URGENSI AKUNTANSI SYARIAH

7

Click here to load reader

Transcript of URGENSI AKUNTANSI SYARIAH

Page 1: URGENSI AKUNTANSI SYARIAH

URGENSI AKUNTANSI SYARIAH :

FORMULASI BARU TERWUJUDNYA INFORMASI KEUANGAN YANG SEHAT DAN AKUNTABEL

I. Pendahuluan

Dewasa ini terjadi berbagai kasus manipulasi keuangan di beberapa negara yang membuat para pakar ekonomi memberi kritik keras terhadap sistem akuntansi konvensional yang sekarang ini digunakan hampir di seluruh dunia. Sistem ini dinilai gagal dalam menciptakan ekonomi dan bisnis yang sehat. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya akuntansi konvensional menganut nilai-nilai dari konsep kapitalis. Nilai-nilai dari akuntansi konvensional yang memuat konsep kapitalis adalah (1) entity theory yang berorientasi pada stockholders dan entity-nya, (2) menggunakan akrual basis dalam pengakuan pendapatan dan (3) profit-oriented yang menekankan pada income. Konsep ini dinilai telah banyak memberi kontribusi yang sangat besar terhadap penyimpangan-penyimpangan keuangan yang terjadi di beberapa belahan dunia. Hal inilah yang membuat berbagai kalangan baik dari akademisi maupun praktisi menggugat akuntansi konvensional yang berbasis kapitalis untuk berperan dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan akuntabel.

Terdapat beberapa bukti kegagalan dari praktik akuntansi konvensional. Dari beberapa kasus manipulasi keuangan yang terjadi, seperti kasus-kasus yang ada di Amerika yaitu WorldCom dan Enron. Bukan hanya itu, beberapa bank konvensional pun yang ada di Indonesia mengalami kehancuran, salah satu contohnya adalah Bank Century. Semuanya itu baik besar maupun kecil merupakan sesuatu yang menunjukkan kegagalan dari praktik akuntansi konvensional.

Hal inilah yang yang mendorong para pakar ekonomi untuk memikirkan alternatif konsep yang dapat digunakan sebagai pengganti dari konsep akuntansi kapitalis yang telah gagal tersebut. Sebuah alternatif solusi yang ditawarkan para akademisi maupun praktisi adalah akuntansi syari’ah yang sangat berbeda dengan akuntansi konvensional. Perbedaan ini dapat terlihat dari nilai-nilai yang terkandung dalam akuntansi syari’ah, nilai tersebut antara lain : (1) Enterprise Theory yang berorientasi pada stakeholders, stockholders, dan entity (2) pengakuan pendapatan menggunakan kas basis dan (3) zakat-oriented yang menekankan bahwa perusahaan akan berusaha mencapai realisasi zakat demi kesejahteraan masyarakat. Nilai-nilai ini termuat dalam akuntansi syari’ah karena akuntansi syari’ah merupakan turunan dari ajaran Islam yang merupakan cerminan dari Al-Qur’an dan Hadist. Perbedaan inilah yang ditawarkan dalam akuntansi syari’ah sebagai formulasi baru untuk menjawab penyimpangan dari akuntansi konvensional berbasis kapitalis.

Sehingga dengan diterapkannya akuntansi syari’ah yang berbasiskan ruh Ilahi dan merupakan bagian dari Islamic sains, dapat memberikan peran dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan akuntabel.

II. Pembahasan

Akuntansi pada dasarnya dapat diartikan sebagai sistem informasi keuangan yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, mengenai aktifitas ekonomi dan kondisi keuangan sebuah perusahaan. Laporan keuangan yang dihasilkan dari sistem tersebut sangatlah diperlukan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Secara teori, pihak-pihak yang

Page 2: URGENSI AKUNTANSI SYARIAH

memerlukan informasi keuangan (laporan keuangan) adalah : (1) pemilik (2) manajemen (3) investor (4) kreditur (5) pemerintah (6) karyawan dan masyarakat secara umum.

Kenyataan sekarang ini, secara umum di beberapa perusahaan yang menggunakan praktik akuntansi konvensional menggunakan teori entitas (entity theory) yang hanya berorientasi pada stockholders dan entity-nya. Hal ini terlihat pada formulasi dari tujuan laporan keuangan yang didefenisikan oleh accounting body di Amerika Serikat yaitu :

“Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk investor dan kreditur untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi potensi arus kas kepada mereka dalam hal jumlah, waktu, dan kepastian keterkaitan.” (Mathews dan Perena 1993,76)

Dari formulasi tujuan laporan keuangan di atas, dapat diketahui bahwa tujuan laporan keuangan sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh konsep kapitalis yang perhatian utamanya hanya sebatas memberikan informasi yang bertumpu pada kepentingan stockholders dan entity-nya. Dengan demikian informasi keuangan yang dihasilkan akan cenderung memperlihatkan pendapatan yang besar, sebagai bahan pertimbangan para penanam modal dan pemilik dalam memutuskan apakah akan melanjutkan investasinya atau tidak.

Berbeda halnya dengan akuntansi syari’ah dengan basis ruh Ilahi yang mengatakan bahwa tujuan dasar laporan keuangan ada 2 (dua) yaitu tujuan materi dan tujuan spirit. Hal ini sesuai dengan rumusan tujuan dasar laporan keuangan akuntansi syari’ah yang dikemukakan oleh Triyuwono (2002b; 212) bahwa :

…tujuan dasar laporan keuangan akuntansi syari’ah yang bersifat “materi” adalah untuk pemberian informasi (akuntansi) sedangkan yang bersifat “spirit” adalah untuk akuntabilitas…

Dari formulasi tujuan laporan keuangan akuntansi syari’ah diatas, maka dapat dikatakan bahwa tujuan materi adalah untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut dan tujuan spirit adalah akuntabilitas yang menjadi jiwa atau menjadi dasar etika dalam pemberian informasi keuangan tersebut. Konsep akuntabilitas di sini sangat terkait dengan pemahaman Islam bahwa akuntabilitas bukan hanya kepada stockholders dan entity-nya melainkan kepada seluruh pihak yang berhubungan langsung maupun tidak langsung (stakeholders dan stockholders), Tuhan serta alam semesta (Triyuwono 1997). Hal ini sesuai dengan konsep Islam yang menyatakan bahwa manusia adalah wakil Tuhan di bumi yang diberi amanah untuk mengurus segala sesuatu yang ada di bumi untuk kesejahteraan umat manusia (Sebagaimana Firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 30).

Akuntansi syari’ah benar-benar memposisikan dirinya sebagai jembatan penghubung antara pemilik modal (investor), entity, dan publik karena akuntansi syari’ah menganggap bahwa kelangsungan hidup perusahaan bukan hanya bergantung pada stockholders dan entity-nya saja, melainkan kepada seluruh pihak lain seperti karyawan, konsumen, masyarakat, bahkan kepada Tuhan dan lebih jauh lagi kepada alam semesta. Sehingga dengan adanya formulasi tujuan dari laporan keuangan menurut akuntansi syari’ah, diharapkan tidak ada lagi penyimpangan terhadap penyajian informasi keuangan yang hanya mementingkan kepentingan stockholder dan entity-nya saja dan mengabaikan

Page 3: URGENSI AKUNTANSI SYARIAH

kepentingan-kepentingan dari pihak lain (publik). Sehingga tersaji sebuah laporan keuangan yang riil, dengan kondisi yang sebenarnya, agar mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan akuntabel.

Bukan hanya pada persoalan tujuan penyajian informasi keuangan dan akuntabilitas yang menjadi kekurangan dari akuntansi konvensional yang kemudian dijawab oleh akuntansi syari’ah. Akan tetapi, dalam pengakuan pendapatan terdapat perbedaan antara akuntansi kapitalis dengan akuntansi syari’ah. Dalam hal ini akuntansi kapitalis cenderung menggunakan

penilaian akrual basis (accrual basic) sedangkan akuntansi syari’ah

menggunakan penilaian kas basis (cash basic). Lalu apa yang menjadi

alasan dari perbedaan penilaian tersebut ?

Akrual basis dinilai menjadi salah satu penyebab mudahnya terjadi penyimpangan terhadap laporan keuangan. Metode akrual basis mengakui pendapatan saat terjadinya penjualan dengan piutang, tanpa memperhitungkan adanya kemungkinan tidak terbayarnya piutang tersebut. Meskipun ada akun cadangan kerugian piutang yang digunakan untuk mempersiapkan kemungkinan tidak terbayarnya piutang, akan tetapi pada prinsipnya hal ini merupakan sesuatu yang tidak pasti, karena semuanya berasal dari prediksi-prediksi yang sifatnya belum pasti. Sehingga dengan penggunaan akrual basis sangat memungkinkan terjadinya kecurangan-kecurangn praktik akuntansi, karena menganggap pendapatan dari sebuah piutang yang ternyata sudah tidak tertagih lagi.

Hal di atas tentu menyimpang dari pandangan Islam, sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 34. Dari ayat tersebut, sangat jelas bahwa manusia tidak dapat mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi di masa depan karena hanya Dia-lah yang dapat melihat apa yang ada di belakang dan di depan manusia.

Berbeda dengan akuntansi syari’ah yang menggunakan cash basic yang mengakui pengaruh transaksi pada saat terjadinya pembayaran dalam bentuk kas atau setara kas yang digunakan untuk penilaian pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Dengan demikian tidak ada prediksi-prediksi yang sifatnya tidak pasti. Dengan penggunaan kas basis maka diharapkan dapat menekan kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan oleh manajemen dalam pengakuan pendapatan dari piutang yang belum tertagih. Para akuntan dan manajemen tidak dapat lagi melakukan penyimpangan dengan mengakui piutang yang sebenarnya sudah tidak tertagih lagi. Sehingga dengan penggunaan kas basis diharapkan dapat memberikan informasi keuangan yang benar-benar riil tentang jumlah pendapatan yang diterima perusahaan pada suatu periode tertentu.

Satu lagi dari nilai akuntansi konvensional yang dinilai kurang dan kemudian diberikan solusi oleh akuntansi syari’ah. Pada akuntansi konvensional terkandung nilai orientasi profit (profit-oriented) yang menekankan pada income dengan alasan bahwa : (1) pemegang saham umumnya memiliki kepentingan atas besarnya “penghasilan” dari dana yang diinvestasikannya dan (2) perusahaan berusaha untuk tetap eksis atau survive dengan cara perolehan laba (Kam 1990, 508). Hal ini sesuai dengan pembahasan awal di atas bahwa informasi keuangan akuntansi konvensional hanya ditujukan kepada stockholders dan entity-nya saja. Sehingga menunjukkan bahwa dalam akuntansi konvensional, keuntungan yang diperoleh perusahaan hanya mengalir kepada pemilik (pemodal) dan perusahaan itu sendiri.

Page 4: URGENSI AKUNTANSI SYARIAH

Akhir-akhir ini berkembang sebuah konsep baru dalam akuntansi konvensional yang dalam teorinya tidak lagi hanya sebatas profit melainkan menambahkan orientasi baru yaitu kesejahteraan masyarakat yang berada di daerah tempat perusahaan dan kepada lingkungan sekitar perusahaan. Konsep ini diberi nama Coorporate Social Responsibility (CSR). Namun pada praktiknya konsep ini lebih bersifat pencitraan kepada masyarakat, agar masyarakat memberi penilaian baik terhadap perusahaan. Sehingga masyarakat tertarik untuk mengkonsumsi produk dari perusahaan itu. Hal ini terbukti dengan beberapa daerah yang menjadi tempat beroperasi perusahaan besar, masyarakat di sekitarnya tidak sejahtera. Salah satu contoh adalah masyarakat di Irian Jaya, Papua belum sepenuhnya sejahtera padahal di sana telah berdiri selama puluhan tahun sebuah perusahaan besar yang bernama PT Freeport.

Berbeda dengan akuntansi syari’ah yang tidak menggunakan konsep profit-oriented melainkan menggunakan konsep zakat-oriented. Orientasi zakat berarti bahwa perusahaan akan berusaha untuk mencapai realisasi zakat (baik dalam arti materi maupun nilai) yang optimum. Ini berarti bahwa net profit bukan lagi ukuran keberhasilan manajemen perusahaan, tetapi sebaliknya zakat menjadi ukuran kinerja materi dan spiritual (etika) (Triyuwono 1997, 25;2002). Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan bukan hanya kepada stockholder dan entity-nya, akan tetapi harus diperhitungkan kepada pihak-pihak lain yang menjadi tanggunggungjawab perusahaan untuk disejahterahkan. Sesuai dengan pembahasan di atas bahwa manusia sebagai wakil Tuhan untuk mengurus segala yang ada di bumi untuk kesejahteraan umat manusia.

Meskipun pada akuntansi konvensional terdapat konsep coorporate social responsibility, akan tetapi konsep ini tetap berbeda dengan konsep zakat. Konsep zakat tidak mengarahkan alokasi dana untuk kesejahteraan masyarakat dan lingkungan sebagai pencitraan, melainkan menganggap bahwa ini adalah sebuah bukti tanggungjawab dari amanah yang diberikan “konsep Islam” untuk mensejahterakan masyarakat. Jadi artinya bahwa zakat bukan sebatas hubungan horizontal (manusia dan lingkungan) akan tetapi ada hubungan vertikal (Tuhan) yang harus dipenuhi sebagai sebuah bentuk ibadah dari spirit akuntabilitas.

III. Penutup

Setelah membaca pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi konvensional tidak dapat lagi menjawab permasalahan-permasalahan ekonomi yang semakin kompleks. Hal ini tercermin dari berbagai kegagalan akuntansi konvensional baik itu dari perususahaan maupun bank-bank konvensional. Dengan demikian dibutuhkan sebuah formulasi baru untuk menjawab permasalahan-permasalah yang menjadi kelemahan dari akuntansi konvensional.

Sehingga lahirlah akuntansi syari’ah sebagai formulasi baru sekaligus sebagai solusi untuk menjawab kelemahan-kelemahan dari akuntansi konvensional. Akuntansi syari’ah dengan konsep tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi keuangan dan akuntabilitas, diharapkan dapat menjadi solusi dari masalah yang terdapat pada akuntansi konvensional. Akuntansi syari’ah menempatkan dirinya sebagai penghubung kepada seluruh pihak yang berkepentingan terhadap informasi keuangan baik itu penanam modal, pemilik, karyawan, publik bahkan Tuhan serta alam semesta.

Page 5: URGENSI AKUNTANSI SYARIAH

Akuntansi syari’ah sebagai solusi menawarkan konsep pengakuan pendapatan pada saat penerimaan kas atau setara kas. Sehingga akan memberikan informasi keuangan yang benar-benar riil tentang pendapatan perusahaan pada suatu periode tertentu. Akuntansi syari’ah yang berorientasi zakat. Sebagai wujud dari akuntansi horizontal (manusia), akuntansi vertikal (Tuhan), dan akuntansi universal (alam semesta). Sehingga zakat-lah yang akan menjadi ukuran kinerja materi dan spiritual sebuah perusahaan. Konsep ini diharapkan dapat menjadi alat untuk mensejahterahkan masyarakt secara merata.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya. Penerbit CV Penerbit DIPONEGORO

Mulya, Deden. 2009. Akuntansi Syari’ah Sebagai Super Hero Permasalahan Ekonomi Global

Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi. Yogyakarta: BPFE

Suwiknyo, Dwi. 2007. Teorisasi Akuntansi Syari’ah di Indonesia. Jurnal Ekonomi Islam. Vol. I, No. 2

Triyuwono, Iwan. 2006. Perspektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syariah. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

BIOGRAFI SINGKAT PENULIS

Roby Aditiya. Lahir di Pinrang pada 22 Juni 1990, Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2009 di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar.