UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi...

95
i UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH DALAM PEMILU Oleh : ADI KUSUMA NIM : 153.111.044 FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM 2017

Transcript of UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi...

Page 1: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

i

UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH

DALAM PEMILU

Oleh :

ADI KUSUMA

NIM : 153.111.044

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2017

Page 2: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

ii

UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH

DALAM PEMILU

Skripsi

DiajukankepadaUniversitas Islam

NegeriMataramuntukmelengkapipersyaratanmencapaigelarSarjanaSosial Islam

(S.Sos.I)

Oleh :

Nama : Adi Kusuma

NIM : 153.111.044

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2017

Page 3: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

iii

Page 4: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

iv

Page 5: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

vi

Page 6: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

vii

Moto :

Artinya :

(Apakahkamuhai orang musyrik yang lebihberuntung) ataukah orang

yang beribadat di waktu-waktumalamdengansujuddanberdiri,

sedangiatakutkepada (azab) akhiratdanmengharapkanrahmattuhannya?

Katakanlah :adakahsama orang-orang yang mengetahuidengan orang-

orang yang tidakmengetahui? Sesungguhnya orang yang berkallah yang

dapatmenerimapelajaran

Page 7: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi inia kupersembah kan untuk orang-orang yang kucintai dan kusayangi :

1. Ayahku (Sandati. P) danibuku (Jaweriah)tercinta yang telah berjuang dengan tulus

demi kesuksessan kan untuk mencapai ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

2. Sepesial buat Kakakku (Bambang Irwansyah, Sri Wahyuni, dan Arya Santri)

terimakasi atas dukungan, dan motivasi serta bantuan yang kalian berikan selama

ini.

3. Buat teman-temanku (Rizal Ependi, Amirudin, Abdul Muthalib, Irfan Adi Saputra,

Ahmad Firdaus, M. Edrian Pahrawi, dan Salsabila Sirtufilaili).

4. Buat adikku yang selalu setia membantu selama proses pembuatan skripsi ini (Ayu

Widiasi).

5. Segenap keluargaku yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya

6. Buat teman-teman KPI B 2011

7. Dan untuk almamaterku tercinta UIN Mataram

Page 8: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

ix

Kata Pengantar

Puji syukur peneliti panjatkan ke-hadirat Allah SWT, atas segalal impahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Skripsi yang berjudul “Upaya KPU

Provinsi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu” ini dapat

diselsaikan. Skripsi ini Disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana.

Selsainya penyusunan skripsi ini berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini peneliti sampaikan terimakasi setinggi-tingginya kepada yang

terhormat :

1. Bapak Dr. H. L.Ahmad Zaenuri Lc. MA, selaku Dosen Pembimbing I, atas

segala bimbingan dan motivasi kepada penulis selama penyelsaian Skripsi ini.

2. Bapak Khairy Juanda M.Si selaku Dosen Pembimbing II, atas segala

bimbingan dan motivasi kepada penulis selama penyelsaian Skripsi ini.

3. Bapak Najamudin, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

UIN Mataram.

4. Bapak Subhan Abdullah Acim, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Mataram

5. Bapak Dr. H. Mutawalli, M. Ag, selaku Rektor UIN Mataram.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing selama peneliti melaksanakan

studi di UIN Mataram.

7. Semua pihak yang telah membantu, baik moril atau material sehingga Skripsi

ini terselsaikan sesuai rencana.

Page 9: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

x

Semoga Allah SWT memberikan balasan dan limpahan keridhohan-Nya.

Peneliti menyadari Skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membagun Semoga Skripsi ini

bermanfaat sebagai mana mestinya.

Mataram, November 2016

Peneliti

Page 10: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. iii

NOTA DINAS .............................................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... v

HALAMN PENGESAHAN.......................................................................... vi

MOTO .......................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ....................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................. ix

ABSTRAK ...................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian ............................................................................. 1

B. Fokus Penelitian ................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7

D. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 7

E. Telaah Fustaka ................................................................................... 8

F. Kerangka Teori ................................................................................ 10

G. Metode Penelitian ............................................................................ 21

H. Validitas ........................................................................................... 27

BAB II PAPARAN DATA dan TEMUAN

A. Gambaran Umum KPU Provinsi NTB ............................................ 30

1. Kelahiran KPU Provinsi NTB ................................................... 30

2. Visidan Misi KPU Provinsi NTB .............................................. 33

3. Struktur Organisasi KPU Provinsi NTB .................................... 34

B. Sosialisasi KPU Provinsi Dalam Penyelenggaraan pemilu ............. 36

Page 11: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

xii

1. Konsepsi Pemilihan Umum ....................................................... 36

2. Partisipasi Pemilih ..................................................................... 37

3. Komunikas dan Politik .............................................................. 43

4. Pengadaan Data distribusi logistik ............................................ 45

C. Program Sosialisasi KPU Provinsi Dalam Memaksimalkan Pemilu

Tahun 2014 ...................................................................................... 50

D. Kelemahan dan Kelebihan Sistem Informasi KPU Provinsi ........... 53

E. Peluang dan Hambatan KPU Provinsid alam Meningkatkan

Partisipasi pemilih ........................................................................... 57

BAB III PEMBHASAN

A. Upaya KPU Provinsi NTB Dalam Meningkatkan Partisipasi

Pemilih Dalam Pemilu ..................................................................... 64

B. FaktorPendukung danP enghambat Partisipasi Pemilih .................. 70

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 79

B. Saran-Saran ...................................................................................... 80

DAFTAR FUSTAKA

LAMPIRAN LAMPIRAN

Page 12: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

xiii

ABSTRAK

Upaya KPU Provinsi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu

Oleh

Adi Kusuma Nim : 153 111 044

Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum yang memiliki integritas, provesional,

mandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia, KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat menyampaikan informasi pemilu kepada

masyarakat secaramassal dan sistematis.

Fokus penelitian dari skripsi ini adalah bagaimanakah upaya KPU Provinsi

dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu? Bagaimanakah peluang dan

hambatan KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

dengan sumber data primer dan skunder teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

Berdasarkan hasilpenelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa upaya

KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu adalah melakukan

sosialisasi dan komunikasi melalui media cetak maupun media elektronik sehingga

terwujudnya Komisi Pemilihan Umum yang memiliki integritas, provesional, mandiri,

dan akun tabel.

Page 13: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas
Page 14: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

1

BAB I

PENDAAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

pemerintahan yang demokratis berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945.Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan

kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis berdasarkan

pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.Penyelenggara pemilihan umum secara langsung, umum, bebas, rahasia,

jujur, dan adil dapat terwujut apaabila dilaksanakan oleh penyelenggara pemilihan

umum yang mempunyai integritas, profesionalitas.1

Penyusunan daftar pemilih dalam pemilihan umum anggota DPR, DPD,

dan DPRD diatur dalam dalam BAB VI Undang-Undang Nomor 08 Tahun 2012

tentang pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Penyusunan daftar pemilih untuk

pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD tahun 2014 ditetapkan dengan

keputusankomisi pemilihan umum no 9 tahun 2013 tentang penyusunan daftar

1 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB,

(Mataram: KPU NTB.2014), h. 21

Page 15: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

2

pemilih untuk pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Tabel I : Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap dalam pemilhan umum anggota DPR, DPD

dan DPRD Tahun 2014 tingkat Provinsi NTB (ditetapkan pada tanggal 20

Oktober 2013)

No. Nama

Kabupaten/Kota

Jumlah TPS Jumlah Pemilih

L P L+P

1 Kota Mataram 997 140.946 149.690 290.636

2 Lombok Barat 1,707 233.531 240.583 473.934

3 Lombok Utara 518 79.540 81.428 160.968

4 Lombok Tengah 2,232 350.490 367.017 717.507

5 Lombok Timur 3,077 378.905 435.704 814.609

6 Sumbawa Barat 332 44.635 44.779 89.414

7 Sumbawa 1,158 162.111 167.524 329.635

8 Dompu 577 76.031 78.445 154.476

9 Bima 1069 173.278 179.297 352.575

10 Kota Bima 353 50.140 53.488 103.628

Total 12.020 1.689.427 1.797.955 3.487.382

Sumber: Dokumen Bgian Teknis Penyelenggaraan Pemilu KPU Provinsi.NTB, 2014

Jumlah DPT pemilu DPR, DPD dan DPRD 2014 di Provinsi NTB

sebanyak 3.487.382 orang terdiri dari laki-laki 1.689.427 orang dan perempuan

1.797.955 orang yang terbesar di 12.020 TPS.Dibanding dengan jumlah DPSHIP,

terjadi penurunan dalam DPT sebanyak 57.493 orang.Sama halnya dengan

Page 16: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

3

penurunan dari DPS menjadi DPSHIP disebabkan oleh ditemukannya pemilih

ganda, meninggal dunia, masuk TNI/POLRI, dan lain-lain.

Tabel I : Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap dalam pemilhan umum anggota DPR, DPD

dan DPRD Tahun 2014 tingkat Provinsi NTB (ditetapkan pada tanggal 21

Januari 2014)

No. Nama

Kabupaten/Kota

Jumlah TPS Jumlah Pemilih

L P L+P

1 Kota Mataram 997 140.038 148.626 288.664

2 Lombok Barat 1,707 231.860 238.963 470.823

3 Lombok Utara 518 79.198 80.916 160.114

4 Lombok Tengah 2,232 394.607 366.040 715.647

5 Lombok Timur 3,077 376.120 433.519 809.639

6 Sumbawa Barat 332 44.314 44.540 88.854

7 Sumbawa 1,158 161.414 166.840 328.254

8 Dompu 577 75.803 78.240 154.043

9 Bima 1069 172.225 178.213 350.438

10 Kota Bima 353 49.290 52.485 101.775

Total 12.020 1.679.869 1.788.382 3.468.251

Sumber: Dokumen Bgian Teknis Penyelenggaraan Pemilu KPU Provinsi.NTB, 2014

Dalam perjalanannya, DPT pemilu tahun 2014 provinsi NTB menurun

dari DPT pada bulan desember 2013. KPU Provinsi NTB telah menetapkan

Rekapitulasi DPT Pemilu 2014 sebanyak 3.473 565, sementara Rekapitulasi yang

Page 17: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

4

di lakukan pada tanggal 21 Januari 2014, jumlah DPT se NTB se banyak 3.468.215

jiwa atau menurun 5.314 jiwa (0,15%).2

Berdasarkan uraian diatas, pemilu adalah lembaga sekaligus prosedur

praktik politik untuk mengujudkan kedaulatan rakyat yang memungkinkan

terbentuknya sebuaah pemerintahan perwakilan, merupakan gambaran ideal dan

maksimal bagi suatu pemerintahan demokrasi dizaman modern.3 Selain itu pemilu

sebagai prosedur demokrasi atau juga sering disebut pemilu sebagai pesta

demokrasi adalah untuk membentuk sistem kekuasaan negara yang berkedaulan

rakyat permusyarawatan perwakilan yang digariskan oleh konsitusi atau undang-

undang dasar Negara. Kekuasaan negara yang akhir dengan cara pemilihan umum

adalah kekuasaan yang lahir dari bawah menurut kehendak rakyat dan

dipergunakan sesuai dengan keinginan rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Dalam literatur studi ilmu politik berkaitan dengan pemilu sebagai

prosedur demokrasi, setidak-tidaknya terdapat lima fungsi pemilu (upaya mencapai

tujuan pemilu) yang tidak bisa dipisahkan satu asma lain, yang juga berhubungan

dengan tujuan pemilu itu sendiri. Pertama, fungsi untuk mengatur prosedur

seseorang untuk dipilih menjadi anggota badan perwakilan rakyat atau menjadi

kepala pemerintahan.

2Ibid h. 87-91 3Robert A.Dahal, Demokrasi dan Para Pengkritiknya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

1992), h. 33

Page 18: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

5

Kedua, pemilu sebagai mekanisme bagi pergantian atau sirkulasi elit

penguasa, keterkaitan pemilu dengan elit didasarkan pada asumsi bahwa elit berasal

dari dan bertugas mewakili masyarakat luas.

Ketiga, fungsi perwakilan politik, fungsi ini terutama menjadi kebutuhan

rakyat baik dalam rangka mengevaluasi maupun mengentrol prilaku pemerintah

dan program serta kebijakan yang dihasilkannya. Oleh sebab itu, pemilu dalam

kaitan ini merupakan mekanisme demokratis bagi rakyat untuk menentukan wakil-

wakil yang dapat dipercaya yang akan duduk dalam pemerintahanmaupun lembaga

legislatif. Dalam kaitan ini, dua titik perwakilan didalam konsep perwakilan politik

(1) perwakilan tipedelegasi atau utusan, yaitu wakil yang memper oleh mandat dari

rakyat, sehingga merasa terikat dengan aspirasi dan kepentingan mereka. (2)

perwakilan tipe independen, yaitu perwakilan yang tidak terikat oleh aspirasi dan

kepentingan rakyat pemilu.4

Keempat, sebagai sarana legitimasi politik, fungsi ini terutama menjadi

kebutuhan pemerintah dan sistem politik yang mewadahi format pemilu yang

berlaku .melalui pemilu, keabsahan pemerintahan yang berkuasa dapat ditegakkan,

begitu pula program kebijakan yang dihasilkannya. Dalam hubungan ini fungsi

legitimasi ini merupakan konsekuensi logis yang dimiliki oleh pemilu, yakni untuk

mengubah suatu keterlibatan politik massa dari yang bersifat sporadis dan dapat

4Sahid Gatara, Ilmu Politik Memahami dan Menerapkan ,(Bandung: Pustaka Setia, 2008),

h. 208

Page 19: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

6

membahayakan menjadi suatu sumber utama bagi otoritas dan kekuatan politik

nasional

Dan kelima, sebagai sarana pendidikan politik bagi rakyat, disini

pemilihan umu merupakan salah satu bentuk pendidikan politik bagi rakyat yang

bersifat langsung, terbuka, dan massal, yang diharapkan bisa mencerdaskan

pemahaman politik dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai demokrasi.

Dalam konteks Indonesia, perwujudan konsep dan fungsi pemilu

demikian secara fundamental diakui dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar

Negara 1945, yang antara lain sebagai berikut :

1. mencerdaskan kehidupan bangsa. (pembukaan UUD 1945)

2. maka disusunlah kemerdekaan indonesia itu dalam suatu Undang-Undang

Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik

Indonesia yang berkedaulatan rakyat.(pembukaan UUD 1945)

3. kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh majelis

permusyawaratan rakyat. (pasal 1 ayat (2) UUD 1945).

4. Kedaulatan rakyat dipegan oleh suatu badan bernama majelis

permusyawaratan rakyat, sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia.

(penjelasan UUD 1945).

Page 20: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

7

B. Fokus Penelitian

Untuk memfokuskan dalam mengkaji penelitian ini secara lebih

sistematis maka peneliti akan membatasi masalah tentang upaya KPU Provinsi

NTB dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu maka berdasarkan

masalah yang telah dikemukakan, dapat peneliti rumuskan mengenai masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih

dalam pemilu Tahun 2014 di KPU Kota Mataram?

2. Bagaimanakah Peluang dan penghambat KPU Provinsi NTB dalam

meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu Tahun 2014 di KPU Kota

Mataram?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui upaya KPU Provinsi NTB dalam meningkatkan partisipasi

pemilih dalam pemilu Tahun 2014 di KPU Kota Mataram.

2. Untuk mengetahui peluang dan hambatan KPU Provinsi dalam meningkatkan

partisipasi pemilih dalam pemilu tahun 2014 di KPU Kota Mataram

D. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari penbahasan yang keluar dari fokus penelitian maka

cakupan dan batasan dalam penelitian ini agar tidak terlalu luas dan lebih terarah

maka ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan dititik beratkan pada “upaya

KPU Provinsi NTB dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu, beserta

Page 21: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

8

peluang dan hambatan KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih

dalam pemilu tahun 2014 di KPU Provinsi Mataram”.

Dalam penelitian ini, untuk menghindari perbedaan persepsi perlu

diberikan ruang lingkup dan batas penelitian ini yaitu :

1. Objek penelitian : peluang dan hambatan KPU Provinsi NTB

2. Subjek penelitian : KPU Provinsi Mataram yang bertempat di jl. Langko No.

17 mataram

3. Lokasi penelitian :bertempat di KPU Provinsi Mataram.

E. Telaah Pustaka

Sebagai bahan telaah pustaka pada penelitian ini ada beberapa penelitian

sejenis yang peneliti temukan dan miliki kesamaan sekaligus perbedaan dengan

penelitian yang akan peneliti lakukan. Beberapa refrensi yang ada diantaranya :

1. Skripsi M. Roji Kurrahman yang berjudul Konflik Sosial Pasca Pemilu

Legislatif 2014 (Study Kasus Desa Wakan Kecamatan Jerowaru Kabupaten

Lombok Timur).Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa bentuk-bentuk

konflik sosial pemilu legislatif di Desa Wakan Kecamatan Jerowaru Kabupaten

Lombok Timur dipengaruhi oleh beberapa bentuk antara lain: konflik yang

berupa fisik, konflik yang berupa non fisik, pertikaian antara aparat kepolisian

dengan masyarakat.5

5 M. Roji Kurrahman, Konflik Sosial Pasca Pemilu Legislatif 2014, (Skripsi M. IAIN Mataram),

2015

Page 22: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

9

2. Skripsi Saepudi Azhar yang berjudul Strategi Komunikasi Dewan Pimpinan

Daerah Partai Amanat Nasional Lombok Barat Dalam Pemenangan Pemilu

2014. Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa pada pemilu 2014 yang dulu

DPD PAN Lombok Barat sebagai pemimpin yang mengontrol untuk mencapai

target kemenangan menggunakan beberapa strategi untuk memenangkan

pemilu2014 melalui sosialisasi politik , sosialisasi dilaksanakan dengan

membentuk BAPILLU dan melakukan kosolidasi dengan pengurus tingkat

DPC agar kepengurusan di tingkat DPC bekerja, dan sosialisasi berjalan dengan

efaktif.6

3. Skripsi Baiq Ratna Manis yang berjudul Calon Legislatif Perempuan dalam

persfektif Tokoh Adat Kecamatan Pujut Pada Pemilihan Umum Legislatif

2014. Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa keterlibatan perempuan

daalam proses pencalonan anggota legislatif pada pemilihan umum (pemilu)

legislatif daerah pemilihan 3 (dapil) sudah mencapai kuota 30 porsen. Masing-

masing dari daerah partai melibatkan tiga calon perempuan dari 12 partai yaang

ada. Dari18 calon legislatif perempuan kecamatan pucut yangikutmencalonkan

diri, tidak ada satupun yang lolos. Beberapa caleg perempuan kecamatan pujut

ikut mencalonkan diri sebagai caleg bukan karena keinginannya sendiri namun

keterlibatannya hanya untuk melengkapi daftar calon perempuan di partai agar

lulus dalam verifikasi pendaftaran pada proses pemilihan umum (pemilu)

6 Saepudin Azhar, Strategi Komunikasi Dewan Pimpinan Daerah Partai Amanat Nasional

Lombok Barat Dalam Pemenangan Pemilu 2014, , (Skripsi M. IAIN Mataram), 2015

Page 23: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

10

legislatif 2014. Proses keterlibatan caleg perempuan kecamatan pujut dalam

konsentrasi pemilu legislatif 2014 masi belum memenuhi 3 modal dasar kanidat

yaitu modal politik, modal ekonomi, dan modal sosial.7

Dari ketiga telaah fustaka diatas berbeda dengan penelitian yang akan dibahas

dengan peneliti ini yang lebih fokus pada “upaya KPU Provinsi dalam

meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu”.

F. Kerangka Teori

1. Teori Partisipasi politik

Teori politik sebagai produk terpenting dari konsep-konsep politik yang

merupakan salah satu bidang kajian ilmu politik, teori itu sendiri merupakan

penjelmaan dari hubungan dua atau lebih konsep-konsep.Teori adalah

generalisasi yang abstrak mengenai beberapa fenomena, dalam menyusun

generalisai itu teori senan tiasa memakai konsep-konsep, sedangkan konsep itu

lahir dalam pikiran manusia sehingga bersifat abstrak, sekalipun fakta-fakta

dapat dipakai sebagai batu loncatan.8Denagan pemahaman seperti itu, dapatlah

dikatakan bahwa setiap teori adalah konsep, tetapi tidak setiap konsep adalah

teori.Dari titik inilah alasan terkuat mengapa teori politik menjadi bagian dari

pembahasan konsep-konsep politik.Toeri politik adalah bahasan dan

7 Baiq Ratna Manis, Calon Legislatif Perempuan dalam persfektif Tokoh Adat Kecamatan

Pujut Pada Pemilihan Umum Legislatif 2014, (Skripsi M. IAIN Mataram), 2015 8Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, op cit, h.30

Page 24: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

11

generalisasi dari penomena yang bersifat politik. Dengan perkataan lain, teori

politik ialah bahasan dan renungan,

Teori-teori politik kelompok pertama mempunyai fungsi menentukan

pedoman dan patokan yang bersifat moral dan yang sesuai dengan norma-

norma moral. Semua fenomena politik ditafsirkan rangka tujuan dan pedomal

moral. Dianggap bahwa dalam kehidupan politik yang sehat diperlukan

pedoman dan patokan ini, teori-teori semacam ini mencoba mengatur hubungan

antara anggota masyarakat sedemikian rupa sehingga disatu pihak memberi

kepuasan perseorangan, dan di pihak lain dapat membimbingnya menuju suatu

struktur masyarakt politik yang stabil dan dinamis.9

adanya kegiatan atau keikutsertaan warga negara dalam proses

pemerintahan. Kemudian kegiatan tersebut diarahkan untuk memengaruhi

jalannya pemerintahan. Sehingga dengan adanya partisipasi politik tersebut

akan berpengaruh terhadap kehidupan mereka. Menurut Ramlan Surbakti

partisipasi politik terbagi menjadi dua yaitu partisipasi aktif dan pasrtisipasi

pasif.Partisipasi aktif adalah mengajukan usul mengenai suatu kebijakan

umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berlainan dengan

kebijakan yang dibuat pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk

meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin

pemerintah.Sebaliknya, kegiatan yang termasuk dalam kategori partisipasi

9 Sahid Gatara, Ilmu Politik Memahami dan Menerapkan ,(Bandung: Pustaka Setia, 2008),

h. 103-104

Page 25: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

12

pasif berupa kegiatan-kegiatan yang menaati pemerintah, menerima, dan

melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah.9 Sementara itu, Milbart dan

Goel membedakan partisipasi menjadi beberapa kategori.Pertama, apatis.

Artinya, orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik.

Kedua, spectator.Artinya, orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih

dalam pemilihan umum.Ketiga, gladiator. Artinya mereka yang secara aktif

terlibat dalam proses politik, yakni komunikator, spesialis mengadakan kontak

tatap muka, aktivis partai dan pekerja kampanye, dan aktivis masyarakat.10

Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara

demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik.Secara

umum dalam masyarakat tradisional yang sifat kepemimpinan politiknya lebih

ditentukan oleh segolongan elit penguasa, keterlibatan warga negara dalam ikut

serta memengaruhi pengambilan keputusan, dan memengaruhi kehidupan

bangsa relatif sangat kecil.Warga negara yang hanya terdiri dari masyarakat

sederhana cenderung kurang diperhitungkan dalam proses-proses

politik.Dalam hubungannya dengan demokrasi, partisipasi politik berpengaruh

terhadap legitimasi masyarakat terhadap jalannya suatu pemerintahan.Dalam

suatu Pemilu misalnya partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi

masyarakat kepada pasangan calon yang terpilih.Setiap masyarakat memiliki

preferensi dan kepentingan masing-masing untuk menentukan pilihan mereka

10 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008),

hlm. 367

Page 26: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

13

dalam pemilu. Bisa dikatakan bahwa masa depan pejabat publik yang terpilih

dalam suatu Pemilu tergantung pada preferensi masyarakat sebagai pemilih.

Tidak hanya itu, partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu dapat dipandang

sebagai kontrol masyarakat terhadap suatu pemerintahan.Kontrol yang

diberikan beragam tergantung dengan tingkat partisipasi politik masing-

masing.Selain sebagai inti dari demokrasi, partisipasi politik juga berkaitan erat

dengan pemenuhan hak-hak politik warga negara.Wujud dari pemenuhan hak-

hak politik adalah adanya kebebasan bagi setiap warga untuk menyatakan

pendapat dan berkumpul. Seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 28:

“kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan

dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.

2. Teori Rasional

Salah satu tokoh yang konsen terhadap teori pilihan rasional adalah

James. S. Coleman. Teori pililan rasional Coleman tampak jelas dalam gagasan

dasarnya bahwa tindakan perseorangan mengarah kepada sesuatu tujuan dan

tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan.Coleman selajutnya menyinggung

masalah adanya aktor yang memilih tindakan yang dapat memaksimalkan

kegunaan atau memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.Ada dua unsur

utama dalam teori Coleman.Yakni aktor dan sumber daya.Sumber daya adalah

sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor. Coleman

mejelaskan interaksi antara aktor dan sumber daya secara rinci menuju ke

tingkat sistem sosial:Basis minimal untuk sistem sosial tindakan adalah dua

Page 27: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

14

orang aktor, masing-masing mengendalikan sumber daya yang menarik

perhatian pihak yang lain. Perhatian satu orang terhadap sumber daya yang

dikendalikan orang lain itulh yang menyebabkan keduanya terlibat dalam

tindakan saling membutuhkan. Terlibat dalam sistem tindakan, selaku aktor

yang mempunyai tujuan, masing-masing bertujuan untuk memaksimakan

perwujudan kepentingan yang memberikan ciri saling tergantung atau ciri

sistemik terhadap tindakan mereka.11Dalam pemilihan umum menurut Downs

orang memilih calon atau partai apabila calon atau partai tersebut dipandang

dapat membantu pemilih memenuhi kepentingan dasarnya yakni kehidupan

ekonomi. Cukup dengan mempersepsikan keadaan ekonomi dirinya

(egosentrik) dibawah sebuah pemerintahan (partai atau calon) tertantu sekarang

ini dibanding sebelumnya (retrospektif), dan yang akan datang dibanding

sekarang (retroospektif), dan yang akan datang dibanding sekarang

(prospektif); dan evaluasi umum seorang pemilih atas keadaan ekonomi

nasional (sosiotropik) dibawah pemerintahan sekarang dibanding tahun

sebelumnya (retospektif), dan keadaan ekonomi nasional dibawah

pemerintahan sekarang dibanding tahuntahun yang akan datang

(prospektif).Memahami permasalahan partisipasi politik dengan melihatnya

dari pandangan teori pilihan rasional.Maka peneliti merasa perlu untuk

menambahkan pula teori pilihan rasional Friedmen dan Hechter. Teori ini akan

11George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencan,2009).

hlm. 39

Page 28: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

15

melengkapi teori sebelumnya dengan menjelaskan adanya pengaruh lembaga

sosial dalam pilihan rasional. Friedmen dan Hechter dalam teori yang

disebutnya model kerangka teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada

aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan dan

tindakanya tertuju pada upaya mencapai tujuan itu

Masyarakat dan para calon kepala daerah sama-sama memiliki

kepentingan terhadap sumber daya yakni uang dan jabatan politik keduanya

sehingga dapat saling memengaruhi.Calon kepala daearah memberikan

penawaran yang memberikan keuntungan kepada masyarakat. Disisi lain

masyarakat memberikan penawaran berupa dukungan suara untuk

memenangkan pasangan calon. Masyarakat dan calon kepala daerah akhirnya

terlibat sebuah hubungan untuk memenuhi kepentingannya masing-

masing.Sehingga praktik politik uangpun tidak dapat terhindarkan.Hak pilih

menjadi sesuatu yang bisa ditukar dengan rupiah. Dengan adanya transaksi

tersebut maka kedua aktor ini akan sama-sama mendapatkan sumber daya yang

mereka inginkan. Dimana pemilih dalam hal ini akan mendapatkan uang

sedangkan calon kepala daerah akan mendapatkan jabatan politik yakni berupa

kemenangan dalam Pemilukada.

3. Teori partisipasi pemilih

Sosialisasi dan pendidikan politik yang dberikan oleh lembaga sosial

dalam meningkatkan partisiapsi politik ternyata tidak lantas mampu mendorong

masyarakat untuk berpartispasi politik secara maksimal. Sehingga dalam hal ini

Page 29: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

16

peneliti melihat dari sisi lain mengenai pengaruh rasionalitas pemilih dalam

partisipasi politik. Terlepas dari pemahaman manusia sebagai makhluk sosial,

pada dasarnya manusia merupakan makhluk individu.Makhluk invidiu

memiliki tingkat rasionalitas yang sangat tinggi.Sifat dasar dari makhluk

rasional adalah kalkulasi untung rugi yang menjadi dasar setiap tindakanya.

Hampir semua manusia akan berusaha mendapatkan barang yang dia ingikan

dengan ongkos seminimal mungkin.12Barang dalam hal ini memiliki pengertian

yang sangat luas.Tidak hanya barang yang berwujud namun juga barang yang

tidak berwujud seperti misalnya sebuah kebijakan atau perjanjian.Sedangkan

ongkos dalam hal ini tidak selalu berhubungan dengan uang, namun juga

termasuk waktu dan tenaga.

Hubungannya dengan Pemilu, rasionalitas masyarakat muncul ketika

mereka berfikir keuntungan apa yang akan mereka dapatkan ketika mereka

menggunakan hak pilihnya. Padahal disisi lain mereka sudah jelas

mengeluarkan ongkos dalam Pemilu. Ongkos dalam hal ini sudah pasti tenaga

dan waktu, bahkan bisa jadi uang.Misalnya untuk transportasi menuju

TPS.Masyarakat mulai berfikir apakah barang yang mereka dapatkan nantinya

sebanding dengan ongkos yang mereka keluarkan.Hasil Pemilu merupakan

sebuah barang ketika hasil tersebut telah berubah menjadi sebuah keputusan

yang telah ditetapkan oleh KPU.Namun dalam hal ini apakah barang hasil

12 Saiful Mujani, op.,cit, h.306

Page 30: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

17

Pemilu tersebut telah memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat. Bagi

masyarakat keuntungan hanya didapat oleh calon yang terpilih, sedangkan

dampak langsung bagi mereka tidak mereka dapatkan.Dalam Pemilukada

Kabupaten Magetan Tahun 2013 menunjukkan fakta adanya peningkatan

partisipasi politik sebesar 4%. Peningkatan tersebut namun tidak lantas menjadi

kabar bahagia bagi pemerintah khususnya atas upaya-upaya yang telah

dilakukan dalam meningkatkan partisipasi politik.Karena pada kenyataanya

saat ini sangat marak berkembang fenomena politik uang atau lebih dikenal

dengan istilah money politic dalam Pemilu.

adanya keterkaitan antara aktor dan sumber daya dalam hubungannya

dengan politik uang dalam Pemilukada. Rasionalitas masyarakat ternyata telah

memberikan pengaruh pada mereka untuk menentukan apakah mereka ikut

memilih atau tidak.Uang dianggap sebagai sebuah keuntungan yang seharusnya

mereka dapatkan ketika mereka sudah berkorban waktu dan tenaga untuk

menggunakan hak pilihnya ke TPS.Disisi calon kepala daerah, jabatan politik

menjadi sesuatu yang dianggap memberikan keuntungan besar bagi mereka

sehingga mereka juga bersedia mengeluarkan ongkos atau biaya untuk bisa

mendapatkannya. Namun, teori pilihan rasional Coleman belum bisa

memberikan penjelasan mengenai pertimbangan apa yang difikirkan

masyarakat sehingga sumber daya begitu penting bagi mereka. Oleh karena itu,

permasalahan politik uang tersebut kemudian juga bisa dilihat dari pandangan

Page 31: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

18

teori pilihan rasional Antony Downs guna memahami lebih dalam mengenai

masalah politik uang itu sendiri.

4. Komunikasi dalam pemilu

Kita memahmi bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan

dari komunikator kepada komunikan melalui chanel tertentu untuk

menimbulkan efek tertentu.maka kelima unsur komunikasi (pesan,

komunikator, komunikan, dan efek) diperhatikan dengan baik dan seksama

a) Pesan, komunikasi politik dilakukan sebenarnya agar pesan yang akan

dihantarkan dengan baik kepada tujuan yang tepat, dan dalam perhelatan

sebesar pemilu yang bersifat inklusif, maka pesan tersebut harus

mengandung kepentingan publik atau masyarakat yang luas, miskipun tetap

harus memiliki ciri kekhusussanya.

b) Komunikator, komunikator politik mestilah orang atau kelompok

yangmemang dipersiapkan sebagai pihak menyapai pesan, artinya segala

keterbukaan orang lain dalam menerima pesan yang disampaikannya harus

benar-benar sudah dipersiapkan dalam diri orang atau kelompok tersebut.

c) Komunikan adalah sasaran yang akan menerima pesan.pesan politik,

krakter komunikan dan segala situasi kondisi juga konteks yang

melikupinya baiknya dipahami untuk suksesnya proses komunikasi politik

yang berlangsung pada umumnya, komunikasi politik yang terjadi dalam

pemilu tidak luput dari beberapa aspek seperti nilai-nilai ekonomi, filsafat,

pendidikan, idiologi, sejarah, budaya dan lainnya.

Page 32: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

19

d) Chanel, pilihan chanel yang menjadi saluran penyampaian pesan adalah

suatu yang penting karena kesalahan dalam memilih chanel bisa juga bearti

kesalhandalam proses komunikasi politik. Saluran dalam komunikasi cukup

banyak jenisnya seperti sekolah, media masa, institusi tertentu dan lain

sebagainya.

e) Efek yang diharapkan adalah tujuan dari komunikasi politik. Efek yang

sampai pada konatif atau menggerakan komunikan biasanya menjadi tujuan

akhir dari setiap kampanye politik yang dilancarkan. Maka untuk bisa

sampai ke tahap ini setiap komunikasipolitik harus memperhatikan kelima

unsur komunikasi yang ada.

Pemilu sebagai gambaran ideal dalam pengisian atau seleksi

pemimpin politik sudah diterimaoleh masyarakat umum , penerima ini didasari

dua pertimbangan nasional.Pertam, pemilu adalah saarana

pelaksanaankedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum,

bebas, rahasia dan adil.Kedua, pemilu merupakan perwujudan kedaulatan

rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis.

Dua alasan tersebut mengisyaratkan bahwa melalui pemilu maka

pemerintahan yang demokratis dan legimited akan dihasilkan, implikasi dari

Page 33: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

20

pemahaman ini terangkum dalam pemahaman fungsi pemilu. Hasil investigasi

penulis menyebutkan sejumlah pungsi pemilu.13

1. Pemilu berfunsi sebagai sarana legitimasipolitik, fungsi legitimasi ini

terutama menjadi kebutuhan pemerintah dan sistem politik yang mewadahi

format pemilu yang berlaku

2. Pemilu berfungsi menyediakan perwakilan politik, fungsi ini terutama

menjadi kontrol kebutuhan rakyat, baik dalam rangka mengaevaluasi

maupun mengentrol prilaku pemerintah dalam program serta kebijakan

yang dihasilkannya

3. Pemilu sebagai mekanisme bagi penggantian atau sirkulasi elit penguasa,

salah satu yang membedakan sistem demokrasi dengan sistem monarki

terletak pada tingkat sirkulasi elit penguasa, sistem onarki ditandai oleh

tiadanya sirkulasi elit penguasa akibat sistem pengisian jabatan politik

melalui garis keturunan, sedangkan dalam sistem demokrasi sirkulasi elit

penguasa cukup tinggi karena menempatkan rakyat dalam proses pengisian

jabatan politik.

4. Pemilu berfungsi sebagai sarana pendidikan politik bagi rakyat, pemilihan

umum merupakan salah satu bentuk pendidikan politik bagi rakyat yang

bersikap langsung, terbuka, dan bebas, yang diharapkan bisa mencerdaskan

13Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB,

(Mataram: KPU NTB.2014), h.5

Page 34: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

21

pemahaman politik dan meningkatkan kesadaran asyarakat mengenai

demokrasi.14

5. Pemilu berfungsi menentukan pemerintah secara langsung maupun tidak

laangsung

6. Pemilu sebagai wahana umpan balik antara pemilik suara dengan

pemerintah

7. Pemilu sebagai barometer dukungan rakyat terhadap penguasa

8. Pemilu berfungsi menjadi sarana rekrutmen politik

9. Pemilu sebagai alat untuk mempertajam kepekaan pemerintah terhadap

tuntutan rakyat

Sembilan fungsi pemilu sebagai mana dipaparkan diatas masi terbuka

peluang untuk bertambah.Penambahan fungsi pemilu merupakan indikator

bahwa kajian kepemiluan senantiasa meminta perhatian para peminat dan

ilmuan politik.Itu artinya peluan untuk mendalami pemilu dan sistem

kepemiluan masi terbuka lebar untuk dibedah secara kritis dan komprehensif.15

G. Metode Penelitian

14 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB,

(Mataram: KPU NTB.2014), h.5 15Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h.6

Page 35: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

22

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam metode penelitian kualitatif. Metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk

meneliti kondisi objek yang alamiah, lawanya adalah eksprimen dimana

peneliti menjadi juru kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara train

gulasi (gabungan), analisis data yang bersifat induktif, dan hasil penelitian

menekankan makna dari pada generalisasi.

2. Unit Analisis

Untuk unit analisis dalam penelitian ini adalah obyek dan sekaligus

subyek penelitian atau kesatuan unit yang akan diteliti. Obyek penelitian ini

adalah KPU Provinsi dan subyek penelitian yaitu keseluruhan komponen

yang terdapat dalam pelaksanaan pemilu tahun 2014, lokasi penelitian

terdapatndi KPU Provinsi Mataram. Selanjutnya untuk menentukan

informan dipakai teknik purposive sampling yaitu sampel dimana

pengambilan elemen-elemen yang dimasukan dalam sampel dilakukan

sesuai dengan tujuan penelitian.

Maka dalam penelitian ini jumlah informan sebanyak 12 orang yang

terdiri dari :

a. Ketua KPU : 1 orang

b. Anggota KPU : 1 orang

c. Masyarakat : 10 kelurahan

3. Sumber Data

Page 36: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

23

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah

responden atau orang-orang yang merespon dan menjawab pertanyaan-

pertanyaan peneliti baik secara tertulis maupun lisan.Atau bisa juga disebut

subyek dari mana data-data diperoleh.Peneliti membutuhkan sumber data

primerbdan data skunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

obyek yang diteliti.16

1) Orang yang memahami dan menguasai permasalahan tentang

Upaya KPU Provinsi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih

Dalam Pemilu diantaranya: ketua KPU Provinsi NTB, Anggota

KPU Provinsi NTB, dan perwakilan dari masyarakat yang memilih.

2) Orang-orang yang sedang terlibat langsung dalam upaya KPU

Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu

diantaranya: tokoh masyarakat, tokoh pemuda.

b. Data Skunder

Data skunder adalah merupakan data yang diperoleh dari sumber

tidak langsung yang memberikan data kepada pengumpul data,

misalnya lewat orang lain atau dokumen.

4. Tehnik Pengumpulan data

16Rianto Adi, Metodelogi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Graint,2004) h.15

Page 37: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

24

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan

yang relavan dan akurat. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

teknik yang dilakukan adalah :

a. Observasi

Bertitik tolak pada penjelasan diatas, maka kita bisa mengatakan

bahwa pemilu merupakan sebuah keharusan yang harus dilaksanakan

oleh sebuah pemerintahan yang mengaku dirinya demokratis.Salah satu

fungsi pemilu adalah menjamin terjadinya sirkulasi elit dalam tugu

lembaga pemerintahan baik eksekutif maupun legislatif.Sirkulasi elit

harus dijalankan dalam rangka mencegah terjadinya

akumulasikekuasaan di tangan sekelompok orang, supaya terjadi

regenerasi dalam kepemimpinan nasional.

b. Interview

Dalam rangka pengelolaan data dan informasi pemilu anggota

DPR, DPD dan DPRD Provinsi Tahun 2014, sangat dibutuhkan

dukungan sistem informasi yang memadai, agar data-data pemilu dapat

diolah dan disajikan dengan cepat dan akurat. Kecepatan dan

keakuratan pengolahan dan penyajian data akan dapat menunjang

pengambilan keputusan secara cepatbdan cermat.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan tahapan-tahapan pemilu

2014, KPU Provinsi mengembangkan dan mengimplementasikan

beberapa aplikasi teknologi informasi, antara lain :

Page 38: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

25

1) Revitasi LAN (Local Area Network) KPU Provinsi dan KPU

Kabupaten/Kota

2) Pengembangan WAN (Wide Ara Network) pemilu 2014 untuk

pengeloloan data dan informasi

3) Pengembangan aplikasi sisteminformasiKPU antara lain untuk

membuka akses publik terhadap pemilu dan membangun

transparansi seluruh tahapan pemilu, KPU Provinsi Nusa Tenggara

Barat.17

c. Dokumentasi

Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh

dari KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat, upaya, peluang dan hambatan

KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu.

d. Teknis Analisis Data

Analisis yang dilakukan adalah analisis terhadap bahasa dan

simbol yang dilihat peneliti selama dilapangan. Analisis terhadap hasil

wawancara , analisis terhadap gejala selama peneliti berpartisipasi

dengan masyarakat, dan analisis berbagai tanggapan orang- yang

diwawancarai. Dengan dilakukan analisis selama dilapangan peneliti

akan memperoleh jawaban langsung yang jawabanya dipandang sudah

relavan, memuaskan, dan cukupnatau sebaliknya sehingga peneliti

17Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB,

(Mataram: KPU NTB.2014), h.66-67

Page 39: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

26

dapat terus menggali informasi masih dibutuhkan sebagai bahan

analisnya.

Kemudian dilakukan editing, data dikelompokkan dalam unit-

kecil dan merangkum kembali dalam kategori-kategori tertentu unit-

unit tersebut berupa kata, kalimat atau paragraf atau bagian dari data

yang mempunyai makna sendiri.

Analis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara. Catatan lapangan

dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan dilakukan

dengan mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun dalam pola, memilih mana yang penting

dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga dapat

dipahami.

1) Data reduction (Reduksi Data)

Reduksi data bearti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya.Dengan demikian data yang telah direduksi dan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya

bila diperlukan.Pada tahap ini peneliti melakukan reduksi data

dengan menggabungkan data-data yang diperoleh melalui

wawancara, observasi dan studi dokmentasi yang selanjutnya di

Page 40: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

27

kategorikan serta membuang data yang tidak perlu. Hasil reduksi

data pada penelitian ini akan diubah menjadi bentuk tulisan.

2) Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan

laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami

dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data yang

disajiakan harus sederhana jelas agar mudah dibaca, penyajian data

juga dimaksudkan agar para pengamat dapat dengan mudah

memahami apa yang kita sajikan untuk selanjutnya dilakukan

penelian atau perbandingan dan lain-lain.

H. Validitas Data

Validitas data merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi

pada objek penelitian dengan daya yang dapat diperolehkan oleh

peneliti.Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara

data yang diperolehkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi

pada obyek penelitian.18

Teknik uji validitas data dapat dilakukan dengan jalan

memperpanjang pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi

dengan teman sejawat, analisis kasus negatif .

18Sugiyono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RdB, (Bandung: Alfabeta, 2009),

h.267

Page 41: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

28

Dari enam teknik tersebut diatas, peneliti hanya menggunakan dua

cara dengan tujuan penelitian, yaitu:

1. Perpanjang Pengamatan

Dengan perpanjang pengamatan bearti peneliti kembali ke lapangan,

wawan cara lagi dengan nara sumber data yang pernah ditemui maupun

yang baru.19Pada tahap awal peneliti memasukimlapangan peneliti masi

dianggap orang asing masi dicurigai.Sehingga informasi yang diberikan

belum lengkap, tidak mendalam dan mungkin masih banyak yang

dirahasiakan. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek

kembali apakah data yang diberikan selama ini suda merupakan data yang

benar atautidak.

2. Triangulasi

Triangulasi adalah pengecekan data dengan cara pengecekan atau

pemeriksaan ulang. Dalam bahasa sehari-hari triangulasi sama dengan

cek dan ricek. Tekniknya pemeriksaan kembali dta dengan tiga cara

yaitu : 1) triangulasi sumber. 2) metode dan 3) teknik triangulasi teknik

pengumpulan data berdasarkan waktu. Triangulasi sumber

mengharuskan peneliti mencari lebih dari satu sumber untuk memahami

data atau informasi. Jadi peneliti mencari sumber data yang berbeda

untuk menanyakan pertanyaan yang sama. Apakah dari semua sumber

19 Ibid, h.270

Page 42: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

29

tersebut peneliti mendapatkan data yang sama, sehingga data yang

didapatkan valid. Triangulasi metode adalah menggunakan lebuh dari

satu metode untuk melakukan cek dan ricek.Yang digunakan peneliti

adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi dengan

menggunakan metode tersebut peneliti akan mencari data terkait dengan

upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam

pemilu.triangulasi teknik pengumpulan data berdasarkan waktu yang

dilakukan dengan pengecekan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara dan berbagai waktu.20

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

20 Iskandar, Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Ciputat Mega Mall, 2015),

h,233-234

Page 43: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

30

A. Gambaran Umum KPU Provinsi NTB

1. Kelahiran KPU Provinsi NTB

KPU Provinsi NTB dibentuk ketika penyelenggaraan pemilu 2004,

sebelumnya pemilu 1999, penyelenggara pemilu di Nusa Tenggara Barat

adalah Panitia Pemilihan Daerah (PPD).menghadapi agenda pemilu 2004

dibentuklah lembaga komisi pemilihan umum (KPU). Yang masi bernama

perwakilan KPU Provinsi NTB.Pembentukan Provinsi NTB melibatkan

panitia seleksi yang berasal dari unsur pemerintah, tokoh masyarakat,

akademisi, wartawan dan LSM.Ketika seleksi penerimaan anggota KPU

Provinsi NTB dibuka pada tahun 2003, antusius pelamar untuk menjadi

anggota begitu banyak.Pelamar itu datang dari berbagai elemen

masyarakat.Seleksi dilakukan panitia mulai dari administrasi, tes tertulis

sampai dengan tes wawancara.Setelah seleksi administrasi sebanyak 40 orang

lolos dan mengikuti tes selanjutnya tes berikut menyisakan 20 besar.21Peserta

seleksi selain dari berbagai latar belakang pekerjaan juga

pendidikan.Kebanyakan yang mendaftar berlatar belakang sarjana samapai

doktor. Tim penyeleksi menguji secara maraton dan didapat 10 nama calon

KPU Provinsi NTB disodorkan ketingkat pusat, KPU Provinsi NTB kemudian

melakukan fit and proper tes untuk menentukan lima anggota KPU

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

21Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h. 25

Page 44: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

31

Setelah dilakukan fit proper tes oleh KPU RI diputuskan 5 orang

Anggota KPU Provinsi NTB, yaitu :

1. TGH. Mahally Fikry (Tokoh Agama)

2. Zainul Aldi, SP, (LSM)

3. Mahsan, SH, MH, (Pengacara)

4. Lalu Ahmad Yani, S.Km,M.Kes, (PNS)

5. Fauzan Khalid, S.Ag,M.Si, (Akademisi)

Setelah terpilih kelima Anggota KPU Provinsi NTB melakukan rapat

pleno untuk memilih ketua KPU Provinsi NTB masa bakti 2003-2008.Dari

hasil rapat pleno ditunjukanlah TGH. Mahally Fikry menjadi ketua KPU

Provinsi NTB pertama masa bakti lima tahun kedepan. Untuk gedung kantor,

KPU Provinsi NTB yang anggotanya non partisan ini sempat menumpang

dikantor Sekretariat Gubernur NTB selama 2 tahun, gedung tersebut

mengalami renovasi pada tahun 2005 sehingga KPU Provinsi NTB harus

pindah ketempat lain.22Pemerintah Provinsi NTB memberikan pinjam pakai

Gedung eks PHI di Jalan Langko No 17 Mataram yang ditempati sampai

sekarang sebelumnya ditempati oleh Dinas Perhubungan Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

22Ibid, h. 26

Page 45: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

32

KPU Provinsi NTB sukses mengelar pemilu 2004 untuk memilih

anggota DPR RI, DPD, DPRD Provinsi NTB, DPRD Kabupaten/Kota, serta

pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

Untuk pemilu DPRD Provinsi NTB, KPU Provinsi NTB membagi 6

Daerah untuk memilih 55 anggota dprd.KPU Provinsi NTB memetahkan

Daerah Pemilihan NTB yang terdiri dari 26 kecamatan.23

Pemetaan dilakukan selain dengan jumlah penduduknya, KPU

Provinsi NTB membagi 6 (enam) Daerah pemilihan yang terdiri dari daerah

pemilihan :

1. NTB-I meliputi Kota Mataram,

2. NTB-II meliputi Kabupaten Lombok Barat,

3. NTB-III meliputi Kabupaten Lombok Tengah,

4. NTB-IV meliputi Kabupaten Lombok Timur

5. NTB-V meliputi Kabupaten Sumbawa dan

6. NTB-VI meliputi Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima dan Kota Bima.

KPU Provinsi NTB juga sukses mengelar pemilihan umum presiden

dan wakil presiden dalam dua putaran.Agenda yang padat pemilu 2004 itu

berhasil dijalankan KPU Provinsi NTB.Setelah mengelar pemilu 2004, KPU

Provinsi NTB juga memiliki agenda besar yakni melakukan pemilihan umum

Gubernur dan Wakil Gubernur secara langsung untuk pertama kalinya pada

23Ibid, h. 27

Page 46: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

33

tahun 2008.Masa bakti KPU Provinsi NTB yang berakhir harus diperpanjang

enam bulan untuk menuntaskan pilkada gabungan tahun 2008.

2. Gambaran Visi Misidan KPU Provinsi NTB

KPU Provinsi NTB memiliki visi dan misi sesuai apa yang telah

ditetapkan oleh KPU RI. Karena visi dan misi KPU Provinsi NTB merujuk

pada restra KPU RI yang telah menjadi rujukan KPU seluh

Indonesia.Walaupun KPU Provinsi maupun KPU Kabupaten/Kota memiliki

visi dan misi masing-masing tidak terlepas dari visi dan misi KPU RI. Adapun

visi KPU adalah terwujudnya Komisi Pemilihan Umum yang memiliki

integritas, provesional, mandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi

Indonesia yang berkualitas berdasarkan pancasila dan UUD1945 dalam wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia,24

Sedangkan misi KPU terdiri dari 5 (lima) misi antara lain

a. Membangun lembaga penyelenggara pemilihan umum yang memiliki

kompetensi, kredebilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan

pemilihan umum

b. Menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih Anggota DPR,

DPD,DPRD, Presiden dan Wkil Presiden, serta Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah secara langsung, umum, beas, rahasia, jujur, adil,

akuntable, edukatif dan beradad

24Ibid, h.28

Page 47: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

34

c. Mengikatkan kualitas penyelenggaraan pemilihan umum yang bersih,

efisien dan efektif

d. Melayani dan melakukan setiap peserta pemilihan umum secara adil dan

setara, serta menengakkan peraturan pemilihan umum secara konsisten

sesuai dengan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

e. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam

pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang

demokratis.

3. Struktur Organisai dan Tta Kerja KPU Provinsi NTB

Struktur organisasi yang ada di KPU Provinsi NTB merujuk pada

peraturan KPU No 22 Tahun 2008 tentang perubahan peraturan KPU No 6

Tahun 2006 tentang susunan organisasi dan tata kerja sekretariat Jendral

Komisi Pemilihan Umum. Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan

Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota.

Struktur organisasi di KPU Provinsi NTB berdasarkan peraturan KPU

dipimpin oleh seorang Sekretaris dengan golongan Eselon Iia, dibawahnya

terdapat Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian yang masing-masing

menduduki Eselon III. A dan IV.a.kepala bagian terdiri dari 3 (tiga) bagian

yaitu :

Page 48: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

35

1. Kepala keungan, Umum dan Logistik membawahi 2 (dua) kepala sub

bagian yaitu :

a. Sub bagian keuangan dan

b. Sub bagian umum dan logistik

2. Kepala bagian hukum, teknis dan humas membawahi 2 (dua) kepala sub

bagian yaitu :

a. Sub bagian hukum dan

b. Sub bagian teknis dan humas

3. Kepala bagian program, data organisasi dan SDM membawahi 2 (dua)

kepala sub bagian yaitu :

a. Sub bagian program dan data dan

b. Sub bagian SDM25

Gambar I : STRUKTUR ORGANISASI KOMISI PEMILIHAN UMUM NUSA

TENGGARA BARAT PRIODE 2014-2019

Sumber : Dukumen bagian teknis dan humas

25Ibid, h.29-30

Lalu Aksar Ansori, SP Ketu

Suhardi Soud, SE Divisi teknis penyelenggara

dan data pemilu

Yan Marli SPD.M.MPd Divisi sosialisasi pendidikan

pemilih dan SDM

Hesty Rahayu, ST. MM Divisi perencanaan organisasi

keuangan dan logistik

H.Ilyas Sabrini, SH.MH Divisi hukum dan pengawasan

Page 49: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

36

Gambar II : STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KOMISI PEMILIHAN UMUM

PROVINSI NTB

Sumber Dokumen : Dokumen bagian teknis dan humas B. Sosialisasi KPU Provinsi NTB DALAM Meningkatkan Partisipasi Pemilih

Dalam Pemilu

1. Konsepsi Pemilihan Umum

Banyak pengamat membandingkan pemilu 1999 dengan pemilu

Indonesia yang pertama pada 1955, meskipun terpisah 44 tahun pemilu terkini

tersebut secara luas diyakini memilik banyak kesamaan dengan pemilu

pertama apabila dibandingkan dengan enam pemilu yang berlangsung pada

masa pseudo demokrasinya Soeharto. Kelaziman dapat berhubungan dengan

persamaan-persamaan, kita dapat mengambarkanpersamaan-persamaan yang

Mars.Ansori Wijaya, S.IP.MM

sekretaris

I Made Merta Arta, SH.MH Kabag. Program, data organisasi dan

SDM

Baiq Nelly Yuniarti, AP, M.Si Kabag keuangan umum logistik

Kia Agus Novian Prisadi, ST

Kesubag SDM

Armiani Basri,S.Sos Kesubag program

dan data

Nining Wahyuni,SE Kesubag keuangan

Ridwan, S.Adm Kesubag umum

dan logistik

H.Suhaili,SH.MH Kabag, hukum, teknis dan humas

Baiq Agustina Tresna Dewi, SH Kesubag hukum

M.Zaenudin, S.Sos.MM Kesubag teknis dan

humas

Page 50: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

37

disengaja atau terencana, yang terjadi ketika pemilu diselenggarakan secara

demokratis misalnya, pendaftaran pemilihan sebelumnya, memasukan surat

suara yang rahasia. Hal semacam ini berbeda dari persamaan-persamaan yang

terjadi secara bersamaan, semacam penundaan dua bulan antara hari pemilihan

dan pengumuman hasil resmi, baik yang terjadi pada pemilu 1955 maupun

1999.

Berbicara tentang kelaziman, mungkin juga menegaskan sesuatu

yang lebih dalam bahwa ada kontinuitas tertentu antara dua pemilu tersebut

apakah ini yang disarankan atau dijelaskan secara tidak langsung, jika

kontinuitas yaang dinyatakan dalam pikiran dan prilaku individu, investigasi

kita perlu dibatasi bagi parah pemilih yang memilih pada kedua pemilu, yang

sekarang berusia lebih dari 60 tahun. Dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan pemilih sebanyak 106 juta pada 1999, hal itu dapat menjadi

sampel yang sangat sedikit dan tidak representatif.26

2. Partisipasi Pemilih

Ada dua poin yang menarik untuk dicermati dari data partisipasi

pemilih, terjadinya perbedaan angka partisipasi pemilih pada pemilu legislatif

dengan pemilu presiden disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor internal

penyelenggara pemilu (KPU) dan faktor eksternal (diluar KPU).

26Ija Suntana, Kapita Selekta Politik Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 249

Page 51: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

38

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Johan yang

mengatakan bahwa

Dari sekian ribu masyarakat yang ada di Indonesia sebagai pemilih tidak semua berpartisipasi memberikan hak suara pada saat pemilu terkadang karna kadang tidak ingin tahunya tentang politik daan juga tidak mau peduli dengan pesta pemilu untuk memilih pemimpin karena sudaah bosan akan janji-janji politik yang dilontarkan oleh para politisi.27

Pandangan tersebut menunjukan bahwa partisipasi masyarakat masi

kurang karena pada waktu pemilu tidak ada rasa ingin tahunya masyarakat

tentang pesta pemilu.

Pendapat tersebut selarat dengan ungkapan Bagus yaitu salah

seorang tokoh pemuda yang mengatakan bahwa

Bentuk dukungan politik pada pemilu biasanya tidak bersifat menetap dukungan akan cepat berubah apabila kepentingan kelompok yang menjadi pengikat tidak diperhatikan. Perubahan dukungan ini bisa terjadi karena beberapa faktor yang pertama dukungan yang diberikan oleh sebagian masyarakat pada suatu partai politik tidak semua bersifat sukarela misalnya karena adanya faktor emosional, tidak ada pilihan yang baik atau karena rasa solidaritas dan yang kedua pola hubungan dan aliran masi cukup potensial mengakar didalam masyarakat oleh karena itu apabila muncul kekecewaan pada tokoh tertentu mereka akan memobilisasi penduduknya agar tidak memberikan dukungan kepada partai politik kepada pemilu yang akan berlangsung atau merubah pilihan ke partai politik lain.28

27Johan, Wawancara, 25 Agustus 2016 28 Bagus, Wawancara, 28 Agustus, 2016

Page 52: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

39

Pandangan diatas menunjukan bahwa partisipasi masyarakat pada

pemilu biasanya tidak menetap akan tetapi masyarakat sasaran partai politik

untuk meraih dukungan.

Ungkapan tersebut juga relavan dengan pandangan yang diutarakan

oleh Gunawan salah seorang tokoh masyarakat yang mengatakan bahwa

Partisipasi pemilih masi didominasi oleh motif ekonomi misalnya, pilihan terhadap kanidat dilakukan berdasarkan keuntungan jangka pendek, dalam kondisi yang demikian, maka praktek politik uank dalam setiap pemilu sulit untuk dihindari.29

Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka tokoh masyarakat yang

ada didaaerah Mataram sangat kurang berpartisipasi karena masyarakat

sebagai pemilih akan tetapi masyarakat adalah sasaran partai politik untuk

meraih dukungan hanya dapat menaruh janji-janji politik, dan ada juga

masyarakat yang kurang rasa ingin tahunya tentang pesta pemilu karena sudah

bosan dengan janji-janji politik.

a. Faktor internal

Pada pemilu legislatif jumlah pemilih maksimal dalam setiap TPS

500 orang, sedangkan pada pemilu presiden 800 orang. Akibat ketentuan

ini KPU Kabupaten/Kota melakukan perampingan jumlah TPS. Dalam

29 Gunawan, Wawncara, 12 september, 2016

Page 53: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

40

proses perampingan itulah kemudian banyak pilihan yang tidak mau

datang ke TPS karena TPS-nya tidak sesuai dengan TPS pemilu legilatif.30

Disamping itu pemilihyang meningal atau pindah keluar deasa atau

daerah tidak seluruhnya diselsaikan oleh PPS, karena pada waktu pemilu

presiden dan wakil presiden tidak ada petugas pemutakhiran data pemilih

sebagaimana pada pemilu legislatif. Tidak maksimalnya kerja PPS pada

wktu pemutakhiran data pemilih menyebabkan akurasi data pemilih

rendah. Salah satu yang menyebabkan pemilih tidak datang ke TPS adalah

tidak dibeikannya undangan memilih (C6) oleh petugas. KPU

Kabupaten/Kota telah mendistribusikan C6 jauh hari sebelum hari H

pemungutan suara, namun C6 tersebut mengendap dipertugas KPPS yang

ditugaskan menyampaikan undangan memilih kepada pemilih. Sosialisasi

yang tidak maksimal pada pemilu 2014 dipandang ikut memberi

konstribusi terhadap belum optimalnya partisipasi pemilih.

b. Faktor eksternal

Partisipasi pemilih masi didominasi oleh refleksi atas keanggotaan

kelompok sosial pemilih yang dibentuk oleh kekuatan sosio-ekonomi dan

demografi.Akibat kondisi ini pilihan politikmasyarakat masi sangat

dinamis.31Ketika dalam pemilu legislatif terdapat keluarga, kerabat, dan

30 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB,

(Mataram: KPU NTB.2014), h. 318 31Ibid, h. 319

Page 54: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

41

ikatan demografi lainnya menjadi peserta pemilu (calon DPR, DPD,

DPRD), antusias masyarakat untuk memilih menjadi sangat

tingi.Preferensi politik masyakat dalam menentukan pilihan politiknya

masi didominasi oleh faktor-faktor sosiologis, misalnya faktor keluarga,

kerabat, dan sejawat pekerjaan atau organisasi.Preferensi politik

masyaraakat belum ada orientasi terhadap isu atau kapasitas

kanidat.Ketika kepentingan politik pusat maka partisipasi masyarakat

mengunakan hak pilihnya menjadi menurun.

Partisipasi pemilih masi didominasi oleh motif ekonomi terhadap

pilihan kandidat dilakukan berdasarkan keuntungan material jangka

pendek. Dalam kondisi yang demikian maka praktek politik dalam setiap

pemilumenjadi sulit dihindari.Praktek politik uang pada pemilu legislatif

lebih tingi jika dibandingkan dengan pemilu presiden dan wakil presiden.

Ketika politik uank tidak sampai ke masyarakat pada pemilu preseden dan

wakil presiden , sebagian dari mereka kurang tertarik datang ke TPS.32

Penjelasan diatas memperlihatkan beberapa hal .pertama, tinginya

partisipasi pemilih pada pemilu legislatif disebabkan oleh akurasi data

pemilih disiplinya menyelenggara pemilu melakukan pekerjaan

pemutakhiran data pemilih, dan sosialisasi yang tingi dan efektif. Kedua

32Ibid, h.320

Page 55: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

42

belum optimalnya angka partisipasi pada pemilu 2014 juga dipengaruhi

oleh faktor lingkungan, yaitu tim pemenangan dan prilaku politik pemilih.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Amirudin salah

seorang tokoh masyarakat yang mengatakan bahwa

Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu diselenggarakan dengan prinsip yaitu, kesukarelaan, transparan, kepastian hukum, kepentingan umum, efisienn tidak memihak, dan efektif.33

Pandangan tersebut menunjukan bahwa masyarakat ingin menunjukan

partisipasi secara kesukarelaan tanpa ada paksaan dari pihak manapun

Pendapat tersebut selaras dengan ungkapan bambang salah seorang tokoh

masyarakat yang mengatakan bahwa

Partisipasi masyarakat dalam pemilu adalah memberikan informasi pemilu, meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya pemilu dan penggunaan hak politik rakyat dengan benar dalam pemilu.34

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa

kesukarelaan masyarakat dalam keikutsertaannya untuk mensukseskan pemilu

yakni disebabkan adanya pemahaman dan kesadaran rakyat tentang pentingnya

pemilu dan menggunakan hak pilihnya.

33 Amirudin, wawancara, 12 September 2016 34 Bambang, wawancara, 12 September 2016

Page 56: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

43

3. Komunikasi dan Poitik

a. Komunikasi

Sebagai mana dalam imu sosial lain, batasan akan pengertian

komunikasi belum terdapat kesepakatan diantara para sarjana, bahkan

hampir boleh dikatakan antara sarjana satu dan yang lain selalu berbeda

dalam memberi depinisi. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan batasan

itu mempunyai unsur-unsur yang saling tumpang tindih.Sehingga masi

memberikan kemungkinan orang menarik garis penekanan atau tipikal dari

berbagai difinisi. Unsur penyapaian baraangkali merupakan unsur

komunikasi yang paling sering dijumpai dalam definisi komunikasi,

seperti halnya bahwa komunikasi adalah pengalihan informasi untuk

memperoleh tanggapan. Komunikasi sebagai unsur kontrol sosial atau

untuk mempengaruh dalam mendefinisikan komunikasi.

Pengertian komunikasi sekaligus sebagai model yang begitu

terkenal dilingkungan sarjana komunikasi dan politik merupakan jawaban

dari lima pertanyaan, walaupun sederhana tetapi sangat membantu

mempermudah pemahaman terhadap penomena komunikasi terutama

untuk komunikasi politik. Proses komunikasi berjalan searah atau bersifat

linear, ia sangat menekankan aspek persuasi untuk memperoleh efek

Page 57: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

44

tertentu, sehingga dipandang kurang pas untuk komunikasi pada

umumnya.35

b. Politik

Politik pada dasarnya juga seperti komunikasi merupakan suatu

tindakan yang melibatkan pembicaraan, dalam hal ini tidak sekedar

pembicaraan dalam arti sempit, tetapi dalam arti yang luas, baik yang

bersifat verbal (lisan atau tulisan) maupun yang bersifat non verbal

(berbagai gerak, isyarat, maupun tindakan). Lebih tepatnya kegiatan

politik adalah berbicara, tetapi tidak sekedar pembicaraan, juga tidak

semua pembicaraan adalah politik, tetapi hakikat pengalaman poltik dan

kondisi dasarnya ialah aktivitas komunikasi antar manusia.

Komunikasi meliputi politik, jika orang dihadapkan pada konflik,

mereka akan menurunkan makna perselisihan melalui komunikasi.

Dengan komunikasi orang berusaha menyelsaikan perselisihan mereka,

dikalangan mereka yang berkecimpung dalam politik praktis, hal semacam

itu begitu tampak, bagaimana parah politisi mengadakan bargaining

dengan ilmuan politiknya, atau terjadi koalisasi ataupun konsensus,

merupakan contoh bagaimana suatu konflik diturnkan kedalam

komunikasi.

35 Henry Subiakto, Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi, (Jakarta:

Kencana Prenadamedia Group, 2012), h.13

Page 58: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

45

Dengan komunikasi proses politik dapat berjalan, sehinga tidak

heran jika menempatkan fungsi komunikasi politik dan sistem politik

begitu penting. Sosialisasi dan rekrutmen politik, artikulasi kepentingan,

agregasi kepentingan, membuat peraturan, dan keputusan semuanya ini

menggunakan atau melalui proses komunikasi.36

4. Pengadaan Data Distribusi Logistik

Komisi pemilihan umum (KPU) sebagai penyelenggara pemilu

yang berwenang untuk menjalankan dan menyelenggarakan proses pemilihan

umum Indonesia, berkewajiban mempersiapkan berbagai hal untuk

memperlancar proses pemilihan umum, saalah satunya adalah pengadaan dan

pengelolaan logistik keperluan pemilu yang tepat jenis, tepat jumlah, tepat

kualitas, tepat tujuan, dan penyelenggara. Proses perencanaan, pengadaan,

pengawasan, dan pendistribusian logistik pemilu yang tepat memiliki peran

sentral dan strategis dalam menentukan penyelenggaraan pemilu.

Dalam penyelenggaraan pemilu tahun 2014 mekanisme

perencanaan dan pengawasan logistik keperluaan pemilu masi dilakukan

secara manual dengan jumlah sumberdaya manusia (SDM) yang terbatas,

ehingga memungkinkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan,

pengawasan dan pendistribusian barang yang diakibatkan oleh kesalahan

manusia dalam proses tersebut.

36Ibid, h.14-15

Page 59: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

46

Untuk menghindari permasalahan tersebut, maka KPU perlu

mengembangkan satu aplikasi logistik yang terintegrasi yaitu

mengintegrasikan atau menggabungkan semua proses yang berlaku kepada

mekanisme pengelolaan logistik pemilu kedalam sebuah sistem atau aplikasi

yang berbasis komputer dan web.37 Dengan diintegrasikannya semua proses

bisnis kedalam suatu sistem informasi logistik bersama peta informasi

berbasis geopasial dapat memberikan kemudahan dalam mengelola

logistikkeperluanpemilu.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara anggota KPU Provinsi NTB

yang mengatakan bahwa

Dalam melakukan persiapan pemilu 2014 KPU Provinsi melakukanberbagai upaya untuk mengsukseskan jalan pemilu dengan memberikan informasi melalui media cetak maupun media elektronik.38

Pandangan tersebut menunjukan bahwa KPU Provinsi benar-benar

serius dalam menjalankan tugasnya sebagai penyelenggara pemilu.

Pendapat tersebut selaras dengan ungkapan Suhardi yaitu salah

seorang anggota KPU Provinsi yang mengatakan bahwa

Dalam rangaka menyelenggarakan pemilu KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat melakukan upaya dengan berbagai upaya demi suksesnya pemilu 2014 antara lain mengembangkan aplikasi sistem inpormasi untuk membuka akses terhadap pemilu39

37 Observasi 38 Dani Anggota KPU Provinsi NTB, Wawancara, 7 September 2016 39 Suhardi, Wawancara, 17 September 2016

Page 60: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

47

Pendapat tersebut menunjukan bahwa besarnya upaya KPU

Provinsi memiliki Visi yang kuat memaksimalkan peran serta pemilih dalam

pemilu.

Pendapat tersebut diatas selaras dengan ungkapan Hesty Rahayu

salah seorang Anggota KPU Provinsi yang mengatakan bahwa

Upaya KPU Provinsi dalam pelaksanaan pemilu diantaranya membuka akses pemilu kepada masyarakat, sosialisasi pada kelompok-kelompok marginal sekaligus pembuatan TPS atau tempat pemungutan suara pada rumah sakit, panti sosial , dan lain-lain.40

Dari hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan upaya KPU

Provinsi memberikan informasi sesuai peraturan perundang-undangan,

keterlibatan masyarakat dalam penyelenggara pemilu yakni penyusunan

kebijakan atau peraturan, dengan prinsip yaitu, kesukarelaan, transparan,

kepastian hukum, kepentingan umum, efisien, tidak memihak dan efektif.

Poin penting lainnya yang terkandung dalm filosofi pemilu adalah

ketika pemilu diletakkan sebagai basis legitimasi politik bagi pemimpin politik

terpilih, karena itu dalam rumusan yang dibuat ilmuan politik seringkali kita

temukan kalimat pendek : pemilu yang demokratisakan memperkuat legitimasi

dan kredibilitas pemerintahan kalimat ini, senantiasa diburu dan diciptakan

oleh pemerintah dalam rangka memperoleh basis legitimasi politik. Secara

40 Hesty Rahayu, Wawancara, 17 September 2016

Page 61: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

48

konseptual legitimasi bisa difenisikan sebagai bentuk penerimaan dan

pengakuan masyarakat terhadap hak moral pemimpin untuk memerintah,

membuat, dan melaksanakan keputusan politik.41Definisi yang serba singkat

yang dibuat Ramlan Surbakti menunjukan betapa petingnya legitimasi politik

diperoleh pejabat politik.Legitimasi politik memadukan beberapa konsep

penting, mulai dari penerimaan hingga pengakuan kepada pemimpin untuk

memerintah. Ada tiga alasan menimal mengapa masyarakat memberikan

pengakuan dan dukungan kepada pemerintah /pejabat poltik. Pertama, karena

pemimpin yang terpilih melalui pemilu yang demokratis memiliki kualitas

pribadi berupa karisma maupun penampilan pribadi dan persentasi cemerlang

dalam bidang tertentu sehingga masyarakat mau melihatnya.Kedua,

masyarakat memberikan pengakuandan dukungan kepada pemimpin

pemerintah karenapemimpin tersebut mendapatkan kewenangan menurut

prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.Ketiga,

masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemimpin

pemerintahan karena pemimpin tersebut menjanjikan atau menjamin

kesahteraan material kepada masyarakat.

Impilikasi dari cara berpikir seperti ini mengharuskan para pemimpin

untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Perlu pula di tambakan

bahwa dalam pengelolan politik pemerintahan kekuasaan senantiasa

41Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h.11

Page 62: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

49

membutukan legitimasi (keabsahan/pengakuan) dari masyarakat.Dengan

pemahan seperti itu maka sangat rasional apabila di katakan bahwa konsep

kekuasaan dan legitimasi sangat penting dalam sistim politik dan demokratis.

Mengikuti cara berpikir di atas, setidakya ada beberapa alasan

mengapa pemilu selalu berkaitan dengan legitimasi politik.pertama, pemilu itu

sebenarya pemerinta juga dapat meyakinkan atau setidakya memperbaharui

kesepakatan politiknya dengan pihak masyarakat. Kedua, dalam peroses

pemilu tersebut sebenarya pemerinta dapat pula mempengaruhi perilaku warga

negara.Ketiga, dalam dunia modern tanpaya para penguasa smakin di haruska

untuk mengandalkan pada kesempatan dari masyarakat ketimbang pemaksaan

untuk mempertahankan legitimasnya.42

C. Program Sosialisasi KPU Provinsi NTB Dalam Memaksimalkan Pemilu

Tahun 2014

Meskipun implemintasi program sosial telah dilakukan dengan

menggerakan segala sumber daya yang tersedia, namun terhadap beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan program sosialisasi KPU P[rovinsi dan KPU Kabupaten/Kota

tidak linear

KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dan bersifat hirarkhis,

demikian pandangan tentang kelembagaan KPU sebagai penyelenggaraan

42Ibid,h.12

Page 63: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

50

pemilu. Seharusnya proses hirarkhis ini terimplementasi dalam proses

pelaksanaan program kerja pada masing-masing tingkatan. Dengan begitu

maka implementasi dalam proses pelaksanaan program kerja mennjadi lebih

efektif dan sampai pada kelompok sasaran sesuai tujuan organisasi.

Kenyataanya, implementasi program sosialisasi masi berjalan secara persial-

persial.Akibat lanjutanya, implementasi program sosialisasi antara KPU

Provinsi dengan KPU Kabupaten/Kota sering terjadi tumpang tindih atau tidak

sinergis.43

Beberapa program sosialisasi yang sudah diimplementasikan pada

satu kelompok sasaran oleh KPU Provinsi dilaksanakan juga oleh KPU

Kabupaten/Kota pada waktu yang berbeda, demikian sebaliknya. Sementara

masi ada kelompok0kelompok masyarakat yang belum diberikan sosialisasi

kepemiluan

Dalam halnya dengan penyusunan modul pendidikan pemilih,

beberapa KPU Kabupaten/Kota membuat modul pendidikan pemilih lebih

dahulu dibandingkan KPU Provinsi.Akibatnya isi modul pendidikan pemilih

yang dibuat KPU Kabupaten/Kota belum mengambarkan kebutuhan terhadap

informasi penyelenggaraan pemilu sebagaimana diatur dalam peraturan KPU

Nomor 27 tahun 2013.Pemasangan baliho dan spanduk yang membuat pesan-

pesan pemilu juga tidak terdistribusi dengan baik. Isi pesan yang dibuat KPU

43Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB,

(Mataram: KPU NTB.2014), h.280-281

Page 64: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

51

Provinsi dengan KPU Kabupaten/Kota sama dengan dipasang pada tempat

yang berdekatan, tentu saja pola kerja yang demikian tidak efektif dan efisien.

2. Sosialisasi terhadap calon anggota legislatif tidak tersentuh

Sosialisasi pemilu yang melibatkan peserta pemilu selalu dihadiri oleh

pengurus partai politik.Seharusnya pengurus partai politik menyampaikan

secara tuntas informasi pemilu yang diterima ketika menghadiri sosialisasi

yang diselenggarakan oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota.

Sosialisasi yang diberikan oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota

hanya diketahui oleh pengurus partai politik yang menghadiri sosialisasi di

KPU provinsi atau KPU Kabupaten/Kota. Akibat ketidaktahuan calon anggota

legislatif terhadap teknis penyelenggara pemilu seringkali caleg membuat

berbagai permasalahan dalam proses pemilu terutama pada tahapan

pemungutan suara, rekapitulasi dan penetapan calon terpilih

3. Anggaran sosialisasi belum menjawab kebutuhan inovasi memanfaatkan

kearifan lokal

Melakukan sosialisasi dengan memanfaatkan kearifan lokal lebih

efektif dibanding sosialisi yang berpradigma formalitesme, namun kesulitan

yang muncul dari sosialisasi dengan berbagai inivasi pemanfaatan kearifan

lokal terkendala dengan sistem laporan pertanggung jawaban anggaran.

Misalnya sosialisasi dengan pendekatan rumah ibadah tentu lebih efektif

dibanding sosialisasi tatap muka dengan memberi ceramah elit politik, namun

Page 65: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

52

kesulitan muncul ketika aturan pengelolaan keuangan tidak memungkinkan

sistem peng-SPJ oleh komunitas masyarakat.

4. Pelaksanaan sosialisaasi masi berpradigma aanggaran sosialisasi

Pemilu membutuhkan kretifitas penyelenggra pemilu, oleh karena

sosialisasi pemilu harus bersifat massal, dan menyentuh seluruh segmen

masyarakat maka sosialisasi pemilu tidak boleh terjebak paada pradigma

anggaran. Ada banyak cara dan media yang dapat digunakan oleh

penyelenggara pemilu dalam melakukan sosialisasi agar pesan pemilu sampai

dimasyarakat memiliki motivasi untuk datang ke TPS. Misalnya di Kabupaten

Bima melakukan lomba TPS hias, dampak kegiatan ini mampu menarik miat

masyarakat datang ke TPS dan menggunakan hak pilih mereka.44

D. Kelemahan dan Kelebihan Sistem Informasi KPU Provinsi Dengan

Menggunakan Sistem Informasi

Pengembangan aplikasi sistem informasi KPU antara lain untuk

membuka akses publik terhadap pemilu dan membangun transparansi seluruh

tahapan pemilu, KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat menggunakan aplikasi

sistem informasi yang diprogramkan KPU RI. Berikut digambarkan sistem

informasi pemilu dengan aplikasi.

44Ibid, h.282-284

Page 66: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

53

1. Sipol (sistem pendaftaran partai politik)

a. Cara kerjanya : sistem informasi partai politik (sipol) merupakan sistem

informasi yang dikembangkan dan diimplementasikan untuk mendukung

pelaksanaan pendaftaran vertifikasi partai politik calon peserta pemilu

2014 dengan sistem uplod data ke fitur-fitur yang telah disiapkan paadaa

aplikasi tersebut.

b. Efektifitasnya: dengan sistem aplikasi ini kita mampu mendeteksi dan

mengetahui keabsahan keberadaan dari partai politik.

c. Kelebihannya : sistem informasi politik ini bisa memvertifikasi dan

menghasilkan jumlah partai politik yang layak mengikuti pemilihan umum

(pemilu) sesuai dengan syarat yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

d. Kendalanya : sarana dan prasarana ditingkat kabupaten /Kota masih

kurang memadai terutama sarana internen sebagai basis informasi.

2. Sindalih (sistem informasi daftar pemilih)

a. Cara kerjanya: sistem informasi data pemilih (sindalih) merupakan sistem

informasi yang dikembangkan dan diimplementasikan untuk mendukung

pelaksanaan pendaftaran dan pemutakhiran data pemilih 2014, dengan

sistem Uplod dan Snapsshout data ke fitur-fitur yang telah disiapkan pada

aplikasi tersebut.

Page 67: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

54

b. Efektifitasnya: dengan sistem sindalih ini kita mampu mendeteksi dan

mengetahui keabsahan jumlah pemilih secara keseluruhan yang telah

terklasifikasi.

c. Kelebihannya : sistem informasi sidalih ini bisa menghasilkan data

pemilih tetap (DPT) yang transparan dan akuntabel.45

d. Kendalanya : sarana dan prasarana ditingkat Kabupaten/Kota masi

kurang memadai terutama sarana internet sebagai basis informasi.

3. Silon (sistem informasi pencalionan)

a. Caranya kerjanya: sistem informasi pencalonan (silon) merupakan

sistem informasi yang dikembangkan dan diimplementasikan untuk

mendukung pelaksanaan pencalonan dalam pemilu 2014 dengan sistem

Uplod data ke fitur-fitur yang telah disiapkan kepada aplikasi tersebut.

b. Efektifitasnya : dengan sistem sidalih ini kita mampu mendetiksi dan

mengetahui keabsahan jumlah pemilih secara keseluruhan yang telah

terklasifikasi

c. Kelebihannya : sistem informasi sidali ini bisa menghasilkan data

pemilih tetap (DPT) yang transparan dan akun tabel.

d. Kendalanya : sarana dan prasarana ditingkat Kabupaten/Kota masi

kurang memadai terutama sarana internet sebagai basis informasi.46

45 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB,

(Mataram: KPU NTB.2014), h.67-68 46Ibid, h.69

Page 68: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

55

4. Situng (sistem informasi penghitung suara)

a. Cara kerjanya : sistem informasi penghitung suara (situng) merupakan

sistem informasi yang dikembangkan dan diimplementasikan untuk

mendukung pelaksanaan kegiatan rekapitulasi dan penghitungan suara

hasil pemilihan umum tahun 2014 untuk mendukung aplikasi ini, selain

dengan menggunakan hardwere dan softwer komputer berbasis internet

juga didukung oleh perangkat scanner untuk mengirimkan data hasil

scan formulir C1 langsung ke server KPU.

b. Efektifitasnya : dengan sistem situng ini kita mampu secara cepat

mengetahui hasil dari pelaksanaan pemilihan umum.

c. Kelebihannya: sistem informasi situng ini secara teknologi sangat baik

dan akurat terbukti dengan hasil dari aplikasi ini mampu menentukan

calon terpilih serta peringatan perolehan suara.

d. Kendalanya: sistem ini terlambat disosialisasikan sehingga pada saat

digunakan masi ada yang belum paham secara maksimal.

5. Silog (sistem informasi logistik)

a. Cara kerjanya : sistem informasi logistik (silog) merupakan sistem

informasi yang dikembangkan dan diimplementasikan untuk

mendukung pelaksadaan stok opname, perencanaan kebutuhan logistik

serta pengadaan dan distribusi logistik pemilu 2014.

Page 69: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

56

b. Efektifitasnya : dengan sistem silog ini kita lebih cepat mendapatkan

informasi terkait dengan kebutuhan logistik.

c. Kelebihannya: dengan sistem silog ini kitalebih cepa mendapatkan

informasi terkait dengan kebutuhan logistik.

d. Kendalanya : kurangnya pasilitas jaringan ditingkat Kabupaten/Kota

sehingga di Provinsi juga mengalami keterlambatan untuk mengimput

data dari Kabupaten/Kota.

Sebelum pengapplikasian sistem informasi tersebut, KPU Provinsi NTB

senantiasa aktif dalam mengikuti berbagai plelatihan dan bimbingan teknis

pemanfaatan sistem informasi tersebut. Pelatihan dan bimbingan teknis yang

pernah diikuti oleh KPU Provinsi NTB, yaitu :

1. Bimbing Teknis Petugas Pengelolaan Data dan Informasi WAN dan SITUNG

2. Pelatihan aplikasi SIDALI di Hotel Marcure Ancol, Jakarta

3. Pelatihan aplikasi SIPOL di Hotel Borobudor, Jkarta,

4. Pelatihan aplikasi SILON di Hotel Merlyn Park, Jakarta

5. Pelatihan aplikasi SILOG di Hotel Marcure Ancol, Jakarta

Dalam rangka penyebaran informasi pemilu anggota DPR, DPD dan

DPRD Provinsi tahun 2014, KPU Provinsi NTB juga telah membangun dan

mengembangkan website khusus Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat

dengan alamat “

http//www.Kpud.ntbprov.go.id

Page 70: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

57

E. Peluang dan Hambatan KPU Provinsi Dalam Meningkatkan Partisipasi

Pemilih Dalam Pemilu

1. Peluang

Pada sisi yang lain KPU sebagai lembaga negara memiliki kedudukan

bersumber dari UU 1945. Ini artinya secara konsitusi kedudukan KPU dengan

lembaga tingi lainnya. Akan tetapi dalam kaitannya dengan tugas dan

kewenangan , KPU termasuk organ penunjang pelaksanaan kekuasaan

eksekutif yakni menyelenggarakan pemilu dengan tujuan terpilihnya wakil

rakyat dan wakil daerah yang representatif, dan terbentuknya pemerintahan

yang demokratis, kuat dan didukung oleh rakyat dalam rangka mewujudkan

tujuan nasional sebagaimana yang diamanatkan UUD 1945.

a. Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan pemilu di Provinsi

berdasarkan peraturan perundang-undangan

Tugas yang diamanatkan oleh pasal9 ayat (2) huruf I Undang-

Undang Nomor 15 tahun 2015 tentang penyelenggara pemilu kepada KPU

Provinsi adalah melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan pemilu yang

berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat

berpedoman pada kebijakan KPU RI sembari melakukan berbagai inovasi

sesuai kondisi lokal atau daerah.

Sosialisasi tahapan pemilu merupakan bagian yang menjadi

perhatian serius KPU RI. Tujuan aakhir dari kegiatan sosialisasi adalah

terbangunnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan

Page 71: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

58

pemilu.Sebagai pedoman implementasi dimasing-masing Provinsi dan

Kabupaten/Kota,KPU RI telah mengeluarkan kebijakan melalui peraturan

KPU Nomor 27 Tahun 2013 tentang partisipasi masyarakat dalam

penyelenggaraan pemilihan umum.47

b.Pemungutan Suara

Secara teknis,tata cara pelaksanaan pemungutan dan

penghitungan suara ditempat pemungutan suara (TPS) diatur dalam

peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 26 Tahun 2013 tentang

pemungutan dan penghitungan suara ditempat pemungutan suara (TPS)

dalam pemilihan umum anggota DPR,DPD,DPRD Provinsi,dan DPRD

Kabupaten/Kota Tahun 2014.

Pemungutan suara pemilihan umum anggota DPR,DPD,dan

DPRD Tahun 2014 dipimpin oleh KPPS,dengan dibantu oleh petugas

keamanan,disaksikan oleh saksi partai politik dan saksi calon perseorangan

yang diharuskan menyerahkan mandat tertulis diawasi oleh panwas pemilu

lapangan,serta dipantau oleh pemantau pemilu yang sudah terakreditasi.

c. Penetapan calon terpilih anggota DPRD Provinsi NTB

47 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat,Potret Pemilu Legislatif

ProvinsiNTB,(Mataram : KPU NTB,2014), h.44

Page 72: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

59

Penetapan calon terpilih anggota DPRD Provinsi NTB tersebut

dituangkan dalam berita acara rapat pleno KPU Provinsi NTB tentang

penetapan calon terpilih anggota dewan perwakilan rakyat daerah Provinsi

NTB hasil pemilihan umum Tahun 2014 serta keputusan komisi pemilihan

umum Provinsi NTB tentang peroleh kursi dan penetapan calon terpilih

anggota DPRD Provinsi Tahun 2014.

Secara subtansial, dari setiap pemilu terdapat hal-haal yang sama,

yakni asas-asas pemilu yang dianut, senantiasa berkutat pada lingkaran LUBER

(langsung, bebas, dan rahasia) ataupun JURDIL (jujur dan adil). Namun

demikian secara prosedural, selain banyak kesamaan juga terdapat banyak

keragaman dari satu pemilu ke pemilu berikutnya48

2. Hanbatan

Dalam setiap pelaksanaan kegiatan tidak menutup kemungkinan terjadi

permasalahan dalam kegiatan tersebut miskipun persentasinya sangat

kecil.seperti hanya dalam proses pelaksanaan pemilihan umum juga mengalami

berbagai permasalahan dalam pelaksanaan pemilihan umum tersebut antara

lain:

48 Sahid Gatara, Ilmu Politik Memahami dan Menerapkan, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), h.

214

Page 73: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

60

a. Perencanaan

1) Jumlah yang direncanakan tidak sesuai dengan kebutuhan pekerjaan

teknis yang sepenuhnya berda di Kabupaten/Kota dalam merencanakan

jumlah gedung/tempat penyimpanan seringkali tidak sesuai dengan

kebutuhan sehingga pada saat barang/logistik sudah dimulai

berdatangan baru menyadari kekurangan tempat, baik untuk lokasi

pelipatan, penyortiran ataupun pengepakan.

2) Jumlah yang direncanakan tidak sikron antara teknis dan logistik adanya

dua lisme pemahaman menjadikan informasi menjadi simpang siur.

Divisi logistik dan divisi teknis hendaknya menjadi satu kesatuan yang

utuh karena saling berkaitan. Hal yang paling nampak adalah

pemahaman tentang jumlah surat suara yang berbasis TPS dan berbasis

DPT.

3) Lemahnya pengamanan logistik di tingkat PKK dan PPS masalah

pengamanan merupakan masalah yang cukup pelik pada saat logistik

untuk pemilu akan dilaksanakan. Himbauan agar logistik harus sampai

ditingkat TPS H-I memang sangat ideal untuk daerah yang dijangkauan

geografisnya normal. Naamun hal ini membutuhkan penanganan yang

berbeda untuk lokasi geografisnya sangat sulit apalagi faktor cuaca

yaang tidak bisa diprediksi.

Page 74: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

61

4) Formulir yang diterima seringkali kurang/tidak sesuai kebutuhan

perlakuan untuk cadangan formulir sangat berbeda dengan surat suara.

Surat suara masi mencadangkan 2% jika terjadi kerusakan atau

kekurangan surat suara yaang tidak siqnifikan tentu itu bukan masalah

besar. Namun akan berbeda dengan kekurangan/kerusakan diformulir.

Formulir jika rusak/kurang pada saat limit waktu tentu akan sulit untuk

diadakan oleh KPU Kabupaten/Kota. Formulir harus sesuai dengan

jumlah TPS dan tidak ada angka cadangan sehingga cukup merepotkan

pengadaannya.

b. Pelaksanaan

1) Perubahan regulasi

Sungguh merupakan hal yang sangat merepotkan jika ditengah

pelaksanaan terjadi perubahan aturan, salah satu yang terkait dengan hal

ini adalah pengadaan logistik yang semula diadakan oeh KPU RI

berubah menjadi tanggung jawab KPU Kabupaten/Kota

2) Spesifikasi formulir yang sangat rumitdan jenis sampulnya yang mudah

sobek

Banyak jenis sampul dan Spesifikasi formulir yang digunakan sangat

beragam dan rumit untuk dikerjakan menjadi salah satu penyebab

keterlambatan dalam pengadaan oleh pihak rekanan.Hal ini berdampak

pada jadwal distribusi yang telah dijadwalkan oleh KPU

Kabupaten/kota.

Page 75: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

62

3) Biaya bongkar muat

Biaya bongkar termasuk buruh seharus menjadi tanggungjawab

rekanan, namun hal ini akan berbalik arah manakalah logistik telah

sampai di Kabupaten/Kota sering terjadi ketegangan antara pihak

ekspedisi dan sekretariat KPU Kabupaten /Kota yang ujung-ujungnya

berakhir dengan pembayaran dan pengadaan buruh harus ditanggung

oleh KPU Kabupaten/Kota

4) Tertukarnya surat suara antar provinsi/Kabupaten/Kota, masalah

tertukarnya surat suara harusnya dapat diantisipasi jauh hari sebelum

pengiriman dilakukan. Penempatan barang dalam box atau sejenisnya

tentu harus dipikirkan lebih matang.49

5) Penetapan daftar pemilih tetap

Permasalahan ini biasanya terjadi pada pemilih pemula yang belum

memiliki KTP atau pemilih yang baru pindah dari daerah satu kedaerah

lain sehingga nama mereka didak tercantum dalam DPT. Persoalan ini

harus diselsaikan dengan cepat oleh pemerintah karena ini dapat

menghambat hak seseorang untuk dapat berpartisipasi dalam pemilu.

Salah satu terobosan pemerintah unttuk mengatasi persoalan ini adalh

dengan membuat E-KTP Nasional yang dapat digunakan disetiap

49 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi

NTB, (Mataram: KPU NTB, 2014),h.289

Page 76: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

63

daerah. Dengan demikian hak seorang untuk turut serta dalam pesta

demokrasi tidak akan terhambat lagi.

Dalam menimplementasikan suatu program/tahapan tertentu tidak

lepas dari kekurangan yang timbul didalamnya, melalui tahap perencanaan

dan pelaksanaan tentu banyak terjadi kekurangan, demikian pula halnya

dengan logistik dan anggaran sebagai bagian dari suksesnya pelaksanaan

pemilu NTB khususnya berdasarkan hasil evaluasi tahapan.

Page 77: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

64

BAB III

PEMBAHASAN

A. Upaya KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat Dalam Meningkatkan Partisipasi

Pemilih

KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat melaksanakan inovasi daan kreasi

sosialisasi dengan pendekatan mobilisasi sosial, yang dimaksud dengan mobilisasi

sosial adalah sosialisasi dengan mengerakan komunitas-komunitas sosial,

kesenian tradisional, kampus, sekolaah, organisasi kemasyarakatan, tempat

ibadah, lembaga swadaya masyarakat dan pemerintah daerah.

1. Sosialisasi dengan pendekatan komunitas sosial

Komunitas sosial merupakan salah satu metode penyampaian

informasi pemilu yang sangat efektif, sebagaimana kebijakan KPU RI,

sosialisasi dengan pendekatan komunitas ssosial dengan pendekatan

komunitas sosial ini dilakukan dengan tiga langkah kerja yaitu: a). penyusunan

modul pendidikan pemilih, b). rekrutmen personil yang menjadi

implemaentator sosialisasi atau disebut relawan demokrasi, c). sosialisasi

modul pendidikan pemilih kepada relawan demokrasi, d). pelaksanaan

sosialisasi oleh relawan demokrasi dan e). pelaporan pelaksanaan sosialisasi

oleh relawan demokrasi.

Penyusunan modul pendidikan pemilih diselenggarakan oleh KPU Provinsi

Nusa Tenggara Barat dan KPU Kabupaten/Kota.Sosialisasi modul

pendiddikan pemilih Divisi sosialisasi KPU Kabupaten/Kota. Sedangkan

Page 78: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

65

rekrutmen personil relawan demokrasi dilakukaan oleh KPU Kabupaten/Kota.

Tugas relawan demokrasi adalah menyampaikan pemilu kepada komunitas

masing-masing.Oleh karena itu rekrutmen relawan demokrasi dilakukan

dengan tiga kelompok masyarakat sbagai representasi pemilih, yakni

komunitas perempuan, komunitas pemilih pemula, komunitas pemilih

marginal, dan komunitas pemilih penyandang cacat.

2. Sosialisasi dengan pendekatan kesenian tradisional

Masyarakat Nusa Tenggara Barat memiliki kekayaan budaya dan

kesenian tradisional, atraksi kesenian tradisonal biasanya memberi magnet

bagi masyarakat untuk berkumpul baik siang maupun malam hari.

Kemampuan kesenian tradisional menarik perhatian masyarakat dipandang

sebagai media yang efektif dan efisien menyampaikan informasi pemilu

dengan kesenian tradisional dilakukan emat cara antara lain :

a. Kabupaten Lombok Utara menampilkan kesenian tradisional Cupak

Gerantang.

b. Kabupaten Lombok Tengah menampilkan kesenian tradisional Cupak

Gerantang

c. Kabupaten Sumbawa menampilkan kesenian tradisional Sakeco

d. Kabupaten Bima menampilkan kesenian tradisional Biola Katipu, Tari Usa

Bongi Monca, Gantau, dan Patu Cambe Anggi.

Page 79: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

66

Sosialisasi dengan menggunakan kesenian tradisional dilakukan pola

: KPU Provinsi NTB menyediakan pembiayaan dan kerja sama dengan grop

kesenian, kemudian minta bantuan KPU Kabupaten/Kota menyamaikan

informasi kepada masyarakat tentang ertunjukan kesenian tersebut. Untuk

menjamin keamanan dalam proses pertunjukan juga dikoordinasikan dengan

polres setempat.

3. Sosialisasi dengan pendekatan kampus dan sekolah

Kampus dan sekolah merupakan tempat berkumpul sekaligus temat

beraktivitas emilih emula yang memiliki kareteristik sebagai pemilih cerdas

serta kritis.Peran kamus dan sekolah dipandang efektif untuk menyampaikan

informasi pemilu. Beberapa metode yang dilakukan KPU Provinsi Nusa

Tenggara Barat dalam sosialisasi dengan pendekatan ini adalah: KPU Provinsi

Nusa Tenggara Barat berbagi tugas dengan KPU Kabupaten/Kota. Sosialisasi

dengan pendekatan sekolah dilakukan oleh KPU Provinsi, sedangakan

Sosialisasi dengan pendekatan sekolah dilakukan oleh KPU

Kabupaten/Kota.Diantara kampus yang menjadi sasaran sosialisasi KPU Nusa

Tenggara Barat adalah Univesrsitas Muhammadiyah Mataram, Universitas

Mataram, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram dan Iki Mataram.

Yang menarik adalah sosialisasi Univesrsitas Muhammadiyah Mataram, KPU

Provinsi Nusa Tenggara Barat melakukan koordinasi dengan lembaga

pengambdian masyarakat (LPM) Univesrsitas Muhammadiyah Mataram

untuk menyampaikan informasi pemilu kepada mahasiswa KKN dan

Page 80: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

67

melaksanakan KKN pada bulan Maret sampai bulan Mei 2014. Penyampaian

informasi pemilu kepada mahasiswa dilaksanakan sebagai salah satu materi

embekalan mahasiswa KKN. Selanjutnya masing-masing kelompok

mahasiswa KKN menjadikan sosialisasi pemilu sebagai program KKN mereka

jumlah mahasiswa KKN Univesrsitas Muhammadiyah Mataram 350 orang

yang disebarkan di 120 desa/kelurahan. Dengan demikian, informasi pemilu

sampai ke 120 desa melalui rogram kkn mahasiswa.

4. Sosialisasi dengan pendekatan organisasi kemasyarakatan

Masyarakat Nusa Tenggara Barat dikenal sebagai masyarakat

religius dan memiliki kepatuhan tingi terhadap ulama atau tokoh

agama.Disamping itu masyarakat juga memiliki kelompok-kelompok

pengajian. Masyarakat di pulau lombok dikenal sebagai pilau seribu masjid.

Maka simbolik dari penamaan ini adalah bahwa di ulau lombok

memiliki banyak masjid, posisi masjid sebagai lembaga sosial dipandang

efektif sebagai media enyampaian informasi pemilu. Salah satu mrtode

sosialisasi dengan menggunakan media masjid adalah kerja sama dengan

pengurus masjid atau dewan masjid Kabupaten/Kota untuk menyampaikan

kutbah tentang himbauan menggunakan hak pilih pada sholat jumat dimasjid.

Secara terinci, sosialisasi yang dilaksanakan antara lain :

Page 81: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

68

a. KPU Provinsi NTB membuat kesepakatan bersama sosialisasi pemilu

dengan pimpinan organisasi keagamaan Nahdlatul Nwathan (NW) KPU

Provinsi NTB dengan kesepakatan yang tertuang dalam surat kesepakatan

No : 299/ Kpts/ KPU-Prov-017/2013 : pengurus NW Provinsi NTB

melaksanakan sosialisasi tatap muka dilingkungan Nahdlatul Wathan pada

: Jumat, 29 November 2013

b. KPU rovinsi NTB membuat kesepakatan bersama sosialisasi pemilu

dengan impinan organisasi keagamaan yaitu pimpinan wilayah Nahdlatul

Wathan ulama (PWNU) Provinsi NTB, dengan keseakatan yang tertuang

dalam surat kepuutsan No : 299/ Kpts/ KPU-Prov-017/2013 : PWNU

Provinsi NTB melaksanakan sosialisasi tatap muka dilingkungan

Nahdlatul Ulama pada : Mingu, 8 Desember 2013.

c. KPU Provinsi NTB membuat kesepakatan bersama sosialisasi pemilu

dengaan pimpinan wilayah Muhammadiyah (PMW) Provinsi NTB dengan

kesepakatan yang tertuang dalam surat keputusan No : 299/ Kpts/ KPU-

Prov-017/2013 : pemilih pemula melaksanakan sosialisasi tatap muka

dilingkungan Universitas Muhammadiyah Mataram (UMM) antara lain

pada hari/tanggal : Jumat, 12 Desember 2013 dan Minggu, 29 Desember

2013

d. KPU Provinsi NTB membuat kesepakatan bersama sosialisasi pemilu

dengan pimpinan organisasi perempuan NTB, dengan kesepakatan yang

tertuang dalam surat keputusankeputusan No : 299/ Kpts/ KPU-Prov-

Page 82: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

69

017/2013 : organisasi perempuan NTB melaksanakan sosialisasi tatap

muka dilingkungan kaum perempuan antara lain ppada hari senin, 30

November 2013 dan Sabtu, 14 Desember 2013

5. Sosialisasi dengan pendekatan LSM

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupan lembaga non-profit

yang memiliki eran strategis sebagai lembaga pemerdayaan masyarakat.LSM

memiliki kegiatan yang bersifat rutin, oleh karena itu KPU Provinsi NTB

memandang peran LSM sangat efektif menjadi media penytampaian informasi

pemilu keada masyarakat. Metode yang dilakukaan dengan media LSM

adalah sosialisasi dilakukan dengan menjadikan komisioner KPU Provinsi

maupun KPU Kabupaten/Kota sebagai nara sumber dalam diskusi,

wordshope, atau seminar tentang kepemiluan.

6. Sosialisasi dengan pendekatan pemerintah daerah

Peran pemerintah daerah masi strategis menyamaikan informasi

kepemiluan. KPU rovinsi Nusa Tenggara Barat menyampaikan surat dan

melakukan rapat koordinasi dengan pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

terkait teknis sosialisasi linkup pemerintah daerah. Disamping sosialisasi

secara lisan, tatap muka, himbauan melalui media masa pemerintah daerah

juga melakukan penyampaian informasi pemilu melalui spanduk dan

baliho.Partisipasi pemerintah terhadap penyampaian informasi kepemiluan ini

sangat membantu tugas-tugas KPU Provinsi.

Page 83: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

70

Dengan demikian KU Provinsi Nusa Tenggara Barat menyampaikan

informasi pemilu keada masyarakat secara massal dan sistematis.Kerja

sosialisasi pemilu tidak dilakukan sendiri oleh KPU Provinsi Nusa Tenggara

Barat tetapi juga melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stokeholder).

Disamping itu KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat mengerahkan seluruh

sumberdaya yang bersedia untuk menyampaikan seluruh informasi kepada

masyarakat50

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Pemilih

1. Faktor pendukung Partisipasi Pemilih

Salah satu hal yangmenyebabkan pemilih terdorong menggunakan hak

pilihnya adalah jika nama mereka tercantumdidaftar emilih tetap. Namun

demikian, fenomena ini sangat tergantung pada seberapa besar hasrat

masyarakat ingin menyuarakan haknya. Di pemilu legislatif 2014, tidak sedikit

masyarakat NTB yang tidak terlalu antusius datang ke TPS miskipun nama

mereka ada di DPT. Hal demikian berbeda dengan antusiasme warga di

pemilihan presiden2014, dimana mereka banyak yang aktif mendaftarkan diri

sebagai pemilih tambahan miskipun nama mereka tidak ada dalam DPT.

Tingkat partisipasi pemilih pada pilpres 2014 lebih tingi dibandingkan

dalam pileg 2014 karena beberapa hal.Pertama, mekanisme pilpres lebih

sederhana dibanding ileg karna yang bertarung hanya dua pasangan calon,

50 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi

NTB, (Mataram: KPU NTB, 2014),h. 58-63

Page 84: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

71

sementara calon yang bertarung di pileg 2014 sangat banyak. Kedua, tingkat

kopetisi pileg 2014 lebih tingi dibanding pileg 2014 karena peserta yang

bertarung hanya dua pasang. Hal demikian menyebabkan pemilih tidak hanya

memilih pasangan yang mereka sukai tetapi juga memilih karena mereka tidak

suka dengan pasangan calon lawan. Ketiga, kedekatan emosi pemilih dengan

peserta pemilu di pilpres 2014 lebih tingi dibanding dengan pileg

2014.Pperhelatanpilpres terasa lebih riuh dibanding dengan pileg karena

pemberitaan media sangat gencar memberitakan keunggulan masing-masing

kandidat.51

Faktor berikut yang berpengaruh terhadap voter turnot adalah ada atau

tidak undangan untuk pemilih. Pemilih akan lebih terdorong untuk datang ke

TPS jika ada pemberitahuan menggunakan hak pilih. Tidak ada undangan

memilih diartikan sebagai tidak harus mereka datang ke TPS.Karena pemilih

tidak dipersilakan untuk itu, padahal hadir di TPS dan memilih adalah hak

seleruh warga.Bahkan warga dapat menuntut jika mereka tidak terdaftar

bamaanya dan tidak mendapat undangan.

Faktor undangan tersebut tidak terasa didalam pemilu peresiden

2014.Dikantong-kantong pemilih tiong hoa, seperti paluit, penjaringan, dan

kelapa gading, pemilih justru sangat antusias datang ke TPS meski sebelumnya

mereka tidak mendapat undangan.Para pemilih etnis tionh hoa ini rela

51 Henry Subiakto. Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi, (Jakarta :

Kencana Pranada Media Group), H. 69

Page 85: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

72

mengantri anjang di TPS.Penomena ini tergolong langka dan belum pernah ada

sebelimnya.

C. Faktor Penghambat Partisipasi Pemilih

Problem pendataan pemilih, yang akan diuaraikan lebih lanjut, masi

dihadapi oleh KPU Provinsi NTB dari pemilu ke pemilu sehingga problem

ketidak setraan pemilih muncul dari tidak-setidaknya warga yang tidak dapat

menggunakan hak pilih. Tingakat partisipasi pemilih sebenarnya tergolong

tingi, namun tidak sedikitnya protes warga yang menuntut penggunaan suara

merupakan indikasi adanya problem ketidak setaraan hak. Demikian juga

partisipasi pemilu NTB tanpa sangat bias karena kepentingan segmen

masyarakat tidak terakomodasi secara propesional. Kemudahan akses

penyandang disabilitas yang masi terbatas, rendahnya partisipasi masyarakat

dikawasan elit dan wilayah pinggiran, serta partisipasi perempuan yang lebih

tingi dibidang laki-laki disemua daerah pemmilihan merupakan fenomena biasa

partisipasi dalam pemilu NTB.

Partisipasi pemilih yang rendah pada pemilu legislatif dapat

disebabkan oleh banyak faktor. Kalangan umumum cenderung berpendapat

bahwa kesadaran masyarakat yang rendah akan pentingnya pemilihan umum

merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya partisipasi pemilihan dalamm

pemilu. Seringkali hal ini dianggap terjadi lantaran sosialisasi yang dilakukan

oleh penyelenggara pemilu tidak efektif, disamping juga absenya, peran parpol

dalamm melakukan pindidikan politik. Namun demikian, tidak menutup

Page 86: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

73

kemungkinan bahwa kinerja administrasi kepemiluan yang kurang optimal

menjelang pemilu legislatif peresiden, membuat masyarakat menyaksikan

kinerja penyelenggara dan bahkan menjadi tidak peduli terhadap pemilu.

a. Pendataan Pemilih

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi pemilih adalah

pendataan pemilih dimana hal ini merupakan bagian awal tahapan pemilu.

Terhadap kecenderungan bahwa jika masyarakat tidak terdaftar namanya di

daftar pemilih, mereka tidak akan tergerak untuk datang ke TPS. Mereka

tetap enggan datang ke TPS miskipun ada mekanisme pemilih tambahan

dimana jika yang bersangkutan tidak terdaftar didaftar pilih mereka masi

dapat menyuarakan haknya dengan menunjukan KTP pada hari

pelaksanaan pemilu.Namun demikian tidak semua warga memiliki

kemauan politik untuk menggunakan haknya. Dipemilu legislatif 2014,

calon pemilih sangat kurang antusias mendaftarkan diri ketika nama mereka

tidak ada di dalam DPT.

b. Kapasitas Sumberdaya Pemilu

Diantara masyarakat yang aktif tetapi tidak terdaftar di DPT telah hadir ke

TPS sebagai pemilih tambahan.Namun demikian dibeberapa TPS pada

pemilu Legislatif 2014 di Provinsi NTB, KPPS setempat masi merujuk ada

aturan yang berlaku pada pemilu 2009. Karena pada pemilu legislatif 2009

pemilih tidak dapat menggunakan hak pilihnya hanya menggunakan KTP

dihari pemungutan suara, hal ini diberlakukan sama terhadap pemilih di

Page 87: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

74

dalam pemilu 2014. Calon pemilih dinyatakan tidak dapat menggunakan

hak pemilihnya oleh KPPS setempat, dan kelaupan diperbolehkan, calon

pemilih diharuskan mendapat surat pengantar dari lurah setempat.

Permasahan ini dapat dijadikan repleksi bahwa problem kapasitas sumber

daya penyelenggaraan pemilu, terutama di tingkat KPPS masi belum diatasi

dengan baik. Permasalahan atau tidak keseragaman tata cara dan prosedur

pemungutan dan penghitungan suara yang ada pada saat pemilu legislatif

dan presiden 2014 juga disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan

konfetensi KPPS.

c. Problem Kawasan Khusus

Dikawasan elit, petugas pendaftaran pemilih kesulitan untuk masuk

kedalamnya dan mendata penduduk yang tingal disitu, terutam di desa-desa

pelosok, penyelenggaraan pemilu tidak dapat masuk untuk mendata

masyarakat yang tingal diapartemen. Petugas hanya dapat berhubungan

dengan pengelola dan pengelola inilah yang memberikan data penduduk

yang tingal disitu.Persoalannya, data yang diberikan oleh pengelola tidak

valid.

d. Perhatian Yang Kurang Terhadap Kelompok Disabilitas

Kelompok masyarakat menyandang disabilitas merupakan salah satu

bagian penting yang mulai selalu disorot dalam setiap pemilu, namun

demikian didalam penyelenggaraan pemilu legislatif dan peresiden 2014 di

NTB partisipasi masyarakat menyandang disabilitasi masi tanpak menemui

Page 88: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

75

kendala. Kendala yang ada terutama berada di titik pendataan pemilih,

miskipun pelayanan di TPS yang kurang optimal menyebabkan sebagian

dari penyandang disabilitasi engan untuk datang kembali ke TPS.

Kurangnya partisipasi penyandang disabilitas dalam pemilu legislatif

2014 di NTB ditenggarai dari kurang akuratnya data jumlah merekayang

dimiliki KPU Provinsi. Jumlah penyandang tunanetra di suatu TPS misalnya,

atau persebaran dimana mereka tinggal tidak terdeta dengan baik di KPU

Provinsi. Padahal kejelasan data penyandang disabilitas sangat diperlukan

untuk menyiapkan jenis dan jumlah logistik untuk penyandang disabilitas tidak

dapat begitu saja dipersiapkan untuk sekedar antisipasi.Hal semacam ini dapat

menyebabkan banyak logistik yang tidak terpakai.

Dari berbagai literatur prilaku memilih, khususnya teori-teori prrilaku

memilih yang dibangunberdasarkan realitas politik negara-negara barat.prilaku

non-voting umumnya digunakan untuk menunjuk fenomenaketidakhadiran

seseorang dalam pemilu karena tiadanya motivasi.Oleh karena itu, prilaku tidak

memilih umumnya dimanifestasikan pada bentuk ketidak hadiran kedalam bilik

suara,namun dibeberapa negara berkembang prilaku non-voting umumnya

termanifestasikan dalam berbagai bentuk.Bentuk prilaku tidak memilih

semacam ini biasanya dipakai oleh para pemilih sebagai ekspresi protes

Page 89: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

76

terhadap pihak pemerintah, partai yang sedang berkuasa atau partai politik dan

lembaga-lembaga demokrasi lainnya.52

Implementasi yang telah memberi konstribusi pada peningkatan

partisipasi masyarakat menggunakan hak pilihnya pada pemilu anggota DPR,

DPD dan DPRD 77,32%. Miskipun demikian terjadi penurunan pada pemilu

peresiden dan wakil peresiden menjadi 71,80%. Adapun gambaran partisipasi

masyarakat dapat digambarkan dalam tabel dibawah ini :

Tabel I : Partisipasi Pada Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD tahun 2014

No Kab/Kota Jumlah Pemilih terdaftar

(DPT, DPTB,DP,DPKTB)

Pengguna Hak

Pilih

Partisipasi (%)

1 Kota Matataram 299.678 218.057 77,76

2 Kab. Lombok Barat 486.044 373.027 76,75

3 Kab. Lombok Utara 162.882 128.692 79,01

4 Kab. Lombok Tengah 728.968 548.816 75,29

5 Kab. Lombok Timur 838.488 655.681 78,20

6 Kab. Sumbawa Barat 92.569 76.058 82,16

7 Kab. Sumbawa 334.785 2264.178 78,91

8 Kab. Dompu 159.621 133.583 83,69

9 Kab. Bima 360.310 274.348 76,14

10 Kota Bima 106.275 87.642 82,47

Jumlah 3.569.540 2.760.083 77,32

Sumber : Dukumen Subbag Teknis dan Hupmas KPU NTB, 2014

52 Hutington, Samuel P. dan Juan M. Nelson, Komunikasi Politik di Negara

Berkembang,(Jakarta : Rieneka Cipta, 1994), h.123

Page 90: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

77

Tabel diatas memperlihatkan bahwa angka partisipasi tertingi terjadi di

kab. Dompu sebesar 83,69%. Sedangkan angka partisipasi terendah di kab.

Lombok Tengah sebesar 75,29%. Telihat pula secara geografis,

Kabupaten/Kota yang berada di piulau Sumbawa (Sumbawa Barat, Sumbawa,

Dompu Bima dan Kota Bima) memiliki angka partisipasi yaang lebih tinggi di

banding di Kab/Kota yang ada di pulau Lombok (Mataram, Lombok Barat,

Lombok Utaara, Lombok Tengah, Lombok Timur).53 Hanya satuKabupatendi

pulau sumbawa yang memiliki angka partisipasi rendah yakni kabupaten Bima

76,14%, namun masih lebih tinngi dibandingkan Kabupaten Lombok Tengah

75,29%.

Pemilu membutuhkan kreatifitas penyelenggara pemilu, oleh karena

sosialisasi pemilu harus bersifat massal, dan menyentuh seleruh segmen

masyarakat, maka sosialisasi pemilu tidak boleh terjebak pada paradigma

anggaran.ada banyak cara dan media yang dapat digunakan oleh penyelenggara

pemilu dalam melakukan sosialisasi agar pesan pemilu sampai dimasyarakat

dan akhirnya masyarakat memilihmotivasi untuk datang ke TPS.

Dalam mengimplementasikan suatu program/ tahapan tentu tidak lepas

dari kekurangan yang timbul didalamnya, mulai dari tahap perencanaan dan

53 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi

NTB, (Mataram: KPU NTB, 2014),h.259-260

Page 91: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

78

pelaksanaan tentu banyak terjadi kekurangan demikian pula halnya dengan

kesiapan logistikdan anggaran sebagai bagian dari suksesnya pelaksanaan.

BAB IV

PENUTUP

Page 92: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

79

A. KESIMPULAN

Berdasarkan paparan data dan temuan maka dapat dibuat kesimpulan

yaitu :

1. Upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu

yaitu : a). Sosialisasi dengan pendekatan komunitas sosial b).Sosialisasi

dengan pendekatan kesenian tradisional, c). Sosialisasi dengan pendekatan

kampus dan sekolah, d). Sosialisasi dengan pendekatan organisasi

kemasyarakatan, e). Sosialisasi dengan pendekatan LSM, f). Sosialisasi

dengan pendekatan pemerintah daerah

2. Peluang dan Hambatan KPU Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih

Dalam Pemilu

a. Peluangnya adalah pemilih banyak yang aktif mendaftarkan diri sebagai

pemilih tambahan miskipun nama mereka tidak ada dalam DPT.

b. Faktor penghambat partisipasi pemilih yaitu pendataan pemilih tidak

mereta dan ketidak setaraan pemilih.

B. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti mengajukan beberapa

saran-saran sebgai berikut.

Page 93: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

80

1. Perencanaan harus lebih teliti dengan harus mempertimbangkankebutuhan

yang diperediksi

2. Dalam setiap tahapan maupun setiap rapt koordinasi yang berkaitan dengan

pengadaan logistik harus melibatkan divisi tekhnis selaku pemegang data

sehingga tidak ada kekeliruan komuikasi

3. Masyarakat, diharapkan mendukung semua program KPU

4. Peneliti lain, diharapkan melakukan penelitian secara mendalam tentang

pemilu, serta menggali hal-hal yang belum terungkap dalam penelitian ini.

Page 94: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

81

Daftar Fustaka Baiq Ratna Manis, (2015), Calon Legislatif Perempuan dalam persfektif Tokoh Adat

Kecamatan Pujut Pada Pemilihan Umum Legislatif 2014, Mataram : Skripsi M. IAIN Mataram

Gatara Sahid, (2008), Ilmu Politik Memahami dan Menerapkan, Bandung : Pustaka

Setia,

George Ritzer dan Douglas J. Goodman, (2009) Teori Sosiologi Modern, Jakarta:

Kencana

Henry Subiakto, Rachmah Ida, (2012), Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi,

Jakarta : Kencana Prenadamedia Group

Hutington, Samuel P. dan Juan M. Nelson, (1994), Komunikasi Politik di Negara

Berkembang, Jakarta : Rieneka Cipta

Iskandar,(2015), Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta : Ciputat Mega

Mall

Ija Suntana, (2010), Kapita Selekta Politik Islam, Bandung : Pustaka Setia

Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, (2014), Potret Pemilu Legislatif

Provinsi NTB, Mataram : KPU NTB

Kurnadi Moh. Dan Harmaily Ibrahim, (1994), Pengantar Hukum Tata Negara

Indonesia, Jakarta : Sinar Bakti

M. Roji Kurrahman, (2015), Konflik Sosial Pasca Pemilu Legislatif 2014, Mataram : Skripsi M. IAIN Mataram

Rianto Adi, Metodelogi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Graint,2004)

Page 95: UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1232/1/Adi Kusuma153111044.pdfmandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas

82

Robert A.Dahal, (1992), Demokrasi dan Para Pengkritiknya, Jakarta : Yayasan Obor

Indonesia

Saepudin Azhar, (2015), Strategi Komunikasi Dewan Pimpinan Daerah Partai Amanat Nasional Lombok Barat Dalam Pemenangan Pemilu 2014, Mataram: Skripsi IAIN Mataram

Sugiyono, (2009), Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RdB, (Bandung:

Alfabeta

Miriam Budiardjo,(2008), Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Tim Redaksi Nuansa Aulia, (2011), Penyelenggaraan Pemilihan Umum Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2011, Bandung : Nuansa Aulia