan distribusi, maka dalam
hal penggunaan air sungai dan mata air untuk berbagai kepentingan serta dalam
113
pembagian hasil retribusi, maka kalau tidak terkelola dengan baik akan
berpeluang terjadinya keresahan bahkan konflik, disamping itu pembagian air
yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat juga akan memicu terganggunya
keamanan dan ketertiban masyarakat khususnya penduduk yang berada di
sekitar lokasi hingga ke hilir.
7. Terjadinya Kecelakaan Kerja
Pembersihan dan pematangan lahan kemudian kegiatan pembangunan
bangunan utama dan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana akan
menimbulkan dampak terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Kondisi lahan
yang amat terjal, kemudian banyaknya pohon baik besar maupun kecil yang akan
ditebang, berpeluang terjadinya kecelakaan kerja.
Tenaga kerja yang dipergunakan dalam pembangunan ini mencapai puluhan.
Banyaknya pekerja yang beroperasi dalam waktu bersamaan bila tidak diatur
dengan baik dan bila mereka tidak mengindahkan aturan-aturan keselamatan
kerja, maka peluang terjadinya kecelakaan kerja semakin tinggi.
Berdasarkan kriteria ukuran dampak penting maka jumlah manusia yang terkena
dampak oleh kegiatan pembersihan dan pematangan lahan adalah para pekerja
yang mengerjakan kegiatan itu. Luas wilayah persebaran dampak hanya di lokasi
kegiatan atau lahan yang dibuka dengan intensitas ringan, dan dampak yang
timbul bersifat sementara, hanya selama kegiatan pembersihan lahan
berlangsung. Komponen lingkungan lain yang ikut terkena dampak adalah
kualitas udara, estetika, flora dan fauna darat, kualitas air sungai. Dampak tidak
bersifat kumulatif dan berbalik ketika kegiatan pembersihan lahan berakhir.
Pembangunan diprakirakan dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan
masyarakat khususnya kesehatan pekerja. Dampak ini kemungkinan timbul
karena banyaknya alat berat yang digunakan serta tingginya resiko pekerjaan di
lokasi-lokasi yang sulit.
B. Telaah Sebagai Dasar Pengelolaan
Berdasarkan hasil evaluasi dampak penting, komponen lingkungan yang terkena
dampak penting adalah sebagai berikut :
1. Dampak komponen lingkungan fisik
Menurunnya kualitas udara
Terganggunya aliran air sungai
Menurunnya Kualitas Air
114
2. Dampak komponen biologi
Menurunnya flora dan fauna darat
Terganggunya flora dan fauna air
Meningkatnya komunitas flora dan fauna air
3. Dampak pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya
Timbulnya Keresahan Masyarakat
Hilangnya mata pencaharian penduduk
Terganggunya Kawasan Suci
4. Dampak pada komponen lingkungan kesehatan masyarakat
Terjadinya Kecelakaan kerja
Terjadinya kecelakaan masyarakat
Arahan pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk
mengurangi atau meminimalkan dampak penting yang terjadi adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan terhadap menurunnya kualitas udara
Kegiatan yang menimbulkan menurunnya kualitas udara adalah adanya zat
pencemaran berupa debu dan gas-gas pencemar pada kegiatan pengoperasian alat-
alat berat. Untuk mengurangi atau meminimalkan dampak negatip yang terjadi dapat
dilakukan dengan cara :
Melakukan penyiraman jalan-jalan kerja secara berkala
Pemberian biaya perawatan/pengobatan kepada masyarakat yang sakit sebagai
akibat terpapar oleh debu dan gas pencemar.
2. Pengelolaan terhadap terganggunya aliran air laut
Terganggunya aliran air laut akan terjadi pada kegiatan pembersihan lahan dan
pembangunan konstruksi. Untuk mengurangi atau meminimalkan dampak penting
yang terjadi dapat dilakukan upaya-upaya pengelolaan sebagai berikut :
Mencegah terjadinya erosi ataupun longsor dari tebing-tebing pantai agar tidak
menutup jalan air
3. Pengelolaan terhadap menurunnya Kualitas Air
Kualitas air yang mengalami penurunan adalah kualitas air laut yang terjadi pada
kegiatan pembersihan lahan dan pembangunan. Untuk mengurangi dampak negatip
yang timbul dapat dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
115
Pemasangan penutup bak kendaraan pengangkut tanah di sekitar lokasi untuk
mencegah ccerannya yang masuk ke perairan laut
Mencegah terjadinya erosi ataupun longsor dari tebing-tebing sungai agar tidak
masuk ke badan air laut
4. Pengelolaan terhadap menurunnya flora dan fauna darat
Kegiatan pembersihan dan pematangan lahan yang akan mengawali pembangunan
meliputi pembersihan lokasi dari berbagai jenis tumbuhan yang akan menurunkan
keberadaan flora dan fauna darat. Untuk meminimalkan dampak penting yang terjadi
tersebut dapat dilakukan upaya-upaya pengelolaan sebagai berikut :
Menyisakan vegetasi-vegetasi yang tidak terkena genangan
Menanam kembali jenis-jenis vegetasi yang hilang setelah fase pembangunan
selesai
Meminimalkan gangguan di tempat-tempat lain sekitar lokasi sebagai tempat
hijrah sementara begi satwa-satwa yang ada di lokasi
5. Pengelolaan terhadap terganggunya flora dan fauna air
Kegiatan pembersihan dan pematangan lahan kemudian kegiatan pembangunan
konstruksi serta pembangunan sarana dan prasarana, akan banyak melakukan
pembongkaran terhadap lapisan tanah sehingga cecerannya akan menurunkan
kualitas air laut yang selanjutnya mengganggu flora dan fauna air laut yang ada.
Untuk mengurangi dan meminimalkan dampak negatip penting yang timbul dapat
dilakukan upaya-upaya sebagai beikut :
Pemasangan penutup bak kendaraan pengangkut tanah di sekitar lokasi untuk
mencegah cecerannya yang masuk ke perairan laut.
Mencegah terjadinya erosi ataupun longsor dari tebing-tebing pantai agar tidak
masuk ke badan air laut.
6. Pengelolaan terhadap meningkatnya komunitas flora dan fauna air
Adanya air yang tergenang setelah fase pemeliharaan ini akan memacu
pertambahan jenis dan kelimpahan biota lain sehingga kondisi ekosistem perairan
pantai menjadi komplit. Semua trofik level ekologi perairan berkembang. Untuk
meningkatkan dampak positif penting yang timbul dapat dilakukan upaya-upaya
sebagai beikut :
Melakukan monitoring kualitas air secara berkala di perairan pantai
7. Pengelolaan terhadap timbulnya keresahan masyarakat
116
Adanya sikap dan persepsi negatif masyarakat disebabkan oleh beberapa kegiatan
antara lain ; kegiatan pengadaan lahan, sosialisasi rencana kegiatan; perekrutan
tenaga kerja baik pada tahap konstruksi maupun pada tahap operasional. Rencana
kegiatan pembangunan, menimbulkan banyak pertanyaan di masyarakat. Untuk
mengurangi dan meminimalkan dampak negatip yang timbul dapat dilakukan upaya-
upaya sebagai beikut :
Mengadakan sosialisasi secara terus menerus tentang rencana usaha dan/atau
kegiatan kepada masyarakat khususnya masyarakat yang terkena dampak
Mengutamakan tenaga kerja setempat, khususnya masyarakat yang lahannya
dibebaskan/masyarakat yang kehilangan mata pencahariannya baik pada tahap
konstruksi maupun pada tahap operasional
Menjalin kerjasama dan hubungan baik dengan semua instansi-instansi setempat.
Menyediakan dana untuk kegiatan Community Development yang memadai untuk
pemberdayaan masyarakat desa sekitar.
8. Pengelolaan terhadap terjadinya kecelakaan kerja
Terjadinya kecelakaan kerja pada tahap konstruksi yang mana kondisi lahan yang
amat terjal, kemudian banyaknya pohon baik besar maupun kecil yang akan
ditebang, berpeluang terjadinya kecelakaan kerja. Upaya mencegah terjadinya
kecelakaan kerja antara lain :
Pekerja wajib menggunakan helm untuk melindungi kepala dari benturan benda
keras.
Penggunaan masker pelindung muka dan mata wajib bagi para pekerja untuk
menghindari iritasi dan cedera pada mata.
Pekerja harus menggunakan alat-alat keselamatan lainnya sesuai dengan
standard operating procedure (SOP).
C. Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan
Untuk menetapkan rekomendasi penilaian kelayakan lingkungan dapat dilakukan
melalui empat pendekatan yaitu: (1) pendekatan tata ruang, (2) pendekatan teknologi
pengelolaan lingkungan, (3) pendekatan manfaat, dan (4) pendekatan persetujuan
masyarakat.
Pendekatan tata ruang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Provinsi Bali Nomor 3
Tahun 2005 tentang rencana tata ruang wilayah Provinsi Bali, bahwa pembangunan
pengaman pantai ini tidak bertentangan dengan RTRW Provinsi Bali.
117
Pendekatan teknologi pengelolaan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan
bahwa pembangunan apapun jenisnya, akan memberikan dampak baik positif
maupun negatif, tidak terkecuali hal yang sama akan terjadi pada pembangunan ini.
Adanya dampak negatif yang akan terjadi harus diantisipasi sedini mungkin dan
dapat dicarikan upaya pengelolaannya agar dampak negatif yang terjadi dapat
ditekan seminimal mungkin, sedangkan dampak positifnya dapat dikembangkan
semaksimal mungkin agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
masyarakat di sekitar.
Pendekatan manfaat. Rencana pembangunan ini merupakan proyek yang sangat
penting dan strategis serta untuk kepentingan rakyat banyak, karena menghasilkan
berbagai manfaat dalam jangka pendek dan jangka panjang. Nilai manfaat lebih
banyak dibandingkan dengan dampak negatif yang terjadi. Nilai manfaat adalah
sebagai berikut :
Lebih tersedianya sumber air bagi kebutuhan air minum masyarakat.
Meningkatkan pengembangan pemanfaatan mata air untuk kemudian
dimanfaatkan bagi aktivitas masyarakat dan lingkungan.
Pendekatan persetujuan masyarakat. Dari hasil studi, masyarakat umum, tokoh-
tokoh masyarakat, dan pemilik lahan di sekitar lokasi rencana pembangunan
Pendekatan-pendekatan tersebut akan dituangkan dalam rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan yang wajib diikuti oleh pemrakarsa, sehingga masyarakat
dapat menerima keberadaan proyek.
Dengan memperhatikan hasil analisis dari pendekatan tata ruang, pendekatan
teknologi pengelolaan lingkungan, pendekatan manfaat, dan pendekatan persetujuan
masyarakat, maka secara umum semua dampak-dampak negative yang dapat terjadi
terhadap lingkungan di sekitar dapat dikelola dengan baik. Pengelolan tersebut
intinya adalah sosialisasi secara jelas terhadap aspek social budaya dan ganti rugi
lahan penduduk sesuai kesepakatan. Oleh karenanya, rencana pembangunan ini
layak dari segi lingkungan.
118
C. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
C.1. Umum
Konsultan dalam melaksanakan pekerjaan konsultan akan menyusun jadwal
pelaksanaan pekerjaan berdasarkan lingkup pekerjaan dan waktu pelasanaan
pekerjaan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai
dengan mutu pekerjaan yang diharapkan KAK dan dengan waktu yang tersedia serta
kelancaran serta terkoordinasinya pelaksanaan pekerjaan. Jadwal pelaksanaan
pekerjaan menyangkut urutan dan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dengan
alokasi waktu yang disediakan.
C.2. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja, alokasi waktu untuk pelaksanaan pekerjaan ini
adalah selama 5 (lima) bulan atau 150 (seratus lima puluh) hari kalender. Agar
pelaksanaan pekerjaan ini tepat waktu maka dibutuhkan jadwal pelaksanaan yang
disusun secara cermat. Jadwal pelaksanaan pekerjaan merupakan jadwal yang
mengatur kapan suatu kegiatan harus dilaksanakan dan harus selesai sehingga waktu
pelaksanaan yang diberikan dapat tercapai dengan tidak mengurangi mutu teknisnya.
Jadwal pelaksanaan pekerjaan ini harus sesuai dengan bagan alir pelaksanaan
pekerjaan dan item-item pekerjaan sesuai dengan yang disyaratkan dalam KAK.
Jadwal pelaksanaan pekerjaan ini dibuat untuk menyesuaikan antara kegiatan yang
harus dilakukan dengan waktu pelaksanaan yang disediakan, sehingga pengalokasian
waktu untuk masing-masing kegiatan menjadi jelas. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
(Terlampir).
119
120
D. KOMPOSISI TIM dan PENUGASAN
D.1. Umum
Dalam bab ini diuraikan bagan organisasi pengguna jasa, penyedia jasa, struktur
organisasi, komposisi tim dan penugasaannya yang menggambarkan hubungan
koordinasi antara pengguna jasa dan penyedia jasa serta masing-masing Tim
Konsultan. Dalam struktur organisasi pelaksana pekerjaan yang melibatkan
beberapa tenaga profesional, tenaga sub profesional dan tenaga penunjang
dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan bidang
keahliannya. Untuk memperjelas alur koordinasi dalam pelaksanaan pekerjaan ini,
maka dibuat bagan organisasi pelaksana agar pelaksanaan pekerjaan berjalan
sesuai KAK. Disamping itu konsultan juga menyadari adanya mekanisme kontrol
terhadap proses dan hasil dari pekerjaan konsultan.
D.2. Bagan Organisasi dan Organisasi Pelaksana
D.2.1. STRUKTUR ORGANISASI PENGGUNA JASA
Berdasarkan dasar hukum yang tercantum dalam dokumen kontrak maka
pelaksana kegiatan didukung oleh direksi pekerjaan akan mengontrol dan
mengevaluasi mutu seluruh proses pelaksanaan kegiatan dan produk yang akan
diserahkan.
Berikut disampaikan struktur organisasi Pengguna Jasa yang terkait langsung
dengan pekerjaan.
1) Kuasa Pengguna Anggaran : Kepala Balai Wilayah Sungai Bali -
Penida
( Ir. I Gusti Ngurah Raka, Msi ).
2) Pengguna Jasa : Pejabat Pembuat Komitmen
3) Bendahara Pengeluaran : To be name
4) Pejabat Penguji dan Penerbit SPM : To be name
5) Pelaksana Administrasi : To be name
6) Pelaksana Teknik : To be name
151
7) Direksi Pekerjaan : To be name
8) Tim Teknis Pekerjaan :
1. To be name
2. To be name
Struktur Organisasi Pengguna Jasa dalam hal ini adalah Satuan Kerja Balai Wilayah
Sungai Bali - Penida secara lengkap disajikan pada Gambar berikut ini.
152
‘
Gambar Struktur Organisasi Pengguna Jasa
D.2.2. STRUKTUR ORGANISASI PENYEDIA JASA
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan diperlukan metode kerja dan rencana kerja
serta organisasi kerja yang efisien, sistematis dan sederhana, sehingga akan
menghasilkan suatu produk kerja yang baik, tepat waktu dan tepat mutu.
Organisasi Penyedia Jasa (Tim Konsultan) disusun berdasarkan macam pekerjaan
dan waktu yang sudah dijelaskan di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Tim yang
bekerja didukung sepenuhnya oleh semua tingkat fungsional dari perusahaan
konsultan.
153
BENDAHARA PENGELUARAN
To be name
PENGUJI SPM
To be name
PPK
To be name
Ir. I Gusti Ngurah Raka, Msi
KEPALA SATUAN KERJA BWS BALI - PENIDA
To be name
PELAKSANA TEKNIK PELAKSANA ADMINISTRASI
To be name
DIREKSI PEKERJAAN
To be name
TIM TEKNIS PEKERJAAN
To be name
To be name
Struktur organisasi Penyedia Jasa merupakan Tim Konsultan yang diketuai oleh
Team Leader yang bertanggung jawab penuh terhadap seluruh hasil atau produk dari
pekerjaan.
D.2.3. STRUKTUR ORGANISASI HUBUNGAN KERJA ANTARA PENGGUNA JASA DAN
PENYEDIA JASA
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini faktor efektifitas dan efisiensi dalam hubungan
kerja antara pihak Pengguna Jasa dan pihak Penyedia Jasa (Konsultan) secara tidak
langsung sangat mempengaruhi hasil akhir pekerjaan tersebut.
Oleh karena itu koordinasi melalui tata laksana struktur organisasi antara Pengguna
Jasa dan Penyedia Jasa (Konsultan) adalah sangat penting.
Hubungan kerja antara Pengguna Jasa dengan Penyedia Jasa (Konsultan) dalam
pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
Pengguna Jasa memberi informasi dan petunjuk-petunjuk yang berguna untuk
pelaksanaan pekerjaan.
Penyedia Jasa adalah Tim Konsultan sebagai Tim Ahli yang bertanggung jawab
penuh atas hasil-hasil pekerjaan, dimana Tim didukung sepenuhnya oleh semua
tingkat fungsional dari perusahaan.
Hubungan kerja antara Pengguna Jasa dengan Penyedia Jasa (Konsultan) dapat
diperiksa pada Bagan Organisasi Pelaksana Pekerjaan.
Bagan organisasi untuk pelaksanaan pekerjaan dimaksudkan untuk membuat jalur
koordinasi untuk semua personil pelaksana. Di dalam bagan organisasi tersebut
Team Leader membawahi semua personil pelaksana yang terdiri dari :
Profesional Staff.
A. Team Leader
Seorang Sarjana (S1) Multi Disiplin Ilmu yang berpengalaman di bidang
perencanaan sumber daya air dan kajian lingkungan minimal 6 tahun dan
memiliki Sertifikat AMDAL A & yang diterbitkan oleh Asosiasi Profesi yang telah
terakreditasi oleh Lembaga yang berwenang.
1. Bertanggung jawab atas kemajuan pekerjaan dan menjaga profesionalisme
dan standar teknis selama pelaksanaan pekerjaan.
2. Membuat program kerja dan jadwal pelaksanaan pekerjaan
154
3. Bertanggung jawab terhadap seluruh isi laporan-laporan
4. Waktu penugasan selama 5 (lima) bulan atau sesuai dengan kebutuhan.
B. Ahli Teknik Pantai
Sarjana Teknik Sipil / Pengairan / Kelautan (S1) dengan pengalaman kerja
sedikitnya 4 (empat) tahun. Memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) yang dikeluarkan
oleh asosiasi profesi atau Sertifikat Keahlian SKAP) yang dikeluarkan oleh LPJK
dengan Klasifikasi Bidang Sipil, Sub Bidang Teknik Rawa dan Pantai.
Dalam bidang keahliannya terutama dalam analisa hasil survey bathimetry,
pembangkitan gelombang, analisa angin, gelombang dan arus (hydro-
ceanografi), perhitungan perencanaan struktur bangunan pantai dan system
planning untuk pekerjaan perencanaan / desain bangunan pengamanan pantai
dalam kaitannya dengan pengembangan dan pengamanan daerah pantai.
Mampu bekerja sama dalam tim dan koordinasi desain pada pihak pemilik
pekerjaan. Waktu penugasan selama 2 (dua) bulan atau sesuai dengan
kebutuhan.
C. Ahli Sumber Daya Air
Seorang Sarjana Teknik Pengairan (S1) yang berpengalaman dibidangnya
minimal 4 tahun dan memiliki mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) di bidang
Sumber Daya Air yang diterbitkan oleh Asosiasi Profesi yang telah terakreditasi
oleh Lembaga yang berwenang. Tugas dan tanggung-jawab sebagai berikut :
1. Membuat analisa pelaksanaan pekerjaan konstruksi sipil dalam
hubunganya dengan penyusunan matrik identifikasi dampak.
2. Mengkaji dan menganalisa komponen kegiatan pada tahap pra konstruksi,
konstruksi dan paska konstruksi yang menimbulkan dampak lingkungan.
3. Mengkaji dampak yang ditimbulkan terhadap komponen lingkungan.
4. Membantu merumuskan dan penyusunan dokumen upaya pengelolaan
danpemantauan dampak lingkungan hidup.
5. Waktu penugasan selama 3 (tiga) bulan atau sesuai dengan kebutuhan.
D. Ahli Sosial – Ekonomi dan Budaya
Seorang Sarjana Sosiologi/Sosial Ekonomi budaya (S1) yang berpengalaman
dibidangnya minimal 4 tahun. Tugas dan tanggung-jawab sebagai berikut :
1. Bertanggung jawab dalam pengumpulan data, mengidentifikasi komponen
lingkungan social, ekonomi dan budaya yang terkena dampak.
155
2. Menyusun prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan yang terjadi akibat
adanya proyek terhadap masyarakat sekitar proyek.
3. Membantu merumuskan dan penyusunan dokumen upaya pengelolaan
dan pemantauan dampak lingkungan hidup.
4. Waktu penugasan selama 2 (dua) bulan atau sesuai dengan kebutuhan.
E. Ahli Teknik Lingkungan
Seorang Sarjana Teknik Lingkungan (S1) yang berpengalaman dibidangnya
minimal 4 tahun dan memiliki Keahlian (SKA) di bidang Teknik Lingkungan yang
diterbitkan oleh Asosiasi Profesi yang telah terakreditasi oleh Lembaga yang
berwenang. Tanggung-jawab sebagai berikut :
1. Bertanggung jawab dalam pengumpulan data, mengidentifikasi komponen
lingkungan (fisik-kimia, biologi, kesehatan masyarakat) yang terkena
dampak.
2. Mengidentifikasi lokasi titik-titik pengambilan sample dan menganalisis.
3. Menyusun prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan yang timbul akibat
kegiatan proyek.
4. Membantu merumuskan dan penyusunan dokumen upaya pengelolaan
dan pemantauan dampak lingkungan hidup.
5. Waktu penugasan selama 3 (tiga) bulan atau sesuai dengan kebutuhan.
Tenaga Sub Professional
a. Enumerator (2 orang),
Seorang lulusan D3 dengan pengalaman kerja di bidang survey sosial
ekonomi dan lingkungan sekurang-kurangnya 2 tahun dan bertugas untuk
mengumpulkan data sekunder. Dengan waktu penugasan selama 3 (tiga)
bulan atau sesuai dengan kebutuhan.
Tenaga Pendukung
a. Tenaga Administrasi dan Keuangan, (1 orang)
Seorang Tamatan S1/D3 Ekonomi dengan pengalaman kerja minimal 4
(empat) tahun untuk S1, dan 6 (enam) tahun untuk D3. Berpengalaman pada
bidang administrasi dan keuangan dan menguasai sistem aplikasi komputer.
Dengan waktu penugasan selama 5 (lima) bulan atau sesuai dengan
kebutuhan
b. Tenaga Operator Komputer, (1 orang)
156
Seorang Tamatan SMA Sederajad . Menguasai penyusunan serta pengetikan
laporan-laporan dan ahli dalam mengoperasikan komputer. Dengan waktu
penugasan selama 3,5 (tiga koma lima) bulan atau sesuai dengan kebutuhan.
157
Daftar Personil Pekerjaan AMDAL Konservasi Pantai Candidasa di Kabupaten Karangasem
NO. NAMA PERSONIL PERUSAHAANTENAGA AHLI LOKAL/ASING
LINGKUP KEAHLIAN
POSISI DIUSULKAN
URAIAN PEKERJAANJUMLAH ORANG BULAN
A Profesional Staf
1 Ahmad Dani, STPT. SARANA PERENCANA
JAYA
Tenaga Ahli Lokal
Ahli Penyusunan
AMDAL
Team Leader
Mempunyai kemampuan memimpin team dan dapat bekerja sama dengan pihak lain yang terkait serta dapat memecahkan segala persoalan yang timbul.
Bertanggung jawab terhadap setiap tahapan pelaksanaan kegiatan.
Melakukan kontrol dan koordinasi terhadap semua personil
Menjalin kerjasama yang baik dengan Pemberi Tugas.
Bertanggung jawab atas kemajuan pekerjaan dan menjaga profesionalisme dan standar teknis selama pelaksanaan pekerjaan.
Membuat program kerja dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Bertanggung jawab terhadap seluruh isi laporan, hasil perencanaan dan gambar yang disusun.
5.00
2 Ir. I Made SudirgaPT. SARANA PERENCANA
JAYA
Tenaga Ahli Lokal
Bidang Sipil, sub Bidang
Teknik Rawa dan
Pantai
Ahli Teknik Pantai
Bertanggung jawab terhadap inventarisasi data berkaitan dengan perencanaan Konservasi pantai
Menghitung, mengevaluasi dan menganalisa hasil pengumpulan data yang dilakukan dan menganalisis
2.00
158
NO. NAMA PERSONIL PERUSAHAANTENAGA AHLI LOKAL/ASING
LINGKUP KEAHLIAN
POSISI DIUSULKAN
URAIAN PEKERJAANJUMLAH ORANG BULAN
dampak pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi
Menyusun laporan yang berkaitan dengan data teknis dan gambar perencanaan Konservasi pantai.
3 Ir. Eko Supoyono PT. SARANA PERENCANA
JAYA
Tenaga Ahli Lokal
Bidang Sumber Daya Air
Ahli Sumber Daya Air
Membuat analisa pelaksanaan pekerjaan konstruksi sipil dalam hubunganya dengan penyusunan matrik identifikasi dampak.
Mengkaji dan menganalisa komponen kegiatan pada tahap pra konstruksi, konstruksi dan paska konstruksi yang menimbulkan dampak lingkungan.
Mengkaji dampak yang ditimbulkan terhadap komponen lingkungan.
Membantu merumuskan dan penyusunan dokumen upaya pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan hidup.
3.00
4 Ike Darwatiningsih, SE PT. SARANA PERENCANA
JAYA
Tenaga Ahli Lokal
Bidang Sosial
Ekonomi Budaya
Ahli Sosial Ekonomi Budaya
Bertanggung jawab terhadap inventarisasi kebutuhan data mengenai kondisi komponen sosio-ekonomi-budaya dan kesehatan masyarakat.
Menghitung, mengevaluasi dan menganalisa hasil pengumpulan data yang dilakukan.
Mengidentifikasi, memprakirakan dan mengevaluasi dampak rencana kegiatan terhadap komponen sosio-ekonomi- budaya dan kesehatan masyarakat.
Menyusun laporan yang berkaitan
2.00
159
NO. NAMA PERSONIL PERUSAHAANTENAGA AHLI LOKAL/ASING
LINGKUP KEAHLIAN
POSISI DIUSULKAN
URAIAN PEKERJAANJUMLAH ORANG BULAN
dengan komponen sosio-ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat.
5 Karunia Hartini Purnamasari, STPT. SARANA PERENCANA
JAYA
Tenaga Ahli Lokal
Bidang Teknik
Lingkungan
Ahli Teknik Lingkungan
Bertanggung jawab dalam pengumpulan data, mengidentifikasi komponen lingkungan (fisik-kimia, biologi, kesehatan masyarakat) yang terkena dampak.
Mengidentifikasi lokasi titik-titik pengambilan sample dan menganalisis.
Menyusun prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan yang timbul akibat kegiatan proyek.
Membantu merumuskan dan penyusunan dokumen upaya pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan hidup
3.00
B Sub Profesional Staff
1 To Be NamePT. SARANA PERENCANA
JAYA
Tenaga Ahli Lokal
Bidang Survey Sosial
Ekonomi
Enumerator Mengumpulkan data sekunder 3.00
2 To Be NamePT. SARANA PERENCANA
JAYA
Tenaga Ahli Lokal
Bidang Survey Sosial
Ekonomi
Enumerator Mengumpulkan data sekunder 3.00
C Supporting Staff
160
NO. NAMA PERSONIL PERUSAHAANTENAGA AHLI LOKAL/ASING
LINGKUP KEAHLIAN
POSISI DIUSULKAN
URAIAN PEKERJAANJUMLAH ORANG BULAN
1 To Be NamePT. SARANA PERENCANA
JAYA
Tenaga Ahli Lokal
Bidang administrasi
dan keuangan
Tenaga Administrasi
dan Keuangan
Membantu administrasi perusahaan 5.00
3 To Be Name PT. SARANA PERENCANA
JAYA
Tenaga Ahli Lokal
Bidang komputer
Operator Komputer
Membantu penyusunan serta pengetikan laporan - laporan serta mengoperasikan komputer
3.50
161
E. JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI
E.1. Umum
Konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan ini akan menyediakan dan menugaskan
beberapa Tenaga Ahli sesuai dengan yang dibutuhkan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK). Tenaga Ahli yang akan ditugaskan tersebut dikoornidir oleh seorang Team Leader
yang memiliki kemampuan dalam koordinasi dan komunikasi dengan pihak pengguna
jasa, instansi teknis terkait dan Tenaga Ahli lainnya. Adapun Tenaga Ahli yang diusulkan
dalam pelaksanaan studi ini telah memilki kualifikasi pendidikan, pengalaman dibidang
penanganan pekerjaan sejenis dalam pengembangan sumber daya air. Masing-masing
Tenaga Ahli tersebut memilki tugas dan tanggung-jawab masing-masing sesuai dengan
bidang keahliannya.
Kualifikasi dan jumlah Tenaga Ahli yang disediakan oleh penyedia jasa untuk menangani
pekerjaan ini sesuai dengan KAK dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
162
Tabel Penugasan Personil
NO POSISI NAMA PERSONILBULAN KE Orang
Bulan KetI II III IV V
A Profesional Staf
Nasional
1 Team Leader Ahmad Dani, ST
5.00
2 Ahli Teknik PantaiIr. I Made Sudirga
2.00
3 Ahli Sumber Daya Sir Ir. Eko Supyono
3.00
4 Ahli Sosio-Ekonomi-Budaya Ike Darwatiningsih, SE
3.00
5 Ahli Teknik Llingkungan Karunia Hartini Purnamasri, ST
3.00
Subtotal 16.00
BSub Professional&Supporting Staf
Nasional
1Tenaga Administrasi dan Keuangan
To Be Name 5.00
2 Operator KomputerTo be name
3.50
3 EnumeratorTo Be Name (2 orang)
3.00
163
NO POSISI NAMA PERSONILBULAN KE Orang
Bulan KetI II III IV V
Subtotal 11.00
Total 27.00
164
F. FASILITAS PENDUKUNG YANG DISEDIAKAN dan JADWAL
PENGGUNAAN PERALATAN
Keberadaan fasilitas pendukung meskipun tidak secara langsung namun sangat
mempengaruhi kelancaran kegiatan dalam rangka melaksanakan semua lingkup
pekerjaan yang di embankan dalam Kerangka Acuan Kerja. Secara umum fasilitas
pendukung yang dibutuhkan berupa sarana dan prasarana yang diperlukan akan
disediakan dan ditempatkan di kantor yang dimiliki oleh Konsultan saat ini.
Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, Konsultan akan menyediakan
peralatan dan fasilitas kerja, antara lain :
1. Fasilitas Ruang Kantor
Fasilitas pendukung yang saat ini sudah dimiliki dan tersedia di kantor Konsultan
diantaranya :
a. Ruang kerja sebanyak 1 ruangan yang memadai untuk menampung tenaga
ahli, asisten, dan tenaga pendukung untuk bekerja dengan baik,
b. Ruang rapat dengan kapasitas 20 orang yang cukup untuk menampung
semua anggota tim konsultan ketika melakukan rapat terbuka maupun
pertemuan denagn pihak lain,
c. Fasilitas komunikasi berupa jalur telepon dan mesin facsimile yang siap
digunakan setiap saat, termasuk sambungan dengan jalur intrnet untuk
mengumpulkan data, informasi dan komunikasi.
d. Fasilitas penerangan, AC, dan fasum (WC, tempat ibadah, dll) yang telah
terpasang dan tersedia.
2. Fasilitas Pendukung Yang Harus Disediakan
Fasilitas pendukung yang saat ini belum dimiliki dan tersedia di Kantor Konsultan
sehingga di usulkan untuk diadakan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan ini,
diantaranya :
a. Perangkat komputer tambahan untuk operasional asisten ahli dan operator
komputer sebanyak + 2 unit yang perlu disewa selama masa pelaksanaan
pekerjaan ini,
b. Printer dan tintanya yang khusus digunakan unutk melaksanakan pekerjaan
ini sebanyak + 2 unit yang disewa selama masa pelaksanaan pekerjaan ini,
165
c. Sewa kendaraan untuk Transportasi Tim Konsultan ketika melaksanakan
survey di lapangan dan presentasi ke kantor Pemberi Kerja. Penyewaan
kendaraan dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
166
167