Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

34
USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG DI PROVINSI JAMBI BAB 1 PENDAHULUAN Peluang usaha peternakan sapi potong di Provinsi Jambi cukup cerah. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan daging sapi Provinsi Jambi pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 26.588,46 ton berdasarkan standar gizi konsumsi daging. Kebutuhan daging sapi setiap tahunnya terus meningkat pesat, sementara produksi daging sapi jauh lebihkecil, sehingga pemenuhan kebutuhan selalu negatif, kekurangan produksi daging tersebut sebagian besar (± 70 %) didatangkan dari luar Provinsi Jambi. Konsumsi daging sapi/kerbau masyarakat Jambi pada tahun 1997 sebesar 9,1 kg/kapita/tahun, tahun 2004 konsumsi sudah mencapai 10,15 kg/kapita/tahun (BPS Provinsi Jambi, 2005), artinya konsumsi daging mengalami peningkatan sebesar 1,05 kg/kapita, dan diperkirakan konsumsi daging sapi/kerbau akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Dengan demikian usaha peternakan sapi potong di Provinsi Jambi sangat potensi dan sangat layak (feasible) untuk diusahakan. Berdasarkan analisis dari aspek ekonomi, finansial dan produksi, dengan investasi di usaha peternakan sapi potong sebesar Rp. 546,4 juta, dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp. 652,8 juta dengan timgkat keuntungan mencapai Rp. 29,4 juta. Pada tahun ke 2 usaha peternakan sapi potong ini diproyeksikan sudah memperoleh laba sebesar Rp. 106,4 juta, dengan nilai IRR lebih besar tingkat dari tingkat bunga komersil 18 persen per tahun, maka IRR lebih besar dari tingkat bunga sosial. NPV kumulatif juga bernilai positif setelah proyek bejalan 5 tahun yaitu Rp 267,49 juta, dan Gross B/C ratio diperoleh sebesar 1,1507 dan Pay Back Period adalah 3,859 atau 3 tahun 9 bulan 20 hari investasi awal sudah kembali, sedangkan BEP dicapai pada 4 tahun 1 bulan, dimana

description

bahan formal

Transcript of Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

Page 1: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG DI PROVINSI JAMBIBAB 1

PENDAHULUAN

Peluang usaha peternakan sapi potong di Provinsi Jambi cukup cerah. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan daging sapi Provinsi Jambi pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 26.588,46 ton berdasarkan standar gizi konsumsi daging. Kebutuhan daging sapi setiap tahunnya terus meningkat pesat, sementara produksi daging sapi jauh lebihkecil, sehingga pemenuhan kebutuhan selalu negatif, kekurangan produksi daging tersebut sebagian besar (± 70 %) didatangkan dari luar Provinsi Jambi.

Konsumsi daging sapi/kerbau masyarakat Jambi pada tahun 1997 sebesar 9,1 kg/kapita/tahun, tahun 2004 konsumsi sudah mencapai 10,15 kg/kapita/tahun (BPS Provinsi Jambi, 2005), artinya konsumsi daging mengalami peningkatan sebesar 1,05 kg/kapita, dan diperkirakan konsumsi daging sapi/kerbau akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Dengan demikian usaha peternakan sapi potong di Provinsi Jambi sangat potensi dan sangat layak (feasible) untuk diusahakan.

Berdasarkan analisis dari aspek ekonomi, finansial dan produksi, dengan investasi di usaha peternakan sapi potong sebesar Rp. 546,4 juta, dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp. 652,8 juta dengan timgkat keuntungan mencapai Rp. 29,4 juta. Pada tahun ke 2 usaha peternakan sapi potong ini diproyeksikan sudah memperoleh laba sebesar Rp. 106,4 juta, dengan nilai IRR lebih besar tingkat dari tingkat bunga komersil 18 persen per tahun, maka IRR lebih besar dari tingkat bunga sosial. NPV kumulatif juga bernilai positif setelah proyek bejalan 5 tahun yaitu Rp 267,49 juta, dan Gross B/C ratio diperoleh sebesar 1,1507 dan Pay Back Period adalah 3,859 atau 3 tahun 9 bulan 20 hari investasi awal sudah kembali, sedangkan BEP dicapai pada 4 tahun 1 bulan, dimana arus penerimaan sudah dapat menutupi segala biaya operasidan pemeliharaan serta biaya modal lainnya, pada harga jual sapi Rp 3,4 juta per ekor.

1.1. Latar Belakang.

Salah satu kebijakan ekonomi yang sangat strategis dalam rangka mempercepat laju pertumbuhan ekonomi daerah adalah melalui peningkatan investasi. Untuk itu, upaya menarik investor untuk berinvestasi perlu dilakukan. Kebijakan yang dimaksud harus mengarah pada dua aspek.

Pertama dari aspek internal, menciptakan kondisi yang kondusif bagi investor untuk berinvestasi, baik melalui instrumen kebijakan/peraturan daerah maupun dengan penyediaan sarana dan prasarana penunjang aktivitas investasi itu sendiri. Kedua dari aspek eksternal yaitu dengan memberikan informasi kepada pihak luar mengenai peluang dan potensi investasi yang tersedia di daerah.

Page 2: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

Berkenaan dengan hal tersebut, untuk Provinsi Jambi saat ini sedang dikembangkan komiditi unggulan yang berbasis pada kegiatan produksi khususnya pada Usaha Peternakan. Usaha peternakan merupakan salah satu peluang usaha yang sangat berprospek di Jambi, karena tingkat permintaan dan potensi peternakan di beberapa daerah sangat baik.

Salah satu peluang petani dalam mengembangkan usahanya dimasa sekarang dan yang akan datang adalah pemeliharaan ternak sapi potong. Hal ini mengingat permintaan pasar setiap tahunnya semakin meningkat, seiring dengan lajunya pertumbuhan penduduk dan tingginya kesadaran masyarakat akan gizi.

Pembangunan subsektor peternakan di Provinsi Jambi, khususnya ternak sapi potong sudah berkembang dengan baik. Pembangunan ini sejalan dengan program "Swasembada Daging 2005" yang telah dicanangkan secara nasional dengan sasaran penurunan impor sapi sebesar 108.000 ekor selama kurun 2000-2005. Kegiatan prioritas yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jendral Produksi peternakan guna mendukung program tersebut adalah peningkatan produktivitas sapi potong (Ditjen Peternakan 2000a).

Peternakan sapi potong di Kecamatan Rimbo Bujang (Kabupaten Tebo) dan Kecamatan Pemenang (Kabupaten Merangin) relatif memiliki potensi pasar. Peluang pasar yang dapat dimanfaatkan , terutama untuk memenuhi kebutuhan daging di Kota Jambi sebesar 3100 ekor sapi pertahun. Di samping itu, kebutuhan daging untuk Provinsi Sumatera Barat melalui pasar ternak Pelangki:" Kabupaten Sawahlunto Sijunjung. Sedangkan untuk Batam terbuka peluang pasar sebesar 2500 ekor sapi pertahun yang dapat dipasarkan melalui Kuala Tungkal dan Pelabuhan Muara Sabak.

1.2. Maksud dan Tujuan

a.Untuk melihat peluang usaha peternakan sapi potong di Provinsi Jambi dari aspek produksi dan peluang pasar.b.Untuk menghitung secara teknis dan finansial kelayakan usaha peternakan sapi potong untuk di kembangkan di Provinsi Jambi.

1.3. Kegunaan

a Memberikan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat dan dunia usaha yang berminat untuk berinvestasi pada usaha peternakan sapi potong di Provinsi Jambi.b. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah, Masyarakat dan Dunia Usaha dalam menetapkan kebijakan dan pilihan berusaha (berinvestasi) terutama di sektor usaha peternakan sapi potong di Provinsi Jambi.

BAB II

ANALISIS ASPEK PRODUKSI DAN FINANSIAL

USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG DI PROVINSI JAMBI

2.1. Potensi Peternakan Sapi Potong

Page 3: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

Kabupaten Tebo, Merangin dan Muaro Jambi, merupakan daerah yang diperuntukkan bagi pengembangan peternakan terutama sapi potong. Ketiga daerah ini sudah mencadangkan lahan seluas 151.640 ha yang cocok dengan peternakan, khususnya ternak sapi potong. sedangkan potensi sumberdaya yang telah dimanfaatkan relatif kecil. Potensi sapi potong yang baru dimanfaatkan sebesar 9.188 ekor (3,5 % dari seluruh ternak yang ada di Kecamatan Rimbo Bujang). Dengan relatif kecilnya populasi ternak sapi potong ini berindikasikan pada relatif kecilnya jumlah lahan yang telah digunakan dan jumlah pekan ternak yang dibutuhkan.

Dari hasil survey, ternak sapi potong yang dipelihara hanya memerlukan areal seluas ± 100 ha, sedangkan areal yang bisa digunakan untuk kegiatan peternakan seluas 35.746 Ha (hanya untuk Kec. Rimbo Bujang).Dari gambaran diatas terlihat bahwa sumberdaya yang telah dimanfaatkan adalah relatif kecil bila dibandingkan dengan potensi sumberdaya yang ada. Jika diasumsikan bahwa setiap kepala keluarga mampu memelihara ternak sapi potong 4-5 ekor. Asumsi ini didasarkan padaa.Lahan yang akan digunakan untuk memelihara ternak cukup tersedia yaitu seluas ± 35.000 Ha dari 35.746 Ha yang disediakan untuk kegiatan peternakanb.Tenaga kerja yang diperlukan juga cukup tersedia yaitu sebesar 22.102 KK dari 27.987 KKc. Pakan ternak baik dari kebun bibit HMT, bibit rumput Gemmarampak maupun Intensifikasi HMT cukup tersedia.Dengan demikian potensi sumberdaya ternak sapi potong yang belum dimanfaatkan sekitar 25.812 ekor.

2.2. Lokasi

Alternatif lokasi untuk usaha peternakan sapi potong berada di dua Kawasan Sentra Produksi yaitu Rimbo Bujang Kabupaten Tebo dan di Pemenang Kabupaten Merangin. Untuk Kawasan Rimbo Bujang, rencana pengembangan usaha peternakan tersebar beberapa desa yaitu Wanareja dan Rimbo Mulyo.

Pada kawasan Pamenang, lokasi alternatif tersebar 5 desa yaitu desa Pinang Merah, Mampun Batu, Rasau, Bukit Bungkul, dan Tambang Emas. Populasi sapi pada 5 lokasi tersebut sejumlah 4.731 ekor sapi dan masih potensial untuk dikembangkan menjadi sentra produksi sapi potong sebanyak 5.563 ekor sapi.

Pada Zona Inti Kawasan Agropolitan Kabupaten Muaro Jambi lokasi alternatif untuk pengembangan ternak sapi terdapat di Tangkit Baru, Tarikan, Petaling dan Sungai Gelam. Dilihat dari ketersediaannya rumput dan luas lahan lokasi tersebut mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan peternakan. Rumput pekan ternak tersedia dimana -mana Desa Tangkit Baru mempunyai limbah nenas yang banyak dan dapat digunakan untuk pakan ternak penggemukan. Populasi sapi di empat lokasi yang masuk dalam kawasan Agropolitan tersebut diperkirakan mencapai 1000 ekor, dan sangat potensi untuk memasok sapi potong ke Kota Jambi, karena jaraknya relatif dekat dan sudah ada pasar ternak di daerah tersebut.

Page 4: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

Tabel2.1Pengembangan Sektor/Komoditi Unggulan Peternakan Pada Zona 3 Kawasan Angropolitan Kabupaten Muaro Jambi, Kawasan Sentra Produksi Rimbo Bujang Kabupaten Tebo dan Kawasan Sentra Produksi Pamenang Kabupaten Merangin Tahun 2005.

No Uraian Sasaran Pengembangan

1.Komoditas Unggulan Peternakan Ternak Sapi

2.Lokasi Pengembangan

Kab. Muaro Jambi, Kec. Kumpeh dan Kumpeh Ulu (Zona 3 Kawasan Agropolitan)

a. Desa Puding bagian Barat dan Timur

b. Desa Pilau Mentaro Bagian Barat

c. Desa Pemunduran

Kab. Tebo, Kec. Rimbo Bujang (Kawasan Sentra Produksi, atau KSP Rimbo Bujang

a. Desa Wanareja

b. Desa Rimbo Mulyo

Kab. Merangin, Kec. Pamenang (Kawasan Sentra Produksi, atau KSP Pamenang)

a. Desa Pinang Merah

b. Desa Mampun Batu

c. Desa Rasau

d. Desa Bukit Bungkul

e. Desa Tambang Emas3. Potensi Sumber Daya Alam 

Dukungan lahan kering, potensi rumput alam, potensi limbah tanaman pangan dan palawija.4. Sistem Pengelolaan Ternak 

1. Sistem Penggemukan atau Sistem Intensif di Kandang

2. Sistem Semi Intensif dengan Ternak diikat pada pandang pengembalaan5. Lahan yang diperlukan 300 Ha6. Lahan yang tersedia 

a.

Page 5: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

b.

c.

Zona 3 Kawasan Agropolitan Kab. Muara Jambi untuk pengembangan Lahan Peternakan seluas 27.000 Ha.

Kawasan Sentra Produksi (KSP) Rimbo Bujang untuk pengembangan lahan peternakan seluas 35.746 Ha

Kawasan Sentra Produksi (KSP) Pamenang untuk pengembangan lahan peternakan 34.600 ha7. Status tanah dan peruntukan (RT RW) 

·

·

·

Zona 3 Kawasan Agropolitan Kab. Muara Jambi sebagai Pengembangan Komoditi Unggulan Peternakan.

Kawasan Sentra Produksi (KSP) Rimbo Bujang sebagai pengembangan lahan peternakan

Kawasan Sentra Produksi (KSP) Pamenang untuk pengembangan lahan peternakan.8. Kendala 

·

·

·

·

Kurang modal

Kurang tenaga penyuluh peternakan

Kurang bibit yang berkualitas dengan harga murah

Pasar ternak belum kompetitif9. Solusi 

·

·

Page 6: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

·

·

Kredit peternakan melalui perbankan

Penambahan tenaga penyuluh peternakan

Penyediaan bibit yang berkualitas dengan harga yang terjangkau peternak

Membangun pasar peternakan agar lebih kompetitif

2.3. Luas Lahan dan Bangunan serta Fasilitas Penunjang

Luas Ideal untuk satu unti usaha penggemukan sapi potong minimum 3.500 M2. Dilahan seluas ini dapat dibangun satu unit perkandangan yang terdiri dari 4 kelompok kandang penggemukan. Setiap kelompok kandang terdiri dari 24 kandang tunggal atau seluruhnya terdapat 96 kandang tunggal. Setiap kandang tunggal digunakan untuk seekor sapi bakalan yang akan digemukan.

Dengan jumlah 96 kandang tunggal maka penyediaan fasilitasn penunjang seperti tempat timbang sapi, tempat karantina, gudang untuk penyimpan bahan pakan, kantor, dan tempat penjemuran jerami lebih efektif. Sarana penunjang yang diperlukan untuk mendukung berdirinya kegiatan usaha peternakan sapi potong adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2. Fasilitas Penunjang Kandang Sapi Yang Diperlukan.

Fasilitas Kelengkapan 

Bentuk

Kapasitas

1. Kandang Sapi Sirkulasi 

Kandang Sapi 

Bangunan

96 ekor sapi/unit

2.Administrasi dan Pengolahan 

Page 7: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

· Kantor administrasi

· Gudang

· Dapur pengolahan

· WC

Bangunan Terpadu

· 10 pegawai

· 5 pegawai

3Penjemuran jerami 

· Tempat jemur

· Tempat penampungan

· Pengolahan jerami kering

· Terbuka

· Bangunan

· Bangunan

4. Penampungan sementara 

· Tempat turun sapi

· Sterilisasi

· Timbangan

· Penampungan sementara

· Terbuka

· Kolam sapi

· Timbangan

Page 8: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

· Lahan terbuka

· Fleksible

· 2 ekor sapi

· 1 ekor sapi

· 20-30 ekor sapi

5.Isolasi dan perawatan 

· Kandang isolasi

· Kandang rawat

· Bangunan

· Bangunan

· Disesuaikan

· Disesuaikan

6.Pengolahan pupuk 

· Bangunan pengolahan

· Penampungan sementara

· Tempat penjemuran

· Bangunan

· Terbuka

· Terbuka

7.Pengolahan limbah 

· Kolam penampungan

· Kolam penyaringan

Page 9: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

· Kolam ikan

· Sumur peresapan

Kolam terbuka dan terpadu

8.Air minum dan mandi 

· Sumur pompa atau sumur bor

· Kamar dan Bak mandi

· Disesuaikan9. Listrik 

· Kantor

· Gudang

· KandangMesin diesel atau jaringan PLN · Disesuaikan10. Jalan 

· Jalan utama

· Parkir

· Sirkulasi antar bangunanAspal dan ada saluran airnya · Sesuai kebutuhan11. Transportasi 

· Angkutan sapi

· Angkutan makanan sapiMobil bak terbuka (Pick up) · 1 Unit

2.4 Analisis Produksi

2.4.1 Seleksi Sapi Bakalan

Sapi yang akan digemukkan haruslah diseleksi agar produksinya maksimal. Ada bebrapa metode seleksi yang dapat dilakukan, yaitu: 1. Penilaian

Page 10: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

2. Silsilah3. Penampilan atau Perfomans4. Test produksi

Metode yang paling sederhana yang dapat dilakukan untuk seleksi sapi bakalan adalah metode penilaian visual. Hal-hal yang dinilai adalah.

a. Rentangan badan : Dilihat dari samping, semakin panjang rentangannya semakin baik, berarti banyaknya otot yang bisa melekat juga lebih besar.b. Bagian belakng : Dilihat dari belakang, semakin lebar panggul semakin baikc. Bagian dada (Brisket) : Dilihat dari depan

Sapi yang baik untuk penggemukan adalah sapi dengan tulang yang besar/tebal dan dapat berdiri tegak, hal ini menunjukkan ketebalan otot-otot yang akan melekat setelah masa/periode penggemukan. Otot yang tebal berkorelasi positif terhadap bobot berkas sapi.

Sapi bakalan untuk penggemukan adalah yang berada pada masa pertumbuhan (kurang dari satu tahun) agar dapat menunjukkan performa produksi yang maksimal.

2.4.2. Teknis Budidaya

Sapi-sapi lokal yang terdapat di Indonesia, kesemuanya dapat digunakan untuk penggemukan, akan tetapi tidaklah semua jenis sapi itu mempunyai prospek yang sama untuk digemukkan. Pada bagian berikut akan di deskripsikan hal-hal yang berkenaan dengan usaha penggemukkan sapi dalam usaha peternakan sapi potong.

Berbagai Sistem Penggemukkan :

Ada beberapa sistem penggemukan yang digunakan untuk sapi, diantaranya adalah :

a. 

Pasture Fettening

Merupakan suatu sistem penggemukan sapi yang dilakukan dengan cara menggembalakan sapi di padang pengembalaan. Teknik pemberian pakan dalam sistem ini adalah dengan pengembalan.b. 

Dry Lot Fattening

Merupakan suatu sistem penggemukkan sapi dengan pemberian ransum atau pakan yang mengutamakan biji-bijian, seperti jagung, sorgum atau kacang-kacangan. Namun belakangan

Page 11: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

ini penggemukan sapi dengan sistem ini bukan hanya memberikan satujenis biji-bijian saja, tetapi sudah merupakan suatu bentuk yang diformulasi dari berbagai jenis bahan pakan konsentrat.c. 

Kombinasi Pasture dan Dry Lot Fattening

Di daerah tropis, pada musim banyak produksi hijauan ataupun rumput, penggemukan sapi dilakukan dengan pasture, pada musim tertentu sepeti pada musim kemarau, sewaktu produksi hjauan sudah sangat menurun, penggemukan sapi diteruskan dengan sistem Dry Lot.

Pembuatan Kandang

Beberapa syarat pembuatan kandang sapi untuk penggemukan :- 

Memberi kenyamanan bagi sapi-sapi yang digemukkan dan bagi sipemelihara ataupun pekerja kandang.- Memenuhi persyaratan bagi kesehatan sapi- Ventilasi atau pertukaran udara yang sempurna- Mudah dibersihkan- Bahan-bahan yang digunakan dapat bertahan lama, tidak mudah lapuk, dan biayanya relatif murah dan terjangkau oleh peternak pada umumnya.- 

Tidak ada genangan air di dalam maupun luar kandang

Kontruksi Kandang

Sebaiknya dipilih bahan-bahan yang bersifat tahan lama, tidak menimbulkan refleksi panas terhadap sapi yang ada dalam kandang. Lantai kandang dapat dibuat dari semen, papan/kayu, atau tanah yang dipadatkan. Untuk dinding kandang disarankan dibuat hanya pada daerah-daerah yang banyak angin dan angin tertiup keras. Atap kandang, dapat berupa genting, daun tebu, daun kelapa, daun umbia, alang-alang atau ijuk. Tempat ransum dan air minum, dapat dibuat dari tembok beton dengan lubang permukaan air pada bagian bawah dan sebaiknya dibuat cekung.

Ukuran Kandang

Ukuran kandang untuk satu ekor sapi dewasa adalah sebagai berikut :

Panjang dan lebar lantai 2,10x1,45 m untuk sapi-sapi eks impor. Untuk sapi perah jantan panjang tempat ransum beserta aiir minum adalah selebar tempat sapi yaitu sekitar 1,45-1,50 m, tempat ransum panjangnya 25-100 cm, lebar 50 cm dan kedalamannya 40 cm. Panjang tempat air minum adalah 45-55 cm, lebar 50 cm dan kedalamannya 40 cm. Pada bagian belakang sapi dibuat selokan dengan lebar sekitar 25-30 cm dan kedalaman 15-20 cm. Jalan samping antara jalan kedua baris sapi pada kandang tipe ganda harus dibuat dengan lebar 1

Page 12: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

m.

2.5. Analisis Ekonomi

Untuk menetukan layak atau tidaknya pengembangan industri ini, pendekatan analisis data lebih diarahkan pada finansial. Analisis kelayakan Finansial merupakan salah satu bagian dari analisi proyek yang memandang kelayakan dari aspek badan atau perorangan yang menanam modal (Kadariah, 1986). Penanaman modal ini merupakan kegiatan investasi yang berkaitan dengan peningkatan kinerja perusahaan diantaranya penggunaan alat-alat dan teknologi yang lebih maju.

Pujosumarto (1985) menyatakan bahwa analisis finansial merupakan analisis yang berhubungan dengan perbandingan antara pengeluaran dan pemasukan uang.

Menurut Jamin (1983) dan Yacob Ibrahim (2003), bahwa langkah-langkah yang diperlukan dalam proses analisis finansial adalah :

1.Menentukan :a. rencana penjualan per-satuan waktu (tahun)b. hasil-hasil pendapatan lainnya setiap tahunc. biaya-biaya yang mencakup- biaya operasional- penyusutan- pembayaran hutang/kredit dan- pajak

2. Mengidentifikasikan biaya dan manfaatBiaya proyek digolongkan menjadi :a. Investasi: merupakan biaya tetap yang dikeluarkan untuk investasi (sebelum beroperasi, misalnya untuk tanah, konstruksi, peralatan dan sebagainya).b. Biaya operasi/produksi dan pemeliharaan, diantaranya bahan baku, bahan penolong, air, listrik, telpon, bahan baku, peralatan kantor, pemeliharaan mesin/pabrik, gaji/upah dan lain-lain. Biaya operasi digolongkan dalam biaya variabel atau modal kerja.

2.5.1. Analisis Kelayakan proyek

A. Manfaat Ekonomis.

Usaha peternakan sapi potong membutuhkan investasi awal sebesar Rp. 77.000.000 untuk 192 ekor sapi. Peternakan sapi potong pada tahun kedua sudah dapat mendatangkan hasil. Sedangkan biaya operasional yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp. 273.198.000,- selama 6 bulan atau Rp. 546.396.000,- untuk setiap tahun.

Dengan investasi tersebut peternakan sapi akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 652.800.000,- per tahun. keuntungan ini masih bisa digandakan dengan investasi yang sama.

Page 13: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

Data lebih informatif dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut :

Penjualan Lama/Frekuensi Kuantitas Harga/Unit JumlahSapi Potong 1 Tahun 192 3.400 652.800

B. Keburuhan Biaya.Dalam memulai usaha baru secara ekonomis selalu ada dua jenis biaya yang mesti dipertimbangkan yaitu :

· Biaya investasi/modal

· Biaya operasional

Biaya investasi merupakan biaya awal yang harus dikeluarkan hingga proyek siap dijalankan. Sedangkan biaya operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan secara rutin setiap periode atau setiap tahunnya selama proyek memiliki umur ekonomis.

B.1. Biaya Investasi

Biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk peternakan sapi potong adalah sebesar Rp. 77.000.000,- dengan rincian pada Tabel 2.5 berikut:

Tabel 2.4. Biaya Investasi Awal Usaha Peternakan Sapi Potong (Rp. 000)

Investasi Awal Frekuensi Kuantitas Harga satuan Jumlah1. Lahan 2 12.000 24.0002. Kandang 1 1 48.000 48.0003. peralatan 

5.0005.000Total Investasi Awal 77.000

B.2. Biaya Operasional

Adapun besarnya biaya operasional adalah sebesar Rp.273.198.000,- setiap enam bulan atau sebesar Rp.546.396.000,- per tahun dengan rincian seperti terlihat pada Tabel 2.5 berikut :

Tabel 2.5 Rincian Biaya Operasional Usaha Peternakan Sapi Potong (Rp.000)

Biaya Operasional Frekuensi Kuantitas Harga Satuan Jumlah1. Bibit Sapi 96 2.200 211.2002. Buruh Tetap (Kepala) 6 1 750 4.5003. Buruh Tidak Tetap 6 7 650 27.3004. Pengobatan 6 1 300 1.8005. Ransum 1: Dedak 183 96 1 8.7846. Ransum 2: Ampas Tahu 183 25 1 5.490

Page 14: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

7. Ransum 3: Kulit Jagung 183 40 1 7.3208. Obat 1. Gayami 6 10 4 2409. Obat Mencret 6 6 4 14410. Obat Cacing 6 20 10 1.20011. Listrik 6 1 50 30012. Angkutan Bibit 0 96 20 1.92013. Biaya Asuransi 0 6 500 3.000Biaya Operasional Selama 6 Bulan 273.198Biaya Operasional Selama Setahun 546.396C. Umur Proyek

Penentuan umur proyek yang paling lazim dilakukan adalah dengan mengukur umur aset yang dipakai atau jumlah tahun pemakaian aset tersebut. Cara lain adalah dengan menggunakan umur dari unsur pokok investasi. Jadi, dari data yang dipeoleh dari survey dapat ditentukan bahwa umur proyek ini adalah 5 tahun.

2.5.2. Kelayakan Investasi

Analisis investasi digunakan untuk mengukur apakah suatu investasi yang akan dilakukan benr-benar memberikan hasil yang menguntungkan (mendatangkan laba). Analisis ini perlu dilakukan, karena nilai uang sangat dipengaruhi oleh waktu dan tingkat bunga. Nilai Rp. 1.000.000,- saat ini tidaklah sama dengan lima tahun mendatang. Nilai real Rp.1.000.000,- akan lebih kecil dari nilai nominalnya. Untuk itu, ada banyak peralatan yang bisa digunakan untuk mengukur kelayakan investasi, diantaranya adalah NPV (Net Present Value), Ratio B/C (ratio Benefit and Cost) dari IRR (Internal Rate Return). Sementara periode mengembalikan dapat diukur dengan menggunakan rumus Payback Periods. Selanjutnya juga akan dihitung Break Even Point (BEP) dan Analisis Sensitivitas.

2.5.3. Analisis Proyeksi Laba/Rugi Investasi Sapi Potong

Analisis Ini diperlukan untuk memberikan gambaran bahwa proyek tersebut sangat profitable yaitu membandingkan nilai profit per tahun dibagi capital dengan suku bungan bank per tahun.

Tabel 2.6. Proyeksi Laba/Rugi Investasi Usaha Sapi Potong ( Rp 000)

Uraian Tahun1 2 3 4 51. Pendapatan a. Penjualan Bersih 652.800 652.800 652.800 652.800 652.800b. Salvage Value 45.0002. Total Pendapatan 652.800 652.800 652.800 652.800 697.8003. Pengeluaran 591.596 514.596 514.596 514.596 514.5964. Laba Kotor 61.204 138.204 138.204 138.204 183.2045. Gaji dan Upah 31.800 31.800 31.800 31.800 31.8006. Laba 29.404 106.404 106.404 106.404 151.404

2.5.4. Analisis NPV (Net Present Value)

Page 15: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

NPV atau nilai bersih sekarang adalah alat yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari laba suatu investasi apakah investasi tersebut memberi keuntungan atau bahkan sebaliknya. NPV dihitung dengan cara menghitung nilai sekarang laba (nilai sekarang pendapatn dikurangi nilai sekarang investasi / biaya operasional) tahun pertama hingga tahun terakhir umur proyek invastasi. kemudian nilai sekarang laba tahun pertama hingga tahun terakhir dijumlahkan. Proyek investasi ini baru layak dijalankan (GO) jika total nilai sekarang laba lebih besar dari 0 (Nol).

Rumus yang digunakan untuk NPV adalah sebagai berikut :

NPV = Σ BT - CT - KT

t=1 (1 + i ) TK = 

Merupakan modal yang digunakan pada periode Investasi (Biaya Investasi).B1-n = Penerimaan dari tahun ke 1 sampai tahun ke nC1-n = Pengeluaran dari tahun ke 1 sampai tahun ke n (Biaya Operasional)n = Jangka waktu proyek

Hasil dari perhitungan NPV nya dapat dilihat pada Tabel 2.7 berikut :

Tabel 2.7. Hasil NPV saha Peternakan Sapi Potong (Rp. 000)

Tahun Ke Pendapatan Biaya Laba Diskon Faktor NPV NPV Akumulatif1 652.800 623.396 29.404 0,84746 24.919 24.9192 652.800 546.396 106.404 0,71818 76.418 101.3363 652.800 546.396 106.404 0,60863 64.761 166.0974 652.800 546.396 106.404 0,51579 54.882 220.9795 652.800 546.396 106.404 0,43711 46.510 267.489455.020 267.489 

Berdasarkan Tabel 2.7 dapat dilihat, bahwa hasil perhitungan Net Present Value (NPV) = Rp. 267.489.000. Berarti NPV > 0 dengan demikian proyek ini layak untuk di usahakan di Provinsi Jambi.

2.5.5. Analisis Gross Benefit Cost Ratio (Rasio B/C)

Rasio Gross B/C adalah rasio dari pendapatan (B=Benefit) dibandingkan dengan biaya (C=Cost) yang telah dihitung nilai sekarangnya (telah didiscount factor). Analisis ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan analisis NPV. Proyek investasi baru layak dijalankan (go), jika rasio B/C lebih besar dari 1 (satu).

Rumus yang digunakan untuk Grodd B/C adalah sebagai berikut :

Page 16: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

Σ b1

Gross B/C Ratio = t=1 (1 + i ) t

n

Σ C1 + Kit =1 (1 + i ) t

Dimana :

K = 

Merupakan modal yang digunakan pada periode Investasi (Biaya Investasi).B1-n = Penerimaan dari tahun ke 1 sampai tahun ke nC1-n = Pengeluaran dari tahun ke 1 sampai tahun ke n (Biaya Operasional)

Hasil analisis Rasio Gross B/C dapat dilihat pada Tabel 2.8 berikut :

Tabel 2.8 Hasil analisis Rasio Gross B/C dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut :

Tahun Ke

PendapatanBiaya Laba Diskon Faktor PV Biaya PV Pendapatan1 652.800 623.396 29.404 0,84746 528.302 553.2202 652.800 546.396 106.404 0,71818 392.413 468.8313 652.800 546.396 106.404 0,60863 332.553 397.3144 652.800 546.396 106.404 0,51579 281.825 336.7075 652.800 546.396 106.404 0,43711 238.835 285.3451.773.928 2.041.417Benefit Cost Ratio 1,1507892Go

2.5.6. Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate Return menghitung tingkat bunga pada saat arus kas sama dengan 0 (nol) atau pada saat laba (pendapatan dikurangi laba) yang telah didiscount factor sama dengan 0 (nol). IRR ini berguna untuk mengetahui pada tingkat bunga berapa proyek investasi tetap memberikan keuntungan. Jika bungan sekarang kurang dari IRR maka proyek dapat diteruskan sedangkan jika bunga lebih dari IRR maka proyek investasi lebih baik dihentikan.

Rumus yang digunakan untuk IRR adalah sebagai berikut :

Page 17: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

IRR = i1 + NPV1 (i2 - i1)NPV1 - NPV2

IRR = Internal Rate Of Returni1 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1i2 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2NPV1 = NPV pada tingkat bunga i1NPV2 = NPV pada tingkat bunga i2

Hasil analisis IRR dapat diliha pada tabel 2.9 berikut :

Tabel 2.9 Hasil Analisis IRR Usaha Peternakan Sapi Potong (Rp.000)Tahun Ke Pendapatan Biaya Laba Diskon Faktor PV Laba Diskon Faktor PV Laba0 0 77.000 -77.000 1,00000 -77.000 1,00000 -77.0001 652.800 546.396 106.404 0,84746 90.173 0,76923 81.8492 652.800 546.396 106.404 0,71818 76.418 0,59172 62.9613 652.800 546.396 106.404 0,60863 64.761 0,45517 48.4314 652.800 546.396 106.404 0,51579 54.882 0,35013 37.2555 652.800 546.396 106.404 043711 46.510 0,26933 28.658455.020 255.744 182.154

Internal Rate of Return (IRR) = 52,75%

2.5.7. Pay Back Period (PBP)

Payback periode adalah jangka waktu yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya Investasi yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek.

Rumus payback periode adalah sebagai berikut :

n n

Σ Ii - Σ Bicp-1Pay back Period (PBP) = t=1 t=1

BP

Dimana :

Tp-1 = Tahun sebelum terdapat PBPIi = Jumlah investasi yang telah di-discountBicp-1 = Jumlah benefit yang telah di-discount sebelum pay back periodBp = Jumlah benefit pada pay back period berada.

Page 18: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

Tabel 2.10. Perhitungan Hasil Pay Back Period (PBP)

Tahun Ke Investasi awal Biaya Operasional Pendapatan Pendapatan Bersih DF 18% PV Investasi PV Biaya PV Benefit Net0 77.000 -77.000 1,00000 77.000 1 546.396 652.800 106.404 0,84746 463.047 553.2202 546.396 652.800 106.404 0,71818 392.413 468.8313 546.396 652.800 106.404 0,60863 332.553 397.3144 546.396 652.800 106.404 0,51579 281.825 336.7075 546.396 652.800 106.404 0,43711 238.835 285.34577.000 1.708.674 2.041.417

Pay Back Period3,8592 

Berdasarkan hasil perhitungan discount factor dalam tabel 2.10, didapat nilai pay back period sebesar 3,859 yang berarti pada tahun ke-3 bulan ke-9, semua investasi akan kembali.

2.5.8. Analisis Break Even Point (BEP)

Beak even adalah Suatu keadaan dimana seluruh penerimaan (Total Revenue, TR) hanya mampu menutup seluruh pengeluaran (Total Cost, TC), atau dengan kata lain bahwa Break Even akan terjadi keadaan dimana total Revenue = Total Cost atau TR = TCAsumsi yang digunakan adalah :· Harga Jual tidak berubah· Seluruh biaya dapat dibagi kedalam biaya tetap dan biaya variabel· Biaya variabel bersifat proporsional

Dalam unit Rumus BEP adalah sebagai berikut :

n n

Σ TCi - Σ Bicp-1BEP = t=1 t=1

BP

Dimana :

Tp-1 = Tahun sebelum terdapat BEPTCi = Jumlah investasi yang telah di-discountBicp-1 = Jumlah benefit yang telah di-discount sebelum Break Even PointBp = Jumlah benefit pada Break Even period berada.

Tabel 2.11. Perhitungan Hasil Break Even Point (BEP)

Tahun Total Cost Pendapatan Benefit Diskon Faktor TCi PV Pendapatan Bi0 77.000 -77.000 1,00000 77.000 0 -77.000

Page 19: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

1 546.396 652.800 106.404 0,84746 463.047 553.220 90.1732 546.396 652.800 106.404 0,71818 392.413 468.831 76.4183 546.396 652.800 106.404 0,60863 332.553 397.314 64.7614 546.396 652.800 106.404 0,51579 281.825 336.707 54.8825 546.396 652.800 106.404 0,43711 238.835 285.345 46.5101.785.674 2.041.417 255.744

Break Even Point (BEP) = 4,10.

Berdasarkan hasil perhitungan discount factor dalam tabel 2.10, didapat nilai break weven point sebesar 4,10 yang berarti pada tahun ke-4 bulan ke-1, terjadi titk pulang pokok atau TR=TC, sehingga pada tahun tersebut arus penerimaan dapat menutupi segala biaya operasional dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya.

2.5.9. Analisis Rate of Return on Investment (ROI)

Yaitu suatu analisis untuk mengetahui kemampuan modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor.

Rumus dari Rate of Return on Investment (ROI) adalah :

ROIPendapatan bersih x 100 %JUmlah Investasi

Pendapatan bersih = Rp. 106.404.000,-Jumlah investasi = Rp. 546.396.000,-

ROI 106.404.000 x 100 % = 19,47 %546.396.000

2.5.10. Analisis Sensitivitas Usaha Peternakan Sapi Potong

Analisis sensitivitas dilakukan untuk menguji apakah suatu usaha tetap layak dijalankan pada tingkat harga tertentu dengan menaikkan biaya secara periodik. Semakin tinggi sesitivitas suatu usaha maka akan semakin mudah usaha tersenut jatuh. Kelayakan dihitung dengan menggunakan NPV, Benefit Rasio dan IRR. Penguji usaha sapi potong ini, dilakukan dengan asumsi terjadi kenaikan biaya hingga 2 persen per tahun. HAsil penganalisaan dapat diamati pada tabel-tabel berikut :

Hasil penghitungan Analisis Sensitivitas Usaha Peternakan Sapi Potong:

Tabel 2.12. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk NPV (Rp. 000)

Tahun Ke Pendapatan Biaya Laba Diskon Faktor NPV NPV Akumulasi0 0 77.000 -77.000 1 -77.000 -77.0001 652.800 557.324 95.476 0,84746 80.912 3.912

Page 20: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

2 652.800 568.470 84.330 0,71818 60.564 64.4763 652.800 579.840 72.960 0,60863 44.406 108.8824 652.800 591.437 61.363 0,51579 31.651 140.5335. 652.800 603.265 49.535 0,43711 21.652 162.185

NPV yaitu GO363.664 162.185 

Berdasarkan Tabel 2.12 dapat dilihat, setelah dilakukan proyeksi kenaikan 2 persen pertahun, maka hasil perhitungan Net Present Value (NPV) masih relatif tinggi yaitu Rp. 162.185.000. Berarti NPV > 0 dengan demikian usaha peternakan sapi potong di Provinsi Jambi masih layak diusahakan.

Tabel 2.13. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Rasio Gross B/C (Rp.000)

Tahun Ke Pendapatan Biaya Laba Diskon Faktor PV Biaya PV Pendapatan0 0 77.000 -77.000 1 77.000 01 652.800 557.324 95.476 0,83333 464.437 544.0002 652.800 568.470 84.330 0,69444 394.771 453.3333 652.800 579.840 72.960 0,57870 335.555 377.7784 652.800 591.437 61.363 0,48225 285.222 314.8155 652.800 603.265 49.535 0,40188 242.439 262.3461.799.424 1.952.272

B/C Ratio Yaitu GO

Benefit Cost Ratio1,0849425

Dengan kenaikan biaya produksi 2 persen pertahun, maka nilai B/C ratio menurun dari 1,15078 menjadi 1,08449 namun nilainya masih berada diatas 1. Hal ini mengindikasikan usaha peternakan ini masih layak untuk diusahakan.

Tabel 2.14. Hasil Analisis IRR Usaha Peternakan Sapi Potong (Rp.000)

Tahun

KePendapatan Biaya Laba Diskon Faktor 1 PV Laba 1 Diskon Faktor 2 PV Laba 20 0 77.000 -77.000 1 -77.000 1 -77.0001 652.800 480.324 172.476 0,84746 146.166 0,76923 132.6742 652.800 579.840 72.960 0,71818 52.399 0,59172 43.1723 652.800 591.437 61.363 0,60863 37.348 0,45517 27.9314 652.800 603.265 49.535 0,51579 25.549 0,35013 17.3435 652.800 615.331 37.469 0,43711 16.378 0,26933 10.092

Page 21: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

393.804

277.840

154.211Internal Rate of Return (IRR) 38,23

Dengan usaha peternakan sapi pada tingkat harga jual Rp.3.400.000 per ekor usaha ini layak untuk dijalankan, jika terjadi kenaikan biaya produksi hingga 2% per tahun. Namun bila kenaikan biaya lebih dari 5% maka usaha ini kurang layak untuk dijalankan. Namun sensitivitas ini dapat diturunkan dengan menaikan harga jual.

2.6. Aspek Pemasaran

Konsumsi daging sapi/kerbau masyarakat Jambi pada tahun 1997 sebesar 9,1 kg/kapita/tahun, sedangkan Nasional Gizi (SGN) untuk per pelita II sebesar 10,11 kg/kapita/tahun (Widya Karya Pangan dan Gizi, 1995).Pada tahun 2004 berdasarkan data statistik kebutuhan konsumsi penduduk perkapita daging sapi segar adalah 10,15 kg/tahun.

Dengan demikian kebutuhan akan daging sapi segar per kapita/tahun penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2005 sebesar 2.619.553 jiwa x 10,15 kg/tahun=26.588,46 ton/tahun, sedangkan produksi diperkirakan hanya 3.900 ton, jika standar gizi ini digunakan, maka kekurangan daging sapi diprovinsi jambi relative besar yaitu 22.688 ton pada tahun 2005 ini.

Tabel 2.15. Kebutuhan Daging per Kapita/Tahun di Provinsi Jambi Tahun 2004 (Berdasarkan standar gizi konsumsi)

No Kab. /Kota Jumlah Penduduk Jumlah Kebutuhan per-kapita/tahun (kg) Jumlah Kebutuhan Kab. /Kota per tahun (ton)1 Kerinci 303.120 10,15 3.076,672 Jambi 451.968 10,15 4.587,483 Batanghari 209.817 10,15 2.129,644 Muaro Jambi 274.691 10,15 2.788,115 Bungo 241.392 10,15 2.450,136 Tebo 235.206 10,15 2.387,347 Merangin 275.534 10,15 2.796,678 Sarolangun 195.909 10,15 1.988,489 Tanjab Barat 228.514 10,15 2.319,4210 Tanjab Timur 203.402 10,15 2.064,53Provinsi Jambi 2.619.553 10,15 26.588,46Sumber : Disperindag provinsi Jambi, BPS Provinsi jambi 2005 (data diolah)

Kebutuhan daging sapi pada tahun 2002 dipasok dari luar sebesar 40%, tahun 2003 pasokan dari luar terus meningkat menjadi 67%. Keadaan ini menunjukan peningkatan kebutuhan daging sapi di Jambi, tidak diikuti dengan produksinya, sehingga ketergantungan pasokan

Page 22: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

dari daerah lain terus maningkat. Gambaran ini dapat disimpulkan, bahwa prospek usaha peternakan di Provinsi jambi sangat potensi dan menguntungkan.

Pada Tabel 2.16 dibawah dapat dilihat perkembangan populasi sapi di Provinsi Jambi, dimana selama periode 1999-2004 pertumbuhan rata-rata populasi ternak sapi mengalami penurunan sebesar 1,39 persen pertahun.

Tabel 2.16 : Perkembangan Populasi Ternak di Prov. Jambi 1999-2004 (ekor).

JENIS TERNAK 1999 2000 2001 2002 2003 2004 GR (%)Sapi Potong 150.253 142.054 138.398 141.600 145.32 150.220 -1,39Kerbau 77.322 70.102 68.003 69.713 70.157 70,715 -1,77Kambing 120.340 122.386 122.664 126.796 126.796 129,020 1,40Domba 48.220 45.701 45.70 45.532 45.532 45,915 -0,96Babi 13.905 13.446 12.440 11.309 11.309 20.952 8,55Ayam Buras 3.994.049 4.195.949 3.124.160 3.439.960 3.809.866 4.190.853 0,97Ayam Broiler 2.817.880 4.793.997 5.574.160 5.424.441 6.463.799 6.890.903 19,58Ayam Petelur 205.163 268.497 286.133 445.453 589.576 848.989 32,85Itik 625.627 628.169 439.428 496.798 709,396 900,993 7,57Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jambi Tahun 2005.

Tabel 2.16 juga memperlihatkan ternak lain seperti kerbau dan domba juga mengalami penurunan populasi. Bila dikaitkan dengan kebutuhan daging perkapita, pada tahun 1997 hanya sebesar 9,1 kg/kapita/tahun, kemudian meningkat menjadi 10,15 kg/kapiata/tahun pada tahun 2004. Keadaan ini mengindikasikan investasi dibidang usaha peternakan sapi potong di Jambi sangat menguntungkan, sejalan dengan peningkatan pendapatan dan konsumsi masyarakat terhadap daging sapi yang terus meningkat.

2.7. Aspek Lingkungan

Secara geografis ketiga kabupaten yang ditawarkan untuk investasi usaha peternakan sapi potong sangat sesuai dan mempunyai potensi yang besar di masa depan. Potensi sumber daya alam berkaitan dengan potensi hijauan pakan ternak, seperti pada padang pengembalaan alami diman lahan yang ditumbuhi hijauan alami pada daerah rawa-rawa maupun lahan kering banyak terdapat disekitar tempat-tempat pengembalaan sapi.

Bila dibandingkan antara luas wilayah dengan jumlah penduduk pada masing-masing desa, maka kepadatan penduduk terhadap wilayah menunjuka proposi yang masih cukup luas, artinya kepadatan per wilayah untuk setiap orang masih luas. Dampak luasnya wilayah tersebut, maka sektor ketenagakerjaan masyarakat semakin berpeluang dalam berusaha tani maupun beternak untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada. 

Seperti daerah-daerah lainya, maka daerah yang ditawarkan untuk pengembangan usaha ternak sapi potong tersebut sebagian besar (82%) bekerja disektor pertanian. Sektor ini akan berperan terhadap ekonomi rumah tangga petani dan membentuk struktur perekonomian wilayah pengembangan peternakan sapi potong tersebut.

Page 23: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

Tabel 2.17 : 

Karakter Lahan dan kesesuaian Lingkungan untuk Usaha pengembangan Sapi Potong di Provinsi Jambi.

Uraian Karakter LahanLahan Basah Kering Lahan Kering Lahan KeringTopografi 0-100 M dpi 100-500 M dpi >100 mHIdrologis Dengan genangan air, tanda hujan, semi tergenagng. Tidak pernah tergenang. Tidak pernah tergenang.Vegetase Hutan alam dan produksi, rawa-rawa, rumput alam, swah tadah hujan dan irigasi. Hutan Produksi, perkebunan tetap, semak belukar. Suaka alam dan hutan produksi, perkebunan teh, semak belukar.Komoditas ternak Unggulan Padang pengembalaan, rumput alam, hijauan pakan ternak, ternak kerbau dan sapi. Rumput alam, hijauan pakan ternak, ternak sapi. Sayur-mayur, dan buah-buahan, hijauan pakan ternak, ternak kambing.Wilayah Cakupan Zona 3 Kawasan Agropolitan Kab. Muaro Jambi untuk usaha pengembangan peternakan. Kawasan Sentra Produksi (KSP) untuk peternakan sapi dan kambing yaitu KSP Rimbo Bujang dan Pamenang. Sebagian kabupaten Merangin dan seluruh wilayah kabupaten Kerinci.

Dari aspek budaya (Culture) masyarakat diwilayah pengembangan peternakan sapi potong tersebut sangat lekat dengan usaha ternak, terutama kerbau dan sapi, karena disamping sumber pendapatan utama, sapi dan kerbau tersebut juga digunakan untuk membajak sawah dan mengangkut hasil pertanian kerumah dan ke kota kecamatan untuk dipasarkan.

Dengan demikian aspek budaya dan etos kerja yang gigih dari masyarakat diwilayah pengembangan usaha peternakan sapi potong yang ditawarkan tersebut sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mendukung usaha peternakan sapi potong tersebut.

2.8. Aspek Legalitas

Meliputi keseluruhan perijinan dan lembaga yang berwenang memberikan izin berikut dengan waktu yang diperlukan.

Tabel 2.18. 

Jenis Perijinan dan Lembaga yang Berwenang Memberikan Izin serta Waktu yang Perlukan Dan Perkiraan Biaya yang Dibutuhkan Untuk Investasi Di Provinsi Jambi Tahun 2005.

Jenis Perijinan Lembaga Yang Berwenang Waktu Yang Diperlukan Perkiraan Biaya Yang Muncul Keterangan

Ijin Pusat

Page 24: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

- SP Penanaman Modal BKPM 10 Hari Kerja Rp. 1.000.000 Biaya Untuk Pengecekan Lapangan- APIT BKPM/Bea Cukai 10 Hari Kerja Rp. 1.000.000- RPTK BKPM/BPMPD Depnakertrans 10 Hari Kerja Rp. 1.000.000- SP Pabean brg Modal BKPM/Bea Cukai 10 Hari Kerja Rp. 1.000.000- SP Pabean Bahan Baku BKPM/Bea Cukai 10 Hari Kerja Rp. 1.000.000- IUT BKPM/Departemen Terkait 10 Hari Kerja Rp. 1.000.000Ijin Daerah - Lokasi Kantor Pertanahan 30 Hari Kerja Retribusi daerah 1 s/d 100 ha yaitu 5000/ha Retribusi Leges Rp. 500.000,- - IMB Kadis Perkotaan, Pasar dan Pertamanan 12 Hari Kerja Kandang Ternak Rp. 800/M2 Tergantung Kabupaten/Kota dan Jenis Usaha- HO Setda Kabupaten bagian Perekonomian 7 Hari Kerja Tarif Lingkungan X Luas ruang X Indeks Lokasi X Indeks Gangguan Tarif diatas luas 100 M2 = Rp. 150/M2 Indeks Gangguan 2 Indeks lokasi 2- Amdal Bappelda 30 Hari Kerja Jenis dan skala Usaha serta lokasi - Izin Usaha Peternakan Kadis Pertanian, Perikanan dan Peternakan 15 hari Kerja Retribusi Leges Rp. 3.000 Fasilitas yang diperoleh Bea Cukai BKPM 10 Hari Kerja Keringanan bea masuk atas pengimporan brg modal atau bhn baku/penolong dan fasilitas fiskal lainnya. 

BAB IIIPENUTUP

Usaha peternakan sapi potong pada tingkat harga jual Rp.3.200.000 sampai Rp.3.400.000 per ekor, jika terjadi kenaikan biaya produksi hingga 2% per tahun. Namun bila kenaikan biaya produksi lebih dari 5% per tahun, maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Namun harga jual ini perkirakan mengalami kenaikan, sejalan dengan meningkatnya harga kebutuhan pokok sehari-hari, karena kenaikan harga BBM yang mencapai 85 persen per 1 Oktober 2005 ini.

Oleh kerena itu Investasi usaha peternakan sapi potong sangat layak (feasible) dilakukan di Kabupaten Tebo, Muaro Jambi dan Merangin, berdasarkan analisa ekonomi dan finansial, analisa produksi dan analisa pasar yang meliputi daya serap pasar lokal dan pasar regional serta pasar internasional seperti pasar Singapura dan Malaysia sangat berdekatan dengan provinsi Jambi. Berkenaan dengan Investor diharapkan dapat berhubungan dan kontak langsung dengan :

Pemerintah Provinsi Jambi melalui Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah Jalan RM. Noor Admadibrata No. 1 A Telp.(0741) 669352 fax (0741) 60450 Jambi.2 Dinas Peternakan Provinsi Jambi Jl. Kol. Abunjani Sipin Jambi.3 

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi melalui Biro Ekonomi dan Pembangunan, Kantor pertanian dan Peternakan kabupaten Muaro Jambi di perkantoran Bupati di Sengeti.4 

Page 25: Usaha Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Jambi

Pemerintah Kabupaten Tebo melalui Biro Ekonomi dan Pembangunan, kantor pertanian dan peternakan Kabupaten Tebo di Muaro Tebo.5 

Pemerintah Kabupaten Merangin melalui Biro Ekonomi Pembangunan, Kantor Pertanian dan Petrnakan Kabupaten merangin di Bangko.6 

Kontak langsung dengan pengusaha pabrik makanan ternak dan pembibitan ternak PT. Japfa Comfeed Indonesia cabang Jambi.7 Usaha Peternakan sapi potong di sungai Gelam kabupaten Muara Jambi.update Sunday, October 8, 2006DIPOSKAN OLEH HENDRI SANTOSO PADA  02.01  0 K O M E N T A R :POSKAN KOMENTARBerlangganan Poskan Komentar [Atom]<< BerandaP O S T I N G S E B E L U M N Y A

Oknum Polisi Paksa Siswa SMA Berbuat Mesum Dua ok... Perkosa GadisPNS Dibekuk Monday, 18 February 2008... .::: Tanggo Rajo :::.Kawasan di depan Rumah Dinas ... Kawasan obyek wisata budaya::: Taman Mini Jambi & ... ::: Makam Sultan Thaha Syaifuddin :::..Makam pahla... sarana transportasi di jambiSaat ini sarana & pras... Arti lambang kota jambiKetentuan mengenai Lambang ... penerbangan dijambi Nama Jadwal Penerbangan ... sejarah kota jambi Kota Jambi adalah ibukota Prop... Bocah 4 Tahun Tewas Terbakar Monday, 24 December ...

M E N G E N A I S A Y AHENDRI SANTOSOJL.10.UNIT 5.KEC RIMBO BUJANG.KAB TEBO.PROV, JAMBI,SUMTRA,, INDONESIA

saya sekarang lagi kuliah di semarang jawa tenagah,di universitas dian nuswantoro,(dinus.ac.id)ambil fakultas Teknik informatika S1,skarang br semester 4 no hp 085226409660LIHAT PROFIL LENGKAPKU

BerlanggananEntri [Atom]