UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi...
Transcript of UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi...
i
UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH
DALAM PEMILU
Oleh :
ADI KUSUMA
NIM : 153.111.044
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2017
ii
UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH
DALAM PEMILU
Skripsi
DiajukankepadaUniversitas Islam
NegeriMataramuntukmelengkapipersyaratanmencapaigelarSarjanaSosial Islam
(S.Sos.I)
Oleh :
Nama : Adi Kusuma
NIM : 153.111.044
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2017
iii
iv
vi
vii
Moto :
Artinya :
(Apakahkamuhai orang musyrik yang lebihberuntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktumalamdengansujuddanberdiri,
sedangiatakutkepada (azab) akhiratdanmengharapkanrahmattuhannya?
Katakanlah :adakahsama orang-orang yang mengetahuidengan orang-
orang yang tidakmengetahui? Sesungguhnya orang yang berkallah yang
dapatmenerimapelajaran
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi inia kupersembah kan untuk orang-orang yang kucintai dan kusayangi :
1. Ayahku (Sandati. P) danibuku (Jaweriah)tercinta yang telah berjuang dengan tulus
demi kesuksessan kan untuk mencapai ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
2. Sepesial buat Kakakku (Bambang Irwansyah, Sri Wahyuni, dan Arya Santri)
terimakasi atas dukungan, dan motivasi serta bantuan yang kalian berikan selama
ini.
3. Buat teman-temanku (Rizal Ependi, Amirudin, Abdul Muthalib, Irfan Adi Saputra,
Ahmad Firdaus, M. Edrian Pahrawi, dan Salsabila Sirtufilaili).
4. Buat adikku yang selalu setia membantu selama proses pembuatan skripsi ini (Ayu
Widiasi).
5. Segenap keluargaku yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya
6. Buat teman-teman KPI B 2011
7. Dan untuk almamaterku tercinta UIN Mataram
ix
Kata Pengantar
Puji syukur peneliti panjatkan ke-hadirat Allah SWT, atas segalal impahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Skripsi yang berjudul “Upaya KPU
Provinsi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu” ini dapat
diselsaikan. Skripsi ini Disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana.
Selsainya penyusunan skripsi ini berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini peneliti sampaikan terimakasi setinggi-tingginya kepada yang
terhormat :
1. Bapak Dr. H. L.Ahmad Zaenuri Lc. MA, selaku Dosen Pembimbing I, atas
segala bimbingan dan motivasi kepada penulis selama penyelsaian Skripsi ini.
2. Bapak Khairy Juanda M.Si selaku Dosen Pembimbing II, atas segala
bimbingan dan motivasi kepada penulis selama penyelsaian Skripsi ini.
3. Bapak Najamudin, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
UIN Mataram.
4. Bapak Subhan Abdullah Acim, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Mataram
5. Bapak Dr. H. Mutawalli, M. Ag, selaku Rektor UIN Mataram.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing selama peneliti melaksanakan
studi di UIN Mataram.
7. Semua pihak yang telah membantu, baik moril atau material sehingga Skripsi
ini terselsaikan sesuai rencana.
x
Semoga Allah SWT memberikan balasan dan limpahan keridhohan-Nya.
Peneliti menyadari Skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membagun Semoga Skripsi ini
bermanfaat sebagai mana mestinya.
Mataram, November 2016
Peneliti
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. iii
NOTA DINAS .............................................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... v
HALAMN PENGESAHAN.......................................................................... vi
MOTO .......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ....................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
ABSTRAK ...................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian ............................................................................. 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
D. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 7
E. Telaah Fustaka ................................................................................... 8
F. Kerangka Teori ................................................................................ 10
G. Metode Penelitian ............................................................................ 21
H. Validitas ........................................................................................... 27
BAB II PAPARAN DATA dan TEMUAN
A. Gambaran Umum KPU Provinsi NTB ............................................ 30
1. Kelahiran KPU Provinsi NTB ................................................... 30
2. Visidan Misi KPU Provinsi NTB .............................................. 33
3. Struktur Organisasi KPU Provinsi NTB .................................... 34
B. Sosialisasi KPU Provinsi Dalam Penyelenggaraan pemilu ............. 36
xii
1. Konsepsi Pemilihan Umum ....................................................... 36
2. Partisipasi Pemilih ..................................................................... 37
3. Komunikas dan Politik .............................................................. 43
4. Pengadaan Data distribusi logistik ............................................ 45
C. Program Sosialisasi KPU Provinsi Dalam Memaksimalkan Pemilu
Tahun 2014 ...................................................................................... 50
D. Kelemahan dan Kelebihan Sistem Informasi KPU Provinsi ........... 53
E. Peluang dan Hambatan KPU Provinsid alam Meningkatkan
Partisipasi pemilih ........................................................................... 57
BAB III PEMBHASAN
A. Upaya KPU Provinsi NTB Dalam Meningkatkan Partisipasi
Pemilih Dalam Pemilu ..................................................................... 64
B. FaktorPendukung danP enghambat Partisipasi Pemilih .................. 70
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 79
B. Saran-Saran ...................................................................................... 80
DAFTAR FUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN
xiii
ABSTRAK
Upaya KPU Provinsi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu
Oleh
Adi Kusuma Nim : 153 111 044
Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum yang memiliki integritas, provesional,
mandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas
berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat menyampaikan informasi pemilu kepada
masyarakat secaramassal dan sistematis.
Fokus penelitian dari skripsi ini adalah bagaimanakah upaya KPU Provinsi
dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu? Bagaimanakah peluang dan
hambatan KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan sumber data primer dan skunder teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan hasilpenelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa upaya
KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu adalah melakukan
sosialisasi dan komunikasi melalui media cetak maupun media elektronik sehingga
terwujudnya Komisi Pemilihan Umum yang memiliki integritas, provesional, mandiri,
dan akun tabel.
1
BAB I
PENDAAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat guna menghasilkan
pemerintahan yang demokratis berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan
kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis berdasarkan
pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.Penyelenggara pemilihan umum secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil dapat terwujut apaabila dilaksanakan oleh penyelenggara pemilihan
umum yang mempunyai integritas, profesionalitas.1
Penyusunan daftar pemilih dalam pemilihan umum anggota DPR, DPD,
dan DPRD diatur dalam dalam BAB VI Undang-Undang Nomor 08 Tahun 2012
tentang pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Penyusunan daftar pemilih untuk
pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD tahun 2014 ditetapkan dengan
keputusankomisi pemilihan umum no 9 tahun 2013 tentang penyusunan daftar
1 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB,
(Mataram: KPU NTB.2014), h. 21
2
pemilih untuk pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Tabel I : Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap dalam pemilhan umum anggota DPR, DPD
dan DPRD Tahun 2014 tingkat Provinsi NTB (ditetapkan pada tanggal 20
Oktober 2013)
No. Nama
Kabupaten/Kota
Jumlah TPS Jumlah Pemilih
L P L+P
1 Kota Mataram 997 140.946 149.690 290.636
2 Lombok Barat 1,707 233.531 240.583 473.934
3 Lombok Utara 518 79.540 81.428 160.968
4 Lombok Tengah 2,232 350.490 367.017 717.507
5 Lombok Timur 3,077 378.905 435.704 814.609
6 Sumbawa Barat 332 44.635 44.779 89.414
7 Sumbawa 1,158 162.111 167.524 329.635
8 Dompu 577 76.031 78.445 154.476
9 Bima 1069 173.278 179.297 352.575
10 Kota Bima 353 50.140 53.488 103.628
Total 12.020 1.689.427 1.797.955 3.487.382
Sumber: Dokumen Bgian Teknis Penyelenggaraan Pemilu KPU Provinsi.NTB, 2014
Jumlah DPT pemilu DPR, DPD dan DPRD 2014 di Provinsi NTB
sebanyak 3.487.382 orang terdiri dari laki-laki 1.689.427 orang dan perempuan
1.797.955 orang yang terbesar di 12.020 TPS.Dibanding dengan jumlah DPSHIP,
terjadi penurunan dalam DPT sebanyak 57.493 orang.Sama halnya dengan
3
penurunan dari DPS menjadi DPSHIP disebabkan oleh ditemukannya pemilih
ganda, meninggal dunia, masuk TNI/POLRI, dan lain-lain.
Tabel I : Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap dalam pemilhan umum anggota DPR, DPD
dan DPRD Tahun 2014 tingkat Provinsi NTB (ditetapkan pada tanggal 21
Januari 2014)
No. Nama
Kabupaten/Kota
Jumlah TPS Jumlah Pemilih
L P L+P
1 Kota Mataram 997 140.038 148.626 288.664
2 Lombok Barat 1,707 231.860 238.963 470.823
3 Lombok Utara 518 79.198 80.916 160.114
4 Lombok Tengah 2,232 394.607 366.040 715.647
5 Lombok Timur 3,077 376.120 433.519 809.639
6 Sumbawa Barat 332 44.314 44.540 88.854
7 Sumbawa 1,158 161.414 166.840 328.254
8 Dompu 577 75.803 78.240 154.043
9 Bima 1069 172.225 178.213 350.438
10 Kota Bima 353 49.290 52.485 101.775
Total 12.020 1.679.869 1.788.382 3.468.251
Sumber: Dokumen Bgian Teknis Penyelenggaraan Pemilu KPU Provinsi.NTB, 2014
Dalam perjalanannya, DPT pemilu tahun 2014 provinsi NTB menurun
dari DPT pada bulan desember 2013. KPU Provinsi NTB telah menetapkan
Rekapitulasi DPT Pemilu 2014 sebanyak 3.473 565, sementara Rekapitulasi yang
4
di lakukan pada tanggal 21 Januari 2014, jumlah DPT se NTB se banyak 3.468.215
jiwa atau menurun 5.314 jiwa (0,15%).2
Berdasarkan uraian diatas, pemilu adalah lembaga sekaligus prosedur
praktik politik untuk mengujudkan kedaulatan rakyat yang memungkinkan
terbentuknya sebuaah pemerintahan perwakilan, merupakan gambaran ideal dan
maksimal bagi suatu pemerintahan demokrasi dizaman modern.3 Selain itu pemilu
sebagai prosedur demokrasi atau juga sering disebut pemilu sebagai pesta
demokrasi adalah untuk membentuk sistem kekuasaan negara yang berkedaulan
rakyat permusyarawatan perwakilan yang digariskan oleh konsitusi atau undang-
undang dasar Negara. Kekuasaan negara yang akhir dengan cara pemilihan umum
adalah kekuasaan yang lahir dari bawah menurut kehendak rakyat dan
dipergunakan sesuai dengan keinginan rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Dalam literatur studi ilmu politik berkaitan dengan pemilu sebagai
prosedur demokrasi, setidak-tidaknya terdapat lima fungsi pemilu (upaya mencapai
tujuan pemilu) yang tidak bisa dipisahkan satu asma lain, yang juga berhubungan
dengan tujuan pemilu itu sendiri. Pertama, fungsi untuk mengatur prosedur
seseorang untuk dipilih menjadi anggota badan perwakilan rakyat atau menjadi
kepala pemerintahan.
2Ibid h. 87-91 3Robert A.Dahal, Demokrasi dan Para Pengkritiknya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1992), h. 33
5
Kedua, pemilu sebagai mekanisme bagi pergantian atau sirkulasi elit
penguasa, keterkaitan pemilu dengan elit didasarkan pada asumsi bahwa elit berasal
dari dan bertugas mewakili masyarakat luas.
Ketiga, fungsi perwakilan politik, fungsi ini terutama menjadi kebutuhan
rakyat baik dalam rangka mengevaluasi maupun mengentrol prilaku pemerintah
dan program serta kebijakan yang dihasilkannya. Oleh sebab itu, pemilu dalam
kaitan ini merupakan mekanisme demokratis bagi rakyat untuk menentukan wakil-
wakil yang dapat dipercaya yang akan duduk dalam pemerintahanmaupun lembaga
legislatif. Dalam kaitan ini, dua titik perwakilan didalam konsep perwakilan politik
(1) perwakilan tipedelegasi atau utusan, yaitu wakil yang memper oleh mandat dari
rakyat, sehingga merasa terikat dengan aspirasi dan kepentingan mereka. (2)
perwakilan tipe independen, yaitu perwakilan yang tidak terikat oleh aspirasi dan
kepentingan rakyat pemilu.4
Keempat, sebagai sarana legitimasi politik, fungsi ini terutama menjadi
kebutuhan pemerintah dan sistem politik yang mewadahi format pemilu yang
berlaku .melalui pemilu, keabsahan pemerintahan yang berkuasa dapat ditegakkan,
begitu pula program kebijakan yang dihasilkannya. Dalam hubungan ini fungsi
legitimasi ini merupakan konsekuensi logis yang dimiliki oleh pemilu, yakni untuk
mengubah suatu keterlibatan politik massa dari yang bersifat sporadis dan dapat
4Sahid Gatara, Ilmu Politik Memahami dan Menerapkan ,(Bandung: Pustaka Setia, 2008),
h. 208
6
membahayakan menjadi suatu sumber utama bagi otoritas dan kekuatan politik
nasional
Dan kelima, sebagai sarana pendidikan politik bagi rakyat, disini
pemilihan umu merupakan salah satu bentuk pendidikan politik bagi rakyat yang
bersifat langsung, terbuka, dan massal, yang diharapkan bisa mencerdaskan
pemahaman politik dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai demokrasi.
Dalam konteks Indonesia, perwujudan konsep dan fungsi pemilu
demikian secara fundamental diakui dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar
Negara 1945, yang antara lain sebagai berikut :
1. mencerdaskan kehidupan bangsa. (pembukaan UUD 1945)
2. maka disusunlah kemerdekaan indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat.(pembukaan UUD 1945)
3. kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan rakyat. (pasal 1 ayat (2) UUD 1945).
4. Kedaulatan rakyat dipegan oleh suatu badan bernama majelis
permusyawaratan rakyat, sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia.
(penjelasan UUD 1945).
7
B. Fokus Penelitian
Untuk memfokuskan dalam mengkaji penelitian ini secara lebih
sistematis maka peneliti akan membatasi masalah tentang upaya KPU Provinsi
NTB dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu maka berdasarkan
masalah yang telah dikemukakan, dapat peneliti rumuskan mengenai masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih
dalam pemilu Tahun 2014 di KPU Kota Mataram?
2. Bagaimanakah Peluang dan penghambat KPU Provinsi NTB dalam
meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu Tahun 2014 di KPU Kota
Mataram?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui upaya KPU Provinsi NTB dalam meningkatkan partisipasi
pemilih dalam pemilu Tahun 2014 di KPU Kota Mataram.
2. Untuk mengetahui peluang dan hambatan KPU Provinsi dalam meningkatkan
partisipasi pemilih dalam pemilu tahun 2014 di KPU Kota Mataram
D. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari penbahasan yang keluar dari fokus penelitian maka
cakupan dan batasan dalam penelitian ini agar tidak terlalu luas dan lebih terarah
maka ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan dititik beratkan pada “upaya
KPU Provinsi NTB dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu, beserta
8
peluang dan hambatan KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih
dalam pemilu tahun 2014 di KPU Provinsi Mataram”.
Dalam penelitian ini, untuk menghindari perbedaan persepsi perlu
diberikan ruang lingkup dan batas penelitian ini yaitu :
1. Objek penelitian : peluang dan hambatan KPU Provinsi NTB
2. Subjek penelitian : KPU Provinsi Mataram yang bertempat di jl. Langko No.
17 mataram
3. Lokasi penelitian :bertempat di KPU Provinsi Mataram.
E. Telaah Pustaka
Sebagai bahan telaah pustaka pada penelitian ini ada beberapa penelitian
sejenis yang peneliti temukan dan miliki kesamaan sekaligus perbedaan dengan
penelitian yang akan peneliti lakukan. Beberapa refrensi yang ada diantaranya :
1. Skripsi M. Roji Kurrahman yang berjudul Konflik Sosial Pasca Pemilu
Legislatif 2014 (Study Kasus Desa Wakan Kecamatan Jerowaru Kabupaten
Lombok Timur).Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa bentuk-bentuk
konflik sosial pemilu legislatif di Desa Wakan Kecamatan Jerowaru Kabupaten
Lombok Timur dipengaruhi oleh beberapa bentuk antara lain: konflik yang
berupa fisik, konflik yang berupa non fisik, pertikaian antara aparat kepolisian
dengan masyarakat.5
5 M. Roji Kurrahman, Konflik Sosial Pasca Pemilu Legislatif 2014, (Skripsi M. IAIN Mataram),
2015
9
2. Skripsi Saepudi Azhar yang berjudul Strategi Komunikasi Dewan Pimpinan
Daerah Partai Amanat Nasional Lombok Barat Dalam Pemenangan Pemilu
2014. Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa pada pemilu 2014 yang dulu
DPD PAN Lombok Barat sebagai pemimpin yang mengontrol untuk mencapai
target kemenangan menggunakan beberapa strategi untuk memenangkan
pemilu2014 melalui sosialisasi politik , sosialisasi dilaksanakan dengan
membentuk BAPILLU dan melakukan kosolidasi dengan pengurus tingkat
DPC agar kepengurusan di tingkat DPC bekerja, dan sosialisasi berjalan dengan
efaktif.6
3. Skripsi Baiq Ratna Manis yang berjudul Calon Legislatif Perempuan dalam
persfektif Tokoh Adat Kecamatan Pujut Pada Pemilihan Umum Legislatif
2014. Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa keterlibatan perempuan
daalam proses pencalonan anggota legislatif pada pemilihan umum (pemilu)
legislatif daerah pemilihan 3 (dapil) sudah mencapai kuota 30 porsen. Masing-
masing dari daerah partai melibatkan tiga calon perempuan dari 12 partai yaang
ada. Dari18 calon legislatif perempuan kecamatan pucut yangikutmencalonkan
diri, tidak ada satupun yang lolos. Beberapa caleg perempuan kecamatan pujut
ikut mencalonkan diri sebagai caleg bukan karena keinginannya sendiri namun
keterlibatannya hanya untuk melengkapi daftar calon perempuan di partai agar
lulus dalam verifikasi pendaftaran pada proses pemilihan umum (pemilu)
6 Saepudin Azhar, Strategi Komunikasi Dewan Pimpinan Daerah Partai Amanat Nasional
Lombok Barat Dalam Pemenangan Pemilu 2014, , (Skripsi M. IAIN Mataram), 2015
10
legislatif 2014. Proses keterlibatan caleg perempuan kecamatan pujut dalam
konsentrasi pemilu legislatif 2014 masi belum memenuhi 3 modal dasar kanidat
yaitu modal politik, modal ekonomi, dan modal sosial.7
Dari ketiga telaah fustaka diatas berbeda dengan penelitian yang akan dibahas
dengan peneliti ini yang lebih fokus pada “upaya KPU Provinsi dalam
meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu”.
F. Kerangka Teori
1. Teori Partisipasi politik
Teori politik sebagai produk terpenting dari konsep-konsep politik yang
merupakan salah satu bidang kajian ilmu politik, teori itu sendiri merupakan
penjelmaan dari hubungan dua atau lebih konsep-konsep.Teori adalah
generalisasi yang abstrak mengenai beberapa fenomena, dalam menyusun
generalisai itu teori senan tiasa memakai konsep-konsep, sedangkan konsep itu
lahir dalam pikiran manusia sehingga bersifat abstrak, sekalipun fakta-fakta
dapat dipakai sebagai batu loncatan.8Denagan pemahaman seperti itu, dapatlah
dikatakan bahwa setiap teori adalah konsep, tetapi tidak setiap konsep adalah
teori.Dari titik inilah alasan terkuat mengapa teori politik menjadi bagian dari
pembahasan konsep-konsep politik.Toeri politik adalah bahasan dan
7 Baiq Ratna Manis, Calon Legislatif Perempuan dalam persfektif Tokoh Adat Kecamatan
Pujut Pada Pemilihan Umum Legislatif 2014, (Skripsi M. IAIN Mataram), 2015 8Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, op cit, h.30
11
generalisasi dari penomena yang bersifat politik. Dengan perkataan lain, teori
politik ialah bahasan dan renungan,
Teori-teori politik kelompok pertama mempunyai fungsi menentukan
pedoman dan patokan yang bersifat moral dan yang sesuai dengan norma-
norma moral. Semua fenomena politik ditafsirkan rangka tujuan dan pedomal
moral. Dianggap bahwa dalam kehidupan politik yang sehat diperlukan
pedoman dan patokan ini, teori-teori semacam ini mencoba mengatur hubungan
antara anggota masyarakat sedemikian rupa sehingga disatu pihak memberi
kepuasan perseorangan, dan di pihak lain dapat membimbingnya menuju suatu
struktur masyarakt politik yang stabil dan dinamis.9
adanya kegiatan atau keikutsertaan warga negara dalam proses
pemerintahan. Kemudian kegiatan tersebut diarahkan untuk memengaruhi
jalannya pemerintahan. Sehingga dengan adanya partisipasi politik tersebut
akan berpengaruh terhadap kehidupan mereka. Menurut Ramlan Surbakti
partisipasi politik terbagi menjadi dua yaitu partisipasi aktif dan pasrtisipasi
pasif.Partisipasi aktif adalah mengajukan usul mengenai suatu kebijakan
umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berlainan dengan
kebijakan yang dibuat pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk
meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin
pemerintah.Sebaliknya, kegiatan yang termasuk dalam kategori partisipasi
9 Sahid Gatara, Ilmu Politik Memahami dan Menerapkan ,(Bandung: Pustaka Setia, 2008),
h. 103-104
12
pasif berupa kegiatan-kegiatan yang menaati pemerintah, menerima, dan
melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah.9 Sementara itu, Milbart dan
Goel membedakan partisipasi menjadi beberapa kategori.Pertama, apatis.
Artinya, orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik.
Kedua, spectator.Artinya, orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih
dalam pemilihan umum.Ketiga, gladiator. Artinya mereka yang secara aktif
terlibat dalam proses politik, yakni komunikator, spesialis mengadakan kontak
tatap muka, aktivis partai dan pekerja kampanye, dan aktivis masyarakat.10
Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara
demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik.Secara
umum dalam masyarakat tradisional yang sifat kepemimpinan politiknya lebih
ditentukan oleh segolongan elit penguasa, keterlibatan warga negara dalam ikut
serta memengaruhi pengambilan keputusan, dan memengaruhi kehidupan
bangsa relatif sangat kecil.Warga negara yang hanya terdiri dari masyarakat
sederhana cenderung kurang diperhitungkan dalam proses-proses
politik.Dalam hubungannya dengan demokrasi, partisipasi politik berpengaruh
terhadap legitimasi masyarakat terhadap jalannya suatu pemerintahan.Dalam
suatu Pemilu misalnya partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi
masyarakat kepada pasangan calon yang terpilih.Setiap masyarakat memiliki
preferensi dan kepentingan masing-masing untuk menentukan pilihan mereka
10 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008),
hlm. 367
13
dalam pemilu. Bisa dikatakan bahwa masa depan pejabat publik yang terpilih
dalam suatu Pemilu tergantung pada preferensi masyarakat sebagai pemilih.
Tidak hanya itu, partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu dapat dipandang
sebagai kontrol masyarakat terhadap suatu pemerintahan.Kontrol yang
diberikan beragam tergantung dengan tingkat partisipasi politik masing-
masing.Selain sebagai inti dari demokrasi, partisipasi politik juga berkaitan erat
dengan pemenuhan hak-hak politik warga negara.Wujud dari pemenuhan hak-
hak politik adalah adanya kebebasan bagi setiap warga untuk menyatakan
pendapat dan berkumpul. Seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 28:
“kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.
2. Teori Rasional
Salah satu tokoh yang konsen terhadap teori pilihan rasional adalah
James. S. Coleman. Teori pililan rasional Coleman tampak jelas dalam gagasan
dasarnya bahwa tindakan perseorangan mengarah kepada sesuatu tujuan dan
tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan.Coleman selajutnya menyinggung
masalah adanya aktor yang memilih tindakan yang dapat memaksimalkan
kegunaan atau memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.Ada dua unsur
utama dalam teori Coleman.Yakni aktor dan sumber daya.Sumber daya adalah
sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor. Coleman
mejelaskan interaksi antara aktor dan sumber daya secara rinci menuju ke
tingkat sistem sosial:Basis minimal untuk sistem sosial tindakan adalah dua
14
orang aktor, masing-masing mengendalikan sumber daya yang menarik
perhatian pihak yang lain. Perhatian satu orang terhadap sumber daya yang
dikendalikan orang lain itulh yang menyebabkan keduanya terlibat dalam
tindakan saling membutuhkan. Terlibat dalam sistem tindakan, selaku aktor
yang mempunyai tujuan, masing-masing bertujuan untuk memaksimakan
perwujudan kepentingan yang memberikan ciri saling tergantung atau ciri
sistemik terhadap tindakan mereka.11Dalam pemilihan umum menurut Downs
orang memilih calon atau partai apabila calon atau partai tersebut dipandang
dapat membantu pemilih memenuhi kepentingan dasarnya yakni kehidupan
ekonomi. Cukup dengan mempersepsikan keadaan ekonomi dirinya
(egosentrik) dibawah sebuah pemerintahan (partai atau calon) tertantu sekarang
ini dibanding sebelumnya (retrospektif), dan yang akan datang dibanding
sekarang (retroospektif), dan yang akan datang dibanding sekarang
(prospektif); dan evaluasi umum seorang pemilih atas keadaan ekonomi
nasional (sosiotropik) dibawah pemerintahan sekarang dibanding tahun
sebelumnya (retospektif), dan keadaan ekonomi nasional dibawah
pemerintahan sekarang dibanding tahuntahun yang akan datang
(prospektif).Memahami permasalahan partisipasi politik dengan melihatnya
dari pandangan teori pilihan rasional.Maka peneliti merasa perlu untuk
menambahkan pula teori pilihan rasional Friedmen dan Hechter. Teori ini akan
11George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencan,2009).
hlm. 39
15
melengkapi teori sebelumnya dengan menjelaskan adanya pengaruh lembaga
sosial dalam pilihan rasional. Friedmen dan Hechter dalam teori yang
disebutnya model kerangka teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada
aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan dan
tindakanya tertuju pada upaya mencapai tujuan itu
Masyarakat dan para calon kepala daerah sama-sama memiliki
kepentingan terhadap sumber daya yakni uang dan jabatan politik keduanya
sehingga dapat saling memengaruhi.Calon kepala daearah memberikan
penawaran yang memberikan keuntungan kepada masyarakat. Disisi lain
masyarakat memberikan penawaran berupa dukungan suara untuk
memenangkan pasangan calon. Masyarakat dan calon kepala daerah akhirnya
terlibat sebuah hubungan untuk memenuhi kepentingannya masing-
masing.Sehingga praktik politik uangpun tidak dapat terhindarkan.Hak pilih
menjadi sesuatu yang bisa ditukar dengan rupiah. Dengan adanya transaksi
tersebut maka kedua aktor ini akan sama-sama mendapatkan sumber daya yang
mereka inginkan. Dimana pemilih dalam hal ini akan mendapatkan uang
sedangkan calon kepala daerah akan mendapatkan jabatan politik yakni berupa
kemenangan dalam Pemilukada.
3. Teori partisipasi pemilih
Sosialisasi dan pendidikan politik yang dberikan oleh lembaga sosial
dalam meningkatkan partisiapsi politik ternyata tidak lantas mampu mendorong
masyarakat untuk berpartispasi politik secara maksimal. Sehingga dalam hal ini
16
peneliti melihat dari sisi lain mengenai pengaruh rasionalitas pemilih dalam
partisipasi politik. Terlepas dari pemahaman manusia sebagai makhluk sosial,
pada dasarnya manusia merupakan makhluk individu.Makhluk invidiu
memiliki tingkat rasionalitas yang sangat tinggi.Sifat dasar dari makhluk
rasional adalah kalkulasi untung rugi yang menjadi dasar setiap tindakanya.
Hampir semua manusia akan berusaha mendapatkan barang yang dia ingikan
dengan ongkos seminimal mungkin.12Barang dalam hal ini memiliki pengertian
yang sangat luas.Tidak hanya barang yang berwujud namun juga barang yang
tidak berwujud seperti misalnya sebuah kebijakan atau perjanjian.Sedangkan
ongkos dalam hal ini tidak selalu berhubungan dengan uang, namun juga
termasuk waktu dan tenaga.
Hubungannya dengan Pemilu, rasionalitas masyarakat muncul ketika
mereka berfikir keuntungan apa yang akan mereka dapatkan ketika mereka
menggunakan hak pilihnya. Padahal disisi lain mereka sudah jelas
mengeluarkan ongkos dalam Pemilu. Ongkos dalam hal ini sudah pasti tenaga
dan waktu, bahkan bisa jadi uang.Misalnya untuk transportasi menuju
TPS.Masyarakat mulai berfikir apakah barang yang mereka dapatkan nantinya
sebanding dengan ongkos yang mereka keluarkan.Hasil Pemilu merupakan
sebuah barang ketika hasil tersebut telah berubah menjadi sebuah keputusan
yang telah ditetapkan oleh KPU.Namun dalam hal ini apakah barang hasil
12 Saiful Mujani, op.,cit, h.306
17
Pemilu tersebut telah memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat. Bagi
masyarakat keuntungan hanya didapat oleh calon yang terpilih, sedangkan
dampak langsung bagi mereka tidak mereka dapatkan.Dalam Pemilukada
Kabupaten Magetan Tahun 2013 menunjukkan fakta adanya peningkatan
partisipasi politik sebesar 4%. Peningkatan tersebut namun tidak lantas menjadi
kabar bahagia bagi pemerintah khususnya atas upaya-upaya yang telah
dilakukan dalam meningkatkan partisipasi politik.Karena pada kenyataanya
saat ini sangat marak berkembang fenomena politik uang atau lebih dikenal
dengan istilah money politic dalam Pemilu.
adanya keterkaitan antara aktor dan sumber daya dalam hubungannya
dengan politik uang dalam Pemilukada. Rasionalitas masyarakat ternyata telah
memberikan pengaruh pada mereka untuk menentukan apakah mereka ikut
memilih atau tidak.Uang dianggap sebagai sebuah keuntungan yang seharusnya
mereka dapatkan ketika mereka sudah berkorban waktu dan tenaga untuk
menggunakan hak pilihnya ke TPS.Disisi calon kepala daerah, jabatan politik
menjadi sesuatu yang dianggap memberikan keuntungan besar bagi mereka
sehingga mereka juga bersedia mengeluarkan ongkos atau biaya untuk bisa
mendapatkannya. Namun, teori pilihan rasional Coleman belum bisa
memberikan penjelasan mengenai pertimbangan apa yang difikirkan
masyarakat sehingga sumber daya begitu penting bagi mereka. Oleh karena itu,
permasalahan politik uang tersebut kemudian juga bisa dilihat dari pandangan
18
teori pilihan rasional Antony Downs guna memahami lebih dalam mengenai
masalah politik uang itu sendiri.
4. Komunikasi dalam pemilu
Kita memahmi bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan
dari komunikator kepada komunikan melalui chanel tertentu untuk
menimbulkan efek tertentu.maka kelima unsur komunikasi (pesan,
komunikator, komunikan, dan efek) diperhatikan dengan baik dan seksama
a) Pesan, komunikasi politik dilakukan sebenarnya agar pesan yang akan
dihantarkan dengan baik kepada tujuan yang tepat, dan dalam perhelatan
sebesar pemilu yang bersifat inklusif, maka pesan tersebut harus
mengandung kepentingan publik atau masyarakat yang luas, miskipun tetap
harus memiliki ciri kekhusussanya.
b) Komunikator, komunikator politik mestilah orang atau kelompok
yangmemang dipersiapkan sebagai pihak menyapai pesan, artinya segala
keterbukaan orang lain dalam menerima pesan yang disampaikannya harus
benar-benar sudah dipersiapkan dalam diri orang atau kelompok tersebut.
c) Komunikan adalah sasaran yang akan menerima pesan.pesan politik,
krakter komunikan dan segala situasi kondisi juga konteks yang
melikupinya baiknya dipahami untuk suksesnya proses komunikasi politik
yang berlangsung pada umumnya, komunikasi politik yang terjadi dalam
pemilu tidak luput dari beberapa aspek seperti nilai-nilai ekonomi, filsafat,
pendidikan, idiologi, sejarah, budaya dan lainnya.
19
d) Chanel, pilihan chanel yang menjadi saluran penyampaian pesan adalah
suatu yang penting karena kesalahan dalam memilih chanel bisa juga bearti
kesalhandalam proses komunikasi politik. Saluran dalam komunikasi cukup
banyak jenisnya seperti sekolah, media masa, institusi tertentu dan lain
sebagainya.
e) Efek yang diharapkan adalah tujuan dari komunikasi politik. Efek yang
sampai pada konatif atau menggerakan komunikan biasanya menjadi tujuan
akhir dari setiap kampanye politik yang dilancarkan. Maka untuk bisa
sampai ke tahap ini setiap komunikasipolitik harus memperhatikan kelima
unsur komunikasi yang ada.
Pemilu sebagai gambaran ideal dalam pengisian atau seleksi
pemimpin politik sudah diterimaoleh masyarakat umum , penerima ini didasari
dua pertimbangan nasional.Pertam, pemilu adalah saarana
pelaksanaankedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia dan adil.Kedua, pemilu merupakan perwujudan kedaulatan
rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis.
Dua alasan tersebut mengisyaratkan bahwa melalui pemilu maka
pemerintahan yang demokratis dan legimited akan dihasilkan, implikasi dari
20
pemahaman ini terangkum dalam pemahaman fungsi pemilu. Hasil investigasi
penulis menyebutkan sejumlah pungsi pemilu.13
1. Pemilu berfunsi sebagai sarana legitimasipolitik, fungsi legitimasi ini
terutama menjadi kebutuhan pemerintah dan sistem politik yang mewadahi
format pemilu yang berlaku
2. Pemilu berfungsi menyediakan perwakilan politik, fungsi ini terutama
menjadi kontrol kebutuhan rakyat, baik dalam rangka mengaevaluasi
maupun mengentrol prilaku pemerintah dalam program serta kebijakan
yang dihasilkannya
3. Pemilu sebagai mekanisme bagi penggantian atau sirkulasi elit penguasa,
salah satu yang membedakan sistem demokrasi dengan sistem monarki
terletak pada tingkat sirkulasi elit penguasa, sistem onarki ditandai oleh
tiadanya sirkulasi elit penguasa akibat sistem pengisian jabatan politik
melalui garis keturunan, sedangkan dalam sistem demokrasi sirkulasi elit
penguasa cukup tinggi karena menempatkan rakyat dalam proses pengisian
jabatan politik.
4. Pemilu berfungsi sebagai sarana pendidikan politik bagi rakyat, pemilihan
umum merupakan salah satu bentuk pendidikan politik bagi rakyat yang
bersikap langsung, terbuka, dan bebas, yang diharapkan bisa mencerdaskan
13Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB,
(Mataram: KPU NTB.2014), h.5
21
pemahaman politik dan meningkatkan kesadaran asyarakat mengenai
demokrasi.14
5. Pemilu berfungsi menentukan pemerintah secara langsung maupun tidak
laangsung
6. Pemilu sebagai wahana umpan balik antara pemilik suara dengan
pemerintah
7. Pemilu sebagai barometer dukungan rakyat terhadap penguasa
8. Pemilu berfungsi menjadi sarana rekrutmen politik
9. Pemilu sebagai alat untuk mempertajam kepekaan pemerintah terhadap
tuntutan rakyat
Sembilan fungsi pemilu sebagai mana dipaparkan diatas masi terbuka
peluang untuk bertambah.Penambahan fungsi pemilu merupakan indikator
bahwa kajian kepemiluan senantiasa meminta perhatian para peminat dan
ilmuan politik.Itu artinya peluan untuk mendalami pemilu dan sistem
kepemiluan masi terbuka lebar untuk dibedah secara kritis dan komprehensif.15
G. Metode Penelitian
14 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB,
(Mataram: KPU NTB.2014), h.5 15Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h.6
22
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam metode penelitian kualitatif. Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti kondisi objek yang alamiah, lawanya adalah eksprimen dimana
peneliti menjadi juru kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara train
gulasi (gabungan), analisis data yang bersifat induktif, dan hasil penelitian
menekankan makna dari pada generalisasi.
2. Unit Analisis
Untuk unit analisis dalam penelitian ini adalah obyek dan sekaligus
subyek penelitian atau kesatuan unit yang akan diteliti. Obyek penelitian ini
adalah KPU Provinsi dan subyek penelitian yaitu keseluruhan komponen
yang terdapat dalam pelaksanaan pemilu tahun 2014, lokasi penelitian
terdapatndi KPU Provinsi Mataram. Selanjutnya untuk menentukan
informan dipakai teknik purposive sampling yaitu sampel dimana
pengambilan elemen-elemen yang dimasukan dalam sampel dilakukan
sesuai dengan tujuan penelitian.
Maka dalam penelitian ini jumlah informan sebanyak 12 orang yang
terdiri dari :
a. Ketua KPU : 1 orang
b. Anggota KPU : 1 orang
c. Masyarakat : 10 kelurahan
3. Sumber Data
23
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah
responden atau orang-orang yang merespon dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan peneliti baik secara tertulis maupun lisan.Atau bisa juga disebut
subyek dari mana data-data diperoleh.Peneliti membutuhkan sumber data
primerbdan data skunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
obyek yang diteliti.16
1) Orang yang memahami dan menguasai permasalahan tentang
Upaya KPU Provinsi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih
Dalam Pemilu diantaranya: ketua KPU Provinsi NTB, Anggota
KPU Provinsi NTB, dan perwakilan dari masyarakat yang memilih.
2) Orang-orang yang sedang terlibat langsung dalam upaya KPU
Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu
diantaranya: tokoh masyarakat, tokoh pemuda.
b. Data Skunder
Data skunder adalah merupakan data yang diperoleh dari sumber
tidak langsung yang memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau dokumen.
4. Tehnik Pengumpulan data
16Rianto Adi, Metodelogi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Graint,2004) h.15
24
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan
yang relavan dan akurat. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
teknik yang dilakukan adalah :
a. Observasi
Bertitik tolak pada penjelasan diatas, maka kita bisa mengatakan
bahwa pemilu merupakan sebuah keharusan yang harus dilaksanakan
oleh sebuah pemerintahan yang mengaku dirinya demokratis.Salah satu
fungsi pemilu adalah menjamin terjadinya sirkulasi elit dalam tugu
lembaga pemerintahan baik eksekutif maupun legislatif.Sirkulasi elit
harus dijalankan dalam rangka mencegah terjadinya
akumulasikekuasaan di tangan sekelompok orang, supaya terjadi
regenerasi dalam kepemimpinan nasional.
b. Interview
Dalam rangka pengelolaan data dan informasi pemilu anggota
DPR, DPD dan DPRD Provinsi Tahun 2014, sangat dibutuhkan
dukungan sistem informasi yang memadai, agar data-data pemilu dapat
diolah dan disajikan dengan cepat dan akurat. Kecepatan dan
keakuratan pengolahan dan penyajian data akan dapat menunjang
pengambilan keputusan secara cepatbdan cermat.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tahapan-tahapan pemilu
2014, KPU Provinsi mengembangkan dan mengimplementasikan
beberapa aplikasi teknologi informasi, antara lain :
25
1) Revitasi LAN (Local Area Network) KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota
2) Pengembangan WAN (Wide Ara Network) pemilu 2014 untuk
pengeloloan data dan informasi
3) Pengembangan aplikasi sisteminformasiKPU antara lain untuk
membuka akses publik terhadap pemilu dan membangun
transparansi seluruh tahapan pemilu, KPU Provinsi Nusa Tenggara
Barat.17
c. Dokumentasi
Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh
dari KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat, upaya, peluang dan hambatan
KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu.
d. Teknis Analisis Data
Analisis yang dilakukan adalah analisis terhadap bahasa dan
simbol yang dilihat peneliti selama dilapangan. Analisis terhadap hasil
wawancara , analisis terhadap gejala selama peneliti berpartisipasi
dengan masyarakat, dan analisis berbagai tanggapan orang- yang
diwawancarai. Dengan dilakukan analisis selama dilapangan peneliti
akan memperoleh jawaban langsung yang jawabanya dipandang sudah
relavan, memuaskan, dan cukupnatau sebaliknya sehingga peneliti
17Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB,
(Mataram: KPU NTB.2014), h.66-67
26
dapat terus menggali informasi masih dibutuhkan sebagai bahan
analisnya.
Kemudian dilakukan editing, data dikelompokkan dalam unit-
kecil dan merangkum kembali dalam kategori-kategori tertentu unit-
unit tersebut berupa kata, kalimat atau paragraf atau bagian dari data
yang mempunyai makna sendiri.
Analis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara. Catatan lapangan
dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan dilakukan
dengan mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun dalam pola, memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga dapat
dipahami.
1) Data reduction (Reduksi Data)
Reduksi data bearti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya.Dengan demikian data yang telah direduksi dan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya
bila diperlukan.Pada tahap ini peneliti melakukan reduksi data
dengan menggabungkan data-data yang diperoleh melalui
wawancara, observasi dan studi dokmentasi yang selanjutnya di
27
kategorikan serta membuang data yang tidak perlu. Hasil reduksi
data pada penelitian ini akan diubah menjadi bentuk tulisan.
2) Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan
laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami
dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data yang
disajiakan harus sederhana jelas agar mudah dibaca, penyajian data
juga dimaksudkan agar para pengamat dapat dengan mudah
memahami apa yang kita sajikan untuk selanjutnya dilakukan
penelian atau perbandingan dan lain-lain.
H. Validitas Data
Validitas data merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi
pada objek penelitian dengan daya yang dapat diperolehkan oleh
peneliti.Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara
data yang diperolehkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi
pada obyek penelitian.18
Teknik uji validitas data dapat dilakukan dengan jalan
memperpanjang pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi
dengan teman sejawat, analisis kasus negatif .
18Sugiyono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RdB, (Bandung: Alfabeta, 2009),
h.267
28
Dari enam teknik tersebut diatas, peneliti hanya menggunakan dua
cara dengan tujuan penelitian, yaitu:
1. Perpanjang Pengamatan
Dengan perpanjang pengamatan bearti peneliti kembali ke lapangan,
wawan cara lagi dengan nara sumber data yang pernah ditemui maupun
yang baru.19Pada tahap awal peneliti memasukimlapangan peneliti masi
dianggap orang asing masi dicurigai.Sehingga informasi yang diberikan
belum lengkap, tidak mendalam dan mungkin masih banyak yang
dirahasiakan. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek
kembali apakah data yang diberikan selama ini suda merupakan data yang
benar atautidak.
2. Triangulasi
Triangulasi adalah pengecekan data dengan cara pengecekan atau
pemeriksaan ulang. Dalam bahasa sehari-hari triangulasi sama dengan
cek dan ricek. Tekniknya pemeriksaan kembali dta dengan tiga cara
yaitu : 1) triangulasi sumber. 2) metode dan 3) teknik triangulasi teknik
pengumpulan data berdasarkan waktu. Triangulasi sumber
mengharuskan peneliti mencari lebih dari satu sumber untuk memahami
data atau informasi. Jadi peneliti mencari sumber data yang berbeda
untuk menanyakan pertanyaan yang sama. Apakah dari semua sumber
19 Ibid, h.270
29
tersebut peneliti mendapatkan data yang sama, sehingga data yang
didapatkan valid. Triangulasi metode adalah menggunakan lebuh dari
satu metode untuk melakukan cek dan ricek.Yang digunakan peneliti
adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi dengan
menggunakan metode tersebut peneliti akan mencari data terkait dengan
upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam
pemilu.triangulasi teknik pengumpulan data berdasarkan waktu yang
dilakukan dengan pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan berbagai waktu.20
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
20 Iskandar, Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Ciputat Mega Mall, 2015),
h,233-234
30
A. Gambaran Umum KPU Provinsi NTB
1. Kelahiran KPU Provinsi NTB
KPU Provinsi NTB dibentuk ketika penyelenggaraan pemilu 2004,
sebelumnya pemilu 1999, penyelenggara pemilu di Nusa Tenggara Barat
adalah Panitia Pemilihan Daerah (PPD).menghadapi agenda pemilu 2004
dibentuklah lembaga komisi pemilihan umum (KPU). Yang masi bernama
perwakilan KPU Provinsi NTB.Pembentukan Provinsi NTB melibatkan
panitia seleksi yang berasal dari unsur pemerintah, tokoh masyarakat,
akademisi, wartawan dan LSM.Ketika seleksi penerimaan anggota KPU
Provinsi NTB dibuka pada tahun 2003, antusius pelamar untuk menjadi
anggota begitu banyak.Pelamar itu datang dari berbagai elemen
masyarakat.Seleksi dilakukan panitia mulai dari administrasi, tes tertulis
sampai dengan tes wawancara.Setelah seleksi administrasi sebanyak 40 orang
lolos dan mengikuti tes selanjutnya tes berikut menyisakan 20 besar.21Peserta
seleksi selain dari berbagai latar belakang pekerjaan juga
pendidikan.Kebanyakan yang mendaftar berlatar belakang sarjana samapai
doktor. Tim penyeleksi menguji secara maraton dan didapat 10 nama calon
KPU Provinsi NTB disodorkan ketingkat pusat, KPU Provinsi NTB kemudian
melakukan fit and proper tes untuk menentukan lima anggota KPU
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
21Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h. 25
31
Setelah dilakukan fit proper tes oleh KPU RI diputuskan 5 orang
Anggota KPU Provinsi NTB, yaitu :
1. TGH. Mahally Fikry (Tokoh Agama)
2. Zainul Aldi, SP, (LSM)
3. Mahsan, SH, MH, (Pengacara)
4. Lalu Ahmad Yani, S.Km,M.Kes, (PNS)
5. Fauzan Khalid, S.Ag,M.Si, (Akademisi)
Setelah terpilih kelima Anggota KPU Provinsi NTB melakukan rapat
pleno untuk memilih ketua KPU Provinsi NTB masa bakti 2003-2008.Dari
hasil rapat pleno ditunjukanlah TGH. Mahally Fikry menjadi ketua KPU
Provinsi NTB pertama masa bakti lima tahun kedepan. Untuk gedung kantor,
KPU Provinsi NTB yang anggotanya non partisan ini sempat menumpang
dikantor Sekretariat Gubernur NTB selama 2 tahun, gedung tersebut
mengalami renovasi pada tahun 2005 sehingga KPU Provinsi NTB harus
pindah ketempat lain.22Pemerintah Provinsi NTB memberikan pinjam pakai
Gedung eks PHI di Jalan Langko No 17 Mataram yang ditempati sampai
sekarang sebelumnya ditempati oleh Dinas Perhubungan Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
22Ibid, h. 26
32
KPU Provinsi NTB sukses mengelar pemilu 2004 untuk memilih
anggota DPR RI, DPD, DPRD Provinsi NTB, DPRD Kabupaten/Kota, serta
pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
Untuk pemilu DPRD Provinsi NTB, KPU Provinsi NTB membagi 6
Daerah untuk memilih 55 anggota dprd.KPU Provinsi NTB memetahkan
Daerah Pemilihan NTB yang terdiri dari 26 kecamatan.23
Pemetaan dilakukan selain dengan jumlah penduduknya, KPU
Provinsi NTB membagi 6 (enam) Daerah pemilihan yang terdiri dari daerah
pemilihan :
1. NTB-I meliputi Kota Mataram,
2. NTB-II meliputi Kabupaten Lombok Barat,
3. NTB-III meliputi Kabupaten Lombok Tengah,
4. NTB-IV meliputi Kabupaten Lombok Timur
5. NTB-V meliputi Kabupaten Sumbawa dan
6. NTB-VI meliputi Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima dan Kota Bima.
KPU Provinsi NTB juga sukses mengelar pemilihan umum presiden
dan wakil presiden dalam dua putaran.Agenda yang padat pemilu 2004 itu
berhasil dijalankan KPU Provinsi NTB.Setelah mengelar pemilu 2004, KPU
Provinsi NTB juga memiliki agenda besar yakni melakukan pemilihan umum
Gubernur dan Wakil Gubernur secara langsung untuk pertama kalinya pada
23Ibid, h. 27
33
tahun 2008.Masa bakti KPU Provinsi NTB yang berakhir harus diperpanjang
enam bulan untuk menuntaskan pilkada gabungan tahun 2008.
2. Gambaran Visi Misidan KPU Provinsi NTB
KPU Provinsi NTB memiliki visi dan misi sesuai apa yang telah
ditetapkan oleh KPU RI. Karena visi dan misi KPU Provinsi NTB merujuk
pada restra KPU RI yang telah menjadi rujukan KPU seluh
Indonesia.Walaupun KPU Provinsi maupun KPU Kabupaten/Kota memiliki
visi dan misi masing-masing tidak terlepas dari visi dan misi KPU RI. Adapun
visi KPU adalah terwujudnya Komisi Pemilihan Umum yang memiliki
integritas, provesional, mandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi
Indonesia yang berkualitas berdasarkan pancasila dan UUD1945 dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia,24
Sedangkan misi KPU terdiri dari 5 (lima) misi antara lain
a. Membangun lembaga penyelenggara pemilihan umum yang memiliki
kompetensi, kredebilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan
pemilihan umum
b. Menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih Anggota DPR,
DPD,DPRD, Presiden dan Wkil Presiden, serta Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah secara langsung, umum, beas, rahasia, jujur, adil,
akuntable, edukatif dan beradad
24Ibid, h.28
34
c. Mengikatkan kualitas penyelenggaraan pemilihan umum yang bersih,
efisien dan efektif
d. Melayani dan melakukan setiap peserta pemilihan umum secara adil dan
setara, serta menengakkan peraturan pemilihan umum secara konsisten
sesuai dengan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
e. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam
pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang
demokratis.
3. Struktur Organisai dan Tta Kerja KPU Provinsi NTB
Struktur organisasi yang ada di KPU Provinsi NTB merujuk pada
peraturan KPU No 22 Tahun 2008 tentang perubahan peraturan KPU No 6
Tahun 2006 tentang susunan organisasi dan tata kerja sekretariat Jendral
Komisi Pemilihan Umum. Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan
Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota.
Struktur organisasi di KPU Provinsi NTB berdasarkan peraturan KPU
dipimpin oleh seorang Sekretaris dengan golongan Eselon Iia, dibawahnya
terdapat Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian yang masing-masing
menduduki Eselon III. A dan IV.a.kepala bagian terdiri dari 3 (tiga) bagian
yaitu :
35
1. Kepala keungan, Umum dan Logistik membawahi 2 (dua) kepala sub
bagian yaitu :
a. Sub bagian keuangan dan
b. Sub bagian umum dan logistik
2. Kepala bagian hukum, teknis dan humas membawahi 2 (dua) kepala sub
bagian yaitu :
a. Sub bagian hukum dan
b. Sub bagian teknis dan humas
3. Kepala bagian program, data organisasi dan SDM membawahi 2 (dua)
kepala sub bagian yaitu :
a. Sub bagian program dan data dan
b. Sub bagian SDM25
Gambar I : STRUKTUR ORGANISASI KOMISI PEMILIHAN UMUM NUSA
TENGGARA BARAT PRIODE 2014-2019
Sumber : Dukumen bagian teknis dan humas
25Ibid, h.29-30
Lalu Aksar Ansori, SP Ketu
Suhardi Soud, SE Divisi teknis penyelenggara
dan data pemilu
Yan Marli SPD.M.MPd Divisi sosialisasi pendidikan
pemilih dan SDM
Hesty Rahayu, ST. MM Divisi perencanaan organisasi
keuangan dan logistik
H.Ilyas Sabrini, SH.MH Divisi hukum dan pengawasan
36
Gambar II : STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KOMISI PEMILIHAN UMUM
PROVINSI NTB
Sumber Dokumen : Dokumen bagian teknis dan humas B. Sosialisasi KPU Provinsi NTB DALAM Meningkatkan Partisipasi Pemilih
Dalam Pemilu
1. Konsepsi Pemilihan Umum
Banyak pengamat membandingkan pemilu 1999 dengan pemilu
Indonesia yang pertama pada 1955, meskipun terpisah 44 tahun pemilu terkini
tersebut secara luas diyakini memilik banyak kesamaan dengan pemilu
pertama apabila dibandingkan dengan enam pemilu yang berlangsung pada
masa pseudo demokrasinya Soeharto. Kelaziman dapat berhubungan dengan
persamaan-persamaan, kita dapat mengambarkanpersamaan-persamaan yang
Mars.Ansori Wijaya, S.IP.MM
sekretaris
I Made Merta Arta, SH.MH Kabag. Program, data organisasi dan
SDM
Baiq Nelly Yuniarti, AP, M.Si Kabag keuangan umum logistik
Kia Agus Novian Prisadi, ST
Kesubag SDM
Armiani Basri,S.Sos Kesubag program
dan data
Nining Wahyuni,SE Kesubag keuangan
Ridwan, S.Adm Kesubag umum
dan logistik
H.Suhaili,SH.MH Kabag, hukum, teknis dan humas
Baiq Agustina Tresna Dewi, SH Kesubag hukum
M.Zaenudin, S.Sos.MM Kesubag teknis dan
humas
37
disengaja atau terencana, yang terjadi ketika pemilu diselenggarakan secara
demokratis misalnya, pendaftaran pemilihan sebelumnya, memasukan surat
suara yang rahasia. Hal semacam ini berbeda dari persamaan-persamaan yang
terjadi secara bersamaan, semacam penundaan dua bulan antara hari pemilihan
dan pengumuman hasil resmi, baik yang terjadi pada pemilu 1955 maupun
1999.
Berbicara tentang kelaziman, mungkin juga menegaskan sesuatu
yang lebih dalam bahwa ada kontinuitas tertentu antara dua pemilu tersebut
apakah ini yang disarankan atau dijelaskan secara tidak langsung, jika
kontinuitas yaang dinyatakan dalam pikiran dan prilaku individu, investigasi
kita perlu dibatasi bagi parah pemilih yang memilih pada kedua pemilu, yang
sekarang berusia lebih dari 60 tahun. Dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan pemilih sebanyak 106 juta pada 1999, hal itu dapat menjadi
sampel yang sangat sedikit dan tidak representatif.26
2. Partisipasi Pemilih
Ada dua poin yang menarik untuk dicermati dari data partisipasi
pemilih, terjadinya perbedaan angka partisipasi pemilih pada pemilu legislatif
dengan pemilu presiden disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor internal
penyelenggara pemilu (KPU) dan faktor eksternal (diluar KPU).
26Ija Suntana, Kapita Selekta Politik Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 249
38
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Johan yang
mengatakan bahwa
Dari sekian ribu masyarakat yang ada di Indonesia sebagai pemilih tidak semua berpartisipasi memberikan hak suara pada saat pemilu terkadang karna kadang tidak ingin tahunya tentang politik daan juga tidak mau peduli dengan pesta pemilu untuk memilih pemimpin karena sudaah bosan akan janji-janji politik yang dilontarkan oleh para politisi.27
Pandangan tersebut menunjukan bahwa partisipasi masyarakat masi
kurang karena pada waktu pemilu tidak ada rasa ingin tahunya masyarakat
tentang pesta pemilu.
Pendapat tersebut selarat dengan ungkapan Bagus yaitu salah
seorang tokoh pemuda yang mengatakan bahwa
Bentuk dukungan politik pada pemilu biasanya tidak bersifat menetap dukungan akan cepat berubah apabila kepentingan kelompok yang menjadi pengikat tidak diperhatikan. Perubahan dukungan ini bisa terjadi karena beberapa faktor yang pertama dukungan yang diberikan oleh sebagian masyarakat pada suatu partai politik tidak semua bersifat sukarela misalnya karena adanya faktor emosional, tidak ada pilihan yang baik atau karena rasa solidaritas dan yang kedua pola hubungan dan aliran masi cukup potensial mengakar didalam masyarakat oleh karena itu apabila muncul kekecewaan pada tokoh tertentu mereka akan memobilisasi penduduknya agar tidak memberikan dukungan kepada partai politik kepada pemilu yang akan berlangsung atau merubah pilihan ke partai politik lain.28
27Johan, Wawancara, 25 Agustus 2016 28 Bagus, Wawancara, 28 Agustus, 2016
39
Pandangan diatas menunjukan bahwa partisipasi masyarakat pada
pemilu biasanya tidak menetap akan tetapi masyarakat sasaran partai politik
untuk meraih dukungan.
Ungkapan tersebut juga relavan dengan pandangan yang diutarakan
oleh Gunawan salah seorang tokoh masyarakat yang mengatakan bahwa
Partisipasi pemilih masi didominasi oleh motif ekonomi misalnya, pilihan terhadap kanidat dilakukan berdasarkan keuntungan jangka pendek, dalam kondisi yang demikian, maka praktek politik uank dalam setiap pemilu sulit untuk dihindari.29
Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka tokoh masyarakat yang
ada didaaerah Mataram sangat kurang berpartisipasi karena masyarakat
sebagai pemilih akan tetapi masyarakat adalah sasaran partai politik untuk
meraih dukungan hanya dapat menaruh janji-janji politik, dan ada juga
masyarakat yang kurang rasa ingin tahunya tentang pesta pemilu karena sudah
bosan dengan janji-janji politik.
a. Faktor internal
Pada pemilu legislatif jumlah pemilih maksimal dalam setiap TPS
500 orang, sedangkan pada pemilu presiden 800 orang. Akibat ketentuan
ini KPU Kabupaten/Kota melakukan perampingan jumlah TPS. Dalam
29 Gunawan, Wawncara, 12 september, 2016
40
proses perampingan itulah kemudian banyak pilihan yang tidak mau
datang ke TPS karena TPS-nya tidak sesuai dengan TPS pemilu legilatif.30
Disamping itu pemilihyang meningal atau pindah keluar deasa atau
daerah tidak seluruhnya diselsaikan oleh PPS, karena pada waktu pemilu
presiden dan wakil presiden tidak ada petugas pemutakhiran data pemilih
sebagaimana pada pemilu legislatif. Tidak maksimalnya kerja PPS pada
wktu pemutakhiran data pemilih menyebabkan akurasi data pemilih
rendah. Salah satu yang menyebabkan pemilih tidak datang ke TPS adalah
tidak dibeikannya undangan memilih (C6) oleh petugas. KPU
Kabupaten/Kota telah mendistribusikan C6 jauh hari sebelum hari H
pemungutan suara, namun C6 tersebut mengendap dipertugas KPPS yang
ditugaskan menyampaikan undangan memilih kepada pemilih. Sosialisasi
yang tidak maksimal pada pemilu 2014 dipandang ikut memberi
konstribusi terhadap belum optimalnya partisipasi pemilih.
b. Faktor eksternal
Partisipasi pemilih masi didominasi oleh refleksi atas keanggotaan
kelompok sosial pemilih yang dibentuk oleh kekuatan sosio-ekonomi dan
demografi.Akibat kondisi ini pilihan politikmasyarakat masi sangat
dinamis.31Ketika dalam pemilu legislatif terdapat keluarga, kerabat, dan
30 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB,
(Mataram: KPU NTB.2014), h. 318 31Ibid, h. 319
41
ikatan demografi lainnya menjadi peserta pemilu (calon DPR, DPD,
DPRD), antusias masyarakat untuk memilih menjadi sangat
tingi.Preferensi politik masyakat dalam menentukan pilihan politiknya
masi didominasi oleh faktor-faktor sosiologis, misalnya faktor keluarga,
kerabat, dan sejawat pekerjaan atau organisasi.Preferensi politik
masyaraakat belum ada orientasi terhadap isu atau kapasitas
kanidat.Ketika kepentingan politik pusat maka partisipasi masyarakat
mengunakan hak pilihnya menjadi menurun.
Partisipasi pemilih masi didominasi oleh motif ekonomi terhadap
pilihan kandidat dilakukan berdasarkan keuntungan material jangka
pendek. Dalam kondisi yang demikian maka praktek politik dalam setiap
pemilumenjadi sulit dihindari.Praktek politik uang pada pemilu legislatif
lebih tingi jika dibandingkan dengan pemilu presiden dan wakil presiden.
Ketika politik uank tidak sampai ke masyarakat pada pemilu preseden dan
wakil presiden , sebagian dari mereka kurang tertarik datang ke TPS.32
Penjelasan diatas memperlihatkan beberapa hal .pertama, tinginya
partisipasi pemilih pada pemilu legislatif disebabkan oleh akurasi data
pemilih disiplinya menyelenggara pemilu melakukan pekerjaan
pemutakhiran data pemilih, dan sosialisasi yang tingi dan efektif. Kedua
32Ibid, h.320
42
belum optimalnya angka partisipasi pada pemilu 2014 juga dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, yaitu tim pemenangan dan prilaku politik pemilih.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Amirudin salah
seorang tokoh masyarakat yang mengatakan bahwa
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu diselenggarakan dengan prinsip yaitu, kesukarelaan, transparan, kepastian hukum, kepentingan umum, efisienn tidak memihak, dan efektif.33
Pandangan tersebut menunjukan bahwa masyarakat ingin menunjukan
partisipasi secara kesukarelaan tanpa ada paksaan dari pihak manapun
Pendapat tersebut selaras dengan ungkapan bambang salah seorang tokoh
masyarakat yang mengatakan bahwa
Partisipasi masyarakat dalam pemilu adalah memberikan informasi pemilu, meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya pemilu dan penggunaan hak politik rakyat dengan benar dalam pemilu.34
Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa
kesukarelaan masyarakat dalam keikutsertaannya untuk mensukseskan pemilu
yakni disebabkan adanya pemahaman dan kesadaran rakyat tentang pentingnya
pemilu dan menggunakan hak pilihnya.
33 Amirudin, wawancara, 12 September 2016 34 Bambang, wawancara, 12 September 2016
43
3. Komunikasi dan Poitik
a. Komunikasi
Sebagai mana dalam imu sosial lain, batasan akan pengertian
komunikasi belum terdapat kesepakatan diantara para sarjana, bahkan
hampir boleh dikatakan antara sarjana satu dan yang lain selalu berbeda
dalam memberi depinisi. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan batasan
itu mempunyai unsur-unsur yang saling tumpang tindih.Sehingga masi
memberikan kemungkinan orang menarik garis penekanan atau tipikal dari
berbagai difinisi. Unsur penyapaian baraangkali merupakan unsur
komunikasi yang paling sering dijumpai dalam definisi komunikasi,
seperti halnya bahwa komunikasi adalah pengalihan informasi untuk
memperoleh tanggapan. Komunikasi sebagai unsur kontrol sosial atau
untuk mempengaruh dalam mendefinisikan komunikasi.
Pengertian komunikasi sekaligus sebagai model yang begitu
terkenal dilingkungan sarjana komunikasi dan politik merupakan jawaban
dari lima pertanyaan, walaupun sederhana tetapi sangat membantu
mempermudah pemahaman terhadap penomena komunikasi terutama
untuk komunikasi politik. Proses komunikasi berjalan searah atau bersifat
linear, ia sangat menekankan aspek persuasi untuk memperoleh efek
44
tertentu, sehingga dipandang kurang pas untuk komunikasi pada
umumnya.35
b. Politik
Politik pada dasarnya juga seperti komunikasi merupakan suatu
tindakan yang melibatkan pembicaraan, dalam hal ini tidak sekedar
pembicaraan dalam arti sempit, tetapi dalam arti yang luas, baik yang
bersifat verbal (lisan atau tulisan) maupun yang bersifat non verbal
(berbagai gerak, isyarat, maupun tindakan). Lebih tepatnya kegiatan
politik adalah berbicara, tetapi tidak sekedar pembicaraan, juga tidak
semua pembicaraan adalah politik, tetapi hakikat pengalaman poltik dan
kondisi dasarnya ialah aktivitas komunikasi antar manusia.
Komunikasi meliputi politik, jika orang dihadapkan pada konflik,
mereka akan menurunkan makna perselisihan melalui komunikasi.
Dengan komunikasi orang berusaha menyelsaikan perselisihan mereka,
dikalangan mereka yang berkecimpung dalam politik praktis, hal semacam
itu begitu tampak, bagaimana parah politisi mengadakan bargaining
dengan ilmuan politiknya, atau terjadi koalisasi ataupun konsensus,
merupakan contoh bagaimana suatu konflik diturnkan kedalam
komunikasi.
35 Henry Subiakto, Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi, (Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2012), h.13
45
Dengan komunikasi proses politik dapat berjalan, sehinga tidak
heran jika menempatkan fungsi komunikasi politik dan sistem politik
begitu penting. Sosialisasi dan rekrutmen politik, artikulasi kepentingan,
agregasi kepentingan, membuat peraturan, dan keputusan semuanya ini
menggunakan atau melalui proses komunikasi.36
4. Pengadaan Data Distribusi Logistik
Komisi pemilihan umum (KPU) sebagai penyelenggara pemilu
yang berwenang untuk menjalankan dan menyelenggarakan proses pemilihan
umum Indonesia, berkewajiban mempersiapkan berbagai hal untuk
memperlancar proses pemilihan umum, saalah satunya adalah pengadaan dan
pengelolaan logistik keperluan pemilu yang tepat jenis, tepat jumlah, tepat
kualitas, tepat tujuan, dan penyelenggara. Proses perencanaan, pengadaan,
pengawasan, dan pendistribusian logistik pemilu yang tepat memiliki peran
sentral dan strategis dalam menentukan penyelenggaraan pemilu.
Dalam penyelenggaraan pemilu tahun 2014 mekanisme
perencanaan dan pengawasan logistik keperluaan pemilu masi dilakukan
secara manual dengan jumlah sumberdaya manusia (SDM) yang terbatas,
ehingga memungkinkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan,
pengawasan dan pendistribusian barang yang diakibatkan oleh kesalahan
manusia dalam proses tersebut.
36Ibid, h.14-15
46
Untuk menghindari permasalahan tersebut, maka KPU perlu
mengembangkan satu aplikasi logistik yang terintegrasi yaitu
mengintegrasikan atau menggabungkan semua proses yang berlaku kepada
mekanisme pengelolaan logistik pemilu kedalam sebuah sistem atau aplikasi
yang berbasis komputer dan web.37 Dengan diintegrasikannya semua proses
bisnis kedalam suatu sistem informasi logistik bersama peta informasi
berbasis geopasial dapat memberikan kemudahan dalam mengelola
logistikkeperluanpemilu.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara anggota KPU Provinsi NTB
yang mengatakan bahwa
Dalam melakukan persiapan pemilu 2014 KPU Provinsi melakukanberbagai upaya untuk mengsukseskan jalan pemilu dengan memberikan informasi melalui media cetak maupun media elektronik.38
Pandangan tersebut menunjukan bahwa KPU Provinsi benar-benar
serius dalam menjalankan tugasnya sebagai penyelenggara pemilu.
Pendapat tersebut selaras dengan ungkapan Suhardi yaitu salah
seorang anggota KPU Provinsi yang mengatakan bahwa
Dalam rangaka menyelenggarakan pemilu KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat melakukan upaya dengan berbagai upaya demi suksesnya pemilu 2014 antara lain mengembangkan aplikasi sistem inpormasi untuk membuka akses terhadap pemilu39
37 Observasi 38 Dani Anggota KPU Provinsi NTB, Wawancara, 7 September 2016 39 Suhardi, Wawancara, 17 September 2016
47
Pendapat tersebut menunjukan bahwa besarnya upaya KPU
Provinsi memiliki Visi yang kuat memaksimalkan peran serta pemilih dalam
pemilu.
Pendapat tersebut diatas selaras dengan ungkapan Hesty Rahayu
salah seorang Anggota KPU Provinsi yang mengatakan bahwa
Upaya KPU Provinsi dalam pelaksanaan pemilu diantaranya membuka akses pemilu kepada masyarakat, sosialisasi pada kelompok-kelompok marginal sekaligus pembuatan TPS atau tempat pemungutan suara pada rumah sakit, panti sosial , dan lain-lain.40
Dari hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan upaya KPU
Provinsi memberikan informasi sesuai peraturan perundang-undangan,
keterlibatan masyarakat dalam penyelenggara pemilu yakni penyusunan
kebijakan atau peraturan, dengan prinsip yaitu, kesukarelaan, transparan,
kepastian hukum, kepentingan umum, efisien, tidak memihak dan efektif.
Poin penting lainnya yang terkandung dalm filosofi pemilu adalah
ketika pemilu diletakkan sebagai basis legitimasi politik bagi pemimpin politik
terpilih, karena itu dalam rumusan yang dibuat ilmuan politik seringkali kita
temukan kalimat pendek : pemilu yang demokratisakan memperkuat legitimasi
dan kredibilitas pemerintahan kalimat ini, senantiasa diburu dan diciptakan
oleh pemerintah dalam rangka memperoleh basis legitimasi politik. Secara
40 Hesty Rahayu, Wawancara, 17 September 2016
48
konseptual legitimasi bisa difenisikan sebagai bentuk penerimaan dan
pengakuan masyarakat terhadap hak moral pemimpin untuk memerintah,
membuat, dan melaksanakan keputusan politik.41Definisi yang serba singkat
yang dibuat Ramlan Surbakti menunjukan betapa petingnya legitimasi politik
diperoleh pejabat politik.Legitimasi politik memadukan beberapa konsep
penting, mulai dari penerimaan hingga pengakuan kepada pemimpin untuk
memerintah. Ada tiga alasan menimal mengapa masyarakat memberikan
pengakuan dan dukungan kepada pemerintah /pejabat poltik. Pertama, karena
pemimpin yang terpilih melalui pemilu yang demokratis memiliki kualitas
pribadi berupa karisma maupun penampilan pribadi dan persentasi cemerlang
dalam bidang tertentu sehingga masyarakat mau melihatnya.Kedua,
masyarakat memberikan pengakuandan dukungan kepada pemimpin
pemerintah karenapemimpin tersebut mendapatkan kewenangan menurut
prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.Ketiga,
masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemimpin
pemerintahan karena pemimpin tersebut menjanjikan atau menjamin
kesahteraan material kepada masyarakat.
Impilikasi dari cara berpikir seperti ini mengharuskan para pemimpin
untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Perlu pula di tambakan
bahwa dalam pengelolan politik pemerintahan kekuasaan senantiasa
41Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h.11
49
membutukan legitimasi (keabsahan/pengakuan) dari masyarakat.Dengan
pemahan seperti itu maka sangat rasional apabila di katakan bahwa konsep
kekuasaan dan legitimasi sangat penting dalam sistim politik dan demokratis.
Mengikuti cara berpikir di atas, setidakya ada beberapa alasan
mengapa pemilu selalu berkaitan dengan legitimasi politik.pertama, pemilu itu
sebenarya pemerinta juga dapat meyakinkan atau setidakya memperbaharui
kesepakatan politiknya dengan pihak masyarakat. Kedua, dalam peroses
pemilu tersebut sebenarya pemerinta dapat pula mempengaruhi perilaku warga
negara.Ketiga, dalam dunia modern tanpaya para penguasa smakin di haruska
untuk mengandalkan pada kesempatan dari masyarakat ketimbang pemaksaan
untuk mempertahankan legitimasnya.42
C. Program Sosialisasi KPU Provinsi NTB Dalam Memaksimalkan Pemilu
Tahun 2014
Meskipun implemintasi program sosial telah dilakukan dengan
menggerakan segala sumber daya yang tersedia, namun terhadap beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan program sosialisasi KPU P[rovinsi dan KPU Kabupaten/Kota
tidak linear
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dan bersifat hirarkhis,
demikian pandangan tentang kelembagaan KPU sebagai penyelenggaraan
42Ibid,h.12
50
pemilu. Seharusnya proses hirarkhis ini terimplementasi dalam proses
pelaksanaan program kerja pada masing-masing tingkatan. Dengan begitu
maka implementasi dalam proses pelaksanaan program kerja mennjadi lebih
efektif dan sampai pada kelompok sasaran sesuai tujuan organisasi.
Kenyataanya, implementasi program sosialisasi masi berjalan secara persial-
persial.Akibat lanjutanya, implementasi program sosialisasi antara KPU
Provinsi dengan KPU Kabupaten/Kota sering terjadi tumpang tindih atau tidak
sinergis.43
Beberapa program sosialisasi yang sudah diimplementasikan pada
satu kelompok sasaran oleh KPU Provinsi dilaksanakan juga oleh KPU
Kabupaten/Kota pada waktu yang berbeda, demikian sebaliknya. Sementara
masi ada kelompok0kelompok masyarakat yang belum diberikan sosialisasi
kepemiluan
Dalam halnya dengan penyusunan modul pendidikan pemilih,
beberapa KPU Kabupaten/Kota membuat modul pendidikan pemilih lebih
dahulu dibandingkan KPU Provinsi.Akibatnya isi modul pendidikan pemilih
yang dibuat KPU Kabupaten/Kota belum mengambarkan kebutuhan terhadap
informasi penyelenggaraan pemilu sebagaimana diatur dalam peraturan KPU
Nomor 27 tahun 2013.Pemasangan baliho dan spanduk yang membuat pesan-
pesan pemilu juga tidak terdistribusi dengan baik. Isi pesan yang dibuat KPU
43Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB,
(Mataram: KPU NTB.2014), h.280-281
51
Provinsi dengan KPU Kabupaten/Kota sama dengan dipasang pada tempat
yang berdekatan, tentu saja pola kerja yang demikian tidak efektif dan efisien.
2. Sosialisasi terhadap calon anggota legislatif tidak tersentuh
Sosialisasi pemilu yang melibatkan peserta pemilu selalu dihadiri oleh
pengurus partai politik.Seharusnya pengurus partai politik menyampaikan
secara tuntas informasi pemilu yang diterima ketika menghadiri sosialisasi
yang diselenggarakan oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota.
Sosialisasi yang diberikan oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
hanya diketahui oleh pengurus partai politik yang menghadiri sosialisasi di
KPU provinsi atau KPU Kabupaten/Kota. Akibat ketidaktahuan calon anggota
legislatif terhadap teknis penyelenggara pemilu seringkali caleg membuat
berbagai permasalahan dalam proses pemilu terutama pada tahapan
pemungutan suara, rekapitulasi dan penetapan calon terpilih
3. Anggaran sosialisasi belum menjawab kebutuhan inovasi memanfaatkan
kearifan lokal
Melakukan sosialisasi dengan memanfaatkan kearifan lokal lebih
efektif dibanding sosialisi yang berpradigma formalitesme, namun kesulitan
yang muncul dari sosialisasi dengan berbagai inivasi pemanfaatan kearifan
lokal terkendala dengan sistem laporan pertanggung jawaban anggaran.
Misalnya sosialisasi dengan pendekatan rumah ibadah tentu lebih efektif
dibanding sosialisasi tatap muka dengan memberi ceramah elit politik, namun
52
kesulitan muncul ketika aturan pengelolaan keuangan tidak memungkinkan
sistem peng-SPJ oleh komunitas masyarakat.
4. Pelaksanaan sosialisaasi masi berpradigma aanggaran sosialisasi
Pemilu membutuhkan kretifitas penyelenggra pemilu, oleh karena
sosialisasi pemilu harus bersifat massal, dan menyentuh seluruh segmen
masyarakat maka sosialisasi pemilu tidak boleh terjebak paada pradigma
anggaran. Ada banyak cara dan media yang dapat digunakan oleh
penyelenggara pemilu dalam melakukan sosialisasi agar pesan pemilu sampai
dimasyarakat memiliki motivasi untuk datang ke TPS. Misalnya di Kabupaten
Bima melakukan lomba TPS hias, dampak kegiatan ini mampu menarik miat
masyarakat datang ke TPS dan menggunakan hak pilih mereka.44
D. Kelemahan dan Kelebihan Sistem Informasi KPU Provinsi Dengan
Menggunakan Sistem Informasi
Pengembangan aplikasi sistem informasi KPU antara lain untuk
membuka akses publik terhadap pemilu dan membangun transparansi seluruh
tahapan pemilu, KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat menggunakan aplikasi
sistem informasi yang diprogramkan KPU RI. Berikut digambarkan sistem
informasi pemilu dengan aplikasi.
44Ibid, h.282-284
53
1. Sipol (sistem pendaftaran partai politik)
a. Cara kerjanya : sistem informasi partai politik (sipol) merupakan sistem
informasi yang dikembangkan dan diimplementasikan untuk mendukung
pelaksanaan pendaftaran vertifikasi partai politik calon peserta pemilu
2014 dengan sistem uplod data ke fitur-fitur yang telah disiapkan paadaa
aplikasi tersebut.
b. Efektifitasnya: dengan sistem aplikasi ini kita mampu mendeteksi dan
mengetahui keabsahan keberadaan dari partai politik.
c. Kelebihannya : sistem informasi politik ini bisa memvertifikasi dan
menghasilkan jumlah partai politik yang layak mengikuti pemilihan umum
(pemilu) sesuai dengan syarat yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
d. Kendalanya : sarana dan prasarana ditingkat kabupaten /Kota masih
kurang memadai terutama sarana internen sebagai basis informasi.
2. Sindalih (sistem informasi daftar pemilih)
a. Cara kerjanya: sistem informasi data pemilih (sindalih) merupakan sistem
informasi yang dikembangkan dan diimplementasikan untuk mendukung
pelaksanaan pendaftaran dan pemutakhiran data pemilih 2014, dengan
sistem Uplod dan Snapsshout data ke fitur-fitur yang telah disiapkan pada
aplikasi tersebut.
54
b. Efektifitasnya: dengan sistem sindalih ini kita mampu mendeteksi dan
mengetahui keabsahan jumlah pemilih secara keseluruhan yang telah
terklasifikasi.
c. Kelebihannya : sistem informasi sidalih ini bisa menghasilkan data
pemilih tetap (DPT) yang transparan dan akuntabel.45
d. Kendalanya : sarana dan prasarana ditingkat Kabupaten/Kota masi
kurang memadai terutama sarana internet sebagai basis informasi.
3. Silon (sistem informasi pencalionan)
a. Caranya kerjanya: sistem informasi pencalonan (silon) merupakan
sistem informasi yang dikembangkan dan diimplementasikan untuk
mendukung pelaksanaan pencalonan dalam pemilu 2014 dengan sistem
Uplod data ke fitur-fitur yang telah disiapkan kepada aplikasi tersebut.
b. Efektifitasnya : dengan sistem sidalih ini kita mampu mendetiksi dan
mengetahui keabsahan jumlah pemilih secara keseluruhan yang telah
terklasifikasi
c. Kelebihannya : sistem informasi sidali ini bisa menghasilkan data
pemilih tetap (DPT) yang transparan dan akun tabel.
d. Kendalanya : sarana dan prasarana ditingkat Kabupaten/Kota masi
kurang memadai terutama sarana internet sebagai basis informasi.46
45 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB,
(Mataram: KPU NTB.2014), h.67-68 46Ibid, h.69
55
4. Situng (sistem informasi penghitung suara)
a. Cara kerjanya : sistem informasi penghitung suara (situng) merupakan
sistem informasi yang dikembangkan dan diimplementasikan untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan rekapitulasi dan penghitungan suara
hasil pemilihan umum tahun 2014 untuk mendukung aplikasi ini, selain
dengan menggunakan hardwere dan softwer komputer berbasis internet
juga didukung oleh perangkat scanner untuk mengirimkan data hasil
scan formulir C1 langsung ke server KPU.
b. Efektifitasnya : dengan sistem situng ini kita mampu secara cepat
mengetahui hasil dari pelaksanaan pemilihan umum.
c. Kelebihannya: sistem informasi situng ini secara teknologi sangat baik
dan akurat terbukti dengan hasil dari aplikasi ini mampu menentukan
calon terpilih serta peringatan perolehan suara.
d. Kendalanya: sistem ini terlambat disosialisasikan sehingga pada saat
digunakan masi ada yang belum paham secara maksimal.
5. Silog (sistem informasi logistik)
a. Cara kerjanya : sistem informasi logistik (silog) merupakan sistem
informasi yang dikembangkan dan diimplementasikan untuk
mendukung pelaksadaan stok opname, perencanaan kebutuhan logistik
serta pengadaan dan distribusi logistik pemilu 2014.
56
b. Efektifitasnya : dengan sistem silog ini kita lebih cepat mendapatkan
informasi terkait dengan kebutuhan logistik.
c. Kelebihannya: dengan sistem silog ini kitalebih cepa mendapatkan
informasi terkait dengan kebutuhan logistik.
d. Kendalanya : kurangnya pasilitas jaringan ditingkat Kabupaten/Kota
sehingga di Provinsi juga mengalami keterlambatan untuk mengimput
data dari Kabupaten/Kota.
Sebelum pengapplikasian sistem informasi tersebut, KPU Provinsi NTB
senantiasa aktif dalam mengikuti berbagai plelatihan dan bimbingan teknis
pemanfaatan sistem informasi tersebut. Pelatihan dan bimbingan teknis yang
pernah diikuti oleh KPU Provinsi NTB, yaitu :
1. Bimbing Teknis Petugas Pengelolaan Data dan Informasi WAN dan SITUNG
2. Pelatihan aplikasi SIDALI di Hotel Marcure Ancol, Jakarta
3. Pelatihan aplikasi SIPOL di Hotel Borobudor, Jkarta,
4. Pelatihan aplikasi SILON di Hotel Merlyn Park, Jakarta
5. Pelatihan aplikasi SILOG di Hotel Marcure Ancol, Jakarta
Dalam rangka penyebaran informasi pemilu anggota DPR, DPD dan
DPRD Provinsi tahun 2014, KPU Provinsi NTB juga telah membangun dan
mengembangkan website khusus Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat
dengan alamat “
http//www.Kpud.ntbprov.go.id
57
E. Peluang dan Hambatan KPU Provinsi Dalam Meningkatkan Partisipasi
Pemilih Dalam Pemilu
1. Peluang
Pada sisi yang lain KPU sebagai lembaga negara memiliki kedudukan
bersumber dari UU 1945. Ini artinya secara konsitusi kedudukan KPU dengan
lembaga tingi lainnya. Akan tetapi dalam kaitannya dengan tugas dan
kewenangan , KPU termasuk organ penunjang pelaksanaan kekuasaan
eksekutif yakni menyelenggarakan pemilu dengan tujuan terpilihnya wakil
rakyat dan wakil daerah yang representatif, dan terbentuknya pemerintahan
yang demokratis, kuat dan didukung oleh rakyat dalam rangka mewujudkan
tujuan nasional sebagaimana yang diamanatkan UUD 1945.
a. Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan pemilu di Provinsi
berdasarkan peraturan perundang-undangan
Tugas yang diamanatkan oleh pasal9 ayat (2) huruf I Undang-
Undang Nomor 15 tahun 2015 tentang penyelenggara pemilu kepada KPU
Provinsi adalah melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan pemilu yang
berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat
berpedoman pada kebijakan KPU RI sembari melakukan berbagai inovasi
sesuai kondisi lokal atau daerah.
Sosialisasi tahapan pemilu merupakan bagian yang menjadi
perhatian serius KPU RI. Tujuan aakhir dari kegiatan sosialisasi adalah
terbangunnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
58
pemilu.Sebagai pedoman implementasi dimasing-masing Provinsi dan
Kabupaten/Kota,KPU RI telah mengeluarkan kebijakan melalui peraturan
KPU Nomor 27 Tahun 2013 tentang partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pemilihan umum.47
b.Pemungutan Suara
Secara teknis,tata cara pelaksanaan pemungutan dan
penghitungan suara ditempat pemungutan suara (TPS) diatur dalam
peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 26 Tahun 2013 tentang
pemungutan dan penghitungan suara ditempat pemungutan suara (TPS)
dalam pemilihan umum anggota DPR,DPD,DPRD Provinsi,dan DPRD
Kabupaten/Kota Tahun 2014.
Pemungutan suara pemilihan umum anggota DPR,DPD,dan
DPRD Tahun 2014 dipimpin oleh KPPS,dengan dibantu oleh petugas
keamanan,disaksikan oleh saksi partai politik dan saksi calon perseorangan
yang diharuskan menyerahkan mandat tertulis diawasi oleh panwas pemilu
lapangan,serta dipantau oleh pemantau pemilu yang sudah terakreditasi.
c. Penetapan calon terpilih anggota DPRD Provinsi NTB
47 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat,Potret Pemilu Legislatif
ProvinsiNTB,(Mataram : KPU NTB,2014), h.44
59
Penetapan calon terpilih anggota DPRD Provinsi NTB tersebut
dituangkan dalam berita acara rapat pleno KPU Provinsi NTB tentang
penetapan calon terpilih anggota dewan perwakilan rakyat daerah Provinsi
NTB hasil pemilihan umum Tahun 2014 serta keputusan komisi pemilihan
umum Provinsi NTB tentang peroleh kursi dan penetapan calon terpilih
anggota DPRD Provinsi Tahun 2014.
Secara subtansial, dari setiap pemilu terdapat hal-haal yang sama,
yakni asas-asas pemilu yang dianut, senantiasa berkutat pada lingkaran LUBER
(langsung, bebas, dan rahasia) ataupun JURDIL (jujur dan adil). Namun
demikian secara prosedural, selain banyak kesamaan juga terdapat banyak
keragaman dari satu pemilu ke pemilu berikutnya48
2. Hanbatan
Dalam setiap pelaksanaan kegiatan tidak menutup kemungkinan terjadi
permasalahan dalam kegiatan tersebut miskipun persentasinya sangat
kecil.seperti hanya dalam proses pelaksanaan pemilihan umum juga mengalami
berbagai permasalahan dalam pelaksanaan pemilihan umum tersebut antara
lain:
48 Sahid Gatara, Ilmu Politik Memahami dan Menerapkan, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), h.
214
60
a. Perencanaan
1) Jumlah yang direncanakan tidak sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
teknis yang sepenuhnya berda di Kabupaten/Kota dalam merencanakan
jumlah gedung/tempat penyimpanan seringkali tidak sesuai dengan
kebutuhan sehingga pada saat barang/logistik sudah dimulai
berdatangan baru menyadari kekurangan tempat, baik untuk lokasi
pelipatan, penyortiran ataupun pengepakan.
2) Jumlah yang direncanakan tidak sikron antara teknis dan logistik adanya
dua lisme pemahaman menjadikan informasi menjadi simpang siur.
Divisi logistik dan divisi teknis hendaknya menjadi satu kesatuan yang
utuh karena saling berkaitan. Hal yang paling nampak adalah
pemahaman tentang jumlah surat suara yang berbasis TPS dan berbasis
DPT.
3) Lemahnya pengamanan logistik di tingkat PKK dan PPS masalah
pengamanan merupakan masalah yang cukup pelik pada saat logistik
untuk pemilu akan dilaksanakan. Himbauan agar logistik harus sampai
ditingkat TPS H-I memang sangat ideal untuk daerah yang dijangkauan
geografisnya normal. Naamun hal ini membutuhkan penanganan yang
berbeda untuk lokasi geografisnya sangat sulit apalagi faktor cuaca
yaang tidak bisa diprediksi.
61
4) Formulir yang diterima seringkali kurang/tidak sesuai kebutuhan
perlakuan untuk cadangan formulir sangat berbeda dengan surat suara.
Surat suara masi mencadangkan 2% jika terjadi kerusakan atau
kekurangan surat suara yaang tidak siqnifikan tentu itu bukan masalah
besar. Namun akan berbeda dengan kekurangan/kerusakan diformulir.
Formulir jika rusak/kurang pada saat limit waktu tentu akan sulit untuk
diadakan oleh KPU Kabupaten/Kota. Formulir harus sesuai dengan
jumlah TPS dan tidak ada angka cadangan sehingga cukup merepotkan
pengadaannya.
b. Pelaksanaan
1) Perubahan regulasi
Sungguh merupakan hal yang sangat merepotkan jika ditengah
pelaksanaan terjadi perubahan aturan, salah satu yang terkait dengan hal
ini adalah pengadaan logistik yang semula diadakan oeh KPU RI
berubah menjadi tanggung jawab KPU Kabupaten/Kota
2) Spesifikasi formulir yang sangat rumitdan jenis sampulnya yang mudah
sobek
Banyak jenis sampul dan Spesifikasi formulir yang digunakan sangat
beragam dan rumit untuk dikerjakan menjadi salah satu penyebab
keterlambatan dalam pengadaan oleh pihak rekanan.Hal ini berdampak
pada jadwal distribusi yang telah dijadwalkan oleh KPU
Kabupaten/kota.
62
3) Biaya bongkar muat
Biaya bongkar termasuk buruh seharus menjadi tanggungjawab
rekanan, namun hal ini akan berbalik arah manakalah logistik telah
sampai di Kabupaten/Kota sering terjadi ketegangan antara pihak
ekspedisi dan sekretariat KPU Kabupaten /Kota yang ujung-ujungnya
berakhir dengan pembayaran dan pengadaan buruh harus ditanggung
oleh KPU Kabupaten/Kota
4) Tertukarnya surat suara antar provinsi/Kabupaten/Kota, masalah
tertukarnya surat suara harusnya dapat diantisipasi jauh hari sebelum
pengiriman dilakukan. Penempatan barang dalam box atau sejenisnya
tentu harus dipikirkan lebih matang.49
5) Penetapan daftar pemilih tetap
Permasalahan ini biasanya terjadi pada pemilih pemula yang belum
memiliki KTP atau pemilih yang baru pindah dari daerah satu kedaerah
lain sehingga nama mereka didak tercantum dalam DPT. Persoalan ini
harus diselsaikan dengan cepat oleh pemerintah karena ini dapat
menghambat hak seseorang untuk dapat berpartisipasi dalam pemilu.
Salah satu terobosan pemerintah unttuk mengatasi persoalan ini adalh
dengan membuat E-KTP Nasional yang dapat digunakan disetiap
49 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi
NTB, (Mataram: KPU NTB, 2014),h.289
63
daerah. Dengan demikian hak seorang untuk turut serta dalam pesta
demokrasi tidak akan terhambat lagi.
Dalam menimplementasikan suatu program/tahapan tertentu tidak
lepas dari kekurangan yang timbul didalamnya, melalui tahap perencanaan
dan pelaksanaan tentu banyak terjadi kekurangan, demikian pula halnya
dengan logistik dan anggaran sebagai bagian dari suksesnya pelaksanaan
pemilu NTB khususnya berdasarkan hasil evaluasi tahapan.
64
BAB III
PEMBAHASAN
A. Upaya KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat Dalam Meningkatkan Partisipasi
Pemilih
KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat melaksanakan inovasi daan kreasi
sosialisasi dengan pendekatan mobilisasi sosial, yang dimaksud dengan mobilisasi
sosial adalah sosialisasi dengan mengerakan komunitas-komunitas sosial,
kesenian tradisional, kampus, sekolaah, organisasi kemasyarakatan, tempat
ibadah, lembaga swadaya masyarakat dan pemerintah daerah.
1. Sosialisasi dengan pendekatan komunitas sosial
Komunitas sosial merupakan salah satu metode penyampaian
informasi pemilu yang sangat efektif, sebagaimana kebijakan KPU RI,
sosialisasi dengan pendekatan komunitas ssosial dengan pendekatan
komunitas sosial ini dilakukan dengan tiga langkah kerja yaitu: a). penyusunan
modul pendidikan pemilih, b). rekrutmen personil yang menjadi
implemaentator sosialisasi atau disebut relawan demokrasi, c). sosialisasi
modul pendidikan pemilih kepada relawan demokrasi, d). pelaksanaan
sosialisasi oleh relawan demokrasi dan e). pelaporan pelaksanaan sosialisasi
oleh relawan demokrasi.
Penyusunan modul pendidikan pemilih diselenggarakan oleh KPU Provinsi
Nusa Tenggara Barat dan KPU Kabupaten/Kota.Sosialisasi modul
pendiddikan pemilih Divisi sosialisasi KPU Kabupaten/Kota. Sedangkan
65
rekrutmen personil relawan demokrasi dilakukaan oleh KPU Kabupaten/Kota.
Tugas relawan demokrasi adalah menyampaikan pemilu kepada komunitas
masing-masing.Oleh karena itu rekrutmen relawan demokrasi dilakukan
dengan tiga kelompok masyarakat sbagai representasi pemilih, yakni
komunitas perempuan, komunitas pemilih pemula, komunitas pemilih
marginal, dan komunitas pemilih penyandang cacat.
2. Sosialisasi dengan pendekatan kesenian tradisional
Masyarakat Nusa Tenggara Barat memiliki kekayaan budaya dan
kesenian tradisional, atraksi kesenian tradisonal biasanya memberi magnet
bagi masyarakat untuk berkumpul baik siang maupun malam hari.
Kemampuan kesenian tradisional menarik perhatian masyarakat dipandang
sebagai media yang efektif dan efisien menyampaikan informasi pemilu
dengan kesenian tradisional dilakukan emat cara antara lain :
a. Kabupaten Lombok Utara menampilkan kesenian tradisional Cupak
Gerantang.
b. Kabupaten Lombok Tengah menampilkan kesenian tradisional Cupak
Gerantang
c. Kabupaten Sumbawa menampilkan kesenian tradisional Sakeco
d. Kabupaten Bima menampilkan kesenian tradisional Biola Katipu, Tari Usa
Bongi Monca, Gantau, dan Patu Cambe Anggi.
66
Sosialisasi dengan menggunakan kesenian tradisional dilakukan pola
: KPU Provinsi NTB menyediakan pembiayaan dan kerja sama dengan grop
kesenian, kemudian minta bantuan KPU Kabupaten/Kota menyamaikan
informasi kepada masyarakat tentang ertunjukan kesenian tersebut. Untuk
menjamin keamanan dalam proses pertunjukan juga dikoordinasikan dengan
polres setempat.
3. Sosialisasi dengan pendekatan kampus dan sekolah
Kampus dan sekolah merupakan tempat berkumpul sekaligus temat
beraktivitas emilih emula yang memiliki kareteristik sebagai pemilih cerdas
serta kritis.Peran kamus dan sekolah dipandang efektif untuk menyampaikan
informasi pemilu. Beberapa metode yang dilakukan KPU Provinsi Nusa
Tenggara Barat dalam sosialisasi dengan pendekatan ini adalah: KPU Provinsi
Nusa Tenggara Barat berbagi tugas dengan KPU Kabupaten/Kota. Sosialisasi
dengan pendekatan sekolah dilakukan oleh KPU Provinsi, sedangakan
Sosialisasi dengan pendekatan sekolah dilakukan oleh KPU
Kabupaten/Kota.Diantara kampus yang menjadi sasaran sosialisasi KPU Nusa
Tenggara Barat adalah Univesrsitas Muhammadiyah Mataram, Universitas
Mataram, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram dan Iki Mataram.
Yang menarik adalah sosialisasi Univesrsitas Muhammadiyah Mataram, KPU
Provinsi Nusa Tenggara Barat melakukan koordinasi dengan lembaga
pengambdian masyarakat (LPM) Univesrsitas Muhammadiyah Mataram
untuk menyampaikan informasi pemilu kepada mahasiswa KKN dan
67
melaksanakan KKN pada bulan Maret sampai bulan Mei 2014. Penyampaian
informasi pemilu kepada mahasiswa dilaksanakan sebagai salah satu materi
embekalan mahasiswa KKN. Selanjutnya masing-masing kelompok
mahasiswa KKN menjadikan sosialisasi pemilu sebagai program KKN mereka
jumlah mahasiswa KKN Univesrsitas Muhammadiyah Mataram 350 orang
yang disebarkan di 120 desa/kelurahan. Dengan demikian, informasi pemilu
sampai ke 120 desa melalui rogram kkn mahasiswa.
4. Sosialisasi dengan pendekatan organisasi kemasyarakatan
Masyarakat Nusa Tenggara Barat dikenal sebagai masyarakat
religius dan memiliki kepatuhan tingi terhadap ulama atau tokoh
agama.Disamping itu masyarakat juga memiliki kelompok-kelompok
pengajian. Masyarakat di pulau lombok dikenal sebagai pilau seribu masjid.
Maka simbolik dari penamaan ini adalah bahwa di ulau lombok
memiliki banyak masjid, posisi masjid sebagai lembaga sosial dipandang
efektif sebagai media enyampaian informasi pemilu. Salah satu mrtode
sosialisasi dengan menggunakan media masjid adalah kerja sama dengan
pengurus masjid atau dewan masjid Kabupaten/Kota untuk menyampaikan
kutbah tentang himbauan menggunakan hak pilih pada sholat jumat dimasjid.
Secara terinci, sosialisasi yang dilaksanakan antara lain :
68
a. KPU Provinsi NTB membuat kesepakatan bersama sosialisasi pemilu
dengan pimpinan organisasi keagamaan Nahdlatul Nwathan (NW) KPU
Provinsi NTB dengan kesepakatan yang tertuang dalam surat kesepakatan
No : 299/ Kpts/ KPU-Prov-017/2013 : pengurus NW Provinsi NTB
melaksanakan sosialisasi tatap muka dilingkungan Nahdlatul Wathan pada
: Jumat, 29 November 2013
b. KPU rovinsi NTB membuat kesepakatan bersama sosialisasi pemilu
dengan impinan organisasi keagamaan yaitu pimpinan wilayah Nahdlatul
Wathan ulama (PWNU) Provinsi NTB, dengan keseakatan yang tertuang
dalam surat kepuutsan No : 299/ Kpts/ KPU-Prov-017/2013 : PWNU
Provinsi NTB melaksanakan sosialisasi tatap muka dilingkungan
Nahdlatul Ulama pada : Mingu, 8 Desember 2013.
c. KPU Provinsi NTB membuat kesepakatan bersama sosialisasi pemilu
dengaan pimpinan wilayah Muhammadiyah (PMW) Provinsi NTB dengan
kesepakatan yang tertuang dalam surat keputusan No : 299/ Kpts/ KPU-
Prov-017/2013 : pemilih pemula melaksanakan sosialisasi tatap muka
dilingkungan Universitas Muhammadiyah Mataram (UMM) antara lain
pada hari/tanggal : Jumat, 12 Desember 2013 dan Minggu, 29 Desember
2013
d. KPU Provinsi NTB membuat kesepakatan bersama sosialisasi pemilu
dengan pimpinan organisasi perempuan NTB, dengan kesepakatan yang
tertuang dalam surat keputusankeputusan No : 299/ Kpts/ KPU-Prov-
69
017/2013 : organisasi perempuan NTB melaksanakan sosialisasi tatap
muka dilingkungan kaum perempuan antara lain ppada hari senin, 30
November 2013 dan Sabtu, 14 Desember 2013
5. Sosialisasi dengan pendekatan LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupan lembaga non-profit
yang memiliki eran strategis sebagai lembaga pemerdayaan masyarakat.LSM
memiliki kegiatan yang bersifat rutin, oleh karena itu KPU Provinsi NTB
memandang peran LSM sangat efektif menjadi media penytampaian informasi
pemilu keada masyarakat. Metode yang dilakukaan dengan media LSM
adalah sosialisasi dilakukan dengan menjadikan komisioner KPU Provinsi
maupun KPU Kabupaten/Kota sebagai nara sumber dalam diskusi,
wordshope, atau seminar tentang kepemiluan.
6. Sosialisasi dengan pendekatan pemerintah daerah
Peran pemerintah daerah masi strategis menyamaikan informasi
kepemiluan. KPU rovinsi Nusa Tenggara Barat menyampaikan surat dan
melakukan rapat koordinasi dengan pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat
terkait teknis sosialisasi linkup pemerintah daerah. Disamping sosialisasi
secara lisan, tatap muka, himbauan melalui media masa pemerintah daerah
juga melakukan penyampaian informasi pemilu melalui spanduk dan
baliho.Partisipasi pemerintah terhadap penyampaian informasi kepemiluan ini
sangat membantu tugas-tugas KPU Provinsi.
70
Dengan demikian KU Provinsi Nusa Tenggara Barat menyampaikan
informasi pemilu keada masyarakat secara massal dan sistematis.Kerja
sosialisasi pemilu tidak dilakukan sendiri oleh KPU Provinsi Nusa Tenggara
Barat tetapi juga melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stokeholder).
Disamping itu KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat mengerahkan seluruh
sumberdaya yang bersedia untuk menyampaikan seluruh informasi kepada
masyarakat50
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Pemilih
1. Faktor pendukung Partisipasi Pemilih
Salah satu hal yangmenyebabkan pemilih terdorong menggunakan hak
pilihnya adalah jika nama mereka tercantumdidaftar emilih tetap. Namun
demikian, fenomena ini sangat tergantung pada seberapa besar hasrat
masyarakat ingin menyuarakan haknya. Di pemilu legislatif 2014, tidak sedikit
masyarakat NTB yang tidak terlalu antusius datang ke TPS miskipun nama
mereka ada di DPT. Hal demikian berbeda dengan antusiasme warga di
pemilihan presiden2014, dimana mereka banyak yang aktif mendaftarkan diri
sebagai pemilih tambahan miskipun nama mereka tidak ada dalam DPT.
Tingkat partisipasi pemilih pada pilpres 2014 lebih tingi dibandingkan
dalam pileg 2014 karena beberapa hal.Pertama, mekanisme pilpres lebih
sederhana dibanding ileg karna yang bertarung hanya dua pasangan calon,
50 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi
NTB, (Mataram: KPU NTB, 2014),h. 58-63
71
sementara calon yang bertarung di pileg 2014 sangat banyak. Kedua, tingkat
kopetisi pileg 2014 lebih tingi dibanding pileg 2014 karena peserta yang
bertarung hanya dua pasang. Hal demikian menyebabkan pemilih tidak hanya
memilih pasangan yang mereka sukai tetapi juga memilih karena mereka tidak
suka dengan pasangan calon lawan. Ketiga, kedekatan emosi pemilih dengan
peserta pemilu di pilpres 2014 lebih tingi dibanding dengan pileg
2014.Pperhelatanpilpres terasa lebih riuh dibanding dengan pileg karena
pemberitaan media sangat gencar memberitakan keunggulan masing-masing
kandidat.51
Faktor berikut yang berpengaruh terhadap voter turnot adalah ada atau
tidak undangan untuk pemilih. Pemilih akan lebih terdorong untuk datang ke
TPS jika ada pemberitahuan menggunakan hak pilih. Tidak ada undangan
memilih diartikan sebagai tidak harus mereka datang ke TPS.Karena pemilih
tidak dipersilakan untuk itu, padahal hadir di TPS dan memilih adalah hak
seleruh warga.Bahkan warga dapat menuntut jika mereka tidak terdaftar
bamaanya dan tidak mendapat undangan.
Faktor undangan tersebut tidak terasa didalam pemilu peresiden
2014.Dikantong-kantong pemilih tiong hoa, seperti paluit, penjaringan, dan
kelapa gading, pemilih justru sangat antusias datang ke TPS meski sebelumnya
mereka tidak mendapat undangan.Para pemilih etnis tionh hoa ini rela
51 Henry Subiakto. Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi, (Jakarta :
Kencana Pranada Media Group), H. 69
72
mengantri anjang di TPS.Penomena ini tergolong langka dan belum pernah ada
sebelimnya.
C. Faktor Penghambat Partisipasi Pemilih
Problem pendataan pemilih, yang akan diuaraikan lebih lanjut, masi
dihadapi oleh KPU Provinsi NTB dari pemilu ke pemilu sehingga problem
ketidak setraan pemilih muncul dari tidak-setidaknya warga yang tidak dapat
menggunakan hak pilih. Tingakat partisipasi pemilih sebenarnya tergolong
tingi, namun tidak sedikitnya protes warga yang menuntut penggunaan suara
merupakan indikasi adanya problem ketidak setaraan hak. Demikian juga
partisipasi pemilu NTB tanpa sangat bias karena kepentingan segmen
masyarakat tidak terakomodasi secara propesional. Kemudahan akses
penyandang disabilitas yang masi terbatas, rendahnya partisipasi masyarakat
dikawasan elit dan wilayah pinggiran, serta partisipasi perempuan yang lebih
tingi dibidang laki-laki disemua daerah pemmilihan merupakan fenomena biasa
partisipasi dalam pemilu NTB.
Partisipasi pemilih yang rendah pada pemilu legislatif dapat
disebabkan oleh banyak faktor. Kalangan umumum cenderung berpendapat
bahwa kesadaran masyarakat yang rendah akan pentingnya pemilihan umum
merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya partisipasi pemilihan dalamm
pemilu. Seringkali hal ini dianggap terjadi lantaran sosialisasi yang dilakukan
oleh penyelenggara pemilu tidak efektif, disamping juga absenya, peran parpol
dalamm melakukan pindidikan politik. Namun demikian, tidak menutup
73
kemungkinan bahwa kinerja administrasi kepemiluan yang kurang optimal
menjelang pemilu legislatif peresiden, membuat masyarakat menyaksikan
kinerja penyelenggara dan bahkan menjadi tidak peduli terhadap pemilu.
a. Pendataan Pemilih
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi pemilih adalah
pendataan pemilih dimana hal ini merupakan bagian awal tahapan pemilu.
Terhadap kecenderungan bahwa jika masyarakat tidak terdaftar namanya di
daftar pemilih, mereka tidak akan tergerak untuk datang ke TPS. Mereka
tetap enggan datang ke TPS miskipun ada mekanisme pemilih tambahan
dimana jika yang bersangkutan tidak terdaftar didaftar pilih mereka masi
dapat menyuarakan haknya dengan menunjukan KTP pada hari
pelaksanaan pemilu.Namun demikian tidak semua warga memiliki
kemauan politik untuk menggunakan haknya. Dipemilu legislatif 2014,
calon pemilih sangat kurang antusias mendaftarkan diri ketika nama mereka
tidak ada di dalam DPT.
b. Kapasitas Sumberdaya Pemilu
Diantara masyarakat yang aktif tetapi tidak terdaftar di DPT telah hadir ke
TPS sebagai pemilih tambahan.Namun demikian dibeberapa TPS pada
pemilu Legislatif 2014 di Provinsi NTB, KPPS setempat masi merujuk ada
aturan yang berlaku pada pemilu 2009. Karena pada pemilu legislatif 2009
pemilih tidak dapat menggunakan hak pilihnya hanya menggunakan KTP
dihari pemungutan suara, hal ini diberlakukan sama terhadap pemilih di
74
dalam pemilu 2014. Calon pemilih dinyatakan tidak dapat menggunakan
hak pemilihnya oleh KPPS setempat, dan kelaupan diperbolehkan, calon
pemilih diharuskan mendapat surat pengantar dari lurah setempat.
Permasahan ini dapat dijadikan repleksi bahwa problem kapasitas sumber
daya penyelenggaraan pemilu, terutama di tingkat KPPS masi belum diatasi
dengan baik. Permasalahan atau tidak keseragaman tata cara dan prosedur
pemungutan dan penghitungan suara yang ada pada saat pemilu legislatif
dan presiden 2014 juga disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
konfetensi KPPS.
c. Problem Kawasan Khusus
Dikawasan elit, petugas pendaftaran pemilih kesulitan untuk masuk
kedalamnya dan mendata penduduk yang tingal disitu, terutam di desa-desa
pelosok, penyelenggaraan pemilu tidak dapat masuk untuk mendata
masyarakat yang tingal diapartemen. Petugas hanya dapat berhubungan
dengan pengelola dan pengelola inilah yang memberikan data penduduk
yang tingal disitu.Persoalannya, data yang diberikan oleh pengelola tidak
valid.
d. Perhatian Yang Kurang Terhadap Kelompok Disabilitas
Kelompok masyarakat menyandang disabilitas merupakan salah satu
bagian penting yang mulai selalu disorot dalam setiap pemilu, namun
demikian didalam penyelenggaraan pemilu legislatif dan peresiden 2014 di
NTB partisipasi masyarakat menyandang disabilitasi masi tanpak menemui
75
kendala. Kendala yang ada terutama berada di titik pendataan pemilih,
miskipun pelayanan di TPS yang kurang optimal menyebabkan sebagian
dari penyandang disabilitasi engan untuk datang kembali ke TPS.
Kurangnya partisipasi penyandang disabilitas dalam pemilu legislatif
2014 di NTB ditenggarai dari kurang akuratnya data jumlah merekayang
dimiliki KPU Provinsi. Jumlah penyandang tunanetra di suatu TPS misalnya,
atau persebaran dimana mereka tinggal tidak terdeta dengan baik di KPU
Provinsi. Padahal kejelasan data penyandang disabilitas sangat diperlukan
untuk menyiapkan jenis dan jumlah logistik untuk penyandang disabilitas tidak
dapat begitu saja dipersiapkan untuk sekedar antisipasi.Hal semacam ini dapat
menyebabkan banyak logistik yang tidak terpakai.
Dari berbagai literatur prilaku memilih, khususnya teori-teori prrilaku
memilih yang dibangunberdasarkan realitas politik negara-negara barat.prilaku
non-voting umumnya digunakan untuk menunjuk fenomenaketidakhadiran
seseorang dalam pemilu karena tiadanya motivasi.Oleh karena itu, prilaku tidak
memilih umumnya dimanifestasikan pada bentuk ketidak hadiran kedalam bilik
suara,namun dibeberapa negara berkembang prilaku non-voting umumnya
termanifestasikan dalam berbagai bentuk.Bentuk prilaku tidak memilih
semacam ini biasanya dipakai oleh para pemilih sebagai ekspresi protes
76
terhadap pihak pemerintah, partai yang sedang berkuasa atau partai politik dan
lembaga-lembaga demokrasi lainnya.52
Implementasi yang telah memberi konstribusi pada peningkatan
partisipasi masyarakat menggunakan hak pilihnya pada pemilu anggota DPR,
DPD dan DPRD 77,32%. Miskipun demikian terjadi penurunan pada pemilu
peresiden dan wakil peresiden menjadi 71,80%. Adapun gambaran partisipasi
masyarakat dapat digambarkan dalam tabel dibawah ini :
Tabel I : Partisipasi Pada Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD tahun 2014
No Kab/Kota Jumlah Pemilih terdaftar
(DPT, DPTB,DP,DPKTB)
Pengguna Hak
Pilih
Partisipasi (%)
1 Kota Matataram 299.678 218.057 77,76
2 Kab. Lombok Barat 486.044 373.027 76,75
3 Kab. Lombok Utara 162.882 128.692 79,01
4 Kab. Lombok Tengah 728.968 548.816 75,29
5 Kab. Lombok Timur 838.488 655.681 78,20
6 Kab. Sumbawa Barat 92.569 76.058 82,16
7 Kab. Sumbawa 334.785 2264.178 78,91
8 Kab. Dompu 159.621 133.583 83,69
9 Kab. Bima 360.310 274.348 76,14
10 Kota Bima 106.275 87.642 82,47
Jumlah 3.569.540 2.760.083 77,32
Sumber : Dukumen Subbag Teknis dan Hupmas KPU NTB, 2014
52 Hutington, Samuel P. dan Juan M. Nelson, Komunikasi Politik di Negara
Berkembang,(Jakarta : Rieneka Cipta, 1994), h.123
77
Tabel diatas memperlihatkan bahwa angka partisipasi tertingi terjadi di
kab. Dompu sebesar 83,69%. Sedangkan angka partisipasi terendah di kab.
Lombok Tengah sebesar 75,29%. Telihat pula secara geografis,
Kabupaten/Kota yang berada di piulau Sumbawa (Sumbawa Barat, Sumbawa,
Dompu Bima dan Kota Bima) memiliki angka partisipasi yaang lebih tinggi di
banding di Kab/Kota yang ada di pulau Lombok (Mataram, Lombok Barat,
Lombok Utaara, Lombok Tengah, Lombok Timur).53 Hanya satuKabupatendi
pulau sumbawa yang memiliki angka partisipasi rendah yakni kabupaten Bima
76,14%, namun masih lebih tinngi dibandingkan Kabupaten Lombok Tengah
75,29%.
Pemilu membutuhkan kreatifitas penyelenggara pemilu, oleh karena
sosialisasi pemilu harus bersifat massal, dan menyentuh seleruh segmen
masyarakat, maka sosialisasi pemilu tidak boleh terjebak pada paradigma
anggaran.ada banyak cara dan media yang dapat digunakan oleh penyelenggara
pemilu dalam melakukan sosialisasi agar pesan pemilu sampai dimasyarakat
dan akhirnya masyarakat memilihmotivasi untuk datang ke TPS.
Dalam mengimplementasikan suatu program/ tahapan tentu tidak lepas
dari kekurangan yang timbul didalamnya, mulai dari tahap perencanaan dan
53 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi
NTB, (Mataram: KPU NTB, 2014),h.259-260
78
pelaksanaan tentu banyak terjadi kekurangan demikian pula halnya dengan
kesiapan logistikdan anggaran sebagai bagian dari suksesnya pelaksanaan.
BAB IV
PENUTUP
79
A. KESIMPULAN
Berdasarkan paparan data dan temuan maka dapat dibuat kesimpulan
yaitu :
1. Upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu
yaitu : a). Sosialisasi dengan pendekatan komunitas sosial b).Sosialisasi
dengan pendekatan kesenian tradisional, c). Sosialisasi dengan pendekatan
kampus dan sekolah, d). Sosialisasi dengan pendekatan organisasi
kemasyarakatan, e). Sosialisasi dengan pendekatan LSM, f). Sosialisasi
dengan pendekatan pemerintah daerah
2. Peluang dan Hambatan KPU Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih
Dalam Pemilu
a. Peluangnya adalah pemilih banyak yang aktif mendaftarkan diri sebagai
pemilih tambahan miskipun nama mereka tidak ada dalam DPT.
b. Faktor penghambat partisipasi pemilih yaitu pendataan pemilih tidak
mereta dan ketidak setaraan pemilih.
B. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti mengajukan beberapa
saran-saran sebgai berikut.
80
1. Perencanaan harus lebih teliti dengan harus mempertimbangkankebutuhan
yang diperediksi
2. Dalam setiap tahapan maupun setiap rapt koordinasi yang berkaitan dengan
pengadaan logistik harus melibatkan divisi tekhnis selaku pemegang data
sehingga tidak ada kekeliruan komuikasi
3. Masyarakat, diharapkan mendukung semua program KPU
4. Peneliti lain, diharapkan melakukan penelitian secara mendalam tentang
pemilu, serta menggali hal-hal yang belum terungkap dalam penelitian ini.
81
Daftar Fustaka Baiq Ratna Manis, (2015), Calon Legislatif Perempuan dalam persfektif Tokoh Adat
Kecamatan Pujut Pada Pemilihan Umum Legislatif 2014, Mataram : Skripsi M. IAIN Mataram
Gatara Sahid, (2008), Ilmu Politik Memahami dan Menerapkan, Bandung : Pustaka
Setia,
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, (2009) Teori Sosiologi Modern, Jakarta:
Kencana
Henry Subiakto, Rachmah Ida, (2012), Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi,
Jakarta : Kencana Prenadamedia Group
Hutington, Samuel P. dan Juan M. Nelson, (1994), Komunikasi Politik di Negara
Berkembang, Jakarta : Rieneka Cipta
Iskandar,(2015), Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta : Ciputat Mega
Mall
Ija Suntana, (2010), Kapita Selekta Politik Islam, Bandung : Pustaka Setia
Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, (2014), Potret Pemilu Legislatif
Provinsi NTB, Mataram : KPU NTB
Kurnadi Moh. Dan Harmaily Ibrahim, (1994), Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia, Jakarta : Sinar Bakti
M. Roji Kurrahman, (2015), Konflik Sosial Pasca Pemilu Legislatif 2014, Mataram : Skripsi M. IAIN Mataram
Rianto Adi, Metodelogi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Graint,2004)
82
Robert A.Dahal, (1992), Demokrasi dan Para Pengkritiknya, Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia
Saepudin Azhar, (2015), Strategi Komunikasi Dewan Pimpinan Daerah Partai Amanat Nasional Lombok Barat Dalam Pemenangan Pemilu 2014, Mataram: Skripsi IAIN Mataram
Sugiyono, (2009), Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RdB, (Bandung:
Alfabeta
Miriam Budiardjo,(2008), Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Tim Redaksi Nuansa Aulia, (2011), Penyelenggaraan Pemilihan Umum Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2011, Bandung : Nuansa Aulia