Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Generik Sains Melalui Praktikum Zoologi...
-
Upload
latahzan-wa-hamasah -
Category
Documents
-
view
214 -
download
7
description
Transcript of Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Generik Sains Melalui Praktikum Zoologi...
1
Laporan Penelitian Individu
UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN
KETERAMPILAN GENERIK SAINS MELALUI PRAKTIKUM ZOOLOGI
VERTEBRATA PADA MAHASISWA BIOLOGI STAIN PALANGKA RAYA
(Penelitian Tindakan Kelas Mahasiswa Semester IV Tadris Biologi Jurusan Tarbiyah
STAIN Palangka Raya)
Oleh
J U M R O D A H
NIP. 197909012003122002
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PALANGKA RAYA
2010
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil pengamatan dosen pengampu pada praktikum zoologi vertebrata
sebelumnya, mahasiswa yang mengikuti praktikum hanya menunaikan kewajibannya karena di
Tadris Biologi kalau memprogram mata kuliah yang ada praktikumnya maka wajib ikut
praktikum. Hal ini sesuai kurikulum yang ada di Tadris Biologi yaitu untuk mata kuliah
zoologi vertebrata terdiri dari 3 SKS, 2 SKS untuk teori memerlukan waktu 100 menit dan 1
SKS untuk praktikum memerlukan waktu 120 menit. Mahasiswa yang mengikuti
praktikum juga kurang memahami materi yang diberikan di praktikum terbukti pada saat
pengamatan spesimen seharusnya menggambar dan menganalisis apa yang terlihat dari
spesimen tersebut, tetapi yang terjadi mahasiswa praktikan menggambar dan mengalisis
dari buku yang berhubungan dengan spes imen t ersebut.
Dari data survey oleh peneliti dan wawancara dengan dosen mitra yang memegang
mata kuliah dan praktikum zoologi vertebrata semester sebelumnya dari 38 mahasiswa yang
menempuh zoologi vertebrata terdapat 11 mahasiswa yang harus mengulang mata kuliah
tersebut karena mendapat nilai yang sangat rendah, berarti sekitar 29 % dari jumlah
mahasiswa pengampu mata kuliah zoologi vertebrata, terdapat 7 mahasiswa atau sekitar 18, 5
% yang hanya menunaikan tugas dan praktikumnya saja tanpa memahami materi yang
disampaikan, dan terdapat 5 mahasiswa yang mendapat nilai sempurna artinya sangat memahami
baik dari teori maupun praktikum, berarti sekitar 13 %, dan terdapat 15 mahasiswa sekitar 39,5
% yang mendapat nilai dengan kategori sedang.
Biologi sebagai sebuah ilmu dasar mencakup tiga aspek, yaitu produk, proses,
dan sikap. Pembelajaran biologi yang baik harus dapat mengembangkan ketiga aspek
tersebut sebagai satu kesatuan. Oleh karena itu perlu dikembangkan model-model
pembelajaran biologi yang dapat meningkatkan penguasaan konsep sekaligus dapat
meningkatkan keterampilan generik sains peserta didik.
Praktikum mengandung aspek generik yang nampaknya kurang banyak diberi
penekanan dalam pembelajarannya. Kemampuan keterampilan generik sains merupakan
kemampuan dasar perpaduan antara pengetahuan dan keterampilan. Kemampuan tersebut
tidak tergantung pada domain atau dis iplin ilmu namun mengacu pada strategi kognitif.
Kemampuan keterampilan generik sains merupakan kemampuan yang dapat diterapkan pada
3
berbagai bidang dan untuk memperolehnya diperlukan waktu yang lama (Gibb dalam
Rustaman. et al. 2007).
Praktikum merupakan wahana ideal untuk mengembangkan keterampilan generik,
baik yang berupa perencanaan, pelaksanaan, maupun pelaporan. Praktikum juga potensial
untuk pengembangan kemampuan generik lainnya pengambilan keputusan, pemecahan
masalah, komunikasi, kerja kelompok, dan penalaran tingkat tinggi (Gibb, 2002).
Praktikum sangat penting bagi mata kuliah sains dalam hal ini adalah zoologi
vertebrata. Baik pengajar maupun mahasiswa pada dasarnya menaruh harapan yang tinggi
terhadap praktikum. Pengajar berharap dengan praktikum mahasiswa akan lebih paham
konsep yang dipelajari, terbangkitkan motivasinya untuk belajar sains, berkembang
keterampilan generik sains, dan tumbuh sikap ilmiahnya. Dipihak mahasiswa, mereka juga
berharap bisa menikmati pengalaman-pengalaman baru untuk menikmati, mencoba,
menggunakan alat, dan bereksperimen (Solomon, 1994: 84).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa praktikum memiliki peranan yang
cukup besar dalam membekali kemampuan keterampilan generik sains pada mahasiswa.
Rustman, et al., 2007 menunjukkan bahwa hasil pembelajaran p rakt ikum regular p ada
mat a kuliah F is iologi T umbuhan dap at membekali kemampuan generik pada calon guru
biologi yang meliputi: pengamatan, pemodelan, sebab akibat, inferensi dan bahasa simbolik
dengan rerata nilai tergolong tinggi 61,2. Sedangkan menurut Widodo. et al, 2007
menunjukkan keterampilan generik sains (KGS) untuk guru diklat pada pembelajaran
praktikum Fisika, yang meliputi pemahaman hukum sebab akibat, kerangka logika taat azas,
bahasa simbolik, inferensi logika, pemodelan matematika, dan membangun konsep, memiliki
nilai rata-rata 35,73 % termasuk dalam kategori sedang, juga rata-rata peningkatan konsep
(N-Gain) sebesar 36,65 % termasuk dalam kategori sedang.
Pada praktikum Zoologi Vertebrata ini mencakup pembahasan tentang hewan
tingkat tinggi yang meliputi: kelas Pisces, kelas Amphibia, kelas Reptil, kelas Aves dan
kelas Mammalia. Pengamatan yang dilakukan pada praktikum ini adalah yang
berhubungan dengan morfologi dan macam-macam s istem, seperti sistem pencernaan,
sistem reproduksi, sistem pernapasan, dan sistem saraf.
4
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang menunjukkan bahwa mahasiswa biologi
selain harus menguasai konsep materi juga harus memiliki skill dalam hal ini adalah
keterampilan generik sains yang dapat diperoleh melalui praktikum-praktikum.
Fokus penelitian ini adalah mencoba menggali pengaruh praktikum Zoologi
Vertebrata t erhadap penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada mahasiswa
biologi STAIN Palangka Raya. Yang mana keterampilan generik sains difokuskan pada:
pengamatan langsung, sebab akibat, inferensi logika, dan membangun konsep.
Materi praktikum zoologi vertebrata mencakup 5 (lima) tema yaitu kelas pisces,
kelas amphibia, kelas reptil, kelas aves, dan kelas mammalia. Karena keterbatasan waktu dan
tenaga maka peneliti hanya memfokuskan pada beberapa pengamatan yaitu, pengamatan
secara morfologi, sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem pernapasan, dan sistem saraf.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah yang akan diteliti
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: "Bagaimana upaya peningkatan
penguasaan konsep dan keterampilan generik sains melalui praktikum Zoologi Vertebrata pada
mahasiswa Semester IV Jurusan Tarbiyah Tadris Biologi di STAIN Palangka Raya?"
Untuk lebih rinciny a masalah yang akan dit elit i dijabarkan kedalam
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah penguasaan konsep melalui praktikum zoologi vertebrata pada mahasiswa Semester
IV Jurusan Tarbiyah Tadris Biologi di STAIN Palangka Raya dapat ditingkatkan?
2. Apakah keterampilan generik sains melalui praktikum zoologi vertebrata pada mahasiswa
Semester IV Jurusan Tarbiyah Tadris Biologi di STAIN Palangka Raya dapat
ditingkatkan?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang:
1. Penguasaaan konsep melalui praktikum zoologi vertebrata pada mahasiswa semester IV
Jurusan Tarbiyah Tadris Biologi di STAIN Palangka Raya setelah penerapan praktikum.
2. Upaya meningkatkan keterampilan generik sains melalui praktikum zoologi vertebrata,
pada mahasiswa Semester IV Jurusan Tarbiyah Tadris Biologi di STAIN Palangka Raya
setelah penerapan praktikum.
5
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1. Upaya untuk mengungkap dan mensosialisasikan kemampuan generik sains yang
penting dikembangkan dalam dunia pendidikan, dan dapat dibekalkan melalui
praktikum.
2. Landasan untuk pengembangan model pembelajaran praktikum yang dapat meningkatkan
penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada mahasiswa Jurusan Tarbiyah
Tadris Biologi di STAIN Palangka Raya.
F. Definisi Operasional
Agar diperoleh kesamaan persepsi dan menghindari perbedaan dalam penelitian
ini, maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah yang digunakan, Berikut ini dijelaskan
istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Praktikum Zoologi Vertebrata adalah kegiatan atau praktek yang dilakukan di dalam
laboratorium untuk mengamati baik secara morfologi maupun sistem pencernaan, sistem
pernapasan, sistem reproduksi, pada Pisces, Amphibia, Reptil, Aves, dan Mammalia.
2. Penguasaan konsep merupakan kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menguasai
konsep-konsep pada Pisces, Amphibia, Reptil, Aves, dan Mammalia.
3. Kemampuan generik sains adalah kemampuan mahasiswa dalam kegiatan praktikum
yang meliputi pengamatan secara langsung, sebab akibat, inferensi logika, dan
membangun konsep.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Praktikum
Dalam pendidikan sains kegiatan laboratorium (praktikum) merupakan bagian int egral
dari kegiat an belajar mengajar, khususny a biologi. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan biologi.
Praktikum adalah suatu kegiatan praktik, baik yang dilakukan di laboratorium maupun di luar
laboratorium seperti di kelas atau di alam terbuka, berkaitan dengan suatu bidang ilmu
tertentu, seperti Zoologi Vertebrata. Praktikum antara lain dapat digunakan untuk:
observasi, klasifikasi, klarifikasi, uji coba, penelitian dan sebagainya (Rustaman dan
Pramadi, 1996; Subiyanto, 1988 dalam Rustaman, et.al., 2007). Praktikum atau kerja
laboratoriun memiliki tujuan kognitif, psikomotor dan afektif. Tujuan kognitif meliputi:
Mempromosikan pengembangan intelektual, meningkatkan belajar konsep-konsep ilmiah,
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mengembangkan berpikir kreatif,
meningkatkan pemahaman sains dan metode ilmiah. Tujuan Psikomotor prakt ik atau
prosedural meliputi: Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam penampilan
investigasi ilmiah, mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam menganalisis temuan
data, mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam berkomunikasi, mengembangkan
keterampilan-keterampilan dalam bekerja dengan yang lain. Tujuan afektif meliputi:
meningkatkan sikap ilmiah, memp romosikan p ersep s i-perseps i p os it if unt uk
memah ami dan mempengaruhi lingkungan (Pabelon dan Mendoza, 2000. dalam
Rustaman, et.al., 2007).
Praktikum merupakan metode yang memfasilitasi diperolehnya berbagai
keterampilan-keterampilan yang meliputi: keterampilan merencanakan, keterampilan
menemukan masalah, keterampilan mengumpulkan informasi, keterampilan memproses
informasi, keterampilan interpretasi, dan keteramp ilan komunikas i (Pabelon and
Mendoz a, 2000, dalam Rust aman, et. al., 2007). Praktikum dapat berupa: latihan, misalnya
latihan pengunaan alat; dapat berupa pengalaman, misalnya dalam bentuk verifikasi atau
induksi; dan dapat berupa investigasi atau eksperimen. Menurut Subiyanto (1988: 130),
eksperimen adalah akt ivitas yang memadukan semua keterampilan proses ilmu
pengetahuan alam yang telah dipelajari mahasiswa sebelumnya. Suatu eksperimen dapat
diawali dengan suatu pertanyaan. Berbagai tahap untuk menjawab pertanyaan itu, dapat
7
rnencakup mengidentifikasi variabel, merumuskan masalah, membuat hipotesis, merancang
investigasi atau penyelidikan, mengumpulkan data, dan mengolah data, serta membuat
kesimpulan (Subiyanto, 1988:130; Rahman, 2007 dalam Rustaman, et. al., 2007).
Woolnough & Allsop (Rustaman, 2005: 136) mengemukakan empat alasan
mengenai pentingnya kegiatan praktikum sains: Pertama: praktikum membangkitkan
motivasi belajar sains. Belajar mahasiswa dipengaruhi oleh motivasi, siswa yang termotivasi
untuk belajar akan bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Melalui kegiatan
laboratorium, mahasiswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan
ingin bisa. Prinsip ini akan menunjang kegiatan praktikum dimana mahasiswa menemukan
pengetahuan melalui ekspiorasi alam. Kedua: praktikum mengembangkan ket erampilan
dasar melakukan eksperimen. Melakukan eksperimen merupakan kegiatan yang banyak
dilakukan oleh para ilmuwan. Untuk melakukan eksperimen ini diperlukan beberapa
keterampilan dasar seperti mengamati, mengestimasi, mengukur dan memanipulasi peralatan
biologi. Dengan kegiatan praktikum, mahasiswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan
bereksperimen dengan melatih kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat,
mengukur secara akurat dengan alat ukur yang sederhana atau lebih canggih, rnenggunakan dan
menangani alat secara aman, merancang, melakukan dan menginterpret asikan eksperimen.
Ketiga: praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Banyak para pakar pendidikan
Sains meyakini bahwa cara yang terbaik untuk belajar pendekatan ilmiah adalah dengan
menjadikan s iswa sebagai scientis . Keempat: praktikum menunjang materi pelajaran.
Kegiatan praktikum memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk menemukan teori, dan
membuktikan teori. Selain itu praktikum dalam pelajaran biologi dapat membentuk ilustrasi
bagi konsep dan prinsip biologi.
B. Penguasaan Konsep
Yuliati (2005) mengatakan bahwa penguasaan didefinisikan sebagai kemampuan
untuk memahami materi bahan. Proses penguasaan terjadi karena adanya kemampuan
menjabarkan materi atau bahan ke dalam materi lain. Penguasaan juga dapat ditunjukkan
dengan kemampuan memperkirakan kecenderungan, kemampuan meramalkan akibat-
akibat dari berbagai penyebab suatu gejala. Selanjutnya Sudjana, (2004) mengatakan bahwa
penguasaan dapat di golongkan ke dalam tiga kategori yaitu (1) tingkat rendah adalah
kemampuan terjemahan dalam art i yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Indonesia ke
dalam bahasa inggris (2) pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian
8
terdahulu dengan yang diket ahui berikutnya dan (3) pemahaman ekstrapolasi, yakni
dengan eksptrapolas i seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat
ramalan tentang konsekuensi, atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu,dimensi,
kasus atau masalah.
Penguasaan konsep dapat ditunjukkan dengan berbagai cara. Dalam pembelajaran
dengan model konstruktivisme pemahaman konsep dapat ditunjukkan dengan kemampuan
siswa untuk mengungkapkan pikirannya dalam bentuk bahasa. Siswa yang dapat
menjawab pertanyaan mengenai apa yang tidak dikuasainya menunjukkan penguasaan
konsep yang lebih baik. Dalam sistem pendidikan di Indonesia berlandaskan pada pemikiran
bahwa penguasaan konsep ditunjukkan dengan has il belajar melalui tes. Oleh karena itu,
evaluasi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran ini menggunakan tes dan observasi
proses belajar yang merupakan modifikasi ant ara evaluas i p embel ajar an t radis ional
dengan p embela jaran konstruktivisme (Yuliati, 2005).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kalau mahasiswa sudah memahami materi
pelajaran dengan baik maka hasil yang akan di dapat juga lebih baik daripada kalau
mahasiswa hanya mengingat saja, apalagi dalam pembelajaran biologi faktor penguasaan ini
sangat penting sekali.
C. Kemampuan Keterampilan Generik Sains
Kemampuan generik merupakan hasil interaksi kompleks antara pengetahuan dengan
keterampilan sehingga untuk menguasainya diperlukan interaksi yang berulang kali dan waktu
yang relative lama (Haladyna, 1997:8). Kemampuan generik merupakan strategi kognitif, dan
dikenal pula dengan sebutan kemampuan kunci, kemampuan inti (core skill), kemampuan
esensial, dan kemampuan dasar. Kemampuan generik antara lain meliputi keterampilan:
komunikasi, kerja tim, pemecahan masalah, inisiatif dan usaha (initiative and enterprise),
merencanakan dan mengorganisasi, menajemen diri, keterampilan belajar, dan keterampilan
teknologi. Hal yang berkait an dengan atribut personal meliputi: loyalitas, komitmen, jujur,
antusias, dapat dipercaya, sikap simbang terhadap pekerjaan dan kehidupan rumah,
motivasi, presentasi personal, akal sehat, penghargaan positif, rasa humor, kemampuan
mengatasi tekanan, dan kemampuan adaptasi (Gibb, 2002). Belakangan telah pula
dilakukan pengelompokan pada kemampuan generik yang ragamnya antara lain meliputi
pengamatan, pemodelan, sebab akibat, inferens i, dan bahasa simbolik (Moerwani, et al.,
2001, Brotosiswoyo, 2001; Rahman, 2007 dalam Nuryani, et al, 2007).
9
1. Pengamatan langsung
Sains merupakan ilmu tentang fenomena dan perilaku alam sepanjang masih dapat
diamati oleh manusia. Hal ini menuntut adanya kemampuan manusia untuk melakukan
pengamatan langsung dan mencari keterkaitan-keterkaitan sebab akibat dari pengamatan
tersebut. Pengamatan merupakan suatu aktivitas observasi yang melibatkan panca indera
dan juga pengukuran. Pengamatan dapat berupa pengamatan langsung maupun pengamatan
tidak langsung. Pengamatan langsung merupakan pengamatan yang objeknya langsung dapat
diindera baik mengunakan alat seperti mikroskop maupun tidak. (Moerwani, et al., 2001,
Brotosiswoyo, 2001; Rahman, 2007 dalam Nuryani, et al, 2007).
Kemampuan generik pengamatan menuntut kemampuan mahasiswa disamping
mampu mengamati dengan cermat menggunakan panca indera, juga menuntut kemampuan
mengukur, menafsirkan, menentukan, menggambar dan menjelaskan hasil pengamatan.
Dengan demikian untuk mampu mengamati dengan baik diperlukan strategi kognitif.
2. Sebab akibat
Sebab akibat banyak terkait dalam proses-proses biologi sehinga kemampuan generik
ini penting dilatihkan untuk pemahaman biologi. Sebab dapat diartikan sebagai hal yang
mengakibatkan sesuatu sedangkan akibat adalah hasil dari sesuatu peristiwa atau perbuatan
(Poerwadarminta, 1983; Rahman, 2007 dalam Nuryani, et al, 2007).
3. Inferensi logika
Inferensi merupakan kemampuan generik ditujukan untuk membuat suatu generalisasi
atau mengambil suatu kesimpulan. Kesimpulan yang ditarik dapat berupa penjelasan atau
interpretasi dari hasil suatu observasi atau suatu kajian (Subiyanto, 1988:117) atau berupa
kesimpulan terhadap persoalan baru sebagai akibat logis dari kes impulan-kes impulan
atau t eori-teori yang ada, tanpa melihat bagaimana makna konkret sesungguhnya
(Moerwani, et al, 2001:64; Rahman, 2007). Logika sangat berperan dalam melahirkan
hulcumhukum sains. Banyak fakta yang tak dapat diamati langsung dapat ditemukan melalui
inferensia logika dari konsekuensi-konsekuensi logis hasil pemikiran dalam belajar sains.
Misalnya titik nol derajat Kelvin sampai saat ini belum dapat direalisasikan keberadaannya,
tetapi orang yakin bahwa itu benar.
4. Membangun konsep
Tidak semua fenomena alam dapat dipahami dengan bahasa sehari-hari, karena
itu diperlukan bahasa khusus ini yang dapat disebut konsep. Tadi belajar sains memerlukan
kemampuan untuk mernbangun konsep, agar bisa ditelaah lebih lanjut untuk memerlukan
10
pemahaman yang lebih lanjut, konsep-konsep inilah diuji keterapannya. Sedikitnya ada tiga
komponen utama kemampuan generik, yakni prosedur, prinsip, dan memorasi atau ingatan.
Prosedur mencakup seperangkat langkah yang digunakan untuk melakukan keterampilan.
Prinsip berkenaan dengan kemampuan memahami dan menerapkan konsep-konsep tertentu
untuk menuntun kapan dan bagaimana suatu langkah atau prosedur dilakukan. Memorasi
berupa mengingat urutan langkah-langkah (Gibb, 2002).
11
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jurusan Tarbiyah Tadris Biologi STAIN Palangkaraya.
Penelitian dilaksanakan pada mahasiswa semester IV (empat) tahun angkatan 2008/2009 yang
mengambil mata kuliah Zoologi Vertebrata.
B. Subyek Penelitian
Suby ek p enelit ian adalah mahasiswa T adris Biologi S-1 ST AIN
Palangkaraya pada Jurusan pada semester IV. Jumlah subyek penelitian sebanyak 40 mahasiswa.
C. Prose dur Peneliti an
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 2 (dua) siklus. Adapun prosedur
penelitian tindakan kelas ini mengacu kepada pendapat Mc Taggart dan Kemmis yang meliputi:
(1) perencanaan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (action); (3) observasi (observation);
dan (4) refleksi (reflection).
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti akan melakukan beberapa aktifitas, yaitu:
Siklus I
1. Perencanaan
Membuat skenario pembelajaran berupa Rencana Pelajaran (RP) pada pokok
bahasan Pisces, Amphibia, dan Reptilia, tiga kali tatap muka. (2)
Membuat/menyiapkan media/alat bantu termasuk petunjuk praktikum, mendesain
soal keterampilan generik sains dalam kegiatan praktikum (3) Mendesain alat
evaluas i berupa soal pre-test dan post-test setiap topik yang akan diajarkan.
2. Tindakan
Kegiat an y ang dilaksanakan dalam t ahap ini adalah melaksanakan skenario
pembelajaran pada materi pertama yaitu kelas Pisces, Amphihia, dan Reptil.
3. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati mahasiswa selama melakukan praktikum dan
memberikan tes soal KGS dan tes penguasaan konsep yang disesuaikan dengan tema
yang akan dipraktikumkan.
12
4. Refleksi
Peneliti merefleksi untuk mengkaji keunggulan dan kelemahan pada pelaksanaan
tindakan untuk menetapkan Iangkah-langkah pada siklus berikutnya.
Siklus II
Pelaksanaan penelitian tindakan pada siklus II pada prinsipnya sama dengan
pelaksanaan siklus I. Hal yang membedakan adalah pada pemberian tindakan. Pemberian
tindakan pada siklus II difokuskan pada materi tentang Aves dan Mammalia dengan dua kali
pertemuan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk menjaring data penelitian. Instrumen ini
terdiri dari t es pilihan ganda untuk mengetahui pengetahuan konsep mahasiswa pada
praktikum Zoologi Vertebrata. Dan soal untuk mengetahui kemampuan generik sains
mahasiswa pada praktikum Zoologi Vertebrata. Instrumen ini dikembangkan oleh peneliti,
melalui proses judgement, dan uji coba, kemudian di analisis dengan menggunakan program
Anates versi 4.
E. Analisis Tes
Dalam menganalisis tes instrumen soal peneliti menggolongkan dua golongan yaitu:
Pertama, analisis tes soal instrumen penguasaan konsep. Kedua, analisis tes soal instrumen
keterampilan generik sains.
Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang baik. Tes yang baik biasanya
memenuhi kriteria validitas tinggi, reliabilitas tinggi, daya pembeda yang baik, dan tingkat
kesukaran yang layak. Untuk mengetahui kriteria.
13
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan hasil-hasil penelitian dan pembahasan. Pemaparan diawali
dengan penelitian penguasaan konsep pada Praktikum Zoologi Vertebrata dengan pokok
pembahasan kelas Pisces, Amphibia, Reptil, Aves dan Mammalia dan dilanjutkan dengan
pemaparan tentang Keterampilan Generic Sains (KGS) yang meliputi pengamatan langsung,
sebab akibat, inferensi logika dan membangun konsep. Penelitian tindakan ini dilakukan pada
mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah mata kuliah Zoologi Vertebrata semester
genap pada Jurusan Tarbiyah Tadris Biologi STAIN Palangkaraya meliputi: (1) pemberian
pretest dan postest, (2) pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus yang terdiri dari tahap:
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, refleksi; (3) data penguasaan konsep
dan Keterampilan Generik Sains pada siklus I dan siklus II.
A.1. HASIL PELAKSANAAN PRAKTIKUM PADA SIKLUS I DAN SIKLUS II
Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada mahasiswa STAIN Palangka Raya
Program Studi Tadris Biologi angkatan 2008/2009 semester IV dilaksanakan selama dua
siklus berturut-turut. Siklus pertama dilaksanakan selama tiga pertemuan. Pada siklus I
kemampuan penguasaan konsep Mahasiswa mencapai nilai rata-rata 47, 38 sedangkan
kemampuan KGS mencapai nilai rata-rata 48,25 dan belum memenuhi nilai KKM yang
ditetapkan yaitu sebesar 60. dengan demikian perlu dilaksanakan upaya untuk meningkatkan
hasil belajar mahasiswa.
Perbaikan praktikum yang dilaksanakan pada siklus II berdasarkan hasil observasi
dan refleksi yang dilakukan pada siklus I. Perbaikan praktikum ini dilaksanakan selama dua
pertemuan dan hasilnya menunjukkan telah terjadi peningkatan positif terhadap kemampuan
penguasaan konsep dan kemampuan KGS Mahasiswa. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Nilai Penguasaan Konsep dan KGS
NO NAMA Nilai Penguasaan Konsep NILAI KGS
SIKLUS I
SIKLUS II
N-GAIN SIKLUS
I SIKLUS
II N-GAIN
1 Mhs1 55 80 0.56 55 87 0.71 2 Mhs2 50 67 0.34 40 87 0.78 3 Mhs3 50 73 0.46 45 73 0.51 4 Mhs4 50 73 0.46 40 80 0.67
14
5 Mhs5 45 80 0.64 50 67 0.34 6 Mhs6 40 80 0.67 45 80 0.64 7 Mhs7 45 73 0.51 45 87 0.76 8 Mhs8 55 67 0.27 45 80 0.64 9 Mhs9 50 73 0.46 50 67 0.34 10 Mhs10 45 67 0.40 45 87 0.76 11 Mhs11 55 73 0.40 50 80 0.60 12 Mhs12 50 80 0.60 40 73 0.55 13 Mhs13 45 80 0.64 50 87 0.74 14 Mhs14 40 73 0.55 50 80 0.60 15 Mhs15 50 67 0.34 55 87 0.71 16 Mhs16 60 67 0.18 50 73 0.46 17 Mhs17 50 73 0.46 45 73 0.51 18 Mhs18 45 80 0.64 40 80 0.67 19 Mhs19 45 80 0.64 45 73 0.51 20 Mhs20 50 67 0.34 50 80 0.60 21 Mhs21 45 80 0.64 45 73 0.51 22 Mhs22 55 73 0.40 50 80 0.60 23 Mhs23 60 73 0.33 55 80 0.56 24 Mhs24 50 73 0.46 45 80 0.64 25 Mhs25 55 67 0.27 50 87 0.74 26 Mhs26 50 80 0.60 45 73 0.51 27 Mhs27 50 73 0.46 55 80 0.56 28 Mhs28 45 80 0.64 50 67 0.34 29 Mhs29 45 73 0.51 45 73 0.51 30 Mhs30 35 73 0.58 50 87 0.74 31 Mhs31 40 80 0.67 45 73 0.51 32 Mhs32 55 80 0.56 55 80 0.56 33 Mhs33 45 73 0.51 60 67 0.18 34 Mhs34 40 80 0.67 45 87 0.76 35 Mhs35 45 80 0.64 50 80 0.60 36 Mhs36 45 80 0.64 50 73 0.46 37 Mhs37 50 80 0.60 55 67 0.27 38 Mhs38 45 80 0.64 50 80 0.60 39 Mhs39 30 73 0.61 55 87 0.71 40 Mhs40 35 73 0.58 40 67 0.45 Rata-rata 47,38 75,17 0.51 48,25 78,00 0.57
Dari Tabel 4.1 dapat diketahui peningkatan penguasaan konsep pada praktikum
zoologi vertebrata pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dengan kategori sedang
yaitu 0,51. Begitu juga dengan peningkatan KGS dari siklus I ke siklus II mengalami
peningkatan N-Gain dengan kategori sedang, yaitu 0,57. Pembelajaran dilaksanakan
sebanyak lima pertemuan, dengan soal-soal latihan/tugas pada setiap pertemuannya yang
berisi permasalahan antara lain lamanya waktu yang di gunakan pada saat pengamatan,
15
kesulitan mahasiswa memahami bahasa latin yang di gunakan untuk menyebutkan organ-
organ yang di amati, kesulitan mahasiswa menggambarkan dan menganalisis organ apa saja
yang masuk dalam rangkaian suatu sistem, misalnya sistem pencernaan. Alokasi waktu yang
disediakan dalam praktikum ini untuk satu kali pertemuan adalah 2 X 60 menit, karena sesuai
dengan silabus yang ada di STAIN Palangka Raya khususnya Tadris Biologi bahwa mata
kuliah zoologi vertebrata bernilai 3 SKS, yang 2 SKS di gunakan untuk teori, yang mana
lama waktu yang di gunakan untuk teori 2 X 50 menit, sedang 1 SKS di gunakan untuk
praktikum. Yang membedakan praktikum dengan pembelajaran lain adalah pada saat
pengamatan praktikum mahasiswa di tunjukkan langsung pada objek yang akan di amati,
sehingga mahasiswa dapat belajar secara langsung dan bersifat memberi pengalaman yang
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman materi dan keterampilan generik sains.
B. PEMBAHASAN
1. Penguasaan Konsep Pada Praktikum Zoologi Vertebrata Pada siklus I
dan Siklus II
Berdasarkan Tabel 4.1 siklus I pada penguasaan konsep praktikum zoologi
vertebrata rata-rata kemampuan awal mahasiswa 47,38 %. Hal ini belum memenuhi nilai
KKM yang ditetapkan yaitu sebesar 60. Dari data tersebut maka dapat di analisis bahwa dari
40 mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah zoologi vertebrata hanya 2 mahasiswa atau
5 % dari jumlah mahasiswa tersebut dinyatakan tidak remedial artinya mahasiswa tersebut
telah melakukan ketuntasan belajar. Sedangkan 38 atau 95 % mahasiswa yang
memprogramkan mata kuliah zoologi vertebrata dinyatakan remedial karena tidak memenuhi
nilai KKM.
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan dosen mitra, ada
beberapa hal yang di sepakati:
a. Dalam pelaksanaan praktikum, mahasiswa belum sepenuhnya memahami materi yang
akan di praktikumkan, terbukti pada saat pengamatan spesimen, seharusnya apa yang
diamati itu yang di gambar, tetapi pada kenyataannya mahasiswa menggambar dari buku
yang ada hubungannya dengan pengamatan tersebut.
b. Kelemahan mahasiswa memahami tentang cara kerja dalam praktikum, hal ini terlihat
pada saat mensectio spesimen banyak mengalami kesalahan akibatnya ada beberapa
organ pecah atau hancur sehingga tidak dapat dilakukan pengamatan pada organ dan
sistem tersebut.
16
c. Bahasa yang digunakan dalam praktikum zoologi vertebrata banyak menggunakan
bahasa latin, sehingga mahasiswa kurang memahaminya
d. Pada saat pengamatan sistem-sistem, baik itu sistem pencernaan, maupun sistem yang
lain mahasiswa kebingungan mengurutkan secara sistematis organ-organ yang ada dalam
sistem tersebut
e. Waktu yang di gunakan dalam praktikum dengan 1 kali pertemuan adalah 120 menit,
waktu tersebut masih sangat kurang karena spesimen yang diamati cukup banyak.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut maka didapatkan saran-saran perbaikan untuk
dilakukan pada siklus berikutnya. Perbaikan praktikum yang dilaksanakan pada siklus II
berdasarkan hasil observasi dan refleksi yang dilakukan pada siklus I. Perbaikan praktikum
ini dilaksanakan selama dua pertemuan dan hasilnya menunjukkan telah terjadi peningkatan
positif terhadap kemampuan penguasaan konsep dan kemampuan KGS Mahasiswa. Hal ini
digambarkan pada gambar berikut ini.
Gambar 4.1 Diagram Kemampuan Penguasaan Konsep pada siklus I dan II
Sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati bersama baik dengan peneliti
maupun dosen mitra, maka pada siklus kedua ini dilakukan perbaikan-perbaikan sehingga
dapat dilihat pada Gambar 4.1 siklus II pada penguasaan konsep praktikum zoologi vertebrata
rata-rata kemampuan mahasiswa mengalami peningkatan yaitu menjadi 75,1 %. Hal ini sudah
memenuhi nilai KKM yang ditetapkan yaitu sebesar 60. Dari data tersebut maka dapat di
analisis bahwa dari 40 mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah zoologi vertebrata 100
10
30
50
70
90
Siklus I Siklus II N-Gain
47,38
75,17
0,51
KPK
17
% mahasiswa yang dinyatakan tidak remedial karena memenuhi nilai KKM. Hal ini sesuai
dengan pendapat Woolnough (dalam Rustaman, 2005: 138) salah satu kontribusi praktikum
dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran karena mahasiswa di beri
pengalaman langsung untuk mengindra fenomena alam dengan segenap indranya.
Pengalaman langsung mahasiswa terhadap apa yang diamati menjadi prasyarat penting untuk
mendalami dan memahami materi pelajaran. Berkaitan hal itu Rustaman (2005: 138)
mengemukakan apabila kegiatan praktikum berformat discovery, fakta-fakta yang diamati
menjadi landasan pembentukan konsep atau prinsip atau prinsip dalam pikirannya. Apabila
kegiatan praktikum bersifat verifikasi, fakta-fakta yang diamati menjadi bukti konkret
kebenaran konsep atau prinsip yang dipelajarinya sehingga pemahaman mahasiswa lebih
mendalam. Sedangkan rata-rata N-Gain mendapat 0,51 dengan kategori sedang. Angka-angka
ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penguasaan konsep pada mahasiswa dengan
kategori sedang. Peningkatan ini menunjukkan bahwa penguasaan konsep zoologi vertebrata
semakin baik, sesuai dengan pendapat Klinger (Diawati dan Herlina, 2007: 79) bahwa dalam
proses pembelajaran pebelajar diberi kesempatan untuk mendapat pengalaman langsung,
terbiasa dalam proses penemuan dalam suatu konsep sehingga konsep yang ditemukan akan
bertahan lama. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kalau mahasiswa sudah
memahami materi pelajaran dengan baik maka hasil yang akan di dapat juga lebih baik
daripada kalau mahasiswa hanya mengingat saja, apalagi dalam pembelajaran biologi faktor
penguasaan ini sangat penting sekali.
Penguasaan konsep diperoleh melalui proses belajar. Sementara itu belajar sendiri
merupakan proses kognitif yang melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir
bersamaan. Dahar (dalam Syaiful, 2006). Ketiga proses tersebut adalah (1) memperoleh
informasi baru, (2) transformasi informasi, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan. Hal ini di pertegas oleh Martin (dalam Poedjiadi 2005) bahwa penguasaan
konsep merupakan kemampuan menerangkan sesuatu dengan kata-kata sendiri, menafsirkan
dan menarik kesimpulan dari informasi yang didapatkan oleh individu. Penguasaan konsep
yang baik dapat mewujudkan hasil belajar yang baik pula. Berkait an dengan ini Rosser
(dalam Syaiful, 2006) menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili
satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian. kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang
mempunyai atribut-atribut yang sama.
Dengan adanya peningkat an penguasaan konsep praktikum zoologi vertebrata
pada mahasiswa di harapkan dapat meningkatkan kualitas kelulusan calon guru biologi
18
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Hal ini akan
berdampak positif terhadap siswa yang akan diajarkan. Hal ini sesuai dengan Suryadi dan
Tilaar (Kotten, 2005: 87) kemampuan guru menguasai materi pelajaran memberikan
pengaruh positif bagi peningkatan prestasi belajar siswa. Pendapat ini didukung oleh Saud
(2009: 54) memang terdapat hubungan yang positif antara penguasaan bahan oleh guru
dengan hasil belajar siswa. Hal senada diungkapkan oleh Jumrodah (2009: 147) bahwa ada
korelasi yang signif ikan antara penguasaan konsep guru terhadap penguasaan konsep siswa
dengan nilai korelasi adalah 0,8. Artinya, makin tinggi penguasaan bahan oleh guru makin
tinggi pula hasil belajar yang dicapai siswa.
2. Keterampilan Generik Sains Pada Praktikum Zoologi Vertebrata Pada siklus I dan
Siklus II
Indikator kemampuan mahasiswa yang ingin dicapai dalam penelitian ini selain
penguasaan konsep pada praktikum zoologi vertebrata juga keterampilan generik sains. Di
samping itu, indikator dalam penelitian ini tidak terlepas dari kurikulum STAIN Palangka
Raya. Jika dilihat dari kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan yaitu 60. Hal ini telah
dipenuhi pada siklus II sehingga nilai rerata mahasiswa pada KD tersebut mencapai nilai
diatas KKM.
Berdasarkan Tabel 4.1 siklus I pada keterampilan generik sains praktikum zoologi
vertebrata rata-rata kemampuan awal mahasiswa 48,25 %. Hal ini belum memenuhi nilai
KKM yang ditetapkan yaitu sebesar 60. Dari data tersebut maka dapat di analisis bahwa dari
40 mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah zoologi vertebrata hanya 1 mahasiswa atau
2,5 % dari jumlah mahasiswa tersebut dinyatakan tidak remedial artinya mahasiswa tersebut
telah melakukan ketuntasan belajar. Sedangkan 39 atau 97,5 % mahasiswa yang
memprogramkan mata kuliah zoologi vertebrata dinyatakan remedial karena tidak memenuhi
nilai KKM.
Berdasarkan hasil refleksi yang disepakati peneliti bersama dosen mitra, maka
kegiatan praktikum untuk pengamatan secara langsung pada sistem hanya difokuskan pada 3
sistem yaitu sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem reproduksi, hal ini dilakukan
karena keterbatasan waktu yang tersedia.
Pada Tabel 4.1 pada siklus I dan II dapat di lihat bahwa peningkatan KGS
mahasiswa pada praktikum zoologi vertebrata mengalami peningkatan (N-Gain) dengan
kategori sedang yaitu: 0.57. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini:
19
Gambar 4.2 Diagram keterampilan generik sains pada siklus I dan II
Berdasarkan Gambar 4.2 maka dapat diketahui terjadi peningkatan keterampilan
generik sains dari siklus I ke siklus II. Hal ini disebabkan karena praktikum dapat
membangkitkan motivasi belajar sains. Sejalan dengan pendapat Woolnough & Allsop
(Rustaman, 2005: 136) bahwa ada empat alasan penting dalam pelaksanaan praktikum salah
satunya adalah dapat membangkitkan motivasi belajar sains. Belajar mahasiswa dipengaruhi
oleh motivasi, mahasiswa yang termotivasi untuk belajar akan bersungguh-sungguh dalam
mempelajari sesuatu. Melalui kegiatan laboratorium, mahasiswa diberi kesempatan untuk
memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini akan menunjang kegiatan
praktikum dimana mahasiswa menemukan pengetahuan melalui eksplorasi alam. Mahasiswa
yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mendorong perhatian dan minatnya terkonsentrasi
pada hal-hal yang harus dipelajari, sehingga dapat mencapai tujuan belajar secara maksimal.
Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi akan mempermudah proses belajar mengajar
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan sebab menurut hasil penelitian
Sipayung (2001) menunjukkan motivasi belajar siswa berkorelasi positif dengan prestasi
belajarnya. Hal ini dipertegas oleh (Hodson, 1993; Rustaman et al., 2005) bahwa secara
umum tujuan praktikum meliputi: 1) untuk memotivasi siswa sebab kegiatan praktikum pada
umumnya menarik bagi mahasiswa sehingga mereka lebih termotivasi untuk belajar sains; 2)
untuk mengajarkan keterampilan generik sains; 3) untuk meningkatkan pemahaman konsep;
4) untuk memahami dan menggunakan metode ilmiah; 5) untuk mengembangkan sikap-sikap
ilmiah.
Terjadinya peningkatan keterampilan generik sains dari siklus I ke siklus II juga
didasarkan pada akhir praktikum mahasiswa diminta secara kelompok untuk
10
30
50
70
90
Siklus I Siklus II N-Gain
48,25
78
0,57
KPK
20
mempresentasikan hasil pengamatan yang telah dilakukan, sehingga hal ini dapat menambah
pengusaan konsep dan keterampilan generik sains pada mahasiswa tersebut. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sere (2002: 82) menyatakan bahwa kegiatan praktikum bukan hanya
membantu mahasiswa untuk memahami konsep namun juga mendorong mahasiswa untuk
belajar, membuat mahasiswa bisa mengerjakan sesuatu, dan membuat mahasiswa belajar
mengerjakan sesuatu.
Pada saat praktikum mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok, hal ini
bertujuan: 1) Karena keterbatasan alat yang dimiliki oleh laboratorium biologi; 2)
Memudahkan untuk membimbing mahasiswa, karena adanya tutor sebaya. Dengan adanya
kerja kelompok ini peneliti berharap mahasiswa dapat mengatasi kesulitannya baik dalam
pengamatan maupun dalam penggunaan alat, karena dalam kelompok tersebut mahasiswa
dapat berkomunikasi diantara mereka.Hal ini di dukung oleh Tsai, 1999 (dalam Widodo &
Ramdaningsih, 2006: 155) bahwa kerja kelompok dalam praktikum sesungguhnya bukan
hanya bisa mengatasi masalah keterbatasan alat dan bahan, namun juga bisa memfasilitasi
mahasiswa untuk belajar. Percakapan antar mahasiswa selama proses praktikum merupakan
wahana berbagi ide dan pendapat dan karenanya bisa membantu mahasiswa untuk belajar.
Interaksi dalam kelompok juga mempunyai manfaat lain, misalnya melatih mahasiswa untuk
saling membantu karena kerja kelompok dalam praktikum mempunyai beberapa manfaat,
maka peneliti membagi kelompok praktikum dengan jumlah perkelompok terdiri dari 4-5
orang, hal ini peneliti ingin mencapai hasil maksimal dalam kerja kelompok praktikum
tersebut.
Dengan melakukan pengamatan dalam praktikum dapat meningkatkan keterampilan
generik sains. Hal ini di dukung oleh Pabelon dan Mendoza, 2000. (dalam Rustaman, et.al.,
2007) bahwa praktikum atau kerja laboratoriun memiliki tujuan kognitif, psikomotor dan
afektif. Hal senada diungkapkan oleh Haladyna, (1997: 8). Kemampuan generik dapat
meningkatkan strategi kognitif, karena merupakan kemampuan kunci, kemampuan inti (core
skill), kemampuan esensial, dan kemampuan dasar dalam pembelajar sains yang diterapkan
melalui praktikum.
Pelaksanaan praktikum di jadikan wahana aktivitas mahasiswa untuk mengeksplor
semaksimal dirinya dalam membekali keterampilan dan penguasaan konsep. Sesuai dengan
bentuk praktikum (praktikum pemberian pengalaman) tujuan utama praktikum adalah untuk
memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk mengamati objek/fenomena guna
mendukung pemahaman mereka terhadap konsep yang sedang dipelajari. Oleh karena itu
sangat dimengerti diperlukan waktu yang lama untuk pengamatan dan diskusi.
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Praktikum zoologi vertebrata pada mahasiswa semester IV Jurusan Tarbiyah Tadris
Biologi STAIN Palangka Raya dapat meningkatkan penguasaan konsep (N-Gain) dengan
kategori sedang yaitu: 0.51
Praktikum zoologi vertebrata pada mahasiswa semester IV Jurusan Tarbiyah Tadris
Biologi STAIN Palangka Raya dapat meningkatkan keterampilan generik sains (N-Gain)
dengan kategori sedang yaitu: 0.57
B. SARAN
1. Perlu adanya modifikasi pada pembelajaran praktikum zoologi vertebrata di Tadris
Biologi khususnya untuk meningkatkan keterampilan generik sains
2. Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan pada pembelajaran praktikum zoologi
vertebrata khususnya dan praktikum lain pada umumnya, guna diperoleh model
pembelajaran praktikum yang cocok untuk meningkatkan kemampuan generik sains.
22
DAFTAR PUSTAKA Arikunto S, Suhardjono, & Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Akasara. Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manjemen.
Bandung: Dewa Ruchi. Basrowi & Suwandi. (2008). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Ghalia
Indonesia. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Diawati, C dan Herlina, K. (2007). Enhancing Elementary School Teacher’s Comprehension
of Science Concept and Science Process Skills Through Modelling in Discovery and Inqury. Proceeding of The First International Seminar on Science Education. Bandung: Indonesia University of Education.
Gaffar, F.M. (1987). Perencanaan Pendidikan, Teori, dan Metodologi. Jakarta: Depdikbud,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Haladyna, T.M. (1997). Writing Test Item To Evaluate Higher Order Thinking. Allyn and
Bacon, Boston. Hodson, D. (1993). Re-Thinking odl ways: Toward A More Critical Approach to Practical
Work in School Science. Studies in Science Education. Jumrodah. (2009). Manfaat Sharing Pengalaman mengajar dalam Forum KKG Bagi
Peningkatan keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Serta Penguasaan konsep Guru Pada Mata Pelajaran IPA SD. Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Karno To. (2003). Mengenal Analisis Tes. Pengantar ke Program Komputer Anates. Edisi
ke-2. Bandung: UPI. Kotten B. N. (2005). “Upaya Pengembangan Profesional Guru Sekolah Dasar”. Jurnal ilmu
Pendidikan, (Februari 2005, Jilid 12 Nomer 1). Penerbit: LPTK dan ISPI. Liliasari, et al. (2007). Pengaruh Model Pembelajaran Hipermedia Indulcsi Magnetik terhadap
Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains Guru Fisika. Bandung: Proceeding of The F irst Int ernational Seminar on Science Education.
Meltzer, D.E. (2002). "The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual
Learning Gain in Physics: 'hidden variable' in Diagnostic Pretestt Scores'. American Journal of Physics, 70, (12), 1259-1267.
NRC. (1996). National Science Education Standard Washingt on, DC: National
Academy Press.
23
Nana Syaodih.S. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rust aman, N.Y. et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang:
Universitas Negeri Malang. Rustaman, N. Y. (2006). Laporan Hasil Analisis Siswa, Guru, dan Sekolah dikaitkan dengan
prestas i s iswa survei utama TIMMS 2003. Pusat Penelit ian Pendidikan Badan Penelitian Pengembangan Pendidikan Dep Dik Nas. Jakarta.
Rustaman, et al. (2007). Peran Praktikum Dalam Membekali Kemampuan Generik Pada
Caton Guru (Studi Kasus pada Prak tik um Reguler Fis iologi Tumbuhan di LPTK). Bandung: Proceeding of The F irst Int ernat ional Seminar on Science Education.
Rella Turella. (2002). Pendekatan Pembelajaran Air dan Pencemarannya untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses Sains, Sikap Siswa Kelas I SLTP Melalui Pendekatan S-T-M. Bandung: Tesis Tidak Diterbitkan.
Rahman, T. (2007). Profil Kemampuan Generik Caton Guru dalam Membuat Laporan
Praktikum. Jurnal Sosiohumanitas. 11. (1). 63 – 78. Stringer, Ernie. (2004). Action Research in Education. Columbus: Pearson, Menvi
Prentice Hall. Syaiful, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sudjana, N. (2004). Penilaiart Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya. Suryadi, A. dan Tilaar, H.A.R. (1996). Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatau Pengantar.
Bandung: Remaja Rosdakarya Sipayung, J. (2001) Studi Hubungan Motivasi dengan prestasi Belajar Fisika pada Siswa
SMA Negeri 3 Sentani Jaya pura. Ganesha Digital Library. Soenriadji. (1994). Materi Pokok Zoologi Vertebrata. Jakarta: Depdiknas Sere, M.G. (2002). Towards Renewed Research Questions from The Outcomes of The
European Project Labwork in Science Education. Science Education Widodo et al, (2007). Pengaruh Model Pebelajaran Hipermedia Induksi Magnet& Terhadap
Penguasaan Konsep dan Keterampilan Gener ik Sains Guru Fisika. Bandung: Proceeding of The First International Seminar on Science Education.
Widodo A. & Ramdaningsih V.K. (2006). Analisis Kegiatan Biologi dengan Menggunakan
Video. Bandung: Jurnal Metalogika Bidang Kependidikan MIPA. Vol. 9 Nomor 2 Juli 2006