Urt Ikaria

9
8.URTIKARIA 8.1 Definisi Urtikaria didefinisikan sebagai lesi kulit yang terdiri dari reaksi wheal dan flare dengan edema intrakutaneus terlokalisasi diikuti oleh kemerahan (eritema) yang gatal. Urtikaria adalah reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit sekitarnya terdapat halo. Urtikaria dapat disebut sebagai hives, nettle rash, biduran, kaligata. Meski manifestasinya sekilas terlihat sederhana, urtikaria adalah penyakit yang paling sering mengakibatkan gangguan pada kualitas hidup dan dapat membuat penderitanya dibawa ke bagian gawat darurat. 8.2 Penyebab A. Obat Obat adalah penyebab tersering urtikaria akut. Penisilin dan antibiotik terkait adalah penyebab tersering. Penisilin yang terkandung di dalam produk susu, akan menyebabkan sensitivitas penisilin meningkat sehingga dapat mencetuskan urtikaria. Hal ini merupakan salah satu faktor yang sering diabaikan. Insidensi aspirin yang menginduksi urtikaria cenderung 1

description

Urt Ikaria

Transcript of Urt Ikaria

Page 1: Urt Ikaria

8. URTIKARIA

8.1 Definisi

Urtikaria didefinisikan sebagai lesi kulit yang terdiri dari reaksi wheal dan

flare dengan edema intrakutaneus terlokalisasi diikuti oleh kemerahan (eritema)

yang gatal. Urtikaria adalah reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-macam

sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan

menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di

permukaan kulit sekitarnya terdapat halo. Urtikaria dapat disebut sebagai hives,

nettle rash, biduran, kaligata. Meski manifestasinya sekilas terlihat sederhana,

urtikaria adalah penyakit yang paling sering mengakibatkan gangguan pada

kualitas hidup dan dapat membuat penderitanya dibawa ke bagian gawat darurat.

8.2 Penyebab

A. Obat

Obat adalah penyebab tersering urtikaria akut. Penisilin dan antibiotik terkait

adalah penyebab tersering. Penisilin yang terkandung di dalam produk susu, akan

menyebabkan sensitivitas penisilin meningkat sehingga dapat mencetuskan

urtikaria. Hal ini merupakan salah satu faktor yang sering diabaikan. Insidensi

aspirin yang menginduksi urtikaria cenderung menurun, kemungkinan besar

terkait karena agen anti-inflamasi alternatif. Orang yang sensitif terhadap aspirin

dapat mengalami reaksi silang dengan pengawet dan pewarna makanan yang

sering dipakai yaitu: tartrazin, pewarna kuning azo benzone, pewarna azo

lainnya, salisilat alami, asam benzoat dan turunannya. Aspirin dapat

mengeksaserbasi 30% urtikaria kronik. Pasien dengan riwayat rhinitis alergi atau

asma, polip nasal dan makanan dapat menginduksi reaksi anafilaksis. Tepung

terigu yang terkontaminasi kutu dapat menjadi alergen. Hubungan antara

intoleransi aspirin dan kutu yang dapat menginduksi alergi saluran nafas belum

diketahui.

1

Page 2: Urt Ikaria

B. Makanan

Makanan juga termasuk salah satu penyebab tersering dari urtikaria akut,

sedangkan pada urtikaria kronik jarang terjadi. Alergen makanan tersering yaitu:

coklat, kerang, kacang, tomat, stroberi, melon, daging babi, keju, bawang putih,

bawang merah, telur, susu dan bumbu rempah-rempah. Alergen makanan yang

dapat mengalami reaksi silang dengan latex yaitu: kacang, markisa, pisang,

alpukat dan kiwi. Paparan terhadap ikan dan kerang yang mengandung parasit

Anisakis simplex walaupun telah dimasak secara matang dapat menyebabkan

angioedema dan urtikaria, hal ini menunjukkan bahwa alergi makanan laut

mungkin berkaitan dengan paparan terhadap antigen parasit.

C. Bahan tambahan makanan

Kurang dari 10% urtikaria kronik disebabkan bahan tambahan makanan.

Bahan tambahan makanan alami yang terlibat dalam urtikaria termasuk ragi,

salisilat, asam sitrus, telur dan albumin ikan. Bahan tambahan makanan buatan

yaitu: pengawet azo, asam benzoate dan derivatnya, sulfit, dan penisilin. Ragi

sering digunakan pada berbagai makanan, jika agen kausatif yang diduga berasal

dari roti, sosis, wine, bir, anggur, keju, cuka, asinan, saus tomat maka penggunaan

ragi harus dihindari. Makanan yang mengandung pengawet azo, dan asam

benzoate termasuk permen, minuman ringan, jelly, selai jeruk, puding susu,

berbagai kue dan penekuk, mayones, saus salad siap saji, paket sup, teri dan pasta

gigi berwarna juga harus dihindari. Dengan pengecualian dari sulfit dan penisilin,

sebagian besar bahan tambahan makanan dapat dihindari dengan mengkonsumsi

daging saja dan produk olahan susu.

D. Infeksi

Urtikaria akut dapat berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas, terutama

infeksi streptococcus. Insidensi infeksi streptococcus pada kasus anak-anak

dengan urtikaria akut sering dilaporkan. Lokasi infeksi yang mungkin antara lain:

tonsil, gigi, sinus, kandung empedu, prostat, kandung kemih, atau ginjal harus

dipertimbangkan sebagai penyebab urtikaria akut atau kronik. Pada beberapa

pasien, pengobatan dengan antibiotik untuk Helycobacter pylori dapat

mengurangi urtikaria.

2

Page 3: Urt Ikaria

Infeksi kronik virus, seperti hepatitis B dan C, dapat menyebabkan

urtikaria. Infeksi akut mononucleosis dan psittacosis dapat memicu kondisi

tersebut. Cacing juga dapat memicu urtikaria seperti : Ascaris, Ankylostoma,

Strongyloides, Filaria, Echinococcus, Schistosoma, Trichinella, Toxocara dan

cacing hepar.

E. Stress emosional

Orang dengan stress emosional berat memiliki gambaran urtikaria lebih jelas,

apa penyebabnya. Pada urtikaria kolinergik stress emosional adalah salah satu

stimulus paling sering.

F. Mentol

Mentol jarang menyebabkan urtikaria. Biasanya ditemukan pada rokok

mentol, permen dan mint, spray aerosol, dan pengobatan topikal.

G. Neoplasma

Urtikaria memiliki asosiasi dengan karsinoma dan penyakit Hodgkin.

Urtikaria dingin dengan kryoglobulinemia telah dilaporkan memiliki hubungan

dengan leukimia kronik limfositik.

H. Inhalan

Rumput polen, tungau debu rumah, bulu, formaldehid, akrolein (diproduksi

ketika menggoreng dengan lemak babi atau rokok yang mengandung gliserin),

bubuk kedelai, lentil yang telah di masak, biji kapas, bulu binatang, kosmetik,

dan aerosol telah diketahui dapat menyebabkan urtikaria.

I. Alkohol

Urtikaria dapat diinduksi oleh ingesti alkohol. Mekanisme induksi alkohol

menstimulasi sel mast secara tidak langsung masih belum diketahui. Anggur

putih mengandung sulfit, yang dapat menyebabkan urtikaria.

J. Ketidakseimbangan hormon

Urtikaria kronik dua kali lebih sering pada wanita daripada pria dan rendah

nya level dehydroepiandrosterone (DHEA)-S di pertimbangkan sebagai penyebab

ketidakseimbangan hormon

K. Genetik

3

Page 4: Urt Ikaria

Polimorfisme pada gen reseptor β2 adrenergik ditemukan pada urtikaria akut

yang disebabkan oleh intoleransi aspirin.

8.3 Gambaran Klinis

Keluhan subjektif biasanya gatal, rasa terbakar atau tertusuk. Klinis tampak

eritema dan edema setempat berbatas tegas, kadang-kadang bagian tengah

tampak lebih pucat. Eritema atau kemerahan bila ditekan akan memutih.

Bentuknya dapat papular seperti pada urtikaria sengatan serangga, bersarnya

dapat lentikular, nummular, sampai plakat. Bila mengenai jaringan yang lebih

dalam sampai dermis dan jaringan submukosa atau subkutan, juga beberapa alat

dalam misalnya saluran cerna dan napas, disebut angioedema

Pada dermografisme lesi sering berbentuk linear di kulit yang terkena goresan

bena tumpul , timbul dalam waktu lebih kurang 30 menit. Pada urtikaria solar lesi

terdapat pada bagian tubuh yang terbuka. Pada urtikaria dingin dan panas lesi

akan terlihat pada daerah yang terkena dingin dan panas. Urtikaria akibat

penyinaran biasanya pada gelombang 400-500 nm, klinis berbentuk urtikaria

popular.

Lesi urtikaria kolinergik adalah kecil-kecil dengan diameter 1-3 mm

dikelilingi daerah warna merah namun dapat pula nummular dan berknfluen

membentuk plakat. biasanya terdapat pada daerah yang berkeringat. Dapat timbul

pada peningkatan suhu tubuh, emosi, makanan yang merangsang dan pekerjaan

berat. Unutuk urtikaria akibat obat atau makanan ummnya timbul secara akut dan

generalisata.

8.4 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan awal dari urtikaria akut adalah pemberian antihistamin. Pada

orang dewasa, antihistamin non sedatif dapat menurunkan risiko gangguan

psikomotor. Jika penyebab episode akut dapat diketahui, maka pemicu tersebut

harus dihindari. Pada pasien dengan urtikaria akut yang tidak respon terhadap

antihistamin, kortikosteroid sistemik secara umum cukup efektif. Gejala berulang

cenderung berkurang pada pemberian kortikosteroid sistemik selama 3 minggu

4

Page 5: Urt Ikaria

dengan tapering off jika dibandingkan dengan pemberian kortikosteroid dalam

jangka waktu yang lebih pendek.

Untuk reaksi yang lebih berat, termasuk anafilaksis, penanganan

kardiovaskular dan sistem pernafasan adalah hal yang paling penting. Dosis

sebanyak 0,3 ml dari 1:1000 dilusi epinefrin dapat dibrikan setiap 10-20 menit

jika dibutuhkan. Pada anak kecil, digunakan setengah dari dilusi. Pada kasus

dengan progresivitas yang cepat, intubasi atau trakeotomi mungkin dibutuhkan.

Terapi tambahan seperti antihistamin intra muscular (25-50 mg hidroksizin atau

difenhidramin setiap 6 jam jika dibutuhkan) dan kortikosteroid sistemik (250 mg

hidrokortison atau 50 mg metilprednisolon intravena setiap 6 jam untuk dosis 2-

4x).

8.5 Komplikasi

Urtikaria bisa sembuh sendiri tanpa komplikasi. Namun pasien dengan

gatal yang hebat bisa menyebabkan purpuradan excoriasi yang bisa menjadi

infeksi sekunder. Penggunaan antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan

bibir kering. Pasien dengan keadaan pennyakit yang berat bisa mempengaruhi

kualitas hidup. Dapat pule terjadi angioedema.

8.6 Pencegahan

A. Menghindari alergen yang diketahui. Ttermasuk beberapa makanan dan

penyedap makanan, obat-obatan adan beberapa situasi seperti panas,

dingin, atau stres emosional.

B. Membuat catatan, mencatat kapan dan dimana urtikaria terjadi dan apa

saja yang kita makan sebelumnya. Hal ini akan memebantu untuk mencari

penyebab urtikaria.

C. Hindari pengobatan yang mencetuskan urtikaria misalnya pada orang yang

antibiotik golongan penisilin, aspirin dan lainnya.

(Djuanda,2007)(James, 2006) (Kartowigno, 2011)

5

Page 6: Urt Ikaria

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta : Balai

Penerbit FKUI,2007: 169-177

2. James, Wlliam D. et al. 2006. Erythema and Urticaria. Andrew's Disease

of the Skin Clinical Dermathology 10th edition. Elseivier inc. p. 149-150.

3. Kartowigno S, sepuluh besar kelompok penyakit kulit, Palembang :

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2011: 151-166

6