UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan...

144
Upaya meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa kelas V SD Negeri Iv Pulutan Wetan Wuryantoro Wonogiri tahun ajaran 2009/2010 SKRIPSI Oleh: Miranti Sudarmaji K.1206033 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan...

Page 1: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Upaya meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui

penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED

READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa kelas V SD Negeri Iv

Pulutan Wetan Wuryantoro Wonogiri tahun ajaran 2009/2010

SKRIPSI

Oleh:

Miranti Sudarmaji

K.1206033

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA

PENDEK MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)

PADA SISWA KELAS V SD NEGERI IV PULUTAN WETAN

WURYANTORO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2009/2010

Oleh:

MIRANTI SUDARMAJI

K1206033

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Nugraheni Eko W., S.S, M. Hum. Dr. Muh. Rohmadi, M. Hum. NIP 19700716 200212 2 001 NIP 19761013 200212 1 005

Page 4: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan

diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :……………...

Tanggal :……………...

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Slamet Mulyono, M. Pd. ………………

Sekretaris : Kundharu Saddhono, S. S, M. Hum. …………….

Anggota I : Dr. Nugraheni Eko W., S.S, M. Hum. ………………

Anggota II : Dr. Muh. Rohmadi, S.S, M. Hum. …………….

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.

NIP 19600727 198702 1 001

Page 5: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

ABSTRAK Miranti Sudarmaji. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI IV PULUTAN WETAN WURYANTORO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2009/2010, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, April. 2010.

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menerapkan metode CIRC pada siswa kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan. Objek penelitian adalah penggunaan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek pada siswa. Sumber data meliputi: (1) peristiwa pembelajaran; (2) informan; dan (3) dokumen. Teknik pengumpulan data melalui: (1) observasi; (2) wawancara; (3) angket; dan (4) tes. Uji validitas data menggunakan teknik triangulasi yang meliputi: (1) triangulasi metode; (2) triangulasi sumber; dan (3) review informan. Teknik analisis data dengan teknik diskriptif komparatif dan teknik analisis kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran apresiasi cerita pendek ditandai meningkatnya: (1) kedisiplinan siswa; (2) minat siswa; (3) keaktifan siswa; (4) kerja sama siswa; dan (5) kesungguhan siswa. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat meningkatkan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretes dan postes yang dilakukan selama tiga siklus. Pada uji pratindakan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (65) empat siswa (22%), siklus I meningkat menjadi 10 siswa (55%), siklus II meningkat sebanyak 16 siswa (88%), siklus III meningkat sebanyak 18 siswa atau 100%.

Page 6: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

MOTTO

“Tolong menolonglah kamu di dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan

jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Ma’idah: 2)

Segala tindakan yang diawali dengan keikhlasan dan kesabaran akan memperoleh

keberhasilan yang mengagumkan. (Penulis)

Page 7: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

PERSEMBAHAN Karya ini dipersembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibuku tercinta;

2. Idam Juari Sudarmaji (adikku

tersayang);

3. SEMPRE (Idut (adek), Liut (bose), Risut

(kakak), Dius (bunda), dan Dinut

(Budhe)); dan

4. Mbak Win yang selalu menemaniku

berjuang.

Page 8: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, atas rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

Penelitian dan Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, peneliti

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak

yang telah turut membantu, terutama kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan FKIP UNS yang

telah memberikan persetujuan skripsi ini;

2. Drs. Soeparno, M. Pd., Ketua Jurusan PBS yang telah memberikan izin untuk

penulisan skripsi ini;

3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta izin

untuk menyusun skripsi ini;

4. Dr. Nugraheni Eko W., S.S, M. Hum., selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

dengan lancar;

5. Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum., selaku pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan tepat waktu;

6. Dr. Budhi Setyawan, M. Pd., selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan arahan dan motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini;

7. Ibu Sri Gunanti, S. Pd., selaku Kepala SD Negeri IV Pulutan Wetan yang

telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan PTK di SD Negeri

IV Pulutan Wetan;

Page 9: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

8. Ibu Maryati, A.Ma. Pd., selaku guru kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan

yang telah banyak membantu dan berpartisipasi aktif dalam proses penelitian

ini;

9. Siswa-siswi kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan yang telah berpartisipasi

aktif sebagai subjek penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian ini;

10. Bapak, Ibu, Adik, dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa

restu dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini;

11. Mahasiswa BASTIND ’06 yang telah memberikan semangat dalam proses

penelitian ini; dan

12. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan. Akhirnya,

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Surakarta, April 2010

Peneliti

Page 10: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL……………………………………………………………….... i

PENGAJUAN SKRIPSI………………………………………………. ii

PERSETUJUAN………………………………………………………. iii

PENGESAHAN……………………………………………………….. iv

ABSTRAK…………………………………………………………….. v

MOTTO………………………………………………………………... vi

PERSEMBAHAN……………………………………………………... vii

KATA PENGANTAR…………………………………………………. viii

DAFTAR ISI…………………………………………………………... x

DAFTAR GAMBAR………………………………………………….. xii

DAFTAR TABEL…………………………………………………….. xiii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………… 1

B. Perumusan Masalah…………………………………………….. 6

C. Tujuan Penelitian……………………………………………….. 7

D. Manfaat Penelitian……………………………………………… 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN

PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Kajian Pustaka…………………………………………………. 9

1. Hakikat Cerita Pendek dalam Pembelajaran….……………. 9

2. Hakikat Pembelajaran Apresiasi Cerita pendek …………… 23

3. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif……...…………… 34

4. Hakikat Metode Pembelajaran Cooperative Integrated

Reading and Composition (CIRC)………………….........… 39

Page 11: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

5. Relevansi Metode Pembelajaran Cooperative Integrated

Reading and Composition (CIRC) dengan Pembelajaran

Apresiasi Cerita Pendek ....…………………….………….. 47

B. Penelitian yang Relevan ………………………………………. 48

C. Kerangka Berpikir …………………………………………….. 50

D. Hipotesis Tindakan…………………………………………….. 53

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………….. 54

B. Pendekatan Penelitian………………………………………….. 54

C. Subjek Penelitian……………………………………………….. 56

D. Teknik Pengumpulan Data ………..…………………………… 56

E. Sumber Data …………………….……………………………... 57

F. Uji Validitas Data ……………………………………….……... 58

G. Teknik Analisis Data……………………………………………. 58

H. Indikator Ketercapaian Tujuan Belajar …….…………………... 59

I. Prosedur Penelitian……………………………………………… 60

BAB IV HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal…………………………………………. 64

B. Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Penelitian…………………….. 72

C. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………. 108

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan…………………………………………………………. 118

B. Implikasi…………………………………………………………. 120

C. Saran……………………………………………………………... 121

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 123

LAMPIRAN…………………………………………………………….

Page 12: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Kerangka Berpikir………………………………………….… 52

2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas………………………............. 55

3. Grafik Tabulasi Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran

Apresiasi Cerita Pendek ………………………………………….. 115

4. Grafik Tabulasi Nilai Apresiasi Cerita Pendek…………………… 117

Page 13: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Instrumen Penilaian Proses Pembelajaran…………….……… 32

2. Rubrik Penilaian Menceritakan kembali Isi Cerita Pendek….. 33

3. Rangkuman Pelaksanaan CIRC……………………………… 46

4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian………..………. 54

5. Indikator Ketercapaian ……….……………………………… 60

6. Nilai Hasil Apresiasi Cerita Pendek Pratindakan….…….…… 70

7. Lembar Observasi Kemampuan Guru dalam Menjelaskan…… 79

8. Lembar Observasi Kemampuan Guru dalam Mengelola Kelas 80

9. Lembar Penilaian Proses Belajar……………………………… 81

10. Daftar Nilai Menceritakan Kembali Isi Cerita Pendek di

Depan Kelas Siklus I…………………………………………. 84

11. Daftar Nilai Apresiasi cerita Pendek Siklus I……………….. 84

12. Rekapitulasi Hasil Penilaian Proses Pembelajaran Apresiasi

Cerita Pendek dalam Pelaksanaan Tindakan Siklus I, II,

dan III….. ………………………………………………….. 114

13. Tabel Rekapitulasi Kemampuan Apresiasi Cerita Pendek… 117

Page 14: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pratindakan…………………………………………………. 125

2. Siklus I………………………………………………............ 168

3. Siklus II……………………………………………………... 212

4. Siklus III……………………………………………………. 255

5. Lain-lain

Page 15: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak diberlakukan Kurikulum 1975 sampai Kurikulum 2006 atau

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata pelajaran bahasa Indonesia

adalah salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam dunia

pendidikan. Dalam pengajaran bahasa Indonesia terdapat dua materi pokok yang

diajarkan, yakni materi kebahasaan dan materi kesastraan. Keduanya telah

direncanakan mendapat porsi yang seimbang, sehingga tidak ada yang

dianakemaskan maupun dianaktirikan.

Namun, kenyataan di sekolah pengajaran Mata Pelajaran bahasa

Indonesia kurang sesuai dengan apa yang direncanakan. Para guru lebih

memprioritaskan materi kebahasaan daripada materi kesastraan. Hal itu

disebabkan adanya anggapan bahwa materi kebahasaan lebih penting daripada

materi kesastraan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yudiono (2000: 47) yang

menyatakan bahwa meskipun tidak dinyatakan secara terang-terangan, banyak

orang yang masih menyepelekan pelajaran sastra.

Pendapat para guru seperti di atas tidaklah tepat karena sastra

sebenarnya bisa menjadi media untuk mengasah dan mengembangkan

keterampilan berbahasa siswa. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Kinayati

(2006: 743) menurutnya sastra perlu diperkenalkan kepada siswa supaya mereka

sadar akan adanya sastra sebagai bagian dari keterampilan berbahasa. Selain itu

apresiasi sastra juga mampu memperkaya pengalaman, pandangan hidup, dan

kepribadian siswa. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Rahmanto (1988:15)

yang menyatakan bahwa sastra itu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah

dunia nyata, maka pengajaran sastra harus dipandang sebagai sesuatu yang

penting yang patut menduduki tempat yang selayaknya.

Page 16: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Salah satu karya sastra yang dimasukkan dalam pembelajaran sastra

adalah cerita pendek. Kegiatan pembelajaran ini sudah diberikan kepada siswa

mulai mereka berada di sekolah dasar. Dengan pembelajaran cerita pendek sejak

dini, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam cerita pendek dapat tertanam kuat

dalam diri anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Toha dan Sarumpaet (2002: 16)

yang menyatakan bahwa minat dan apresiasi pembaca hendaknya mulai

dibangkitkan dan ditumbuhkan sejak dini, yaitu ketika pembaca masih berusia

sekolah. Mutu dan tingkat pemahaman apresiasi sastra yang telah dilalui oleh

siswa di sekolah akan menjadi modal bagi perkembangan lebih lanjut pada saat

mereka nanti terjun sebagai anggota masyarakat.

Pendapat Toha dan Sarumpaet tersebut sejalan dengan apa yang

dinyatakan oleh Musfiroh (2008: 19) yang menyatakan bahwa cerita dapat

digunakan oleh orang tua dan guru sebagai sarana mendidik dan membentuk

kepribadian anak melalui pendekatan transmisi budaya atau cultural transmission

approach. Dalam cerita, nilai-nilai luhur ditanamkan pada diri anak melalui

penghayatan terhadap makna dan maksud cerita (meaning and intention of story).

Oleh karena itu, Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional

mencantumkan materi cerita pendek sebagai salah satu materi bahasa Indonesia

yang diajarkan di SD kelas V. Dengan pembelajaran cerita pendek sejak SD,

diharapkan mereka mampu mengambil nilai-nilai positif materi ini.

Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek dapat diperoleh

dengan mengapresiasikannya. Apresiasi ini dapat dilakukan dengan cara

membaca, mengidentifikasi unsur-unsur intrinsiknya, hingga menceritakan

kembali isi cerita. Secara singkat, pembelajaran apresiasi cerita pendek dapat

mengantarkan mereka memperoleh kemampuan berbahasa secara terpadu.

Namun, kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan. Pembelajaran apresiasi sastra sampai saat ini masih menjadi masalah

secara umum karena kemampuan apresiasi sastra di tingkat SD masih rendah. Hal

ini dapat dilihat dari proses maupun hasil pembelajaran. Ketidaksesuaian ini dapat

Page 17: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

diindikatori oleh: siswa belum mampu menentukan unsur intrinsik cerita pendek,

siswa belum mampu mengungkapkan makna dan nilai-nilai, serta siswa belum

mampu menceritakan kembali isi cerita pendek. Berdasarkan wawancara dengan

guru, diketahui bahwa kemampuan apresiasi sastra pada siswa kelas V SD Negeri

IV Pulutan Wetan selama ini masih rendah. Hasil tes kemampuan apresiasi cerita

pendek hanya sekitar 22% siswa yang berhasil mendapat nilai yang baik dan

memenuhi kriteria kelulusan minimal dengan nilai 65 ke atas pada pembelajaran

apresiasi sastra.

Berdasarkan kegiatan wawancara dengan guru dan siswa dapat

diketahui bahwa pembelajaran apresiasi cerita pendek masih rendah. Rendahnya

kemampuan apresiasi cerita pendek siswa diindikatori oleh: (1) siswa belum

mampu menentukan tema cerita pendek, (2) siswa belum mampu menceritakan

kembali isi cerita pendek, dan (3) siswa belum mampu mengungkapkan makna

dan nilai-nilai dalam cerita pendek. Dari hasil wawancara mendalam dengan guru

dan siswa dapat disimpulkan bahwa bagian yang paling sulit adalah bagian

menceritakan kembali isi cerita pendek. Pada bagian ini, masih banyak hasil kerja

siswa yang mencantumkan alur yang melompat-lompat, cerita kurang lengkap,

bahasa yang berbelit-belit, dan kurangnya kemampuan menentukan ide pokok.

Bertolak dari kegiatan wawancara yang dilakukan pada guru dan

siswa, diketahui bahwa pembelajaran cerita pendek kelas V menggunakan metode

ceramah dengan penyampaian teori cerita pendek yang lebih banyak daripada

kegiatan apresiasinya. Langkah-langkah pembelajarannya adalah guru

memberikan materi cerita pendek, kemudian siswa diberi tugas di rumah untuk

mengapresiasikan cerita pendek. Dari langkah pembelajaran yang diterapkan,

guru terkesan mendominasi proses pembelajaran dan metodenya juga kurang

inovatif. Selain itu, banyak siswa yang masih bingung mengenai cara apresiasi

cerita pendek.

Page 18: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Kegiatan pembelajaran yang demikian membuat siswa kurang tertarik

untuk mengikuti pembelajaran apresiasi cerita pendek. Mereka merasa bosan

dalam belajar karena merasa bahwa sistem pembelajaran selalu sama.

Menurut wawancara dengan siswa diperoleh informasi bahwa siswa

sering merasa bosan pada saat pembelajaran cerita pendek. Hal ini dikarenakan

guru selalu berceramah yang membuat mereka mengantuk. Cerita pendek yang

digunakan juga kurang menarik karena hanya bersumber dari buku pelajaran.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di SD Negeri IV Pulutan

Wetan, peneliti mencoba mengidentifikasikan permasalahan. Permasalahan yang

ada adalah dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek yang selama ini

berlangsung di SD Negeri IV Pulutan Wetan, (1) masih bersifat individual belum

memanfaatkan potensi interaksi dan kerja sama antarsiswa dan (2) minimnya

umpan balik dari guru maupun sesama teman belajar. Selain itu, diperoleh data

bahwa kemampuan siswa dalam mengapresiasi cerita pendek masih kurang. Hal

ini diketahui dari data berupa hasil siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan

siswa juga didapatkan informasi bahwa sebenarnya siswa menyukai pelajaran

tentang cerita pendek, tetapi kurang tertarik karena sumber cerita pendek kurang

variatif dan cara penyampaian guru yang terkesan membosankan. Keadaan ini

dapat diketahui ketika siswa disuruh oleh guru untuk menceritakan kembali di

depan kelas, tidak ada siswa yang berani. Keadaan ini dapat disebabkan oleh

siswa itu sendiri yang belum mempunyai keberanian untuk tampil di depan kelas,

dapat juga karena siswa enggan.

Masalah-masalah yang muncul dalam proses pembelajaran apresiasi

cerita pendek membutuhkan penerapan metode pembelajaran yang baru oleh guru

untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, guru

Bahasa dan Sastra Indonesia harus mampu membuat pembelajaran yang menarik

dan sesuai dengan usia siswa. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan

menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan usia serta

menarik dan juga mempermudah pemahaman yang pada akhirnya bermuara pada

Page 19: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

peningkatan kualitas pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan pendapat Rahmanto

(1988: 15) menyatakan bahwa jika pembelajaran sastra dilakukan dengan cara

yang tepat, maka pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar

untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di

dalam masyarakat.

Berdasarkan diskusi dengan guru pengampu kelas V SD Negeri IV

Pulutan Wetan disepakati masalah pembelajaran tersebut diperbaiki dengan

penerapan model kooperatif. Strategi pembelajaran kooperatif diambil karena

pembelajaran ini memiliki berberapa kelebihan. Heri, Sugiyanto, dan Sukamto

(2003: 73) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai jangkauan

tidak hanya membantu siswa belajar isi akademik dan keterampilan semata,

namun juga melatih siswa dalam meraih tujuan-tujuan hubungan sosial dan

kemanusiaan.

Mengingat banyaknya jenis metode kooperatif yang ada saat ini, maka

peneliti dan guru sepakat untuk mengerucutkan model kooperatif yang ada.

Berdasarkan hasil diskusi yang mendalam disepakati pembelajaran apresiasi cerita

pendek menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC). Metode ini digunakan karena sesuai dengan jenjang

pendidikan siswa dan materi cerita pendek yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan

apa yang dikemukakan Slavin (2005: 11) bahwa pembelajaran dengan metode

Cooperative Integrated Reading and Composition (Mengarang dan Membaca

Terintegratif yang Kooperatif) (CIRC) digunakan untuk pelajaran membaca pada

kelas 2-8. Dalam pembelajaran CIRC siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam

tim mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif,

termasuk membacakan cerita satu sama lain, membuat prediksi bagaimana akhir

dari sebuah cerita naratif, saling merangkum cerita satu sama lain, menulis

tanggapan terhadap cerita, dan melatih pengucapan, penerimaan, dan kosakata

(2005: 16-17). Dalam pembelajaran ini siswa diajak berapresiasi langsung. Hal

inilah yang menjadi dasar metode pembelajaran ini tepat untuk pembelajaran

apresiasi cerita pendek.

Page 20: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Dalam metode ini, siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan

empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis

kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan siswa bekerja dalam tim

mereka. Untuk memastikan seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran

tersebut, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi yang telah dipelajari. Saat

berkelompok siswa saling membantu menuntaskan materi yang dipelajari. Setiap

anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap setiap

permasalahan yang akan dibahas dalam forum diskusi. Dengan demikian anggota

kelompok akan dapat memahami setiap permasalahan yang ada, sehingga saat

kuis individu siswa mampu mengerjakan dengan baik. Guru memantau dan

mengelilingi tiap kelompok untuk melihat adanya kemungkinan siswa yang

memerlukan bantuan. Metode ini pun dibantu oleh metode pelatihan, penugasan,

dan tanya jawab sesuai satuan pelajaran, sehingga ketuntasan materi akan

terwujud.

Penelitian tentang penerapan metode Cooperative Integrated Reading

and Composition (CIRC) untuk meningkatkan kemampuan apresiasi cerita

pendek belum pernah dilakukan di SD Negeri IV Pulutan Wetan. Penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Hal ini dipilih karena

kelas merupakan unit terkecil dalam sistem pembelajaran, sehingga guru perlu

mendalami dan berperilaku kritis terhadap apa yang sebenarnya dilakukan siswa

maupun guru. Dengan demikian, guru dapat mengubah sendiri strategi

pembelajaran untuk memecahkan permasalahan yang ada sekaligus mengubah

proses pembelajaran yang lebih efektif.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka peneliti memilih tema upaya

meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek menggunakan metode

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada siswa kelas V SD

Negeri IV Pulutan Wetan Wuryantoro Wonogiri berbentuk penelitian tindakan

kelas (PTK). Diharapkan dengan menerapkan metode ini dapat meningkatkan

pemahaman siswa dan mengurangi kebosanan siswa, sehingga dapat membangun

motivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Hal

Page 21: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

ini dikarenakan pembelajaran sastra adalah dunia yang mengandalkan

kemampuan intuitif, imajinatif, dan daya kreatif.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diungkapkan berdasarkan latar belakang

masalah yang ada sebagai berikut.

1. Apakah penerapan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran

apresiasi cerita pendek pada siswa kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan?

2. Apakah penerapan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek

pada siswa kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan:

1. kualitas proses pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas V SD

Negeri IV Pulutan Wetan; dan

2. kemampuan apresiasi cerita pendek pada siswa kelas V SD Negeri IV Pulutan

Wetan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat dalam kegiatan belajar mengajar Bidang Studi Bahasa Indonesia,

yaitu dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek, sehingga dapat

memperkaya dan melengkapi penelitian-penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya.

Page 22: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

2. Manfaat Praktis

a. Sekolah

1) Sebagai gambaran penerapan kegiatan pembelajaran tentang

problematika pembelajaran cerita pendek dan cara penyelesaiannya.

2) Digunakan sebagai alternatif model pembelajaran cerita pendek.

3) Memberikan pengalaman pada sekolah berkaitan dengan penelitian

tindakan kelas.

b. Guru

1) Memberikan solusi pada kesulitan pelaksanaan pembelajaran cerita

pendek.

2) Sebagai salah satu pilihan untuk menerapkan metode pembelajaran yang

tepat untuk meningkatkan proses pembelajaran cerita pendek.

c. Siswa

1) Sebagai sarana meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek.

2) Sebagai sarana untuk meningkatkan motivasi belajar terutama dalam

pembelajaran apresiasi cerita pendek.

d. Peneliti yang lain

Sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian lebih lanjut

mengenai suatu rancangan pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan

metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolah.

Page 23: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Cerita Pendek dalam Pembelajaran

Cerita pendek termasuk salah satu sastra jenis prosa fiksi. Cerita

pendek adalah salah satu jenis karya sastra yang cukup digemari oleh masyarakat.

Hal ini disebabkan apa yang diceritakan dalam cerita pendek merupakan hal yang

terjadi di lingkungan sekitar pembaca. Dalam lingkungan sekolah, sebagian besar

siswa menyukai cerita, termasuk cerita pendek.

Cerita pendek sebagai salah satu genre sastra fiksi sangat menarik

untuk dibaca dan dipelajari. Cerita pendek tergolong dalam cerita rekaan.

Nurgiyantoro (2005: 2) menyatakan bahwa cerita pendek dikatakan sebagai suatu

karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang

tidak terjadi sungguh-sungguh sehingga ia tak perlu dicari kebenarannya di dunia

nyata. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai cerita pendek.

a. Pengertian Cerita Pendek

Cerita pendek merupakan salah satu genre karya sastra yang menarik

untuk dibaca dan dipelajari. Kesederhanaan dan kebulatan ide yang dimiliki

cerita pendek membuat jenis prosa ini mudah untuk dipahami. Rosidi (dalam

Tarigan, 1993: 177) mengemukakan bahwa cerita pendek adalah cerita yang

pendek dan merupakan kebulatan ide. Semua bagian cerita harus terikat pada

kesatuan jiwa, pendek, padat, dan lengkap.

Sedgwick (dalam Tarigan, 1993: 176) mengatakan bahwa cerita

pendek adalah penyajian suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok keadaan

yang memberikan kesan tunggal pada jiwa pembaca. Kesan tunggal ini berarti

Page 24: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

bahwa cerita dalam cerita pendek hanya dipusatkan pada satu tokoh atau

sekelompok tokoh dalam situasi dan waktu tertentu. Cerita pendek juga tidak

boleh dipenuhi dengan hal-hal yang tidak perlu.

Salah satu hal yang membedakan antara cerita pendek dengan cerita

lain terdapat pada kuantitas cerita. Sejumlah ahli memberikan definisi cerita

pendek dengan membatasi kuantitas cerita. Berdasarkan segi kuantitas, cerita

pendek dapat dilihat dari segi jumlah kata dan jumlah halaman. Notosusanto

(dalam Tarigan, 1993: 176) mengungkapkan bahwa cerita pendek adalah cerita

yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi

rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri. Selain dari segi jumlah

kata maupun halaman, kuantitas cerita pendek dapat dilihat dari pembatasan plot

yang terdapat dalam cerita pendek. Arsyat, Ridwan, dan Mad’ei (1986: 4.13)

menyatakan bahwa cerita pendek itu bisa disebut cerita kalau pada cerita itu kita

temui adanya satu kesatuan. Artinya, cerita itu merupakan sesuatu yang utuh.

Jadi, pendeknya bukan karena dipenggal-penggal melainkan karena memang

pemenggalan plotnya terbatas.

Definisi cerita pendek juga dikemukakan oleh Hudson (dalam

Waluyo, 2006: 4-5) sebagai berikut.

a short story is a prose narrative “requiring form half to one or two hours in its perusal”. Putting the same idea in to different phraseology, we may say that a short story is a story that can be easily read at single sitting. Yet while the brevity thus specified is the most obvious characteristic of the kind of narrative in question, the evolution of the story in to a definite types has been accompanied by the development also of some failly well-marked characteristics of organism. A true short story is not merely a novel on a reduced scale, or a digest in thorty pages of matter which would have been quite as effectively, or even more effectively handled in three hundred.

Hudson ( dalam Waluyo, 2006: 5) juga menyatakan bahwa a short

story must contain one and only one informing idea, and that this idea must be

worked out to its logical conclusion with absolute singleness of aim and

directness of method.

Page 25: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Berdasarkan pendapat Hudson tersebut dapat diartikan bahwa cerita

pendek adalah sebuah prosa narasi yang dalam proses membacanya memerlukan

setengah jam sampai satu atau dua jam. Penempatan beberapa ide dalam setiap

tahap berbeda. Cerita pendek dapat dibaca dengan mudah dalam sekali duduk.

Kecepatan waktu pembacaannya merupakan kekhususan cerita pendek karena

itu merupakan sebagian besar karakteristik cerita pendek. Di sini Hudson

menekankan bahwa cerita pendek harus dapat dibaca dalam waktu singkat

dalam sekali duduk.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa cerita pendek adalah karya sastra hasil interpretasi pengarang yang

pendek, singkat, dan padu sehingga memberikan kesan tunggal bagi pembaca.

Cerita pendek menampilkan satu kebulatan ide. Cerita pendek merupakan cerita

yang habis dibaca dalam sekali duduk.

b. Ciri-ciri Cerita Pendek

Pengertian cerita pendek telah mengungkapkan secara implisit

maupun eksplisit bahwa cerita pendek mempunyai ciri-ciri tersendiri. Tarigan

memberikan penjelasan tentang ciri-ciri cerita pendek, yakni: (1) singkat, padu,

intensif (brevity, unity, intensity); (2) bahasanya tajam, sugestif, dan menarik

perhatian (incisive, suggestive, alert); (3) mengandung interpretasi pengarang

tentang konsepsinya mengenai kehidupan; (4) memiliki unsur utama berupa

adegan, tokoh, dan gerak (scene, character, and action); (5) menimbulkan satu

efek dalam pikiran pembaca; (6) mengandung insiden yang terpilih; memiliki

pelaku utama yang menonjol; (8) menyajikan kebulatan efek dan kesatuan

emosi; dan (9) jumlah kata dalam di bawah 10.000 kata (1993: 177-178).

Sifat umum cerita pendek ialah pemusatan perhatian pada satu tokoh saja yang ditempatkan pada suatu situasi sehari-hari, tetapi yang ternyata yang menentukan (perubahan dalam perspektif, kesadaran baru, keputusan yang menentukan). Tamatnya seringkali tiba-tiba dan bersifat terbuka (open ending). Dialog, impian, flash-back, dsb, sering digunakan

Page 26: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

(pengaruh dari film). Bahasanya sederhana tetapi sugestif (Hartoko dan Rahmanto, 1986: 132).

Pendapat Hartoko dan Rahmanto di atas menitikberatkan pada

pemusatan satu tokoh. Cerita pendek hanya memusatkan pada perubahan nasib

tokoh utama, sehingga biasanya alur yang digunakan hanya satu alur lurus.

Variasi yang terdapat dalam cerita pendek, seperti dialog, impian, dan flash-

back merupakan pengaruh dari film.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan

mengenai ciri-ciri cerita pendek antara lain: (1) singkat, padu, dan ringkas; (2)

memiliki unsur utama berupa adegan, tokoh, dan gerakan; (3) bahasanya tajam,

sugestif, dan menarik perhatian; (4) mengandung impresi pengarang tentang

konsepsi kehidupan; (5) menimbulkan efek tunggal pada pikiran pembaca; (6)

mengandung detil dan insiden yang betul-betul terpilih; (7) ada pelaku utama

yang benar-benar menonjol dalam cerita; dan (8) menyatakan kebulatan efek

dan kesatuan emosi.

c. Klasifikasi Cerita Pendek

Berdasarkan ciri-ciri cerita pendek yang sebagian besar mengacu

pada kuantitas maupun kualitas cerita, klasifikasi cerita pendek juga

dititikberatkan pada kedua hal tersebut. Tarigan (1993: 178) mengemukakan

bahwa klasifikasi cerita pendek dapat dilakukan dari berbagai sudut pandangan

yang umum, yakni berdasarkan jumlah kata dan berdasarkan nilai.

Berdasarkan jumlah kata yang terkandung oleh cerita pendek maka

dapat dibedakan dua jenis cerita pendek, yaitu cerpen yang pendek (short short

story) dan cerita pendek yang panjang (long short story). Cerpen yang pendek

Short short story adalah cerpen yang jumlah kata-katanya pada umumnya di

bawah 5000 kata maksimum 5000 kata, atau kira-kira 16 halaman kuarto spasi

rangkap, yang dapat dibaca dalam waktu kira-kira seperempat jam. Cerpen yang

panjang (long short story) adalah cerita pendek yang jumlah kata-katanya di

Page 27: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

antara 5000 sampai 10.000 kata, minimal 5000 kata dan maksimal 10.000 kata,

atau kira-kira 33 halaman kuarto spasi rangkap, yang dapat dibaca kira-kira

setengah jam.

Berdasarkan nilai yang terkandung oleh cerita pendek maka dapat

dibedakan dua jenis cerita pendek, yaitu cerita sastra dan cerita hiburan. Cerpen

sastra adalah cerpen didasarkan pada pertimbangan cerpen tersebut benar-benar

bernilai sastra yaitu memenuhi norma-norma yang dituntut oleh seni sastra.

Cerpen hiburan adalah cerpen yang dianggap tidak bernilai sastra, tetapi lebih

ditunjukkan untuk menghibur saja.

d. Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Unsur-unsur pembangun cerita pendek biasanya disebut dengan

unsur intrinsik cerita pendek. Unsur pembangun cerita pendek sama dengan

unsur pembangun prosa fiksi yang lain seperti unsur pembangun novelette,

novel, atau pun roman. Unsur-unsur pembangun cerita pendek terdiri dari

tema cerita, plot atau alur cerita, penokohan atau perwatakan, setting atau latar

cerita, point of view atau sudut pandang pengarang, gaya bahasa, dan amanat.

Berikut ini dikupas satu per satu mengenai unsur-unsur pembangun tersebut.

1) Tema cerita atau pokok pikiran

Setiap prosa fiksi mengandung pokok pikiran atau tema

termasuk cerita pendek. Tema cerita pendek biasanya dapat diketahui

oleh pembaca melalui judul atau petunjuk setelah judul, maupun melalui

proses membaca cerita pendek yang perlu dilakukan beberapa kali.

Penemuan tema biasanya belum cukup dilakukan dengan sekali baca.

Sayuti (1997: 120) menyatakan tema adalah makna yang dilepaskan oleh

suatu cerita atau makna yang ditemukan oleh dan dalam suatu cerita. Ia

merupakan implikasi yang penting bagi suatu cerita secara keseluruhan,

bukan sebagian dari suatu cerita yang dapat dipisahkan.

Tema cerita adalah perwujudan dari pokok cerita yang ingin

disampaikan pengarang. Tema merupakan dasar awal terbentuknya cerita.

Page 28: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Hal ini sesuai dengan pendapat Hartoko dan Rahmanto (1986: 142)

mengemukakan bahwa tema adalah gagasan dasar umum yang menopang

sebuah karya sastra dan terkandung dalam teks sebagai struktur semantik

yang menyangkut persamaan dan perbedaan. Pendapat tersebut didukung

oleh pendapar Sudjiman (1988: 50) menyatakan gagasan, ide, atau pilihan

utama yang mendasar suatu karya sastra disebut tema.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tema adalah suatu

pokok cerita yang mendasari terbentuknya sebuah karya sastra yang dapat

disebut sebagai makna yang terkandung dalam cerita. Tema terkadang

disampaikan secara jelas (eksplisit) namun tidak jarang disampaikan

secara implisit. Dengan demikian, dalam menentukan tema sebuah cerita

rekaan haruslah dipahami dari keseluruhan unsur cerita itu.

Tema yang terdapat dalam setiap cerita tidaklah sama

tergantung dari pengarang untuk mengangkat tema apa dalam tulisannya.

Tema-tema yang diangkat oleh pengarang dapat digolongkan menjadi

beberapa golongan. Nurgiyantoro (2005: 77-84) menggolongkan tema

berdasarkan pada tiga sudut pandang, yaitu penggolongan dikhotomis

yang bersifat tradisional dan nontradisional, penggolongan dilihat dari

tingkatan pengalaman jiwa menurut Shipley, dan penggolangan dari

tingkat keutamaannya.

a) Tema tradisonal dan nontradisional

Tema tradisional merupakan tema yang menunjuk pada hal-

hal yang “itu-itu” saja dalam arti ia telah lama dipergunakan dalam

berbagai cerita, termasuk cerita lama. Tema ini merupakan tema yang

banyak digemari orang dengan sosial apapun, dimanapun, dan

kapanpun. Tema jenis tersebut bersifat universal.

Tema nontradisional adalah tema yang mengangkat sesuatu

yang tidak lazim. Tema jenis ini mungkin tidak sesuai dengan harapan

Page 29: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

pembaca, bersifat melawan arus, mengejutkan, bahkan boleh jadi

mengesalkan, mengecewakan, atau berbagai reaksi afektif yang lain.

b) Tingkatan tema menurut Shipley

Shipley (dalam Nurgiyantoro, 2005: 80) membedakan tema

karya sastra menjadi tingkatan-tingkatan. Semuanya ada lima

tingkatan yang berdasarkan pada tingkatan jiwa, yang disusun dari

tingkatan paling sederhana, tingkat tumbuhan dan makhluk hidup ke

tingkatan yang paling tinggi yang hanya dapat dicapai manusia.

Kelima tingkatan tema yang dimaksud, yakni: (1) tema

physical (jasmaniah), merupakan tema yang cenderung berkaitan

dengan keadaan jasmani seorang manusia; (2) tema organic,

diterjemahkan sebagai tema moral karena kelompok ini mencakup

hal-hal yang berhubungan dengan moral manusia; (3) tema sosial,

tema yang meliputi hal-hal yang berada di luar pribadi; (4) tema egoik

atau reaksi individual, berkaitan dengan proses pribadi kepada

ketidakadilan, kekuasaan yang berlebihan, dan pertentangan individu;

dan (5) tema divine (Ketuhanan), menyangkut renungan yang bersifat

religius berhubungan manusia dengan Sang Khalik.

c) Tema utama dan tema tambahan

Makna utama cerita disebut juga makna mayor artinya

makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum

karya itu. Makna utama tersirat pada sebagian besar cerita. Sedangkan

makna tambahan disebut juga makna minor, yaitu makna yang hanya

terdapat pada bagian-bagian tertentu saja.

Menurut Waluyo (2006: 10) terdapat cara penafsiran tema prosa

fiksi termasuk cerita pendek, yaitu dengan kisi-kisi: (1) jangan sampai

bertentangan dengan setiap rincian cerita; (2) harus dapat dibuktikan secara

langsung dalam teks prosa fiksi itu; (3) penafsiran tema tidak hanya

Page 30: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

berdasarkan pada perkiraan; dan (4) tema cerita berkaitan dengan rincian

yang ditonjolkan (mungkin malahan disebutkan sebagai bagian dari judul).

2) Plot atau alur cerita

Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit

orang yang menganggapnya sebagai unsur yang terpenting di antara

berbagai unsur fiksi yang lain. Alur atau plot sering juga disebut dengan

kerangka cerita. Waluyo (2006: 11) mengemukakan bahwa alur atau plot

sering juga disebut kerangka cerita, yaitu jalinan cerita yang disusun dalam

urutan waktu yang menunjukkan hubungan sebab dan akibat dan memiliki

kemungkinan agar pembaca menebak-nebak peristiwa yang akan datang.

Sebutan alur cerita sebagai kerangka cerita memang beralasan karena

secara sederhana alur cerita berarti rangkaian peristiwa dalam cerita.

Semi (1993: 43) dalam bukunya mengungkapkan alur sebagai

berikut.

Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah intralasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan isi. Dengan demikian, alur itu merupakan perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita.

Pendapat Semi di atas memberikan pengertian bahwa alur

sebenarnya bukan hanya rangkaian peristiwa namun merupakan hasil

perpaduan antara unsur-unsur cerita. Dengan demikian, alur sebenarnya

tidak hanya menyebutkan nama peristiwa tetapi juga menyebutkan hal-hal

yang mendukung peristiwa itu terjadi. Sayuti (1997: 19) menyatakan plot

atau alur fiksi hendaknya diartikan tidak hanya sebagai peristiwa-peristiwa

yang diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu,

tetapi lebih merupakan penyusunan yang dilakukan oleh penulisnya tentang

peristiwa-peristiwa tersebut berdasarkan hubungan-hubungan kausalitas.

Page 31: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

alur atau plot adalah kerangka utama cerita yang terdiri dari rangkaian

peristiwa dalam cerita. Alur merupakan hubungan sebab akibat dan

menjelaskan mengapa sesuatu terjadi.

Berdasar pada pengertian plot yang telah disebutkan dapat

dipahami bahwa betapa pentingnya plot dalam sebuah cerita. Menarik

tidaknya sebuah cerita ditentukan dengan kelihaian pengarang dalam

merangkai peristiwa menjadi sebuah plot. Plot suatu cerita merupakan

unsur cerita yang kompleks. Untuk memenuhi kekomplekan tersebut,

dalam menyusun plot seorang pengarang seharusnya memerhatikan kaidah-

kaidah pemplotan. Kenney (dalam Nurgiyantoro, 2005: 130) menyatakan

bahwa terdapat kaidah-kaidah pemplotan yang meliputi plausibilitas

(plausibility), adanya unsur kejutan (surprise), rasa ingin tahu (suspense),

dan kepaduan (unity).

Plausibilitas disebut juga kebolehjadian. Artinya bahwa

rangkaian cerita itu bukanlah khayalan semata, namun mungkin terjadi di

dunia nyata ini. Meskipun fiksi atau khayalan, namun rangkaian cerita itu

seperti betul-betul hidup dan hadir di hadapan pembaca.

Kejutan (surprise) artinya bahwa pembaca tidak bisa mengira-

irakan bagaimana rangkaian cerita itu terjadi. Para pembaca harus

mendapat kejutan dari cerita yang dibacanya, sehingga mereka akan

senantiasa ingin mengikuti bagaimana jalannya cerita berikutnya.

Cerita yang baik pasti memiliki kadar suspense yang tinggi dan

terjaga. Lebih tepatnya mampu membangkitkan rasa ingin tahu pembaca.

Jika rasa ingin tahu pembaca mampu dibangkitkan dan terus terjaga dalam

sebuah cerita, dan hal itu berarti cerita tersebut menarik perhatiannya, ia

pasti terdorong kemauannya untuk membaca terus cerita yang dihadapinya

sampai selesai.

Page 32: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Kepaduan menyaran pada pengertian bahwa berbagai unsur yang

ditampilkan, khususnya peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan

yang mengandung konflik, atau seluruh pengalaman hidup yang hendak

dikomunikasikan, memiliki keterkaitan data dengan yang lain. Scholes

(dalam Waluyo, 2006: 12) mengemukakan unsur-unsur cerita dinyatakan

sebagai unsur dinamik. Rangkaian kejadian yang menyusun plot meliputi:

(1) eksposisi; (2) inciting moment; (3) rising action; (4) complication; (5)

climax; (6) falling action; dan (7) denouement. Sementara itu, Kenney

(dalam Waluyo, 2006:12) menyebutkan tiga tahap plot, yaitu: (1) beginning

atau exposition; (2) the middle atau konflik, komplikasi, dan klimaks; dan

(3) the end atau denouemen.

Eksposisi artinya paparan awal cerita. Pengarang

memperkenalkan awal cerita, wataknya, tempat kejadiannya, dan hal-hal

yang melatarbelakangi tokoh itu, sehingga akan mempermudah pembaca

mengetahui jalinan cerita sesudahnya. Inciting moment artinya mulainya

problem cerita itu muncul. Tahap ini disebut juga “the element of

instability” yang menyebabkan adanya konflik dan menyebabkan konflik

itu meningkat terus sampai ke klimaks cerita.

Rising action artinya konflik terus meningkat. Complication

menunjukkan konflik yang semakin ruwet. Climax atau puncak cerita, atau

puncak penggawatan. Climax adalah puncak dari kejadian-kejadian dan

merupakan jawaban dari semua problem atau konflik yang tidak mungkin

dapat meningkat atau dapat lebih ruwet lagi. Falling action atau

denouenment adalah akhir dari sebuah cerita.

Nurgiyantoro (2005: 153-163) membedakan plot menjadi

beberapa bagian, yaitu: (1) perbedaan plot berdasarkan kriteria urutan

waktu, terdiri dari plot lurus dan plot sorot balik; (2) perbedaan plot

berdasarkan jumlah, terdiri dari plot tunggal dan sub-sub plot; (3)

pembedaan plot berdasarkan kriteria kepadatan, terdiri dari plot padat dan

Page 33: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

plot longgar; dan (4) pembedaan plot berdasarkan kriteria isi, terdiri dari

plot peruntungan, plot tokohan, dan plot pemikiran.

3) Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan hal yang penting dalam cerita.

Sistem tokoh dan penokohan biasanya menjadi daya tarik sebuah cerita.

Tokoh dan penokohan merupakan dua unsur cerita yang berbeda. Tokoh

cerita disebut juga dengan pelaku cerita. Penokohan sering disebut dengan

perwatakan. Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan

sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk

pada kualitas pribadi tokoh (Nurgiyantoro, 2005: 165). Suroto (1990: 92)

menyatakan bahwa penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan

tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut.

Sujiman (1988: 16) menyatakan yang dimaksud tokoh ialah

individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai

peristiwa dalam cerita. Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku

cerita (Nurgiyantoro, 2005: 165). Dari uraian di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa tokoh adalah pelaku atau orang yang ada dalam sebuah

cerita. Penokohan adalah cara seorang pengarang untuk menampilkan

tokoh-tokoh dalam karangannya.

Dalam sebuah cerita biasanya terdiri dari beberapa tokoh yang

berbeda. Sudjiman (1988: 17-21) membagi tokoh menjadi empat jenis,

yakni tokoh sentral, tokoh bawahan, tokoh datar, dan tokoh bulat. Tokoh

sentral adalah tokoh yang memegang peran pimpinan atau disebut juga

protagonis. Tokoh bawahan adalah tokoh yang membantu tokoh sentral

(tokoh protagonis). Tokoh datar adalah tokoh yang dilihat dari satu

wataknya saja. Tokoh bulat adalah tokoh itu dilihat dari berbagai sisi

sehingga tidak menimbulkan kesan “hitam-putih”.

Penggambaran watak dalam tokoh cerita berbeda-beda sesuai

dengan keinginan pengarang. Suroto (1990: 93) dalam bukunya

Page 34: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

menyatakan penggambaran watak pada tokoh dalam cerita dikenal dengan

tiga macam cara, yaitu: (1) Secara analitik, pengarang menjelaskan atau

menceritakan secara rinci watak tokoh-tokohnya; (2) Secara dramatik,

pengarang tidak secara langsung menggambarkan tokoh-tokohnya tetapi

melalui lingkungan tokoh, menampilkan dialog tokoh, dan reaksi tokoh lain

terhadap seorang tokoh; dan (3) Gabungan cara analitik dan dramatik,

antara penjelasan dan drama saling menjelaskan.

4) Setting atau latar

Sebagian orang mengartikan latar cerita sebagai tempat kejadian

cerita. Waluyo (2006: 28) mengungkapkan setting adalah tempat kejadian

cerita. Tempat kejadian cerita dapat berkaitan dengan aspek fisik, aspek

sosiologis, dan aspek psikis. Akan tetapi, sebenarnya setting merupakan

gabungan antara tempat dan waktu kejadian. Sayuti (1996: 76) menyatakan

bahwa elemen fiksi yang menunjukkan kepada kita dii mana dan kapan

kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung disebut setting ‘latar’. Semi

(1993:46) mendefinisikan latar cerita atau landas tumpu (setting) adalah

lingkungan tempat peristiwa terjadi.

Hartoko dan Rahmanto (1986: 78) mengemukakan bahwa istilah

latar sama dengan setting. Penempatan dalam ruang dan waktu seperti yang

terjadi dengan karya naratif atau dramatis. Penting untuk menciptakan

suasana dalam karya atau adegan serta untuk menyusun pertentangan

tematis.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latar adalah suatu

unsur cerita yang menyatakan tempat dan waktu terjadinya peristiwa dalam

cerita itu dan mampu menumbuhkan suasana cerita. Jadi, latar tidak hanya

menyaran pada tempat tetapi mencakup tempat, waktu, dan suasana cerita.

Dalam sebuah cerita setiap unsur memiliki peranannya masing-

masing begitu pula dengan setting/latar cerita. Waluyo (2006: 28)

menyatakan fungsi setting untuk: (1) mempertegas watak pelaku; (2)

Page 35: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

memberikan tekanan pada tema cerita; (3) memperjelas tema yang

disampaikan; (4) metafora bagi situasi psikis pelaku; (5) sebagai pemberi

atmosfer (kesan); dan (6) memperkuat posisi plot. Nurgiyantoro (2205:

227) menyatakan bahwa unsur latar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu

tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur tersebut saling berkaitan satu sama

lain.

Pertama, latar tempat menunjuk pada tempat atau lokasi

terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah fiksi. Penggunaan latar

tempat dengan nama-nama tertentu harus mencerminkan sifat dan keadaan

geografis tempat yang bersangkutan. Kedua, latar waktu berhubungan

masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam

sebuah karya fiksi. Latar waktu dapat menjadi dominan dan fungsional jika

digarap dengan teliti, terutama jika berhubungan dengan peristiwa sejarah.

Ketiga, latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan

dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup

masalah kehidupan yang cukup kompleks.

5) Point of View atau sudut pandang pengarang

Sudut pandang secara sederhana sering diartikan sebagai peran

pengarang dalam cerita. Sayuti (1996: 100) menyatakan bahwa sudut

pandang pada dasarnya adalah visi pengarang, dalam arti bahwa ia

merupakan sudut pandangan yang diambil oleh pengarang untuk melihat

peristiwa dan kejadian dalam cerita. Sudut pandang pada hakikatnya

merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang

mengemukakan gagasan dan ceritanya. Waluyo (2006:30) menyatakan

point of view merupakan sudut pandang pengarang, teknik yang digunakan

pengarang untuk berperan dalam cerita itu. Apakah ia sebagai orang

pertama (juru cerita) atau sebagai orang ketiga (menyebut pelaku sebagai

dia). Yang pertama dinyatakan sebagai gaya akuan dan yang kedua sebagai

gaya diaan. Sementara itu, Semi (1993:56) menyebut point of view atau

Page 36: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

sudut pandang dengan pusat pengisahan, yakni posisi dan penempatan diri

pengarang dalam ceritanya, atau darimana ia melihat peristiwa-peristiwa

yang terdapat dalam ceritanya itu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa point of view adalah

teknik yang digunakan oleh pengarang untuk berperan dalam cerita. Teknik

ini terdiri dari teknik akuan atau diaan. Teknik akuan merupakan orang

pertama pelaku utama, sedangkan teknik diaan merupakan orang ketiga

pelaku utama.

6) Dialog atau percakapan

Dialog merupakan unsur yang dapat memperjelas kejadian dalam

cerita. Dialog dapat mengantarkan kepada pembaca bagaimana suasana

cerita sebenarnya. Suroto (1990: 94) mengungkapkan dialog atau

percakapan adalah ujaran-ujaran yang dilakukan oleh para tokoh dalam

suatu cerita. Dialog dapat menunjang penggambaran latar, plot,

perwatakan, dan pesan. Semua cerita fiksi termasuk cerita pendek

menggunakan dialog untuk memperkuat watak tokoh-tokoh.

Nurgiyantoro (2005: 311) menyatakan dua jenis fungsi dialog,

yaitu: (1) memperkonkret watak dan karakter pelaku; dan (2)

memperhidupkan pelaku. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan dialog

adalah ujaran yang digunakan pengarang untuk mendukung

memperkonkret tokoh, plot, latar, perwatakan, dan pesan suatu cerita.

7) Gaya bercerita

Setiap pengarang mempunyai sifat dan selera masing-masing.

Keadaan inilah yang membuat setiap pengarang mempunyai gaya bercerita

yang berbeda dalam setiap karangan. Nurgiyantoro (2005: 277)

mengemukakan bahwa pada hakikatnya gaya merupakan teknik pemilihan

ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang

diungkapkan. Sayuti (1986: 110) mengungkapkan bahwa gaya merupakan

cara khas pengungkapan seorang pengarang. Gaya ditandai oleh diksi,

Page 37: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

struktur kalimat, bentuk-bentuk bahasa figuratif, penggunaan kohesi, dan

sebagainya.

Dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah suatu cara

pengungkapan bahasa yang digunakan pengarang untuk mewakili sesuatu

yang dirasakan. Gaya bahasa biasanya sesuai dengan tipikal karangan

seseorang, sehingga antara satu cerita dengan cerita yang lain memiliki

gaya bahasa masing-masing.

8) Amanat

Cerita dikatakan bermutu atau tidak bisa dilihat dari amanat yang

ingin disampaikan dalam cerita itu. Semakin baik (berkualitas) dan semakin

banyak amanat yang disampaikan maka semakin tinggi nilai cerita tersebut.

Amanat dalam bahasa Inggris “message” sama dengan pesan. Pesan yang

ingin disampaikan pengarang lewat karyanya (cerpen atau novel) kepada

pembaca atau pendengar (Haryoko dan Rahmanto, 1986: 10).

Suroto (1990:89) mengungkapkan bahwa amanat adalah

pandangan pengarang tentang bagaimana sikap kita kalau kita mengghadapi

suatu persoalan yang disampaikan dalam suatu cerita. Dapat disimpulkan

bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang lewat

karyanya agar pembaca mampu mengambil hikmahnya.

e. Cerita pendek dalam Pembelajaran

Sastra berfungsi menghibur dan sekaligus juga mendidik, sehingga

unsur-unsur paling sedikit ada dua nilai yang diperoleh dari sastra, yaitu

memahami kebutuhan akan kepuasan pribadi dan pengembangan kemampuan

berbahasa yang disebut sebagai nilai pendidikan pada karya sastra (Rofi’uddin

dan Zuhdi, 2001: 62). Hasil penelitian di Selandia Baru menunjukkan bahwa

cerita yang berikan ibu-ibu pada anak-anak mereka memberikan kontribusi

yang berarti dalam keberhasilan pendidikan (Musfiroh, 2008: 82).

Page 38: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Dalam kurikulum 2006 terdapat dua tujuan yang berkenaan dengan

karya sastra, yakni: (1) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk

memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa; (2) menghargai dan membanggakan

sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Menilik fungsi cerita pendek sebagai sarana pendidikan dan tujuan

kurikulum sekarang, maka dapat disimpulkan bahwa secara langsung maupun

tidak cerita pendek dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Cerita

pendek dapat digunakan untuk menyampaikan amanat tentang norma-norma

kehidupan. Selain itu, cerita pendek juga dapat dijadikan sarana untuk

meningkatkan kemampuan kebahasaan siswa. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Rofi’uddin dan Zuhdi (2001: 62) banyak sekali hasil pendidikan

yang menunjukkan keefektifan karya sastra dalam mengembangkan

kemahiran berbahasa.

Melalui penggunaan media cerita pendek, siswa dapat mengambil

amanat yang terkandung serta memahami cerita pendek. Cerita pendek dapat

merangsang siswa untuk rajin membaca dan meningkatkan kemampuan

memahami bacaan. Selain itu melalui pengembangan media cerita pendek

juga mampu meningkatkan kemampuan menulis anak dengan

mengungkapkan kembali isi cerita pendek. Selain itu, juga dapat

meningkatkan partisipasi belajar siswa mengingat berbagai variasi cerita yang

ada dalam berbagai cerita pendek yang bisa disampaikan dalam pembelajaran.

2. Hakikat Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek

Pembelajaran apresiasi sastra dalam hal ini termasuk apresiasi

cerita pendek telah diterapkan pada kurikulum pendidikan mulai dari tingkat

sekolah dasar sampai sekolah menengah atas bahkan perguruan tinggi. Apresiasi

merupakan kegiatan terlengkap dalam pembelajaran sastra di sekolah. Untuk

memahami lebih lanjut mengenai pembelajaran apresiasi cerita pendek, berikut

uraiannya.

Page 39: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

a. Pengertian Apresiasi Cerita Pendek

Dalam dunia karya sastra kata apresiasi tidaklah asing. Kata

apresiasi dalam bahasa Indonesia berpedoman dengan kata Inggris

appreciation yang dalam kamus Inggris diberi makna ‘penghargaan’ (Arsyad,

Ridwan, dan Mad’ie, 1986: 4.2). Hartoko (1986: 17) menyebut bahwa

apresiasi sebagai penghargaan. Apresiasi sastra adalah penghargaan karya

sastra. Dalam karya sastra, seseorang langsung “menukiki” karya sastra,

berusaha menerima karya sastra sebagai seni yang mengandung nilai-nilai

sastra sebagai sesuatu yang benar. Untuk mengerti karya sastra, diperlukan

analisis terhadap bagian-bagian struktur.

Apresiasi sastra merupakan rangkaian kegiatan seseorang saat

melakukan kontak dengan suatu karya sastra. Kegiatan apresiasi terdiri dari

kegiatan menikmati karya sastra mulai dari pemahaman, merespon karya

tersebut, hingga memberikan penilaian. Arsyad, Ridwan, dan Mad’ie (1986:

4.2) menyatakan apresiasi terhadap sebuah karya sastra tidak terbatas pada

pemberian penghargaan terhadap mutu atau nilai karya sastra itu saja tetapi

mencakup juga pada kegiatan menikmati keindahan karya sastra itu serta

mengerti dan memberi keterangan mengapa karya sastra itu indah.

Sayuti (1996: 2) menjelaskan bahwa apresiasi sastra adalah upaya

memahami karya sastra, yaitu upaya bagaimanakah caranya untuk dapat

mengerti sebuah karya sastra yang kita baca, baik fiksi maupun puisi,

mengerti maknanya, baik yang intensional maupun yang aktual, dan mengerti

seluk-beluk strukturnya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat

disimpulkan bahwa apresiasi cerita pendek adalah upaya memahami, menilai,

dan menceritakan kembali isi cerita pendek. Semakin baik kemampuan

seorang pembaca untuk memahami cerita pendek, tentulah pembaca akan

mampu memperoleh manfaat cerita pendek.

Page 40: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

b. Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek

Pembelajaran apresiasi cerita pendek di sekolah dasar merupakan

pembelajaran apresiasi prosa dasar. Di sekolah dasar inilah landasan apresiasi

sastra ditanamkan pada peserta didik yang nantinya akan menjadi titik tolak

pembelajaran apresiasi sastra di jenjang pendidikan berikutnya. Oleh karena

itu, pembelajaran apresiasi prosa terutama cerita pendek haruslah menarik

perhatian siswa dan efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam kurikulum sekolah dinyatakan bahwa pembelajaran sastra ditunjukkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra. Sejalan dengan hal itu maka dalam konteks kegiatan belajar mengajar sastra tugas utama guru adalah membuahkan pengalaman belajar untuk menjadikan murid memahami, menikmati, menghayati, dan memiliki sikap positif terhadap karya sastra (Baruadi, 2005: 270-271).

Dengan demikian mengajar adalah seni dalam arti bahwa kegiatan

guru tidak didominasi oleh aturan-aturan atau hal-hal rutin, tetapi dipengaruhi

oleh kualitas dan kemungkinan-kemungkinan yang tidak bisa diperkirakan

sebelumnya. Guru hendaknya berfungsi dalam pembaharuan untuk mengatasi

kemungkinan-kemungkinan tersebut. Untuk mengatakan bahwa aturan adalah

hal-hal rutin tidak mendominasi kegiatan guru, tentu saja tidak dengan

mengatakan bahwa mereka tidak berpartisipasi dalam pembelajaran.

Dalam mewujudkan pembelajaran apresiasi cerita pendek yang

menarik dan efektif, guru perlu mempertimbangkan cerita pendek yang akan

diajarkan sebagai bahan pembelajaran. Selain itu guru juga harus menentukan

teknik pembelajaran yang akan diterapkan, serta membuat rencana

pembelajaran yang akan dilakukan. Untuk lebih rincinya, berikut akan

dijelaskan mengenai hal-hal yang harus disiapkan dalam pembelajaran

apresiasi cerita pendek.

1) Kriteria pemilihan cerita pendek sebagai bahan ajar

Supriyadi (1992: 351-358) menjelaskan kriteria bahan ajar

Page 41: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

apresiasi cerita pendek ada dua, yakni kriteria tingkat keterbacaan dan

kriteria kesesuaian. Berikut uraian mengenai kedua kriteria tersebut.

a) Tingkat keterbacaan

Tingkat keterbacaan adalah mudah tidaknya suatu bahan

bacaan (cerita pendek) untuk dicerna, dihayati, dipahami, dan dinikmati

oleh siswa. Ada beberapa syarat prosa yang memiliki tingkat keterbacaan

yang baik, yakni: (1) kejelasan bahasa, (2) kejelasan tema, (3)

kesederhanaan plot, (4) kejelasan watak, (5) kesederhanaan latar, dan (6)

kejelasan pusat pengisahan.

b) Tingkat kesesuaian

Tingkat kesesuaian adalah cocok tidaknya materi apresiasi

cerita pendek sebagai materi pembelajaran di sekolah dasar. Meteri ini

disesuaikan dengan perkembangan psikologi siswa dan kandungan moral

cerita. Psikologi siswa pada umumnya berbanding lurus dengan usianya.

Anak usia 6-9 tahun, mereka lebih menyukai cerita yang

sederhana dari perikehidupan sehari-hari sampai dengan dongeng-dongeng

hewan. Mereka juga menyukai cerita-cerita lucu. Anak usia 9-12 tahun,

perhatian mereka lebih tertarik pada ceria-cerita yang menggambarkan

pahit-manisnya hidup kekeluargaan yang dilukiskan dengan cara yang

lebih realistis. Di samping itu mereka juga menyukai cerita–cerita fantastis

dan cerita kepetualangan.

Selain kedua hal di atas, Rahmanto (1988: 27-33) mengemukakan

agar dapat memilih bahan pengajaran yang tepat, beberapa aspek perlu

dipertimbangkan, yaitu dari sudut bahasa, aspek kematangan jiwa

(psikologi), dan latar belakang kebudayaan para siswa. Lebih jelasnya akan

diuraikan sebagai berikut.

a) Bahasa

Agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru kiranya perlu

Page 42: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

mengembangkan keterampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran

sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa

siswanya. Dalam pembelajaran sastra guru hendaknya

mempertimbangkan jumlah kosakata, tata bahasa, situasi, pengertian isi

wacana, cara menuangkan ide-idenya, dan hubungan antarkalimat. Hal ini

membuat siswa mampu memahami karya sastra dengan mudah.

b) Psikologi

Dalam pemilihan cerita pendek yang akan disajikan dalam

pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan tingkat perkembangan

psikologi siswa. Hal ini diharapkan agar guru tidak salah pilih cerita

pendek yang disajikan, sehingga siswa lebih tertarik untuk

mempelajarinya. Psikologi siswa pada sekolah dasar dibagi menjadi dua

tahap, yakni tahap menghayal (8-9 tahun) dan masa romantik (10-12

tahun).

Tahap penghayal (8-9 tahun) adalah imajinasi anak yang belum

banyak diisi dengan hal-hal nyata tetapi masih penuh dengan berbagai

macam fantasi kekanakan. Masa romantik (10-12 tahun) adalah masa

anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke realitas. Meski

tahapan dunia ini masih sangat sederhana, tapi pada tahap ini anak telah

menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangan, dan bahkan

kejahatan.

c) Latar belakang budaya

Karya sastra yang diambil dalam pembelajaran hendaknya erat

hubungannya dengan kehidupan siswa untuk menarik minat siswa karena

siswa tidak perlu berimajinasi terlalu jauh dari jangkauannya.

2) Teknik-teknik pengajaran apresiasi cerita pendek

Teknik-teknik pengajaran apresiasi prosa dalam hal ini termasuk

cerita pendek menurut Supriyadi (1992: 362-368) terbagi menjadi lima,

yakni: (1) Mendengarkan cerita, teknik ini dapat dilakukan dengan cara

Page 43: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

mendengarkan cerita dari kaset dan mendengarkan cerita yang dibacakan

guru; (2) murid membaca cerita; (3) mengikhtisarkan cerita; (4) murid

bertukar pengalaman; dan (5) murid mengalisis cerita.

3) Rancangan pembelajaran apresiasi cerita pendek

Tahap-tahap rancangan pembelajaran apresiasi prosa dalam hal

ini cerita pendek oleh Supriyadi dibagi menjadi lima, yakni: (1) memilih dan

mempelajari cerita pendek yang akan diajarkan, (2) menentukan kegiatan

kegitan yang akan dilakukan, (3) memberikan pengantar pelajaran,

(4) menyajikan bahan pengajaran, dan (5) memperdalam pengalaman.

Sementara itu, Rahmanto (1988: 43) memberikan pendapat

mengenai tata cara penyajian yang perlu dipertimbangkan oleh setiap guru

dalam memberikan pengajaran sastra termasuk apresiasi cerita pendek,

antara lain: (1) pelacakan pendahuluan, (2) penentuan sikap praktis, (3)

introduksi, (4) penyajian, (5) diskusi, dan (6) pengukuhan (tes).

Selain strategi pembelajaran di atas, Nurgiyantoro (2001:323)

mengungkapkan bahwa pemilihan bahan yang akan diujikan dalam kegiatan

yang harus dikerjakan oleh siswa tentu saja hendaknya disesuaikan dengan

tingkat perkembangan dan kejiwaan kognitif siswa. Puisi, fiksi, atau drama

yang yang diteskan untuk anak SD harus yang berada pada jangkauan

kognitif mereka. Untuk anak SD, membaca sastra masih ada kaitannya

secara integral dengan pengajaran bahasa Indonesia. Anak SD belum perlu

ditugasi untuk menganalisis bacaan sastra seperti menentukan tema atau

analisis bentuk.

c. Manfaat Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek

Setiap aktivitas pembelajaran yang diterapkan dalam sebuah

kurikulum pasti memiliki manfaat yang positif yang dapat diperoleh para

pembelajarnya, begitu juga dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek.

Rahmanto (1988: 16-25) menjelaskan pembelajaran sastra termasuk

pembelajaran apresiasi cerita pendek dapat memberikan empat manfaat, yakni:

Page 44: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

(1) membantu keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan kemampuan budaya;

(3) mengembangkan cipta dan rasa; dan (4) menunjang pembentukan watak.

Keterampilan berbahasa siswa dapat dilihat kemampuan mereka

dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Mengikutsertakan

pembelajaran apresiasi cerita pendek dalam kurikulum berarti melatih siswa

dalam keterampilan membaca, menyimak, wicara, dan menulis yang masing-

masing erat hubungannya. Dalam pengajaran sastra, siswa dapat melatih

keterampilan menyimak dengan mendengarkan cerita pendek yang dibacakan

guru, teman, maupun melalui pita suara. Siswa dapat melatih keterampilan

wicara dengan aktvitas menceritakan kembali di depan kelas isi cerita pendek.

Siswa dapat melatih keterampilan membaca dengan membacakan prosa cerita.

Karena pembelajaran apresiasi cerita pendek menarik, siswa dapat

mendiskusikannya dan kemudian menuliskan hasil diskusinya sebagai latihan

keterampilan menulis.

Karya sastra merupakan wujud dari kebudayaan masyarakat. Dengan

demikian, karya sastra yang merupakan implementasi dari sebuah budaya

pastilah mempuyai nilai-nilai kebudayaan yang ingin disampaikan. Setiap karya

sastra termasuk cerita pendek selalu menghadirkan ‘sesuatu’ dan kerap

menyajikan banyak hal apabila dihayati benar-benar akan semakin menambah

pengetahuan orang yang menghayatinya. Pengajaran sastra, jika dilakukan

dengan bijaksana, dapat mengantar para siswa berkenalan pribadi-pribadi dan

pemikir-pemikir besar di dunia serta pemikiran-pemikiran utama dari zaman ke

zaman.

Dalam pengajaran sastra terdapat beberapa kecakapan yang

dikembangkan yaitu kecakapan yang bersifat indra, penalaran, afektif, sosial,

dan religius. Selanjutnya berikut sedikit penjelasan mengenai kelima kecakapan

ini.

Page 45: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

1. Indra

Pengajaran sastra dapat digunakan untk memperluas pengungkapan

apa yang diterima oleh panca indra seperti, indra penglihatan, indra

pengecapan, indra pendengaran, dan indra peraba. Hal ini dikarenakan

adanya tafsiran serta ungkapan makna kata-kata yang diungkapkan oleh

pengarang.

2. Penalaran

Pembelajaran sastra jika diarahkan dengan tepat akan sangat

membantu siswa melatih pemecahkan masalah-masalah berpikir logis seperti

dugaan, kebisaan, tradisi, dorongan dan sebagainya.

3. Perasaan

Sastra dengan jelas dapat menghadirkan berbagai problem situasi

yang merangsang tanggapan perasaan atau tanggapan emosional. Situasi dan

problem itu oleh sastrawan diungkapkan denga cara-cara memungkinkan kita

tergerak untuk menjelajahi dan mengembangkan perasaan kita sesuai dengan

kodrat kemanusiaan kita.

4. Kesadaran sosial

Seorang pengarang biasanya mampu mengatarkan imajinasi

pembaca untuk menerobos suatu masalah sosial kemudian memahami

intinya.

5. Rasa religius

Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai religius yang bisa dipelajari.

Hal ini dapat mengantarkan pembaca untuk menerima apa yang mereka

yakini.

Rahmanto di atas telah menyatakan bahwa pembelajaran sastra dapat

menunjang pembentukan watak. Pembelajaran sastra diharapkan dapat membina

perasaan yang lebih tajam dan mampu memberikan bantuan dalam

Page 46: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa yang antara lain meliputi:

ketekunan, kepandaian, pengimajian, dan penciptaan.

Selain manfaat pembelajaran sastra yang diungkapkan di atas, upaya

mengajarkan sastra ke arah apresiasi sastra sebagai tuntunan akhir menurut

Baruadi (2005 : 272) terdapat tiga fungsi pembelajaran. Tiga fungsi tersebut

adalah fungsi idiologis, fungsi kultural, dan fungsi praktis. Ketiga fungsi

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Fungsi idiologis merupakan perwujudan dari tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dapat dilakukan melalui pemilihan bahan ajar sastra, sehingga siswa akan mampu meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, budi pekerti, kepribadian, dan semangat kebangsaan. Fungsi kultural berkaitan dengan usaha untuk meneruskan budaya yang berdasarkan wawasan nusantara dapat dilaksanakan melalui pengajaran apresiasi sastra. Melalui pemilihan materi ajar siswa diperkenalkan dengan karya sastra yang padat dengan ide-ide budaya nasional dan daerah. Fungsi praktis, berdasarkan fungsi ini siswa dibekali dengan bahan-bahan yang mungkin berguna baginya di dalam masyarakat. Oleh karena itu, pemilihan bahan ajar sastra hendaklah disesuaikan dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama yang berhubungan langsung dengan kebutuhan masyarakat.

Beberapa pendapat di atas jika disimpulkan akan kita pahami bahwa pada dasarnya pembelajaran sastra memiliki peranan penting dalam pembentukan watak dan kepribadian kita. Hal ini tampak dari manfaat maupun fungsi pembelajaran sastra mencakup berbagai sendi kehidupan mulai dari segi intelektual, sosial, budaya, hingga spiritual. Dengan demikian, pembelajaran sastra merupakan salah satu jalan yang dapat digunakan oleh pendidik untuk memperbaiki moral bangsa yang sudah mulai menurun akhir-akhir ini.

d. Penilaian Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek

Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan

hasil dari suatu proses kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang

telah ditetapkan (Suwandi, 2008: 15). Hal ini berarti bahwa cara kita untuk

mengetahui keberhasilan dalam suatu pembelajaran diperlukan suatu kegiatan

yang dinamakan penilaian. Penilaian yang digunakan harus mencakup aspek

kualitatif maupun kuantitatif proses dan hasil pembelajaran.

Page 47: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Nurgiantoro (2001: 331) menyatakan bahwa tes kesastraan (termasuk

cerita pendek) mencakup tes kognitif, tes afektif, dan tes psikomotorik. Tes

kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir. Ranah afektif berhubungan

dengan sikap, pandangan, dan nilai-nilai yang diyakini seseorang. Tes

psikomotorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas otot,

fisik atau gerakan anggota badan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tes-tes tersebut

hendaklah disesuaikan dengan tujuan pengajaran kebahasaan dan kesusastraan

yang hendak dicapai. Pembobotan penilaian tidaklah bersifat mutlak. Tiap guru

dapat memilih atau membuat model yang dianggapnya paling sesuai

(Nurgiantoro, 2001: 208). Dengan demikian, dalam menetukan bobot nilai guru

hendaknya juga memperhatikan kriteria penilaian yang digunakan sehingga

dapat mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran baik proses maupun hasil.

1) Penilaian proses pembelajaran

Penialian proses dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti

pembelajaran. Sikap bermula dari suka atau tidak suka yang terkait dengan

kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga

merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh

seseorang.

Kriteria yang digunakan dalam menilai proses belajar-mengajar antara lain ialah konsistensi kegiatan belajar-mengajar dengan kurikulum, keterlaksanaannya oleh guru, keterlaksanaannya oleh siswa, motivasi belajar siswa, keaktifan siswa, interaksi guru-siswa, kemampuan atau keterampilan guru, kualitas hasil belajar siswa Sujana (2005: 65).

Berdasarkan pendapat di atas menjelaskan bahwa penilaian proses

belajar mengajar mencakup pada penilaian keterlaksanaan proses belajar-

mengajar. Hal ini berarti bahwa menilai keberhasilan proses suatu

pembelajaran dilihat dari kinerja guru dan kualitas belajar siswa. Aspek

penilaian proses belajar siswa dapat nilai dari motivasi, keaktifan, dan proses

interaksi guru dan siswa.

Page 48: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Adapun penilaian proses yang digunakan dalam pembelajaran

apresiasi cerita pendek adalah sebadai berikut.

Tabel 1. Instrumen Penilaian Proses Pembelajaran

No Nama Siswa I II III IV V 1 Presentase

(Diadopsi dari Sarwiji Suwandi, 2008: 92)

Keterangan:

Aspek: Skor: Penilaian:

I : Kedisiplinan 4 : Sangat Baik 20 – 16 : Baik

II : Minat 3 : Baik 15 – 11 : Cukup Baik

III : Keaktifan 2 : Kurang Baik 10 – 5 : Kurang Baik

IV : Kerja sama 1 : Tidak Baik

V : Kesungguhan

2) Penilaian hasil pembelajaran

Penilaian hasil pembelajaran yang digunakan hendaknya

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan

demikian, penilaian dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek disesuaikan

dengan KD yang ingin dicapai. Penilaian hasil pembelajaran apresiasi cerita

pendek di kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan dilakukan dengan

menggabungkan antara tes perbuatan dan tes tertulis. Tes perbuatan

dilaksanakan dengan menyuruh siswa untuk menceritakan kembali isi cerita

pendek yang dibaca secara ringkas di depan kelas. Tes tertulis dilaksanakan

dengan memberikan soal tertulis kepada siswa yang berjumlah 25 soal. Soal

tersebut berisi tentang pemahaman unsur intrinsik cerita pendek yang dibaca

dan menceritakan kembali isi cerita pendek. Berikut ini bentuk instrumen

penilaian tes tertulis yang dilaksanakan.

Page 49: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

a) Pilihan ganda, skor: setiap jawaban benar diberi nilai 1

b) Isian, skor: setiap jawaban benar diberi nilai 2

c) uraian, setiap jawaban benar mendapatkan nilai 3

Nilai = X 100

(Diadopsi dari Sarwiji Suwandi, 2008: 75-76)

Berikut ini instrumen penilaian kemampuan siswa menceritakan

kembali isi cerita pendek di depan kelas.

Tabel 2. Rubrik Penilaian Menceritakan Kembali Isi Cerita Pendek

No Aspek yang dinilai Skor Skor maks 1 kelengkapan isi

a. lengkap b. kurang lengkap c. tidak lengkap

3 2

1

3

2 alur a. runtut b. kurang runtut c. tidak runtut

3 2 1

3

penggunaan bahasa, meliputi: a. pelafalan

1) tepat 2) kurang tepat 3) tidak tepat

3 2 1

3

3

a. pilihan kata 1) tepat 2) kurang tepat 3) tidak tepat

3 2 1

3

Sikap saat bercerita, meliputi: a. kelancaran berbicara

1) lancar 2) kurang lancar 3) tidak lancar

3 2 1

3

4

b. pandangan mata kepada audien 1) selalu 2) kadang-kadang 3) tidak pernah

3 2 1

3

Total skor (Diadopsi dari Sarwiji Suwandi, 2008: 85)

Page 50: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Nilai = X 100

3. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif telah diteliti para ahli sejak tahun 70-an.

Model ini merupakan upaya para ahli untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Berikut akan diuraikan mengenai model pembelajaran tersebut.

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Sebelum membicarakan pengertian model pembelajaran kooperatif,

sebaiknya kita memahami dahulu makna dari model pembelajaran. Suprijono

(2009:45) menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan interpretasi

terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai pola yang digunakan untuk

penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di

kelas. Sumantri dan Perlana (2001: 37) menyatakan model pengajaran

merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk

kurikulum, merancang bahan-bahan pengajaran, dan membimbing pengejaran di

kelas atau yang lain. Beberapa pendapat di atas secara singkat menjelaskan

bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan

sebagai pedoman untuk melaksanakan pembelajaran secara sistematis guna

mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam dunia pembelajaran saat ini berkembang berbagai jenis model

pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang sedang berkembang saat ini

adalah model pebelajaran kooperatif. Solehatin (2008: 4) mengemukakan bahwa

pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau

perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur

kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih

dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap

anggota kelompok itu sendiri.

Page 51: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Kessler (1992: 8) mengungkapkan cooperative learning is group

learning activity organized so that learning is dependent on the sosially

structured exchange or information between learners in groups and in which

each learner is held accountable for his or her own learning and in motivated to

increase to learning of others.

Kessler di atas kurang lebih mengungkapkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah aktivitas belajar kelompok yang mandiri secara struktur

bertukar informasi di antara pembelajar dalam kelompok itu yang mana setiap

pembelajar bertanggung jawab pada pembelajarannya sendiri dan memotivasi

yang lain untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran.

Heri (2003; 75) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) adalah sistem pembelajaran yang memberikan

kesempatan secara luas untuk bekerja sama dalam belajar untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota

kelompok saling bekerja sama dan membantu untuk memahami atau menguasai

suatu bahan pembelajaran. Slavin (2008: 4) berpendapat bahwa pembelajaran

kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya

dalam materi pelajaran.

Pembelajaran kooperatif bukan hanya belajar secara bersama dalam

sebuah kelompok. Pembelajaran kooperatif memerlukan kerja sama antar

anggota kelompok untuk memahami bahan ajar maupun menyelesaikan

pekerjaan kelompok. Dengan demikian, dalam pembelajaran kooperatif semua

siswa harus terlibat aktif tidak ada yang mendominaasi satu sama lain. Dalam

pembelajaran kooperatif yang ada hanyalah saling membantu antara siswa satu

dengan siswa yang lain. Chalderon (1997: 2) menyatakan Cooperative learning

routinely provides opportunities for students to work together to construct

meaning and share understanding. Chalderon kurang lebih mengungkapkan

Page 52: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

bahwa pembelajaran kooperatif secara teratur memberi kesempatan kepada

siswa kerja kelompok menyusun dan berbagi pengetahuan.

Cooperative learning refers to work done by student teams producing a product of some sort (such as a set of problem solutions, a laboratory or project report, or the design of a product or a process), under conditions that satisfy five criteria: (1) positive interdependence, (2) individual accountability, (3) face-to-face interaction for at least part of the work, (4) appropriate use of interpersonal skills, and (5) regular self-assessment of team functioni (Felder dan Brent, 2007: 11).

Felder dan Brent di atas kurang lebih mengungkapkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah tugas yang dikerjakan oleh kelompok siswa

untuk menyusun beberapa jenis tugas (seperti pemecahan masalah, laporan

penelitian atau praktikum, atau desain produksi atau desain proses). Pengerjaan

tugas tersebut berada pada kondisi yang memuaskan berdasarkan lima kriteria:

(1) interdependensi positif; (2) akuntabilitas individual; (3) interaksi hadap-

hadapan untuk menjadi bagian terkecil dari bagian tugas; (4) penggunaan

kemampuan interpersonal yang tepat; dan (5) penilaian pribadi yang teratur atas

fungsi tim.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang membagi kelas dalam

kelompok kecil yang anggotanya ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu.

Tujuan pembelajaran kooperatif untuk memahami materi pembelajaran. Jadi,

pembelajaran kooperatif bukan hanya belajar secara kelompok tetapi merupakan

belajar kelompok yang terkonsep.

b. Keunggulan pembelajaran kooperatif

Setiap model pembelajaran yang dikembangkan dalam dunia

pendidikan pastilah memiliki keunggulan walaupun terkadang memang masih

ada beberapa kekurangan. Akan tetapi, kekurangan yang terjadi dalam sebuah

Page 53: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

model pembelajaran adalah wajar. Berdasarkan beberapa penelitian mengenai

pembelajaran kooperatif Solehatin (2007: 13) menyimpulkan keunggulan

pembelajaran kooperatif antara lain: (1) mendorong tumbuhnya tanggung jawab

sosial dan individu pada diri siswa; (2) berkembangnya sikap ketergantungan

yang positif; (3) mendorong peningkatan dan kegairahan belajar siswa; (4)

pengembangan ketercapaian kurikulum; (5) sikap dan perilaku siswa

berkembang ke arah suasana demokratis dalam kelas; dan (6) mendorong

peningkatan prestasi pada siswa.

Slavin (2008: 3) sebagai ahli yang bergelut pada model pembelajaran

kooperatif mengemukakan bahwa metode kooperatif memiliki kelebihan-

kelebihan dibanding metode lain, yaitu: (1) meningkatkan kemampuan siswa;

(2) meningkatkan rasa percaya diri; (3); menumbuhkan keinginan untuk

menggunakan pengetahuan dan keahlian; dan (4) memperbaiki hubungan

antarkelompok.

Heri (2003: 75-76) mengungkapkan bahwa setiap strategi

pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pembelajan

kooperatif, yakni: (1) menumbuhkan sikap kooperatif pada siswa; (2)

menumbuhkan jiwa kompetitif siswa; (3) menumbuhkan motivasi belajar siswa;

(3) memupuk sikap gotong royong, toleransi, kepekaan sosial, sikap demokratis,

saling menghargai, dan memupuk keterampilan mengadakan interaksi sosial;

dan (4) menumbuhkan rasa tanggung jawab dan keberanian dalam proses

pembelajaran. Kelemahan strategi pembelajaran kooperatif, yakni: (1) kesulitan

dalam memahami kemampuan individual yang sebenarnya; (2) munculnya

siswa yang bergantung pada teman yang lain; dan (3) siswa yang

kemampuannya rendah mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pedapat di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan, yakni: (1) meningkatkan

tanggung jawab siswa; (2) meningkatkan rasa percaya diri; (3) meningkatkan

sikap gotong royong antarsiswa; (4) meningkatkan kemampuan siswa; (5)

Page 54: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

mengembangkan kompetensi yang dimiliki siswa; dan (6) menumbuhkan

keberanian siswa. Adapun kekurangan model pembelajaran kooperatif adalah

kesulitan memahami kemampuan individu, munculnya sikap ketergantungan

pada siswa, dan siswa yang rendah sulit mengikuti pembelajaran.

c. Metode-metode Pembelajaran Kooperatif

Banyak para peneliti mempelajari aplikasi praktis dari prinsip-prinsip

pembelajaran kooperatif dan banyak metode pembelajaran kooperatif sudah

ditemukan. Slavin (2008: 9-34) mengungkapkan bahwa terdapat dua kelompok

besar jenis metode kooperatif yang telah dikembangkan luas oleh para ahli.

Metode itu dijelaskan sebagai berikut.

1) Pembelajaran tim siswa

Pembelajaran ini terdiri dari lima prinsip metode pembelajaran.

Tiga di antaranya adalah metode pembelajaran kooperatif yang dapat

diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas, yakni

Student Team-Achievment Division (STAD), Team Games Tournament

(TGT), dan JigsawII. Dua yang lain adalah kurikulum komprehensif yang

dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada tingkat kelas

tertentu, yaitu Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

digunakan untuk pelajaran membaca pada kelas 2-8 dan Team Accelerated

Intruction (TAI) untuk mata pelajaran matematika kelas 3-6

2) Metode pembelajaran kooperatif yang lain

Metode pembelajaran kooperatif yang lain terdiri dari beberapa

jenis, yakni Group Investigation, learning Together, Complex Intrution,

Structure Dyadic Methods, Co-op Co-op, Thing-Pair-, Numbered Heads

Together, Listening Team, Two Stay Two Stray, Make a Match, Inside-

Outside Circle, Bamboo Dancing, Point-Counter-Point, dan The Power of

Two .

Dari metode-metode di atas, masing-masing memiliki ciri khusus

dalam pelaksanaannya, yaitu: (1) tujuan kelompok; (2) tanggung jawab

Page 55: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

individu; (3) kesempatan yang sama untuk sukses; (4) kompetisi antarkelompok;

(5) tugas khusus; dan (6) menyesuaikan diri dengan kebutuhan.

d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Setiap metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar

mengajar memerlukan langkah-langkah yang sesuai. Begitu pula dalam

pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tidaklah

identik dengan pembelajaran kelompok secara umum. Pembelajaran kooperatif

memiliki prosedur tersendiri dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah ini secara

rinci dijelaskan oleh para ahli sebagai berikut.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah: (a) menjelaskan prosedur pembelajaran, (b) memberikan masalah kepada siswa baik bentuknya pertanyaan maupun pernyataan, (c) siswa menganalisis dan memberikan penilaian masalah tersebut dalam bentuk pendapat atau kesimpulan, (d) mengambil kesimpulan, (e) evaluasi (Heri, 2003:75).

Selain langkah-langkah di atas, Suprayekti (2006:91) mengemukakan

prosedur model pembelajaran kooperatif yang dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu

persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap persiapan guru merencanakan

keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dipersiapkan dalam bentuk rencana

pelaksanaan pembelajaran mencakup komponen materi pelajaran, teknik dan

media pembelajaran yang akan digunakan, latar pembelajaran, mekanisme

kontrol terhadap kegiatan pembelajaran, alat evaluasi yang akan digunakan, dan

alokasi waktu. Rencana pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan tingkat

satuan pendidikan.

Tahap pelaksanaan terdiri dari tiga kegiatan yakni kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan,

guru memberikan gambaran ringkas tentang keseluruhan isi bahan pelajaran

Page 56: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran yang akan dicapai (kompetensi dasar

dan indikator), dan mekanisme pelaksanaan pembelajaran.

Evaluasi dilakukan secara berkala pada setiap pergantian pokok

bahasan. Pada tahap ini dilakukan evaluasi secara menyeluruh baik terhadap

proses maupun hasil yang dicapai. Bobot evaluasi hendaknya diberikan lebih

besar kepada aktivitas kelompok. Dengan kata lain, evaluasi dilakukan

berdasarkan kinerja kelompok secara keseluruhan, bukan berdasarkan kinerja

siswa secara individual. Meskipun pada akhirnya tes akan diberikan secara

individual dalam bentuk ujian akhir dan nilai siswa itu bersifat individual,

namun bobot tes untuk kelompok.

Tahap-tahap yang dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan

terdiri dari: (1) tahap persiapan, yang meliputi persiapan rencana pembelajaran

dan prosedur pembelajaran; (2) tahap pelaksanaan, meliputi penjelasan prosedur

pembelajaran, pembagian masalah, menganalisis masalah, dan menyimpulkan

masalah; (3) tahap evalusi.

4. Hakikat Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC)

Salah satu metode pembelajaran koopereatif yang berkembang luas

saat ini adalah metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC). Metode ini dirancang khusus untuk diterapkan dalam

pembelajaran bahasa khususnya pembelajaran membaca dan menulis. Penelitian

dan pengembangan dalam pembelajaran kooperatif dimulai dari John Hopkin

University Centar, yaitu organisasi penelitian sekolah pada tahun 1970. CIRC

telah dikembangkan dalam pembelajaran sekolah sebelum tahun 1986. Pada tahun

itu metode CIRC hanya digunakan dalam pembelajaran sekolah dasar namun

sekarang CIRC telah digunakan dalam berbagai tingkatan kelas, dikembangan

dari materi dan proses yang berkesinambungan didasarkan pada program yang

dikembangkan pada sekolah. Orang yang terus mengembangkan metode ini

Page 57: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

adalah Robert E. Slavin, Robert Steven, Nancy Maden, dan Marie Farnish. Lebih

jelasnya, berikut uraian mengenai model pembelajaran ini.

a. Pengertian Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC)

CIRC merupakan suatu program pembelajaran kooperatif yang

komprehensif untuk pembelajaran membaca dan menulis di tingkat-tingkat atas

di sekolah dasar. Komposisi kelompoknya pun hampir sama dengan

pembelajaran kooperatif lain, hanya bentuk penugasannya disesuaikan dengan

tugas khas pelajaran bahasa. Pengembangan model CIRC dilaksanakan untuk

mengatasi permasalahan membaca, menulis, dan pembelajaran sastra tradisional

(Suprayekti, 2006: 88).

Metode CIRC merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif

yang diperuntukkan siswa sekolah dasar hingga menengah pertama (kelas 2-8).

Slavin (2008: 16) menjelaskan Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) merupakan program pembelajaran komprehensif untuk

mengajarkan membaca dan menulis pada siswa kelas dasar pada tingkat yang

lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah. Slavin (2008: 11) menyatakan

bahwa metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC) merupakan kurikulum komprehensif yang dirancang untuk digunakan

dalam pelajaran membaca pada kelas 2-8.

In CIRC, students are assigned to fourmember heterogeneous learning teams. Following a lesson, students work in their teams on a variety of cooperative activities including partner reading, identification of main story elements, vocabulary and summarization activities, practice of reading comprehension strategies, and creative writing using a process writing approach. Research on CIRC in monolingual English reading classes, grades 2-8, has found consisten positive effects of the program on student reading achievement, especially on measures of reading comprehension and metacognitive awareness. (Calderón, Hertz-Lazarowitz, Ivory, dan Slavin, 1997: 2)

Page 58: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Calderón, Hertz-Lazarowitz, Ivory, dan Slavin di atas kurang lebih

mengungkapkan dalam CIRC, siswa diarahkan untuk membentuk kelompok

belajar yang heterogen. Saat mengikuti pelajaran, siswa bekerja secara

kelompok dalam berbagai kegiatan kooperatif yang meliputi membaca

berpasangan, identifikasi elemen cerita secara garis-garis, kegiatan meringkas

dan menemukan kosakata, praktik strategi membaca pemahaman dan penulisan

kreatif menggunakan pendekatan proses menulis. Penelitian dalam CIRC pada

kelas Bahasa Inggris kelas 2 – 8, menemukan efek positif yang terus menerus

dari kegiatan membaca pemahaman dan kesadaran metakognitif.

CIRC are currently in use, a common method involves forming “learning teams” made up of students (usually four) who are at varying levels of reading proficiency. These students work on different cooperative activities, including creative writing, peer reading, identification of major elements in a story, summarizing of stories and story retelling, and activities geared toward practice of basic reading skills (e.g., spelling, decoding, and vocabulary). (Canadian Council on Learning, 2009: 4)

Canadian Council on Learning di atas menyatakan bahwa CIRC

yang akhir-akhir ini digunakan merupakan metode umum yang meliputi

pembentukan tim belajar tersusun atas empat siswa pada level kemampuan

membaca yang berbeda-beda. Siswa-siswa tersebut bekerja dalam aktivitas

penulisan kreatif, membaca dalam kelompok, pengidentifikasian elemen utama

dalam cerita, dan penceritaan kembali isi cerita dan aktivitas yang diarahkan

menuju praktik kemampuan membaca yang paling dasar (meliputi pelafalan,

penerimaan, dan kosakata).

Kessler (1992: 24) menyatakan bahwa model CIRC merupakan

gabungan program membaca dan menulis dengan menggunakan pembelajaran

baru dalam pemahaman bacaan dengan menulis. Keberhasilan dalam

menerapkan CIRC tergantung pada keaktifan siswa. Mereka harus bekerja

Page 59: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

dalam kelompok yang mempunyai kemampuan heterogen. Apabila kegiatan

kelompok dapat berjalan dengan baik, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Cooperative

Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah salah satu jenis metode

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk pembelajaran membaca dan

menulis secara komprehensif diterapkan pada kelas 2-8.

b. Ciri-ciri Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC)

Untuk membedakan metode kooperatif yang lain, metode CIRC

memiliki ciri-ciri khusus. Ciri-ciri metode pembelajaran CIRC menurut Kessler

(1992: 184) adalah: (1) suatu tujuan kelompok; (2) ada tanggung jawab tiap

individu; (3) dalam satu kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk

sukses; (4) tidak ada tugas khusus; dan (5) penyesuaian diri dengan kebutuhan

menjadi kewajiban tiap individu. Secara ringkas ciri-ciri CIRC adalah adanya

tanggung jawab individu, tujuan kelompok, tidak ada tugas khusus, dan adanya

penyesuaian diri tiap anggota kelompok.

c. Fokus utama Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC)

Menurut Slavin (2008:201) satu fokos utama dari kegiatan-kegiatan

CIRC sebagai cerita dasar adalah membuat penggunaan waktu tindak lanjut

menjadi lebih efektif. Para siswa bekerja di dalam tim-tim kooperatif dari

kegiatan-kegiatan ini, yang dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok

membaca, supaya dapat memenuhi tujuan-tujuan dalam bidang-bidang lain

seperti pemahaman membaca, kosakata, pembacaan pesan dan ejaan.

d. Unsur-unsur program Metode Pembelajaran Cooperative Integrated

Reading and Composition (CIRC)

Slavin (2008: 204) mengemukakan bahwa CIRC terdiri dari tiga

unsur penting: kegiatan-kegiatan dasar terkait, pengajaran langsung pelajaran

memahami bacaan, dan seni berbahasa dan menulis terpadu.

Page 60: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Slavin (2008: 205-209) juga mengemukakan unsur utama dari CIRC terdiri dari:

kelompok membaca, tim, kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan cerita,

pemeriksaaan oleh pasangan, dan tes.

Kelompok membaca. Jika menggunakan kelompok membaca, para

siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang

berdasarkan tingkat kemampuan membaca mereka, yang ditentukan oleh guru

mereka. Jika tidak, diberikan pengajaran kepada seluruh kelas.

Tim. Para siswa dibagi ke dalam pasangan (atau trio) dalam

kelompok membaca mereka, dan selanjutnya pasangan-pasangan tersebut di

bagi ke dalam tim yang terdiri dari dua kelompok membaca. Kegiatan-kegiatan

yang berhubungan dengan cerita. Tahap-tahap kegiatannya, yakni: membaca

berpasangan, menulis cerita yang bersangkutan dan tata bahasa cerita,

mengucapkan kata-kata dengan keras, makna kata, menceritakan kembali cerita,

dan ejaan.

Pemeriksaan oleh pasangan. Jika siswa sudah menyelesaikan semua

kegiatan, pasangan mereka memberikan formulir tugas siswa yang

mengindikasikan bahwa mereka telah menyelesaikan dan/atau memenuhi

kriteria terhadap tugas tersebut.

Tes. Pada akhir periode kelas, para siswa diberikan tes pemahaman

terhadap cerita, diminta untuk menuliskan kalimat-kalimat bermakna untuk

setiap kosakata, dan diminta untuk membaca kata-kata dengan keras kepada

guru.

e. Tahap-Tahap Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC)

Sebagai salah satu jenis metode pembelajaran, CIRC dalam

pelaksanaannya memiliki langkah-langkah pembelajaran. Langkah-langkah

pembelajaran dilakukan untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai. Langkah-langkah metode pembelajaran Cooperative Integrated

Page 61: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Reading and Composition (CIRC) dipaparkan oleh Suprijono (2009: 130),

terdiri dari: (1) membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara

heterogen; (2) guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik

pembelajaran; (3) siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide

pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar

kertas; (4) mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok; (5) guru

membuat kesimpulan bersama; dan (6) penutup.

Cruickshank mengemukakan prosedur atau langkah-langkah

mengenai pembelajaran dengan menggunakan metode CIRC. Adapun langkah-

langkahnya dijelaskan sebagai berikut.

In the typical CIRC procedure, the teacher sets a lesson in some specific area of reading or composition, for exemple, identifying the main character and ideas in a piece of literature such as “romeo and Juliet”. Student teams are than asked ti read the story and to note the main characters and ideas. Team members, who may work in pairs, interact to check aech other and gain consensus. They than may check their understanding with another pain on their team or against an answer sheet. While these paired and team activities are going on, the teacher convenes members for each team who are at a comparable profeciancy or skill level in order to teach a new reading skill, and the cycle continoues. As with other form of cooperative learning, poins are given to teams based on individual members’ performance on the activities and/or test (Cruickshank, Bainer, dan Metcalf, 1999: 208).

Berdasarkan pendapat Cruickshank di atas dapat dipahami bahwa

dalam tipikal prosedur CIRC, guru dan pelajar sedemikian rupa dalam area

khusus dalam pembelajaran membaca dan menulis, contohnya, mengidentifikasi

karakter utama dan ide dalam karya sastra seperti Romeo and Juliet. Kelompok

murid kemudian diminta untuk membaca cerita dan untuk mengidentifikasi

karakter utama dan gagasan pokok. Anggota tim yang bekerja secara

berpasangan, saling berinteraksi dengan menghasilkan kesepakatan. Kemudian

Page 62: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

mereka dapat mengecek atau mengukur kepahaman dengan pasangan lain dalam

satu tim atau menjawab lembar jawab. Diskusi kelompok berada dalam tingkat

kepahaman yang sama dengan tujuan untuk mengantar mereka pada

kemampuan membaca yang baru. Poin-poin yang diberikan kepada tim

penampilan individu setiap anggota dalam aktivitas atau tes.

Rangkuman pelaksanaan metode pembelajaran CIRC seperti pada

tabel 3. CIRC adalah suatu pembelajaran yang komprehensif dalam pemahaman

membaca dan menulis serta kemampuan bahasa. Dalam CIRC siswa dibagi

menjadi beberapa kelompok secara acak. Pembagian kelompok ini disesuaikan

dengan kemampuan untuk bekerja sama dengan berbagai aktivitas kognitif yang

menarik, di antaranya adalah kelompok teman membaca, membuat prediksi,

identifikasi karakter, latar belakang masalah, pemecahan masalah, meringkas,

merangkum, bermain kosakata, memahami bacaan dan menulis berdasarkan

sumber bacaan yang dapat mendukung proses belajar.

Dalam pembelajaran CIRC siswa harus melampaui beberapa tahapan

perintah dari guru seperti: kerja kelompok, penilaian kelompok, dan kuis. Murid

atau siswa tidak diizinkan mengikuti kuis sebelum semua anggota kelompoknya

telah siap. Evaluasi kelompok dilakukan dengan mengadakan penilaian terhadap

cacatan yang dibuat, presentasi, rangkuman, dan pembahasan artikel oleh

masing-masing kelompok. Evaluasi individu dilakukan terhadap hasil

pembahasan LKS, kuis, dan tes kognitif yang dilakukan pada akhir materi.

Adapun ringkasan pelaksanaan metode CIRC pada pembelajaran apresiasi cerita

pendek dapat dijelaskan dalam tabel rangkuman pelaksanaan CIRC berikut ini.

Page 63: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Tabel 3. Rangkuman Pelaksanaan CIRC

Kegiatan Guru Siswa

Persiapan 1. Guru menyiapkan cerita

pendek

2. Guru memberikan motivasi

3. Guru membagi siswa dalam

kelompok heterogen yang

terdiri dari 4-5 orang

4. Guru menjelaskan

mekanisme kelompok

1. Siswa menyiapkan meteri yang akan

dipelajari

2. Siswa mendengarkan motivasi yang

disampaikan guru dan berusaha

melaksanakannya

3. Siswa membentuk kelompok

4. Siswa mendengarkan penjelasan

guru

Kegiatan

Inti

1. Guru menjelaskan meteri

2. Guru membagikan cerita

pendek

3. Guru menyuruh siswa

membaca cerita pendek

secara berpasangan

4. Guru menyuruh siswa

menganalisis unsur

intrinsik cerita pendek

5. Guru menyuruh siswa

menceritakan kembali isi

cerita pendek

6. Guru memberikan kuis

1. Siswa mendengarkan penjelasan

guru

2. Siswa menerima cerita pendek

3. Siswa membaca cerita pendek secara

berpasangan

4. Siswa menganalisis unsur intrinsik

cerita pendek

5. Siswa menceritakan kembali isi

cerita pendek yang dibaca

6. Siswa mengerjakan kuis dari guru

Penutup 1. Guru mengulas materi dan

membuat kesimpulan

1. Siswa membuat kesimpulan

bersama-sama guru

Page 64: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

bersama-sama siswa

2. Guru memberikan postest

2. Siswa mengerjakan postest dari guru

CIRC telah diseleksi sebagai salah satu metode mengajar yang baik

dengan berbagai alasan, yaitu:

1) CIRC melibatkan kemampuan pengembangan berbahasa secara lisan,

membaca dan menulis secara menyeluruh dalam berbagai fase yang

diperintahkan;

2) CIRC mengembangkan kemampuan berpikir kritis serta mengembangkan

kemampuan sosial siswa;

3) mengembangkan rasa penghargaan diri dan rasa percaya diri;

4) menolong siswa dalam mengapresiasikan dan menjadi mahir dalam bahasa

nasional; dan

5) menyediakan suatu pembelajaran yang memungkinkan lingkungan belajar

yang berbeda, dimana bahan atau materi yang dipelajari lebih beraneka

ragam yang memerintahkan kemampuan berpidato dan berpikir lebih

berkembang.

5. Relevansi Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) dengan Pembelajaran Apresiasi Cerita

Pendek

Untuk mampu mencapai tujuan pembelajaran, diperlukan kerja keras

guru dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan mampu menciptakan kegiatan

pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Apa yang diharapkan pada

diri guru dalam pembelajaran dapat diwujudkan dengan usaha guru untuk

mempersiapkan proses pembelajaran. Persiapan ini dilakukan dengan pendalaman

materi, menggunakan media yang sesuai, serta menggunakan metode yang

relevan. Dengan demikian, proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan

mendapatkan hasil yang diinginkan.

Page 65: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Pembelajaran apresiasi cerita pendek merupakan pembelajaran yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi cerita

pendek. Dalam pembelajaran ini tidak hanya dibahas mengenai teori-teori cerita

pendek tetapi yang paling utama adalah bagaimana seorang siswa mampu

memahami, menikmati, mempelajari, dan mengambil hal-hal yang ada dalam

cerita pendek.

Siswa akan mampu mengapresiasikan cerita pendek apabila dia

mampu membaca cerita pendek dengan efektif. Setelah itu, siswa harus mampu

memahami dengan baik. Pemahaman ini dapat diwujudkan dengan menceritakan

kembali apa yang telah mereka baca dan menganalisisnya.

Proses ini dapat diwujudkan dengan metode pembelajaran Cooperative

Integrated Reading and Composition (CIRC). Metode ini mengajarkan kepada

siswa untuk mampu membaca dengan intensif kemudian digabungkan dengan

menyusun menulis apa yang mereka baca. Dengan demikian, metode

pembelajaran ini relevan dengan pembelajaran apresiasi cerita pendek. Hal ini

dikarenakan tututan sistem pembelajaran apresiasi cerita pendek yang

menghendaki adanya kegiatan membaca yang intensif yang dilanjutkan dengan

menceritakan kembali isinya sesuai dengan langkah-langkah metode

pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian ini,

antara lain:

Penelitian Eny Haryaningsih tahun 2005 dengan judul “Peningkatan

Kemampuan Apresiasi Cerita Pendek dalam Pembelajaran Sastra dengan

Pendekatan Apresiasi Sastra (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SMP

Negeri 3 Nguter Sukoharjo)”. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini

ditemukakan tiga kesimpulan: (1) untuk pembelajaran cerita pendek di SMP 3

Page 66: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Nguter perlu diterapkan pendekatan apresiasi; (2) penerapan pendekatan apresiasi

dapat meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek siswa; dan (3) motivasi

belajar dan minat siswa terhadap cerita pendek meningkat setelah pendekatan

apresiasi digunakan dalam pembelajaran.

Persamaan penelitian Eny Haryaningsih dengan penelitian ini adalah

sama pada objek penelitiannya. Kedua penelitian sama-sama menggunakan objek

apresiasi cerita pendek. Perbedaan antara kedua penelitian terletak pada subjek

penelitian dan metode yang digunakan. Penelitian Eny Haryaningsih

menggunakan subjek siswa SMP, sedangkan skripsi ini menggunakan subjek

siswa kelas V SD. Metode pembelajaran yang digunakan juga berbeda. Penelitian

Eny Haryaningsih menggunakan pendekatan apresiasi sastra, sedangkan skripsi

ini menggunakan metode Cooperative Integrated reading and Composition

(CIRC).

Penelitian Suwarto tahun 2009 yang berjudul “Upaya Peningkatan

Kemampuan Membaca dan Menulis Siswa dengan Metode Kooperatif Integrasi

dan Komposisi (CIRC) Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I SD Negeri I

Eromoko Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri”. Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa: 1) penerapan metode Kooperatif Integrasi Membaca dan

Komposisi dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan

pada siswa kelas I; 2) penerapan metode Kooperatif Integrasi Membaca dan

Komposisi dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca menulis

permulaan, baik pada siswa maupun guru.

Persamaan penelitian Suwarto dengan penelitian pada skripsi ini

terdapat pada subjek dan metode pembelajaran yang digunakan. Kedua penelitian

ini sama-sama menggunakan siswa SD sebagai subjek penelitian. Selain itu,

kedua penelitian ini juga sama-sama menggunakan metode Cooperative

Integrated Reading and Composition (CIRC) untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran. Perbedaan pada kedua penelitian ini adalah pada objek

penelitiannya. Objek penelitian Suwarto adalah kemampuan membaca dan

Page 67: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

menulis, sedangkan objek penelitian skripsi ini adalah kemampuan apresiasi cerita

pendek.

Mengacu pada penelitian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal

yang berhubungan dengan pembelajaran cerita pendek dan metode Cooperative

Integrated Reading and Composition (CIRC). Berdasarkan penelitian Eny

Haryaningsih pembelajaran cerita pendek merupakan salah satu hal yang menarik

untuk diteliti karena dalam proses pembelajarannya berlangsung secara baik dan

pada akhirnya kualitas hasil pembelajaran meningkat. Berdasarkan penelitian ini

juga disimpulkan bahwa kemampuan apresiasi cerita pendek pada siswa masih

perlu ditingkatkan.

Bertolak pada penelitian Suwarto bahwa metode belajaran merupakan

salah satu unsur pembelajaran yang dapat mempermudah menyampaikan pesan-

pesan pendidikan kepada siswa. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi,

keterbatasan indra, dan lain-lain dapat dibantu dengan metode pembelajaran. Oleh

karena itu, kehadiran metode dalam pembelajaran harus diperhatikan. Seperti apa

yang telah dilakukan oleh Suwarto yang menggunakan metode Cooperative

Integrated Reading and Composition (CIRC) untuk meningkatkan pembelajaran

menulis dan membaca pada siswa.

Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan di atas dapat dijadikan

sebagai tolok ukur dan perbandingan dengan penelitian yang akan dilakukan. Jika

pada penelitian Eni Haryaningsih menyebutkan bahwa apresiasi cerita pendek

mampu ditingkatkan dengan pendekatan apresiasi, peneliti berusaha

meningkatkan kemampuan apresisasi cerita dengan metode lain. Apabila

penelitian Suwarto memanfaatkan metode Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) untuk meningkatkan kemampuan menulis dan membaca

pada siswa, maka peneliti berusaha untuk menerapkan metode ini pada

pembelajaran materi lain yakni pada materi apresiasi cerita pendek. Berdasar pada

pertimbangan di atas peneliti berusaha meneliti tentang upaya meningkatan

apresiasi cerita pendek menggunakan metode Cooperative Integrated Reading

Page 68: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

and Composition (CIRC) pada siswa kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan

Wuryantoro Wonogiri.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran sastra dalam pelajaran bahasa Indonesia sering

dikesampingkan oleh guru termasuk pembelajaran apresiasi cerita pendek. Guru

lebih mementingkan pembelajaran bahasa dibanding pembelajaran sastra.

Berdasarkan dari hasil wawancara guru dan siswa serta observasi kelas

pada saat pembelajaran berlangsung yang dilakukan peneliti, kemampuan

apresiasi cerita pendek siswa kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan tergolong

rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai siswa dalam apresiasi cerita pendek hanya

22% siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM (≥ 65). Dalam proses

pembelajaran apresiasi cerita pendek juga terlihat bahwa kulaitas pembelajaran

apresiasi cerita pendek rendah baik segi keaktifan, kesungguhan, maupun kerja

sama siswa.

Faktor penyebab dari rendahnya kemampuan apresiasi cerita pendek

maupun kualitas proses pembelajaran apresiasi cerita pendek, sebagai berikut:

1. siswa tidak mendukung kelancaran proses pembelajaran apresiasi cerita

pendek baik dari segi kedisiplinan, minat, keaktifan, kerja sama, maupun

kesungguhan.

2. guru mengalami kesulitan dalam menemukan metode yang tepat untuk

diterapkan pada pembelajaran apresiasi cerita pendek. Pembelajaran

terpusat pada guru dengan menerapkan metode ceramah dan pemberian

tugas.

3. lingkungan sekolah yang kurang mendukung dari segi sarana dan

prasarana. Media pembelajaran apresiasi cerita pendek yang kurang.

Koleksi buku perpustakaan kurang memadai.

Masalah tersebut melatarbelakangi alasan peneliti menggunakan metode

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada pembelajaran

apresiasi cerita pendek. Metode ini memang disipkan khusus untuk pembelajaran

Page 69: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

bahasa khususnya pembelajaran membaca dan menulis. Metode ini cocok

diterapkan pada siswa kelas 2-8. Secara garis besar, penerapan metode

pembelajaran CIRC, sebagai berikut:

1. Siswa berkelompok secara heterogen

2. Siswa secara kelompok membaca nyaring secara berpasangan dan memahami

isi cerita

3. Siswa menentukan unsur intrinsik cerita pendek

4. Siswa menceritakan kembali isi cerita pendek

Adapun alur kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada

gambar berikut ini:

Page 70: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir

Kondisi Awal

1. Kualitas pembelajaran cerita pendek rendah (keaktifan, kesungguhan, serta kerja sama siswa kurang dan pengelolaan kelas berupa pembelajaran yang berpusat pada guru)

2. Kemampuan siswa dalam apresiasi cerita pendek rendah

Siswa

Kedisiplinan, minat, keaktifan, kerja sama, dan kesungguhan siswa rendah.

Guru

Kesulitan menentukan metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek.

Lingkungan

Tidak tersedianya buku-buku yang mendukung pembelajaran apresiasi cerita pendek di

Penerapan metode CIRC dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek

(Penelitian Tindakan Kelas)

Kualitas proses pembelajaran apresiasi

cerita pendek meningkat

Kualitas hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek

meningkat

Page 71: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

D. Hipotesis Tindakan

Penerapan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia berhubungan

dengan apresiasiasi cerita pendek. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

1. Penggunaan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek

pada siswa.

2. Penggunaan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi

cerita pendek.

Page 72: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kelas V SD Negeri IV

Pulutan Wetan beralamat di Dusun Suru, Pulutan Wetan, Wuryantoro, Wonogiri.

Kelas ini mengalami permasalahan dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek.

Sekolah ini dipimpin oleh Ibu Sri Gunanti, S.Pd. Sarana pembelajaran apresiasi

cerita pendek yang terdapat dalam kelas ini adalah dua papan tulis terbuat dari

triplek berukuran 200 X 100 cm, Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia

untuk kelas V, Lembar Kerja Evaluasi “Sukses”, dan cerita pendek.

Tahap persiapan hingga tahap pelaporan, penelitian ini membutuhkan

waktu kurang lebih lima bulan. Waktu terhitung sejak akhir Desember 2009

hingga April 2010. Berikut rincian jadwal kegiatan penelitian.

Tabel. 4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (classroom action

research). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang didasarkan

adanya masalah yang dihadapi oleh guru dan siswa pada proses pembelajaran.

Pada penelitian ini diterapkan solusi yang berusaha untuk memecahkan

Bulan Des Jan Feb Mar April

No Kegiatan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan

proposal dan Instrumen

2 Perizinan 3 Pelaksanaan

penelitian

4 Analisis data 5 Penyusunan

laporan

Page 73: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini melibatkan partisipasi aktif peneliti, guru, dan siswa.

Prosedur penelitian tindakan kelas mencakup langkah-langkah: (1)

persiapan, (2) studi/survei awal, (3) pelaksanaan siklus, dan (4) penyusunan

laporan. Banyaknya pelaksanaan siklus pada penelitian ini adalah tiga siklus. Hal

ini dikarenakan syarat siklus minimal adalah dua siklus. Melihat situasi dan

kondisi yang ada di lapangan, penerapan tiga siklus pada penelitian ini dianggap

sudah cukup untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Prosedur penelitian

tindakan kelas secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut:

siklus I

siklus II

Gambar 2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

(Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2007: 74)

Permasalahan Pelaksanaan tindakan I

Perencanaan tindakan I

Refleksi I Pengamatan/ mengumpulkan data I

pelaksanaan tindakan II

Perencanaan tindakan II

Permasalahan baru hasil refleksi

Pengamatan/ mengumpulkan data II

Refleksi II

Apabila permasalahan

belum terselesaikan

Dilanjutkan ke siklus berikutnya

Page 74: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri

IV Pulutan Wetan tahun ajaran 2009/2010. Siswa kelas ini berjumlah 18 orang

yang terdiri dari 8 putri dan 10 putra. Selain siswa, subjek penelitian ini adalah

guru pengampu kelas V Ibu Maryati, A.Ma. Pd.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menerapkan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan

pembelajaran cerita pendek. Observasi dilakukan di dalam kelas tanpa

mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Observasi ini dilakukan dengan

melakukan pengamatan terhadap guru, kelas, dan siswa.

Dalam observasi ini, peneliti melakukan partisipasi pasif dengan

duduk di tempat duduk paling belakang. Peneliti menggunakan alat bantu

observasi berupa cacatan lapangan, draf observasi, dan kamera.

Segala hasil observasi yang diperoleh peneliti didiskusikan dengan

guru pengampu. Hal ini ditujukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan

dalam pembelajaran cerita pendek dan kemudian dicari solusinya.

Observasi terhadap guru difokuskan dalam kemampuan guru

mengelola kelas dan kemampuan memahamkan siswa dalam menyerap materi.

Observasi terhadap siswa difokuskan pada kedisiplinan, minat, keaktifan, kerja

sama, dan kesungguhan siswa dalam mengikuti pembelajaran apresiasi cerita

pendek.

Page 75: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

2. Teknik wawancara

Teknik wawancara ini digunakan untuk mengetahui permasalahan

yang dihadapi guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran apresiasi cerita

pendek. Wawancara ditujukan kepada guru pengampu maupun beberapa siswa

untuk menggali kesulitan dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek dan faktor

penyebabnya. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa

untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap metode pembelajaran CIRC yang

diterapkan dalam pembelajaran cerita pendek. Wawancara juga dilakukan

kepada kepala sekolah dan orang tua untuk mengetahui sarana sekolah dan

sistem pembelajaran siswa.

3. Angket

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara meminta siswa

menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pelaksanaan

penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari informan yang

jumlahnya banyak dan tidak memungkinkan untuk diwawancarai satu per satu.

Angket dalam penelitian ini diterapkan pada siswa kelas V yang berjumlah 18

siswa.

4. Teknik tes

Teknik tes ini dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil belajar

siswa setelah diadakan pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan

menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC). Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam

pengambilan data menggunakan tes adalah dengan menyiapkan instrumen tes,

menilainya, dan mengolah data yang diperoleh. Tes dilakukan dua kali yakni,

pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan posttes untuk mengetahui

kemampuan siswa yang telah mengalami perlakuan. Bentuk tes yang diberikan

berupa tes tertulis dan tes perbuatan. Tes tertulis yang diberikan berupa soal

pilihan ganda, isian, dan jawaban singkat. Tes perbuatan berupa tes kemampuan

siswa menceritakan kembali isi cerita pendek yang dibaca.

Page 76: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

E. Sumber data

Sumber data penelitian ini adalah:

1. peristiwa proses pembelajaran cerita pendek yang berlangsung di kelas V SD

Negeri IV Pulutan wetan;

2. informan penelitian ini adalah guru pengampu kelas V dan beberapa siswa

kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan; dan

3. dokumen

Data yang dikumpulkan, antara lain: silabus, rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), foto kegiatan pembelajaran cerita pendek, hasil tes siswa,

catatan lapangan, angket, daftar nilai, serta catatan lapangan hasil wawancara

dengan guru pengampu kelas V dan siswa kelas V.

F. Uji Validitas Data

Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan triagulasi metode dan triangulasi sumber. Triangulasi metode

dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui sumber yang sama

dengan teknik yang berbeda yakni dicek dengan wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Triangulasi sumber adalah uji validitas data dengan mengecek data

dari berbagai sumber, yaitu guru, siswa, dan dokumen. Selain itu, juga

menggunakan review informan yakni menanyakan kembali kepada informan

apakah data yang telah diperoleh sudah valid atau belum.

G. Teknik Analisis Data

Data yang berupa hasil pengamatan atau observasi dan wawancara

diklasifikasikan sebagai data kualitatif. Data ini diinterpretasikan kemudian

Page 77: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

dihubungkan dengan data kuantitatif (tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan

keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Data kualitaif dianalisis dengan Teknik

analisis kritis. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengetahui hasil

dari tindakan tiap siklus dengan indikator ketercapaian yang telah ditetapkan

sekaligus mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja guru dan siswa dalam

proses belajar mengajar.

Data yang berupa tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data

tersebut dianalisis secara deskriptif komparatif, yakni membandingkan nilai tes

antarsiklus dengan indikator pencapaian. Analisis dilakukan terhadap nilai yang

diperoleh pada tiga siklus yang telah dilakukan. Data yang berupa nilai tes

antarsiklus tersebut dibandingkan, sehingga hasilnya dapat mencapai batas

ketercapaian yang telah ditetapkan.

H. Indikator Ketercapaian Tujuan Pembelajaran

Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya

kualitas proses dan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek. Mulyasa (2006:

101-102) berpendapat bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses

dan segi hasil. Proses pembelajaran dikatakan berhasil jika seluruh atau setidak-

tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik,

mental, sosial selama proses pembelajaran. Dilihat dari segi hasil, pembelajaran

dikatakan berhasil jika sebagian besar (75%) siswa mengalami perubahan positif

dan output yang bermutu tinggi serta mendapatkan ketuntasan sesuai dengan

kriteria yang telah ditentukan.

Selain pertimbangan pendapat Mulyasa di atas, indikator ketercapaian

pembelajaran penelitian ini di tentukan berdasarkan diskusi guru dengan peneliti.

Keputusan diskusi diputuskan dengan mempertimbangkan keadaan awal siswa

sebelum tindakan.

Kualitas proses yang diukur dalam penelitian ini meliputi kedisiplinan,

minat, keaktifan, kerja sama, dan kesungguhan siswa. Kualitas hasil penilaian dari

kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi cerita pendek dan kualitas

Page 78: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

siswa dalam mengapresiasi cerita pendek. Siswa dikatakan berhasil dalam

menceritakan kembali isi cerita pendek dan apresiasi cerita pendek jika

mendapatkan nilai ≥ 65 dan siswa yang mendapatkan nilai di bawah 65

dinyatakan belum lulus (KKM yang ditetapkan adalah ≥ 65). Adapun indikator

ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Table 5. Deskripsi Indikator Ketercapaian

No Indikator Persentase Keterangan

1 Kedisiplinan siswa

75% Diamati ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung dengan lembar observasi dihitung dari jumlah siswa tertib dalam mengikuti pembelajaran

2 Minat siswa 75% Diamati ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung dengan lembar observasi dihitung dari jumlah siswa yang tertarik dan antusias mengikuti pebelajaran

3 Keaktifan siswa 75% Diamati ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung dengan lembar observasi dihitung dari jumlah siswa aktif dalam proses pembelajaran

4 Kerja sama siswa dalam kelompok

75% Diamati ketika proses diskusi kelompok sedang berlangsung dengan lembar observasi dihitung dari jumlah siswa aktif diskusi kelompok

5 Kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas

75% Diamati pada saat kegiatan inti pada proses belajar mengajar sedang berlangsung dihitung dari jumlah siswa yang terlihat fokus pada saat mengerjakan tugas

6 Kemampuan apresiasi cerita pendek

75% Dihitung dari jumlah siswa yang mampu mendapatkan nilai 65 ke atas

Page 79: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

I. Prosedur Penelitian

Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, maka peneliti

menggunakan prosedur penelitian sebagai berikut.

1. Persiapan

Pada tahap ini peneliti berkunjung ke SD Negeri IV Pulutan Wetan

dan menemui kepala sekolah. Peneliti meminta izin kepada kepala sekolah

untuk mengadakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin. Peneliti meminta

izin dengan disertai surat izin penelitian dari Dekan FKIP UNS yang dilampiri

proposal penelitian. Pada tahap ini peneliti juga menemui guru pengampu kelas

V untuk mempersiapkan kegiatan survei awal.

2. Studi/Survei Awal

Pada tahap ini peneliti melakukan survei awal pada siswa kelas V

untuk mengenal kemampuan siswa dalam proses pembelajaran apresiasi cerita

pendek. Survei ini dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran apresiasi

cerita pendek dan memeriksa hasil pretes yang dilakukan guru.

3. Pelaksanaan Siklus

Pelaksanaan penelitian ini, diwujudkan dalam bentuk siklus

(direncanakan tiga siklus), yang setiap siklus mencakup empat kegiatan, yaitu

(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis

dan refleksi. Adapun secara rinci empat tahap pelaksanaan diuraikan sebagai

berikut.

a. Rancangan Siklus I

1) Tahap perencanaan tindakan

Pada tahap perencanaan tindakan ini, peneliti dan guru

menyusun rencana penerapan metode CIRC dalam pembelajaran sastra

khususnya pada apresiasi cerita pendek yang terdiri dari kegiatan-

kegiatan berikut ini:

Page 80: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

a) peneliti dan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

bahasa Indonesia sesuai dengan silabus yang telah disusun oleh guru;

b) peneliti bersama guru merancang sknario pembelajaran apresiasi cerita

pendek dengan menerapkan metode CIRC, yakni dengan langkah-

langkah: (1) guru membuka pelajaran dan melakukan apersepsi kepada

siswa dengan menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan cerita

pendek; (2) guru kemudian menjelaskan meteri mengenai unsur-unsur

intrinsik cerita pendek, jenis-jenis cerita pendek, dan cara

menceritakan kembali isi cerita pendek yang dibaca; (3) guru

membagikan kutipan cerita pendek untuk dianalisis bersama-sama; (4)

guru menjelaskan sistem pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan

metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

kepada siswa; (5) guru membagi siswa menjadi empat kelompok,

masing-masing terdiri dari 4 sampai 5 orang; (6) guru membagikan

cerita pendek kepada masing-masing siswa; (7) siswa membaca cerita

pendek dengan berpasangan; (8) siswa mendiskusikan soal yaang

dibagikan guru menganai cerita pendek; (9) guru memberikan soal

tertulis secara individu kepada siswa; dan (10) setelah selesai, guru

meminta anak untuk menceritakan kembali isi cerita pendek ke depan

kelas secara bergantian

c) peneliti bersama guru menyusun sistem penilaian yang meliputi

penilaian proses dan hasil. Penilaian proses dengan menggunakan

lembar penilaian sikap (afektif) yang terdiri dari aspek: (1)

kedisiplinan; (2) minat; (3) keaktifan; (4) kerja sama; dan (5)

kesungguhan. Penilaian hasil menggunakan dua bentuk tes, yaitu tes

tertulis dan tes perbuatan. Tes tertulis berisi tentang soal yang menguji

kemampuan siswa memahami cerita pendek yang dibaca. Tes

perbuatan berisi tentang kemampuan siswa untuk menceritakan

kembali isi cerita pendek di depan kelas, meliputi aspek: (1)

kelengkapan isi; (2) keruntutan alur; (3) kemampuan kebahasaan; dan

(4) sikap saat berbicara.

Page 81: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

2) Tahap pelaksanaan tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, guru melaksanakan

pembelajaran sastra sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama

peneliti dengan menerapkan metode CIRC untuk meningkatkan

kemampuan apresiasi cerita pendek.

3) Tahap observasi

Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses

pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Kegiatan ini diarahkan

pada pokok-pokok penting yang telah ditetapkan pada pedoman

observasi. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru

dan siswa agar data lebih lengkap dan akurat.

4) Refleksi

Refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru dengan cara

menganalisis hasil observasi, hasil pekerjaan siswa, serta hasil

wawancara. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan

hasil pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan hasil analisis tersebut

akan didapatkan kekurangan-kekurangan yang masih terjadi dalam

pembelajaran apresiasi cerita pendek. Hasil analisis ini digunakan sebagai

dasar penerapan siklus berikutnya agar mengalami perbaikan. Dengan

analisis ini, peneliti juga tahu apakah tindakan yang diberikan berhasil

atau tidak.

b. Rancangan Siklus II

Pada siklus II perencanaan tindakan dilakukan dengan bercermin

pada hasil yang telah dicapai pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan

dari upaya siklus tersebut.

c. Rancangan Siklus III

Pada siklus III perencanaan tindakan dilakukan dengan

bercermin pada hasil yang telah dicapai pada tindakan siklus II sebagai

upaya perbaikan dari upaya siklus tersebut.

Page 82: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

4. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan pada proses

pembelajaran di setiap siklus yang diterapkan oleh guru. Peneliti mengamati

perilaku guru dan siswa saat pembelajaran apresiasi cerita pendek berlangsung.

5. Tahap Pelaporan

Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang

telah dilakukan selama penelitan.

Page 83: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uraian mengenai hasil penelitian sebagai jawaban atas rumusan

masalah yang diungkapkan Bab I akan disajikan dalam Bab IV ini. Sebelum hasil

penelitian dipaparkan, pada bab ini diuraikan terlebih dahulu mengenai kondisi

awal (pratindakan) pembelajaran apresiasi cerita pendek siswa kelas V SD negeri

IV Pulutan Wetan. Dengan demikian, pada bab ini akan dikemukakan tentang: (1)

kondisi awal pembelajaran serta kemampuan apresiasi cerita pendek siswa kelas

V SD Negeri IV Pulutan Wetan, (2) pelaksanaan tindakan dan hasil penelitian,

dan (3) pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam

tiga siklus dengan empat tahap dalam setiap siklusnya, yaitu tahap perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi, serta evaluasi dan refleksi.

A. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan survei awal.

Survei awal ini dimaksud untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran apresiasi

cerita pendek serta kemampuan siswa dalam mengepresiasi cerita pendek. Kondisi

awal ini menjadi acuan untuk menentukan tindakan apa saja yang akan dilakukan

pada pembelajaran dalam siklus selanjutnya. Survei awal dilakukan pada hari

Selasa tanggal 13 Januari 2010 dan dilanjutkan pada hari Rabu tanggal 14 Januari

2010. Pada hari Selasa tanggal 13 Januari 2010 diadakan wawancara dengan guru

dan siswa serta observasi kelas. Sementara itu, pada hari Rabu tanggal 14 Januari

2010 diadakan tes pratindakan.

Kegiatan pratindakan merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk

mengawali penelitian tindakan kelas ini. Kegiatan pratindakan meliputi: (a)

pembahasan tentang permasalahan dalam proses pembelajaran apresiasi cerita

pendek, (b) pelaksanaan uji pratindakan, dan (c) pembahasan tentang upaya

peningkatan kualitas proses pembelajaran khususnya pada apresiasi cerita pendek.

Page 84: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

1. Pembahasan tentang permasalahan dalam proses pembelajaran apresiasi

cerita pendek

Sebelum proses penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan survei

awal. Survei awal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran

cerita pendek dan mengetahui kemampuan awal siswa dalam memahami unsur

intrinsik cerita pendek. Kondisi awal ini menjadi acuan untuk menentukan

tindakan perbaikan. Survei awal hari pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 13

Januari 2010 pukul 07.30 – 10.00. Survei awal pada hari pertama diawali

dengan observasi proses pembelajaran apresiasi cerita pendek di kelas V SD

Negeri IV Pulutan Wetan. Kemudian, dilanjutkan dengan wawancara pada

guru pengampu dan siswa kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan.

Observasi dilakukan pada saat pelajaran bahasa Indonesia terutama

pembelajaran apresiasi cerita pendek. Dalam observasi, peneliti berada di

dalam kelas dengan mengambil posisi tempat duduk paling belakang. Peneliti

mengambil tempat paling belakang agar tidak mengganggu proses belajar

pembelajaran di kelas tersebut. Peneliti melakukan kegiatan pengamatan

selama proses belajar-mengajar berlangsung. Segala kejadian yang berlangsung

pada jam pelajaran itu peneliti amati dan mencatatnya dalam lembar observasi.

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas dan wawancara

kepada siswa-siswa untuk mengetahui sejauh mana respon siswa terhadap

pembelajaran cerita pendek yang telah berlangsung.

Adapun hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan

keadaan sebagai berikut.

a. Kedisiplinan dan kesiapan siswa mengikuti pembelajaran apresiasi cerita

pendek

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti selama proses

pembelajaran berlangsung, terungkap bahwa kedisiplinan dan kesiapan

siswa kurang terhadap pelajaran. Hal ini terlihat dari adanya siswa yang

masih bercanda dengan teman sebangkunya saat proses pembelajaran

berlangsung. Ketidaksiapan siswa sangat terlihat pada waktu guru memulai

pelajaran bahasa Indonesia di jam pertama, ada siswa yang belum

Page 85: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

menyiapkan buku dan ada beberapa siswa yang mengeluarkan buku mata

pelajaran lain.

b. Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran apresiasi cerita pendek

Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa kurang berminat

terhadap pelajaran apresiasi cerita pendek. Hal tersebut terindikasi dari

sikap siswa selama mengikuti pelajaran, yaitu perhatian siswa banyak yang

tidak fokus pada pelajaran, ada siswa yang sibuk dengan kegiatannya

melipat kertas, ada yang berbicara dengan temannya, ada yang melamun,

menunduk, menoleh-noleh, dan mengantuk.

Lemahnya minat siswa terhadap apresiasi cerita pendek juga dapat

dilihat dari hasil pengisian angket oleh siswa. Berdasarkan hasil angket

tersebut, diketahui bahwa siswa yang menyukai atau berminat pada

apresiasi cerita pendek hanya mencapai 33 % atau sejumlah 6 dari 18

siswa.

c. Keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran apresiasi cerita pendek

Pada waktu proses pembelajaran berlangsung, peneliti

menyimpulkan bahwa siswa kurang aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran apresiasi cerita pendek. Hal ini terlihat dari sedikitnya siswa

yang berani bertanya atau menyampaikan pendapat/sikap secara individu

kepada guru. Mereka hanya bisa mengeluh secara bersama-sama.

Kekurangaktifan siswa juga terlihat saat mendapatkan pertanyaan dari guru

tidak ada satu pun siswa yang angkat tangan untuk menjawab. Mereka

hanya bergumam kepada teman sebangku.

d. Perhatian dan kesungguhan siswa dalam mengikuti pembelajaran apresiasi

cerita pendek

Perhatian dan kesungguhan siswa terhadap guru kurang selama

proses pembelajaran berlangsung. Banyak siswa yang sibuk dengan

kegiatan pribadinya, seperti bergurau dengan teman, tidak mendengarkan

penjelasan guru, melihat keluar kelas saat dijelaskan materi, dan bermain

kertas. Siswa juga tidak merespon stimulus yang diberikan guru. Mereka

Page 86: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

nampak bosan dengan proses pembelajaran yang berlangsung secara

monoton ini. Ada beberapa siswa yang mengantuk.

e. Penggunaan media dalam Pembelajaran apresiasi cerita pendek

Berdasarkan hasil observasi pratindakan guru hanya menggunakan

cerita pendek yang terdapat dalam buku paket siswa. Dengan kata lain,

guru hanya mengandalkan materi yang terdapat dalam buku paket atau

buku pegangan untuk menentukan materi cerita pendek bagi siswa. Hal ini

akan menimbulkan kurangnya referensi bagi siswa untuk memahami cerita

pendek yang diajarkan.

f. Penggunaan metode dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti diketahui bahwa

pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional. Guru

menggunakan metode ceramah yang merupakan sistem pembelajaran

berpusat pada guru (teacher centered). Interaksi yang dilakukan guru

dengan siswa masih minim walaupun guru berusaha menghidupkan proses

pembelajaran dengan memberikan pertanyaan pada siswa. Intensitas tanya

jawab yang dilakukan dengan guru masih rendah, itu pun tidak ditanggapi

siswa dengan antusias.

g. Penguasaan kelas

Posisi guru saat mengajar hanya di depan kelas. Guru tidak

berkeliling kelas atau memantau siswa yang duduk di belakang sehingga

banyak siswa yang duduk di belakang tidak memperhatikan pelajaran.

Mereka dapat leluasa melakukan kegiatan pribadi, seperti bercanda dengan

teman, bermain kertas, dan melamun. Guru berkeliling hanya pada saat

siswa mencatat materi pembelajaran.

Dari wawancara dengan guru juga dikemukakan bahwa masih

banyak siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek.

Dari sejumlah kegiatan yang dilakukan dalam apresiasi cerita pendek, hampir

semua siswa merasa kesulitan dalam menceritakan kembali isi cerita pendek.

Dari hasil wawancara tidak terstruktur yang dilakukan kepada siswa

diketahui bahwa pembelajaran apresiasi cerita pendek cenderung

Page 87: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

membosankan. Guru selalu menggunakan metode ceramah untuk

menyampaikan materi. Di akhir pembelajaran, guru selalu memberikan tugas

sebagai evaluasi. Selain menimbulkan kejenuhan, metode tersebut juga

menyulitkan siswa dalam memahami materi cerita pendek meskipun materi

tersebut sudah diberikan secara berulang-ulang oleh guru.

Dari wawancara dengan siswa juga diketahui bahwa pembelajaran

apresiasi cerita pendek merupakan materi yang sulit. Mereka merasa kesulitan

dalam menceritakan kembali cerita yang dibaca. Hal ini membuat mereka

merasa terpaksa dalam menyelesaikan tugas menceritakan kembali cerita

pendek.

Berdasarkan angket yang diisi oleh siswa dapat diketahui bahwa

mereka lebih suka pembelajaran bahasa Indonesia yang menyajikan materi

kebahasaan dari pada materi sastra. Angket ini juga menunjukkan sebenarnya

anak suka dengan pembelajaran apresiasi cerita pendek, mereka merasa

pembelajaran apresiasi cerita pendek perlu diberikan tetapi mereka

menganggap bahwa pembelajaran apresiasi cerita pendek cukup sulit.

Kesulitan yang mereka hadapi dalam pembelajaran cerita pendek adalah

mengenai menceritakan kembali isi cerita dan mengidentifikasi unsur intrinsik

cerita pendek. Hasil angket juga menunjukkan mereka merasa acuh jika diberi

tugas untuk menceritakan kembali isi cerita. Selain itu, hasil angket juga

menjelaskan bahwa guru hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan

dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek, sehingga membuat anak merasa

bosan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang

dihadapi guru dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek adalah metode

pembelajaran yang digunakan kurang variatif. Hal ini mengakibatkan

pembelajaran membosankan dan sulit untuk dipahami oleh siswa.

2. Pelaksanaan uji pratindakan

Pelaksanaan uji pratindakan bertujuan untuk mengetahui kondisi

awal terhadap 18 siswa kelas V di SD Negeri IV Pulutan Wetan tahun

pelajaran 2009/2010. Uji coba dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Januari 2010.

Page 88: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Materi uji pratindakan adalah cerita pendek “Darma dan Zainal”. Dalam uji

pratindakan ini, siswa diberikan soal sebanyak 25 soal yang terdiri dari sepuluh

soal pilihan ganda, lima soal isian, dan lima soal jawaban singkat yang

berkaitan dengan unsur intrinsik cerita pendek dan tugas menceritakan

kembali. Dari hasil uji pratindakan, hanya 7 siswa (38%) yang memperoleh

nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65, sedangkan 11 siswa

(62%) yang lain memperoleh nilai di bawah KKM. Nilai rata-rata yang dicapai

juga rendah, yaitu 64,78 masih di bawah KKM yang ditetapkan di sekolah.

Selain tes tertulis, tes pratindakan juga dilakukan dengan tes

menceritakan kembali cerita pendek yang dibaca di depan kelas. Pada tes ini,

kemampuan siswa belum maksimal. Nilai yang diperoleh jauh di bawah KKM.

Dari hasil uji pratindakan, hanya 1 siswa (5%) yang memperoleh nilai di atas

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65, sedangkan 17 siswa (95%) yang

lain memperoleh nilai di bawah KKM. Nilai rata-rata yang dicapai masih jauh

di bawah KKM, yaitu 40,33.

Hasil tes tertulis dan tes perbuatan dalam uji pratindakan

digabungkan dan menjadi nilai akhir tes kemampuan apresiasi cerita pendek.

Berdasarkan hasil tes pratindakan, diketahui bahwa hanya ada 4 siswa (22%)

yang mendapatkan nilai 65 ke atas, sedangkan 14 siswa (88%) siswa yang lain

mendapatkan nilai di bawah KKM. Nilai rata-rata yang diperoleh juga masih

rendah yaitu 56.

Berdasarkan tes yang dilakukan tersebut diketahui kemampuan

apresiasi cerita pendek siswa masih rendah. Siswa masih merasa kesulitan

dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerita pendek dan menceritakan kembali

cerita pendek yang mereka baca. Saat siswa diminta guru menceritakan

kembali cerita pendek di depan kelas, banyak yang bingung dan menceritakan

cerita pendek dengan alur yang meloncat-loncat. Untuk mengetahui secara rinci

hasil tes pratindakan siswa, dapat dilihat pada tabel nilai apresiasi cerita pendek

di bawah ini.

Page 89: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Tabel 6. Nilai Apresiasi Cerita Pendek Pratindakan No Nama Nilai

Perbuatan Nilai

Tertulis Nilai Akhir

Keterangan

1 Arif Wahyu Setiawan 39 60 50 Tidak Lulus 2 Risky Kurniawan 39 65 52 Tidak Lulus 3 Riski Agustin 39 45 42 Tidak Lulus 4 Sofyan Arif Nur Prasetyo 33 38 36 Tidak Lulus 5 Adimas Pangestu 39 63 51 Tidak Lulus 6 Alfin Febrianti 39 63 51 Tidak Lulus 7 Aminah Permata Sari 44 85 65 Lulus 8 Dina Rahmawati 67 90 80 Lulus 9 Ela Fitriyani 44 85 65 Lulus 10 Fandi Irawan Ridwan 33 45 39 Tidak Lulus 11 Heni Rahayuyani 39 63 51 Tidak Lulus 12 Irfan Fauzi 39 60 50 Tidak Lulus 13 Ika Ayu Nur Kholifatul 44 63 54 Tidak Lulus 14 Oktavianto Stiadi Pramono 33 65 49 Tidak Lulus 15 Ria Novita Rahmawati 56 85 71 Lulus 16 Rahmatulloh 33 65 49 Tidak Lulus 17 Rahmad Nur Fauzi 33 63 48 Tidak Lulus 18 Sandhi Nugroho Erha 33 63 48 Tidak Lulus

Rata-rata 40,33 64,78 56 Jumlah ketuntasan (nilai ≥65) 1 7 4

Presentase ketuntasan (nilai ≥65) 5% 38% 22% 3. Pembahasan tentang upaya peningkatan proses pembelajaran apresiasi

cerita pendek

Dari hasil kegiatan observasi, wawancara, dan uji pratindakan yang

dilakukan pada survei awal, diketahui bahwa kemampuan siswa mengapresiasi

cerita pendek masih rendah terutama dalam memahami unsur intrinsik dan

menceritakan kembali cerita pendek. Adapun penyebab rendahnya kemampuan

apresiasi cerita pendek diantaranya adalah dalam proses pembelajaran yang

berlangsung sebagai berikut:

a. masih bersifat individual belum memanfaatkan potensi interaksi dan kerja

sama antarsiswa;

b. minimnya umpan balik dari guru maupun sesama teman belajar; dan

Page 90: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

c. metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru maih didominasi dengan

metode ceramah.

Dari pretes yang dilakukan pada survei awal diketahui bahwa

kemampuan apresiasi cerita pendek siswa kelas V SD Negeri IV Pulutan

Wetan masih tergolong rendah. Rendahnya kemampuan apresiasi cerita pendek

tersebut tampak pada indikator berikut ini.

a. Siswa belum mampu menemukan unsur-unsur intrinsik dari cerita pendek

yang dipelajari.

b. Siswa belum mampu menyusun urutan peristiwa dari cerita pendek yang

dipelajari.

c. Siswa belum mempunyai keberanian untuk menceritakan kembali cerita

pendek yang sudah dipelajari.

Dari hasil uji pratindakan di atas, perlu segera diambil solusi

sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan peningkatan

kemampuan apresiasi cerita pendek. Peneliti berasumsi bahwa tindakan perlu

dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Pada saat diskusi dengan guru,

peneliti menawarkan metode Cooperative Integreated Reading and

Composition (CIRC). Alasan pemilihan metode ini karena diperkirakan mampu

mengatasi permasalahan di atas. Metode ini termasuk ke dalam metode diskusi

kelompok berbasis pembelajaran kooperatif dengan menempatkan siswa dalam

kelompok campuran berdasarkan prestasi, jenis kelamin, agama, dan suku. Hal

ini sangat memungkinkan siswa untuk belajar mengapresiasi cerita pendek

secara berkelompok dengan memanfaatkan potensi interaksi dan kerja sama

antarsiswa.

Dalam metode ini, siswa ditempatkan dalam kelompok belajar

beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut

tingkat prestasi, jenis kelamin, agama, dan suku. Guru menyajikan pelajaran

dan siswa bekerja dalam kelompok untuk memastikan seluruh anggota

kelompok telah mengusai pelajaran tersebut. Seluruh siswa dikenai kuis

tentang materi itu. Saat belajar berkelompok, siswa saling membantu untuk

menuntaskan materi yang dipelajari. Sebelum menjawab pertanyaan, siswa

Page 91: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

membaca berpasangan cerita pendek yang mereka pelajari agar memahami

isinya.

Kompetensi yang dimiliki siswa lebih ditekankan pada kompetensi

individu meskipun dilakukan dalam bentuk diskusi kelompok. Pembacaan

secara berpasangan antar anggota kelompok agar mereka memahami isi cerita

pendek secara keseluruhan. Membaca berpasangan ini juga menerapkan

membaca nyaring dan berulang-ulang. Setiap anggota kelompok memiliki rasa

tanggung jawab yang tinggi terhadap setiap permasalahan yang dihadapi.

Dengan demikian, mereka selalu berkontribusi dalam kelompoknya terutama

pada saat kegiatan ‘mencari harta karun’. Guru memantau dan mengelilingi

tiap kelompok untuk melihat adanya kemungkinan siswa yang memerlukan

bantuan guru. Metode ini pun dibantu dengan metode ceramah, pelatihan,

penugasan, dan tanya jawab sesuai satuan pelajaran, sehingga ketuntasan

materi dapat terwujud.

B. Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Penelitian

Pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan melalui tiga siklus yang

berkelanjutan dari siklus pertama, kedua, dan ketiga. Setiap siklus terdiri dari

empat tahap: (a) tahap perencanaan (planning), (b) tahap implementasi

tindakan (acting), (c) tahap observasi (observing), dan (d) tahap refleksi

(reflecting).

1. Siklus I

a. Perencanaan tindakan

Berdasar pada survei awal yang dilakukan dari kegiatan

pratindakan, diketahui bahwa ada dua permasalahan utama dalam

pembelajaran apresiasi cerita pendek, yaitu proses pembelajaran yang

masih menggunakan metode konvensional dan masih rendahnya

kemampuan siswa dalam mengapresiasi cerita pendek. Sesuai dengan

penawaran peneliti tentang pemilihan metode CIRC untuk meningkatkan

Page 92: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

kemampuan apresiasi cerita pendek yang sudah disepakati oleh guru, maka

dirancang Penelitian Tindakan Kelas, pada siklus I tahap perencanaan.

Kegiatan ini dilaksanakan oleh guru dan peneliti pada Jumat, 5

Februari 2010, bertempat di kantor guru. Pada kesempatan ini peneliti

berdiskusi dengan guru. Hal-hal yang didiskusikan antara lain:

1) peneliti menyamakan persepsi dengan guru mengenai penelitian yang

dilakukan;

2) sesuai dengan usul peneliti pada pertemuan sebelumnya, bahwa akan

diterapkan metode Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC) dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek serta menjelaskan

cara melaksanakannya;

3) peneliti dan guru sama-sama menyusun RPP untuk siklus I;

4) peneliti dan guru bersama-sama merumuskan indikator pencapaian

tujuan;

5) guru dan peneliti memilih cerpen yang akan dijadikan media

pembelajaran pada siklus I. Guru dan peneliti memilih cerpen berjudul

“Kado untuk Emak”. Judul ini dipilih karena latar ceritanya sesuai

dengan kehidupan siswa yang berada di lingkungan pedesaan, bahasa

yang digunakan juga sesuai dengan usia anak sehingga mudah di

cerna. Selain itu, tema dalam cerpen ini juga sesuai dengan psikologi

anak kelas V SD yang menyukai tema kekeluargaan;

6) guru dan peneliti bersama-sama membuat lembar penilaian siswa,

yaitu instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa lembar kegiatan

siswa (LKS) yang berisi butir-butir soal digunakan untuk menilai

kemampuan apresiasi cerita pendek. Lembar kegiatan siswa (LKS)

berupa soal kelompok, soal individu, dan soal perbuatan. Instrumen

nontes digunakan untuk menilai sikap siswa dalam pembelajaran

apresiasi cerita pendek. Instrumen nontes berbentuk lembar obseravasi

dengan kriteria penilaian yang sudah ditentukan; dan

7) menentukan jadwal pelaksanaan tindakan.

Page 93: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Adapun urutan tindakan yang sudah direncanakan dan akan

diterapkan dalam siklus I sebagai berikut:

a) guru mengondisikan kelas dengan mengabsen siswa siapa yang

tidak masuk, kemudian melakukan apersepsi dengan tanya jawab

ringan dengan siswa tentang cerita pendek;

b) guru menjelaskan makna cerita pendek, unsur intrinsik cerita

pendek, dan cara menyimpulkan cerita pendek;

c) guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang sudah

ditentukan berdasarkan prestasi, jenis kelamin, dan keaktifan

siswa. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa. Pemilihan

ini dilakukan guru berdasarkan pengamatan guru mengajar selama

ini;

d) guru memberi bacaan cerita pendek yang berjudul “Kado Untuk

Emak” beserta dengan LKS berupa soal kelompok;

e) guru menyuruh siswa untuk mencari pasangan membaca masing-

masing. Siswa yang tidak mendapat pasangan dalam kelompoknya

untuk sementara bergabung dengan kelompok lain;

f) guru menyuruh siswa untuk mendiskusikan soal kelompok yang

telah dibagikan;

g) guru membahas pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS yang

sudah didiskusikan oleh siswa;

h) guru mengumpulkan LKS yang diberikan kepada siswa;

i) guru melakukan tes pascatindakan dilakukan dengan memberikan

soal secara individu kepada setiap siswa. Soal berisi mengenai

unsur-unsur intrinsik cerita pendek dan menceritakan kembali isi

cerita pendek;

j) guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil tes mereka;

k) guru menyuruh siswa maju satu per satu menceritakan isi cerita

pendek;

l) guru dan siswa melakukan refleksi; dan

Page 94: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

m) guru menutup pembelajaran dengan memberitahukan bahwa

kegiatan pada pertemuan kali ini akan ditindaklanjuti pada

pertemuan berikutnya.

Dari kegiatan diskusi tersebut disepakati pula bahwa

tindakan dalam siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu

pada hari Jumat, 12 Februari 2010 dan hari Sabtu, 13 Februari 2010.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

1) Pertemuan Pertama

Sesuai dengan perencanaan, tindakan siklus I pertemuan

pertama dilaksanakan pada hari Jumat, 12 Februari 2010 selama

2 X 35 menit, yaitu pada jam pelajaran pertama dan kedua. Pada

pertumuan pertama ini, guru akan menerapkan metode CIRC dalam

pembelajaran apresiasi cerita pendek.

Pada pertemuan ini guru akan mengajak siswa untuk

mengapresiasi cerita pendek “Kado untuk Emak”. Guru

menyampaikan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa

melalui beberapa indikator. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa

metode yang akan diterapkan adalah CIRC. Agar siswa tertarik dengan

metode pembelajaran tersebut guru menyampaikan manfaat dari

penerapan metode ini, yaitu dapat memupuk kerja sama antarsiswa,

menanamkan nilai gotong royong, menanamkan keyakinan bahwa di

dunia ini tidak ada kesuksesan tanpa adanya kerja sama yang baik

dengan orang lain, dan metode ini dapat mempermudah dalam

memahami cerita pendek.

Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran

cerita pendek pada tindakan siklus I pertemuan pertama ini adalah

sebagai berikut:

a) guru membuka pelajaran dengan mengucap salam;

b) guru mengabsen siswa;

c) guru mengondisikan kelas;

Page 95: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

d) guru melakukan tanya jawab ringan berhubungan dengan cerita

pendek;

e) guru menjelaskan arti cerita pendek, unsur-unsur intrinsik cerita

pendek, dan cara menyimpulkan isi cerita pendek;

f) guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang telah

ditentukan berdasarkan prestasi, jenis kelamin, dan keaktifan

siswa. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa. Setiap

kelompok terdiri dari dua pasangan membaca;

g) guru memberikan bacaan cerita pendek beserta dengan LKS

kepada masing-masing kelompok;

h) guru menyuruh siswa untuk membaca cerita pendek dengan

berulang-ulang secara berpasangan;

i) guru menugaskan siswa untuk menganalisis unsur intrinsik cerita

pendek dan pertanyaan-pertanyaan dalam LKS secara berdiskusi,

saling membantu dalam menemukan jawaban, dan saling

menjelaskan dengan anggota kelompoknya; dan

j) setelah semua siswa selesai mendiskusikan soal LKS, hasil

pekerjaan siswa dikumpulkan. Guru dan siswa secara bersama-

sama membahas unsur intrinsik cerita pendek dan cara

menceritakan kembali cerita pendek yang sudah dibaca.

Sampai pada langkah ini, bel berbunyi menunjukkan bahwa

waktu pelajaran telah selesai. Guru menyuruh siswa untuk

mempelajari hasil analisis mereka dan berlatih menceritakan kembali

cerita pendek yang sudah dibaca. Kemudian guru menutup pelajaran

dengan menginformasikan bahwa besok akan diadakan tes mengenai

pembelajaran hari ini. Pembelajaran dilanjutkan pertemuan selanjutnya

pada hari Sabtu, 13 Februari 2010 jam pertama dan kedua.

2) Pertemuan Kedua

Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada

pertemuan kedua dalam pelaksanaan siklus I adalah:

a) guru membuka pelajaran dengan mengucap salam;

Page 96: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

b) guru mengabsen siswa dan menanyakan siapa yang tidak masuk;

c) guru mengkondisikan kelas dengan menanyakan apakah sudah siap

menjalankan tes hari ini;

d) guru memberikan motivasi kepada siswa;

e) guru membagikan LKS kepada masing-masing siswa;

f) guru menyuruh siswa mengerjakan LKS yang telah dibagikan;

g) guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan LKS yang telah selesai

dikerjakan siswa;

h) siswa maju satu per satu sesuai nomor absen untuk menceritakan

kembali isi cerita pendek yang sudah dibaca di depan kelas;

i) guru dan siswa melakukan refleksi dengan mempersilahkan kepada

siswa untuk menanyakan hal-hal yang sulit; dan

j) guru menutup pelajaran.

Guru dapat menyelesaikan semua langkah tersebut sesuai

dengan waktu yang tersedia. Bergitu bel tanda pergantian pelajaran

berbunyi, guru sudah pada tahap pergantian pelajaran. Dalam tahap ini,

guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran

apresiasi cerita pendek di kelas, sedangkan peneliti hanya bertindak

sebagai partisipan pasif.

c. Observasi pada Siklus I

Observasi dilaksanakan saat pembelajaran apresiasi cerita

pendek dengan metode CIRC berlangsung pada hari Jumat, 12 Februari

2010 pukul 07.30 – 08.40 (jam pertama dan kedua) dan hari Sabtu, 13

Februari 2010 pulul 07.30 – 08.40 (jam pertama dan kedua). Observasi

terfokus pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang

dilaksanakan guru serta aktivitas siswa dalam pembelajaran apresiasi cerita

pendek dengan menerapkan metode CIRC. Dalam observasi ini, peneliti

menggunakan pedoman observasi (terlampir pada lampiran). Pada saat

observasi, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk di bangku

paling belakang.

Page 97: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

1) Pengamatan terhadap guru

Guru berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

perencanaan yang telah disusun bersama peneliti. Setelah guru membagi

siswa dalam kelompok kecil sesuai dengan kelompok yang telah

ditetapkan berdasarkan tingkat kecerdasan siswa, guru mengontrol

jalannya diskusi kelompok. Guru memberi kesempatan kepada siswa

yang ingin bertanya mengenai permasalahan kelompok yang mereka

hadapi selama diskusi. Pada pertemuan pertama siklus I ini, guru masih

terlihat belum dapat mengontrol dengan baik jalannya kerja kelompok.

Masih didapatinya siswa yang bermain sendiri, atau siswa yang

membaca buku pelajaran lain. Kegiatan guru pada proses pembelajaran

belum berjalan dengan maksimal. Suasana sangat gaduh ketika siswa

sibuk mencari anggota kelompoknya dan menata tempat duduk.

Pada pertemuan pertama siklus I ini, peneliti menggunakan

lembar penilaian kinerja guru yang menilai tentang kemampuan guru

dalam kemampuan menjelaskan pelajaran dan mengusai kelas. Indikator

kedua kinerja tersebut sebagai berikut.

a) Kemampuan menjelaskan materi, meliputi:

(1) menjelaskan materi dengan kalimat yang tidak berbelit-belit dan

menghidari penggunaan kata yang berlebihan dan

membingungkan;

(2) penggunaan contoh yang relevan dengan isi penjelasan dan

sesuai dengan kemampuan anak;

(3) pengorganisasian dengan menggunakan peta konsep dan ikhtisar

butir-butir penting;

(4) penekanan pada yang penting dengan mengulangi, mimik,

gerakan, dan kejelasan artikulasi; dan

(5) balikan dengan memberi pertanyaan dan menggunakan balikan

untuk menyesuaikan ketepatan atau mengubah maksud

penjelasan.

Page 98: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Tabel 7. Lembar Observasi Kemampuan Guru dalam Menjelaskan

No Aspek Yang Diamati 4 3 2 1 1 Total

Keterangan : 4= sangat baik 3= baik 2= cukup 1= tidak baik

Penilaian : Skor 48 – 37 = baik Skor 36 – 25 = cukup Skor 24 – 12 =kurang

Berdasarkan lembar pengamatan dan penilaian, diperoleh

hasil bahwa kinerja guru siklus I mencapai skor 24. Skor tersebut

mengindikasikan bahwa kemampuan menjelaskan guru masih pada

posisi “kurang”. Dari indikator yang telah ditentukan diketahui bahwa

guru masih pada posisi jawaban “cukup” dalam proses pembelajaran.

Hal ini wajar karena guru kurang referensi tentang pembelajaran

apresiasi cerita pendek menggunakan metode CIRC.

b) Kemampuan guru dalam mengelola kelas, meliput:

(1) bersikap tanggap dengan memandang secara seksama, mendekati,

memberi teguran, dan tepat waktu;

(2) membagi perhatian dengan visual dan verbal;

(3) memusatkan perhatian kelompok dengan menyiapkan dan

mengarahkan perhatian;

(4) menuntut tanggung jawab dengan menyuruh siswa mengawasi

temannya dan menunjukkan pekerjaan;

(5) petunjuk yang jelas kepada seluruh siswa dan kepada siswa secara

individual;

(6) memberikan teguran dengan penekanan tingkah laku, memberikan

alternatif tingkah laku, teguran, menggunakan mimik, dan

menetapkan harapan-harapan; dan

(7) memberikan penguatan dengan mimik, gerak, sentuhan, tanda, dan

benda.

Page 99: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Tabel 8. Lembar Observasi Kemampuan Guru dalam Mengelola Kelas

No Aspek Yang Diamati 4 3 2 1 1 Total

Keterangan : 4= sangat baik 3= baik 2= cukup 1= tidak baik

Penilaian : Skor 80 – 61 = baik Skor 60 – 41 = cukup Skor 40 – 20 =kurang

Berdasarkan lembar pengamatan dan penilaian yang telah

diisi peneliti diperoleh skor 44. Hal ini berarti bahwa kemampuan

guru masih dalam kondisi cukup. Dari indikator yang ditentukan

diketahui bahwa guru pada posisi jawaban “cukup” dan “baik”.

Keadaan ini merupakan hal yang wajar karena guru belum terbiasa

untuk menggunakan metode CIRC. Guru belum memahami secara

utuh penggunaan metode ini di kelas.

Pada pertemuan kedua siklus I guru sudah berusaha

melakukan perannya dengan baik. Sebelum membagikan soal kepada

siswa, guru memberikan motivasi untuk mendorong siswa agar percaya

diri dalam mengikuti tes. Pada saat siswa melakukan kegiatan

menceritakan kembali isi cerita pendek yang dibaca di depan kelas, guru

belum mampu mengontrol siswa dengan baik. Perhatian guru hanya

terfokus pada siswa yang maju, sedangkan siswa yang lain dibiarkan

saja. Hal ini membuat siswa yang di belakang melakukan aktivitasnya

sendiri, seperti keluar masuk kelas tanpa izin, bercanda, dan bermain

sendiri.

2) Pengamatan terhadap siswa

Pada pertemuan pertama siklus I yang dilaksanakan pada

hari Jumat, 12 Februari 2010, siswa tampak belum aktif dan masih

bingung apa yang harus dikerjakan. Hal ini karena baik guru atau siswa

belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode CIRC. Siswa

sangat gaduh ketika mencari anggota kelompoknya dan ketika menata

Page 100: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

tempat duduk kelompoknya. Didapati siswa masih suka bermain, diam,

dan kurang memperhatikan tugasnya. Saat guru menyuruh siswa untuk

membaca berpasangan banyak siswa yang tidak serius, asyik

berbincang-bincang, membaca dengan tertawa-tawa, bercanda, bahkan

ada satu pasang siswa yang tidak melaksanakan tugasnya.

Aktivitas siswa saat diskusi membuat suasana kelas sangat

ramai. Guru masih belum dapat mengendalikan situasi tersebut. Ada

beberapa siswa yang tidak melakukan diskusi. Mereka banyak yang

bercanda, sibuk dengan buku pelajaran lain, bertopang dagu, dan

berkomentar mengenai soal yang diberikan guru.

Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa

tentang kinerja anggota kelompok yang diberikan setelah pembelajaran

dengan metode CIRC siklus I diketahui bahwa dalam kerja kelompok

CIRC, partisipasi siswa sebagai peserta diskusi masih rendah. Mereka

belum dapat melakukan kerja sama dengan baik dan kerja kelompok

masih didominasi anggota kelompok tertentu. Penilaian proses individu

berdasarkan lembar penilaian proses yang disediakan sebagai berikut.

Tabel 9. Lembar Penilaian Proses Pembelajaran

No Nama 1 II III IV V 1 Presentase

Keterangan: Aspek: Skor: Penilaian: I : Kedisiplinan 4 : Sangat Baik 20 – 16 : Baik II : Minat 3 : Baik 15 – 11 : Cukup Baik III : Keaktifan 2 : Kurang Baik 10 – 5 : Kurang Baik IV : Kerja sama 1 : Tidak Baik V : Kesungguhan

Berdasarkan penilaian proses pembelajaran yang dilakukan

pada siklus I diperoleh data sebagai berikut. Siswa dianggap disiplin,

berminat, aktif, bekerja sama, dan sungguh-sungguh apabila berada pada

Page 101: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

rating scale 3 dan 4 ( baik dan sangat baik) (Penilaian lengkap terlampir

pada lampiran 2.14 Siklus I).

a) Kedisiplinan

Siswa yang menunjukkan kedisiplinan dalam mengikuti pembelajaran

apresiasi cerita pendek dengan dengan metode CIRC sebanyak 14

siswa atau sekitar 77%. Hal ini diperoleh dari penilaian sikap siswa

yang sudah menunjukkan kedisiplinan di kelas, seperti kedisiplinan

dalam kesiapan pelajaran dan menepati waktu dalam melakukan

langkah.

b) Minat

Siswa terlihat lebih antusias terhadap pembelajaran apresiasi cerita

pendek dengan metode CIRC dibandingkan dengan metode

konvensional. Minat siswa peneliti nilai dari antusias siswa untuk

mengikuti setiap aturan main dalam pembelajaran apresiasi cerita

pendek. Siswa juga terlihat lebih tekun mengerjakan tugas yang

diberikan guru. Siswa yang menunjukkan minat terhadap pembelajaran

apresiasi cerita pendek dengan metode CIRC sebanyak 61% atau

sejumlah 11 siswa. Hal ini juga didasarkan pada hasil wawancara

terstruktur yang dilakukan setiap akhir siklus. Sebanyak 11 siswa

menyatakan bahwa mereka senang mengikuti pembelajaran

menggunakan metode CIRC.

c) Keaktifan

Keaktifan siswa pada waktu proses pembelajaran apresiasi cerita

pendek dilihat dari kemampuan siswa untuk terlibat aktif

mendiskusikan masalah, bertanya pada guru, dan menjawab

pertanyaan guru secara lisan. Siswa yang sudah menunjukkan

keaktifan dengan cara mengungkapkan pendapat bertanya, menjawab

pertanyaan, dan aktif dalam kegiatan diskusi sebanyak 8 siswa.

Persentase keaktifan siswa yang peneliti simpulkan dari rubrik

penilaian proses pembelajaran apresiasi cerita pendek adalah 44%.

Page 102: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

d) Kerja sama

Siswa yang sudah menunjukkan sikap bekerja sama dengan anggota

kelompoknya sebanyak 11 siswa. Persentase kerja sama siswa

sebanyak 61%. Hal ini peneliti simpulkan dari hasil pengamatan

selama pembelajaran apresiasi cerita pendek. Siswa bekerja sama

dalam kelompok dan saling membantu dalam menyelesaikan masalah.

Kemampuan kerja sama siswa juga dapat dilihat dari hasil angket

kinerja kelompok. Pada siklus I ini angket kinerja kelopok

menunjukkan bahwa 44% siswa menyatakan hasil kinerja anggota

kelompoknya bagus sedangkan 42% menyatakan dalam kondisi cukup.

e) Kesungguhan

Kesungguhan siswa yang peneliti nilai adalah dari perhatian terhadap

penjelasan guru dan kemampuan menyelesaikan masalah. Siswa

terlihat serius dalam memperhatikan penjelasan guru. Siswa nampak

bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam pembelajaran

apresiasi cerita pendek sejumlah 11 siswa atau 61%.

Penilaian kemampuan apresiasi cerita pendek dengan

instrumen tes tertulis dan perbuatan. Dalam tes tertulis siswa diberikan

pertanyaan sebanyak 25 soal yang terdiri dari soal pilihan ganda, isian,

dan jawaban singkat. Soal-soal tersebut mencakup kemampuan

menganalisis unsur intrinsik dan menceritakan kembali cerita pendek

yang dibaca. Tes perbuatan dilakukan dengan menyuruh siswa maju satu

per satu untuk menceritakan kembali isi cerita pendek yang dibaca

dengan aspek penilaian: (1) kelengkapan isi, (2) keruntutan alur, (3)

kemampuan penggunaan bahasa, meliputi pelafalan dan pemilihan

kosakata, dan (4) sikap dalam berbicara yang terdiri dari kelancaran dan

pandangan mata kepada audiens.

Page 103: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Tabel 10. Daftar Nilai Menceritakan Kembali Isi Cerita Pendek di Depan Kelas Siklus I

No Nama 1 2 3a 3b 4a 4b Total Nilai 1

Rata-rata Persentase ketuntasan

Keterangan:

1 = kelengkapan isi

2 = alur

3 a = pelafalan

3 b = pilihan kata

4 a = kelancaran berbicara

4 b = pandangan mata kepada audiens

Berdasarkan lembar penilaian kemampuan apresiasi cerita

pendek pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 53,72 dengan nilai yang

tertinggi 67 dan nilai terendah 44 (terlampir dilampiran 2.15 siklus I).

Kemampuan apresiasi cerita pendek merupakan gabungan

antara tes tertulis dan perbuatan. Dari kedua tes diperoleh hasil sebagai

berikut.

Tabel 11. Daftar Nilai Apresiasi Cerita Pendek Siklus I

No Nama Nilai Perbuatan

Nilai Tertulis

Nilai Akhir

Keterangan

1 Rata-rata

Jumlah ketuntasan (nilai ≥65)

Presentase ketuntasan (nilai ≥65)

Berdasarkan lembar penilaian kemampuan apresiasi cerita

pendek pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas 62,11 dengan nilai

tertinggi 74 dan nilai terendah 44 (terlampir di lampiran 2.16 siklus I).

Siswa yang mampu memperoleh nilai di atas kriteria ketuntasan minimal

Page 104: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

(KKM) sebanyak 10 siswa atau 55% dari jumlah seluruh siswa kelas V

SD Negeri Pulutan Wetan IV.

d. Analisis dan Refleksi pada Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan penelitian pada siklus I, dapat

dikatakan bahwa kualitas pembelajaran apresiasi cerita pendek belum

mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal ini ditandai oleh beberapa

hal berikut.

1) Masih sedikit siswa yang mampu memperoleh nilai di atas batas

ketuntasan minimal (KKM), yaitu baru 10 siswa atau 55%.

2) Keaktifan siswa dalam pembelajaran yang berlangsung dalam kerja

kelompok maupun individu belum maksimal. Partisipasi seluruh anggota

kelompok, tukar pendapat, bertanya dan saling membantu antar anggota

kelompok, serta partisipasi dalam pembelajaran masih rendah. Mereka

masih terlihat pasif dan pembelajaran antar anggota kelompok masih

didominasi oleh seseorang.

3) Siswa kurang serius dan kurang berkonsentrasi, sehingga mereka juga

kurang dalam kedisiplinan, minat, keaktifan, kerja sama, dan

kesungguhan. Ketika guru menjelaskan materi pelajaran, berdiskusi,

maupun kegiatan menceritakan isi cerita pendek di depan kelas, masih

saja ada siswa yang berbincang-bincang sendiri.

4) Siswa masih belum mampu menceritakan isi cerita pendek dengan baik

di depan kelas. Hal ini dikarenakan guru belum menjelaskan secara rinci

bagaimana sikap siswa saat menceritakan kembali isi cerita pendek di

depan kelas. Siswa yang mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal

(KKM) baru 4 siswa atau 22%.

5) Guru belum mampu mengelola kelas melalui penerapan metode CIRC

dengan baik. Guru belum menjelaskan dengan rinci penerapan metode

CIRC, seperti guru belum menjelaskan pentingnya membaca

berpasangan dalam metode ini. Guru belum mampu menciptakan

suasana pembelajaran yang mendukung siswa untuk aktif,

Page 105: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

berkonsentrasi, serta berkonsentrasi untuk belajar. Kontrol atau

pengawasan guru dalam kelompok masih kurang.

Berdasarkan analisis hasil tersebut, maka tujuan yang ingin

dicapai dari kegiatan pembelajaran belum terpenuhi. Suasana pembelajaran

melalui penerapan pembelajarn kooperatif metode CIRC belum dapat

berjalan dengan baik. Berdasarkan analisis tersebut, berikut ini

dikemukakan refleksi dari kekurangan yang telah ditemukan.

1) Guru diharapkan lebih aktif dalam melakukan pengawasan atau kontrol

pada kinerja masing-masing kelompok. Selain itu, guru juga harus

menguasai prosedur dalam pembelajaran dengan metode CIRC dan cara

penilaiannya. Guru juga harus menjelaskan kepada siswa bagaimana

cara menceritakan isi cerita pendek di depan kelas dengan baik. Guru

harus sering memberikan motivasi maupun penghargaan kepada

kelompok dan individu yang dapat melakukan tugas dengan baik.

2) Siswa diharapkan lebih aktif dalam proses pembelajaran yang

berlangsung, dengan aktif bertanya, menjawab pertanyaan guru, dan

menyumbangkan pemikirannya dalam kerja kelompok. Siswa yang

begitu mendominasi kerja kelompok seharusnya disadarkan agar ia juga

memberi kesempatan kepada temannya.

3) Siswa yang masih kurang serius dalam pembelajaran diingatkan dengan

menyebut nama siswa atau diberi pertanyaan yang berhubungan dengan

apresiasi cerita pendek yang dipelajarinya.

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada

siklus I dikatakan belum berhasil karena belum mencapai hasil maksimal.

Peningkatan memang terjadi pada beberapa indikator yang telah ditentukan

pada survei awal. Akan tetapi, nilai rata-rata apresiasi cerita pendek siswa

masih jauh dari batas minimal ketuntasan hasil belajar (KKM=65). Oleh

karena itu, siklus II sebagai perbaikan proses pembelajaran pada siklus I

perlu dilaksanakan. Pelaksanaan siklus II ini disetujui oleh guru setelah

peneliti berdiskusi dan mengajukan hasil analisis dan refleksi siklus I pada

hari Senin, 15 Februari 2010.

Page 106: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, disepakati bahwa

siklus II perlu dilakukan. Perencanaan dan persiapan tindakan dilakukan

pada hari Senin, 15 Februari 2010 di ruang guru SD Negeri IV Pulutan

Wetan. Peneliti menyampaikan kembali isi observasi dan refleksi

terhadap pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menerapkan

metode CIRC yang dilakukan pada siklus I. Peneliti menyampaikan

segala kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran apresiasi cerita

pendek yang telah dilakukan kepada guru yang bersangkutan.

Untuk mengatasi hal tersebut, akhirnya disepakati hal-hal

yang sebaiknya dilakukan oleh guru sebagai upaya perbaikan pada siklus

I. Dalam diskusi kelompok, siswa belum melaksanakan dengan optimal.

Masih ada anggota kelompok yang belum berpartisipasi aktif, sehingga

terkesan mengikuti teman-teman dalam kelompok atau bahkan

mengganggu jalannya diskusi. Juga masih ada kelompok yang masih

didominasi oleh teman yang pandai berbicara, sehingga diskusi masih

terkesan kaku dan kurang hidup. Setiap pertanyaan dan jawaban siswa

masih jarang terjadi dalam proses pembelajaran. Kemampuan siswa untuk

menceritakan kembali isi cerita pendek di depan kelas masih rendah.

Banyak siswa belum mampu menguasai audiens saat berbicara di depan

dan terkesan menghafal. Hal-hal tersebut akan diperbaiki pada siklus II.

Pada perencanan tindakan ini, guru dan peneliti menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pembelajaran apresiasi cerita

pendek dengan menerapkan metode CIRC. Dalam diskusi antara guru dan

peneliti disepakati bahwa cerita pendek yang akan dipelajari adalah “Kena

Batunya”. Alasan pemilihan cerpen ini, yaitu: latar cerpen sesuia dengan

kondisi siswa berupa kehidupan di sekolah dasar, bahasa yang digunakan

juga sesuai dengan kemampuan siswa sehingga mudah untuk dimengerti,

serta tema yang digunakan sesuai dengan psikologis siswa yang menyukai

cerita lucu dan persahabatan.

Page 107: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Pada siklus II, proses penilaian masih ditekankan pada

penilaian proses dan hasil. Penilaian proses pembelajaran dengan

menggunakan lembar penilaian sikap (afektif) yang terdiri dari aspek: (1)

disiplin; (2) minat; (3) keaktifan; (4) kerja sama; dan (5) kesungguhan.

Penilaian hasil apresiasi cerita pendek terdiri dari dua hal, yaitu tes

perbuatan dan tes tertulis. Penilaian tes perbuatan meliputi aspek: (1)

kelengkapan; (2) keruntutan alur; (3) kemampuan bahasa; dan (4) sikap saat

berbicara di depan kelas. Dalam tes tertulis disajikan berupa soal yang

berisi tentang kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerita pendek dan

kemampuan menuliskan kembali isi cerita pendek yang dipelajari. Lembar

penilaian yang digunakan sama dengan yang digunakan pada siklus I.

Lembar penilaian tersebut akan dipegang peneliti dan guru.

Selain lembar penilaian, untuk mengatasi kekurangan dari sisi siswa dan

untuk membangkitkan minat siswa, minat kompetisi antarkelompok, maka

disepakati adanya pemberian hadiah. Hadiah yang direncanakan berupa:

nilai kepada kelompok atau siswa yang aktif, ungkapan-ungkapan pujian

seperti bagus sekali, baik, tepat sekali, dan sebagainya, dan berupa barang

seperti pulpen, buku, dan penghapus yang akan diberikan kepada kelompok

dengan point tertinggi dan juga kepada siswa yang memperoleh nilai paling

tinggi.

Disepakati bahwa siklus II dilaksanakan dalam dua kali

pertemuan, yaitu pada hari Jumat, 19 Februari 2010 dan Sabtu, 20 Februari

2010 di ruang kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan. Adapun urutan

tindakan yang sudah direncanakan dan akan diterapkan dalam siklus II

sebagai berikut.

1) Guru mengondisikan kelas dengan mengucapkan salam kemudian

mengabsen siswa siapa yang tidak masuk;

2) Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan tentang pembelajaran

sebelumnya dan membahas sekilas cerpen yang lalu. Guru juga

memberikan informasi tentang kekurangan pembelajaran pada siklus I;

Page 108: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

3) Guru menjelaskan tentang sikap yang baik dalam menceritakan kembali

isi cerita pendek di depan kelas. Dalam hal ini guru menjadi model

menceritakan isi cerita pendek yang sudah dibaca;

4) Guru memberikan motivasi kepada siswa dan sekali lagi menjelaskan

proses pembelajaran dengan metode CIRC;

5) Guru membagi kelompok-kelompok seperti pada siklus I. Variasi

anggota kelompok masih sama dengan siklus sebelumnya karena

dianggap penyebaran anggota kelompok sudah merata berdasarkan

keaktifan, jenis kelamin, dan kemampuan siswa.

6) Guru memberikan bacaan cerita pendek yang berjudul “Kena Batunya”

beserta dengan LKS;

7) Guru menyuruh siswa untuk membaca berpasangan;

8) Guru menugaskan siswa untuk menganalisis unsur intrinsik cerita

pendek “Kena Batunya” dan menceritakan kembali isi cerita pendek

secara berdiskusi dengan anggota kelompoknya;

9) Guru membahas pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja siswa berupa

soal kelompok yang sudah dikerjakan oleh siswa secara bersama-sama

dengan siswa;

10) Siswa mengumpulkan tugas kelompok;

11) Guru menyimpulkan pembelajaran, siswa yang belum jelas

dipersilahkan bertanya;

12) Guru membagikan soal tes apresiasi cerita pendek secara individu

kepada siswa;

13) Siswa mengerjakan tes secara individu;

14) Setelah siswa menyelesaikan tes tertulis, semua siswa maju satu per

satu di depan kelas untuk menceritakan isi cerita pendek yang dibaca;

15) Guru dan siswa melakukan refleksi; dan

16) Guru menutup pelajaran.

Page 109: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

1) Pertemuan Pertama

Sesuai yang direncanakan, maka tahap tindakan siklus II

dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu Jumat, 19 Februari 2010

dan Sabtu, 20 Februari 2010 di ruang kelas SD Negeri IV Pulutan

Wetan. Pada pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari Jumat,

19 Februari 2010 mulai pukul 07.30 WIB – 08.40 WIB (jam pertama

dan kedua). Langkah-langkah yang dilaksanakan guru dalam

pembelajaran aparesiasi cerita pendek pada tindakan siklus II ini

sebagai berikut:

a) guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam;

b) guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi, guru

memberikan motivasi siswa dengan memaparkan hal-hal yang bisa

diambil pelajaran dari membaca cerita pendek dan manfaat metode

CIRC;

c) guru mengulas sejenak mengenai pembelajaran yang telah

dilakukan pada siklus I;

d) guru menjelaskan cara menceritakan isi cerita pendek yang dibaca

di depan kelas. Guru menjadi model dengan menceritakan isi cerita

pendek pada pembelajaran sebelumnya yang berjudul “Kado untuk

Emak”. Guru menjadi model dalam hal intonasi, jeda, dan kontak

mata kepada audiens;

e) guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok seperti siklus I;

f) guru memberi bacaan cerita pendek yang berjudul “Kena Batunya”

beserta dengan LKS (soal kelompok);

g) guru menyuruh siswa membaca berpasangan. Dalam kegiatan ini

siswa bebas memilih tempat yang paling nyaman di setiap sisi ruang

kelas;

h) guru menugaskan siswa untuk menganalisis unsur intrinsik cerita

pendek “Kena Batunya” dan menuliskan kembali isi cerita pendek

yang dibaca secara berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Guru

Page 110: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

menekankan keaktifan dari masing-masing anggota kelompok

dengan menjelaskan bahwa aspek yang dinilai dalam proses

pembelajaran adalah: (1) kedisiplinan; (2) minat; (3) keaktifan; (4)

kerja sama; dan (5) kesungguhan. Kelompok yang seluruh

anggotanya menunjukkan kinerja sesuai dengan indikator tersebut

dengan baik akan mendapatkan point yang bagus. Guru

menekankan kepada siswa bahwa mereka memiliki tanggung jawab

untuk memastikan bahwa teman satu kelompok mereka telah

mempelajari materinya. Sewaktu siswa mengerjakan tugas dalam

kelompok, guru berkeliling kelas, memberikan pujian kepada

kelompok yang bekerja dengan baik, menegur siswa yang tidak

melaksanakan tugasnya, dan menjawab pertanyaan dari siswa yang

belum paham;

i) guru membahas pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS

bersama-sama dengan siswa; dan

j) siswa mengumpulkan hasil pekerjaan kelompoknya.

Sampai pada langkah ini, bel berbunyi menunjukkan bahwa

waktu pelajaran telah selesai. Guru menyuruh siswa untuk mempelajari

pelajaran yang telah dilakukan pada pertemuan ini karena esok hari

akan diadakan tes untuk mengetahui kemampuan apresiasi cerita

pendek siswa dalam pembelajaran siklus II. Kemudian guru menutup

pelajaran. Pembelajaran dilakukan pada pertemuan selanjutnya pada

hari Sabtu, 20 Februari 2010 jam pertama dan kedua.

2) Pertemuan Kedua

Sesuai kesepakatan dengan guru, maka pertemuan kedua pada

siklus II ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Februari 2010 jam

pertama dan kedua. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan

guru pada pertemuan kedua dalam pelaksanaan tindakkan siklus II

sebagai berikut:

a) guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam;

Page 111: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

b) guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan

memberikan motivasi kepada siswa untuk melakukan yang terbaik

dalam tes kali ini;

c) guru membagikan soal individu kepada setiap siswa;

d) siswa mengerjakan soal yang telah diberikan guru mengenai analisis

unsur intrinsik dan menuliskan kembali isi cerita pendek “Kena

Batunya”;

e) setelah siswa selesai mengerjakan, mereka mengumpulkan hasil

pekerjaan kepada guru;

f) guru meyuruh siswa maju satu per satu ke depan kelas untuk

menceritakan kembali isi cerita pendek “Kena Batunya”. Siswa

maju satu per satu dengan kesadaran sendiri-sendiri tanpa harus

disuruh guru;

g) guru dan siswa melakukan refleksi; dan

h) guru menutup pelajaran.

Guru dapat menyelesaikan semua langkah tersebut sesuai

dengan waktu yang tersedia. Begitu bel tanda pergantian berbunyi, guru

sudah pada tahap menutup pelajaran. Dalam tahap ini, guru bertindak

sebagai pemimpin jalannya pembelajaran apresiasi cerita pendek di

dalam kelas, sedangkan peneliti hanya bertindak sebagai partisipan

pasif.

c. Observasi dalam Siklus II

Observasi dilaksanakan saat pembelajaran apresiasi cerita

pendek dengan metode CIRC berlangsung pada hari Jumat, 19 Februari

2010 pukul 07.30 WIB – 08.40 (jam pertama dan kedua) dan hari

Sabtu, 20 Februari 2010 (jam pertama dan kedua). Observasi

difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita

pendek dengan menerapkan metode CIRC, kegiatan yang dilaksanakan

guru serta aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Pada saat

observasi, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk di

bangku paling belakang.

Page 112: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

1) Pengamatan terhadap guru

Pengamatan kepada guru dilakukan dengan

menggunakan lembar penilaian dan observasi kinerja guru yang

sama seperti pada siklus I. Observasi kinerja guru dibagi menjadi dua

yaitu kemampuan menjelaskan dan kemampuan mengelola kelas.

Dari hasil penilaian kemampuan menjelaskan mendapatkan skor 32

ini berarti bahwa kemampuan menjelaskan guru pada siklus IIs

termasuk dalam kriteria “cukup baik” dengan sebagaian besar

kegiatan “baik” dilakukan. Hasil penilaian kemampuan mengelola

kelas yang dilakukan guru, mendapatkan skor 56 menunjukkan

bahwa kemampuan guru dalam mengelola kelas”cukup baik” dengan

kualitas kegiatan “baik”.

Guru berusaha melakukan kegiatan pembelajaran yang

telah direncanakan bersama dengan peneliti. Setelah guru membagi

siswa ke dalam kelompok yang sudah ditentukan, guru mengontrol

jalannya diskusi kelompok. Guru sudah mulai mampu menciptakan

suasana pembelajaran yang kondusif dan kooperatif. Akan tetapi,

memang masih ada beberapa siswa yang belum tertib. Guru telah

berusaha membangkitkan minat, keaktifan, dan kesungguhan siswa

walaupun belum maksimal. Guru terlihat berusaha untuk memantau

kinerja setiap kelompok walaupun intensitasnya tidak sering. Guru

menekankan kepada siswa bahwa mereka harus mempunyai rasa

tanggung jawab untuk memastikan teman satu kelompok mereka

telah mempelajari materinya. Sewaktu para siswa sedang belajar

kelompok, sesekali guru berkeliling kelas, memantau jalannya

diskusi, memberi pujian terhadap kelompok yang sudah bekerja

dengan baik, dan kadang guru menjawab pertanyaan siswa yang

belum jelas. Pada akhir pelajaran guru menyimpulkan pelajaran

dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Guru

sudah mulai mampu menguasai penerapan metode CIRC dengan

baik.

Page 113: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

2) Pengamatan terhadap Siswa

Pada pertemuan pertama siklus II yang dilaksanakan

pada hari Jumat, 19 Februari 2010, siswa tampak lebih aktif daripada

pelaksanaan tindakan pada siklus I. Namun, siswa masih sangat

gaduh ketika mencari anggota kelompok dan saat menata tempat

duduk kelompoknya. Didapati pada awal pelajaran siswa masih

kurang memperhatikan tugasnya. Meskipun demikian, setelah

berjalan beberapa waktu siswa mampu megikuti pembelajaran dan

berdiskusi dengan temannya.

Observasi terhadap siswa pada siklus II hampir sama

dengan siklus I. Pada siklus II ini siswa juga diamati dari segi proses

dan hasil. Demikian pula dengan instrumen penilaiannya juga sama

dengan siklus I.

Berdasarkan penilaian proses pembelajaran yang

dilakukan pada siklus II diperoleh data sebagai berikut. (Penilaian

lengkap terlampir pada lampiran 3.13 Siklus II)

a) Kedisiplinan

Siswa yang menunjukkan kedisiplinan dalam mengikuti

pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan dengan metode

CIRC sebanyak 15 siswa atau sekitar 83%. Jumlah tersebut sudah

lebih baik jika dibandingkan dengan siklus I. Penilaian

kedisiplinan masih tetap sama dengan siklus I diperoleh dari

penilaian sikap siswa yang sudah menunjukkan kedisiplinan di

kelas, seperti kedisiplinan dalam kesiapan pelajaran dan menepati

waktu dalam melakukan langkah.

b) Minat

Pada siklus II ini siswa terlihat lebih antusias terhadap

pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan metode CIRC

dibandingkan dengan siklus I. Minat siswa peneliti nilai dari

antusias siswa untuk mengikuti setiap aturan main dalam

pembelajaran apresiasi cerita pendek. Siswa juga terlihat lebih

Page 114: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

tekun mengerjakan tugas yang diberikan guru. Berdasarkan hasil

wawancara tidak terstruktur yang diberikan pada siswa seteah

siklus II sebanyak 14 siswa menyatakan mereka tertarik untuk

mempelajari apresiasi cerita pendek menggunakan metode CIRC.

Siswa yang menunjukkan minat terhadap pembelajaran apresiasi

cerita pendek dengan metode CIRC sebanyak 77% atau sejumlah

14 siswa. Keadaan ini menunjukkan minat siswa pada siklus II

lebih baik daripada siklus sebelumnya.

c) Keaktifan

Keaktifan siswa pada waktu proses pembelajaran apresiasi cerita

pendek dilihat dari kemampuan siswa untuk terlibat aktif

mendiskusikan masalah, bertanya pada guru, dan menjawab

pertanyaan guru secara lisan. Siswa yang sudah menunjukkan

keaktifan dengan cara mengungkapkan pendapat, bertanya,

menjawab pertanyaan, dan aktif dalam kegiatan diskusi sebanyak

11 siswa. Persentase keaktifan siswa yang peneliti simpulkan dari

rubrik penilaian proses pembelajaran apresiasi cerita pendek

adalah 61%. Keaktifan pada siklus II ini menunjukkan

peningkatan cukup berarti yakni 17% atau 3 siswa dibandingkan

dengan siklus I.

d) Kerja sama

Siswa yang sudah menunjukkan sikap bekerja sama dengan

anggota kelompoknya sebanyak 14 siswa. Persentase kerja sama

siswa sebanyak 77%. Hal ini peneliti simpulkan dari hasil

pengamatan selama pembelajaran apresiasi cerita pendek. Siswa

bekerja sama dalam kelompok dan saling membantu dalam

menyelesaikan masalah. Siswa mulai antusias untuk menjadi

kelompok yang terbaik, sehingga kemampuan kerja sama siswa

meningkat. Berdasarkan angket kinerja kelompok 54% siswa

menyatakan kinerja kelopok mereka baik sedangkan 45%

Page 115: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

menyatakan kinerja kelompok mereka cukup, selebihnya

menyatakan kinerja kelompok mereka kurang.

e) Kesungguhan

Kesungguhan siswa yang peneliti nilai adalah dari perhatian

terhadap penjelasan guru dan kemampuan menyelesaikan

masalah. Siswa terlihat lebih serius dalam memperhatikan

penjelasan guru. Siswa nampak bersungguh-sungguh dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi. Siswa yang menunjukkan

kesungguhannya dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek

sejumlah 15 siswa atau 83%.

Penilaian kemampuan apresiasi cerita pendek dengan

sistem penilaian yang sama dengan siklus I, yaitu menggunakan

instrumen tes tertulis dan perbuatan. Dalam tes tertulis siswa

diberikan pertanyaan sebanyak 25 soal yang terdiri dari soal pilihan

ganda, isian, dan jawaban singkat. Soal-soal tersebut mencakup

kemampuan menganalisis unsur intrinsik dan menceritakan kembali

cerita pendek yang dibaca.

Tes perbuatan dilakukan dengan menyuruh siswa maju

satu per satu untuk menceritakan kembali isi cerita pendek yang

dibaca dengan aspek penilaian yang sama dengan siklus I, yaitu (1)

kelengkapan isi, (2) keruntutan alur, (3) kemampuan penggunaan

bahasa, meliputi pelafalan dan pemilihan kosa kata, dan (4) sikap

dalam berbicara yang terdiri dari kelancaran dan pandangan mata

kepada audiens.Berdasarkan lembar penilaian kemampuan

menceritakan kembali isi cerita pendek pada siklus II diperoleh nilai

rata-rata 66,06 (sudah mencapai KKM) dengan nilai yang tertinggi

89 dan nilai terendah 44 (terlampir dilampiran 3.14 siklus II).

Kemampuan apresiasi cerita pendek merupakan

gabungan antara tes tertulis dan perbuatan. Berdasarkan lembar

penilaian kemampuan apresiasi cerita pendek pada siklus II

diperoleh nilai rata-rata kelas 73,59 (sudah berada di atas KKM)

Page 116: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

dengan nilai tertinggi 89 dan nilai terendah 41 (terlampir di lampiran

3.16 siklus II). Siswa yang mampu memperoleh nilai di atas kriteria

ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 16 siswa atau 88% dari jumlah

seluruh siswa kelas V SD Negeri Pulutan Wetan IV.

d. Analisis dan refleksi pada siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan penelitian pada siklus II, dapat

dikemukakan bahwa kualitas pembelajaran apresiasi cerita pendek sudah

mengalami peningkatan yang cukup berarti, tetapi belum sesuai yang

diharapkan. Hal ini ditandai dengan beberapa hal berikut.

1) Dalam kegiatan menceritakan kembali di depan kelas, siswa yang

memperoleh batas ketuntasan minimal (KKM) belum mencapai 75%

dari ketuntasan kelas, yaitu baru 50% atau 9 siswa.

2) Nilai terendah kemampuan apresiasi cerita pendek siswa turun dari

44 menjadi 41.

3) Keaktifan siswa dalam pembelajaran yang berlangsung dalam

kelompok kerja sudah mengalami peningkatan tetapi belum

maksimal. Siswa yang aktif dalam pembelajaran belum mencapai

75% ketuntasan kelas. Siswa yang aktif baru 61% atau 11 siswa.

4) Keseriusan dan konsentrasi masih belum maksimal dalam

kedisiplinan, minat, kerja sama, dan kesungguhan.

5) Dari angket kinerja yang diisi siswa, masih ada siswa yang belum

berpartisipasi dalam kegiatan kelompok yakni sebanyak 4 siswa.

6) Kemampuan guru mengelola kelas meningkat. Guru telah mampu

mengelola kelas dengan menggunakan metode CIRC dengan cukup

baik. Meskipun demikian, guru masih belum maksimal dalam

mengelola kelas. Guru telah berusaha menciptakan situasi

pembelajaran yang mendukung siswa untuk aktif, berkonsentrasi,

serta termotivasi untuk belajar. Kontrol dan pengawasan guru cukup

baik, guru sudah berkeliling di setiap kelompok, dan memberi

pengarahan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Akan

tetapi, intensitas guru dalam keliling kelompok belum sering.

Page 117: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Berdasarkan analisis tersebut, dapat diungkapkan bahwa

kualitas pembelajaran sudah cukup baik. Kekurangan ditemui pada sikap

siswa yang masih kurang berkonsentrasi dan serius, terkadang mereka

beraktivitas (bercakap-cakap) dengan siswa lain. Siswa yang nilainya

masih belum mencapai KKM pada kegiatan menceritakan kembali isi

cerita pendek masih ada 9 siswa atau 50%. Siswa yang belum tuntas

dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek ada 2 siswa atau 12%.

Keaktifan, tanggung jawab, kerja sama, dan kesungguhan siswa masih

perlu ditingkatkan. Suasana pembelajaran dengan menerapkan

pembelajaran kooperatif melalui metode CIRC belum dapat berjalan

dengan baik. Berdasarkan analisis di atas, berikut ini dikemukakan

refleksi dari kekurangan yang ada.

1) Guru harus menekankan kembali cara menceritakan isi cerita

pendek di depan kelas kepada siswa, sehingga mereka mampu

melaksanakannya dengan baik.

2) Setiap kelompok harus memastikan kepada seluruh anggotanya

telah memahami semua materi yang didiskusikan.

3) Guru lebih menekankan siswa agar lebih berkonsentrasi, disiplin,

dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Selain itu, siswa harus aktif baik dalam kegiatan kelompok maupun

individu.

4) Guru lebih meningkatkan intensitasnya dalam mengontrol

kelompok dan memberikan pengarahan.

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di tersebut, tindakan

siklus II dikatakan berhasil tetapi belum mencapai hasil yang maksimal.

Peningkatan terjadi di beberapa indikator dibandingkan siklus I, tetapi

masih banyak kekurangan seperti yang disebutkan di atas. Oleh karena

itu, siklus III sebagai proses perbaikan pembelajaran pada siklus II perlu

dilaksanakan. Pelaksanaan siklus III ini disetujui oleh guru setelah

peneliti mengajukan hasil analisis dan refleksi siklus II pada Senin, 23

Februari 2010.

Page 118: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

3. Siklus III

a. Perencanaan Tindakan Siklus III

Berdasarkan hasil refleksi siklus II, disepakati bahwa siklus III

perlu dilaksanakan. Persiapan dan perencanaan tindakan dilakukan pada

hari Senin, 23 Februari 2010 di ruang guru SD Negeri IV Pulutan Wetan,

setelah peneliti menyampaikan hasil observasi dan refleksi terhadap

pembelajaran yang dilakukan pada siklus II. Peneliti menyampaikan

kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran apresiasi cerita pendek

yang telah dilakukan.

Pada perencanaan tindakan ini, guru dan peneliti menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) apresiasi cerita pendek dengan

menerapkan metode CIRC. Dalam diskusi antara guru dan peneliti

disepakati bahwa cerita pendek yang akan dipelajari adalah cerita pendek

berjudul “Asyiknya Berbagi”. Cerpen ini dipilih karena temanya sesuai

dengan keadaan kesukaan siswa yakni konflik keluarga. Selain itu, cerpen

ini juga menggunakan latar yang menggambarkan kesederhanaan sebuah

keluarga yang hampir sama dengan kondisi siswa di rumah.

Pada siklus III, proses penilaian tetap ditekankan pada penilaian

proses dan penilaian hasil. Lembar penilaian yang digunakan pada siklus

III, masih sama dengan lembar penilaian pada siklus-siklus sebelumnya.

Indikator penilaian proses dengan menggunakan lembar penilaian sikap

(afektif) yang terdiri dari aspek: (1) kedisiplinan; (2) minat; (3) keaktifan;

(4) kerja sama; dan (5) kesungguhan.

Penilaian hasil apresiasi cerita pendek digunakan untuk

mengetahui kompetensi siswa dalam mengapresiasi cerita pendek.

Penilaian apresiasi cerita pendek masih sama dengan siklus I dan siklus II.

Penilaian dilakukan dengan penilaian perbuatan dan penilaian tertulis.

Penilaian perbuatan dilakukan dengan menilai kemampuan siswa

menceritakan isi cerita pendek dengan lengkap, runtut, penggunaan bahasa

yang tepat, dan sikap yang baik saat berbicara. Penilaian tertulis dilakukan

Page 119: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

dengan memberi soal berjumlah 25 butir soal yang terdiri dari soal pilihan

ganda, isian, dan jawaban singkat.

Lembar penilaian tersebut dipegang oleh peneliti dan guru.

Selain lembar penilaian, untuk mengatasi kekurangan dari siswa dan untuk

membangkitkan minat dan kompetisi antarkelompok, maka disepakati

adanya hadiah. Hadiah yang direncanakan berupa: nilai kelompok yang

aktif, ungkapan-ungkapan pujian seperti: bagus, baik sekali, baik, tepat

sekali, dan sebagainya, dan berupa barang seperti buku tulis, bolpoin yang

diberikan kepada kelompok yang paling baik.

Disepakati bahwa tindakan siklus III tetap diaksanakan dalam

dua kali pertemuan yaitu Sabtu, 27 Februari 2010 dan Senin 1 Maret 2010

di ruang kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan. Adapun urutan tindakan

hampir sama dengan siklus-siklus sebelumnya. Secara runtut, tindakan

yang dilakukan sebagai berikut.

1) Guru membuka pembelajaran dengan salam.

2) Guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi pada siswa yang

tidak masuk hari ini.

3) Guru melakukan apersepsi dengan mengulas pembelajaran cerpen

sebelumnya.

4) Guru menjelaskan sekilas mengenai kekurangan-kekurangan pada

siklus sebelumnya. Guru menekankan pada keaktifan dan kerja sama

siswa.

5) Guru membagi siswa menjadi empat kelompok sesuai dengan

kelompok siklus sebelumnya.

6) Guru membagikan cerita pendek berjudul “Asyiknya Berbagi” beserta

LKS yang dibagikan secara kelompok.

7) Siswa membaca secara berpasangan.

8) Siswa mendiskusikan soal LKS yang dibagikan guru.

9) Siswa mengumpulkan hasil diskusinya kepada guru.

10) Guru membagikan soal kuis kepada setiap siswa.

Page 120: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

11) Setelah siswa selesai mengerjakan, siswa mengumpulkan hasil

pekerjaannya kepada guru.

12) Siswa maju satu per satu menceritakan isi cerita pendek yang dibaca.

13) Siswa mengisi angket tentang tindakan pembelajaran menggunakan

metode CIRC.

14) Guru dan siswa melakukan refleksi.

15) Guru menutup pelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III

1) Pertemuan Pertama

Sesuai yang telah direncanakan, maka tahap tindakan siklus III

dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu Sabtu, 27 Februari 2010

dan Senin, 1 Maret 2010 di ruang kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan.

Pada pertemuan pertama siklus III dilaksanakan pada Sabtu, 27

Februari 2010 mulai pukul 07.30-08.40 (jam pertama sampai kedua).

Langkah-langkah yang dilaksanakan guru dalam pembelajaran apresiasi

cerita pendek pada siklus III sebagai berikut:

a) guru membuka pelajaran dengan mengucap salam;

b) guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi siswa;

c) guru menjelaskan dalam kegiatan pembelajaran, seharusnya siswa

aktif dan bekerja sama. Guru mengulas sekilas mengenai kegiatan

apresiasi cerita pendek;

d) guru mengelompokkan siswa ke dalam empat kelompok seperti

siklus sebelumnya;

e) guru membagikan cerita pendek berjudul “Asyiknya Berbagi”

sekaligus memberikan LKS yang harus dikerjakan setiap kelompok;

f) siswa membaca cerita secara berpasangan. Kemudian, siswa

mendiskusikan soal yang diberikan kepada kelompok mereka; dan

g) setelah siswa selesai mendiskusikan, mereka mengumpulkan hasil

pekerjaan kepada guru.

Sampai pada langkah ini, bel berbunyi menunjukkan bahwa

waktu pelajaran telah usai. Guru menyuruh siswa untuk mempersiapkan

Page 121: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

diri untuk tes pada hari Senin. Pembelajaran dilanjutkan pada hari

Senin, 1 Maret 2010 jam pertama dan kedua.

2) Pertemuan Kedua

Sesuai dengan kesepakatan dengan guru, maka pertemuan

kedua siklus III dilaksanakan pada hari Senin, 1 Maret 2010. Langkah-

langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada pertemuan kedua

siklus III ini sebagai berikut:

a) guru membuka pelajaran dengan salam;

b) guru melakukan presensi dan memberikan motivasi siswa untuk

mengerjakan tes dengan semaksimal mungkin;

c) guru memastikan semua siswa siap mengikuti tes pembelajaran

apresiasi cerita pendek;

d) guru membagikan soal kepada setiap siswa dan siswa sibuk

mengerjakan;

e) setelah siswa selesai mengerjakan, mereka mengumpulkan hasil

pekerjannya;

f) siswa kemudian maju satu per satu untuk menceritakan kembali isi

cerita pendek yang dibaca;

g) guru kemudian membagikan angket kepada siswa mengenai kesan

mereka terhadap pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan

menggunakan metode CIRC;

h) guru dan siswa melakukan refleksi; dan

i) guru menutup pelajaran.

Guru dapat menyelesaikan semua langkah sesuai dengan

waktu yang tersedia. Begitu bel tanda pergantian jam berbunyi, guru

sudah pada tahap menutup pelajaran. Dalam tahap ini guru bertindak

sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran apresiasi cerita

pendek di dalam kelas, sedangkan peneliti hanya bertindak sebagai

pertisipan pasif.

Page 122: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

c. Observasi Siklus III

Observasi dilaksanakan saat pembelajaran apresiasi cerita

pendek dengan menggunakan metode CIRC berlangsung pada hari Sabtu,

27 Februari 2010 pukul 07.30 - 08.40 (jam pertama dan kedua) dan hari

Senin, 1 Maret 2010 (jam pertama dan kedua). Seperti pada siklus II,

observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran apresiasi

cerita pendek dengan menerapkan metode CIRC, kegiatan yang

dilaksanakan guru, serta aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Dalam observasi ini, peneliti menggunakan pedoman

observasi (terlampir pada lampiran) serta ikut melakukan penilaian

dengan memegang lembar penilaian proses kegiatan anggota kelompok

dan lembar penilaian apresiasi cerita pendek. Pada saat observasi, peneliti

bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk di bangku paling belakang.

1) Pengamatan terhadap Guru

Guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

pelaksanaan yang telah disusun bersama peneliti. Guru sudah

menciptakan pembelajaran yang kondusif dan kooperatif. Guru telah

mampu membangkitkan minat, keaktifan, dan kesungguhan siswa.

Guru terlihat lebih aktif dalam memantau kinerja setiap kelompok.

Guru menekankan kepada siswa bahwa mereka memiliki tanggung

jawab untuk memastikan bahwa teman satu kelompok mereka telah

mempelajari materinya.

Sewaktu para siswa sedang bekerja secara kelompok, guru

berkeliling kelas, memberi pujian, dan kadang guru duduk di tiap

kelompok untuk mendengarkan bagaimana anggota kelompok bekerja.

Setelah siswa selesai diskusi, guru menyuruh siswa untuk

mengumpulkan hasil pekerjaan mereka. Guru dan siswa kemudian

membahas soal yang didiskusikan.

Pada pertemuan berikutnya guru memberikan tes

pascatindakan kepada siswa. Setelah siswa menyelesaikan soal, mereka

maju satu per satu untuk menceritakan isi cerita pendek yang dibaca.

Page 123: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Langkah selanjutnya, guru menugaskan siswa untuk mengisi angket

yang dipersiapkan peneliti. Angket tersebut digunakan peneliti untuk

mengetahui sikap serta minat mereka terhadap pembelajaran apresiasi

cerita pendek pascatindakan berupa penerapan metode CIRC. Pada

kesempatan tersebut, peneliti mengucapkan terima kasih kepada siswa

serta guru yang telah membantu penelitian. Dalam tahap ini guru

bertindak sebagai partisipan aktif.

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa guru telah mampu

menjelaskan materi dengan baik. Hal ini dapat diketahui dengan melihat

skor yang diperoleh guru mencapai 37. Ini artinya bahwa kemampuan

guru dalam menjelaskan terdapat pada taraf “baik”. Kemampuan guru

dalam mengelola kelas juga sudah meningkat, terlihat dari skor yang

diperoleh mancapai 63. Skor ini menunjukkan bahwa kemampuan guru

mengelola kelas pada tingkat kemampuan yang “baik”.

2) Pengamatan terhadap Siswa

Pada pertemuan pertama siklus III yang dilaksanakan pada

hari Sabtu, 27 Februari 2010, siswa tampak lebih aktif daripada

pelaksanaan tindakan siklus II. Proses pembelajaran pada siklus III ini

situasi kelas jadi lebih kondusif. Pada saat guru mengawali

pembelajaran menanyakan tentang pemberian tugas dan pengerjaan soal

pelatihan melalui metode CIRC, siswa menjawab bahwa pembelajaran

lebih menyenangkan sehingga pembelajaran lebih mudah. Siswa dapat

menikmati proses pembelajaran dengan keterlibatan siswa secara

langsung dalam mengapresiasi cerita pendek.

Observasi terhadap siswa pada siklus III hampir sama dengan

siklus sebelumnya. Pada siklus III ini siswa juga diamati dari segi

proses dan hasil. Demikian pula dengan instrumen penilaiannya juga

sama dengan siklus I dan siklus II.

Berdasarkan penilaian proses pembelajaran yang dilakukan

pada siklus III diperoleh data sebagai berikut. (Penilaian lengkap

terlampir pada lampiran 4.13 Siklus III)

Page 124: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

a) Kedisiplinan

Siswa yang menunjukkan kedisiplinan dalam mengikuti

pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan metode CIRC sebanyak

16 siswa atau sekitar 88%. Jumlah tersebut sudah lebih baik jika

dibandingkan dengan siklus II walaupun hanya mengalami kenaikan

1 siswa. Penilaian kedisiplinan masih tetap sama dengan siklus II

diperoleh dari penilaian sikap siswa yang sudah menunjukkan

kedisiplinan di kelas, seperti kedisiplinan dalam kesiapan pelajaran

dan menepati waktu dalam melakukan langkah.

b) Minat

Pada siklus III ini siswa terlihat lebih antusias terhadap pembelajaran

apresiasi cerita pendek dengan metode CIRC dibandingkan dengan

siklus sebelumnya. Minat siswa, peneliti nilai dari antusias siswa

untuk mengikuti setiap aturan main dalam pembelajaran apresiasi

cerita pendek. Siswa juga terlihat lebih tekun mengerjakan tugas

yang diberikan guru. Siswa yang menunjukkan minat terhadap

pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan metode CIRC sebanyak

88% atau sejumlah 16 siswa. Keadaan ini menunjukkan minat siswa

pada siklus III lebih baik daripada siklus sebelumnya. Minat siswa

juga diperhatikan dari hasil wawancara 16 siswa yang menyatakan

mereka suka dengan pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan

menggunakan metode CIRC.

c) Keaktifan

Keaktifan siswa pada waktu proses pembelajaran apresiasi cerita

pendek dilihat dari kemampuan siswa untuk terlibat aktif

mendiskusikan masalah, bertanya pada guru, dan menjawab

pertanyaan guru secara lisan. Siswa yang sudah menunjukkan

keaktifan dengan cara mengungkapkan pendapat bertanya, menjawab

pertanyaan, dan aktif dalam kegiatan diskusi sebanyak 14 siswa.

Persentase keaktifan siswa yang peneliti simpulkan dari rubrik

penilaian proses pembelajaran apresiasi cerita pendek adalah 77%.

Page 125: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Keaktifan pada siklus III ini menunjukkan peningkatan yang cukup

signifikan sebanyak 16% atau 3 siswa dibandingkan dengan siklus II.

d) Kerja sama

Siswa yang sudah menunjukkan sikap bekerja sama dengan anggota

kelompoknya sebanyak 16 siswa. Persentase kerja sama siswa

sebanyak 88%. Hal ini peneliti simpulkan dari hasil pengamatan

selama pembelajaran apresiasi cerita pendek. Siswa bekerja sama

dalam kelompok dan saling membantu dalam menyelesaikan

masalah. Siswa mulai antusias untuk menjadi kelompok yang

terbaik, sehingga kemampuan kerja sama siswa meningkat. Selain

itu, berdasarkan angket kinerja kelompok diketahui bahwa semua

anggota kelompok sudah melakukan tugasnya dengan baik. Hal ini

nampak dari hasil angket yang menunjukkan 0% siswa menyatakan

tidak pernah, 43% siswa menyatakan kadang-kadang, dan 57% siswa

menjawab sering (rekap angket terlampir pada lampiran 4.7 siklus

III).

e) Kesungguhan

Kesungguhan siswa yang peneliti nilai adalah dari perhatian terhadap

penjelasan guru dan kemampuan menyelesaikan masalah. Siswa

terlihat lebih serius dalam memperhatikan penjelasan guru. Siswa

nampak bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan masalah yang

dihadapi. Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam

pembelajaran apresiasi cerita pendek sejumlah 17 siswa atau 94%.

Penilaian kemampuan apresiasi cerita pendek dengan sistem

penilaian yang sama dengan siklus II, yaitu menggunakan instrumen tes

tertulis dan perbuatan. Dalam tes tertulis siswa diberikan pertanyaan

sebanyak 25 soal yang terdiri dari soal pilihan ganda, isian, dan jawaban

singkat. Soal-soal tersebut mencakup kemampuan menganalisis unsur

intrinsik dan menceritakan kembali cerita pendek yang dibaca. Tes

perbuatan dilakukan dengan menyuruh siswa maju satu per satu untuk

menceritakan kembali isi cerita pendek yang dibaca dengan aspek

Page 126: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

penilaian yang sama dengan siklus II, yaitu (1) kelengkapan isi, (2)

keruntutan alur, (3) kemampuan penggunaan bahasa, meliputi pelafalan

dan pemilihan kosakata, dan (4) sikap dalam berbicara yang terdiri dari

kelancaran dan pandangan mata kepada audiens.

Berdasarkan lembar penilaian kemampuan menceritakan

kembali isi cerita pendek pada siklus III diperoleh nilai rata-rata 78,72

(sudah mencapai KKM) dengan nilai yang tertinggi 89 dan nilai

terendah 61 (terlampir dilampiran 4.14 siklus III).

Kemampuan apresiasi cerita pendek merupakan gabungan

antara tes tertulis dan perbuatan. Berdasarkan lembar penilaian

kemampuan apresiasi cerita pendek pada siklus III diperoleh nilai rata-

rata kelas 84,11 (sudah berada di atas KKM) dengan nilai tertinggi 94

dan nilai terendah 66 (terlampir di lampiran 4.15 siklus III). Siswa yang

mampu memperoleh nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM)

sebanyak 18 siswa atau 100% dari jumlah seluruh siswa kelas V SD

Negeri IV Pulutan Wetan.

d. Analisis Refleksi Siklus III

Berdasarkan hasil pengamatan penelitian pada siklus III, dapat

dikemukakan bahwa pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan

menerapkan metode CIRC sudah mengalami peningkatan yang baik.

Proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, bahkan lebih baik

jika dibandingkan dengan pembelajaran siklus sebelumnya, baik siklus I

maupun siklus II. Hal ini ditandai dengan beberapa hal berikut.

1) Siswa yang memperoleh nilai di atas ketuntasan minimal (KKM)

sudah mencapai 100% atau 18 siswa, dengan nilai rata-rata 84,11.

2) Siswa sudah mampu menceritakan isi cerita pendek dengan baik

dengan ditunjukkan nilai yang diperoleh siswa yang mencapai

ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 15 siswa atau 83%, dengan

nilai rata-rata 78,72.

3) Keaktifan siswa dalam pembelajaran yang berlangsung dalam kerja

kelompok sudah mengalami peningkatan. Partisipasi seluruh anggota

Page 127: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

kelompok, tukar pendapat, bertanya, dan saling membantu antar

anggota kelompok sudah cukup bagus, hal ini dilihat dari pengamatan

peneliti juga dari angket yang diisi oleh siswa.

4) Keseriusan dan konsentrasi siswa meningkat, walaupun memang

masih saja ada siswa yang berbincang-bincang sendiri. Kedisiplinan,

kerja sama, keaktifan, dan kesungguhan siswa dalam mengikuti

pembelajaran sudah semakin meningkat.

5) Keterampilan guru dalam mengelola kelas dan menjelaskan meteri

dengan menerapkan metode CIRC sudah baik. Guru telah mampu

menciptakan situasi pembelajaran yang mendukung siswa untuk aktif,

berkonsentrasi, serta termotivasi untuk belajar. Control atau

pengawasan guru dalam kelompok cukup baik, bahkan guru

berkeliling ke tiap-tiap kelompok dan kadang duduk untuk

mendengarkan pembicaraan siswa dalam berdiskusi dengan anggota

kelompoknya.

Berdasarkan hasil analisis di atas, tindakan pada siklus III

dikatakan berhasil. Peningkatan terjadi pada beberapa indikator

dibandingkan siklus sebelumnya. Nilai rata-rata kelas sudah mencapai

batas ketuntasan. Dengan demikian, penelitian pembelajaran apresiasi

cerita pendek menggunakan metode CIRC dipandang sudah berhasil

diterapkan di kelas V SD Negeri IV Pulutan wetan.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan tindakan yang dilakukan oleh peneliti,

maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode CIRC dapat meningkatkan

kualitas proses maupun hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siklus I,

siklus II, dan siklus III. Secara garis besar penelitian ini telah berhasil menjawab

rumusan masalah yang telah dikemukakan peneliti pada bab I, yaitu apakah

penerapan metode CIRC dapat meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil

pembelajaran apresiasi cerita pendek siswa kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan

tahun ajaran 2009/2010?

Page 128: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Adapun jawaban untuk perumusan masalah di atas adalah: Penelitian

tindakan kelas pada siswa kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan dapat

meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek. Data ini dapat dinilai dari

peningkatan kualitas proses dan hasil.

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan uraian kegiatan

sebagai berikut: peneliti mengadakan survei awal sebelum mengadakan siklus I.

Survei awal ini dilakukan oleh peneliti dalam rangka untuk mengetahui

permasalahan yang terjadi di lapangan. Berdasarkan survei awal tersebut, peneliti

mengetahui ada masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas V SD Negeri

IV Pulutan Wetan. Rendahnya kualitas proses dan hasil pada pembelajaran

kemampuan cerita pendek adalah masalah yang paling menonjol di antara

masalah lainnya. Oleh karena itu, peneliti dan guru berkolaborasi untuk

menemukan solusi, yakni dengan menerapkan metode CIRC dalam pembelajaran

apresiasi cerita pendek.

Setelah itu, peneliti dan guru menyusun rencana pembelajaran guna

melaksanakan siklus I. Pada siklus I ini, guru dan peneliti menerapkan metode

CIRC sebagai metode pembelajaran dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek

dengan berdasar pada kompetensi dasar yang disesuaikan dengan silabus, yaitu

“Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat”. Judul cerita pendek

yang disepakati dalam siklus ini adalah ”Kado untuk Emak”. Judul ini dipilih

karena latar ceritanya sesuai dengan kehidupan siswa yang berada di lingkungan

pedesaan, bahasa yang digunakan juga sesuai dengan usia anak sehingga mudah

di cerna. Selain itu, tema dalam cerpen ini juga sesuai dengan psikologi anak

kelas V SD yang menyukai tema kekeluargaan. Adapun tugas yang harus

dikerjakan siswa adalah siswa menjawab soal-soal berisi tentang unsur-unsur

intrinsik cerita pendek dan menceritakan kembali isi cerita pendek yang dibaca,

selain itu, siswa maju satu per satu untuk menceritan isi cerita pendek secara lisan

di depan kelas.

Deskripsi hasil pembelajaran yang menyatakan bahwa masih terdapat

beberapa kekurangan atau kelemahan di dalam pelaksanaan tindakan

pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menerapkan metode CIRC diperoleh

Page 129: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

dari pelaksanaan siklus I. Kelemahan tersebut berasal dari guru, maupun siswa.

Kelemahan yang ditemukan dari guru, yaitu: (1) guru kurang menguasai kelas; (2)

guru belum mampu menerapkan metode CIRC dengan baik; (3) guru belum

mampu mengontrol siswa dalam kelompok; dan (4) guru belum mampu

mendukung siswa untuk aktif dalam kelas maupun kelompok.

Kelemahan yang ditemukan dari siswa, yaitu: (1) siswa kurang disiplin

pada waktu mengikuti pelajaran apresiasi cerita pendek; (2) masih banyak siswa

yang tidak aktif dalam kelompok maupun dalam pembelajaran; (3) pada waktu

ada siswa yang maju, banyak siswa yang tidak mendengarkan (perhatian siswa

kurang); (4) ada beberapa siswa yang tidak sunggguh-sungguh mengerjakan tugas

seperti tidak melakukan kegiatan membaca berpasangan; (5) saat guru melakukan

tanya jawab dengan siswa pada waktu pembelajaran, hanya beberapa siswa yang

aktif memberikan pertanyaan dan menanggapinya; dan (6) saat siswa

menceritakan kembali isi cerita pendek di depan kelas, masih banyak yang

menunduk dan terlihat menghafal.

Kelemahan dari penerapan metode CIRC, yaitu: (1) guru belum

memahami cara menerapkan metode CIRC, sehingga belum jelas saat

menjelaskan kepada siswa membuat para siswa kebingungan dan mengeluh; dan

(2) siswa belum begitu memahami tentang cara menceritakan isi cerita pendek di

depan kelas.

Siklus II dilaksanakan untuk mengatasi kekurangan atau kelemahan yang

terjadi selama proses pembelajaran siklus I. Pada siklus II ini, guru masih

menerapkan metode CIRC. Cerita pendek yang diberikan kepada siswa berbeda

dengan cerita pendek pada siklus I. Cerita pendek yang diberikan pada siklus II

berjudul “Kena Batunya”. Alasan pemilihan cerpen ini, yaitu: latar cerpen sesuia

dengan kondisi siswa berupa kehidupan di sekolah dasar, bahasa yang digunakan

juga sesuai dengan kemampuan siswa sehingga mudah untuk dimengerti, serta

tema yang digunakan sesuai dengan psikologis siswa yang menyukai cerita lucu

dan persahabatan. Rancangan pembelajaran yang dibuat oleh guru dan peneliti

berdasarkan kompetensi dasar yang sama dengan siklus I, yaitu “Menyimpulkan

isi cerita anak dalam beberapa kalimat”. Tugas yang diberikan kepada siswa

Page 130: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

masih sama dengan siklus I, yaitu menjawab soal dan menceritakan isi cerita

pendek di depan kelas.

Berdasarkan hasil deskripsi tindakan masih terdapat beberapa kekurangan

dalam pelaksanaan siklus II. Kekurangan yang ada pada siklus II berasal dari guru

maupun siswa. Kekurangan guru adalah guru belum sering melakukan kontrol

terhadap kelompok siswa, sehingga kedisiplinan dan kerja sama siswa dalam

kelompok kurang. Dalam siklus II ini siswa mempunyai beberapa kekurangan

antara lain: (1) siswa kurang aktif dalam pelaksanaan pembelajaran; (2) masih ada

siswa yang belum disiplin saat pembelajaran berlangsung; dan (3) siswa belum

mempraktikkan cara menceritakan kembali isi cerita pendek dengan baik di depan

kelas.

Siklus III dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan siklus II. Pada siklus

ini masih diajarkan mengenai kompetensi dasar “Menyimpulkan isi cerita anak

dalam beberapa kalimat”. Guru memberikan cerita pendek berjudul ”Asyiknya

Berbagi”. Cerpen ini dipilih karena temanya sesuai dengan keadaan kesukaan

siswa yakni konflik keluarga. Selain itu, cerpen ini juga menggunakan latar yang

menggambarkan kesederhanaan sebuah keluarga yang hampir sama dengan

kondisi siswa di rumah.Tugas yang diberikan juga sama dengan tugas yang

diberikan pada siklus sebelumnya. Pada siklus ini dapat dikatakan sudah berhasil

mencapai target yang diinginkan. Hal ini terlihat dari kemampuan guru yang

sudah berhasil mengelola kelas baik secara individual maupun kelompok. Siswa

juga sudah aktif, disiplin, dan bekerja sama dengan baik. Selain itu, siswa sudah

mampu mempraktikkan bagaimana menceritakan kembali isi cerita pendek

dengan baik di depan kelas.

Berdasarkan tindakan-tindakan yang telah dilakukan, guru dapat dikatakan

telah berhasil melaksanakan pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan

menerapkan metode CIRC, sehingga mampu menarik minat siswa yang membuat

meningkatnya hasil kemampuan apresiasi cerita pendek siswa. Dengan metode

CIRC siswa lebih mudah melakukan apresiasi cerita pendek terutama dalam

menganalisis unsur intrinsik dan menceritakan kembali isi cerita pendek yang

dibaca. Keberhasilan penerapan metode CIRC dalam meningkatakan kualitas

Page 131: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

proses dan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek dapat dilihat dari indikator-

indikator sebagai berikut.

1. Peningkatan Kualitas Proses dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita

Pendek

a. Meningkatnya kedisiplinan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

apresiasi cerita pendek

Pada waktu survei awal atau pada waktu tindakan belum dilakukan, siswa

kurang disiplin dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini nampak pada

ketidaksiapan siswa mengikuti pembelajaran. Setelah pelaksanaan

tindakan, maka diperoleh kesimpulan bahwa kesiapan atau kedisiplinan

siswa dalam mengikuti setiap prosedur pembelajaran meningkat.

Persentase kedisiplinan diperoleh 77% (pada siklus I), menjadi 83% (pada

siklus II), dan 88% (pada siklus III).

b. Meningkatnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran apresiasi

cerita pendek.

Pada waktu survei awal, banyak siswa yang mengantuk, kurang

bersemangat, dan terlihat gelisah waktu guru menjelaskan materi apresiasi

cerita pendek. Siswa juga mengeluh pada waktu guru menyuruh maju

untuk menceritakan isi cerita pendek yang dibaca. Ada yang mengeluh

bingung karena terlalu banyak isi cerita yang harus dibicarakan, ada juga

yang lupa dengan kelanjutan pembicaraan. Siswa juga mengeluh saat

disuruh menganalisis unsur intrinsik cerita pendek. Setelah dilakukan

tindakan, siswa terlihat lebih antusias dalam proses pembelajaran di kelas.

Rasa antusias siswa terlihat pada waktu siswa dibagikan cerita pendek.

Mereka penasaran cerita apa yang akan dibagikan guru pada pertemuan

berikutnya. Peningkatan minat siswa dapat dilihat dari perbandingan

persentase minat siswa antarsiklus, yaitu 61% (pada siklus I), 77% (pada

siklus II), dan 88% (pada siklus III).

Page 132: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

c. Meningkatnya keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

apresiasi cerita pendek

Keaktifan siswa di setiap siklus semakin menunjukkan adanya

peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan persentase

keaktifan siswa antarsiklus, yaitu 44% (pada siklus I) menjadi 61% (pada

siklus II), dan 77% (pada siklus III).

Pada waktu survei awal, tidak ada siswa yang tunjuk jari untuk menjawab

setiap pertanyaan guru. Mereka harus ditunjuk oleh guru untuk menjawab.

Setelah dilakukan tindakan, siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran

keterampilan apresiasi cerita pendek. Hal ini dapat dibuktikan dari

meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan mengeluarkan pendapat

serta meningkatnya siswa yang maju untuk berbicara di depan kelas

dengan kesadaran sendiri. Metode CIRC dapat mendorong siswa untuk

selalu aktif dalam proses pembelajaran.

d. Meningkatnya kerja sama siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

apresiasi cerita pendek.

Kerja sama siswa pada pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan

menggunakan metode CIRC sudah tercipta dengan baik. Pada waktu

survei awal, kerja sama siswa belum tercipta. Mereka masih bekerja secara

individu, sehingga siswa yang tidak bisa tetap saja tidak mampu

menyelesaikan tugasnya sedangkan siswa yang pintar semakin pintar.

Setelah dilakukan tindakan, kerja sama antarsiswa terjalin dengan baik.

Peningkatan ini dapat dilihat dari persentase di siklus I sebesar 61%

menjadi 77% di siklus II kemudian menjadi 88% di siklus III.

e. Meningkatnya kesungguhan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

apresiasi cerita pendek.

Kesungguhan siswa juga meningkat dalam hal mengikuti pembelajaran

apresiasi cerita pendek. Mereka nampak lebih serius dalam

memperhatikan materi yang disajikan guru dan mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru. Hal ini dipicu dengan adanya tantangan untuk

mendapatkan nilai yang terbaik agar mendapatkan hadiah baik berupa

Page 133: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

pujian maupun barang. Kesungguhan siswa meningkat dari 61% di siklus I

menjadi 83% di siklus II, dan 94% di siklus III.

Adapun peningkatan kualitas proses pembelajaran apresiasi cerita

pendek dalam pelaksanan tindakan siklus I, siklus II, dan siklus III dapat

digambarkan pada rekapitulasi data dalam bentuk tabel dan grafik berikut ini.

Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek dalam Pelaksanaan Tindakan Siklus I, II, dan III

Persentase No Indikator

Siklus I Siklus II Siklus III

1 Kedisiplinan siswa dalam mengikuti

pembelajaran apresiasi cerita pendek

77% 83% 88%

2 Minat siswa dalam mengikuti

pembelajaran apresiasi cerita pendek

61% 77% 88%

3 Keaktifan siswa dalam mengikuti

pembelajaran apresiasi cerita pendek

44% 61% 77%

4 Kerja sama siswa dalam mengikuti

pembelajaran apresiasi cerita pendek

61% 77% 88%

5 Kesungguhan siswa dalam mengikuti

pembelajaran apresiasi cerita pendek

61% 83% 94%

Page 134: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Gambar 3. Grafik Tabulasi Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Apresiasi Cerita pendek

2. Peningkatan Kualitas Hasil dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek

Peningkatan kualitas hasil dalam pembelajaran apresiasi cerita

pendek ini dinilai dari penilaian perbuatan dan penilaian apresiasi cerita

pendek (gabungan antara penilaian perbuatan dan tes tertulis). Sebelum

diadakan tindakan kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi cerita

pendek di depan kelas masih sangat kurang. Siswa mengaku masih malu

bercerita ke depan. Selain itu, mereka juga bingung mau bercerita di bagian

mana karena merasa terlalu banyak yang harus diceritakan. Hal ini membuat

hasil cerita mereka tidak runtut, tidak lengkap, dan menggunakan bahasa yang

kurang tepat. Berdasarkan hasil tes pratindakan, kemampuan siswa dalam

menceritakan kembali isi cerita pendek di depan kelas hanya 1 siswa atau 5%

yang mendapat nilai ≥ 65, sedangkan 17 siswa yang lain mendapat nilai < 65.

Setelah dilakukan tindakan, kemampuan siswa dalam menceritakan

kembali isi cerita pendek di depan kelas meningkat. Pada siklus I siswa yang

mendapatkan nilai ≥ 65 sebanyak 4 siswa atau 22%. Tindakan siklus II

mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi

Keterangan:

Siklus I :

Siklus II :

Siklusi III :

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

minat keaktifan Kerja sama kesungguhan

100%%

kedisiplinan

Page 135: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

cerita pendek di depan kelas yakni siswa yang mendapat nilai ≥ 65 sebanyak 9

siswa atau 50% dari jumlah siswa kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan. Pada

siklus III kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi cerita pendek di

depan kelas yang mencapai nilai ≥ 65 meningkat menjadi 15 siswa atau 83%.

Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan soal tertulis yang

berisi tentang analisis unsur intrinsik dan menceritakan isi cerita pendek

dengan ringkas pada tes pratindakan masih rendah. Siswa yang mendapatkan

nilai di atas KKM hanya mencapai 38% dari jumlah siswa. Setelah diadakan

tindakan, kemampuan siswa menjawab soal tertulis meningkat. Pada siklus I

terdapat 77% siswa yang mendapat nilai di atas KKM. Pada siklus II

kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan soal tertulis meningkat

menjadi 88% siswa yang mendapat nilai di atas KKM. Pada siklus III semua

(100%) siswa mendapatkan nilai di atas KKM dalam menjawab pertanyaan

soal tertulis mengenai apresiasi cerita pendek.

Sesuai dengan apa yang disampaikan sebelumnya, bahwa

kemampuan apresiasia cerita pendek pada siswa kelas V SD Negeri IV

Pulutan Wetan merupakan gabungan dari nilai perbuatan (menceritakan

kembali isi cerita pendek di depan kelas) dengan kemampuan siswa dalam

menjawab soal tertulis yang diberikan guru. Sebelum dilakukan tindakan,

kemampuan siswa dalam apresiasi cerita pendek tergolong rendah. Siswa yang

mendapatkan nilai ≥ 65 hanya 4 siswa atau 22% dari 18 siswa kelas V SD Negeri IV

Pulutan Wetan. Setelah dilakukan tindakan siklus I jumlah siswa yang mendapat nilai

≥ 65 meningkat menjadi 10 siswa (55%). Pada siklus II kemampuan siswa

mengalami peningkatan yang cukup berarti menjadi 16 siswa (88%). Pada siklus III

semua siswa (100%) sudah mencapai nilai ≥ 65. Secara ringkas, kenaikan

kemampuan nilai apresiasi cerita pendek pada siswa kelas V SD Negeri IV Pulutan

Wetan dapat dilihat dari tabel dan grafik berikut ini.

Page 136: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Tabel 14. Tabel Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Apresiasi Cerita Pendek

Presentase No Indikator

Pratindakan Siklus I Siklus II Siklus III

1 Kemampuan siswa dalam

menceritakan kembali isi

cerita pendek di depan kelas

5% 22% 50% 83%

2 Kemampuan siswa menjawab

soal secara tertulis

38% 77% 88% 100%

3 Kemampuan siswa dalam

mengapresiasi cerita pendek

(nilai akhir)

22% 55% 88% 100%

Gambar 5. Grafik Tabulasi Nilai Apresiasi Cerita Pendek

22%

55%

88%

100%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

Pratindakan Siklus I Silus II Siklus III

100%%

Page 137: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian, dan pembahasan yang telah

dilakukan dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

1. Penerapan metode CIRC dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran

apresiasi cerita pendek pada siswa kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan

terbukti dengan adanya peningkatan proses pembelajaran sebagai berikut:

a. Meningkatnya kedisiplinan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

apresiasi cerita pendek.

Pernyataan di atas terbukti dengan meningkatnya kedisiplinan siswa

selama mengikuti kegiatan proses pembelajaran apresiasi cerita pendek

pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Persentase kedisiplinan diperoleh

antarsiklus, yaitu 77% (pada siklus I), menjadi 83% (pada siklus II), dan

88% (pada siklus III).

b. Meningkatnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran apresiasi

cerita pendek.

Pernyataan di atas terbukti dengan meningkatnya minat siswa selama

mengikuti kegiatan proses pembelajaran apresiasi cerita pendek pada

siklus I, siklus II, dan siklus III. Peningkatan minat siswa dapat dilihat dari

perbandingan persentase minat siswa antarsiklus, yaitu 61% (pada siklus

I), 77% (pada siklus II), dan 88% (pada siklus III).

c. Meningkatnya keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

apresiasi cerita pendek.

Pernyataan di atas terbukti dengan meningkatnya keaktifan siswa selama

mengikuti kegiatan proses pembelajaran apresiasi cerita pendek pada

siklus I, siklus II, dan siklus III. Perbandingan persentase keaktifan siswa

antarsiklus, yaitu 44% (pada siklus I) menjadi 61% (pada siklus II), dan

77% (pada siklus III).

Page 138: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

d. Meningkatnya kerja sama siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

apresiasi cerita pendek.

Pernyataan di atas terbukti dengan meningkatnya kerja sama siswa selama

mengikuti kegiatan proses pembelajaran apresiasi cerita pendek pada

siklus I dan siklus II. Peningkatan ini dapat dilihat dari persentase di siklus

I sebesar 61% menjadi 77% di siklus II kemudian menjadi 88% di siklus

III.

e. Meningkatnya kesungguhan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

apresiasi cerita pendek.

Pernyataan di atas terbukti dengan meningkatnya kesungguhan siswa

selama mengikuti kegiatan proses pembelajaran apresiasi cerita pendek.

Kesungguhan siswa meningkat dari 61% di siklus I menjadi 83% di silklus

II, dan 94% di siklus III.

2. Penerapan metode CIRC dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

mengapresiasi cerita pendek. Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata siswa yang

mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada siklus I jumlah siswa yang

mencapai KKM masih belum mencapai 75%. Namun ada peningkatan dari

survei awal, yaitu 4 siswa (22%) yang mencapai nilai di atas Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) meningkat menjadi 10 siswa (55%). Kenaikan

sebesar 33%. Nilai rata-rata kelas sebesar 62,11 juga belum mencapai KKM.

Pada siklus II meningkat sebanyak 16 siswa (88%) sudah mencapai KKM atau

peningkatan sebesar 33% dari siklus I. Peningkatan ini sudah mencapai 75%

nilai ketuntasan klasikal, walaupun demikian masih perlu dilanjutkan dengan

siklus III untuk meningkatkan kualitas hasil dan proses yang maksimal.

Setelah dilakukan uji kompetensi siklus III semua siswa telah mampu

mencapai KKM. Pada siklus III ini ketuntasan maksilmal mencapai 100%

dengan nilai rata-rata 84,11.

Page 139: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

B. Implikasi

Penelitian ini mampu memberikan gambaran tentang keberhasilan

kualitas hasil dan kualitas proses pembelajaran. Keberhasilan tersebut tidak

terlepas dari pengaruh guru, siswa, media pembelajaran, metode pembelajaran,

dan sumber belajar. Metode pembelajaran yang tepat akan menghasilkan proses

dan hasil pembelajaran yang baik, begitu juga dengan faktor yang saling

mempengaruhi satu sama lain. Kemampuan guru untuk menciptakan suasana

pembelajaran yang menyenangkan dan sumber belajar yang tepat juga akan

memudahkan siswa menyerap pelajaran sehingga lebih termotivasi untuk

mengikuti pembelajaran. Selain itu persiapan pembelajaran yang tepat juga akan

berdampak pada kualitas proses pembelajaran yang baik.

Kualitas hasil dan proses akan meningkat dengan metode dan media

yang tepat. Guru memang harus pandai memilih metode dan media yang akan

digunakan sebelum mengajar agar menghasilkan proses dan hasil yang baik.

Metode dan media yang digunakan harus disesuaikan dengan materi yang akan

disampaikan dalam pelajaran.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hasil dan kualitas proses

pembelajaran apresiasi cerita pendek dapat ditingkatkan dengan menggunakan

metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat membantu siswa

dalam memahami cerita pendek yang dibaca siswa. Cooperative Integrated

Reading and Composition (CIRC) dapat membantu siswa mempermudah dalam

menganalisis unsur-unsur intrinsik cerita pendek. Metode ini juga mampu

menuntun siswa untuk menemukan ide pokok pada setiap paragraf dan

menyusunnya dalam ringkasan cerita yang runtut. Siswa menunjukkan minat yang

tinggi ketika belajar dengan Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC). Siswa juga dilatih untuk bekerja sama menyelesaikan masalah. Penelitian

ini dapat dijadikan masukan untuk guru dalam memberikan alternatif metode

pembelajaran dalam merangsang minat, keaktifan, dan kesungguhan siswa

sehingga siswa dapat mengembangkan potensi mereka masing-masing.

Page 140: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Penelitian ini juga memberikan penjelasan bahwa pembelajaran

apresiasi cerita pendek bukan hanya bertujuan untuk mentransformasikan

pengetahuan saja, tetapi juga membutuhkan peran aktif siswa dalam kegiatan

apresiasi cerita pendek. Interaksi aktif ini diperlukan untuk mewujudkan

komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran. Di sisi lain, keaktifan tidak

akan terwujud secara maksimal jika tidak ada minat atau rasa tertarik terhadap

pembelajaran. Oleh karena itu, hasil penelitian ini memberikan rujukan bahwa

dengan memperhatikan sesuatu yang dapat menarik perhatian, maka perilaku

siswa dalam proses pembelajaran dapat berubah ke arah yang lebih baik. Metode

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan metode

yang merangsang siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran dan

membimbing mereka proses pembelajaran apresiasi cerita pendek.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil penelitian di atas perlu

diperhatikan beberapa hal untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran

apresiasi cerita pendek di tingkat SD/MI. Penulis menyarankan sebagai berikut.

1. Bagi Guru

a. Guru dapat mengenalkan metode Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) terhadap rekan sejawatnya, sehingga guru yang lain

juga dapat mempraktikkan metode ini dalam pembelajaran apresiasi cerita

pendek.

b. Guru sebaiknya memilih media, metode dan sumber belajar yang tepat

sesuai dengan materi yang akan diajarkan untuk mendapatkan hasil yang

maksimal.

c. Guru seharusnya cepat dalam beradaptasi dengan metode pembelajaran

yang baru, sehingga memperlancar proses pembelajaran.

d. Guru dapat mencari metode pembelajaran lain yang lebih inovatif dan

kreatif untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran serta

agar siswa tidak mengalami kejenuhan.

Page 141: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

2. Bagi Siswa

a. Siswa sebaiknya lebih kritis dan terbuka terhadap hal-hal baru yang

mereka peroleh sehingga mampu menunjang proses dan hasil belajar

mereka di sekolah.

b. Siswa seharusnya mematuhi perintah guru selama perintah itu mampu

meningkatkan kemampuan mereka, sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan baik.

c. Siswa sebaiknya lebih aktif dan bersungguh-sungguh selama proses

pembelajaran berlangsung.

3. Bagi Sekolah

a. Pihak sekolah sebaiknya menyediakan media dan sumber pembelajaran

bahasa terutama buku-buku cerita pendek di perpustakaan agar dapat

meningkatkan pengetahuan siswa tentang materi ini.

b. Pihak sekolah sebaiknya semakin giat memberikan motivasi kepada guru

untuk terus mengembangkan diri dengan melakukan banyak penelitian.

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru dan keterampilan

mengajar guru.

c. Sekolah hendaknya memberikan kesempatan dan dukungan kepada

pendidik untuk menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariasi.

4. Bagi peneliti lain

a. Peneliti yang lain hendaknya mampu meningkatkan kualitas pembelajaran

dengan metode CIRC dengan mengembangkan strategi pembelajaran yang

berbeda, dan dapat berkolaborasi dengan guru secara optimal.

b. Peneliti lain diharapkan mampu menciptakan metode pembelajaran baru

yang lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan kemampuan apresiasi

cerita pendek siswa.

Page 142: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara Arsyat, Maidar G., dkk. 1986. Kesusastraan II. Jakarta: Karunika Baruadi, Moh. Karmin. 2005. “Profil Pengajaran Sastra: Wacana Pengajaran

Sastra Berbasis Kawasan”. Jurnal Pendidikan, Tahun Ke-1, No.053, Maret 2005

Calderón, M., Hertz-Lazarowitz, R., Ivory, G., dan Slavin, R. E. 1997. Effects of

Bilingual Cooperative Integrated Reading and Composition on Students Transitioning from Spanish to English Reading. United States of America: The Center for Research on the Education of Students Placed at Risk (CRESPAR)

Canadian Council on Learning. 2009. “Lesson in Learning”. Dalam

http://www.ccl-cca.ca/pdfs/LessonsInLearning/09_23_09EN.pdf. diakses pada tanggal 31 Maret 2010

Cruickshank, Donald R, Bainer, Deboraf L, dan Metcalf, Kim K. 1999. The Act of

Teaching. United States of America: The Mcgraw-Hill Companies Felder, Richard M dan Brent, Rebecca. 2007. “Cooperative Learning”. Dalam

http://www4.ncsu.edu/unity/lockers/users/f/felder/public/Papers/CLChapter.pdf. diakses pada tanggal 31 Maret 2010

Harnanto, Dick dan Rahmanto, B. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta:

Kanisius Haryaningsih, Eny. 2005. “Peningkatan Kemampuan Apresiasi Cerita Pendek

dalam Pembelajaran Sastra dengan Pendekatan Apresiasi Sastra (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SMP Negeri 3 Nguter Sukoharjo)”. Thesis. Surakarta: Program Pascasarjana UNS (tidak diterbitkan).

Page 143: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Heri, Dwi Admojo, Sugianto, dan Sukamto. 2003. “Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Teknodika, Vol 1 No. 1, Maret 2003

Kessler, Carolyn. 1992. Cooperative Language Learning.: A Teacher Resource

Book. United States of America: Prentice Hall Regents Kinayati. 2006. “Pesona Karya Sastra dalam Pendidikan dan Pengajaran”. Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan, No.063, Tahun Ke-12, November 2006 Mulyasa, Enco. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan: Pengembangan Standar

Kompetensi dan Kompetensi dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya Musfiroh, Tadkirotun. 2008. Memilih, Menyusun dan Menyajikan Cerita untuk

Anak Usia Dini. Yogyakarta: Tiara Wacana Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta: PT. BPFE --------------------------. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius Roi’uddin, Ahmad dan Zuhdi, Darmiati. 2001. Pendidikan Bahasa Dan Sastra

Indonesia Di Kelas Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang Sayuti, Suminto A. 1996. Apresiasi Prosa Fiksi. Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Semi, M. Atar. 1993. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.

Bandung: Nusa Media Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperatif Learning: Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Page 144: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN … meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek melalui penerapan metode pembelajaran COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (circ) pada siswa

Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya Sumantri, Mulyani dan Permana, Johar. 2001. Strategi Belajar Mengajar.

Bandung: Maulana Suprayekti. 2006. “Stategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif”. Jurnal

Pendidikan Penabur, Tahun ke-V, No. 07, Desember 2006 Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM.

Surabaya: Pustaka Pelajar Supriyadi, dkk. 1992. Pendidikan Bahasa Indonesia 2: Buku II Modul 7-12.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Suroto. 1990. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra untuk SMTA. Jakarta:

Erlangga Suwandi, Sarwiji. 2008. Model Asesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Panitia

Sertifikasi Guru Rayon 13 Suwarto. 2009. “Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca dan Menulis Siswa

dengan Metode Kooperatif Integrasi dan Komposisi (CIRC): Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I SD Negeri I Eromoko Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri”. Thesis. Surakarta: Program Pascasarjana UNS (tidak diterbitkan)

Tarigan, Herny Guntur. 1993. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa Toha, Riris K. dan Sarumpaet. 2002. Sastra Masuk Sekolah. Magelang: Indonesia

Tera Waluyo, Herman J. 2006. Puisi Prosa Fiksi dan Drama: Bagian II. Surakarta:

Sebelas Maret Unuversity Press Yudiono KS. 2000. Ilmu Sastra: Ruwet, Rumit, dan Resah. Semarang: Mimbar