UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MENULIS …
Transcript of UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MENULIS …
111
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
MENULIS BAHASA INGGRIS DALAM TEKS
RECOUNT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK
PICTURES SERIES SISWA KELAS VIIID
SMPN 2 KEBONAGUNG
Nita Retnaningrum
SMPN 2 Kebonagung
Abstrak-Artikel yang diambil dari PTK bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan
hasil pembelajaran dalam menulis recount text sebelum menggunakan teknik
picture series pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Kebonagung Pacitan; dan
(2) mendeskripsikan hasil pembelajaran dalam menulis recount text setelah
menggunakan teknik picture series pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 2
Kebonagung Pacitan.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) Sebelum menggunakan teknik picture
series dari 22 orang siswa hanya lima orang yang memenuhi nilai KKM 78.
Artinya, terlampauinya nilai KKM yang ditentukan, yaitu 78. Hasil tes awal
(pratindakan) menunjukkan bahwa pada hasil karangan siswa masih banyak
ditemukan kesalahan; (2) Kemampuan siswa dalam menulis recount text setelah
menggunakan teknik picture series, a) Pada siklus I, teknik picture series
diterapkan, hasilnya menunjukkan sebanyak 22% siswa mampu memeroleh nilai
baik, 19,35% mendapat nilai cukup, dan 48% mendapat nilai di bawah KKM, b)
Hasil karangan siswa pada siklus II memenuhi KKM. Presentase kesalahan
organisasi pada kegiatan pratindakan, siklus I dan siklus II adalah pada kesalahan
organisasi berkurang dari 45% menjadi 25% dan 9%, kesalahan pengembangan
ide berkurang dari 58% menjadi 32% dan 16%, kesalahan tata bahasa berkurang
dari 80% menjadi 48% dan 25%, dan kesalahan mekanik berkurang dari 25%
menjadi 16% dan 6%; dan (3) Faktor-faktor yang memengaruhi hasil evaluasi
pada penerapan teknik picture series dalam menulis recount text yang ditampilkan
dengan menggunakan slide dapat memberikan stimulus kepada siswa tentang
pembelajaran baru khususnya dalam menulis recount text. Dengan demikian,
memudahkan siswa untuk memunculkan ide-ide yang ada dalam pikiran mereka
yang akan dituangkan menjadi sebuah tulisan. Penambahan instrumen-instrumen
baru dapat memudahkan siswa untuk menulis sebuah recount text dengan teknik
picture series yang diterapkan. Di samping itu, dengan adanya pengulangan
materi yang diberikan dan penguatan (reinforcement) yang memberikan respons
baik terhadap hasil menulis siswa serta motivasi yang diberikan guru ketika
pembelajaran berlangsung menyebabkan siswa bersemangat dalam menulis.
Kata kunci: menulis, teks recount, tehnik pictures series
112
PENDAHULUAN
Tujuan pengajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs adalah mengajarkan
kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris, baik secara lisan maupun
tertulis, dengan menguasai keterampilan berbahasa baik yang bersifat productive;
berbicara dan menulis (speaking and reading) maupun yang bersifat receptive;
mendengar dan membaca (lestening and reading) (Depdiknas 2004 : 11).
Bahasa hadir dengan dua fungsinya, yaitu fungsi transaksional dan fungsi
interaksional. Fungsi transaksional merupakan fungsi bahasa untuk
mengekspresikan isi, fakta, atau proses. Fungsi interaksional merupakan fungsi
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan sosial, sikap, dan opini pribadi.
Fungsi transaksional biasanya melalui bahasa tulis, sedangkan fungsi
interaksional biasanya disampaikan melalui bahasa lisan, meski tidak menutup
kemungkinan adanya kombinasi dari keduanya. Fungsi transaksional bahasa
memainkan peran yang vital dalam transfer of knowledge yang bermuara pada
peningkatan sumber daya manusia yang ditandai dengan semakin berkembangnya
IPTEK dan semakin meningkatnya kemakmuran manusia sejalan dengan
pemberdayaan dan pemanfaatan IPTEK yana ada.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Inggris SMP/MTs adalah
berkomunikasi sescara lisan dan tertulis dengan menggunakan ragam bahasa yang
sesuai secara lancar dan akurat dalam wacana interaksional dan atau monolog
yang melibatkan wacana berbentuk deskriptif, naratif, spoof/recount, procedure,
report dengan variasi ungkapan makna interpersonal, ideasional dan tekstual
sederhana. Pembelajaran diarahkan pada pencapaian kompetensi yang terlihat
dalam kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan bahasa untuk
berkomunikasi. Adapun kompetensi yang dimaksud adalah Standard Kompetensi
dan Komptensi Dasar. Kompetensi Dasar mencakup kompetensi tindak bahasa
(actional competence), kompetensi linguistik, kompetensi sosiokultural,
kompetensi Strategis, dan Kompetensi pembentuk wacana. Kompetensi tindak
bahasa meliputi ketrampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Salah satu kompetensi dasar dalam keterampilan menulis adalah :
mengungkapkan makna dan langkah retorika dalam essei pendek sangat sederhana
113
dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar, dan berirama
untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat dalam teks berbentuk deskriptif.
Rendahnya prestasi belajar siswa secara kuantitatif maupun kualitatif yang diukur
dengan standar ketuntasan minimal bisa dijadikan pedoman untuk mengetahui
keberhasilan kegiatan pembelajaran keterampilan menulis teks deskriptif dalam
Bahasa Inggris.(Depdiknas 2007 : 40)
Kondisi riil yang terjadi pada saat peneliti memberikan materi menulis
teks deskriptif dalam Bahasa inggris di kelas VIII D SMP N 2 Kebonagung,
kegiatan pembelajaran tidak berjalan sesuai harapan. Kenyataan yang ada di kelas,
ketika siswa diberi tugas menulis bahasa inggris dalam teks deskriptif adalah
sebagai berikut: sebanyak 60% siswa tidak melakukan apa-apa dengan alasan 1)
siswa tidak mengetahui tata bahasa dalam bahasa inggris 2) minimnya kosa kata
dalam bahasa inggris. Sebanyak 40 % siswa menulis tetapi tulisan mereka tidak
sesuai dengan aturan penulisan teks berbahasa inggris. Hal ini terjadi karena; 1)
kebiasaan siswa menterjemahkan kalimat bahasa Indonesia kedalam bahasa
inggris 2) ketika menulis siswa kurang memperhatikan tata bahasa yang tepat
dalam bahasa inggris. 3) siswa tidak memiliki konsep, ide dan gagasan yang
cukup untuk ditulis.
Melihat kondisi riil tentang penyebab rendahnya prestasi belajar siswa
menulis teks deskripsi dalam bahasa inggris di kelas VIII D, maka perlu adanya
upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yakni berupa langkah-langkah
kegiatan pembelajaran yang mampu merangsang siswa untuk berlatih menulis.
Pembelajaran yang dilakukan harus cukup memiliki karakteristik yang kuat dalam
menggali gagasan siswa diantaranya 1) tentang apa yang harus ditulis dan
bagaimana penulisanya 2) mampu mengembangkan rasa percaya diri yang cukup
sehingga siswa memiliki keberanian untuk menuangkan gagasannya dalam bentuk
tulisan 3) memberikan kesempatan berlatih secara individu maupun kelompok,
serta mendapat kesempatan untuk dikoreksi, dikritik, dikomentari, dan mendapat
saran dari siswa lain maupun guru.
Sesuai dengan karakteristi kebutuhan layanan pembelajaran yang ada di
kelas VIII D, maka diperlukan Penelitian Tindakan Kelas sebagai upaya perbaikan
114
pelaksanaan kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris khususnya pada keterampilan
menulis teks recount. Untuk itu peneliti mengangkat masalah dengan penyelesaian
penelitian tindakan kelas yang berjudul: Meningkatkan Prestasi Belajar Menulis
Bahasa Inggris dalam Teks Recount dengan Menggunakan Tehnik Pictures Series
pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 2 Kebonagung Tahun Pelajaran 2018/2019.
KAJIAN PUSTAKA
Hughey (1983:38) oleh Poernomo dalam majalah Media no 10/thn
XL/Desember 2010, mengemukakan bahwa keterampilan menulis sering menjadi
keterampilan yang tersulit diantara ketrampilan yang lain, yakni: mendengarkan,
membaca dan berbicara. Hal ini disebabkan dalam berkomunikasi dengan bahasa
tulis, seseorang dituntut bisa menyampaikan maksudnya tanpa adanya interaksi
tatap muka dimana makna ungkapan bisa dinegosiasikan. Ketrmpilan ini juga
diperoleh paling akhir setelah ketrampilan-ketrampilan lainnya. Heaton
(1975:135) menyatakan bahwa ketrampilan menulis merupakan sesuatu yang
kompleks dan kadang-kadang sulit diajarkan, memerlukan penguasaan tata
bahasa, konsep, retorika, dan elemen interpretasi. Jadi menulis dipandang sebagai
proses yang kompleks yang melibatkan berbagai komponen bahasa seperti tata
bahasa (grammar), ejaan dan tanda baca (mechanic), kosa kata (vocabulary),
retorika atau struktur teks (text organization), dan pengembangan ide (developing
ideas) yang cukup. Oleh karena itu. Tidaklah mengherankan jika banyak siswa
yang mengalami kesulitan dalam menulis apalagi dalam Bahasa Inggris. Para
siswa umumnya berpersepsi negative terhadap kegiatan menulis dan enggan
mencobanya karena merasa takut membuat kesalahan (Blanton, 1987:112)
Beberapa temuan di lapangan yang sering dijumpai seorang guru dalam
kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut (1) terbatasnya jumlah siswa
yang menerapkan teori tentang menulis seperti yang dilatihkan guru di sekolah,
(2) adanya anggapan siswa bahwa kegiatan menulis itu sukar, (3) guru kurang
bersemangat dalam pembelajaran menulis karena siswa tidak tertarik, (4) hasil test
formatif kurang menggembirakan , (5) kualitas belajar Bahasa belum memuaskan.
Siswa usia SMP merupakan transisi dari anak-anak ke usia remaja..
Intelektual anak tumbuh dan berkembang dengan baik maka siswa cenderung
115
tidak mengalami hambatan dalam pengembangan pengetahuannya. Faktor lain
adalah motivasi anak dalam membaca juga mengalami hambatan. Karena kita
ketahui motivasi merupakan motor penggerak aktivitas. Timbulnya motivasi
membaca anak akan membantu pengembangan ide, kegiatan membaca akan
memperluas wawasan siswa tentang berbagai model penuangan.
Kesulitan siswa menulis terjadi karena kurang paham terhadap beberapa
aktivitas menulis, diantaranya (a) mengeja, yaitu aktivitas memproduksi urutan
huruf yang tepat dalam ucapan atau tulisan dari suku kata. Kemampuan yang
dibutuhkan aktivitas mengeja antara lain: (1) Decoding, atau kemampuan
menguraikan simbol, (2) ingatan auditoris dan visual ,(3) divisualisasikan dalam
bentuk tulisan. (b) menulis permulaan. Kesulitan yang sering muncul dalam
proses menulis permulaan antara lain: (1) ketidakkonsistenan.
Dalam recount text siswa dituntut untuk membangun sebuah teks yang
terorganisasi atau terstruktur yang dirangkai untuk menceritakan kejadian-
kejadian pada masa lalu. Dengan kata lain, siswa menceritakan kejadian yang
dialami kepada orang lain yang dapat diungkapkan melalui bentuk tulisan yang di
dalamnya dituliskan kronologis peristiwa-peristiwa yang terjadi. Recount text
adalah jenis teks yang berisi tentang pengalaman pribadi seseorang yang
disampaikan secara terurut (Fadlun, 2011: 98).
Menurut Anderson & Anderson, (1997:48) recount text bertujuan untuk
memberikan gambaran kepada pembaca tentang sebuah peristiwa yang terjadi
menurut waktu dan tempat kejadiannya yang difokuskan adalah kejadian yang
ditulis secara berurutan. Terdapat tiga jenis recount text, yaitu (1) personal
recount: menceritakan kembali pengalaman di mana penulis telah terlibat secara
langsung; (2) factual recount: menceritakan kembali kejadian atau insiden seperti
berita koran, laporan kecelakaan; dan (3) imaginative recount: menceritakan peran
yang bersifat imajinatif dan menghubungkan kejadian khayalan (Emilia dkk,
2008:16).
Organisasi recount text biasanya dimulai dengan orientation yang
memasukkan unsur-unsur informasi latar belakang untuk membantu pembaca
memahami cerita. Biasanya ada penjelasan mengenai siapa, kapan, di mana, dan
116
mengapa yang biasanya ditulis dalam paragraf pertama. Selanjutnya diikuti
dengan kejadian penting (important events) yang dijelaskan dan biasanya disusun
dalam urutan waktu dari kejadian pertama sampai dengan kejadian terakhir. Teks
ini banyak mempunyai komentar evaluatif atau pernyataan simpulan yang
mungkin hanya berupa komentar mengenai kejadian yang telah terjadi
sebelumnya. Akan tetapi, ini bersifat opsional yang sering merupakan komentar
yang merefleksikan perasaan penulis tentang kejadian-kejadian yang disebutkan
sebelumnya.
Generic/Schematics Structure of Recount Text Sumber: Rangkuman
Intisari bahasa Inggris (Fadlun,2011: 98)
Generic structure of recount text Function
Orientation Pembukaan (pengenalan tokoh,
tempat, waktu dan kejadian/aktifitas si
pelaku)
Sequences of Events Kejadian (rangkaian kejadian yang
dilakukan)
Re-orientation/ Conclusion Simpulan (penutup yang menjelaskan
tentang persaan si pelaku dengan
kejadian atau aktifitas yang dilakukan)
Recount text memiliki tata bahasa dalam penulisannya seperti
penggunaan past tense, adverb of sequence time (kata keterangan urutan waktu)
seperti: first, then, next, finally, etc.; memakai personal pronoun (pronomina)
seperti: he, we, 15 hey, etc. (Fadlun, 2011:98). Menurut Anderson & Anderson
(1997) terdapat dua ciri recount text, yaitu sebagai berikut:
a. Menggunakan descriptive words untuk menggambarkan detail mengenai siapa,
apa, kapan, di mana dan bagaimana.
b. Menggunakan proper noun untuk mengidentifikasi mereka yang terlibat di
dalam recount.
Menurut Harmer (2007:177), pengajar biasanya menggunakan gambar
atau grafik yang diambil melalui buku, koran, dan majalah atau fotografi untuk
memfasilitasi pembelajaran. Gambar dapat berupa bentuk dari flashcard, gambar
besar di dinding, fotografi (khususnya textbook) dan beberapa guru juga
117
menggunakan slide proyektor. Gambar dari keseluruhan dapat digunakan dalam
berbagai cara seperti berikut ini:
a. Drills: dengan kelas siswa tingkat terendah, flashcard khususnya digunakan
untuk memilah grammar sebagai isyarat kalimat yang berbeda dan
mempraktikkan tata bahasa.
b. Communication: gambar sangat berguna untuk berbagai aktivitas komunikasi.
Pengajar sering kali menggunakan gambar untuk kreativitas menulis. Mereka
ingin menyampaikan kepada siswa sebuah cerita dengan menggunakan
setidaknya tiga gambar di depan kelas. Dia bisa menyampaikan kepada
siswanya untuk membuat sebuah percakapan secara spesifik mengenai topik
dari gambar tersebut.
c. Understanding: yang paling cocok dalam penggunaan gambar adalah untuk
menjelaskan dan menganalisis maknanya. Dalam hal ini dapat memudahkan
guru dalam mengetahui kemampuan siswa akan suatu pemahaman melalui
media gambar.
d. Ornamentation: berbagai jenis gambar sering digunakan utuk membuat
pekerjaan menjadi lebih menarik. Dalam buku-buku teks modern, contohnya
teks bacaan yang dihiasi dengan foto-foto sangat diperlukan seperti dalam
majalah, koran dan artikel karena hal ini dapat menarik minat siswa dalam
kelas disamping itu guru dapat memiliki kekuatan untuk menyatukan pikiran
siswa.
e. Prediction: gambar sangat berguna untuk memberikan prediksi kepada siswa
tentang topik apa yang akan menjadi pelajaran selanjutnya. Siswa dapat
melihat gambar dan mencoba untuk menafsirkan apa yang dilihat. Ini sangat
besar memberikan keuntungan dengan melibatkan siswa kepada sebuah tugas.
f. Discussion: gambar dapat memberikan simulasi pertanyaan, seperti apa yang
diperlihatkan, apa yang dirasakan, apa yang dimaksudkan dan sebagainya.
Dengan memberikan simulasi-simulasi seperti itu maka pengajar dapat
menyuruh siswa untuk menulis sebuah deskripsi dari gambar tersebut.
Munadi (2014:89) mengatakan bahwa gambar merupakan media visual
yang penting dan mudah didapat. Dikatakan penting sebab gambar dapat
118
mengganti kata verbal, mengongkretkan yang abstrak, dan mengatasi pengamatan
manusia. Gambar membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang
terkandung di dalamnya dengan jelas, lebih jelas daripada yang diungkapkan oleh
17 kata-kata. Berkaitan dengan definisi tersebut picture series adalah media,
sarana, atau alat berupa gambar yang disusun secara berseri dengan tujuan agar
siswa dapat menguasai materi pembelajaran secara cepat dan tepat dengan
memperlihatkan rangkaian gambar di hadapan siswa dalam aktivitas pembelajaran
keterampilan menulis khususnya recount text.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
penelitian tindakan (action research). Menurut Zuriah (2006:92), pendekatan
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-oang atau perilaku yang diamati. Analisis
yang digunakan dalam penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif analisis yang
berarti interpretasi terhadap isi dibuat dan disusun secara sistematik atau
menyeluruh dan sistematis.
PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan
mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-
tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek
pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2003: 3).
Menurut Arikunto (2012: 16), ada empat tahapan yang lazim dilalui,
yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Dalam
penelitian tindakan kelas ini digunakan dua siklus karena pada siklus kedua telah
tampak tejadinya peningkatan hasil tulisan siswa. Adapun proses dalam tiap-tiap
siklus dibagi sebagai berikut:
1. Proses siklus I
Proses siklus I dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Keempat tahap tersebut dijabarkan
seperti berikut ini.
119
a. Perencanaan. Pada tahap perencanaan, disiapkan rancangan tindakan
dalam bentuk rencana pembelajaran (RPP), rencana evaluasi dalam bentuk
tes untuk mengukur dan mengetahui kemampuan siswa dalam menulis
recount text, menyiapkan kelengkapan instrumen dan sarana penelitian
lainnya.
b. Pelaksanaan. Tahap pelaksanaan dibagi menjadi tiga pertemuan mengingat
keterbatasan jam pelajaran bahasa Inggris. Pertemuan pertama
dilaksanakan pemberian materi, pertemuan kedua siswa diberikan sebuah
contoh yang telah dikombinasikan dengan teknik picture series, dan
pertemuan ketiga siswa diminta untuk membuat karangan recount text
berupa teks imajinatif yang dibangun dengan menggunakan teknik picture
series.
c. Observasi. Pengamatan dilakukan sewaktu proses pelaksanaan
pembelajaran berlangsung. Pengamatan dapat dilakukan dengan observasi
langsung sehingga dapat mengamati seluruh perilaku siswa.
d. Refleksi. Observasi, catatan penelitian dan hasil karangan siswa pada
siklus I dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pembenahan pada
tindakan siklus II.
2. Proses Siklus II
Pelaksanaan siklus II merupakan refleksi dari siklus I untuk meningkatkan
kemampuan menulis siswa. Sama halnya dengan siklus I, tindakan siklus II ini
dibagi menjadi empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Namun, terdapat perbedaan dalam langkah-langkah pelaksanaanya
yang dibagi menjadi dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama siswa
diberikan contoh yang sama, tetapi disajikan dengan mengombinasikannya
dengan menambahkan dua instrumen baru. Kedua instrumen tersebut adalah
lembaran planning organizer dan composing organizer. Kemudian pada
pertemuan kedua siswa diberikan penugasan kembali untuk mengetahui hasil
yang diperoleh.
Analisis data adalah upaya peneliti menangani langsung masalah yang
120
terkandung dalam data. Metode analisis adalah cara yang ditempuh peneliti untuk
memahami permasalahan pemahaman tata bahasa Inggris yang menjadi objek
penelitian (Sudaryanto, 1993:6). Dalam penelitian ini, metode analisis data yang
digunakan berupa metode analisis kuantitatif dan metode kualitatif. Kedua metode
analisis ini dilakukan dengan caramembandingkan hasil pada setiap siklus yang
dilakukan. Menurut Cohen dkk (2007:461), metode kuantitatif adalah metode
yang menggunakan analisis angka (numerical analysis), sedangkan metode
kualitatif adalah pengorganisasian dan penjelasan data terkait situasi, pola, tema,
kategori, dan kebiasaan.
Pada metode analisis kuantitatif penelitian ini, data yang dianalisis
adalah hasil kuantitatif dari siswa. Hasil yang diperoleh siswa dikoreksi dengan
memberikan nilai yang dihitung untuk mengetahui nilai rerata yang diperoleh
siswa guna mengukur kemampuan siswa. Sebaliknya, dalam metode analisis
kualitatif data yang diperoleh berupa data observasi, hasil tes, dan dokumentasi
dianalisis untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap siswa
dalam menulis recount text sebelum dan setelah menggunakan teknik picture
series melalui tahapan siklus yang diberikan.
Data kuantitatif yang diperoleh dari kegiatan menulis siswa dianalisis
secara deskriptif dengan menggunakan rubrik penilaian menulis yang diadaptasi
dari skala rubrik analitik untuk penilaian tes menulis menurut Brown dan Bailey
(1984:254). Rubrik penilaian yang digunakan terdiri atas empat kriteria penilaian
yang berbeda. Kriteria tersebut adalah (1) organisasi, (2) pengembangan ide (3)
tata bahasa, dan (4) mekanik. Keempat kriteria penulisan tersebut dijabarkan ke
dalam tabel rubrik penilaian recount textberikut ini:
Tabel 1 Rubrik Penilaian Recount Text, Aspek Penilaian Organisasi
Skor Kategori Keterangan
121
Skor Kategori Keterangan
25—22 Sangat Baik Judul yang sesuai
Pendahuluan paragraf yang efektif, topik disebutkan
dan mengarah pada isi, pengaturan materi mengacu
pada perencanaan (harus dapat digeneralisasi oleh
pembaca), memberikan bukti yang mendukung
dan simpulan bersifat logis dan lengkap
21—17 Baik judul yang sesuai
pendahuluan dan simpulan dari isi
karangan dapat diterima, tetapi ada
beberapa ide yang tidak dikembangkan dengan baik.
Urutannya logis, tetapi ekspresi transisionalnya
tidak tampak 16—12 Cukup pendahuluan atau simpulan masalah dengan
urutan isi, generalisasi tidak didukung oleh bukti
yang ada, masalah pengorganisasi dan isi karangan
11—6 Kurang pendahuluan yang diketahui terbatas
pengorganisasian dapat dikenal secara langsung
masalah yang tidak lazim dengan pengorganisasian
ide, kurangnya bukti pendukung, dan simpulan tidak
logis dan organisasi yang tidak cocok
5—1 Sangat
Kurang
tidak adanya pendahuluan dan simpulan
tidak ada organisasi yang terlihat dalam isi/struktur
karangan, kurangnya bukti dan penulis tidak
membuat pengorganisasian komposisi (tidak dapat
dilihat oleh pembaca) Sumber adaptasi: Brown & Bailey (1984:254)
Pada rubrik penilaian tabel 1 penilaian kategori sangat baik misalnya,
berkurang nilainya dari 25—22 jika aspek-aspek penilaian seperi judul yang
sesuai, pendahuluan paragraf yang efektif, topik disebutkan dan mengarah pada
isi, pengaturan materi mengacu pada perencanaan (harus dapat digeneralisasi oleh
pembaca), memberikan bukti yang mendukung, dan simpulan bersifat logis dan
lengkap tidak disebutkan. Hal ini juga berlaku pada kategori penilaian baik,
cukup, kurang, dan sangat kurang. Indikator penilaian ini sangat memengaruhi
122
nilai siswa.
Tabel 2 Rubrik Penilaian Recount Text, Aspek PenilaianPengembangan Ide
Skor Kategori Keterangan
25—22 Sangat Baik karangan menggambarkan topik
ide karangan nyata dan dikembangkan secara
utuh
materi yang relevan dan isi,
merefleksikan ide 21—17 Baik karangan menunjukkan masalah tetapi
kehilangan beberapa poin
ide dapat dikembangkan lebih utuh
- beberapa ide yang kurang
relevan ditunjukkan
16—12 Cukup pengembangan ide tidak lengkap atau
karangan cenderung mengacu pada topik
11—6 Kurang ide tidak lengkap
karangan tidak merefleksikan pemikiran yang
teliti atau ditulis secara tergesa-gesa dan
upaya yang tidak seimbang pada isi 5—1 Sangat Kurang ide tidak lengkap
karangan tidak merefleksikan yang teliti atau
ditulis dengan tergesa- gesa dan
ketidakseimbangan isi Tabel 2 menggambarkan rubrik penilaian recount text dari aspek
penilaian penegmbangan ide. Skor 5—1 berkurang jika siswa menyebutkan jika
pada karangan siswa terdapat ide tidak lengkap, karangan tidak merefleksikan
yang teliti atau ditulis dengan tergesa-gesa, dan ketidakseimbangan isi.
Tabel 3 Rubrik Penilaian Recount Text, Aspek Penilaian Tata Bahasa
Skor Kategori Keterangan
25—22 Sangat Baik kefasihan tata bahasanya seperti penutur asli
penggunaan relative clause, prepositions,
modals, articles, verb, pronoun, conjunction,
adverb, forms and tense sequencing, dan
lainnya dengan benar dan tidak ada pemisahan
dalam kalimat.
123
21—17 Baik keahlian tata bahasa lebih baik
beberapa masalah tata bahasa tidak
memengaruhi komunikasi walaupun penulis
menyadari hal tersebut dan tidak terdapat
pemisahan dalam kalimat 16—7 Cukup ide diketahui oleh pembaca tapi masalah tata
bahasa nampak
pemasalahan tata bahasa terlihat dan
memberikan efek negatif dalam komunikasi dan
adanya pemisahan kalimat 11—6 Kurang adanya sejumlah masalah tata bahasa yang
serius terkait dengan ide
- membutuhkan beberapa kajian
ulang beberapa pokok bahasan tata bahasa
- kalimat susah dibaca
5—1 Sangat
Kurang
masalah tata bahsa yang tidak lazim ditemukan
pada pesan
- pembaca tidak dapat memahami
ide penulis dan struktur kalimat tidak dapat
dipahami
Sumber adaptasi: Brown & Bailey (1984:254)
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada aspek penilaian tata bahasa,
pemberian skor 11—6 berkurang jika dalam karangan siswa ditemukan adanya
sejumlah masalah tata bahasa yang serius terkait dengan ide, membutuhkan
beberapa kajian ulang beberapa pokok bahasan tata bahasa, kalimat susah
dibaca. Pemberian skor pada rentang nilai lainnya disesuaikan dengan kategori
yang ada.
Tabel 4 Rubrik Penilaian Recount Text, Kriteria Penilaian Mekanik
Skor Kategori Keterangan
25—22 Sangat
Baik
penggunaan pangtuasi/tanda baca dan ejaan bahasa
Inggris benar
penggunaan penulisan bahasa Inggris yang lazim
batasan kiri dan kanan, semua huruf kapital yang
dibutuhkan, spasi paragraf, tanda baca dan ejaan
sangat rapi 22—17 Baik terdapat beberapa masalah tanda baca dalam
penulisan
kesalahan ejaan yang kadang-kadang terjadi
rata kiri benar, kertas rapi, dan dapat dibaca
124
16—12 Cukup menggunakan penulisan yang umum tetapi
memiliki masalah
mengecoh pembaca
kesalahan tanda baca mengganggu ide
11—6 Kurang masalah yang serius dengan format penulisan
bagian-bagian karangan tidak dapat dibaca
kesalahan penulisan tanda baca
tidak dapat mengedukasi pembaca
5—1 Sangat
Kurang
kelalaian penuh dalam penulisan bahasa Inggris
yang lazim
tulisan tidak dapat dipahami
tidak adanya penggunaan huruf kapital, tidak ada
margin, dan kesalahan ejaan yang parah
Sumber adaptasi: Brown & Bailey (1984:254)
Tabel 4 berisikan rubrik penilaian recount text aspek mekanik. Rentang
nilai 16—12 dalam kategori cukup berkurang skornya jika ditemukan kesalahan-
kesalahan berikut, yaitu menggunakan penulisan yang umum tetapi memiliki
masalah, mengecoh pembaca, dan kesalahan tanda baca mengganggu ide.
Penilaian yang sama juga berlaku pada kategori yang lainnya dengan
mempertimbangkan unsur-unsur penilaian per kategori.
Selanjutnya perolehan skor siswa dianalisis berdasarkan rubrik penilaian
tersebut yang dianalisis menggunakan teori statistik deskriptif dengan level
kemampuan dan ketercapaian dalam kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
diterapkan oleh SMPN 2 Kebonagung sebagai berikut
Tabel 5 Level Kemampuan dan Ketercapaian KKM
Jumlah Skor Kriteria
Kemampuan
Ketercapaian
KKM 90—100 Excellent (sangat baik) Terlampaui KKM
79—89 Good (baik) Terlampaui KKM
78 Sufficient (cukup) Tercapai KKM
60—77 Insufficient (kurang) Belum tercapai KKM
40—59 Poor (sangat kurang) Belum tercapai KKM
125
Sumber: Kurikulum SMPN 2 Kebonagung tentang Penetapan KKM
Setelah menentukan nilai siswa berdasarkan level kemampuan dan
ketercapaian KKM langkah berikutnya adalah mengukur tingkat partisipatif siswa
dengan menggunakan rumus yang dikutip dari Purwanto (2010:90) untuk
menentukan rerata kelas (mean) dan persentase respons dari kuisioner siswa
Data kualitatif yang diperoleh berupa observasi, tes, dan dokumentasi
dianalisis untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap siswa
dalam menulis recount text sebelum dan setelah teknik picture series diberikan.
Data hasil analisis siklus I menjadi refleksi untuk silkus II sehingga dapat
dilaksanakan perbaikan dalam proses pembelajaran tentang metode yang
digunakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini disajikan perbandingan perolehan nilai siswa tiap siklus,
seperti tabel berikut.
Tabel 6 Perbandingan Perolehan Skor Siswa pada Pratindakan, Siklus, I dan
Siklus II
No siswa
Skor Ket
Level KKM Siklus
Pratindakan I II
1 78 8
2
82 Tetap Terlampaui
2 70 7
8
78 Tetap Tercapai
3 69 7
3
79 Meningkat Terlampaui
4 72 7
8
78 Tetap Tercapai
5 62 7
0
78 Meningkat Tercapai
6 79 7
9
79 Tetap Terlampaui
7 72 7
5
78 Meningkat Tercapai
8 66 7
9
79 Tetap Terlampaui
9 73 7
4
78 Meningkat Tercapai
10 69 7
4
79 Meningkat Terlampaui
11 70 7
2
78 Meningkat Tercapai
12 72 7
6
78 Meningkat Tercapai
13 65 7
2
78 Meningkat Tercapai
14 70 7
8
84 Meningkat Tercapai
15 67 7
4
78 Meningkat Tercapai
126
No siswa
Skor Ket
Level KKM Siklus
Pratindakan I II
16 70 7
5
78 Meningkat Tercapai
17 69 7
3
78 Meningkat Tercapai
18 74 7
8
79 Meningkat Terlampaui
19 63 7
2
78 Meningkat Tercapai
20 78 8
3
87 Meningkat Terlampaui
21 76 7
8
78 Tetap Tercapai
22 79 8
5
90 Meningkat Terlampaui
Rata-rata
Kelas
70.22 75.54 79.54 Meningkat Terlampaui
Perbandingan hasil evaluasi yang tertera pada tabel di atas menunjukkan
perolehan nilai siswa selama siklus penelitian tindakan kelas dilaksanakan.
Tampak bahwa nilai rerata kelas meningkat pada setiap siklus yang diadakan.
Berdasarkan perolehan nilai individu siswa tampak bahwa beberapa siswa pada
siklus I dan siklus II memeroleh nilai tetap. Namun terjadi peningkatan dari nilai
pratindakan ke siklus berikutnya setelah treatmen diberikan. Ini berarti bahwa
peningkatan kemampuan menulis siswa dengan teknik picture series berhasil
diterapkan dalam kegiatan menulis recount text.
Tabel 7 Perbandingan Nilai Rerata Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
Kriteria Penilaian Perbandingan Nilai
Pratindakan Siklus I Sikl
us II Organisasi 17.8 19.68 21.16
Pengembangan ide 16.68 18.35 18.87
Tata Bahasa 16.39 17.35 18.35
Mekanik 19.35 19.77 21.16
Jumlah 70.22 75.54 79.54
Berdasarkan tabel perbandingan di atas diketahui bahwa kriteria
penilaian menulis yang diadaptasi dari rubrik penilaian menulis Brown & Bailey
(1984:254) dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Pada kriteria penilaian organisasi (pendahuluan, isi, dan simpulan) yang
ditunjukkan pada tabel perbandingan nilai pratindakan, siklus I, dan siklus II
tampak bahwa siswa mampu meningkatkan pemahaman mereka tentang
127
generic structure dari recount text itu sendiri. Siswa mampu menentukan
urutan kejadian secara kronologis sesuai dengan rangkaian peristiwa yang ada
pada slide picture series.
2. Pada kriteria penilaian pengembangan ide, terjadi peningkatan ke arah yang
lebih baik seperti pada tabel perbandingan di atas. Siswa mampu
mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikiran mereka dengan cara mencatat
terlebih dahulu poin-poin penting yang ada pada gambar, kemudian
dikembangkan menjadi paragraf hingga membentuk sebuah karangan.
3. Peningkatan juga terjadi pada tata bahasa sesuai dengan yang tertera pada tabel
perbandingan di atas yang berarti bahwa pemahaman penggunaan tata bahasa
oleh siswa mulai bertambah karena ditekankan pengulangan materi tentang
struktur gramatika pada setiap pertemuan disetiap siklusnya sebelum
penugasan menulis dilakukan.
4. Pada aspek mekanik, siswa mampu menggunakan aspek-aspek penilaian
tersebut dengan baik. Mereka memberikan perhatian yang lebih tentang hal
tersebut sehingga kesalahan-kesalahan penulisan yang dilakukan dapat
diminimalisasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan tersebut, dapat
diidentifikasikan tiga temuan yang bermakna yang berkaitan dengan rumusan
masalah. Temuan tersebut adalah kemampuan siswa dalam menulis recount text
sebelum menggunakan teknik picture series, kemampuan siswa dalam menulis
recount text setelah menggunakan teknik piture series dan faktor-faktor yang
memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa pada penerapan teknik picture series
dalam menulis recount text pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 2
Kebonagung. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi hasil evaluasi belajar
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan picture series yang ditampilkan dengan menggunakan slide
projector dapat meningkatkan perhatian siswa dalam pada suatu materi baru.
Meningkatnya perhatian siswa disebabkan adanya stimulus yang diberikan
berupa picture series. Adanya penayangan gambar yang berwarna pada picture
series memberi daya tarik dalam pembelajaran khususnya dalam menulis
128
recount text yang memudahkan siswa untuk memunculkan ide-ide yang ada
dalam pikiran mereka sehingga dapat mudah tertuang dalam tulisan.
2. Terdapat instrumen-instrumen baru berupa planning organizer yang bertujuan
untuki memberi gambaran perencanaan recount text dan composing organizer
yang bertujuan untuk mencatat kejadian-kejadian penting yang ada pada
recount text. Penggunaan instrumen tersebut memudahkan siswa untuk
mencatat ide-ide penting yang ada. Ide-ide penting yang dicatat dalam
composing organizer dikembangkan menjadi sebuah recount text.
3. Adanya motivasi yang diberikan guru saat siswa sulit membuat judul yang
sesuai dengan tema yang berhubungan dengan picture series yang ditayangkan.
Pemberian motivasi ini bertujuan untuk menumbuhkan semangat siswa dalam
berpikir secara kritis untuk menentukan sebuah judul yang bertitik tolak dari
simpulan yang ditulis siswa.
4. Adanya pengulangan materi dengan tujuan untuk lebih mengingatkan siswa
untuk menulis recount text dengan menggunakan teknik picture series.
Pengulangan materi yang diberikan secara berkala berupa penjelasan tentang
penggunaaan simple past tense dalam karangan membantu siswa memahami
pola kalimat simple past tense yang ada pada karangan recount text mereka.
5. Adanya penguatan (reinforcement) berupa pengulangan materi, pelatihan-
pelatihan menulis dan pujian yang diberikan guru memberikan respons baik
sehingga terjadi peningkatan dalam hasil tulisan recount text siswa.
6. Adanya ketertarikan siswa untuk menulis tidak hanya sebatas menulis
pengalaman atau wacana berita yang ditulis dalam bentuk lampau, siswa sudah
mampu menulis karangan sendiri dengan imajinasi yang dikembangkan setelah
melihat gambar yang ada.
SIMPULAN
Penggunaan teks recount dengan tehnik pictures series dapat
meningkatkan prestasi belajar menulis bahasa inggris siswa kelas VIII D SMP
Negeri 2 Kebonagung Tahun Pelajaran 2018/2019.
DAFTAR RUJUKAN
129
Anderson, M. & Anderson, K. 1997. Text Types in English 1. Melbourne:
Macmillan Education Australia.
Arikunto dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Asthika, I Made Dharma. 2012. Improving The Ability To Use Verbs In
Paragraph Writing Through Grammar Transformational Teaching
Method. Denpasar: Universitas Udayana.
Baehaqi, Imam. 2009. A Handbook of English Grammar, Panduan Lengkap dan
Praktis Belajar Tata Bahasa Inggris. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu.
Brown, J.D & Bailey, M. 1984. A Categorical Instrument for Scoring Second
Language Writing Skills. Language Learning Reasearch Club.
University of Michigan.
Brown, J.D . 1978. Prinsiple of Language and Teaching. Englewood Clift, N.J.:
Prentice-Hall.
Cahyo, Agus N. 2014. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual
dan Terpopuler. Yogyakarta: Diva Press.
Disney Enterprises. 2014. Lost. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Dykes,
Barbara. 2007. Grammar for Everyone: Victoria: Acer Press
Fadlun, Bahasa. 2011. Rangkuman Intisari Bahasa Inggris. Surabaya: Pustaka
Agung Harapan.
Gie, The Liang. Terampil Mengarang Bahasa Indonesia Siswa Sekolah Dasar.
Yogyakarta : Andi.
Ghazali, H. A Syukur 2010. Pembelajaran keterampilan Berbahasa. Malang :
Aditama.
Leech, Geoffery. 2006. Glossary of Englsih Grammar: Edinburgh United
Kingdom: Edinburgh University Press.
Harmer, Jeremy. 2007. The Practice of English Language Teaching. Cambrigde :
Longman.
Hidayati. 2011. Peningkatan Kemampuan Menulis Wacana Narasi Melalui
Pengguanaan Media Gambar Berbasis Visual Gambar Berseri pada
Mahasiswa FKIP UMM. Denpasar: Universitas Udayana.
Iskandarwassid dan Dadang Suendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
130
Munadi, Yudi. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001 Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE.
Purwanto. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif: Untuk Psikologi dan Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Skinner. 1957. Verbal Behavior. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Jakarta: Indonesian
Linguistics Development Project.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur. 2000. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
Yule, George. 2010. The Study Of Language Fourth Edition. New York.
Cambridge University Press.
Zuriah, N. 2006, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi.
Jakarta: Bumi Aksara.