Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

35
UPAYA PENINGKATAN TATA TERTIB SISWA MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR SEKOLAH Beberapa perubahan kinerja kepala sekolah yang dilaporkan termasuk: (i) manajemen terbuka menjadi transparan, akuntabel dan melibatkan banyak pihak dalam perencanaan, keuangan dan pengembangan program sekolah bersama-sama dengan para guru dan masyarakat; (ii) menciptakan dan mengelola suasana belajar yang ramah dan positif di sekolah; (iii) terbuka dan mendukung inovasi.

Transcript of Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

Page 1: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

UPAYA PENINGKATAN TATA TERTIB SISWA MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR SEKOLAH

Beberapa perubahan kinerja kepala sekolah yang dilaporkan termasuk: (i) manajemen

terbuka menjadi transparan, akuntabel dan melibatkan banyak pihak dalam

perencanaan, keuangan dan pengembangan program sekolah bersama-sama dengan

para guru dan masyarakat; (ii) menciptakan dan mengelola suasana belajar yang

ramah dan positif di sekolah; (iii) terbuka dan mendukung inovasi.

Page 2: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah
Page 3: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah
Page 4: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

Disiplin Siswa di SekolahPosted on 4 April 2008 by AKHMAD SUDRAJAT

Dalam kehidupan sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X

adalah orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y

orang yang kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin

tinggi biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat

waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-

norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang

yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang

atau tidak dapat mentaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik

yang bersumber dari masyarakat (konvensi-informal), pemerintah

atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu

(organisasional-formal).

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak

akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang

diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat

berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang

berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap

berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya

itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib,

dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku

siswa disebutdisiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha

sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang

Page 5: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan

norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

Menurut Wikipedia (1993) bahwa disiplin sekolah “refers to

students complying with a code of behavior often known as the

school rules”. Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule)

tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of

clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja.

Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk

memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari

pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi

kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga

terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical

maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological

maltreatment),sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan

Pamela A. Snock dalam bukunya “Dangerous School” (1999).

Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman

(1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah :

(1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak

menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan

benar, (3) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri

dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal

yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan

kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta

lingkungannya.Sementara itu, dengan mengutip pemikiran

Moles, Joan Gaustad (1992) mengemukakan: “School discipline has

two main goals: (1) ensure the safety of staff and students, and (2)

create an environment conducive to learning”. Sedangkan Wendy

Schwartz (2001) menyebutkan bahwa “the goals of discipline, once

the need for it is determined, should be to help students accept

personal responsibility for their actions, understand why a

behavior change is necessary, and commit themselves to change”.

Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993) bahwa tujuan

Page 6: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan

lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas,

jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik

maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh

penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif

untuk mencapai prestasi belajar siswa. 

Keith Devis mengatakan, “Discipline is management action to

enforce organization standarts” dan oleh karena itu perlu

dikembangkan disiplin preventif dan korektif. Disiplin preventif,

yakni upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi

peraturan yang berlaku. Dengan hal itu pula, siswa berdisiplin dan

dapat memelihara dirinya terhadap peraturan yang ada. Disiplin

korektif, yakni upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi

peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi

pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan

mengikuti aturan yang ada.

Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan

dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang

terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya

sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas,

keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan

yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat

merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum.

Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai

aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang

merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan

pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus bolos, perkelahian,

nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan

perilaku lainnya.Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya

pencegahan dan penanggulangganya, dan di sinilah arti penting

disiplin sekolah.

Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor,

Page 7: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat

dipungkiri bahwa sekolah meru

Lilis Yuningsih ,S.Pd says:

20 April 2010 pukul 01:13

Mengingat sangat pentingnya penerapan disiplin dalam setiap aspek kehidupan maka upaya guru dan orangtua mengenalkan dan mengajarkan serta menanamkan perilaku disiplin terhadap peserta didik nampaknya menjadi “wajib” hukumnya. Dan nampaknya hal itu akan lebih mudah dilaksanakan ketika semua komponen bekerja sama dan saling menunjang, karena seperti kita ketahui bahwa peserta didik menerima pendidikan secara formal di sekolah dan pendidikan informal dari lingkungan terdekatnya termasuk tayangan2 yang tersaji di televisi karena inilah hiburan paling murah dan mudah terjangkau oleh masyarakat, termasuk peserta didik kita para calon manusia dewasa. Demikian curhat saya sebagai salah seorang guru/pendidik yang kadang merasa lelah dalam upaya menerapkan disiplin baik pada peseta didik di sekolah maupun anak2 di rumah.

Menurut Clemes (2001:47), ada beberapa pertanda yang menunjukkan bila hukuman

dan disiplin sekolah mungkin tidak sesuai untuk diterapkan, sehingga anak sulit untuk

mematuhi disiplin sekolah disebabkan oleh:

1. Seorang anak yang mempunyai citra diri yang sangat buruk dan sangat dipengaruhi oleh kegagalannya sendiri pasti membutuhkan penghargaan.

2. Seorang anak yang takut mencoba hal-hal yang baru, takut menerima tantanngan dan sulit melakukan kegiatan yang melelahkan mungkin akan lebih bersemangat bila diberikan penghargaan.

Page 8: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

3. Seorang anak yang sangat manja dan takut melakukan tugasnya sendirian perlu diberikan penghargaan jika dia ternyata mampu melaksanakan tugasnya tanpa bantuan orang lain.

4. Seorang anak yang merasa kecewa karena selalu dibandingkan dengan saudaranya yang lebih pintar, lebih rajin, lebih mandiri, dan lebih aktif, perlu diberikan penghargaan agar dia merasa mampu untuk berhasil.

5. Seorang anak yang sering meperlihatkan citra diri yang negatif atau perasaan takut yang berlebihan dengan mengatakan hal-hal seperti “Saya tidak dapat melakukannya,” dan “Saya selalu gagal,” “Saya tidak akan mampu melakukannya lagi,” adalah anak yang mungkin membutuhkan penghargaan.

6. Seorang anak yang mengalami gangguan fisik, motorik, atau organik, dan karena kesulitan semacam itu serinng mengalami kegagalan dibandingkan anak lainnya yang sebaya dengannya, perlu diberikan tugas yang sesuai dengan kebutuhannya yang khas dan juga perlu diberikan penghargaan atas keberhasilannya dalam melaksanakan tugasnya.

Di sekolah-sekolah yang tata tertibnya tidak konsisten biasanya akan terjadi berbagai

macam masalah yang sangat menghambat proses belajar mengajar. Selain itu, tidak

terlaksananya peraturan atau tata tertib secara konsisten akan menjadi salah satu

penyebab utama terjadinya berbagai bentuk kenakalan yang dilakukan siswa, baik di

dalam maupun di luar sekolah.

Walaupun setiap sekolah telah mempunyai peraturan tersendiri bukanlah berarti

sekolah tersebut tidak menemukan berbagai bentuk pelanggaran. Pelanggaran

terhadap peraturan sekolah kerap dilakukan oleh para siswa. Dalam Buku 4 Pedoman

Tatakrama dan Tata Tertib Kehidupan Sosial bagi SMP yang diterbitkan oleh

Depdiknas (2001:1) disebutkan bahwa dunia pendidikan kita dewasa ini menghadapi

berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian kita semua.

Page 9: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya tatakrama kehidupan sosial dan etika

moral dalam praktik kehidupan sekolah yang mengakibatkan sejumlah ekses negatif

yang amat merisaukan masyarakat. Ekses tersebut antara lain semakin maraknya

penyimpangan berbagai norma kehidupan agama dan sosial kemasyarakatan yang

terwujud dalam bentuk: kurang hormat kepada guru dan pegawai sekolah, kurang

disiplin terhadap waktu dan tidak mengindahkan tata tertib serta peraturan sekolah,

kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan, perkelahian antar pelajar,

penggunaan obat terlarang, dan lain-lain.

Penerapan disiplin sekolah sangat bergantung pada tekniknya. Di bawah ini diuraikan

tiga teknik penerapan disiplin sekolah yang tertuang dalam bentuk peraturan sekolah,

yakni “peraturan otoritarian, peraturan permisif, peraturan demokratis.”

Peraturan Otoritarian

Dalam peraturan otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci. Orang yang

berada dalam lingkungn disiplin sekolah ini diminta mematuhi dan menaati peraturan

yang telah disusun dan berlaku di tempat itu. Apabila gagal menaati dan mematuhi

peraturan yang berlaku, akan menerima sanksi atau hukuman berat. Sebaliknya, bila

berhasil memenuhi peraturan, kurang mendapat penghargaan atau hal itu sudah

dianggap sebagai kewajiban. Jadi, tidak perlu mendapat penghargaan lagi. Disiplin

sekolah yang otoritarian selalu berarti pengendalian tingkah laku berdasrkan

dorongan, tekanan, pemaksaan dari luar diri seseorang.

Peraturan Permisif

Page 10: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

Dalam peraturan ini seseorang dibiarkan bertindak menurut keinginannya. Kemudian

dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai dengan

keputusan yang diambilnya itu. Seseorang yang berbuat seseuatu, dan ternyata

membawa akibat melanggar norma atau aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi atau

hukuman. Dampak teknik permisif ini berupa kebingunan dn kebimbangan.

Penyebabnya karena tidak tahu mana yang tidak dilarang dan mena yang dilarang

atau bahkan menjadi takut, cemas, dan dapat juga menjadi agresif serta liar tanpa

kendali.

Peraturan Demokratis

Pendekatan peraturan demokratis dilakukan dengan memberi penjelasan, diskusi dan

penalaran untuk membantu anak memahami mengapa diharapkan mematuhi dan

menaati peraturan yang ada. Teknik ini menekankan aspek edukatif bukan aspek

hukuman. Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada yanng menolak atau

melanggar tata tertib. Akan tetapi, hukuman dimaksud sebagai upaya menyadarkan,

mengoreksi dan mendidik. Dalam disiplin sekolah yang demokratis, kemandirian dan

tanggung jawab dapat berkembang. Siswa patuh dan taat karena didasari kesaadaran

dirinya. Mengikuti peraturan yang ada bukan karena terpaksa, melainkan atas

kesadaran bahwa hal itu baik dan ada manfaat.

Sanksi adalah hukuman yang diberikan kepada siswa atau warga sekolah lainnya

yang melanggar tata tertib atau kedisiplinan yang telah diatur oleh sekolah, yang

secara eksplisit berbentuk larangan-larangan. Hal ini menurut Depdiknas (2001:10),

“Sanksi yang diterapkan agar bersifat mendidik, tidak bersifat hukuman fisik, dan

Page 11: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

tidak menimbulkan trauma psikologis.” Sanksi dapat diberikan secara bertahap dari

yang paling ringan sampai yang seberat-beratnya. Sanksi tersebut dapat berupa:

1. Teguran lisan atau tertulis bagi yang melakukan pelanggaran ringan terhadap ketentuan sekolah yang ringan.

2. Hukuman pemberian tugas yang sifatnya mendidik, misalnya membuat rangkuman buku tertentu, menterjemahkan tulisan berbahasa Inggris dan lain-lain.

3. Melaporkan secara tertulis kepada orang tua siswa tentang pelanggaran yang dilakukan putera-puterinya.

4. Memanggil yang bersangkutan bersama orang tuanya agar yang bersangkutan tidak mengulangi lagi pelanggaran yang diperbuatnya.

5. Melakukan skorsing kepada siswa apabila yang bersangkutan melakukan pelanggaran peraturan sekolah berkali-kali dan cukup berat.

6. Mengeluarkan yang bersangkutan dari sekolah, misalnya yang bersangkutan tersangkut perkara pidana dan perdata yang dibuktikan oleh pengadilan.

Pemberian hukuman tidak ada bedanya dengan pemberian penghargaan. Antara

pemberian hukuman dan penghargaan merupakan respons seseorang kepada orang

lain karena perbuatannya. Bedanya, pemberian penghargaan termasuk respons positif,

sedangkan pemberian hukuman termasuk respons negatif. Akan tetapi, keduanya

memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengubah tingkah laku seseorang. Adapun

respons positif bertujuan agar tingkah laku yang sudah baik akan lebih bertambah

frekuensinya sehingga akan lebih baik lagi di masa mendatang. Sedang respons

negatif (hukuman) bertujuan agar seseorang yang memiliki tingkah laku yang tidak

baik itu dapat berubah dan lambat laun akan mengurangi frekuensi negatifnya.

Tegaknya peraturan sekolah secara konsisten merupakan faktor pertama dan utama

yang dapat menunjang berlangsungnya proses belajar yang baik. Baik buruknya

Page 12: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

lingkungan sekolah sebenarnya sangat ditentukan oleh peraturan atau tata tertib yang

dilaksanakan secara konsisten. Hanya di sekolah dengan peraturan yang konsistenlah

proses belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan di dalam kurikulum. Dengan adanya peraturan tersebut, sekolah dapat

berfungsi sebagai arena persaingan yang sehat bagi para siswa untuk meraih prestasi

yang semaksimal mungkin. Selain itu, yang paling penting, dengan adanya peraturan

yang dijalankan secara konsisten, sekolah dapat menjalankan perannya sebagai

lembaga pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas tingkah laku siswa.

MENEGAKKAN DISIPLIN DI SEKOLAHThursday, 18 December 2008 12:56Oleh Rani Pardini

Documents%20and%20Settings/OK/My%20Documents/254-menegakkan-disiplin-di-sekolah.html

Ketika di dalam sekolah terdapat ketidakadilan, aturan sekolah kehilangan wibawa terlebih jika terhadap aturan sekolah terjadi inkonsistensi dalam hal penerapan.

Yanto, pelajar kelas 3 SMA di salah satu sekolah swasta di Bandung pulang ke rumah pagi itu dengan raut muka yang agak jengkel. Ketika ditanya oleh ibunya, dengan raut muka cemberut dan penuh kesal ia menjawab, "Pintu gerbang sekolah sudah ditutup, padahal baru telat 2 menit. Satpam tidak mau membukakan pintu. Tapi pada saat yang sama, Aku melihat Pak Guru yang telat lebih 5 menit dariku tetap dibukakan pintu oleh satpam," ujar Yanto dengan nada jengkel.

Situasi ironis lain sering kita temukan ketika siswa dilarang merokok di sekolah dan siswa yang ketahuan mendapat hukuman berat. Namun, di tempat yang sama tidak sedikit guru memperlihatkan "kenikmatan merokok" di hadapan para siswanya.

Page 13: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

Padahal ketika di sekolah terdapat ketidakadilan, aturan sekolah akan kehilangan wibawa, terlebih jika terhadap aturan sekolah terjadi inkonsistensi dalam hal penerapan.

Penegakan disiplin di sekolah tidak hanya berkaitan dengan masalah seputar kehadiran atau tidak, terlambat atau tidak. Hal itu lebih mengacu pada pembentukan sebuah lingkungan yang di dalamnya ada aturan bersama yang dihormati, dan siapa pun yang melanggar mesti berani mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Setiap pelanggaran atas kepentingan umum di dalam sekolah mesti diganjar dengan hukuman yang mendidik sehingga siswa mampu memahami bahwa nilai disiplin itu bukanlah bernilai demi disiplinnya itu sendiri, melainkan demi tujuan lain yang lebih luas, yaitu demi stabilitas dan kedamaian hidup bersama.

Disiplin sekolah, menurut F.W. Foerster, merupakan keseluruhan ukuran bagi tindakan-tindakan yang menjamin kondisi-kondisi moral yang diperlukan, sehingga proses pendidikan berjalan lancar dan tidak terganggu. Adanya kedisiplinan dapat menjadi semacam tindakan preventif dan menyingkirkan hal-hal yang membahayakan hidup kalangan pelajar.

Sementara itu, Komensky menggambarkan pentingnya kedisiplinan di sekolah dengan mengungkapkan, "Sekolah tanpa kedisiplinan adalah seperti kincir tanpa air."

Paling tidak ada tiga tujuan yang berkaitan dengan kedisiplinan ini. Pertama, kedisiplinan mesti diterapkan tanpa menunjukkan kelemahan, tanpa menunjukkan amarah dan kebencian. Bahkan kalau perlu dengan kelembutan agar para pelanggar kedisiplinan menyadari bahwa disiplin itu diterapkan demi kebaikan dan kemajuan dirinya.

Kedua, kedisiplinan mesti diterapkan secara tegas, adil dan konsisten. Aturan disiplin diterapkan tanpa pandang bulu dan berlaku bagi masyarakat sekolah. Ketidakadilan dan inkonsistensi dalam menegakkan disiplin hanya akan membuat ketidakjelasan dan kebingungan bagi siswa serta hilangnya kewibawaan dan kepercayaan semua pihak terhadap sekolah. Ketiga, ketika kedisiplinan mulai menampakkan pertumbuhannya, sama seperti biji

Page 14: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

tanaman yang baru tumbuh, benih itu mesti dijaga dan dirawat dengan penuh kesabaran. Sebaiknya hindari menggunakan ancaman-ancaman dan kekerasan karena hal itu hanya akan menjadi panasnya terik matahari yang akan menghanguskan benih yang sedang tumbuh itu. Perlu dipakai cara-cara yang selaras dengan perkembangan dan kebutuhan siswa sehingga mereka semakin jatuh cinta pada kegiatan belajar.

Dengan cara ini, kedisiplinan yang merupakan locus educationis (momen pendidikan) akan disadari oleh semua pihak di sekolah. Dari situlah setiap individu di dalam lembaga pendidikan itu belajar hidup bersama dan belajar mengasah kepekaan moral mereka.***

SKRIPSI Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan -

Fakultas Ilmu Sosial UM, 2010

HALAMAN AWAL

TENTANG

MASUK

DAFTAR

CARI

TERKINI

ARSIP Halaman Awal > 2010 > Ardiani

Ukuran Huruf:     

Efektifitas Tata Tertib Sekolah dalam Rangka Penegakan Disiplin Siswa SMA Negeri di Kota MalangTika Ardiani

Abstrak

ABSTRAK

Page 15: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

 

Ardiani, Tika. 2010. Efektivitas Tata Tertib Sekolah dalam rangka Penegakan Disiplin Siswa

SMA Negeri di Kota Malang. Skripsi, Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Fakultas

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Drs. H. Suparlan M. Si; (2)

Drs. Nur Wahyu Rochmadi, M.Pd, M. Si.

 

Kata Kunci: tata tertib, disiplin, efektivitas.

 

Sekolah adalah salah satu lembaga yang bertugas untuk membentuk kepribadian siswa.

Sekolah merupakan tempat terjadinya proses pendidikan untuk menciptakan sumber daya

manusia yang diharapkan, manusia yang berkualitas. Sekolah juga bertugas membentuk

kepribadian siswa agar mempunyai kepribadian yang luhur, mulia serta berdisiplin tinggi.

Sekolah Menengah Atas sebagai salah satu lembaga pendidikan formal merupakan sekolah yan

g sangat berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa. Dalam kenyataan sehari-

hari dijumpai siswa yang tidak disiplin dan menyimpang dari norma. Permasalahan-

permasalahan tersebut tentu mengganggu proses belajar-mengajar. Untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan tersebut dibentuklah suatu peraturan yang berfungsi untuk

membentuk

kedisiplinan yaitu tata tertib sekolah. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah

peraturan tersebut sudah efektif untuk di terapkan di sekolah tersebut ataukah belum. 

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang latar belakang dibentuknya tata

tertib sekolah, bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib sekolah, sebab-sebab siswa melanggar tat

a tertib sekolah, upaya penegakan tata tertib sekolah, dan efektivitas

tata tertib dalam membentuk disiplin siswa di sekolah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode  kualitatif deskriptif. Sumber

data penelitian ini adalah dari penanggung jawab tata tertib di lokasi penelitian. Lokasi penelitia

n ini dilakukan di SMA Negeri 4, SMA Negeri 9, dan SMA Negeri 6.Teknik yang digunakan

dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Prosedur analisis dat

a

yang dilakukan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, mengambil kesimpulan

dan verifikasi. 

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Latar belakang dibentuknya tata tertib

sekolah antara lain adalah: (a) untuk memberikan kenyamanan dalam lingkungan sekolah, (b)

agar siswa tidak bertindak semaunya sendiri, (c) agar siswa disiplin terutama di lingkungan

sekolah, (d) mengatur ketertiban siswa dalam proses belajar mengajar guna mencapai mutu

pembelajaran yang optimal; (2) Bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan siswa adalah aspek

kerajinan, aspek kerapian, aspek kelakuan, (3) Alasan mengapa siswa melanggar tata tertib ini

antara lain (a) pengaruh dari teman, (b) bangun kesiangan, (c) macet, (d) pengaruh dari media

Page 16: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

massa (televisi), (e) masalah keluarga, (f) kurangnya dukungan dari orang tua siswa, (g)

pemberian sanksi yang belum sesuai dengan ketentuan yang ada, (h) sanksi pada pelanggaran i

ni

dianggap kecil oleh siswa; (4) Upaya yang dilakukan oleh sekolah untuk menegakkan tata tertib

sekolah antara lain (a) memberikan poin pelanggaran setiap pelanggaran yang dilakukan oleh

siswa dengan tertib, (b) memberikan pembinaan kepada siswa secara klasikal, (c) mengadakan

sidak ke kelas-kelas, (d) pemanggilan orang tua/wali murid, (e) mengadakan upacara bendera, (

f) meminta siswa ikut dalam kegiatan ekstra kurikuler, (5) tata tertib sekolah efektif untuk

membentuk kedisiplinan siswa. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya jumlah siswa yang

melanggar tata tertib sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan agar pendidik dan orangtua dapat

menjalin kerjasama dalam memberikan contoh yang baik dalam membimbing siswa untuk

meningkatkan kedisiplinan dan mentaati peraturan yang ada di sekolah maupun masyarakat. 

 

AKHMAD SUDRAJAT: TENTANG PENDIDIKAN

isu, trend, opini, dan teori pendidikan

Lompat ke isi

Beranda [ Admin   ] Opini   Anda [ Daftar Isi   ] Forum   Pengawas [ Links   Sahabat   ] Links   Pendidikan [ Downloads   ]

Page 17: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

[ Bimbingan-Konseling   ] [ Instrumen Supervisi   ] [ Manajemen Pendidikan   ] [ Regulasi Pendidikan   ] [ Seputar KTSP   ] Konsultasi   Perkuliahan

Hubungan Iklim Sekolah dengan Hasil Akademik dan Non Akademik Siswa

Posted on 29 Maret 2008 by AKHMAD SUDRAJAT

Iklim sekolah didefinisikan orang secara beragam dan dalam

penggunaanya kerapkali dipertukarkan dengan istilah budaya sekolah. Iklim sekolah

sering dianalogikan dengan kepribadian individu dan dipandang sebagai bagian dari

lingkungan sekolah yang berkaitan dengan aspek-aspek psikologis serta direfleksikan

melalui interaksi di dalam maupun di luar kelas. Halpin dan Croft (1963)

menyebutkan bahwa iklim sekolah adalah sesuatu yang bersifat intangible tetapi

memiliki konsekuensi terhadap organisasi.

Tagiuri (1968) mengetengahkan tentang taksonomi iklim sekolah yang mencakup empat

dimensi, yaitu: (1) ekologi; aspek-aspek fisik-materil, seperti bangunan sekolah,

ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK dan sejenisnya (2)

milieu: karateristik individu di sekolah pada umumnya, seperti: moral kerja guru, latar

belakang siswa, stabilitas staf dan sebagainya: (3) sistem sosial: struktur formal

maupun informal atau berbagai peraturan untuk mengendalikan interaksi individu dan

kelompok di sekolah, mencakup komunikasi kepala sekolah-guru, partispasi staf

dalam pengenbilan keputusan, keterlibatan siswa dalam pengambilan keputusan,

kolegialitas, hubungan guru-siswa; dan (4) budaya: sistem nilai dan keyakinan,

seperti: norma pergaulan siswa, ekspektasi keberhasilan, disiplin sekolah.

Berdasarkan berbagai studi yang dilakukan, iklim sekolah telah terbukti memberikan

pengaruh yang kuat terhadap pencapaian hasil-hasil akademik siswa. Hasil tinjauan

Page 18: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

ulang yang dilakukan Anderson (1982) terhadap 40 studi tentang iklim sekolah

sepanjang tahun 1964 sampai dengan 1980, hampir lebih dari setengahnya

menunjukkan bahwa komitmen guru yang tinggi, norma hubungan kelompok sebaya

yang positif, kerja sama team, ekspektasi yang tinggi dari guru dan adminstrator,

konsistensi dan pengaturan tentang hukuman dan ganjaran, konsensus tentang

kurikulum dan pembelajaran, serta kejelasan tujuan dan sasaran telah memberikan

sumbangan yang berharga terhadap pencapaian hasil akademik siswa.

Hubungan sosial antara siswa dengan guru yang mutualistik merupakan unsur penting dalam

kehidupan sekolah. Guru yang memiliki interes, peduli, adil, demokratis, dan respek

terhadap siswanya ternyata telah mampu mengurangi tingkat drop out siswa, tinggal

kelas, dan perilaku salah suai di kalangan siswa (Farrell, 1990; Fine, 1989; Wehlage

& Rutter, 1986; Bryk & Driscoll, 1988). Studi yang dilakukan oleh Wentzel (1997)

mengungkapkan bahwa iklim sekolah memiliki hubungan yang positif dengan

motivasi belajar siswa. Sementara itu, studi longitudional yang dilakukan oleh Roeser

& Eccles (1998) membuktikan bahwa guru yang bersikap adil dan jujur memiliki

dampak ke depannya bagi penguasaan kompetensi akademik dan nilai-nilai (values)

akademik. Studi yang dilakukan Stockard dan Mayberry (1992) menyimpulkan

bahwa iklim sekolah, yang mencakup : ekspektasi prestasi siswa yang tinggi,

lingkungan sekolah yang teratur, moral yang tinggi, perlakuan terhadap siswa yang

positif, penyertaan aktivitas siswa yang tinggi dan hubungan sosial yang positif

ternyata memiliki korelasi yang kuat dengan hasil-hasil akademik siswa.

Selain berdampak positif pada pencapaian hasil akademik siswa, iklim sekolah pun memiliki

kontribusi positif terhadap pencapaian hasil non akademik, seperti pembentukan

konsep diri, keyakinan diri, dan aspirasi (Brookover et al., 1979; McDill & Rigsby,

1973; Mitchell, 1968; Anderson, 1982). Studi yang dilakukan Battistich dan Hom

(1997) mengungkapkan bahwa adanya perasaan akan komunitas (sense of

community) dapat mengurangi secara signifikan terhadap munculnya perilaku

Page 19: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

bermasalah seperti, keterlibatan narkoba, kenakalan remaja dan tindak kekerasan.

Iklim sekolah yang positif juga dapat menurunkan tingkat depresi (Roeser & Eccles

1998). Studi yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun

1983 yang menguji tentang kesehatan perilaku, gaya hidup dan konteks sosial pada

kalangan anak muda di 28 negara menunjukkan bahwa keterlibatan peran dalam

pengambilan keputusan di sekolah, perasaan memperoleh dukungan dari guru dan

siswa lainnya ternyata berkorelasi dengan semakin berkurangnya kebiasaan merokok,

tingginya aktivitas fisik, serta tingkat kesehatan dan kualitas hidup yang baik (Currie

et al. 2000). Iklim sekolah juga berpengaruh terhadap pembentukan nilai-nilai

kewarganegaraan (civic values). Sebagai contoh: hubungan guru-siswa yang saling

menghormati, adanya kebebasan untuk menyatakan tidak setuju, mau mendengarkan

siswa meski dalam perspektif yang berbeda telah memberikan dampak terhadap

tingkat kekritisan siswa tentang berbagai isu yang terkait dengan kewarganegaraan

(Newmann, 1990). Selain itu, siswa juga lebih toleran terhadap perbedaan (Ehman,

1980) dan lebih mengenal terhadap berbagai hubungan internasional (Torney-Purta &

Lansdale, 1986).

Adaptasi dan disarikan dari : Les Gallay and Suet-ling Pong. 2004. School Climate and

Students’ Intervention Strategies on line www.pop.psy.edu

Konsep tentang sekolah berkesan di Malaysia mula diperkenalkan oleh Kemen-

terian Pelajaran pada tahun 1995 dalam Seminar Sekolah Efektif yang telah

dianjurkan oleh Institut Aminuddin Baki. Salah seorang pembentang kertas

kerja di seminar tersebut ialah Peter Mortimore (1995) dari Universiti London.

Beliau telah membentangkan kertas kerja yang berjudul Key Characteristics of

Page 20: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

Effective Schools. Dalam kertas kerja beliau, Mortimore menyenaraikan 11 ciri

sekolah berkesan seperti berikut: (1) kepimpinan profesional, (2) perkongsian

visi dan matlamat, (3) kewujudan budaya pembelajaran, (4) penumpuan terhadap

pengajaran dan pembelajaran, (5) pengajaran bermatlamat, (6) pengharapan yang

tinggi, (7) pengukuhan yang positif, (8) pemantauan terhadap perkembangan,

(9) hak dan tanggungjawab murid, (10) permuafakatan rumah-sekolah, dan

(11) organisasi dinamik.

Sementara itu, Abdul Shukor (1995) menyenaraikan ciri sekolah yang

berkesan seperti berikut : (1) mempunyai kepimpinan pengetua yang kuat den-

gan tumpuan pengurusan adalah terhadap peningkatan kualiti pengajaran, (2)

membina iklim persekolahan di mana tiap-tiap murid berada dalam satu tahap

pencapaian yang ditetapkan terlebih dahulu dan tidak lebih rendah daripada

itu, (3) mempunyai suasana disiplin yang teratur tanpa perlunya membina

peraturan ketat, tenang dan tanpa penindasan, tetapi selesa untuk suasana

proses pengajaran, (4) memberi keutamaan terhadap proses pengajaran di mana

sekolah berusaha bersungguh-sungguh bagi memastikan matlamat pengajaran

Page 21: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

dilaksanakan secara teratur dan memberi faedah, serta (5) mengesan kemajuan

murid secara sistematik, iaitu pengetua dan guru-guru mengawas kemajuan

murid berpandukan kepada kehendak dan objektif pengajaran.

Materi Terkait:

14 Cara Menumbuhkan Semangat Kerjasama di Sekolah

Enam Mithos tentang Kreativitas

Sepuluh Cara Meningkatkan Inovasi

Budaya Organisasi di Sekolah

Pengembangan Budaya Sekolah

Sekolah Sehat dan Sekolah Sakit

Konsep Disiplin Kerja

Terima kasih atas kunjungan dan kesediaan Anda

untuk berbagi pemikiran tentang tulisan di atas. Semoga

bermanfaat……

Facebook

Digg

Tentang AKHMAD SUDRAJATEducation for a Better Lfe... Better Education, Better Life... View all posts by AKHMAD SUDRAJAT → This entry was posted in Manajemen Pendidikan, Pembelajaran, Psikologi Pendidikan and tagged

Artikel, Pendidikan, Sains, Umum. Bookmark the permalink.

Page 22: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

← Manajemen Sekolah dalam   Upaya   Mengantisipasi   Perubahan

Memupuk Institusi Lokal dan Modal   Sosial   dalam   Kehidupan   Bermasyarakat →

7 Responses to Hubungan Iklim Sekolah dengan Hasil Akademik dan Non Akademik Siswa

1. budi santosa says:

24 Mei 2010 pukul 07:46

ass.warahmatullah.. kepada pak akhmad sudrajat…saya sedang

membuat proposal penelitian tesis tentang iklim sosial madrasah

dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.. saya mengalami

kesulitan mencari referensi/buku yang berkaitan dengan iklim

madrasah/sekolah. mungkin pak sudrajat bisa memberikan saya

informasi buku-buku yang berkaitan dengan iklim

sekolah/madrasah baik yang berbahasa indonesia maupun

berbahasa inggris. atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

nb: ini email saya : budihumairo@ yahoo.co.id

Balas

2. Darrel says:

7 November 2009 pukul 21:02

Sangat Bagus!!!

Balas

3. Deky Suprianto says:

5 November 2009 pukul 22:51

Page 23: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

Tulisan bapak membantuku nyusun tugas hingga dapat A, sekarang aku

publish hasil karyaku dan temanku agar bisa lebih

bermanfaat.http://coretan-catatan.blogspot.com/

Balas

4. Adianti says:

15 Juni 2009 pukul 13:57

Duh bgus bgt tlsanna boleh mnta dapusna ga, penting bgt wat skripsi

Balas

5. usman says:

18 Mei 2009 pukul 10:51

bner banget tu…..iklim emng sngat menentukan……jd shrsnya sekolah2

meningkatkan penghijauan agr iklimnya dpt bertmbh baik

Balas

6. toto says:

30 Maret 2009 pukul 23:44

ya iayalah, kalau lingkungan baik, yang ada di dalamnya baik pula. tapi

bagus tulisannya, ilmiah dan 100

Balas

Page 24: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

7. suhadinet says:

29 Maret 2008 pukul 15:17

Bener banget iklim sekolah sangat menentukan hasil akademik dan non

akademik siswa. Saya adalah guru SMP di Danau Panggang.

Sebuah sekolah baru denganiklim sekolah yang menurut saya

kurang kondusif bagi peningkatan hasil akademik dan non

akademik siswa. Sekolah kami berada di tengah masyarakat yang

menganggap pendidikan adalah kebutuhan yang berada di urutan

kesekian di atas kebutuhan-kebutuhan yang lain.

Tulisan Anda bagus-bagus!! Salam hangat!

Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat surel anda tidak akan ditampilkan. Required fields are

marked *

Nama *

Email *

Situs web

KomentarYou may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title="">

<acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <pre> <del

datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Page 25: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

Beritahu saya tulisan-tulisan baru melalui surel.

Pencarian untuk:

Tulisan Terbaru Peran Kepala Sekolah dalam Penyelenggaraan Bimbingan dan   Konseling

[Download] Silabus dan RPP Bernuansa   Karakter

Indikator Keberhasilan Program Pendidikan   Karakter

Instrumen Supervisi dan Kinerja Sekolah Berdasarkan Standar

Nasional   Pendidikan

Konsep   Pendidikan   Karakter

Tips Memotivasi   Siswa   untuk   Belajar

Sekilas tentang Program Induksi Bagi   Guru   Pemula

Tentang   Hipnosis

Tentang   Pendidikan   Karakter

Inilah   Ciri-Ciri   Manusia   Merdeka

Berlangganan Blog ini

via e-mailMasukkan e-mail Anda dalam kolom, lalu klik "DAFTAR".

via Twitter

via FaceBook

Page 26: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

Diskusi dan Respons Bijak abdul munip pada SlideShare.net   untuk   Pembelajaran

rajul pada Media   Pembelajaran

M Mushthafa pada Kode Etik Guru Indonesia   (KEGI)

KONSEP DISIPLIN KERJA | Mohammadsholeh’s Blog pada

Konsep   Disiplin   Kerja

Leny Isnalita pada [Download] Silabus dan RPP Bernuansa   Karakter

Site Info

Site Stat 4,723,050 hits

Mitra Diskusi Nourma F. Sabila

DR.Uhar Suharsaputa

MathPress

Deep Yudha

Amir BK

Mursyid PW

Sri Rahayu

Teguh Sasmito

Triyono

Budies

Guru Pembaharu

Blogger Kampus

Dedekusn

Page 27: Upaya Peningkatan Tata Tertib Siswa Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sekolah

Mumun

Mang Eka

Suyono

Subagio

IndonesiaMatters

Ruang Lingkup Tulisan Bimbingan dan Konseling

Filsafat Pendidikan

Manajemen Pendidikan

Pembelajaran

Psikologi Pendidikan

Sosiologi Pendidikan

Koleksi Tulisan Oktober 2010  (2)

September 2010  (5)

Agustus 2010  (3)

Juli 2010  (5)

Juni 2010  (6)

Mei 2010  (8)

April 2010  (6)

Maret 2010  (7)

Februari 2010  (12)

Januari 2010  (13)

Desember 2009  (6)

November 2009  (11)

Oktober 2009  (3)

September 2009  (12)

Agustus 2009  (7)

Juli 2009  (10)

Juni 2009  (10)

Mei 2009  (10)

April 2009  (7)

Maret 2009  (12)

Februari 2009  (7)

Januari 2009  (11)

Desember 2008  (8)

November 2008  (16)

Oktober 2008  (6)

September 2008  (16)

Agustus 2008  (23)

Juli 2008  (23)