UPAYA PENINGKATAN HUBUNGAN BILATERAL

12
UPAYA PENINGKATAN HUBUNGAN BILATERAL.... (2006-01-25 07:25:28 Letkol Laut (E) Angkasa Dipura ) UPAYA PENINGKATAN HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA MALAYSIA. Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki posisi sangat strategis, dampaknya menempatkan Indonesia pada posisi penting dalam interaksi antar negara. Sebagai negara tetangga serumpun, Malaysia merupakan salah satu negara yang menjalin hubungan bilateral dengan Indonesia. Namun dalam perjalanannya hubungan tersebut mengalami pasang surut. Yang paling menonjol belakangan ini adalah lepasnya Pulau Sipadan Ligitan masuk wilayah teritorial Malaysia setelah melalui proses panjang di Mahkamah Internasional, adanya permasalahan TKI di negara Malaysia yang berlarut larut sepanjang tahun serta yang terakhir adalah kasus sengketa Ambalat dimana kedua negara mengklaim perairan tersebut masuk wilayah teritorial masing- masing negara. Sejauh ini kedua negara telah melakukan kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, militer dan keamanan. Selain itu terdapat juga kendala-kendala yang disebabkan oleh adanya perbedaan kepentingan. Untuk itu perlu adanya peningkatan hubungan kedua negara yang saling menguntungkan dengan upaya-upaya peningkatan berbagai bidang sehingga bermuara kepada peningkatan keamanan nasional. Bentuk kerjasama Dibidang Politik kedua negara telah menjalin hubungan yang baik melalui jalur hubungan bilateral maupun sesama anggota ASEAN, bidang ekonomi adanya kerjasama perdagangan lintas batas/Border Trade Agreement tahun 1970, kerjasama investasi dan perdagangan/Kepres 96 tahun 2000 tentang bidang usaha untuk modal asing/Malaysia merupakan peringkat ke-11 daftar PMA di Indonesia, kerjasama komoditi dan pertanian, keuangan, energi juga telah terjalin dengan baik antar pemerintahan maupun pelaku swasta kedua negara. Di bidang sosial dan budaya adanya kerjasama pendidikan/MoU antar universitas, penerangan/penayangan budaya melalui media elektronika, kesepakatan penanganan TKI/kesepakatan mengenai

Transcript of UPAYA PENINGKATAN HUBUNGAN BILATERAL

Page 1: UPAYA PENINGKATAN HUBUNGAN BILATERAL

UPAYA PENINGKATAN HUBUNGAN BILATERAL....(2006-01-25 07:25:28  Letkol Laut (E) Angkasa Dipura  )             UPAYA PENINGKATAN HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA MALAYSIA.

Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki posisi sangat strategis, dampaknya menempatkan Indonesia pada posisi penting dalam interaksi antar negara. Sebagai negara tetangga serumpun, Malaysia merupakan salah satu negara yang menjalin hubungan bilateral dengan Indonesia. Namun dalam perjalanannya hubungan tersebut mengalami pasang surut. Yang paling menonjol belakangan ini adalah lepasnya Pulau Sipadan Ligitan masuk wilayah teritorial Malaysia setelah melalui proses panjang di Mahkamah Internasional, adanya permasalahan TKI di negara Malaysia yang berlarut larut sepanjang tahun serta yang terakhir adalah kasus sengketa Ambalat dimana kedua negara mengklaim perairan tersebut masuk wilayah teritorial masing-masing negara.Sejauh ini kedua negara telah melakukan kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, militer dan keamanan. Selain itu terdapat juga kendala-kendala yang disebabkan oleh adanya perbedaan kepentingan. Untuk itu perlu adanya peningkatan hubungan kedua negara yang saling menguntungkan dengan upaya-upaya peningkatan berbagai bidang sehingga bermuara kepada peningkatan keamanan nasional.Bentuk kerjasamaDibidang Politik kedua negara telah menjalin hubungan yang baik melalui jalur hubungan bilateral maupun sesama anggota ASEAN, bidang ekonomi adanya kerjasama perdagangan lintas batas/Border Trade Agreement tahun 1970, kerjasama investasi dan perdagangan/Kepres 96 tahun 2000 tentang bidang usaha untuk modal asing/Malaysia merupakan peringkat ke-11 daftar PMA di Indonesia, kerjasama komoditi dan pertanian, keuangan, energi juga telah terjalin dengan baik antar pemerintahan maupun pelaku swasta kedua negara. Di bidang sosial dan budaya adanya kerjasama pendidikan/MoU antar universitas, penerangan/penayangan budaya melalui media elektronika, kesepakatan penanganan TKI/kesepakatan mengenai TKI sektor formal/penggajian pembantu. Sedangkan bentuk kerjasama bidang pertahanan dan keamanan antara lain adanya Security agreement pada tahun 1972, kerjasama dalam bentuk latihan/patroli bersama antar Angkatan Bersenjata kedua negara, adanya kerjasama dalam organisasi GBC (General Border Comitee), kerjasama bidang intelijen dan anti teroris yaitu ditandatanganinya draft agreement tentang kerjasama tukar menukar info di Manila pada tanggal 27 Desember 2001.Masalah yang dihadapiDibidang politik adanya perbedaan kepentingan antar kedua negara walaupun sesama anggota ASEAN, yang menonjol belakangan ini adalah dalam menilai garis batas laut dan tapal batas darat. Dibidang ekonomi tersendatnya Investasi akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, tidak stabilnya situasi politik dan keamanan di Indonesia serta adanya kesenjangan ekonomi terutama di daerah yang berbatasan langsung yang berakibat kepada timbulnya praktek perdagangan ilegal/penyelundupan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dimana semestinya kegiatan ekspor impor dapat menghasilkan devisa bagi negara. Dibidang sosial masalah tenaga kerja khususnya tenaga kerja Indonesia telah menimbulkan keresahan sosial dan keamanan di Malaysia, dengan adanya masalah tersebut Malaysia telah memberlakukan UU imigresen 1154 untuk penataan/pengaturan tenaga kerja asing di Malaysia, dengan adanya undang-undang

Page 2: UPAYA PENINGKATAN HUBUNGAN BILATERAL

tersebut terjadi pemulangan ribuan TKI beberapa tahun belakangan ini sehingga berdampak sosial dan ekonomi bagi Indonesia. Di bidang Pertahanan dan Keamanan, masalah keamanan laut/SLOC menyangkut kepentingan internal masing-masing negara, adanya gangguan keamanan di Selat Malaka akibat maraknya aksi perompakan, serta ancaman terorisme/kejahatan transnasional dengan prioritas paling tinggi saat ini. Ketidaksamaan persepsi tentang batas perbatasan di Selat Malaka telah mengakibatkan penangkapan kapal-kapal nelayan Indonesia oleh aparat keamanan Malaysia karena dianggap menangkap ikan di perairan Malaysia, hal yang sama juga terjadi sebaliknya. Disamping itu hubungan Angkatan Bersenjata kedua negara juga sedikit memanas belakangan ini sejak adanya kasus Ambalat.Upaya yang dilakukan

a. Bidang Politik.1. Pendekatan bilateral.

Pendekatan budaya ketimuran : Negara Indonesia dan Malaysia memiliki persamaan dasar bahasa dan budaya sebagai bangsa melayu sangat efektif digunakan untuk mencegah akan terjadinya konflik. Pendekatan personal : Penyelesaian konflik dengan mengandalkan personal, pendekatan antar pemimpin untuk menemukan sumber permasalahan dan cara penyelesaian. Second Track Diplomacy : Menggunakan kekuatan non negara untuk meningkatkan penyelesaian konflik yang lebih terbuka tanpa mengedepankan gengsi dan dilakukan secara tidak formal.

2. Pendekatan care ASEAN (ASEAN WAYS ).Pendekatan dengan melalui mediasi : Menyelesaikan perbedaan melalui mediasi pihak ketiga. TAG (The Treaty of Amity of Cooperation) : Sebagai anggota ASEAN, aturan TAC dapat dimanfaatkan oleh Indonesia dan Malaysia dalam penyelesaian masalah/sangketa. Confidence Building Measures : Upaya untuk menciptakan saling pengertian mengenai perspektif dan dilema strategis masing-masing negara.

3. Pendekatan Hukum Internasional.Adalah cara yang terakhir dilakukan untuk penyelesaian setiap perkara dalam hubungan bilateral. Penyelesaian Kasus Ambalat Perlu upaya antisipasi oleh Pemerintah Indonesia dengan belajar dari kasus Sipadan Ligitan dimana keputusan Mahkamah Internasional telah memenangkan Malaysia, yaitu dengan melengkapi dokumen/peta dan referensi lainnya, sosialisasi kepada seluruh masyarakat Indonesia maupun Internasional, mengajukan penentuan ulang garis batas dan antisipasi kemungkinan lain yang dapat menimbulkan konflik baru.

b. Bidang Ekonomi.Penanaman modal dan investasi : Malaysia dapat memperluas investasi dalam berbagai sektor ekonomi dan industri di Indonesia, disamping itu Indonesia harus mampu menjamin keamanan investasi asing. Lancarnya pertukaran nilai mata uang : Kedua negara dapat memperlancar perdagangan di perbatasan dengan menstabilkan nilai pertukaran mata uang sehingga dapat mengurangi terjadinya praktek penyelundupan dimana selama ini telah merugikan pihak Indonesia.

Page 3: UPAYA PENINGKATAN HUBUNGAN BILATERAL

c. Bidang Sosial.Penanganan masalah TKI. Dilakukan dengan cara peningkatan koordinasi dan membentuk komisi bersama kedua negara, Malaysia membuka kesempatan lebih luas bagi TKI di sektor pertanian, konstruksi dan industri, kedua negara bekerjasama untuk memutus mata rantai pengiriman/penempatan TKI ilegal. Disamping itu adanya kerjasama dan koondinasi antara aparat keamanan dan imigrasi dalam menangani TKI/pendatang tanpa ijin seperti yang telah dilakukan yaitu memanfaatkan Kapal perang TNI AL untuk proses pemulangan TKI/para pendatang tersebut.

d. Bidang Pertahanan.Peningkatan kerjasama militer. Dilakukan berdasarkan semangat ASEAN, yakni non alignment dan non intervention, bukan aliansi dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Aplikasi di lapangan dengan latihan dan patroli bersama, saling kunjung dan tukar menukar siswa militer. Latihan militer bersama : Adanya latihan militer bersama akan membentuk/membangun saling pengertian di kalangan militer dan sangat berpengaruh terhadap penciptaan keamanan. Naval Diplomacy: Mengemban misi diplomasi dan dampak penangkalan bagi negara. Perlu peningkatan frekuensi kunjungan muhibah kapal perang guna membangun saling pengertian. Sosialisasi buku putih pertahanan : Buku putih bertujuan memberitahukan kepada negara lain tentang informasi pertahanan guna membentuk saling pengertian dan mengurangi kecurigaan terhadap negara yang menerbitkan.

e. Peningkatan keamanan nasional.Upaya peningkatan keamanan nasional tidak dapat lepas dari perubahan politik, sistem pemerintahan, ekonomi, sosial budaya, hukum dan partisipasi masyarakat serta tergantung kepada bagaimana membina hubungan yang baik dengan negara tetangga khususnya Malaysia. Hubungan bilateral tersebut diaplikasikan dengan menyelesaikan setiap permasalahan/sangketa dengan menghindari konflik yang berkepanjangan. Upaya yang dilakukan antara lain : Peningkatan keamanan laut : Peningkatan keamanan laut sangat penting bagi kedua negara khususnya perairan Selat Malaka. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan adalah : Ocean peace keeping : Yaitu membentuk kerjasama keamanan kolektif di laut, menyelenggarakan patroli di perairan perbatasan secara terpadu dan berkesinambungan antara TNI AL dan TLDM khususnya menanggulangi bajak laut/perampokan di laut. TNI AL dan TLDM dapat melaksanakan patroli bersama khususnya dalam mencegah penyelundupan senjata dan manusia di Propinsi NAD. Menjaga keselamatan dan keamanan pelayaran kapal dengan mengoptimalkan Patkor Malindo dan Malindo Incsea dengan mengutamakan daerah rawan selektif. Penetapan perbatasan kedua negara : Untuk mengoptimalkan penanganan masalah perbatasan diperlukan berbagai upaya antara lain dengan penetapan batas ZEE di selat malaka dengan upaya konkrit untuk menyelenggarakan pertemuan konsultasi informal tingkat pejabat tehnis untuk menetapkan batas ZEE di selat malaka dan daerah maritim lainnya. Meningkatkan patroli bersama di perairan yang belum mendapat penetapan yang berada dibawah komite perbatasan bersama. Untuk penetapan batas darat di Kalimantan dilakukan upaya penambahan pos-pos koordinasi di perbatasan yang

Page 4: UPAYA PENINGKATAN HUBUNGAN BILATERAL

lebih intensif antara instansi terkait. Menangani para pelaku pelanggar perbatasan supaya diselesaikan secara hukum yang berlaku dan diselesaikan melalui komisi bersama. Pertukaran informasi mengenai terorisme, imigran ilegal dan militansi : Negara Indonesia dan Malaysia telah sepakat bersama-sama memerangi terorisme melalui kerjasama intelijen dan dalam konteks kerjasama regional diupayakan agar draft agreement on information exchange establishment of communication procedures dapat segera ditanda-tangani. Kedua negara selain transit point juga sekaligus merupakan negara asal bagi jalur perdagangan gelap manusia. Upaya yang dapat dilakukan oleh kedua negara adalah melakukan kerjasama departemen terkait dalam mencegah arus imigran ilegal.Demikian sepintas ulasan tentang hubungan negara Indonesia dan Malaysia dimana belakangan ini hubungan kedua negara sedikit terganggu karena adanya kasus Sipadan-Ligitan dan yang terakhir adalah kasus Ambalat. Untuk meredakan hubungan kedua negara perlu diupayakan secara komprehensif meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.Upaya-upaya yang dilakukan kedua negara adalah bertujuan untuk membangun saling pengertian, dimana dilakukan dalam bentuk kerjasama/kesepakatan dan koordinasi sehingga dapat berpengaruh positif terhadap keamanan nasional masing masing negara. ©

http://beta.tnial.mil.id/cakrad_cetak.php?id=400

Urgensitas UU Tentang Batas Wilayah NKRIDikirim/ditulis pada 16 April 2007 oleh saptono_jenar

ARTIKEL HUKUM INTERNASIONAL Urgensitas UU Tentang Batas Wilayah NKRIOleh : Saptono Jenar Wilayah perbatasan merupakan kawasan tertentu yang mempunyai dampak penting dan peran strategis bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat di dalam ataupun di luar wilayah, memiliki keterkaitan yang kuat dengan kegiatan di wilayah lain yang berbatasan, baik dalam lingkup nasional maupun regional (antar negara), serta mempunyai dampak politis dan fungsi pertahanan keamanan nasional. Oleh karena peran strategis tersebut, maka pengembangan wilayah perbatasan Indoensia merupakan prioritas penting pembangunan nasional untuk menjamin keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengenai pembentukan dan perancangan undang-undang (UU) tentang Batas Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sesungguhnya sudah menjadi usul inisiatif  DPR sebagai salah satu Rancangan Undang-Undang (RUU) yang sangat penting pada saat ini. Tentu saja RUU itu merupakan hal baru terutama dari segi substansi dan pelaksanaan operasionalnya. Hai ini terbukti bahwa sampai sekarang Indonesia belum bisa menentukan dan menetapkan batas wilayah negaranya serta belum mempunyai UU mengenai batas wilayah negara. RUU tersebut pada prinsipnya merupakan perintah dari konstitusi negara, sebagaimana yang tercantum dalam Amendemen Kedua UUD NRI Tahun 1945 dalam Pasal 25 A, "Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang." Hal ini menyiratkan bahwa mutlak

Page 5: UPAYA PENINGKATAN HUBUNGAN BILATERAL

diperlukan UU yang mengatur perbatasan sebagai dasar kebijakan dan strategi untuk mempertahankan kedaulatan NKRI, memperjuangkan kepentingan nasional dan keselamatan bangsa, memperkuat potensi, pemberdayaan dan pengembangan sumber daya alam bagi kemakmuran seluruh bangsa Indonesia sesuai dengan UUD 1945.Saat ini RUU tentang Batas Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi salah satu RUU yang diprioritaskan dalam Prolegnas 2004 - 2009, yang kemudian RUU tersebut diharapkan dapat segera disahkan menjadi Undang-Undang. Salah satu masalah pokok yang perlu mendapat perhatian saat ini adalah kesenjangan pembangunan daerah di wilayah perbatasan yang masih jauh tertinggal. Dalam Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM Nasional) tahun 2004-2009 pada prinsipnya telah menekankan pengembangan wilayah perbatasan melalui beberapa strategi yang diimplementasikan kedalam program dan kegiatan yang bertujuan untuk (1) Menjaga keutuhan wilayah NKRI melalui penetapan hak kedaulatan NKRI yang dijamin oleh hukum internasional; (2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan menggali potensi ekonomi, sosial dan budaya serta keuntungan lokasi geografis yang sangat strategis dalam berhubungan dengan negara tetangga. Pada kenyataannya batas wilayah negara RI mengandung berbagai masalah, seperti garis batas yang belum jelas, pelintas batas, pencurian sumber daya alam, dan kondisi geografi yang merupakan sumber masalah yang dapat mengganggu hubungan antarnegara, terutama posisi Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Selama ini pula penyelesaian penetapan garis batas wilayah darat dilakukan dengan perjanjian perbatasan yang masih menimbulkan masalah dengan negara-negara tetangga yang sampai sekarang belum tuntas sepenuhnya. Misalnya kesepakatan bersama dengan Timor Leste tentang Garis Batas Laut belum dilakukan. Begitu juga halnya dengan Republik Palau di daerah utara laut Halmahera belum ada pertemuan bersama. Sedangkan garis batas darat masih ada permasalahan yang belum terselesaikan, antara lain dengan Malaysia di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur yang disepakati diselesaikan melalui General Border Committee (GBC) antara kedua negara, dan dengan Papua Nugini di sepanjang Provinsi Papua sebelah timur, sedangkan dengan Timor Lorosae di sepanjang timur Nusa Tenggara Timur. Banyaknya kasus pelanggaran hukum di wilayah perbatasan seperti penyelundupan, kegiatan terorisme, pengambilan sumber daya alam oleh warga negara lain, dan banyaknya nelayan Indonesia yang ditangkap oleh polisi negara lain karena nelayan Indonesia melewati batas wilayah negara lain akibat tidak jelasnya batas wilayah negara. Masalah lain adalah ketidakjelasan siapa yang berwenang dan melakukan koordinasi terhadap masalah-masalah perbatasan antara Indonesia dan negara-negara tetangga, mulai dari masalah konflik di wilayah perbatasan antara masyarakat perbatasan, siapa yang bertugas mengawasi wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar, sampai kepada siapa yang berwenang mengadakan kerja sama dan perundingan dengan negara-negara tetangga, misalnya tentang penentuan garis batas kedua negara.Perbatasan Perbatasan darat di Kalimantan, beberapa titik batas, belum tuntas disepakati oleh kedua belah pihak. melalui Forum General Border Committee (GBC) dan Joint Indonesia Malaysia Boundary Committee (JIMBC), badan formal bilateral. Permasalahan lain

Page 6: UPAYA PENINGKATAN HUBUNGAN BILATERAL

antarkedua negara adalah masalah pelintas batas, penebangan kayu ilegal, dan penyelundupan. Penentuan batas maritim Indonesia-Malaysia di beberapa bagian wilayah perairan Selat Malaka masih belum disepakati kedua negara. Ketidakjelasan batas maritim tersebut sering menimbulkan friksi di lapangan antara petugas lapangan dan nelayan Indonesia dengan pihak Malaysia. Masalah dengan Singapura adalah mengenai penambangan pasir laut di perairan sekitar Kepulauan Riau yang telah berlangsung sejak tahun 1970. Kegiatan tersebut telah mengakibatkan dikeruknya jutaan ton pasir setiap hari dan mengakibatkan kerusakan ekosistem pesisir pantai yang cukup parah. Selain itu mata pencaharian nelayan yang semula menyandarkan hidupnya di laut, terganggu oleh akibat penambangan pasir laut. Kerusakan ekosistem yang diakibatkan oleh penambangan pasir laut telah menghilangkan sejumlah mata pencaharian para nelayan. Penambangan pasir laut juga mengancam keberadaan sejumlah pulau kecil karena dapat menenggelamkannya, misalnya Pulau Nipah. Tenggelamnya pulau-pulau kecil tersebut menimbulkan kerugian besar bagi Indonesia, karena dengan perubahan pada kondisi geografis pantai akan berdampak pada penentuan batas maritim dengan Singapura di kemudian hari. Salah satu isu perbatasan yang harus dicermati adalah belum adanya kesepakatan tentang batas maritim antara Indonesia dengan Filipina di perairan utara dan selatan Pulau Miangas yang dilakukan melalui Forum RI-Filipina yakni Joint Border Committee (JBC) dan Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC). Masalah perbatasan dengan Australia adalah penentuan batas yang baru RI-Australia, di sekitar wilayah Celah Timor yang perlu dilakukan secara trilateral bersama Timor Leste. Sedangkan perjanjian perbatasan RI-Australia yang meliputi perjanjian batas landas kontinen dan batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) mengacu pada Perjanjian RI- Australia yang ditandatangani pada tanggal 14 Maret 1997. Dengan Papua Nugini, kendala kultur dapat menyebabkan timbulnya salah pengertian antara kedua negara. Persamaan budaya dan ikatan kekeluargaan antar-penduduk yang terdapat di kedua sisi perbatasan, menyebabkan klaim terhadap hak-hak tradisional dapat berkembang menjadi masalah kompleks di kemudian hari. Indonesia dan PNG telah menyepakati batas-batas wilayah darat dan maritim. Dengan Vietnam, perbedaan pemahaman di kedua negara mengenai wilayah perbatasan antara Pulau Sekatung di Kepulauan Natuna dan Pulau Condore di Vietnam yang berjarak tidak lebih dari 245 mil yang memiliki kontur landas kontinen tanpa batas benua. Sejauh ini kedua negara belum sepakat mengenal batas perairan ZEE. Republik Palau dengan ZEE Indonesia yang terletak di utara Papua. Akibat hal ini, sering timbul perbedaan pendapat tentang pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh para nelayan kedua pihak. Masalah di perbatasan kedua negara adalah sejumlah masyarakat Timor Leste yang berada diperbatasan masih menggunakan mata uang rupiah, bahasa Indonesia, serta berinteraksi secara sosial dan budaya dengan masyarakat Indonesia. Persamaan budaya dan ikatan kekeluargaan antarwarga desa yang terdapat di kedua sisi perbatasan. Hal ini dapat menyebabkan klaim terhadap hak-hak tradisional, dapat berkembang menjadi masalah yang lebih kompleks. Di samping itu, keberadaan pengungsi Timor Leste yang masih berada di wilayah Indonesia dalam jumlah yang cukup besar potensial menjadi permasalahan perbatasan di kemudian hari. Pendefinisian Batas wilayah Negara dari sumber yang dapat dikutip adalah batas-batas imajiner pada permukaan bumi yang memisahkan wilayah negara dengan negara lain

Page 7: UPAYA PENINGKATAN HUBUNGAN BILATERAL

yang umumnya terdiri dari perbatasan darat, laut dan udara. Di dalam hukum internasional berdasarkan Treaty Montevideo 1932, diakui secara politik dan secara hukum bahwa minimal terdapat tiga unsur yang harus dipenuhi untuk berdirinya sebuah negara yang merdeka dan berdaulat yaitu:1) rakyat atau penduduk;2) wilayah;3) pemerintahan;4) pengakuan dari dunia internasional serta dapat melakukan hubungan dengan negara-negara lainnya (ini tidak mutlak). Kalau tidak ada pun tidak menyebabkan sebuah negara itu tidak berdiri Wilayah sebuah negara itu harus jelas batas-batasnya, ada batas yang bersifat alami, ada batas-batas yang buatan manusia. Batas yang bersifat alami, misalnya sungai, pohon, danau, sedangkan yang bersifat buatan manusia, bisa berupa tembok, tugu, termasuk juga perjanjian-perjanjian internasional. Batas-batas tersebut kita fungsikan sebagai pagar-pagar yuridis, pagar-pagar politis berlakunya kedaulatan nasional Indonesia dan yurisdiksi nasional Indonesia. Sebuah negara diakui merdeka dan berdaulat atas wilayah tertentu yang dalam hukum internasional disebut "A defined territory" atau batas wilayah tertentu yang pasti. Terkait dengan persoalan penentuan luas wilayah negara, didasarkan pada faktor-faktor tertentu yaitu: dari segi historis, politis, atau hukum. Begitu juga perubahan yang terjadi atas wilayah-wilayah, seperti berkurang, bertambah, faktor-faktor yang menentukan adalah faktor politis dan faktor hukum, seperti hilangnya Pulau Sipadan-Ligitan. Masalah perbatasan menunjukkan betapa urgensinya tentang penetapan batas wilayah suatu negara secara defenitif yang diformulasikan dalam bentuk perundang-undangan nasional, terlebih lagi bagi Indonesia, sebagai negara kepulauan yang sebagian besar batas wilayahnya terditi atas perairan yang tunduk pada pengaturan ketentuan-ketentuan Hukum Laut Internasional dan sisanya berupa batas wilayah daratan dengan negara-negara tetangganya. Perbatasan bukan hanya semata-mata garis imajiner yang memisahkan satu daerah dengan daerah lainnya, tetapi juga sebuah garis dalam daerah perbatasan terletak batas kedaulatan dengan hak-hak kita sebagai negara yang harus dilakukan dengan undang-undang sebagai landasan hukum tentang batas wilayah NKRI yang diperlukan dalam penye- lenggaraan pemerintahan negara. Oleh karena itu pengaturan mengenai batas wilayah ini perlu mendapat perhatian untuk menjaga keutuhan wilayah dan kedaulatan Indonesia. Jelasnya batas wilayah NKRI sangat diperlukan untuk penegakan hukum dan sebagai wujud penegakan kedaulatan. Sebab itu UU ini sangat penting untuk dapat diselesaikan oleh DPR. Undang-undang ini harus memuat apa konsep NKRI, batas kedaulatan nasional, apa yang merupakan yurisdiksi nasional, dan apa pula yang menjadi kewajiban-kewajiban internasional yang harus dipatuhi, harus memuat definisi yang jelas tentang batas, perbatasan, wilayah perbatasan dan tapal tapal batas wilayah, siapa yang dikenakan kewajiban menjadi leading sector dalam implementasi undang-undang batas wilayah NKRI ini. * Penulis adalah Alumnus Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jurusan Hukum Ketatanegaraan, Pemerintahan dan Hukum Internasional. Saat ini bekerja di Kementerian Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal.