UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA...
Transcript of UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA...
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI MELALUI
MANAJEMEN SETTING KELAS
(Studi Tindakan pada Siswa Kelas VII SMP N 28 Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syaratguna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh
MUFNIL IDANIM 3105240
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
ii
KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS TARBIYAHJl. Prof. Dr. Hamka KM 1 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185
PENGESAHAN
N a m a : MUFNIL IDA
N I M : 3105240Fakultas/Jurusan : Tarbiyah / PAI
Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJARSISWA PADA MATA PELAJARAN PAI MELALUIMANAJEMEN SETTING KELAS (Studi Tindakan padaSiswa Kelas VII SMP N 28 Semarang)
Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut AgamaIslam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal:
23 Juni 2010Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikanstudi Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperolehgelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
Semarang, Juli 2010
Dewan Penguji
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Drs. Wahyudi, M.Pd. Ahmad Maghfurin, M.A.NIP. 19680314 199503 1 001 NIP. 19750120 200003 1 001
Penguji I, Penguji II,
Drs. Sajid Iskandar Nadhifah, M.SI.NIP. 19480212 198703 1 002 NIP. 19750827 200312 2 003
iii
KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS TARBIYAHJl. Prof. Dr. Hamka KM 1 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Semarang, Juni 2010Lamp : 4 (empat) eksHal : Naskah Skripsi Kepada Yth.
An. Sdri. Mufnil Ida Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Setelah kami mengadakan koreksi perbaikan seperlunya maka
bersama ini saya kirimkan naskan skripsi saudara:
Nama : MUFNIL IDA
NIM : 053111240 / 3105240
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dengan Judul : UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI MELALUI
MANAJEMEN SETTING KELAS (Studi Tindakan
pada Siswa Kelas VII SMP N 28 Semarang)
Dengan ini kami mohon agar skripsi saudara tersebut di atas dapat
segera dimunaqasahkan.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Ismail SM, M.Ag. Drs. Ikhrom, M.Ag.NIP. 19711021 199703 1 002 NIP. 19650329 199403 1 002
iv
MOTTO
O ó¡ Î0«!$#Ç`» uH÷q§•9$#ÉOŠÏm§•9$#
óO s9r&÷y uŽô³ nSy7s9x8 u‘ô‰|¹ÇÊÈ$uZ÷è|Êururš•Ztãx8 u‘ø— ÍrÇËÈü“Ï% ©!$#uÙ s)Rr&x8 t• ôgsßÇÌÈ
$uZ÷èsùu‘ury7s9x8 t• ø. ÏŒÇÍȨb Î*sùyìtBÎŽô£ ãèø9$##·Žô£ ç„ÇÎȨb Î)yìtBÎŽô£ ãèø9$##ZŽô£ ç„ÇÏÈ#sŒÎ*sù
|Møî t• sùó=|ÁR$$ sùÇÐÈ4’n<Î) ury7În/ u‘=xî ö‘$$sùÇÑÈ
“(1) Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, (2) dan Kami telahmenghilangkan daripadamu bebanmu, (3) yang memberatkan punggungmu ? (4)dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. (5) Karena sesungguhnyasesudah kesulitan itu ada kemudahan, (6) sesungguhnya sesudah kesulitan itu adakemudahan.(7) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlahdengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, (8) dan hanya kepada Tuhanmulahhendaknya kamu berharap”. (Q.S. Al Insyirah : 1-8)
1 Departemen Agama RI, Al Qur an dan Terjemahnya, (Semarang : CV. Toha Putra,
1989), hlm 1073.
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karya Sederhana ini untuk :
1. Kedua Bapak dan Ibu yang terhormat
2. Suamiku tercinta
3. Ananda Azril Azka Anbamy yang tersayang
4. Kakak-Kakakku dan ponakan-ponakanku yang lucu
5. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini
6. Pembaca yang budiman.
vi
DEKLARASI
Penulis menyatakan dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Kendal, 21 Juni 2010
Deklarator,
Mufnil IdaNIM 3105240
vii
ABSTRAK
Mufnil Ida (NIM: 3105240). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar SiswaPada Mata Pelajaran PAI Melalui Manajemen Setting Kelas (StudiTindakan pada Siswa Kelas VII SMP N 28 Semarang).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) motivasi belajar siswaterhadap mata pelajaran PAI setelah digunakan strategi manajemen setting kelas(2) bagaimana penerapan manajemen setting kelas dalam menumbuhkan motivasi,keaktifan, dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan metode studi tindakan (action research) padasiswa dengan model spiral dari Kemmis dan Taggart yang terdiri dari beberapasiklus. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, metodewawancara, metode tes dan metode dokumentasi. Dari hasil observasi secaralangsung di kelas VII C SMP N 28 Semarang melalui penelitian tindakan tahapprasiklus dapat diketahui bahwa pada pembelajaran PAI, model pembelajaranyang diterapkan oleh guru mata pelajaran masih menggunakan metode ceramahdan siswa masih cenderung pasif. Proses belajar mengajar belum mencerminkanpembelajaran aktif, sehingga komunikasi yang terjalin cenderung masihkomunikasi satu arah. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswakelas VII C yang mendapat pembelajaran PAI tahun ajaran 2009 /2010 semester Iyang berjumlah 30 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diterapkan manajemen settingkelas, suasana pembelajaran di kelas menjadi hidup dan siswa ikut terlibat aktifdalam kegiatan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh kesiapan siswa menerimapelajaran, perhatian siswa dalam proses pembelajaran, keaktifan siswa dalamkelas, dan mampu menghadapi kesulitan. Penelitian ini dilaksanakan dalam empattahap yaitu, prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III. Pada tahap prasiklus,motivasi belajar siswa mempunyai persentase sebesar 62,22% dan rata-rata hasiltest akhir 72,53. Pada siklus I setelah dilakukan tindakan, motivasi belajar siswameningkat menjadi 68,89% dan rata-rata hasil tes akhir 74,83. Pada tahap siklus IIpersentase motivasi belajar siswa meningkat menjadi 77,78% dan rata-rata hasiltes akhir sebesar 77,93. Sedangkan pada tahap siklus III setelah dilakukantindakan, persentase motivasi belajar siswa meningkat menjadi 85,56% dan rata-rata hasil tes akhir sebesar 80,63.
Hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa ada peningkatan motivasibelajar siswa setelah diterapkan manajemen setting kelas. Hasil penelitian tersebutdiharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi semua pihakterutama guru/tenaga pengajar, orang tua dan siswa.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang
telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga menjadikan kita
lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi penulis, sehingga dapat
menyusun skripsi ini.
Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada penghulu para
nabi dan rasul, junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah
membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-
ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita baik di dunia maupun di
akhirat kelak.
Merupakan suatu kebanggaan tersendiri, jika suatu tugas dapat
terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi
merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis menyadari, banyak hambatan yang
menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan
kemampuan yang penulis miliki. Kalaupun akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan, tentunya karena bantuan dari berbagai pihak.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan dan bantuan yang sangat berarti bagi penulis.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M. Ed. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang;
2. Ismail SM, M.Ag. dan Ikhrom, M. Ag. selaku pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;
3. Drs. Sugeng Ristiyanto, M. Ag. selaku dosen wali yang telah mengarahkan
dan membimbing penulis selama studi;
4. Para dosen pengajar beserta karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan,
sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini;
ix
5. Pengelola perpustakaan fakultas Tarbiyah beserta karyawan yang telah
memberikan fasilitas dan layanan peminjaman sumber referensi;
6. Teguh Waluyo, S. Pd. MM. selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 28 Semarang
yang telah memberikan izin penelitian;
7. Iswatun Khasanah, M. Ag. selaku guru mitra/kolaborator yang dengan ikhlas
meluangkan waktunya untuk berkolaborasi dalam penelitian yang penulis
lakukan;
8. Bapak, ibu, kakak serta suami dan anakku tercinta yang telah mencurahkan
kasih sayang, perhatian dan do’anya untuk tetap bersemangat menggapai cita-
cita demi keberhasilan penulis; dan
9. Teman-teman seperjuangan PAI B angkatan 2005 (Aliyah, Soendari, Ulis,
Etik, Umas, Fitri dan Ranti) yang senantiasa mengiringi perjalanan penulis
selama studi, dan semua pihak yang turut serta membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu.
Kepada mereka semua, penulis sampaikan ucapan terima kasih dengan
tulus, serta iringan do’a semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka
dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya. Semoga skripsi
yang berjudul Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
PAI Melalui Manajemen Setting Kelas (Studi Tindakan Pada Siswa Kelas VII
SMP N 28 Semarang) ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan
membacanya.
Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum
mencapai kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan. Namun penulis
berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para
pembaca pada umumnya. Amin.
Kendal, Juni 2010
Penulis,
Mufnil IdaNIM 3105240
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN ABSTRAK............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN DEKLARASI........................................................................... v
HALAMAN MOTTO................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Penegasan Istilah ................................................................. 6
C. Rumusan Masalah................................................................ 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................. 9
BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar............................................. 11
2. Macam-macam Motivasi Belajar ..................................... 13
3. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar............... 16
4. Fungsi Motivasi dalam Belajar ........................................ 18
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar........ 20
B. Mata Pelajaran PAI
1. Pengertian PAI di SMP ................................................... 26
2. Tujuan Pembelajaran PAI di SMP ................................... 27
3. Ruang Lingkup Mapel PAI di SMP ................................. 28
C. Manajemen Setting Kelas
1. Pengertian Manajemen Setting Kelas............................... 31
2. Ruang Lingkup Manajemen Setting Kelas ....................... 35
xi
3. Tujuan Manajemen Setting Kelas .................................... 39
4. Fungsi Manajemen Setting Kelas..................................... 40
5. Bentuk-bentuk Manajemen Setting Kelas ........................ 41
D. Kajian Pustaka ..................................................................... 50
E. Pengajuan Hipotesis............................................................. 52
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ................................................................. 53
B. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 53
C. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ............................................. 53
D. Metode Penelitian ................................................................ 54
E. Siklus Kegiatan.................................................................... 58
F. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data...................... 64
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Tahap Prasiklus ............ 67
B. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ......................... 71
C. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ........................ 77
D. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus III....................... 83
E. Keterbatasan Penelitian........................................................ 88
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................... 90
B. Saran ................................................................................... 91
C. Penutup................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Indikator Motivasi Belajar Siswa.................................................... 17
Tabel 2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ................ 54
Tabel 3 Indikator Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran.................... 56
Tabel 4 Nama-nama Siswa Kelas VII C SMPN 28 Semarang ..................... 57
Tabel 5 Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Tahap Prasiklus ................ 68
Tabel 6 Hasil Tes Akhir Tahap Prasiklus..................................................... 69
Tabel 7 Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I.............................. 72
Tabel 8 Hasil Tes Akhir Siklus I.................................................................. 74
Tabel 9 Perbandingan Jumlah Skor dan Persentase Motivasi Belajar Siswa
Tahap Prasiklus dan Siklus I ........................................................... 75
Tabel 10 Perbandingan Rata-rata Tes Akhir Tahap Prasiklus dan Siklus I ..... 75
Tabel 11 Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II ............................ 78
Tabel 12 Hasil Tes Akhir Siklus II ................................................................ 80
Tabel 13 Perbandingan Jumlah Skor dan Persentase Motivasi Belajar Siswa
Siklus I dan Siklus II ...................................................................... 81
Tabel 14 Perbandingan Rata-rata Tes Akhir Siklus I dan Siklus II................. 81
Tabel 15 Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus III ........................... 84
Tabel 16 Hasil Tes Praktik Shalat Wajib Siklus III........................................ 86
Tabel 17 Perbandingan Jumlah Skor dan Persentase Motivasi Belajar Siswa
Tahap Prasiklus, Siklus I, II, dan III................................................ 87
Tabel 18 Perbandingan Rata-rata Tes Akhir Tahap Prasiklus, Siklus I, II,
dan III............................................................................................. 87
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Model Penelitian Tindakan .............................................................. 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi
sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran.2 Oleh karena itu,
pembelajaran hendaknya dirancang untuk mengembangkan potensi tersebut.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan bergantung kepada bagaimana proses belajar
yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Kegiatan belajar mengajar (KBM) dirancang dengan mengikuti prinsip-
prinsip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif
siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, dalam
KBM, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan
otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar
tetap berada pada diri siswa, dan guru hanya bertanggung jawab untuk
menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab
siswa untuk belajar secara berkelanjutan atau sepanjang hayat.3
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara
potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)
yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. 4
Pada umumnya, siswa memberikan respons dan berperilaku baik jika
guru bersifat menunjang dan membantu selama berlangsungnya pembelajaran.
Motivasi siswa dipengaruhi secara positif oleh guru yang bersemangat dan
antusias terhadap isi/materi yang diajarkannya. Guru juga perlu memberikan
2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : RemajaRosdakarya, 2000), Cet. 5, hlm.1.
3 Masnur Muslich, KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara,2008), hlm. 48.
4 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008),hlm.23.
2
umpan balik yang positif sepanjang berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar. Untuk itu, guru perlu menciptakan suasana lingkungan kelas yang
menyenangkan (comfortable) dan menunjang (supportive), sehingga
membangkitkan motivasi siswa untuk mencapai hasil belajar yang positif.5
Sebagai seorang pendidik, guru senantiasa dituntut untuk mampu
menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif. Guru harus mampu
memotivasi siswa dalam belajar mengajar. Kemampuan guru dalam dua hal
tersebut akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar secara
optimal. Kondisi seperti itu dapat terwujud, jika guru dapat menggunakan
strategi tertentu dalam pemakaian metodenya, sehingga dia dapat mengajar
dengan tepat, efektif dan efisien untuk membantu meningkatkan kegiatan
belajar serta memotivasi siswa untuk belajar dengan baik.6
Suatu metode bisa dikatakan efektif, jika prestasi belajar yang diinginkan
dapat dicapai dengan memakai metode tertentu, tetapi dapat menghasilkan
prestasi belajar yang lebih baik. Hasil pembelajaran yang baik haruslah
bersifat menyeluruh, artinya bukan hanya sekedar penguasaan pengetahuan
semata-mata, tetapi juga tampak dalam perubahan sikap dan tingkah laku
secara terpadu. Perubahan ini tentu harus dapat dilihat dan diamati, bersifat
khusus dan operasional, dalam arti mudah diukur.
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, di
antaranya adalah motivasi. Motivasi merupakan salah satu faktor penting
dalam setiap aspek kehidupan manusia. Demikian juga para siswa mau
melakukan sesuatu bilamana berguna bagi mereka untuk melakukan tugas-
tugas pekerjaan sekolah. Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi mungkin
gagal dalam pelajaran karena kekurangan motivasi. Hasil baik tercapai dengan
motivasi yang kuat.7
Dalam sebuah kelas kadang ditemukan siswa yang malas berpartisipasi
dalam kegiatan belajar. Sebagian dari mereka tidak mengetahui bahwa semua
5 Oemar Hamalik , Kurikulum dan Pembelajaran , ( Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm. 87.6 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2003), hlm.65.7 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), Cet.2, hlm. 73
3
mata pelajaran dan pengetahuan yang mereka dapatkan dari studi pasti
membantu kesuksesan mereka pada masa depan. Untuk itulah, guru
memegang posisi penting dalam memberikan dorongan dan harapan. Guru
dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan
rangsangan kepada siswa sehingga mau belajar. Keterlibatan siswa secara
aktif dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan, agar belajar menjadi efektif
dan dapat mencapai hasil yang diinginkan. 8
Dalam kegiatan belajar mengajar kadang ditemukan siswa yang malas
berpartisipasi dalam belajar. Sementara siswa yang lain aktif berpartisipasi
dalam kegiatan. Seorang atau dua orang siswa duduk dengan santainya dikursi
mereka dengan alam pemikiran yang jauh entah ke mana. Sedikit pun tidak
bergerak hatinya untuk mengikuti pelajaran dengan cara mendengarkan
penjelasan guru atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. 9
Keadaan minat terhadap suatu mata pelajaran tersebut menjadi pangkal
penyebab mengapa siswa tidak berminat untuk mencatat apa yang
disampaikan oleh guru. Itulah pertanda bahwa siswa tidak mempunyai
motivasi untuk belajar. Hal tersebut di karenakan oleh minimnya motivasi
yang ada dalam diri siswa. Jika hal ini terjadi, guru harus mampu
membangkitkan motivasi dari luar diri siswa. Hal ini diharapkan untuk
membantu agar siswa mempunyai minat dan semangat untuk belajar, sehingga
dengan bantuan itu siswa dapat keluar dari kesulitan belajar. 10
Mengingat demikian penting motivasi bagi siswa dalam belajar, maka
guru diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar para siswanya. Dalam
usaha ini banyaklah cara yang dapat dilakukan. Menciptakan kondisi-kondisi
tertentu dapat membangkitkan motivasi belajar.
Selain motivasi, salah satu upaya untuk meningkatkan mutu kegiatan
belajar mengajar, khususnya mutu proses belajar dan hasil belajar adalah
peningkatan mutu guru sehingga memiliki kemampuan profesional yang
8 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006),hlm.21.
9 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta :PT. Rineka Cipta, 2002), hlm.114.10 Ibid.
4
memadai. Profesionalitas guru harus terlihat pada kemampuannya mengelola
kelas dan mengajar secara efektif. Guru harus mampu membelajarkan para
siswa menguasai bahan pelajaran yang diberikannya sesuai dengan tuntutan
kurikulum. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pembelajarannya
secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan
pengajaran. 11
Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah
berpengalaman adalah manajemen kelas. Manajemen kelas merupakan
masalah yang kompleks. Guru menggunakannya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas untuk mencapai tujuan pengajaran secara
efisien dan memungkinkan siswa dapat belajar. Tugas utama dan yang paling
sulit dilakukan guru adalah manajemen kelas, lebih-lebih tidak ada satu pun
pendekatan yang dikatakan paling baik. 12
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu
mengatur siswa dan mengelola sarana pengajaran. Guru harus
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Manajemen kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi
terjadinya proses interaksi edukatif yang efektif. 13
Kemampuan manajemen kelas menentukan keberhasilan pembelajaran.
Tanpa kemampuan manajemen kelas yang efektif, segala kemampuan guru
yang lain dapat menjadi netral dalam arti kurang memberikan pengaruh atau
dampak positif terhadap pembelajaran siswa. Tiada gunanya seorang guru
menguasai bahan pembelajaran, tidak bermanfaat kemampuannya
menciptakan kegiatan-kegiatan belajar yang menarik sesuai dengan pokok
bahasan, tiada gunanya dia mengetahui jenis pertanyaan yang perlu
ditanyakan atau kemampuannya menjelaskan pelajaran secara gamblang; jika
11 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002),Cet.2, hlm. 166 – 167.
12 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2002), hlm. 144.
13 Ibid, hlm. 145.
5
segala yang diupayakan guru itu tidak diperhatikan atau didengarkan oleh para
siswanya. 14
Salah satu bentuk manajemen kelas bagi guru yang penting adalah
mengelola kelas dan penataan ruang yang terlihat asri, rapi, indah sehingga
membuat anak kerasan di dalam kelas, dan pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan. Ada beberapa manfaat manajemen setting kelas yang menarik
antara lain siswa tidak merasa jenuh, siswa akan merasa betah dalam kelas,
siswa termotivasi dalam belajar serta dapat menumbuhkan kreativitas untuk
mendesain kelas yang lebih rapi.
Lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat
kegiatan belajar aktif. Tidak ada satu pun susunan yang mutlak ideal, namun
ada banyak pilihan yang tersedia. “Pendekorasian interior” kegiatan belajar
aktif merupakan hal yang menyenangkan dan menantang (khususnya bila
perabotannya kurang ideal). Dalam beberapa kasus, perabotan kelas bisa
disusun ulang untuk menciptakan formasi yang berbeda. Bahkan meja
tradisional bisa disatukan agar membentuk meja besar dan juga membentuk
formasi yang berbeda. 15
Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan beragam, ada
yang memiliki tingkat kepandaian yang tinggi, sedang, dan kurang. Menurut
pandangan psikologi pendidikan, sebenarnya tidak ada siswa yang pandai atau
bodoh, yang lebih tepat adalah siswa dengan kemampuan lambat atau cepat
dalam belajar. Dalam materi yang sama, bagi siswa satu memerlukan dua kali
pertemuan untuk memahami isinya, namun bagi siswa lain perlu empat kali
pertemuan atau lebih untuk dapat menyerapnya.
Karena itu, guru perlu mengatur kapan siswa bekerja secara perorangan,
berpasangan, kelompok atau klasikal. Jika harus dibentuk kelompok, kapan
siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuannya sehingga ia dapat
berkonsentrasi membantu siswa yang kurang, dan kapan siswa dikelompokkan
14 E. C. Wragg, Pengelolaan Kelas, terj. Anwar Jasin, (Jakarta : PT. Grasindo, 1996),hlm.1.
15 Melvin L. Silberman, Active Learning (101 Cara Belajar Siswa Aktif), terj.RaisulMuttaqien, (Bandung : Nusamedia, 2006), hlm. 35.
6
secara campuran berbagai kemampuan sehingga terjadi tutor sebaya (Peer
teaching).16
Manajemen setting kelas meliputi pengelolaan beberapa benda / objek
yang ada dalam ruang belajar seperti meja, kursi, pajangan sebagai hasil karya
siswa, perabot sekolah, atau sumber belajar yang ada di kelas. Pengelolaan
meja-kursi dapat disusun secara kelompok, lingkaran, berbentuk U atau
bentuk berjajar atau secara berbaris. Susunan ini tergantung strategi yang
digunakan dan tujuan yang akan dicapai.
Bertolak dari latar belakang permasalahan di atas, dapat dilakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai sebagai alternatif dalam
penyelesaian permasalahan ini. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk
memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Upaya penelitian tindakan
kelas (PTK) diharapkan dapat menciptakan budaya belajar (learning culture)
di kalangan guru-siswa.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menawarkan peluang sebagai strategi
pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menampilkan pola
kerja yang bersifat kolaboratif.
Berangkat dari pokok permasalahan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran PAI Melalui Manajemen Setting Kelas (Studi Tindakan
pada Siswa Kelas VII SMP N 28 Semarang) .
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan dan memahami pokok
kajian penelitian ini, perlu dijelaskan batas-batas pengertian dan maksud dari
penelitian. Sebagaimana disebutkan di atas, judul penelitian ini adalah “Upaya
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Melalui
16 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang : RaSAILMedia Group, 2008), hlm.57.
7
Manajemen Setting Kelas (Studi Tindakan Pada Siswa Kelas VII SMP N 28
Semarang)”.
Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan hingga terbentuk suatu pengertian
yang utuh sesuai dengan maksud sebenarnya dari judul penelitian tersebut
antara lain :
1. Upaya adalah usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud,
memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya.17
2. Meningkatkan motivasi belajar siswa
Meningkatkan adalah menaikkan, mempertinggi, memperhebat (derajat,
taraf dan sebagainya).18
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan
seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai
serangkaian tingkah laku atau perbuatan.
Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif
menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu. 19
Adapun tentang pengertian belajar banyak dari pakar pendidikan
yang mendefinisikan mengenai hal tersebut. Slameto mengartikan belajar
sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.20
Belajar menurut Muhibbin Syah secara umum dapat dipahami
sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif
17 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), hlm. 995.
18 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1992), hlm.1078.
19 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., hlm. 28.20 Slameto, Op. Cit., hlm.2.
8
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.21
Jadi secara sederhana motivasi belajar siswa dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar (siswa) itu dapat
tercapai.
3. Mata pelajaran PAI
PAI adalah nama bidang studi atau mata pelajaran agama Islam.
Pendidikan agama Islam merupakan sebutan yang diberikan pada salah
satu subjek pelajaran oleh siswa Muslim dalam menyelesaikan
pendidikannya di tingkat tertentu.
4. Manajemen Setting Kelas
Manajemen kelas adalah nama lain dari pengelolaan kelas, yang berarti
manajemen kelas dan pengelolaan kelas punya arti dan pengertian yang sama,
yaitu suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah
dirumuskan sebelumnya. 22
Manajemen adalah ilmu, yaitu yang mempelajari dan meneliti upaya
manusia untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan
efisien dengan bantuan beberapa sumber. 23
Sedangkan kelas menunjukkan pada kegiatan yang menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar.
Menurut Suharsimi Arikunto, kelas adalah bagian atau unit terkecil dari
sekolahan yang terdiri dari sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama
mendapat pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. 24 Adapun kelas
pada umumnya dibedakan menjadi dua bagian : a. Fisik (ruang kelas, sarana
21 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. RemajaRosdakarya, 2000), hlm.92.
22 Sufyarma M, Kapita Selekta Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2003), hlm.187.23 Onong Uchjana Effendy, Sistem Informasi dalam Manajemen, (Bandung : Alumni,
1981), hlm.6.24 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm.3.
9
prasarana), b. Nonfisik (siswa). Sedangkan yang dimaksud kelas dalam judul
penelitian ini adalah ruangan kelas dan perlengkapan proses pembelajaran.
Jadi manajemen setting kelas adalah suatu ketrampilan / usaha yang
dilakukan guru atau penanggung jawab kegiatan belajar mengajar dalam suatu
kelas untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal melalui
pengaturan ruang kelas dan siswa (setting kelas) sehingga tujuan pembelajaran
yang diharapkan dapat tercapai.
5. SMP Negeri 28 Semarang
Adalah lembaga pendidikan Sekolah Menengah Pertama yang berstandar
Nasional (SSN) yang berlokasi di Jl. Kyai Gilang Kelurahan Mangkang Kulon
Kecamatan Tugu Kota Semarang.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, pokok permasalahan dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI
melalui manajemen setting kelas ?
2. Apakah manajemen setting kelas pada pembelajaran PAI dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tidak terlepas dari pokok permasalahan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI
setelah digunakan strategi manajemen setting kelas.
b. Untuk mengetahui penerapan manajemen setting kelas dalam
menumbuhkan motivasi dan keaktifan serta meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat :
10
a. Secara Teori
Dengan adanya penelitian ini, penulis dapat mengetahui konsep
manajemen setting kelas khususnya dalam pembelajaran PAI di
sekolah yang penulis teliti yaitu SMP N 28 Semarang.
b. Secara Praktis
1) Lahirnya suatu model pembelajaran yang dapat memberi nuansa
baru bagi siswa untuk semangat belajar dan berperan aktif dalam
proses pembelajaran serta mampu menghadapi masalah-masalah
baru dalam lingkungan yang semakin hari semakin kompleks.
2) Bagi guru, diperolehnya suatu kreativitas variasi pembelajaran
yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP 2006) yang berakarkan kurikulum 2004, yakni memberi
banyak keaktifan pada siswa dan guru sebagai fasilitator.
3) Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini akan memberikan
sumbangan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran PAI.
11
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
a. Motivasi
Menurut Frederick J. McDonald mengatakan bahwa : Motivation
is an energy change within the person characterized by affective
arousal and anticipatory goal reactions. 25 “Motivasi adalah suatu
perubahan energi yang ada dalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perubahan sikap (affective) dan reaksi-reaksi untuk
mencapai tujuan”.
Richard M. Sterrs dan Lyman W. Porter dalam bukunya
mengatakan The term motivation was originally derived from the
Latin word movere which means to move .26 Istilah motivasi
berasal dari bahasa Latin, dari kata movere yang berarti
menggerakkan/mendorong. Menurut Anita E. Woolfolk, Motivation is
usually defined as an internal state that arouses, direct, and maintain
behavior.27 “Motivasi biasanya didefinisikan sebagai suatu keadaan
dalam diri seseorang yang mendorong, menguatkan dan
mempengaruhi tingkah laku.
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata, “motivasi adalah
keadaan dalam pribadi orang yang mendorong seseorang untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan”.28
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut di
atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan yang
25 Frederick J. Mc.Donald, Educational Psychology, (Tokyo : Overseas Publications, Ltd.,1959), hlm.77.
26 Richard M. Steers dan Lyman W. Potter, Motivation And Work Behavior, (Singapore :Mc. Graw Hill, 1973), hlm. 5 .
27 Anita E. Woolfolk, Educational Psychology, 6th ed. (USA : Allyn & Bacon, 1980), hlm.330.
28 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.70.
12
berasal dari dalam diri yang menggerakkan seseorang untuk bersikap
atau bertindak yang pangkalnya adalah untuk mencapai suatu tujuan
yang diinginkan.
b. Belajar
Belajar mempunyai arti suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia. Perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan
daya pikir.29
S. Nasution menjelaskan belajar diartikan sebagai perubahan
kelakuan berkat pengalaman dan latihan.30 Adapun Morgan dalam
bukunya Introduction of Psychology mendefinisikan belajar sebagai
berikut : Learning is any relatively permanent change in behavior
which occurs as result of experience 31 (Belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman).
Menurut Muhibbin Syah, belajar dapat dipahami sebagai tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif.32 Dari beberapa definisi di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa belajar adalah usaha-usaha yang dilakukan seseorang
untuk melakukan perubahan tingkah laku pada dirinya sebagai akibat
dari kenyataan atau pengalaman masa lalu yang menimbulkan
pengetahuan.
29 Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), Cet.2 , hlm.1.30 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), Cet. 2, hlm.
34.31 Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York : Mc.Graw Hill Book
Company, 1971, hlm. 187.32 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2000), Cet. 5 . hlm. 92.
13
c. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah dorongan dalam diri individu yang
menggerakkan tingkah laku seseorang untuk melakukan proses belajar
sehingga mencapai tujuan yang dikehendaki.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan
ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak suka, ia akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi
itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah
tumbuh di dalam diri seseorang.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Menurut Sardiman A. M, motivasi belajar merupakan faktor
psikis yang bersifat non-intelektual.33 Peranannnya yang khas adalah
dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang, dan semangat untuk
belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak
energi untuk melakukan kegiatan belajar.
Dalam kaitannya dengan belajar mengajar, guru mempunyai
peran penting untuk menciptakan kondisi atau suatu proses yang
mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Guru perlu
mendorong atau membangkitkan motivasi siswa, sehingga dia mau
melakukan kegiatan belajar.
2. Macam-macam Motivasi Belajar
Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul
akibat pengaruh dari luar dirinya. Hal ini akan diuraikan sebagai berikut34 :
33 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindopersada, 2001), hlm. 73.
34 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006),hlm. 29.
14
a. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu
sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas
kemauan sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh
ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang berguna bagi nusa, bangsa,
dan negara. Oleh karena itu, ia rajin belajar tanpa ada suruhan dari
orang lain. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam
dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang
tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Seseorang yang
mempunyai motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar.
Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa
semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan
berguna pada masa kini dan masa masa yang akan datang.
Apa pun yang dilakukan oleh seseorang itu jika di niati dari
dalam hati (niat/memotivasi diri sendiri untuk melakukan sesuatu)
merupakan salah satu motivasi intrinsik, sebagaimana hadits riwayat
Imam Bukhori berikut ini
:
:
) (35
Dari Umar bin Khattab r.a dia berkata; saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan
tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas)
berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin
mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya
karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin
35 Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al Bukhori, Shahih AlBukhori, (Beirut Libanon : Darul kutub al ‘Alamiyah, 1992), Jilid I, hlm. 3.
15
dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia
niatkan.(HR. Imam Bukhori).
Dari hadits di atas, dapat dipahami bahwasanya setiap orang akan
memperoleh balasan amalan yang dia lakukan sesuai dengan niatnya.
Niat dalam ajaran Islam menempati posisi sentral, karena setiap
perbuatan pasti berawal dari niat. Niat juga akan menentukan apa yang
akan kita dapat.
Dalam hal belajar, jika siswa melakukannya dengan sungguh-
sungguh (niat/memotivasi diri untuk melakukan sesuatu), maka ia akan
memperoleh hasil dari kegiatan belajar tersebut.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu. Apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari
orang lain, sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau
melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar
karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama
di kelasnya.
Dalam kegiatan belajar mengajar, peranan motivasi baik intrinsik
maupun ekstrinsik diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat
mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan
memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Motivasi sangat berperan dalam belajar. Dengan motivasi inilah
siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu
pulalah kualitas hasil belajar siswa dapat diwujudkan. Karena motivasi
mempunyai tiga fungsi yakni :
a. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan
b. Penentu arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
16
c. Penyeleksi perbuatan, sehingga perbuatan orang yang mempunyai
motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang
ingin dicapai. 36
3. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar
Ada tidaknya motivasi dalam diri siswa dapat diamati dari observasi
tingkah lakunya. Apabila siswa mempunyai motivasi, ia akan :
1) bersungguh-sungguh, menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan
rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar;
2) berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan
kegiatan tersebut; dan
3) terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.37
Sedangkan menurut Sardiman A.M., motivasi yang ada pada diri
setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut 38 :
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktuyang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukandorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puasdengan prestasi yang telah dicapainya).
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orangdewasa (misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi,keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindakkriminal, amoral dan sebagainya).
d. Lebih senang bekerja mandiri.e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu).g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti
seseorang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri
motivasi seperti itu penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam
36 S. Nasution, Op. Cit., hlm. 76 – 77.37 Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001),
hlm. 138.38 Sardiman A.M., Op. Cit., hlm. 81.
17
kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun
mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan
hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan
terjebak pada sesuatu yang rutinitis dan mekanis. Siswa harus mampu
mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan
dipandangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut siswa harus juga
peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana
memikirkan pemecahannya. Hal itu semua harus dipahami agar guru
dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi yang
tepat dan optimal.
Motivasi merupakan energi penting dalam meraih keberhasilan
karena motivasi merupakan unsur penentu yang mempengaruhi
perilaku dalam individu, merupakan daya penggerak aktif, yang terjadi
pada masa tertentu dengan sebuah tujuan tertentu.
Berbagai pendapat tentang ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi
belajar tersebut, dapat penulis rumuskan ke dalam bentuk tabel
indikator motivasi belajar sebagai berikut :
Tabel 1
Indikator Motivasi Belajar Siswa
Variabel Indikator Motivasi BelajarØ Hadir lebih awal sebelum pelajaran dimulaiØMenyiapkan buku dan alat tulisØ Siswa mengkondisikan diri saat pelajaran
dimulai.ØSuasana tenang dan kondusif saat pelajaran
dimulai
Kesiapan siswadalam menerimapelajaran
ØSiswa menyiapkan buku pelajaran dan sumberbelajar lainnya yang berkaitan dengan materiØ Perhatian siswa terpusat dan aktifitas
pembelajaran siswa tampakØMencatat penjelasan dari guru
Perhatian siswadalam prosespembelajaran
ØMerespon penjelasan guruØMengungkapkan pendapatØ Aktif bertanyaØ Aktif menjawab
Keaktifan siswadalam kelas
ØMerespons pendapat / jawaban siswa lain
18
Ø Komunikasi antarsiswaØMengerjakan tugas PR di rumahØ Senang mencari dan mengerjakan soal-soal
latihanØMenyelesaikan tugas individuØMenyelesaikan tugas kelompok
Mampumenghadapikesulitan
Ø Aktif berpartisipasi dalam kelompok
4. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi motivasi adalah
mendorong, menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.39 Dalam kegiatan belajar
mengajar diperlukan adanya motivasi. Dengan adanya motivasi, hasil
belajar yang diperoleh akan menjadi optimal. Semakin tepat motivasi yang
diberikan, semakin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi senantiasa
menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. 40
Akan tetapi pada kenyataannya tidaklah semua berjalan seperti apa
yang diinginkan guru. Banyak hambatan yang dihadapi agar materi yang
disampaikan mudah dipahami dan di mengerti oleh siswa. Sebagai contoh,
di kelas ditemukan siswa yang malas berpartisipasi dalam belajar.
Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran tersebut menjadi pangkal
penyebab mengapa siswa tidak berminat untuk mencatat ataupun
memperhatikan apa-apa yang telah disampaikan guru apalagi untuk
belajar mandiri. 41
Hal tersebut di karenakan minimnya motivasi yang ada dalam diri
siswa. Jika hal ini terjadi, guru harus mampu membangkitkan motivasi
siswa dengan memberikan motivasi dari luar diri siswa. Hal ini diharapkan
untuk membantu siswa agar mempunyai minat dan semangat untuk
belajar. Motivasi merupakan kunci sukses dalam belajar. Semakin tepat
39 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), hlm.73.
40 Sardiman A.M., Op. Cit., hlm. 82.41 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 122.
19
motivasi yang diberikan guru atau semakin tinggi motivasi belajar yang
dimiliki siswa, maka semakin berhasil pelajaran yang disampaikan.
Perlu ditegaskan, bahwa setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan
atau bertalian dengan tujuan. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai,
semakin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi (tindakan mencapai
tujuan dilakukan). Dengan demikian, motivasi mempengaruhi adanya
kegiatan atau tindakan. 42
Keberhasilan suatu usaha dalam mencapai tujuan, sangatlah
ditentukan oleh kuat lemahnya motivasi. Prestasi yang baik akan sulit
didapat tanpa adanya usaha mengatasi permasalahan atau kesulitan. Proses
usaha dalam menyelesaikan kesulitan tersebut memberikan dorongan yang
sungguh kuat. Dalam Islam secara jelas menerangkan bahwa memotivasi
dalam usaha mengatasi kesulitan sangatlah berhubungan erat dengan
keberhasilan seseorang. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar-Ra’d
ayat 11 :
žcÎ) …….©!$#ŸwçŽÉi•tóãƒ$tBBQöq s)Î/4Ó®Lym(#rçŽÉi•tóãƒ$tBöN ÍkŦàÿRr' Î/3..........
..Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaumsehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.(QS. Surat Ar-Ra’d ayat 11) 43
Dari ayat di atas, bisa diketahui bahwa motivasi memiliki fungsi
yang sangat besar dalam mencapai tujuan, yaitu menggapai cita-cita,
keberhasilan atau adanya kerusakan dalam diri seseorang.
Ada tiga fungsi motivasi, yakni 44 :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan;
42 Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 73 – 74.43 Departemen Agama Repubik Indonesia, Al Qur an dan Terjemahnya, (Semarang : CV.
Toha Putra, 1989), hlm. 370.44 Sardiman A.M., Op. Cit., hlm. 83.
20
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya; dan
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan
dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan
menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik,
sebab tidak serasi dengan tujuan.
Dapat ditarik sebuah kesimpulan tentang fungsi motivasi. Motivasi
berfungsi mendorong manusia untuk berbuat dan melakukan sesuatu.
Motivasi menentukan arah perbuatan yang diinginkan untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki, dan menyeleksi atau memilih kegiatan dan
perbuatan yakni perbuatan mana yang akan dikerjakan dengan tanpa rasa
keterpaksaan dengan senang hati.
Dalam pembelajaran, guru hendaknya membuat segala sesuatu yang
sulit menjadi mudah dan sekaligus menyenangkan. Sehingga siswa tidak
tertekan secara psikologis dan tidak bosan dengan suasana di kelas.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi menurut Eysenck dan kawan-kawan, sebagaimana disadur
oleh Slameto, dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan
tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah
laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan
konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya.45
Siswa yang tampaknya tidak memiliki motivasi, mungkin pada
kenyataannya cukup bermotivasi tapi tidak dalam hal-hal yang diharapkan
pengajar. Mungkin siswa cukup bermotivasi untuk berprestasi di sekolah,
45 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta,2003), hlm.170.
21
akan tetapi pada saat yang sama ada kekuatan-kekuatan lain, seperti
misalnya teman-teman yang mendorongnya untuk tidak berprestasi di
sekolah.
Dalam hal ini, perlu diungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar terdiri dari faktor internal dan eksternal.
1) Faktor Internal
a) Biologis
Secara biologi seseorang juga memerlukan dorongan untuk
mencapai sesuatu yang diinginkannya.
(1) Rasa cinta
Ini merupakan kebutuhan afeksi dan pertalian dengan orang
lain. Allah berfirman dalam QS. At-Taubah ayat 59 :
öq s9uróO ßgRr&(#q àÊu‘!$tBÞO ßg9 s?#uäª!$#¼ã& è!q ß™u‘ur(#q ä9$s%ur$uZç6 ó¡ ymª!$#
$oYŠÏ?÷s ã‹ y™ª!$#ÏB¾Ï& Î#ôÒ sùÿ¼ ã&è!q ß™u‘ur!$RÎ)’n<Î)«!$#šcq ç6 Ïîºu‘ÇÎÒÈ
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yangdiberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata:"Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepadakami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharapkepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagimereka)”. 46
Kata targhib berasal dari kata raghbah, yang mengikuti
pola kata taf iil. Kata raghbah secara harfiah berarti cinta,
senang kepada yang baik. Penjelasan kata targhiib dan tabsyiir
ialah kalau kata tabsyiir adalah mencintai kebaikan karena ada
dorongan mendapatkan imbalan kongkret. Sedangkan targhiib
ialah mencintai kebaikan demi meningkatkan kualitas
46 Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 288.
22
kebajikan dirinya walaupun tidak mendapatkan imbalan
kongkret.
(2) Kesehatan
Kesehatan penting untuk belajar, karena mendorong perhatian
untuk lebih meningkatkan belajarnya.
b) Fisiologis
Merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar, terdiri dari : 47
(1) Makanan
Merupakan sumber energi utama untuk melakukan aktivitas
belajar.
(2) Pakaian
Merupakan sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi yang akan
menunjukkan kepribadian dirinya.
(3) Tempat berlindung
Ini sangat dibutuhkan untuk mampu mempertahankan hidup.
c) Psikologis
Secara psikologi, seorang siswa juga memerlukan motivasi belajar,
di antaranya adalah :
(1) Stimulasi terhadap diri sendiri (autonomy of self reward)
Autonomy of self reward yaitu siswa memberi stimulasi
terhadap dirinya sendiri, sehingga dirinya melakukan fungsi
penggerakan itu. 48
(2) Percaya diri (Self Confidence)
Ini merupakan modal utama bagi seorang pelajar untuk belajar
lebih tekun dan lebih baik lagi karena didorong rasa keinginan
yang tinggi didasari percaya diri.
47 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm.81.
48 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm.116.
23
(3) Pengembangan diri (Self Actualization)
Ini merupakan kebutuhan manusia untuk mengembangkan diri
sepenuhnya, merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya.49
(4) Rasa ingin tahu (Curiosity)
Ini merupakan kebutuhan manusia untuk memuaskan rasa ingin
tahunya untuk mendapatkan pengetahuan, keterangan-
keterangan dan untuk mengerti sesuatu. 50
2) Faktor Eksternal
Di samping faktor internal dapat dilihat juga beberapa faktor eksternal
yang mempengaruhi motivasi belajar, antara lain :
a) Lingkungan Fisik
(1) Cuaca
Cuaca yang baik dan mendukung mampu membantu kegiatan
belajar siswa dan tentunya akan tercipta kondisi yang indah
tanpa gangguan.
(2) Lingkungan sekolah yang sehat dan bersih
Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah maka
semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. 51
b) Lingkungan Psikologi
(1) Rasa aman
Ini merupakan kebutuhan kepastian keadaan dan lingkungan
yang dapat diramalkan. Ketidakpastian, ketidakadilan,
keterancaman akan menimbulkan kecemasan dan ketakutan
pada diri individu.
(2) Pemberian Pujian
Pujian sebagai akibat pekerjaan yang diselesaikan dengan baik
merupakan motivasi yang baik. Namun harus diingat, bahwa
efek pujian itu tergantung pada siapa yang memberi pujian dan
49 Slameto, Op. Cit., hlm. 172.50 Ibid.51 Dimyati dan Mudjiono, Op.Cit., hlm. 99.
24
siapa yang menerima pujian. Oleh karena itu supaya pujian ini
merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat.52
(3) Pemberian Penghargaan atau Ganjaran
Tujuan pemberian penghargaan dalam belajar adalah setelah
seseorang menerima penghargaan karena telah melakukan
kegiatan belajar dengan baik, ia akan terus melakukannya
sendiri di luar kelas. 53
(4) Ego Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerima tantangan sehingga bekerja
dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu
bentuk motivasi yang cukup penting.54
c) Lingkungan Budaya
(1) Kompetisi dan Kooperasi
Persaingan merupakan insentif pada kondisi-kondisi tertentu,
tetapi dapat merusak kondisi orang lain. Dalam kompetisi harus
terdapat kesepakatan yang sama untuk menang. Kompetisi
harus mengandung suatu tingkat kesamaan dan sifat-sifat para
peserta. Adapun kebutuhan akan realisasi diri, diterima oleh
kelompok, dan kebutuhan rasa aman dan keselamatan dapat
lebih banyak dipenuhi dengan kerjasama.
Menurut Lowry dan Rankin sebagaimana disadur oleh Oemar
Hamalik, kerjasama adalah fungsi utama dan merupakan
bentuk yang paling dasar dari hubungan antarkelompok.55
52 Sardiman A.M., Op.Cit., hlm. 92.53 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung : Sinar Baru, 1992), hlm.
184.54 Sardiman A.M., Op. Cit., hlm. 91.55 Oemar Hamalik, Op. Cit., hlm. 186.
25
d) Lingkungan Keluarga
(1) Bimbingan
Orang tua yang mampu membimbing anaknya dengan tekun
dan teliti, tentunya anak pun termotivasi untuk mengetahui dan
meningkatkan pengetahuan yang belum ia miliki.
(2) Arahan
Dalam keluarga, seorang anak cenderung meniru tingkah laku
orang tuanya. Oleh karena itu orang tua mempunyai peran
sangat besar dalam menunjukkan tingkah laku yang baik agar
bisa diikutinya. Hal ini mendorong semangat anak dalam
bertingkah laku dan akan mengetahui mana yang baik
dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan. 56
e) Lingkungan Sekolah (Kelas)
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru
mampu mengatur siswa dan mengelola sarana pengajaran
(manajemen setting kelas). Guru harus mampu mengendalikannya
dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran dan hubungan interpersonal yang baik antara guru dan
siswa. Manajemen kelas yang efektif dan menyenangkan dapat
membangkitkan motivasi siswa dalam belajar sesuai dengan
kemampuannya.
Dalam pelaksanaan pendidikan tiap siswa memiliki motivasi
(dorongan/alasan) untuk melaksanakan kegiatan. Dalam
pendidikan, motivasi yang kuat memudahkan pencapaian tujuan,
karena motivasi yang kuat ini melahirkan usaha aktivitas dan minat
yang benar dalam mencapai tujuan itu. Guru perlu mengusahakan
agar siswa dalam proses belajar sesuatu disertai dengan motivasi
yang memadai. Seperti yang diketahui, motivasi adalah dorongan
yang menentukan tingkah laku dan perbuatan manusia. Ia menjadi
56 Slameto, Op. Cit., hlm. 176.
26
kunci utama dalam menafsirkan dan melahirkan perbuatan
manusia.
B. Mata Pelajaran PAI
1. Pengertian PAI di SMP
Di dalam GBPP PAI di sekolah umum dijelaskan pendidikan agama
Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan
untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.57
PAI adalah nama bidang studi atau mata pelajaran agama Islam.
Berdasarkan Undang-Undang No. 2 / 1989 Pasal 39 (2), disebutkan makna
dari PAI adalah sebagai salah satu bidang studi pendidikan yang bersama-
sama dalam pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan
menjadi kurikulum wajib bagi setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan. 58
Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa 59 :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia sertaketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Sedangkan menurut Syaikh Musthafa Al Ghulayani 60 :
:
57 Muhaimin, et.al, Op. Cit., hlm. 75 – 76.58 Chabib Thoha dan Abdul Mu’thi, PBM PAI di Sekolah Eksistensi dan Proses Belajar
Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm.17.59 Tim Redaksi Media Wacana,UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS), (Jogjakarta : Media Wacana Press, 2003), hlm. 9.60 Syaikh Musthafa Al Ghulayani, Idhatun Nasyi in, (Beirut : Al Maktabah Al ‘Asriyyah,
1953), hlm. 185.
27
Pendidikan adalah menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa murid
serta menyiraminya dengan petunjuk dan nasehat, sehingga menjadi
kecenderungan jiwa yang membuahkan keutamaan, kebaikan, serta cinta
bekerja yang berguna bagi tanah air.
Pendidikan Agama Islam merupakan sebutan yang diberikan pada
salah satu subjek pelajaran oleh siswa Muslim dalam menyelesaikan
pendidikannya di tingkat tertentu. Ia merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kurikulum suatu sekolah, sehingga merupakan alat untuk
mencapai tujuan sekolah yang bersangkutan.
Selanjutnya dalam kurikulum 2004 disebutkan bahwa PAI adalah
upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa untuk mengenal,
memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam di barengi
dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain, dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud
kesatuan dan persatuan bangsa. 61
Jadi yang di maksud PAI di SMP adalah mata pelajaran yang
diupayakan secara sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa untuk
memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam melalui
kegiatan bimbingan. Pengajaran dan latihan serta menghormati penganut
agama lain, dalam hubungan dengan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.
2. Tujuan Pembelajaran PAI di SMP
Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa
tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlaq mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.62
Selanjutnya menurut Abdul Majid dan Dian Andayani, PAI di
sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan
61 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 130.
62 Chabib Thoha dan Abdul Mu’thi, Op. Cit., hlm. 17.
28
melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan dan
pengamalan serta pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketaqwaan, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pada jenjang
yang lebih tinggi.63
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan tujuan PAI di SMP adalah
untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa dengan menjalankan segala perintah-Nya melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, pemahaman, penghayatan,
pengamalan serta pengalaman siswa tentang ajaran agama Islam.
3. Ruang Lingkup Mapel PAI di SMP
Pada tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama, mata pelajaran PAI
secara keseluruhannya dalam lingkup keimanan, fiqh/ibadah, Al Qur’an
dan al hadist, akhlak, muamalah, syari’ah dan tarikh atau sejarah Islam.64
Ruang lingkup PAI meliputi perwujudan keserasian, keselarasan dan
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama
manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.65
Dilihat dari sudut ruang lingkup pembahasannya, PAI sebagai mata
pelajaran yang umum dilaksanakan di sekolah menengah pertama, di
antaranya :
a. Pengajaran Keimanan
Aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada Dzat mutlak yang
Maha Esa yaitu Allah beserta sifat dan wujudnya yang sering disebut
dengan tauhid. Tauhid menjadi rukun iman dan prima causa seluruh
keyakinan Islam.66 Keimanan merupakan akar atau pokok agama,
pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang berbagai
aspek kepercayaan.
63 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op. Cit., hlm. 135.64 Chabib Thoha dan Abdul Mu’thi, Op.Cit., hlm. 183.65 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op. Cit., hlm. 131.66 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2000), Cet. 3, hlm.199.
29
b. Pengajaran Akhlak
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq. Secara bahasa
akhlak artinya adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Sedangkan secara istilah akhlak adalah ilmu yang menentukan batas
antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang
perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.67
Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup
manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia dan
lainnya itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam
menjalankan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah yang
kokoh. 68 Dalam pelaksanaannya pengajaran ini berarti proses kegiatan
belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak
baik.
c. Pengajaran Ibadah
Ibadah menurut bahasa artinya taat, tunduk, turut, ikut dan
berdoa. 69 Dalam pengertian yang khusus ibadah adalah segala bentuk
pengabdian yang sudah digariskan oleh syariat Islam baik bentuknya,
caranya, waktunya serta syarat dan rukunnya seperti sholat, puasa,
zakat, haji dan lain-lain. 70
Aspek ibadah ini seluruhnya dimuat dalam ilmu fiqih, karena itu
ada yang mengidentikkan ibadah dengan fiqih adalah pengajaran
ibadah. Ini tentu tidak benar, karena fiqih merupakan bidang studi
Islam yang terkait langsung dengan kehidupan masyarakat serta tidak
hanya mengkaji ibadah saja.71
67 M. Ramli HS, dkk., Memahami Konsep Dasar Islam, (Semarang : UPT MKUUNNES, 2004), Cet. 2 , hlm. 141.
68 Muhaimin, et. al. Op. Cit., hlm. 80.69 Muhammad Daud Ali, Op. Cit., hlm. 244.70 Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara,
2001), hlm. 70.71 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999), Cet.
3, hlm. 247.
30
Pengajaran ibadah ini, tidak hanya memberikan pengetahuan
tentang ibadah tetapi menciptakan suasana yang menyenangkan,
sehingga situasi dalam proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
baik.
d. Pengajaran Al Qur’an
Al Qur’an adalah sumber ajaran agama (juga ajaran) Islam
pertama dan utama. Al Qur’an adalah sumber asli dari semua ajaran
dan syari’at Islam yang diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah
SAW yang memuat firman-firman (wahyu) Allah. 72
Dalam hal ini pada tingkatan SMP, diharapkan siswa mampu
membaca Al Qur’an, memahami, dan menghayati ayat-ayat Al Qur’an
pilihan yang berkenaan dengan keimanan, ibadah, akhlak, hukum dan
kemasyarakatan serta menarik hikmah yang terkandung di dalamnya
secara keseluruhan dalam setiap aspek kehidupan.
e. Pengajaran Muamalah
Muamalah merupakan sikap hidup dan kepribadian hidup
manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi,
sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni, IPTEK,
olahraga/kesehatan, dll) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh. 73
Muamalah adalah tuntunan hidup manusia sebagai mahkluk
psiko fisik yang berada di tengah manusia lainnya. Oleh karena itu
muamalah merangkum seluruh dimensi sosial manusia seperti aturan
pernikahan, pewarisan, ekonomi dan pidana dan sebagainya yang
menyangkut tata hukum dalam hubungan sosial. 74
f. Pengajaran Syari’ah
Syari’ah adalah ukuran atau undang-undang Allah yang berisi
tata cara pengaturan perilaku hidup manusia dan alam sekitarnya untuk
mencapai keridhaan Allah yaitu keselamatan di dunia dan akhirat.
72 Muhammad Daud Ali, Op. Cit., hlm. 93.73 Muhaimin, Op., Cit., hlm. 80.74 M. Ramli HS, dkk., Op. Cit., hlm.130.
31
Dilihat dari segi ilmu hukum syari’at merupakan dasar-dasar
hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui Rasul-Nya, yang wajib
diikuti oleh orang Islam berdasarkan iman yang berkaitan dengan
akhlak baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dengan sesama
manusia dan lingkungannya. Dasar-dasar hukum ini dijelaskan dan
dirinci lebih lanjut oleh Rasulullah menjadi lebih konkrit karena norma
yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadits masih bersifat umum
terutama dibidang muamalahnya.75
g. Pengajaran Tarikh atau Sejarah Kebudayaan Islam
Tarikh merupakan suatu bidang studi yang memberikan
pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan Islam yang meliputi
masa sebelum kelahiran Islam, masa Nabi dan sesudahnya baik pada
masa Umayah dan Abbasiyah serta perkembangan Islam di Indonesia
dan di dunia.76
Pelaksanaan tarikh ini diharapkan mampu membantu
peningkatan iman siswa dalam rangka pembentukan pribadi Muslim
disamping memupuk rasa kecintaan dan kekaguman terhadap Islam
dan kebudayaannya, memberikan bekal kepada siswa dalam
melanjutkan tingkatan pendidikan yang lebih tinggi atau untuk
menjalani kehidupan pribadi mereka bila putus sekolah, mendukung
perkembangan Islam masa kini dan mendatang, disamping meluaskan
cakrawala pandangannya terhadap makna Islam bagi kepentingan
kebudayaan umat Islam.
C. Manajemen Setting Kelas
1. Pengertian Manajemen Setting Kelas
Manajemen kelas terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan kelas.
Manajemen berasal dari istilah Inggris “management” kemudian terbawa
oleh derasnya arus penambahan kata pungut ke bahasa Indonesia lalu
75 Ibid., hlm. 99 – 100.76 Muhaimin, et. al., Op.Cit., hlm. 83.
32
istilah Inggris itu diindonesiakan yang kemudian mempunyai arti sama
dengan pengelolaan.77
Banyak ahli pendidikan mempunyai pandangan yang bervariasi
tentang manajemen, diantaranya adalah :
a. Stanly Vance seperti yang dikutip Ibnu Syamsi, menyatakan bahwa :
Management is simply process of decision making and control over the
actions human beings for the express purpose of attaining
predetermined goals.
Artinya : Manajemen adalah proses pengambilan keputusan dan
pengendalian terhadap tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. 78
b. George R. Terry, seperti yang dikutip Winardi mengatakan bahwa :
manajemen adalah sebuah proses yang khas, terdiri dari tindakan-
tindakan : perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran
yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya.79
c. Menurut Onong Uchjana Effendy, manajemen adalah ilmu, yaitu yang
mempelajari dan meneliti upaya manusia untuk mencapai tujuan yang
telah direncanakan secara efektif dan efisien dengan bantuan beberapa
sumber.80
d. Manajemen menurut Ibrahim Ismat Muthowim adalah :
81
77 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif,(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. 4, hlm. 7.
78 Ibnu Syamsi, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, (Jakarta : Rineka Cipta,1994), hlm. 59.
79 Winardi, Asas-asas Manajemen, terj. George R. Terry, Principles of Management, 7thEdition, (Bandung : Alumni, 1979), hlm. 3.
80 Onong Uchjana Effendy, Sistem Informasi dalam Manajemen, (Bandung : Alumni,1981), hlm. 6.
81 Ibrahim Ishmat Muthowim, Al Ushul Al Idariyah Li Al Tarbiyah, (Riyad : Dar AlSyuruq, 1996), hlm. 2.
33
Artinya : Manajemen adalah suatu aktivitas yang mengakibatkan
pengarahan, pengawasan, dan pengerahan segenap kemampuan untuk
melakukan sesuatu aktivitas dalam organisasi.
Dari pengertian di atas, secara umum dapat diambil pengertian
manajemen adalah suatu proses yang didasari dengan ilmu untuk
melakukan sebuah pekerjaan dengan tindakan-tindakan yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan dan ditentukan sebelumnya.
Selanjutnya pada istilah “kelas”, pengertian kelas menurut
pandangan umum dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Kelas dalam bentuk fisik, yaitu ruangan dan fasilitas belajar
b. Kelas dalam bentuk nonfisik, yaitu siswa.82
Karena kelas mempunyai dua pandangan berbeda maka kelas juga
mempunyai pengertian yang berbeda. Pengertian kelas dalam bentuk fisik
dan mempunyai arti sempit adalah ruangan yang dibatasi oleh empat
dinding, tempat sejumlah anak didik berkumpul dan mendapat pelajaran
atau mengikuti proses belajar mengajar, seperti contoh pembicaraan :
“Kelas ini berukuran 6 x 8 meter persegi”. Sedangkan pengertian kelas
dalam bentuk nonfisik atau luas adalah suatu masyarakat kecil yang
merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan
organisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan
kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan, 83
seperti dalam contoh pembicaraan : “Juara kelas III A mempunyai total
nilai 108 pada EBTA”.
Dalam didaktik terkadang suatu pengertian umum mengenai kelas
adalah bagian atau unit terkecil dari sekolahan yang terdiri dari
82 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 68.83 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta : Gunung
Agung, 1985), hlm. 116.
34
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama pula.84
Dengan melihat dan mengkaji pengertian “manajemen” dan “kelas”
di atas, maka dapat diartikan manajemen kelas adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan dengan didasari ilmu untuk
mendayagunakan potensi kelas, baik dari fisik atau nonfisik untuk
mencapai tujuan atau sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dan ditentukan
dengan cara merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengawasi.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, pengelolaan kelas adalah
suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar
mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi
optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang
diharapkan.85
Sudirman N, dkk, juga mengemukakan pendapat bahwa manajemen
kelas adalah ketrampilan bertindak seorang guru, dan pengelolaan kelas
adalah suatu alat untuk mengembangkan kerjasama dan dinamika kelas
yang stabil walaupun banyak gangguan dan perubahan dalam
lingkungan.86
Akoib berpendapat bahwa pengelolaan kelas menunjukkan pada
kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
optimal bagi terjadinya proses belajar. 87
Dalam kegiatan belajar terdapat dua hal yang turut menentukan
berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu pengaturan kelas
dan pengaturan pengajaran itu sendiri. Kedua hal tersebut saling berkaitan.
Keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan instruksional
tergantung pada kemampuan guru dalam mengelola kelas. Kelas yang baik
dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar dengan
84 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 17.85 Ibid, hlm. 67.86 Sudirman N., dkk, Ilmu Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, tth), hlm. 331.87 Akoib, Pengelolaan Kelas, (Surakarta : FKIP UNS, 1984), hlm. 4.
35
tenang sehingga itu merupakan titik awal keberhasilan suatu pengajaran.88
Mengelola kelas secara baik dalam rangka menyediakan kondisi yang
kondusif saat berlangsungnya proses pembelajaran. Pembelajaran yang
efektif merupakan salah satu kemampuan profesional yang harus dimiliki
oleh guru.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu
mengatur siswa dan mengelola sarana pengajaran serta mengendalikannya
dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran dan
hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa. Manajemen kelas
yang efektif dan menyenangkan dapat membangkitkan minat siswa dalam
belajar sesuai dengan kemampuannya.
2. Ruang Lingkup Manajemen Setting Kelas
Menurut Suharsimi Arikunto, bahwa ruang lingkup kegiatan
manajemen kelas ada dua, meliputi :
a. Pengelolaan siswa, di antaranya : mendaftar, mencatat, menempatkan,
melaporkan dan administrasi siswa.
b. Pengelolaan fisik, di antaranya : ruangan, perabot, dan alat pelajaran. 89
Sedangkan menurut Richard Dunne Ted Wrag dalam bukunya yang
disadur oleh Anwar Jasin ada beberapa hal yang harus dilakukan agar
pembelajaran menjadi sukses, diantaranya :
a. Display (pameran di kelas)
b. Pengaturan perabotan
c. Aturan
d. Gaya mengajar
e. Penilaian
f. Monitor. 90
Adapun pendapat E. C. Wragg dalam bukunya yang disadur oleh
Anwar Jasin ada lima kegiatan manajemen kelas, meliputi :
88 Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Ketrampilan Proses, (Jakarta : Grasindo, 1992),hlm. 63.
89 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 68.90 Anwar Jasin, Pembelajaran Efektif, (Jakarta : Grasindo, 1961), hlm. 50.
36
a. Mengelola kelompok dan individu (siswa)
b. Pengelolaan waktu
c. Pengelolaan ruang
d. Kewaspadaan
e. Penyimpangan dan gangguan. 91
Dalam penelitian ini tidak semua ruang lingkup akan dibahas, akan
tetapi hanya tiga hal yang menjadi indikator, yaitu :
a. Penataan ruang kelas
Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola
kelas yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya
proses belajar mengajar. Kalau belum kondusif, guru harus berusaha
seoptimal mungkin untuk membenahinya. Oleh karena itu kegiatan
manajemen kelas menyangkut “mengatur tata ruang (setting) kelas
yang memadai untuk pengajaran” dan “menciptakan iklim belajar
mengajar yang serasi”.92
Mengatur tata ruang kelas maksudnya guru harus dapat
mendesain dan mengatur ruang kelas sedemikian rupa sehingga guru
dan siswa itu kreatif, kerasan belajar di ruang itu. Misalnya bagaimana
mengatur meja dan tempat duduk, menempatkan papan tulis, tempat
meja guru, bahkan bagaimana pula harus mengatur hiasan di dalam
ruangan kelas. Di samping itu semua, kelas harus selalu dalam keadaan
bersih. 93
Lingkungan fisik kelas dapat menjadi faktor penting untuk
mempengaruhi para siswa. Posisi tempat duduk guru perlu dipikirkan,
mencari tempat dimana guru bisa menguasai kelas. Posisi tersebut
hendaknya memenuhi kebutuhan-kebutuhan di bawah ini, diantaranya:
1) Semua siswa dapat melihat guru dengan jelas ketika ia duduk, dan
begitu juga guru dapat melihat keadaan siswa saat dia duduk.
91 E.C. Wragg, Pengelolaan Kelas, terj. Anwar Jasin (Jakarta : Grasindo, 1996), hlm.74.
92 Sardiman A.M., Op. Cit., hlm. 167.93 Ibid.
37
2) Meja dan kursi guru tampak jelas dari pintu masuk. 94
Kemudian yang harus dipikirkan adalah pengaturan bangku
siswa. Kesulitan utama dalam pekerjaan ini adalah ketika bangku harus
ditata sedemikian rupa agar siswa bisa bekerja sendiri dalam tugas
individu dan mudah bekerja sama dalam tugas kelompok. Kesulitan
kedua adalah mengaturnya, sehingga ruangan yang diperlukan siswa
cukup, disamping masih luang juga jalan untuk keliling. 95
Kegiatan belajar mengajar di dalam dan diluar kelas perlu
kelengkapan belajar mengajar yaitu sarana belajar. Alat kelengkapan
kelas itu dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Alat-alat kependidikan yang berhubungan langsung dengan proses
belajar mengajar, seperti papan tulis, kapur, buku sumber, alat
peraga dan lain-lain.
2) Alat-alat nonkependidikan yang tidak langsung berhubungan
dengan proses belajar mengajar seperti meja, kursi, almari, buku
raport, absensi, jendela dan lain-lain. 96
Dalam masalah alat kelengkapan kelas ini perlu adanya
pemeliharaan dan penyimpanan di tempat yang tidak mengganggu
proses belajar mengajar saat tidak digunakan, perlu ditekankan pula
aspek pengaturannya yang menyangkut kerapian dan keindahan kelas.
b. Pengelolaan siswa
Dalam manajemen kelas, guru dituntut harus menguasai kelas
agar tercapai kondisi yang kondusif, maksudnya guru harus mampu
menangani dan mengarahkan tingkah laku siswanya agar tidak
merusak suasana kelas. Kalau sekiranya terdapat tingkah laku siswa
yang kurang serasi, misalnya ramai, nakal, ngantuk atau mengganggu
teman lain, guru harus dapat mengambil tindakan yang tepat,
94 Michael Marland, Seni Mengelola Kelas, (Semarang : Dahara Prize, 1990), Cet. 3,hlm. 44.
95 Ibid, hlm. 45 – 46.96 Hadari Nawawi, Op. Cit., hlm. 136.
38
menghentikan tingkah laku siswa tadi, kemudian mengarahkan
kepada yang lebih produktif. 97
Dalam hal ini secara konkrit ada beberapa langkah yang dapat
diambil oleh guru 98 , yaitu :
1) Langkah-langkah siswa yang sudah sesuai dengan tujuan perlu
dikembangkan dengan memberi dukungan yang positif.
2) Guru mengambil tindakan yang tepat bila siswa menyimpang dari
tugas.
3) Sikap siswa yang keras ditanggapi dengan memadai dan tenang
4) Guru harus memperhatikan dan memperhitungkan reaksi-reaksi
yang tidak diharapkan.
c. Pengelolaan Waktu belajar mengajar
Dalam konteks belajar klasikal, penggunaan waktu merupakan
masalah penting. Sering terjadi keterbatasan waktu yang tersedia
dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan waktu guru untuk
perencanaan dan persiapan seharusnya dilakukan sebelum waktu
pelajaran tersebut dimulai. Apabila ingin waktu tidak tersia-sia maka
perencanaan dan persiapan harus matang. Guru harus tahu kapan dia
menerangkan, mengamati siswa, mengajukan pertanyaan ataupun
berbicara dengan siswa secara individual atau kelompok.99
Apabila dalam pengelolaan waktu tepat dan berjalan lancar maka
proses belajar mengajar akan lancar dan waktu lebih efisien serta tepat
guna dan tepat sasaran. Setelah pengelolaan waktu tercapai maka bisa
dikatakan guru itu akan mempengaruhi manajemen kelas dan
pemanfaatan media. Bila waktu terbuang sia-sia tanpa adanya tujuan
dan mengarah pada tujuan pembelajaran maka bisa dikatakan
manajemen kelas belum berhasil. Apabila waktu tidak diatur
sedemikian rupa untuk dan bagaimana fungsinya, maka pemanfaatan
mediapun kurang dan jauh dari suasana kondusif.
97 Sardiman A.M., Op. Cit, hlm. 167.98 Ibid.99 E.C.Wragg, Op. Cit, hlm. 75 – 76.
39
3. Tujuan Manajemen Setting Kelas
Proses pendidikan akan berjalan baik, apabila proses pembelajaran
itu terjadi dalam suasana yang sedemikian rupa dimana siswa dalam
keadaan sikap penuh perhatian sehingga kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan dengan efektif dan efisien. Maksudnya siswa itu dalam keadaan
berminat untuk terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.
Manajemen kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan. Tujuan
merupakan sesuatu yang diharapkan dari suatu proses yang panjang karena
tujuan merupakan sesuatu yang esensial, oleh karena itu besar maknanya
dalam segala aktifitas. Tujuan dapat dijadikan petunjuk dalam
melaksanakan aktivitas. Sebagaimana telah dijelaskan Sayyed Ahmad Al
Hasyimi dalam kitabnya Mukhtar Al Akhadits sebagai berikut
:.
)(100
Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda : ketika
urusan diberikan (diserahkan) kepada yang bukan ahlinya (tidak mampu)
maka tunggulah kehancurannya . (HR. Imam Bukhari).
Hadits tersebut menunjukkan betapa Islam menekankan pentingnya
manajemen dan kepemimpinan dalam setiap aktivitas, termasuk di
dalamnya aktivitas kependidikan. Suatu aktivitas akan berjalan lancar dan
teratur apabila didasarkan pada manajemen yang sehat dan didukung oleh
kepentingan yang tepat dan handal.
Semua komponen keterampilan manajemen kelas mempunyai
tujuan yang baik untuk siswa maupun guru, 101 yaitu:
100 Sayyed Ahmad Al Hasyimi, Mukhtar al Akhadist an Nabawiyyah wa Al hikami alMuhammadiyah (Indonesia : Dar Ihyaul Kutub al ‘Arabiyyah, 1948), hlm. 19.
101 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta :Rineka Cipta, 2000), hlm. 147 – 148.
40
a. Untuk Siswa
1) Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu
terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri
sendiri.
2) Membantu siswa mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata
tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu
peringatan dan bukan kemarahan.
3) Membangkitkan rasa tanggung jawab untuk melibatkan diri dalam
tugas dan pada kegiatan yang diadakan.
b. Untuk Guru
1) Mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan
pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat.
2) Menyadari kebutuhan siswa dan memiliki kemampuan dalam
memberi petunjuk secara jelas kepada siswa.
3) Mempelajari bagaimana merespons secara efektif terhadap tingkah
laku siswa yang mengganggu.
4) Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat
digunakan dalam hubungannya dengan masalah tingkah laku siswa
yang muncul di dalam kelas.
4. Fungsi Manajemen Setting Kelas
Manajemen kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan
potensi kelas. Karena itu, kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu
dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif. Oleh sebab itu,
agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap siswa untuk belajar,
kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru. 102 Untuk dapat
menciptakan suasana kelas yang baik, diperlukan seperangkat ketrampilan
manajemen kelas dan menerapkannya dalam proses pembelajaran secara
efektif sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
102 Ibid., hlm. 172.
41
Terkait dengan manajemen kelas, maka guru mempunyai empat
fungsi pokok sebagai berikut 103 :
a. Merencanakan (planning)
Adalah pekerjaan seorang guru untuk menyusun tujuan
pembelajaran.
b. Mengorganisasikan (organizing)
Adalah pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan
menghubungkan sumber-sumber belajar, sehingga dapat mewujudkan
tujuan belajar dengan cara yang paling efektif dan efisien.
c. Memimpin
Adalah pekerjaan seorang guru untuk memilih strategi mengajar
yang sesuai dan mempunyai daya tarik agar siswanya mau belajar.
d. Mengawasi (supervising)
Adalah pekerjaan seorang guru untuk menentukan apakah
fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin kelas telah
berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan.
Dalam manajemen kelas ada dua subyek yang memegang
peranan penting, yaitu guru dan siswa. Pada dasarnya kegiatan guru
dalam mengajar atau saat pengajaran berlangsung dapat
dikelompokkan menjadi dua kegiatan yaitu pengelolaan pengajaran
dan pengelolaan kelas. Pengelolaan pengajaran adalah kegiatan
mengajar itu sendiri yang melibatkan secara langsung komponen
materi pengajaran, metode pembelajaran dan alat bantu mengajar
dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sedangkan pengelolaan
kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan
pengajaran dapat berlangsung secara optimal.
5. Bentuk-Bentuk Manajemen Setting Kelas
Lingkungan fisik dalam ruangan kelas dapat menjadikan belajar
aktif. Tidak ada satu pun bentuk ruang kelas yang ideal, namun ada
103 Ivor K. Davis, Pengelolaan Belajar terj. Sudarsono Sudirjo, (Jakarta : CV. Rajawali,1991), Cet. 2, hlm. 35.
42
beberapa pilihan yang dapat diambil sebagai variasi. Dekorasi interior
kelas perlu dirancang yang memungkinkan siswa belajar secara aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). 104
Ada setidaknya 10 (sepuluh) macam formasi kelas dalam kerangka
mendukung penerapan pembelajaran aktif. Setting atau formasi kelas
berikut ini tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang permanen,
namun hanya sebagai alternatif dalam manajemen setting kelas. Jika
meubeler (meja atau kursi) yang ada di ruang kelas dapat dengan mudah
dipindah-pindah, maka sangat mungkin menggunakan beberapa formasi
ini sesuai dengan situasi dan kondisi yang diinginkan guru.
a. Formasi Huruf U
Formasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Para siswa
dapat melihat guru dan media visual dengan mudah dan mereka saling
berhadapan langsung satu dengan yang lain. Susunan ini ideal untuk
membagi bahan pelajaran kepada siswa secara cepat karena guru dapat
masuk ke huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat
materi.
Guru dapat menyusun meja dan kursi dalam format U sebagai
berikut :
104 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang :RaSAIL Media Group, 2008), hlm. 58.
43
Selain model di atas, format U berikut ini memungkinkan
kelompok kecil yang terdiri dari tiga siswa atau lebih dapat keluar
masuk dari tempatnya dengan mudah.
b. Formasi Corak Tim
Guru mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran di ruang
kelas agar memungkinkan siswa untuk melakukan interaksi tim. Guru
dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja untuk susunan
yang paling akrab. Jika hal ini dilakukan, beberapa siswa harus
memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang kelas
untuk melihat guru, papan tulis atau layar.
44
Atau guru dapat meletakkan kursi-kursi setengah lingkaran
sehingga tidak ada siswa yang membelakangi papan tulis.
c. Meja Konferensi
Formasi ini paling baik dilakukan jika meja berbentuk persegi
panjang. Susunan ini dapat mengurangi peran penting siswa.105
Jika guru duduk di tengah-tengah sisi yang luas, para siswa di
ujung merasa tertutup seperti tampak pada gambar berikut :
Guru dapat membentuk sebuah susunan meja konferensi dengan
menggabungkan beberapa meja kecil (di tengahnya biasanya kosong)
seperti tampak pada gambar berikut :
105 Ibid, hlm. 58 – 60.
45
d. Formasi Lingkaran
Para siswa duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi
untuk melakukan interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah
lingkaran ideal untuk diskusi kelompok penuh.
Jika guru menginginkan siswa memiliki tempat untuk menulis,
hendaknya digunakan susunan peripheral, yakni meja ditempatkan di
belakang siswa. Guru dapat menyuruh siswa memutar kursi-kursinya
melingkar ketika guru menginginkan diskusi kelompok.
46
e. Kelompok Untuk Kelompok
Susunan ini memungkinkan guru untuk melakukan diskusi atau
untuk menyusun permainan peran, berdebat atau observasi dari
kreatifitas kelompok. Guru dapat meletakkan meja pertemuan di
tengah-tengah, yang dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar.
f. Tempat Kerja (Workstation)
Susunan ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, dimana
setiap siswa duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas (seperti
mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja laborat) tepat
47
setelah didemonstrasikan. Tempat berhadapan mendorong partner
belajar untuk menempatkan dua siswa pada tempat yang sama.
g. Pengelompokan Terpisah (Breakout Groupings)
Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, guru
dapat meletakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat
melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Guru dapat
menempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan
sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu. Tetapi hendaknya
dihindari penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh
dari ruang kelas, sehingga hubungan diantara siswa sulit dijaga.
h. Susunan Chevron
Sebuah susunan ruang kelas tradisional tidak memungkinkan
untuk melakukan belajar aktif, jika terdapat banyak siswa (tiga puluh
atau lebih) dan hanya tersedia beberapa meja, barangkali guru perlu
menyusun siswa dalam bentuk ruang kelas. Susunan V mengurangi
48
jarak antara para siswa, pandangan lebih baik dan lebih
memungkinkan untuk melihat siswa lain dari pada baris lurus. Dalam
susunan ini, tempat paling bagus ada pada pusat tanpa jalan tengah,
seperti tampak pada gambar berikut :
i. Kelas Tradisional
Format atau setting kelas ini banyak digunakan di lembaga
pendidikan mana pun karena paling mudah dan sederhana. Tetapi
secara psikologis, bila digunakan sepanjang masa tanpa variasi format
lain akan berpengaruh terhadap gape psikologis siswa. Siswa akan
merasa minder, takut dan tidak terbuka dengan teman, karena sesama
siswa tidak pernah saling berhadapan (face to face) dan hanya melihat
punggung temannya sepanjang tahun dalam belajar. Meskipun
demikian, tidak berarti format kelas seperti ini tidak bisa digunakan
untuk pembelajaran aktif. Tentu hal ini tergantung bagaimana guru
menciptakan suasana belajar aktif dengan strategi yang tepat. Berikut
ini tampak gambar / formasi kelas tradisional :
49
j. Auditorium / Aula
Formasi auditorium atau aula merupakan tawaran alternatif
dalam menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium
menyediakan lingkungan yang terbatas untuk belajar aktif. Hal ini
dapat dicoba untuk dilakukan guru guna mengurangi kebosanan siswa
yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional).
Jika sebuah kelas memiliki tempat duduk yang mudah dipindah-
pindah, maka guru dapat membuat bentuk pembelajaran ala auditorium
untuk membuat hubungan lebih erat dan memudahkan siswa melihat
guru. 106
106 Ibid., hlm. 61-68.
50
Demikianlah beberapa alternatif setting kelas terkait formasi
meja dan kursi serta ruang belajar yang dapat dipilih guru dalam
mengelola pelaksanaan pembelajaran di kelas. Formasi yang
digambarkan di depan bukan merupakan bentuk yang paten dalam arti
tidak dapat dirubah, tetapi bersifat fleksibel dan sangat mungkin
dilakukan modifikasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
Disamping formasi kursi dan meja, setting kelas juga terkait
dengan penempatan pajangan hasil karya, portofolio siswa, pojok baca,
tugas sarapan pagi, dan sejenisnya. Hal ini merupakan bagian tak
terpisahkan dari upaya menciptakan suasana yang mengesankan dan
mencapai tujuan pembelajaran.
D. Kajian Pustaka
Dalam pembuatan skripsi ini, peneliti mencoba menggali informasi
terhadap skripsi atau karya ilmiah lainnya yang relevan dengan permasalahan
yang sedang digarap sebagai bahan pertimbangan untuk membandingkan
masalah-masalah yang diteliti baik dalam segi metode maupun objek
penelitian. Beberapa referensi pustaka pokok yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah :
Skripsi yang ditulis oleh Zukhrifatul Jannah (3100029) Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang (2007) berjudul Pengaruh Ketrampilan
Pengelolaan Kelas terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
PAI di SMP N 1 Kendal , yang mengkaji ada atau tidaknya pengaruh
keterampilan pengelolaan kelas terhadap motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran PAI. Pengelolaan yang dikaji terbatas pada pengelolaan kelas dari
segi nonfisik yaitu pengelolaan siswa dalam kelas.
Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Wakhid (3100141) berjudul Persepsi
Siswa tentang Manajemen Kelas dan Pengaruhnya terhadap Minat Belajar
PAI Siswa di SMP N 02 Wirosari Grobogan . Tulisan tersebut membahas
tanggapan siswa terhadap sesuatu yang dilakukan guru dalam
mendayagunakan potensi fisik (penataan ruang kelas, penggunaan fasilitas
51
belajar mengajar) atau nonfisik (aturan-aturan kelas, administrasi kelas,
catatan-catatan) untuk mencapai tujuan atau sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan untuk meningkatkan minat belajar PAI siswa di SMP N 02
Wirosari Grobogan.
Skripsi yang ditulis oleh Annis Afifah (3103206) berjudul Pengaruh
Persepsi Siswa tentang Ketrampilan Guru Mengelola Kelas terhadap Minat
Belajar PAI Siswa SMPN 1 Welahan Jepara . Dalam penelitian tersebut
pengelolaan kelas didasarkan pada penataan siswa dalam kelas, penataan
ruang dan alat pengajaran serta penciptaan disiplin kelas.
Dalam skripsinya, penulis memaparkan kemampuan mengelola kelas
sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Dengan adanya pengelolaan
kelas yang efektif, maka siswa akan mempunyai persepsi atau tanggapan yang
positif terhadap pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru sehingga
diharapkan dengan persepsi atau sikap yang positif tersebut, akan timbul minat
yang kuat pada diri siswa untuk melakukan efektifitas belajar.
Buku yang berjudul Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)
karangan Ismail SM, M.Ag., memaparkan beberapa alternatif setting kelas
terkait formasi meja dan kursi serta ruang belajar yang dapat dipilih guru
dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran di kelas. Formasi yang
digambarkan bukan merupakan bentuk yang paten dalam arti tidak dapat
diubah, tetapi bersifat fleksibel dan sangat mungkin dilakukan modifikasi
sesuai dengan kondisi kebutuhan.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penulis lebih menitikberatkan
pada kajian “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran PAI Melalui Manajemen Setting Kelas (Studi Tindakan Pada Siswa
Kelas VII SMP Negeri 28 Semarang)”. Pada penelitian ini, penulis lebih
memfokuskan pembahasan pada penciptaan lingkungan fisik belajar yang
merupakan salah satu alternatif dalam memecahkan kesulitan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Siswa harus dikembangkan secara optimal dengan
memberikan kemudahan mempelajari ilmu pengetahuan yang kompleks.
52
Berbagai faktor penyebab kesulitan belajar pada siswa ini termuara pada
menurunnya motivasi belajar, sedangkan motivasi belajar sendiri salah
satunya disebabkan oleh faktor ekstern. Untuk itu guru sebagai pengelola
kelas yang secara langsung melakukan kontak baik dengan lingkungan
maupun siswa, harus mempunyai data lengkap terhadap keadaan yang ada
disekitarnya.
Dalam kerangka mewujudkan desain belajar siswa maka pengaturan
kelas dan siswa (setting kelas) merupakan tahap yang penting dalam
melaksanakan proses belajar mengajar. Karena itu, kursi, meja dan ruang
belajar perlu ditata sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan
pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik.
E. Pengajuan Hipotesis
Berkaitan dengan hipotesis penelitian, perlu dicatat bahwa keberadaan
hipotesis adalah sebagai kesimpulan sementara tentang masalah yang
merupakan perkiraan tentang keterikatan variable-variabel yang diteliti.
Menurut Sutrisno Hadi hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar dan
mungkin juga salah, dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannnya.107
Berdasarkan uraian kajian teori di atas dapat dimunculkan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
1. Penerapan manajemen setting kelas pada mata pelajaran PAI dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa
2. Penerapan manajemen setting kelas dalam mata pelajaran PAI dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
107 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta : ANDI Offset, 2004),hlm.63.
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pokok penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI
setelah digunakan strategi manajemen setting kelas.
2. Untuk mengetahui penerapan manajemen setting kelas dalam
menumbuhkan motivasi dan keaktifan serta meningkatkan hasil belajar
siswa.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Melalui Manajemen Setting Kelas (Studi
Tindakan pada Siswa Kelas VII SMP N 28 Semarang)” ini merupakan
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini
dilaksanakan mulai 26 Oktober sampai 16 Nopember 2009.
2. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 28
Semarang.
C. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Berikut jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan di SMP Negeri 28 Semarang.
54
Tabel 2
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Waktu (Minggu ke)No. Rencana Kegiatan 1 2 3 4 5 61 Persiapan Menyusun konsep
pelaksanaanX
Menyusun jadwal dan tugas X Menyusun instrumen X Diskusi konsep pelaksanaan X
2 Pelaksanaan Menyiapkan kelas dan alat X Pelaksanaan pra siklus X Melakukan tindakan siklus I X Melakukan tindakan siklus II X Melakukan tindakan siklus III X
3 Pembuatan Laporan Menyusun konsep laporan X
D. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu
kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh
sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,
berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.108
1. Model Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemmis
dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran
berdasarkan refleksi mengenai hasil tindakan-tindakan pada siklus
sebelumnya. Setiap siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi) dan refleksi.109
108 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : RemajaRosdakarya, 2006), hlm. 12.
109 Ibid., hlm. 66.
55
Gambar 1
Model Penelitian Tindakan 110
2. Kolaborasi
Kolaborasi yang yang dimaksud adalah sudut pandang setiap orang
akan dianggap memberikan andil pada pemahaman. Dalam asas ini,
peneliti perlu selalu ingat bahwa ia adalah bagian dari situasi yang diteliti,
ia bukan pengamat, tetapi juga terlibat langsung dalam proses situasi
tersebut. Kolaborasi di antara keanggotaan situasi inilah yang
memungkinkan proses tersebut berlangsung.111 Kerjasama ini diharapkan
dapat memberikan andil demi terciptanya tujuan penelitian. Yang menjadi
kolaborator dalam penelitian ini adalah Ibu Iswatun Khasanah, M. Ag.
selaku guru mata pelajaran PAI kelas VII C.
3. Variabel Penelitian
110 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), Cet. I.hlm. 16.
111 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara,2007), hlm. 71.
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Refleksi
?
56
Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi :
a. Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran
b. Perhatian siswa dalam proses pembelajaran
c. Keaktifan siswa dalam kelas
d. Mampu menghadapi kesulitan
Sedangkan indikator dari setiap variabel di atas adalah sebagai
berikut
Indikator Kinerja
Tabel 3
Indikator Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran
No. Variabel Indikator Motivasi Belajar1 Kesiapan siswa menerima
pelajaran. Indikatorpencapaian mencapai limakadar dengan skala (1 s.d 5).Indikator pencapaian di atas75%.
Ø Hadir lebih awal sebelum pelajarandimulai
ØMenyiapkan buku dan alat tulisØ Siswa mengkondisikan diri saat pelajaran
dimulai.Ø Suasana tenang dan kondusif saat
pelajaran dimulaiØ Siswa menyiapkan buku pelajaran dan
sumber belajar lainnya yang berkaitandengan materi
2 Perhatian siswa dalampembelajaran.Indikator pencapaianmencapai lima kadar denganskala (1 s.d 5). Indikatorpencapaian di atas 75%.
Ø Perhatian siswa terpusat dan aktifitaspembelajaran siswa tampak
ØMencatat penjelasan dari guruØMerespons penjelasan guru
3 Keaktifan siswa dalam kelas.Indikator pencapaianmencapai lima kadar denganskala (1 s.d 5). Indikatorpencapaian di atas 75%.
ØMengungkapkan pendapatØ Aktif bertanyaØ Aktif menjawabØMerespon pendapat / jawaban siswa lainØ Komunikasi antarsiswa
4 Mampu menghadapikesulitan.Indikator pencapaianmencapai lima kadar denganskala (1 s/d 5).Indikator pencapaian di atas75%.
ØMengerjakan tugas PR di rumahØ Senang mencari dan mengerjakan soal-
soal latihanØMenyelesaikan tugas individuØMenyelesaikan tugas kelompokØ Aktif berpartisipasi dalam kelompok
57
Rata-rata nilai yang dicapai diatas hasil ketuntasan belajaryang ditentukan yaitu 71.
Ø Diadakan tes akhir setelah pembelajaranprasiklus, siklus 1, siklus 2, dan siklus 3.
4. Subyek Penelitian
Jumlah keseluruhan siswa yang ada di SMP Negeri 28 Semarang
tahun ajaran 2009/2010 adalah 780 siswa yang dibagi menjadi 22 kelas.
Kelas VII berjumlah 223 siswa (95 putra dan 128 putri), kelas VIII
berjumlah 274 siswa (129 putra dan 145 putri), kelas IX berjumlah 283
siswa (138 putra dan 145 putri).112 Sedangkan yang menjadi subyek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VII C yang mendapat pelajaran PAI tahun
ajaran 2009/2010 semester I yang berjumlah 30 siswa.
Tabel 4
Nama – nama siswa kelas VII C SMP N 28 Semarang 113
No. Nama Jenis Kelamin1 Amelia Fajar Safitri P2 Amy Nadia Alifah P3 Andhyka Pranadita L4 Arif Maulana L5 Eka Fadlilatun P6 Hardiah Putri Utami P7 Juliana P8 M. Wahyu Hidayat L9 M. Yusril Rif’an Abid Tamami L10 Maulina Nailissyifa P11 Muhamad Lutfi Anam L12 Muhammad Ageng Jenar L13 Mukhamad Sobirin L14 Nanda Puspa Anisya P15 Nenny Ratnawati P16 Puspa Ayu Ariyananda P17 Reza Afif Bayu Rizqi L18 Richardo Kurnia Novianto L19 Rima Editya Septiyani P20 Rofidah Yunita Ambarsari P21 Rosi Masyito P22 Rosita Ratnaningtyas P
112 Dokumen SMP N 28 Semarang tahun ajaran 2009/2010.113 Ibid.
58
23 Sarlita Armita Sari P24 Septi Dwi Cahyanti P25 Upi Zulfikar L26 Vitdo Ade Pangestu L27 Wicaksana Alif Saputra L28 Winda Kurnia Sari P29 Zawian Deva Sugiarto L30 Zayyana Arova P
E. Siklus Kegiatan
Langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut :
1. Persiapan
a. Permohonan ijin kepada Bapak Teguh Waluyo, S.Pd, MM selaku
Kepala Sekolah SMP N 28 Semarang pada 26 Oktober 2009 untuk
mengamati proses pelaksanaan pembelajaran PAI di kelas VII C.
b. Pengamatan dan wawancara
Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan instrumen observasi pada saat pembelajaran PAI
berlangsung di kelas VII C SMP N 28 Semarang. Dalam pembelajaran
PAI tersebut, guru belum menerapkan manajemen setting kelas dan
masih menggunakan setting kelas model tradisional yang identik
dengan metode ceramah dan pembelajaran masih berpusat pada guru.
Dalam hal ini peneliti menemukan kurangnya motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran PAI dengan indikasi sebagai berikut :
- Siswa kurang memperhatikan ketika guru memberikan penjelasan.
- Siswa cenderung pasif dan tidak banyak yang berkomentar
terhadap materi pelajaran.
- Siswa kurang berani dalam menyampaikan pendapat.
- Komunikasi yang terjalin saat pembelajaran hanya komunikasi satu
arah.
59
Setelah pembelajaran selesai, peneliti melakukan wawancara
dengan guru PAI kelas VII C tersebut guna membahas permasalahan
yang nampak pada saat pembelajaran PAI berlangsung.114
c. Menyusun rencana penelitian
Pelaksanaan penelitian dirancang dalam tiga tahap yaitu siklus I,
siklus II dan siklus III yang setiap siklus terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Untuk mendapatkan data awal,
peneliti melaksanakan pengamatan awal yang disebut sebagai
prasiklus.
2. Pelaksanaan
a. Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I ini sebagai tindak lanjut atas
refleksi prasiklus. Siklus I dilaksanakan pada 2 November 2009
dengan kegiatan sebagai berikut :
1) Perencanaan
a) Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang telah
disiapkan dalam prototype. Penekanan perencanaan disini
adalah menyiapkan siswa benar-benar berada pada suasana
penyadaran diri untuk tetap selalu termotivasi dalam belajar
dengan menekankan pada keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dan berada pada konsentrasi materi pelajaran PAI
yang sedang dibahas atau dipelajari.
b) Menyiapkan rencana pembelajaran dengan menggunakan
manajemen setting kelas yang sesuai dengan formasi tempat
duduk siswa dan metode / strategi pembelajaran yang dipakai.
Sehingga materi pokok yang sedang dipelajari dapat dipahami
oleh siswa dengan mudah dan senantiasa termotivasi serta
selalu aktif dalam proses belajar.
114 Hasil Pengamatan di Kelas VII C SMP N 28 Semarang Pada tanggal 26 Oktober2009.
60
c) Bersama dengan guru PAI, peneliti :
(1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam
PBM
(2) Menentukan pokok bahasan
(3) Mengembangkan skenario pembelajaran
(4) Menyiapkan sumber belajar
(5) Mengembangkan format evaluasi
(6) Mengembangkan format observasi pembelajaran
d) Menyiapkan lembar soal yang digunakan untuk akhir
pembelajaran sebagai tes formatif dan soal yang dikerjakan
dirumah, sehingga siswa tetap termotivasi untuk belajar
meskipun berada dirumah.
2) Pelaksanaan
Guru mitra dengan didampingi peneliti melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan oleh
peneliti. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai
berikut :
a) Guru memberikan apersepsi tentang materi pembelajaran yang
akan dibahas dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
manajemen setting kelas yang disesuaikan dengan metode /
strategi yang dipakai dan materi pokok yang sedang dipelajari.
Sedangkan peneliti mengamati, menilai melalui lembar
observasi berkaitan dengan keaktifan belajar dalam kelas serta
mencatat apa yang terjadi di dalam kelas pada siklus I.
c) Guru menerapkan metode atau model yang dipakai dalam
PBM.
d) Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario
pembelajaran.
61
e) Untuk menghemat waktu pembelajaran di kelas terkait dengan
manajemen setting kelas maka formasi tempat duduk siswa,
penataan ruangan dalam kelas serta pembentukan kelompok
dilakukan di luar jam pelajaran yang kemudian diumumkan
pada waktu pembelajaran.
f) Guru memberikan soal yang akan dijawab dan didiskusikan
melalui kelompok sedangkan peneliti menilai bagaimana
aktivitas siswa dalam kelompok tersebut. Melalui diskusi
antarkelompok, diharapkan siswa dapat menuangkan ide
berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari.
g) Guru memberikan soal yang sifatnya pengamatan di dalam
kehidupan nyata terhadap materi pelajaran yang sedang
dipelajari.
h) Guru melaksanakan tes formatif secara indidual.
3) Pengamatan
a) Guru mengamati keaktifan siswa siklus I.
b) Guru mengamati pada setiap kegiatan yang dilakukan siswa
mulai dari permasalahan yang muncul pada awal pelajaran
hingga akhir pelajaran. Berikan penilaian untuk masing-masing
siswa tentang indikator keaktifan dan keterampilan proses yang
telah disiapkan.
c) Guru mengamati hasil tes formatif, apakah sudah mencapai
ketuntasan belajar.
d) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan LKS.
e) Peneliti mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang
dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan
harapan penelitian.
4) Refleksi
a) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
62
b) Secara kolaboratif guru mitra dan peneliti menganalisis dan
mendiskusikan hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu
refleksi, apakah ada yang perlu dipertahankan dan diperbaiki.
c) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil
evaluasi untuk tindakan berikutnya.
d) Membuat kesimpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus I.
b. Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II ini sebagai tindak lanjut atas
refleksi siklus I. Siklus II dilaksanakan pada 9 Nopember 2009 dengan
kegiatan sebagai berikut :
1) Perencanaan
a) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan
masalah.
b) Meninjau kembali rencana pembelajaran yang disiapkan untuk
siklus II dengan melakukan revisi sesuai hasil refleksi siklus I.
Penekanan perencanaan pada siklus ini adalah kesiapan siswa
menerima pelajaran, perhatian siswa dalam pembelajaran,
keaktifan siswa dalam kelas dan mampu menghadapi kesulitan.
c) Menyiapkan lembar evaluasi yang akan dibagikan setelah
penggunaan metode / model pembelajaran yang dipakai.
2) Pelaksanaan
a) Guru menyampaikan tujuan dan gambaran konsep
pembelajaran.
b) Melakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan skenario dan
hasil refleksi.
c) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana
pembelajaran dengan penerapan manajemen setting kelas,
tetapi formasi tempat duduk siswa berbeda dengan siklus I
karena disesuaikan lagi dengan metode dan materi yang
dipelajari.
d) Guru melakukan tes formatif secara individual.
63
3) Pengamatan
a) Pengamatan dilakukan bersama dengan tindakan, dengan
menggunakan instrumen yang telah tersedia. Fokus
pengamatan adalah kegiatan siswa dalam mengerjakan sesuai
dengan skenario pembelajaran.
b) Peneliti mengamati pelaksanaan pembelajaran dan
membandingkannya dengan hasil siklus I.
c) Guru bersama peneliti mengamati hasil tes formatif apakah
sudah mencapai ketuntasan belajar ?
d) Peneliti mencatat semua kelemahan, baik ketidaksesuaian
antara tindakan dengan skenario maupun tindakan dan respons
siswa yang berbeda dengan yang diharapkan.
4) Refleksi
a) Secara kolaboratif peneliti dan guru mapel PAI menganalisis
hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi,
membuat kesimpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus
II.
b) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil
evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya.
c. Siklus III
Pelaksanaan tindakan siklus III ini sebagai tindak lanjut atas
refleksi siklus II. Siklus III dilaksanakan pada 16 Nopember 2009
dengan kegiatan sebagai berikut :
1) Perencanaan
a) Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang disiapkan
untuk siklus III. Disini benar-benar dipersiapkan lebih terarah
pada indikator pencapaian.
b) Menyiapkan instrumen tes akhir dan meninjau lebih detail
tentang indikator motivasi belajar siswa dalam pembelajaran.
64
c) Mempersiapkan bantuan lebih khusus pada siswa-siswa yang
belum kelihatan aktif dan masih kesulitan dalam memahami
pelajaran.
2) Pelaksanaan
Secara kolaboratif peneliti dan guru mapel PAI mengawasi
dan membimbing siswa dalam melaksanakan semua tindakan
siklus III seperti pada siklus I dan II. Peneliti dan guru mitra harus
benar-benar memperhatikan jalannya pembelajaran dan keaktifan
individu.
3) Pengamatan
a) Melakukan pengamatan bersama pada tindakan siklus III dengan
menggunakan lembar observasi yang telah tersedia.
b) Fokus pengamatan adalah kegiatan siswa dalam mengerjakan
sesuatu yang sesuai dengan skenario pembelajaran dengan
melihat motivasi belajar siswa dilihat secara jeli terhadap semua
indikator pencapaian. Apakah setiap individu sudah memenuhi
standar minimal pencapaian indikator.
4) Refleksi
Hasil dari pengamatan dianalisis untuk memperoleh
gambaran bagaimana hasil dari tindakan yang telah dilakukan. Jika
permasalahan sudah terselesaikan dan sudah dirasa cukup maka
tindakan akan dihentikan.
F. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data
1. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan (=data) yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang
65
sedang dijadikan sasaran pengamatan.115 Dalam penelitian ini metode
observasi digunakan untuk melihat atau mengamati perubahan
fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat
dilakukan penilaian pada perubahan tersebut. Dalam observasi ini
dilaksanakan di kelas saat proses kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
b. Metode Wawancara
Wawancara atau interview merupakan sebuah percakapan antara
dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti
kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab. 116
Dalam penelitian tindakan kelas menurut Hopkins, wawancara adalah
suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat
dari sudut pandang yang lain. 117
Wawancara dilakukan oleh peneliti untuk mewawancarai guru
sebagai mitra kerja dalam melaksanakan penelitian yaitu Ibu Iswatun
Khasanah, M.Ag. selaku guru Mapel PAI Kelas VII C di SMP 28
Semarang.
c. Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. 118
Instrumen yang berupa tes, peneliti gunakan untuk mengukur
kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi belajar setelah
mempelajari sesuatu.
Metode tes ini oleh peneliti digunakan untuk mengetahui hasil
belajar siswa setelah melakukan pembelajaran PAI melalui
115 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada, 2007), hlm. 76.
116 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif dalam Pendidikan, (Bandung : PustakaSetia, 2002), hlm. 130.
117 Rochiati Wiriaatmadja, Op.Cit., hlm. 117.118 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), Cet.3, hlm.
127.
66
manajemen setting kelas sebagai evaluasi setelah proses pembelajaran
berlangsung.
d. Metode Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya “dokumen” yang artinya barang-
barang tertulis. 119
Sumber dokumentasi pada dasarnya adalah segala bentuk
sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen baik resmi
maupun yang tidak resmi. 120
Metode dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang
bersifat dokumenter yang tidak dapat diperoleh melalui pengamatan.
2. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan ide yang disarankan oleh data.
Data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, tes
atau dengan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis deskriptif
untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator
motivasi belajar siswa tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan
pembelajaran melalui manajemen setting kelas dalam pembelajaran PAI.
Adapun teknik pengumpulan data yang berbentuk kuantitatif berupa
data skala penilaian yang diperoleh dari observasi (pengamatan) motivasi
belajar siswa dari indikator masing-masing variabel, analisis yang
digunakan adalah persentase dengan rumus sebagai berikut
x100%maksimalSkor
dicapaiyangSkorPersentase =
119 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1998), hlm.149.
120 Muhammad Ali, Strategi Penelitian Statistik, (Jakarta : Bumi Aksara, 1993), hlm. 41.
67
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Tahap Prasiklus
Pelaksanaan pembelajaran tahap prasiklus untuk kelas VII C yang
diampu oleh Ibu Iswatun khasanah, M. Ag. dilaksanakan pada hari Senin, 26
Oktober 2009. Pada tahap prasiklus ini materi yang diajarkan adalah Bab
Thaharah (bersuci) tentang “Ketentuan-Ketentuan Mandi Wajib”. Tahap
prasiklus, ini bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa dalam
mengikuti pembelajaran PAI sebelum diterapkannya manajemen setting kelas.
Dengan melihat dan mengamati secara langsung proses pembelajaran di kelas,
kemudian dicatat tentang apa saja yang terjadi dalam kelas tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan tahap prasiklus ini,
dalam proses pembelajarannya guru mata pelajaran PAI masih menggunakan
metode ceramah, dan komunikasi yang terjalin hanya komunikasi satu arah.
Format atau setting kelas yang digunakan adalah bentuk kelas tradisional,
yang banyak digunakan di lembaga pendidikan karena paling mudah dan
sederhana. Kelas tradisional secara psikologi, bila digunakan sepanjang masa
tanpa variasi format lain akan berpengaruh terhadap gape psikologis siswa.
Siswa akan merasa minder, takut dan tidak terbuka dengan teman, karena
sesama siswa tidak pernah saling berhadapan (face to face) dan hanya melihat
punggung temannya sepanjang tahun dalam belajar. Interaksi antara guru dan
siswa maupun antarsiswa tidak dapat terjalin dengan baik. Variasi kerja siswa
yang memungkinkan siswa bekerjasama secara perorangan, berpasangan atau
kelompok, juga tidak dapat berjalan dengan baik, karena mereka hanya
mendengar penjelasan guru dan menatap papan tulis.
Pengamatan pada tahap prasiklus ini, menggunakan lembar observasi
motivasi belajar siswa yang dipegang oleh peneliti dan lembar kerja soal yang
dipegang oleh guru, untuk dibagikan kepada siswa di akhir pembelajaran.
Lembar kerja ini adalah sebagai tes kemampuan untuk mengetahui
68
kemampuan siswa dalam memahami materi sebelum diterapkannya
manajemen setting kelas.
Tabel 5
Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Pada Tahap Prasiklus
No Variabel Indikator Motivasi Belajar Skor1. I Ø Hadir lebih awal sebelum pelajaran dimulai
Ø Menyiapkan buku dan alat tulisØ Siswa mengkondisikan diri saat pelajaran
dimulaiØ Suasana tenang dan kondusif saat pelajaran
dimulaiØ Siswa menyiapkan buku pelajaran dan sumber
belajar lainnya yang berkaitan dengan materi
343
3
4
2. II Ø Perhatian siswa terpusat dan aktifitaspembelajaran siswa tampak
Ø Mencatat penjelasan dari guruØ Merespon penjelasan guru
2
43
3. III Ø Mengungkapkan pendapatØ Aktif bertanyaØ Aktif menjawabØ Merespons pendapat / jawaban siswa lainØ Komunikasi antar siswa
33333
4. IV Ø Mengerjakan tugas PR di rumahØ Senang mencari dan mengerjakan soal-soal
latihanØ Menyelesaikan tugas individuØ Menyelesaikan tugas kelompokØ Aktif berpartisipasi dalam kelompok
33
333
Jumlah 56 Keterangan :
Variabel I : Kesiapan siswa menerima pelajaran
Variabel II : Perhatian siswa dalam pembelajaran
Variabel III : Keaktifan siswa dalam kelas
Variabel IV : Mampu menghadapi kesulitan
Skor : 5 (sangat baik)
4 (baik)
3 (cukup)
2 (rendah)
69
1 (kurang)
Skor maksimal : 90
Hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari skor indikator masing-
masing variabel di atas dalam proses pembelajaran PAI pada tahap prasiklus
bahwa motivasi belajar siswa sebelum diterapkannya manajemen setting kelas
dapat dipersentasekan sebagai berikut
Persentase = %100xmaksimalskor
dicapaiyangskor
= %1009056 x
= 62,22%
Tabel 6
Hasil Tes Akhir Tahap Prasiklus
No Nama Nilai1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.
Amelia Fajar SafitriAmy Nadia AlifahAndhyka Prana DitaArif MaulanaEka FadlilatunHardiah Putri UtamiJulianaM. Wahyu HidayatM. Yusril Rif’an Abid T.Maulina NailissyifaMuhamad Lutfi AnamMuhammad Ageng JenarMukhammad SobirinNanda Puspa AnisyaNenny RatnawatiPuspa Ayu AriyanandaReza Afif Bayu RizqiRichardo Kurnia NoviantoRima Editya SeptiyaniRofidah Yunita AmbarsariRosi MasyitoRosita RatnaningtyasSarlita Armita SariSepti Dwi Cahyanti
806476687454787666927878504866904070607892728288
70
25.26.27.28.29.30.
Upi ZulfikarVitdo Ade PangestuWicaksana Alif SaputraWinda Kurnia SariZawian Deva SugiartoZayyana Arova
948290604882
Jumlah 2176Rata-rata 72,53
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada tahap prasiklus,
diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut :
1. Perhatian siswa kurang terfokus pada pelajaran dan aktifitas pembelajaran
belum tampak.
2. Siswa cenderung pasif dan tidak banyak bertanya atau berkomentar
(merespons) terhadap pelajaran.
3. Siswa kurang berani dalam menyampaikan pendapat.
4. Komunikasi yang terjalin pada saat pembelajaran hanya komunikasi satu
arah.
5. Metode yang diterapkan masih mengedepankan metode ceramah.
6. Setting kelas yang digunakan, yakni penataan ruang kelas dan pengaturan
meja-kursi siswa masih model konvensional. Siswa yang tempat duduknya
paling belakang masih melakukan aktivitas selain pembelajara, seperti
halnya bicara sendiri atau berbisik-bisik dengan temannya dan
mengerjakan tugas mata pelajaran selain mapel PAI.
Berkaitan dengan hasil tes akhir tahap prasiklus, peneliti menggunakan
hasil tes dari Ulangan Harian Terprogram (UHT) I yang dilaksanakan pada
hari Rabu, 2 September 2009, yakni sebulan sebelum tindakan tahap prasiklus
dilakukan. Meskipun nilai rata-rata kelas sudah di atas Kriteria Ketuntasan
Minimum yakni 72, 53 dari yang ditentukan yaitu 71, tetapi masih ada 12
siswa yang nilainya dibawah KKM atau belum tuntas.
Setelah mengamati secara langsung proses pembelajaran PAI kelas VII
C pada tahap prasiklus, kemudian peneliti mengidentifikasi permasalahan
71
tersebut. Peneliti mendiskusikannya dengan guru mitra, yang kemudian
direfleksikan dalam bentuk solusi untuk pelaksanaan tindakan siklus I, yaitu :
1. Menerapkan model pembelajaran kontekstual.
2. Menerapkan komponen yang terdapat dalam pembelajaran kontekstual.
3. Menata ulang kembali setting kelas yang akan digunakan untuk
pembelajaran aktif, yaitu dengan menyusun bangku dan meja-meja hingga
membentuk formasi huruf ”U”.
4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencerminkan
pembelajaran kontekstual, dengan menyesuaikan strategi / metode
pembelajaran dan setting kelas yang digunakan.
B. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri
dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi ”Perbedaan
Hadas dan Najis”, dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu,
juga dipersiapkan lembar observasi motivasi belajar siswa dan lembar
penilaian setting kelas.
2. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I, dilaksanakan
pada hari Senin, 2 November 2009. Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada rencana pembelajaran PAI, yang telah dipersiapkan peneliti
dan kolaborator dengan materi ”Perbedaan Hadas dan Najis”, yang di
dalamnya memuat komponen pembelajaran kontekstual, yaitu :
a. Guru menjelaskan tentang hadas dan najis, pembagiannya serta cara
mensucikannya.
b. Siswa menanyakan materi yang belum dipahami tentang hadas dan
najis.
c. Siswa berdiskusi untuk mencari perbedaan antara hadas dan najis pada
lembar / kolom yang diberikan oleh guru.
72
d. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok masing-masing di
depan kelas.
e. Kelompok lain menanggapi.
f. Guru sebagai fasilitator.
g. Guru mengakhiri proses ini dengan memberikan klarifikasi dan
kesimpulan serta tindak lanjut dengan memberikan evaluasi tes
tertulis.
3. Observasi (Pengamatan)
Observasi (pengamatan) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan pembelajaran. Adapun data hasil penelitian tindakan pada
siklus I adalah sebagai berikut :
Tabel 7
Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I
No Variabel Indikator Motivasi Belajar Skor1. I Ø Hadir lebih awal sebelum pelajaran dimulai
Ø Menyiapkan buku dan alat tulisØ Siswa mengkondisikan diri saat pelajaran
dimulaiØ Suasana tenang dan kondusif saat pelajaran
dimulaiØ Siswa menyiapkan buku pelajaran dan sumber
belajar lainnya yang berkaitan dengan materi
443
3
4
2. II Ø Perhatian siswa terpusat dan aktifitaspembelajaran siswa tampak
Ø Mencatat penjelasan dari guruØ Merespons penjelasan guru
3
44
3. III Ø Mengungkapkan pendapatØ Aktif bertanyaØ Aktif menjawabØ Merespons pendapat / jawaban siswa lainØ Komunikasi antarsiswa
44334
4. IV Ø Mengerjakan tugas PR di rumahØ Senang mencari dan mengerjakan soal-soal
latihanØ Menyelesaikan tugas individuØ Menyelesaikan tugas kelompokØ Aktif berpartisipasi dalam kelompok
33
333
Jumlah 62
73
Keterangan :
Variabel I : Kesiapan siswa menerima pelajaran
Variabel II : Perhatian siswa dalam pembelajaran
Variabel III : Keaktifan siswa dalam kelas
Variabel IV : Mampu menghadapi kesulitan
Skor : 5 (sangat baik)
4 (baik)
3 (cukup)
2 (rendah)
1 (kurang)
Skor maksimal : 90
Hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari skor indikator masing-
masing variabel motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI pada tahap
siklus I setelah diterapkan manajemen setting kelas dapat dipersentasekan
sebagai berikut :
Persentase = %100xmaksimalskor
dicapaiyangskor
= %1009062 x
= 68,89%
Hasil pengamatan pada tahap siklus I tersebut diperoleh informasi
bahwa dalam proses pembelajaran :
1. Perhatian siswa sedikit demi sedikit mulai terfokus pada pelajaran dan
aktivitas pembelajaran siswa mulai tampak.
2. Siswa mulai aktif bertanya dan berkomentar terhadap pelajaran.
3. Siswa mulai berani dalam menyampaikan pendapat meskipun masih harus
ditunjuk oleh guru.
4. Siswa mulai menunjukkan kesungguhannya dalam mengerjakan tugas.
5. Komunikasi yang terjalin menjadi komunikasi dua arah.
74
Tabel 8
Hasil Tes Akhir Siklus I
No Nama Nilai1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.29.30.
Amelia Fajar SafitriAmy Nadia AlifahAndhyka Prana DitaArif MaulanaEka FadlilatunHardiah Putri UtamiJulianaM. Wahyu HidayatM. Yusril Rif’an Abid T.Maulina NailissyifaMuhamad Lutfi AnamMuhammad Ageng JenarMukhamad SobirinNanda Puspa AnisyaNenny RatnawatiPuspa Ayu AriyanandaReza Afif Bayu RizqiRichardo Kurnia NoviantoRima Editya SeptiyaniRofidah Yunita AmbarsariRosi MasyitoRosita RatnaningtyasSarlita Armita SariSepti Dwi CahyantiUpi ZulfikarVitdo Ade PangestuWicaksana Alif SaputraWinda Kurnia SariZawian Deva SugiartoZayyana Arova
757075757560757575908080606075855575657585758085908085706080
Jumlah 2245Rata-rata 74,83
Berkaitan dengan hasil tes akhir yang dilakukan diakhir pembelajaran
pada siklus I, diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 74,83
yang sebelumnya pada tahap prasiklus sebesar 72,53. Dari data yang diperoleh
pada prasiklus ada 12 siswa yang belum tuntas, pada tahap siklus I ini masih
tersisa delapan siswa yang belum tuntas.
75
Tabel 9
Perbandingan Jumlah Skor dan Persentase Motivasi Belajar Siswa
Tahap Prasiklus dan Siklus I
No Pelaksanaan Tindakan Jumlah Skor Persentase (%)1. Prasiklus 56 62,22%2. Siklus I 62 68,89%
Tabel 10
Perbandingan Rata-rata Tes Akhir Tahap Prasiklus dan Siklus I
No Pelaksanaan Tindakan Rata-rata1. Prasiklus 72,532. Siklus I 74,83
4. Refleksi
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I ini, guru mencoba
menggunakan setting kelas “formasi huruf U”. Formasi ini dapat
digunakan untuk berbagai tujuan. Dengan menggunakan formasi ini, para
siswa dapat melihat guru atau media visual dengan mudah dan mereka
saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Susunan ini ideal untuk
membagi bahan pelajaran kepada siswa secara cepat karena guru dapat
masuk ke huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat
materi. Formasi huruf U ini juga memungkinkan kelompok kecil yang
terdiri dari tiga siswa atau lebih dapat keluar masuk dari tempatnya dengan
mudah.
Salah seorang siswa bernama Mukhammad Sobirin mengatakan
bahwa, dengan setting kelas formasi huruf U ini dia dapat melihat guru
dengan mudah tanpa terhalang oleh punggung temannya dan dapat
berpartisipasi aktif dalam kegiatan.
Pada proses pembelajaran sebelumnya, siswa tersebut duduk di
bagian kursi paling belakang, sehingga seringkali tidak memperhatikan
penjelasan dari guru dan sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Hal ini tentu
tidak baik bagi siswa tersebut dan keberlangsungan proses pembelajaran.
Oleh karena itu, guru dapat mengatur siswa dan mengelola sarana
76
pengajaan (manajemen setting kelas) untuk menciptakan suasana
pembelajaran aktif yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.
Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada siklus I ini, guru
bersama peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran
tersebut dengan mendiskusikan kendala atau masalah yang dihadapi ketika
berada di kelas. Dari hasil evaluasi siklus I, menghasilkan beberapa catatan
yang akan direfleksikan pada pelaksanaan pembelajaran tahap siklus II,
yaitu sebagai berikut :
1. Siswa belum sepenuhnya menjadi pusat kegiatan pembelajaran dan
antara satu siswa dengan siswa lain belum saling terjadi proses tanya
jawab.
2. Pembentukan kelompok diskusi sudah diterapkan, tetapi
pelaksanaannya kurang maksimal. Guru masih terlalu banyak
mengarahkan dan peran guru masih dominan dalam diskusi.
3. Penampilan siswa untuk menyampaikan hasil diskusi masih kurang
berani, kecuali kalau ditunjuk oleh guru.
4. Pelaksanaan materi pemodelan tidak dapat diterapkan, karena materi
yang disampaikan bukan merupakan materi keterampilan atau cara
melakukan sesuatu.
5. Masih adanya siswa yang menjadi trouble maker dalam kelompok.
Aspek yang mendapat penilaian kurang di atas, merupakan suatu
kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian
untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II adalah :
1. Memberikan motivasi untuk semangat belajar kepada siswa dengan
menyampaikan materi pelajaran secara kontekstual, yakni mengaitkan
materi (memberi contoh) yang sesuai dengan kehidupan nyata siswa.
2. Meninjau kembali RPP yang berbasis manajemen setting kelas dengan
menata ruangan kelas menjadi bentuk ”Formasi Corak Tim”.
3. Materi disampaikan dengan bentuk praktik.
4. Memberikan tugas pengamatan di lingkungan masing-masing siswa
sesuai dengan materi yang disampaikan.
77
C. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran, dengan materi
”Ketentuan-ketentuan Shalat wajib” yang berbasis manajemen setting
kelas dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu, juga
dipersiapkan lembar observasi motivasi belajar siswa dan soal tes tertulis
untuk dibagikan diakhir pembelajaran.
2. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II,
dilaksanakan pada hari Senin, 9 November 2009. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pembelajaran dengan memperhatikan
refleksi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada sikus I
tidak terulang lagi pada siklus II. Adapun proses belajar mengajar yang
mengacu pada rencana pembelajaran PAI, yang telah dipersiapkan peneliti
dan kolaborator dengan materi ”Menjelaskan Ketentuan-ketentuan Shalat
Wajib” adalah sebagai berikut :
a. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil.
b. Guru meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja di ruang kelas
(membentuk formasi corak tim), agar memungkinkan siswa untuk
melakukan interaksi tim.
c. Guru menjelaskan pengertian dan syarat-syarat shalat wajib.
d. Siswa menanyakan materi yang belum dipahami mengenai shalat
wajib.
e. Siswa berlatih membaca dalil naqli tentang shalat wajib dengan
metode tutor sebaya.
f. Masing-masing kelompok yang sudah dibentuk, mengirimkan delegasi
ke beberapa kelompok baru berdasarkan materi yang berbeda.
g. Siswa yang menjadi delegasi di beberapa kelompok materi, kembali ke
kelompok awal untuk bertukar informasi hasilnya masing-masing, ke
anggota kelompok yang lain.
78
h. Siswa berdiskusi untuk mencari dan menemukan informasi mengenai
shalat wajib melalui ayat Al Qur’an dan Hadits.
i. Guru melempar beberapa pertanyaan untuk menjajaki pemahaman dan
kompetensi yang dimiliki siswa.
j. Guru mengembalikan siswa ke dalam posisi semula untuk mengulas
lagi seandainya ada masalah yang belum terpecahkan.
k. Guru mengakhiri proses ini, dengan klarifikasi dan kesimpulan serta
tindak lanjut.
3. Observasi (Pengamatan)
Observasi (pengamatan) dilakukan bersamaan dengan pelaksanan
pembelajaran. Adapun data hasil penelitian tindakan pada siklus II adalah
sebagai berikut :
Tabel 11
Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II
No Variabel Indikator Motivasi Belajar Siswa Skor1. I Ø Hadir lebih awal sebelum pelajaran dimulai
Ø Menyiapkan buku dan alat tulisØ Siswa mengkondisikan diri saat pelajaran
dimulaiØ Suasana tenang dan kondusif saat pelajaran
dimulaiØ Siswa menyiapkan buku pelajaran dan sumber
belajar lainnya yang berkaitan dengan materi
443
3
4
2. II Ø Perhatian siswa terpusat dan aktifitaspembelajaran siswa tampak
Ø Mencatat penjelasan dari guruØ Merespons penjelasan guru
4
44
3. III Ø Mengungkapkan pendapatØ Aktif bertanyaØ Aktif menjawabØ Merespons pendapat / jawaban siswa lainØ Komunikasi antarsiswa
55345
4. IV Ø Mengerjakan tugas PR di rumahØ Senang mencari dan mengerjakan soal-soal
latihanØ Menyelesaikan tugas individuØ Menyelesaikan tugas kelompokØ Aktif berpartisipasi dalam kelompok
43
344
Jumlah 70
79
Keterangan :
Variabel I : Kesiapan siswa menerima pelajaran
Variabel II : Perhatian siswa dalam pembelajaran
Variabel III : Keaktifan siswa dalam kelas
Variabel IV : Mampu menghadapi kesulitan
Skor : 5 (sangat baik)
4 (baik)
3 (cukup)
2 (rendah)
1 (kurang)
Skor maksimal : 90
Hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari skor indikator masing-
masing variabel motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI pada tahap
siklus II setelah diterapkan manajemen setting kelas dapat dipersentasekan
sebagai berikut :
Persentase = %100xmaksimalskor
dicapaiyangskor
= %1009070 x
= 77,78%
Hasil pengamatan pada tahap siklus II tersebut diperoleh informasi
bahwa dalam proses pembelajaran :
1. Perhatian siswa sudah terfokus pada pelajaran dan aktivitas pembelajaran
siswa tampak.
2. Keaktifan siswa baik dalam bertanya maupun merespons jawaban siswa
lain mengalami peningkatan dan berani menyampaikan hasil karya di
depan kelas.
3. Siswa mulai berani menyampaikan pendapat tanpa disuruh oleh guru.
4. Kerja kelompok tampak saat mengerjakan tugas kelompok.
5. Siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas sesuai fungsi dalam
kelompoknya masing-masing. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak
80
tergantung sepenuhnya pada guru dan mereka berusaha mencari informasi
sebanyak-banyaknya untuk didiskusikan dalam kelas permasalahan yang
mereka hadapi siap untuk ditanyakan pada guru.
Tabel 12
Hasil Tes Akhir Siklus II
No Nama Nilai1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.29.30.
Amelia Fajar SafitriAmy Nadia AlifahAndhyka Prana DitaArif MaulanaEka FadlilatunHardiah Putri UtamiJulianaM. Wahyu HidayatM. Yusril Rif’an Abid T.Maulina NailissyifaMuhamad Lutfi AnamMuhammad Ageng JenarMukhamad SobirinNanda Puspa AnisyaNenny RatnawatiPuspa Ayu AriyanandaReza Afif Bayu RizqiRichardo Kurnia NoviantoRima Editya SeptiyaniRofidah Yunita AmbarsariRosi MasyitoRosita RatnaningtyasSarlita Armita SariSepti Dwi CahyantiUpi ZulfikarVitdo Ade PangestuWicaksana Alif SaputraWinda Kurnia SariZawian Deva SugiartoZayyana Arova
787475747965788175918182727278886074708088747884918188756884
Jumlah 2338Rata-rata 77,93
Berkaitan dengan hasil tes akhir yang dilakukan diakhir pembelajaran
pada siklus II diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 77,93
yang sebelumnya pada tahap siklus I sebesar 74,83. Dari data yang diperoleh
81
pada siklus I ada delapan siswa yang belum tuntas. Pada tahap siklus II ini
hanya tersisa empat siswa yang belum tuntas.
Tabel 13
Perbandingan Jumlah Skor dan Persentase Motivasi Belajar Siswa
Tahap Siklus I dan Siklus II
No Pelaksanaan Tindakan Jumlah Skor Persentase (%)1. Siklus I 62 68,89%2. Siklus II 70 77,78%
Tabel 14
Perbandingan Rata-rata Tes Akhir Tahap Siklus I dan Siklus II
No Pelaksanaan Tindakan Rata-rata1. Siklus I 74,832. Siklus II 77,93
4. Refleksi
Pelaksanaan tindakan siklus II ini, guru menggunakan setting kelas
“formasi corak tim”. Guru mencoba mengelompokkan meja-meja setengah
lingkaran di ruang kelas agar memungkinkan siswa untuk melakukan
interaksi tim. Guru juga dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-
meja untuk susunan yang paling akrab. Jika hal ini dilakukan, beberapa
siswa harus memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang
kelas untuk melihat guru, papan tulis atau layar.
Guru juga dapat memilih alternatif lain dengan meletakkan kursi-kursi
setengah lingkaran sehingga tidak ada siswa yang membelakangi papan
tulis. Pada tahap siklus II ini, guru memakai strategi Jigsaw Learning,
yakni belajar melalui tukar delegasi antarkelompok. Guru memadukan
metode ini dengan setting kelas formasi corak tim.
Upi Zulfikar, salah seorang siswa mengatakan bahwa suasana
pembelajaran kali ini berbeda dari sebelumnya. Biasanya ia berdiskusi
dengan teman sebelahnya atau siswa yang duduk di depannya. Dengan
strategi dan setting kelas ini, siswa tersebut menjadi termotivasi dalam
82
belajar karena dapat memperoleh pengetahuan baru, menemukan konsep
yang diperoleh dari hasil diskusi dengan siswa lain dalam kelas.
Siswa lain, Zayyana Arova mengemukakan bahwa strategi yang
dipadukan dengan setting kelas ini, membuka jalan baginya untuk
membangun komunikasi dengan siswa lain. Dalam kegiatan belajar
mengajar sebelumnya, siswa ini cenderung pendiam, jarang
menyampaikan pendapat dan pasif dalam kegiatan, padahal sebenarnya ia
siswa yang pandai.
Dengan penerapan strategi dan setting kelas ini, siswa tersebut
menjadi ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan. Tujuan penerapan strategi
ini adalah untuk melatih siswa agar terbiasa berdiskusi dan bertanggung
jawab secara individu untuk membantu memahamkan tentang suatu materi
pokok kepada teman sekelasnya.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II ini masih
terdapat kekurangan dan kelemahan. Perlu adanya refleksi untuk perbaikan
yang akan dilaksanakan pada siklus III, antara lain :
1. Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih
termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2. Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan
kesimpulan / menemukan konsep dan harus lebih tegas pada siswa yang
membuat kegaduhan.
3. Guru harus mendistribusikan waktu dengan baik sehingga kegiatan
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Dari hasil pengamatan jumlah skor motivasi belajar siswa dan rata-
rata hasil tes akhir yang dilakukan diakhir pembelajaran menunjukkan
adanya peningkatan motivasi belajar siswa kelas VII C pada mata
pelajaran PAI. Dengan demikian rumusan tindakan yang diterapkan pada
siklus II akan tetap dipertahankan untuk diterapkan kembali pada siklus
III.
83
D. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus III
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang berbasis
manajemen setting kelas dengan materi ”Mempraktikkan Shalat Wajib”
dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu, juga dipersiapkan
lembar observasi motivasi belajar siswa dan lembar penilaian praktik
shalat wajib.
2. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siklus III dilaksanakan pada
hari Senin, 16 November 2009. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pembelajaran dengan memperhatikan refleksi pada siklus II,
sehingga kesalahan atau kekurangan pada sikus II tidak terulang lagi pada
siklus III. Adapun proses belajar mengajar yang mengacu pada rencana
pembelajaran PAI, yang telah dipersiapkan peneliti dan kolaborator,
dengan materi ”Mempraktikkan Shalat Wajib” adalah sebagai berikut :
1. Setting kelas berbentuk formasi lingkaran yang bertempat di Musholla
SMP Negeri 28 Semarang.
2. Guru memotivasi siswa pentingnya shalat dengan benar dan khusyu’.
3. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (small group)
dan siswa duduk membentuk sebuah lingkaran.
4. Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan tugas yang harus
dilakukan siswa.
5. Siswa menghafalkan bacaan-bacaan shalat dengan metode tutor
sebaya.
6. Guru sebagai model mendemonstrasikan gerakan-gerakan sholat
terlebih dahulu.
7. Siswa melakukan praktik shalat wajib dengan berkelompok.
8. Siswa membiasakan diri melakukan shalat wajib dalam kehidupan
sehari-hari.
84
3. Observasi (Pengamatan)
Observasi (pengamatan) dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
pembelajaran. Adapun data hasil penelitian tindakan pada siklus III adalah
sebagai berikut
Tabel 15
Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus III
No Variabel Indikator Motivasi Belajar Siswa Skor1. I Ø Hadir lebih awal sebelum pelajaran dimulai
Ø Menyiapkan buku dan alat tulisØ Siswa mengkondisikan diri saat pelajaran
dimulaiØ Suasana tenang dan kondusif saat pelajaran
dimulaiØ Siswa menyiapkan buku pelajaran dan sumber
belajar lainnya yang berkaitan dengan materi
444
3
4
2. II Ø Perhatian siswa terpusat dan aktifitaspembelajaran siswa tampak
Ø Mencatat penjelasan dari guruØ Merespons penjelasan guru
5
44
3. III Ø Mengungkapkan pendapatØ Aktif bertanyaØ Aktif menjawabØ Merespons pendapat / jawaban siswa lainØ Komunikasi antarsiswa
55455
4. IV Ø Mengerjakan tugas PR di rumahØ Senang mencari dan mengerjakan soal-soal
latihanØ Menyelesaikan tugas individuØ Menyelesaikan tugas kelompokØ Aktif berpartisipasi dalam kelompok
43
455
Jumlah 77 Keterangan :
Variabel I : Kesiapan siswa menerima pelajaran
Variabel II : Perhatian siswa dalam pembelajaran
Variabel III : Keaktifan siswa dalam kelas
Variabel IV : Mampu menghadapi kesulitan
Skor : 5 (sangat baik)
4 (baik)
3 (cukup)
85
2 (rendah)
1 (kurang)
Skor maksimal : 90
Hasil pengamatan oleh peneliti, yang dilihat dari skor indikator
masing-masing variabel motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI pada
tahap siklus III setelah diterapkan manajemen setting kelas dapat
dipersentasekan sebagai berikut :
Persentase = %100xmaksimalskor
iyangdicapaskor
= %1009077 x
= 85,56%
Pada tahap ini, akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar, dengan
penerapan manajemen setting kelas. Dari data yang telah diperoleh dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Selama proses belajar mengajar, guru telah melaksanakan semua rencana
pembelajaran dengan baik.
2. Berdasarkan data hasil pengamatan, diketahui bahwa siswa aktif selama
proses pembelajaran berlangsung dan terlihat sangat termotivasi dalam
belajar.
3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan
dan peningkatan, sehingga menjadi lebih baik. Walaupun terkadang masih
terdapat satu atau dua anak yang membuat gaduh dalam kelas, tapi dapat
ditangani dengan baik oleh guru.
86
Tabel 16
Hasil Tes Praktik Shalat Wajib Pada Siklus III
No Nama Nilai1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.29.30.
Amelia Fajar SafitriAmy Nadia AlifahAndhyka Prana DitaArif MaulanaEka FadlilatunHardiah Putri UtamiJulianaM. Wahyu HidayatM. Yusril Rif’an Abid T.Maulina NailissyifaMuhamad Lutfi AnamMuhammad Ageng JenarMukhamad SobirinNanda Puspa AnisyaNenny RatnawatiPuspa Ayu AriyanandaReza Afif Bayu RizqiRichardo Kurnia NoviantoRima Editya SeptiyaniRofidah Yunita AmbarsariRosi MasyitoRosita RatnaningtyasSarlita Armita SariSepti Dwi CahyantiUpi ZulfikarVitdo Ade PangestuWicaksana Alif SaputraWinda Kurnia SariZawian Deva SugiartoZayyana Arova
808075808572808578958283757580907275758390727585958089747386
Jumlah 2419Rata-rata 80,63
Berkaitan dengan hasil tes praktik shalat wajib pada siklus III yang
dilaksanakan untuk mengukur kemampuan siswa dari ranah psikomotoriknya,
maka diperoleh bahwa rata-rata hasil tes praktik sebesar 80,63.
87
Tabel 17
Perbandingan Jumlah Skor dan Persentase Motivasi Belajar Siswa
Tahap Prasiklus, Siklus I, II dan III
No Pelaksanaan Tindakan Jumlah Skor Persentase (%)1. Prasiklus 56 62,2%2. Siklus I 62 68,89%3. Siklus II 70 77,78%4. Siklus III 77 85,56%
Tabel 18
Perbandingan Rata-rata Tes Akhir Pada Tahap Prasiklus,
Siklus I, II dan III
No Pelaksanaan Tindakan Rata-rata1. Prasiklus 72, 532. Siklus I 74,833. Siklus II 77,934. Siklus III 80,63
4. Refleksi
Pada pelaksanaan siklus III ini, guru menerapkan settting kelas
formasi lingkaran. Materi yang dipelajari adalah praktik shalat wajib, oleh
karena itu guru menerapkan setting kelas tersebut di musholla SMPN 28
Semarang. Para siswa duduk membentuk sebuah lingkaran di musholla
tanpa meja atau kursi untuk melakukan interaksi berhadap-hadapan secara
langsung.
Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari lima sampai enam siswa. Setiap kelompok menghafal doa atau
bacaan-bacaan di masing-masing rakaat dalam shalat, dengan cara apabila
salah satu menghafal, yang lain menyimak dan membetulkan yang salah.
Setelah hafal kemudian masing-masing kelompok mempraktikkan atau
mendemonstrasikan shalat wajib, salah satu menjadi imam dan yang lain
menjadi makmum.
Salah seorang siswa bernama M. Wahyu Hidayat menyampaikan
pendapatnya bahwa pembelajaran seperti inilah yang seharusnya diperoleh
88
siswa. Dengan memakai setting kelas formasi lingkaran yang bertempat di
musholla, siswa merasa seperti melaksanakan sholat yang sebenarnya
(kontekstual). Tata cara wudlu dan tata cara urutan shalat di praktikkan
sebagaimana orang yang sedang beribadah. M. Wahyu Hidayat juga
berpendapat, hal-hal yang belum ia ketahui dapat langsung ia tanyakan
pada guru. Siswa tersebut juga dapat langsung membenarkan gerakan
shalat yang salah dengan bertanya langsung kepada guru.
Pada siklus III ini, guru telah menerapkan manajemen setting kelas
dengan baik. Dilihat dari pengamatan saat pelaksanaan proses belajar
mengajar, juga sudah berjalan dengan baik pula, maka tidak diperlukan
revisi terlalu banyak. Yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya
adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada.
Tujuannya agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya,
penerapan manajemen setting kelas dapat meningkatkan proses belajar
mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Melalui tabel perbandingan dalam penelitian ini, menunjukkan
bahwa manajemen setting kelas mempunyai dampak positif dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Hal ini
dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan guru. Skor motivasi belajar siswa meningkat dari prasiklus,
siklus I, II dan III yaitu masing-masing 56, 62, 70 dan 77.
E. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMP Negeri 28
Semarang ini, mencoba menerapkan manajemen setting kelas sebagai
upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
Merupakan keterbatasan penelitian, di antaranya cara memperoleh data
dari penelitian tersebut, peneliti harus mengamati secara langsung dengan
cermat penerapan manajemen setting kelas. Dengan mengamati secara
langsung, maka peneliti yang dibantu oleh kolaborator harus benar-benar
89
bekerja keras untuk memperoleh data dan mengetahui perkembangan yang
dialami oleh siswa selama model pembelajaran tersebut diterapkan.
2. Penelitian di SMP Negeri 28 Semarang oleh peneliti yang dilaksanakan di
kelas VII C menerapkan manajemen setting kelas. Dalam penelitian ini
yang menjadi subyek penelitian hanya siswa kelas VII C yang berjumlah
30 siswa, sehingga penelitian ini tidak dapat menyeluruh di semua kelas.
Hal ini di karenakan keterbatasan peneliti untuk melakukan penelitian di
semua kelas di SMP Negeri 28 Semarang.
3. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) oleh peneliti di SMP Negeri 28
Semarang tidak terlepas dari sumber-sumber pustaka sebagai landasan
teori. Dengan segala keterbatasan yang peneliti miliki, maka referensi,
daftar pustaka atau hasil-hasil penelitian yang relevan kurang maksimal
dalam mencari sumber tersebut, sehingga menjadi sebuah kekurangan dan
keterbatasan dalam penelitian ini.
4. Penelitian ini dilaksanakan pada saat menjelang pergantian kepala sekolah
yang lama dengan kepala sekolah yang baru. Kolaborator (guru mitra)
masih sibuk mempersiapkan laporan-laporan pertanggungjawaban
kegiatan maupun administrasi untuk diserahkan kepada kepala sekolah
yang lama. Saat penelitian ini dimulai, para siswa baru saja selesai
melaksanakan Tes Mid semerter I, sehingga guru mata pelajaran PAI
masih sibuk mengoreksi nilai dan melaporkan hasil Tes Mid Semester I
tersebut kepada kepala sekolah.
Keterbatasan-keterbatasan yang peneliti hadapi, tentunya sedikit
banyak berpengaruh terhadap penelitian yang dilakukan. Namun demikian,
meskipun banyak hambatan dan tantangan yang harus dihadapi, peneliti
bersyukur bahwa penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Deskripsi data dan analisis penelitian tentang upaya meningkatkan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI melalui manajemen setting
kelas di SMP Negeri 28 Semarang, dari hasil penelitian yang telah dilakukan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis, maka pada akhir skripsi ini
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembelajaran PAI yang menerapkan manajemen setting kelas ini,
merupakan salah satu cara dari sekian banyak cara untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Keberhasilan penerapan
model pembelajaran melalui manajemen setting kelas, sebagai upaya
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP N 28 Semarang,
ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku siswa dalam proses
pembelajaran. Variabelnya yaitu, kesiapan siswa dalam menerima
pelajaran, perhatian siswa dalam pembelajaran, keaktifan siswa dalam
kelas serta mampu menghadapi kesulitan. Ditunjukkan juga oleh adanya
peningkatan nilai rata-rata tes akhir dari masing-masing siklus. Hal ini
dapat dilihat dari perolehan skor yang dipersentasekan melalui
pengamatan, tentang motivasi belajar siswa dari indikator masing-masing
variabel. Persentase peningkatan motivasi belajar siswa dari prasiklus,
siklus I, II sampai III yaitu 62,2% meningkat menjadi 85,56%. Angka
tersebut di atas indikator pencapaian yang ditentukan yaitu 75%.
Sedangkan peningkatan nilai rata-rata tes akhir dari prasiklus, siklus I, II
sampai III yakni dari 72,53 meningkat menjadi 80,63. Peningkatan
tersebut di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mapel PAI yang
ditentukan yaitu 71.
2. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikerjakan peneliti di SMP Negeri
28 Semarang, dengan menerapkan manajemen setting kelas sebagai upaya
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI ini,
91
dilakukan melalui tahapan-tahapan yang disebut siklus. Hal tersebut
dilakukan, untuk mengetahui perkembangan dan peningkatan motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran PAI melalui manajemen setting kelas.
Penerapan pembelajaran dengan mengunakan manajemen setting kelas
dalam penelitian ini, membawa dampak positif terhadap aktivitas belajar
siswa, terutama mengurangi kejenuhan, rasa bosan, dan sebagai variasi
dalam pembelajaran.
B. Saran
Hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya, agar proses
belajar mengajar lebih efektif dan lebih meningkatkan motivasi belajar siswa,
maka peneliti mengharapkan beberapa hal yang berhubungan dengan masalah
tersebut di atas sebagai berikut :
1. Pada Guru Mata Pelajaran PAI
a. Hendaknya dalam proses belajar mengajar, guru harus benar-benar
paham menyiapkan pembelajaran dengan sebaik mungkin, agar materi
tersampaikan secara optimal.
b. Dalam rangka meningkatkan motivasi belajar, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran. Meskipun
dalam taraf sederhana, tetapi siswa nantinya diharapkan dapat
memperoleh pengetahuan baru, menemukan konsep dan memperoleh
ketrampilan, sehingga siswa berhasil dalam studinya serta mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
c. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan manajemen setting
kelas ini membutuhkan waktu dan tenaga yang ekstra bagi guru. Hal
tersebut di karenakan, guru harus menata ulang kembali ruang kelas
yang formasinya disesuaikan dengan metode dan materi, agar
memungkinkan pembelajaran aktif. Menciptakan suasana
pembelajaran aktif bukan perkara yang mudah, guru hendaknya
merancang sedemikian rupa strategi pembelajaran di kelas dan
memperkaya variasi gaya mengajar. Hal ini untuk mengantisipasi
92
kejenuhan dan rasa bosan yang dialami siswa. Guru diharapkan selalu
memantau perkembangan para siswanya, terutama dari perilaku,
pemikiran dan pemahaman terhadap materi yang diajarkan.
d. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan manajemen setting
kelas pada mata pelajaran PAI, agar dapat dilakukan tidak hanya
sampai pada selesainya penelitian ini saja, tetapi dilanjutkan dan
dilaksanakan secara kontinyu sebagai program untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa dan mengurangi kejenuhan pada waktu
melaksanakan pembelajaran.
2. Pihak Sekolah
a. Hendaknya seluruh pihak sekolah mendukung kegiatan pembelajaran
yang berlangsung, dengan memfasilitasi atau menyediakan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan untuk digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
b. Kepada semua pihak sekolah terutama guru, sudah seharusnya
meningkatkan kompetensi termasuk kompetensi profesional. Guru
harus membekali diri dengan pengetahuan yang luas. Kompetensi yang
dimiliki seorang guru, berpengaruh terhadap keberhasilan proses
pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran tersebut, pada akhirnya akan
menghasilkan siswa yang berprestasi, berbudi pekerti luhur dan
berakhlakul karimah, sehingga berdampak positif bagi perkembangan
dan kemajuan sekolah.
C. Penutup
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Dalam pembahasan skripsi ini, tentunya tidak luput dari kekurangan
dan ketidaksempurnaan. Hal ini di karenakan keterbatasan kemampuan dan
kurangnya pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, saran dan kritik yang
konstruktif, sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan.
93
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini, semoga amal baiknya mendapat
balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis berharap, semoga skripsi yang
sederhana ini bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan bagi para pembaca
pada umumya. Amin.
94
DAFTAR PUSTAKA
Akoib, Pengelolaan Kelas, Surakarta : FKIP UNS, 1984.
Al Bukhori, Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Shahih alBukhori, Jilid I, Beirut Libanon : Darul Kutub al ’Alamiyah, 1992.
Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Statistik, Jakarta : Bumi Aksara, 1993.
Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Raja GrafindoPersada, 2000, Cet. 3.
A. M., Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2001.
Arikunto, Suharsimi, Pengelolan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif,Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996, Cet. 4.
, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 1998.
, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2006.
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif dalam Pendidikan, Bandung :Pustaka Setia, 2002.
Daradjat, Zakiah, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta : BumiAksara, 2001.
Davis, Ivor K, Pengelolaan Belajar, terj. Sudarsono Sudirjo, Jakarta : CV.Rajawali, 1991.
Departemen Agama RI, Al Qur an dan Terjemahnya, Semarang : CV. Toha Putra,1989.
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002.
_________, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002, Cet. 2.
_________, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT RinekaCipta, 2002.
Effendy, Onong Uchjana, Sistem Informasi dalam Manajemen, Bandung :Alumni, 1981.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta : ANDI Offset, 2004.
95
Hakim, Thursan, Belajar Secara Efektif, Jakarta : Bumi Aksara, 2001, Cet. 2.
Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung : Sinar Baru, 1992.
________, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
HS, M. Ramli, dkk, Memahami Konsep Dasar Islam, Semarang : UPT MKUUNNES, 2004, Cet. 2.
Ibrahim Ishmat Muthowim, Al Ushul Al Idariyah Li Al Tarbiyah, Riyad : Dar AlSyuruq, 1996.
Ismail SM., Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang :RaSAIL Media Group, 2008.
Jasin, Anwar, Pembelajaran Efektif, Jakarta : Grasindo, 1961.
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), Bandung : RemajaRosdakarya, 2004.
Marland, Michael, Seni Mengelola Kelas, Semarang : Dahara Prize, 1990, Cet. 3.
McDonald, Frederick J., Educational Psychology, Tokyo : Overseas Publications,Ltd., 1959.
Morgan, Clifford T., Introduction to Psychology, New York : Mc. Graw HillBook Company, 1971.
M, Sufyarma, Kapita Selekta Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2003.
Mudjiono dan Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2006.
Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam, Bandung : Remaja Rosdakarya,2001.
Muslich, Masnur, KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: BumiAksara, 2008.
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004, Cet. 3.
Nasution, S., Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, 2000, Cet.2.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999,Cet. 3.
96
Nawawi, Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta : GunungAgung, 1985.
N, Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, tth.
Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,1992.
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000.
Sayyed Ahmad Al Hasyimi, Mukhtar Al Akhadits an Nabawiyyah wa Al HikamiAl Muhammadiyah, Indonesia : Dar Ihyaul Kutub Al ‘Arabiyyah,1948.
Semiawan, Conny, dkk, Pendekatan Ketrampilan Proses, Jakarta : Grasindo,1992.
Silberman, Melvin L., Active Learning (101 Cara Belajar Siswa Aktif), terj.Raisul Muttaqien, Bandung : Nusamedia, 2006.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : PT. RinekaCipta, 2003.
Steers, Richard M. dan Lyman W. Potter, Motivation and Work Behavior,Singapore : Mc. Graw Hill, 1973.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada, 2007.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung :Remaja Rosdakarya, 2000, Cet. 5.
Syaikh Musthafa Al Ghulayani, Idhatun Nasyi in, Beirut : Al Maktabah Al‘Asriyyah, 1953.
Syamsi, Ibnu, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, Jakarta : Rineka Cipta,1994.
Thoha, Chabib dan Abdul Mu’thi, PBM-PAI di Sekolah Eksistensi dan ProsesBelajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta : PustakaPelajar, 1998.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1990.
97
Tim Redaksi Media Wacana, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang SistemPendidikan Nasional (SISDIKNAS), Jogjakarta : Media Wacana Press,2003.
Uno, Hamzah B., Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara,2008.
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya,2006.
Winardi, Asas-Asas Manajemen, terj. George R. Terry, Principles ofManagement, 7th Ed., Bandung : Alumni, 1979.
Wiriaatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : RemajaRosdakarya, 2005.
Woolfolk, Anita E., Educational Psychology, 6th ed., USA : Allyn & Bacon, 1980.
Wragg, E. C., Pengelolaan Kelas, terj. Anwar Jasin. Jakarta : PT. Grasindo, 1996.
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta : BumiAksara, 2006.
98
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kendal, 20 Nopember 1986 sebagai anak terakhir
dari tujuh bersaudara keluarga Bapak Muhammad Dasuki dan Ibu Mun’imah.
Alamat tinggal penulis di Jl. K.H. Abdul Halim Rt. 02 Rw. 02 Ds. Margosari –
Suropadan Kec. Patebon Kab. Kendal 51351.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasarnya di SDN 01 Margosari tahun
1998. Melanjutkan di MTs Negeri Kendal dan lulus pada tahun 2001. Kemudian
melanjutkan di MA Negeri Kendal, lulus pada tahun 2004. Melanjutkan di
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Jurusan Pendidikan Agama Islam
angkatan 2005.
Kendal, Juni 2010
Mufnil Ida
99
LEMBAR OBSERVASIMOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII
SMP N 28 SEMARANG
SIKLUS IMata Pelajaran :Pokok Bahasan :Sub Pokok Bahasan :Jam ke :Petunjuk :1. Pusatkan perhatian anda pada perilaku siswa di dalam kelas2. Tuliskan hasil pengamatan anda pada skala penilaian dengan tanda cek ( )
pada setiap indikator dengan skala penilaian :A : Sangat baik, B : Baik, C : Cukup, D : Kurang, E : Kurang Sekali
Skala PenilaianA B C D ENO. Variabel Indikator Motivasi Belajar5 4 3 2 1
Ø Hadir lebih awal sebelum pelajarandimulai
ØMenyiapkan buku dan alat tulisØ Siswa mengkondisikan diri saat
pelajaran dimulai.ØSuasana tenang dan kondusif saat
pelajaran dimulai
1 Kesiapan siswadalam menerimapelajaran
ØSiswa menyiapkan buku pelajarandan sumber belajar lainnya yangberkaitan dengan materiØ Perhatian siswa terpusat dan
aktifitas pembelajaran siswa tampakØMencatat penjelasan dari guru
2. Perhatian siswadalam prosespembelajaran
ØMerespon penjelasan dari guruØMengungkapkan pendapatØ Aktif dalam bertanyaØ Aktif dalam menjawabØMerespon pendapat / jawaban siswa
lain
3. Keaktifan siswadi dalam kelas
Ø Komunikasi antar siswaØMengerjakan tugas PR di rumahØ Senang mencari dan mengerjakan
soal-soal latihanØMenyelesaikan tugas individuØMenyelesaikan tugas kelompok
4. Mampumenghadapikesulitan
Ø Aktif berpartisipasi dalamkelompok
100
LEMBAR PENILAIAN SETTING KELAS
Nama Sekolah :Kelas :Hari/Tanggal Penilaian :
Petunjuk :1. Pusatkan perhatian anda pada kondisi perabotan dan setting kelas pada saat
proses pembelajaran !2. Tuliskan hasil penilaian anda dengan tanda cek ( ) pada kolom yang telah
tersedia
PenilaianNo. Aspek yang
dinilai SETTING KELASYa Tidak
1. Papan tulis a. Kesesuaian dengan ukuran kelasb. Warna cat memenuhi persyaratanc. Diletakkan ditempat yang sesuaid. Dapat ditulisi dengan jelase. Dilengkapi dengan tempat kapur dan penghapus
2. Meja Guru a. Ukurannya memadai dengan gurub. Diletakkan di tempat yang sesuaic. Dilengkapi dengan lacid. Dilengkapi dengan tempat duduk yang memadaie. Dilengkapi dengan taplak meja, vas bunga dan tempat presensi
3. Meja dan a. Meja terpisah dengan tempat duduk Kursi siswa b. Jumlah tempat duduk sesuai dengan
jumlah mejac. Jumlah tempat duduk sesuai dengan jumlah siswad. Ada tempat untuk menyimpan alat pelajarane. Diatur dengan rapif. Diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat dengan mudah melihat papan tulis
4. Papan Presensi a. Ada papan presensi siswab. Diisi sesuai dengan ketentuanc. Diletakkan di tempat yang sesuaid. Bentuk dan ukurannya memadai
101
5. Alat kebersihan a. Ada tempat untuk meletakkan alat kebersihanb. Ada sapu, tempat sampah, dan kemoceng (sulak)
6. Dinding a. Warna cat dinding sesuaib.. Tidak ada corat-coret ditembokc. Dinding dihiasi gambar-gambar yang edukatifd. Ada jadwal pelajaran dan piket siswae. Hasil karya siswa dipajang di dinding
7. Lantai,VentilasiDan Penerangan
a. Dilengkapi dengan jendela yang sesuai dengan bentuk dan ukuran kelasb. Pintu dapat dibuka dan ditutup dengan mudahc. Ada lampu sebagai penerangand. Lantai rata dan bersih
Semarang, 2009 Observer
MUFNIL IDA NIM. 3105240
102
Lampiran :Tahap Pra Siklus
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) 5. 1
Sekolah : SMP 28 SemarangMata pelajaran : Pendidkan Agama IslamKelas / semester : VII / 1Standar Kompetensi : 5. Memahami ketentuan-ketentuan thaharah(bersuci)Kompetensi Dasar : 5.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan mandi wajibIndikator : ó Menjelaskan pengertian mandi wajib
• Menyebutkan hal-hal yang menyebabkanmandi wajib
• Menjelaskan tata cara mandi wajib• Mendemonstrasikan mandi wajib
Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 pertemuan)
Tujuan PembelajaranSiswa dapat menjelaskan pengertian dan tata cara mandi wajib, hal-hal yangmenyebabkannya serta mendemontrasikannnya
Materi PembelajaranØ Pengertian mandi wajibØ Hal-hal yang menyebabkan mandi wajibØ Tata cara mandi wajibØ Demontrasi mandi wajib
Metode Pembelajaranv Ceramahv Tanya jawabv Demonstrasi
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan- Membaca surat pendek dalam Al Qur’an- Apersepsi- Guru memotivasi siswa mengenai pentingnya thaharah terutama mandi
wajib- Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (small group)
103
Kegaiatan Inti¬ Guru menjelaskan pengertian mandi wajib dan hal-hal yang menyebabkan
mandi wajib¬ Siswa menelaah lebih dalam mengenai tata cara mandi wajib¬ Siswa menanyakan hal-hal yang belum jelas mengenai mandi wajib¬ Siswa berlatih mendemontrasikan mandi wajib dengan menggunakan alat
peraga berupa boneka.
Kegiatan Penutup± Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam
KD iniBermanfaat atau tidak ? menyenangkan atau tidak ?
Sumber belajar{ Buku PAI kelas VII Penerbit Yudhistira{ Buku PAI kelas VII Penerbit Depag{ LKS Cerah kelas VII{ Mushaf Al Qur’an
Penilaian
Tehnik♦ Tes tertulis
Bentuk instrumen♦ Tes uraian
Instrumen1. Jelaskan pengertian mandi wajib !2. Jelaskan cara-cara mandi wajib !3. Jelaskan sebab-sebab mandi wajib !4. Apakah hukum mandi wajib ?5. Jelaskan sunah mandi wajib !
Semarang, Juli 2009MengetahuiKepala Sekolah Guru Mapel PAI
Teguh Waluyo, S.Pd.MM Iswatun Khasanah, M.AgNIP. 19620410 198302 1 003 NIP. 19781203 200501 2 004
104
Lampiran :Siklus 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) 5. 2
Berbasis Manajemen Setting Kelas
Sekolah : SMP 28 SemarangMata pelajaran : Pendidkan Agama IslamKelas / semester : VII / 1Standar Kompetensi : 5. Memahami ketentuan-ketentuan thaharah(bersuci)Kompetensi Dasar : 5.2 Menjelaskan perbedaan hadas dan najisIndikator : ó Menjelaskan pengertian hadas dan najis
• Menyebutkan macam-macam hadas dan caramensucikannya
• Menyebutkan macam-macam najis dan caramensucikannya
• Menjelaskan perbedaan antara hadas dengannajis
Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 pertemuan)
Tujuan PembelajaranSiswa dapat menjelaskan pengertian hadas dan najis, menyebutkan macam-macamnya dan cara mensucikannya, serta menjelaskan perbedaan antara hadasdengan najis
Materi PembelajaranØ Pengertian hadas dan najisØ Macam-macam hadas dan cara mensucikannyaØ Macam-macam najis dan cara mensucikannyaØ Perbedaan antara hadas dengan najis
Metode Pembelajaranv Ceramahv Tanya jawabv Diskusiv CTL (Contextual Teaching and Learning)
Model Setting KelasF Formasi huruf U
105
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan- Membaca surat pendek dalam Al Qur’an- Apersepsi- Guru memotivasi siswa mengenai pentingnya bersuci- Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (small group)
dan mensetting kelas dengan formasi huruf U
Kegaiatan Inti¬ Guru menjelaskan tentang hadas dan najis, pembagiannya serta cara
mensucikannya¬ Siswa menanyakan materi yang belum dipahami tentang hadas dan najis¬ Siswa berdiskusi untuk mencari perbedaan antara hadas dan najis dalam
kelompoknya pada lembar / kolom yang diberikan oleh guru¬ Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok masing-masing di depan
kelas¬ Kelompok lain menanggapi¬ Guru sebagai fasilitator
Kegiatan Penutup± Guru mengakhiri proses ini dengan klarifikasi dan kesimpulan serta tindak
lanjut dengan memberi evaluasi test tertulis± Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam
KD iniBermanfaat atau tidak ? menyenangkan atau tidak ?
± Do’a dan salan
Sumber belajar{ Buku PAI kelas VII Penerbit Yudhistira (halaman 77 – 86){ Buku PAI kelas VII Penerbit Depag (halaman 87 – 99){ LKS KTSP Cerah PAI kelas VII Penerbit CV Teguh Karya (halaman 41 –
42){ Mushaf Al Qur’an
Penilaian
Teknik♦ Tes unjuk kerja
Bentuk instrumen♦ Tes identifikasi
Instrumen
106
Perbedaan Hadas dan NajisNo. Perbedaan Hadas Najis1 Pengertian 1. 1.
2 Macam / jenisnya 2. 2.
3 Cara mensucikannya 3. 3.
4 Perbedaan lain.......? 4. 4.
Semarang, Nopember 2009MengetahuiKepala Sekolah Guru Mapel PAI
Teguh Waluyo, S.Pd.MM Iswatun Khasanah, M.AgNIP. 19620410 198302 1 003 NIP. 19781203 200501 2 004
107
Lampiran :Siklus 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) 6.1
Berbasis Manajemen Setting Kelas
Sekolah : SMP 28 SemarangMata pelajaran : Pendidikan Agama IslamKelas / semester : VII / 1Standar Kompetensi : 6. Memahami tata cara shalatKompetensi Dasar : 6.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat wajibIndikator : ó Menjelaskan pengertian shalat wajib
• Membaca dan mengartikan dalil naqli tentangshalat wajib
• Menyebutkan syarat-syarat shalat• Menyebutkan rukun shalat• Menyebutkan sunah-sunah shalat• Menyebutkan hal-hal yang membatalkan
shalatAlokasi waktu : 2 x 40 menit (1 pertemuan)
Tujuan PembelajaranSiswa dapat menjelaskan pengertian, syarat-syarat, rukun, sunah-sunah sertabatalnya shalat wajib, membaca dan mengartikan dalil naqlinya
Materi PembelajaranØ Pengertian shalat wajibØ Dalil naqi tentang shalat wajibØ Syarat-syarat shalatØ Rukun shalatØ Sunah-sunah shalatØ Hal-hal yang membatalkan shalat
Metode Pembelajaranv Ceramahv Tanya jawabv Tutor sebayav Reading Guide (bacaan terbimbing)v Jigsaw Learning
Model Setting KelasF Formasi Corak Tim
108
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan- Membaca surat pendek dalam Al Qur’an- Apersepsi- Guru memotivasi siswa mengenai pentingnya shalat wajib- Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil- Guru meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja diruang kelas
sehingga membentuk formasi corak tim agar memungkinkan peserta didikmelakukan interaksi tim
Kegiatan Inti¬ Guru menjelaskan pengertian dan syarat-syarat shalat wajib¬ Siswa menanyakan materi yang belum dipahami mengenai materi shalat
wajib¬ Siswa berlatih membaca dalil naqli tentang shalat wajib dengan metode
tutor sebaya¬ Masing-masing kelompok yang sudah dibentuk mengirimkan delegasi ke
beberapa kelompok baru berdasarkan materi yang berbeda¬ Siswa yang menjadi delegasi di beberapa kelompok materi kembali ke
kelompok awal untuk bertukar informasi hasilnya masing-masing keanggota kelompok yang lain
¬ Siswa berdiskusi untuk mencari dan menemukan informasi mengenaishalat wajib melalui ayat Al Qur’an dan hadist
¬ Guru melempar beberapa pertanyaan untuk menjajagi pemahaman dankompetensi yang dimiliki siswa
Kegiatan Penutup± Guru mengembalikan siswa ke dalam posisi semula untuk mengulas lagi
seandainya ada masalah yang belum terpecahkan± Guru mengakhiri proses ini dengan klarifikasi dan kesimpulan serta tindak
lanjut± Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam
KD iniBermanfaat atau tidak ? menyenangkan atau tidak ?
± Salan dan Do’a
Sumber belajar{ Buku PAI kelas VII Penerbit Yudhistira (halaman 87 – 90){ Buku PAI kelas VII Penerbit Depag (halaman 101 – 105){ LKS KTSP Cerah PAI kelas VII (halaman 46 – 48){ Mushaf Al Qur’an
109
Penilaian
Teknik♦ Tes tertulis
Bentuk instrumen♦ Tes pilihan ganda (multiple choice)
InstrumenUji kompetensi dalam LKS cerah halaman 52 - 53
Semarang, Nopember 2009MengetahuiKepala Sekolah Guru Mapel PAI
Teguh Waluyo, S.Pd.MM Iswatun Khasanah, M.AgNIP. 19620410 198302 1 003 NIP. 19781203 200501 2 004
110
Lampiran :Siklus 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) 6.2
Berbasis Manajemen Setting Kelas
Sekolah : SMP 28 SemarangMata pelajaran : Pendidikan Agama IslamKelas / semester : VII / 1Standar Kompetensi : 6. Memahami tata cara sholatKompetensi Dasar : 6.2 Mempraktikkan shalat wajibIndikator : ó Hafal bacaan-bacaan shalat
• Memperagakan gerakan-gerakan shalat• Mempraktikkan shalat wajib
Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 pertemuan)
Tujuan PembelajaranSiswa dapat hafal bacaan-bacaan shalat, memperagakan gerakan-gerakannya sertamempraktikannya
Materi PembelajaranØ Hafalan bacaan-bacaan shalatØ Peragaan gerakan-gerakan shalatØ Praktikkan shalat wajib
Metode Pembelajaranv Ceramahv Tutor sebayav Demonstrasiv Modellingv CTL (Contextual Teaching and Learning)
Model Setting KelasF Formasi lingkaran yang bertempat di mushola
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan- Membaca surat pendek dalam Al Qur’an- Apersepsi- Guru memotivasi siswa pentingnya shalat dengan benar dan khusyu’- Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (small group)
dan siswa duduk membentuk sebuah lingkaran
111
Kegiatan Inti¬ Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan dan tugas yang harus
dilakukan siswa¬ Siswa menghafalkan bacaan-bacaan shalat dengan metode tutor sebaya¬ Guru sebagai model mendemonstrasikan gerakan-gerakan shalat terlebih
dahulu¬ Siswa melakukan praktik shalat dengan berkelompok¬ Siswa membiasakan diri melakukan shalat wajib dalam kehidupan sehari-
hari
Kegiatan Penutup± Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam
KD iniBermanfaat atau tidak ? Menyenangkan atau tidak ?
± Do’a dan salan
Sumber belajar{ Buku PAI kelas VII Penerbit Yudhistira (halaman 91 – 95){ Buku PAI kelas VII Penerbit Depag (halaman 107 – 111){ LKS KTSP Cerah PAI kelas VII Penerbit CV Teguh Karya (halaman 48 –
50){ Mushaf Al Qur’an
Penilaian
Teknik♦ Tes unjuk kerja
Bentuk instrumen♦ Tes identifikasi
Instrumen♦ Praktikkan shalat maghrib dengan benar !
Rubrik
Aspek yang dinilai Indikator kemampuan Nilai
• Khusyu’ 100• Melaksanakan shalat wajib tanpa melakukan
kesalahan baik bacaan maupun gerakan • KurangKhusyu’ 95
• Khusyu’ 90• Melaksanakan shalat wajib denganmelakukan 1-10 kesalahan bacaan maupungerakan
• KurangKhusyu’ 85
Ø Bacaan-bacaanbaik rukunmaupun sunah
Ø Gerakan-gerakan rukun
Ø Kekhusyu’an/tumakninah/ • Melaksanakan shalat wajib dengan • Khusyu’ 80
112
melakukan 11-20 kesalahan bacaan maupungerakan
• KurangKhusyu’ 75
• Khusyu’ 70• Melaksanakan shalat wajib denganmelakukan 21-30 kesalahan bacaan maupungerakan
• KurangKhusyu’ 65
• Khusyu’ 60
penghayatan
• Melaksanakan shalat wajib denganmelakukan lebih dari 30 kesalahan bacaanmaupun gerakan
• KurangKhusyu’ 55
Semarang, Nopember 2009MengetahuiKepala Sekolah Guru Mapel PAI
Teguh Waluyo, S.Pd.MM Iswatun Khasanah, M.AgNIP. 19620410 198302 1 003 NIP. 19781203 200501 2 004
113
Lampiran :Siklus 1
Soal Tes Tertulis
Materi : Ketentuan Thaharah (Mandi Wajib, Hadas dan Najis)Mapel : Pendidikan Agama IslamKelas / semester : VII / 1Nama / No. Absen :
Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, catau d !1. Hukum bersuci bagi orang yang berhadas besar adalah.........
a. mubah c. sunahb. makruh d. wajib
2. Dibawah ini air yang suci tetapi tidak mensucikan, kecuali …..a. air kelapa c. air sumurb. air teh d. air yang dipanaskan di bejana
3. Cara bersuci bagi orang yang berhadas kecil jika tidak ada air adalah ......a. tayamum c. istinja’b. wudhu d. mandi wajib
4. Bagi orang yang terkena najis mukhafafah, maka cara mensucikannyadengan ......a. mencuci sebanyak tujuh kalib. mencuci sebanyak tiga kalic. cukup memercikan air kepada benda yang terkena najisd. dicuci dengan sabun atau deterjen
5. Air yang suci dan dapat mensucikan adalah .......a. air mutanajis c. air bersihb. air mutlak d. air alami
6. Yang termasuk hadas besar berikut ini, kecuali........a. wiladah c. kotoran binatangb. mengeluarkan mani d. bersetubuh
7. Menggosok seluruh badan dengan tangan hukumnya.......a. mubah c. wajibb. sunah d. makruh
8. Berikut ini larangan bagi wanita yang sedang haid maupun nifas, kecuali........a. sholat c. bersetubuhb. masuk masjid d. makan dan minum
9. Di bawah ini adalah cara mensucikan najis mughaladzah adalah........a. dicuci sebanyak 7 kali salah satunya menggunakan debub. disiram air yang telah masak paling sedikit 5 kalic. cukup memercikan air kepada benda yang terkena najisd. disabun sebanyak 3 kali
10. Terkena air kencing orang dewasa termasuk najis........a. mutawasithah c. mukhafafah
114
b. mughaladzah d. najis berat11. Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadas besar adalah.......
a. terkena kotoran binatang c. nifasb. buang air besar d. terkena darah atau nanah
12. Suatu benda yang terkena najis mughaladzah akan dapat dikatakan suciapabila dicuci dengan air dan salah satunya dicampur dengan .......a. debu c. cukab. deterjen d. kapur barus
13. Menyengaja menghilangkan hadas karena junub adalah ........a. syarat mandi wajib c. sunah mandi wajibb. rukun mandi wajib d. batalnya mandi wajib
14. Bagi orang yang terkena najis mutawasithah, maka cara mensucikannyaadalah.........a. disiram sampai hilang bau, warna dan zatnyab. direndam selama tiga hari dan dicampur dengan deterjenc. cukup dipercikkan air sajad. dicuci sebanyak tujuh kali salah satunya dicampur debu
15. Di bawah ini adalah rukun mandi wajib adalah .........a. niat dan menyiramkan air ke seluruh tubuhb. niat, menyiramkan air ke selutuh tubuh, dan tertibc. menyiramkan air ke seluruh tubuh dan terakhir tertibd. niat dan menyiramkan air dari ujung rambut sampai ke ujung kaki
16. Bagi orang yang berhadas kecil maka cara mensucikannya adalah........a. wudhu c. mandi biasab. istinja’ d. mandi wajib
17. Ketika memulai untuk mandi wajib, maka disunahkan untuk membaca ..........a. Basmalah c. Takbirb. Hamdalah d. Tasbih
18. Bersentuhan antara kulit seorang laki-laki dengan perempuan dapatmenyebabkan.........a. sahnya sholat c. sempurnanya sholatb. batalnya sholat d. tidak batalnya sholat
19. Berikut ini sunah-sunah dalam mandi wajib, kecuali.......a. mendahulukan tangan dan kakib. mengalirkan air ke seluruh tubuhc. menggosok seluruh badan dan tangand. membaca basmalah pada permulaan mandi
20. bagi wanita yang telah selesai masa haidnya maka diharuskan........a. mandi biasa c. mandi wajibb. bertayamum d. istinja’
21. Darah seorang wanita setelah melahirkan juga disebut.........a. nifas c. haidb. wadiah d. menstruasi
22. Cara bersuci bagi seorang wanita setelah masa nifasnya selesai adalah ........
115
a. wudhu c. tayamumb. mandi wajib d. mandi biasa
23. Berikut ini adalah sunah-sunah dalam mandi wajib, kecuali........a. membaca basmalah ketika mengawali mandib. mendahulukan anggota badan yang kananc. berwudhu sebelum memulai mandid. menggunakan air yang telah dimasak terlebih dahulu
24. Menyiram air ke seluruh tubuh adalah ............a. wudhu c. mandi wajibb. istinja’ d. Tayamum
25. Najis itu dapat digolongkan menjadi 3 tiga macam, berikut ini macam-macamnajis, kecuali........a. mughaladzah c. mukhafaffahb. mutawasithah d. mutlaq
116
TABEL PERBEDAANANTARA HADAS DENGAN NAJIS
Petunjuk :Carilah perbedaan antara hadas dengan najis ditinjau dari berbagai aspeknya, mulaidari pengertian, macam/jenisnya maupun cara mensucikannya serta carilahperbedaan lain yang mungkin dapat kamu temukan !
No. Ditinjau dari segi /aspek ...............
Hadas Najis
1 Pengertian
2 Macam / Jenisnya a.
b.
a.
b.
c.
3 Cara mensucikannya a.
b.
a.
b.
c.
4 Perbedaan lain.....?
Kelompok :
Ketua :
Sekretaris :
Anggota :
1.
2.
3.
4.
117
Lampiran :Siklus 2
SOAL TES TERTULIS
Materi : Ketentuan Shalat WajibMapel : Pendidikan Agama IslamKelas / Semester : VII / 1Nama / No. Absen :
Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c,atau d !1. Orang yang tidak sempurna akal pikirannya adalah tidak memenuhi dari........
a. Syarat wajib shalat c. Syarat sah shalatb. Rukun shalat d. Sunah shalat
2. Arti shalat menurut bahasa adalah.........a. Mengingat c. Memohonb. Takut d. Mendekatkan
3. Perintah untuk melaksanakan shalat lima waktu diterima oleh NabiMuhammad SAW, ketika.......a. isra’ mi’raj c. hijrahb. wukuf d. berkhalwat
4. Shalat lima waktu juga disebut........a. Shalat biasa c. Shalat sunahb. Shalat fardhu d. Shalat mutlak
5. Suci dari hadas adalah salah satu dari.......a. Sunah shalat c. Syarat wajib shalatb. Rukun shalat d. Syarat sah shalat
6. Mengingat Allah dalam setiap waktu dan berbagai keadaan disebut.......a. i’tikaf c. tadarusb. do’a d. dzikir
7. Salah satu rukun shalat adalah........a. ruku’ dengan tuma’ninah c. Membaca ayat atau surat
Al Qur’anb. membaca do’a ketika sujud d. Mengangkat kedua tangan
ketika takbir8. Arti dari adalah ...........
a. Allah Maha Mendengar c. Allah Maha Kuasab. Allah Maha Esa d. Allah Maha Besar
9. Bacaan disamping dibaca dalam shalat ketika......a. ruku’ c. sujudb. duduk diantara dua sujud d. i’tidal
10. Setelah selesai takbiratul ihram maka tangan kanan diletakkan di.......a. samping telinga c. lututb. punggung tangan kiri d. paha
118
11. Shalat yang dikerjakan setelah terbenam matahari adalah shalat.......a. Dzuhur c. Maghribb. Ashar d. Subuh
12. Berikut ini adalah sunah shalat, kecuali........a. mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihramb. diam sebentar sebelum dan sesudah membaca Al fatihahc. takbir ketika turun dan bangun selain ketika akan i’tidald. membaca shalawat atas nabi Muhammad SAW
13. Menyengaja dalam hati untuk melaksanakan shalat disebut…….a. tuma’ninah c. niatb. tertib d. khusyu’
14. Telah masuk waktu shalat adalah salah satu dari ……..a. syarat wajib shalat c. rukun shalatb. sunah shalat d. syarat sah shalat
15. Apabila dalam shalat meninggalkan salah satu rukun shalat dengan sengaja,maka shalatnya.......a. batal shalatnya c. tetap sah shalatnyab. sah shalatnya d. tidak batal shalatnya
16. Apabila kita sedang melaksanakan shalat, maka harus dengan sikap.......a. tuma’ninah c. tawadhu’b. tasamuh d. taqarrub
17. .........Bacaan diatas adalah potongan dari bacaan..........a. tasyahud awal c. do’a iftitahb. tasyahud akhir d. duduk diantara dua sujud
18. Membaca salam dalam shalat termasuk..........a. syarat sah shalat c. Sunah shalatb. syarat wajib shalat d. Rukun shalat
19. bacaan disamping adalah bacaan........a. salam c. sujudb. ruku’ d. i’tidal
20. Shalat yang dikerjakan setelah hilangnya mega merah di sebelah barat sampaimenjelang terbitnya fajar disebelah timur adalah.......a. Subuh c. Maghribb. Asar d. Isya’
21. Shalat yang dikerjakan ketika matahari telah tergelincir di sebelah baratadalah.......a. Subuh c. Asharb. Dzuhur d. Maghrib
22.Bacaan diatas adalah bacaan ........a. ruku’ c. sujudb. i’tidal d. duduk diantara dua sujud
23. Gerakan setelah i’tidal adalah.......a. takbiratul ihram c. sujud
119
b. ruku’ d. Duduk diantaranya duasujud
24. Arti dari mukallaf adalah.......a. Setiap mslim yang telah memenuhi syarat c. Setiap manusia yang
dewasab. Setiap muslim besar maupun kecil d. Orang tidak berhadas
besar25. Shalat jum’at dilaksanakan pada waktu .......
a. Pada hari jum’at waktu subuh c. Pada hari jum’at padawaktu dzuhur
b. Pada hari jum’at pada waktu ashar d. Pada hari jum’at waktuisya’
26. Nama lain dari shalat fardhu adalah........a. Shalat lima waktu yang diwajibkan oleh Allahb. Shalat yang dikerjakan pada malam haric. Shalat yang dikerjakan pada siang harid. Seluruh shalat sunah
27. Membaca surat Al Fatihah pada setiap rakaat dalam shalat fardhu adalah........a. Wajib c. Mubahb. Sunah d. tidak sah
28. Selain shalat yang lima waktu itu, shalat wajib yang harus dikerjakan adalahshalat........a. Tahajud c. Jum’atb. Tahiyatul Masjid d. Rawatib
29. Setelah takbiratul ihram maka selanjutnya disunahkan membaca.........a. Basmalah c. Hamdalahb. Al Fatihah d. Do’a iftitah
30. Shalat jenazah hukumnya ...........a. Sunah muakad c. Fardhu ainb. Fardhu kifayah d. Mubah
ó Selamat Mengerjakan ñ
120
Lampiran :Siklus 3
SOAL TES PRAKTIK
Materi : Mempraktikkan Shalat WajibMapel : Pendidikan Agama IslamKelas / Semester : VII / 1
Praktik Shalat Wajib
Dalam melaksanakan praktik shalat wajib ada beberapa hal yang harusdiperhatikan, sebagai berikut :1. Kelompok yang sudah ditentukan yang terdiri dari 5- 6 orang menghafal do’a
atau bacaan-bacaan di masing-masing rakaat dalam shalat wajib dengan caraapabila salah satu menghafal, yang lain menyimak dan membetulkan yangsalah, begitu seterusnya !
2. Setelah hafal kemudian masing-masing kelompok mempraktikkan ataumendemonstrasikan shalat wajib, salah satu menjadi imam dan yang lainmenjadi makmum.
3. Shalat wajib yang dipraktikkan adalah shalat maghrib.