USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

96
i USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL TERBOYO DI TINJAU BERDASARKAN PERDA KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PKL SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Menyelesaikan Program Studi Stara 1 Ilmu Hukum Disusun Oleh : Nama : Taufan Budi Fariyanto Nim : A.131.15.0178 UNIVERSITAS SEMARANG FAKULTAS HUKUM SEMARANG 2019

Transcript of USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

Page 1: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

i

USM

RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL )

DI TERMINAL TERBOYO DI TINJAU BERDASARKAN

PERDA KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000

TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PKL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas

Dan Syarat-Syarat Guna Menyelesaikan

Program Studi Stara 1 Ilmu Hukum

Disusun Oleh :

Nama : Taufan Budi Fariyanto

Nim : A.131.15.0178

UNIVERSITAS SEMARANG

FAKULTAS HUKUM

SEMARANG

2019

Page 2: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...
Page 3: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...
Page 4: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...
Page 5: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...
Page 6: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

v

DOKUMENTASI PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ILMU HUKUM UNIVERSITAS SEMARANG

Perpustakaan Fakultas Ilmu Hukum Universitas Semarang dengan ini

menerangkan, bahwa skripsi dibawah dengan keterangan sebagai berikut

dengan Judul :

RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL )

DI TERMINAL TERBOYO DI TINJAU BERDASARKAN

PERDA KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000

TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PKL

Oleh :

Nama : Taufan Budi Fariyanto

Nim : A.131.15.0178

Telah didokumentasikan dengan nomor : .............................................

diperpustakaan Fakultas Ilmu Hukum Universitas Semarang untuk

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, _____________________

Bagian Administrasi Perpustakaan

Fakultas Ilmu Hukum Universitas Semarang

( ...................................................... )

Page 7: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT ( Tuhan Yang Maha Esa )

karenatelah memberkati Penulis dan memberikan pertolongannya dengan

banyak cara dalam penulisan penyusunan skripsi ini, sehingga tugas ini

dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan penyusunan skripsi

ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan, dukungan, dan doa

dari berbagai pihak, sejak awal masa perkuliahan hingga akhir penulisan ini.

Oleh karena itu Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih penulis

kepada seluruh pihak yang telah ikhlas membantu penulis dengan berbagai

cara sehingga Penulis dapat menjalani masa perkuliahan di Fakultas Hukum

Universitas Semarang dengan baik dan lancar hingga menyelesaikan

penulisan ini. Rasa terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Andy Krisdasusila, S.E., M.M. Selaku Rektor Universitas

Semarang yang memberi dan menjadi motivasi bagi saya dalam

menuntut ilmu di Universitas Semarang.

2. Ibu B. Rini Heryanti S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada saya

dan banyak mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas.

3. Bapak Muhammad Iftar Aryaputra, S.H., M.H. selaku dosen wali yang

telah memberikan banyak arahan dan masukan. Serta dengan sabar

membimbing dan mengajari saya.

Page 8: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

vii

4. Bapak A. Heru Nuswanto, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I

dalam penulisan penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas arahan judul

akan topik dan pembahasan dalam karya ilmiah ini. Terima kasih telah

dengan sabar meluangkan waktunya untuk membimbing dan

mengarahkan penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Bapak Dr. Amri P. Sihotang, S.S., S.H., M.Hum. selaku Dosen

Pembimbing II dalam penulisan penyusunan skripsi ini. Terima kasih

atas saran-sarannya sehingga penulis dapat membuat pola pikir yang

lebih tepat dalam menyusun materi dan membuat analisis dalam

penyusunan skripsi ini.

6. Kedua orang tua penulis, yang tercinta ayahanda “ Riyanto, S.E.” dan

ibunda “ Siti Faizah “, terima kasih atas kasih sayang, doa, dukungan

yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

7. Istriku tersayang “ Erna Yohana Setyo Rini “ dan anakku “ Muhammad

Tirta Al Fatih “, kalian berdua sumber inspirasiku.

8. Adikku yang ku banggakan “ Ismail Zein Nur Fariyanto “ dan “ Afifah

Maulidina Fariyanto “ serta adik iparku “ Irma Febina Anisa “, Ibu

mertuaku “ Hari Suprihatiningsih “, terima kasih atas segala dukungan

nya selama ini.

9. Segenap keluarga besar yang tak dapat penulis sebutkan satu-persatu,

berbangga hati menjadi bagian dari semuanya.

Page 9: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...
Page 10: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

ix

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Berfikirlah realistis ....

“ Saat kau yakin, maka jalanilah, berjuang dan berkorbanlah. Jika

tidak, maka lepaskan dan tinggalkanlah. Jika setengah-setengah, maka

anggaplah itu tidak, lalu carilah yang membuatmu yakin dan merasa pantas

untuk diperjuangkan. Karena kepastian akan menentukan apa yang kamu

dapat dari buah keyakinanmu .... “

# Luckmand Hackeem

Setiap orang berhak menentukan apa pada setiap pilihanya sendiri

tanpa intervensi dari orang lain. Yang perlu di ingat adalah konsekwensi

dari apa yang kita pilih sekarang untuk bagaimana kedepan. Karena

penyesalan memang selalu datang terlambat, kalau itu masih bisa kita

perbaiki sekarang, maka perbaikilan. Tuhan selalu memberikan jalan bagi

orang-orang yang mau memperbaiki dirinya ke arah yang lebih positif.

Saya persembahkan Skripsi ini kepada :

Yang terkasih dan tersayang :

Ayahanda “ Riyanto, S.E.” dan ibunda “ Siti Faizah “ ;

Istriku “ Erna Yohana Setyo Rini “ dan anakku “ Muhammad Tirta Al

Fatih “ ;

Adikku “ Ismail Zein Nur Fariyanto “ dan “ Afifah Maulidina

Fariyanto “ serta adik iparku “ Irma Febina Anisa “.

Page 11: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

x

ABSTRAK

Keberadaan pedagang kaki lima di Kawasan Terminal Terboyo sering

kali menimbulkan masalah. Kesan kumuh, liar, merusak keindahan, seakan

menjadi paten yang melekat pada usuha mikro ini. Seiring pengalihan status

terminal Terboyo yang semula dari terminal penumpang menjadi terminal

angkutan barang untuk pemindahan PKL. Berdasarkan hal tersebut maka

bagaimana Relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terboyo dan

apa saja kendala-kendala dalam pembinaan Pedagang Kaki Lima (PKL) di

Terminal Terboyo Ditinjau Berdasarkan Perda Kota Semarang Nomor 11

Tahun 2000 tentang Pengaturan Dan Pembinaan PKL dan bagaimana upaya

mengatasinya. Jenis / tipe panelitian yang menggunakan yuridis empiris,

spesifikasi penelitian menggunakan deskriptif analitis, metode pengumpulan

data menggunakan penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan, dan

menggunakan analisis kualitatif. Relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di

Terminal Terboyo pada dasarnya konsep Relokasi dilaksanakan karena alih

fungsi lahan yang di peruntukan bagi pembangunan Terminal Terboyo

menjadi terminal barang. Dalam proses penataan ke lokasi yang sudah

disediakan pemerintah untuk mereka yaitu ke Pasar Banjardowo yang sudah

dikoordinasikan dengan Dinas Perdagangan, dan ke Terminal Mangkang

seperti yang direncanakan sebelumnya yang sesuai dengan jenis-jenis usaha

yang mereka jalankan. Kendala-kendalanya adalah rendahnya kesadaran

hukum PKL, lemahnya Pengawasan oleh Aparat Kota Semarang, relokasi

tempat jualan PKL yang tidak strategis dan memadai, serta faktor ekonomi

PKL. Upaya-upaya yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan dan

pembinaan, meningkatkan pengawasan dengan mengadakan penertiban

mengupayakan lokasi atau lahan baru, serta memberikan pelatihan dan

bantuan modal bagi PKL.

Kata Kunci : Relokasi, Pedagang Kaki Lima, Terminal Terboyo.

Page 12: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

xi

ABSTRACT

The presence of street vendors in the Terboyo Terminal Area often

creates problems. Shabby impression, wild, damaging beauty, seems to be a

patent attached to this micro. Along with the transfer of the Terboyo

terminal status from the passenger terminal to the goods transportation

terminal for the transfer of street vendors. Based on this, how is the

Relocation of Street Vendors (PKL) in Terboyo Terminal and what are the

constraints in the construction of Street Vendors (PKL) in Terboyo

Terminal?. Types / types of research that use empirical juridical, research

specifications use analytical descriptive, methods of data collection using

field research and library research, and using qualitative analysis.

Basically, the Relocation of Street Vendors (PKL) in Terboyo Terminal was

carried out due to the conversion of land designated for the construction of

the Terboyo Terminal to become a goods terminal. In the structuring

process to the location that the government has provided for them, namely

to Banjardowo Market, which has been coordinated with the Trade Office,

and to Mangkang Terminal as planned in advance according to the types of

businesses they run. The obstacles are the low legal awareness of street

vendors, the weak supervision by Semarang City officials, the relocation of

street vendors selling places that are not strategic and adequate, and the

economic factors of street vendors. Efforts are made to provide counseling

and guidance, improve supervision by organizing control to seek new

locations or land, and provide training and capital assistance for street

vendors.

Keywords : Relocation, Street Vendors, Terboyo Terminal.

Page 13: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN MEMPERBANYAK .................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ......................................................... iv

DUKUMENTASI PERPUSTAKAAN ........................................................ v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... ix

ABSTRAK ................................................................................................. iix

DAFTAR ISI .............................................................................................. xii

BAB I : PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian ......................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ................................................ 5

D. Keaslian Penelitian ................................................................... 6

E. Sistematika Penulisan ............................................................... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 10

A. Tinjauan Umum Tentang Sektor Informal ............................ 10

B. Tinjauan Umum Tentang PKL .............................................. 13

C. Tinjauan Umum Tentang Pembinaan PKL ............................ 18

D. Tinjauan Umum Tentang Kebijakan Relokasi PKL ............. 22

E. Tinjauan Umum Tentang Peraturan Daerah .......................... 26

F. Tinjauan Mengenai Efektivitas Berlakunya Hukum .............. 29

G. Tinjauan Umum Tentang Penataan Ruang ............................ 33

Page 14: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

xiii

BAB III : METODE PENELITIAN ........................................................... 40

A. Jenis / Tipe Penelitian ............................................................ 41

B. Spesifikasi Penelitian ............................................................. 41

C. Metode Penentuan Sampel .................................................... 42

D. Metode Pengumpulan Data ................................................... 44

E. Metode Analisis Data ............................................................ 47

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 48

A. Relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terboyo

Ditinjau Berdasarkan Perda Kota Semarang Nomor 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan Dan Pembinaan PKL .................... 48

B. Kendala-Kendala Dalam Pembinaan Pedagang Kaki Lima

(PKL) Di Terminal Terboyo Ditinjau Berdasarkan Perda Kota

Semarang Nomor 11 Tahun 2000 Tentang Pengaturan Dan

Pembinaan PKL Dan Bagaimana Upaya Mengatasinya ....... 60

1. Kendala-kendala yang timbul dalam Pembinaan dan

Penataan PKL Di Terminal Terboyo Kota Semarang ...... 60

2. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-

kendala yang timbul dalam Pembinaan dan Pelaksanaan

Penataan PKL di kawasan Terminal Terboyo Kota

Semarang .......................................................................... 63

BAB V : PENUTUP ................................................................................... 67

A. Simpulan ................................................................................ 67

B. Saran ...................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kuatnya magnet bisnis mampu memindahkan penduduk dari desa

berurbanisasi ke kota dalam rangka beralih profesi dari petani menjadi

pedagang kecil-kecilan. Untuk menjadi pedagang kaki lima (PKL) tidak

membutuhkan pendidikan tinggi, tidak membutuhkan modal yang besar,

namun dapat menghasilkan pendapatan yang kadang melebihi sektor formal.

PKL cenderung mengelompok dengan pekerjaan yang sejenisnya. Jenis

usaha yang paling banyak diminati adalah makanan dan minuman.

Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan salah satu alternatif mata

pencaharian sektor informal yang termasuk ke dalam golongan usaha kecil.

Usaha kecil dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995

tentang Usaha Kecil. Usaha kecil adalah kegiatan usaha yang mampu

memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas

kepada masyarakat, dapat berperan dalam proses pemerataan dan

peningkatan pendapatan masyarakat serta mendorong pertumbuhan

ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional pada

umumnya dan stabilitas ekonomi pada khususnya.

Penduduk yang datang ke kota dari pedesaan untuk mencari kerja,

pada umumnya adalah urban miskin. Namun demikian, mereka merasakan

bahwa kesempatan hidup, mendapat pekerjaan dan gaji yang lebih baik,

lebih memungkinkan daripada jika mereka tetap tinggal di desa. Tekanan

Page 16: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

2

arus penduduk dari desa ke kota setiap tahun yang semakin meningkat,

berdampak pada kurangnya lapangan pekerjaan yang disediakan di

perkotaan terutama Kota Semarang. Hal tersebut disebabkan pula karena

umumnya orang-orang yang masuk ke kota tidak dipersiapkan dengan

pendidikan dan keterampilan yang memadai. Mencari pekerjaaan yang tidak

memerlukan persyaratan salah satunya adalah dengan berjualan sebagai

pedagang kaki lima. Lalu beberapa masalah yang ditimbulkan oleh PKL di

kota biasanya seperti masalah kebersihan serta keindahan kota.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2000 tentang

Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima, peraturan daerah ini

digunakan sebagai dasar kebijakan Pemerintah Kota Semarang untuk

mengatur, menata, dan menertibkan PKL Penegakan hukum dan ketertiban,

agar PKL tertib dan patuh pada ketentuan Perda tersebut. Pengaturan PKL

dilakukan sesuai Pasal (2) yaitu pengadaan, pemindahan dan penghapusan

lokasi PKL ditetapkan oleh Walikota, lokasi dan pengaturan tempat-tempat

usaha PKL ditunjuk dan ditetapkan oleh Walikota, penunjukan dan

penetapan tempat usaha adalah milik atau dikuasai oleh Pemerintah Daerah

atau pihak lain.

Salah satu area penelitian yaitu PKL di Kawasan Terminal Terboyo

yang sering menjadi perbincangan karena keberadaannya. Keberadaan

pedagang kaki lima di Kawasan Terminal Terboyo sering kali menimbulkan

masalah-masalah. Kesan kumuh, liar, merusak keindahan, seakan menjadi

paten yang melekat pada usuha mikro ini. Terminal Terboyo sebenarnya

adalah daerah perindustrian, namun berubah menjadi kawasan Terminal

Page 17: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

3

atau transit bus antar kota dalam provinsi maupun luar provinsi dan daerah

atau area perdagangan.

Seiring pengalihan status terminal Terboyo yang semula dari terminal

penumpang menjadi terminal angkutan barang untuk pemindahan PKL,

Dishub tengah berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan Kota Semarang

agar para PKL direlokasi ke Pasar Banjardowo yang sudah dikoordinasikan

dengan Dinas Perdagangan, selain ke Terminal Mangkang seperti yang

direncanakan sebelumnya. 1

Kepala Dishub Kota Semarang M Khadik, beliau mengatakan bahwa

pemindahan transit bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) ke

Terminal Penggaron, sudah dikomunikasikan dengan Dishub provinsi.

Sementara bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) ke Terminal

Mangkang koordinasi dengan kementerian. Ini disebabkan, Terminal

Mangkang saat ini pengelolaanya dipegang pemerintah pusat bukan

lagi Pemkot Semarang. Begitu juga Terminal Penggaron pengelolaan

nya menjadi kewenangan Pemprov Jateng. Kami sudah kirim surat ke

Dishub provinsi dan Kemenhub untuk pemindahan bus AKDP ke

Terminal Penggaron dan bus AKAP ke Terminal Mangkang. Kalau

dari kami, ya, berharap secepatnya dimulai pembangunan. 2

Pemerintah kota Semarang harus tegas dalam menangani masalah

pedagang kaki lima, seperti kebijakan yang belum lama terjadi tentang

penggusuran PKL di Sekitaran Kawasan Terminal Terboyo Kota Semarang,

ketika pedagang kaki lima mendatangi Kantor Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Kota Semarang untuk menolak penggusuran tersebut

padahal ditempat tersebut akan beralih fungsi dari terminal penumpang

menjadi terminal angkutan barang.

_______________________ 1 “ Sudah Mulai Dibongkar, PKL Terminal Terboyo Belum Mau Pindah “, ( http://

Muria News. Blogspot / 2018 / 06. html ), diakses pada tanggal 22 September 2018. 2 Ibid.

Page 18: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

4

Pemerintah Kota dalam hal ini Dinas Kebersihan, Satpol PP, Dinas

Tata Ruang dan Bangunan Kota Semarang seharusnya dapat berperan aktif

dalam merumuskan, membina dan mengelola pedagang kaki lima. Berbagai

kebijakan telah dibuat oleh pemerintah kota untuk mengatasi masalah

pedagang kaki lima namun terkadang penerapannya di lapangan tidak sesuai

dengan yang diinginkan. Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang

telah dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil

judul : “ Relokasi Pedagang Kaki Lima ( PKL ) Di Terminal Terboyo Di

Tinjau Berdasarkan Perda Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2000 Tentang

Pengaturan Dan Pembinaan PKL “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka penulis merumuskan beberapa

permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Bagaimana Relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terboyo

Ditinjau Berdasarkan Perda Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2000

tentang Pengaturan Dan Pembinaan PKL ?

2. Apa saja kendala-kendala dalam pembinaan Pedagang Kaki Lima (PKL)

di Terminal Terboyo Ditinjau Berdasarkan Perda Kota Semarang Nomor

11 Tahun 2000 tentang Pengaturan Dan Pembinaan PKL dan bagaimana

upaya mengatasinya ?

Page 19: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

5

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan utama yang hendak dicapai peneliti dalam melakukan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal

Terboyo Ditinjau Berdasarkan Perda Kota Semarang Nomor 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan Dan Pembinaan PKL.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pembinaan Pedagang Kaki

Lima (PKL) di Terminal Terboyo Ditinjau Berdasarkan Perda Kota

Semarang Nomor 11 Tahun 2000 tentang Pengaturan Dan Pembinaan

PKL dan bagaimana upaya mengatasinya.

Manfaat penelitian diharapkan dapat dipergunakan baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis :

a. Dapat memberikan sumbangan dan masukan pemikiran di bidang ilmu

pengetahuan hukum, khususnya mengenai Relokasi Pedagang Kaki

Lima (PKL) di Terminal Terboyo.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah

pengetahuan di bidang hukum khususnya dalam pembinaan Pedagang

Kaki Lima (PKL).

2. Manfaat Praktis :

a. Bagi Mahasiswa, sebagai masukan dan referensi kepada mahasiswa

baik secara hukum mengenai Relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL)

di Terminal Terboyo Ditinjau Berdasarkan Perda Kota Semarang

Nomor 11 Tahun 2000 tentang Pengaturan Dan Pembinaan PKL.

Page 20: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

6

b. Memberikan sumbangan Pemikiran kepada kalangan Akademisi

Kampus, praktisi hukum bisnis, Lembaga Pemerintah, Institusi

Peradilan termasuk Aparatur Penegak Hukum lainnya dalam rangka

menerapkan dan menegakkan Perda dalam pembinaan Pedagang

Kaki Lima (PKL) berdasarkan Perda Kota Semarang Nomor 11

Tahun 2000 tentang Pengaturan Dan Pembinaan PKL.

D. Keaslian Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil topik : Relokasi Pedagang

Kaki Lima (PKL) Di Tinjau Berdasarkan Perda Kota Semarang Nomor 11

Tahun 2000 tentang Pengaturan Dan Pembinaan PKL. Penelitian ini

mengambil Studi Kasus PKL Terminal Terboyo Kota Semarang.

Berdasarkan hasil penelusuran yang Penulis lakukan terdapat penulisan

yang serupa secara karakteristik, namun meskipun hampir sama tetap

terdapat perbedaan. Adapun Karya Ilmiah yang hampir serupa di maksud

adalah sebagai berikut :

1. Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pembinaan Pedagang

Kaki Lima : Studi Kasus Pada Pedagang Kaki Lima Di Kelurahan Paropo

Kecamatan Panakukang Kota Makassar ( Nurul Azizah Syam / Nim : E

121 11 609 / Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas

Hasanuddin 2016 ), dengan rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah implementasi kebijakan pemerintah dalam pembinaan

pedagang kaki lima di Kota Makassar ( studi kasus di Kelurahan

Paropo Kecamatan Panakukang Kota Makassar ) ?

Page 21: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

7

b. Apasaja faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembinaan pedagang

kaki lima di Kota Makassar ( studi kasus di Kelurahan Paropo

Kecamatan Panakukang Kota Makassar ) ?

2. Dampak Relokasi Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Peraturan Daerah

Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Pedagang

Kaki Lima Terhadap Usaha Pedagang Kaki Lima Di Surakarta ( Nur

Fatnawati / Nim : 8111409233 / Fakultas Hukum Universitas Negeri

Semarang 2013 ), dengan rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah langkah Pemerintah Kota Surakarta dalam penerapan

Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang

Kaki Lima ?

b. Bagaimanakah cara Relokasi PKL menurut Peraturan Daerah No. 3

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima ?

c. Bagaimanakah dampak relokasi bagi Pedagang Kaki Lima dan

masyarakat sekitar ?

3. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2000 Tentang

Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Tlogosari

Semarang ( Yonathan Katon Adinugroho / Nim : 7465407 / Pascasarjana

Universitas Diponegoro Semarang 2015 ), dengan rumusan masalah

sebagai berikut :

a. Bagaimanakah Implementasi Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2000

Tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Kawasan

Tlogosari Semarang ?

Page 22: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

8

b. Apasajakah faktor-faktor pendorong dan penghambat Impementasi

Peraturan Daerah tersebut ?

4. Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 13 Tahun 2007

Pasal 22 Ayat (1) Dan (2) Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah

Kota Palembang Nomor 44 Tahun 2002 Tentang Ketentraman Dan

Ketertiban Terhadap Pedagang Kaki Lima Di Area Kambang Iwak Kota

Palembang ( Ratika Desyarani / Nim : 02121401095 / Fakultas Hukum

Universitas Sriwijaya Kampus Palembang 2017 ), dengan rumusan

masalah sebagai berikut :

a. Apasajakah faktor-faktor yang menyebabkan keberadaan Pedagang

Kaki Lima di area Kambang Iwak ?

b. Upaya-upaya apasaja yang dilakukan Pemerintah Kota Palembang

dalam menangani keberadaan Pedagang Kaki Lima di area Kambang

Iwak Palembang ?

E. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan, pada bab ini diuraikan tentang latar belakang

penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, keaslian penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka, pada bab ini berisi tinjauan umum tentang

pedagang kaki lima, tinjauan umum tentang pembinaan

pedagang kaki lima, dan tinjauan umum tentang kebijakan

relokasi pedagang kaki lima.

Page 23: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

9

BAB III : Metode Penelitian, metode penelitian terdiri dari jenis / tipe

panelitian yang menggunakan yuridis empiris, spesifikasi

penelitian menggunakan deskriptif analitis, metode

pengumpulan data menggunakan teknik pengumpulan data

penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan yang meliputi

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, metode

analisis datanya menggunakan analisis kualitatif.

BAB IV : Hasil Penelitian Dan Pembahasan, uraian mengenai Relokasi

Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terboyo serta kendala-

kendala dalam pembinaan Pedagang Kaki Lima (PKL) di

Terminal Terboyo Ditinjau Berdasarkan Perda Kota Semarang

Nomor 11 Tahun 2000 tentang Pengaturan Dan Pembinaan PKL

dan bagaimana upaya mengatasinya.

BAB V : Penutup, simpulan dari hasil penelitian, dan saran-saran.

Page 24: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Sektor Informal

Pada saat ini keberadaan sektor informal di daerah perkotaan pada

khususnya di Kota Semarang telah menjadi masalah yang penting, terbukti

dengan angka pertumbuhan yang cukup pesat. Selain itu, sektor informal

juga mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyerap angkatan kerja.

Tadjudin Noer Effendi, menyatakan bahwa ada kecenderungan pada

proporsi pekerja-pekerja sektor informal yang semakin kecil dengan

semakin besarnya suatu kota. Perbedaan ini terkait dengan konsentrasi

kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi moderen dari sektor industri

cenderung mengelompok di kota-kota besar, akibatnya sifat

permintaan atas pelayanan barang dan jasa di kota-kota besar lebih

bersifat formal dari pada informal. Kegiatan sektor informal memiliki

karasteristik sebagai berikut :

1. Mudah untuk masuk ke sektor ini ;

2. Menggunakan sumber-sumber asli ;

3. Merupakan usaha milik keluarga ;

4. Skala operasinya kecil ;

5. Intensif tenaga kerja dan teknologi sederhana ;

6. Keterampilan yang diperoleh di luar pendidikan formal ; dan

7. Pasar yang kompetitif dan tak terlindungi oleh undang-undang. 3

Ciri-ciri dari sektor informal pada umumnya dapat dilihat dari

kacenderungan masyarakat pada umumnya, yang dapat dihubungkan

dengan ada tidaknya bantuan secara ekonomi dari pemerintah, yaitu ciri-

cirinya antara lain sebagai berikut :

1. Aktivitasnya tidak terorganisisir secara baik, karena timbulnya tak

berlangsung melalui lembaga yang ada pada perekonomian moderen ;

_______________________

3 Tadjudin Noer Effendi, “Sumber Daya Manusia Peluang Kerja Dan Kemiskinan“,

Cetakan Ke-II, ( Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 2016 ), halaman 190.

Page 25: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

11

2. Tidak mempunyai hubungan langsung dengan pemerintah ;

3. Pada umumnya setiap unit usaha tidak mempunyai izin usaha dari

pemerintah ;

4. Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti tempat maupun mengenai

jam kerja ;

5. Mudah untuk keluar dan masuk dari satu sub ke sub sektor yang lain ;

6. Karena modal dan peralatan serta perputaran usaha relatif kecil, maka

skala operasinya kecil ;

7. Tekhnologi yang digunakan bersifat sederhana ;

8. Untuk mengelola usaha tidak diperlukan tingkat pendidikan tertentu,

karena pendidikan yang diperlukan dapat diperoleh dari pengalaman saat

melakukan perdagangan ;

9. Kebanyakan termasuk one man enterprise, buruh yang berasal dari

lingkungan keluarga, maka bersifat family enterprise ;

10. Sumber dana untuk modal umumnya berasal dari tabungan sendiri atau

dari sumber keuangan tidak resmi ; dan

11. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan

masyarakat kota maupun desa berpenghasilan rendah dan kadang-

kadang golongan menengah.

Soetjipto Wirosardjono memberikan batasan mengenai ciri-ciri sektor

informal adalah sebagai berikut :

a) Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan,

maupun penerimaannya ;

b) Tidak tersentuh oleh peraturan atau ketentuan yang ditetapkan oleh

pemerintah ;

c) Modal, peralatan, maupun perlengkapan dan omzetnya biasanya

kecil dan diusahakan atas dasar perhitungan harian ;

d) Umumnya tidak mempunyai tepat usaha yang permanen dan

terpisah dari tempat tinggalnya ;

Page 26: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

12

e) Tidak mempunyai keterikatan dengan usaha lain ;

f) Umumnya dilakukan oleh dan untuk melayani golongan

masyarakat yang berpenghasilan rendah ;

g) Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga

dapat dengan mudah menyerap bermacam-macam tingkat

pendidikan tenaga kerja ;

h) Menggunakan buruh yang sedikit dan dari lingkungan keluarga,

kenalan atau berasal dari daerah yang sama ; serta

i) Tidak menganal sistem perbankan, pembukuan, perkreditan, dan

lain sebagainya. 4

Dari definisi yang telah dikemukakan di atas dengan beberapa ciri,

tampak bahwa sektor informal merupakan suatu istilah yang mencakup

berbagai kegiatan usaha yang bersifat wiraswasta dimana campur tangan

pemerintah terutama dalam hal permodalan sangatlah kurang. Begitu juga

dengan aturan-aturan hukum yang tampaknya jauh dari jangkauan sehingga

kehadirannya dianggap melanggar norma terutama ketertiban umum. Oleh

karena itu banyak pihak yang memposisikan sektor informal sebagai bagian

dari sektor ekonomi minor yang seolah-olah mengurangi kemanfaatan

sektor informal itu sendiri.

Padahal pada hakekatnya, sektor informal dapat dijadikan sebagai

sektor ekonomi yang dapat dibina dan dikembangkan menjadi kekuatan

ekonomi riil. Hal tersebut disebabkan karena ditinjau dari daya serapnya,

ternyata jumlah pekerja sektor informal ini semakin meningkat. Besarnya

daya serap tersebut sebenarnya merupakan cerminan bahwa sektor formal

dirasa sudah tidak mampu lagi untuk menampung penambahan angkatan

kerja. Asumsinya adalah bahwa orang akan selalu berusaha untuk dapat

bekerja di sektor formal yang lebih memberikan jaminan dibanding sektor

_______________________

4 Soetjipto Wirosardjono, “ Pengertian, Batasan, Dan Masalah Sektor Informal “,

Cetakan Ke-V, ( Jakarta : LP3ES, 2015 ), halaman 5.

Page 27: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

13

informal. Hanya saja apabila sudah tidak tersedia lagi kesempatan kerja di

sektor formal, mau tidak mau orang akan mencari alternatif lain yang salah

satunya adalah menciptakan kesempatan kerja di sektor informal.

Namun disamping itu ada juga beberapa pihak yang sengaja terjun di

sektor informal, jadi bukan lantaran sudah tidak ada kesempatan lagi

baginya untuk bekerja di sektor formal. Hal ini dikarenakan ada anggapan

bahwa sektor informal lebih mempunyai daya tarik, sehingga dapat

memberikan imbalan yang sesuai dengan kemampuan. Dimana kemampuan

setiap individu yang dibutuhkan untuk memasuki sektor informal tidaklah

terlalu berat, bahkan bisa dikatakan bahwa setiap individu bisa

memasukinya apabila mempunyai kemauan dan sedikit kemampuan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa para pekerja di sektor informal

belum tentu terdiri dari orang-orang yang putus asa karena tidak tertampung

dalam sektor formal.

B. Tinjauan Umum Tentang PKL

Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk

menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering

ditafsirkan demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki

tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga " kaki " gerobak ( yang

sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki ).

Jenis dagangan dari PKL sangat dipengaruhi oleh sifat pelayanan PKL

itu sendiri. Barang yang didagangkan biasanya bergantung pada lokasi

dimana PKL berdagang. Jenis dagangan yang biasa didagangkan oleh

PKL, diantaranya sebagai berikut :

1. Makanan dan minuman, terdiri dari pedagang yang berjualan yang

telah dimasak dan langsung disajikan ditempat maupun dibawa

Page 28: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

14

pulang. Lokasi dagangan biasanya di perkantoran, tempat rekreasi,

sekolah, ruang terbuka atau taman, dan persimpangan jalan utama

menuju keramaian ;

2. Pakaian atau tekstil dan mainan anak. Untuk barang dagangan

seperti ini biasanya pola pengelompokan lebih berbaur dengan

komoditas lain. Lokasi dagangan cenderung sama dengan para

pedagang makanan dan minuman ;

3. Buah-buahan, dimana jenis buah yang diperdagangkan berupa

buah-buah segar. Komoditas perdagangkan cenderung berubah-

ubah sesuai dengan musim-musim buah. Lokasi PKL yang menjual

buah-buahan berada di pusat-pusat keramaian serta cenderung

berbaur dengan komoditas lain ;

4. Rokok dan obat-obatan, biasanya pedagang yang menjual rokok

juga berjualan makanan ringan, obat, dan permen. Lokasi dagangan

jenis ini cenderung berada di pusat-pusat keramaian ;

5. Barang cetakan seperti majalah, koran dan buku bacaan. Jenis ini

cenderung berlokasi di pusat-pusat keramaian dan berbaur dengan

pedagang jenis komoditas lainnya ; dan

6. Jasa perorangan, terdiri dari tukang kunci, reparasi jam, tukang

stempel hingga tukang pembuat figuran. Pedagang jenis ini

berlokasi di pertokoan dan berbaur dengan jenis komoditas lain. 5

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, PKL adalah pedagang yang

menjual barang dagangannya di pinggir jalan atau di dalam usahanya

menggunakan sarana dan perlengkapan yang mudah dibongkar pasang atau

dipindahkan, serta tempat-tempat yang tidak diperuntukkan untuk berusaha

atau tempat lain yang bukan miliknya. Peraturan pemerintah menetapkan

setiap jalan raya yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk

pejalanan kaki. Lebar ruas untuk pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu

setengah meter. Sebutan untuk pedagang tersebut adalah “ pedagang

emperan jalan ” akan tetapi sekarang menjadi “ pedagang kaki lima ”. 6

_______________________

5 M.S. Rusli Ramli, “ Sektor Informal Perkotaan Pedagang Kaki Lima “, ( Jakarta :

Ind-Hil.co., 2009 ), halaman 3. 6 Lukman Ali, “ Kamus Besar Bahasa Indonesia “, Cetakan Ke III, ( Jakarta : Balai

Pustaka, 2011 ), halaman 568.

Page 29: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

15

Berdasarkan Perda Kota Semarang No. 11 Tahun 2000 tentang

Pengaturan Dan Pembinaan PKL Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa

Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disingkat PKL adalah pelaku usaha

yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha

bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas

sosial, fasilitas umum, lahan, dan bangunan milik pemerintah dan swasta

yang bersifat sementara.

Menurut McGee dan Yeung, pedagang kaki lima atau PKL

mempunyai pengertian yang sama dengan „ hawkers ‟, yang

didefinisikan sebagai orang-orang yang menawarkan barang dan jasa

untuk dijual ditempat umum, terutama di pinggir jalan dan trotoar.

PKL juga sebagian kelompok orang yang menawarkan barang dan

jasa untuk dijual di atas trotoar atau ditepi / dipinggir jalan, di sekitar

pusat perbelanjaan / pertokoan, pasar, pusat rekreasi / hiburan, pusat

perkantoran dan pusat pendidikan, baik secara menetap atau setengah

menetap, berstatus tidak resmi atau setengah resmi dan dilakukan baik

pagi, siang, sore maupun malam hari. 7

Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pedagang kaki

lima merupakan suatu pekerjaan atau usaha kecil oleh masyarakat yang

berpenghasilan rendah atau mempunyai modal kecil dengan menjual barang

atau jasa di tempat umum yang bukan miliknya. Proses perencanaan tata

ruang, sering kali belum mempertimbangkan keberadaan dan kebutuhan

ruang untuk PKL. Ruang-ruang kota yang tersedia hanya difokuskan untuk

kepentingan kegiatan dan fungsi formal saja. Kondisi ini yang menyebabkan

para Pedagang Kaki Lima berdagang di tempat-tempat yang tidak terencana

dan tidak difungsikan untuk mereka.

_______________________

7 Syamsul Hilal, “ Upaya Penataan dan Pembinaan PKL di.Indonesia ", ( http://

syamsuhilal. blogspot. com / 2013 / 04 /.html ), diakses pada tanggal 27 Oktober 2018.

Page 30: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

16

PKL tidak mempunyai status legal dalam menjalankan usahanya dan

mereka terus mendapatkan tindakan kekerasan oleh pemerintah kota dengan

program yang mengatasnamakan penertiban atau penataan. Di sisi lain,

peran yang dijalankan sektor informal termasuk PKL belum sepenuhnya

diterima pemerintah kota. PKL lebih dipandang sebagai aktivitas non-profit,

karena tidak berkontribusi pada ekonomi lokal atau nasional melalui pajak.

Mereka dimarginalkan dalam agenda pembangunan, dengan demikian

terkena dampak buruk dari kebijakan makro sosio-ekonomi.

Terbatasnya dukungan kebijakan membuat sektor ini tidak aman, yang

berdampak buruk pada mata pencaharian penduduk miskin urban. Mereka

terkenal karena memberikan sebagian penduduk urban kebutuhan barang

atau jasa yang tidak dapat disediakan oleh outlet ritel besar. Disamping

fakta bahwa PKL adalah sumber mata pencaharian penting bagi penduduk

miskin urban, PKL juga menempati badan-badan jalan dan trotoar dan tidak

menyisakan cukup ruang bagi pejalan kaki. Kondisi ini menjadi perhatian

publik karena menciptakan masalah kemacetan dan lingkungan kotor serta

kurang sehat. PKL yang menempati ruang dan jalan publik juga dapat

menciptakan masalah sosial seperti hadirnya pencopet, pencuri, dan

sebagainya. Situasi ini menciptakan masalah dalam pengelolaan,

pembangunan dan merusak morfologi dan estetika kota.

Menurut Kartono, ciri-ciri umum dari pedagang kaki lima adalah

sebagai berikut :

1. Merupakan pedagang yang kadang-kadang juga sekaligus sebagai

produsen ;

2. Ada yang menetap pada lokasi tertentu, ada yang bergerak dari

tempat satu ketempat yang lain ;

3. Menjajakan bahan makanan, minuman, maupun barang-barang

konsumsi lainnya yang tahan lama secara eceran ;

Page 31: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

17

4. Umumnya bermodal kecil, kadang hanya merupakan alat bagi

pemilik modal dengan mendapatkan sekedar komisi sebagai

imbalan atas jerih payahnya ;

5. Kualitas barang-barang yang diperdagangkan relatif rendah dan

biasanya tidak berstandar ;

6. Volume peredaran uang tidak seberapa besar, para pembeli

merupakan pembeli yang berdaya beli rendah ; dan

7. Tawar menawar antar penjual dan pembeli merupakan relasi ciri

khas pada usaha pedagang kaki lima. 8

Upaya penertiban, sering kali berakhir dengan bentrokan dan

mendapat perlawanan fisik dari PKL itu sendiri. Tidak jarang para PKL pun

melakukan unjuk rasa, padahal sejatinya bila keberadaannya dipoles dan

ditata dengan konsisten, keberadaan PKL ini justru akan menambah eksotik

keindahan sebuah lokasi wisata di tengah-tengah kota. Hal ini bisa terjadi

apabila PKL dijadikan sebagai bagian dari solusi ( part of solution ).

Seperti yang sudah dikemukakan di atas, PKL yang dikelompokkan

dalam sektor informal sering dijadikan sebagai kambing hitam dari

penyebab kesemrawutan lalu lintas maupun tidak bersihnya lingkungan.

Meskipun demikian PKL ini sangat membantu kepentingan masyarakat

dalam menyediakan lapangan pekerjaan dengan penyerapan tenaga kerja

secara mandiri atau menjadi safety belt bagi tenaga kerja yang memasuki

pasar kerja, selain untuk menyediakan kebutuhan masyarakat golongan

menengah ke bawah. Pada umumnya sektor informal sering dianggap lebih

mampu bertahan hidup atau survive dibandingkan sektor usaha yang lain.

Hal tersebut dapat terjadi karena sektor informal relative / lebih independent

atau tidak tergantung pada pihak lain.

_______________________

8 Kartono, “ Pedagang Kaki Lima “, Cetakan Ke-VI, ( Bandung : Universitas

Katholik, 2010 ), halaman 7.

Page 32: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

18

C. Tinjauan Umum Tentang Pembinaan PKL

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “ pembinaan ” berasal

dari kata “ bina ” yang artinya sama dengan “ bangun ”. Jadi pembinaan

dapat diartikan sebagai pembangunan yaitu mengubah sesuatu sehingga

menjadi baru yang memiliki nilai-nilai yang lebih tinggi. Pembinaan

merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan daya

saing. Berdasarkan pada pengertian pembinaan tersebut, maka pembinaan

PKL diartikan sebagai memberikan pengarahan, bimbingan dan juga

melakukan pengaturan dan pengawasan sehingga keberadaan PKL dapat

memberikan manfaat bagi kehidupan sosial perkotaan tanpa harus menjadi

unsur pengganggu kenyamanan warga kota.

Menurut Mangunhardjana, mendefinisikan pembinaan dalam konteks

manajemen yang berarti makna dan pengertian yang terungkap masih

sekitar persoalan pengelolaan untuk mencapai hasil yang terbaik. Hal-

hal yang baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang

yang menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan

pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan

kerja yang sedang dijalani secara lebih efektif. 9

Dari definisi tersebut, pembinaan yang dilakukan bertujuan untuk

meningkatkan sikap dan ketrampilan dengan harapan mampu mengangkat

nasib dari obyek yang dibina. Dalam pembinaan, dilatih untuk mengenal

kemampuan dan mengembangkannya agar dapat memanfaatkannya secara

penuh dalam bidang hidup atau kerja mereka.

Dalam menangani PKL perlu mencari solusi yang baik dan bijaksana,

karena pemusnahan tanpa memberi jalan keluar dengan memberi tempat

_______________________ 9 Ali Achsan Mustafa, “ Model transformasi sosial sektor informal : sejarah, teori,

dan praksis pedagang kaki lima “, ( Malang : InTrans, 2012 ), halaman 46.

Page 33: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

19

yang memenuhi syarat, sama saja dengan mematikan tumbuhnya ekonomi

kerakyatan, yang notabene-nya sumber kehidupan masyarakat bawah.

Sektor ini membutuhkan perhatian yang lebih baik lagi dari pihak

pemerintah. Oleh karena itu, jalan yang terbaik untuk menangani sektor ini

adalah melalui pembinaan.

Namun pembinan sektor informal ini juga memiliki dampak negatif

dalam kaitannya dengan gejala urbanisasi. Sebab pembinaan yang

menguntungkan sektor informal ini akan memancing orang-orang desa

lainnya masuk ke sektor informal perkotaan. Hal ini akan menambah beban

urbanisasi yang dihadapi kota. Oleh karena itu, program pembinaan sektor

informal harus dijalankan secara terpadu dengan pembinaan perekonomian

dan sektor informal di pedesaan agar pembinaan itu tidak menjadi bumerang

bagi maksud baik pembinaan itu sendiri.

Pembinaan dalam sektor informal bukan hanya menyangkut mereka

yang menggeluti bidang PKL, melainkan juga organ kepemerintahan yang

ada di dalam instansi yang terkait dengan bidang tersebut. Oleh karena itu,

aktivitas-aktivitas program pembinaan PKL dapat dikelompokkan ke dalam

empat pendekatan yaitu : 10

1. Mendorong sektor-sektor yang ada menjadi formal.

PKL diorientasikan nantinya dapat mendirikan toko-toko yang

permanent, untuk itu diperlukan dukungan moral dan latihan manajerial

serta pengetahuan teknis. Pendirian toko-toko permanent tentunya

didirikan pada tempat-tempat yang memang khusus untuk menampung

_______________________ 10

Op.Cit., halaman 67.

Page 34: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

20

pedagang-pedagang formal. Misalnya, pasar, pusat-pusat perbelanjaan,

dan lain-lain. Dengan demikian penempatan mereka harus dibekali

dengan penyuluhan-penyuluhan yang berkaitan dengan bidang usahanya

masing-masing. Setelah mendapatkan bimbingan dan binaan, dalam

jangka waktu tertentu diharapkan usaha PKL menjadi lebih maju.

Disamping meningkatkan kemampuan dan penghasilan, juga cenderung

untuk menambah kesempatan kerja dan lebih mudah dicatat sebagai

wajib pajak.

2. Meningkatkan kemampuan dalam usaha sektor informal.

PKL dapat dibantu melalui penyediaan bahan baku atau membantu

kelancaran pemasaran. Selain itu, untuk menambah kebersihan dan

kecantikan wilayah PKL, pemerintah dapat membantu dengan memberi

gerobak supaya seragam. Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan

dalam usaha PKL hendaknya sewa lokasi atau pungutan uang harus

benar-benar menciptakan keadilan untuk masing-masing PKL.

3. Dilakukan relokasi yaitu penempatan para PKL di lokasi baru.

Penempatan PKL di lokasi yang baru ini dianggap penting karena

PKL sering dianggap menimbulkan kerugian sosial misalnya kemacetan

jalan. Namun penempatan ini perlu dipertimbangkan faktor konsumen

dan kemampuan penyesuaian lokasi baru, di pihak lain yang tidak kalah

pentingnya adalah konsistensi pengaturan yang perlu diterapkan.

Page 35: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

21

4. Mengalihkan usaha yang sama sekali tidak mempunyai prospek ke

bidang usaha lain.

Pendekatan ini bagi PKL tidak sepenuhnya sesuai karena yang

diharapkan oleh PKL biasanya bukan pengalihan usaha atau penggantian

bidang usaha melainkan peningkatan usaha mereka. Bidang usaha PKL

ini dipandang masih mempunyai prospek untuk lebih maju.

Menurut Retno Widjayanti, bentuk sarana perdagangan yang

digunakan pedagang kaki lima untuk berdagang dikelompokan

sebagai berikut :

a) Pikulan atau Keranjang, bentuk sarana ini digunakan oleh

pedagang keliling atau sering berpindah-pindah. Bentuk ini

dimaksudkan agar barang dagangan mudah untuk dibawah

berpindah-pindah tempat ;

b) Gelaran atau alas, pedagang menjual barang dagangannya diatas

kain atau tikar. Bentuk sarana ini digunakan oleh pedagang semi

menetap ;

c) Meja, bentuk sarana berdagang yang menggunakan meja dan

beratap maupun tidak beratap. Sarana ini digunakan oleh PKL yang

menetap ;

d) Gerobak atau kereta dorong. Jenis sarana ini dibagi atas dua jenis,

yaitu yang beratap dan tidak beratap. Sarana ini dikategorikan

untuk yang menetap maupun tidak menetap ;

e) Warung semi permanen, terdiri dari beberapa gerobak yang

dilengkapi dengan meja dan bangku-bangku panjang. Bentuk

sarana ini beratap dari bahan terpal atau plastik yang tidak tembus

air. PKL yang menggunakan sarana ini merupakan jenis PKL yang

menetap ; dan

f) Kios, pedagang yang menggunakan jenis sarana ini merupakan

pedagang yang menetap, karena secara fisik jenis ini tidak dapat

dipindahkan. Biasanya merupakan bangunan semi permanen yang

dibuat dari papan. 11

Walaupun tidak ada pengaturan khusus tentang hak-hak Pedagang

Kaki Lima (PKL), namun kita dapat menggunakan beberapa produk hukum

yang dapat dijadikan landasan perlindungan bagi Pedagang Kaki Lima.

_______________________

11 Retno Widjayanti, “ Penataan Fisik Pedagang Kaki Lima pada Kawasan

Komersial di Pusat Kota, ( Studi Kasus : Simpang Lima Semarang ) “, Tesis : Magister

Teknik Pembangunan Kota Universitas Diponegoro Semarang, 2012 ), halaman 75.

Page 36: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

22

Ketentuan perlindungan hukum bagi para Pedagang Kaki Lima ini adalah :

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 27 ayat (2) : “ Tiap-tiap warga

Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan. Kemudian Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 11

mengenai Hak Asasi Manusia : “ setiap orang berhak atas pemenuhan

kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara layak.

D. Tinjauan Umum Tentang Kebijakan Relokasi PKL

Relokasi merupakan suatu jalan atau usaha pemerintah untuk menata

dan mengelola Pedagang Kaki Lima (PKL). Pedagang kaki lima adalah

orang yang dengan modal yang relatif sedikit berusaha di bidang produksi

dan penjualan barang-barang (jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan

kelompok tertentu di dalam masyarakat, usaha tersebut dilaksanakan pada

tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan yang

informal. Tidak heran jika kebanyakan masyarakat menyebut Pedagang

Kaki Lima merupakan salah satu sektor informal yang sedang berkembang

di perkotaan saat ini.

Selain definisi secara umum, Kota Semarang telah mendefinisikan

PKL secara khusus sebagaimana dimuat dalam Peraturan Daerah Kota

Semarang Nomor 11 Tahun 2000 tentang Pengaturan Dan Pembinaan

Pedagang Kaki Lima. Sosialisasi yang dibutuhkan oleh masyarakat bisa

dilakukan secara langsung maupun tidak langsung misalnya melalui media

internet ataupun dengan diadakannya acara budaya yang dapat menarik

perhatian masyarakat sekaligus megenalkan PKL kepada masyarakat.

Page 37: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

23

Lukman Mokoginta mengatakan bahwa : “ Peranan PKL dalam tahap

pemahaman mengenai relokasi sangat penting dan strategis bagi

masyarakat kota, bahkan fondasi ekonomi warga kota sesungguhnya

terletak pada lapisan pengusaha tersebut. PKL bukan sekedar

berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan konsumsi lapisan masyarakat

menengah ke bawah, tetapi juga benteng terakhir bagi segenap lapisan

masyarakat kota yang karena berbagai sebab membutuhkan lapangan

pekerjaan “. 12

Selain jenis usaha yang berbeda, sarana yang digunakan PKL juga

beragam tergantung dengan jenis dagangannya. Sarana fisik yang biasa

digunakan PKL adalah warung semi permanen, gerobak / kereta dorong,

meja, gelaran / lesehan, dan pikulan / keranjang. Pada lokasi penelitian,

sebagian besar menggunakan sarana fisik dagang berupa warung semi

permanen dan gerobak / kereta dorong, sedangkan yang menggunakan

gelaran / leseahan dan pikulan / keranjang hanya sebagian kecil saja.

Seperti yang dijelaskan oleh Kepala Dishub Kota Semarang M

Khadik, sebagai berikut : “ Sarana yang diperbolehkan tentunya yang

dapat dibongkar pasang, seperti yang diterangkan dalam Perda No. 11

tahun 2000 sudah ada kebijakan terkait syarat untuk berjualan kaki

lima. Walau hanya sebatas bangunan semi permanen, gerobak dan

yang paling jarang itu lesehan, yang hanya digunakan untuk jualan

makanan yang sudah matang. Untuk sarana usaha yang digunakan

oleh PKL memang seperti yang tertuang pada Perda tersebut. Dan

apabila ada yang tidak mentaati aturan tersebut, akan diadakan suatu

peringatan dan jika mendesak akan mengeluarkan surat pencabutan

ijin berdagang ”. 13

Sejauh ini Pemkot Semarang belum membuat klasifikasi tentang PKL

terkait dengan variasi hak dan kewajibannya. Berdasarkan kajian hukum

tentang PKL yang dilakukan oleh pemkot Semarang, perlu dibuat definisi /

batasan dan klasifikasi PKL yang mampu menjadi payung penataan dan

_______________________

12 Lukman Mokoginta, “ Jakarta Untuk Rakyat “, ( Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,

2009 ), halaman 122. 13

Ibid.

Page 38: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

24

pengendalian PKL, baik dalam konteks perkembangan fisik visual

perkotaan, ekonomi, sosial dan lingkungan. Keberadaan pedagang kaki lima

menimbulkan banyak stigma positif maupun negatif di kalangan masyarakat

luas. Hal ini disebabkan karena pada awalnya mereka belum memahami

secara benar mengenai PKL maupun pemahaman akan relokasi PKL.

Dasar dari suatu pemahaman masyarakat banyak dimunculkan dengan

klasisifiksi pedagang kaki lima yaitu sebagai berikut :

1. Berdasar latar belakang ekonominya. Klasifikasi sebagai berikut :

a) Pertama, adalah PKL yang benar-benar terpaksa menjadi PKL

karena kesulitan hidup. Mereka berdagang dengan warung

beroda / dorongan ataupun bangunan semi permanen. Sambil

berdagang mereka bertempat tinggal disitu, karena tidak ada

tempat lain lagi untuk dijadikan tempat tinggal.

b) Kedua, PKL yang berdagang karena masalah ekonomi juga

tetapi mereka telah memiliki tempat tinggal dan simbol hidup

moderen sperti TV misalnya.

c) Ketiga, PKL yang berdagang karena melihat potensi keuntungan

yang jauh lebih besar dari pada membuka warung dibanding jika

harus menyewanya. Selain itu juga mudah diakses oleh

pembelinya.

2. Berdasar jenis dagangan yang dijual, terdiri dari PKL penjual

makanan, pakaian, kelontong, peralatan bekas (klitikan) dan

sebagainya.

3. Berdasarkan waktu berjualan, terdiri dari PKL yang berdagang

pada pagi hingga siang hari, pagi hingga sore hari, sore hingga

malam hari, pagi hingga malam hari dan sepanjang hari.

4. Berdasarkan bangunan tempat berdagang, dapat diklasifikasikan :

a) PKL tanpa bangunan seperti PKL oprokan / dasaran / gelaran,

b) PKL bergerak / movable / dorongan,

c) PKL dengan bangunan permanen ( selalu ada setiap saat, baik

bentuknya masih tetap maupun sudah berubah ) ; dan

d) PKL dengan bangunan non permanen ( bongkar pasang ).

5. Berdasarkan Luasan bangunan / tempat berdagag ( space use )

terdiri dari 7 kelompok yaitu PKL dengan Luasan 1-3 m2, 4-6 m2,

7-9 m2, 13- 15 m2, 16-17 m2 dan seterusnya. 14

_______________________

14 Indrawati, “ Perlindungan Pedagang Kaki Lima di Indonesia “. ( FKIP :

Universitas Negeri Surakata, 2010 ), halaman 7.

Page 39: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

25

Sebagaimana klasifikasi Pedagang Kaki Lima diatas, semua PKL

boleh menjual segala jenis dagangan asalkan barang dagangan tersebut

merupakan barang legal yang sudah disetujui oleh Pemkot. Adanya

pesyaratan mengenai ijin usaha menimbulkan berbagai anggapan mengenai

jenis dan karakteristik dari PKL itu sendiri.

Dibutuhkannya suatu penggolongan karakteristik PKL yang mendasar

untuk membedakan PKL yang satu dengan PKL yang lainnya,

karakteristiknya sebagai berikut :

1. PKL umunya merupakan mata pencaharian pokok,

2. PKL umumnya tergolong angkatan kerja produktif,

3. Tingkat pendidikan mereka umumnya relative rendah,

4. Sebagian besar PKL pendatang dari daerah dan belum mempunyai

status kependudukan yang sah di kota,

5. Mereka berdagang sejak 5-10 tahun yang lalu,

6. Sebelum menjadi PKL mereka pada umumnya petani atau buruh,

7. Permodalan umumya sangat lemah dan omset penjualan juga relatif

rendah,

8. Umunya memilih atau mengusahakan modal sendiri dan belum ada

hubungan dengan bank, dan

9. Umunya mereka memperdagangkan bahan pangan, sandang dan

kebutuhan sekunder. 15

Dengan karakteristik PKL diatas, menimbulkan bentuk-bentuk jenis

cara menjual barang dagangannya dengan sarana :

a) Kios, menggunakan tempat usaha yang beratap dan berdinding semi

permanen. Dinding kios biasanya terbuat dari kayu atau triplek. Relatif

bebas menentukan waktu berjualannya karena tidak meduduki tempat-

tempat peruntukan lain.

b) Tenda, menggunakan meja dengan waktu berjualan yang dibatasi.

c) Secara gelar, dilakukan dengan menghamparkan barang dagangan,

bersifat mudah memindahkan dagangannya ke lokasi lainnya.

_______________________

15 Yetti Sarjono, “ Pergulatan Pedagang Kaki Lima di Perkotaan “, ( Surakarta :

Muhammadiyah Unniversity Press, 2012 ), halaman 25.

Page 40: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

26

Dengan adanya Relokasi Pedagang Kaki Lima disini, merupakan

sutau bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah Kota

terhadap PKL untuk secara bebas menjual dagangannya dengan tanpa

adanya gangguan penertiban dari Satpol PP.

E. Tinjauan Umum Tentang Peraturan Daerah

Didalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, memberi pengertian bahwa

Peraturan Daerah adalah peraturan perundangan-undangan yang dibentuk

oleh Dewan Perwakilan Rakyar Daerah (DPRD) dengan persetujuan

bersama kepala daerah. Peraturan daerah merupakan kebajikan umum pada

tingkat daerah yang dihasilkan oleh lembaga eksekutif dan lembaga

legislatif sebagai pelaksana asas desentralisasi dalam rangka mengatur dan

mengurus rumah tangga daerahnya.

S.F Marbun memberikan pengerian bahwa Peraturan daerah adalah

perpaduan antara dua kata yaitu, peraturan dan daerah, peraturan

merupakan hukum yang in abstacto atau General Norms yang sifatnya

mengikat secaranumum (berlaku umum) dan suaranya adalah

mengatur hal-hal yang bersiafat umum (General). 16

Menurut Laica Marzuki, pada hakikatnya peraturan daerah merupakan

sarana lagislasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang

dibuat oleh pemerintahan daerah dalam sistem ketatanegaraan

Republik Indonesia. Pemerintah daerah menurut konstitusi diadakan

dalam kaitan desentralisasi, karena dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 45

menyebutkan bahwa negara Indonesia adalah negara kesatuan yang

berbentuk desentralisasi bukan sentralisasi. 17

_______________________

16 Siswanto Sunarno, “ Hukum Pemerintah Daerah di Indonesia “, ( Jakarta :

Pustaka Sinar Harapan, 2012 ), halaman 94. 17

H.M. Laica Marzuki, Prinsip-Prinsip Pembentukan Peraturan Daerah, ( Jakarta :

Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jurnal Konstitusi M.K Volume

6 Nomor 4, 2014 ), halaman 1.

Page 41: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

27

Dasar Konstitusional Pembentukan Peraturan Daerah terdapat pada

Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 menetapkan bahwa Pemerintah Daerah berhak

menentukan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk

melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Perda merupakan aturan

daerah dalam arti materiil, Perda mengikat warga dan penduduk daerah

otonom. Regulasi perda merupakan bagian dari kegiatan legislasi lokal

dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang berkaitan dengan

otonomi daerah dan tugas pembantuan.

Perda merupakan produk legislasi pemerintah daerah, yakni kepala

daerah dan DPRD, sesuai Pasal 18 ayat (6) UUD 1945, Perda merupakan

hak legislasi konstitusional Pemda dan DPRD. Rancangan Perda dapat

berasal dari DPRD, Gubernur, dan Bupati/Walikota berdasarkan pada Pasal

140 ayat (1) Undang-Undang Pemda Tahun 2004. Rancangan Perda yang

telah disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur atau Bupati/Walikota

disampaikan oleh pimpinan, lalu DPRD kepada Gubernur atau

Bupati/Walikota untuk ditetapkan sebagai Perda. Penyampaian rancangan

Perda dilakukan 7 (Tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.

Rancangan perda ditetapkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota paling

lama 30 hari sejak rancangan tersebut disetujui bersama.

Mengenai tata cara mempersiapkan Rancangan Peraturan Daerah

(Ranperda) berasal dari Kepala daerah, diatur dengan Peraturan presiden.

Sedangkan Ranperda yang berasal dari DPRD yang khusus menangani

bidang legislasi. Mengenai tata cara mempersiapkan Ranperda, merupakan

hak inisiatif DPRD yang diatur dalam peraturan tata tertib DPRD. Dalam

Page 42: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

28

rangka sosialisasi dan pubikasi Ranperda yang berasal dari DPRD,

menyebarluaskan Ranperda yang bersal dari kepala daerah dilakukan oleh

sekretaris daerah. Jika Ranperda tidak ditetapkan oleh Gubernur atau

Bupati/Walikota dalam waktu paling lama 30 hari maka Ranperda tersebut

sah menjadi Perda dan wajib diundangkan dengan memuatnya dalam

Lembaran Daerah. Dalam hal keabsahan rancangan Perda dimaksud dengan

mencantumkan tanggal sahnya.

Untuk membuat suatu Perda, kiranya harus memperhatikan landasan

perundang-undangan. Menurut ilmu pengetahuan hukum, landasan

pembuatan Perda paling tidak memuat tentang : 18

1. Landasan filosofis adalah dasar filsafat, yaitu pandangan atau ide yang

menjadi dasar cita-cita sewaktu menuangkan hasrat dan kebijaksanaan

pemerintahan kedalam suatu rancangan peraturan perundang-undangan

pemerintahan daerah. Misalnya di negara republik indonesia adalah

pancasila yang menjadi dasar filsafat peraturan perundangan-undangan

Pemerintah Daerah. Pada prinsipnya tidak ada peraturan daerah yang

bertentangan prinsip dasar filsafat pancasila.

2. Landasan yuridis adalah ketentuan hukum yang menjadi dasar hukum

(rechtsground) bentuk pembuatan suatu peraturan pemerintahan daerah,

dan landasan yuridis ini terbagi dalam tiga segi yaitu :

a) Landasan yuridis segi formal, yiatu landasan yuridis yang memberi

kewenangan bagi instansi tertentu untuk membuat peraturan tertentu ;

_______________________

18 Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, “ Pemerintah Daerah Di Indonesia “,

Cetakan Ke-II, ( Jakarta : Universitas Indonesia Press, cetakan 3, 2015 ), halaman 25.

Page 43: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

29

b) Landasan yuridis segi material, yaitu landasan yuridis segi isi atau

matari sebagai dasar hukum untuk mengatur hal-hal tertentu, dan

c) Landasan yuridis segi teknis, yaitu landasan yuridis yang memberi

kewenangan bagi instansi tertentu untuk membuat peraturan tertentu

mengenai tata cara pembuatan peraturan tersebut.

3. Landasan politis adalah garis kebijaksanaan politik yang menjadi dasar

bagi kebijaksanaan dan pengarahan ketatalaksanaan pemerintah negara

dan pemerintah daerah. Sementara landasan sosiologis adalah garis

kebijakan yang menjadi dasar selanjutnya bagi kebijaksanaan Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah.

F. Tinjauan Mengenai Efektivitas Berlakunya Hukum

Mengkaji mengenai suatu peraturan perundang-undangan, tentunya

berkaitan dengan efektivitas dari pelaksanaan peraturan tersebut. Dalam

rangka mengefektifkan hukum diperlukan suatu sistem yang terdiri dari

komponen-komponen yang saling mempengaruhi sehingga tercapai tujuan

yang ingin dicapai dari pembuat kebijakan.

Dalam memahami suatu rumusan aturan hukum tidak cukup hanya

memahami wujudnya dalam rumusan-rumusan tertulis saja, tetapi juga

memahami aturan hukum sebagai gejala empiris yang tampak dan berlaku

dalam masyarakat. Memahami hukum tidak terbatas hanya pada bentuk-

bentuk perwujudannya yang sudah jadi, melainkan juga melihat ke latar

belakang yang mendasari perlakuan aturan hukum dan bagaimana

implementasi atau penegakannya.

Page 44: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

30

Masalah pokok dari penegakan hukum sebenarnya terletak pada

faktor-faktor atau komponen-komponen yang mempengaruhinya. Faktor

dan komponen tersebut adalah sebagai berikut : 19

1). Faktor peraturan hukum itu sendiri

Hukum yang telah dibuat oleh pembentuk hukum merupakan suatu

peraturan-peraturan secara tertulis yang merupakan perundang-undangan

yang resmi. Peraturan tersebut mengenai bidang-bidang kehidupan

tertentu yang harus dibuat secara sistematis agar suatu peraturan dapat

dilaksanakan dengan baik. Substansi peraturan tersebut harus padat dan

sederhana, tidak berbelit-belit, struktur bahasanya pun harus baku dalam

arti mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat. Apabila dalam

setiap pasal-pasal peraturan tersebut sulit dimengerti maka hal ini dapat

membuat peraturan tersebut tidak dapat dilaksanakan oleh masyarakat.

2). Faktor penegak hukum

Pihak yang membentuk hukum merupakan pihak atau badan yang

dalam perannya membuat peraturan hukumnya sedangkan yang

menerima hukum adalah pihak atau badan yang menerapkan dan

menegakkan hukum tersebut. Penegak hukum mencakup lingkup yang

sangat luas karena menyangkut petugas-petugas pada strata atas,

menengah dan bawah dalam melaksanakan tugas-tugasnya harus

mempunyai suatu pedoman yaitu peraturan tertulis yang mencakup ruang

lingkup tugas-tugasnya tersebut.

_______________________

19 Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Peranan Sanksi, Cetakan Ke-IV,

(„Bandung : Remadja Karya, 2011 ), halaman 6.

Page 45: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

31

3). Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung Penegakan Hukum

Sarana atau fasilitas merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai

sebagai alat yang dapat memberikan kemudahan dan kelancaran dalam

mencapai maksud dan tujuan. Apabila maksud dan tujuannya adalah

mengefektivkan undang-undang, maka segala sarana dan fasilitas yang

mendukung perlu disediakan sehingga pihak yang melaksanakan undang-

undang tersebut akan lebih mudah dan nyaman dengan sarana dan

fasilitas yang memadai.

4). Faktor masyarakat

Lingkungan adalah dimana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan. Masyarakat merupakan himpunan kesatuan baik individu

maupun kelompok yang memiliki kebudayaan yang mereka anggap

sama. Masyarakat merupakan subjek hukum sehingga efektivitas

berlakunya hukum dipengaruhi oleh keadaan masyarakat tersebut. Bisa

dikatakan bahwa seseorang taat apabila ia bersikap atau berperilaku

sesuai dengan harapan pembentuk hukum itu sendiri. Indikator-indikator

dari masalah kesadaran hukum masyarakat adalah sebagai berikut :

a. Pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum, warga masyarakat

sebagai objek dari suatu peraturan perundang-undangan paling tidak

harus mengetahui adanya aturan hukum yang mengaturnya. Oleh

karena itu komunikasi sangat penting untuk diperhatikan sebagai

sarana sosialisasi sehingga masyarakat luas dapat mengetahui dan

selanjutnya melaksanakan dan mematuhinya.

Page 46: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

32

b. Pengertian Hukum, yang dimaksud adalah pengetahuan tentang isi

dan maksud yang terkandung di dalam suatu peraturan hukum

tertentu.

c. Penerimaan hukum, adalah perasaan senang terhadap peraturan

hukum sehinga bersedia untuk mematuhinya.

d. Pola perilaku hukum, yaitu perilaku seseorang yang sesuai dengan

pereturan-peraturan hukum.

5). Faktor kebudayaan

Sebagai hasil karya, ciptaan, dan rasa yang didasarkan pada karya

manusia di dalam pergaulan hidup. Kebudayaan merupakan hal yang

kompleks yang menyangkut pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan

yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat.

Budaya hukum pada hakikatnya merupakan salah satu komponen

yang membentuk suatu sistem hukum, maka keberadaannya sangat penting

dan menentukan. Budaya hukum merupakan komponen yang terdiri dari

nilai-nilai dan sikap-sikap yang merupakan pengikat sistem serta

menentukan tempat sistem hukum itu di tengah-tengah kultur bangsa secara

keseluruhan. Aspek kultural dalam suatu bangsa sangat diperlukan dalam

memahami nilai-nilai budaya yang hidup di masyarakat yang berkaitan

dengan sistem hukumnya. Dengan demikian pengkajian budaya hukum

lebih memperluas dan menambah lengkap kajian sistem hukum.

Budaya hukum lebih mengacu pada bagian-bagian dari budaya pada

umumnya yang berupa kebiasaan, pendapat, cara-cara berperilaku dan

Page 47: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

33

berpikir yang mendukung atau menghindari hukum. Hukum dan

kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat yaitu hukum merupakan

konkretisasi dari nilai-nilai budaya suatu masyarakat dengan kata lain

hukum merupakan penjelmaan dari sistem nilai-nilai budaya.

G. Tinjauan Umum Tentang Penataan Ruang

Menurut ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa tata ruang adalah wujud struktur

ruang dan pola ruang, sedangkan penataan ruang adalah suatu sistem proses

perencanaan ruang kota, pemanfaatan ruang kota dan pengendalian

pemanfaatan ruang kota. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa dalam pelaksanaannya, tata ruang kota mencakup 3 (Tiga) proses,

yaitu perencanaan ruang kota,pemanfaatan ruang kota, dan pengendalian

pemanfaatan ruang kota. 20

Pengertian tata ruang tersebut di atas juga diadopsi oleh Peraturan

Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun 2000-2010. Menurut Pasal 1 huruf

(e) Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2004 disebutkan

bahwa tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang

baik direncanakan atau tidak. Pengertian ruang menurut Pasal 1 huruf (d)

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2004 adalah wadah yang

meliputi ruang daratan dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah,

_______________________

20 B. Restu Cipto Handoyo, “ Aspek-Aspek Hukum Administrasi Negara dalam

Penataan Ruang “, Cetakan Ke VII, ( Yogyakarta : Atmajaya, 2015 ), halaman 48.

Page 48: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

34

tempat manusia dan makhluk lainnya melakukan kegiatan serta memelihara

kelangsungan hidupnya.

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan

Ruang menyebutkan tentang asas penataan ruang meliputi :

1. Keterpaduan ;

2. Keserasian, keselarasan, keseimbangan ;

3. Keberkelanjutan ;

4. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan ;

5. Keterbukaan ;

6. Kebersamaan dan kemitraan ;

7. Perlindungan kepentingan umum ;

8. Kepastian hukum dan keadilan ; dan

9. Akuntabilitas.

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan

Ruang menjelaskan tentang tujuan dari penataan ruang, yaitu :

1. Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang

berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional.

2. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung

dan kawasan budi daya.

3. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk :

a) Mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur, dan

sejahtera.

b) Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam

dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya

manusia.

c) Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya

buatan secara berdaya guna, berhasil guna dan tepat guna untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

d) Mewujudkan perlindungan fungsi tata ruang dan mencegah serta

menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan.

e) Mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan

keamanan. 21

Konsep-konsep pengembangan kota selalu memperhatikan proses

maupun akibat megenai growth and develop. Oleh karenanya perencanaan

tata kota harus memiliki berbagai alternatif di dalam kebijaksanaan

pengembangan kota. Salah satu konsep pengembangan yang konservatif

adalah melalui penataan kembali terhadap keadaan yang sudah ada yaitu Re-

_______________________

21 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Page 49: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

35

settlement atau secara berani mengembangkan suatu fokus baru dipinggiran

kota sebagai suatu satelit.

Dilihat dari segi dimensi ruang, maka bentuk-bentuk penataan ruang

kota meliputi tata ruang daratan, tata ruang lautan, dan tata ruang udara

beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya. Perencanaan tata

ruang kota dilakukan melalui proses dan prosedur penyusunan serta

penetapan rencana tata ruang kota berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang, disebutkan bahwa proses dan prosedur penyusunan tata

ruang wilayah nasional yang meliputi rencana tata ruang wilayah Propinsi

dan rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota dilakukan secara terarah

dan terpadu. Sedangkan pemanfaatan ruang adalah serangkaian program

kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut

jangka waktu tertentu yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.

Tata ruang yang ada perlu dikembangkan dan dimanfaatkan guna

kepentingan masyarakat dan pembangunan. Pemanfaatan ruang

dikembangkan melalui pola pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, tata

guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya, serta perangkat yang

berupa insentif dan disinsentif dengan menghormati hak penduduk sebagai

warga negara. Ditinjau dari sisi kegiatan yang dilakukan, maka bentuk-

bentuk penataan ruang meliputi perencanaan, pemanfaatan dan

pengendalian.

Page 50: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

36

Pasal 13 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang menyebutkan bahwa :

1. Perencanaan tata ruang dilakukan melalui proses dan prosedur

penyusunan serta penetapan rencana tata ruang berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Rencana tata ruang ditinjau kembali dan atau disempurnakan sesuai

dengan jenis perencanaannya secara berkala.

3. Peninjauan kembali dan atau penyempurnaan rencana tt ruang

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan dengan tetap

memperhatikan ketentuan Pasal 24 ayat (3).

4. Ketentuan mengenai kriteria dan tata cara peninjauan kembali dan

atau penyempurnaan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), (2), dan (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 15 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 menegaskan

mengenai pemanfaatan ruang, yaitu :

1. Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program

pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya yang didasarkan atas

rencana tata ruang.

2. Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka waktu yang

ditetapkan dalam rencana tata ruang. 22

Pemanfaatan ruang dilakukan dengan mengadakan pola pengelolaan

terhadap tata guna tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya.

Pengendalian terhadap ruang dilakukan dalam bentuk pengawasan dan

penertiban terhadap pemanfaatan ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang

diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap

pemanfaatan ruang, yaitu pengawasan terhadap pemanfaatan ruang

diselenggarakan dalam bentuk pelaporan, pemantauan dan evaluasi, serta

penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana

tata ruang diselenggarakan dalam bentuk pengenaan sanksi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jenis-jenis penataan ruang dapat dilihat dalam ketentuan Undang-

Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menyebutkan :

_______________________

22 Ibid.

Page 51: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

37

1. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan meliputi kawasan

lindung dan kawasan budi daya.

2. Penataan ruang berdasarkan aspek administratif meliputi ruang wilayah

nasional, wilayah Propinsi, dan wilayah Kabupaten/Kota.

3. Penataan ruang berdasarkan fungsi kawasan dan aspek kegiatan meliputi

kawasan pedesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu.

Penataan tata ruang publik berdasarkan aspek administratif yang

meliputi wilayah nasional, wilayah propinsi dan wilayah Kabupaten/Kota.

Ruang publik secara sederhana dapat diartikan sebagai wadah yang meliputi

ruang daratan, maupun perairan yang dipergunakan untuk kepentingan

masyarakat umum. Dengan demikian penataan ruang publik dapat diartikan

sebagai proses perencanaan tata ruang publik, pemanfaatan ruang publik

dan pengendalian pemanfaatan ruang publik. Penataan ruang publik

bertujuan untuk menjaga keseimbangan tata guna tanah diperkotaan,

sehingga fungsi ruang publik sebagai paru-paru kota dapat tetap terjaga dan

berfungsi secara optimal yang meliputi taman kota dan hutan kota. 23

Penataan tata ruang publik ini dilakukan secara terpadu dan

menyeluruh. Penataan ruang publik yang dilakukan meliputi kawasan

pedesaan dan kawasan perkotaan dan kawasan tertentu. Penataan ruang

merupakan konsep makro dalam merencanakan pembangunan kota secara

menyeluruh, sedangkan penataan ruang publik meliputi penataan kawasan

pedesaan, kawasan perkotaan dan kawasan tertentu yang serasi, selaras, dan

seimbang sesuai dengan kepentingan umum.

______________________

23 Ibid., halaman 54.

Page 52: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

38

Dikaitkan dengan rencana tata ruang wilayah kota Semarang, dalam

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang, ditetapkan bagian wilayah

Kota Semarang menjadi beberapa willayah pengembangan Kota Semarang.

Dalam rangka pengembangan Kota Semarang, Pemerintah Kota Semarang

merencanakan pengembangan wilayah pembangunannya dalam beberapa

wilayah pengembangan. Dilihat dari penyebaran penduduk, kegiatan

ekonomi, potensi alam dan pelaksanaan, pembangunan Kota Semarang

menggunakan 2 (dua) macam pendekatan, yaitu sebagai berikut :

1. Regional dalam Wilayah Pengembangan, berdasarkan atas kondisi-

kondisi penyebaran penduduk, penyebaran kegiatan ekonomi serta

potensi yang ada maka Kota Semarang dapat dibagi dalam 5 (lima)

wilayah pengembangan, yaitu :

a) Wilayah Pengembangan I (Zona Industri), yang terletak di Kecamatan

Tugu dan Ngaliyan seluas 1.200 hektar dan di Kecamatan Genuk

seluas 800 hektar.

b) Wilayah Pengembangan II (Zona Pusat Perdagangan), yang

dikembangkan di tengah kota yang dekat dengan pusat prasarana dan

sarana transportasi.

c) Wilayah Pengembangan III (Zona Pendidikan dan Kebudayaan), yang

dikembangkan di daerah tepi kota dan merupakan hasil penataan

berbagai fasilitas pendidikan yang sebelumnya berada menyebar di

tengah kota.

Page 53: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

39

d) Wilayah Pengembangan IV (Zona Pemukiman), yang dikembangkan

untuk mendukung wilayah industri maupun perkembangan perkotaan

di sebelah Barat, Selatan, dan Timur Kota Semarang.

e) Wilayah Pengembangan V (Zona Agraria), yang berada di Kecamatan

Mijen dan Gunung Pati.

2. Regional dalam Daerah Aliran Sungai (DAS), berdasarkan pola

pendekatan tersebut di atas dapat diketahui bahwa Kota Semarang

dibagi dalam 5 (lima) wilayah pengembangan, di mana salah satunya

merupakan wilayah pengembangan perdagangan yang berada atau

terletak di pusat kota. 24

______________________

24 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang, ( http:// Tribunjateng. Blogspot /

2018 / 04 / 18. html ), diakses pada tanggal 25 Oktober 2018.

Page 54: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

40

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara

sistematis, metodologis, dan konsisten. Penelitian dilaksanakan untuk

mengumpulkan data guna memperoleh pemecahan masalah untuk

mendapatkan jawaban atas pokok-pokok permasalahan yang dirumuskan.

Metodologi merupakan suatu logika yang menjadi dasar suatu penelitian

ilmiah, pada saat melakukan penelitian seseorang harus memperhatikan

ilmu pengetahuan yang menjadi induknya. 25

Penelitian hukum adalah kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau segala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.

Pada penelitian hukum ini, peneliti menjadikan bidang ilmu hukum sebagai

landasan ilmu pengetahuan induknya. Oleh karena itu maka penelitian yang

digunakan adalah penelitian hukum. 26

Dalam penelitian hukum juga dilakukan pemeriksaan yang mendalam

terhadap fakta-fakta hukum untuk selanjutnya digunakan dalam menjawab

permasalahan-permasalahan. Supaya mendapat hasil yang lebih maksimal

maka peneliti melakukan penelitian hukum dengan mengunakan metode-

metode sebagai berikut :

_______________________

25 Soemitro Ronny Hanintijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri, ( Jakarta

: Ghalia Indonesia, 2008 ), halaman 9. 26

Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tujuan

Singkat, Ctk. Ke 3, (.Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011 ), halaman 1.

Page 55: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

41

A. Jenis / Tipe Penelitian

Jenis / Tipe penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

yuridis empiris, dimana penelitian dilakukan dengan meninjau masalah yang

diteliti dari segi ilmu hukum dengan mengkaji peraturan perundang-

undangan dan dengan melihat serta mengaitkan dengan kenyataan yang ada

didalam implementasinya tersebut yang bertujuan untuk mendeskripsikan

kegiatan atau peristiwa kegiatan atau peristiwa alamiah dalam praktek

sehari-hari. 27

Serta untuk melihat bagaimana penerapan / pelaksaannya melalui

suatu penelitian lapangan yang dilakukan secara sosiologis dan wawancara,

sehingga diperoleh kejelasan tentang hal yang diteliti. Pada penelitian

hukum yuridis empiris, maka yang diteliti pada awalnya adalah data

sekunder, sebagaimana di atas untuk kemudian dilanjutkan dengan

penelitian terhadap data primer dilapangan atau terhadap masyarakat atau

para pihak yang terlibat.

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif

analitis, deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menuliskan tentang

sesuatu hal di daerah tertentu pada saat tertentu, sedangkan analitis adalah

yaitu mengelompokkan, menggabungkan secara sistematis untuk

mendapatkan data atau informasi mengenai faktor yang mempengaruhi,

_______________________

27 Haris Hardiansyah, “ Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial “,

( Jakarta : Salemba Humanika, 2010 ), halaman 76.

Page 56: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

42

pelaksanaan berbagai aturan dengan penanganan kasus serta bagaimana cara

penyelesaiannya.

C. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah 216

Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terboyo Kota Semarang yang

terkena dampak dari relokasi.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Pengukuran sampel merupakan suatu langkah

untuk menentukan besarnya sampel yang diambil dalam melaksanakan

penelitian suatu objek. Untuk menentukan besarnya sampel bisa

dilakukan dengan statistik atau berdasarkan estimasi penelitian.

Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga

diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi atau dapat

menggambarkan keadaaan populasi yang sebenarnya, dengan istilah lain

harus representatif atau mewakili.

Dalam penelitian ini yang menjadi Sampel adalah 216 PKL yang

terdapat di di Terminal Terboyo Kota Semarang. Jumlah tersebut cukup

sedikit, hal ini disebabkan karena Kota Semarang masih merupakan

Page 57: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

43

daerah yang sedang berkembang yang berdampak pada keseluruhan PKL

diseluruh Kota Semarang dalam rangka penerapan Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun 2011-2031.

3. Teknik Sampling

Dalam menentukan teknik sampling, terdapat 2 (dua) jenis

sampling yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut :

a. Probability Sampling, adalah teknik pengambilan sampel yang

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk

dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi, simple random

sampling, proportionate stratifed random sampling, disproportionate

stratifies random sampling, sampling area (cluser).

b. Non Probability Sampling, adalah teknik pengambilan sampel yang

tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini

meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh,

snowball.

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu

nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Alasan menggunakan teknik Purposive Sampling

adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan

fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, penulis memilih teknik

Purposive Sampling yang menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau

kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang

Page 58: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

44

digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini yang menjadi

sampel yaitu PKL yang memenuhi kriteria tertentu. Hasil Purposive

Sampling dapat digambarkan dalam tabel berikut :

Kriteria Sampel Jumlah

Sampel Kriteria 1 :

Pedagang Kaki Lima (PKL) yang terkena dampak

Relokasi di Teminal Terboyo Kota Semarang

216

Sampel Kriteria 2 :

Pedagang Kaki Lima (PKL) yang masih bertahan

dan menempati kios kecil

52

Sampel Kriteria 3 :

Pedagang Kaki Lima (PKL) yang masih bertahan

dan menempati kios besar

26

Sampel Kriteria 4 :

Pedagang Kaki Lima (PKL) yang sudah pindah ke

pasar Banjardowo dan menempati kios kecil

40

Sampel Kriteria 5 :

Pedagang Kaki Lima (PKL) yang sudah pindah ke

pasar Banjardowo dan menempati kios besar

26

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan hal yang sangat erat hubungannya

dengan sumber data, karena melalui pengumpulan data ini akan diperoleh

data yang diperlukan untuk selanjutnya dianalisa, maka data yang

dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

masyarakat. Data primer diperoleh dengan :

Page 59: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

45

a) Observasi, adalah proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis

mengenai gejala-gejala yang diteliti. Observasi ini menjadi salah satu

dari teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian,

yang direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol

Reabilitasi dan Validitasnya. Dalam menggunakan teknik observasi,

hal terpenting yang harus diperhatikan ialah mengendalikan

pengamatan dan ingatan peneliti. Pengumpulan data dengan cara

mempelajari, memahami, mencatat data yang diperoleh dari berbagai

buku-buku, peraturan perundang-undangan, serta data primer yang

diperoleh dari masyarakat yang berkaitan dengan penelitian.

b) Wawancara, yaitu cara memperoleh informasi dengan bertanya

langsung dengan pihak-pihak yang diwawancarai terutama orang-

orang yang berwenang. Sistem wawancara yang digunakan adalah

wawancara bebas terpimpin, artinya terlebih dahulu dipersiapkan

daftar pertanyaan sebagai pedoman tetapi masih dimungkinkan

adanya variasi pertanyaan yang disesuiakan dengan situasi pada saat

wawancara dilakukan. 28

c) Daftar pertanyaan yaitu daftar yang diajukan kepada orang-orang yang

terkait dengan relokasi pedagang kaki lima ( PKL ) di kawasan

terminal terboyo Kota Semarang, untuk memperoleh jawaban secara

tertulis yaitu responden.

________________________

28 Sortrisno Hadi, “ metode research jilid II ”, ( Yogyakarta : Yayasan Penerbit

Fakultas Hukum Psikologi Universitas Gajah Mada, 2015 ), halaman 26.

Page 60: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

46

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung keterangan atau

penunjang kelengkapan data primer. Data sekunder yang diperoleh

dengan cara studi kepustakaan melalui studi dokumen yang dipergunakan

adalah bahan hukum :

a) Bahan-bahan hukum primer, adalah bahan hukum utama berupa

peraturan Perundang-undangan yang mempunyai kekuatan hukum

mengikat dan dapat dijadikan dasar hukum. Bahan hukum primer

yang dihimpun dalam penelitian ini adalah :

1) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 tentang Pengertian

Perekonomian, Pemanfaatan SDA, dan Prinsip Perekonomian

Nasional.

2) Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2000 tentang

Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima.

3) Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Pedagang Kaki Lima.

4) Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah.

5) Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2011 tentang Peraturan

Pembentukan Undang-Undang.

6) Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 2015 tentang Peraturan

Daerah.

b) Bahan-bahan hukum sekunder, bahan hukum yang berhubungan

dengan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan

Page 61: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

47

memahaminya, meliputi buku-buku yang terkait relokasi pedagang

kaki lima (PKL) di kawasan Terminal Terboyo Kota Semarang.

E. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh merupakan data tatanan yang dianalisis secara

analisis kualitatif yaitu setelah data terkumpul kemudian dituangkan dalam

bentuk uraian logis dan sistematis, selanjutnya di analisis untuk memperoleh

kejelasan penyelesaian masalah. Penarikan kesimpulan secara deduktif

yakni menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi hal yang

bersifat khusus. Sedangkan secara induktif adalah menarik kesimpulan

dengan cara berfikir yang berangkat dari pengetahuan yang khusus

kemudian menilai suatu kejadian yang umum. 29

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan-

satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, dan memutuskan

apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Tujuan peneliti melakukan

analisis data adalah untuk menyederhanakan data sehingga mudah untuk

membaca data yang diolah.

_______________________

29 Soerjono Soekamto, “ Pengantar Penelitian Hukum “, Cetakan Ke-3, ( Jakarta :

Universitas Indonesia Press, 2012 ), halaman 10.

Page 62: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terboyo Ditinjau

Berdasarkan Perda Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2000 tentang

Pengaturan Dan Pembinaan PKL.

Persoalan Pedagang Kaki Lima di kawasan Terminal Terboyo tidak

lagi sebagai urusan penggunaan fasilitas umum untuk berdagang para PKL,

tetapi juga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup para

pedagang. Banyak PKL di kawasan Terminal Terboyo yang asal menempati

dengan alasan tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk mencari

penghidupan. Pemenuhan kebutuhan hidup dilakukan oleh para PKL dengan

berbagai cara yang bisa dilakukan, salah satunya dengan berdagang di

kawasan Terminal Terboyo yang dianggap sebagai jalan paling mudah yang

dapat dilakukan. Alasannya sangat sederhana, mereka dapat menjalankan

usaha dagangannya dengan modal usaha yang relatif cukup kecil dan tidak

membutuhkan pendidikan yang tinggi. Pemenuhan kebutuhan hidup para

pedagang didasarkan pada produktifitas PKL dalam mengelola ekonomi

pribadi dan jangkauan usaha dalam wilayah dagangnya. Sedangkan

mengenai sarana yang digunakan PKL di kawasan Terminal Terboyo

berdampak pada penyerapan tenaga kerja yang semakin banyak, dan sebagai

salah satu perwujudan tujuan pemerintah Kota Semarang dalam

menciptakan lapangan pekerjaan.

Page 63: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

49

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL, dengan menyusun pola penataan PKL yang solutif dan

akseptabel, yang disatu sisi menjamin pemberdayaan usaha PKL yang tidak

lagi menjadi masalah pembangunan dan sisi lain dapat digunakan Pemkot

untuk menata dan membina PKL di kawasan Terminal Terboyo agar

menjadi subjek pembangunan kota. Pada dasarnya konsep Relokasi

pedagang kaki lima dilaksanakan karena alih fungsi lahan yang di

peruntukan bagi pembangunan Terminal Terboyo menjadi terminal barang.

Serta tidak terpenuhinya lokasi untuk berdagang bagi para PKL mengingat

jumlah PKL yang harus disediakan tempat sangat banyak.

Alasan yang mendasar diadakannya relokasi pedagang kaki lima di

kawasan Terminal Terboyo Kota Semarang adalah sebagai berikut :

a) Banyaknya pedagang kaki lima yang menggunakan fasilitas umum

sehingga mengganggu ketertiban dan melanggar peraturan ;

b) Adanya desakan untuk memenuhi kebutuhan hidup para PKL,

sehingga para PKL tersebut yang terpaksa berdagang di kawasan

terminal harus segera di relokasi agar tetap dapat menjalankan

perekonomian mereka ; serta

c) Keluhan masyarakat sebagai pengguna jalan tentang keberadaan

PKL yang mengganggu di sepanjang ruas jalan dan akses keluar

masuk bus yang merusak sistem tata ruang kota.

Pedagang Kaki Lima yang ditata dan dikelola disini dapat dibedakan

menjadi dua (2) golongan, yaitu PKL Binaan yaitu PKL yang sudah

ditata atau ditempatkan sesuai dengan SK walikota, dan PKL yang

belum terdata dan diluar penempatan SK Walikota. 30

Adanya penggolongan PKL akan mempermudah pemerintah untuk

mendata ulang serta mempermudah dalam proses penataan ke lokasi yang

sudah disediakan pemerintah untuk mereka yaitu ke Pasar Banjardowo yang

sudah dikoordinasikan dengan Dinas Perdagangan, dan ke Terminal

Mangkang seperti yang direncanakan sebelumnya yang sesuai dengan jenis-

_______________________

30 Ibid.

Page 64: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

50

jenis usaha yang mereka jalankan. Diharapkan dengan adanya penataan

tersebut mampu mengakomodir semua keluhan baik itu dari masyarakat

pengguna jalan untuk akses keluar masuk bus ke terminal maupun dari PKL

itu sendiri, sehingga dapat diciptakan suatu tata kota yang rapi, bersih,

nyaman dan saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.

Kepala Dishub Kota Semarang M Khadik, mengatakan bahwa

penggolongan PKL di kawasan Terminal Terboyo Kota Semarang

diharapkan mampu dijadikan sebagai wadah bagi para PKL untuk

membentuk suatu kelompok atau paguyuban bagi PKL, yang

dimaksudkan bisa mengakomodir semua kebutuhan ataupun dapat

dijadikan sebagai wadah diskusi dalam menghadapi permasalahan

yang muncul dalam shelter relokasi PKL. Paguyuban atau kelompok

PKL ini nantinya yang akan menjadi wakil dari masing-masing shelter

relokasi dalam membahas kebijakan-kebijakan lanjutan dari

Pemerintah Kota yang berhubungan dengan kelangsungan shelter

relokasi mereka nantinya. 31

Relokasi pedagang kaki lima di kawasan Terminal Terboyo yang

dilaksanakan pemerintah disini tidak semuanya berjalan dengan lancar.

Banyak diantara PKL yang tetap tidak mau ditata dengan alasan takut

kehilangan pelanggan ataupun takut tidak mendapatakan tempat yang sesuai

dengan jenis dagangan mereka. Banyak alasan yang PKL samapaikan untuk

menolak relokasi tersebut, banyak ancaman yang dilontarkan oleh para PKL

kepada Pemerintah Kota Semarang jika relokasi itu tetap dijalankan.

Meskipun ada ketidaksetujuan dan penentangan dari sebagian PKL,

Pemkot Kota Semarang tetap berketetapan untuk merelokasi mereka dari

kawasan Terminal Terboyo, meskipun ada sebagian PKL yang mengancam

akan turun ke jalan dan melakukan demo.

_______________________

31 Wawancara dengan M Khadik, selaku Kepala Dishub Kota Semarang pada

tanggal 2 April 2019.

Page 65: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

51

Seperti yang diungkapkan oleh Hendrar Prihadi, sebagai Walikota

Semarang yang menegaskan bahwa kebijakan relokasi di kawasan

Terminal Terboyo akan tetap dijalankan, karena Pemkot sudah

berbuat banyak dan memberikan waktu kepada PKL, sehingga tidak

ada alasan bagi PKL untuk menolak dipindahkan. Relokasi ini

sejatinya untuk menjamin kepastian dan kelangsungan usaha PKL.

Konsep relokasi PKL didasari pada pemikiran bahwa PKL merupakan

salah satu potensi ekonomi yang dimiliki kota Semarang, karena itu

keberadaannya tetap dipertahankan tanpa harus mengabaikan aturan

hukum dan kepentingan seluruh warga kota Semarang. Relokasi justru

akan menjamin kepastian dan kelangsungan usaha mereka. 32

Ungkapan Walikota Semarang tersebut sangatlah jelas, jika PKL

merupakan salah satu sektor yang sangat berpotensi dalam mendongkrak

PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kota Semarang. Retribusi yang

disumbangkan setiap tahunnya sangat pesat, maka tidak heran jika PKL di

Kota Semarang sekarang ini dilindungi keberadaannya dengan adanya

kepastian hukum yang mengayomi keberadaan mereka untuk setiap usaha

yang mereka lakukan.

Adanya Relokasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Terminal Terboyo

merupakan suatu bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh

pemerintah Kota terhadap PKL untuk secara bebas menjual dagangannya

dengan tanpa adanya gangguan penertiban dari Satpol PP. Relokasi

pedagang kaki lima disini juga bertujuan untuk meningkatkan taraf

hidup pedagang kaki lima dan juga sekaligus untuk menciptakan

lapangan pekerjaan baru karena relokasi PKL dianggap sudah banyak

menyerap tenaga kerja pengangguran. Peningkatan taraf hidup PKL

dapat dikatakan sebagai peningkatan kesejahteraan mereka. Kesejahteraan

dalam arti tercukupinya kebutuhan material dan non-material. Dalam teori

_______________________ 32

Ibid.

Page 66: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

52

kesejahteraan, kondisi sejahteraan dapat diartikan hidup aman dan bahagia

karena semua kebutuhan dasar dapat terpenuhi.

Kesejahteraan sosial menurut Friedlander adalah, kesejahteraan sosial

yang merupakan sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan

dan lembaga-lembaga sosial yang dimaksudkan untuk membantu

individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat

hidup dan kesehatan yang memuaskan dan hubungan-hubungan

personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada mereka untuk

mengemkembangkan seluruh kemampuan dan meningkatkan

kesejahteraan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan

masyarakatnya. 33

Definisi tersebut merupakan definisi kesejahteraan sosial sebagai

sebuah keadaan yang mencerminkan bahwa manusia adalah makhluk sosial

yang harus saling membantu agar menciptakan suasana yang harmonis dan

sejahtera. Kesejahteraan bagi PKL merupakan salah satu bentuk yang

dirasakan mereka setelah adanya relokasi. Kebijakan pemerintah untuk

merelokasi PKL di kawasan Terminal Terboyo merupakan langkah tepat

untuk mengatasi permasalahan komplek yang dialami PKL, masyarakat

sekitar kawasan terminal maupun Pemerintah Kota.

Dalam melakukan prosedur Relokasi PKL di kawasan Terminal

Terboyo Kota Semarang, ada berbagai cara serta dampak yang di timbulkan

olehnya, yaitu sebagai berikut :

1). Cara Relokasi Pedagang Kaki Lima

Untuk mewujudkan rencana relokasi tersebut, Pemkot Semarang

melaksanakan suatu cara relokasi yaitu pendataan, sosialisasi dan

pemberian kepastian hukum. Proses perwujudan rencana relokasi di

_______________________ 33

Alisjahbana, Marginalisasi Sektor Informal Perkotaan, Cetakan Ke-II, ( Surabaya

: ITS Press, 2013 ), halaman 8.

Page 67: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

53

Terminal Terboyo tersebut juga dilaksanakan melalui pendekatan sosial

budaya. Pendekatan PKL melalui sosial budaya yang dilakuakan

pemerintah Kota Semarang sebagai berikut :

a) Nguwongke uwong (dalam bahasa jawa) atau memanusiakan manusia,

mempunyai arti menempatkan manusia pada Harkat dan Martabatnya.

b) Kemitraan, mempunyai makna adanya kebersamaan dalam penataan

bagi PKL dengan masyarakat di sekitar kawasan terminal, maupun

PKL dengan pemerintah itu sendiri sehingga dapat menjadi semakin

dimengerti oleh pihak-pihak yang terkait.

c) Hati nurani, ada rasa saling mengisi antara satu pihak dengan pihak

yang lain, ataupun PKL dengan pemerintah.

d) Saling menghormati, adanya keseimbangan antar PKL dan

pemerintah.

Sekretaris Paguyuban Pedagang dan Jasa (PPJ) Unut Terminal

Terboyo Kota Semarang Joko Abdul Hafid, yang menyatakan

bahwa yang paling diresahkan oleh PKL adalah jika mereka

kehilangan langganan dan tidak adanya jaminan mengenai usaha

mereka setelah adanya Relokasi atau penataan. Akan tetapi

dengan pendekatan sosial budaya yang dijalankan oleh Bapak

Walikota mampu mengubah pandangan PKL yang pada awalnya

tidak mau menjadi mau untuk ditata. Jadi secara tidak langsung

semua diuntungkan, baik dari pemerintah maupun dari PKL itu

sendiri. 34

Adanya tuntutan yang diajukan oleh PKL membuat pemerintah

berfikir ulang mengenai cara apa yang akan dilakukan untuk menghapus

anggapan PKL yang takut kehilangan pelanggannya. Kemudian

_______________________ 34

Wawancara dengan Joko Abdul Hafid, selaku Sekretaris Paguyuban Pedagang dan

Jasa (PPJ) Unut Terminal Terboyo Kota Semarang pada tanggal 4 April 2019.

Page 68: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

54

pemerintah memunculkan suatu pendekatan yang baru yaitu dengan

melakukan pendekatan ekonomi, diantaranya adalah :

a) Bantuan Sarana prasarana seperti : relokasi, shelter, gerobak, tenda-

tenda, dll.

b) Bantuan berupa modal usaha, pemindahan dan pengangkutan.

c) Proses perijinan seperti SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), dan

semua prosedur-prosedur terkait yang diberikan gratis dari pemerintah

kepada PKL, dan

d) Promise atau janji melalui media elektronik, media cetak dan hiburan

mengenai masalah terkait.

Meskipun Pemerintah memberikan banyak fasilitas dan

kemudahan, akan tetapi pada prakteknya masih ada beberapa PKL di

kawasan Terminal Terboyo yang menolak untuk di Relokasi dan kembali

ke tempat asal mereka berdagang. Mereka beranggapan bahwa tempat

relokasi tidak bisa mengembalikan pendapatan mereka yang semula

cukup tinggi. Adanya PKL yang demikian menimbulkan suatu tindakan

tegas dari Pemerintah Kota. Tindakan tegas tersebut berupa sanksi

pencabutan izin usaha dan tidak diperbolehkan berdagang untuk kurun

waktu tertentu. Mereka (PKL) juga diharuskan untuk membuat surat

pernyataan dihadapan Satpol PP, Kasubag PKL, dan Ketua Paguyuban

PKL terkait. 35

_______________________ 35

Ibid.

Page 69: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

55

Selain kemudahan dalam izin penempatan lokasi dan pemberian

surat izin usaha maupun tanda daftar, Pemerintah Kota juga memberikan

fasilitas umum untuk memudahkan akses pembeli kepada pedagang.

Diantaranya adalah aksesibelitas kawasan, sirkulasi kawasan dan parkir

kawasan yang baru. Adanya fasilitas pendukung yang diberikan oleh

Pemerintah Kota Semarang kepada PKL tersebut, diharapkan mampu

menarik perhatian para pengunjung untuk sebatas singgah di tempat

relokasi PKL yang sudah dirancang dengan apik, nyaman dan bersih.

Fasilitas tersebut disediakan untuk menunjang kegiatan usaha PKL agar

tidak terlalu kesulitan dalam mencari kebutuhan dasar mereka sehari-

hari, sehingga semua kebutuhan PKL maupun pengunjung dapat

terpenuhi.

2). Dampak Relokasi Pedagang Kaki Lima

Dampak adalah akibat yang ditimbulkan dari berubahnya suatu

sistem atau suatu percobaan akibat dari pengaruh yang ada. Dampak

dapat diartikan pula sebagai keinginan untuk membujuk, meyakinkan,

mempengaruhi ataupun memberi kesan kepada orang lain dengan tujuan

agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya. Dengan kata lain,

dampak disini menekankan pada keiginan untuk mempengaruhi atau

menimbulkan akibat pada orang lain.

Penataan PKL di kawasan Terminal Terboyo secara terstruktur dan

sistematis serta berorientasi tidak hanya berjangka pendek akan tetapi

juga jangka panjang, maka diharapkan akan membawa dampak positif

yang cukup besar. Dilihat dari segi program Pemkot Kota Semarang

Page 70: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

56

sendiri jelas telah berhasil dilaksanakan. Hal ini berkaitan dengan status

berhasil atau tidaknya program tersebut. Selain itu juga memberi kesan

positif terhadap pemerintahan Kota Semarang selaku pengayom dan

pengatur dalam tata ruang kota.

Dilihat dari segi ekonomi, maka jelas dengan pengelolaan yang

baik serta penempatan yang tepat menjadikan keuntungan dari segi

finansial terutama bagi para PKL sendiri dan bagi masyarakat umum

yang menggunakan jasa mereka. Para PKL tidak mungkin mau atau

bertahan jika kebutuhan substansial mereka tidak bisa terpenuhi, untuk

itulah penataan yang baik akan memberikan manfaat bagi mereka, karena

memang pada prinsipnya bahwa PKL merupakan aset yang berharga jika

dikelola dengan baik dan mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya.

Keberhasilan dari segi ekonomi disini dapat terpengaruhinya beberapa

kaitan tersendiri dari PKL tehadap faktor-faktor pendukung, diantaranya

adalah sebagai berikut :

a) Keterkaitan omset PKL dengan tingkat pendidikan PKL,

b) Keterkaitan omset PKL dengan jenis dagangannya,

c) Keterkaitan omset PKL dengan tipe bangunan PKL,

d) Keterkaitan omset PKL dengan jumlah tenaga kerja PKL,

e) Keterkaitan omset PKL dengan waktu berdagang,

f) Keterkaitan omset PKL dengan tahun mulai berdagang PKL,

g) Keterkaitan omset PKL dengan pembinaan dan penataan PKL,

h) Keterkaitan omset PKL dengan lokasi PKL, dan

i) Keterkaitan omset PKL dengan luas bangunan.

Page 71: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

57

Pelaksanaan relokasi di kawasan Terminal Terboyo disini pada

khakekatnya dilakukan dengan tanpa mengorbankan kelangsungan usaha

PKL itu sendiri. Pada dasarnya relokasi yang dilakukan oleh Pemkot

Kota Semarang disini untuk memberikan kepastian hukum akan

kelangsungan usaha, sekaligus memberikan rasa aman kepada PKL.

Dampak yang dirasakan oleh pedagang sekitar tempat relokasi adalah

mereka juga dapat memperoleh pekerjaan dengan berusaha berdagang

ataupun dengan jasa parkir tempat relokasi. Dapat dikatakan bahwa

Relokasi membawa dampak yang baik untuk PKL karena turut

menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka.

Seperti yang dikatakan oleh Rahmadi, salah satu pedagang yang

terkena dampak dari relokasi di kawasan Terminal Terboyo Kota

Semarang, dia menyatakan bahwa : “ Dengan adanya Relokasi

PKL ke Pasar Banjardowo dan Terminal Mangkang, sungguh

sangat membawa berkah. Selain mendatangkan keuntungan bagi

PKL juga membawa keuntungan bagi warga sekitar tempat

relokasi. Mereka (warga sekitar) yang dahulu banyak pengagguran,

sekarang sedikit banyak sudah menjadi pedagang ataupun penyedia

jasa parkir. Hal ini sangat mendukung program pemerintah juga

yang ingin mengurangi angka pengangguran di Kota Semarang “. 36

Pada hakikatnya pedagang kaki lima merupakan suatu kelengkapan

kota diseluruh dunia dari dahulu. Sebagai kelengkapan, pedagang kaki

lima tidak mungkin ditiadakan ataupun dihindari. Yang harus dilakukan

untuk menyikapi keadaan tersebut adalah melalui penataan, pembinaan

dan pengawasan. PKL membawa dampak dalam segi ekonomi, sosial dan

segi budaya yang membentuk suatu kawasan perkotaan :

_______________________

36

Wawancara dengan Rahmadi, salah satu pedagang yang terkena dampak dari

relokasi di kawasan Terminal Terboyo Kota Semarang pada tanggal 4 April 2019.

Page 72: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

58

a) Dari segi ekonomi, dengan adanya PKL dapat menyerap tenaga kerja

yang dapat membantu dalam mendapatkan suatu penghasilan.

b) Dari segi sosial, dapat dilihat jika kita melihat bahwa PKL dapat

menghidupkan dan meramaikan suasana kota dan menjadi salah satu

daya tarik bagi suatu kota bagi wisatawan, serta

c) Dari segi budaya, PKL membantu suatu kota untuk menciptakan

budayanya sendiri. 37

Ditinjau dari segi negatif keberadaan relokasi pedagang kaki lima

di kawasan Terminal Terboyo Kota Semarang yaitu terdapat beberapa

permasalahan yang dihadapi. Permasalahan tersebut muncul dan

berkembang dikarenakan kegiatan usaha yang dilakukan oleh PKL dari

hari ke hari semakin padat dan bertambah. Klasifikasi permasalahan

tersebut adalah sebagai berikut :

1) Permasalahan mengenai pengelolaan limbah oleh PKL

Belum tingginya tingkat kesadaran PKL dalam mengelola

limbah yang dihasilkan. Dari seluruh PKL, 6,13% diantaranya belum

mengelola limbah yang dihasilkannya dengan baik. Jika dikaitkan

dengan jenis dagangannya, PKL yang relatif menghasilkan limbah

adalah PKL yang menjual makanan. PKL jenis ini proporsinya sebesar

58,51%. Hal ini berarti hanya 62,329% PKL penjual makanan yang

telah melakukan pengelolaan limbahnya dengan baik. 38

_______________________

37

Julius Bobo, Transformasi Ekonomi Rakyat, Cetakan Pertama, ( Jakarta : PT

Pustaka Cisendo, 2013 ), halaman 42. 38

Agatha Ika Febrilianawati, Efektivitas Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima

(PKL) di Kota Semarang, ( UNES : Semarang, 2018 ), halaman 32.

Page 73: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

59

2) Permasalahan kebersihan dan kerapian lingkungan

Meskipun limbah belum terkelola dengan baik seperti dibuang

begitu saja ke selokan atau ditampung kedalam wadah tersendiri,

secara fisik atau visual sebagian besar PKL sudah terlihat bersih dan

cukup rapi. Hal ini perlu terus ditingkatkan, sebagai amanah Peraturan

Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2000 tentang Pengaturan

dan Pembinaan PKL, dimana PKL diwajibkan untuk menjaga

kebersihan dan kerapian lingkungan sekitar. Sedangkan rincian

dampak yang sangat mencolok dirasakan oleh Pemerintah Kota

Semarang adalah PKL turut memberikan kontribusi terhadap

pendapatan daerah yang tidak sedikit bagi kota Semarang.

Sebagian jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Semarang

yang disumbangkan dari retribusi PKL pada Tahun 2018

sebesar Rp.234.452.800 (4,5%) dari Total PAD sebesar

Rp.106.759.419.000. Sebagian besar PKL memiliki omset

kurang dari Rp.500.000 per hari. Akan tetapi dengan pendapatan

yang sedemikian sudah cukup bisa turut menyumbang dalam

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dengan jumlah

yang relatif besar. Sehingga dapat dikatakan keberadaan PKL

disini sangat membawa dampak positif bagi PKL itu sendiri,

masyarakat dan pemerintah. 39

Semua kebijakan dapat berjalan dengan sempurna jika ada

kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat luas. Adanya

sinkronisasi pendapat dan pemahaman akan suatu kebijakan dapat

menimbulkan suatu tata pemerintahan yang baik, jujur dan adil.

_______________________

39

Kebijakan Penataan Sektor Ekonomi Informal di Kota Semarang, ( http://

TribunNews. wordpers. Com /2018/04/18 ), diakses pada tanggal 4 Oktober 2018.

Page 74: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

60

B. Kendala-Kendala Dalam Pembinaan Pedagang Kaki Lima (PKL) Di

Terminal Terboyo Ditinjau Berdasarkan Perda Kota Semarang Nomor

11 Tahun 2000 Tentang Pengaturan Dan Pembinaan PKL Dan

Bagaimana Upaya Mengatasinya.

1. Kendala-kendala yang timbul dalam Pembinaan dan Penataan Pedagang

Kaki Lima (PKL) Di Terminal Terboyo Kota Semarang.

Pada dasarnya dalam setiap pelaksanaan suatu aturan ataupun

kebijakan selalu terdapat kendala atau hambatan. Demikian pula halnya

dengan upaya pemerintah Kota Semarang dalam penataan pedagang kaki

lima berkaitan dengan pemanfaatan tata ruang kota tidak terlepas dari

beberapa kendala yang dihadapinya. Kendala yang dihadapi oleh

pemerintah dalam pembinaan dan pelaksanaan penataan PKL di

Terminal Terboyo, yaitu sebagai berikut :

a). Rendahnya Kesadaran hukum PKL

Pemerintah Kota Semarang telah mengeluarkan Peraturan

Daerah Nomor 11 Tahun 2000 tentang Pengaturan dan Pembinaan

Pedagang Kaki Lima, Keputusan Walikota Nomor 511.3/16 2001

tentang Penetapan Lahan atau Lokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di

Wilayah Kota Semarang, serta Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun

2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang

Tahun 2011-2031. Dalam pelaksanaannya masih banyak pedagang

kaki lima yang menempati lokasi tidak sesuai dengan Surat Keputusan

Walikota Semarang Nomor 511.3/16 Tahun 2001 tentang Penetapan

Lahan atau Lokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Wilayah Kota

Page 75: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

61

Semarang. Penetapan lokasi sebagaimana diatur dalam Surat

Keputusan Walikota Nomor 511.3/16 Tahun 2001 tentang Penetapan

Lahan atau Lokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Wilayah Kota

Semarang, belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh para pedagang kaki

lima tersebut. Penerapan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2000

tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima juga belum

dapat dilakukan secara optimal. Hal tersebut terlihat dari banyaknya

pelanggaran yang dilakukan oleh pedagang kaki lima seperti

berubahnya fungsi lahan pedagang kaki lima menjadi tempat tinggal.

Dulu sebelum adanya penggusuran atau relokasi di kawasan

Terminal Terboyo Kota Semarang, banyak dijumpai kios non

permanen yang dijadikan kios permanen di area sekitar kawasan

tersebut. Mereka (para PKL) membangun tempat mereka

berdagang secara permanen tanpa ijin dari pengelola maupun

pemerintah setempat dengan dalih mereka telah membayar uang

sewa ataupun membayar pajak dalam menempati tempatnya. 40

b). Lemahnya Pengawasan oleh Aparat Kota Semarang

Selama ini pengawasan terhadap keberadaan pedagang kaki lima

di kawasan Terminal Terboyo oleh aparat Pemerintah Kota Semarang

belum begitu optimal. Hal tersebut terlihat dari masih banyaknya

pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian pedagang kaki

lima tersebut. Aparat Pemerintah belum menunjukkan perhatian yang

cukup serius terhadap perkembangan pedagang kaki lima di suatu

wilayah tertentu terutama di kawasan Terminal Terboyo dan di

wilayah sekitar Kota Semarang. Aparat Pemerintah baru bertindak

_______________________

40 Yulianto (Editor), Pembangunan Terminal Terboyo jadi Terminal Barang yang

berdampak pada PKL sekitar, ( http//: Suara merdeka. com / masih-tunggu-proses-lelang /

20/07/2018 / html. ), diakses pada tanggal 20 Desember 2018.

Page 76: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

62

apabila ada sorotan dari masyarakat yang mulai timbul karena

masalah, dengan demikian aparat pemerintah selalu terlambat dalam

bertindak. Kondisi tersebut diperparah dengan tidak adanya operasi

yustisi yang digelar secara rutin, sehingga seringkali terlihat bahwa

penertiban para pedagang kaki lima masih terkesan setengah hati. Dan

juga kurangnya deteksi dini dan koordinasi antara aparat di wilayah

dengan Dinas Teknis dan Satpol PP, sehingga seringkali pedagang

kaki lima baru ditertibkan ketika sudah berdiri lama dan menjamur.

Kepala Dishub Kota Semarang M Khadik, mengatakan bahwa

kurang optimalnya pengawasan yang dilakukan oleh aparat

pemerintah Kota Semarang karena kurangnya kuantitas sumber

daya manusia dan sarana prasarana yang ada. Jika dibandingkan

dengan luas Kota Semarang, dengan upaya peraturan yang harus

ditegakkan serta jumlah pedagang kaki lima yang semakin

menjamur, maka jumlah petugas Satpol PP Kota Semarang yang

hanya kurang lebih 340 personil sangat tidak seimbang,

sehingga pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan penerapan

hukum belum bisa optimal. 41

c). Relokasi tempat jualan PKL yang tidak strategis dan memadai

Pada saat Pemerintah ingin melakukan penataan bagi para

pedagang kaki lima terutama di kawasan Terminal Terboyo Kota

Semarang, para pedagang kaki lima seringkali menuntut diberi lokasi

yang strategis. Pada umumnya pedagang kaki lima tidak mau dipindah

ke lokasi yang dianggap tidak menguntungkan bagi usahanya,

termasuk yang sudah di tetapkan yaitu di Pasar Banjardowo dan di

Terminal Mangkang. Menurut para pedagang lokasi-lokasi yang

disediakan Pemerintah Kota biasanya merupakan lahan yang tidak

_______________________

41 Ibid.

Page 77: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

63

strategis bahkan jauh dari keramaian, sehingga para pedagang kaki

lima menolak untuk dipindahkan dari area sebelumnya.

d). Faktor Ekonomi PKL

Banyak pedagang kaki lima di kawasan Terminal Terboyo Kota

Semarang yang berjualan disebabkan oleh faktor ekonomi. Mereka

terpaksa berjualan di tempat-tempat terlarang karena untuk membeli

atau bahkan menyewa lahan yang resmi mereka tidak mampu, oleh

karenanya mereka berjualan di tempat yang seadanya, yang penting

dapat memperoleh hasil yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

hidup keluarganya. Para PKL ini kebanyakan yang bergerak di sektor

makanan yang tidak membutuhkan modal besar dan tempat luas. Para

PKL ini berjualan dengan modal seadanya, yang penting dapat

memperoleh penghasilan meskipun relatif cukup kecil.

2. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang

timbul dalam Pembinaan dan Pelaksanaan Penataan PKL di kawasan

Terminal Terboyo Kota Semarang.

Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa dalam penataan

pedagang kaki lima di Kota Semarang berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kota Semarang Tahun 2011-2031, terdapat beberapa kendala yang

dihadapi. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, Pemerintah Kota

Semarang melakukan berbagai upaya-upaya sebagai berikut :

Page 78: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

64

a). Memberikan penyuluhan dan pembinaan terhadap para PKL.

Pemerintah Pusat melalui Dinas Penataan Ruang (Distaru) dan

Dinas Perhubungan Kota Semarang telah berupaya melakukan

penyuluhan dan sosialisasi atas peraturan daerah dengan mengundang

para pedagang kaki lima di kawasan Terminal Terboyo dan di wilayah

masing-masing di sekitar Kota Semarang. Para pedagang kaki lima

diberikan pengarahan seputar penggunaan lahan untuk berjualan dan

mensosialisasikan peraturan daerah mengenai pengaturan dan

pembinaan pedagang kaki lima, yaitu Peraturan Daerah Nomor 11

Tahun 2000 tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima

dan Surat Keputusan Walikota Semarang Nomor 511.3/16 Tahun

2001 tentang Penetapan Lahan atau Lokasi Pedagang Kaki Lima

(PKL) di Wilayah Kota Semarang.

Pemerintah berupaya memberikan surat edaran kepada para

pedagang kaki lima yang berada di wilayah kerjanya, yang pada

intinya memberitahukan kepada para pedagang kaki lima bahwa

mereka boleh berjualan di lokasi tersebut asalkan sesuai dengan

ketentuan yang ada. Apabila surat edaran yang dikirimkan tidak

mendapatkan respon yang positif dari para pedagang kaki lima,

langkah selanjutnya adalah memberikan peringatan kepada para

pedagang kaki lima yang dianggap melanggar ketentuan sebagaimana

telah diinformasikan sebelumnya. Peringatan dilakukan secara baik

lisan maupun tertulis kepada pedagang kaki lima khususnya para PKL

yang terkena relokasi di kawasan Terminal Terboyo Kota Semarang.

Page 79: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

65

b). Meningkatkan pengawasan dengan mengadakan penertiban secara

rutin di seluruh wilayah Kota Semarang (operasi yustisi)

Dalam rangka melakukan penegakan hukum terhadap Peraturan

Daerah Nomor 11 Tahun 2000 tentang Pengaturan dan Pembinaan

Pedagang Kaki Lima, Surat Keputusan Walikota Semarang Nomor

511.3/16 Tahun 2001 tentang Penetapan Lahan atau Lokasi Pedagang

Kaki Lima (PKL) di Wilayah Kota Semarang, serta menindaklanjuti

Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun 2011-2031, pemerintah Kota

Semarang melakukan penertiban terhadap pedagang kaki lima yang

dianggap melanggar ketentuan melalui operasi yustisi. Operasi yustisi

biasanya dilakukan secara rutin yang dikoordinasikan dengan satuan

polisi pamongpraja atau Satpol PP setempat. Operasi yang dilakukan

dimaksudkan untuk memberikan kesadaran bagi pedagang kaki lima

agar dalam menjalankan usahanya senantiasa mengikuti ketentuan

peraturan perundang-undangan yang ada.

c). Mengupayakan lokasi atau lahan baru bagi pedagang kaki lima yang

belum mendapatkan tempat usaha.

Salah satu hal yang sangat penting dan mendesak untuk

dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang bagi PKL yang terelokasi

di kawasan Terminal Terboyo adalah menyediakan lahan untuk

tempat berdagang yang baru bagi para pedagang kaki lima yang belum

mendapatkan tempat berdagang di area reloksi yang telah disediakan

Page 80: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

66

oleh pemerintah kota yang saat ini tumbuh dan berkembang secara

pesat terutama di seluruh wilayah Kota Semarang.

Dalam rangka memberikan perlindungan hukum terhadap

pedagang kaki lima, pemerintah Kota Semarang berupaya

menyediakan lahan sementara bagi pedagang kaki lima yang

dulu berdagang di sekitar kawasan Terminal Terboyo, seperti

lokasi PKL di pasar waru yang diperuntukkan pedagang kaki

lima pindahan jalan Citarum dan sekitarnya, rehabilitasi

bangunan kios PKL Kokrosono, relokasi PKL jalan Pahlawan

dan Simpang lima di Sepanjang Stadion Diponegoro dan

kawasan Taman keluarga Berencana jalan Menteri Soepeno,

serta merencanakan relokasi PKL ke wilayah Gunungpati. 42

d). Memberikan pelatihan dan bantuan modal bagi PKL

Dalam rangka meningkatkan ekonomi para pedagang,

pemerintah telah melaksanakan program pelatihan dan bantuan modal

bagi PKL di kawasan relokasi disekitar Terminal Terboyo Kota

Semarang melalui kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan

UMKM Kota Semarang, yaitu melalui Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi maupun melalui program PNPM (Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat) di Perkotaan di masing-masing wilayah

tempat mereka berdagang.

_______________________

42 Ibid.

Page 81: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

67

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terboyo Ditinjau

Berdasarkan Perda Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2000 tentang

Pengaturan dan Pembinaan PKL pada dasarnya konsep Relokasi

dilaksanakan karena alih fungsi lahan yang di peruntukan bagi

pembangunan Terminal Terboyo menjadi terminal barang. Dalam proses

penataan ke lokasi yang sudah disediakan pemerintah untuk mereka yaitu

ke Pasar Banjardowo yang sudah dikoordinasikan dengan Dinas

Perdagangan, dan ke Terminal Mangkang seperti yang direncanakan

sebelumnya yang sesuai dengan jenis-jenis usaha yang mereka jalankan.

Relokasi pedagang kaki lima disini bertujuan untuk meningkatkan taraf

hidup pedagang kaki lima dan juga sekaligus untuk menciptakan

lapangan pekerjaan baru karena relokasi PKL dianggap sudah banyak

menyerap tenaga kerja pengangguran.

2. Kendala-kendala yang timbul dalam Pembinaan dan Penataan Pedagang

Kaki Lima (PKL) Di Terminal Terboyo Kota Semarang adalah :

a. Rendahnya Kesadaran hukum PKL, penerapan Peraturan Daerah

Nomor 11 Tahun 2000 tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang

Kaki Lima juga belum dapat dilakukan secara optimal. Hal tersebut

terlihat dari banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh pedagang

Page 82: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

68

kaki lima seperti berubahnya fungsi lahan pedagang kaki lima menjadi

tempat tinggal.

b. Lemahnya Pengawasan oleh Aparat Kota Semarang. Aparat

Pemerintah belum menunjukkan perhatian yang cukup serius terhadap

perkembangan pedagang kaki lima di suatu wilayah tertentu terutama

di kawasan Terminal Terboyo dan wilayah sekitar Kota Semarang.

c. Relokasi tempat jualan PKL yang tidak strategis dan memadai,

menurut para pedagang lokasi-lokasi yang disediakan Pemerintah

Kota biasanya merupaka lahan yang tidak strategis bahkan jauh dari

keramaian, sehingga para pedagang kaki lima menolak untuk

dipindahkan dari area sebelumnya.

d. Faktor Ekonomi PKL, mereka terpaksa berjualan di tempat-tempat

terlarang karena untuk membeli atau bahkan menyewa lahan yang

resmi mereka tidak mampu, oleh karenanya mereka berjualan di

tempat yang seadanya, yang penting dapat memperoleh hasil yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala

yang timbul dalam Pembinaan dan Pelaksanaan Penataan PKL di

kawasan Terminal Terboyo Kota Semarang adalah :

a. Memberikan penyuluhan dan pembinaan terhadap para PKL dan

memberikan edaran dan peringatan baik lisan maupun tertulis untuk

mentaati ketentuan hukum yang telah ada dan sedang berlaku ;

b. Meningkatkan pengawasan dengan mengadakan penertiban secara

rutin di seluruh wilayah Kota Semarang (operasi yustisi) ;

Page 83: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

69

c. Mengupayakan lokasi atau lahan baru bagi pedagang kaki lima yang

belum mendapatkan tempat usaha ; serta

d. Memberikan pelatihan dan bantuan modal bagi PKL.

B. Saran

1. Bagi Pemerintah, hendaknya lebih mengarahkan regulasi pada upaya

penanggulangan akar dari permasalahan lahirnya PKL. Apabila

pemerintah hanya melakukan tindakan pada PKL yang sudah ada, maka

akan tetap bermunculan PKL baru dan tujuan dari Peraturan Daerah

Nomor 11 Tahun 2000 tidak akan tercipta. Setiap instansi hendaknya

selalu melakukan koordinasi dengan dinas atau instansi terkait dalam hal

pembinaan dan penertiban PKL, sehingga program dari tiap instansi tidak

saling bertabrakan dan diharapkan berdampak positif bagi PKL dan

masyarakat pada umumnya.

2. Bagi Pedagang Kaki Lima, seharusnya mereka sadari bahwa dampak

positif yang dirasakan nantinya bagi PKL adalah dapat melaksanakan

kegiatan usahanya dengan tenang tanpa adanya ancaman penertiban

karena sudah mendapatkan kepastian hukum atas kegiatan usaha mereka.

3. Bagi Masyarakat, hendaknya ikut serta mensosialisasi secara intensif

mengenai program pengaturan dan pembinaan PKL. Kurangnya

sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas terkait dan juga keterbatasan sarana

sosialisasi menyebabkan PKL tidak seluruhnya mengetahui program

pengaturan dan pembinaan.

Page 84: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Ali, Lukman. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Ke III, Jakarta :

Balai Pustaka, 2011.

Alisjahbana, Marginalisasi Sektor Informal Perkotaan, Cetakan Ke-II,

Surabaya : ITS Press, 2013.

Bobo, Julius. Transformasi Ekonomi Rakyat, Cetakan Pertama, Jakarta : PT

Pustaka Cisendo, 2013.

Effendi, Tadjudin Noer. Sumber Daya Manusia Peluang Kerja Dan

Kemiskinan, Cetakan Ke-II, Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya,

2016.

Hadi, Soetrisno. Metode Research, Yogjakarta : Fakultas Psikologi

Universitas Gajah Mada, 2010.

Handoyo, B. Restu Cipto. Aspek-Aspek Hukum Administrasi Negara dalam

Penataan Ruang, Cetakan Ke VII, Yogyakarta : Atmajaya, 2015.

Hardiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu

Sosial, Jakarta : Salemba Humanika, 2010.

Kartono. Pedagang Kaki Lima, Cetakan Ke-VI, Bandung : Universitas

Katholik, 2010.

Marzuki, H.M. Laica. Prinsip-Prinsip Pembentukan Peraturan Daerah,

Jakarta : Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi,

Jurnal Konstitusi M.K Volume 6 Nomor 4, 2014.

Mokoginta, Lukman. Jakarta Untuk Rakyat, Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan, 2009.

Mustafa, Ali Achsan. Model transformasi sosial sektor informal : sejarah,

teori, dan praksis pedagang kaki lima, Malang : InTrans, 2012.

Rusli, M.S Ramli. Sektor Informal Perkotaan Pedagang Kaki Lima, Jakarta

: Ind-Hil.co., 2009.

Soekanto, Soerjono. Efektivitas Hukum dan Peranan Sanksi, Cetakan Ke-

IV, Bandung : Remadja Karya, 2011.

_______________ . Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan Ke 3, Jakarta :

Universitas Indonesia Press, 2012.

Page 85: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

Sunarno, Siswanto. Hukum Pemerintah Daerah di Indonesia, Jakarta :

Pustaka Sinar Harapan, 2012.

Syarifin, Pipin. dan Dedah Jubaedah, Pemerintah Daerah Di Indonesia,

Cetakan Ke-II, Jakarta : Universitas Indonesia Press, 2015.

Wirosardjono, Soetjipto. Pengertian, Batasan, Dan Masalah Sektor

Informal, Cetakan Ke-V, Jakarta : LP3ES, 2015.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar 1945.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2000 tentang

Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima.

Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang

Kaki Lima.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah.

Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2011 tentang Peraturan Pembentukan

Undang-Undang.

Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 2015 tentang Peraturan Daerah.

Wawancara

Hafid, Joko Abdul. selaku Sekretaris Paguyuban Pedagang dan Jasa (PPJ)

Unut Terminal Terboyo Kota Semarang pada tanggal 4 April 2019.

Khadik, M. selaku Kepala Dishub Kota Semarang pada tanggal 2 April

2019.

Rahmadi, salah satu pedagang yang terkena dampak dari relokasi di

kawasan Terminal Terboyo Kota Semarang pada tanggal 4 April

2019.

Makalah

Febrilianawati, Agatha Ika. Efektivitas Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki

Lima (PKL) di Kota Semarang, UNES : Semarang, 2018.

Page 86: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

Hadi, Sortrisno. metode research jilid II, Yogyakarta : Yayasan Penerbit

Fakultas Hukum Psikologi Universitas Gajah Mada, 2015.

Indrawati, Perlindungan Pedagang Kaki Lima di Indonesia, FKIP :

Universitas Negeri Surakata, 2010.

Sarjono, Yetti. Pergulatan Pedagang Kaki Lima di Perkotaan, Surakarta :

Muhammadiyah Unniversity Press, 2012.

Widjayanti, Retno. Penataan Fisik Pedagang Kaki Lima pada Kawasan

Komersial di Pusat Kota, ( Studi Kasus : Simpang Lima Semarang ),

Tesis : Magister Teknik Pembangunan Kota Universitas Diponegoro

Semarang, 2012.

Website

Hilal, Syamsul. Upaya Penataan dan Pembinaan PKL di.Indonesia, ( http://

syamsuhilal. blogspot. com / 2013 / 04 /.html ), diakses pada tanggal

27 Oktober 2018.

Kebijakan Penataan Sektor Ekonomi Informal di Kota Semarang, ( http://

TribunNews. wordpers. Com /2018/04/18 ), diakses pada tanggal 4

Oktober 2018.

Langkah Pemerintah Dalam Pembongkaran PKL Terminal Terboyo, ( http://

Antara jateng. Blogspot / 2018 / 07 / 17. html ), diakses pada tanggal 5

Oktober 2018.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang, ( http:// Tribunjateng.

Blogspot / 2018 / 04 / 18. html ), diakses pada tanggal 25 Oktober

2018.

Sudah Mulai Dibongkar, PKL Terminal Terboyo Belum Mau Pindah,

(.http:// Muria News. Blogspot / 2018 / 06. html ), diakses pada

tanggal 22 September 2018.

Yulianto (Editor), Pembangunan Terminal Terboyo jadi Terminal Barang

yang berdampak pada PKL sekitar, ( http//: Suara merdeka. com /

masih-tunggu-proses-lelang / 20/07/2018 / html. ), diakses pada

tanggal 20 Desember 2018.

Page 87: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

NOMOR 11 TAHUN 2000

TENTANG

PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SEMARANG,

Menimbang : a. bahwa dengan diterbitkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah

Tingakt II Semarang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Retribusi

Pemakaian Kekayaan Daerah yang didalamnya mencabut Peraturan

Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 3 Tahun 1986

tentang Pengaturan Tempat Usaha serta Pembinaan Pedagang Kaki

Lima, maka dipandang perlu mengatur kembali Pengaturan dan

Pembinaan Pedagang Kaki Lima;

b. bahwa untuk melaksanakan pengaturan sebagaimana dimaksud huruf a

diatas, maka perlu diterbitkan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-

daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa

Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Himpunan

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950);

2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3186);

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

4. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992

Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3480);

5. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685);

6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan

Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3097);

8. Pereturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 37);

Page 88: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

9. Peraturan Pemerintah nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan

Kecamatan di Wilayah Kabupaten-kabupaten Daerah Tingkat II

Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara dan Kendal serta penataan

Kecamatan di Wilayah Kotamadya Tingkat II Semarang Dalam

Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 89);

10. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik

Penyusunan Peraturan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk

Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan

Rancangan Keputusan Presiden;

11. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 3

Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan

Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang;

12. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 6

Tahun 1993 tentang Kebersihan Dalam Wilayah Kotamadya Daerah

Tingkat II Semarang;

13. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 13

Tahun 1988 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.

M E M U T U S K A N :

Menetapakan : PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG TENTANG

PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Daerah adalah Kota Semarang;

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Semarang;

c. Walikota adalah Walikota Semarang;

d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota

Semarang;

e. Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala

bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

bagi lalu lintas;

f. Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disebut PKL adalah pedagang yang didalam

usahanya memprgunkan sarana dan atau perlengkapan yang mudah dibongkar pasang /

dipindahkan dan atau mempergunakan tempat usaha yang menempati tanah yang

dikuasai Pemerintah Daerah dan atau pihal lain.

BAB II

PENGATURAN TEMPAT USAHA

Pasal 2

(1) Pengadaan, pemindahan dan penghapusan lokasi PKL ditetapkan oleh Walikota.

Page 89: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

(2) Lokasi dan pengaturan tempat-tempat usaha PKL sebagaimana dimaksud ayat (1),

ditunjuk dan ditetapkan oleh Walikota.

(3) Penunjukkan dan atau penetapan tempat-tempat usaha sebagaimana dimaksud ayat (2)

adalah lokasi milik dan atau yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah dan atau pihak lain;

Pasal 3

Penunjukan/penetapan tempat-tempat usaha sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (2), diatur

dengan mempertimbangkan fasilitas PKL yang ada dan ada tempat kepentingan umum

lainnya.

BAB III

PERIJINAN

Pasal 4

(1) Untuk mempergunakan tempat usaha sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) setiap

PKL harus mendapatkan ijin tertulis terlebih dahulu dari Walikota.

(2) Ijin sebagaimana dimaksud ayat (1), diberikan jangka waktu 1 (satu) tahun dan tidak

dikenai biaya.

(3) Walikota dapat mengabulkan atau menolak permohonan ijin sebagaimana dimaksud

ayat (1).

(4) Persyaratan dan Tata Cara permohonan ijin sebagaimana dimaksud ayat (1) dan

ayat (2), ditetapkan oleh Walikota.

BAB IV

R E T R I B U S I

Pasal 5

Dalam memprgunakan lokasi PKL dikenakan pungutan retribusi sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

BAB V

HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN

Pasal 6

Setiap PKL mempunyai hak :

a. Mendapatkan pelayanan perijinan;

b. Penyediaan lahan lokasi PKL;

c. Mendapatkan pengaturan dan pembinaan.

Pasal 7

Untuk melakukan kegiatan, PKL diwajibkan :

a. Memelihara Kebersihan, Keindahan, Ketertiban, Keamanan dan Kesehatan

Lingkungan.

b. Menempatkan, menata barang dagangan dan peralatannya dengan tertib dan teratur

serta tidak menggangu lalu lintas dan kepentingan umum.

c. Mencengah kemungkinan timbulnya bahaya kebakaran dengan menyediakan alat

pemadam kebakaran.

d. Menempati sendiri tempat usaha PKL sesuai ijin yang dimilikinya.

Page 90: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

e. Menyerahkan tempat usaha PKL tanpa menuntut ganti rugi dalam bentuk apapun,

apabila sewaktu-waktu dibutuhkan Pemerintah Daerah.

f. Melaksanakan kewajiban-kewajiban lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 8

Untuk melakukan kegiatan, PKL dilarang :

a. Merombak, menambah, mengubah fungsi dan fasilitas lokasi PKL yang telah

disediakan dan atau ditentukan oleh Pemerintah Daerah.

b. Mendirikan bangunan permanen dilokasi PKL yang telah ditetapkan.

c. Memindahtangankan ijin tempat usaha PKL kepada pihak Lain.

d. Melakukan kegiatan usaha diluar lokasi PKL yang telah ditetapkan.

e. Menempati lahan / lokasi PKL yang tidak ditunjuk dan ditetapkan oleh Walikota.

f. Menempati lahan / lokasi PKL untuk kegiatan tempat tinggal (hunian).

BAB VI

P E M B I N A A N

Pasal 9

Pemerintah Daerah berkewajiban menyelenggarakan pembinaan terhadap PKL di Daerah.

BAB VII

PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 10

Pelaksanaan dan Pengawasan Peraturan Daerah ini menjadi tanggung jawab Walikota.

BAB VIII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 11

Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah

Daerah dapat diberikan kewenangan untuk melaksanakan penyidikan terhadap Pelanggaran

Peraturan Daerah ini.

BAB IX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 12

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 4 ayat (1), Pasal 5, Pasal 7 dan Pasal 8

dipidana kurungan paling lama 6 bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,00

(lima juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB X

SAKSI ADMINISTRASI

Pasal 13

Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1), Pasal 5, Pasal 7 dan Pasal 8,

Walikota berwenang memerintahkan untuk membongkar tempat usaha dan atau menyita

Page 91: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

barang dagangan / peralatan yang dipergunakan untuk usaha PKL, serta mencabut tempat

usaha PKL

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 14

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaan

ditetapkan oleh Walikota.

Pasal 15

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Semarang.

Ditetapkan di Semarang

pada tanggal 30 Oktober 2000

WALIKOTA SEMARANG

ttd

H. SUKAWI SUTARIP

Diundangkan di Semarang

pada tanggal 6 Nopember 2000

Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA SEMARANG

ttd

SOEKAMTO

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2000

NOMOR 30 SERI D NOMOR 30

Page 92: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN KOTA SEMARANG

NOMOR 11 TAHUN 2000

TENTANG

PERATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

I. UMUM

Peraraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 3 Tahun

1986 tentang Pengaturan Tempat Usaha Serta Pembinaan Pedagang Kaki Lima yang

didalamnya mengatur mengenai Retribusi Pedagang Kaki Lima dan Pengaturan Tempat

Usaha Serta Pembinaan Pedagang Kaki Lima pada umumnya. Namun dengan

diterbitkannya Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 13

Tahun1998 tentang Retribusi Pemakian Kekeayaan Daerah, Peraturan Daerah dimaksud

telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Bahwa Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 13

Tahun1998 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah hanya mengatur mengenai

retribusi, sedangkan Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima pada umumnya

belum tertampung didalamnya.

Sehubungan dengan hal tesebut diatas, guna memberikan landasan hukum

dalam Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima agar dapat memenuhi

kepentingan Pemerintah Daerah dan pedagang, serta melindungi masyarakat diperlukan

peraturan tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima yang dituangkan

dalam Peraturan Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup Jelas

Pasal 1

Cukup Jelas

Pasal 3

Cukup Jelas

Pasal 4 ayat (1)

Cukup Jelas

Pasal 4 ayat (2)

Jangka waktu ijin berlaku 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang

Pasal 4 ayat (3)

Cukup Jelas

Pasal 4 ayat (4)

Cukup Jelas

Pasal 5

Jenis pungutan yang dipungut atas kegiatan PKL adalah Retribusi Pemakaian

Kekayaan Daerah dan Retribusi Kebersihan.

Page 93: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...

Pasal 6

Cukup Jelas

Pasal 7

Cukup Jelas

Pasal 8 ayat (1)

Cukup Jelas

Pasal 8 ayat (2)

Yang dimaksud dengan bangunan permanen adalah bangunan yang bersifat tetap

dan tidak mudah dibongkar pasang.

Pasal 9

Yang dimaksud dengan penyelengaraan pembinaan adalah bimbingan,

penyuluhan dan pelaksanaan penataan tempat dasaran kepada PKL agar dapat

tetap terjaga keamanan, ketertiban, keindahan dan kesehatan lingkungan.

Pasal 10

Cukup Jelas

Pasal 11

Cukup Jelas

Pasal 12

Cukup Jelas

Pasal 13

Cukup Jelas

Pasal 14

Cukup Jelas

Pasal 15

Cukup Jelas

Page 94: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...
Page 95: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...
Page 96: USM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI TERMINAL ...